kontrak kuliah-2013

Upload: psikologiusm

Post on 30-Oct-2015

139 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KONTRAK PERKULIAHAN

KONTRAK PERKULIAHANMATA KULIAH BAHASA INDONESIA

OlehDra. Rati Riana, M.Pd.UNIVERSITAS SEMARANG2013IDENTITAS MATA KULIAH1. Nama Mata Kuliah : Bahasa Indonesia2. Jenjang Pendidikan : D3/S 1

3. Semester

: 1/2

4. Jumlah sks : 35. Model Pembelajaran: ceramah interaktif, diskusi kelompok,

pembahasan kasus, evaluasi (kelompok

dan mandiri).6. Mata Kuliah Prasyarat: -

7. Evaluasi

7.1 Kehadiran

: 10%

7.2 Ujian Tengah Semester: 30%

7.3 Makalah (presentasi): 20%

7.4 Ujian Akhir Semester: 40%

DESKRIPSI MATA KULIAH

Keterampilan berbahasa Indonesia merupakan bagi mahasiswa Indonesia agar mampu mengutarakan pikirannya kepada pihak lain secara efektif. Mata kuliah bahasa Indonesia ini diharapkan menjadikan mahasiswa memiliki keterampilan berkomunikasi yang tinggi dalam ranah keilmuan. Didasari oleh penguasaan atas pengetahuan serta ragam dan larasnya, keterampilan ejaan-tanda baca, kalimat, paragraf, dan jenis wacana, serta mereproduksi teks-teks dari berbagai sumber, mahasiswa diharapkan mampu menulis dan berbicara dengan baik dan benar dalam bahasa Indonesia laras ilmiah. TUJUAN MATA KULIAH1. Tujuan Umum

Bahasa Indonesia dijadikan mata kuliah umum di setiap perguruan tinggi dengan tujuan agar para mahasiswa memiliki sikap berbahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap berbahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia diwujudkan dengan (1) kesetiaan berbahasa, yang mendorong mahasiswa memelihara bahasanya dan apabila perlu menghindari pengaruh bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, (2) kebanggaan berbahasa, yang mendorong mahasiswa mengutamakan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas bangsanya, dan (3) kesadaran akan norma berbahasa, yang mendorong mahasiswa menggunakan bahasanya sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah agar para mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai sarana pengungkapan gagasan ilmiah secara bernalar dan sistematis, baik lisan maupun tulis, terutama keterampilan berbahasa Indonesia dalam laras ilmiah.POKOK BAHASAN DAN ALOKASI PERTEMUAN 14 X1. FUNGSI BAHASA

1 X

2. RAGAM DAN LARAS BAHASA

1 X

3. EJAAN BAHASA INDONESIA 2 X

4. DIKSI ATAU PILIHAN KATA

1 X5. KALIMAT EFEKTIF

2 X 6. UJIAN TENGAH SEMESTER

1 X 7. PARAGRAF

1 X

8. DAFTAR PUSTAKA DAN SISTEM RUJUKAN 2 X

9. TOPIK, TUJUAN , TESIS

2 X

10. JENIS TULISAN

1 X

11. RINGKASAN, ABSTRAK, SINTESIS

1 X12. UJIAN AKHIR SEMESTER

1 XDAFTAR PUSTAKAAlwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.Aminudin. 2001. Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Grasindo.Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.Arifin, E. Zaenal. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo.

Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Cetakan ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan. Jakarta: Rineka Cipta.

____. 2006. Teknik Menulis Skripsi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Semarang.

Keraf, Gorys. 2000a. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.____. 2000b. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

____. 2001. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.

Latif, A. 2001a. Ejaan. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

____. 2001b. Paragraf. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Moeliono, Anton M. 2001a. Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

____. 2001b. Tata Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Mustakim. 1992. Tanya Jawab Bahasa Indonesia untuk Umum. Cetakan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta:Yrama Widya.Sabarianto, Dirgo. 2001. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.Soetomo, Istiati, Soedjarwo, Surono, Sardanto Tjokrowinoto, Tina Hartrina., Anhari Basuki, Yudiono K.S., dan Hendarto Suparta. 1996. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa: Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Dasar/Wajib Universitas. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Widagdho, Djoko. 1994. Bahasa Indonesia: Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.Widyamartaya dan Veronica Sudiati. 2000. Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo.KONSEP BAHASA DAN FUNGSI BAHASA

A. Konsepsi BahasaSampai dengan abad XXI, perkembangan ilmu dan teknologi menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sangat perperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik, bahasa Indonesia telah menunjukkan peranannya dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah, seperti makalah dan skripsi. Pada dasarnya, interaksi dan kegiatan akademik tidak akan sempurna tanpa bahasa. Begitu pentingnya bahasa sebagai sarana komunikasi antaranggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan dan tulis.

Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem.

Kaidah bahasa dalam sistem tersebut mencakupi beberapa hal sebagai berikut.1. Sitem lambang yang bermakna dan dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat.2. Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya.3. Lambang sebagai huruf yang bersifat manasuka.4. Sistem yang terbatas (A-Z) mampu menghasilkan kata, bentukan kata, frasa, klausa, dan kalimat yang sangat produktif.5. Sistem lambang itu fonemis, tidak sama dengan sistem lambang bahasa yang lain.6. Sistem lambang bahasa dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal.Unsur dalam sistem lambang tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat dipahami oleh masyarakat.

B. Fungsi Bahasa

Fungsi yang utama, yaitu sebagai alat komunikasi. Para ahli bahasa (linguis) bersepakat bahwa fungsi-fungsi bahasa adalah sebagai berikut.

1. fungsi ekspresi dalam bahasa;2. fungsi komunikasi dalam bahasa;3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa;4. fungsi kontrol sosial.

Selain keempat fungsi tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi, yaitu

1. lebih mengenal kemampuan diri sendiri;2. lebih memahami orang lain;3. belajar mengamati dunia;4. mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;5. mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik (fatik);

6. mengembangkan kemungkinan kecerdasan;7. membentuk karakter diri;

8. membangun dan mengembangkan profesi diri;

9. menciptakan berbagai kreativitas baru.Masih banyak fungsi bahasa Indonesia, khususnya yang dipertegas dengan kedudukan atau posisi bahasa Indonesia. Posisi atau kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Fungsi bahasa persatuan adalah sebagai alat pemersatu suku bangsa.2. Fungsi bahasa nasional adalah fungsi jati diri bangsa Indonesia apabila berkomunikasi di luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas beberapa bagian berikut.a. sebagai lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia;b. sebagai identitas nasional di kancah internasional;c. alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya;d. alat pemersatu berbagai suku bangsa.3. Fungsi bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai aktivitas, yaitua. sebagai bahasa resmi administrasi kenegaraan;b. sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan;c. sebagai alat penghubung pada tingkat nasional untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan;d. sebagai alat untuk mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.4. Fungsi bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang dipergunakan dalam pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku tersebut adalah sebagai berikut:a. pemersatu sosial, budaya, dan bahasa;

b. penanda berkepribadian bersuara dan berkomunikasi;

c. penambah kewibawaan sebagai pejabat intelektual

d. penanda acuan ilmiah dan penulisan tulisan ilmiah.Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia tersebut mempunyai fungsi keterkaitan antarunsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan jati diri Indonesia yang kokoh dan mandiri. Ciri-ciri bahasa Indonesia yang khas, legitimasi sebagai interaksi bahasa Indonesia serta ragam dan laras bahasa Indonesia memperkuat konsepsi dan fungsi dikembangkan ke berbagai ilmu, teknologi, dan budaya.

LARAS DAN RAGAM BAHASAKetika bahasa itu berada pada tataran fungsi bahasa ekspresi diri dan fungsi bahasa komunikasi, bahasa yang digunakan masuk ke dalam ragam bahasa dan laras bahasa.

Pemakaian bahasa dibedakan berdasarkan (a) media yang dipergunakan, (b) topik pembicaraan, dan (c) sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dimaksudkan untuk kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan dalam laras bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan ragam bahasanya. Misalnya, laras bahasa lisan dan bahasa tulis.1. Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya, topik yang dibicarakan, hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium pembicaraannya (KBBI 2005:920).Yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa adalah hal-hal sebagai berikut:

a. situasi yang dihadapi,

b. permasalahan yang hendak disampaikan,

c. latar belakang pendengar dan pembaca, dan

d. medium atau sarana bahasa yang dipergunakan.

