konsep pembelajaran baca tulis al-qur’an pada …

19
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020 MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 64 KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA PENDIDIKAN DASAR (Tinjauan Normatif pada Pendidikan Dasar SD/MI) Sopian Lubis Dosen Tetap STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jl.Gatot Subroto Km 3 No.3 Tebing Tinggi Sumatera Utara, Telp: (0621) 21428, E-mail: [email protected] Abstrak: Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pembawa risalah sekaligus menjadi sumber utama dari ajaran Islam. Al-Qur’an ini juga sebagai penyempurna kandungan dari kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada para nabi pembawa risalah sebelum Muhammad saw, yang sudah tentu sebagai pedoman bagi para pemeluknya, yakni umat Islam. Oleh sebab itu sudah sepantasnya bagi kaum muslimin untuk dapat membacanya dengan baik dan benar serta mengamalkan nilai-nilai ajaran yang terkadung di dalamnya. Sebagai kitab suci tentu ia harus menjadi konsumsi pertama dalam membangun dan mengembangkan kemampuan anak dalam membaca, dan menulis sebelum mempelajari berbagai pengetahuan lain. Penelitian ini akan membahas konsep pembelajaran tulis baca Al-Qur’an secara normative dengan tujuan untuk menemukan poin-poin penting dalam kegiatan pembelajaran Al-Qr’an pada jenjang pendidikan dasar yakni, Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Dengan demikian metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan literer yakni mendeskripsikan berbagai konsep dasar pembelajaran Al-Qur’an pada anak usia sekolah dasar yang bersumber dari berbagai literatur. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa banyak sekali konsep pembelajaran baca tulis Al-Qur’an dengan berbagai metode. Setiap metode yang digunakan memiliki kelebihan-kelebihan dan adanya keterkaitan antara satu metode dengan yang lainnya. Kata Kunci: Konsep pembelajaran, tulis baca Al-Qr’an, pendidikan dasar PENDAHULUAN Sebaik-baik manusia adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam, maka tiadak alasan untuk tidak membacanya, baik di waktu sempit maupun luang, baik tua maupun muda, baik besar maupun kecil. Pembelajaran baca Al-Qur’an mutlak dilakukan sejak dini sebagai bekal kehidupan di dunia dan akhirat. Namun bagaimana cara mengajarkan membaca Al-Qur’an sedini mungkin. Pembelajaran cara membaca Al-Qur’an perlu di lakukan sejak dini secara terus menerus oleh umat islam agar dapat mengembangkan diri secara sistematis dan menjalani hidup sesuai aturan dengan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Sehingga dapat menciptakan manusia dengan akhlak yang baik. Pembelajaran membaca Al- Qur’an biasanya dilakukan pertama kali saat anak berusia 2 tahun atau saat anak sudah dapat berbicara dengan lebih jelas. Pembelajaran membaca Al-Qur’an bagi anak-anak biasanya dilakukan di rumah dengan orangtua sebagai pembimbing atau di madrasah dengan dibimbing oleh ustadz atau guru mengaji yang sudah ahli. Tetapi terkadang belajar membaca Al-Qur’an di madrasah tidak selalu dapat

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

64

KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA PENDIDIKAN DASAR

(Tinjauan Normatif pada Pendidikan Dasar SD/MI)

Sopian Lubis

Dosen Tetap STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jl.Gatot Subroto Km 3 No.3 Tebing Tinggi Sumatera Utara,

Telp: (0621) 21428, E-mail: [email protected]

Abstrak: Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

sebagai pembawa risalah sekaligus menjadi sumber utama dari ajaran Islam. Al-Qur’an ini juga sebagai

penyempurna kandungan dari kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada para nabi pembawa risalah

sebelum Muhammad saw, yang sudah tentu sebagai pedoman bagi para pemeluknya, yakni umat Islam.

Oleh sebab itu sudah sepantasnya bagi kaum muslimin untuk dapat membacanya dengan baik dan benar

serta mengamalkan nilai-nilai ajaran yang terkadung di dalamnya. Sebagai kitab suci tentu ia harus

menjadi konsumsi pertama dalam membangun dan mengembangkan kemampuan anak dalam membaca,

dan menulis sebelum mempelajari berbagai pengetahuan lain. Penelitian ini akan membahas konsep

pembelajaran tulis baca Al-Qur’an secara normative dengan tujuan untuk menemukan poin-poin penting

dalam kegiatan pembelajaran Al-Qr’an pada jenjang pendidikan dasar yakni, Sekolah Dasar/ Madrasah

Ibtidaiyah. Dengan demikian metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

pendekatan literer yakni mendeskripsikan berbagai konsep dasar pembelajaran Al-Qur’an pada anak usia

sekolah dasar yang bersumber dari berbagai literatur. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa

banyak sekali konsep pembelajaran baca tulis Al-Qur’an dengan berbagai metode. Setiap metode yang

digunakan memiliki kelebihan-kelebihan dan adanya keterkaitan antara satu metode dengan yang lainnya.

Kata Kunci: Konsep pembelajaran, tulis baca Al-Qr’an, pendidikan dasar

PENDAHULUAN

Sebaik-baik manusia adalah

orang yang belajar Al-Qur’an dan

mengajarkannya. Al-Qur’an sebagai

pedoman hidup umat Islam, maka tiadak

alasan untuk tidak membacanya, baik di

waktu sempit maupun luang, baik tua

maupun muda, baik besar maupun kecil.

Pembelajaran baca Al-Qur’an mutlak

dilakukan sejak dini sebagai bekal

kehidupan di dunia dan akhirat. Namun

bagaimana cara mengajarkan membaca

Al-Qur’an sedini mungkin.

Pembelajaran cara membaca

Al-Qur’an perlu di lakukan sejak dini

secara terus menerus oleh umat islam

agar dapat mengembangkan diri secara

sistematis dan menjalani hidup sesuai

aturan dengan Al-Qur’an sebagai

pedoman hidupnya. Sehingga dapat

menciptakan manusia dengan akhlak

yang baik. Pembelajaran membaca Al-

Qur’an biasanya dilakukan pertama kali

saat anak berusia 2 tahun atau saat anak

sudah dapat berbicara dengan lebih jelas.

