pengelolaan taman bacaan masyarakat di warung baca lebak wangi, rumah baca kwartet, dan rumah baca...

128
PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI WARUNG BACA LEBAK WANGI, RUMAH BACA KWARTET, DAN RUMAH BACA ZHAFFA RABIA ADAWIAH 1215041044 Teknologi Pendidikan Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2008

Upload: muhammad-taufik-rahmat

Post on 27-Jul-2015

5.760 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Skripsi dari Rabia Adawiah, mengenai Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, sebagai inisiatif masyarakat dalam menciptakan sebuah ruang publik yang bersifat guna meningkatkan minat baca masyarakat

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI WARUNG BACA LEBAK WANGI, RUMAH BACA KWARTET, DAN

RUMAH BACA ZHAFFA

RABIA ADAWIAH 1215041044

Teknologi Pendidikan

Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2008

Page 2: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

NAMA TANDA TANGAN TANGGAL

Dra. Jeni Adria Jahja, M.Si.(Pembimbing I) ................................... ………………..

Prof. Dr. B.P Sitepu. M. A. (Pembimbing II) .................................. ………………..

Mengetahui, Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan

( Dra. Dewi Salma Prawiradilaga, M.Sc ) NIP. 131.285.496

i

Page 3: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

ABSTRAK RABIA ADAWIAH. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Skripsi. Jakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas pengelolaan taman bacaan masyarakat yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa yang dilihat pada tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini tidak ada usaha apapun untuk merubah atau merekayasa keadaan tempat penelitian. Penelitian tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti, yaitu pengelolaan taman bacaan masyarakat. Jika ditinjau berdasarkan ruang lingkupnya, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Oleh karena penelitian ini dilakukan terhadap tiga taman bacaan masyarakat, maka pendekatan penelitian yang digunakan termasuk ke dalam pendekatan multiple case study. Data diperoleh dari dokumen dan pengelola di tiap-tiap tempat penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik wawancara dan observasi, serta dokumentasi untuk memperoleh data penunjang. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara dan lembar observasi.

Hasil penelitian ini hanya berlaku terhadap ketiga taman bacaan masyarakat yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan untuk taman bacaan masyarakat yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa melakukan kegiatan pengelolaan taman bacaan masyarakat meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada tiap-tiap taman bacaan masyarakat memiliki persamaan dan perbedaan.

Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar berupa lingkungan yang dapat mencapai tujuannya jika dengan maksimal sehingga dapat menjadi wadah untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang kuat untuk membentuk masyarakat pembelajar. Oleh karena itu disarankan kepada pengelola Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa perlu untuk terus mengupayakan perbaikan pelaksanaan kegiatan agar dapat mengoptimalkan kegiatan pelayanannya.

ii

Page 4: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING i

ABSTRAK ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 14

C. Pembatasan Masalah 15

D. Perumusan Masalah 15

E. Tujuan Penelitian 16

F. Kegunaan Penelitian 17

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Hakikat Minat Baca Masyarakat

1. Pengertian Membaca 19

2. Tujuan Membaca 21

3. Manfaat Membaca 22

4. Pengertian Minat Baca 23

iii

Page 5: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

B. Hakikat Taman Bacaan Masyarakat

1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat 26

2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat 28

3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat 29

4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat 30

5. Peran Taman Bacaan Masyarakat 30

6. Taman Bacaan Masyarakat sebagai Sumber Belajar 32

C. Hakikat Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

1. Pengertian Pengelolaan 36

2. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat 39

D. Kajian Penelitian yang Relevan 61

E. Kerangka Berfikir 63

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

A. Tujuan Penelitian 68

B. Tempat dan Waktu Penelitian 68

C. Metode Penelitian 69

D. Sumber Data 70

E. Tekhnik Pengumpulan Data 71

F. Instrumen Penelitian 71

G. Tekhnik Analisis Data 72

iv

Page 6: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

v

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data 73

B. Analisis Data 129

C. Keterbatasan Penelitian 169

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan 170

B. Implikasi 172

C. Saran 173

DAFTAR PUSTAKA 174

LAMPIRAN

Page 7: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di

masa yang akan datang. Peranan peserta didik dalam kehidupan

masyarakat, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat,

merupakan hasil (output) dari sistem dan fungsi pendidikan. Pada hakikatnya

pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan

mutu kehidupan, dan martabat manusia baik individu maupun sosial.

Pendidikan berfungsi sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia

yang modern guna menghadapi perkembangan zaman di masa mendatang.

Suatu bangsa yang maju dan modern, ditandai oleh sikap menjunjung

tinggi profesionalisme, menghargai prestasi, efisiensi, memiliki etos kerja,

berdisiplin serta memiliki kesadaran pemanfaatan waktu untuk kegiatan

produktif, sadar Iptek dan senantiasa memperbaharui diri melalui belajar.

Salah satu sarana belajar yang paling efektif adalah dengan membaca.

Oleh karena perubahan zaman yang cepat seperti sekarang ini, tanpa

membaca, masyarakat akan semakin tertinggal oleh kemajuan di bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi. Tidak setiap orang harus menguasai teknologi,

setidaknya mengetahui perkembangannya, supaya tidak hidup dalam

Page 8: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

2

keterasingan akibat miskin informasi yang berkembang di sekitarnya. Dan

untuk mengetahui perkembangan tersebut, masyarakat tidak cukup hanya

melalui menonton tayangan-tayangan televisi dan media elektronik lainnya.

Melalui membaca seseorang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan

waktu. Peristiwa-peristiwa yang jauh terjadinya di masa lampau bisa diketahui

melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang terjadi di berbagai tempat di

dunia ini bisa diketahui melalui membaca. Dengan demikian, membaca

mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Apa

yang diketahui orang melalui kegiatan membaca pada hakekatnya adalah

informasi. Artinya dengan membaca seseorang mendapatkan sejumlah

informasi yang dalam kadar tertentu bisa mempengaruhi sikap dan

pandangan-pandangannya tentang perilaku kehidupannya.

Melalui membaca seseorang dapat menemukan sejumlah informasi

yang bisa menjadikannya banyak tahu. Dari hasil kegiatan tersebut

memungkinkan seseorang untuk berusaha menghubungkan konsep yang

satu dengan yang lainnya sehingga menjadi rangkaian konsep yang

mempunyai arti bagi dirinya, yang pada akhirnya menambah kekayaan

informasi yang sudah dimilikinya.

Penambahan informasi yang kaya tersebut dapat dilakukan dengan

membaca berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan. Dari sini

timbul minat untuk menambah informasi untuk kepentingan kehidupannya,

yakni melalui membaca. Konsep minat membaca secara umum, dapat

Page 9: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

3

dideskripsikan sebagai suatu perhatian yang terus-menerus dari seseorang

terhadap kegiatan membaca karena adanya harapan mendapatkan manfaat

dari kegiatan membaca tersebut. Minat baca itu sendiri dapat didefinisikan

sebagai suatu sikap seseorang untuk mencurahkan perhatian akan sikap

ingin tahu yang intelektual dan bijaksana, disertai dengan usaha konstan

untuk menggali bidang-bidang pengetahuan (informasi) yang baru, dan

adanya kesediaan untuk menyediakan waktu guna melakukan kegiatan

tersebut. Dari pemahaman akan minat baca seperti itu, maka minat baca

diawali dari melakukan kegiatan membaca, kemudian menjadi minat

membaca, dan minat tersebut menjadi suatu kebiasaan untuk menggemari

kegiatan membaca, yang kemudian mengkristal menjadi budaya membaca.

Budaya membaca sangat erat kaitannya dengan kemampuan membaca.

Artinya, hanya masyarakat yang memiliki kemampuan membaca yang tinggi

yang mampu menerapkan pola budaya baca sebagai bagian terpenting yang

mampu menuntun kehidupan masyarakat.

Tingkat minat baca masyarakat Indonesia sendiri masih rendah.

Bahkan, kegiatan membaca buku belum dianggap sebagai suatu kebutuhan

dalam hidup. Kenyataan ini tentunya memprihatinkan, karena minat

membaca yang identik dengan minat belajar menjadi kemampuan dasar yang

sangat penting. Pengalaman pembangunan negara-negara maju

membuktikan bahwa tingkat kemajuan yang dicapai suatu bangsa mayoritas

Page 10: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

4

ditentukan oleh keberhasilan bangsa itu dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia dan kualitas seluruh masyarakatnya.

Ada beberapa hambatan yang menyebabkan minat membaca

masyarakat Indonesia hingga kini belum berkembang sebagaimana yang

diharapkan. Salah satunya, karena pesatnya perkembangan budaya media

elektronik, terutama televisi dan sarana hiburan lainnya, seperti bioskop,

taman hiburan, mall, dan yang lainnya, masih sangat digemari masyarakat

pada umumnya. Bagi masyarakat yang masih berorientasi pada nilai-nilai

kebersamaan, seperti menonton TV, yang pada umumnya tidak dilakukan

sendirian, lebih menyenangkan dan mengasyikkan dari pada membaca, yang

biasanya dilakukan secara individual.

Hambatan yang lain ialah masih kurangnya minat terhadap bahan

bacaan seperti koran, majalah, dan buku-buku. Masyarakat umumnya lebih

cenderung untuk memilih bahan bacaan komik yang menarik untuk di baca.

Permasalahan yang muncul disini adalah bagaimana agar buku-buku yang

mendidik juga menjadi menarik untuk dibaca. Selain itu, kegemaran

membaca juga berkaitan dengan lemahnya kemampuan dalam bidang

ekonomi. Rendahnya kemampuan ekonomi (pendapatan) masyarakat kita

sering membuat masyarakat kurang mampu menjangkau atau membeli buku-

buku dan kepustakaan lainnya yang dirasa cukup tinggi. Dengan demikian,

kebutuhan akan memperoleh bahan bacaan ditempatkan dalam prioritas

bawah.

Page 11: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

5

Karena itu, upaya untuk menumbuhkembangkan gemar membaca

harus dimulai dari usaha dalam meniadakan kendala utama yang

menyebabkan orang tidak mampu atau malas membaca. Maka, metode

dalam menggalakkan minat baca pada masyarakat juga perlu diubah, agar

masyarakat dapat berminat melakukan kegiatan membaca. Kegiatan

membaca harus menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan murah.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu wadah atau tempat yang dapat menjadi

sarana membaca yang dapat menarik perhatian masyarakat.

Dalam rangka mencapai masyarakat belajar (learning society)

diperlukan adanya kebebasan kepada warga masyarakat untuk belajar apa

saja yang diminati dan dibutuhkan. Sesuai dengan prinsip pembelajaran

seumur hidup, warga masyarakat harus memiliki kesempatan dan kebebasan

untuk memperoleh pembelajaran dari mana saja, dan kapan saja. Untuk

mewujudkan prinsip bahwa pendidikan adalah untuk semua serta pendidikan

berlangsung sepanjang hayat, diperlukan adanya sumber-sumber belajar

dalam jumlah dan mutu yang memadai sehingga setiap orang dapat dengan

mudah memperoleh kesempatan belajar mengembangkan potensi diri dan

lingkungannya. Tersedianya sumber-sumber belajar tersebut akan

mendorong serta mempercepat terwujudnya masyarakat belajar (learning

society) yang merupakan jembatan menuju masyarakat yang adil, makmur,

sejahtera, dan berakhlak.

Page 12: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

6

Salah satu upaya masyarakat, secara perseorangan atau bersama-

sama/kolektif, dalam usaha pengembangan budaya baca sebagai wujud

keikutsertaannya dalam penyelenggaraan pendidikan ialah dengan

menyediakan sumber belajar dalam bentuk taman bacaan di tengah

masyarakat. Upaya ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dengan membaca,

masyarakat memperoleh informasi yang dapat mengubah prinsip/prilaku,

kemudian membentuk pola pikir (mind set) yang memotivasi prilaku yang

dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara jasmani dan rohani. Dengan

demikian, masyarakat belajar dan terpelajar yang diinginkan akan terbangun

melalui masyarakat gemar membaca (reading society).

Sumber belajar dalam bentuk taman bacaan ini tumbuh di tengah-

tengah masyarakat dengan berbagai kegiatan dan mutu pelayanan yang

kalau dikembangkan secara terencana, sistematis, dan sistemik dapat

berfungsi secara potensial memberikan kemudahan belajar kepada semua

kalangan masyarakat. Sumber belajar yang menyentuh kehidupan berbagai

kalangan masyarakat, termasuk masyarakat kalangan bawah atau pinggiran,

tentu sangat diperlukan untuk mendorong terwujudnya masyarakat belajar

sepanjang hayat secara meluas. Sumber belajar seperti itu juga diperlukan

oleh aksarawan baru dan anggota masyarakat lainnya agar berpengetahuan,

berketerampilan, dan berbudaya maju.

Dalam kawasan Teknologi Pendidikan, ada sumber belajar.

AECT(1997) memberikan definisi bahwa sumber belajar adalah berbagai

Page 13: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

7

atau semua sumber baik yang berupa data, orang, dan wujud tertentu yang

dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun

secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan

belajarnya. Dalam bukunya, Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber belajar

(1986), menurut Mudhoffir Sumber belajar ada enam, yaitu: pesan, orang,

bahan, alat, teknik dan lingkungan.

Pesan didefinisikan sebagai ajaran/informasi yang diteruskan oleh

komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Semua bidang studi

atau mata pelajaran adalah termasuk pesan.

Sumber belajar berupa Orang didefinisikan sebagai manusia yang

bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Yang termasuk

ke dalam sumber belajar Orang adalah Guru Pembina, guru pembimbing,

tutor, murid, pemain, pembicara.

Sumber belajar berupa bahan adalah sesuatu (media atau software)

yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat maupun

oleh dirinya sendiri. Sumber belajar berupa bahan bisa berupa Transparansi,

bingkai, film, film rangkai, audio tape, buku, majalah, bahan pengajaran

terprogram, dan lain lain.

Sumber belajar berupa Alat diartikan oleh Mudhoffir sebagai sesuatu

(biasa pula disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk

menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan. Yang termasuk ke

Page 14: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

8

dalam sumber belajar berupa alat yaitu: proyektor bingkai film rangkai, film,

overhead, pesawat radio, pesawat TV, komputer, dan lain lain.

Sumber belajar berupa Teknik didefinisikan sebagai prosedur rutin

atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan

lingkungan untuk menyampaikan pesan. Yang termasuk di dalam sumber

belajar berupa Teknik antara lain: pengajaran terprogram, belajar sendiri,

mastery learning, discovery learning, simulasi, permainan, demonstrasi,

kuliah, ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain.

Sumber belajar berupa Lingkungan adalah situasi sekitar di mana

pesan diterima. Lingkungan dibedakan menjadi dua jenis yaitu lingkungan

fisik dan lingkungan non fisik. Contoh Lingkungan fisik: gedung sekolah,

perpustakaan, laboratorium, pusat sarana belajar, studio, auditorium,

museum, taman, dan lain-lain. Contoh Lingkungan non fisik: penerangan,

sirkulasi udara, dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian sumber belajar diatas, dapat disimpulkan

bahwa Taman Bacaan Masyarakat merupakan salah satu sumber belajar.

TBM merupakan salah satu lingkungan fisik yang dapat dijadikan sumber

belajar. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan sumber belajar

pendidikan yang nonformal, khususnya dalam peningkatan minat membaca.

Upaya ini dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan nonformal bagi

komunitas (sekelompok masyarakat). Karena sasarannya merupakan

kelompok masyarakat sekitar, maka TBM lebih bersifat umum dibandingkan

Page 15: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

9

dengan Perpustakaan. Sampai dengan tahun 2007 berdasarkan Direktori

TBM di Direktorat Pendidikan Masyarakat, Ditjen Pendidikan Nonformal dan

Informal, terdapat 1.029 TBM yang tersebar di 30 Propinsi, dengan jumlah

yang bervariasi antarpropinsi. Di samping jumlah TBM tersebut, diyakini

masih terdapat lebih banyak TBM lain yang belum terdata.

Taman Bacaan Masyarakat merupakan wadah membaca yang

suasananya didesain terbuka seperti taman atau halaman rumah dan bahan

bacaannya bersifat ringan, praktis sesuai dengan kebutuhan komunitas.

Koleksi bahan bacaan di Perpustakaan lebih bersifat akademis dan

ditempatkan pada ruangan tertutup. Dengan konsep ini, TBM diasumsikan

sebagai tempat membaca yang santai, tidak seperti Perpustakaan yang lebih

terkesan serius.

TBM memberikan pelayanan yang lebih luas dari sekedar pelayanan

perpustakaan. Perpustakaan hanya melayani kegiatan peminjaman dan

membaca, sedangkan TBM memberikan pelayanan yang lain seperti

mengadakan kegiatan berdiskusi dan mempraktekkan isi buku bacaan yang

bersifat lifeskills, memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat sekitar, berkolaborasi dengan kegiatan ekonomi, melakukan

promosi bahan bacaan dan TBM itu sendiri. Oleh karena itu, TBM merupakan

wadah pembelajaran yang bersifat praktis.

Sebagai wadah yang menyediakan bahan bacaan yang didirikan oleh

masyarakat di suatu kelompok masyarakat, TBM mendukung pengembangan

Page 16: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

10

budaya baca di kelompok masyarakat tersebut. Melalui TBM, masyarakat

dapat mengembangkan budaya baca dan peningkatan produktifitas, sehingga

dapat tercipta masyarakat yang candu belajar serta mampu meningkatkan

kemampuannya secara mandiri. Penyediaan bahan bacaan dan program di

TBM ditentukan berdasarkan kebutuhan informasi masyarakat sekitar.

Artinya, TBM sebagai salah satu wadah yang berfungsi untuk menyampaikan

informasi atau pesan kepada masyarakat melalui bahan bacaan dan

pembelajaran. Keberadaan pengelola TBM yang bertindak sebagai fasilitator,

penyimpan, pengolah dan penyaji pesan yang berinteraksi langsung dengan

warga baca atau pengunjung TBM.

Sebagai satuan pembelajaran dalam pendidikan nonformal, TBM

memiliki program-program literasi yang menarik sekaligus mendidik untuk

merebut perhatian masyarakat. TBM melakukan metode dalam

menggalakkan minat baca pada masyarakat yang berbeda dengan

pendidikan formal. Agar kegiatan pembelajaran menjadi sesuatu yang

menyenangkan, berbagai program diselenggarakan, mulai dari storytelling,

pelatihan menulis, diskusi tentang buku bacaan dan lainnya. Mendukung

metode belajar yang nyaman dan menyenangkan tersebut, lingkungan

belajar di TBM dibuat berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Unsur

lingkungan sangat mempengaruhi kenyamanan dalam proses pembelajaran.

Penataan ruang yang sejuk, suhu udara yang tidak terlalu panas hingga

pemandangan yang asri menjadi kelebihan yang dimiliki TBM. TBM didirikan

Page 17: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

11

di sejumlah wilayah pedesaan dan perkotaan guna merangsang minat baca

masyarakat, khususnya masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. TBM

didirikan disekitar tempat tinggal penduduk, di sentra pelayanan publik,

seperti di kantor-kantor pelayanan, di tempat-tempat menunggu, dan lainnya.

Namun, kondisi TBM yang ada selama ini masih menghadapi berbagai

kendala untuk benar-benar menjadi sebuah media pembelajaran sepanjang

hayat bagi seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, kondisi

sarana/prasarana, jumlah dan jenis bahan bacaan, profesionalisme

pengelolaan, mutu layanan, dan jaringan kerja kemitraan di TBM selama ini

masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Jika TBM diharapkan menjadi

sebuah pusat belajar dan pembelajaran yang bermutu maka diperlukan

kegiatan pengelolaan yang sesuai dengan peran dan fungsinya yang ideal

sehingga pemanfaatan TBM sebagai salah satu sumber belajar di

masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat

dapat dicapai. Hal tersebutlah yang terjadi di Warung Baca Lebak Wangi,

Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Ketiganya merupakan

komunitas yang menjalankan fungsi sebagai Taman Bacaan Masyarakat,

namun dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan ketiganya memiliki pola

dan cara yang tidak sama.

Warung Baca Lebak Wangi yang biasanya disingkat dan dikenal oleh

masyarakat sekitar desa Kampung Saja dengan Warabal, merupakan suatu

taman bacaan masyarakat memiliki kegiatan layanan yang unik untuk

Page 18: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

12

menarik perhatian pengunjung dengan berbagai macam kegiatan edukatif

yang diperuntukkan bagi masyakarat berbagai tingkat usia di Desa Kampung

Saja, Parung Bogor. TBM ini memiliki kegiatan layanan yang unik yaitu

melakukan kegiatan layanan dengan cara rutin berkeliling dari kampung ke

kampung, meminjamkan buku koleksinya secara gratis. Kegiatan berkeliling

dilakukan sembari menjual jamu keliling dan bersepeda keliling oleh

pendirinya, Ibu Kiswanti. Ibu Kiswanti merupakan pendiri sekaligus salah

seorang relawan di Warabal yang berprofesi sebagai penjual jamu dengan

pendidikan terakhir lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. TBM ini telah

didirikan sejak tahun 2003 dan berlokasi di rumah tinggal Ibu Kiswanti.

