bab ii tinjauan pustaka a. baca tulis al-qur’an
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Baca Tulis Al-Qur’an
1. Pengertian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an
a) Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an.
1) Baca (membaca)
Membaca berasal dari kata dasar “baca” yang memahami arti
tulisan. Sedangkan dalam kamus besar KBBI, kata baca/membaca
diartikan:
a) Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan
atau hanya dalam hati.
b) Menjaga atau melafalkan apa yang tertulis
c) Mengucapkan
d) Mengetahui, meramalkan
e) Memperhitungkan (KBBI,2012:83)
Menurut Soedarso membaca merupkan aktivitas kompleks yang
memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup
pengunaan pengertian, khayalan, penagamatan, dan ingatan
(Mulyono.1999:200)
Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi
bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh
anak-anak, terutama pada saat awal belajar membaca. Banyak anak yang
11
dapat membaca lancar suatau bahan bacaan tetapi tidak memahami isi
bacaan tersebut.
Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia
dari semua makhluk hidup di dunia ini, hanya manusia yang dapat
membaca. Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
dilakukan dalam hidup kita karena semua proses belajar didasarkan pada
kemampuan kita membaca. Tanpa bisa membaca, manusia dapat
dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia
sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca.
Dalam penelitian ini observasi terutama dilakukan untuk memperoleh data
berkaitan dengan kegiatan program BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an).
Dengan demikian, membaca merupakan suatau kegiatan atau
proses kognitif yang berupa untuk menemukan berbagai informasi yang
terdapat dalam tulisan. Hal ini dapat diartikan bahwa membaca merupakan
proses berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca (Dalman,2014: 5)
Sedangkan pengertian “membaca” dalam judul penelitian ini secara
khusus merujuk pada kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik.
2) Tulis (menulis)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “menulis” diartikan
sebagai membuat huruf (angka, dsb) (KBBI,1076) dengan pena (pensil,
kapur, Menulis di sini tidak hanya sekedar membuat huruf , akan tetapi
menulis di sini dapat diartikan sebagai cara mengungkapkan sesuatu
12
sampai menjadi tulisan yang layak dikatakan sebagai tulisan, seperti
tulisan di buku, di media massa, di blog, dan sebagainya.
Kegiatan menulis tidak bisa terlepas dari kegiatan membaca. Untuk
memperoleh hasil tulisan yang menarik dan bermanfaat bagi diri sendiri
khususnya dan umumnya untuk khalayak umum, dibutuhkan wawasan
yang luas dan wawasan yang luas dapat diperoleh melalui kegiatan
membaca. Seperti halnya kegiatan membaca, menulis juga dapat
memberikan manfaat. Menurut Dr. Pennebaker, menulis dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
a) Menulis dapat menjernihkan pikiran.
b) Menulis dapat mengatasi trauma yang menghalangi penyelesaian
tugas-tugas penting.
c) Menulis dapat membantu dalam mendapatkan dan mengingat
informasi baru.
d) Menulis dapat membantu memecahkan masalah.
e) Menulis-bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis
(Hamowo,2003: 54)
Menulis dalam hal ini diarahkan dalam pembelajaran menulis Al-
Qur’an untuk anak-anak yang tinggal di Indonesia yang beragama Islam
yang belum mampu menulis Al-Qur’an, karna belajar menulis Al-Qur’an
akan lebih mudah ketika anak sudah mampu menulis huruf latin. Untuk itu
13
kemampuan menulis huruf latin adalah langkah awal untuk kita belajar
menulis.
3) Al-Qur’an
Lafadz Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab, yaitu akar kata dari
qara’a, yang berarti “membaca”. Al-Qur’an adalah bentuk isim masdar
yang diartikan sebagai isim maf’ul, yaitu maqru’ yang berarti yang dibaca.
(Muhammad,2005 :33)
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan Al-
Qur’an adalah: Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
yang ditilawatkan dengan lisan lagi mutawatir penulisannya. (Chabib
Toha, 2012 :24)
Sedangkan menurut Sya’ban Muhammad Ismail dalam kitabnya Al-
Qiraa-aatu Ahkaamuhaa wa Mashdaruhaa, menyebutkan pengertian Al-
Qur’an adalah:
Kalam Allah Ta’ala yang mempunyai kekuatan mukjizat, yang
diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul (yakni) Muhammad saw.