Pembelajaran membaca Al-Qur’an bagi

anak-anak biasanya dilakukan di rumah

dengan orangtua sebagai pembimbing

atau di madrasah dengan dibimbing oleh

ustadz atau guru mengaji yang sudah

ahli. Tetapi terkadang belajar membaca

Al-Qur’an di madrasah tidak selalu dapat

Page 2: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

65

dilakukan, karena masalah cuaca serta

guru mengajinya tidak dapat hadir. Anak

juga terkadang malas untuk melakukan

hal lain selain bermain.

Pembelajaran Baca Qur’an

adalah pembelajaran yang sangat penting

bagi seluruh umat Islam, karena

membaca al-Qur’an adalah gerbang

menuju pengetahuan Islamiah seperti

akidah, ibadah, akhlak dan sebagainya.

Proses baca ini adalah proses pertama

dan utama dalam membuka kunci

petunjuk umat Islam tersebut,

sebagaimana wahyu yang pertama turun

dari Allah kepada umat manusia melalui

Nabi Muhammad saw. yaitu:

عَلَق مِنْ الإنْسَانَ ( خَلَقَ ١) خَلَقَ الَّذِي رَبِّكَ بِاسْمِ اقْرَأْ

( عَلَّمَ ٤) بِالْقلََمِ عَلَّمَ ( الَّذِي٣الأكْرَمُ ) وَرَبُّكَ اقْرَأْ (٢)

(٥ (يَعْلمَْ لَمْ مَا الإنْسَانَ

“Bacalah dengan (menyebut) nama

Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal

darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang

Maha pemurah. yang mengajar

(manusia) dengan perantaran kalam.

Dia mengajar kepada manusia apa yang

tidak diketahuinya.” (QS; al-‘Alaq: 1-5).

Metode penyampaian wahyu

yang pertama dari malaikat Jibril kepada

Nabi Muhammad saw. ini merupakan

metodepembelajaran baca Al-Qur’an

yang pertama. Maka setiap

diturunkannya Al-Qur’an, maka Nabi

langsung menyampaikan kepada para

sahabat, di mana sahabat pada waktu itu

masih banyak yang belum bisa membaca

apalagi menulis namun sahabat dapat

menerima bacaan Al-Qur’an dengan

baik. Malaikat Jibril ketika

menyampaikan wahyu yang pertama

kepada Nabi dengan perintah membaca

sampai mengulang tiga kali menjadi

metode utama dalam mengajarkan dan

menyampaikan Al-Qur’an oleh Nabi

Muhammad saw. kepada para sahabat.

Nabi Muhammad Rasulullah

tiada henti-hentinya memerintahkan

kepada sahabat untuk selalu membaca

firman Allah yang menjadi pedoman

umat Islam ini dan meminta agar sahabat

mengajarkannya kepada sahabat lainnya,

tabiin, tabiittabiin hingga sampai pada

generasi kita sekarang ini. Berbagai

metode pengajaran al-Qur’an telah

diterapkan sepanjang sejarah keislaman

dari zaman ke zaman, baik yang secara

tradisional (belum terstruktur) maupun

yang sudah terstruktur.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan

dalam tulisan ini adalah penelitian literer

dan bersifat deskriptif eksplorarif, maka

metode yang digunakan adalah metode

Page 3: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

66

deskriptif eksploratif yaitu,

pengembangan metode yang

mendeskripsikan gagasan-gagasan yang

telah dituangkan dalam bentuk media

cetak baik yang berupa naskah primer

maupun naskah sekunder untuk

kemudian dikembangkan. Fokus

pembahasan pada metode deskriptif

eksploratif adalah suatu usaha

mendeskripsikan, membahas dan

menggali gagasan-gagasan pokok yang

selanjutnya ditarik pada satu kesimpulan

dan tidak menutup kemungkinan adanya

kasus baru. Ide pokok yang menjadi

dasar tulisan ini adalah konsep normatif

kurikulum pendidikan agama Islam

sebagai salah satu sistem pendidikan

antikorupsi.

Adapun sumber data yang

digunakan adalah berupa buku-buku,

jurnal ilmiah, artikel-artikel, paper,

tulisan lepas, internet, annual report,

produk hukum dan bentuk dokumen

tulisan lainnya yang memiliki

keterkaitan dengan objek penelitian serta

memiliki akurasi dan relevasni dengan

permasalahan yang akan dibahas. Maka

sumber data dalam tulisan ini dibagi

menjadi dua bentuk:

1. Sumber utama (primer) yaitu, data-

data yang berkaitan langsung dengan

teori-teori pembelajaran baca tulis Al-

Qur’an pada anak dengan

menggunakan beberapa buku dan

literatur yang berkaitan dengan

permasalahan.

2. Data sekunder, yaitu data yang tidak

terkait secara langsung dengan

pembahsan bias berupa hasil

penelitian-penelitian terdahulu.

(Arikunto, 2002: 114)

Untuk pengumpulan data,

penulis menggunakan telaah buku,

dengan cara memperoleh keterangan-

keterangan mengenai suatu obyek

pembahasan. Teknik dan alat

pengumpulan data juga menggunakan

teknik penelitian pustaka (library

research methode). Selanjutnya

dianalisa dengan menggunakan kerangka

berfikir induktif. (Moleong, 2002: 3)

Berangkat dari kerangka umum tentang

konsep pembelajaran Al-Qur’an pada

anak, kemudian dilakukan analisis

konsep untuk menemukan kelebihan-

kelebihan dari suatu metode dan

keterkaitannya dengan metode lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Al-Qur’an.

Dua kata yang sering

digunakan dalam kegiatan pendidikan

untuk membangun kemampuan pada

bidang tertentu, yaitu belajar dan

Page 4: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

67

pembelajaran. Belajar dan pembelajaran

ini merupakan dua konsep istilah yang

saling berkaitan satu dengan yang lain.

Konsep belajar berakar pada siswa

(student based centered), sedangkan

pembelajaran berakar pada guru (teacher

based centered). Kedua istilah ini bias

berdiri sendiri dan bias juga menyatu

bergantung pada situasi dari kedua

kegiatan itu terjadi.

Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses

perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan

pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk

membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik.

Sisi lain, pembelajaran

mempunyai pengertian yang mirip

dengan pengajaran, tetapi sebenarnya

mempunyai konotasi yang berbeda.