Keempat aspek dalam ragam bahasa tersbut lebih mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek medium bahasan yang digunakan dibandingkan dengan kedua aspek yang lain.1.1 Ragam Bahasa Berdasarkan Situsi Pemakaiannya

Berdasarakan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian, yaitua. Ragam bahasa formal

b. Ragam bahasa semiformal

c. Ragam bahasa nonformal

Setiap ragam bahasa dan laras bahasa diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahasa lisan (formal, semiformal, dan nonformal) dan laras bahasa (formal, semiformal, dan nonformal).

Kriteria ragam bahasa formal agar menjadi resmi adalah sebagai berikut:

a. kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah, sehingga luwes dalam pemakaiannya dan dimungkinlan ada perubahan kosakata dan istilah dengan benar,

b. penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit,

c. penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat,

d. penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten,

e. penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada ragam bahasa lisan.

Berdasarkan kriteria ragam formal tersebut, pembedaan antara ragam formal, semiformal, dan nonformal diamati dari hal berikut.a. pokok masalah yang sedang dibahas,

b. hubungan antara pembicara dan pendengar,

c. medium bahasa yang dipergunakan, lisan atau tulis,

d. area atau lingkungan pembicaraan, dan

e. situasi ketika pembicaraan berlangsung.

1.2 Ragam Bahasa Berdasarkan Mediumnya

Berdasarkan mediumnya, ragam bahasa terdiri atas dua ragam, yaitu

a. Ragam bahasa lisan

b. Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan langsung oleh penuturnya kepada pendengar. Ragam bahasa lisan ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman maknanya. Ragam bahasa tulis bisa bersifat formal, semiformal maupun nonformal. Ragam bahasa formal dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah (makalah, skripsi). Ragam bahasa semiformal dipergunakan dalam perkuliahan dan ragam bahasa nonformal dipergunakan untuk komunikasi sehari-hari.

Penggunaan ragam bahasa dan laras bahasa dalam penulisan karangan ilmiah harus mengacu pada hal-hal berikut:a. ragam bahasa formal,

b. ragam bahasa tulis,

c. ragam bahasa lisan,

d. laras bahasa ilmiah, dan

e. berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

2. Laras Bahasa

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa terkait langsung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan, sehingga dikenal dengan istilah laras bahasa ilmiah dengan bagian sub-sublarasnya. Pembedaan di antara sub-sublarasnya, seperti dalam laras ilmiah, dapat dikenali dari beberapa hal berikut:a. penggunaan kosakata dan bentukan kata,

b. penyusunan frasa, klausa, dan kalimat,

c. penggunaan istilah,

d. pembentukan aragraph,

e. penampilan hal teknis, dan penampilan kekhasan dalam wacana. PENULISAN EJAAN DAN TANDA BACA1. Konseps Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa. Dalam KBBI (2005:205) disebutkan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan bahasa dalam tataran wacana.

Berdasarkan konsepsi ejaan tersebut, cakupan ejaan membicarakan 1. pemakaian huruf vokal dan konsonan,2. penggunaan huruf capital dan kusif,3. penulisan kosakata dan bentukan kata,4. penulisan unsur serapan afiksasi dan kosakata asing, dan5. penempatan dan pemakaian tanda baca

Kelima aspek ejaan tersebut tertata dalam kaidah ejaan yang disebut Ejaan yang Disempurnakan yang dipergunakan sejak 1972.

2. Kaidah Penempatan Ejaan dalam PenulisanDalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan, penulisan ejaan dan tanda baca diatur dalam kaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut, di antaranya

a. pemakaian abjad, huruf vokal, dan huruf konsonan,

b. persukuan, yaitu pemisihan suku kata,

c. penulisan huruf besar,

d. penulisan huruf miring,

e. penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan, dan gabungan kata,

f. penulisan angka dan lambang bilangan, dang. penempatan tanda baca atau pungtuasi.KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM PENULISAN

Dalam proses penulisan karya ilmiah, ada dua jenis kalimat yang mendapat perhatian penulis, yaitu kalimat dan kalimat efektif. Pernyataan sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam frasa dan klausa. Rangkaian kata dalam kalimat tersebut ditata dalam struktur gramatikal yang benar unsur-unsurnya dalam membentuk makna yang akan disampaikan secara logis. Kalimat-kalimat dalam karya penulisan ilmiah haruslah lebih cermat dalam menata kalimat yang benar dan efektif karena kalimat-kalimat yang tertata itu berada dalam tataran laras bahasa ilmiah.

Kalimat dalam tataran sintaksis adalah satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan yang bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda baca titik sebagai pembatas. Sifat predikatif dalam kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsur subjek, predikat, dan objek (S-P+O). Unsur subjek dan predikat itu harus mewujudkan makna gramatikal kalimat yang logis. Konsepsi kalimat tersebut belum cukup untuk menampilkan kalimat efektif, sehingga diperlukan faktor lain dalam perwujudan kalimat menjadi kalimat efektif.Oleh karena itu, kalimat efektif adalah satuan bahasa (kalimat) yang dapat mewakili gagasan penulis atau pembicara dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama dalam pikiran pembaca atau pendengar seperti yang dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang harus tepat sasaran dalam penyampaian dan pemerian bagi pembacanya. Di samping kaidah yang ada dalam kalimat, kalimat efektif perlu memperhatikan persyaratan dan menghindari hal-hal yang menyalahi kalimat efektif.

Kalimat efektif merupakan kalimat yang mudah dipahami orang lain. Terpahaminya kalimat harus memenuhi beberapa unsur, yaitu 1. memenuhi unsur gramatikal (S, P, O, K, Pel),

2. diksi (pilihan kata) harus tepat makna, cocok dengan situasi,

dan lazim dipergunakan, dan

3. menggunakan ejaan yang disempurnakan.

Fungsi gramatikal atau unsur gramatikal dalam kalimat dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap. Fungsi subjek dan predikat harus ada dan jelas dalam kalimat dan secara fakultatif diperlukan fungsi objek, pelengkap, dan keterangan.

Subjek adalah fungsi kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Posisi subjek dalam kalimat bebas, yaitu berada di awal, tengah, atau akhir kalimat.

Predikat adalah fungsi kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek. Posisi predikat dalam kalimat juga bebas, kecuali tidak boleh di belakang objek atau pelengkap.

Objek adalah fungsi kalimat yang melengkapi kata kerja aktif dan kata kerja pasif sebagai hasil perbuatan, yang dikenai perbuatan, yang menerima, atau yang diuntungkan oleh perbuatan sebagai predikat. Fungsi objek selalu terletak di belakang predikat berkata kerja transitif.

Pelengkap adalah fungsi yang melengkapi fungsi kata kerja berawalan ber- dalam predikat, sehingga predikat kalimat menjadi lebih lengkap posisi pelengkap dalam kalimat terletak di belakang predikat berkata kerja berawalan ber-.

Keterangan adalah fungsi kalimat yang melengkapi fungsi-fungsi kalimat, yaitu melengkapi fungsi subjek, fungsi predikat, fungsi objek, dan fungsi smua unsur dalam kalimat. Posisi keterangan dalam kalimat bebas dan tidak terbatas. Tidak terbatas yang dimaksudkan bahwa fungsi keterangan dalam kalimat lebih dapat dari satu pada posisi bebas yang sesuai dengan kepentingan fungsi-fungsi kalimat.