Taman Bacaan Masyarakat Kwartet atau sering disebut dengan istilah

Rumah Baca Kwartet atau RBK juga memiliki keunikan atas fasilitas atau

layanan yang disediakan. Selain bahan bacaan, Rumah Baca Kuartet juga

melayani jasa peminjaman film-film dokumenter dan menerima pesanan

kliping pers dan segala informasi yang dibutuhkan masyarakat sekitar TBM

secara khusus dan masyarakat Kelurahan Cibubur secara umum. Hal

tersebut sesuai dengan misi para pendiri mempunyai 4 misi yang sama untuk

menjadikan Rumah Baca Kuartet sebagai wadah interaksi para pencinta

dunia perbukuan lintas generasi, pusat mencari informasi bagi mereka yang

membutuhkan, tempat berkreasi, menumpahkan segala karya dalam bentuk

apapun, dan tempat rekreasi dan hiburan yang mendidik. TBM ini didirikan

pada tahun 2005 oleh Edi Dimyati seorang pustakawan sebuah perusahaan

Page 19: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

13

swasta di Jakarta. TBM ini didirikan di halaman rumah milik relawan RBK,

Sigit salah seorang warga Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Taman Bacaan

Zhaffa atau Rumah Baca Zhaffa berdiri pada tanggal 24 Agustus 2008.

Penggagasnya adalah Yudy Hartanto salah seorang pustakawan sebuah

perusahaan di Jakarta dan lokasi Rumah Baca Zhaffa ini didirikan

dirumahnya sendiri. Rumah Baca Zhaffa merupakan sebuah taman bacaan

gratis yang ditujukan bagi kalangan anak-anak dan umum yang jauh dari

akses bahan bacaan untuk seluruh kalangan masyarakat secara umum, dan

masyarakat kelurahan Manggarai secara khususnya. Ketiga komunitas diatas

memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda. Dari ketiga Taman Bacaan

Masyarakat tersebut memiliki perbedaan. Baik karakter komunitas

masyarakat, latar belakang pendidikan dan profesi pendiri, dan jangka waktu

berdirinya yang berbeda satu sama lainnya. Namun, ketiga taman bacaan

tersebut mampu menarik pengunjung yang banyak.

Oleh karena itu upaya yang dilakukan tidak hanya pada

penyelenggaraan taman bacaan di desa ataupun kota, tetapi bagaimana

pengelolaan taman bacaan itu dapat menampilkan sesuatu yang atraktif

kepada masyarakat untuk rajin berkunjung. Hingga pada tujuan akhir TBM

dapat terwujud, bahwa membaca dapat menjadi candu bagi masyarakat.

Berdasarkan relevansinya dengan bidang garapan Teknologi Pendidikan dan

diperkuat dengan kesadaran akan pentingnya Taman Bacaan Masyarakat

sebagai upaya pemecahan masalah belajar di masyarakat menjadi menarik

Page 20: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

14

perhatian untuk mengetahui bagaimana gambaran kegiatan pengelolaan

Taman Bacaan Masyarakat.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, permasalahan yang ada dalam penelitian ini dapat diidentifikasi

sebagai berikut:

1. Apakah rencana program kegiatan pembelajaran di Taman Bacaan

Masyarakat sudah sesuai dengan karakteristik pengguna?

2. Bagaimana pengembangan bahan koleksi di Taman Bacaan Masyarakat

agar dapat meningkatkan minat masyarakat?

3. Apakah pemanfaatan Taman Bacaan Masyarakat sebagai sumber belajar

masyarakat sudah efektif?

4. Bagaimana relevansi pengembangan bahan bacaan di Taman Bacaan

Masyarakat dengan kebutuhan masyarakat?

5. Bagaimana Efektifitas pengembangan Taman Bacaan Masyarakat dapat

meningkatkan minat baca masyarakat?

6. Bagaimanakah pengelolaan yang dilakukan di Taman Bacaan

Masyarakat?

Page 21: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

15

C. PEMBATASAN MASALAH

Oleh karena luasnya masalah yang telah diidentifikasi, sedangkan

keterbatasan peneliti dari segi kemampuan, waktu, dana dan tenaga, maka

peneliti memfokuskan pada satu masalah yang telah diidentifikasi yaitu,

“bagaimanakah pengelolaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi,

Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?”.

Saat ini Taman Bacaan Masyarakat yang ada di Indonesia jumlahnya

sangat banyak. Untuk memperoleh data mengenai Taman Bacaan

Masyarakat yang fokus dan lebih mendalam, maka perlu dibatasi masalah

dan tempat penelitian. Oleh karena itu penelitian ini hanya berfokus dilakukan

pada tiga Taman Bacaan Masyarakat yang dipilih dan tidak memberikan

perwakilan untuk TBM yang lainnya. Adapun Taman Bacaan Masyarakat

yang akan diteliti yaitu, Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet,

dan Rumah Baca Zhaffa.

D. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimanakah pengelolaan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca

Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?”

Page 22: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

16

Berdasarkan masalah yang telah dibatasi di awal, peneliti

mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengelolaan

taman bacaan masyarakat, yaitu:

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi,

Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?

2. Bagaimanak pengorganisasian yang dilakukan di Warung Baca Lebak

Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?

3. Bagaimanak pengarahan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi,

Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?

4. Bagaimana pengawasan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi,

Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan yang

dilakukan di Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa.

Berdasarkan data yang diperoleh maka akan dapat diidentifikasikan baik

perbedaan dan persamaan kegiatan pengelolaan yang dilakukan di ketiga

Taman Bacaan Masyarakat tersebut. Oleh karena itu, dapat diidentifikasikan

keunggulan dan kelemahan bagi ketiga Taman Bacaan Masyarakat.

Page 23: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

17

F. KEGUNAAN PENELITIAN

Dengan menggambarkan pengelolan Taman Bacaan Masyarakat,

penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu secara teoritis bagi

Jurusan Teknologi Pendidikan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

atau studi pendahuluan untuk penelitian lebih lanjut, dalam kawasan

penelitian pengelolaan sumber belajar di masyarakat. Penelitian ini juga

dapat digunakan oleh para praktisi pendidikan sebagai bahan studi

pendahuluan untuk menyusun model pengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat.

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini antara lain meliputi pihak-

pihak yaitu :

1. Peneliti.

Penelitian ini dapat dijadikan wadah aktualisasi diri dalam

mengembangkan potensi dan minat peneliti, menambah dan memperluas

wawasan dan pengetahuan mengenai sumber belajar berupa lingkungan,

khususnya Taman Bacaan Masyarakat.

2. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat.

a) Mengetahui model atau contoh pengelolaan yang dilakukan di Taman

Bacaan Masyarakat lainnya.

b) Mengetahui kekurangan serta keunggulan terhadap kegiatan

pengelolaan di Taman Bacaan Masyarakat.

Page 24: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

18

c) Mengetahui keunggulan dari pengelolaan yang dilakukan di TBM

lainnya, sebagai bahan rekomendasi untuk diterapkan bagi Taman

Bacaan Masyarakat.

3. Masyarakat.

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang dapat menambah

pengetahuan tentang pengelolaan salah satu sumber belajar berupa

lingkungan, khusunya Taman Bacaan Masyarakat.

4. Pemerintah.

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui gambaran kegiatan

pengelolaan salah satu sumber belajar masyarakat khususnya Taman

Bacaan Masyarakat. oleh karena itu, dapat dijadikan sebagai referensi

bagi pemerintah untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat dalam upaya pemeliharaan dan pengembangan minat dan

kemampuan baca masyarakat.

Page 25: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

BAB II

KAJIAN TEORITIK

Agar pemanfaatan sumber belajar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan, maka tiap-tiap sumber belajar penting untuk dikelola dengan

baik, sehingga sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran secara efektif dan efisien. Taman Bacaan Masyarakat adala

salah satu sumber belajar. Taman Bacaan Masyarakat adalah salah satu

sumber belajar yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan minat

baca masyarakat. Kajian teori mencakup: (1) Hakikat minat baca; (2) Hakikat

taman bacaan masyarakat; dan (3) Hakikat pengelolaan taman bacaan

masyarakat.

A. HAKIKAT MINAT BACA

1. Pengertian Membaca

Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti

tulisan. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk

mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa membaca, manusia dapat

dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia

sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca.

Dalam definisi yang sederhana, membaca diartikan sebagai kegiatan

19

Page 26: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

melisankan kata-kata atau paparan tertulis1. Definisi ini lebih tepat

mengartikannya di dalam kondisi seorang anak yang baru belajar membaca

pada tingkat pendidikan usia dini. Mengeja satu persatu huruf demi huruf.

Apabila anak tersebut telah mampu melafalkan kata-kata sederhana dengan

benar, maka anak tersebut dapat dikatakan sudah dapat membaca.

Telah dietahui secara umum, bahwa setiap kata mempunyai makna

tertentu. Dalam definisi yang lain, merupuskan, membaca adalah kegiatan

yang dilakukan untuk memahami setiap kata2. Dengan demikian membaca

bukan hanya sekedar melafalkan bunyi huruf dengan benar, tapi juga

memperoleh makna atau arti dari suatu kata yang dilambangkan oleh huruf-

huruf. Definisi lebih lengkap dirumuskan oleh Tampubolon3:

Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. dikatakan kegiatan fisik, karena bagian tubuh, khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental, karena bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat didalamnya. Dari rumusan tentang membaca diatas terlihat bahwa mambaca

merupakan aktivitas yang melibatkan aspek fisik dan mental. Jadi, membaca

tidak hanya mengenal dan melafalkan huruf saja. Membaca juga melibatkan

peranan otak dalam memaknai kata-kata. Berdasarkan pemaparan diatas

dapat dipahami bahwa membaca tidak hanya membutuhkan mata sebagai

1 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,1992), hal. 192. 2 Ibid., hal. 192. 3 D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak (Bandung: Angkasa, 1998), hal. 41.

20

Page 27: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

alat indra yang berperan, namun juga membutuhkan kemampuan untuk

mengenal huruf, memahami makna dari kata-kata. Artinya di dalam kegiatan

membaca juga ada proses berfikir. Dalam proses berfikir, kegiatan membaca

juga melibatkan peranan ingatan dan persepsi.

Dari uraian mengenai definisi-definisi membaca diatas, data ditarik

benang merah mengenai kegiatan membaca. Membaca adalah kegiatan fisik

dan mental yang melibatkan indra penglihatan yaitu mata, dan kemampuan

berfikir untuk mempersepsikan kata, mengingatnya, dan akhirnya

memahaminya. Oleh karena itu, membaca merupakan proses yang rumit.

2. Tujuan Membaca

Sesuatu kegiatan yang akan dilakukan memerlukan tujuan. Secara

umum, tujuan membaca adalah untuk mendapatkan informasi. Adapun tujuan

membaca yang lebih rinci dikemukakan oleh Gray dan Rogers dalam

Mudjito4 antara lain:

a. Mengisi waktu luang; b. Mengetahui hal-hal aktual yag terjadi di lingkungannya; c. Memuaskan pribadi yang bersangkutan; d. Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hari; e. Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut; f. Meningkatkan pengembangan diri sendiri; g. Memuaskan tuntutan intelektual; h. Memuaskan tuntutan spiritual.

4 Mudjito, Pembinaan Minat Baca (Jakarta: Karunika UT, 1993) , hal. 62-63.

21

Page 28: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Dari uraian diatas, seseorang membaca berdasarkan tujuan tertentu.

Seseorang membaca dengan tujuan mengisi waktu luang adalah membaca

untuk memperoleh kesenangan (rekreatif). Membaca untuk mengetahui hal-

hal aktual yang terjadi di lingkungannya adalah kegiatan membaca untuk

mmeperbaharui informasi yang telah diterima sebelumnya.

3. Manfaat Membaca

Juel mengungkapkan bahwa hasil akhir dari proses membaca adalah

seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.5 Intisari dari sebuah bahan

bacaan merupakan informasi yang dapat digunakan seseorang untuk

mempelajari sesuatu hal. Sehingga, semakin banyak seseorang membaca,

maka akan semakin banyak informasi yang akan diperoleh. Dari pemaparan

tersebut, maka jelaslah bahwa dengan membaca seseorang akan

mendapatkan manfaat dalam memperoleh informasi serta dapat

mengembangkan pengetahuannya.

Ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan

membaca. Beberapa manfaat membaca menurut Jordan E. Ayan6,

diantaranya adalah :

5 Universitas Unika, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan, hal. 1., 2008 (http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf). 6 Hernowo, Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munsulnya Potensi Membaca, (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), hal. 36.

22

Page 29: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

1) Membaca dapat menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis.

2) Banyak buku yang mengajak untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain.

3) Membaca dapat memicu Imajinasi.

Manfaat mambaca memang tidak dapat dielakkan lagi, karena

membaca merupakan kegiatan yang penting dan bermanfaat. Dengan

banyaknya manfaat akan membaca, maka dapat diyakini bahwa membaca

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting.

4. Pengertian Minat Baca

Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan

yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba

aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Sutarno NS mendefinisikan minat

sebagai berikut:

Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah, atau keinginan seseorang tersebut terhadap sesuatu7. Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat

adalah tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam

melakukan suatu kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut

menyenangkan dan memberi nilai baginya.

7 Sutarno NS, Perpustakaan Dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hal. 19

23

Page 30: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Pengertian lain tentang minat, yaitu dari sdut pandang Tampubolon,

yaitu minat merupakan perpaduan keinginan dan kemauan yang berkembang

jika ada motivasi8. Tampubolon mengartikan bahwa seseorang berminat

karena adanya motivasi. Misalnya saja seseorang yang memiliki keinginan

untuk membaca buku di perpustakaan. Namun, karena ia tidak menemukan

buku yang menarik untuk dibaca, maka dia tidak termotivasi. Akibatnya,

keinginannya untuk membaca tidak berkembang menjadi minat. Dari contoh

tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivas adalah daya penggerak minat.

Jika dilihat dari aspek emosi, minat juga sering dilihat melalui ukuran

senang tidaknya melakukan sesuatu9. Melihat definisi diatas, kesenangan

merupakan unsur yang dominan dalam pembentukan minat. Berminat

terhadap sesuatu, berarti memiliki kesenangan terhadap sesuatu itu pula.

Tetapi minat tidak sama dengan kesenangan. Kesenangan sifatnya

sementara, sedangkan minat cenderung menetap.

Minat baca merupakan perhatian, gairah, dan keinginan siswa pada

kegiatan membaca. Kegiatan membaca ini dipilih atas dasar pengalaman,

yang dipelajarinya bahwa membaca itu penting dan sesuai bagi dirinya,

menarik, memuaskan atau menyenangkan keinginan atau kebutuhannya,

sehingga dapat melahirkan usaha dan tindakan aktif untuk membaca yang

akan bersifat menetap menjadi suatu kebiasaan membaca. Berdasarkan

8 Tampubolon, op. cit., hal. 41. 9 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1996), hal.188

24

Page 31: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

pendapat Kartono, ada tiga aspek minat membaca, meliputi aspek kognitif

(pengetahuan), aspek afektif (perasaan), dan aspek konatif (kemauan) 10.

Lebih lanjut, Kartono menyebutkan bahwa aspek kognitif minat baca

ditunjukkan oleh dua hal yaitu pengetahuan tentang perlunya membaca dan

Keyakinan tentang keuntungan kegiatan membaca. Pengetahuan tentang

perlunya membaca ditunjukkan dengan adanya pengetahuan mengenai

perlunya membaca untuk memperoleh wawasan baru, pengetahuan baru,

keterampilan baru, dan hiburan. Sedangkan keyakinan tentang keuntungan

kegiatan membaca, antara lain: membaca sebagai kegiatan yang menarik,

menyenangkan, dan memuaskan.

Aspek afektif minat baca ditunjukkan oleh dua hal yaitu perasaan

tertarik untuk membaca dan Perasaan senang membaca. Perasaan tertarik

untuk membaca, yaitu memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan

bacaan dan mengunjungi tempat-tempat yang menyediakan buku bacaan.

Sedangkan perasaan senang membaca, yaitu ditunjukkan dengan tidak

merasa bosan membaca, menghayati isi bacaan, dan mendiskusikan isi

bacaan dengan orang lain. Aspek konatif minat baca ditunjukkan oleh dua hal

yaitu kecenderungan membaca dan Kebiasaan membaca. Kecenderungan

membaca, yaitu mempunyai rasa ingin tahu membaca dan memilih kegiatan

membaca dibandingkan dengan kegiatan lain. Sedangkan kebiasaan

10 Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Jakarta: CV. Mandar Maju, 1990), hlm. 120.

25

Page 32: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

membaca, dapat ditunjukkan dengan melakukan kegiatan membaca di waktu

luang dan menyediakan waktu khusus untuk membaca.

Akhirnya, dari uraian paparan keseluruhan mengenai membaca dan

minat diatas dapat disimpulkan bahwa minat baca merupakan tingkat

kesenangan yang kuat (excitement) dalam melakukan kegiatan membaca

yang dipilihnya karena kegiatan membaca tersebut menyenangkan dan

memberi nilai kepadanya. Kesenangan seseorang membaca bahan bacaan

berdasar pada faktor kemenarikan. Baik dari segi fisik bahan bacaan, tingkat

penting tidaknya bahan bacan bagi seseorang, maupun selera seseorang.

B. HAKIKAT TAMAN BACAAN MASYARAKAT

1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat

Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) telah dimulai sejak tahun

1992/1993. Kehadiran TBM merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka

Rakyat (TPR) yang didirikan oleh Pendidikan Masyarakat. TBM adalah

sebuah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang

dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan

kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk

mendapatkan informasi bagi masyarakat11. TBM merupakan wadah yang

mampu menyediakan berbagai bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat.

11 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat,

(Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006) h. 1.

26

Page 33: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Lebih dari itu, TBM dapat pula didefinisikan sebagai tempat penyelenggaraan

pembinaan kemampuan membaca, tempat penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran serta tempat untuk mendapatkan berbagai informasi yang

diperlukan masyarakat.

Dalam buku Pedoman Pengelolaan TBM yang diterbitkan Direktorat

Pendidikan Masyarakat disebutkan bahwa definisi Taman Bacaan

Masyarakat adalah sebagai sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola

baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses layanan

bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran seumur

hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar Taman

Bacaan Masyarakat (TBM)12. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa

TBM merupakan suatu lembaga atau organisasi yang dapat dikelola oleh

pemerintah ataupun masyarakat. Definisi tersebut juga mendefinisikan TBM

sebagai sumber belajar yang bertujuan untuk memberikan kesempatan setiap

individu untuk dapat belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, TBM dapat

dimanfaatkan oleh semua pebelajar dari golongan masyarakat yang berbeda

baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat

kemampuan intelektual, serta kondisi fisik lainnya.

Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan definisi Taman

Bacaan Masyarakat. Definisi Taman Bacaan Masyarakat di dalam penelitian

ini adalah salah satu sumber belajar yang menyediakan berbagai bahan 12 Ibid., hal. 9-10.

27

Page 34: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

kebutuhan belajar dalam rangka menyelenggarakan pembinaan kemampuan

membaca, memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat, dan

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran sepanjang hayat.

2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat

Segala sesuatu memerlukan tujuan. Begitu juga dengan TBM sebagai

salah satu sumber belajar yang penting di masyarakat memiliki tujuan.

Adapun tujuan didirikannya TBM adalah untuk13 :

a) Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga

tercipta masyarakat yang cerdas yang selalu mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

b) Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat.

c) Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam

Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara

kembali.

Dari uraian mengenai tujuan diatas, terlihat bahwa keberadaan Taman

Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar yang sangat penting. karena

TBM tidak hanya sebagai tempat untuk membaca namun, juga tempat untuk

kegiatan pembelajaran.

13 Ibid., hal. 1.

28

Page 35: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat

Dalam memenuhi peranannya sebagai sumber belajar yang dapat

memfasilitasi pembelajaran seumur hidup, Taman Bacaan Masyarakat (TBM)

memiliki fungsi sebagai berikut14 :

a) Sarana pembelajaran bagi masyarakat;

b) Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu yang efektif dengan

memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain

sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan

informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka;

c) Sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai

dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.

Dari uraian diatas, Taman Bacaan Masyarakat menjalankan tiga jenis

fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari fungsi pembelajaran, hiburan, dan

informasi. TBM menyelenggarakan kegiatan pelayanannya yang bervariasi.

Ada banyak nama yang digunakan untuk TBM, misalnya Rumah Baca,

Pondok Baca, Perahu Baca, Kapal Baca, Warung Baca. Namun, pada

hakikatnya kesemua lembaga atau organisasi tersebut melakukan fungsi

yang sama dengan TBM.