Dalam konteks pendidikan, guru

mengajar agar peserta didik dapat belajar

dan menguasai isi pelajaran hingga

mencapai sesuatu objektif yang

ditentukan (aspek kognitif), juga dapat

memengaruhi perubahan sikap (aspek

afektif), serta keterampilan (aspek

psikomotor) seorang peserta didik,

namun proses pengajaran ini memberi

kesan hanya sebagai pekerjaan satu

pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.

Sedangkan pembelajaran menyiratkan

adanya interaksi antara pengajar dengan

peserta didik.

Menurut Hilgard dan Marquis

yang dikutip oleh Aminudin Rasyad

learning is the process by which an

activity originates or is changed through

training procedure (whether in the

laboratory or in natural environment) as

distinguished from changes by factor not

attributable to training. Defenisi ini

menyatakan bahwa belajar merupakan

proses mencari ilmu yang terjadi dalam

diri seseorang melalui latihan,

pembelajaran dan sebagainya, sehingga

terjadi perubahan dalam diri. (Rasyad,

2003).

Muhibbin Syah memaparkan

“Belajar pada dasarnya adalah tahapan

perubahan perilaku siswa yang relative

positif dan menetap sebagi hasil interaksi

dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif”. (Syah, 2005)

Sedangkan dalam Kamus Bahasa

Indonesia, pembelajaran adalah “proses,

cara, perbuatan menjadikan orang atau

Page 5: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

68

makhluk hidup belajar.” (Kemendikbud,

2002), UU SISDIKNAS nomor 20 tahun

2003 menerangkan bahwa pembelajaran

adalah “proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar.”

Beberapa pendapat mengenai pengertian

pembelajaran, di antaranya menurut

Tohirin pembelajaran merupakan upaya

membelajarkan atau upaya mengarahkan

aktivitas siswa kearah aktivitas belajar.

(Tohirin, 2006).

Sedangkan pengertian

pembelajaran sebagaimana oleh

Aminuddin Rasyid adalah “proses yang

terjadi yang membuat seseorang atau

sejumlah orang yaitu siswa melakukan

proses belajar sesuai dengan rencana

pengajaran yang telah

diprogramkan.”(Rasyad, 2003). Sejalan

dengan yang diutara oleh Hamalik

bahwa pembelajaran adalah “suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-

unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran”. (Hamalik, 2006).

Pembelajaran menurut Sudjana

adalah setiap upaya yang sistematik dan

disengaja oleh pendidik untuk

menciptakan kondisi-kondisi agar

peserta didik melakukan kegiatan

mengajar. (Sudjana, 2001).

Pembelajaran juga dapat diartikan

dengan proses untuk membantu peserta

didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat

tergantung dari motivasi pelajar dan

kreatifitas pengajar. Pembelajar yang

memiliki motivasi tinggi ditunjang

dengan pengajar yang mampu

memfasilitasi motivasi tersebut akan

membawa pada keberhasilan pencapaian

target belajar. Target belajar dapat diukur

melalui perubahan sikap dan

kemampuan siswa melalui proses

belajar. Desain pembelajaran yang baik,

ditunjang fasilitas yang memandai,

ditambah dengan kreatifitas guru akan

membuat peserta didik lebih mudah

mencapai target belajar. (Sardiman,

2008).

Beberapa pengertian di atas

memberikan suatu kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan pembelajaran

adalah suatu aktivitas atau proses yang

mengarahkan siswa melakukan proses

belajar, dengan melibatkan unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Al-Qur’an secara bahasa sama

dengan qira’ah (قراءة), yaitu akar kata

Page 6: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

69

dari qara’a )قرأ( qira’atan )ًقراءة( wa

qur’anan )ًقرآنا(, ia merupakan bentuk

mashdar menurut wazan dari kata fu’lan

dan syukron (كفرا) seperti kufran ,(فعلا)

Bentuk kata kerjanya adalah .(شكرا)

qara’a yang berarti mengumpulkan dan

menghimpun. (Manna’, 2006). Dengan

demikian lafazd Qur’an dan qira’ah

secara bahasa berarti menghimpun dan

memadukan sebagian huruf-huruf dan

kata-kata dengan sebagian lainnya.

Pengertian Al-Qur’an menurut

Hasbi Ash-Shidieqy adalah “wahyu Ilahi

yang diturunkan kepada Muhammad

saw, yang telah disampaikan kepada kita

umatnya dengan jalan mutawattir, yang

dihukum kafir orang yang

mengingkarinya”. (M.Hasby, 1997).

Sedangkan menurut Subhi As-Shalih Al-

Qur’an adalah “kalam Ilahi yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad

saw. dan ditulis di dalam mushaf

berdasarkan sumber-sumber yang

mutawatir bersifat pasti kebenarannya,

dan dibaca umat Islam dalam rangka

ibadah”. (Subhi, 2000).

Al-Qur’an didefinisikan oleh

Zakiah Darajat ialah wahyu Allah swt.

yang dibukukan, dan diturunkan kepada

Nabi Muhammad saw, sebagai suatu

mukjizat, membacanya dianggap ibadah,

yang menjadi sumber utama ajaran

Islam. Menurutnya Pengajian atau

pembelajaran Al-Qur’an bagi anak-anak

telah lama membudaya dalam

masyarakat Islam. Hanya saja sistem dan

caranya perlu diperbaharui dan

dikembangkan sesuai dengan

perkembangan metode mengajarkan

berbagai macam pelajaran. (Daradjat,

2008).

Berbagai berbagai definisi

yang telah dikemukakan oleh para ulama

di atas, ditemukan unsur-unsur yang

sama dalam mendeffenisikan Al-Qur’an.

Namun apabila dicermati, tampak ada

beberapa perbedaan di antara definisi-

definisi yang mereka ungkapkan.

Perbedaan tersebut tidaklah menjadikan

pertentangan dan juga tidak menjadi

masalah dalam memahami makna Al-

Qur’an. Perbedaan pengertian tersebut

masih dalam kondisi yang dapat

dikompromikan dan saling melengkapi

satu dengan yang lain.

Berdasarkan beberapa

pengertian yang diuraikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah

kalam Allah swt. berbahasa Arab yang

diturunkan kepada nabi Muhammad saw.

melalui malaikat Jibril yang menjadi

mu’jizat atas kerasulannya untuk

dijadikan petunjuk bagi manusia

disampaikan dengan cara mutawatir

Page 7: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

70

dalam mushaf dimulai dengan surat Al-

fatihah dan diakhiri dengan surat An-

Naas serta menjadi ibadah bagi yang

membacanya.