Selain harus memenuhi fungsi fungsi dan unsur yang lain, yaitu diksi/pilihan kata dan ejaan, kalimat efektif haruslah memenuhi syarat sebagai kalimat efektif.Syarat keefektifan kalimat adalah sebagai berikut.1. Kepaduan (koherensi) adalah hubungan timbal balik atau hubungan kedua arah di antara kata atau frasa dengan jelas, benar, dan logis. Hubungan timbal balik tersebut dapat antarkata dalam frasa atau unsur atau dapat terjadi antarfrasa atau antarfungsi dalam kalimat.2. Kehematan atau ekonomi bahasa (menghemat kata atau frasa) adalah penulisan kalimat yang langsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis.3. Kesejajaran/paralelisme, yaitu upaya penulis memerinci unsur yang sama penting dan sama fungsinya secara kronologis dan logis dalam kalimat. Dalam kalimat dan paragraf, rincian tersebut haruslah menggunakan bentuk bahasa yang sama, yaitu dalam rincian kata, frasa, atau kalimat. Kesamaan bentuk dalam paralelisme berfungsi untuk menjaga pemahaman yang fokus bagi pembaca dan sekaligus menunjukkan kekonsistenan sebuah kalimat dalam penulisan karya ilmiah.4. Ketegasan atau penekanan, yaitu upaya penulis untuk memfokuskan kata atau frasa dalam kalimat. Penekanan atau penonjolan ide dapat berupa kata, frasa, klausa dalam kalimat dapat berpindah-pindah. Penekanan dapat dilakukan dalam kalimat lisan dan kalimat tulis. Pada kalimat lisa, penekanan dilakukan dengan intonasi yang dapat disertai mimik muka dan bentu nonverbal lainnya. Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan cara-cara mutasi (mengubah posisi kalimat), repetisi (pengulangan), dan kursif (miring, garis bawah, tebal).5. Kevariasian, yaitu upaya penulis variasi menggunakan berbagai pola kalimat dan jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan atau kemalasan pembaca terhadap teks karangan ilmiah. Fungsi utama kevariasian adalah untuk menjaga perhatian dan minat baca terhadap teks ilmiah berlanjut bagi pembaca. Pada dasarnya kevariasian merupakan upaya penganekaragaman pola, bentuk, dan jenis kalimat agar pembaca tetap termotivasi membaca dan memahami teks sebuah karangan ilmiah. Agar kevariasian dapat terjaga untuk memotivasi pembaca terhadap teks, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh penulis. 6. Kecermatan dan kesantunan adalah bahwa kalimat tersebut tidak menimbulkan tafsir ganda dan tepat dan santun dalam pilihan kata. Dengan demikian, karangan yang dihasilkan tepat sasaran dan tanpa gangguan emosional pembaca. Kecermatan dalam kalimat ditentukan oleh pilihan kata, sedangkan kesantunan mengandung makna bahwa gagasan yang diekspresikan dapat mengembangkan suasana baik, hubungan yang harmonis. Kalimat yang baik dan santun ditandai sifat-sifat singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit.7. Kelogisan/penalaran adalah proses mental dalam mengembangkan pikiran nalar (logis) dari beberapa fakta atau prinsip (KBBI 2005:772). Hal yang diutamakan dalam penalaran adalah proses berpikir logis dan bukan dengan perasaan atau pengalaman. Penalaran tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh kesatuan dan kepaduan kalimat. Dalam penalaran, alur berpikirlah yang ditonjolkan agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami dengan benar dan tepat, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman atau salah kaprah. Kesatuan pikiran akan logis jika didukung atau dikaitkan dengan gabungan unsur atau fungsi kalimat. Hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat melalui kaitan antarunsur dan kaitan antarbagian kalimat.Ciri kepaduan (koherensi)1. Tidak meletakkan kata depan (bagi, di, dalam, di dalam, untuk, menurut, tentang, pada, kepada) di depan subjek yang predikatnya bentuk aktif (me-).

Contoh:

a. Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk.

b. Pada rapat tersebut membicarakan keringanan SPP mahasiswa yang kurang mampu.

c. Untuk memperlancar komunikasi membutuhkan bahasa yang mudah dipahami oleh pembicara dan pendengar.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Yang tidak berkepentingan dilarang masuk.

b. Rapat tersebut membicarakan keringanan SPP mahasiswa yang kurang mampu.

atau

Pada rapat tersebut dibicarakan keringanan SPP mahasiswa yang kurang mampu.

c. Untuk memperlancar komunikasi dibutuhkan bahasa yang mudah dipahami oleh pembicara dan pendengar.

2. Tidak meletakkan kata depan di depan objek.

a. Pada pertemuan tersebut membicarakan tentang kenaikan harga bahan bakar minyak.

b. Mengkonsumsi narkoba membahayakan bagi diri sendiri, bangsa, dan negara.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Pada pertemuan tersebut dibicarakan kenaikan harga bahan bakar minyak.

atau

Pertemuan tersebut membicarakan kenaikan harga bahan bakar minyak.

b. Mengkonsumsi narkoba membahayakan diri sendiri, bangsa, dan negara.

atau

Mengkonsumsi narkoba berbahaya bagi diri sendiri, bangsa, dan negara.

3. Tidak terdapat subjek ganda.

a. Masalah itu saya kurang jelas.

b. Proposal itu saya buat bersama teman.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Saya kurang jelas akan masalah itu.

b. Saya membuat proposal itu bersama teman.

4. Tidak terpengaruh unsur asing, khususnya which (yang mana) dan where (di mana) yang tidak pada tempatnya.

a. Dompet yang mana berisi surat-surat penting hilang di kampus.

b. Rumah di mana saya tinggal jauh dari keramaian.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Dompet yang berisi surat-surat penting hilang di kampus.

b. Rumah tempat saya tinggal jauh dari keramaian.

atau

Rumah saya jauh dari keramaian.

5. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia.

b. Saya menyenangi permainan sepak bola. Sedangkan mereka menyenangi permainan bulu tangkis.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Kami datang agak terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia.

atau

Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia.

b. Saya menyenangi permainan sepak bola, sedangkan mereka menyenangi permainan bulu tangkis.

Ciri kehematan

1. Tidak mengulang subjeka. Saya tidak kuliah karena saya sakit.

b. Hadirin serentak berdiri ketika mereka melihat Rektor datang.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Saya tidak kuliah karena sakit.

atau

Karena sakit, saya tidak kuliah.

b. Hadirin serentak berdiri ketika melihat Rektor datang.

atau

Ketika melihat Rektor datang, hadirin serentak berdiri.2. Menghindarkan kesinoniman.

a. Agar supaya lulus ujian dengan nilai baik, rajinlah belajar.

b. Demi untuk menjaga keamanan lingkungan, siskamling perlu digalakkan.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Agar lulus ujian dengan nilai baik, rajinlah belajar.

b. Untuk menjaga keamanan lingkungan, siskamling perlu digalakkan.

3. Tidak menjamakkan kata-kata yang sudah jamak

a. Para hadirin dipersilakan mengisi daftar riwayat hidup lebih dahulu.

b. Banyak para mahasiswa berdemonstrasi menentang kenaikan harga BBM.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Hadirin dipersilakan mengisi daftar riwayat hidup lebih dahulu.

b. Banyak mahasiswa berdemonstrasi menentang kenaikan harga BBM

atau

Para undangan dipersilakan mengisi daftar riwayat hidup lebih dahulu.

Para mahasiswa berdemonstrasi menentang kenaikan harga BBM.Contoh kesejajaran bentuk

a. Tahapan penelitian di antaranya ialah mengumpulkan, mengklarifikasi, dan menganalisis data.

b. Pengecatan tembok dan pemasangan listrik sudah selesai dilakukan.c. Karena sudah mengetahui sebelumnya, mahasiswa tersebut dapat menjawab tes dengan benar.

Cara memberi ketegasan atau penekanan ide kalimat

1. Repetisi, yaitu mengulang kata atau bagian-bagian kalimat yang dianggap penting.

a. Alat penangkap ikan antara daerah satu dengan daerah lain berbeda.

b. Kalau pemimpin sudah mengatakan tidak, tetap tidak.2. Mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif.

a. Saya sedang mengerjakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. (aktif)

b. Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia sedang saya kerjakan. (pasif)

3. Mutasi, yaitu mengubah posisi kalimat dengan menempatkan bagian yang dipentingkan pada awal kalimat.

a. Minggu depan, akan dilakukan seminar Pencerahan Pancasila bagi Mahasiswa.b. Gubernur Mardiyanto kemarin mengadakan kunjungan kerja ke Jawa Timur.

4. Mengurutkan peristiwa secara kronologis.

a. Tidak hanya sekali, tetapi sudah berkali-kali saya memperingatkan dia agar selalu berbuat adil terhadap anak-anaknya.

b. Bukan hanya sejuta, dua juta, bahkan sudah berjuta-juta rupiah biaya yang ia keluarkan untuk menyelesaikan sekolahnya.5. Menggunakan partikel penegas.

a. Dalam berdemokrasi, apa pun harus transparan kepada masyarakat.b. Saudaralah yang harus bertanggung jawab.6. Pertentangan, yaitu menempatkan kata yang bertentangan dalam kalimat. Pertentangan bukan berarti antonim.