14 Ibid., hal.2.

29

Page 36: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat

TBM dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya dalam15 :

a) Menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca;

b) Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat;

c) Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri;

d) Membantu pengembangan kecakapan membaca;

e) Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi;

f) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

Selain memberikan kemudahan mendapatkan bahan bacaan yang

diperlukan masyarakat, TBM juga melakukan berbagai kegiatan untuk

menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca. Apabila dapat

melaksanakan fungsinya dengan baik.

5. Peran Taman Bacaan Masyarakat

Agar dapat meningkatkan minat dan budaya baca, TBM memiliki peran

sebagai berikut :

a) TBM berperan sebagai tempat layanan informasi

Agar TBM dikunjungi oleh masyarakat sekitar TBM harus menjadi

tempat layanan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar melalui

media bahan bacaan yang tersedia. Sesuai dengan peran tersebut maka 15 Ibid., hal. 2.

30

Page 37: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

TBM harus berisi berbagai jenis media seperti buku, audio, audio visual

gerak, leaflet, booklet, atau bahan bacaan praktis lainnya yang dapat

memberi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar TBM. Dengan

demikian di TBM perlu memprioritaskan bahan bacaan yang menyajikan

informasi umum yang sangat diperlukan masyarakat.

b) TBM berperan sebagai tempat untuk memperluas wawasan dan

pengetahuan

Sesuai dengan peran tersebut maka TBM harusnya menyediakan

berbagai bahan bacaan baik koran, majalah, tabloid, buku otobiografi, kamus,

ensiklopedia, buku tentang berbagai budaya nusantara, buku-buku

ensiklopedia dan sebagainya. Selain itu TBM juga harusnya memiliki bahan

bacaan ilmu pengetahuan praktis (yang bersifat aplikatif), serta buku

pelajaran untuk membantu anak-anak yang sekolah tetapi tidak memiliki

buku.

c) TBM berperan sebagai tempat hiburan yang edukatif

Sesuai dengan peran tersebut maka TBM baiknya dirancang dan

dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang belajar merasa senang dan

nyaman. Oleh karena itu, TBM juga menyediakan bahan bacaan yang

bersifat humoris atau bahan bacaan yang bersifat dagelan/cerita, novel,

komik, dan sebagainya.

31

Page 38: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

d) TBM berperan sebagai pembinaan watak dan moral

TBM dapat menjadi tempat pembinaan watak dan moral apabila berisi

bahan bacaan yang terkait dengan ilmu dan pengetahuan tentang psikologis,

agama, sejarah, otobiografi tokoh/negarawan/ artis, pengalaman hidup

seseorang, dan sebagainya.

e) TBM berperan sebagai tempat belajar keterampilan

Untuk dapat memfasilitasi masyarakat yang akan belajar keterampilan

TBM perlu menyediakan bahan bacaan baik berbagai keterampilan yang

bersifat praktis baik pertukangan, pertanian, peternakan, elektronika, dan

sebagainya.

6. Taman Bacaan Sebagai Sumber Belajar

Teknologi Pendidikan merupakan pemecahan masalah-masalah yang

menyangkut semua aspek pembelajaran manusia, agar kegiatan belajar

menjadi bertujuan dan terkontrol. Hal ini dijelaskan dalam definisi Teknologi

Pendidikan (1977), sebagai berikut :

Educational technology is a complex, integrated process, involving people, procedures, ideas, devices and organization, for analizing problems and devising, implementing, evaluating and managing solutions to those problems, involved in all aspects of human learning16.

16 Alan Januszewski, Educational Technology: The Development of A Concept, (Englewood: Libraries Unlimited, 2001), hal. 78

32

Page 39: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Sumber belajar merupakan salah satu hal penting dalam pemecahan

masalah. Di dalam Teknologi Pendidikan, pemecahan masalah berupa

desain, pemilihan, dan pemanfaatan sumber belajar. Lebih lanjut,

Januszewski mengidentifikasikan sumber belajar sebagai Pesan, Orang,

Materi, Alat, Tekhnik, dan Lingkungan. Sumber belajar yang dimanfaatkan

dalam sistem pendidikan adalah sumber belajar yang tidak didesain untuk

kepentingan pembelajaran atau sumber belajar by utilization. Sedangkan

sumber belajar yang didesain untuk tujuan pembelajaran adalah sumber

belajar by design.

Menurut AECT (Association For Educational Communication and

Technology) sebagaimana dikutip oleh Soeharto (1995), Learning resources

(for Educational Technology) all of the resources (data, people, and things)

which may be used by the learner in isolation or in combination, usualy in an

formal manner, to fasilitate learning; they include messages, people,

materials, devices, techniques, and settings17.

Dari definisi diatas dapat terlihat bahwa sumber belajar bukan hanya

terbatas pada bahan dan alat yang digunakan dalam proses belajar-

pembelajaran. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan

untuk membantu individu untuk belajar dan menampilkan kompetensinya.

Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, manusia, material (media-

software), peralatan (media-hardware), teknik (metode) dan lingkungan. 17 Karti Soeharto, Teknologi Pembelajaran, (Surabaya: SIC,1995), hal. 73

33

Page 40: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Menurut Edgar Dale, sumber belajar merupakan suatu hal yang

pernah dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar pada diri seseorang.

Sebagaimana yang dikutip oleh Arsyad (2002), bahwa sumber belajar

merupakan pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni

seluas kehidupan mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan dapat

menimbulkan peristiwa belajar18. Sumber belajar dalam pengertian tersebut

menjadi sangat luas maknanya, karena segala sesuatu yang di alami

dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman

yang menyebabkan belajar.

Sebagaimana diketahui bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan

tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber belajar bukan hanya

berupa benda yang dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi sumber belajar

juga bisa berupa pengalaman, dimana pengalaman merupakan sesuatu yang

tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi hanya dapat dirasakan.

Melalui sebuah pengalaman yang pernah dialami oleh seseorang di masa

lampau bisa memberikan suatu pengetahuan baru, pengalaman tersebut

tidak harus berasal dari suatu hal yang dialaminya sendiri, tetapi bisa melalui

pengalaman yang dialami oleh orang lain. Membaca buku atau bahan bacaan

adalah salah satu contohnya. Melalui membaca buku seseorang bisa

menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di 18 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 3

34

Page 41: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang

terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca buku

atau bahan bacaan.

Merujuk pada beberapa pengertian mengenai sumber belajar yang

dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah

segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang dan memiliki unsur daya tarik

yang dirancang atau dimanfaatkan untuk memfasilitasi dan memudahkan

terjadinya proses belajar sehingga memungkinkan pebelajar untuk

menampilkan potensinya secara mandiri. Daya tarik merupakan suatu unsur

yang digunakan agar dapat terjadi perubahan dalam diri seseorang dengan

keinginan yang muncul dari dalam dirinya sendiri tanpa adanya suatu

keterpaksaan selama proses belajar tersebut berlangsung. Perubahan dalam

proses belajar, dapat berupa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti

menjadi mengerti, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Berbagai sumber yang

dipergunakan untuk keperluan belajar dapat berupa pesan, bahan, alat,

orang, lingkungan, teknik atau pun pengalaman.

Pemanfaatan sumber belajar tersebut dapat dilakukan secara

individual atau berkelompok dan terpisah maupun mengkombinasikan

beberapa sumber. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, maka sumber

belajar perlu dikelola. Salah satu sumber belajar yang dimanfaatkan dan

perlu dikelola adalah taman bacaan masyarakat. Dalam kedudukannya

sebagai sebuah sumber belajar, bila dilihat dari dari bentuknya sekaligus

35

Page 42: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

merujuk pada AECT, Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar

berupa lingkungan yang ada di masyarakat. Sedangkan bila kita melihat asal

usulnya, Taman Bacaan Masyarakat dapat dikelompokan menjadi sumber

belajar by design, karena taman bacaan masyarakat dengan sengaja

dirancang untuk memenuhi tujuan pembelajaran tertentu.

C. HAKIKAT PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT

1. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan merupakan salah satu bidang garapan Teknologi

Pendidikan. Teknologi Pendidikan sebagai suatu konsep terdiri dari sejumlah

gagasan dan rujukan. Adapun gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar

setiap individu dapat berkembang semaksimal mungkin dengan jalan

memanfaatkan teknologi sedemikian rupa hingga selaras dengan

perkembangan masyarakat dan lingkungan19. Dalam definisi Teknologi

Pendidikan tahun 2004, pengelolaan dirumuskan sebagai salah satu

kawasan kegiatan teknologi pendidikan. Association for Educational

Communications and Technology (1994)20 mendefiniskan Teknologi

Pendidikan sebagai berikut:

19 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 132. 20 Barbara Seels & Rita Richey, Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, diterjemahkan oleh Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo (Alm), dan Yusufhadi Miarso, (Washington DC: AECT, 1994), hal. 10.

36

Page 43: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber untuk belajar.

Definisi tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan menjadi salah satu

rujukan dari konsep Teknologi Pendidikan yang diperoleh secara sintesis dari

gejala yang diamati dan kecenderungan yang ada, antara lain21 :

a) Adanya orang-orang belajar yang belum cukup memperoleh perhatian tentang kebutuhannya, kondisinya, dan tujuannya.

b) Adanya si belajar yang tidak cukup memperoleh pendidikan dari sumber-sumber sedekala (tradisional), dna karena itu perlu dikembangkan dan digunakan sumber-sumber baru.

c) Adanya sumber-sumber baru berupa: orang (penulis buku ajar, pembuat media instruksional, dan sebagainya), pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagainya), pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagainya), alat (pesawat televisi, komputer, dan sebagainya), cara-cara tertentu dalam memanfaatkan orang, pesan, bahan dan alat, serta lingkungan tempat proses itu berlangsung.

d) Adanya kegiatan yang bersistem dalam mengembangkan sumber-sumber belajar itu yang bertolak dari landasan teori tertentu dan hasil penelitian, yang kemudian dirancang, dipilih, diproduksi, disajikan, digunakan, disebarkan, dinilai, dan disempurnakan.

e) Adanya pengelolaan atas: kegiatan belajar yang memanfaatkan berbagai sumber, kegiatan manghasilkan dan atau memilih sumber belajar, serta orang dan lembaga yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar kegiatan lebih berdaya guna, berhasil guna, dan produktif.

Berdasarkan konsep Teknologi Pendidikan seperti diuraikan diatas,

dapat disimpulkan bahwa pengelolaan menjadi salah satu pemecahan

masalah-masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.

Tujuannya adalah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif

dan efisien dalam proses pengadaan dan pemakaian sumber belajar.

21 Miarso, op. cit., hal. 133.

37

Page 44: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Sejalan dengan pemikiran tersebut, Ivor Davies menyebutkan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola (pembelajar) agar

proses pembelajaran menjadi efektif22 :

a) Merencanakan tujuan belajar; b) Mengorganisasikan sumber belajar, sehingga dalam mewujudkan

tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan ekonomis;

c) Memimpin untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar;

d) Mengawasi apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin telah berhasil dalam mewujudkan tujuan belajar yang telah dirumuskan.

Dari uraian diatas, terlihat bahwa pengelolaan yang berkaitan dengan

pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola.

Kegiatan tersebut diawali dengan merencanakan, dilanjutkan dengan

mengorganisasikan, kemudian memimpin, sampai melakukan pengawasan

terhadap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran.

Seels and Richey juga mengungkapkan bahwa pengelolaan meliputi

pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan supervisi23. Lebih lanjut,

pengelolaan dalam bidang garapan Teknologi Pendidikan terdiri dari empat

22 Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Penerjemah: Sudarsono Sudirjo, dkk, (Jakarta: Rajawali, 1991), hal. 35-36. 23 Barbara Seels & Rita Richey, op. cit., hal. 54.

38

Page 45: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

kategori, yaitu: pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem

penyampaian, dan pengelolaan infomasi.

Melengkapi kedua pendapat diatas, Koontz dan O’Donnell dalam

bukunya The Principal of Management: An Analysis of Managerial Function,

sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman Saleh dan Fahidin24 menyebutkan

bahwa fungsi pengelolaan ada lima yaitu: Planning (Perencaan), Organizing

(Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Staf), Directing (Pengarahan), dan

Controlling (Pengendalian).

Berdasarkan pemaparan beberapa teori baik dalam bidang ilmu

Teknologi Pendidikan dan Ilmu Perpustakaan, dapat ditarik benang merah

bahwa pengelolaan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk

mencapai tujuan yang teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-

sumber yang ada secara efektif dan efisien. Usaha sadar tersebut dilakukan

dengan melalui proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan.

2. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

Dalam upaya mewujudkan masyarakat belajar (learning community)

harus diciptakan kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan pemelajar

memiliki pengalaman belajar baik melalui sumber belajar yang dirancang (by

24 Abdul Rahman Saleh & Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Universitas Terbuka, Dpdikbud, 1995 ), hal. 3.

39

Page 46: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

design) maupun yang dimanfaatkan (by utilization) untuk keperluan

pembelajaran. Salah satu sumber belajar yang dirancang untuk keperluan

pembelajaran nonformal adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM).

TBM sejenis dengan perpustakaan umum, namun sasarannya lebih

diperuntukkan untuk komunitas kelompok. Komunitas kelompok sasaran TBM

yang satu bebeda dengan TBM lainnya. Adapun peranan TBM adalah

sebagai berikut:

TBM yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberi kemudahan akses kepada warga masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Di samping itu, TBM berperan dalam meningkatkan minat baca, menumbuhkan budaya baca, dan cinta buku bagi warga belajar dan masyarakat. Secara khusus TBM dimaksudkan untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara yang antara lain karena kurangnya sarana yang memungkinkan para aksarawan baru dapat memelihara dan meningkatkan kemampuan baca tulisnya. Di samping itu, TBM juga ditujukan untuk memperluas akses dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat mendapatkan layanan pendidikan. 25

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disadari pentingnya fungsi TBM

dalam menyediakan koleksi baik berupa bahan bacaan maupun jenis lain

yang berguna bagi warga masyarakat, maka diperlukan pengelolaan yang

baik dan memadai agar fungsi Taman Bacaan Masyarakat dapat tercapai

secara efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengelola

TBM diarahkan pada penguasaan beberapa aspek kompetensi yang

diperlukan untuk pengelolaan TBM. Kompetensi mengelola adalah salah satu

25 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Naskah AkademikPengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM), (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal. 7

40

Page 47: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

aspek penting dalam pengelolaan TBM. Kompetensi pengelolaan terdiri dari

kemampuan dalam merencanakan program TBM, mengorganisasikan

sumber daya TBM, mengarahkan pelaksanaan program TBM,

mengendalikan pelaksanaan program TBM, dan mengevaluasi26. kompetensi

inilah yang harus dipenuhi dalam kegiatan mengelola TBM. Kegiatan

mengelola TBM merupakan sebuah rangkaian aktivitas yang harus dilakukan

oleh seorang pengelola, dimana rangkaian aktivitas tersebut dimaksudkan

sebagai fungsi pengelolaan TBM.

Berdasarkan kajian sebelumnya, telah di ketahui bahwa pengelolaan

merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang

teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara

efektif dan efisien melalui proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan. Maka, dapat dirumuskan bahwa proses

pengelolaan TBM yang harus dilaksanakan yaitu melalui fungsi-fungsi

pengelolaan yang terdiri dari Perencanaan TBM, Pengorganisasian TBM,

Pengarahan TBM, dan Pengawasan TBM.

a) Perencanaan

Sebelum seorang pengelola dapat melakukan kegiatan

mengorganisasi, mengarahkan dan mengawasi, mereka haruslah membuat

rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Perencanaan adalah 26 Ibid., hal. 13

41

Page 48: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus dilakukan,

kapan, bagaimana dan oleh siapa27.

Berbagai definisi mengenai fungsi perencaan dalam pengelolaan

diberikan oleh para praktisi. Mulai dari yang paling mendasar, dikemukakan

oleh William Herbert Newman (1957), Planning is deciding in advance what is

to be done28. Ia mendefinisikan bahwa perencanaan adalah penentuan

terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan. Untuk menentukan apa saja yang

diperlukan sebelum melakukan fungsi selanjutnya, dapat diperoleh dengan

menjawab pertanyaan yang menjadi unsur esensi dalam perencanaan,

sebagaimana diungkapkan oleh Manullang29 :

a. Tindakan apa yang harus dikerjakan? b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? c. Di manakah tindakan itu harus dilaksanakan? d. Kapankah tindakan itu dilaksanakan? e. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? f. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?

Menurut Manullang, dalam kegiatan perencanaan, pengelola

menentukan jawaban keenam unsur tersebut sebagai penuntun dalam

kegiatan pengelolaan selanjutnya. Berdasarkan definisi fungsi perencanaan

tersebut bahwa perencanaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh suatu

organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, mengapa, kapan, 27 Ritha F. Dalimunthe, Keterkaitan Antar Penelitian Manajemen Dengan Pendidikan Dan Pengembangan Ilmu Manajemen. Universitas Sumatra Utara DIgital Library, 2003. (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf) 28 William Herbert Newman dikutip langsung oleh Manullang, Dasar-dasar Manajemen (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), hal. 39. 29 Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: gadjah Mada University Press, 2006), hal. 41.

42

Page 49: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

dimana, bagaimana, dan oleh siapa, yang akan dikerjakan di masa depan

dalam rangka pencapaian tujuan yang telah diinginkan. Oleh karena itu,

perencanaan dapat didefinisikan sebagai tahap menentukan apa yang akan

dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan dilakukannya, dan siapa yang

akan melakukannya.

Berdasarkan teori diatas, kegiatan-kegiatan perencanaan yang

dilakukan pengelola TBM adalah dengan menetapkan kegiatan yang akan

dilakukan, menetapkan tempat atau lokasi, menetapkan waktu kegiatan atau

penjadwalan, menetapkan siapa yang melakukan atau pelaku kegiatan, dan

menentukan bagaimana atau dengan cara yang dipilih untuk mencapai tujuan

TBM.

Abdul Rahman Saleh & Fahidin mengungkapkan bahwa perencanaan

merupakan suatu proses yang terus menerus dan merupakan suatu siklus

yang sangat penting untuk dipahami30. Dalam konteks ini, perencanaan

didefinisikan sebagai suatu siklus yang berkesinambungan, dan tidak bersifat

permanen. Artinya, perencanaan selalu dapat direvisi dan dikontrol. Adapun

siklus perencaan tersebut terdiri dari (1) menentukan kebutuhan, (2)

menentukan tujuan, (3) menentukan sasaran, (4) menentukan metode/cara

mencapai sasaran, (5) pengujian cara yang dipilih, (6) simulasi, (7) memilih

cara, (8) implementasi, dan (9) monitoring.

30 Abdul Rahman Saleh & Fahidin, op. cit., hal, 28.

43

Page 50: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Kesembilan tahapan yang merupakan siklus perencaan merupakan

hal yang harus dilakukan oleh sebuah perpustakaan. TBM dan perpustakaan

memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan pengelolaan, namun kegiatan

pengelolaan di TBM tidak sama persis dengan konsep pengelolaan

perpustakaan diatas. Oleh karena itu, dapat diambil benang merah

berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Manullang dan Abdul rahman

Saleh & Fahidin, bahwa perencanaan yang dilakukan di TBM dapat dilakukan

dengan mengikuti siklus perencanaan perpustakaan yang mencakup

perencanaan terhadap kebutuhan TBM, merencanaka sasaran dan

merencanakan metode serta menjawab keenam unsur apa yang harus

dilakukan, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan oleh siapa.

1) Merencanakan kebutuhan TBM

Adapun kegiatan perencaaan TBM yang pertama dimulai dengan

menentukan kebutuhan. Selayaknya di perpustakaan, di TBM pun ditentukan

kebutuhan terlebih dahulu dengan user study atau studi pemakai. Dari study

user ini akan diidentifikasi kebutuhan pemakai TBM, baik kebutuhan bahan

bacaan maupun kebutuhan layanan, serta kebutuhan pekerjaan di TBM.

2) Merencanakan Tujuan TBM

Tahap selanjutnya adalah menentukan tujuan TBM. Telah disinggung

dalam hakikat sebelumnya bahwa tujuan TBM adalah sebagai wadah

kegiatan belajar masyarakat, khususnya dalam upaya membangkitkan dan

meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang

44

Page 51: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Tujuan TBM tersebut hendaknya harus selalu disadari, dihayati dan

diimplementasikan oleh seluruh anggota TBM.

3) Merencanakan Sasaran dan Metode

Langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran atau target

kemudian menentukan metode yang akan dipakai untuk mencapai tujuan

sasaran tersebut. Adapun perencanaan terhadap metode yang akan

digunakan dalam TBM berkaitan dengan kondisi TBM yang bersangkutan.

Metode yang dipilih dilakukan untuk meninjau TBM dilihat dari komponen-

komponen TBM. Adapun komponen penting setiap TBM yaitu lokasi, sumber

daya manusia, organisasi dan manajemen, sarana dan prasarana, layanan

dan promosi, dan anggaran31. berdasarkan pedoman tersebut, komponen

yang ditinjau dengan menggunakan sasaran dan metode yang telah

direncanakan adalah lokasi, sumber daya manusia, dokumen keorganisasian

dana manajemen, sarana dan prasarana, layanan, serta anggaran.

