konsep konservasi flora dan fauna dalam al-qur’an

171
KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN (Studi Analisis Tafsîr Asy-Sya’râwî Karya Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi) Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Indah Sundari NIM. 15210660 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA TAHUN AJARAN 2019 M/ 1440 H

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM

AL-QUR’AN

(Studi Analisis Tafsîr Asy-Sya’râwî Karya Muhammad

Mutawalli Asy-Sya’rawi)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Indah Sundari

NIM. 15210660

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

TAHUN AJARAN 2019 M/ 1440 H

Page 2: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM

AL-QUR’AN

(Studi Analisis Tafsîr Asy-Sya’râwî Karya Muhammad

Mutawalli Asy-Sya’rawi)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Indah Sundari

NIM. 15210660

Dosen Pembimbing:

Drs. H. Arison Sani, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

TAHUN AJARAN 2019 M/ 1440 H

Page 3: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN
Page 4: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN
Page 5: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN
Page 6: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan sejuta kasih, kupersembahkan

karyaku ini untuk kedua orang tuaku. Baba, Umi terima kasih atas

pengorbanan kalian baik moril maupun materil, cinta kasih sayang

yang tak terhingga, serta sujud dan do’a yang selalu kalian

panjatkan untuk keberhasilan dan kesuksesan indah, sehingga

penulis mampu tegar dan kuat dalam menjalani kehidupan, serta

mampu untuk menyelesaikan Program Studi Strata Satu di Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Almamater tercinta Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tempatku menimba ilmu dan mendapatkan pengalaman berharga

yang menjadi sebagian jejak langkahku menuju kesuksesan

Page 7: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

v

MOTTO

تعلم(لمالجد يدن كل أمر شاسع والجد ي فتح كل باب مغلق )تعليم ا

“Bersungguh-sungguh dapat mendekatkan segala perkara

yang jauh dan dapat membukakan segala pintu yang

tertutup” (Kitab Ta’lîm al-Muta’allim)

Page 8: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

vi

KATA PENGANTAR

Bismillâhirrahmânirrahîm, segala puji bagi Allah Swt. yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep

Konservasi Flora dan Fauna Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Tafsîr

Asy-Sya’râwi Karya Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi)”, yang

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

Jakarta. Shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad saw., sumber inspirasi, motivasi dan inovasi yang kami

harapkan syafa’atnya di hari kiamat kelak.

Setelah perjuangan yang begitu panjang dan tak henti-hentinya

mengharap pertolongan Allah Swt., akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulis

menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini telah dibantu

oleh beberapa pihak, dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan setinggi-

tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., selaku Rektor

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

2. Dr. H. Muhammad Ulinnuha, MA., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Institut Ilmu AL-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah

banyak memberikan arahan-arahan, petunjuk serta motivasi

kepada penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan pada waktunya

dengan sebaik-baiknya.

3. Drs. Arison Sani, MA., selaku pembimbing skripsi, yang telah

mengarahkan, mengoreksi dan memberikan banyak masukan

kepada penulis. Terima kasih atas kebaikan dan kesabaran bapak

Page 9: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

vii

dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga bapak selalu dalam lindungan Allah Swt. dan dipermudah

dalam segala urusannya.

4. Bapak KH. Ahmad Fathoni, Lc. MA., Ibu Hj. Muthmainnah, MA.,

Ibu Hj. Istiqomah, MA., Ibu Hj. Atiqoh, Ibu Hj. Arbiyah, Ibu Hj.

Mahmudah, Ibu Hj. Fatimah Askan, Kakak Nur Afriani Hasanah,

dan segenap instruktur tahfidz yang telah menjadi salah satu

inspirator dan motivator penulis dalam mengahafal dan

mentadabburi kandungan ayat Al-Qur’an, serta selalu sabar

membenarkan ayat demi ayat ketika terdapat kesalahan dalam

melantunkan ayat Al-Qur’an.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah menularkan

ilmunya kepada penulis, sehingga penulis mampu memahami

banyak hal terutama dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an, serta menjadi

saksi akan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai gelarnya.

6. Seluruh Staf Fakultas yang telah membantu setiap proses yang

penulis lalui, terutama untuk Ibu Kokoy dan Ibu Suci, terima kasih

atas segala pertolongan dan perhatiannya.

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan IIQ Jakarta, Perpustakaan Pusat

Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta, Perpustakaan Umum Imam Jama’

Lebak Bulus, Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah memberikan sarana dan prasarana dan kesempatan kepada

penulis untuk mencari bahan referensi yang diperlukan dalam

menyusun skripsi ini.

8. Pesantren Takhassus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang

menjadi saksi bisu dalam perjuangan dan pengorbanan menjadi

seorang mahasantri dan mahasiswi.

Page 10: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

viii

9. Kedua orang tua penulis, Baba Iman dan Umi Masanih yang tidak

pernah lelah untuk mendidik, memberikan kasih sayang,

mendukung dan mendo’akan penulis agar menjadi orang yang

bermanfaat bagi orang lain. Tiada ketulusan melebihi yang kalian

berikan. Semoga Allah Swt. selalu memberikan kesehatan,

melindungi dan memberkahi di setiap langkah kalian.

10. Keluarga besar penulis dari enya, engkong, encing, saudara dan

saudari, adik-adik penulis, yang telah membantu dan memberikan

do’a, serta motivasi baik moril maupun materil, yang senantiasa

selalu menemani dan mengantarkanku ke depan pintu gerbang

keberhasilan ini. Semoga Allah Swt. selalu memberikan kasih

sayang-Nya dan keberkahan dalam kehidupan mereka.

11. Sahabat seperjuangan Ushuluddin A dan B yang telah membantu

mengisi memori 4 tahun bersama, serta teman seperjuangan

bimbingan skripsi bersama Bapak Drs. H. Arison Sani, MA.,

yang saling bertukar fikiran, mengahadapi permasalahan bersama.

Semangat juang kalianlah yang memotivasiku untuk tetap

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan dukungan baik materil maupun moril

kepada penulis dalam menyelesaikan studi S1 di Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta.

Tidak lupa penulis ucapkan permohonan maaf kepada seluruh

pembaca, jika terdapat sesuatu yang kurang difahami dan kurang

berkenan, atau terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyusunan

skripsi ini. Kesempurnaan hanya milik Allah Swt. dan kekurangan

ada pada diri penulis. Besar harapan penulis, semoga karya sederhana

ini mampu memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan

Page 11: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN
Page 12: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

x

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii

PERNYATAAN PENULIS ............................................................... iii

PERSEMBAHAN .............................................................................. iv

MOTTO ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................ x

PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................... xiii

ABSTRAK ....................................................................................... xvii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 10

C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 10

D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 11

E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 11

F. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 12

G. Metode Penelitian ...................................................................... 16

H. Sistematika Penulisan ................................................................ 18

BAB II: LANDASAN TEORI TENTANG KONSERVASI

FLORA DAN FAUNA

A. Pengertian Konservasi Alam ..................................................... 21

B. Sejarah Konservasi Alam .......................................................... 27

C. Konsep Konservasi Alam Dalam Pendekatan Islam ................. 35

D. Konsep Konservasi Alam Terhadap Flora dan Fauna

dalam Kesepakatan Internasional, Nasional dan Lokal ............. 42

E. Konsep Konservasi Alam Di Indonesia .................................... 47

Page 13: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

xi

F. Tujuan Dan Manfaat Konservasi Alam ..................................... 57

G. Etika Konservasi Alam .............................................................. 59

H. Konservasi Flora Dalam Al-Qur’an .......................................... 68

I. Konservasi Fauna Dalam Al-Qur’an ......................................... 77

BAB III: BIOGRAFI MUHAMMAD MUTAWALLI ASY-

SYA’RAWI DAN PROFIL KITAB TAFSÎR ASY-SYA’RÂWÎ

A. Biografi Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi .......................... 87

1. Latar Belakang Sosio Historis asy-Sya’rawi ........................ 87

2. Perjalanan Intelektual asy-Sya’rawi ..................................... 89

3. Karir asy-Sya’rawi ................................................................ 94

4. Latar Belakang asy-Sya’rawi ................................................ 98

5. Karya-Karya asy-Sya’rawi ................................................. 101

6. Pandangan Ulama Terhadap asy-Sya’rawi ......................... 104

B. Profil Kitab Tafsîr asy-Sya’râwî ............................................. 106

1. Indentifikasi Fisiologis Tafsîr asy-Sya’râwî ....................... 106

2. Identifikasi Metodologis Tafsîr asy-Sya’râwî .................... 108

a. Latar Belakang Penulisan Tafsîr asy-Sya’râwî .............. 108

b. Metode Tafsîr asy-Sya’râwî ........................................... 112

c. Corak Tafsîr asy-Sya’râwî ............................................. 113

d. Sumber Tafsîr asy-Sya’râwî ........................................... 114

e. Karakteristik Tafsîr asy-Sya’râwî .................................. 115

f. Sistematika Tafsîr asy-Sya’râwî ...................................... 117

3. Identifikasi Ideologis asy-Sya’rawi .................................... 117

Page 14: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

xii

BAB IV: KAJIAN PENAFSIRAN MUHAMMAD

MUTAWALLI ASY-SYA’RAWI DALAM KITAB TAFSIR

ASY-SYA’RAWI TENTANG KONSEP KONSERVASI FLORA

DAN FAUNA

A. Penafsiran Ayat Tentang Anjuran Melakukan Konservasi ... 119

B. Penafsiran Ayat-ayat Tentang Konservasi Flora .................. 120

1. Ayat Tentang Bercocok Tanam ...................................... 120

2. Ayat Tentang Ihyâ’ al-Mawât ......................................... 123

3. Ayat Tentang Mengeksploitasi Tumbuhan ..................... 126

C. Penafsiran Ayat-ayat Tentang Konservasi Fauna ................. 132

1. Ayat Tentang Domestikasi Hewan ................................. 132

2. Ayat Tentang Hak dan Etika Terhadap Hewan .............. 136

3. Larangan Membunuh Hewan Sembarangan ................... 141

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 144

B. Saran ................................................................................. 146

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 147

Page 15: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf

dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Skripsi ini ditulis dengan

menggunakan pedoman transliterasi yang telah disusun oleh

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Tahun 2017.

1. Konsonan

th : ط a : أ

zh : ظ b : ب

‘ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

h : ه s : س

` : ء zy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

Page 16: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

xiv

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a أ : â ي : ai

Kasrah : i ي : î و : au

Dhammah : u و : û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, contoh:

al-Baqarah :الب قرة

al-Mâidah :المائدة

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah yang

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di

depan dan sesuai dengan bunyinya, contoh:

لرجل ا : ar-Rajul السيدة : asy-Sayyidah

ارمي asy-Syams : الشمس ad-Dârimî : الد

c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (tasydîd) dengan system aksara Arab digunakan

lambang ( ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan

dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang

bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik

tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata, ataupun

yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-

huruf syamsiyah.

Contoh:

Âmannâ billâhî : امنا بالل ه

Page 17: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

xv

ء سفهآالامن : Âmannâ as-Sufahâ’u

Inna al-Ladzîna : إن الذين

Wa ar-rukka’i : والركع

d. Ta Marbutha (ة)

Ta marbutha (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti

oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan

menjadi huruf “h”, contoh:

al-Af’idah : الفئدة

سلامية al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : الجامعة ال

Sedangkan ta marbutha (ة) yang diikuti atau disambungkan

dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi

huruf “t”, contoh:

Âmilatun Nâshibah‘: عاملة ناصبة

al-Âyat al-Kubrâ : الية الكب رى

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf

kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka

berlaku pada ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia (PUEBI), seperti penulisan awal kalimat, huruf

awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.

Ketentuan yang berlaku pada PUEBI berlaku pula dalam

alih aksara lain, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal

(bold) dan ketentuan lainnya.

Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata

sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama

diri, bukan kata sandangnya, contoh: Ali Hasan al-Aridh, al-

Asqalani, al-Farmawi dan seterusnya. Khusus untuk

penulisan kata Al-Qur’an dan nama-nama surah, maka

Page 18: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

xvi

awalnya menggunakan huruf kapital, contoh: Al-Qur’an, Al-

Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.

Page 19: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

xvii

ABSTRAK

Indah Sundari (15210660)

“Konsep Konservasi Flora Dan Fauna Dalam Al-Qur’an

(Studi Analisis Tafsîr Asy-Sya’râwî Karya Muhammad Mutawalli

Asy-Sya’rawi)” Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2019

Allah senantiasa menganjurkan manusia untuk melakukan

konservasi flora dan fauna. Manusia sebagai khalifah di bumi ini

memiliki tanggung jawab atas pemeliharaan kelangsungan kehidupan

flora dan fauna. Perwujudannya harus dilandasi dengan akhlak yang

mulia, termasuk di antaranya pemberian hak-hak asasi dan etika

terhadap flora dan fauna.

Skripsi ini berusaha menjawab rumusan masalah tentang

bagaimana konsep konservasi flora dan fauna pada Tafsîr Asy-

Sya’râwî. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian

pustaka (library research), dengan menggunakan data primer yaitu

Tafsîr Asy-Sya’râwî. Adapun langkah pokok analisis data dalam

penelitian ini diawali dengan inventarisasi teks berupa ayat, mengkaji

teks, melihat historis ayat. Selanjutnya diinterpretasikan secara

objektif dan dituangkan secara deskriptif kemudian ditarik beberapa

kesimpulan secara deduktif.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Muhammad Mutawalli

asy-Sya’rawi di dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî memandang flora dan

fauna sebagai makhluk hidup yang mempunyai nilai tinggi pada

dirinya sendiri dan dianggap berharga. Setiap makhluk hidup yang

ada di alam dunia ini memiliki jiwa yang harus dihormati, dilindungi

dan dilestarikan dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, setiap

manusia memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral untuk

menjaga alam termasuk terhadap eksistensi flora dan fauna.

Page 20: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah Swt. menggariskan takdir manusia di atas bumi dengan

memberikan segala fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi.

Diciptakanlah lautan yang maha luas dengan segala kekayaan di

dalamnya. Allah memperindah polesan kehidupan di muka bumi ini

dengan menciptakan flora dan fauna sebagai teman hidup manusia. Alam

merupakan fasilitas yang diberikan Allah untuk mengenal penciptanya,

sekaligus pencipta manusia sebagai komponen alam di dalamnya.1

Sebagaimana Rasulullah saw. mengenal alam melalui tafakkur alam.

Sebelum turun wahyu Allah yang pertama di Gua Hira. Nabi Muhammad

saw. gemar mengasingkan diri ke Gua Hira di Jabal Nur. Selain beribadah,

Nabi Muhammad saw. juga menghabiskan waktunya dengan bertafakkur

keagungan alam di sekitarnya. Dengan mentafakkuri alam akan menjadi

bertambahnya keimanan dan kesungguhan untuk memeliharanya.2

Allah menurunkan wahyu Al-Qur‟an yang berisi seruan untuk

meneliti dan mempelajari fenomena alam agar manusia menjadi hamba

yang semakin mengenal Rabb-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

1 Muhammad Kamil „Abd ash-Shamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an, Terj.

Alimin, Lc, dkk, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2002), hal.136

2 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains,

(Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 5

Page 21: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

2

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya

malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang

berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit

berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati

(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan

pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)

bagi kaum yang memikirkan” (QS. Al-Baqarah [2]: 164).

Setelah selesai dengan segala penciptaannya, Allah memberikan

sebuah titipan amanat kepada manusia, sebagaimana Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah SWT) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan

rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang

berbuat baik” (QS. Al-A‟raf [7]: 56).

Setiap amanat semestinya harus dijaga. Setiap titipan tentunya harus

disampaikan, akan tetapi manusia telah merusak dirinya dengan

kemaksiatan setelah Allah menancapkan tonggak syari‟at melalui panji-

panji Rasul-Nya. Manusia merusak bumi dengan segala isinya setelah

sekian banyak nikmat yang telah Allah berikan, Sebagaimana firman

Allah:

Page 22: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

3

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk

Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan

binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan” (QS. Al-

Baqarah [2]: 205).

Ayat di atas ibarat dari orang-orang yang berusaha menggoncangkan

iman orang-orang mukmin dan selalu Mengadakan pengacauan.

Kediaman manusia di muka bumi ini adalah sebagai suatu karunia yang

harus disyukuri. Maka manusia wajib memeliharanya sebagai suatu

amanah. Manusia bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan

hidup dan keseimbangan ekosistem yang sudah sedemikian rupa

diciptakan oleh Allah.3

Begitu pun dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi,

Allah telah menggariskan suatu akhlak dimana perbuatan pemaksaan dan

kecurangan terhadap alam sangat dicela. Kenikmatan dunia dan

kecurangan terhadap alam dapat dikejar secara seimbang tanpa

meninggalkan perbuatan baik dan tanpa menghindarkan kerusakan di

muka bumi. Allah berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya

3 Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2005) hal. 9

Page 23: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

4

Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS.

Al-Qashash [28]: 77).

Memang alam ini ditundukkan untuk manusia, mengkhidmat pada

manusia dan melayani manusia dengan menggunakan istilah taskhir.

Namun demikian, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur‟an dan Sunnah

memberikan prinsip-prinsip yang tegas dan jelas.4

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali

(ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum [30]: 41).

Akhirnya tanpa disadari, ternyata bumi yang kita alami saat ini

sedang sakit. Sakitnya bumi merupakan akibat langsung dan tidak

langsung perbuatan manusia. Manusia modern dewasa ini sebenarnya

sedang melakukan perusakan secara perlahan akan tetapi pasti terhadap

sistem lingkungan yang menopang kehidupannya. Indikator terjadinya

kerusakan lingkungan sudah sangat jelas, seperti menipisnya lapisan

ozon, pemanasan global, dan perubahan iklim, banjir tahunan yang

semakin besar dan meluas, erosi dan pendangkalan sungai dan danau,

tanah longsor, krisis lainnya, yang akhirnya berpengaruh terhadap

kehidupan flora dan fauna.5

Kerusakan moralitas agama menjadi awal mula sebelum kemudian

ambisi duniawi menjadi penentu rusaknya tatanan alam dan lingkungan

di atas muka bumi ini. Praktik kebanyakan umat telah banyak

4 Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik

(Peletarian Lingkungan Hidup), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009), hal.

10

5 Dwidjo Seputro, Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya, (Jakarta: Erlangga,

1994), hal. 37

Page 24: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

5

terpengaruh oleh pikiran dan cara sekuler yang jauh dari ajaran syari‟at.

Misalnya, dalam pola konsumsi umat yang tidak membatasi diri

berdasarkan syari‟at. Di samping itu, orientasi hidup manusia modern

yang cenderung materialistik dan hedonistik juga sangat berpengaruh. 6

Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat, juga

mengakibatkan terjadinya eksploitasi intensif (berlebihan) terhadap alam,

yang akibatnya ikut memacu terjadinya kerusakan lingkungan terutama

yang berupa degradasi lahan. Padahal lahan dengan sumber dayanya

berfungsi sebagai penyangga kehidupan hewan dan tumbuhan termasuk

manusia.7

Menurut Emil Salim, kerusakan alam ada hubungannya dengan

pembangunan. Beliau mengatakan bahwa dalam 200 tahun terakhir,

seluruh negara di dunia membangun dengan merusak bumi yang hanya

satu-satunya ini. pemanfaatan tanpa batas minyak bumi dan batu bara

sebagai penggerak utama pembangunan yang tanpa disadari telah

menaikkan pelepasan gas rumah kaca dari hanya 280 parts permillion

(ppm) pada masa sebelum revolusi industri (1780) menjadi 380 ppm

setelah masa revolusi. Kenyataan inilah menurut Emil Salim yang

menjadi faktor terjadinya proses pemanasan global dan perubahan iklim

yang mengancam hidup penduduk bumi.8

Krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini hanya bisa diatasi dengan

merubah secara fundamental dan radikal cara pandang dan perilaku

manusia terhadap alam lingkungannya. Tindakan praktis dan teknis

penyelamatan lingkungan dengan bantuan sains dan teknologi ternyata

bukan merupakan solusi yang tepat. Yang dibutuhkan adalah perubahan

6 Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 7

7 Arif Budimanta, Kekuasaan dan Penguasaan Sumber Daya Alam, (Jakarta:

Indonesian Center for Sustainable Development (ICSD), 2007), hal. 20

8 Emil Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, (Jakarta: Kompas, 2010), hal. 4

Page 25: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

6

perilaku dan gaya hidup yang bukan hanya perorang, akan tetapi harus

menjadi budaya masyarakat secara luas.9

Adapun penataan ekosistem dan perilaku manusia harus dilandasi

dengan empat pilar yaitu: Pertama, tauhid berarti memberikan

penghargaan setinggi-tingginya kepada makhluk ciptaan-Nya. Dengan

begitu manusia akan sadar dengan tanggung jawabnya atas pemeliharaan

lingkungan. Menyadari akan keberadaan makhluk ciptaan-Nya dan

toleran kepada mereka. Memberlakukannya sesuai dengan garis-garis

yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.

Kedua, khilafah yang merupakan salah satu sarana strategis dalam

penataan, pemeliharaan dan pemanfaatan alam dan ligkungan hidup.

Ketiga, istishlah (mementingkan kemaslahatan umat) merupakan salah

satu syarat dalam pertimbangan pemeliharaan dan pemanfaatan alam.

Kepentingan ini harus berlangsung hari ini, esok dan masa mendatang.

Sehingga manusia tidak akan berlebihan dalam mengkonsumsi sumber

daya alam. Keempat, halal haram berarti item-item hukum yang akan

mengendalikan perilaku manusia agar tidak merusak tatanan teratur

dalam ekosistem dan tatanan kehidupan masyarakat. 10

Islam memerintahkan kepada umat manusia untuk melestarikan dan

memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya untuk kelangsungan

kehidupan manusia. Kelangsungan kehidupan manusia akan baik ketika

keadaan alam tetap baik (lestari). Apabila alam sudah rusak, pastilah

kehidupan manusia akan rusak pula. Al-Qur‟an memerintahkan kepada

manusia untuk mengambil manfaat dari alam agar kehidupan mereka

dapat menjadi makmur dan bahagia. Pengambilan manfaat dari alam

9 Kementerian Lingkungan Hidup, Teologi Lingkungan (Etika Pengelolaan

Lingkungan Dalam Perpektif Islam), (Yogyakarta: Majelis Lingkungan Hidup PP

Muhammadiyah, 2011) Cet. II, hal. 1

10

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. xix

Page 26: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

7

(flora dan fauna) harus dilakukan dengan cara yang paling baik,

profesional dan halal.11

Islam juga megajarkan kepada kita untuk tidak bertindak secara

berlebihan dalam segala segala hal dan mengajurkan untuk berlaku

sederhana, mengambil secukupnya yang kita butuhkan. Eksploitasi alam

(flora dan fauna) semestinya juga harus dilandaskan pada prinsip ini.

sehingga putaran hidup makhluk Allah akan berjalan secara wajar,

harmonis dan teratur. Menurut ahli sejarah, Lynn White Jr. Mengatakan

bahwa apa yang dilakukan manusia terhadap lingkungan hidupnya itu

bergantung pada apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri

dalam hubungannya dengan apa yang ada disekitar mereka.12

Akal fikiran manusia telah tumbuh bagaikan anak yang menjadi

dewasa, dan kini telah mempunyai kemauan dan kehidupan sendiri.