Dia sebetulnya pintar, tetapi malas kuliah.Cara membuat variasi kalimat

1. Kalimat bentuk inversi, yaitu awal kalimat tidak selalu ditempati unsur subjek. Misalnya, pola subjek-predikat menjadi pola predikat-subjek.

2. Kalimat aktif dapat divariasikan dengan kalimat pasif.

a. Perjuangan menggelora dengan hebat pada waktu itu. (S-P-K)

b. Menggelora dengan hebat perjuangan pada waktu itu. (P-S-K)

3. Kalimat yang panjang dapat diselingi dengan kalimat pendek.4. Kalimat berita divariasikan dengan kalimat tanya, perintah, atau seruan.5. Kalimat tunggal dapat divariasikan dengan kalimat majemuk.

6. Kalimat langsung dapat divariasikan dengan kalimat tak langsung.

7. Kalimat yang diuraikan dengan kata-kata dapat divariasikan dengan tampilan gambar, grafik, bagan, kurva, matrik, dan lain-lain.

Apa pun variasi yang dilakukan oleh penulis, jangan sampai mengubah atau keluar dari pokok masalah yang dibicarakan. Perhatikan contoh kalimat dengan variasi.a. Dari renungan itu, seorang manajer menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi idesentral yang menjiwai bisnisnya ke depan.Contoh Kecermatan dalam kalimata. Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah.

b. Saya menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat tersebut multitafsir atau mempunyai tafsiran lebih dari satu, sehingga tidak efektif, pembetulannya sebagai berikut.

b. Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah.

c. Saya menerima uang sebanyak dua- puluh lima -ribuan.

atau

a. Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

b. Saya menerima uang sebanyak dua -puluh -lima ribuan.Contoh kelogisan dalam kalimata. Waktu dan tempat kami persilakan.

b. Susi Susanti menduduki juara pertama pertandingan bulu tangkis.

Kalimat tersebut salah, pembetulannya sebagai berikut.

a. Bapak Agus Pambudi, kami persilakan.

b. Susi Susanti juara pertama pertandingan bulu tangkis.Selain contoh tersebut, hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat melalui kaitan antarunsur dan kaitan antarbagian kalimat. Hubungan logis dalam kalimat terdiri atas tiga jenis hubungan berikut.1. Hubungan logis koordinatif adalah hubungan setara di antara bagian-bagian kalimat dalam kalimat majemuk setara. Hubungan ini ditandai dengan konjungsi: dan, serta, tetapi, atau, melainkan, sedangkan, padahal.

2. Hubungan logis korelatif adalah hubungan saling kait di antara bagian kalimat. Hubungan ini ditandai oleh konjungsi berikut.

a. Hubungan penambahan: baik... maupun

tidak hanya... tetapi juga...

b. Hubungan perlawanan: tidak..., tetapi...

bukan... , melainkan

c. Hubungan pemilihan: apakah...

atau...

entah...

d. Hubungan akibat

: demikian... sehingga

sedemikian rupa... sehingga

e. Hubungan penegasan: jangankan... , ... pun

3. Hubungan logis subordinatif adalah hubungan kebergantungan di antara

induk kalimat dan anak kalimat. Hubungan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Hubungan waktu

: ketika, setelah, sebelumb. Hubungan syarat

: jika, kalau, jikalauc. Hubungan pengandaian: seandainya, andaikan, andai katad. Hubungan tujuan

: untuk, agar, supayae. Hubungan perlawanan: meskipun, kendatipun, walaupun

f. Hubungan pembandingan: seolah-olah, seperti, daripada, alih-alih

g. Hubungan sebab

: sebab, karena, oleh sebab, lantaran

h. Hubungan akibat/hasil: sehingga, maka, sampai

i. Hubungan alat

: dengan, tanpa

j. Hubungan cara

: dengan, tanpa

k. Hubungan pelengkap: bahwa, untuk, apakahl. Hubungan keterangan: yang

m. Hubungan perbandingan: sama... dengan, lebih... daripada, berbeda... dari

Contoh kalimat yang tidak logis.1. Di antara masalah pendidikan nasional yang itu mencantumkan masalah MPKT dalam pendidikan.2. Untuk mengetahui baik buruk pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.

3. PT Gudam Garam termasuk lima penghasil devisa negara tahun 2010.

4. Meskipun dia datang terlambat, dia dapat menyelesaikan masalah itu.

5. Dia membantah bahwa bukan dia yang korupsi, tetapi staf keuangan perusahaan.

MEMBUAT MAKALAH KELOMPOK (4-5 orang)SISTEMATIKA MAKALAH

A. Bagian awal

: 1. Sampul 2.Daftar Isi

3. Daftar Tabel/Gambar (jika ada)

B. Bagian Inti

: 1. Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan

2.Isi/teks/pembahasan

3.Penutup

a. Simpulan

b. Saran

C.Bagian Akhir

:1. Daftar Pustaka

2.Lampiran (jika ada)

KUTIPAN

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik yang terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah.

Mengutip pendapat orang lain sah-sah saja, artinya diperbolehkan, asal garis besar kerangka karangan dan simpulan merupakan pendapat pribadi.

Tujuan Mengutipuntuk membuktikan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang penulis/pengutip tulis.Fungsi Kutipan

sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat penulis/pengutip.

Prinsip-prinsip Mengutip1. Jangan mengubah

Penulis tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks asli, apabila penulis menganggap perlu ada perubahan, penulis harus memberi keterangan yang jelas. Misalnya,

Buatlah kalimat dengan pilihan kata semena-mena [cetak miring dari penulis/pengutip].2. Apabila ada kesalahan

Apabila dalam kutipan terdapat kesalahan ejaan atau tata bahasa, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan. Apabila penulis tidak setuju, cukup memberi keterangan yang ditempatkan dalam kurung segi empat, kata [sic!]. Contoh, Kata terdiri atas bentuk dan makan [sic!].

3. Menghilangkan bagian kutipan

Dalam kutipan diperkenankan menghilangkan bagian tertentu dari teks, asalkan tidak mengubah isi atau makna teks tersebut.

Apabila unsur yang dihilangkan berupa sebagian dari kalimat, teks yang dihilangkan dinyatakan dengan tanda [].

Apabila unsur yang dihilangkan terdapat pada akhir sebuah kalimat, bagian yang dihilangkan dinyatakan dengan tanda [.]. Titik terakhir menyatakan berakhirnya kalimat. Apabila bagian teks yang dihilangkan satu alinea atau lebih, bagian yang dihilangkan dinyatakan dengan tanda titik, satu baris halaman.

Jenis Kutipan1. Kutipan Langsung

Pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari teks asli.

2. Kutipan Tidak Langsung

Pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh yang terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.

Cara-cara Mengutip

1. Kutipan langsung tidak lebih dari empat baris/tidak lebih dari empat puluh kata caranya penulisannya adalah a. kutipan diintegrasikan dengan teks,

b. jarak antarbaris dua spasi/satu setengah spasi,

c. kutipan diapit tanda baca kutip, dan

d. sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan halaman yang dikutip.2. Kutipan langsung lebih dari empat baris/lebih dari empat puluh kata cara penulisannya adalaha. kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi,b. jarak antarbaris satu spasi,

c. kutipan boleh diapit atau tidak diapit tanda baca kutip,

d. sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan halaman yang dikutip, dane. seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketukan, apabila kutipan dimulai dengan alinea baru, baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketukan.

3. Kutipan tidak langsung cara penulisannya adalaha. kutipan diintegrasikan dengan teks,

b. jarak antar baris dua atau satu setengah spasi,

c. kutipan tidak diapit tanda kutip, dan

d. sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan halaman yang dikutip.

Nomor urut penunjukkan bertalian pada nomor penunjukkan dalam catatan kaki. Nomor penunjukkan berlaku untuk setiap bab, atau untuk seluruh karangan. Pada nomor penunjukan yang berlaku untuk setiap bab, pertama, tiap bab dimulai dengan urut 1; kedua, untuk penunjukan yang pertama tiap bab, nama pengarang harus ditulis lengkap, sedangkan penunjukan berikutnya dalam bab tersebut cukup dengan menyebut nama singkat pengarang, ditambah singkatan-singkatan ibid., op.cit., atau loc. cit. Sebaliknya, apabila nomor urut penunjukkan berlaku untuk seluruh karangan, hanya untuk penyebutan yang pertama nama pengarang ditulis lengkap, sedangkan penyebutan selanjutnya hanya mempergunakan nama singkat dan singkatan sebagaimana yang telah disebutkan.CATATAN KAKICatatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.