Dalam merencanakan lokasi TBM, perlu diperhatikan sasaran pemakai

TBM. Tony Simbolon, Taman Bacaan Masyarakat seyogyanya berada di32:

a) Desa atau kelurahan yang dikelola oleh kantor desa atau kelurahan, khususnya yang belum memiliki fasilitas akses layanan

31 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006), hal. 20. 32 Tony Simbolon, Pengembangan Budaya Baca Melalui Taman Bacaan Masyarakat, (Jakarta: PT Ryan Eka Mandiri, 2007), hal. 69-70.

45

Page 52: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

bahan bacaan seperti toko buku, rental buku/bahan bacaan, atau perpustakaan.

b) Di kota, di sentra layanan masyarakat (fasilitas umum), atau ditempat-tempat mastarakat berkumpul dan menunggu seperti, pembayaran telepon, listrik, terminal, penjara, bandara, dll.

c) Tempat TBM yang mudah dilihat dan dijangkau.

Dalam merencanakan sumber daya manusia TBM, ditentukan berapa

jumlah tenaga yang dibutuhkan dan proses rekruitmen tenaga pengelola

TBM. Mengenai berapa jumlah tenaga pengelola TBM belum ditentukan

jumlah yang baku. Di dalam buku pedoman penyelenggaraan TBM, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sumber daya

manusia, yang pertama yaitu komposisi pengelola TBM. Komposisi pengelola

TBM, baik pimpinan maupun staff, disesuaikan dengan volume dan beban

kerja/kegiatan dan juga anggaran33. Hal tersebut menandakan bahwa belum

adanya ketentuan mengenai jumlah tenaga pengelola TBM. Lebih lanjut,

tertera di dalam pedoman penyelenggaraan TBM, hal kedua yang harus

diperhatikan dalam rangka meningkatkan wawasan dan keterampilan

pengelolaan TBM maka setiap pengelola diberi kesempatan untuk mengikuti

pendidikan dan latihan yang terkait dengan penyelenggaraan TBM. Hal ketiga

yang harus diperhatikan yaitu kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja TBM.

Kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja TBM disesuaikan dengan kebutuhan

dan ketersediaan tenaga setempat. Selain tenaga tetap, pengelola TBM

33 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat, hal. 34.

46

Page 53: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

dapat diperoleh dengan cara memberdayakan orang muda atau tokoh

masyarakat setempat sebagai relawan.

Dalam merencanakan sarana dan prasarana TBM, ditentukan sarana

dan prasarana yang dibutuhkan oleh setiap TBM. Tony Simbolon

mengungkapkan bahwa TBM yang baik seharusnya memiliki sarana sebagai

berikut34 :

a) Ruang baca baik indoor (tertutup) maupun outoor (terbuka/taman), ruang display, ruang pembelajaran/kegiatan, ruang administrasi yang memadai.

b) Koleksi bahan bacaan yang bervariasi dan sesuai dan berguna serta dibutuhkan masyarakat yang ditata sehingga mudah dilihat dan dicari.

c) Kursi/bangku dan meja baca baik di indoor maupun outdoor. d) Memiliki WC dan alat komunikasi.

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat berpengaruh

dalam mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), karena tanpa adanya

perencanaan sarana dan prasarana seperti gedung yang permanen, koleksi

yang memadai serta sarana lain seperti rak-rak buku, meja baca dan lain-lain

kalau tidak terpenuhi maka pengguna jasa tersebut tidak akan tertarik untuk

mengunjunginya. Untuk membuat TBM yang menarik dapat direncanakan

pengadaan sarana dna prasarana dengan mencoba beberapa hal berbeda

yang sesuai dengan karakteristik sasarannya, tentunya untuk menambah

semarak TBM dan menarik masyarakat untuk mengunjunginya.

34 Tony Simbolon, op. cit., hal. 70.

47

Page 54: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Dalam merencankaan layanan TBM, perlu diperhatikan beberapa

aspek yang berkaitan dengan pelayanan di TBM. Adapun hal-hal yang harus

diperhatikan dalam memberikan pelayanan TBM yang baik sebagai berikut35

:

a) Suasana TBM yang hendaknya diatur sedemikian rupa agar menarik dan menyenangkan pengunjung. Keadaannya juga harus dijaga agar tetap bersih, sejuk, rapi dan nyaman, termasuk peralatan/perlengkapan lain supaya ditata dengan rapi sehingga pengunjung merasa senang berada di ruangan atau di sekitar TBM.

acaan

tuan dari petugas.

emanfaatkan

mlah pinjaman, sanksi pelanggaran.

a TBM. h) Sistem Peminjaman (Sirkulasi) TBM ditentukan menggunakan

diperlukan kemampuan wirausaha bagi pengelola untuk selalu kreatif

b) Tenaga Pelayanan yang melayani pengguna TBM perlu ditentukan berapa jumlah dan apa saja kualifikasinya.

c) Sistem Layanan yang digunakan TBM, apakah menggunakan sistem pelayanan terbuka sehingga pengunjung/ pengguna dapat masuk ke ruang baca untuk memilih dan mengambil bahan bsendiri dari rak, atau sistem pelayanan tertutup dimana penunjung/pengguna dapat meminta ban

d) Jenis kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan kebutuhan sasarna atau pemakai TBM.

e) Peraturan dan Tata Tertib TBM dibuat oleh pengelola TBM meliputi keanggotaan pemakai (siapa saja yang dapat mTBM), hari dan Jam Buka TBM, lama dan Waktu Peminjaman bahan bacaan, ju

f) Pendaftaran Anggota pengguna TBM, perlu ditentukan persyaratannya.

g) Kartu Anggota, diperlukan untuk membedakan anggota TBM dengan bukan anggot

sistem pinjamannya.

Dalam merencanakan anggaran TBM, ditentukan bagaimana

pengelompokkan anggaran, sumber anggaran yang merupakan asal

pendanaan, dan komposisi anggaran. Dalam menentukan rencana anggaran,

35 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, hal.17

48

Page 55: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

memperoleh tambahan penghasilan bagi operasional TBM sehingga TBM

dapt mandiri.

b) Pengorganisasian TBM

Istilah Pengorganisasian secara umum memiliki dua pengertian.

Pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok

fungsional. Sedangkan dalam pengertian yang lain, pengorganisasian

dimaksudkan sebagai proses pengorganisasian. Dalam kajian teori ini, akan

dibahas pengorganisasian dengan pengertian yang kedua.

Hani Handoko mendefinisikan pengorganisasian sebagai proses untuk

merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi

tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai

dengan efisien36. Menurut definisi diatas, pengorganisasian merupakan

proses atau alur kegiatan yang didasarkan pada struktur organisasi,

kemudian mengelompokkan dan mengatur tugas atau pekerjaan anggota

organisasi, membagi tugas atau pekerjaan anggota organisasi. Setelah

merencanakan mengenai rekruitment anggota organisasi melalui kualifikasi

dan kompetensinya, maka anggota organisasi tersebut dikelompokkan tugas

atau pekerjaannya berdasarkan kemampuannya.

Melengkapi definisi diatas, Yayat mendefinisikan pengorganisasian

(Organizing) ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian 36 T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000), hal.168.

49

Page 56: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

tugas, siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa37.

Dalam definisi ini, terlihat adanya pembagian tanggung jawab diantara

sesama anggota organisasi. Pembagian tanggung jawab mengenai tugas

atau pekerjaan ini dilakukan untuk memudahkan para anggota organisasi

melakukan pekerjaan lebih mudah dan terorganisasi.

Berdasarkan kedua definisi pengorganisasian diatas, dapat

disimpulkan bahwa Pengorganisasian adalah proses yang didasarkan pada

struktur organisasi dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan dikelompokkan

berdasarkan kemampuan anggotanya, serta diatur mengenai pembagian

tanggung jawabnya di kalangan anggota organisasi, dengan efisien dan

sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan

sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Kepala TBM

Bidang Administrasi Teknis 

Bidang Layanan Pembaca 

Gambar 1: Struktur Organisasi Taman Bacaan Masyarakat

37 Yayat, Modul Manajemen Umum Dan Bidang-bidang Manajemen: Mata Pelajaran Ekonomi Kelas II, 2007. (http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=11&fname=eko206_07.htm)

50

Page 57: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Struktur organisasi tersebut bukanlah struktur organisasi yang baku

dan menjadi standar untuk setiap TBM. Karena struktur organisasi di TBM

dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi TBM.

Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan

berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai

tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar,

sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat,

oleh karena itu proses pengorganisasian TBM juga diikuti dengan kesesuaian

kebutuhan masyarakat pengguna TBM. Adapun mengenai pembagian tugas

atau pekerjaan anggota organisasi TBM sebagai berikut38 :

1) Kepala TBM mempunyai tugas-tugas sebagai berikut: a. Memimpin TBM; b. Menyusun dan menetapkan program TBM; c. Mengembangkan dan memajukan TBM; d. Melakukan kerjasama antar TBM maupun perpustakaan atau

institusi lain (pemerintah dna swasta); e. Mengkordinasikan dan mengawasi/mengontrol pelaksanaan

tugas administrasi/pengolahan dan tugas-tugas layanan. 2) Bidang Administrasi dan Tekhnis mempunyai tugas-tugas berikut :

a. Mengurus kegiatan administrasi dan surat-menyurat, b. Melaksanakan pengembangan koleksi, c. Mengadakan pemilihan dan pengadaan bahan pustaka, d. Melaksanakan pengolahan bahan pustaka, e. Pemeliharaan koleksi bahan pustaka, f. Membuat laporan administrasi dan teknis.

3) Bidang Layanan Pembaca mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menata koleksi secara sistematis, b. Mempersiapkan dan mengatur tata tertib layanan; c. Melaksanakan/menyelenggarakan layanan; d. Melaksanakan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka;

38 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat , hal. 3.

51

Page 58: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

e. Melaksanakan administrasi keanggotaan; f. Membuat laporan pelayanan dan penggunaan koleksi TBM.

Sedangkan mengenai pembagian tanggung jawab di kalangan

anggota pengelola TBM dapat diketahui dari ada atau tidaknya struktur

organisasi pengelola TBM. Berdasarkan bagan struktur tersebut, dapat

menggambarkan bagaimana pembagian tanggung jawab di TBM itu sendiri.

Dengan melihat tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggota

organisasi TBM, maka terdapat tugas-tugas pengelolaan TBM yang harus

dilakukan oleh pengelola di dalam tahapan pengorganisasian TBM. Tugas-

tugas yang harus dilakukan oleh pengelola adalah usaha-usaha yang harus

dilakukan dalam rangka melakukan pengelolaan TBM. Tugas-tugas tersebut

terangkum dalam kegiatan pengolahan bahan koleksi TBM agar memberikan

kemudahan terhadap pelaksaaan kegiatan pelayanan di TBM. Tahapan

kegiatan pengolahan bahan koleksi di TBM sesuai dengan Pedoman

Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat meliputi kegiatan registrasi atau

pencatatan bahan koleksi (inventarisasi), katalogisasi yang terdiri dari

katalogisasi deskriptif dan klasifikasi, memberi kelengkapan buku,

penyusunan buku di rak.

Sejalan dengan uraian pedoman pengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat diatas Ibrahim Bafadal menambahkan proses pengolahan koleksi

dilakukan melalui tahapan pengadaan, klasifikasi, katalogisasi, serta

52

Page 59: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

pengaturan dan pemeliharaan koleksi39. Perbedaan diantara kedua tahapan

yang ada yaitu pada tahap awal dan tahap akhir proses pengolahan. Uraian

kedua lebih lengkap karena menjelaskan proses pengolahan koleksi hingga

tahap pemeliharaan. Sedangkan pada tahap awal pengolahan, kegiatan

pengadaan bahan koleksi sudah dilakukan dalam tahapan perencanaan.

Oleh karena itu kedua tahapan tersebut sejalan dan saling melengkapi.

Berdasarkan uraian diatas, pengolahan koleksi di TBM terdiri dari

tahapan pengadaan, registrasi atau pencatatan bahan koleksi (inventarisasi),

klasifikasi, katalogisasi, memberi kelengkapan buku, penyusunan buku di rak

pemeliharaan koleksi TBM. Pengolahan diawali dengan pencatatan atau

registrasi masing-masing jenis bahan pustaka/bacaan dengan menggunakan

Daftar Buku atau Buku Induk untuk bahan pustaka yang berupa buku, Kartu

Majalah untuk majalah dan Kartu Surat Kabar untuk surat kabar, sedangkan

leaflet dan pamphlet tidak perlu diregistrasi. Setelah koleksi diregistrasi,

kemudian dikelompokkan menurut subjeknya menggunakan angka atau

simbol tertentu sesuai skema atau sistem klasifikasi yang digunakan. Tahap

ini disebut juga dengan proses katalogisasi deskriptif. Setelah dikatalogisasi

deskriptif, koleksi dideskripsikan menurut data bibliografisnya, seperti

pengarang, judul, nama penerbit, tahun terbit, serta jumlah halaman. Data

tersebut beserta nomor klasifikasi dan tajuk subjek kemudian diformulasikan

ke dalam kartu katalog. Kemudian setiap buku diberi label nomor panggil (call 39 Ibrahim Bafadal, op.cit., hal. 27

53

Page 60: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

number) yang diperlukan untuk menentukan posisi atau letak buku di rak.

Label nomor panggil direkatkan pada punggung buku. Setelah itu, agar

pengguna TBM lebih mudah menemukan buku yang dibutuhkannya di rak,

setiap buku yang sudah ada label nomor panggilnya juga diberi label

berwarna sesuai dengan kelompok subjeknya.

Koleksi juga perlu dilengkapi dengan kartu buku, kantong kartu buku,

dan lembar tanggal kembali. Kartu buku berfungsi sebagai kartu kendali buku

yang dipinjamkan kepada pengguna/anggota. Ketika bukunya dipinjamkan,

kartu buku diisi nomor anggota, nama anggota serta tanggal kapan harus

dikembalikan. Kantong kartu buku berfungsi untuk meletakkan buku ketika

buku sedang tidak dipinjam oleh anggota TBM. perlengkapan terakhir untuk

sebuah buku yang perlu disiapkan sebelum buku diletakkan dalam rak adalah

lembar/slip tanggal kembali yang berfungsi untuk mengingatkan peminjam

kapan buku tersebut harus dikembalikan. Lembar tanggal kembali ini

direkatkan pada halaman terakhir atau dibagian dalam cover buku di atas

kantong kartu buku.

Setelah seluruh proses sebelumnya telah selesai, maka buku/koleksi

disusun sesuai pada sistem yang tetap (konsisten), maksudnya agar pemakai

dapat dengan mudah menemukan dan memanfaatkan bahan bacaan yang

dibutuhkan. Selain, menyusun buku/koleksi di rak, kegiatan pengolahan

koleksi juga termasuk memelihara buku dengan cara memberikan sampul

54

Page 61: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

buku dan memperbaiki buku-buku yang rusak misalnya menjilid kembali,

mengganti halaman yang rusak atau hilang dan sebagainya.

c) Pengarahan

Pengarahan merupakan tindak lanjut dari fungsi-fungi manajemen

sebelumnya, yaitu perencanaan dan pengorganisasian. Pengarahan dalam

bahasa Inggris berarti directing, yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia sebagai ‘memimpin’, atau ‘mengarahkan’. Siswanto memberikan

batasan secara umum mengenai pengarahan sebagai suatu proses

pembimbingan, pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar

mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan40. Pengarahan

berarti menentukan bawahan tentang apa yang harus mereka kerjakan atau

tidak boleh dikerjakan. Dalam pengertian ini, kegiatan pengarahan dapat

dilakukan dengan memberikan perintah, petunjuk (orientasi) dari atas atau

pimpinan kepada orang-orang yang dipimpinnya atau di bawahnya, untuk

melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu,

baik secara lisan maupun tulisan berupa peraturan dan tata tertib.

Mengarahkan atau memberikan arahan merupakan suatu fungsi

pengelolaan yang kompleks, dimana tujuannya untuk mempengaruhi

karyawan agar mau melaksanakan tugas-tugas secara efektif dan efisien,

40 Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 111.

55

Page 62: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sebagaimana diungkapkan oleh

Abdul Rahman Saleh dan Fahidin41 :

Tujuan utama fungsi memimpin adalah untuk menciptakan kerja sama yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan anggota serta menumbuhkan perasaan untuk menyukai pekerjaan yang dilakukan.

Melihat definisi diatas, dapat diketahui bahwa keberasilan untuk

memenuhi tujuan tersebut sangat bergantung kepada kemampuan para

pemimpin. Dalam manajemen modern, para pengelola menambahkan

pendekatan lain sebagai pendorong atau motivator. Oleh karena itu,

pengarahan berkenaan dengan cara bagaimana pengelola dapat memotivasi

para bawahannya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka

meningkat. Pengarahan diawali dengan motivasi, karena para pengelola tidak

dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk bersedia

mengikutinya.

Berdasarkan kedua teori diatas, pengarahan merupakan aspek

hubungan manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk

bersedia memahami dan menyumbangkan tenaga dan fikirannya secara

efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pengelolaan,

pengarahan ini bersifat sangat komplek, karena disamping menyangkut orang

perorang, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari masing-masing

mereka. Dalam melaksanakan fungsi pengarahan yang menyangkut pada

41 Rahman Saleh & Fahidin, op. cit., hal. 98.

56

Page 63: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

hubungan atara pengelola dan karyawan, dapat dilakukan dengan cara

memberikan orientasi mengenai informasi atau petunjuk yang perlu diketahui

karyawan agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik. Dalam proses

pengarahan, pemimpin juga harus membangun komunikasi yang baik dengan

para karyawannya. Bagi para karyawan, untuk melaksanakan tugas-tugas

dengan baik dipengaruhi oleh cara pengelola dalam mempengaruhi orientasi

tugas. Misalnya dengan memberi motivasi agar mereka bekerja dengan

semangat tinggi. Oleh karena itu, perlu disadari pentingnya pengelola dalam

menjalankan fungsi kegiatan pengarahan dalam bentuk memberikan orientasi

tugas, komunikasi, dan motivasi kepada para karyawannya.

Berdasarkan kajian teorits mengenai pengarahan sebelumnya, jika

dikaitkan dengan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, maka dapat dapat

diambil benang merah bahwa kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan

pengelola TBM dalam menjalankan fungsi pengarahan, dapat dilakukan

dengan cara memberikan orientasi untuk menyampaikan informasi atau

petunjuk yang perlu diketahui oleh pengelola/pengurus TBM agar tugasnya

dapat dilakukan dengan baik, membangun komunikasi yang baik diantara

para pengelola, pengurus dan anggota, serta memberi motivasi agar

pengelola/pengurus/relawan TBM dapat melaksanakan tugas dengan

semangat tinggi. Oleh karena itu, di dalam proses pengelolaan Taman

Bacaan Masyarakat bahwa pengelola TBM dalam menjalankan fungsi

57

Page 64: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

kegiatan pengarahan perlu dilakukan kegiatan memberikan orientasi,

komunikasi, dan motivasi kepada para pegawai maupun relawan TBM.

d) Pengawasan

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin

organisasi pengelolaan tercapai. Hal ini dilakukan dengan cara membuat

kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Beberapa pakar telah

menguraikan pengertian penagawasan dari berbagai sudut pandang

berbeda. Definisi pengawasan secara sederhana dikemukakan oleh Murdick

bahwa pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai42.

Menurut definisi ini pengawasan merupakan proses dasar yang secara

essensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi.

Hal ini dikarenakan bahwa ketercapaian tujuan dari organisasi merupakan

prinsip dasar dari pengelolaan itu sendiri.

Lebih rinci mengenai definisi dan proses pengawasan yang

dikemukakan oleh Robert J. Mockler, berikut ini telah memperjelas unsur-

unsur esensial proses pengawasan43 :

Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan

42 Nanang Fatah, Landasan Manajamen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 101. 43 Robert J. Mockler sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), hal. 360-361.

58

Page 65: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

Dari definisi pengawasan diatas, dapat dilihat bahwa fungsi

pengawasan didasarkan pada fungsi perencanaan. Di dalam definisi tersebut

dijelaskan bahwa pengawasan merupakan suatu proses yang

berkesinambungan. Proses pengawasan yang dimaksud terdiri dari lima

tahap. Tahap-tahapnya adalah (1) Penetapan standar pelaksanaan, (2)

penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, (3) pengukuran pelaksanaan

kegiatan nyata, (4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan

penganalisaan penyimpangan-penyimpangan, dan (5) pengambilan tindakan

koreksi bila perlu.