Melalui perantaraan malaikat Jibril ‘Alaihis Salam, yang tertulis pada
mushhaf, yang sampai kepada umat manusia secara mutawatir,
membacanya merupakan ibadah, yang diawali dengan Surat Al-Fatihah
dan diakhiri dengan Surat An-Nas. (Sya’ban, 2012:15)
Berpijak dari pengertian-pengertian Al-Qur’an yang telah
disebutkan dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah nama bagi kalam
Allah swt. yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. melalui malaikat
14
Jibril yang tertulis dalam mushhaf, membacanya dinilai sebagai ibadah dan
penyempurna kitab-kitab sebelumnya serta pembimbing untuk masa
depan. Al-Qur’an sebagai nama bagi sesuatu yang tertentu tersebut adalah
nama bagi seluruh isinya sebagai suatu kesatuan maupun bagian-
bagiannya baik surat maupun ayat. Seseorang yang membaca seluruh
isinya dikatakan membaca Al-Qur’an dan seseorang yang membaca hanya
sebagian isinya pun dikatakan membaca Al-Qur’an.
Sedangkan kesimpulan dari Baca tulis Al-Qur’an yaitu salah satu
metode belajar praktis dalam belajar membaca Al-Qur’an yaitu metode
yang mengajarkan: membaca huruf-huruf Al-Qur’an yang sudah
berharokat secara langsung tanpa mengeja, langsung praktek secara mudah
dan praktis bacaan tajwid secara baik dan benar serta materi pelajaran
diberikan secara bertahap dan berkesinambungan. Dan Baca tulis Al-
Qur’an juga merupakan pelajaran muatan lokal di SMP Muhammadiyah 8
Batu yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan agama Islam
yang diajarkan dengan tujuan agar peserta didik dapat membaca serta
menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar karena mengingat Al-Qur’an
merupakan sumber utama bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan.
Pada dasarnya membaca dan menulis Al-Qur’an bukan hanya
sekedar latihan membaca dan menulis kata, huruf, ataupun abjad dalam
Al-Qur’an saja. lebih dari itu, diharapkan kita mampu memahami makna
yang terkandung dalam Al-Qur’an, mengenai ajaran-ajaran, larangan
15
ataupun perintah sehingga kita akan memperoleh manfaat dari membaca
Al-Qur’an.
2. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur,an.
a. Pengertian Pembelajaran.
1) Menurut bahasa, pembelajaran yang diidentikkan dengan kata
“mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang
duberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan
awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti
proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak
didik mau belajar.
2) Menurut istilah,yang diambil dari pendapat Tohirin, pembelajaran
adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah
orang yaitu siswa melakukan proses sesuai dengan rencana pengajaran
yang telah diprogramkan
Bertolak pada kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang mengarahkan siswa dalam
melakukann proses belajar yang melibatkan unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas dan perlengkapan serta prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an sebagai upaya memegang teguh
kitab suci Al-Qur’an, umat Islam setidaknya dapat membaca Al-Qur’an
dengan fasih serta dapat menulis dengan baik dan benar,untuk mencapai
hal itu, maka diberikanlah pelajaran Al-Qur’an yang dimasukkan kedalam
16
kurikulim pendidikan agama Islam, oleh karna itu dasar adanya pengajaran
tentang Al-Qur’an antara lain: Qur’an dan Hadits memerintahkan untuk
melaksanakan kegiatan membaca dan menulis Al-Quran kepada umat
Islam diantara Al-Qur’an dan hadits yang dijadikan sebagai dasar
pelaksanaan baca tulis Al-Qur’an
1) Dasar Al-Qur’an
إِقرأ با سم ربك الذي خلق خلق الإ نسن من علق إقرأ وربك لأكرم ألذي علم با القلم
علم لإنسن ما لم يعلم
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, dia telah
menciptaan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. al-‘Alaq/ 96: 15).
Dalam tafsir An-Nur dijelaskan bahwa kamu, hai Muhammad,
hendaklah menjadi seorang seorang yang dapat membaca dengan kodrat
Allah, yang telah menciptakan dengan iradatnya. Tuhan menjadikan
manusia, makhluk yang paling mulia dari segumpal darah. Kemudian
bacalah, Allah mengulangi perintah ini karna menurut kebiasaan,
seseorang baru bisa membaca sesuatu dengan lancar setelah
mengulangnya beberapa kali.mengulang ulangi perintah disini sebagai
ganti mengulangi bacaan.tuhan yang menjadikan pena (kalam) sebagai alat
untuk mengungkapkan buah pikiran melalui tulisan dan untuk
17
memberikan pengertian kepada orang lain. Dialah Allah yang telah
mengajari manusia apa-apa yang belum diketahui.