Tujuan:

1. untuk menyusun pembuktian,

2. menyatakan hutang budi,

3. menyatakan keterangan tambahan, dan merujuk bagian lain dari teks.

Jenis Catatan Kaki

1. Penunjukan sumber (referensi), yaitu menunjuk sumber tempat kutipan terdapat.2. Catatan penjelas, dibuat dengan tujuan memberi pengertian/komentar terhadap pernyataan dalam teks.

3. Gabungan sumber dan penjelas, yaitu menunjuk sumber sekaligus memberi komentar.

Unsur-unsur Referensi1. pengarang,

2. judul, dan

3. data publikasi.

Syarat Membuat Catatan Kaki1. nama pengarang tidak dibalik,

2. diberi nomor urut penunjukkan, dan3. setiap unsur dibatasi dengan tanda baca koma.Istilah-istilah dalam Catatan Kaki1. Ibid. (ibidem), singkatan ini berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini dipergunakan apabila cacatan kaki berikutnya menunjuk kepada karya atau artikel yang telah disebutkan sebelumnya. Apabila halamannya sama, cukup ditulis Ibid., bila halamannya berbeda ditulis Ibid. disertai nomor halaman yang dikutip.Contoh:

1Achmad S. Ruki, Sistem Manajemen Kerja: Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 10.atau

1Achmad S. Ruki, Sistem Manajemen Kerja: Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 10.

2Ibid. 3Ibid., hlm. 29.

2. op. cit. (opere citato), berarti pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini dipakai apabila catatan tersebut menunjuk kembali kepada sumber yang telah disebut sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain. Mengutip dari buku dengan halaman yang berbeda.Contoh:

1Achmad S. Ruki, Sistem Manajemen Kerja: Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 10.atau

1Achmad S. Ruki, Sistem Manajemen Kerja: Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 10.

2Mutiara S. Panggabean, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 54.

3Ruki, op.cit., hlm. 70.

3. loc. cit. (loco citato), berarti pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini dipakai atau menunjuk kepada sebuah artikel majalah, harian atau ensiklopedi yang telah disebutkan sebelumnya dan telah diselingi sumber lain. Atau juga untuk buku pada halaman yang sama dan telah diselingi sumber lain.Contoh:

1Bonor Simanjuntak, Potensi Teknologi Pendidikan dalam Meningkatan Sumber Daya Manusia, dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II: Kurikulum untuk Abad Ke-21 (Jakarta: Grasindo, 1994), hlm. 167.atau

1Bonor Simanjuntak, Potensi Teknologi Pendidikan dalam Meningkatan Sumber Daya Manusia, dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II: Kurikulum untuk Abad Ke-21, Jakarta, Grasindo, 1994, hlm. 167.

2J. Supranto, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan: Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Jakarta. Rineka Cipta, 2001, hlam. 50.

3Simanjuntak, loc.cit., hlm, 170.

4Supranto, loc. cit.

5Faturrokhman, Kesantunan Berbahasa dalam Berdiskusi, (http/: [email protected]/ diakses, 12 April 2012).

7Amin Purnawan, Demokrasi yang Tidak Berdasarkan Nurani, Kompas, 15 Maret 2012, halaman 8.

8Rati Riana, Kesalahan Bahasa dalam Surat Dinas di Universitas Semarang, Dinamika Sosial Budaya, I (2:16)/ Vol. I, No. 2, hlm. 16/ Volume I, Nomor 2, halaman 16, Universitas Semarang.Contoh:1. Kutipan langsung tidak lebih dari empat baris,Untuk menjadi umat yang kuat diperlukan pemimpin yang kuat fisik dan batin, serta luas pengetahuannya. Pemimpin perlu memiliki kekuatan batin, sabar, dan tahan uji. (Permadi 1996:67)2. Kutipan langsung lebih dari empat barisa. Model cacatan akhir (end note): Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi, dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. ( Panggabean 2002:13).atau

Menurut Panggabean (2002:13) bahwa manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi, dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.b. Model catatan kaki (foot note):

Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi, dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1KOSAKATA/PERBENDAHARAAN KATAKosakata/ perbendaharaan kata adalah kekayaan kata suatu bahasa. Kosakata biasanya dirangkum atau direkam dalam sebuah kamus (kamus kata, kamus istilah, dan kamus ungkapan).Tata bahasa atau bahasa mencakupi:a. kaidah ucapan dan ejaan,

b. kaidah pembentukan kata,

c. kaidah penyusunan kalimat,

d. kaidah pembentukan paragraf, dan

e. kaidah tata tulis.

Kosakata ada tiga macam

1. Kata adalah rangkaian bunyi bahasa yang memiliki makna. 2. Istilah adalah kata yang sudah didefinisikan.

a. Istilah umum, yaitu istilah yang umum dikenal masyarakat luas dan tidak terbatas pada bidang ilmu tertentu.

b. Istilah khusus atau istilah teknis, yaitu kata atau istilah yang digunakan dalan bidang ilmu tertentu.

3. Ungkapan, yaitu kata yang sudah memiliki makna kias.

Kata dan MaknanyaKata adalah rangkaian bunyi bahasa yang memiliki makna. Kata terdiri atas bentuk dan makna. Makna adalah pengertian, konsep, atau acuan yang ditunjuk atau dinyatakan oleh kata-kata.Macam-macam Makna Makna adalah pengertian, konsep, atau acuan yang ditunjuk atau dinyatakan oleh kata-kata.1. Makna leksikal ialah keseluruhan makna yang dikandung oleh suatu kata.

a. Makna denotatif atau denotasi ialah makna pokok/ makna objektif, makna yang ditunjuk langsung oleh kata itu sendiri/makna kata yang sesungguhnya.b. Makna konotatif ialah makna tambahan, makna subjektif, makna yang timbul sebagai akibat adanya sugesti atau saran dan asosiasi atau tautan pikiran yang ditimbulkan oleh makna pokok.

2. Makna gramatikal ialah makna yang timbul akibat proses ketatabahasaan.Makna Berdasarkan Sruktur Leksikalnyaa. Sinonim ialah beberapa kata yang mempunyai makna sama atau hampir sama.b. Antonim ialah kata yang mempunyai arti berlawanan.

c. Homonim ialah kata yang sama tetapi mempunyai arti yang berbeda.

homograf , kesamaan tulisan: teras-teras, seri-seri homofon, kesamaan bunyi: bang-bank, sangsi-sanksi.

d. Polisemi ialah kata yang mempunyai banyak makna apabila dihubungkan dengan kata yang lain.

e. Hiponim ialah kata-kata yang maknanya terangkum oleh kata lain yang wilayah maknanya lebih luas, misal kera, mangga, sedangkan binatang dan buah-buahan sebagai superordinatnya.Diksi/pilihan Kata

Untuk mencapai diksi yang baik, kita harus memahami secara baik masalah kata dan maknanya. Ada beberapa cara untuk memenuhi diksi:1. menggunakan kamus sebagai sumber,

2. memperluas dan mengaktifkan kata,

3. memilih kata yang tepat,

4. memilih kata yang cocok, sesuai dengan situasinya,

5. pengenalan beberapa corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan penulisan.Syarat Diksi yang Baik1. Ketepatan diksi/pilihan kata (ketepatan gagasan yang disampaikan).2. Kesesuaian diksi/pilihan kata (kesesuaian dalam kesempatan atau situasi).3. Kelaziman pemakaian kata.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka adalah daftar yang berisi judul-judul buku, judul-judul artikel dan bahan penerbitan lainnya yang bertalian dengan karangan yang sedang dikerjakan.Fungsi Daftar Pustaka

1. untuk menunjuk sumber tempat terdapatnya kutipan.2. sebagai pelengkap dari catatan kaki (data referensi secara lengkap dapat diketahui).

Unsur Daftar Pustaka1. Nama pengarang dikutip secara lengkap.

2. Judul buku/artikel, termasuk judul tambahan.

3. Data publikasi: tempat terbit, penerbit, tahun.

4. Untuk artikel diperlukan pula jilid, nomor, tahun, dan halaman.

Syarat Daftar Pustaka1. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.

2. Nama pengarang disusun secara alfabetis.

3. Gelar akademik tidak perlu dicantumkan.Cara Menyusun Daftar Pustaka (cara mengutip dengan foot note)1. Buku dari satu orang pengarang

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1977.