Penetapan standar pelaksanaan merupakan satuan pengukuran yang

dapat digunakan sebagai patokan untuk menilaian hasil-hasil. Penetapan

standar pelaksanaan di TBM terdiri dari: (1) standar fisik, yaitu ketentuan

mengenai relawan di TBM, ketentuan mengenai jumlah koleksi di TBM, (2)

standar moneter yaitu ketentuan pengenai biaya pembelian bahan koleksi,

ketentuan biaya operasianal TBM, (3) standar waktu yaitu jadwal kegiatan

pelayanan TBM. Selain itu standar kualitatif juga diperlukan dalam proses

pengawasan. Standar kualitatif TBM misalnya ketentuan mengenai adanya

keriteria kesehatan relawan TBM, sikap kerjasama yang dimiliki antara

relawan TBM, dan standar berpakaian relawan TBM.

59

Page 66: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan diperlukan sebagai cara

untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Dalam tahap ini perlu

ditetapkan berapa kali pengawasan harus dilakukan, apakah setiap jam,

harian, mingguan, atau bulanan. Dalam bentuk apa pengukuran tersebut

dilaksanakan, apakah dalam bentuk laporan tertulis, inspeksi visual, atau

melalui media tertentu. Siapa saja yang akan terlibat dalam pelaksanaan

pengawasan.

Setelah frekuensi dan sistem pengawasan ditentukan, pengukuran

pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus

menerus. Berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu: (1)

pengamatan atau obervasi, (2) laporan-laporan, (3) metode-metode otomatis,

dan (4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel.

Tahap selanjutnya adalah membandingkan pelaksanaan nyata dengan

pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.

Penyimpangan yang ada harus dianalisa untuk menentukan mengapa

standar tidak dapat dicapai.

Bila hasil analisa menunjukkan upaya perbaikan, tindakan tersebut

harus diambil. Upaya perbaikan dapat diambil dalam berbagai bentuk yaitu:

(1) mengubah standar awal, (2) mengubah pengukuran pelaksanaan, (3)

mengubah cara analisa dan mengintepretasikan penyimpangan-

penyimpangan.

60

Page 67: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

Berdasarkan kajian teori diatas, pengawasan merupakan suatu usaha

yang tersusun secara sistematis dan berkesinambungan yang digunakan

pengelola melalui penetapan standar pelaksanaan, penentuan pengukuran

pelaksanaan kegiatan, pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata,

pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan

penyimpangan-penyimpangan, dan pengambilan tindakan koreksi, untuk

mengetahui efektifitas dan efisiensi sumber daya yang digunakan untuk

mencapai tujuan organisasi yang diinginkan.

Usaha diatas merupakan kegiatan-kegiatan yang essensial bagi setiap

organisasi, termasuk Taman Bacaan Masyarakat. Oleh karena itu, TBM

sebagai suatu organisasi yang juga merupakan sumber belajar berupa

lingkungan, perlu diketahui bagaimana efektivitas dan efisiensi

pendayagunaan sumber dalam pencapaian tujuannya, dengan menerapkan

tahapan-tahapan proses pengawasan TBM yang terdiri dari penetapan

peraturan mengenai pelaksanaan TBM, penentuan metode pengukuran

pelaksanaan kegiatan TBM, melakukan pengukuran pelaksanaan kegiatan di

TBM, menganalisa penyimpangan yang ada di dalam pelaksanaan TBM, dan

melakukan upaya perbaikan untuk TBM.

C. KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Untuk menunjang penelitian ini, maka diperlukan hasil penelitian yang

relevan dengan tema atau judul penelitian yang akan dilakukan. Belum

61

Page 68: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

adanya penelitian studi kasus berganda mengenai pengelolaan taman

bacaan masyarakat yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dalam upaya

melihat perbandingan pengelolaan di tiga TBM sebagai sumber belajar,

merupakan salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Penelitian tentang

Taman Bacaan Masyarakat yang diperoleh peneliti adalah mengenai

penggunaan taman bacaan masyarakat di wilayah Jakarta Timur.

Penelitian ini merupakan skripsi yang disusun oleh salah satu

mahasiswi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Jakarta Cika Tri

Damayanti, dengan Judul Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Sumber

Belajar (Studi Deskriptf Penggunaan TBM di Wilayah Jakarta Timur).

Penelitian tersebut dilaksanakan di 10 Taman Bacaan Masyarakat yang

berfokus pada wilayah Kotamadya Jakarta Timur dan dilakukan pada bulan

Juli sampai dengan bulan Februari 2005.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana TBM yang ada di

Wilayah Jakarta Timur digunakan sebagai sumber belajar bagi warga belajar,

pengelola, maupun masyarakat yang berada di lingkungan TBM. Penelitian

ini melibatkan 10 pengelola TBM yang mewakili 30 TBM yang saat itu ada di

wilayah Jakarta Timur, sebagai responen penelitian. Data dijaring dengan

melakukan kegiatan obervasi dan penyebaran angket.

Data mengenai penggunaan TBM sebagai sumber belajar diukur

melalui lima dimensi yaitu (1) Dimensi ruang serta sarana TBM, (2) Dimensi

penataan dan koleksi buku, (3) Dimensi tenaga pengelola, (4) Dimensi

62

Page 69: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

anggaran, dan (5) Dimensi keterlibatan masyarakat. Berdasarkan hasil

analisis data yang telah dikumpulkan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

Taman Bacaan Masyarakat di wilayah Jakarta Timur belum berfungsi sebagai

sumber belajar. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari adanya pengelolaan

yang kurang pada TBM wilayah Jakarta Timur, yang ditunjukkan dengan

belum efektifnya jumlah petugas pada tiap-tiap TBM, fasilitas kartu peminjam

kartu anggota & formulir anggota yang belum tersedia, serta pelatihan

perpustakaan bagi petugas dan pengelola belum terlaksana seluruhnya.

D. KERANGKA BERFIKIR

Sebagaimana diketahui bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan

tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber belajar bukan hanya

berupa benda yang dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi sumber belajar

juga bisa berupa pengalaman, dimana pengalaman merupakan sesuatu yang

tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi hanya dapat dirasakan.

Melalui sebuah pengalaman yang pernah dialami oleh seseorang di masa

lampau bisa memberikan suatu pengetahuan baru, pengalaman tersebut

tidak harus berasal dari suatu hal yang dialaminya sendiri, tetapi bisa melalui

pengalaman yang dialami oleh orang lain. Membaca buku atau bahan bacaan

adalah salah satu contohnya. Melalui membaca buku seseorang bisa

menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di

63

Page 70: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang

terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca buku

atau bahan bacaan.

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang

dan memiliki unsur daya tarik yang dirancang atau dimanfaatkan untuk

memfasilitasi dan memudahkan terjadinya proses belajar sehingga

memungkinkan pebelajar untuk menampilkan potensinya secara mandiri.

Perubahan dalam proses belajar, dapat berupa dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak bisa menjadi bisa.

Berbagai sumber yang dipergunakan untuk keperluan belajar dapat berupa

pesan, bahan, alat, orang, lingkungan, teknik atau pun pengalaman.

Pemanfaatan sumber belajar tersebut dapat dilakukan secara individual atau

berkelompok dan terpisah maupun mengkombinasikan beberapa sumber.

Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, maka sumber belajar perlu dikelola.

Salah satu sumber belajar yang dimanfaatkan dan perlu dikelola adalah

taman bacaan masyarakat.

Dalam kedudukannya sebagai sebuah sumber belajar, bila dilihat dari

dari bentuknya sekaligus merujuk pada AECT, Taman Bacaan Masyarakat

(TBM) merupakan sumber belajar berupa lingkungan yang ada di

masyarakat. Sedangkan bila kita melihat asal usulnya, Taman Bacaan

Masyarakat dapat dikelompokan menjadi sumber belajar by design, karena

64

Page 71: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

taman bacaan masyarakat dengan sengaja dirancang untuk memenuhi

tujuan pembelajaran tertentu.

Taman Bacaan Masyarakat adalah sebagai sebuah tempat/wadah

yang didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah untuk

memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai

sarana pembelajaran seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup

masyarakat di sekitar TBM.

TBM merupakan sumber belajar pendidikan yang nonformal,

khususnya dalam peningkatan minat membaca. Upaya ini dilakukan dengan

memberikan layanan pendidikan nonformal bagi komunitas (sekelompok

masyarakat). Sebagai wadah yang menyediakan bahan bacaan yang

didirikan oleh masyarakat di suatu kelompok masyarakat, Pada hakikatnya

semuanya melakukan fungsi Taman Bacaan Masyarakat. TBM memiliki

fungsi sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat; sarana hiburan

(rekreasi) dan pemanfaatan waktu yang efektif dengan memanfaatkan bahan-

bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat

memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan

mereka; serta sarana informasi sebagai sarana penyedia berupa buku dan

bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan

masyarakat setempat.

Mengingat pentingnya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai

upaya pemecahan masalah belajar di masyarakat, maka fungsi dan tujuan

65

Page 72: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

harus tercapai demi terwujudnya TBM menjadi sebuah sumber pembelajaran

sepanjang hayat bagi seluruh lapisan masyarakat. Agar mencapai fungsi

tujuannya sebagai sumber belajar maka diperlukan pengelolaan yang baik

dan memadai agar fungsi TBM dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Pengelolaan merupakan salah satu bidang garapan Teknologi

Pendidikan. Pengelolaan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan

untuk mencapai tujuan yang teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-

sumber yang ada secara efektif dan efisien. Untuk mencapai pengelolaan

yang efektif dan efisien, maka pengelola TBM diarahkan pada penguasaan

beberapa aspek komponen pengelolaan yang diperlukan untuk pengelolaan

TBM. Komponen pengelolaan TBM terdiri dari Perencanaan TBM,

Pengorganisasian TBM, Pengarahan TBM, dan Pengawasan TBM.

Dalam kompenen perencanaan, meliputi perencanaan kebutuhan

TBM, merencanaka Tujuan TBM, merencanakan sasaran dan metode yang

sesuai dengan sasaran TBM. Perencaaan kebutuhan TBM meliputi

kebutuhan bahan bacaan, kebutuhan layanan, serta kebutuhan pekerjaan.

Perencanaan metode Taman Bacaan Masyarakat (TBM) meliputi lokasi,

sumber daya manusia, sarana dan prasarana, layanan, serta anggaran.

Komponen selanjutnya dalam pengelolaan TBM adalah

pengorganisasian. Dalam kompenen Pengorganisasian TBM, meliputi

struktur organisasi pengelola, penentuan tugas pengelola, pembagian tugas

pengelola, dan penolahan koleksi TBM.

66

Page 73: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

67

Komponen selanjutnya dalam pengelolaan TBM adalah pengarahan

Dalam kompenen pengarahan TBM, meliputi orientasi tugas; perintah untuk

melakukan atau mengulang suatu kegiatan, komunikasi, dan motivasi.

Komponen selanjutnya dalam pengelolaan TBM adalah pengawasan.

Dalam kompenen pengawasan TBM, meliputi standar pelaksanaan kegiatan

TBM, penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan TBM, pengukuran

pelaksanaan kegiatan TBM, analisa penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi di TBM, dan pengambilan upaya perbaikan terhadap penyimpangan.

Berdasarkan penjelasan mengenai komponen-komponen pengelolaan

TBM atas, dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeksripsikan

tentang kegiatan pengelolaan TBM. Taman bacaan Masyarakat yang ada

sangat banyak jenis dan jumlahnya. Namun, dalam pelaksanaan pengelolaan

memiliki pola dan cara yang tidak sama.

Berdasarkan komponen-komponen pengelolaan TBM yang telah

dijelaskan sebelumnya, dapat digunakan untuk menggambarkan atau

mendeksripsikan tentang kegiatan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

yang meliputi merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan

pengawasan.

Page 74: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

68

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

mengenai bagaimana pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung

Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana

pengelolaan yang dilihat dari tahap :

1. Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat,

2. Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat,

3. Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat,

4. Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di tiga Taman Bacaan Masyarakaat, yaitu :

1. Warung Baca Lebak Wangi, Jl. Kamboja No. 71, Desa Pamegar Sari,

Parung – Bogor.

2. Rumah Baca Kwartet, Jl. Taruna Jaya, Gg. Karya Bakti No.04, Cibubur

– Jakarta Timur.

3. Rumah Baca Zhaffa, Jl. Menara Air VII No. 43 Kelurahan Manggarai,

Jakarta Selatan.

Page 75: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

69

Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, yaitu dari bulan November

2008 sampai dengan bulan Januari 2009

C. METODE PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini termasuk ke

dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat

penelitian dilakukan1. Dalam penelitian ini nantinya akan dijelaskan secara

jelas dan teliti serta sistematis mengenai variabel yang diteliti tanpa mencari

hubungan antar variabel tersebut. Jadi, tidak ada usaha apapun untuk

merubah atau merekayasa keadaan di tempat penelitian dilakukann.

Penelitian ini juga tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa,

melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan

variabel-variabel yang diteliti2.

Jika ditinjau berdasarkan ruang lingkupnya, penelitian ini

menggunakan pendekatan studi kasus. Oleh karena penelitian ini dilakukan

terhadap tiga taman bacaan masyarakat yang memiliki situasi dan kondisi

yang berbeda, maka digunakan pendekatan multiple case studies. Studi

kasus bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang

keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu,

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), hal. 309. 2 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara. 2006), hal. 26.

Page 76: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

70

kelompok, dan lembaga atau masyarakat3. Ditinjau dari wilayahnya, maka

penelitian studi kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit,

tetapi ditinjau dari sifat penelitian, studi kasus lebih mendalam.

Hasil penelitian ini nantinya tidak dapat digeneralisasikan ke tempat

lain karena hasil penelitian hanya berlaku pada situasi dan kondisi yang ada

pada waktu penelitian dilakukan. Dengan kata lain, hasil penelitian ini hanya

akan berlaku bagi ketiga taman bacaan masyarakat yang diteliti dan tidak

dapat digeneralisasikan untuk taman bacaan masyarakat yang lain.

D. SUMBER DATA

Objek penelitian dalam penelitian ini ialah taman bacaan masyarakat

dilihat dari pengelolaannya yang terdiri dari tahap perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Sedangkan sumber data

yang digunakan untuk memperoleh data-data tentang pengelolaan taman

bacaan masyarakat adalah dokumen-dokumen dan pengelola yang ada di

Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

yang terdiri dari kepala TBM, Bidang Administrasi dan Tekhnis, dan Bidang

Layanan Pembaca.

3 Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 46

Page 77: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

71

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam melakukan penelitian diperlukan metode yang tepat, tekhnik

yang tepat, serta alat pengumpul data yang relevan. Dengan demikian, maka

akan mungkin diperolehnya data yang objektif. Pada penelitian ini tekhnik

pengumpulan data dilakukan melalui studi wawancara dan observasi untuk

memperoleh data primer, serta dokumentasi untuk memperoleh data

sekunder.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari pengelola ketiga

TBM, dan studi dokumen dilakukan untuk memperoleh data Warung Baca

Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa dalam bentuk

dokumen. sedangkan observasi dilakukan untuk memperoleh data yang

akurat tentang proses pengelolaan di ketiga TBM serta daapt digunakan

untuk meyakinkan kebenaran data yang diperoleh melalui studi dokumen dan

wawancara. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan secara pasif,

yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan tetapi tidak ikut terlibat dalam

kegiatan tersebut.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat

ukur dalam mengumpulkan data adalah format studi dokumen untuk studi

dokumen, lembar ceklis untuk observasi, dan pedoman wawancara untuk

wawancara. Format studi dokumen berisi pentunjuk mengenai dokumen-

Page 78: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

72

dokumen TBM yang harus dilihat peneliti. Sama halnya dengan format

dokumen, lembar ceklis berisi hal-hal yang harus diamati langsung oleh

peneliti. Pedoman wawancara yang akan digunakan berbentuk semi

terstruktur kemudian satu persatu diperdalam untuk merinci keterangan lebih

lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh nantinya akan lengkap dan

mendalam.

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui

tahapan-tahapan yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur dalam

penelitian. Data yang telah diperoleh dengan studi observasi, wawancara,

dan dokumentasi, akan dikelompokkan berdasarkan ketiga objek penelitian.

Kemudian akan dianalisis dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan

aspek perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan antara

ketiga objek. Analisis data akan disajikan dengan deskriptif. Sehingga akan

didapat gambaran tentang pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan di Warung

Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa.

Page 79: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

1

B. ANALISIS DATA

Setelah deskripsi data diatas, akan diuraikan analisis data yang

diperoleh di ktiga Taman Bacaan Masyarakat, yaitu Warung Baca Lebak

Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Secara umum,

kegiatan Pengelolaan di ketiga TBM tersebut dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.1 Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat No. Sub Variabel

Warabal Kuartet Zhaffa

1. Perencanaan TBM √ √ √ 2. Pengorganisasian TBM √ X √ 3. Pengarahan TBM √ √ √ 4. Pengawasan TBM √ √ √

Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan

Dari tabel Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat diatas, terlihat

persamaan dan perbedaan tahapan-tahapan pengelolaan yang sudah

dilakukan pada tiap-tiap TBM. Diantara ketiga TBM, hanya Rumah Baca

Kuartet yang melakukan seluruh tahapan pengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan. Dari ketiga TBM yang diteliti, hanya Rumah Baca Kuartet yang

melakukan pengelolaan tidak melakukan tahapan pengarahan. Persamaan.

Page 80: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

2

Sedangkan Warung Baca lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa melakukan

seluruh tahapan pengelolaan Taman Bacaan Masyaraakt. Namun, pada

pelaksanaan pada tiap-tiap tahapan pengelolaan yang dilakukan terdapat

persamaan dan perbedaan yang lebih spesifik. Persamaan dan perbedaan

tersebut disajikan dalam analisis yang disertai tabel tahap-tahap pengelolaan

berdasarkan urutan tahapan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat yang

terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

1. Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan

perencanaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal),

Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.2 Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat

No. Indikator Warabal RBK RBZ

1. Perencanaan kebutuhan pengguna TBM √ √ √

2. Perencanaan tujuan TBM √ √ √

3. Perencanaan lokasi TBM X X X

4. Perencanaan sumber daya manusia TBM X X √

5. Perencanaan organisasi dan manajemen TBM √ √ √

Page 81: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

3

6. Perencanaan ruangan TBM √ √ X

7. Perencanaan koleksi TBM √ √ √

8. Perencanaan perlengkapan TBM √ √ √

9. Perencanaan layanan TBM √ √ √

10. Perencanaan sosialisasi TBM √ √ √

11. Perencanaan anggaran TBM X X X

Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan

Dari tabel diatas terdapat beberapa persamaan dan perbedaan

langkah langkah di dalam melakukan tahapan perencanaan Taman Bacaan

Masyarakat (TBM) yang meliputi merencanakan kebutuhan pengguna TBM,

merencanakan tujuan TBM, merencanakan lokasi TBM, merencanakan

sumber daya manusia TBM, merencanakan organisasi dan manajemen TBM,

merencanakan ruangan TBM, merencanakan koleksi TBM, merencanakan

perlengkapan TBM, merencanakan layanan TBM, merencanakan sosialisasi

TBM, merencanakan hubungan kemitraan TBM, dan merencanakan

anggaran TBM.

a) Perencanaan kebutuhan pengguna TBM

Dari Tabel 4.2 pada poin 1, terlihat bahwa Warung Baca Lebak Wangi

(Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) telah

Page 82: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

4

malakukan perencanaan sasaran pengguna. Sasaran pengguna Warabal

adalah seluruh warga pemukiman Kampung Saja, Desa Pamegar Sari,

Parung Bogor. Sasaran pengguna RBK adalah seluruh warga pemukiman

RW 05, Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Sasaran pengguna Rumah Baca

Zhaffa (RBZ) adalah seluruh warga pemukiman Kelurahan Manggarai,

Jakarta Selatan. Dari persamaan tersebut, pengelola pada tiap-tiap TBM

telah melakukan identifikasi terhadap sasaran penggunanya. Hal tersebut

menandakan bahwa pengelola pada ketiga TBM telah mengetahui

pentingnya melakukan identifikasi sasaran pengguna, yaitu untuk

memudahkan pengelola dalam merencanakan kegiatan dan bahan bacaan

apa saja yang perlu untuk diadakan di TBM.

Walaupun ketiganya sudah melakukan identifikasi terhadap sasaran

pengguna, namun ketiganya mengidentifikasi sasaran pengguna yang

berbeda satu sama lainnya. Perbedaan identifikasi sasaran pengguna TBM

satu sama lain dikarenakan TBM merupakan suatu komunitas. Dimana

setiap TBM memiliki ciri khusus yaitu masyarakat yang menjadi penggunanya

berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, baik Warabal, RBK, dan RBZ

memliki sasaran pengguna yang bebeda satu sama lain, karena merupakan

tiga komunitas yang berbeda.