Berhasilnya manusia dalam mengendalikan alam menimbulkan cara

penglihatan untuk melihat kedudukan manusia terlepas dari hubungan

timbal balik dengan alam. Sumber-sumber alam diolah untuk memenuhi

kebutuhan material manusia. Sebaliknya kebutuhan manusia semakin

meningkat dan terdorong oleh kemungkinan-kemungkinan baru dalam

mengolah, mengurus dan menguras sumber-sumber daya alam.

Perkembangan ini dirangsang oleh semangat kehidupan materialistis yang

mengejar kekayaan kebendaan yang semakin banyak.

Dalam perkembangan ini yang kuat menelan yang lemah dan negara

penjajah mengeksploitir negara jajahan. Pengaruh dari eksploitasi negara

penjajah terhadap negara jajahan sangat dalam bahkan masih terasa

sampai kini, terutama di bidang ekonomi dan sumber daya alam hayati

(flora dan fauna), walaupun hampir semua negara jajahan sudah merdeka

11 Syahminan Zaini, Isi Pokok Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),

Cet. III, hal. 233

12

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 7

Page 27: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

8

sehabis perang dunia kedua. Pengaruh yang paling menonjol dari hasil

eksploitasi ini adalah kemiskinan dan kemelaratan yang diderita oleh

bagian terbesar penduduk dari bekas negara jajahan. Bagi mereka yang

miskin maka alam adalah satu-satunya sumber penghidupan. Jika

kemampuan orang miskin adalah terbatas, maka alam diolah tanpa

mengindahkan kelestariannya. Tumbuh-tumbuhan dan pohon ditebang

untuk kayu bakar, tanaman dibakar untuk pupuk di perladangan dan

pemanfaatan hewan dengan tanpa etika dan begitu seterusnya.

Kemampuan orang miskin yang terbatas memaksa ia memeras dan

merusak alam untuk menghidupi dirinya. Sedangkan bagi orang kaya,

maka alam adalah obyek untuk dimanfaatkan sebesar-besar untuk

kemakmurannya. Maka akibatnya lahirlah kepincangan antara orang

miskin dengan orang kaya, baik dalam masyarakat antar negara maupun

dalam batas satu negara, dengan akibat yang serupa yaitu alam menjadi

rusak dan tidak lestari. 13

Di antara konsep Islam tentang pemanfaatan alam adalah hadd al-

kifâyah (standar kebutuhan layak) yang menjelaskan pola konsumsi

manusia yang tidak boleh melebihi standar kebutuhan yang layak.

Pengelolaan alam dan pemanfaatannya harus dilakukan secara baik

dengan memperhatikan aspek keberlanjutan kehidupan, kelestarian dan

keseimbangan ekosistem, sehingga pemanfaatan alam (flora dan fauna)

tidak dilakukan secara eksploratif dan eksploitatif secara berelebihan

Berdasarkan uraian di atas, menurut penulis perlu adanya kajian

secara mendalam mengenai konsep konservasi flora dan fauna dengan

bijaksana dan sesuai tuntunan syari‟at Islam. Maka dari itu, penulis

tertarik untuk mengangkat sebuah judul yaitu “Konsep Konservasi Flora

13Zainal Abidin, “Hadits Rasul Tentang Konservasi Alam:Analisis Empirik

Menghidupkan Kembali Bukit Prambanan Yogyakarta”, dalam Aplikasia Jurnal Aplikasi

llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 2 Desember 2005, hal. 190

Page 28: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

9

dan Fauna dalam Al-Qur‟an (Studi Analisis Tafsîr Asy-Sya’râwî Karya

Muhammad Mutawalli Asy-Sya‟rawi)”.

Penulis mengambil dari kitab Tafsîr Asy-Sya’râwî karena

kepeduliannya terhadap problematika kontemporer umat Muslim.

Sehingga di dalam tafsirnya banyak dijumpai penjelasan yang bersifat

ishlâhi (memperbaiki sesuatu yang telah rusak oleh manusia). Beliau juga

menawarkan solusi atas kerusakan tersebut.14

Ketika menafsirkan Al-

Qur‟an, asy-Sya‟rawi berpegang pada dua aspek, yaitu: Pertama,

komitmen kepada Islam yang dianggapnya sebagai metode atau landasan

memperbaiki kerusakan yang diderita umat Islam saat ini. Kedua,

modernisasi, di mana asy-Sya‟rawi menganggap atau mengikuti

perkembangan saat ini, sehingga tafsirnya bercirikan modern.15

Tafsîr Asy-Sya’râwî merupakan tafsir yang berdimensi saintifik. Asy-

Sya‟rawi termasuk ulama tafsir yang sangat memberikan perhatian

terhadap mukjizat ilmiah. Beliau menganggap sangat penting untuk

mengaitkan penafsiran dengan penemuan-penemuan modern. Asy-

Sya‟rawi juga beranggapan bahwa tafsir saintifik mengungguli sisi

mukjizat Al-Qur‟an lainnya. Maka dari itu, penulis ingin meneliti

bagaimana konsep konservasi flora dan fauna di dalam Tafsîr Asy-

Sya’râwî karya Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi.

14 A. Khusnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir Dari Masa Klasik

Sampai Masa Kontemporer,(Depok: Lingkar Studi Al-Qur‟an, 2013), hal. 224

15

Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsir asy-Sya’rawi Dalam Tafsir asy-Sya’rawi,

(Tangerang: Pustaka Media, 2019), hal. 129

Page 29: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

10

B. Identifikasi Masalah

1. Terjadinya kerusakan ekosistem, kelangkaan bahkan kepunahan flora

dan fauna yang semakin melanda saat ini.

2. Perilaku manusia yang semakin mainstream seperti, perilaku yang

konsumtif, hedonistik dan materialistik dalam pemanfaatan dan

pengelolaan flora dan fauna.

3. Memformulasikan konsep konservasi flora dan fauna dalam Al-

Qur‟an, yang dimungkinkan akan mampu merubah sikap maintream

manusia dan membangun kesadaran akan pentingnya eksistensi

manusia.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Al-Qur‟an banyak membicarakan tentang bagaimana konsep

konservasi alam, akan tetapi agar pembahasan ini spesifik dan terarah,

maka penulis perlu mengemukakan batasan masalah yaitu penulis hanya

fokus mengambil kajian tentang konservasi alam di dalam Tafsîr Asy-

Sya’râwî dan objek yang diteiti adalah konservasi terhadap flora dan

fauna.

Adapun ayat Al-Qur‟an yang diteliti mengenai anjuran melakukan

konservasi adalah QS. Al-Baqarah [2]: 205 dan ayat Al-Qur‟an tentang

konsep konservasi flora (tumbuhan), di antaranya: Anjuran untuk

bercocok tanam dalam QS. Yasîn [36]: 33-36, melakukan Ihyâ al-Mawât

(menghidupkan lahan yang terlantar) dalam QS. Al-A‟raf [7]: 58 dan

memanfaatkan tumbuh-tumbuhan dengan bijak, serta tidak

mengekploitasi tumbuhan secara berlebihan dalam QS. Al-An‟am: [6]:

141.

Konsep konservasi fauna (hewan) di antaranya: Proses domestika

hewan QS. An-Nahl [16]: 5, 6 dan 81, memenuhi hak dan etika terhadap

Page 30: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

11

hewan QS. An-Nahl [16]: 7-8, QS. Al-Jatsiyah [45]: 13 dan larangan

membunuh hewan sembarangan dalam QS. Al-Maidah [5]: 95.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana

konsep konservasi flora dan fauna di dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî karya

Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsep dan solusi konservasi flora dan fauna di

dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî karya Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi.

2. Untuk Memformulasikan dan mengimplementasikan konsep

konservasi flora dan fauna dalam Al-Qur‟an, sebagai kewajiban dan

tanggung jawab manusia dalam pemeliharaan, pemanfaatan serta

pengelolaan flora dan fauna yang sesuai di dalam Al-Qur‟an.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap wawasan dan

pengetahuan bagi seluruh masyarakat dan dunia akademik, khususnya

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta dan sebagai bahan referensi atau

masukan bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lanjutan.

Sedangkan manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah dapat

membangun kesadaran moral untuk selalu melestarikan dan

memanfaatkan flora dan fauna, sesuai tuntunan syari‟at Islam dan sesuai

dengan tujuan konservasi, serta meminimalisir terjadinya kerusakan

ekosistem dan mencegah terjadinya kelangkaan dan kepunahan spesies

flora dan fauna akibat dari pemanfaatan alam yang dilakukan secara

eksploratif dan eksploitatif secara berelebihan.

Page 31: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

12

F. Tinjauan Pustaka

Adapun beberapa karya ilmiah baik berupa buku, jurnal, skripsi dan

tesis yang mempunyai relevansi dalam penelitian ini di antaranya:

1. Skripsi: Analisis Eksploitasi Sumber Daya Alam Guna Meningkatkan

Kesejahteraan Masyarakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi

Pada Penambang Batu Di Gunung Kunyit Kelurahan Bumi Waras

Kecamatan Bumi Waras), yang disusun oleh Anggi Alvionita

Mardani, universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung,

2016. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa SDA yang dapat

diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama

penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Seiring perkembangan

waktu bukit-bukit di Kota Bandar Lampung mengalami kerusakan

yang cukup parah. Maka perlu dilakukan evaluasi terkait dengan

semakin rusaknya kawasan konservasi yang seharusnya terbebas dari

campur tangan aktivitas manusia, evaluasi penting dilakukan karena

tidak semua kebijakan seperti kawasan konservasi ini meraih hasil

yang diinginkan.16

Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan skripsi

yang penulis teliti. Persamannya adalah menjelaskan tentang analisis

konservasi alam. Perbedaannya adalah objek yang diteliti dalam

skripsi Anggi Alvionita Mardani adalah berupa penambang batu di

gunung kunyit, sedangkan skripsi yang penulis teliti ini adalah flora

dan fauna.

2. Skripsi: Studi Kritis Terhadap Undang-undang Nomor 32 Tahun

2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

16Anggi Alvionita Mardani, Analisis Eksploitasi Sumber Daya Alam Guna

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada

Penambang Batu Di Gunung Kunyit Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi Waras),

dalam skripsinya di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Tahun 2016, hal.

4

Page 32: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

13

Perspektif Fiqh al-Bi’ah, yang disusun oleh Ummi Sholihah Pertiwi

Abidin, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2018. Dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa untuk pelestarian terhadap

lingkungan, pemecahan akan masalahnya yang semakin kompleks

memerlukan perhatian yang komprehensif, dipertanggung jawabkan

oleh pemerintah dengan dukungan dari masyarakat. Indonesia

merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia yang

tentunya berpegang pada nilai-nilai keislaman. Perumusan fiqh

lingkungan bukan hanya sekedar omong kosong belaka, teori tanpa

pengamalan atau semacamnya. Fiqh lingkungan berpotensi

menjembatani ajaran-ajaran agama dengan peraturan perundang-

undangan positif atau dalam nilai-nilai fiqh lingkungan dapat diadopsi

menjadi komponen dalam peraturan perundang-undangan positif yang

berlaku.17

Adapun penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan

dengan skripsi yang penulis teliti. Persamaannya adalah membahas

tentang permasalahan pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup

dalam Al-Qur‟an. Dan perbedaannya adalah bahwa skripsi Ummi

Sholihah Pertiwi Abidin difokuskan pada persepsi fiqh al-bi’ah dalam

menanggapi permasalahan lingkungan, Sedangkan skripsi yang

penulis teliti ini fokus pada analisis Tafsîr Asy-Sya’râwî.

3. Skripsi: Ekologi Dan Konservasi Alam Dalam Perspektif Teologi

Kristiani, yang disusun oleh Riswandi Yusuf, UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2016. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

pengeksploitasian alam tanpa batas dan tanpa etika bersumber pada

kesalahan fundamental-filosofis dalam pemahaman tau cara pandang

17 Ummi Sholihah Pertiwi Abidin, Studi Kritis Terhadap Undang-undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perspektif Fiqh al-

Bi’ah, dalam skripsinya di Universitas Islam Indonesia,Yogyakarta, Tahun 2018, hal. 5

Page 33: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

14

manusia mengenal dirinya, alam dan tempat manusia dalam

keseluruhan ekosistem. Kekeliruan cara pandang ini melahirkan

perilaku manusia yang keliru terhadap alam dan keliru menempatkan

diri dalam konteks alam semesta seluruhnya. Manusia menempatkan

dirinya terhadap alam dengan cara pandang antroposentrisme18

.

Paradigma antroposentrisme terhadap alam salah satunya dianggap

berasal dari teologi Yahudi Kristiani dalam al-Kitab tentang kisah

penciptaan dunia.19

Adapun penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan

dengan skripsi yang penulis teliti. Persamaannya adalah membahas

tentang permasalahan konservasi alam. Dan perbedaannya adalah

bahwa skripsi Riswandi Yusuf menganalisis ekologi dan konservasi

alam dalam perspektif teologi Kristiani, sedangkan skripsi yang

penulis teliti ini fokus terhadap konservasi flora dan fauna dalam

analisis Tafsîr Asy-Sya’râwî.

4. Tesis: Al-Quran dan Konservasi Lingkungan (Suatu Pendekatan

Mâqasid al-Syarî’ah), yang disusun oleh Mamluatun Nafisah, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. Dalam tesis tersebut, beliau

menjelaskan bahwa lingkungan selama ini dipahami sebagai sesuatu

yang removable, sehingga pengurasan yang berlebihan terhadap alam

untuk kepentingan ekonomi dan teknologi, dianggap manusiawi.

Pandangan ini yang menjadi malapetaka terhadap peristiwa-peristiwa

alam yang hingga kini sulit untuk diatasi. Banyak ayat yang berkaitan

dengan konsep hakikat hubungan manusia dengan lingkungan

dipahami secara parsial. Untuk mengatasi krisis pemahaman ini,

18 Keyakinan bahwa manusia harus dipandang sebagai pusat dari segala aspek

realitas.

19

Riswandi Yusuf, Ekologi Dan Konservasi Alam Dalam Perspektif Teologi

Kristiani, dalam skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2016, hal. 7

Page 34: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

15

diperlukan upaya penyelesaian dari berbagai perspektif, termasuk

perspektif agama, dengan mengkaji ayat-ayat lingkungan melalui

pendekatan mâqasid al-syarî’ah.20

Adapun tesis tersebut memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaannya adalah membahas tentang konservasi lingkungan

dalam Al-Qur‟an. Dan perbedaannya adalah tesis karya Mamluatun

Nafisah meneliti dengan dengan pendekatan mâqasid al-syarî’ah.

Sedangkan dalam skripsi ini penulis mengkaji dengan penafsiran asy-

Sya‟rawi.

5. Buku yang berjudul Konservasi Alam Dalam Islam, karya Fachruddin

M. Mangunjaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005. Di dalam

buku tersebut menjelaskan bahwa Islam merupakan agama yang

banyak menyuruh manusia untuk memperhatikan alam, jika ingin

mengenal lebih dekat dengan Allah. Dukungan terhadap pelestarian

dan pemanfaatan alam berkelanjutan merupakan harapan dunia untuk

kemashlahatan kemanusiaan dan generasi mendatang. Sebab, tanpa

adanya keperdulian yang terpadu, maka skenario dan kondisi bumi

akan semakin buruk. Oleh karena itu, spirit agama sangat diperlukan

dalam membantu pemahaman dan kesadaran akan pentingnya

memelihara alam.21

Adapun buku tersebut memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaannya adalah membahas tentang konservasi alam dalam

pespektif Islam. Dan perbedaannya adalah buku karya Fachruddin M.

Mangunjaya menjelaskan tentang segala konservasi alam dalam Islam

hanya secara umum saja, tidak terjun ke dalam penafsiran Al-Qur‟an.

20 Mamluatun Nafisah, Al-Quran dan Konservasi Lingkungan (Suatu Pendekatan

Maqâsid al-Syarî’ah), dalam tesisnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2017, hal.

11

21

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 103

Page 35: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

16

6. Buku Ayat-ayat Konservasi (Menghimpun dan Menghidupakn

Khazanah Islam Dalam Konservasi Hutan Leuser), karya Onrizal,

Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, Medan, 2010. Buku tersebut

menjelaskan bahwa Islam agama yang sempurna, ajarannya

mencakup segala hal terkait kehidupan manusia dan alam semesta.

Buku tersebut hadir berdasarkan berbagai publikasi dan ditambah

dengan khazanah konservasi yang hidup atau pernah hidup dalam

masyarakat muslim yang bertempat tinggal di sekitar hutan Leuser

secara khusus, maupun berbagai khazanah serupa di tempat lain.22

Adapun buku tersebut memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaannya adalah membahas tentang konservasi alam. Dan

perbedaannya adalah objek yang dijelaskan dalam buku tersebut

adalah konservasi hutan Leuser. Sedangkan skripsi ini membahas dua

objek konservasi yaitu flora dan fauna.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk

menggambarkan suatu variabel yang berkenaan dengan masalah yang

diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel. Sedangkan

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang informasi yang

berbentuk kata atau kalimat verbal, bukan berupa simbol angka atau

bilangan. Penelitian kualitatif dapat melalui suatu proses

menggunakan teknik analisis secara mendalam.

22 Onrizal, Ayat-ayat Konservasi (Menghimpun dan Menghidupakn Khazanah Islam

Dalam Konservasi Hutan Leuser), (Medan: Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, 2010),

hal. 98

Page 36: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

17

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, peneliti

menggunakan jenis metode penelitian library research yaitu usaha

untuk menemukan, mengembangkan, serta menguji kebenaran suatu

pengetahuan menggunakan metode ilmiah dengan memanfaatkan

referensi yang ada di perpustakaan.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, di antaranya:

a. Data Primer yaitu menggunakan ayat-ayat Al-Qur‟an dalam kitab

Tafsîr Asy-Sya’râwî karya Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi.

b. Data sekunder yang bersumber dari buku-buku, jurnal, artikel dan

karya ilmiah lain yang dapat dipertanggung jawabkan dan yang

berkenaan dengan objek penelitian.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu proses atau upaya pengolahan

data menjadi sebuah informasi baru agar karakteristik data tersebut

menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna untuk solusi suatu

permasalahan. Karena obyek studi ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an,

maka pendekatan yang dipilih di dalamnya adalah pendekatan ilmu

tafsir. Dalam ilmu tafsir dikenal beberapa corak atau metode

penafsiran Al-Qur'an, seperti tahlîlî, ijmâlî, muqarin dan maudhû'i,

dari berbagai corak metode tafsir tersebut untuk memahami ayat-ayat

Al-Qur'an peneliti mempergunakan tafsir tematik (maudhû'i) yang

menurut istilah para ulama adalah dengan menghimpun seluruh ayat

Al-Qur'an yang memiliki tujuan dan tema yang sama. Peneliti

menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang berkenaan dengan konsep

konservasi dan eksploitasi alam dalam analisis Tafsîr Asy-Sya’râwî.

Page 37: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

18

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Teknis Penulisan

Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta Tahun 2017”.

Adapun sistematika penelitian ini disusun menjadi lima bab. Masing-

masing bab terdiri atas beberapa sub bab yang sesuai pembahasan yang

diteliti. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I :Pendahuluan yang berisi: Latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II :Landasan teori tentang konservasi alam terhadap flora dan

fauna: Pengertian konservasi alam, sejarah konservasi,

konsep konservasi alam dalam pendekatan Islam, konsep

konservasi alam terhadap flora dan fauna dalam kesepakatan

internasional, nasional dan lokal, konsep konservasi alam di

Indonesia, etika konservasi alam, konservasi flora dalam Al-

Qur‟an dan konservasi fauna dalam Al-Qur‟an.

BAB III :Biografi Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi (Latar belakang

sosio historis, perjalanan intelektual, guru-guru, karya-karya

Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi dan pandangan ulama

terhadap Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi). Profil kitab

Tafsîr Asy-Sya‟râwî (Indentifikasi fisiologis, identifikasi

metodologis dan identifikasi ideologis Tafsîr Asy-Sya‟râwî).

BAB IV :Kajian penafsiran Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi dalam

kitab Tafsîr Asy-Sya‟râwî tentang tentang anjuran melakukan

konservasi adalah QS. Al-Baqarah [2]: 205 dan ayat Al-

Qur‟an tentang konsep konservasi flora (tumbuhan), di

antaranya:Anjuran untuk bercocok tanam dalam QS. Yasîn

Page 38: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

19

[36]: 33-36, melakukan Ihyâ al-Mawât (menghidupkan lahan

yang terlantar) dalam QS. Al-A‟raf [7]: 58 dan memanfaatkan

tumbuh-tumbuhan dengan bijak, serta tidak mengekploitasi

tumbuhan secara berlebihan dalam QS. Al-An‟am: [6]: 141.

Konsep konservasi fauna (hewan) di antaranya:Proses

domestika hewan QS. An-Nahl [16]: 5, 6 dan 81, memenuhi

hak dan etika terhadap hewan QS. An-Nahl [16]: 7-8, QS. Al-

Jatsiyah [45]: 13 dan larangan membunuh hewan

sembarangan dalam QS. Al-Maidah [5]: 95.

BAB V :Berisi penutup yang memuat kesimpulan dari keseluruhan

penelitian dan saran yang diperlukan dalam menunjang

kesempurnaan penelitian.

Page 39: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

20

BAB II

LANDASAN TEORI KONSERVASI ALAM TERHADAP FLORA

DAN FAUNA

A. Pengertian Konservasi Alam

Secara etimologi konservasi berasal dari kata Conservation, yang

terdiri atas kata con (together) dan servare (keep or save) yang memiliki

pengertian mengenai upaya memlihara apa yang kita punya (keep or save

what you have), namun secara bijaksana. (wish use). Ide konservasi ini

dikemukakan oleh Theodore Roosevelt yang merupakan orang Amerika

pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi

alam dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai

pemanfaatan alam secara bijaksana.1

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan segi

ekologi. Adapun dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan

ssumber daya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi,

konservasi merupakan alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan

masa yang akan datang. Dalam Piagam Burra, konservasi adalah proses

pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya

terpelihara dengan baik.2

Menurut Petter Salim dan Yenny Salim, konservasi adalah

pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara

teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara

pengawetan. Menurut Meffe dan Carrol menjelaskan bahwa konservasi

adalah pengelolaan biosphere bagi keperluan manusia sehingga

menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi generasi masa kini

1 Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2005) hal. 17

2 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains,

(Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 5

Page 40: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

21

dan memantapkan potensi untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi

generasi mendatang.3

“Conservation and Natural Resources”, sebuah karya Ian Campbell

menguraikan bahwa makna konservasi adalah penggunaan sumber daya

alam dengan menggunakan nalar atau intellect utilization. Definisi

Campbell di dalam bukunya tersebut menegaskan munculnya suatu

pertimbangan etis di dalam memanfaatkan alam, sehingga dapat

menyelamatkan generasi mendatang serta dapat menghindarkan krisi-

krisis lingkungan yang berlebihan.