Ayat di atas merupakan dasar perintah untuk membaca Al-Qur’an
sekaligus merupakan wahyu yang pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad SAW, kata Iqra’ yaitu bacalah dalam dasar tersebut sebanyak
dua kali. Mengungkap makna bahwa membaca harus dilakukan berulang
kali agar mampu membaca dengan lancar. Perintah ini tidak hanya
ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi juga perintah gabi para
pengikut beliu membaca itu sangatlah penting, karna membaca merupakan
pengantar manusia membuka jendela dunia.
2). Dasar hadits
عن أ بو أما مة البا هلي قل : سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول :إقرؤوا
القرأن
Bacalah Al-Qur’an karna ia akan datang pada hari kiamat untuk membari
syafaat kepada ahli-ahlinya (H.R. Muslim)
Hadits di atas memberi pengertian betapa dahsyatnya Al-Qur’an seوtiap
muslim yang percaya bahwa dengan membaca Al-Qur’an akan memberi
pertolongan pada hari kiamat.
3). Materi Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran
Untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran
baca tulis Al-Qur’an, maka materi harus juga relavan atau dapat mengantarkan
proses pembelajaran sampai pada tujuan tersebut. Materi yang diajarkan
18
kepada siswa di fokuskan pada pembelajaran Al-Qur’an itu sendiri yang
mencangkup:
a. Qira’ah/ tajwid
b. Tahfizzul AlQur’an waddu’a
c. Menerjemahkan Al-Quran
4). Metode-Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.
a. Metode Qira’ati
Menurut Imam Murjito artinya “bacaanku” yang bermakna inilah
bacaanku (bacaan Al-Qur’an) yang baik dan benar sesuai dengan kaidah
ilmu tajwid. Jadi metode qira’ati adalah suatu cara penyampaian pelajaran
kepada anak dengan tidak mengeja, tetapi langsung membaca bunyi huruf
yang ada di buku panduan qira’ati atau yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
Dalam pengajaran Qira’ati, terdapat beberapa petunjuk diantaranya:
1) Mengajarkan langsung huruf hidup, tidak boleh diuraikan.
2) Guru cukup menjelaskan pokok pelajaran (atas sendiri dari tiap
halaman) tidak boleh menuntun peserta didik dalam membaca.
3) Guru cukup mengawasi dan menjelaskan apa-apa yang kurang
4) Apabila dalam membaca, peserta didik masih banyak yang salah maka
harus diulang-ulang sampai bisa.
Untuk mengajarkan buku jilid 1-2 metode ini, guru diharuskan
telaten mengajari peserta didik satu demi satu. Ini supaya guru mengerti
kemampuan peserta didiknya. Untuk jilid 3-6 dilakukan secara klasikal,
19
yaitu beberapa peserta didik membaca dan menyimak bersama dalam satu
ruangan. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qira’ati kian
diperluas. Dan saat ini ada Qira’ati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12
tahun, dan untuk mahasiswa.
Metode bacaan Al-Qur’an Qiraati ditemukan oleh KH. Dahlan
Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang Jawa Tengah. Metode ini
memungkinkan anak-anak mempelajari al Qur’an secara mudah dan cepat.
Dalam pembelajaran metode Qira’ati ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian al Qur’an
2) Menyebarkan ilmu bacaan Al-Qur’an yang benar dengan cara yang
benar
3) Mengingatkan para guru Al-Qur’an agar berhati-hati dalam
mengajarkannya .
4) Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran Al-Qur’an.
Adapun aturan yang digunakan dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode Qira’ati adalah sebagai berikut:
5) Membaca langung tanpa mengeja
6) Praktik bacaan bertajwid secara mudah dan prektis
7) Susunan materi bertahap dan berkesinambungan
8) Materi disusun dengan system modul/paket
9) Banyak latihan membaca
10) Belajar sesuai kesiapan dan kemampuan murid
11) Evaluasi setiap pertemuan
20
12) Belajar dan mengajar secara “talaqqi-musyafahah”; dan Guru
pengajarnya harus ditashih (ijazah billisan
b. Metode Iqra’
Setelah metode Qira’ati, lahir metode-metode lainnya. Sebut saja
metode Iqra’ yang ditemukan oleh KH. As’ad Humam dari Yogyakarta,
yang terdiri dari enam jilid. Dengan hanya belajar 6 bulan, peserta didik
sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar.