Maka pembelajaran Al-Qur’an

adalah sebagai suatu kegiatan interaksi

belajar mengajar dengan tujuan

menanamkan kemampuan membaca dan

menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam hal

tujuan pembelajaran Al-Qur’an

sebagaimana diungkapkan oleh Mahmud

Yunus sebagai berikut: “1) agar pelajar

dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih

dan betul menurut tajwid. 2) agar pelajar

dapat membiasakan Al-Qur’an dalam

kehidupannya. 3) memperkaya

pembendaharaan kata-kata dan kalimat-

kalimat yang indah dan menarik hati”.

(Mahmud, 1990).

Lebih lanjut isi pengajaran Al-

Qur’an meliputi:

1. Pengenalan Huruf Hijaiyah, dari

huruf alif sampai ya’.

2. Cara membunyikan masing-masing

huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu,

yang dibicarakan dalam ilmu

Makhraj.

3. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti

syakal, syaddah, mad, dan

sebagainya.

4. Bentuk dan fungsi tanda berhenti

baca (waqaf), seperti waqaf muthlaq,

waqaf jawaz, dan sebagainya.

5. Cara membaca, melagukan dengan

bermacam-macam irama dan

bermacam-macam qiraat yang dimuat

dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu Nagham.

6. Adabut Tilawah, yang berisi tata cara

dan etika membaca al-Qur’an sesuai

dengan fungsi bacaan itu sebagai

ibadah. (Daradjat, 2008).

B. Metode Membaca Al-Qur’an

Secara etimologi, istilah metode

berasal dari bahasa Yunani “metodos”.

Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu

“metha” yang berarti melalui atau

melewati dan “hodos” yang berarti jalan

atau cara. (Rasyad, 2003). Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia metode adalah

“cara yang teratur dan terpikir baik-baik

untuk mencapai maksud” (Depdikbud,

2002).

Secara garis besar di Indonesia

terdapat bermacam-macam pendekatan

metode belajar membaca al-Qur’an, di

antaranya adalah Metode Baghdadiyyah,

Metode Hattaiyyah di Riau, Metode Al-

Barqi di Surabaya, Metode Qira’ati di

Semarang, Metode Iqra’ di Yogyakarta,

Metode Al-Banjari di Banjarmasin,

Metode SAS di Jawa Timur, Metode

Page 8: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

71

Tombak Alam di Sumatra Barat, Metode

Muhafakah (metode yang digunakan

untuk pengajaran Al-Qur’an dengan

cara hafalan kalimat sehari-hari), Metode

Muqoronah (metode dengan padanan

huruf atau persamaan huruf atau

Transliterasi), Metode Wasilah (Metode

urai baca dengan alat peraga), Metode

Saufiyah (dengan cara gestalt), Metode

Tarqidiyah, Metode jam’iyah (metode

campuran), Metode An-Nur, Metode El-

Fath, Metode 15 jam belajar al-Qur’an,

dan Metode a ba ta tsa. (Abdillah, 1996).

Beberapa metode pembelajaran

baca Al-Qur’an membaca yang popular:

1. Metode Baghdadiyah

Metode Baghdadiyah adalah

metode tersusun (tarkibiyah),

maksudnya yaitu suatu metode yang

tersusun secara berurutan dan merupakan

sebuah proses ulang atau lebih kita kenal

dengan sebutan metode alif, ba’, ta’.

(Animous, 1414). Menurut hemat dan

pantauan penulis metode ini adalah

metode yang paling pertama muncul dan

berkembang di Indonesia.

a. Cara mengajarkan Metode

Baghdadiyah pada anak atau

siswa:

1) Mula-mula diajarkan nama-

nama huruf hijaiyah menurut

tertib kaidah Baghdadiyah,

yaitu dimulai dari huruf alif,

ba’, ta’, dan sampai ya’.

2) Kemudian diajarkan tanda-

tanda baca (harakat) sekaligus

bunyi bacaanya. Dalam hal ini

anak dituntun membacanya

secara pelan-pelan dan diurai/

dieja, seperti alif fathah a, alif

kasrah i, alif dhammah u, dan

seterusnya.

3) Setelah anak-anak mempelajari

huruf hijaiyah dengan cara-

caranya itu, barulah diajarkan

kepada mereka Al-Qur’an

juz’amma (Juz yang ke-30 dari

urutan juz dalam Al-Qur’an ) itu

(Budiyanto, 1995).

b. Kelebihan

Pada metode Baghdadiyah

ini, anak atau siswa akan mudah

dalam belajar karena sebelum

diberikan materi sudah hafal huruf-

huruf hijaiyah, siswa yang lancar

akan cepat melanjutkan pada

materi selanjutnya karena tidak

menunggu orang lain, siswa

diperkenalkan nama huruf hijaiyah

sejak awal pelajaran. (Animous,

1414).

c. Kekurangan

Adapun kekuranganya

metode ini menurut penulis,

Page 9: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

72

membutuhkan waktu yang lama

karena harus menghafal huruf

hijaiyah dahulu dan harus dieja

sehingga siswa merasa jenuh dan

banyak yang tidak menyelesaikan

sampai bias membaca Al-

Qur’an.

2. Metode Qiro’ati

Metode Qiro’ati adalah

pengajaran membaca Al-Qur‟an dengan

langsung mempraktekkan bacaan tartil

sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid, untuk

mengajarkan jilid 1 dan 2 sebaiknya

dilaksanakan pada perorangan

sedangkan untuk jilid 3 sampai 6

sebaiknya diajarkan secara klasikal,

namun setiap siswa diberi kesempatan

membaca. (Zarkasi, 1990).

Pada jilid pertama huruf dibaca

langsung tanpa mengeja dengan cepat

dan tidak memanjangkan suara, pada

jilid dua diperkenalkan nama harakat,

angka arab, dan bacaan mad thabi’i. Jilid

tiga adalah pendalaman jilid satu dan

dua, jilid empat dikenalkan nun sukun,

tanwin, mad wajib dan mad jaiz, nun dan

mim bertasydid, wawu yang tidak

dibaca. Jilid lima diajarkan cara waqof,

mafatih al suwar dan pendalaman jilid

sebelumnya. Pada jilid enam diajarkan

cara membaca izhar halqi dan membaca

Al-Qur‟an juz satu. (Zarkasi, 1990).