Menurut Alikodra, konservasi adalah pengelolaan biosfir

(biosphere) bagi keperluan manusia, sehingga menghasilkan manfaat

sebesar-besarnya bagi generasi kini dan menetapkan potensi untuk

memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang. Menurutnya,

kegiatan konservasi merupakan kegitan positif yang mencangkup

pengawetan, perlindungan dan pemanfaatan secara lestari, rehabilitasi,

dan peningkatan mutu lingkungan alam. Oleh karena itu, konservasi

berbeda dengan paham preservasionist yang menganggap alam harus

dilindungi tanpa memanfaatkan. Begitu juga berbeda dengan paham

exploiter yang menganggap alam semata-mata dilihat dari titik

komoditas atau keuntungan ekonomi. Dengan demikian konsep

konservasi berada di tengah antara preservasionist dan exploiter.4

Selanjutnya, Alikodra mengusulkan agar penyelamatan alam dari

kehancuran, harus menengok kembali pada perhitungan cermat dan

menyeluruh terhadap potensi, persebaran dan sifatnya dibandingkan

3 Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi, (Jakarta: UIN Press, 2015), hal. 20

4 Sofyan Anwar Mufid, Islam Dan Ekologi Manusia: Paradigma Baru, Komitmen

Dan Integritas Manusia Dalam Ekosistemnya, Refleksi Jawaban Atas Tantangan Pemanasan

Global (Dimensi Inteletual, Emosional Dan Spiritual), (Bandung: Nuansa, 2010), hal. 47

Page 41: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

22

dengan pertumbuhan kebutuhan manusia serta pembangunan yang terus

meningkat.

Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan yang

mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau

budidaya. Adapun kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan

dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

mencangkup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah,

serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Sedangkan kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan

fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber

daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.5

Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang meliputi

ekosistem sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh,

termasuk di dalamnya sumber daya alam hayati, sumber daya non hayati

dan sumber daya buatan. Adapun sumber daya alam hayati meliputi

meliputi semua variasi di dalam komunitas bilologi dan ekosistem serta

interaksi antar tingkatan tersebut. konservasi sumber daya alam hayati

meliputi kegiatan perlindungan, pengawetan, pemeliharaan, rehabilitasi,

introduksi,pelestarian,pemanfaatan serta pengembangan keanekaragaman

hayati.

Konservasi sumber daya non hayati meliputi semua faktor-faktor

abiotik yang disediakan oleh alam. Konservasi sumber daya non hayati

meliputi kegiatan pemanfaatan secara rasional dan bijaksana. Sumber

daya buatan adalah sumber daya buatan manusia yang mempunyai daya

dukung. Konservasi terhadap sumber daya buatan meliputi kegiatan

pemanfaatan secara lestari dan berkesinambungan sumber daya buatan.6

5 Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 37

6 Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi, (Jakarta: UIN Press, 2015), hal. 25

Page 42: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

23

Menurut Primack, konservasi sumber daya alam hayati yang meliputi

pengembangan keanekaragaman hayati didefinisikan sebagai tumbuhan,

hewan, mikroorganisme, genetika yang dikandungnya dan ekosistem

yang dibangunnya. Keanekaragaman hayati meliputi tiga tingkatan, di

antaranya:

1. Tingkat species mencangkup seluruh organisme di bumi.

Keanekaragaman species menyediakan bagi manusia sumber daya

dan alternatifnya.

2. Tingkat genetik mencangkup variasi genetik di dalam species, di

antara populasi yang terpisah secara geografik dan antara individu

dan populasi. Keanekaragaman genetik diperlukan oleh setiap

species untuk menjaga vitalitas reproduksi, ketahan terhadap

penyakit dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan.

3. Tingkat komunitas mencangkup variasi di dalam komunitas.

Keanekaragaman komunitas mewakili tanggapan species secara

kolektif pada kondisi lingkungan yang berbeda.

Kelestarian keanekaragaman hayati termasuk flora dan fauna perlu

dipertahankan sampai generasi mendatang. Hal ini suatu

keanekaragaman hayati mempunyai peran sebagai berikut:

a. Ekologi

Ekosistem dan jenis yang nampak tidak bermanfaat untuk kesehatan,

ternyata memberi kontribusi terhadap kesejahteraan manusia. Banyak

jenis satwa liar bernilai dan penting untuk pertanian. Salah satunya

seperti ekosistem merupakan breeding site (tempat berkembang biak),

dan tempat mencari makan polinator dan predator organisma hama

yang diperlukan bagi produktifitas lahan pertanian.

Page 43: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

24

b. Ekonomi

Kehidupan liar yang ada di alam merupakan sumber makanan, bahan

obat-obatan dan bahan baku industri.

c. Emosional dan rekreasi

Keanekaragaman hayati memberikan manfaat untuk pemenuhan yang

bersifata emosional dan rekreasional. Dalam hal ini, suara, bentuk,

warna dan pemandangan suatu keanekaragaman hayati dapat

memberikan inspirasi dan ketenangan jiwa.

d. Etika dan budaya

Hubungan manusia dengan alam diekspresikan dalam bentuk kultur

atau budaya. Masyarakat dalam suatu negara seringkali membuat

simbol berupa satwa atau tumbuhan dalam budayanya.

e. Ilmu pegetahuan dan intelektual

Diperkirakan sekitar 5 juta dan 10 juta jenis tumbuhan dan hewan,

sudah diberikan nama dan hanya beberapa jenis saja yang sudah

teridentifikasi. Selain itu, keanekaragaman hayati merupakan

laboratorium kehidupan untuk monitoring perubahan dan dampaknya

terhadap ekosistem dan konsekuensinya.7

Upaya konservasi alam harus dilakukan secara terpadu, baik secara

horizontal dan vertikal pada semua sektor. Selain itu, perlu adanya

kerjasama internasional dan regional. Agar tujuan konservasi dapat

tercapai, maka diperlukan strategi konservasi tingat dunia dan strategi

konservasi tingkat nasional. Strategi konservasi tingkat dunia diperlukan

karena:

1) Sumber daya alam hayati yang merupakan kebutuhan pokok bagi

kelangsungan hidup manusia cenderung rusak dan menipis,

sedangkan jumlah populasi manusia di seluruh dunia semakin

7 Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 43

Page 44: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

25

meningkat. Hal ini diperparah lagi dengan tingkat konsumsi penduduk

di negara-negara majuyang sangat tinggi dibandingkan dengan di

negara berkembang.

2) Upaya konservasi alam memerlukan waktu, sedangkan kerusakan

biospher terus berlangsung.

3) Kemampuan negara-negara di dunia dalam upaya konservasi berbeda-

beda terutama dalam hal pendanaan dan teknologi.8

Karena alasan tersebut, maka tujuan strategi konservasi tingkat

dunia adalah mengintegrasikan konservasi dan pembangunan agar

sumber daya alam yang ada di biosfer dapat menjamin kelangsungan

hidup dan kesejahteraan umat manusia saat ini dan masa mendatang.

Strategi konservasi alam tingkat dunia pertama kali disepakati pada

sidang umum PBB pada tanggal 15 Desember 1979. Dalam pertemuan

tersebut dirumuskan sasaran strategi konservasi alam sedunia, di

antaranya:

a) Pemantapan perlindungan proses ekologi dan sistem penyangga

kehidupan.

b) Pengawetan keankeragaman sumber plasma nutfah dan sumber

genetik.

c) Pemanfaatan secara lestari kekayaan jenis dan ekosistemnya.

Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, perlu dilakukan kegiatan

yang mencangkup tiga hal, yaitu: save it, syudy it, dan use it.

Keanekaragaman hayati ayang ada di muka bumi ini perlu dilindungi

dari kepunahan. Jutaan species tumbuhan dan hewan sampai saat ini

belum teridentifikasi. Kegiatan penelitian manusia untuk mengenal

berbagai jenis keanekaragaman hayati di bumi berpacu dengan

8 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains,

(Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 27

Page 45: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

26

kepunahannya. Untuk menghindari tersebut perlu segera dilakukan

perlindungan terhadap keanekaragaman hayati di habitat-habitat alami.

Untuk dapat memelihara dan memanfaatkan keanekaragaman hayati,

maka diperlukan pengetahuan yang mendalam. Oleh karenanya, setelah

dilakukan kegiatan perlindungan, perlu dilakukan studi terhadap sumber

daya alam hayati tersebut, agar manusia dapat mengelola dan

memanfaatkannya dengan benar. Setelah manusia memahami sifat suatu

sumber daya alam hayati, manusia dapat memanfaatkannya dengan

memikirkan pemanfaatan sumber daya alam hayati yang sama bagi

generasi selanjutnya. Pemanfaatan sumber daya alam hayati oleh

manusia harus terkendali dan berkesinambungan. 9

Upaya konservasi sumber daya alam dapat dilakukan manusia di

habitat aslinya (konservasi in situ) atau di luar habitat aslinya (konservasi

ex situ). Konservasi in situ dapat dilakukan dengan membuat kawasan

konservasi berupa hutan suaka alam, cagar alam, taman nasional, hutan

lindung dan sebagainya. Konservasi ex situ dapat dilakukan dengan

membuat kebun binatang, penangkaran, herbarium, musium ataupun

kebun koleksi. Dengan adanya konservasi ex situ diharapkan keberadaan

species di habitat aslinya tidak terganggu.10

Sebagai contoh, untuk dapat

melihah gajah, cukup dilakukan dengan mendatangi kebun binatang,

tidak perlu dilakukan dengan mendatangi hewan tersebut di habitat

aslinya.

Seringkali konservasi ex situ juga memberikan perlindungan bagi

hewan yang habitat aslinya terganggu. Misalnya kebakaran hutan di

Kalimantan yang terjadi pada 14 September 2017, menyebabkan bebrapa

hewan kehilangan habitatnya, termasuk hewan langka yaitu orang utan.

9 Bustanul Arifin, Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Indonesia, (Jakarta: Erlangga

2001), hal. 17

10

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 39

Page 46: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

27

Dengan adanya konservasi ex situ dapat dilakukan dengan merelokasi

orang utan tersebut ke hutan lainnya yang masih terjaga. Kegiatan

konservasi ex situ lainnya adalah konservasi plasma nutfah dalam bentuk

pengawetan yang dilakukan di musium dan herbarium. Contohnya,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah membangun

musium zoologi11

yang menyimpan jutaan pengawetan species hewan

yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Musium tersebut

merupakan bank genetik dari berbagai taksa hewan yang dapat

dipelajari.12

B. Sejarah Konservasi Alam

Adapun konservasi alam dilatar belakangi oleh kesadaran manusia

akan kerusakan bumi. Bumi sebagai satu-satunya tempat hidup manusia

telah menanggung resiko berat akibat perilaku manusia. Hal ini terutama

karena ambisi manusia untuk menguasai sumber daya alam. Selain itu,

beberapa cara pandang atau falsafah hidup manusia diidentifikasikan

sebagai penyebab kerusakan alam. Falsafah hidup tersebut meliputi:

1. Imperialisme biologis yaitu manusia selalu menganggap makhluk

hidup lain sebagai jajahannya. Akhirnya, manusia selalu ingin

menguasai makhluk hidup lain. Tidak hanya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya berupa sandang, pangan dan papan, tetapi juga

untuk memusnahkan hasrat menguasai atau menaklukkan makhluk

lain sebagai jajahannya.

2. Manusia selalu menganggap manusia lain adalah kompetitor atau

lawan. Sebagai akibatnya manusia tidak akan membiarkan dirinya

kalah atau lebih rendah dari orang lain. Eksploitasi sumber daya alam

11 Sixth Edition, General Zoology, Terj. Nawangsari Sugiri, (Jakarta: Erlangga,

1984), hal. 12

12

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 42

Page 47: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

28

yang berlebihan merupakan salah satu akibat dari persaingan manusia

dengan manusia lainnya terutama dalam hal penguasaan materi.

Dengan kata lain, manusia menjadi sangat serakah demi

memenangkan

kompetisi dengan manusia lain. Dalam upaya memenangkan

kompetisi, negara-negara berkembang terus memacu pembangunan

dengana modal sumber daya alamnya. Eksploitasi alam secara

berlebihan seperti eksploitasi flora, fauna dan ekosistemnya yang

dilakukan oleh negara-negara berkembang demi mengejar ketinggalan

dalam hal pangan, tempat tinggal dan pendidikan. Akibatnya dalam

waktu singkat sumber daya alam terkikis habis, tidak tersisa bagi

generasi yang akan datang.

3. Filsafat Ekonomi

Setiap manusia dalam melakukan kegiatan selalu ingin

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal

sekecil-kecilnya. Akibatnya, dalam eksploitasi sumber daya alam,

manusia sedapat mungkin menghindari biaya sebagai recovery atau

perbaikan atas kerusakan sumber daya alam tersebut. hal iini

memnjadi salah satu penyebab perorangan atau institusi yang sering

kali menghindar dari kewajiban membayar atau menanggung biayan

rehabilitasi sumber daya alam yang diakibatkan oleh kegiatannya.

Dalam upaya meminimalisir dampak lingkungan, pemerintah

mewajibkan semua kegiatan yang memberikan dampak terhadap

lingkungan melalui analisis dampak lingkungan (AMDAL).13

Keinginan manusia untuk mendapatkan keuntungan besar dengan

biaya yang kecil sering dilakukan, seperti pengusaha hutan. Dalam

aturannya, tanaman hutan yang ditebang adalah tanaman yang

13 Mursid Raharjo, Memahami Amdal, (Yogyakarata: Graha Ilmu, 2012), hal. 41

Page 48: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

29

memiliki diameter batang pokok minimum satu meter. Selain tebang

pilih, dalam penebangan tanaman hutan, diwajibkan menanam kembali

hutan yang telah ditebang (reboisasi). Karena ingin mendapatkan

keuntungan yang besar, pengusaha hutan sering kali menyalahi aturan

tersebut. tanaman yang belum memenuhi syarat untuk ditebang, ikut

ditebang. Lebih dari itu, dengan berbagai alasan, biaya reboisasi yang

menjadi kewajibannya sering kali tidak dibayarkan.

4. Filsafat Religi

Manusia menganggap bahwa dirinya adalah khlaifah di muka

bumi yang diberi kewenangan menguasai alam. Namun, pemahaman

yang salah menyebabkan manusia menguasai sumber daya alam

dengan sekehendak hatinya sendiri, tanpa bertanggung jawab

memelihara dan menjaga kelestariannya. Allah berfirman:

“Wahai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah

(penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di

antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan

mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari

perhitungan” (QS. Shaad [83]: 26).

Di dalam ayat di atas dijelaskan bahwa manusia diciptakan di muka

bumi ini sebagai khalifah yang diberi kewenangan memutuskan

perkara. Oleh sebagian manusia, kewenangan tersebut disalah artikan

dengan kesewenang-wenangan. Dengan dalih bahwa manusia

Page 49: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

30

diciptakan sebagai khalifah, manusia boleh berbuat apa saja terhadap

alam tanpa memikirkan akibatnya.

Contoh lain dari filsafat religi adalah keyakinan manusia memiliki

rizki di muka bumi ini, dengan demikian tidak perlu khawatir memiliki

banyak anak atau biasa dikenal banyak anak banyak rezeki. Sebagai

akibat dari keyakinan ini, manusia tidak membatasi jumlah

keturunannya, padahal jumlah manusia di muka bumi ini sudah hampir

melebihi batas daya dukung lingkungan.14

5. Mentalitas Frontier

Pada dasarnya manusia memiliki jiwa frontoer atau bertualang.

Hal ini menyebabkan manusia ingin menginjakkan kaki ke habitat

baru. Akibatnya manusia senang melakukan eksploitasi ke berbagai

penjuru bumi, terutama dengan tujuan untuk mendapatkan sumber

kehidupan. Seringkali hiruk pikuk kehidupan kota mengundang

kedatangan masyarakat desa hanya karena keinginan hidup dalam

suasana baru yaitu suasana kota yang jauh berbeda dengan suasana

desa.

Mentalitas frontier menggerakan hati masyarakat desa, terutama

para pemudanya untuk mengadu nasib di desa. Akibatnya terjadi

urbanisasi yang besar. Hal ini menyebabkan daya dukung kota yang

sudah berkurang disebabkan polusi semakin terbebani oleh jumlah

penduduk yang semakin padat.15

Kelima falsafah hidup tersebut melekat dalam diri manusia dan

membentuk perilaku manusia yang menyebabkan kerusakan alam.

Kerusakan alam telah disadari oleh umat manusia terutama sangat nyata

setelah berlalunya perang dunia kedua pada tahun 1959. Pada saat itu

14 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains, hal.

107

15

Mursid Raharjo, Memahami Amdal, hal. 43

Page 50: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

31

manusia sadar bahwa perang menyababkan kehancuran bagi kedua pihak.

Manusi di berbagai belahan bumi bertekad untuk tidak lagi berperang.

Manusia mulai berfikir untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia

melalui revolusi hijau dan revolusi industri.

Manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya

berlomba-lomba melakukan pembangunan dalam segala bidang. Akibat

dari kegiatan pembangunan tersebut adalah dihasilkannya bahan-bahan

yang semula tidak ada di alam. Masuknya energi atau komponen lain ke

dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga

kualitas turun sampai sampai ke tingkat tertentu, sehingga fungsinya

berkurang atau tidak dapat berfungsi lagi yang disebut dengan

pencemaran.16

Zat-zat pencemaran lingkungan tersebut dapat berupa bahan

pencemar kuantitatif17

dan bahan pencemar kualitatif18

. Salah satu akibat

pencemaran gas karbon adalah efek rumah kaca. Gas-gas pencemar

seperti karbon dioksida, karbon monoksida dan gas metan yang

berlimpah jumlahnya akan membentuk selubung di atas atmosfer bumi.

Selubung gas tersebut dapat menyebabkan panas matahari masuk ke

bumi, tetapi tidak dapat terpancar kembali keluar atmosfer, akibatnya

suhu bumi semakin memanas.

Memanasnya suhu bumi (global warning) menyebabkan banyak

dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Salah satunya

adalah kepunahan jenis. Kepunahan adalah dampak dari ketidakmampuan

species dalam proses adaptasinya. Proses adaptif ini termasuk adaptif

16 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains, hal.

109

17

Bahan pencemar kuantitatif adalah bahan pencemar yang sebelumnya sudah ada

di alam, tetapi karena kegiatan manusia, jumlahnya menjadi semakin meningkat. Contoh

CO2, CO dan lain-lain.

18

Bahan pencemar kualitatif adalah bahan pencemar yang sebelumnya tidak ada di

alam, tetapi karena kegiatan manusia , bahan tersebut menjadi ada.

Page 51: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

32

terhadap perubahan lingkungan, yang menyebabkan penurunan kualitas

lingkungan. Species yang tidak mampu adaptif terhadap lingkungannya,

akan mengalami penurunan kualitas dalam berbagai hal, misalnya tidak

mampu untuk tumuh secara maksimal, mudah untuk dimangsa predator

dan kemampuan bereproduksinya menjadi rendah bahkan tidak mampu

untuk bereproduksi.

Menurut Cox, organisme hidup ada yang memiliki toleransi tinggi

terhadap salah satu faktor lingkungan, sementara sebagian lainnya

memilki toleransi yang sempit. Species makhluk hidup yang memiliki

toleransi sempit terhadap suhu lingkungan akan sulit beradaptasi terhadap

suhu bumi yang memanas. Suhu permukaan bumi telah meningkat rata-

rata 0.74ºC ± ºC (1.33 ±0.32 ºF) selama 100 terakhir dan diduga suhu

permukaan bumi akan meningkat 1.1 ºC hingga 6.4 ºC (2.0 hingga 11.5 ºF)

antara tahun 1990 2100. Meningkatnya suhu di bumi ini menyebabkan biji sulit

berkecambah, telur gagal menetas dan embrio hewan mati. Kematian organisme

muda tersebut mengakibatkan gagalnya regenerasi, yang pada akhirnya dapat

menyebabkan kepunahan species.

Kepunahan species ini tidak hanya terjadi di daratan, tetapi juga di

perairan. Berdasarkan penelitian IUCN19

menyatakan laju kepunahan

species sepanjang 150 tahun belakangan ini sangat memperihatinkan.

Species mengalami evolusi dan punah secara alami sejak ratusan juta

tahun yang lalu, akan tetapi laju kepunahan belakangan ini jauh lebih

tinggi dari laju kepunahan rata-rata. Akibat dari memanasnya suhu bumi,

laju kepunahan saat ini 10 bahkan 100 kali lipat laju kepunahan alami.

Bila tingkat laju kepunahan berlanjut atau akan terus meningkat, maka

19 IUCN (International Union For The Conservation of Nature and Natural

Resources) adalah lembaga internasional untuk konservasi alam yang membantu dunia

dalam mencari solusi pragmatis untuk lingkungan dan tantangan pembangunan yang paling

mendesak.

Page 52: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

33

jumlah species yang yang menjadi punah dalam dekade berikut bisa

bejumlah jutaan.

Sebenarnya gas CO2 dapat terdaur melalui proses fotosintesis

tanaman. Bahkan CO2 di udara sangat dibutuhkan tanaman dalam proses

fotosintesisnya. Namun demikian, banyaknya penggunaan kayu dari

tanaman sebagai bahan baku membuat jumlah tanaman semakin

berkurang. Apalagi, hutan sebagai salah satu tempat tanaman tumbuh

semakin sempit akibat beralih fungsi menjadi lahan pembangunan, dan

lain-lain. Padahal fungsi hutan sangat penting sebagai paru-paru dunia

dan dapat digunakan untuk mendaur ulang karbondioksida yang terlepas

di atmosfer bumi.20

Keprihatinan manusia terhadap fakta adanya kerusakan lingkungan

menyebabkan munculnya gerakan konservasi. Gerakan konservasi di

mulai di Amerika dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara di dunia.

Hingga saat ini gerakan konservasi menjadi gerakan global yang

menyeuruh ke berbagai belahan dunia. Adapun tahapan gerakan

konservasi di dunia dapat dibagi menjadi tiga gelombang, yaitu:

1) Gelombang I (Tahun 1901-1909)

Di bawah kepemimpinan Theodore Roosevelt, ditandai dengan

kegiatan inventarisasi sumber daya alam dan prencanaan perundang-

undangan pengelolaan sumber daya alam. Selain itu terdapat adanya

kebijakan menarik 200 juta area tanah milik swasta dan umum, serta

merubahnya sebagai lahan cadangan.

2) Gelombang II (Tahun 1933-1941)

Di bawah kepemimpinan Franklin D. Roosevelt, ditandai dengan

adanya program Public Works Administration, sebagai program

20 Kementerian Lingkungan Hidup, Teologi Lingkungan (Etika Pengelolaan

Lingkungan Dalam Perpektif Islam), (Yogyakarta: Majelis Lingkungan Hidup PP

Muhammadiyah, 2011) Cet. II, hal. 30

Page 53: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

34

pengembangan sumber daya alam. Selain itu, kegiatan lainnya adalah

Prairie State Forestry Project yaitu penanaman pohon pelindung

(Shelterbelt) sepanjang garis bujur 100 untuk mengurangi efek angin

dari wilayah pertanian.

3) Gelombang III (Tahun 1962-Sekarang)

Dipimpin oleh John F. Kennedy yang merancangkan pengawetan

wilayah hutan rimba, pengembangan sumber daya kelautan dan

pengawetan sumber daya alam air tawar. Lalu pada tahun 1970

dilanjutkan oleh Jimmy Carter yang membentuk EPA (Environmental

Protecd Area).