2. Rujukan dari Beberapa Buku dari Seorang Pengarang

Keraf, Gorys. Komposisi: Suatu Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende, Flores: Nusa Indah, 2000.____. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia, 2002.____. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.3. Buku dengan dua pengarang

Situmorang, Victor dan Soedibjo. Pokok-Pokok Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.4. Buku dengan pengarang lebih dari duaRachbini, Didik J., Suwidi Tono, Puji Wahono, dan Eko Budi Supriyanto. Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral. Jakarta: Mardi Mulyo, 2000.5. Sumber/ rujukan dari artikel dari koran

Purnawan, Amin. Urgensi Pemantauan Peradilan. Suara Merdeka, 5 Mei 2006, hlm. 6.6. Sumber/ rujukan dari artikel yang bersubjudul dari koran

Tanuredjo, Budiman. Transisi Demokrasi: Sebuah Maklumat untuk Bangsa. Kompas, Selasa, 6 Juni 2006, hlm. 5.

7. Rujukan dari buku kumpulan artikel (ada editornya)Aminuddin (Ed.). Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3, 1990.

8. Rujukan dari artikel dalam buku kumpulan artikel (ada editornya)Hasan, M.Z. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.), Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3, 1990.

9. Sumber/ Rujukan Artikel dari Jurnal/MajalahBudiardjo, Miriam. Konsep-Konsep Demokrasi. Majalah/Jurnal Pertahanan Maritim, I (2):12, 1996.

Volume I, Nomor 2, halaman 12, 1996.

Vol. I, No. 2, hlm. 12, 1996.10. Rujukan dari Buku Atas Nama Lembaga Tanpa Penulis

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya, 2008.

11. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah Tanpa Lembaga dan Tanpa PengarangUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.

12. Rujukan Artikel dari Internet

Sabarianto, Dirgo. Keefektifan Kalimat dalam Karya Ilmiah, (Online), (http://dirgo.com/, diakses, 12 Oktober 2010), 2009.13. Rujukan dari Internet Berupa Artikel dalam Jurnal

Griffith, A.I. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archieve, Vol. 3, No. 1, (Online), (http://olam.ed.edu./epaa/, diakses, 14 Oktober 1997), 1995.14. Rujukan dari Artikel di Koran Tanpa Penulis

Kompas. Human Error Penyebab Kecelakaan Kereta Api di Petarukan, 12 Oktober 2000, hlm. 16.

15. Rujukan dari Karya Terjemahan Ary, D., J.C. Jacobs, dan A. Razavich. Pengembangan Penelitian Bahasa. Terjemahan oleh Arief Furchon. 1997. Surabaya: Usaha Nasional, Tanpa tahun/Tth.16. Rujukan dari Skripsi/ Tesis/ DisertasiSulaiman, Ahmad. Transportasi Berwawasan Lingkungan. Skripsi Fakultas Teknik, Universitas Semarang. Semarang, 2008.17. Rujukan dari Makalah yang DiseminarkanBisri, A. Zaini. Peran Pers dalam Pilihan Gubernur Jawa Tengah 2008. Sosialisasi Program dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008. Semarang, 5 Februari 2008.18. Rujukan dari Wawancara

Waluyo, Bibit. Gubernur Jawa Tengah. Wawancara. Semarang,

14 Januari 2008.Cara Menyusun Daftar Pustaka (cara mengutip dengan side note)1. Rujukan Buku dari Seorang Pengarang

Keraf, Gorys. 2000. Komposisi: Suatu Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende, Flores: Nusa Indah.

2. Rujukan dari Beberapa Buku dari Seorang Pengarang

Keraf, Gorys. 2000. Komposisi: Suatu Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende, Flores: Nusa Indah.

____. 2002a. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.____. 2002b. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 3. Rujukan Buku dengan Dua Pengarang Situmorang, Victor dan Soedibjo. 1999. Pokok-Pokok Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Rineka Cipta.4. Rujukan Buku dari Beberapa Pengarang Rachbini, Didik J., Suwidi Tono, Puji Wahono, dan Eko Budi Supriyanto. 2000. Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral. Jakarta: Mardi Mulyo.5. Sumber/ Rujukan Artikel dari Koran

Purnawan, Amin. 2006. Urgensi Pemantauan Peradilan. Suara Merdeka, 3 Juli, hlm. 6.6. Sumber/ Rujukan Artikel yang Bersubjudul dari Koran

Tanuredjo, Budiman. 2006. Transisi Demokrasi: Sebuah Maklumat untuk Bangsa. Kompas, Selasa, 6 Juni, hlm. 5.

7. Rujukan dari Buku Kumpulan Artikel (ada editornya)Aminuddin (Ed.). 1999. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.8. Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (ada editornya)Hasan, M.Z. 1999. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.), Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.9. Sumber/ Rujukan dari Artikel dalam Jurnal/Majalah

Budiardjo, Miriam. 1996. Konsep-Konsep Demokrasi. Majalah Pertahanan Maritim, I (2):12.

Volume I, Nomor 2, halaman 12.

Vol. I, No. 2, hlm. 12.10. Rujukan dari Buku Atas Nama Lembaga Tanpa Penulis Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.11. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah Tanpa Lembaga dan Tanpa PengarangUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2006. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.12. Rujukan Artikel dari Internet

Sabarianto, Dirgo. 2010. Keefektifan Kalimat dalam Karya Ilmiah, (Online), (http://dirgo.com/, diakses, 12 Oktober 2010).13. Rujukan dari Internet Berupa Artikel dalam Jurnal

Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archieve, Vol. 3, No. 1, (Online), (http://olam.ed.edu./epaa/, diakses, 14 Oktober 1997).14. Rujukan dari Artikel di Koran Tanpa Penulis

Kompas, 12 Oktober 2010. Human Error Penyebab Kecelakaan Kereta Api di Petarukan, hlm. 16.15. Rujukan dari Karya Terjemahan Ary, D., J.C. Jacobs, dan A. Razavich. Tanpa tahun/Tth. Pengembangan Penelitian Bahasa. Terjemahan oleh Arief Furchon. 1997. Surabaya: Usaha Nasional.16. Rujukan dari Skripsi/Tesis/Disertasi

Sulaiman, Ahmad. 2008. Transportasi Berwawasan Lingkungan. Skripsi Fakultas Teknik, Universitas Semarang. Semarang.17. Rujukan dari Makalah yang Diseminarkan Bisri, A. Zaini. 2008. Peran Pers dalam Pilihan Gubernur Jawa Tengah 2008. Sosialisasi Program dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008. Semarang, 5 Februari.

18. Rujukan dari Wawancara

Waluyo, Bibit. Gubernur Jawa Tengah. 2008. Wawancara. Semarang, 14 Januari.

PARAGRAF (ALINEA)

Paragraf adalah satuan bahasa yang membicarakan suatu topik atau gagasan atau pokok pembicaraan. Paragraf terdiri atas beberapa kalimat dan biasanya cara penulisannya menjorok ke dalam. Paragraf disebut juga karangan mini karena pada dasarnya merupakan miniatur sebuah karangan. Tujuan paragraf dinyatakan dalam kalimat topik.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil simpulan hal-hal sebagai berikut.

1. Paragraf mempunyai gagasan utama yang dituangkan dalam bentuk kalimat topik. Bagi penulis, gagasan utama dalam paragraf merupakan pengendali isi paragraf, sedangkan bagi pembaca, paragraf menjadi kunci pemahaman karena merupakan rangkuman isi paragraf.

2. Paragraf terdiri atas beberapa kalimat.

3. Gagasan utama dinyatakan dalam kalimat topik.

4. Salah satu kalimat dalam paragraf merupakan kalimat topik, selebihnya kalimat pengembangan yang berfungsi untuk memperluas keterangan, memperjelas, menganalisis, atau menerangkan kalimat topik.

Fungsi Paragraf

Paragraf yang berupa himpunan kalimat saling terkait dalam mengemukakan gagasan utama berfungsi penting bagi penulis paragraf dan bagi pembaca. Adapun fungsi paragraf adalah sebagai berikut.Fungsi Paragraf bagi Penulis

1. Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain dalam teks.

2. Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah ide atau pokok pikiran secara tertulis.3. Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi percampuran di antara unit pikiran penulis.

4. Penulis tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke paragraf berikutnya.

5. Pragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang koheren. Fungsi Paragraf bagi Pembaca

1. Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan formal, pembaca dengan jelas memahami gagasan utama paragraf.