3. Metode An-Nahdhiyah

Metode An-Nahdhiyah adalah

salh satu metode membaca Al-Qur’an

yang muncul di daerah Tulung agung,

Jawa Timur. Materi pembelajaran Al-

Qur'an tidak jauh berbeda dengan

metode Qira’ati dan Iqra’. Dan perlu

diketahui bahwa pembelajaran metode

ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan

keteraturan bacaan dengan ketukan atau

lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur'an

pada metode ini lebih menekankan pada

kode ”ketukan” dalam pelaksanaan.

Inti pelajaran metode An-

Nahdhiyah adalah, pada jilid pertama

siswa diperkenalkan huruf yang belum

dirangkai sekaligus pengenalan tanda

baca fathah, kasrah, dan dhammah. Pada

jilid kedua diajarkan rangkaian huruf,

bacaan mad thabi’i, tanda bacaan,

harakat tanwin, pengenalan angka arab.

Jilid yang ketiga diajarkan, ta’

marbuthah, huruf dengan tanda sukun,

alif Fariqah, ikhfa, hamzah washal. Jilid

keempat diajarkan bacaan izhar

qomariyah, bacaan izhar syafawi, bacaan

izhar halqiyah, dan bacaan mad wajib

muttasil. Jilid kelima diajarkan bacaan

lien, tanda tasydid, bacaan ghunnah,

idhgam bighunnah, dan iqlab, cara

membaca lafadz jalalah, dan bacaan

ikhfa’ syafawi. Di akhir jilid 1-5

Page 10: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

73

diberikan materi do’a harian. Jilid

keenam diajarkan idhgam syamsiyah,

qolqolah, mad lazim kilmi musaqqol/

mukhaffaf, mad aridly, mad iwadh, mad

lazim harfi, tanda-tanda waqof, dan

suratsurat pilhan. (Ma’arif NU, 1992).

4. Metode Iqra’

Metode Iqra’ adalah suatu

metode membaca Al-Qur'an yang

menekankan langsung pada latihan

membaca. Adapun buku panduan iqra’

terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat

yang sederhana, tahap demi tahap sampai

pada tingkatan yang sempurna. (Humam,

2000).

Pembelajaran membaca Al-

Qur’an dengan motode Iqra’ ini pernah

dijadikan proyek oleh Departemen

Agama RI sebagai upaya untuk

mengembangkan minat baca terhadap

kitab suci Al-Qur’an. Meski demikian,

harus diakui bahwa setiap metode

memiliki kelebihan dan juga kelemahan..

Oleh karena itu perlu ada upaya

memodivikasi dan kolaborasi antar

metode guna mendapatkan metode

pembelajaran yang menarik,

menyenangkan, dan efektif. (Roqib,

2009).

Adapun sistematika Buku Iqra,

pada jilid 1 seluruhnya berisi pengenalan

bunyi huruf-huruf tunggal berharokat

fathah. Diawali dengan huruf a, ba, ta,

tsa, dan seterusnya sampai bunyi ya.

Target yangakan dicapai anak adalah

bias membaca dan mengucapkan secara

fasih sesuai dengan makhraj-nya, huruf-

huruf tunggal berharakat fathah. Dalam

hal ini anak belum ditargetkan untuk

mengenal nama-nama huruf itu sendiri,

seperti alif, ba’, ta’ dan seterusnya.

Jilid 2 diperkenalkan dengan

bunyi huruf-huruf bersambung

berharakat fathah, baik huruf sambung di

awal, di tengah, maupun di akhir kata.

Mulai diperkenalkan bacaan “mad”

namun masih berharakat. Anak/ siswa

pada tahapan ini diperkenalkan nama

huruf demikian pula nama harakat.

Target jilid 2 meningkatkan kefasihan

membaca bunyi huruf, anak bisa

membaca huruf-huruf sambung, anak

bisa membedakan bacaan pendek dan

panjang dari fathah yang diikuti alif dan

fathah berdiri.

Awal jilid 3, anak

diperkenalkan bacaan kasrah. Karena

anak telah mampu membedakan bentuk-

bentuk huruf bersambung, maka

pengenalan bacaan kasrah ini langsung

huruf tunggal dan huruf sambung

sekaligus. Bacaan dhammah dikenalkan

pada jilid 3 setelah anak betul-betul

mengenal bacaan kasrah dan fathah.

Page 11: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

74

Target pada jilid ini, anak mengenal

bacaan kasrah, kasrah panjang karena

diikuti ya’ sukun dan kasrah pajang

karena berdiri, anak mengenal bacaan

dhammah, dhammah panjang karena

diikuti wawu sukun dan dhammah

panjang karena terbalik.

Pelajaran jilid 4 diawali dengan

bacaan fathah tanwin, kasrah tanwin,

dhammah tanwin, bunyi ya’ sukun dan

wawu sukun yang jatuh setelah harakat

fathah, mim sukun, nun sukun, qolqolah

dan huruf hijaiyah lainya yang

berharakat sukun, dan pada jilid ini anak

sudah diperkenalkan dengan nama

semua huruf hijaiyah serta nama-nama

tanda bacanya. Didahulukanya bacaan

qolqolah dari huruf-huruf sukun lainya

dimaksudkan agar sejak dini anak

mampu menghayati bacaan qolqolah

sehingga terbiasa dengan bacaan yang

mestinya berqolqolah tetap dibaca

qolqolah.

Sedangkan dalam jilid 5

diajarkan bacaan alif lam qamariah,

tanda waqaf, mad far’i, alif lam

syamsyiah, idgham bigunnah, lam

jalalah, dan idgam bilagunnah, tetapi

belum diperkenalkan istilah-istilah yang

digunakan dalam ilmu tajwid. Isi jilid 6

sudah memuat semua persoalan-

persoalan tajwid, walaupun belum

diperkenalkan teori-teori tajwidnya

(Budiyanto, 1995).

Sedangkan metode yang

direkomendasikan untuk pembelajaran

Iqra’ adalah sebagai berikut;

a. CBSA, siswa aktif membaca sendiri

setelah dijelaskan pokok bahasanya,

guru hanya menyimak tidak

menuntun.

b. Privat menyimakan seorang demi

seorang secara bergantian. endapat

Lapp, Bender, Ellenwood & John di

antara model aktivitas belajar adalah

The Personilised Model, di mana

proses pembelajaran dikembangkan

dengan memperhatikan minat,

pengalaman dan perkembangan siswa

untuk mengaktualisasikan potensi-

potensi individualitasnya

(Aunurrahman, 2010).

c. Asistensi. Siswa yang lebih tinggi

pelajaranya dapat membantu

menyimak sisswa lain. Strategi ini

baik digunakan untuk menggairahkan

kemauan peserta didik untuk

mengajarkan materi kepada temanya.