Setelah John F. Kennedy melaksanakan gerakan konservasi, berbagai

negara di dunia mulai bergerak melakukan aksi yang sama. Pertemuan

internsional pertama untuk egrakan konservasi pertama kali dilakukan

pada tanggal 5-16 Juni 1972 di Stockholm, di hadiri oleh 113 negara, 21

organisasi di bawah PBB dan 258 NGO (Non Goverment Organization).

Pertemuan ini menghasilkan deklarasi deklarasi Stockholm. 20 tahun

setelahnya, suatu konfrensi yang diselenggarakan di Rio de Janeiro pada

tanggal 3-14 Juni 1992, yang dihadiri oleh 100 kepala negara di dunia.

KTT Rio21

membahas kembali persoalan-persoalan lingkungan yang

pernah dibicarakan di Stockholm. KTT ini merekomendasikan prosedur

secara hukum dan adminstrasi di tingkat nasional, prosedur hukum dan

administrasi untuk kompensasi pemulihan lingkungan dan adanya akses

bagi individu, kelompk atau organisasi ke dalam kegiatan konservasi.

Rumusan tersebut terkenal dengan agenda 21.

21 KTT Rio merupakan salah satu konferensi utama PBB (Perserikatan Bangsa-

bangsa) yang diadakan di Rio de Janeiro, Brazil.

Page 54: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

35

C. Konsep Konservasi Alam Dalam Pendekatan Islam

Ketika manusia didominasi oleh alam, maka manusia lebih takut

kepada alam. Sebagaimana halnya manusia yang takut akan sesuatu, maka

ia tidak akan diganggu. Saat itu alam tidak akan dirusak, akibatnya hutan

tetap lebat, hewan tetap bebas berkeliaran, tumbuhan, pepohonan tetap

tumbuh dengan asri, karena kehadiran manusia tidak pernah mengusik

mereka. Permasalahan yang timbul pada manusia saat itu, baik atau buruk

selalu dikembalikan kepada alam. Berbagai jenis penyakit pada manusia,

penyebabnya akan mengkambing hitamkan alam. Alamlah yang

menyebabkan manusia sejahtera, sakit bahkan meninggal. Demikian juga

dengan keberhasilan panen, sebagai ungkapan rasa syukur bentuknya akan

dikembalikan kepada alam sebagai sesaji atau persembahan dan

sejenisnya.

Kemudian keadaan semakin berubah, alam tidak lagi mendominasi

manusia bahkan lambat laun, alam mulai kehilangan pamornya. Alam

tidak lagi powerful, ia hanya bagian dari manusia. Keyakinan ini yang

kemudian manusia mulai berani mempermainkan alam (memanfaatkan

alam). Tidak hanya sekedar memanfaatkan, dalam kodisi yang lebih parah,

untuk memenuhi keinginan manusia yang tidak akan pernah terbatas

tersebut, manusia menguras seluruh milik alam.22

Beberapa ahli menyatakan bahwa permasalahan lingkungan baru

muncul pada sekitar abad ke-17. Peremasalahan tersebut muncul

dikarenakan adanya kegiatan industri yang mengeksploitasi sumber daya

alam secara berlebihan. Eksploitasi tidak terkendali ini kemudian

meimbulkan berbagai dampak lingkungan terutama terhadap manusia

yang berupa penyait bahkan kematian. Akibat dari peristiwa tersebut,

22 Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi, hal. 43

Page 55: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

36

maka anjuran konservasi terhadap lingkungan dan sumber daya alam

harus dilaksanakan sebagai arus utama kegiatan pembangunan.23

Islam telah memunculkan perintah konservasi sejak turunnya Nabi

Adam as. hingga diikuti oleh para nabi kemudian sampai kepada Nabi

Muhammad saw. Ada atau tidak permasalahan lingkungan, menurut Islam

kegiatan konservasi merupakan usaha yang harus dilakukan secara

sungguh-sungguh, terus-menerus, tanpa henti.

Salah satu bentuk konservasi dalam Islam adalah sebagaiamana t

dalam firman Allah:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh

binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara

kamu membunuhnya dengan sengaja, Maka dendanya ialah

mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang

dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu

sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya)

membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau

berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya

dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah

memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali

mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha

Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa” (QS. Al-

Maidah [5]: 95).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Al-Qur‟an telah memberikan

peringatkan yang tegas, melatih manusia untuk tidak merusak alam

23 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains, hal.21

Page 56: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

37

melalui ibadah haji untuk kemudian menerapkannya dalam kehidupan di

tempat asal para jama‟ah agar sepulang ibadah haji mereka menjadi haji

yang mabrur. Salah satunya adalah berperilaku saling menjaga

keberadaan dan keseimbangan alam. Alangkah indah dan nikmatnya jika

kondisi alam ini senantiasa seimbang dan terjaga. Segala kegiatan

pembangunan hukumnya wajib, baik untuk mematuhi aturan agama

maupun peraturan pemerintah untuk melindungi dan menjaga

keseimbangan alam ini, salah satunya adalah melindungi jejaring

makanan.24

Bentuk konservasi lainnya adalah Menanam Pohon. Penanaman

pohon di suatu kawasan atau lahan, akan memberi manfaat lebih besar

tehadap alam, seperti menyediakan makanan bagi manusia dan hewan,

membersihkan dan menyejukkan udara, menjaga siklus oksigen dan

keberadaan air tanah serta menaungi berbagai bentuk kehidupan lain

(organisme).25

Firman Allah dalam Al-Qur‟an:

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.

Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari

langit). Kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. Lalu

Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu. Anggur dan sayur-sayuran,

kebun-kebun (yang) lebat dan buah-buahan serta rumput-rumputan

24 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains, hal. 27

25

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur‟an Tematik

(Tumbuhan), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009), hal. 8

Page 57: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

38

untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”

(QS.‟Abasa [80]: 24-32).

Dari ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa manusia dapat mengambil

manfatat dari tumbuh-tumbuhan tersebut untuk membantu memenuhi

kebutuhan hidup manusia. Dalam kaitannya dengan penanaman pohon,

Rasulullah saw. bersabda:

قال: قال رسول الله صلهى الله عليه وسلهم: ما من مالك رضي الله عنه عن أنس بن ر أو إنسان أو بيمة، إله كان له ب ه مسلم ي غرس غرسا، أو ي زرع زرعا، ف يأكل منه طي

26صدقة “Dari Anas ibn Malik ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw.

bersabda: Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula

menanam tanaman, kemudian pohon atau tanaman tersebut dimakan

oleh burung, manusia atau binatang, melainkan menjadi sedekah

baginya” (HR. Imam Bukhari).

Dari hadis di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam yang

menganjurkan untuk menanam pohon dan segala apa yang dapat diambil

manfaat darinya akan mendapatkan pahala. Dengan demikian, Al-Qur‟an

dan hadis yang telah dikemukakan di atas, membimbing umat Islam

untuk melestarikan alam melalui penanaman pohon atau tanaman lain

yang bermanfaat.

Bentuk konservasi lainnya dalam Islam adalah melindungi kawasan

khusus. Kawasan khusus yang dimaksud adalah kawasan yang memiliki

peran untuk menjaga keseimbangan alam baik ekologi, ekonomi maupun

sosial. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan aturan baik dari pemerintah

maupun kesepakatan bersama dalam masyarakat. Beberapa hadis

Rasulullah saw. yang berhubungan dengan pentingnya perlindungan

terhadap kawasan khusus komunitas adalah:

26 Abu Abdillah Muhammad bin Isma‟il Al-Bukhâri, Shahîh al-Bukhâri, (Beirut:

Dar Thurûq an-Najah, 1422), hal. 103

Page 58: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

39

أب هري رة أنه رسول الله صلهى الله عليه وسلهم قال: ات هقوا اللهعهان ي قالوا: وما عن 27أو ف ظلهم اللهعهانان يا رسول الله؟ قال: الهذي ي تخلهى ف طريق النهاس

“Dari Abu Hurairah bahwa sesungguhnya Rasulullah saw.

bersabda: “Jauhilah dua perkara yang mengundang laknat”,

mereka (para sahabat) bertanya:” Apakah dua perkara yang

mengundang laknat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda:

“Orang yang buang hajat di jalanan manusia atau di tempat

berteduhnya mereka” (HR. Muslim).

Hadis di atas ditujukan untuk manusia yang menggunakan jalan atau

menggunakan tempat-tempat tertentu untuk berteduh. Bisa jadi pekerjaan

tersebut baik dari sisi ekologi, namun secara sosial hal tersebut buruk dan

dilarang agama. Perbuatan tersebut secara jelas akan merampas hak-hak

orang lain dan merusak hubungan sosial serta keindahan alam.28

Mangunjaya mengemukakan hasil berbagai temuannya tentang

metode-metode konservasi alam dalam Islam di antaranya adalah konsep

Hima‟. Hima‟ adalah konsep perlindungan Islam terhadap suatu kawasan

khusus yang ditetapkan oleh pemerintah (imam negara atau khalifah) atas

dasar syari‟at guna melestarikan kehidupan liar serta hutan. Nabi saw.

pernah mencagarkan kawasan sekitar Madinah sebagai himâ‟ guna

melindungi lembah, padang rumput dan tumbuhan yang ada di dalamnya.

Nabi saw melarang masyarakat mengolah tanah tersebut untuk

kepentingan umum melalui pelestarian. Nabi saw pernah mendaki

gunung al-Naql di sekitar Madinah dan bersabda: “Ini adalah yang aku

lindungi (sambil menunjuk ke lembah yang dimaksud)”. Lahan yang

Nabi saw. lindungi luasnya sekitar 1.049 ha. Di kawasan ini Rasulullah

saw. memberikan lahan untuk tempat menyimpan kuda kaum Muhajirin

dan Anshar. 29

27 Abu al-Hasân bin al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisaburî, Shahîh Muslim, (Beirut: Dar

Ihyâ al-Turâts al-„Arabî), hal. 226

28

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 67

29

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 69

Page 59: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

40

Guna melaksanakan sunnah Rasulullah saw, beberapa sahabat

melakukan hal yang sama. Khalifah Abu Bakar ra melindungi al-

Rabadzah untuk melindungi hewan-hewan yang diperoleh dari zakat

untuk kepentingan umatnya. Khalifah Umar ibn Khattab ra membuat

perlindungan atas al-Rabadzah tersebut sebagai himâ‟. Khalifah Utsman

ibn Affan juga memperluas himâ‟ pada kawasan yang dibangun oleh

khalifah Abu Bakar ra tersebut hingga tercatat ada 1000 ekor hewan lebih

setiap tahunnya. Sejumlah hima‟ tersebut ditumbuhi rumpt sejak awal

Islam hingga diakui oleh organisasi pangan dan pertanian dunia (WHO)

sebagai contoh kawasan paling lama bertahan dalam pengelolaan padang

rumput secara bijaksana di dunia.30

Perlindungan kawasan khusus dalam Islam dilakukan untuk

memenuhi kemashlahatan umum, tidak diganggu dan tidak dikuasai oleh

perorangan. Menurut Ziauddin Sardar menyatakan bahwa di kawasan

semenanjung Arabia terdapat enam tipe hima‟ yang tetap dilestarikan

sampai saat ini, yaitu:

a. Kawasan lindung di mana atktifitas mengembala dilarang.

b. Kawasan lindung dimana pohon dan hutan serta penebangan kayu

dilarang atau dibatasi.

c. Kawasan lindung dimana aktifitas penggembalaan ternak di batasi

untuk musim-musim tertentu.

d. Kawasan lindung terbatas untuk species tertentu dan jumlah hewan

ternak yang dibatasi

e. Kawasan lindung untuk memelihara lebah, di mana penggembalaan

tidak diperkenankan pada musim berbunga.

30 Onrizal, Ayat-ayat Konservasi (Menghimpun dan Menghidupakn Khazanah Islam

Dalam Konservasi Hutan Leuser), (Medan: Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, 2010),

hal. 45

Page 60: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

41

f. Kawasan lindung yang dikelola untuk kemashlahatan desa atau suku

tertentu.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, makna secara teknis konservasi

dalam Islam mengambil sikap memelihara dan menyediakan sumber daya

khusus yang menjamin individu, komunitas, ekosisitem dan biosfer dapat

berjalan secara harmonis. Menjaga dan menyediakan merupakan dua kata

aktif yang memiliki indikasi berkembang. Menjaga dan menyediakan

enam ranah kegiatan konservasi secara Islami tersebut jika digambarkan

dalam Gambar di atas menjelaskan tentang konsep bintang bulan

konservasi yang memperlihatkan saling hubungan antara satu unsur

dengan unsur tang lain. Keberhasilan konservasi pada suatu kawasan

akan dianggap berhasil jika telah memenuhi enam unsur kegiatan

konservasi tersebut.

Berdasarkan ketentuan undang-undang No 41 tahun 1999 tentang

kehutanan dengan ciri khas tertentu, hutan konservasi adalah kawasan

hutan yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman flora

dan fauna serta ekosistemnya yang terdiri atas:

1. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,

yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman flora dan fauna serta ekosistemnya dan juga

berfungsi sebagai wilayah sisitem penyannga kehidupan.

2. Kawasan hutan peelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas

tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sisitem

penyangga kehidupan , pengawetan keanekaragaman jenis flora dan

fauna, serta pemanfaatan secara lesari sumber daya alam hayati dan

ekosisitemnya.

Page 61: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

42

3. Taman baru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat

wisata berburu.31

D. Kesepakatan Internasional, Nasional Dan Lokal Tentang Konservasi

Flora Dan Fauna

Perlindungan terhadap keanekaragaman flora dan fauna memerlukan

campur tangan pada semua tingkatan, baik ditingkat nasional, regional

maupun internasional. Meskipun mekanisme pengawasan secara umum

yang ada di dunia masih berdasarkan pada negara masing-masing.

Kesepakatan pada tingkat internasioanl masih diperlukan untuk

melindungi spesies dan habitat tertentu dari ancaman kerusakan yang

semakin mengalami kenaikan. Kerjasama internasional sangat mutlak

diperlukan untuk menyelesaikan beberapa hal yang sangat krusial dalam

penyelamatan flora dan fauna tertentu. Tujuan dari diadakannya kesepakat

internasional ini adalah:

1. Untuk memberikan kewajiban pada setiap negara bahwa setiap negara

tetap harus menjaga spesies maupun habitat tertentu meskipun tidak

memiliki andil yang besar dalam pelestarian spesies tersebut dan

kewajiban ini dilindungi oleh hukum internasioanl. Usaha konservasi

harus melindungi spesies pada semua titik dan ruang lingkupnya.

Usaha suatu negara tidak akan efektif dalam menjaga suatu habitat atau

spesies, apabila habitat kritisnya dirusak oleh negara lain, yang

kebetulan merupakan daerah untuk melakukan imigrasi spesies

tertentu. Contoh, usaha untuk melindungi spesies burung yang

berimigrasi di Eropa Utara ke Afrika tidak akan berhasil jika habitat

yang ada di Afrika mengalami kerusakan. Jenis burung tersebut akan

mengalami masalah jika mereka berimigrasi, mungkin akan mengalami

31 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains, hal. 77

Page 62: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

43

kelelahan, membutuhkan banyak makanan dan minuman, dan lain-

lainnya yang berakibat pada gagalnya proses migrasi dan punahnya

spesies tersebut.32

2. Adanya perdagangan Internasional pada beberapa produk biologi.

Permintaan yang banyak untuk beberapa produk pada negara-negra

kaya, dapat berakibat pada eksploitasi alam yang berelebihan pada

spesies tertentu oleh negara-negara miskin untuk melayani permintaan

tersebut. untuk mencegah eksploitasi yang berelebihan, dibutuhkan

regulasi untuk mengontrol perdagangan tersebut, baik pada sisi eksport

maupun import.

3. Manfaat dari kenekaragaman flora dan fauna merupakan kebutuhan

internasional. Contoh dalam spesies atau varietas tertentu dari

keanekaragaman hayati ini yang digunakan dalam bidang pertanian dan

obat-obatan. Jika sebuah habitat pada spesies tertentu mengalami

masalah, maka penelitian terhadap obat-obatan yang berasal dari

spesies tersebut juga akan mengalami kendala, dan tentu akan

merugikan banyak pihak. Ekosistem yang baik akan membantu untuk

memprediksi cuaca, mencegah terjadinya banjir, juga dapat digunakan

sebagai taman nasional, sebagai biosfer yang memiliki nilai lebih untuk

kegiatan wisata. Negara-negara maju yang memiliki suhu yang sangat

tinggi akan memperoleh keuntungan dari keanekaragaman hayati

tropis, sehingga mereka seharusnya membantu negara-negara miskin di

dunia untuk menjaga lingkungan tersebut.33

Berdasarkan penjelasan di atas, ternyata banyak faktor yang

mempengaruhi ekosistem di dunia yang membutuhkan kerjasama

32 Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 75

33

Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 81

Page 63: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

44

internasional, di antaranya adalah overfishing (penangkapan ikan secara

besar-besaran), polusi udara dan hujan asam yang melanda dunia, polusi

danau, sungai dan laut, serta permasalahan yang menjadi pembicaraan

secara global adalah perubahan iklim global dan penipisan ozon yang

mengakibatkan pemanasan global.

Adapun bentuk konservasi alam dalam kerjasama internasional di

antaranya adalah:

a. Kerjasama internasional untuk melindungi spesies

Salah satu kerjasama yang paling penting untuk melindungi spesies

adalah The Convention International Trade in Endangered Species

(CITES), yang berdiri pada tahun 1973 yang berasosiasi dengan United

National Environmental Program (UNEP). CITES terletak di Jenewa

Swiss dengan delapan staf. Lembaga ini didukung oleh 118 negara.

CITES melakukan pengawasan terhadap spesies yang diperdagangkan

pada tingkat internasional. Negara yang telah menjadi anggota telah

menyetujui untuk melarang perdagangan dan eksploitasi pada spesies

tersebut. lembaga CITES mengumpulkan 406 hewan dan 148

tumbuhan yang dapat diperdagangkan dan juga mengumpulkan 2.500

jenis hewan dan 2.500 jenis tumbuhan yang perdagangannya diatur dan

diawasi.

Adapun beberapa jenis tumbuhan yang diatur dan diawasi di

antaranya adalah anggrek, paku-pakuan, kaktus, tumbuhan pemakan

serangga, pohon pakis-pakisan, kemudian ditingkatkan ke jenis

tumbuhan yang berkayu. Untuk jenis binatang, beberapa yang diatur

dan diawasi adalah parrot, jenis kucing besar, burung liar, ikan paus,

badak, beruang, primata, ikan hias, beberapa jenis yang digunakan

Page 64: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

45

untuk dipelihara dan spesies yang digunakan sebagai produk

komersial.34

Perjanijan internasional seperti CITES baru dapat diterapkan ketiga

sebuah negara telah mendaftar pada perjanjian tersebut dan telah

meratifikasi perjajian pada CITES. Di samping CITES ada beberapa

perjanjian internasional yang lain dengan tujuan untuk melindungi

spesies, di antaranya adalah:

1) The Convention on Conservation of Antartctic Marine Living

Resources merupakan sebuah konvensi yang digunakan untuk

melakukan konservasi di laut antartika.

2) The International Convention for The Regulation of Whaling, yang

didirikan oleh The International Whaling Commision.

3) The International Convention for The Protection of Bird and The

Benelux Convention on The Hunting and Protection merupakan

kerjasama internasional untuk melindungi burung tertentu dan

pemburuan liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak

bertanggung jawab.

4) The Convention on Fishing and Conservation of Living Resources in

The Baltic Sea and The Belts, konvensi ini ditunjukkan untuk

melindungi kekayaan alam yang berarda di sekitar laut Baltik dan

eksploitasi ikan yang berlebihan, termasuk di dalamnya adalah

teknologi yang diizinkan untuk digunakan dalam penangakapan

ikan.

5) Bermacam-macam perjanijian yang melindungi spesies binatang

yang lebih spesifik, seperti udang, lobster, kepiting, anjing laut, dan

lain-lain.35

34 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Wali Press,

2014), hal. 57

35

Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, hal. 60

Page 65: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

46

b. Kerjasama internasional untuk melindungi habitat

Konvensi habitat merupakan pelengkap dari konvensi spesies

dengan melakukan penekanan pada ekosistem yang memiliki keunikan

tertentu saja yang akan dilindungi. Dengan habitat ini, maka banyak

spesies individual yang dapat dilindungi. Tiga perjanjian yang paling

penting adalah The Ramsar Convention on Wetlands of International

Important Especially as Waterfowl Habitat, The Conventional

Concerning of Protecting of World Culture Heritage dan The UNESCO

Biosphere Reserves Programme.

The Ramsar Convention on Wetlands didirikan pada tahun 1971

untuk menghentikan perusakan yang terjadi pada lahan basah, serta

untuk mengenali ekologi, sisi keilmuan, ekonomi, cultural, dan nilai

dari lahan basah tersebut. dalam perjanjian tersebut ada 61 negara yang

telah bergabung dan setuju untuk ikut melakukan konservasi dan

melindungi lahan basahnya. Negara yang menjadi anggota tersebut juga

telah merancang untuk melakukan konservasi habitat, salah satunya

adalah lahan basah yang sangat berguna untuk kepentingan

internasional.

The Conventional Concerning of Protecting of World Culture

Heritage merupakan konvensi yang diadopsi oleh UNESCO pada tahun

1972. Jumlah negara yang telah menandatangani konvensi ini hingga

tanggal 31 Maret 2005 lebih dari 180 negara, hal ini yang menjadi

hukum internasional yang paling universal untuk perlindungan warisan

budaya dan alam. The UNESCO Biosphere Reserves Programme

merupakan salah satu program UNESCO yang dirancang untuk

menjawab salah satu pertanyaan terpenting yang dihadapi dunia saat

ini, seperti: Bagaimana kita dapat menyelaraskan konservasi

Page 66: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

47

keanekaragaman hayati, pencaharian bagi perkembangan ekonomi dan

sosial, serta melestarikan nilai-nilai budaya yang terkait.36

Cagar biospher adalah kawasan ekosistem darat dan pesisir laut

yang diakui keberadannya di tingkat internasional sebagai bagian dari

program UNESCO: Man and The Biosphere Programme (program

manusia dan biosfer). Pada bulan MARET 1995, UNESCO telah

menyelenggarakan suatu konferensi internasional di Seville, Spanyol

yang dihadiri oleh para ahli. Strategi yang dihasilkan dari konferensi

tersebut dikenal sebagai “strategi seville” yang berisi rekomendasi bagi

pengembangan cagar biosfer pada abad ke 21. Pada konferensi seville

juga dirumuskan suatu kerangka hukum yang menetapkan persyaratan

pelaksanaan jaringan Cagar Biosfer Dunia.

Kedua dokumen tersebut telah diadopsi menjadi 28 C/Reso/‹‹si 2.4

oleh General Converence UNESCO pada bulan November 1995.