Selain itu, ketiga TBM juga sudah melakukan identifikasi kebutuhan

penggunanya, walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Melihat

kenyataan tersebut, masing-masing pengelola TBM, sudah mengetahui

Page 83: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

5

manfaatnya melakukan identifikasi kebutuhan pengguna dalam rangka

mewujudkan fungsi TBM itu sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh faktor pendidikan yang dimiliki

pengelola. Pengelola Rumah Baca Kuartet dan Pengelola Rumah Baca

Zhaffa memiliki bekal ilmu perpustakaan dan keduanya juga berprofesi

sebagai librarian atau kepustakawanan. Namun faktor pendidikan

kepustakaan tidak dimiliki oleh pengelola Warabal yang berpendidikan akhir

tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berprofesi sebagai penjual

jamu. Berbeda dengan yang lainnya, pengelola Warabal melakukan

identifikasi kebutuhan pengguna dengan tujuan untuk mewujudkan keinginan

pribadinya yaitu mengetahui bahan bacaan dan kegiatan pembelajaran apa

saja yang dibutuhkan oleh warga kampung disekitarnya agar ia dapat

berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan akan pendidikan, khususnya

bahan bacaan untuk warga kampung yang secara ekonomi termasuk

kedalam ekonomi lemah.

Walaupun ketiganya sudah melakukan identifikasi terhadap kebutuhan

pengguna, namun masing-masing TBM melakukan identifikasi kebutuhan

pengguna dengan cara yang berbeda-beda. Pengelola Warabal melakukan

kegiatan mengelilingi kampung dan berkunjung ke sekolah-sekolah.

Pengelola RBK melakukan kegiatan pengamatan langsung da melibatkan diri

pada kegiatan-kegiatan yang diminati oleh warga. Pengelola RBK melakukan

identifikasi terhadap perencanaan kebutuhan warga dengan menampung

Page 84: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

6

ide-ide yang berasal dari warga. Perbedaan ketiga TBM dalam

mengidentifikasi kebutuhan penggunanya dikarenakan perbedaan dari ketiga

karakteristik masyarakat pengguna yang berbeda-beda. Karakteristik

masyarakat pengguna Warabal merupakan masyarakat didaerah pedesaan

yang letak rumahnya berjauhan satu sama lainnya. Selain itu sifat masing-

masing individu di kampung tersebut cenderung tertutup. Oleh karena itu,

pendiri Warabal melakukan kegiatan berkeliling kampung terlebih dahulu

agar dapat mengidentifikasi kebutuhan penggunanya. Sedangkan

karakteristik dari pengguna kedua TBM lainnya cenderung terbuka karena

termasuk kedalam karakter masyarakat urban atau perkotaan. Oleh karena

itu, mudah saja bagi pendiri RBK untuk melihat langsung minat para

penggunanya dengan melihat kegiatan yang diminati warga. Begitu juga

dengan pendiri RBK, dipengaruhi dengan keterlibatannya dalam kegiatan

Karang Taruna khususnya ketika melakukan identifikasi kebutuhan

memperoleh dukungan dari para sukarelawan Karang Taruna.

Melalui proses kegiatan identifikasi dan mengetahui apa saja

kebutuhan sasaran pengguna, berarti pengelola pada tiap-tiap Taman

Bacaan Masyarakat (TBM) sudah melakukan tahapan perencanaan TBM.

Maka, pengelola ketiga TBM dapat merumuskan tujuan yang akan dicapai

oleh Warabal, Rumah Baca Zhaffa, dan Rumah Baca Kuartet sesuai dengan

kebutuhan penggunanya. Sudah dilakukannya kegiatan merencanakan

kebutuhan pengguna di Warabal, RBK, dan RBZ, menandakan tujuan yang

Page 85: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

7

akan dicapai oleh masing-masing TBM menjadi tepat guna bagi masyarakat.

Oleh karena itu, pengelola telah melakukan tahapan perencanaan kebutuhan

pengguna di warabal, RBK, dan RBZ sesuai dengan sebagai mana mestinya.

b) Perencanaan tujuan TBM

Dari Tabel 4.2 pada poin 2, terlihat bahwa Warung Baca Lebak Wangi

(Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) telah

melakukan perencanaan tujuan. Tujuan Warung Baca Lebak Wangi terdiri

dari dua, yaitu yang pertama menjadi tempat membaca yang tidak hanya

sekedar tempat membaca, namun juga tempat untuk mengembangkan

kemampuan, bakat dan kreatifitas warga kampung. Tujuan yang kedua

menjadi tempat kegiatan pembelajaran masyarakat dengan biaya yang

murah. Tujuan Rumah Baca Kuartet yaitu menyediakan tempat untuk

membaca, menulis, dan kegiatan hiburan edukatif lainnya secara gratis, yang

dibutuhkan anak-anak khususnya dan warga masyarakat secara umumnya.

Tujuan Rumah Baca Kuartet terdiri dari empat tujuan, yaitu

(1) Wadah interaksi para pecinta dunia perbukuan lintas generasi.

(2) Pusat informasi bagi mereka yang membutuhkan.

(3) Tempat berkreasi, menumpahkan segala karya dalam bentuk

apapun.

(4) Tempat rekreasi dan hiburan yang mendidik.

Page 86: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

8

Sudah dilakukannya perencanaan tujuan, menandakan Pengelola

masing-masing Taman Bacaan Masyarakat (TBM) mengetahui pentingnya

tujuaan TBM sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan pada

tahapan selanjutnya. Tujuan Ketiga TBM yang sudah dirumuskan berbeda

satu sama lain. Perbedaan pengelola dalam merumuskan tujuan TBM sangat

dipengaruhi dengan kebutuhan pengguna yang sudah diidentifikasi

sebelumnya. Kebutuhan akan pengguna TBM yang berbeda-beda, membuat

tujuan masing-masing TBM berbeda pula, karena tujuan dirumuskan

berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna.

Dari ketiga TBM, hanya Rumah Baca Kuartet (RBK) yang sudah

merumuskan tujuannya ke dalam dokumen. Berbeda dengan kedua TBM

lainnya, RBK sudah menuliskan tujuan ke dalam dokumen karena

mengetahui pentingnya tujuan TBM untuk diketahui dan dipahami bersama-

sama dengan para pengguna. Hal tersebut terlihat dengan adanya rumusan

tujuan RBK di dalam buku keanggotaan. Sedangkan pengelola Warung Baca

Lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa belum merumuskan tujuannya secara

tertulis. Walaupun keduanya belum merumuskan tujuan secara tertulis,

namun alasan pengelola kedua TBM tersebut berbeda. Pengelola Warabal

beranggapan bahwa tujuan Warabal hanya perlu diketahui oleh pengelolanya

sendiri. Sedangkan pengelola RBZ belum merumuskan tujuan secara tertulis

karena sampai pada waktu data ini diperoleh, RBZ belum memiliki dokumen

resmi mengenai pengelolaan TBM. Ada dua faktor yang menjadi penyebab

Page 87: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

9

perbedaan mengenai belum dituliskannya rumusan tujuan TBM ke dalam

dokumen. Selain dipengaruhi faktor perbedaan pendidikan diantara

pengelola, faktor lama berdirinya TBM juga mempengaruhi. Diantara ketiga

TBM yang diteliti, Rumah baca Zhaffa merupakan TBM yang paling baru

berdiri. Sampai pada waktu data penelitian ini diperoleh, RBZ belum

menuliskan rumusan TBM di dalam dokumen karena baru berjalan selama 3

bulan.

Dengan sudah dirumuskannya tujuan, tiap-tiap TBM memiliki acuan

yang pasti dalam pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan kajian teori pada bab

sebelumnya, telah diketahui bahwa perumusan tujuan diperlukan sebagai

acuan untuk mengetahui keberhasilan TBM. Sehingga akan memudahkan

pengelola untuk mengukur sejauh mana keberhasilan TBM telah tercapai.

Adanya acuan untuk kegiatan pengukuran terkait dalam proses pengawasan.

Oleh karena ketiga TBM sudah merumuskan tujuan yang hendak dicapai,

ketiga TBM seharusnya tidak ada kesulitan yang berarti dalam melakukan

kegiatan pengawasan. Selain itu, tujuan juga penting untuk diketahui oleh

para pengguna TBM lainnya agar tujuan disadari dan dihayati oleh seluruh

anggota TBM demi tercapainya tujuan TBM dengan efektif dan efisien.

Dituliskannya rumusan tujuan RBK di dalam buku keanggotaan adalah salah

satu cara agar tujuan TBM dapat disadari dan dihayati adalah dengan

menuliskannya ke dalam dokumentasi dan menginformasikannya kepada

Page 88: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

10

seluruh anggota. Belum dirumuskannya tujuan secara tertulis menjadi

kelemahan Warabal dan RBK.

Sudah dirumuskannya tujuan di Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan

Rumah Baca Zhaffa, menandakan bahwa masing-masing TBM sudah

memiliki acuan dasar untuk melakukan tahapan pengelolaan selanjutnya.

walaupun sudah dirumuskan, namun sebaiknya tujuan tetap dituliskan ke

dalam dokumen untuk memudahkan pengelola melakukan pengukuran untuk

proses pengawasan.

c) Perencanaan lokasi TBM

Dari Tabel 4.2 pada poin 3, terlihat bahwa baik Warung Baca Lebak

Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa

(RBZ) tidak melakukan perencanaan terhadap lokasi TBM. Hal tersebut

dipengaruhi oleh faktor dana yang tidak mencukupi untuk menyewa tempat

atau lokasi strategis. Baik, pengelola Warabal, RBK tidak mempunyai cukup

dana untuk menyewa tempat yang strategis. Berbeda dengan kedua TBM

yang memiliki kelemahan dalam faktor dana, pengelola RBZ memiliki

hambatan dalam memperoleh izin dari pemerintah kelurahan Manggarai

untuk meminjam ataupun menyewa kantor kelurahan untuk mendirikan TBM

disana. Masing-masing pengelola diketiga TBM memilih rumah tinggal untuk

lokasi TBM. Lokasi yang dipilih berbeda satu sama lainnya. Hal ini

disebabkan karena perbedaan identifikasi pengguna TBM. Untuk

Page 89: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

11

memudahkan pengguna mengakses ketiga TBM, maka pengelola masing-

masing pengelola TBM memilih lokasi TBM yang berada di dekat atau

disekitar penggunanya. Warung Baca Lebak Wangi mengidentifikasi sasaran

penggunanya adalah warga Kampung Saja, lokasi Warabal di rumah tinggal

salah satu pengelola, Ibu Kiswanti, di Kampung Saja, Parung Bogor. Rumah

Baca Kuartet mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah masyarakat

kelurahan Cibubur, Lokasi Rumah baca Kuartet ditempatkan di halaman

rumah salah satu pengelola, Sigit, di Jl. Taruna Jaya, Gg Karya Bakti,

RT02/RW 05, kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Rumah Baca Zhaffa

mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah masyarakat kelurahan

Manggarai, Lokasi Rumah Baca Zhaffa ditempatkan di teras rumah tinggal

pengelola, Yudi hartanto, di Jl. Menara Air RT07/RW11 No.43 Kelurahan

Manggarai, Jakarta Selatan.

Ketiga TBM memilih lokasi dengan dana yang mudah untuk dijangkau

pengelola. Walaupun masing-masing TBM berlokasi di rumah, namun tetap

tidak ada kesulitan bagi para pengguna untuk mengakses lokasi TBM.

Perencanaan terhadap lokasi penting untuk memudahkan par a pengunjung

mengakses lokasi TBM. selain itu juga untuk kenyamanan prara pengunjung

ke TBM dan menghilangkan rasa keengganan karena TBM berada di dalam

tempat tinggal warga.

d) Perencanaan sumber daya manusia TBM

Page 90: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

12

Dari Tabel 4.2 pada poin 4, terdapat persamaan diantara Warung

Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Kartet yaitu tidak melakukan

perencanaan terhadap sumber daya manusia. Hal tersebut dikarenakan

kedua pengelola beranggapan bahwa siapa saja dapat berpartisipasi dalam

mengelola TBM. Selama ini, RBK dan Warabal dikelola oleh para

sukarelawan yang merupakan warga sekitar TBM. Namun, RBK memiliki

karakteristik pengelola yang berbeda. Sukarelawan yang terlibat dalam

kegiatan mengelola TBM di Rumah Baca Kuartet adalah anak-anak yang

masih mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar. Sukarelawan anak-anak ini

sama sekali tidak memiliki pendidikan mengenai kepustakaan sebelumnya.

Justru dengan ikut membantu mengelola Rumah Baca Kuartet tersebut,

anak-anak di daerah kelurahan Cibubur memperoleh kesempatan untuk

belajar bagaimana mengelola Taman Bacaan Masyarakat. sedangkan

sukarelawan yang terlibat dalam mengelola Warung Baca Lebak Wangi

merupakan remaja yang tinggal di Kampung Saja. Sebagian sukarelawan

ada yang bersekolah, tetapi ada juga yang belum bersekolah.

Berbeda dengan kedua TBM diatas, Rumah Baca Zhaffa sudah

melakukan perencanaan terhadap sumber daya manusia. Pengelola sudah

menentukan kriteria, dan jumlah yang dibutuhkan untuk mengelola RBZ.

Kriteria untuk menjadi pengelola di RBZ yaitu memiliki karakter yang senang

dengan anak-anak, suka membaca, berjiwa sosial tanpa pamrih, mau bekerja

keras. Kriteria untuk menjadi pengelola di TBM sebenarnya memang harus

Page 91: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

13

ditentukan agar pengelola TBM memiliki kesesuaian dengan karakteristik

penggunanya.

e) Perencanaan organisasi dan manajemen TBM

Dari Tabel 4.2 pada poin 5, terlihat persamaan yang ada diantara

ketiga TBM. Baik Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan

Rumah Baca Zhaffa sudah membuat dokumen mengenai organisasi dan

menajemen TBM. Perbedaan dialakukan pengelola ketiga TBM adalah

dokumen apa saja yang sudah mereka rencanakan. Dokumen yang saat ini

dimiliki Warabal yaitu susunan organisasi, pembagian jadwal kegiatan

pembelajaran, dan daftar relawan yang mengadakan kegiatan pembelajaran.

Dokumen yang saat ini dimiliki RBK yaitu dokumen mengenai tim

kepengurusan, daftar inventaris perlengkapan, daftar inventaris bahan

koleksi, dokumen kegiatan yang sudah dilakukan, buku anggota, dan kartu

anggota. Dokumen yang saat ini dimiliki RBZ yaitu daftar inventaris

perlengkapan, daftar inventaris bahan koleksi, daftar sukarelawan yang

berasal dari remaja karang taruna, kegiatan yang sudah dilakukan, daftar

jejaring (kerja sama) dengan instansi lainnya, dan dokumen mengenai sistem

pelaporan.

Ketiga TBM sudah melakukan perencanaan dokumen organisasi dan

manajemen TBM. Hal tersebut disebabkan karena faktor pengetahuan

masing-masing pengelola TBM. Ketiganya telah menyadari pentingnya

Page 92: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

14

memiliki dokumen mengenai organisasi dan manajemen TBM. Walaupun ada

perbedaan faktor pendidikan diantara ketiga pengelola, tampaknya tidak

mempengaruhi pengelola dalam merencanakan dokumen organisasi dan

manajemen TBM. Pengaruh dari perbedaaan faktor tersebut justru terlihat

dari kelengkapan dokumen organisasi dan manajemen yang dimiliki tiap-tiap

TBM. Warung Baca Lebak Wangi memliki dokumen mengenai organisasi dan

manajemen yang paling minim. Hal ini menjadi kelemahan bagi Warabal.

Dokumen mengenai organisasi dan manajemen sangat diperlukan

dalam proses mencari jejaring atau dalam mengadakan hubungan kerja

sama. Kelengkapan dokumen-dokumen tersebut juga menjadi syarat yang

penting dalam proses pengajuan dana kepada pemerintah untuk

pengembangan TBM. pentingnya akan kelengkapan dokumen TBM disadari

secara sebenar-benarnya oleh pengelola Rumah Baca Kuartet. Pengelola

RBK merencanakan dokumen organisasi dan manajemen lebih lengkap

dibanding Warabal. Meskipun Rumah Baca zhaffa adalah TBM yang paling

terakhir berdiri, namun RBZ memiliki kelengkapan dokumen yang sama

lengkapnya dengan Rumah Baca Kuartet. hal tersebut karena kedua

pengelola memiliki ilmu pendidikan perpustakaan dan berprofesi sebagai

pustakawan. Walaupun pengelola Warabal memiliki perbedaan dalam faktor

pendidikan dan profesi dengan pengelola di RBK dan RBZ, sebaiknya

kelengkapan dokumen mengenai organisasi dan manajemen tetap perlu

untuk dipenuhi. Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa sudah

Page 93: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

15

merencanakan kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan organisasi

dan manajemen, maka kedua TBM sudah melakukan tahapan perencanaan

dokumen organisasi dan manajemen TBM sebagaimana mestinya.

f) Perencanaan ruangan TBM

Dari tabel 4.2 poin 6 diatas, terlihat bahwa Warabal dan Kuartet sudah

melakukan perencanaan ruangan dengan dipengaruhi adanya faktor dana.

Walaupun, faktor dana menjadi kendala dalam perencanaan lokasi, tetapi

tidak mempengaruhi dalam proses perencanaan ruangan. Ruangan indoor

yang saat ini menjadi ruangan kegiatan pembelajaran, sekaligus ruangan

display dan baca marupakan hasil sumbangan masyrakat. Sedangkan untuk

merencanakan ruangan yang telah didesain outdoor, pengelola Kuartet

mengajukan bantuan dana kepada salah satu perusahaan swasta. Hal

tersebut dilakukan karena lokasi Kuartet hanya berawal dari halaman rumah

yang kosong. Sedangkan Rumah Baca Zhaffa tidak melakukan perencanaan

ruangan karena ruangan di Zhaffa terdiri dari ruang teras rumah dan ruang

tamu rumah salah satu pengelola Kuartet. Walaupun ketiga TBM menemukan

hambatan dalam merencanakan ruangan namun, pengelola pada masing-

masing TBM memperhatikan faktor kenyamanan untuk pengguna.

g) Perencanaan koleksi TBM

Page 94: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

16

Dari tabel 4.2 poin 7 diatas, terlihat bahwa tiap-tiap TBM sudah

merencanakan jenis bahan koleksinya. Pentingnya perencanaan bahan

koleksi sangat terkait dengan kebutuhan pengguna. Hal itu disadari betul oleh

pengelola pada tiap-tiap TBM. Bahan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan

pengguna akan menarik minat pengguna untuk berkunjung dan membaca

bahan koleksi yang disediakan di TBM. Walaupun diantara ketiganya memiliki

persamaan sudah melakukan perencanaan terhadap bahan koleksi, tetap

terdapat perbedaan mengenai jenis bahan koleksinya. Warung Baca Lebak

Wangi belum merencanakan jenis bahan koleksi audio visual, hanya bahan

bacaan saja, sedangkan pengelola Rumah Baca Zhaffa dan Rumah Baca

Kuartet sudah merencanakan jenis bahan koleksi audio visual. Selain itu

ketiga TBM juga sudah melakukan rencana terhadap pengadaan, dan

pengolahan bahan koleksi secara manual. Proses pengadaan di ketiga TBM

bersumber dari penggalangan dana masyarakat, koleksi pribadi pendiri,

donasi dan pembelian. Perbedaan koleksi tersebut terkait dengan perbedaan

sasaran penggunanya. Perbedaan sasaran pengguna akan mempengaruhi

kebutuhan pengguna TBM. perbedaan itu juga yang mempengaruhi

perencanaan bahan koleksi TBM. Dengan sudah direncanakannya bahan

koleksi di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah

Baca Zhaffa, menandakan bahwa ketiganya sudah melakukan tahap

perencanaan terhadap bahan koleksi TBM.

Page 95: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

17

h) Perencanaan perlengkapan TBM

Dari tabel 4.2 poin 8 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM sudah

melakukan perencanaan terhadap perlengkapan TBM. pentingnya

perencanaan terhadap perlengkapan sangat terkait dengan fungsinya

sebagai pelengkap bahan koleksi di TBM diperhatikan oleh pengelola pada

ketiga TBM. Namun perlengkapan apa saja yang ada di tiap-tiap TBM

berbeda satu sama lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kreatifitas

pengelola untuk melengkapi TBM dengan perlengkapan yang dapat

menambah minat pengunjung untuk membaca dan ikut serta dalam berbagai

kegiatan yang dilakukan di TBM. Perlengkapan yang ada di Warung Baca

Lebak Wangi sangat beragam. Terdiri dari rak buku, peralatan untuk

menjahit, peralatan menulis, perangkat komputer, peralatan memasak, dan

meja untuk belajar. Perlengkapan yang ada di Rumah Baca Kuartet terdiri

dari rak buku, rak majalah, televisi, VDC Player dan poster. Sedangkan

perlengkapan yang ada di Rumah Baca Zhaffa yaitu rak buku, meja, kursi,

karpet puzzle, DVD player, dan Televisi. Rak buku direncanakan untuk

memajang bahan bacaan. Pengelola pada tiap-tiap TBM sudah sudah

memiliki perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan TBM. Hal

tersebut menandakan bahwa ketiga TBM sudah melakukan tahapan

perencanaan perlengkapan TBM.

i) Perencanaan kegiatan layanan TBM

Page 96: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

18

Dari tabel 4.2 poin 9 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM sudah

merencanakan kegiatan layanan untuk membaca dan peminjaman. Diantara

ketiga TBM tersebut, tidak ada perbedaan mengenai kegiatan membaca,

namun terdapat perbedaan dalam kegiatan pemeinjaman. Hal tersebut

dikarenakan adanya perbedaan peraturan mengenai kegiatan peminjaman

pada tiap-tiap TBM. Di Warung Baca Lebak Wangi tidak ada peraturan

mengenai batas buku yang boleh dipinjam. Ada satu ketentuan yang harus

dilakukan pengunjung untuk meminjam buku, yaitu menjadi anggota Warung

Baca Lebak Wangi. Untuk menjadi anggota Warung Baca Lebak Wangi tidak

ada kriteria atau persyaratan, cukup mengisi lembar mengenai data pribadi.