Metode Al-Qur’an ini sangat terkenal sekali di kalangan
pendidikan Al-Qur’an yang sering digunakan pada pemula (TPQ). Sistem
dan metode pengajaran Iqra’ lebih mengedepankan pada penguasaan
secara individual. Pengajaran model ini tidak mengenal waktu tertentu.
Peserta didik dapat menyelesaikan dengan cepat kalau pemahaman
membaca sudah baik, dan peserta didik akan tinggal kelas kalau dianggap
belum mampu. Tahap metode ini adalah pertama peserta didik diharuskan
membaca satu persatu secara aktif lembaran-lembaran Iqra’ dan guru
hanya menerangkan pokok-pokok pelajaran saja. Karena sifatnya
individual, maka tingkat hasil yang dicapainya tidaklah sama, maka setiap
selesai belajar, guru perlu mencatat hasil belajarnya pada kartu
prestasipeserta didik, kalau memang sudah memahami betul makna
peserta didik baru dinaikkan ke tahap berikutnya (Imam Murjito, 1994)
5). Media Pembelajaran BTQ
(Munadi,2010: 7) mendefinisikan media pembelajaran sebagai segala
sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
21
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.
Menurut (Ardyad,2011:3 ) mendiskripsikan secara lebih khusus
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung di artikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap dan
memproses penyusunan kembali informasi visual atau verbal secara
ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau menghantarkan
pesan-pesan pembelajaran.
Adapun Media yang digunakan dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an
adalah :
1. Papan tulis
2. LCD
3. Alat tulis/kertas
B. Kegiatan Pembelajaran Ekstrakurikuler
Ada beberapa hal yang akan dikupas pada bagian ini meliputi:
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler BTQ
a) Pengertian Ekstrakurikuler
Dari segi bahasa “ekstra” yang berarti tambahan diluar yang resmi,
sedangkan menurut istilah “ekstrakurikuler” kegiatan yang berada
diluar program yang tertulis didalm kurikulum, seperti latihan
kepemimpinan dan pembinaan peserta didik ( KBBI,2005: 291)
Menurut Suharsismi, ekstrakurikuler adalah kegiatan
tambahan duluar struktur yang pada umumnya merupakan kegiatan
22
pilihan. Sedangkan defisi kegiatan ekstrakurikuler menurut direktorat
pendidikan pendidikan menengah kejuruan adalah kegiatan yang
dilakukan diluar sekolah agar lebih memperkarya dan memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari
berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.
b) Pengertian pembelajaran
1. Menurut bahasa, pembelajaran yang diidentikkan dengan kata
“mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang
duberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah
dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”,
yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar (Asri,2005:30).
2. Menurut istilah yang diambil dari pendapat Tohirin, pembelajaran
adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah
orang yaitu siswa melakukan proses sesuai dengan rencana
pengajaran yang telah diprogramkan
d) Kesimpulan akhir
Pembelajaran ekstrakurikuler merupakan pembelajaran yang
dilakukan diluar jam mata pelajaran agar siswa dapat mengembangkan
kepribadian, bakat dan kemampuannya di berbagai bidang akademik,
hubungan dengan prestasi belajar siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler
tersebut siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang
erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas dan biasanya yang
23
membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah guru
bidang studi yang bersangkutan .
2. Pelaksanaan Program Ekstrakurikuler
a. Pengertian Pelaksanaan
Pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler hendaknya
dikendalikan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah diarapkan dan
kontribusinya terhadap perwujudan visi sekolah. Dari setiap pelaksanaan
program kegiatan ekstrakurikuler hendaknya diusahakan suasana yang
kondusif, tidak perlu membebani siswa dan tidak merugikan aktivitas
kurikuler sekolah. Pelaksanaan kegiatan konsisten sebagaimana terjadwal
dan terpuplikasikan. Kerja sama tim adalah fundamental, hindari
pembatasan untuk partisipasi. Setiap personil disekolah, sesuai dengan
fungsinya, pada dasarnya bertanggung jawab atas pengembangan program
ekstrakurikuler yang diselenggarakan. Adapun ragam dan banyaknya
sember daya manusia yang diperlikan untuk menangani pengelolaan
program ekstrakurikuler itu tergantung pada kebutuhan yang
berkembang,kompleksitas tugas-tugas penyelenggaraan program, dan
kebijakan dari pimpinan sekolah sebagaiman hasil kesepakan antar pihak
yang berkepentingan.