Adapun salah satu topik utama yang dikemukakan di dalam dokumen

tersebut adalah peran baru cagar biosfer untuk menjawab beberapa

tantangan dari agenda 21 yang dihasilkan dalam konferensi

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengenai pembangunan dan

lingkungan. Pada saat yang bersamaan, mereka menggarisbawahi

pentingnya cagar biosfer sebagai sarana untuk melaksanakan konvensi

keanekaragaman hayati, termasuk pada flora dan fauna.37

E. Konsep Konservasi Alam Di Indonesia

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian

terpenting dari sumber daya alam yang terdiri dari flora, fauna ataupun

berupa fenomena alam yang mempunyai fungsi dan manfaat sebagai

36 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, hal. 69

37

Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, hal. 76

Page 67: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

48

unsur pembentuk lingkungan hidup, yang kehadirannya tidak dapat

diganti. Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan mempunyai

kedudukan dan peranan penting bagi kehidupan manusia, maka upaya

konservasi flora dan fauna, serta ekosistemnya adalah menjadi kewajiban

mutlak bagi setiap generasi. Tindakan yang tidak bertanggung jawab

yang dapat menimbulkan kerusakan pada kawasan suaka alam, kawasan

pelestarian alam, ataupun tindakan yang melanggar ketentuan tentang

perlindungan tumbuhan dan satwa yang dilindungi, maka akan diancam

dengan pidana yang berat berupa pidana badan dan denda. Pidana yang

berat tersebut dipandang perlu, karena kerusakan atau kepunahan flora

dan fauna, serta ekosistemnya akan mengakibatkan kerugian besar bagi

masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi, sedangkan

pemulihannya kepada keadaan semula tidak akan mungkin lagi.38

Oleh karenanya sifatnya yang luas dan menyangkut kepentingan

masyarakat secara keseluruhan, maka upaya konservasi flora dan fauna,

serta ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban

pemerintah serta masyarakat. peranserta rakyat akan diarahkan oleh

pemerintah melalui kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.

Untuk itu, pemerintah berkewajiban mengingatkan pendidikan dan

penyuluhan bagi masyarakat dalam rangka sadar konservasi.

Berhasilnya konservasi flora dan fauna berkaitan erat dengan

tercapainya tiga sasaran konservasi, di antaranya:

1. Menjamin terpeliharanya proses ekologi yang menunjang sistem

penyangga kehidupan bagi kelangsungan dan kesejahteraan manusia

(perlindungan sistem penyangga manusia).

38 Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, Lingkungan: Sumber Daya Alam

dan Kependudukan Dalam Pembangunan, (Jakarta: UI Press, 1988), hal. 45

Page 68: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

49

2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman seumber genetik dan tipe-

tipe ekosistemnya, sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan

kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi

kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah).

3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati,

sehingga terjamin kelestariannya (pemanfaatan alam secaa lestari).

Akibat dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang bijaksana,

belum harmonisnya penggunaan dan peruntukkan tanah, serta belum

berhasilnya sasaran konservasi secara optimal baik di darat maupun di

perairan, dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi

dan penurunan potensi sumber daya alam hayati, termasuk terhadap

flora dan fauna.39

Untuk meningkatkan kegiatan perekonomian nasional, agar tingkat

perkembangan ekonomi sedapat mungkin lebih besar daripada tingkat

pertumbuhan penduduk, maka pemerintah secara kuantitatif dan

kualitatif meningkatkan proyek-proyek pembangunan dalam segala

bidang. Sebagai negara agraris maka hal pertama yang harus

dilaksanakan untuk tujuan tersebut adalah modernisasi di bidang

pertanian agar mendapatkan hasil produktivitas yang tinggi dari sektor

tersebut, selain membuka daerah-daerah pertanian baru.

Kemudian dilanjutkan dengan peningkatan industrialisasi, baik pada

bidang-bidang industri maupun dengan penambangan industri baru, baik

yang besar atau kecil dengan mempergunakan teknologi modern.

Dengan harapan di kemudian hari titik berat perekonomian negara tidak

39 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains, hal.

106

Page 69: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

50

lagi bergantung kepada sektor agraria, akan tetapi menjadi beralih ke

sektor industri, mengingat sektor tanah pertanian yang sifatnya terbatas.

Sifat atau ciri-ciri sumber daya alam di Indonesia yang menonjol ada

dua macam yaitu penyebaran yang tidak merata dan sifat ketergantungan

antara sumber daya alam. Sumber daya alam sendiri dapat

diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya menjadi dua golongan yaitu

sumber daya alam yang dapat pulih dan sumber daya alam yang tidak

dapat pulih. Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan dari

sumber daya alam hayati atau sumber daya alam non hayati, yang

ditunjuk untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan kemampuan daya

dukungnya antara lain hutan buatan,waduk dan jenis unggul.40

Dalam proses pembangunan tersebut, umumnya aspek lingkungan

kurang diperhatikan, baru disadari setelah ada perusakan dan

pencemaran lingkungan yang merugikan, baik untuk kehidupan masa

kini maupun untuk kehidupan masa mendatang. Oleh karena itu, dalam

perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan penggalian

sumber daya alam untuk kehidupan harus disertai dengan beberapa hal,

di antaranya:

a. Strategi pembangunan yang sadar akan persoalan lingkungan hidup

dengan dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.

b. Suatu poitik lingkungan di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk

mewujudkan persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih

baik untuk masa mendatang.

c. Eksploitasi sumber daya alam hayati, terutama terhadap flora dan

fauna harus didasarkan pada tujuan kelangsungan dan kelestarian

40 Mukhlis Akhadi, Ekologi Energi (Mengenali Dampak Lingkungan Dalam

Pemanfaatan Sumber-sumber Energi), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 88

Page 70: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

51

lingkungan, dengan prinsip memanen hasil yang tidak akan

menghancurkan daya autoregenerasinya.

d. Perencanaan pembanguan dalam rangka memenuhi kebutuhan

penghidupan, hendaknya dengan tujuan mencapai suatu

keseimbangan dinamis dengan lingkungan hingga memberikan

keuntungan secara fisik, ekonomi dan sosial spritual.

e. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan

untuk memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek

pembangunan, dalam rangka untuk menjaga kelestarian lingkungan.

f. Pemakaian sumber daya alam yang tidak dapat diganti, harus

digunakan dengan sehemat dan seefisien mungkin.41

Pembangunan selain menimbulkan berbagai masalah dalam

lingkungan, juga diperlukan untuk menanggulangi masalah lingkungan.

Masalah pengelolaan lingkungan hidup erat hubungannya dengan

masalah pemangunan. Oleh karena itu, perlu dipahami dengan benar

akibat sampingan yang mungkin menimbulkan permasalahan lingkungan

dalam tahap pembangunan, baik untuk masa sekarang maupun untuk

masa mendatang juga perlu diusahakan cara penggarapan pembangunan

yang tidak menyebabkan terjadinya kemerosotan, kerusakan dan

kemusnahan yang tidak dapat diperbaiki kembali, akan tetapi tujuan

pembangunan itu sendiri secara ekonomi dan aosialspiritual tetap

menguntungkan.

Terkadang situasi dan kondisi tertentu proses pembangunan

dilaksanakan tanpa melihat akibat yang mungkin timbul akibat terhadap

lingkungan, dengan perhitungan bahwa keuntungan yang akan diperoleh

jauh lebih besar daripada kerugian yang diderita akibat adanya

41 Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, Lingkungan: Sumber Daya Alam

dan Kependudukan Dalam Pembangunan, hal. 65

Page 71: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

52

pencemaran lingkungan, dengan alasan bahwa pencemaran tersebut

masih dalam taraf yang tidak membahayakan. Kebijaksanaan demikian

sebaiknya tidak dilaksanakan secara terus-menerus, tetapi perlu ada

peninjauan kembali setelah jangka waktu tertentu, mengingat

keterbatasan kemampuan lingkungan agar tidak membahayakan

kepentingan hidup manusia.

Harus ada faktor pengintegrasian, faktor perlindungan lingkungan ke

dalam perencanaan pembangunan agar menguntungkan langsung secara

ekonomi dan tidak akan menyebabkan perubahan pada lingkungan

biotik, abiotik, sosio budaya dari masyarakat. misalnya dalam

merencanakan pembuatan suatu waduk dalam rangka modernisasi

pertanian, pembangunan tenaga listrik, proyek pariwisata, pengendalian

banjir, dan lain-lain, maka yang perlu diperhatikan selain dari segi

ekonomi dan teknologinya yang bertalian langsung dengan

pembangunan waduk tersebut, juga perlu diperhitungkan masalah

perusakan lingkungan seperti kemungkinan adanya penularan penyakit,

pelumpuran waduk, pengaruhnya terhadap perikanan, hilangnya

beberapa mineral, hilangnya perkampungan dan tanah-tanah pertanian,

akibat dari adanya pariwisata terhadap soaio budaya, adat istiadat, dan

sebagainya.42

Pencemaran sebagai akibat proses pembangunan, umumnya

langsung merasakan adalah masyarakat sekitar proyek, karena itu

masyarakat harus dilindungi dari pengaruh buruk yang mungkin akan

ditimbulkan. Mengingat hal tersebut, maka pada setiap proyek industri

selain memperhatikan lokasi proyek yang harus memenui persyaratan

lingkungan untuk menjaga kelestariannya, perlu juga diperhatikan

42 Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, Lingkungan: Sumber Daya Alam

dan Kependudukan Dalam Pembangunan, hal. 73

Page 72: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

53

pencegahan pengotoran dalam bentuk pengaturan pembuagan zat sisa

dari kotoran sebaik-baiknya. Ditambah lagi untuk proyek-proyek

pembangunan lainnya yang perlu pengaturan-pengaturan khusus untuk

menjaga kelestarian lingkungan, misalnya dalam proyek eksploitasi

kekayaan hutan untuk keperluan ekspor harus ada ketentuan-ketentuan

dalam hal penebangan, pengelolaan dan peremajaan hutan-hutan.

Pada eksploitasi minyak lepas pantai perlu perhatian serta usaha

pencegahan dan penanggulangan terhadap pencemaran laut oleh minyak,

baik yang berasal dari eksploitasinya sendiri maupun dari minyak yang

keluar secara tidak sengaja dari kapal atau akibat kecelakaan, sepertinya

pecahnya kapal tangki minyak. Mengingat besarnya kerugian yang

ditimbulkan pencemaran laut oleh minyak seperti pada kesehatan

penduduk pantai, perikanan, objek-objek pariwisata pantai dan kekayaan

hayati (flora dan fauna) laut, maka perlu adanya ketentuan-ketentuan

yang mengatur pembuangan minyak dari kapal. Jadi penting dalam

membangun dan mengelola suatu proyek pembangunan adalah

menguntungkan dari segi ekonomi dan menjaga dari terjadinya

pencemaran lingkungan.43

Oleh karena itu, dalam perencanaan lokasi proyek memegang

peranan penting dalam usaha mencegah pencemaran dari bahan-bahan

buangan yang bisa mengakibatkan pencemaran lingkungan. Penempatan

daerah industri misalnya perlu mendapat pertimbangan secara seksama

dalam perencanaan planologi kota, agar buangan dari industri tersebut ke

dalam air (laut, danau, sungai, dan lain-lain) tidak akan mengotori daerah

sekitarnya yang sering dipergunakan untuk rekreasi atau untuk keperluan

penghidupan lainnya dari penduduk kota.

43 Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, Lingkungan: Sumber Daya Alam

dan Kependudukan Dalam Pembangunan, hal. 86

Page 73: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

54

Pemilihan tempat untuk industri ini harus dipertimbangkan pula agar

tidak menimbulkan pengotoran udara di daerah pegunungan yang dingin,

karena udara kotor tersebut mudah tertahan lama. Sebagai contoh

pengotoran udara dari pabrik pupuk PUSRI Palembang dapat

menyebabkan pencemaran terhadap tanaman dalam radius tertentu di

sekitar pabrik tersebut. Sebaliknya banyak pula terjadi yang secara

ekologis lokasi proyek sudah baik dan memenuhi persyaratan, tetapi

kemudian timbul pemukiman baru dari masyarakat di sekitar lokasi

proyek, sehingga yang awalnya tidak ada permasalahan lingkungan, jadi

timbul masalah lingkungan yang cukup serius terhadap masyarakat di

pemukiman baru.44

Hal tersebut terjadi sebagai akibat ketidakmengertian masyarakat

terhadap lingkungan dan dalam hal ini yang dirugikan adalah proyek

pembangunan. Dalam usaha meningkatkan pembangunan dan

modernisasi, juga jangan dilupakan pengaruhnya terhadap kebudayaan

dan sosiokultural daerah yang bersangkutan, sebagai contoh di Bali yang

nilai budayanya masih asli dan tinggi, sehingga banyak menarik

wisatawan baik wisatawan asing maupun domestik. Akibat

pembangunan hotel-hotel dan restoran-restoran bertaraf internasional dan

pembangunan lainnya bisa mengubah kehidupan tradisi setempat serta

bisa merusak nilai-nilai kultural dan spiritual yang merupakan kekayaan

utama daerah tersebut.

Startegi konservasi alam di Indonesia sebagai tindak lanjut dari

pelaksanaan Undang-undang nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan-

ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup (sekarang Undang-

undang no 23 tahun 1997). Startegi konservasi sumber daya alam

disusun dengan tujuan untuk memeberikan pedoman kepada para

44 Dwidjo Seputro, Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya, hal. 106

Page 74: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

55

pengelola sumber daya alam dalam menggunakan sumber daya alam

tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

Menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah

daerah, kewenangan daerah mencangkup kewenangan dalam seluruh

bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar

negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta

kewenangan lain. Kewenangan lain yang dimaksud meliputi

kebijaksanaan tentang pendayagunaan sumber daya alam dan

konservasi.45

Kebijakan tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam PP Nomor 25

Tahun 2000 tentang tugas pemerintah yang berkaitan dengan konservasi

sumber daya alam hayati (flora dan fauna). Pada tahun 1970, konservasi

sumber daya alam di Indonesia berkembang dan memiliki suatu strategi

yang bertujuan di antaranya adalah memelihara proses ekologi yang

penting dan sisitem penyangga kehidupan, menjamin keanekaragaman

genetik, pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistem.

Adapun peranan kawasan konservasi dalam pembangunan meliputi:

1. Penyelamat usaha pembangunan dan hasil-hasil pembangunan.

2. Pengembangan ilmu pendidikan.

3. Pengembangan kepariwisataan dan peningkatan devisa.

4. Pendukung pembangunan bidang pertanian.

5. Manfaat bagi manusia.

Berdasarkan pasal 5 UU No. 5 Tahun 1990 dan strategi konservasi

dunia, kegiatan konservasi sumber daya alam hayati (flora dan fauna)

dan ekosistemnya meliputi kegiatan di antaranya: Perlindungan proses-

ekologis yang pokok dalm sistem penyangga kehidupan dan pengawetan

45 Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2012), hal. 54

Page 75: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

56

dan pemanfaatan keanekaragaman jenis flora dan fauna beserta

ekosistemnya.

Menurut UU No. 5 Tahun 1990, kawasan suaka alam adalah

kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

flora dan fauna beserta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai

wilayah penyangga kehidupan. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar

alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindngan flasma nutfah

dan daerah pengungsian satwa.46

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu

baik di darat maupun diperairan, yang mempunyai fungsi perlindungan

sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora

dan fauna, serta pemanfaatan secara lestari flora dan fauna beserta

ekosistemnya. Dalam kegiatan pengawetan jenis flora dan fauna dapat

dilaksanakan di dalam kawasan (konservasi in situ47

) ataupun di luar

kawasan (konservasi ex situ48

).

Pada saat sekarang ini, pembangunan di bidang pertanian masih

merupakan tulang punggung ekonomi negara. Oleh karena itu, harus

ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin

bertambah melalui Imnmas, Bimas, dan penggunaan teknologi modern.

Misalnya mekanisme pertanian, pembuatan bendungan-bendungan besar

untuk irigasi, penyediaan bibit-bibit yang berproduksi tinggi dan tahan

terhadap hama, pemupukan tanah pertanian dalam rangka penyuburan

tanah, pemakaian pestisida untuk menanggulangi hama penyakit

tanaman, pemakaian insektisida untuk membunuh serangga, serta

46 Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia, hal. 56

47

Konservasi insitu adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di

habitat aslinya baik di hutan, di laut, di danau, di pantai, dan sebagainya.

48

Konservasi exsitu adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di luar

habitat aslinya.

Page 76: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

57

pemakaian zat-zat kimia lainnya untuk memberantas tikus atau tanaman-

tanaman benalu dan sebagainya.49

Pembangunan pertanian dan perkebunan yang tangguh dan

berkelanjutan hanya dapat terlaksana, jika teknologi pertanian yang

diterapkan tepat dan berwawasan lingkungan. Dengan teknologi yang

tepat, maka kerusakan lahan dapat diminimalkan sehingga daya dukung

lingkungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Sejak tahun 1970,

para pakar pertanian teah mengembangkan berbagai alternatif

pengelolaan lahan. Untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas

lahan dapat dilakukan melalui pendekatan sistem pertanian konservasi50

.

F. Tujuan Dan Manfaat Konservasi

Secara hukum tujuan konservasi tertuang dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu bertujuan mengusahakan

terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan

ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Selain tujuan

yang tertera di atas tindakan konservasi mengandung tujuan:

1. Preservasi yang berarti proteksi atau perlindungan sumber daya alam

terhadap eksploitasi komersial, untuk memperpanjang

pemanfaatannya bagi keperluan studi, rekreasi dan tata guna air.

2. Pemulihan atau restorasi, yaitu koreksi kesalahan-kesalahan masa

lalu yang telah membahayakan produktivitas pengkalan sumber daya

alam.

49 Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, Lingkungan: Sumber Daya Alam

dan Kependudukan Dalam Pembangunan, hal. 89

50

Pertanian konservasi adalah suatu sistem budi daya pertanian dalam pengelolaan

tanah atau tanaman dengan menggunakan pendekatan teknologi konservasi, sehingga lahan

dapat diusahakan secara lestari dengan produktivitas yang tinggi.

Page 77: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

58

3. Penggunaan yang seefisien mungkin. Misal teknologi makanan

harus memanfaatkan sebaik-baiknya biji rambutan, biji mangga, biji

salak dan lain-lainnya yang sebetulnya berisi bahan organik yang

dapat diolah menjadi bahan makanan.

4. Penggunaan yang seefisien mungkin. Misal teknologi makanan

harus memanfaatkan sebaik-baiknya biji rambutan, biji mangga, biji

salak dan lain-lainnya yang sebetulnya berisi bahan organik yang

dapat diolah menjadi bahan makanan.

5. Penggunaan kembali (recycling) bahan limbah buangan dari pabrik,

rumah tangga, instalasi-instalasi air minum dan lain-lainnya.

Penanganan sampah secara modern masih ditunggu-tunggu.

6. Mencarikan pengganti sumber alam yang sepadan bagi sumber yang

telah menipis atau habis sama sekali. Tenaga nuklir menggantikan

minyak bumi.

7. Penentuan lokasi yang paling tepat guna. Cara terbaik dalam

pemilihan sumber daya alam untuk dapat dimanfaatkan secara

optimal, misalnya pembuatan waduk yang serbaguna di Jatiluhur,

Karangkates, Wonogiri, Sigura-gura.

8. Integrasi, yang berarti bahwa dalam pengelolaan sumber daya

diperpadukan berbagai kepentingan sehingga tidak terjadi

pemborosan, atau yang satu merugikan yang lain. Misalnya,

pemanfaatan mata air untuk suatu kota tidak harus mengorbankan

kepentingan pengairan untuk persawahan.51

51 Dwidjo Seputro, Ekologi Manusia dengan Lingkungannya, (Jakarta: Erlangga,

1994), hal. 31

Page 78: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

59

G. Etika Konservasi Alam

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti adat

istiadat atau kebiasaan. Dalam hal ini etika berkaitan dengan adat istiadat

atau kebiasaan yang baik dalam hidup manusia. Kebiasaan baik tersebut

diturunkan dan dipertahankan dari generasi ke generasi. Kebiasaan baik

dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang disebarluaskan

dan diajarkan dalam masyarakat. Menurut Poerwadarminta, etika adalah

sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dengan kata

lain, etika menentukan perilaku baik, yang harus dilakukan dan perilaku

buruk yang harus dihindari.52

Etika konservasi adalah adat istiadat atau kebiasaan baik manusia

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Masyarakat dengan etika

konservasi adalah masyarakat yang dalam interaksi dengan sumber daya

alam dan lingkungan hidupnya senantiasa memegang teguh dan

berperilaku sesuai dengan prinsip etika, kaidah dan norma yang berlaku

pada sistem alam (sunatullah), yang sesuai dengan sumber daya alam

yang memiliki keterbatasan daya dukung, mempunyai hak hidup dan

harus diperlakukan sama seperti halnya manusia sebagai ciptaan Allah.53

Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan berbuat baik dan

bijak. Menurut Keraf etika terbagi menjadi tiga bagian, di antaranya:

1. Etika Deontologi

Berdasarkan etika deontologi, suatu tindakan danilai baik atau

buruk berdasarkan apakah tindakan tersebut sesuai atau tidak dengan

kewajiban. Sikap hormat terhadap alam dianggap baik karena hal itu

merupakan kewajiban. Sebaliknya merusak alam merupakan sikap

buruk, karena tidak wajib dilakukan, bahkan hal tersebut dilarang.

52 Zaini, Syahminan, Isi pokok ajaran Al-Qur‟an, hal. 67

53

Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 104

Page 79: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

60

Dalam perspektif ajaran Islam, ada enam komponen utam hidup yang

wajib dipelihara dan dijaga oleh seluruh umat manusia yaitu

memelihara jiwa (hifdzul nafs), memlihara akal (hifdzul aql),

memelihara harta (hifdzul maal), memelihara agama (hifdzul diin),

memelihara keturunan (hifdzul nasl), dan memelihara lingkungan

hidup (hifdzul biah).54

Berkaitan dengan memelihara lingkungan hidup, banyak ayat-

ayat Al-Qur‟an yang memberikan pesan yang dapat dimaknai secara

kontekstual terkait dengan kewajiban memelihara lingkungan. Allah

menegaskan di dalam surat Thaha ayat 6:

“Kepunyaan Allah-lah semua yang ada di langit, semua yang

di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di

bawah tanah” (QS. Thaha [20]: 6).

Ayat di atas menegaskan kepada manusia untuk tidak melampaui

kewenangan karena manusia bukan pemilik sebenarnya bumi beserta

isinya. Allah adalah pencipta dan pemilik segalanya. Manusia tidak

berhak merusak milik Allah. Manusia wajib memelihara milik Allah,

sebagai amanah yang diberikan-Nya kepada umat manusia. Ayat lain

menyebutkan:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di

54 Hadi S. Ali Kodra, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2012), hal. 54

Page 80: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

61

muka bumi. “Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami

Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al-Baqarah [2]: 30).

Ayat di atas mengandung pengertian bahwa manusia adalah wakil

Tuhan di muka bumi (khalifah) yang wajib untuk memakmurkan

bumi. Sebagai khalifah di muka bumi manusia dilarang membuat

kerusakan. Hal tersebut juga ditegaskan dalam beberapa ayat Al-

Qur‟an, yaitu:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu

melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah

berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat

kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-

Qashash [28]: 77).

Ayat-ayat di atas tertuang dalam Al-Qur‟an merupakan pedoman bagi

umat muslim. Apa yang tertulis dalam Al-Qur‟an merupakan aturan-

aturan yang wajib dilakukan umat manusia ataupun larangan yang

harus dihindari. Dalam ayat di atas telah jelas tersurat bahwa alam

semesta merupakan milik Allah, karena bukan pemilik maka manusia

dilarang berbuat sesuka hati. Allah hanya menitipkan alam semesta

kepada manusia, untuk dipelihara dan dijaga. Manusia wajib

memelihara alam karena Allah SWT telah mengangkat manusia

Page 81: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

62

sebagai khalifah di muka bumi ini. Sebagai khalifah, manusia wajib

mengatur, memelihara dan menjaga alam.55

2. Etika Teleologi

Etika teleologi menjawab pertanyaan bagaimana bertindak dalam

situasi konkrit dengan melihat tujuan atau akibat dari suatu tindakan.