2. Pembaca dengan mudah menikmati karangan secara utuh, sehingga memperoleh informasi penting dan kesan yang kondusif.

3. Pembaca tertarik dan bersemangat membaca paragraf per paragraf karena tidak membosankan atau tidak melelahkan.4. Pembaca dapat belajar bagaimana cara menarik untuk menyampaikan gagasan dalam paragraf.

5. Pembaca merasa tertarik dan terotivasi cara menjelaskan paragraf tidak hanya kata-kata, tetapi dapat juga dengan gambar, bagan, diagram, grafik, dan kurva.

Dilihat dari fungsi dan kandungan isinya, kalimat dalam paragraf terdiri atas 1. kalimat topik,

2. kalimat pengembangan,

3. kalimat penutup, dan

4. kalimat penghubung.Kalimat topik merupakan kalimat yang mengungkapkan gagasan utama atau gagasan pokok dalam paragraf yang bersangkutan. Bagian ini merupakan bagian yang penting, berfungsi sebagai sarana mengarahkan dan sekaligus mengontrol pengembangan paragraf, juga menuntun pembaca untuk menelusuri paragraf. Biasanya, kalimat topik terletak pada awal atau tengah paragraf. Karena kalimat topik merupakan kalimat yang terpenting, hendaknya merupakan kalimat yang efektif dan menarik, susunannya runtut dan logis, rumusannya tidak terlalu umum, namun juga tidak terlalu spesifik

Kalimat pengembangan merupakan kalimat-kalimat yang menguaraikan hal-hal yang terkandung dalam kalimat topik. Kalimat ini hendaknya berpusat pada kalimat topik dan cara merumuskan butir-butir pengembangan secara ringkas di bawah kalimat topik, sehingga terbentuk semacam kerangka paragraf.

Kalimat penutup merupakan kalimat yang mengakhiri paragraf. Kalimat penutup berupa penekanan kembali hal-hal yang dianggap penting, dapat berupa simpulan, rangkuman, yang dapat menimbulkan banyak kesan dalam hati pembaca.

Kalimat penghubung yaitu kata atau frasa yang menyatakan hubungan dengan paragraf lain. Kalimat ini berfungsi menjaga terwujudnya kesatuan dan kepaduan paragraf.

Jenis-jenis Paragraf

1. Paragraf Dilihat dari Satuan Karangana. Paragraf pembuka, berfungsi membimbing pembaca untuk memasuki inti permasalahan atau ide pokok yang akan dibicarakan yang berupa keterangan permulaan. Paragraf pembuka merupakan bagian permulaan yang ditemui pembaca, sehingga harus dapat memancing minat dan perhatian pembaca. Ada beberapa cara untuk memancing perhatian pembaca. (1) Membuat garis besar karangan dengan menonjolkan bagian yang penting.

(2) Memaparkan isi dan maksud judul karangan.

(3) Mengutip pendapat dari pakar.

(4) Menyitir suatu pendapat.

(5) Membatasi subjek dan objek permasalahan.

(6) Memaparkan arti pentingnya masalah tersebut.

(7) Menceritakan pengalaman pribadi.

b. Paragraf isi, yaitu paragraf yang bertugas mengungkapkan ide pokok beserta pengembangannya. Bagian ini merupakan bagian yang esensial dalam karangan. Oleh karena itu, susunan kalimatnya harus runtut dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang logis. Yang perlu diperhatikan dalam paragraf isi adalah ha-hal sebagai berikut:(1) mengemukakan pokok permasalahan dengan jelas dan eksplisit,

(2) perlu dijaga keserasian dan kelogisan antarparagraf,

(3) pengembangan paragraf dapat menggunakan jenis paragraf ekspositoris, argumentatif, deskriptif, atau naratif,

(4) memperhatikan hal teknis, seperti kutipan, sumber kutipan, bagan, diagram, dan kurva,

(5) menyiapkan uraian pokok masalah yang disintesiskan sebagai bahan paragraf simpulan.Ada beberapa pola pengembangan paragraf, yaitu pola urutan waktu, pola urutan tingkat, pola urutan apresiatif, pola urutan tempat, pola urutan klimaks, pola urutan antiklimaks, pola urutan khusus-umum, pola urutan sebab-akibat, dan pola urutan tanya-jawab.

c. Paragraf penutup, merupakan paragraf yang menutup atau mengakhiri sebuah karangan. Paragraf ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan sebelumnya. Paragaraf ini hendaknya memperkuat gagasan pokok dan sekaligus menggambarkan isi karangan. Bagian penutup ini merupakan bagian terakhir yang dibaca oleh pembaca. Oleh karena itu, susunan kalimatnya harus diolah sedemikian rupa sehingga berkesan bagi pembaca. Kalimat penutup berupa simpulan, ringkasan, penekanan kembali hal yang penting, atau saran, dan harapan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam paragraf penutup, antara lain(1) tidak terlalu panjang dan tida begitu saja diputuskan,(2) ditampilkan sebagai cerminan sebuah simpulan,(3) mendapat kesan positif dan iformatif,

(4) pengetahuan yang logis dan kondisif,

(5) bisa berupa jawaban singkat dari uraian atau pertanyaan pada paragraf pembuka,

(6) tidak menguraukan, mengutip, atau mengemukakan hal baru,(7) berdasarkan apa yang disimpulkan dalam paragraf, penulis dapat

mengajukan rekomendasi

(8) atau usulan yang berupa saran.d. Paragraf penghubung, yaitu paragraf yang bertugas menghubungkan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain, atau bagian karangan yang satu dengan bagian yang lain. Disebut pula dengan paragraf peralihan atau transisi. Paragraf ini berupa kalimat kompleks dan terletak pada awal paragraf penutup, atau bagian penutup paragraf. 2. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat Tujuan Karangan a. Paragraf eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan atau memaparkan pokok masalah.b. Paragraf argumentatif adalah paragraf yang mngemukakan suatu pikiran dengan alasan logis.c. Paragraf deskriptif adalah jenis paragraf yangmemerikan suatu suasana, area, dan benda.d. Paragraf naratif adalah jenis paragraf yang menceritakan suatu masalah.e. Paragraf persuasif adalah jenis paragraf yang memengaruhi atau merajuk orang tentang sesuatu.3. Jenis Paragraf Berdasarkan Posisi Kalimat Topiknya

a. Paragaf deduktif adalah jenis paragraf yang menempatkan kalimat topik pada awal paragraf.

b. Paragraf induktif adalah jenis paragraf yang menempatkan kalimat topik pada akhir paragraf.

c. Paragraf deduktif-induktif adalah jenis paragraf yang menempatkan kalimat topik pada awal dan akhir paragraf.

d. Paragraf ineratif adalah jenis paragraf yang menempatkan kalimat topik pada tengah paragraf.

e. Paragraf tanpa kalimat topik adalah jenis paragraf yang pengembangan paragrafnya menyebar dalam satu paragraf.

4. Jenis Paragraf Berdasarkan Cara atau Metode Pengembangannya

a. Paragraf menerangkan,b. Paragraf memerinci,c. Paragraf contoh,d. Paragraf pembuktian,e. Paragraf pertanyaan,f. Paragraf perbandingan, dang. Paragraf sebab akibatSyarat Paragraf yang Baik

1. Kesatuan yang kompak, yaitu semua kalimat haruslah mengemukakan satu tema yang jelas. Kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu disusun sedemikian rupa sehingga tidak satu kalimat pun yang menyimpang. Apabila dalam satu paragraf terdapat kalimat yang menyimpang, paragraf tersebut tidak utuh. Oleh karena itu, harus dibuat paragraf baru.