b. Kesimpulan akhir
Evaluasi ekstarakurikuler yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
data atau informasi mengenai tingkat keberhasilan yang tercapai pada
siswa. Penilaian dapat dilakukan sewaktu waktu untuk menetapkan tingkat
24
keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan untuk jangka waktu
berkenan dengan proses dan hasil kegiatan
3. Fungsi dan Tujuan Ektrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler Baca tutis Al-Qur’an di sekolah
memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir yang
dijelaskan lebih lanjut yakni:
a) Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler Baca
tuis Al-Quran berfungsi untuk mendukung perkembangan personal
peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan
pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter, dan
pengembangan diri.
b) Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler Baca tuis Al-
Quran berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan
internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
c) Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler Baca tuis Al-
Quran dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan, dan
menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta
didik. Kegiatan ekstrakurikuler Baca tuis Al-Quran harus dapat
menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang,
menyenangkan, dan lebih menarik bagi peserta didik.
25
d) Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler Baca tuis
Al-Quran berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta
didik melalui pengembangan kapasitas, bakat, dan minat
(Kemendikbut, 2014:6)
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler ayat (2) yaitu: Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal
dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, keterampilan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal
dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional
(Dipdiknas, 2002:56).
4. Langkah-Langkah Pembelajaran Ekstrakurikuler BTQ
a. Mendengarkan bacaan dengan baik dan memahaminya.
b. Mengulang ayat-ayat Al-Qur’an lebih dari satu kali.
c. Menerapkan metode membaca dan hukuman terhadap anak.
d. Memperhatikan kemampuan dan kesiapan anak dalam membaca.
e. Mengajarkan pada anak agar menjadikan bacaannya, bacaan yang
penuh nilai ibadah juga bacaan yang penuh dengan tadabbur terhadap
makna, perintah, larangan, ancaman, serta pahalanya.
26
5. Dampak Pembelajaran Ekstrakurikuler
Setiap kegiatan sekolah memberikan dampak kepada proses
pembelajaran ataupun kepada siswa. Baik dampak positif ataupun dampak
negatif.
a. Dampak positif
Adapun dampak positif dari ekstrakurikuler terhadap prestasi
belajar siswa antara lain:
1. Memberikan siswa akademik maupun non akademik.
2. Membentuk karakter siswa .
3. Mengembangkan bakat siswa
4. Menunjang prestasi belajar siswa.
b. Dampak negatif
Selain memiliki dampak positif, ekstrakurikuler juga berdampak
negatif antara lain:
1. Mengurangi waktu belajar siswa baik dirumah maupun disekolah
2. Sangat menguras stamina para siswa karena waktu istrahat
mereka digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler.
3. Terkadang mengganggu kegiatan belajar siswa di kelas.
C. Evaluasi Ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an
a) Pengertian Evaluasi
27
1. Menurut bahasa, secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa
inggris evaluation; dalam bahasa arab: al-Taqdir( التقدير) , dalam
bahasa indonesia berarti; penilaian. Akar katanya dalah value;
dalam bahasa arab: al-Qimah )اٍلقيمة( ; dalam bahasa indonesia
berarti; nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan
(educational evaluation = al-Taqdir al Tarbawiy (القدير التربوى),
dapat diartikan sebagai : penilaian dalam (bidang) pendidikan atau
penilaian mengenal hal-hal yang berkaiatan dengan kegiatan
pendidikan (Annas Sudijono,2011:01)
2. Menurut istilah yang diambil dari pendapat Norman E. Grounlund
evaluasi adalah suatu proses yang sistemastis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pengajaran yang dicapai oleh siswa (M.Ngalim Purwanto,2013:05)
b) Kesimpulan Akhir
Dilihat dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
evaluasi adalah Satuan pendidikan melakukan evaluasi Program
Kegiatan Ekstrakurikuler pada setiap akhir tahun ajaran untuk
mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indikator yang telah
ditetapkan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat
keberhasilan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, mencari solusi dari
kendala dan permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler, sekaligus untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas kegiatan ekstrakurikuler. Untuk memastikan apakah para
28
pembina ekstrakurikuler melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik,
maka pihak sekolah diharapkan membentuk tim yang melakukan
pengawasan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tersebut
(Dekdikbut,2014:236)