Sudut pandang etika teleologi bersifat situasional dan subyektif.

Tindakan yang dianggap benar berbeda dalam situasi yang lain. Suatu

tindakan yang bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa

dibenarkan karena tindakan tersebut membawa akibat yang baik.

Dalam konservasi flora dan fauna, etika konservasi terkadang

bersifat pengelolaan keanekaragaman flora dan fauna memberikan

akibat yang bertentangan kepada subyek yang berbeda. Misalnya di

tengah kawasan hutan yang terletak di Papua Barat diketahui terdapat

tambang emas, timbul pertentangan apakah hutan tersebut akan

dibuka untuk eksplorasi tambang atau keutuhan hutan tetap dijaga

demi mempertahankan fungsi hutan sebagai habitat dari

keanekaragaman flora dan fauna yang berada di dalamnya. Dalam

kasusu tersebut, pengambi kebijakan berfikir bahwa pembukaan hutan

untuk tujuan ekplorasi emas memberikan manfaat bagi kesejahteraan

rakyat Papua. Pembukaan hutan untuk tujuan ekplorasi tambang emas

tersebut adalah hal yang dapat dibenarkan menurut etika konservasi

dalam sudut pandang teleologi.56

Sebagai landasan moral dan etik, etika konservasi (conservation

ethic) dapat dibangun dengan dua prinsip pendekatan, yaitu

pendekatan antroposentris dan biosentris. Pendekatan antroposentris

55 Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 119

56

Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 121

Page 82: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

63

menekankan pada akibat tindakan orang mengenal sumber daya alam

atau lingkungan terhadap kepentingan orang lain. Artinya etika

konservasi ini mengatur bagaimana seharusnya seseorang dapat

bertindak atau berbuat terhadap sumber daya alam atau lingkungan.

Artinya bahwa etika konservasi ini mengatur bagaimana seharusnya

seseorang bertindak atau berbuat terhadap sumber daya alam dan

lingkungannya secara baik dan bijaksana agar tidak menimbulkan

dampak negatif terhadap kepentingan orang lain, sekaligus mengatur

hukum atau sanksi bila terjadi pelanggaran. Misalnya jika seseorang

membuang limbah pabrik tekstil ke sungai, harus difikirkan apa

dampaknya bagi pertanian dan tambak yang menggunakan air sungai

tersebut. Pembuangan limbah akan menyebabkan ikan dan tanaman

pertanian akan mati. Akibat hal tersebut, maka berapa banyak

kerugian ekonomi yang akan ditimbulkan. Maka seseorang yang

memuang limbah pabrik ke sungai akan dianggap salah.57

Pendekatan biosentris menekan pada akibat tindakan orang atau

sekelompok orang mengenai sumber daya alam atau lingkungan tanpa

mempertimbangkan adanya akibat terhadap orang lain, melainkan

lebih kepada dampaknya terhadap kelestarian alam. Artinya lebih

menekankan pada akibat tindakan seseorang atau sekelompok orang

terhadap kepentingan kelestarian ekosistem.

Misalnya, jika menebang sesuatu pohon dalam hutan, maka harus

mempertimbangkan dampak penebangan pohon itu terhadap

kepentingan satwa tertentu yang menggunakan pohon tersebut untuk

kelangsungan hidupnya, baik sebagai sumber pakan, tempat berteduh

maupun sebagai tempat berkembang biak. Bila kita akan

mengeksplorasi batuan gamping di bukit Karts, maka perlu difikirkan

57 Hadi S. Ali Kodra, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, hal. 68

Page 83: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

64

kembali berapa banyak sumber air akan hilang dan berapa jenis flora

dan fauna endemik Karts yang akan hilang akibat habitatnya yang

hancur.58

3. Etika keutamaan

Menurut Keraf, etika keutamaan lebih mengutamakan

pengembangan karakter moral pada setiap diri seseorang. Dalam hal

ini, nilai moral ditemukan dan muncul dari pengalaman hidup dalam

masyarakat, dari teladan dan contoh hidup yang diperlihatkan oleh

tokoh-tokoh besar dalam menyikapi persoalan-persoalan hidupnya.

Sesungguhnya agama dengan kitab-kitab suci dan tokoh-tokohnya

berupa para Nabi telah memberikan teladan melalui perumpamaan

dan kisah-kisah atau perbuatan para Nabi terhadap sumber daya

alam.59

Manusia dalam pedoman hidupnya berkeyakinan bahwa

memelihara alam adalah suatu perbuatan terpuji, sementara yang

berbuat kerusakan alam adalah perbuatan tercela yang dilarang.

Primack menuliskan nila-nilai etika konservasi, sebagai berikut60

:

a. Setiap spesies memiliki hak untuk hidup, karena setiap spesies

memiliki nilai intrinsik, nilai untuk kebaikannya sendiri, meskipun

tidak berhubungan dengan kebutuhan manusia.

b. Semua spesies saling bergantung satu sama lain. Spesies

berinteraksi dengan cara yang kompleks sebagai bagian dari

komunitas alami. Hilangnya satu spesies memiliki konsekuensi

yang jauh bagi anggota lain di dalam komunitas, sehingga secara

etik semua spesies harus dijaga kelestariannya.

58 Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan Sains, hal.

132

59

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 116

60

S.Anwar Shaleh Muchijidin Effendie, dkk, Alam Raya Dan Al-Qur‟an, hal. 103

Page 84: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

65

c. Manusia harus hidup di dalam keterbatasan ekologi seperti spesies

lainnya. Artinya manusia harus berhati-hati untuk meminimalkan

kerusakan tersebut, karena akan mempengaruhi manusia juga.

d. Manusia harus bertanggung jawab sebagai penjaga dan pelindung

bumi. Karena jika manusia merusak sumber daya alam di bumi

dan menyebabkan kepunahan spesies, maka generasi mendatang

harus membayarnya dengan standar dan kualitas hidup yang lebih

rendah.

e. Menghargai kehidupan manusia dan keanekaragaman manusia,

sebanding dengan menghargai keanekaragaman hayati flora dan

fauna.

f. Alam memiliki nilai spiritual dan estetika yang melebihi nilai

ekonominya. Hampir setiap orang membutuhkan kehidupan liar

dan lansekap secara estetika, dan banyak orang yang menganggap

bumi sebagai ciptaan yang agung dengan kebaikannya sendiri dan

nilai yang harus dihargai. Oleh karena itu harus dijaga dan

dipertahankan keberadaannya.

g. Keanekaragaman hayati (flora dan fauna) dibutuhkan untuk

menentukan asal kehidupan. Dua misteri utama dunia filosofi dan

ilmu pengetahuan adalah bagaimana kehidupan timbul dan

bagaimana keanekaragaman hidup yang ditemukan di muka bumi

ini ada. Ribuan ahli biologi bekerja untuk memecahkan misteri

tersebut dan sudah mendekati jawabannya. Jika suatu spesies

punah, bukti-bukti menjadi hilang, maka misteri tersebut sulit

dipecahkan.

Dalam cara pandang biosentris, manusia tidak meiliki hak lebih

dari makhluk lain. Manusia adalah salah satu makhluk dalam

biosentris, maka kehidupan yang dimilikinya adalah sama. Adapun

Page 85: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

66

yang membedakannya adalah bahwa manusia memilki akal budi,

sehingga manusia memiliki kebebasan mental. Dengan kebebasan

mentalnya manusia dapat memperlakukan makhluk hidup lain

berlandaskan moral.61

Secara moral, tindakan yang menyebabkan

terganggunya ekosistem dan terampasnya hak asasi makhluk lain

merupakan pelanggaran terhadap hak asasi. Taylor menjelaskan

beberapa hak asasi alam, di antaranya:

1. Alam memiliki hak untuk tidak dirusak atau diganggu. Dalam hal

ini, alam tidak boleh dibatasi atau dihambat perkembangan

kehidupannya. Flora dan fauna berhak untuk diberi kebebasan

untuk tumbuh dan berekembang sesuia dengan kodratnya. Maka

manusia tidak boleh mengurung, merampas makanan dan tempat

hidupnya.

2. Manusia memiliki kewajiban untuk membiarkan flora dan fauna

berkembang sesuai denga hakikatnya. Manusia harus mengakui

bahwa flora dan fauna membutuhkan ekosistem dan habitat untuk

hidupnya. Tanpa ekosistem dan habitat yang baik, maka flora dan

fauna tidak akan dapat berekembang.62

Dalam memenuhi hak asasi semua makhluk, diperbolehkan

membatsi hak asasi makhluk lain. Artinya hak asasi tidak bersifat

absolute. Misalnya dalam kasus tertentu, ketika flora atau fauan

menjadi penggangu bagi makhluk hidup lain, maka pertumbuhan

yang ekstrim harus dibatasi, agar tidak mengganggu kehidupan

makhluk lainnya. Untuk memenuhi haknya terhadap sumber

makanan, maka membunuh hewan bukanlah pelanggaran hak asasi.

61 S.Anwar Shaleh Muchijidin Effendie, dkk, Alam Raya Dan Al-Qur‟an, hal. 115

62

Hadi S. Ali Kodra, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, hal. 108

Page 86: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

67

Sejalan dengan hal tersebut, manusia tidak membela hak flora

dan fauna secara individual, akan tetapi ynag dibela adalah hak hidup

kolektif sebagai spesies yang berkedudukan sama dengan manusia.

Manusia perlu membela hak setiap spesies untuk tumbuh dan

berkembang secara alamiah tanpa intervensi manusia. Flora dan

fauna mempunyai nilai masing-masing, terlepas apakah makhluk

hidup tersebut menunjang kehidupan makhluk lain atau tidak.

Dengan mengahargai hak asasi alam, maka manusia dilarang

mengeksploitasi bumi melebihi batas kemampuan pulihnya.63

Dalam pandangan Islam, setiap umat muslim dituntut untuk

berlaku bijak kepada alam, karena Islam adalah rahmatan lil „âlamin

(rahmat bagi seluruh alam). Setiap manusia wajib menjaga dan

memanfaatkan alam secara lestari, sebagaiman firman Allah:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,

sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya

dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan

dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada

orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-A‟raf [7]: 56).

Manusia telah diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini

bukan berarti manusia dapat menjajah makhluk hidup lain, karena

Allah memberi hak hidup kepada makhluk hidup lain, sebagaimana

manusia berhak terhadap kehidupan di dunia. Syari‟at Islam

mengutamakan keselamatan bagi semua makhluk hidup yang ada di

muka bumi. Syari‟at Islam ada untuk mewujudkan nilai-nilai yang

melekat dalam konsep kunci Islam seperti tauhid, ishtishlah, halal

63 Hadi S. Ali Kodra, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, hal. 110

Page 87: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

68

dan haram. Tujuan akhir dari pelaksanaan hukum Islam adalah untuk

kesejahteraan manusia di akhirat kelak.64

Menurut Mangunjaya, kerangka yang sangat penting dalam

tindakan seorang muslim adalah keyakinannya kepada keesaan Allah

SWT. Memahami ketauhidan berarti memberikan penghargaan

kepada ciptaan-Nya. Khalifah merupakan sarana penting dalam

merumuskan etika konservasi alam dalam pendektan Islam. Khalifah

dapat bermakna bahwa segala sesuatu yang ada di bumi sangat

bergantung kepada manusia yang memiliki kebijakan untuk

memelihara atau membinasakan alam.65

H. Konsep Konservasi Flora (Tumbuhan) Dalam Al-Qur’an

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan, flora (tumbuhan) adalah

segala yang hidup yang mempunyai akar, batang, daun, berbunga,

bebuah dan dapat mengambil makanan organik dari zat-zat organik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, flora adalah segala tumbuh-

tumbuhan yang terdapat dalam suatu daerah atau di masa, kemudian

dipakai untuk seluruh jenis tumbuhan dan tanaman. Sebagai padanan

dari kata flora, dalam Al-Qur‟an digunakan kata نبات (tumbuh-

tumbuhan), yang diulang dalam Al-Qur‟an sebanyak 9 kali dan الحرث

(tanaman) yang diulang dalam Al-Qur‟an sebanyak 12 kali.66

Dalam ilmu biologi, tumbuhan termasuk ke dalam kategori

tingkatan paling atas dari tingkatan kalsifikasi makhluk hidup (Regnum

Plantae). Sepert organisme yang kita kenal menegenai istilah

pepohonan, semak, rerumputan, paku-pakuan, lumut serta sejumlah alga

64 Ahmad Daudy, Allah dan Manusia, (Jakarta: Raja Wali, 1983), hal. 34

65

Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 65

66

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur‟an Tematik

(Tumbuhan), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009), hal. 6

Page 88: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

69

hijau termasuk ke dalam tumbuhan. Tercatat sekitar 350.000 spesies

organisme termasuk di dalamnya, tidak termasuk alga hijau.Dari jumlah

itu, 258.650 jenis merupakan tumbuhan berbunga dan 18.000 jenis

tumbuhan lumut.67

Tanpa adanya tumbuhan, maka tidak akan mungkin manusia dan

hewan dapat terus hidup di bumi ini. Akan tetapi, banyak jenis

tumbuhan yang punah karena manusia tidak berupaya untuk

melestarikannya.68

Allah memerintahkan kepada umat manusia agar

memikirkan cara bagaimana mengelola dan memanfaatkan alam segala

macam tumbuhan di atas bumi untuk kesejahteraan manusia sendiri,

baik untuk kesehatan, kelengkapan hidupnya maupun rekreasi.69

Dan

Allah mengkhendaki hamba-Nya agar hidup dalam kondisi kecukupan

lahiriah dan rohaniyah dengan cara mengelola dan memanfaatkan

kekayaan tumbuhan yang telah disediakan Allah, sebagaimana dalam

firman-Nya:

“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya

gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala

macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi

pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali

(mengingat Allah)” (QS. Qaf [50]: 7-8).

Dalam perannya manusia sebagai khalifah terhadap pelestarian

tumbuhan, manusia harus mengurus, memanfaatkan, dan memelihara,

67 Yayan Sutrian, Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2011), hal. 8

68

Yayan Sutrian, Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2011), hal. 12

69

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur‟an Tematik

(Tumbuhan), hal. 10

Page 89: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

70

baik langsung maupun tidak langsung amanah tersebut meliputi bumi

dan segala isinya, seperti tumbuh-tumbuhan. Upaya manusia dalam

melestarikan tumbuhan adalah sikap yang terpuji, karena dengan begitu

ia mempunyai sifat kepedulian terhadap sesama bahkan makhluk lain.

Karena dengan ikut melestarikan tumbuhan sama halnya dengan

melestarikan kehidupan, karena tanpa tumbuhan manusia dan hewan

akan mati dikarenakan sumber makanan mereka adalah tumbuhan.70

Konservasi flora bermakna upaya pengelolaan, pemeliharaan dan

perlindungan terhadap flora (tumbuh-tumbuhan) secara teratur dan

bijaksana untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kemusnahan. Salah

satu konsep konservasi flora yang dianjurkan oleh Allah di antaranya

adalah:

1. Bercocok tanam (bertani). Allah telah mengisyaratkan agar manusia

melaksanakan upaya pertanian, sebagaimana dalam firman-Nya:

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka

adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami

keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka

makan.Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan

anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,

supaya mereka dapat Makan dari buahnya, dan dari apa yang

diusahakan oleh tangan mereka. Maka Mengapakah mereka

tidak bersyukur?” (QS. Yasin [36]: 33-35).

70 Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 172

Page 90: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

71

Menurut Al-Qur‟an, dari berbagai aspeknya bercocok tanam dari

bertani adalah alasan mengapa manusia bereksistensi di muka bumi.

Proses inilah yang menyediakan makanan bagi manusia, baik secara

fisik maupun spiritual. Betapa tidak, Nabi Muhammad saw

menegaskan bahwa ketika seseorang menanam pohon yang

kemudian berbuah dan buah itu dimakan oleh orang lain atau bahkan

oleh binatang, maka itu semua akan diperhitungkan sebagai sedekah

baginya.71

Islam mengajarkan kepada manusia bahwa tugas mereka terbatas

pada persoalan menanam pohon saja, dan apa yang terjadi

sesudahnya (seperti gempa bumi, kebakaran hutan atau bahkan

kiamat) adalah murni urusan Allah. Dengan demikian, semangat

yang Islam tanamkan salah satunya adalah menghijaukan bumi.

Islam telah memberi warna tersendiri dalam perkembangan pola

bercocok tanam. Baik dalam Al-Qur‟an mupun hadis, sama-sama

menganjurkan umat Islam untuk bercocok tanam dengan menanami

lahan dan menjadikannya sebagai kawasan yang produktif.

2. Ihyâ‟ al-Mawât (Menghidupkan lahan yang terlantar)

Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk selalu

produktif, selalu melakukan perbaikan (ishlâh) dan menjauhkan diri

dari perbuatan yang sia-sia. Ihyâ‟ al-mawât adalah menghidupkan

lahan yang terlantar. Menurut Mangunjaya menjelaskan ihyâ‟ al-

mawât secara umum maksudnya adalah bercocok tanam, yaitu

memperlakukan lahan sesuai fitrahnya dengan cara menanaminya

dengan jenis tanaman yang bermanfaat bagi manusia. Bermanfaat

71 Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur‟an Tematik

(Tumbuhan), hal. 15

Page 91: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

72

disini, maksudnya dapat memenuhi kebutuhan manusia berupa

makan, minum dan yang mendukung keduanya agar bertahan hidup.

Para ulama berselisih paham ketika mendefinisikan tanah al-

mawât ini. Sebagian mereka mengatakan, bahwa yang dimaksud

adalah tanah yang tidak ada pemiliknya. Oleh karena itu tanah yang

sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya, masih digolongkan tanah

al-mawât. Ulama lain mengartikannya dengan tanah yang tidak

pernah dikelola oleh seorangpun. Tanah yang sudah pernah

dimanfaatkan, lalu ditinggalkan oleh pemiliknya, tidak disebut tanah

al-mawât.72

Ibn Rif‟ah membagi menjadi dua bentuk tanah al-

mawât, yaitu:

a. Tanah yang tidak pernah dikelola oleh seseorang. Ini adalah

bentuk asal dan tanah al-mawât

b. Tanah yang pernah dimanfaatkan oleh orang kafir, kemudian

ditinggalkan.

Secara khusus, ihyâ‟ al-mawât memiliki pengertian luas yang

mencakup penghijauan, pemanfaatan, pemeliharaan dan penjagaan:

1. Penghijauan adalah usaha memproduktifkan lahan dengan cara

menanam bagi lahan subur sesuai karakternya (jenis tanah untuk

tanaman atau pohon tertentu) dan upaya pengolahan bagi lahan

tandus tanpa mengubah karakter dasarnya.

2. Pemanfaatan adalah memanfaatkan lahan dan atau hasilnya sesuai

kebutuhan secara seimbang, tidak berlebihan dan tidak pula

kurang.

72 Onrizal, Ayat-ayat Konservasi (Menghimpun dan Menghidupakn Khazanah Islam

Dalam Konservasi Hutan Leuser), (Medan: Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, 2012),

hal. 53

Page 92: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

73

3. Pemeliharaan adalah pemeliharaan lahan dan segala yang ada

padanya termasuk hasil kandungan lahan itu sesuai aturan yang

patut dibenarkan oleh syari‟at dan undang-undang.

4. Penjagaan adalah jaminan atas lahan dan semua yang terkait

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diakui secara

nasional maupun internasional.

Mengolah dan memanfaatkan tanah kosong untuk ditanami

adalah salah satu bentuk kesadaran manusia dalam memperlakukan

bumi yang semakin tua dengan memanfaatkan lahan yang tidak

produktif, mengembalikan fungsi lahan dan menjadikan sebagai

usaha sekaligus berperan dalam upaya konservasi. Mengolah lahan

yang semula tidak produktif karena kondisi tanah yang belum pernah

dikerjakan oleh siapapun yang berarti tanah tersebut belum dipunyai

oleh seseorang atau tidak diketahui pemiliknya. Ihyâ‟ al-mawât

dalam kajian fiqih Islam berarti mengolah atau menggarap lahan

gersang dan tandus karena diterlantarkan kemudian mengubahnya

melalui pengolahan menjadi lahan subur, produktif yang dapat

dimanfaatkan bercocok tanam, bertempat tinggal atau hunian, dan

lainnya.73

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat memperoleh

hak mengelola tanah ini yakni apa yang disebut dengan cara ihyâ‟

yaitu pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh individu. Dalam hal

ini, seseorang mematok lahan untuk dapat digarap dan difungsikan

untuk kepentingan pribadinya. Orang yang telah melakukannya dapat

memiliki lahan tersebut. Karena itu, orang lain tidak dibenarkan

untuk mengambil alihnya.

73 Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 111

Page 93: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

74

Dalam masalah ini, terjadi perbedaan pendapat diantara pakar

fiqih. Madzhab Syafi‟i menyatakan siapapun berhak mengambil

manfaat atau memilikinya, meskipun tidak mendapat izin dari

pemerintah. Beda halnya dengan Imam Abu Hanifah. Imam Abu

Hanifah berpendapat, ihya‟ boleh dilakukan dengan catatan

mendapat izin dari pemerintah yang sah. Imam Malik juga

berpendapat hampir sama dengan Imam Abu Hanifah. Akan tetapi

Imam Malik menengahi dua pendapat itu dengan cara membedakan

dari letak daerahnya. Jika tanah tersebut berada di daerah yang tidak

terlalu penting bagi manusia, maka tidak perlu izin pemerintah,

misalnya berada di daerah padang pasir yang tidak dihuni oleh

manusia. Tapi bila berada di daerah yang dekat dengan pemukiman,

atau daerah strategis yang menjadi incaran setiap orang untuk

melakukan ihyâ‟ izin pemerintahan sangat dibutuhkan. Oleh karena

itu, ihyâ‟ al-mawât merupakan syariat dalam memakmurkan dan

memanfaatkan bumi untuk kepentingan kemaslahatan manusia baik

secara individu maupun kolektif.74

Adapun peraturan perundangan negara kita mengatur

pembatasan kepemilikan lahan yaitu PP No. 11 tahun 2010 tentang

Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Salah satu yang

menjadi pertimbangan dalam PP tersebut adalah:

a) Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria yang menyatakan hak atas tanah terhapus

antara lain karena diterlantarkan.

b) Kenyataan yang menunjukkan penelantaran tanah makin

menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan

rakyat serta menurunkan kualitas lingkungan.