Jika selama ini ada pameo yang

mengatakan bahwa metode belajar

yang paling baik adalah dengan

mengajarkan kepada orang lain, maka

strategi ini akan sangat membantu

peserta didik dalam mengajarkan

Page 12: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

75

kepadateman sekelas (Zaini, dkk.,

2008).

Berikut adalah kelebihan dan

kekurangan/ metode pembelajaran Iqra’

menurut hemat penulis.

a. Kelebihan metode Iqra’:

1) Adanya buku (modul) yang mudah

dibawa dan dilengkapi oleh

beberapa petunjuk teknis

pembelajaran bagi guru serta

pendidikan dan latihan guru agar

buku iqra’ ini dapat dipahami

dengan baik oleh guru, para guru

dapat menerapkan metodenya

dengan baik dan benar.

2) Cara Belajar siswa aktif (CBSA).

siswa diberikan contoh huruf yang

telah diberi harakat sebagai

pengenalan di lembar awal dan

setiap memulai belajar siswa

dituntut untuk mengenal huruf

hijaiyah tersebut. Pada permulaan,

siswa langsung membaca huruf-

huruf tersebut secara terpisah-

pisah untuk kemudian dilanjutkan

ke kata dan kalimat secara gradual.

Jika terjadi kesalahan baca, guru

memberikan kode agar kesalahan

tersebut dibenarkan sendiri dengan

cara mengulang bacaan.

3) Bersifat privat (individual). Setiap

siswa menghadap guru untuk

mendapatkan bimbingan langsung

secara individual. Jika

pembelajaran terpaksa dilakukan

secara kolektif maka guru akan

menggunakan buku Iqra’ klasikal.

4) Menggunakan sistem asistensi,

yaitu santri yang lebih tinggi

tingkat pembelajaranya membina

siswa yang berada di bawahnya.

Meski demikian proses kelulusan

tetap ditentukan oleh guru dengan

melalui ujian.

5) Guru mengajar dengan pendekatan

yang komunikatif, seperti dengan

menggunakan bahasa peneguhan

saat siswa membaca benar,

sehingga siswa termotivasi, dan

dengan teguran yang

menyenangkan jika terjadi

kesalahan (Roqib, 2009).

b. Kelemahan metode iqra’ antara laian

seabagai berikut:

1) Anak kurang tahu nama huruf

hijaiyah karena tidak

diperkenalkan dari

awalpembelajaran.

2) Anak kurang tahu istilah atau

nama-nama bacaan dalam ilmu

tajwid.

C. Metode Menulis Al-Qur’an

Salah satu metode menulis Al-

Qur’an adalah dengan cara imla’

Page 13: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

76

Menurut Mahmud Ma’ruf (1985:157).

Imlak adalah menuliskan huruf-huruf

sesuai posisi nya dengan benar dalam

kata-kata untuk menjaga terjadinya

kesalahan makna.

Imlak (Imla’) adalah katergori

menulis yang menekankan pada

rupa/postur huruf dalam bentuk kata-kata

atau kalimat. Secara umum, ada tiga

kecakapan dasar yang dikembangkan

dalam keterampilan Imlak, yaitu

Kecakapan mengamati, Kecakapan

mendengar, dan kelenturan tangan dalam

menulis (Abdullah, 2015).

Dalam hemat penulis, bahwa

ada 4 (empat) macam jenis imlak yang

bisa diterapkan pada seseorang sesuai

dengan tahap kognitifnya, yaitu:

1. Imla’ manqul: siswa menyalin teks

bacaan atau kalimat yang ada di kitab

atau tulisan guru di papan ke dalam

buku tulis. Imla’ jenis ini untuk

tingkat pemula, dimana mereka lebih

ditekankan untuk cermat dan teliti

saat membaca tulisan dan

menyalinnya.

2. Imla’mandhur: siswa melihat dan

mempelajari teks bacaan atau kalimat

yang ada di kitab atau di papan tulis,

lalu menutup kitab atau yang ada di

papan tulis. Selanjutnya guru

mendiktekan tek bacaan atau kalimat

yang sama. Imla’ mandhur tidak

hanya menuntut siswa lebih cermat

dan teliti saat membaca, tapi juga

harus mengingat bentuk tulisannya

dan berkonsentrasi dengan guru.

Mata, telinga dan kekuatan daya ingat

harus saling mendukung. Imla’

mandhur diterapkan dikelas

menengah.

3. Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’):

siswa menulis teks bacaan atau

kalimat yang dibacakan guru tanpa

melihatnya terlebih dahulu (seperti

pada metode ke dua). Metode ini

untuk tahapan lebih tinggi, di mana

siswa telah menguasai dengan baik

teori-teori imla’ yang telah diajarkan.

Ketika siswa mendengarkan bacaan

guru, siswa mendeskripsikan (dalam

benak) bentuk tulisannya sesuai

dengan teori-teori yang ada di memori

otaknya, lalu menuliskannya dengan

cepat.

4. Imla’ ikhtibari: Adalah bentuk imla’

yang diberikan kepada siswa yang

telah menguasai dan memahami

dengan baik teori-teori imla’ ikhtibari

lebih banyak muatan praktik dari pada

muatan teori.

D. Pendidikan Anak Sekolah

asar/Marasah Ibtidaiyah

Page 14: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

77

Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat.

Sekolah Dasar (SD)/ adalah satu

bentuk satuan pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan umum

pada jenjang pendidikan dasar.

Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah salah

satu satuan pendidikan formal dalam

binaan Menteri Agama yang

menyelenggarakan pendidikan umum

dengan kekhasan Agama Islam pada

jenjang pendidikan dasar. (PP-RI, No 17:

2010).