2. Kepaduan atau koherensi, yaitu antarkalimat dalam paragraf saling terkait. Hal ini dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui kata-kata pengait anatarkalimat. Mengaitkan kalimat dalam paragraf dapat dilakukan dengan cara berikut.a. Pengulangan kata kunci (repetisi) yang terdapat dalam setiapa kalimat.b. Penggunaan kata penghubung (konjungsi) setiap awal kalimat dengan tepat dan benar (misalnya: selanjutnya, di samping itu, pendek kata, pada umumnya, dengan demikian, sehubungan dengan itu, oleh karena itu). c. Penggunaan kata ganti orang atau kata ganti penunjuk sebagai pngganti gagasan utama, misalnya dia, mereka, nya, itu, tersebut, ini.d. Penggunaan metode pengembangan paragraf sebagai penjelas gagasan utama paragraf. Metode yang digunakan darinmetode proses sampai dengan metode definisi.e. Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topik. Posisi kalimat topik dalam paragraf ditepatkan pada(1) awal paragraf (dedukktif),(2) akhir paragraf (induktif),(3) awal dan akhir paragraf (deduktif-induktif),(4) tengah paragraf (ineratif), dan(5) semua kalimat dalam paragraf (deskriptif).f. Penulis paragraf tetap memperhatikan kaidah satuan bahasa yang lain, seperti ejaan, tanda baca, bentukan kata, diksi, an kalimat.g. Dalam penulisan karangan ilmiah, penulisan paragraf harus memperhatikan kutipan, sumber rujukan, tata letak grafik, kurva, dan gambar. h. Penulis memperhatikan jenis-jenis paragraf pada posisi bagian karangan, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.i. Penulisan paragraf menjorok ke dalam (paragraf menekuk) atau sejajar (paragraf merenggang). j. Penulis memperhatikan jumlah kata atau kalimat (jumlah kosakata antara 30-100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalimat).k. Jika uraian paragraf lebih dari 100 kata, sebaiknya dibuat menjadi dua paragraf. Struktur Paragaraf

1. Kalimat utama atau kalimat topik, yaitu kalimat yang mengungkapkan gagasan utama.

2. Kalimat penjelas, yaitu kalimat yang menjelaskan atau menguraikan kalimat utama.Jenis-jenis Paragraf

Dalam karangan terdapat bermacam-macam jenis paragraf.Macam-macam jenis paragraf tersebut

Contoh paragraf deduktif Eceng gondok termasuk gulma atau tumbuhan pengganggu. Eceng gondok menyebar dengan cepat lewat angin dan arus bawah air, serta mampu mempercepat penguapan air tenang seperti danau. Perairan yang ditumbuhi eceng gondok akan menjadi cepat dangkal, kotor, dan lumpur melekat pada akar-akar tumbuhan tersebut akan menganggu lalu lintas air. Sungai pun tampak kotor.

Kalimat utama pada kalimat tersebut terletak pada awal paragraf, yaitu Eceng gondok termasuk gulma atau tumbuhan pengganggu. Kalimat utama tersebut dikembangkan lagi oleh beberapa kalimat penjelas. Seluruh isi kalimat penjelas itu harus mendukung pokok pikiran utama.

Contoh paragraf induktif

DNA (Deoxyribo Nucleid Acid) disebut juga asam dioksiribonukleat, yaitu asam protein dalam darah yang mengandung informasi tentang sifat dan karakteristik makhluk hidup yang khas dan tidak disamai oleh makhluk lain. Informasi ini terangkum dalam kode genetis berupa ikatan kimiawi. Jadi, DNA digunakan untuk memastikan siapa orang tua dari seorang anak.

Paragraf tersebut diawali oleh kalimat-kalimat penjelas terlebih dahulu, yaitu penjelas pokok pikiran utama tentang DNA. Keseluruhan kalimat penjelas ini disimpulkan oleh kalimat utama pada akhir paragraf. Jadi, kalimat utama dalam paragraf tersebut, DNA dapat digunakan untuk memastikan siapa orang tua dari seorang anak.

Contoh paragraf campuran (deduktif-induktif)

Seorang anak perlu menyenangi dan menikmati kegiatan kreatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajak si anak melakukan kegiatan tersebut bersama-sama orang tua atau pendidik. Kegiatan seperti ini sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Semangat dan kegembiraan orang tua dan pendidik dalam melakukan hal-hal kreatif akan menular kepada si anak. Jadi, ia pun akan menyenangi dan menikmati kegiatan kreatif itu.

Kalimat utama pada paragraf tersebut terletak pada awal dan diulang pada akhir paragraf. Kalimat-kalimat yang terletak di antara kedua kalimat utama, merupakan kalimat penjelas yang berfungsi mengembangkan pokok pikiran utama.

JENIS TULISAN

Sebelum mengarang, apalagi menulis karangan ilmiah, penulis harus memahami terlebih dahulu mengenai apa itu karangan dan jenis-jenisnya. Dngan demikian, seorang penulis dapat menentukan jenis karangan yang akan dibuatnya dan memudahkan yang penulis menyusun kerangkanya sehingga tujuan penulis tercapai. Pada dasarnya, mengarang merupakan pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan paragraf untuk menjabarkan dan atau menguas topik tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (Finoza 2008:228). Selain itu, harus pula dipahami bahwa karangan dapat bersifat nonilmiah, semiilmiah atau ilmiah populer, dan ilmiah. Ketiganya memiliki perbedaan, seperti berikut. Sifat karanganCiriContoh

Nonilmiaha. tidak terikat oleh aturan bahasa baku,b. struktur tidak baku walaupun tetap sistematis,c. nonfaktual/rekaan,d. subjektif,e. biasa berbentuk narasi, deskripsi, dan campuran.cerita pendek, anekdot, dan puisi

Semiilmiaha. menghindari istila-istilah teknis dan menggantinya dengan isilah umum,b. struktur tidak baku walaupun tetap sistematis,

c. pengamatan bersifat factual,

d. bersifat campuran (objektif dan subektif)

e. biasanya berbentuk eksposisi, persuasi, deskripsi, dan campuran.berita, opini, dan artikel

Ilmiah a. sumber bersifat faktual,

b. bersifat objektif,

c. menggunakan kaidah bahasa Indonesia baku,

d. terkait oleh aturan yang lazim digunakan dalam ranah ilmiah bidang-bidang ilmu,

e. struktur bersifat baku, f. argumentasi dan campuran.makalah, skripsi, tesis, dan disertasi

a. Karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan memberikan penjelasan, informasi, keterangan, dan pemahaman kepada pembaca atau pendengan tentang suatu hal. Tulisan jenis ini biasanya menguraikan sebuah proses atau suatu hal yang belum diketahui oleh pembaca atau proses krja suatu benda (Keraf 1997:110). Sebuah tulisan ekspositoris semata-mata hanya membrikan informasi dan tidak bertujuan lain, misalnya berpromosi atau menggiring pembaca agar setuju dengan apa yang dijelaskan. Jenis tulisan ini dapat kita temui di media massa, seperti berita politik dan kriminal. Karena sifatnya memaparkan, karangan eksposisi dapat disebut juga karangan paparan.

b. Argumentasi (Bahasan)

Tulisan ini bertujuan untuk meyakinkan atau mengubah pendapat pembaca atas suatu pendapat, ideology, doktrin, sikap, atau tingkah laku tertentu. Dalam tulisan yang bersifat ilmiah, jenis karangan ini biasanya digunakan oleh penulis untuk meyakinkan pembaca atas topik yang diuraikan penulis. Dengan demikian, penulis harus menyusun karangannya secara logis dengan alasan atau data yang mampu meyakinkan pembaca.c. Persuasi (Ajakan)

Kata persuasi berasal dari to persuade yang berarti membujuk atau meyakinkan. Bentuk nominanya adalah persuation yang kemudian dipungut ke dalam bahasa Indonesia persuasi (Finoza 2008:247). Karangan persuasi adalah karangan yag bertujuan meyakinkan pembaca, membuat pembaca percaya, atau membujuk pembaca atas apa yang dikemukakan oleh penulis. Yang dikemukakan tersebutbdapat berupa fakta, produk, pendapat, hingga ideologi tertentu. Bidang yang paling banyak menggunakan jenis karangan ini adalah bidang periklanan.

Karangan persuasi dapat digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu

(1) Persuasi politik

(2) Persuasi pendidikan

(3) Persuasi advertensi

(4) Persuasi propaganda.

d. Narasi (Kisahan)

Narasi atau kisahan adalah karangan yang menceritakan sesuatu, baik berdasarkan pengamatam maupun pengalaman secara runtut. Sebuah karangan narasi berusaha mengisahkan suatu peristiwi atau kejadian secara logis (Keraf 1997:109). Penulisan narasi membutuhkan tiga hal, yaitu

(1) kalimat pertama dalam paragraf harus menggugah minat pembaca,

(2) kejadian disusun secara kronologis, dan (3) fokus pada tujuan akhir yang jelas (Utorodwo dkk. 2004:65).

e. Deskripsi (Lukisan) PAGE 44