74 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Jakarta: Attahiriyah, 1976), hal. 319

Page 94: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

75

Berdasarkan catatan BPN yang dikutip oleh Menteri Kehutanan

bahwa terdapat sedikitnya 7 juta ha tanah terlantar yang kondisinya

sangat kritis. Lahan kritis dapat dikatakan merupakan lahan yang

terlantar dan tidak produktif disebabkan oleh faktor-faktor alam

seperti iklim kering dan karakteristik tanah yangmemang miskin

hara, juga disebabkan ketidakpedulian manusia yang mengakibatkan

lahan menjadi rusak. Penebangan hutan merupakan salah satu

penyebab utama terjadinya erosi yang menghanyutkan lapisan humus

di permukaan tanah sehingga lahan menjadi tidak lagi subur.75

Oleh karena itu, syariat memberikan peluang kepada setiap

muslim mengelola tanah dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan tanah

yang baik ini terkait erat dengan persoalan hajat hidup manusia

dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kesejahteraannya

sendiri. Mengenai pentingnya memanfaatkan tanah tandus agar

menjadi tanah yang subur, sebagaimana Allah berfirman:

“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur

dengan seizin Allah dan tanah yang tidak subur, tanaman-

tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami

mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang

yang bersyukur” (QS. Al-A‟raf [7]: 58).

Pada tanah yang subur, tentulah akan bersemi tumbuh-

tumbuhan dengan mudah dan cepat serta hasilnya pun sangat bagus

dengan kualitas yang baik. Sebaliknya, di bumi yang berbatu dan

75 Indriyanto, Ekologi Hutan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2017), hal. 129

Page 95: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

76

gersang, tanaman dan buah-buahan tentulah sukar bisa tumbuh

dengan baik.76

3. Larangan mengeksploitasi flora (tumbuhan) secara berlebihan.

Allah melarang manusia untuk mengeksploitasi tumbuhan

secara berlebihan, sebagaimana dalam firman Allah:

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung

dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang

bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa

(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah

dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah,

dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin), dan janganlah kamu

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang

yang berlebih-lebihan” (QS. Al-An‟am [6]: 141).

Allah memberikan kepada manusia wewenang untuk mengatur

bumi, namun dipertegas bahwa kepemilikan tunggal bumi dan isinya

adalah kepunyaan Allah.77

Manusia boleh memanfaatkan bumi dan

seisinya untuk keperluan hidupnya, sebatas kewajaran dan tidak

boleh berlebihan. Karena alam ini milik Allah semata dan

diperuntukkan bagi makhluk yang ada di dalamnya, sebagaimana

firman Allah:

76 Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2012), hal. 65

77

Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 183

Page 96: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

77

“Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-

keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-

makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya”

(QS. Al-Hijr [15]: 20).

Allah memberi rizki kepada makhluk penghuni bumi lainnya

selain manusia, yaitu tumbuhan. Dengan demikian di dalam bumi

terdapat hak makhluk lain. Manusia tidak boleh berlebihan dan

menghambur-hamburkan sumber daya alam hayati di bumi.78

I. Konservasi Fauna (Hewan) Dalam Al-Qur’an

Fauna (hewan) adalah semua jenis hewan yang hidup di muka bumi.

Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keseluruhan

kehidupan hewan suatu habitat atau daerah atau strata geologi tertentu

atau disebut juga dengan hewan. Fauna berasal dari bahasa latin atau

alam hewan yang artinya adalah khazanah segala macam jenis hewan

yang hidup di bagian tertentu dan periode tertentu. Hewan adalah

binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya

berada di darat, air, atau udara, baik yang dipelihara maupun yang di

habitatnya.79

Di antara hewan yang banyak disebutkan dalam Al-Qur‟an jenis-

jenis hewan mamalia, burung, serangga, reptil dan amfibi. Di dalam Al-

Qur‟an ada 200 ayat yang berbicara tentang hewan, baik secara umum

maupun menunjuk secara spesifik jenis tertentu, akan tetapi kehidupan

hewan tidak terlalu rinci.80

Al-Qur‟an memberi manusia kekuatan untuk

78 Hadi S. Ali Kodra, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, hal. 76

79

Tim Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur‟an

Tematik (Hewan), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009), hal. 35

80

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur‟an Tematik

(Hewan), hal. 5

Page 97: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

78

memperlakukan hewan dengan baik, tidak mnyakiti maupun

merendahkannya. Membicarakan hubungan manusia dengan hewan,

Fazlur Rahman Anshari mengatakan bahwa segala yang di muka bumi ini

diciptakan untuk kita. Maka sudah menjadi kewajiban alamiah manusia

untuk menjaga segala sesuatu dari kerusakan, memanfaatkannya dengan

tetap menjaga martabatnya sebagai ciptaan dari Allah dan

melestarikannya sebisa mungkin.

Adapun Nabi saw. disaat melakukan perjalanan bersama sahabatnya

ketika berhenti ditengah perjalanan untuk menunaikan shalat dan

beristirahat, beliau menganjurkan agar menurunkan beban diatas tubuh

hewan-hewan itu serta memberinya makan. Beliau juga memperingatkan

bahwa hewan-hewan itu harus dimanfaatkan sesuai fungsinya. Adapun

ayat atau hadits menuntun manusia untuk membalas jasa yang telah

diberikan hewan mereka dengan memperlakukan hewan tersebut sebaik

mungkin. Manusia diharuskan menyediakan apa yang diperlukan oleh

hewan peliharaan mereka.

Di dalam Al-Qur‟an banyak disebutkan nama-nama hewan baik

sebagai tamsil maupun model untuk memberi pelajaran dan petunjuk

kepada manusia. Peran hewan dalam manusia sejajar dengan sumber

daya alam lainnya seperti air dan tumbuhan.Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya

malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang

Page 98: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

79

berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit

berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati

(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan

pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)

bagi kaum yang memikirkan” (QS. Al-Baqarah [2]: 164).

Ayat di atas menegaskan bahwa hewan merupakan salah satu tanda

keesaan dan kebesaran Allah dan yang memahami hal tersebut hanyalah

manusia yang memikirkannya. Ayat di atas juga bisa memotivasi manusia

untuk memanfaatkan hewan-hewan dalam kepentingannya, salah satunya

melalui proses yang dinamakan domestika81

. Beberapa manfaat hewan

yaitu sebagaimana terdapat dalam firman Allah:

“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya

ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan

sebahagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang

indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan

ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia

memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup

sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang

memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan (dia telah menciptakan) kuda,

bagaldan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya)

perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak

mengetahuinya” (QS. Al-An‟am [6]: 5-7).

Al-Qur‟an dan hadis sudah mengingatkan manusia tentang beberapa

hal yang harus dijadikan pertimbangan dalam memanfatkan hewan, salah

81 Domestika hewan adalah proses penjinakan hewan dan penyesuaian hidup untuk

berbagai keperluan hidup manusia.

Page 99: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

80

satunya dengan usaha konservasi hewan. Dalam kaitan produk hewan

ternak dan hewan liar Al-Qur‟an menyatakan bahwa manusia boleh

memanfaatkan semua bagian tubuh hewan ternak. Di sisi yang lain

Rasulullah saw. melarang pemanfaatan kulit hewan liar, meskipun untuk

sekedar dijadikan alas lantai atau alas pelana jika aturan ini ditaati oleh

semua orang, maka pembunuhan sia-sia terhadap beberapa jenis hewan

liar demi meraih keuntungan semata niscaya tidak terjadi lagi.82

Adapun Islam mengajarkan kepada manusia untuk menyayangi hewan

dan melestarikan kehidupannya. Di dalam Al-Qur‟an, Allah menekankan

bahwa Dia telah menundukkan bagi kepentingan manusia apa saja yang

ada di bumi ini, sebagaimana dalam firman Allah:

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa

yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-

tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. Al-Jatsiyyah

[45]: 13).

Sikap nyata agama Islam terhadap pelestarian alam telah ditunjukkan

oleh Nabi Muhammad saw. semasa hidupnya. Rasulullah saw. pernah

menetapkan suatu kawasan pelestarian yang dikenal dengan istilah himâ‟

dan Harim. Himâ‟adalah suatu kawasan khusus dilindungi oleh

pemerintah (Imam negara atau khalifah) atas dasar syari‟at, guna

melestarikan kehidupan hewan serta hutan. Definisi himâ‟ hampir sama

dengan cagar alam atau taman nasional yang telah ditetapkan oleh

pemerintah saat ini. kawasan tersebut dilarang dikelola kecuali bagi

kemashlahatan umum dan kepentingan pelestarian. kawasan yang pernah

82 Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, hal. 179

Page 100: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

81

ditetapkan Rasul sebagai himâ‟ yaitu kawasan alam gunung al-Naql yang

berada di sekitar Madinah dengan luas satu kali enam mil.83

Kawasan tersebut memiliki fungsi perlindungan untuk hewan, dan

tumbuhan yang ada di dalamnya. Sikap Rasul tersebut kemudian

dilanjutkan setelah wafatnya beliau oleh khalifah Abu Bakar dan Umar ibn

Khattab. Dua khalifah ini semasa pemerintahannya telah melakukan

tambahan kawasan perlindungan terhadap kawasan al-Rabadzah dan al-

Syaraf.84

Adapun Harim memiliki pengertian yang sedikit berbeda dari hima‟.

Jika hima‟ lebih terfokus pada plelestarian hewan atau tumbuhan, maka

harim lebih menekankan perlindungan pada lahan pertanian, sungai dan

pemukiman. Fungsi harim tidak jauh berbeda dengan kawasan hutan

lindung yang telah ditetapkan pemerintah masa sekarang. Ketentuan yang

telah diterapkan adalah pembangunan pemukiman di kawasan harim

sangat dilakukan secara terbatas demi menjaga kestabilan mata air untuk

kehidupan keanekaragaman hayati yang ada di sekitarnya.

Di dalam teladan lainnya banyak diceritakan Rasulullah saw

melarang membebani hewan melebihi kemampuannya. salah satunya

adalah tentang masyarakat Arab pada masa itu yang memperlakukan unta

yang membantu mereka membawa barang dalam perjalanan jauh,

sebagaimana dalam firman Allah:

83 1 mil= 1.848 km atau 2049 ha

84

Fahma Wijayanti, Biologi Konservasi (Integrasi Teori Konservasi Modern

Dengan Konservasi Alam Menurut Islam), hal. 186

Page 101: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

82

“Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak

sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-

kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-

benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan (dia telah

menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya

dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang

kamu tidak mengetahuinya” (QS.An-Nahl [16]: 7-8).

Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 04 Tahun 2014

tentang Pelestarian Satwa Langka Untuk Menjaga Keseimbangan

Ekosistem. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :

Menimbang :

1. Bahwa dewasa ini banyak satwa langka seperti harimau, badak, gajah,

dan orangutan serta berbagai jenis reptil, mamalia, dan aves terancam

punah akibat kesalahan perbuatan manusia.

2. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi

(khalifah fi al-ardl) mengemban amanah dan bertanggung jawab untuk

memakmurkan bumi seisinya.

3. Bahwa seluruh makhluk hidup, termasuk satwa langka seperti seperti

harimau, badak, gajah, dan orangutan serta berbagai jenis reptil,

mamalia, dan aves diciptakan Allah dalam rangka menjaga

keseimbangan ekosistem dan ditundukkan untuk kepentingan

kemaslahatan manusia secara berkelanjutan.

4. Bahwa oleh karenanya manusia wajib menjaga keseimbangan

ekosistem dan kelestariannya agar tidak menimbulkan kerusakan

(mafsadah).

Page 102: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

83

5. Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b, c, dan d Komisi

Fatwa MUI perlu menetapkan fatwa tentang pelestarian satwa langka

untuk menjaga keseimbangan ekosistem guna dijadikan pedoman.

MENGINGAT: Ayat-ayat Al-Quran, hadits Rasulullah saw qâidah

ushûliyyah dan qâidah fiqhiyyah.

MEMPERHATIKAN:

a. Pendapar para ulama terkait masalah pelestarian satwa

b. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

c. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun

2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-undang.

Peraturan

d. Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan

Satwa Liar.

e. Hasil pertemuan MUI dan Focus Group Discussion (FGD) MUI dengan

Kementerian Kehutanan, Universitas Nasional, WWF Indonesia dan

Forum Harimau Kita tentang “Pelestarian Harimau dan Satwa Langka

lainnya Melalui Kearifan Islam”, pada 13 Juni 2013 dan 25 Juli 2013.

f. Hasil kunjungan lapangan bersama antara MUI, Universitas Nasional,

WWF Indonesia dan Forum Harimau Kita ke Taman Nasional Tesso

Nilo dan Suaka Margasatwa Rimbang Baling, Riau pada 30 Agustus

sampai dengan 1 September 2013.

g. Hasil Rapat Pendalaman Komisi Fatwa MUI bersama Kementerian

Kehutanan, LPLH-MUI, Universitas Nasional dan WWF pada 20

Desember 2013.

Page 103: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

84

h. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang dalam Rapat Pleno

Komisi Fatwa pada tanggal 22 Januari 2014.85

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :Fatwa tentang pelestarian satwa langka untuk menjaga

keseimbangan ekosistem.

Pertama : Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan: Satwa langka adalah semua jenis

sumber daya alam hewani yang hidup di darat, air, atau di udara, baik

yang dilindungi maupun yang tidak, baik yang hidup di alam bebas

maupun yang dipelihara; mempunyai populasi yang kecil serta jumlahnya

di alam menurun tajam, dan jika tidak ada upaya penyelamatan maka akan

punah.

Kedua : Ketentuan Hukum

1) Setiap makhluk hidup memilki hak untuk melangsungkan

kehidupannya dan didayagunakan untuk kepentingan kemaslahatan

2) manusia.Memperlakukan satwa langka dengan baik (ihsan), dengan

jalan melindungi dan melestarikannya guna menjamin keberlangsungan

hidupnya hukumnya wajib.

3) Perlindungan dan pelestarian satwa langka sebagaimana angka 2 antara

lain dengan jalan:

a) Menjamin kebutuhan dasarnya, seperti pangan, tempat tinggal, dan

kebutuhan berkembang biak.

b) Tidak memberikan beban yang di luar batas kemampuannya.

c) Tidak menyatukan dengan satwa lain yang membahayakannya.

d) Menjaga kebutuhan habitat.

e) Mencegah perburuan dan perdagangan illegal.

85 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 04 Tahun 2014 tentang

Pelestarian Satwa Langka untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem, hal. 11

Page 104: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

85

f) Mencegah konflik dengan manusia.

g) Menjaga kesejahteraan hewan (animal welfare).

4) Satwa langka boleh dimanfaatkan untuk kemaslahatan sesuai dengan

ketetuan syariat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5) Pemanfaatan satwa langka sebagaimana angka 4 antara lain dengan

jalan:

a. Menjaga keseimbangan ekosistem.

b. Menggunakannya untuk kepentingan ekowisata, pendidikan dan

penelitian.

c. Menggunkannya untuk menjaga keamanan lingkungan.

d. Membudidyakan untuk kepentingan kemaslahatan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Membunuh, menyakiti, menganiaya, memburu atau melakukan

tindakan yang mengancam kepunahan satwa langka hukumnya haram

kecuali ada alasan syar‟i, seperti melindung dan menyelamatkan jiwa

manusia.

7) Melakukan perburuan atau perdagangan illegal satwa langka hukumnya

haram. 86

Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), H.

Sholahuddin Al-Ayubi. menyatakan bahwa Fatwa Majelis Ulama

Indonesia bersinergi dengan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU)

Aceh mendukung pelestarian satwa langka untuk pelestarian ekosistem.

Sebagai bentuk kepedulian, ulama Nabi tidak akan tinggal diam apabila

melihat terjadi kerusakan lingkungan termasuk ancaman kepunahan satwa

sebagai makhluk Allah.

86 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 04 Tahun 2014 tentang

Pelestarian Satwa Langka untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem, hal. 12

Page 105: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

86

Menurut al Ayubi, Kepunahan satwa langka di Indonesia terjadi sangat

cepat. Hal ini dikarenakan dengan berbagai tindakan manusia, Padahal

seluruh satwa diciptakan untuk kepentingan kemaslahatan umat manusia,

sehingga perlu dijaga keseimbangannya dalam ekosistem. MUI

berpandangan harus ada upaya nyata untuk memperkecil laju kepunahan.

Fatwa ini berisikan tentang upaya penyelamatan satwa-satwa langka,

termasuk gajah, harimau, badak, orangutan dan satwa langka lainnya yang

terancam kepunahan.

Fatwa ini menyasar perlindungan dan pelestarian satwa langka

melalui penyediaan kebutuhan dasarnya, tidak memberikan beban diluar

batas kemampuan satwa itu sendiri termasuk hak satwa dalam

mendapatkan perlindungan habitat. Hal yang terpenting adalah mencegah

perburuan dan perdagangan ilegal. Fatwa ini dapat mencegah konflik

antara satwa dengan manusia. Perlakuan yang baik terhadap satwa juga

termasuk dalam menyikapi binatang dan hewan ternak, dengan berbuat

ihsan.

Berdasarkan fatwa, satwa langka boleh dimanfaatkan sesuai dengan

ketentuan syariat dan ketentuan peraturan perundang-undangan melalui

prinsip-prinsip menjaga keseimbangan ekosistem, menggunakannya untuk

kepentingan ekowisata, pendidikan dan penelitian. Selain itu, satwa juga

dapat digunakan untuk menjaga keamanan lingkungan, serta untuk

kebutuhan budidaya.87

87 Hadi S. Ali Kodra, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, hal.154

Page 106: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

87

BAB III

MENGENAL MUHAMMAD MUTAWALLI ASY-SYA’RAWI DAN

KITAB TAFSÎR ASY-SYA’RÂWÎ

A. Biografi Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi

1. Latar Belakang Sosio Historis Muhammad Mutawalli Asy-Sya‟rawi

Nama lengkap asy-Sya‟rawi adalah Muhammad Mutawalli asy-

Sya‟rawi. Beliau adalah tokoh kenamaan yang lahir di tanah Mesir,

yang menjadi daerah tempat tinggalnya para ulama pembaharu Islam

(mujaddid) seperti al-Thanthawi, Jamal al-Din al-Afghani,

Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan lain-lain. Asy-Sya‟rawi

dikenal sebagai seorang pemikir yang populer saat itu juga, termasuk

salah seorang mufassir kontemporer yang telah melahirkan beberapa

karya tafsir.1

Asy-Sya‟rawi merupakan anak sulung dari empat bersaudara.

Salah seorang dari saudaranya yaitu Ibrahim meninggal dala perang

Suez tahun 1956, sedangkan saudaranya yang lain yaitu Husain

meninggal dalam perang pada tahun 1967. Ayahnya bernama Syekh

Abdullah al-Anshari. Beliau sangat bersemangat untuk menjadikan

anaknya sebagai seorang ahli agama. Ayahnya selalu berdo‟a agar

Allah memberikan seorang anak yang kelak akan menjadi seoramg

ulama. Do‟anya pun terkabul dengan lahirnya seorang anak laki-laki

yang diberi nama Muhammad karena tafa’ul kepada Nabi

Muhammad saw. Ayahnya juga memberi gelar “Amîn” ketika asy-

Sya‟rawi masih kecil dan gelar ini dikenal masyarakat di daerahnya.2

1 Khusnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan Kitab-kitab

Tafsir Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer, (Depok: Lingkar Studi Al-Qur‟an,

2013) hal. 219

2 Sa‟id Abu Al-Ainan, Asy-Sya’râwî Allazdiî Lana’rifah, (Kairo, Akhbar al-Yaum,

1995), hal. 9

Page 107: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

88

Berkaitan dengan nasab (keturunan) asy-Sya‟rawi, dalam sebuah

kitab yang berjudul Ana min Sulalat Ahl al-Bait, asy-Sya‟rawi

menjelaskan bahwa beliau merupakan keturunan dari cucu

Rasulullah saw. yaitu Hasan dan Husain. Asy-Sya‟rawi diberikan

dilingkungan keluarga terhormat yang mempunyai pertalian dengan

para ulama serta wali. Ayahnya bekerja sebagai seorang petani

sederhana yang mengolah tanah milik orang lain, walaupun demikan,

ayahnya mempunyai kecintaan terhadap ilmu dan sering mendatangi

majlis-majlis untuk mendengarkan tausiyah para ulama.3

Ayahnya mempuyai hasrat dan keinginan yang besar untuk

mengarahkan anaknya menjadi seorang ilmuan. Untuk

merealisasikan cita-citanya ini, ia selalu memantau asy-Sya‟rawi

kecil ketika sedang belajar. Ayahnya ingin kelak asy-Sya‟rawi masuk

ke Universitas al-Azhar. Asy-Sya‟rawi sendiri mengaui besarnya

peranan sang ayah dalam membentuk kepribadiannya, diibaratkan

kalau dari gurunya asy-Sya‟rawi mengambil 10%, maka yang 90%

diperoleh dari ayahnya.

Daerah Daqdus dipenuhi dengan nuansa keagamaan yang kental.

Kesibukan hari-hari besar keagamaan sepanjang tahun mewarnai

kota ini, di kota ini terdapat lima orang syekh pemimpin tarekat

bersama dengan pengikut-pengikutnya masing-masing memeriahkan

suasana perayaan hari-hari besar keagamaan yang berlangsung setiap

bulan tersebut. Sedangkan provinsi Daqhliyyat sendiri merupakan

sebuah provinsi produktif yang melahirkan generasi bangsa yang

jenius, yang banyak memberikan kontribusi berharga bagi negara

Mesir.

3 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern,

(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2011), hal. 144

Page 108: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

89

Lingkungan alam dikampung halamannya telah membukakan

matanya, sehingga ketika memandang keindahan alam sekitarnya,

maka Asy-Sya‟rawi teringat kepada Allah. Alam sekitar baginya

merupakan kitab yang terbuka. Maka lingkungan halaman yang

indah itu dihayatinya sedemikian rupa, sehingga menyita banyak

perhatiannya dan menjadi penangkal baginya dari kenakalan remaja.

Dalam sehari-hari, asy-Sya‟rawi banyak bergaul dengan dengan

orang-orang tua yang sebaya atau yang lebih muda dengannya.

Lingkungan pergaulannya itulah yang memberi andil sangat besar

dalam membentuk jiwa dan kepribadiannya.4

Asy-Sya‟rawi menikah ketika usianya masih muda atas

permintaan ayahnya yang menginginkan beliau menikah lebih awal

dan istrinya adalah pilihan keluarga. Mereka dikaruniai lima orang

putra dan putri yaitu Sami, „Abd al-Rahim, Ahmad, Fatimah dan

Shalihah. Asy-Sya‟rawi berpendapat bahwa sesungguhnya faktor

utama keberhasilan pernikahan adalah ikhtiar dan kerelaan kedua

belah pihak. Mengenai pendidikan anak-anak asy-Sya‟rawi

menyebutkan bahwa hal yang penting adalah memberi contoh dan

teladan dan menunjukkan akhlak yang mulia kepada mereka

sehingga diharapkan mereka nanti akan mengikutinya.5

2. Perjalanan Intelektual Muhammad Mutawalli Asy-Sya‟rawi

Sejak kecil asy-Sya‟rawi sudah gemar menuntut ilmu. Hal ini

tidak terlepas dari dorongan orang tuanya yang sangat mencintai

ilmu. Asy-Sya‟rawi mengatakan: “Ayahku sangat gandrung dengan

ilmu dan senantiasa berteman dengan para ulama”. Beliau juga suka

4 Sa‟id Abu Al-Ainan, Asy-Sya’râwî Allazdiî Lana’rifah, hal. 12

5 Ahmad Al-Mursi Husein Jauhar, Al-Syekh Muhammad Mutawalli Al-Sya’rawi,

(Kairo: Nahdhoh, 1990), hal. 63

Page 109: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

90

menolong orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Ayahku sangat

antusias memasukkanku ke lembaga pendidikan al-Azhar, karena

mimpi yang pernah dilihat oleh pamannya ketika aku dilahirkan ke

dunia, kakekku berkata: “Di malam ini aku diberi kabar gembira, aku

melihatnya dalam mimpiku seraya menunjuk ke arah mimbar masjid,

ia pun berkata: Aku melihatnya di atas mimbar masjid dengan wajah

seperti anak ayam berkhutbah di hadapan manusia”.