Sekolah dasar diselenggarakan

oleh pemerintah maupun swasta. Sejak

diberlakukannya otonomi daerah pada

tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar

negeri (SD/MIN) di Indonesia yang

sebelumnya berada di bawah

Departemen Pendidikan Nasional, kini

menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah kabupaten/kota. Sedangkan

Departemen Pendidikan Nasional hanya

berperan sebagai regulator dalam bidang

standar nasional pendidikan. Secara

struktural, sekolah dasar negeri

merupakan unit pelaksana teknis dinas

pendidikan kabupaten/kota. Ada

beberapa karakteristik anak di usia

Sekolah Dasar yang perlu diketahui para

guru, agar lebih mengetahui keadaan

peserta didik khususnya ditingkat

Sekolah Dasar/ MI. Sebagai guru harus

dapat menerapkan metode pengajaran

yang sesuai dengan keadaan siswanya

maka sangatlah penting bagi seorang

pendidik mengetahui karakteristik

siswanya. Selain karakteristik yang perlu

diperhatikan kebutuhan peserta didik.

Adapun karakeristik dan kebutuhan

peserta didik dibahas sebagai berikut.

Karakteristik pertama anak

SD/MI adalah senang bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD/MI

untuk melaksanakan kegiatan

pendidikan yang bermuatan permainan

lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru

SD/MI seyogyanya merancang model

pembelajaran yang memungkinkan

adanya unsur permainan di dalamnya.

Guru hendaknya mengembangkan model

pengajaran yang serius tapi santai.

Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya

diselang saling antara mata pelajaran

serius seperti IPA, Matematika, dengan

pelajaran yang mengandung unsure

Page 15: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

78

permainan seperti pendidikan jasmani,

atau Seni Budaya dan Keterampilan

(SBK).

Karakteristik yang kedua adalah

senang bergerak, orang dewasa dapat

duduk berjam-jam, sedangkan anak

SD/MI dapat duduk dengan tenang

paling lama sekitar 30 menit. Oleh

karena itu, guru hendaknya merancang

model pembelajaran yang

memungkinkan anak berpindah atau

bergerak. Menyuruh anak untuk duduk

rapi untuk jangka waktu yang lama,

dirasakan anak sebagai siksaan.

Karakteristik yang ketiga dari

anak usia SD/MI adalah anak senang

bekerja dalam kelompok. Dari

pergaulanya dengan kelompok sebaya,

anak belajar aspek-aspek yang penting

dalam proses sosialisasi, seperti: belajar

memenuhi aturan-aturan kelompok,

belajar setia kawan, belajar tidak

tergantung pada diterimanya

dilingkungan, belajar menerimanya

tanggung jawab, belajar bersaing dengan

orang lain secara sehat (sportif),

mempelajarai olah raga dan membawa

implikasi bahwa guru harus merancang

model pembelajaran yang

memungkinkan anak untuk bekerja atau

belajar dalam kelompok, serta belajar

keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini

membawa implikasi bahwa guru harus

merancang model pembelajaran yang

memungkinkan anak untuk bekerja atau

belajar dalam kelompok. Guru dapat

meminta siswa untuk membentuk

kelompok kecil dengan anggota 3-4

orang untuk mempelajari atau

menyelesaikan suatu tugas secara

kelompok.

Karakteristik yang keempat

anak SD/MI adalah senang merasakan

atau melakukan/memperagakan sesuatu

secara langsung. Ditunjau dari teori

perkembangan kognitif, anak SD/MI

memasuki tahap operasional konkret.

Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia

belajar menghubungkan konsepkonsep

baru dengan konsep-konsep lama.

Berdasar pengalaman ini, siswa

membentukkonsep-konsep tentang

angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi

badan, pera jenis kelamin, moral, dan

sebagainya. Bagi anak SD/MI,

penjelasan guru tentang materi pelajaran

akan lebih dipahami jika anak

melaksanakan sendiri, sama halnya

dengan memberi contoh bagi orang

dewasa. Dengan demikian guru

hendaknya merancang model

pembelajaran yang memungkinkan anak

terlibat langsung dalam proses

pembelajaran. (Kuriawan: http//:).

Page 16: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

79

Perkembangan fisik atau

jasmani anak sangat berbeda satu sama

lain, sekalipun anak-anak tersebut

usianya relatif sama, bahkan dalam

kondisi ekonomi yang relatif sama pula.

Hal ini antara lain disebabkan perbedaan

gizi, lingkungan, perlakuan orang tua

terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-

lain.

Nutrisi dan kesehatan amat

mempengaruhi perkembangan fisik

anak. Kekurangan nutrisi dapat

menyebabkan pertumbuhan anak

menjadi lamban, kurang berdaya dan

tidak aktif. Sebaliknya anak yang

memperoleh makanan yang bergizi,

lingkungan yang menunjang, perlakuan

orang tua serta kebiasaan hidup yang

baik akan menunjang pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Olahraga juga merupakan

faktor penting pada pertumbuhan fisik

anak. Anak yang kurang berolahraga

atau tidak aktif sering kali menderita

kegemukan atau kelebihan berat badan

yang dapat mengganggu gerak dan

kesehatan anak.

Pada perkembangan intelektual,

anak sangat tergantung pada berbagai

faktor utama, antara lain kesehatan gizi,

kebugaran jasmani, pergaulan dan

pembinaan orang tua. Akibat

terganggunya perkembangan intelektual

tersebut anak kurang dapat berpikir

operasional, tidak memiliki kemampuan

mental dan kurang aktif dalam pergaulan

maupun dalam berkomunikasi dengan

teman-temannya. Perkembangan

emosional berbeda satu sama lain karena

adanya perbedaan jenis kelamin, usia,

lingkungan, pergaulan dan pembinaan

orang tua maupun guru di sekolah.

Perbedaan perkembangan emosional

tersebut juga dapat dilihat berdasarkan

ras, budaya, etnik dan bangsa.

Dalam hal pembelajaran Al-

Qur’an, berbagai metode yang

diutarakan di atas, dan prinsip strategi

mengajarkanya telah menunjukkan

adanya kesesuaian karakter anak dengan

taraf perkembanguan mereka. Namun

dalam hal ini ada hal-hal perlu

diperhatikan:

Pertama anak suka bermain,

maka dalam kegiatan pembelajaran Al-

Qur’an, harus diajarkan dengan

menyenangkan, bahkan dengan

permainan sehingga anak tertarik dan

cepat paham.