Hal tersebut dilakukan untuk melengkapi keanggotaan Warabal. Lembar data

pribadi berisi data mengenai alamat, sekolah, kelas, umur, dan foto diri. Tidak

adanya buku peminjaman menjadi satu kelemahan bagi Rumah Baca

Kuartet. Setiap pengunjung bebas meminjam buku tanpa harus mencatat

terlebih dahulu di buku peminjaman. Kelemahan tersebut bisa menjadi

kendala bagi pengelola dalam melakukan pengawasan khususnya terhadap

bahan koleksi di Rumah Baca Zhaffa. Walau begitu, peminjam tetap harus

menjadi anggota Rumah Baca Kuartet terlebih dahulu. Di Rumah Baca Zhaffa

proses peminjaman dan pengembalian buku memiliki keunikan tersendiri.

Setiap pengunjung mencatat sendiri di buku peminjaman tanpa adanya

pengawasan langsung dari pengelola. Hal tersebut sengaja diterapkan

pengelola untuk mengajarkan rasa tanggung jawab kepada pengunjung.

Page 97: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

19

Sama halnya dengan Rumah Baca Kuartet, pengujung yang meninjam buku

di Rumah Baca Zhaffa harus menjadi anggota terlebih dahulu. Dalam

merencanakan kegiatan peminjaman di TBM, perlu diperhatikan mengenai

batas-batas peminjaman. Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa

menerapkan batas lamanya peminjaman dan batas jumlah buku yang

dipinjam. Batas-batas seperti itu tidak diterapkan oleh pengelola Warung

Baca Lebak Wangi. Hal tersebut sengaja oleh pengelola untuk memberikan

kesempatan kepada pengguna untuk membaca dan meminjam buku

sebanyak-banyaknya.

Selain kegiatan membaca dan meminjam buku, baik Warung Baca

lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa merencanakan

kegiatan layanan diluar kegiatan membaca dan meminjam buku. Kegiatan

tersebut tidak sama antara ketiga TBM. Warung Baca Lebak Wangi

merencanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang

dilakukan di Warabal disesuaikan dengan kebutuhan warga Kampung. Hal

tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan pendidikan warga Kampung

yang tidak dapat menjangkau pendidikan formal sekaligus agar warga

semakin berminat untuk membaca buku yang ada di Warabal. Rencana

kegiatan yang dilakukan oleh pengelola Warabal adalah salah satu wujud

bahwa Warung Baca Lebak Wangi merupakan sumber belajar yang

dibutuhkan oleh komunintas Kampung Saja. Oleh karena pengelola pada

tiap-tiap TBM telah merencanakan kegiatan layanan, maka ketiga TBM sudah

Page 98: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

20

melakukan tahapan perencanaan kegiatan layanan dengan sebagaimana

mestinya.

j) Perencanaan sosialisasi TBM

Dari tabel 4.2 poin 10 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM masing-

masing sudah merencanakan sosialisasi TBM. Salah satu tahapan penting

yang harus dilakukan oleh pengelola, yaitu mensosialisasikan keberadaan

Taman Bacaan Masyarakat sudah dilaukukan di Warung Baca Lebak Wangi,

Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa. namun, pengelola pada tiap-ti

TBM melakukannyadengan cara yang berbeda-beda. Warabal yaitu melalui

kegiatan penyebaran brosur. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan melalui

media elektronik melalui kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta dan

cyber news. Sosialisasi yang dilakukan oleh pengelola Kuartet melalui media

cetak dilakukan dengan menyebarkan pamflet, kartu nama, dan brosur.

Sedangkan melalui media elektronik dilakukan melalui kegiatan penyebaran

alamat blog, jejaring sosial, dan kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta.

Sosialisasi yang dilakukan oleh pengelola Rumah Baca Zhaffa melalui

kegiatan penyebaran pampflet dan menyebar alamat blog, dan dan melalui

kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta. Diantaranya Rumah Baca

Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa memanfaatkan media website berupa blog

untuk mensosiaslisasikan keberadaan masing-masing TBM, dan hanya

Rumah Baca Kuartet yang melakukan sosialisasi dengan memanfaatkan

Page 99: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

21

jejaring sosial online seperti Facebook, Friendster, dan Multiply. Perbedaan

ini jelas menjadi keunggulan yang dimiliki Rumah Baca Kuartet dibanding

kedua TBM lainnya.

Proses tahapan perencanaan sosialisasi TBM sebaiknya juga

dilakukan melalui hubungan kemitraan ataupun jejaring. Diantara ketiga TBM

sudah menjalin hubungan kerja sama dan kemitraan. Warabal melakukan

hubungan kemitraan dengan penerbit buku swasta. Begitu pula dengan

Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa. ketiganya juga menjalin

hubungan kerja sama dengan berbagai media guna mensosialisasikan

keberadaan masing-masing TBM. Ketiga TBM sudah melakukan sosialisasi

dan menjalin hubungan kerja sama atau kemitraan, maka ketiga TBM, yaitu

Waraung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa

sudah melakukan proses tahapan perencanaan sosialisasi TBM dengan

sebagaimana mestinya.

k) Perencanaan anggaran TBM

Dari tabel 4.2 poin 11 diatas, terlihat bahwa diantara ketiga TBM yaitu

Warabal dan Kuartet tidak melakukan perencanaan dana TBM, sedangkan

Rumah Baca Zhaffa melakukan rencana dana. Pengelola Warabal tidak

pernah melakukan rencana dana baik untuk operasional pengelolaan TBM,

maupun rencana dana untuk melakukan kegiatan. Dana untuk operasional

pengelolaan TBM diperoleh melalui dana pribadi pengelola. Dana tersebut

Page 100: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

22

adalah hasil yang diperoleh pengelola selama melakukan pekarjaannya, yaitu

menjual jamu dan membuka toko kelontong diteras rumahnya. Dana pribadi

tersebut ia gunakan untuk membeli dan memelihara buku-buku dan membuat

kliping yang ada di TBM. sedangkan untuk dana kegiatan yang dilakukan di

TBM berasal dari penggalangan dana yang dilakukan secara mandiri oleh

warga kampung. Selin itu dana untuk kegiatan TBM juga diperoleh dari hasil

penjualan produk-produk hasil karya yang dibuat oleh pengguna TBM. hasil

karya tersebut adalah hasil produk dari kegiatan pembelajaran ayng

dilakukan di Warabal, seperti baju-baju yang dibuat oleh warga kampung

yang mengikuti kegiatan belajar menjahit. Oleh karena itu, pengelola TBM

merasa tidak perlu untuk melakukan perencanaan dana TBM. Pengelola

Rumah Baca Kuartet juga tidka melakukan perencanaan terhadap dana.

Karena selama ini pengelola menggunkan dana yang berasal dari pengelola

pribadi dan hasil penjualan pernak-pernik dan voucher pulsa. Keuntungan

yang diperoleh dari usaha tersebut langsung dialokasikan untuk dana

operasional TBM. Sedangkan untuk melakukan kegiatan TBM, Rumah Baca

Kuartet selalu menjalin hubungan kerja sama atau kemitraan. Kebutuhan

untuk melakukan kegiatan-kegiatan tidak ditanggung oleh Rumah Baca

Kuartet, melainkan ditanggung oleh jejaringnya, termasuk dana. Hal tersebut

disebabkan karena pengelola tidak ingin masyarakat membayar terlebih

dahulu untuk ikut serta dalam kegiatan hiburan edukatif yang dilakukan di

Rumah Baca Kuartet. hal ini tentu saja menjadi keunggulan yang dimiliki

Page 101: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

23

Kuartet. meskipun tidak memiliki anggaran dana, namun Rumah Baca

Kuartet tidak pernah mengadakan penggalangan dana di masyarakat.

namun, Rumah Baca Kuartet juga tidak menolak jika ada masyarakat atau

warga yang ingin memberikan sumbangan untuk dana operasional dan

kegiatan. Diantara ketiga TBM, hanya Rumah Baca Zhaffa yang melakukan

rencana dana TBM. Namun, perencanaan dana tersebut hanya dilakukan jika

ada kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan untuk dana operasional tidak

memiliki anggaran dana. Dana yang dipeoleh Rumah Baca Zhaffa juga

berasal dari pengelola pribadi dan sumbangan masyarakat. Proses tahapan

perencanaan dana TBM ini hanya dilakukan oleh Rumah Baca Zhaffa.

Seharusnya Perencaaan dana ini penting bagi Warabal dan Rumah Baca

Kuartet untuk menjadi acuan dalam pengawasan dan agar memudahkan

pengelola dalam mengalokasikan dana secara tepat guna.

2. Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan

pengorganisasian yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal),

Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4. 3 Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat

No Indikator Taman Bacaan Masyarakat

Page 102: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

24

. Warabal Kuartet Zhaffa

1. Menyusun struktur organisasi TBM X X X

2. Menentukan pengelola TBM X X X

3. Membagi tugas pengelola TBM √ X √

Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan

Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkah-

langkah yang dilakukan dalam tahapan pengorganisasian Taman Bacaan

Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu menyusun struktur

organisasi, menentukan pengelola, dan membagi tugas pengelola Taman

Bacaan Masyarakat.

a) Menyusun struktur organisasi TBM

Dari tabel 4. 3 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM tidak ada

satupun yang membuat struktur organisasi. Pegelola Warabal menyadari

pentingnya pembagian tanggung jawab, hal tersebut dapat terlihat dengan

adanya susunan organisasi yang sudah menerangkan adanya pembagian

tugas diantara sukarelawan warabal. Namun, didalam susunan organisasi

belum terlihat adanya bagan dan kepala bidang pelayanan. Hal tersebut

dilakukan karena susunan organisasi tersebut baru saja dibuat dan

pembagia tugasnya belum dilaksanakan dengan baik oleh seluruh relawan

Page 103: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

25

yang selama ini melakukan pengelolaan dengan tugas merangkap. Sama

halnya dengan Warabal, Rumah Baca Kuartet sudah memiliki susunan

kepengurusan meski belum terlihat adanya pembagian tugas. Tugas

pengelolaan tetap dilakukan secara merangkap. Hal tersebut dikarenakan

keterbatasan jumlah sukarelawan. Namun, sudah dibentuk tim kepengurusan

yang disebut dengan Kuartet Kru. Kuartet kru terdiri dari enam sukarelawan

anak-anak anggota Rumah Baca Kuartet itu sendiri. Berbeda halnya dengan

kedua TBM lainnya, Rumah Baca Zhaffa tidak terlihat sama sekali adanya

susunan organisasi dan pembagian tugas. Hal itu disebabkan Rumah Baca

Zhaffa hanya dikelola oleh satu orang saja. Walaupun ketiganya belum

melakukan tahapan pembuatan struktur organisasi, sebaiknya ketiganya

senantiasa berupaya untuk efektifitas dan efisiensi kegiatan

pengorganisasian di tiap-tiap TBM.

b) Menentukan pengelola TBM

Dari tabel 4. 3 poin 2, terlihat bahwa ketiga TBM tidak melakukan

langkah menentukan pengelola TBM. Kesesuaian kebutuhan TBM dengan

sumber daya manusianya, terlihat dengan adanya proses pemilihan atau

menentuan pengelola TBM. Penentuan seorang pengelola dengan tugas

yang dijalankannya terkait erat dengan efektifitas pengelolaan TBM. namun,

hal tersebut delum disadari betul oleh pengelola Warabal, Kuartet, dan

Zhaffa. ketiganya tidak ada yang melakukan proses pemilihan dan penentuan

Page 104: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

26

sukarelawan TBM. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing pengelola

TBM merupakan tenaga sukarelawan dan tidak ada ketentuan dan pemilihan

untuk menjadi sukarelawan pada masing-masing TBM. namun, begitu

sebagai wadah informal yang berfungsi untuk meningkatkan peneliharaan

minat baca di masyarakat, yang memiliki fungsi untuk kegiatan pelayanan

dan kegiatan lkepustakaan, hendaknya penentuan pengelola TBM dilakukan

untuk memperoleh sumber daya manusia yang cocok dan sesuai dengan

kebutuhan TBM dan karakteristik Masyarakat komunitas itu sendiri.

c) Membagi tugas pengelola TBM

Dari tabel 4. 3 poin 3, terlihat bahwa ketiga TBM sudah melakukan

langkah pembagian tugas pengelola. Walaupun ketiganya belum melakukan

pembuatan strutur organisasi dan proses penentuan pengelola TBM, namun

proses pebagian tugas sudah ada diantara sukarelawan di Warabal dan

sukarelawan di Zhaffa. Pembagian tugas di Warabal terdiri dari pembagian

tugas organisasi dan embagian tugas untuk kegiatan pembalajaran.

Pembagian tugas untuk kegiatan pembelajaran dilakukan guna efektifitas dan

efiensi kegiatan layanan tersebut, karena jumlah pengelola di Warabal hanya

satu orang, akan sangat melelahkan dan tidak efektif jika kegiatan layanan

pembelajaran yang dilakukan sudah terdiri dari beberapa bidang ilmu dan

tingkatan. Akan lebih baik bagi sebuah TBM, jika memiliki satu orang

sukarelawan yang memang berprofesi atau berhubungan dengan bidang ilmu

Page 105: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

27

pembalajran yang akan diajarnya. Misalnya saja untuk melaksanakan

kegiatan layanan pembalajaran komputer, paling tidak membutuhkah seorang

sukarelawan yang mampu dan memahami penggunaan komputer. Hal itulah

yang dilakukan diWarabal. Uniknya, pembagian tugas tersebut diprakarsai

oleh para sukarelawan itu sendiri. Berbeda dengan proses pembagian tugas

diantara sukarelawan di Zhaffa. pembagian tugas dilakukan oleh pengelola

dan sukarelawan di dalam sebuah pertemuan untuk pengarahan kegiatan

layanan hiburna edukatif yang akan dilakukan di Zhaffa. pembagian tugas

dilakukan sebelum pengelola mmeberikan araha mengenai pelaksanaan

tugas. Oleh karena itu, pembagian tugas untuk sebuah kegiatan pelayanan

pembelajaran berbeda dengan pembagain tugas untuk kegiatan pelayanan

lainnya. Maka, tidak ada pembagian tugas yang tetap diantara para

sukarelawan seperti yang ada di Warung Baca Lebak Wangi. Tidak

dilakukannya pembagian tugas diantara para sukarelawan menjadi

kelemahan bagi Kuartet diantara kedua TBM lainnya. pembagian tugas

diantara para sukarelawan penting untuk dilakukan agar sukarelawan tidak

merasa tugas yang harus dilakukan terasa berat. Terlebih lagi sukarelawan di

Kuartet adalah anak-anak. Memberikan mereka satu tanggung jawab untuk

melakukan satu tugas, mungkin bisa jadi satu proses pendidikan tanggung

jawab kepada anak-anak sukarelawan. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola

di Rumah Baca Kuartet melakukan proses pembgaian tugas diantara para

sukarelawannya.

Page 106: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

28

3. Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan

pengarahan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah

Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 4 Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat No. Indikator

Warabal Kuartet Zhaffa

1. Memberikan pengarahan tugas pengelola TBM X √ √

2. Mengadakan Komunikasi diantara pengelola TBM √ √ √

3. Memberikan Motivasi kepada pengelola TBM √ √ √

Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan

Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkah-

langkah yang dilakukan dalam tahapan pengarahan Taman Bacaan

Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu memberikan

pengarahan tugas pengelola, mengadakan komunikasi diantara pengelola,

dan memberikan Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat.

a) Memberikan pengarahan tugas pengelola TBM

Page 107: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

29

Dari tabel 4. 4 poin 1, terlihat bahwa diantara Rumah Baca Kuartet dan

Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan. Persamaan diantara Kuartet dan

Zhaffa menandakan bahwa kedua TBM tersebut memperhatikan pentingnya

pengarahan tugas untuk para sukarelawan. Hal tersebut dilakukan agar

kegiatan pengelolaan dilakukan dengan arahan yang benar, yaitu mencapai

tujuan TBM. sedangkan pengelola di warabal tidak melakukan pengarahan.

Pengelola menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada para

sukarelawan dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut disebakan karena

pengelola Warabal menginginkan kreatifitas dan kemampuan dari masing-

masing pengelola dala melakukan tugasnya dalam kegiatan pelayanan

pembelajaran di Warabal. Hal ini sangat kontras bila dibandingkan dengan

proses pengarahan yang dilakukan di Kuartet. proses pengarahan dilakukan

selama pelaksanaan berlangsung. Hal ini disebabkan karena sukarelawan

Kuartet merupakan anak-anak yang masih mmebutuhkan bimbingan untuk

melakukan tugasnya. Pengarahan tugas untuk para sukarelawan juga

dilakukan di Rumah Baca Zhaffa. berbeda dengan Kuartet, pengelola Zhaffa

hanya memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan. Sedangkan ketika

pelaksaan, tidak ada lagi proses pengarahan. Hal tersebut disebabkan

karena pengelola menganggap para sukarelawan adalah orang dewasa yang

sudah memahami pengelolaan TBM dan sudah dapat memahami betul

tujuan TBM. oleh karena itu, hanya Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang

Page 108: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

30

sudah melakukan proses tahapan pemberian pengarahan tugas kepada para

pengelola sebagaimana mestinya.

b) Mengadakan Komunikasi diantara pengelola TBM

Dari tabel 4. 4 poin 2, terlihat bahwa diantara Warabal, Rumah Baca

Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan adanya komunikasi

diantara pengelola TBM. Menciptakan komunikasi yang baik diantara

pengelola dan pengurus (sukarelawan) maupun dengan anggota TBM

adalah salah satu tahapan ayng penting dalam keberhasilan pengelolaan

TBM. karena komunikasi diperlukan dalam proses penyampian pesan, baik

untuk melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasin, pengarahan dan

pengawasan. Hal tersebut telah diketahui dengan benar oleh pengelola pada

tia-tiap TBM yang diteliti. Walaupun demikian, bentuk-bentuk komunikasi

dan media yang dimanfaatkan oleh pengelola, pengurus dan pengguna untuk

berkomunikasi berbeda pada tiap-tiap TBM. pengelola Warung Baca Lebak

Wangi mengadakan diskusi ketika sebelum kegiatan dilaksanakan dan

setelah kegiatan dilaksanakan. Dikusi tersebut tidak dijadwalkan secara rutin.

Walaupun begitu, proses komunikasi juga terlihat dengan adanya papan

yang dipasang di dinding halaman Warabal. Papan tersebut dimaksudkan

untuk memudahkan komunikasi diantara pengelola, pengurus, dan anggota.

pengelola Rumah Baca Kuartet mengadakan rapat pendiri Rumah Baca

Kuartet secara rutin. Rapat tersebut dijadwalkan setiap akhir minggu.

Page 109: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

31

Selain itu, komunikasi juga ditunjang dengan megadakan komunikasi

melalui media elektronik. Media komunikasi yang ada di RBK yaitu melalui

blog, dan jejaring sosial. pengelola RBZ mengadakan rapat pengelola secara

rutin untuk mengadakan komunikasi antara sesama pengelola. Rapat

tersebut dilakukan setiap bulan. Komunikasi seluruh pengelola juga ditunjang

melalui media elektronik seperti blog, email, dan SMS. Melalui media

komunikasi tersebut juga dapat dimanfaatkan para pengelola untuk

berinteraksi dengan pengguna TBM, untuk menjalain komunikasi dengan

para donatur bahan bacaan, maupun dengan masyarakat luas yang ingin

menjadi anggota maupun untuk megadakan hubungan kerja sama. Selain

itu, media komunikasi juga digunakan pengelola sebagai media untuk

mensosialisasikan TBM kepada masyarakat luas.

c) Memberikan Motivasi kepada pengelola TBM

Dari tabel 4. 4 poin 2, terlihat bahwa diantara Warabal, Rumah Baca

Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan adanya pemberian

motivasi untuk pengelola TBM. Agar para sukarelawan mau dan bersedia

bekerja sama dan produktif untuk mencapai tujuan TBM, maka pengelola

harus dapat memberikan motivasi kepada para sukarelawan. Oleh karena

itu, pengelola harus peka terhadap kebutuhan para sukarelawan. Masing-

masing pengelola sudah memotivasi para sukarelawannya dengan cara

masing-masing. Wlapun Pengelola Warabal, kuartet dan Zhaffa

Page 110: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

32

menggunakan cara yang berbeda dalam memotivasi para relawan. Warung

Baca Lebak Wangi memotivasi dengan cara memberikan nasihat secara

personal kepada para pengelola yaitu nasihat-nasihat. Sedangkan Rumah

baca Kuartet memotivasi pengelola dengan melibatkan para pustakawan cilik

dalam kegiatan hiburan edukatif yang menyenangkan. Pengelola Rumah

Baca Zhaffa yang memotivasi para sukarelawannya dengan memberikan

reward yang berarti. Maka itu, pengelola Warabal, Kuartet dan Rumah Baca

Zhaffa telah melakukan tahapan pemberian motivasi kepada para

sukarelawan TBM.

4. Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan

pengawasan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah

Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 5 Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat No. Indikator

Warabal Kuartet Zhaffa

Page 111: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

33

1. Menetapkan standar fisik pelaksanaan TBM X X X

2. Menetapkan standar kualitatif pelaksanaan TBM X X X

3. Menetapkan standar waktu pelaksanaan TBM √ √ √

4. Menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan TBM X √ √

5. Menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM √ √ √

6. Menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM X X X

7. Mengukur pelaksanaan kegiatan TBM √ √ √

8. Menganalisa penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan TBM

√ √ √

9. Mengambil tindakan koreksi yang perlu untuk pelaksanaan TBM √ √ √

Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan

Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkah-

langkah yang dilakukan dalam tahapan pengawasan Taman Bacaan

Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu menetapkan ketentuan

fisik pelaksanaan, menetapkan ketentuan kualittaif pelaksanaan, menetapkan

peraturan waktu pelaksanaan, menentukan frekuensi pengukuran

pelaksanaan, menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan, menentukan

pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan, mengukur pelaksanaan

Page 112: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

34

kegiatan, menganalisa penyimpangan pelaksanaan, dan mengambil upaya

perbaikan untuk pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat.

a) Menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak

menentukan ketentuan fisik dalam pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan

karena pengelola ingin menerapkan peraturan selonggar-longgarnya agar

sluruh anggota merasa nyaman selama berkunjung. Namun, mengingat

pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara

luas, sebaiknya pengelola TBM menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan

TBM. Jika, pegelola memiliki keterbatasan dalam menentukan ketentuan fisik

TBM, pengelola dapat mengikuti ketentuan kualitatif berdasarkan buku

pedoman Taman Bacaan Masyarakat.

b) Menetapkan ketentuan kualittaif pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak

menentukan ketentuan kualitatif dalam pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan

karena pengelola ingin menerapkan peraturan selonggar-longgarnya agar

sluruh anggota merasa nyaman selama berkunjung. Namun, mengingat

pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara

luas, sebaiknya pengelola TBM menetapkan ketentuan kualitatif pelaksanaan

TBM. Jika, pegelola memiliki keterbatasan dalam menentukan ketentuan

Page 113: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

35

kualitatif, pengelola dapat mengikuti ketentuan kualitatif berdasarkan buku

pedoman Taman Bacaan Masyarakat.

c) Menetapkan peraturan waktu pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara tiga TBM terdapat

persamaan. Ketiga TBM sudah mempunyai peraturan mengenai waktu

pelaksanaan di TBM. Namun, tidak ada peraturan jam buka dan jam tutup

yang pasti di Warabal. Namun, ada ketentuan mengenai waktu pelaksanaan

kegiatan pembelajaran di Warabal. Sedangkan di Rumah Baca Kuartet dan

Rumah baca Zhaffa terdapat peraturan mengenai jam buka dan tutup TBM.

peraturan mengenai waktu jam buka dan tutup Kuartet yaitu setiap hari, buka

pada pukul 08.00 WIB dan tutup pada pukul 21.00 WIB. peraturan waktu jam

buka dan tutup Rumah Baca Zhaffa jam 16.00 -21 .00 WIB. Dengan adanya

ketentuan dan peraturan mengenai waktu pelaksanaan di Warabal, Kuartet,

dan Zhaffa, maka pengelola di ketiga TBM sudah melakukan tahapan

penentaan ketentuan waktu pelaksanaan TBM.

d) Menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM, hanya

Warabal saja yang tidak menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan

Page 114: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

36

TBM. hal ini disebabkan karena pelaksanaan pengukuran dilakukan secara

personal oleh pengelola Warabal saja, sehingga pengukuran bisa dilakukan

kapan saja. Berbeda halnya dengan Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang

sudah menentukan frekuensi kegiatan pengukuran pelaksanaan TBM.

Frekuensi yang sudah ditetapkan oleh pengelola hendaknya selalu dilakukan

dengan teratur dan terus menerus. Dengan sudah ditentukannya frekuensi

kegiatan pengukuran terhadap pelaksanaan di Kuartet dan Warabal, mala

kedua TBM ini sudah melakukan tahapan penentuan frekuensi kegiatan

pengukuran pelaksanaan TBM dengan sebagaimana mestinya.

e) Menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa terlihat bahwa pengelola pada

tiap-tiap TBM sudah menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM.

Bentuk pengukuran yang digunakan pengelola di ketiga TBM tidak ada

perbedaan. Setiap pengelola melakukan pengukuran melalui pengamatan

langsung. Mengingat terbatasnya jumlah pengelola pada tiap-tiap TBM akan

menyulitkan pengelola dalam melakukan kegiatan pengukuran melalui

pengamatan langsung. Karena itu memungkinkan adanya pengamatan yang

luput dari pengelola TBM. Pengukuran melalui pengamatan langsung itu

sendiri memiliki keterbatasan. Namun, bagi pengelola di warabal, Kuartet,

dan Zhaffa, bentuk pengukuran memalui cara itulah yang paling

memungkinkan untuk dilakukan.

Page 115: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

37

f) Menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak

menentukan piak-piak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM. hal

ini disebabkan karena pengelola melakukan kegiatan pengukuran pelaksaan

secara mandiri. Namun, mengingat pentingnya keberadaan dan ketercapian

tujuan TBM bagi masyarakat secara luas, sebaiknya pengelola TBM

melakukan kerja sama dalam melakukan pengukuran agar hasil pengukuran

lebih objektif dan akurat. Hal ini tentu saja lebih memudahkan pengelola

dalam menentukan tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan.

g) Mengukur pelaksanaan kegiatan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa Masing-masing pengelola

melakukan kegiatan pengukuran ayng berbeda satu sama lain. Kegiatan

mengukur kegiatan nyata pelaksanaan TBM dilakukan secara personal oleh

pengelola Warung Baca Lebak Wangi. Dengan melihat apakah tujuan TBM

sudah tercapai atau belum. kegiatan mengukur kegiatan nyata pelaksanaan

TBM dilakukan secara personal oleh pengelola Warung Baca Lebak Wangi.

Pengukuran kegiatan pelaksanaan di RBZ dilakukan dengan melihat

berdasarkan pada besar kecilnya partisipasi anggota dan masyarakat yang

terlibat dalam kegiatan tersebut. Oleh karena pengelola pada tiap-tiap TBM

telah melakukan kegiatan pengukuran maka, tahapan pengkuruan

Page 116: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

38

pelaksanaan TBM sudah dilakukan di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan

Rumah Baca Zhaffa.

h) Menganalisa penyimpangan dalam pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM memiliki

persamaan yaitu tidak melakukan analisa pemyimpangan-penyimpangan

yang terjadi dalam pelaksanaan TBM. walau begitu, setiap pengelola tetap

melakukan analisa terhadap kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam

mencapai tujuan tiap-tiap TBM. kesulitan dan hamabatan yang dihadapi

pengelola di setiap TBM berbeda satu sama lainnya. hal tersebut

dipengaruhi oleh perbedaan komunitas atau masyarakat, dan perbedaan

kegiatan pelayanan yang dilakukan pada tiap-tiap TBM. Walaupun begitu,

analisa penyimpangan tetap harus dilakukan untuk meminimalisir hambatan

dan kselitan agar dapat lebih mudah mencapai tujuan TBM. Oleh karena

kegiatan analisa penyimpangan dalam pelaksanaan tidak dilakukan, maka

pengelola di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Kuartet

hendaknya melakukan kegiatan penyimpangan dengan menyesuaikan hasil

pengukuran dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan yang ada di di tiap-

tiap TBM. Namun, apabila TBM belum atau tidak memiliki ketentuan atau

peraturan tertentu, sebaiknya pengelola menyesuaikan hasil pengukuran

dengan ketentuan yang sudah ada di dalalm buku pedoman pengelolaan

TBM.

Page 117: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

39

i) Mengambil upaya perbaikan untuk pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM memiliki

persamaan yaitu sudah melakukan upaya perbaikan untuk elaksanaan TBM.

Walau begitu, setiap pengelola di ketiga TBM melakukan upaya-upaya yang

berbeda satu sama lainnya. hal tersebut didasari pada perbedaan hambatan

dan kesulitan ayng dihadapi pada masing-masing TBM. Upaya yang sudah

dilakukan pengelola Warabal terkait masalah keterbatasan ruanganyaitu

dengan menambah ruangan untuk kegiatan pembelajaran. Pengelola juga

melakukan upaya untuk memperbaiki tahapan proses perencanaan kegiatan.

Proses perencanaan kegiatan dilakukan secara musyawarah dengan seluruh

komunitas Warabal. Hal tersebut juga dilakukan untuk membelajarkan

masyarakat komunitas Warabal agar masing-masing individu mau bertukar

fikiran dan mengeluarkan pendapat. Upaya yang sudah dilakukan pengelola

Kuartet adalah pengadaan pojok usaha berupa penjualan pernak-pernik dan

penjualan voucher pulsa untuk menambah pemasukan dana Kuartet. Selain

itu, pengelola juga mengajarkan anak-anak disekitar Kuartet agar berani

untuk berbicara adan mengembangkan bakatnya. Salah satu contohnya

adalah dengan dibentuknya Group Musik Roma Merana. Kelompok musik

tersebut memang sengaja diadakan untuk membelajarkan anak-anak agar

mau berani menunjukkan dan mengembangkan bakatnya. Upaya yang sudah

dilakukan pengelola Rumah Baca Zhaffa yaitu memasang tenda jalanan yang

Page 118: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

40

ditempatkan di depan halaman Rumah Baca Kuartet agar dapat

dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran

ataupun hiburan edukatif. Oleh karena pengelola di ketiga TBM telah

melakukan upaya perbaikan, maka pengelola di Warabal, Rumah Baca

Kuartet dan Rumah Baca Kuartet telah melakukan tahapan pengembilan

upaya perbaikan untuk pelaksanaan TBM dengan sebagaimana mestinya.

C. KETERBATASAN PENELITIAN.

Penelitian dapat dikatakan masih jauh dari sempurna. Walaupun

semaksimal mungkin penelitian ini dilakukan namun terdapat beberapa

keterbatasan sebagai berikut:

1. Penelitian multi case study ini hanya dilakukan oleh satu peneliti saja.

Padahal untuk mendapatkan kelengkapan dan kedalaman data,

peneltian ini seharusnya dilakukan oleh sebuah kelompok peneliti.

2. Analisis data penelitian masih kurang komprehensif karena banyaknya

aspek yang diteliti.

3. Teori mengenai pengelolaan taman bacaan masyarakat dalam

peneltian ini merupakan adaptasi dari teori pengelolaan perpustakaan,

sehingga masih perlu diperkaya.

Page 119: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

170

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian dapat digambarkan bahwa pengelola di Warung Baca

Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa melakukan

pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengelolaan yang

dilakukan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan. Berikut ini adalah rincian hasil penelitian yang menggambarkan

bagaimana kegiatan pengelolaan dilakukan pada tiap-tiap tahapannya.

1. Perencanaan

Tahapan perencanaan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi

adalah merencanaan kebutuhan pengguna, merencanaan tujuan,

merencanaan dokumen organisasi dan manajemen, merencanaan ruangan,

merencanaan koleksi, merencanaan perlengkapan, merencanaan kegiatan

layanan, dan merencanaan sosialisasi Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan

perencanaan yang dilakukan Rumah Baca Kuartet adalah merencanaan

kebutuhan pengguna, merencanaan tujuan, merencanaan dokumen

organisasi dan manajemen, merencanaan koleksi, merencanaan

perlengkapan, merencanaan kegiatan layanan, dan merencanaan sosialisasi

Page 120: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

171

Taman Bacaan Masyarakat. Sedangkan tahapan perencanaan yang

dilakukan Rumah Baca Zhaffa adalah merencanaan kebutuhan pengguna,

merencanaan tujuan, merencanaan sumber daya manusia, merencanaan

dokumen organisasi dan manajemen, merencanaan koleksi, merencanaan

perlengkapan, merencanaan kegiatan layanan, dan merencanaan sosialisasi,

dan merencanakan dana Taman Bacaan Masyarakat. Dari seluruh tahapan

perencanaan Taman Bacaan Masyarakat, ketiga TBM melakukan hampir

seluruh tahapan perencanaan. Warung Baca Lebak Wangi melakukan

tahapan perencanaan yang sama dengan Rumah Baca Kuartet.

2. Pengorganisasian

Tahapan pengorganisasian yang dilakukan Warung Baca lebak Wangi

adalah melakukan pembagian tugas pengelola dan melakukan pengelolan

koleksi Taman Bacaan Masyarakat. Rumah Baca Kuartet hanya melakukan

pengolahan bahan koleksi pada tahapan pengorganisasian. Dari seluruh

tahapan Warung Baca lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca

Zhaffa memiliki persamaan yaitu melakukan tahapan pengolahan koleksi

TBM.

3. Pengarahan

Tahapan pengarahan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi

adalah mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan

Page 121: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

172

Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengarahan

yang dilakukan Rumah Baca Kuartet adalah memberikan pengarahan tugas

pengelola, mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan

Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengarahan

yang dilakukan Rumah Baca Zhaffa adalah memberikan pengarahan tugas

pengelola, mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan

Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Dari seluruh tahapan

pengarahan, hanya Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang

melakukan seluruh tahapan pengarahan.

4. Pengawasan

Tahapan pengawasan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi

adalah menetapkan peraturan waktu pelaksanaan, menentukan bentuk

pengukuran pelaksanaan, mengukur pelaksanaan kegiatan, menganalisa

penyimpangan pelaksanaan, dan mengambil upaya perbaikan untuk

pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat.

Dari rincian tahapan pengelolaan yang dilakukan ketiga Taman

Bacaan Masyarakat, tidak ada Taman Bacaan Masyarakat yang melakukan

tahapan pengelolaan yang benar-benar sama. Persamaan tahapan

pegelolaan yang paling banyak yaitu antara Rumah Baca Kuartet dan Rumah

Baca Zhaffa. Sedangkan perbedaan tahapan pangelolaan yang paling

banyak yaitu antara Warung Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa.

Page 122: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

173

B. IMPLIKASI

Hasil penelitian ini memberikan implikasi tidak hanya pada pengelola

di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca

Zhaffa. Namun juga bagi pihak-pihak yang memiliki keterkaitan di dalamnya,

seperti yang dijabarkan pada uraian di bawah ini.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran deskripsi mengenai tahapan

pengelolaan yang dilakukan Warung Baca lebak Wangi, Rumah Baca

Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Dari pembahasan mengenai hasil

penelitian yang diperoleh, telah diketahui bahwa ketiga Taman Bacaan

Masyarakat sudah melakukan mngeidentifikasi kebutuhan pengguna.

Kebuthan pengguna pada masing-masing Taman Bacaan berbeda satu sama

lainnya, maka ketiga Taman Bacaan Masyarakat melakukan tahap –tahap

pengelolaan dengan cara yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui adanya keunggulan dan

kelemahan pada tahap-tahap pengelolaan yang dilakukan di ketiga Taman

Bacaan Masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan adanya perbedaan tahapan

pengelolaan yang sudah dilakukan pada satu Taman Bacaan Masyarakat,

sedangkan tahapan tersebut tidak dilakukan pada kedua Taman Bacaan

Masyarakat lainnya. Oleh karena itu pada masing-masing Taman Bacaan

Masyarakat dapat terlihat kelemahan dan keunggulan mengenai kegiatan

pengelolaan yang dilakukan pada ketiga Taman Bacaan Masyarakat.

Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar berupa

Page 123: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

174

lingkungan yang dapat mencapai tujuannya jika dengan maksimal sehingga

dapat menjadi wadah untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang

kuat untuk membentuk masyarakat pembelajar. Hasil penelitian ini

memberikan contoh upaya pemecahan masalah pembelajaran khususnya

dalam meningkatkan minat baca masyarakat.

C. SARAN

Sejalan dengan kesimpulan dan implikasi dari hasil perolehan data di

dalam penelitian ini maka secara umum peneliti menyarankan kepada peneliti

lain yang berminat untuk melakukan kajian sumber belajar khususnya tentang

taman bacaan masyarakat, maka penelitian ini dapat dilanjutkan untuk

pengembangan model atau desain pengelolaan taman bacaan masyarakat.

Selain itu juga disarankan kepada pemrintah akan perlunya peran aktif

pemerintah untuk memfasilitasi dan membina tumbuh berkembangnya

Taman Bacaan Masyarakat, khususnya mengenai pembinaan sumber daya

manusia TBM dan bantuan dana untuk biaya pengelolaan TBM.

Secara khusus, peneliti menyarankan kepada pengelola pada tiap-tiap

Taman Bacaan Masyarakat untuk terus mengupayakan perbaikan

pelaksanaan kegiatan. agar dapat mengoptimalkan keunggulan. Selain itu,

pengelola juga diharapkan agar dapat meminimalisir kelemahan dalam

melakukan kegiatan pengelolaan. Adapun saran yang diberikan untuk ketiga

Taman Bacaan Masyarakat yaitu:

Page 124: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

175

1. Disarankan untuk ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar lebih

mengoptimalkan pengelolaan terhadap sumber daya manusia TBM dan

lebih memperhatikan mengenai tata letak ruangan dana keadaan lokasi

TBM.

2. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar

lebih memperhatikan pengadaan stuktur organisasi, uraian kerja (jobdesk)

secara sederhana dan tertulis.

3. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar

lebih memperhatikan akan adanya ketentuan mengenai jadwal atau

peraturan jam kerja bagi para pengurus atau sukarelawan dalam rangka

memaksimalkan kegiatan pelayanan pada masing-masing TBM.

4. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar

lebih memperhatikan pentingnya dokumen mengenai kegiatan

pengawasan. Keberadaan dokumen yang memuat kegiatan pengawasan

sangat penting untuk pengembangan Taman Bacaan Masyarakat.

Page 125: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

DAFTAR PUSTAKA

Alan Januszewski, Educational Technology: The Development of A Concept. Englewood: Libraries Unlimited, 2001

Arsyad, Azhar, Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002 Bafadal, Ibrahim, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara,

1992 Davies, Ivor K, Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali, 1991 Fatah, Nanang, Landasan Manajamen Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004 Handoko, T Hani, Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000 Hernowo, Quantum Reading,: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk

Merangsang Munsulnya Potensi Membaca. Bandung: Mizan Learning Center, 2003

Kartono, Kartini, Psikologi Umum. Jakarta: CV. Mandar Maju, 1990 Manullang, Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2006 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada

Media, 2004 Mudjito, Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Karunika UT, 1993s Tampubolon, D.P, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada

Anak. Bandung: Angkasa, 1998 Saleh, Abdul Rahman dan Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan

Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1995 Seels and Richey, Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya,

Washington DC: AECT, 1994

175

Page 126: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

176

Simbolon, Tony, Pengembangan Budaya Baca Melalui Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: PT Ryan Eka Mandiri, 2007

Siswanto, Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006 Soeharto, Karti, Teknologi Pembelajaran. Surabaya: SIC,1995 Sutarno, NS, Perpustakaan Dan Masyarakat. akarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2003 Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo, 1996 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006

Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman

Bacaan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006

Direktorat Pendidikan Masyarakat, Naskah AkademikPengelola Taman

Bacaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Universitas Sumatra Utara DIgital Library, Keterkaitan Antar Penelitian

Manajemen Dengan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Manajemen, 2003 (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf)

Universitas Unika, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat

Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan, 2008 (http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf)

Yayat, Modul Manajemen Umum Dan Bidang-bidang Manajemen: Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas II, 2007 (http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=11&fname=eko206_07.htm)

Page 127: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

LAMPIRAN

Page 128: Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa

LAMPIRAN 1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 2

INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJICOBA

LAMPIRAN 3

INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJICOBA

LAMPIRAN 4

HASIL PEROLEHAN DATA DOKUMEN TAMAN BACAAN MASYARAKAT

MELALUI STUDI OBSERVASI

LAMPIRAN 5

HASIL PEROLEHAN DATA WAWANCARA PENGELOLA TAMAN BACAAN

MASYARAKAT MELALUI WAWANCARA

LAMPIRAN 6

HASIL PEROLEHAN DATA GAMBAR TAMAN BACAAN MASYARAKAT

MELALUI STUDI DOKUMENTASI

LAMPIRAN 7

MATRIKS HASIL PEROLEHAN DATA PENGELOLAAN TAMAN BACAAN

MASYARAKAT MELALUI STUDI OBERVASI DAN DOKUMENTASI