Kedua, anak senang bergerak,

metode-metode pembalajaran Al-Qur’an

yang telah ditemukan menyuguhkan

berbagai model pembelajaran seperti

privat/ sorogan, dan berprinsip Dak-Tun

Page 17: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

80

(tidak bole menuntun) CBSA+M (cara

belajar siswa aktif dan mandiri) serta

LCTB (lancar, Cepat, Tepat dan Benar).

Ketiga anak senang bekerja

dalam kelompok, maka berabgai metode

pembelajaran Al-Qur’an harus dapat

memberikan model pembelajaran

klasikal.

Keempat, anak senang

merasakan atau melakukan serta

memperagakan sesuatu secara langsung,

pembelajaran Al-Qur’an semestinya

dapat memberikan kesempatan bagi

siswa untuk aktif menemukan, mengenal

dan melafalkan huruf-huruf hijaiyah

dengan sendiri, tanpa bantuan guru.

Dalam keadaan ini guru sebagai

mediator dan motivator, biarkan siswa

mencari dan menemukan sendiri.

Dengan begitu apa yang telah

dipelajarinya akan lebih melekat dalam

ingatannya.

KESIMPULAN

Pembelajaran Al-Qur’an

sebagai suatu kegiatan interaksi belajar

mengajar juga mempunyai tujuan.

Adapun tujuan pembelajaran Al-Qur’an

adalah sebagai berikut: “1) agar pelajar

dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih

dan betul menurut tajwid. 2) agar pelajar

dapat membiasakan Al-Qur’an dalam

kehidupannya. 3) memperkaya

perbendaharaan kata-kata dan kalimat-

kalimat yang indah dan menarik hati”.

Di Indonesia terdapat

bermacam-macam metode membaca Al-

Qur’an. Metode pembelajaran membaca

dan menulis Al-Qur’an, yang paling

popular di antaranya adalah metode

Baghdadiyah, Qiro’ati, An-Nahdhyah,

Iqra’. Metode pembelajaran baca tulis

Al-Qur’an akan terus meningkat dan

bertambah sesuai dengan perkembangan

pengetahuan masyarakat dan teknologi.

Setiap metode pembelajaran Al-

Qur’an memiliki kelebihan dan

kekurangan, maka tugas guru adalah

menenrukan metode dan strategi mana

yang lebih tepat bagi anak usia SD/MI

disesuaikan dengan karakteristik dan

taraf perkembangan siswa.

SARAN

1. Para guru pengajar Al-Qur’an untuk

anak usia SD/MI baik di sekolah

formal maupun dari rumah-ke rumah

diharapakan dapar menganalis

berbagai metode pembelajaran Al-

Qur’an bagi siswanya sehingga

kegiatan baca tulis Al-Qur’an yang

dilakukan dapat berlangsung efektif.

2. Dalam mengenalkan khuruf dan

makhraj pada anak, harus betul-betul

Page 18: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

81

sampai pada target sasarannya,

sehingga anak terbiasa dengan ucapan

yang benar dan tentu akan

memudahkan anak untuk

menengkatkan kemampuan membaca

Al-Qur’an pada tafaf yang lebih tinggi

(seni membaca Al-Qur’an).

3. Diharapkan pada orang tua dan guru

saling bekerja sama dalam

membelajarakan siswa/ anak untuk

meningkatkan kemampuan tulis baca

Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, H. M. 1996. Ensiklopedia Islam.

Jakarta: PT. Iktiar Baru Van

Hoeve.

Abdullah, A. 2015. Metode-metode menulis

dalam pelajaran AL-qur’an Hadits

di MI. Semarang. Andi offset.

Animous (1414) Juz’amma. Surakarta:

Alwah.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiyanto, H. M. 1995. Prinsip-prinsip

Metodologi Buku Iqra’ (Cara

Cepat Belajar Membaca al-

Qur’an). Yogyakarta: AMM.

Daradjat, Z. 2008. Metodik Khusus

Pengajaran Agama Islam. Ke-2.

Jakarta.

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.

Hamalik, Ormar. 3004. Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Humam, A. 2000. Buku Iqra’ , Cara Cepat

Belajar Membaca al-Qur’an, Jilid

1-6. Yogyakarta: AMM.

M.Hasby, A. S. 1997. Sejarah dan

pengantar Ilmu Al-Quran dan

Tafsir. Cet.1. Semarang: Pustaka

Rizki Putra.

Ma’arif NU, L. 1992. Cepat Tanggap

Belajar al-Qur’an an-Nahdhiyah.

Jilid VI. Tulung Agung: LP.

Ma’arif NU.

Mahmud, Yunus. 1990. Metodik Khusus

Pendidikan Agama. Cet.12.

Jakarta: Hida Karya Agung.

Manna’, A.-Q. 2006. Pengantar Studi Ilmu

Al-Quran, terj. Mabahits fi ‘Ulumil

Qur’an. Cet. 1. Edited by R. E.-M.

Aunur. Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi

Penelitian Kualitatif, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nursidik Kurniawan. Karakteristik dan

Kebutuhan Pendidikan Anak Usia

Page 19: KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA …

ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

82

Sekolah Dasar, dalam

http://www.nhowitzer.multiply.co

m, diakses 3 November 2011

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 17 Tahun 2010 Tentang

”Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan,

Jakarta, 2010

Rasyad, A. 2003. Teori Belajar dan

Pembelajaran. Cet.4. Jakarta:

Uhamka Press.

Roqib, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam

(Pengembangan Pendidikan

Integratif di Sekolah, keluarga,

dan masyarakat). Yogyakarta:

LkiS.

Sardiman, A. M. 2008. Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Silberman, M. L. & A. B. 2004. Active

Learning:101 Strategiies to Teach

Any Subject, terjemahan Raisul

Muttaqien. Bandung: Nusamedia

& Nuansa.

Subhi, A. Sholeh. 2000. Membahas Ilmu-

Ilmu Al-Quran. Jakarta: Pustaka

Firdausi.

Sudjana, D. 2001. Metode dan Teknik

Pembelajaran Partisipatif.

Cet.Ke-4. Bandung: Falah

Production.

Syah, M. 2005. Psikologi Pendidikan

Dengan Pendekan Baru. Cet.12.

Bandung: Rosda Karya.

Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Zaini, dkk., H. 2008. Strategi Pembelajaran

Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.

Zarkasi, D. S. 1990. Metode Praktis Belajar

Membaca al-Qur’an, Semarang:

Yayasan Pedidikan Al-Qur’an

Mujawwidin.