Kebiasaan ayahku adalah mengerjakan shalat shubuh di masjid

dan beliau senantiasa melakukannya. Adapun kakekku dari kalangan

keluarga yang baik-baik, ia juga selalu melakukan shalat shubuh di

masjid. Di malam saat aku dilahirkan, ayahku terlambat pergi ke

masjid para jama‟ah menunggunya karena beliau biasa menjadi

imam. Ketika datang, kakekku bertanya: “Kamu dari mana?”, ayahku

menjawab: “Istriku tadi malam melahirkan sehingga aku sangat

sibuk, serta bidan yang mengurusi kelahiran asy-Sya‟rawi berkata:

“Alhamdulillah istrinya telah melahirkan anak laki-laki”.

Para jama‟ah serentak berkata: “MasyaAllah, semoga Allah

memberkahi Mutawalli”. Kemudian kakekku berkata: “Aku

mendapat kabar gembira malam ini, aku melihatnya dalam

mimpiku”. Ia menunjuk ke arah mimbar dan berkata: “Aku

melihatnya di atas mimbar, dia seperti seekor anak ayam yang

berkhutbah di hadapan manusia”. Para jama‟ah tercengang dan

mereka berkata: “Anak ayam di atas mimbar dan berkhutbah?”,

kemudian salah seorang dari jama‟ah yang mengetahui asal anak

ayam berkomentar: “Anak ayam yang berbicara semula dari telur

yang berbicara pula”, spontanitas mereka tertawa.

Kemudian kakekku berkata: “Ini bukanlah anak ayam yang

keluar dari telur yang berkokok, tapi dia adalah Mutawalli Asy-

Page 110: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

91

Sya‟rawi”. Ketika ayahku mendengarnya, ia berkata: “Anak ini harus

menjadi orang yang berilmu”. Sejak saat itu ayahku sudah sangat

berkeinginan kelak ingin memasukkanku ke sekolah al-Azhar”.6

Sejak kecil, asy-Sya‟rawi sudah biasa bekerja di ladang dan

pernah punya cita-cita untuk menjadi seorang petani yang

mempunyai tanah sendiri. namun besarnya tekad sang ayah untuk

menyekolahkannya di sekolah dasar, ia pun beralih perhatian untuk

belajar prinsip-prinsip berhitung, membaca, menulis, dikte dan

qawa’id. Selain itu asy-Sya‟rawi juga belajar Al-Qur‟an atau kuttab

yang meliputi pelajaran membaca, menulis dan menghafalkan Al-

Qur‟an. lembaga pendidikan terakhir ini sangat banyak berperan

dalam membentuk akhlaknya, karena murid yang usianya lebih tua di

lembaga tersebut terlatih untuk membimbing murid-murid yang lebih

muda dan murid yang usianya muda menghormati murid yang lebih

tua usianya. Masing-masing menjalankan hak dan kewajibannya

secara seimbang.

Dalam usia 11 tahun, beliau sudah hafal Al-Qur‟an. Asy-

Sya‟rawi terdaftar di Madrasah Ibtidaiyyah (lembaga pendidikan

dasar) di al-Azhar, Zaqaziq pada tahun 1926 M. Sejak beliau kecil,

sudah timbul kecerdasannya dalam menghafal sya‟ir (puisi) dan

pepatah Arab dari sebuah perkataan hikmah. Asy-Sya‟rawi sangat

mencintai sastra khususnya sya‟ir. Ia menulis sya‟ir ketika menjadi

siswa di Ma‟had Zaqaziq al-Dini. Sya‟ir-sya‟irnya di dominasi oleh

dimensi keagamaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya di

6 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern,

hal. 144

Page 111: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

92

al-Azhar. Asy-Sya‟rawi mendapatkan ijazah Madrasah Ibtidaiyyah

al-Azhar pada tahun 1923 M.7

Memasuki Madrasah Tsanawiyyah (lembaga pendidikan

menengah), bertambahlah minatnya dalam sya‟ir dan sastra. Beliau

telah mendapatkan tempat khusus di antara rekan-rekannya, serta

terpilih sebagai ketua persatuan mahasiswa dan menjadi ketua

perkumpulan sastrawan di Zaqaziq.8 Pada tahun 1934, ia sempat

memimpin demonstrasi menuntut turunnya sang raja Muhammad

Fuad. Hal tersebutlah yang membawanya ditangkap dengan beberapa

temannya dan dipenjara selama satu bulan.9

Setelah menyelesaikan studinya di sekolah tingkat atas, asy-

Sya‟rawi melanjutkan studinya pada fakultas bahasa Arab,

Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 1937 dan menyelesaikan

studi S1 pada tahun 1941. Kecerdasannya telah memaksakannya

untuk masuk pada fakultas Bahasa Arab. Asy-Sya‟rawi mengatakan

bahwa ketika dirinya lulus dari Ma‟had Tsanawi, nilainya sangat

tinggi dan ia bermaksud untuk melanjutkan kuliahnya pada fakultas

Ushuluddin atau Syari‟ah di Universitas al-Azhar, Kairo. Karena

kedua fakultas tersebut erat kaitannya dengan ilmu-ilmu keislaman.

Tetapi panitia penerimaan mahasiswa baru mengetahui bahwa

jumlah nilainya sangat tinggi kemudian mereka mendaftarkannya ke

fakultas Bahasa Arab.

Adapun alasan yang disyaratkan untuk masuk ke fakultas bahasa

Arab lebih tinggi dibanding fakultas Ushuluddin dan fakultas

7 Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî: Studi Analisis Terhadap

Ayat-ayat Kauniyah, hal. 111

8 Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi, Qashash Al-Qur’an, (Kairo: Al-Maktabah

al-Taufiqiyyah, 2004), hal. 4

9 Henry Muhammad, Tokoh-tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:

Gema Insani, 2006), hal. 274

Page 112: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

93

Syari‟ah, karena bahasa Arab merupakan kunci untuk mempelajari

ilmu-ilmu keislaman. Inilah sebab masuknya asy-Sya‟rawi ke

fakultas bahasa Arab. Di fakultas bahasa Arab tidak hanya

mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab saja, tetapi juga mempelajari

ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu tafsir, hadis, fiqih dan sebagainya

hanya saja melalui bahasa Arab, sebagaimana juga di fakultas

Ushuluddin dan Syari‟ah mempelajari bahasa Arab untuk

kepentingan ilmu-ilmu keislaman. Jadi ilmu-ilmu yang dipelajari di

al-Azhar saling berkaitan satu sama lain. 10

Asy-Sya‟rawi pernah ditangkap dan dikeluarkan dari Al-Azhar

beberapa kali dari gerakan-gerakan yang beliau lakukan. Selama

belajar, beliau cukup aktif digerakan pelajar, di antaranya adalah

memimpin gerakan al-Maraghi yang bertujuan untuk menurunkan

Syekh al-Dzawahiri dari jabatannya sebagai Syekh Al-Azhar, karena

bersekongkol dengan Sidqi Pasya. Sebab lainnya beliau ditangkap

adalah karena ulama lulusan Al-Azhar yang mengajar di sana, digaji

lebih rendah dari biaya hidup seekor anjing piaran milik bangsa

asing, yaitu tiga pound Mesir perbulan.

Dalam gerakannya tersebut, beliau sempat ditahan selama 30

hari karena dianggap menghina penguasa. Setelah keluar dari

tahanan, beliau meneruskan gerakannya sampai berhasil menaikkan

Syekh al-Maraghi menjadi Syekh al-Azhar, sesuai dengan keinginan

masyarakat banyak dan gaji dinaikkan menjadi 12 pound.11

Setelah

lulus pendidikan S1, beliau melanjutkan pada jenjang Doktoral yang

10 Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsîr asy-Sya’râwî: Studi Analisis Terhadap

Ayat-ayat Kauniyah, hal. 117

11

Muhammad mutawalli asy-sya‟rawi, Anda Bertanya Islam Menjawab, Terj. Abu

Abdillah Al-Mansur, (Jakarta: Gema Insani, 1990), hal 15

Page 113: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

94

berhasil diselesaikannya pada tahun 1943 dan memperoleh gelar

‘Alâmiyyat dalam bidang ahasa dan sastra Arab.12

3. Karir Muhammad Mutawalli Asy-Sya‟rawi

Asy-Sya‟rawi semasa hidupnya memangku berbagai jabatan.

Adapun awal karir yang ia tekuni adalah sebagai guru di sekolah al-

Azhar yang berada di kota Iskandaria (Alexandaria), lalu

dipindahkan ke kota Zaqaziq, tempat beliau menimba ilmu

sebelumnya. Lambat laun karir asy-Sya‟rawi semakin menanjak,

beliau kemudian diangkat menjadi dosen jurusan Tafsir Hadis di

Fakultas Syari‟ah, Universitas Malik Abdul Aziz di Makkah. Pada

tahun 1951, di Universitas tersebut beliau mengajar selama sembilan

tahun. Pada tahn 1960, beliau diangkat menjadi wakil kepala sekolah

lembaga pendidikan al-Azhar di Thantha.

Asy-Sya‟rawi juga memangku jabatan sebagai direktur dalam

Pengembangan Dakwah Islam pada Departemen Wakaf pada tahun

1961. Pada tahun 1962, asy-Sya‟rawi diangkat menjadi Pengawas

Departemen Bahasa Arab al-Azhar dan ditunjuk sebagai asisten

pribadi Grand Syekh Al-Azhar Hasan Ma‟mun pada tahun 1964.

Pada tahun 1966, asy-Sya‟rawi mengikuti ekspedisi al-Azhar ke

Aljazair pasca kemerdekaan negeri ini. Asy-Sya‟rawi juga berjasa

terhadap pemerintahan Aljazair dalam rangka berupaya menanamkan

kembali nilai-nilai keimanan dan menghapuskan sisa-sisa

kebudayaan yang pernah ditanamkan oleh imperialisme Prancis

dengan meletakkan kaidah-kaidah baru dalam Bahasa Arab. Beliau

mengingatkan masyarakat Aljazair akan pentingnya kembali kepada

12 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 145

Page 114: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

95

Bahasa Arab sebagai salah satu identitas negara Islam. usaha tersebut

mendapat respon yang positif dari penduduk Aljazair.13

Setelah kembali ke Mesir, asy-Sya‟rawi dtunjuk sebagai ketua

Departemen Agama cabang Provinsi Gharbiyyah. Pada tahun 1967,

asy-Sya‟rawi kembali ke Kairo dan bekerja sebagai Direktor kantor

Grand Syekh al-Azhar Hasan Ma‟mun. Pada tahun 1970, asy-

Sya‟rawi menjadi tenaga pengajar tamu di Universitas King Abdul

Malik Abdul Aziz di Makkah dan diangkat pada program Pasca

Sarjana. Sekembalinya ke Mesir, beliau mulai terkenal sebagai

seorang da‟i. Pada tahun 1973, ketika asy-Sya‟rawi ditawari untuk

mengisi acara Nur „Ala Nur di stasiun televisi Mesir, mulailah

namanya mencuat di tengah masyarakat Mesir sebagai seorang da‟i

kondang.

Ketika Mesir dipimpin oleh Presiden Anwar Sadat yaitu pada

tahun 1976, beliau dipilih oleh pimpinan Mahmud Salim sebagai

Menteri Wakaf. Pada tanggal 26 Oktober 1977, beliau ditunjuk

kembali menjadi Menteri Wakaf dan Menteri Negara yang berkaitan

erat dengan Al-Azhar dan kabinet yang dibentuk oleh Mahmud

Salim. Ketika menjabat sebagai menteri wakaf, Asy-Sya‟rawi

memprakarsai pendirian bank Faisal al-Islam yang beroperasi

berdasarkan syari‟at Islam. Kemudian beliau juga mengeluarkan

ketetapan didirikannya Bank Faisal tersebut dan menyatakan bahwa

Departemen Wakaf turut menyumbang saham sebagai modal

awalnya. Beberapa tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1974, beliau

juga merupakan salah seorang pemarkasa berdirinya Bank Dubai

Islami.14

13 Henry Muhammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, hal. 275

14

Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsîr asy-Sya’râwî: Studi Analisis Terhadap

Ayat-ayat Kauniyah, hal. 123

Page 115: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

96

Pada tanggal 15 Oktober 1978, ia diturunkan dari jabatannya

dengan hormat dan tidak dimasukkan dalam formatur kabinet yang

dibentuk oleh Musthafa Khalil. Kemudian beliau ditunjuk sebagai

salah satu pemrakarsa berdirinya Universitas al-Syu‟aib al-

Islamiyyah al-Arâbiyyah, namun asy-Sya‟rawi menolaknya. Pada

tahun 1980 asy-Sya‟rawi pernah diangkat menjadi anggota MPR dan

beliau menolaknya juga. dalam rangka peringatan hari lahir al-Azhar

yang ke 1000 pada tahun 1983, asy-Sya‟rawi mendapat penghargaan

dari presiden Husni Mubarak dalam bidang Pengembangan Ilmu dan

Budaya di Mesir. 15

Dalam bidang penelitian, asy-Sya‟rawi ditunjuk sebagai anggota

Litbang (Penelitian dan Pengembangan) Bahasa Arab oleh Lembaga

Majamma‟ al-Khalidin yaitu perkumpulan yang menangani

Organisasi Pengembangan Bahasa Arab di Kairo pada tahun 1987.

Pada tahun 1988, asy-Sya‟rawi kembali memperoleh wisam al-

Jumhuriyah (mendali kenegaraan) dari presiden Husni Mubarak pada

peringatan hari da‟i, di mana pada tahun ini juga Asy-Sya‟rawi

memeperoleh penghargaan negara atas jasa-jasanya.16

Pada tahun 1990, asy-Sya‟rawi mendapat gelar guru besar dari

Universitas al-Manshurah dalam bidang adab. Selanjutnya pada

tahun 1998, asy-Sya‟rawi mendapat gelar kehormatan sebagai al-

Syakhshiyah al-Islamiyyah al-‘Ula (Profil Islami Pertama di dunia

Islam) di Dubai, serta mendapat penghargaan dalam bentuk uang dari

putra mahkota Ali Nahyan, akan tetapi beliau menyerahkan

penghargaan ini kepada Universitas al-Azhar dan uangnya ia

serahkan kepada para pelajar al-Bu’uts al-Islamiyyah (pelajar-pelajar

15 Henry Muhammad, Tokoh-tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, hal. 276

16

Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 147

Page 116: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

97

yang berasal dari negara-negara Islam di seluruh dunia). Rabithah al-

‘Alam al-Islami (organisasi Islam internasional) yang bermarkas di

Makkah memilihnya sebagai salah satu pemrakarsa berdirinya

Rabithah ini.

Pada tahun 1998, asy-Sya‟rawi mengabdikan dirinya dalam

bidang dakwah, selain mengajar, beliau juga mengisi kegiatan-

kegiatan sosial keagamaan, seperti menjadi khatib, mengisi kegiatan

ceramah, mengisi pengajian tafsir Al-Qur‟an yang disiarkan secara

langsung melalui televisi di Mesir. Ia juga menulis buku, menulis

kolom di berbagai surat kabar dan majalah, di antaranya adalah

majalah Liwaul Islam, Mimbarul Islam, Al-Mukhtar dan al-

I’tishâm.17

Asy-Sya‟rawi juga berseminar ke berbagai negeri, berceramah di

radio dan televisi. Kata-katanya puitis, uraiannya mudah dicerna dan

pembawaannya terdengar tegas namun tetap lembut. Semua

pembahasan yang disampaikan selalu merujuk kepada Al-Qur‟an dan

Sunnah Nabi Muhammad saw. Renungan-renungan yang

disampaikannya ditelvisi Mesir itu kemudian dicetak dan jadilah

tafsir Al-Qur‟an kontemporer yang mudah dipahami.18

Beliau wafat

pada tanggal 22 safar 1419 H, yang bertepatan dengan 17 Juni 1998

M dan dimakamkan di daerah Daqadus.19

17 Hikmatir Pasya, Studi Metodologi Tafsîr Asy-Sya’râwî, Jurnal Studi Al-Qur‟an,

Vol. 1, No. 2, hal. 148

18

Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 143

19

Muhammad Sa‟id Nursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta:

Pustaka Al-Kausar: 2007), hal. 351

Page 117: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

98

4. Latar Belakang Pemikiran Muhammad Mutawalli Asy-Sya‟rawi

Pemikiran asy-Sya‟rawi terbentuk dari aktifitasnya sebagai

seorang intelektual yang lahir dalam kondisi sosio kultural dan

politik Mesir. Hiruk pikuk pergerakan untuk memperoleh

kemerdekaan dan instabilitas politik yang terjadi sampai masa

kepemimpinan Anwar Sadat telah membentuk karakter asy-Sya‟rawi

menjadi tokoh pembaharu dalam bidang keagamaan, sekaligus figur

yang ditauladani oleh masyarakat Mesir, sehingga sampai terwujud

karya besarnya dalam bidang tafsir. 20

a. Pengaruh Sosial Politik

Pergolakan perpolitikan yang terjadi di Mesir sejak

pertengahan abad 19 sampai pertengahan abad 20, ditandai

dengan adanya pergantian bentuk pemerintahan. Mulai dari

bentuk pemerintahan absolut, kemudian bentuk pemerintahan

monarki konstitusional, sampai akhirnya terbentuk pemerintahan

Republik yaitu sejak terjadinya revolusi pada tahun 1952 yang

dipimpin oleh Gamal Abdu Nasser.

Perubahan bentuk pemerintahan menjadi Republik, menjadi

situasi politik saat itu memaksa munculnya ide-ide pembaharuan

yang didasarkan kepada formulasi modernisasi Islam dan

kemunculan Nasionalisme Mesir. Rif‟ah Badawi Rafi‟ al-

Tahtawi, memformulasikan sebuah gerakan untuk merubah mesir

dari hal-hal yang sebelumnya dianggap tabu, kebutuhan

organisasi politik dan ekonomi. Kemudian dilanjutkan oleh

Jamaluddin al-Afghani, seorang berkebangsaan India yang

menetap di Mesir. Kemudian direalisasikan dalam sebuah

20 Hikmatir Pasya, Studi Metodologi Tafsir Asy-Sya’rawi, Jurnal Studi Al-Qur‟an,

Vol. 1, No. 2, hal. 145

Page 118: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

99

gerakan politik al-Hizb al-Wathani dengan slogan Mishr li al-

Misriyyun.

Selanjutnya diteruskan oleh Sa‟ad Zaghlul, yang tampil

sebagai tokoh pergerakan untuk menuntut kemerdekaan Mesir

dari Inggris. Kemudian beliau membentuk delegasi untuk

menuntut kemerdekaan Mesir kepada Konferensi Perdamaian di

Paris pada tahun 1919, yang diakhiri dengan penangkapan

Zaghlul oleh kolonial Inggris, karena gerakannya dianggap

gerakan pemberontak dan ia dibuang ke Malta.21

Hal tersebut tidak mengurungkan semangat masyarakat

Mesir, hingga pada tanggal 22 Januari 1922, Mesir

memproklamasikan diri sebagai negara merdeka, lalu diikuti

dengan pemberlakuan konstitusi. Kemudian umat Muslim

mendirikan organisasi Ikhwanul Muslimin (The Muslim

Brotherhood) pada tahun 1928 yang diprakarsai oleh seorang

tokoh, Hasan al-Banna. Beliau mewariskan ide-ide reformasi

tradisional melalui organisasinya untuk dua tujuan, yaitu:

Pertama, terbebas dari jajahan asing. Kedua, menjadi negara

sebagai basis Islam.22

Partai Wafd, menyebar luas ke penjuru Mesir, salah satunya

Daqdus, tempat kelahiran asy-Sya‟rawi. Pengaruh ide-ide

pembaharu dalam pergerakan dan sikap nasionalisme memiliki

peran signifikan bagi perkembangan pemikiran asy-Sya‟rawi.

Asy-Sya‟rawi juga merupakan salah satu tokoh yang mengagumi

21 Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006),

hal. 962

22

M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim Yang Mengubah Dunia, (Yogyakarta:

Didlossia, 2007). hal. 376

Page 119: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

100

Hasan al-Banna, karena idealismenya dan keikhlasannya dalam

berdakwah.23

b. Pengaruh Intelektual

Mesir pada masa kepemimpinan Muhammad Ali Pasha,

sangat bereperan dalam mempengaruhi ideologi sekuler pada

pendidikan di Mesir, dengan membentuk sistem pendidikan

tradisional dan pendidikan modern sekuler. Pada masa itu juga

berusaha ingin meruntuhkan pengaruh Al-Azhar di Mesir, salah

satunya dengan menguasai badan wakaf Al-Azhar yang

merupakan urat nadinya, namun rencana itu tidak berhasil.

Abad ke 19, Al-Azhar masih menggunakan sistem

tradisional, di mana hampir seluruh lembaga pendidikan di Mesir

menggunakan sistem modern sekuler. Demikian itu, sedikit

banyak mempengaruhi pada sistem al-Azhar, yang kemudian

mulai muncul sistem ujian untuk mendapatkan ijazah al-

‘Alamiyah (kesarjanaan) al-Azhar pada tahun 1872. Disusul

dengan dibentuknya dewan administrasi di al-Azhar pada tahun

1896.

Ide-ide pembaharuan di al-Azhar mulai mengalami percepatan.

Kemudian lahirlah ilmu-ilmu modern ke dalam kurikulumnya, yang

saat itu diprakarsai oleh Muhammad Abduh. Berbagai fakultas mulai

didirikan seperti Fakultas Induk Syarî’ah wa al-Qanûn (Hukum

Internasional) yang merupakan bangunan pertama yang berdiri pada

tahun 1930, kemudian Fakultas Ushuluddin dan Bahasa Arab,

Fakultas, Fakultas Syari‟ah Islamiyyah, Fakultas Dakwah

23 Hikmatir Pasya, Studi Metodologi Tafsîr Asy-Sya’râwî, Jurnal Studi Al-Qur‟an,

Vol. 1, No. 2, hal. 147

Page 120: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

101

Islamiyyah, Fakultas Dirasat Islâmiyyah wa al-‘Arâbiyyah dan lain

sebagainya.

Pada masa itu, al-Azhar menjadi pilihan pertama bagi

masyarakat Mesir untuk menimba ilmu. Alasan itulah yang

menjadikan orang tua asy-Sya‟rawi sangat menginginkan anaknya

untuk belajar di sana. Ia mengatakan pengalamannya di al-Azhar

pada tahun 1926 tidak seperti al-Azhar sebelumnya, di mana

menjadi basis gerakan kebencian terhadap Inggris. Sehingga sempat

dikenal berporos pada suatu gerakan politik tertentu. Riwayat hidup

asy-Sya‟rawi ini memberikan pelajaran berharga yang harus

diteladani yaitu kesungguhan dalam bidang dakwah dan pendidikan,

khususnya dalam bidang tafsir Al-Qur‟an.24

5. Karya-karya Muhammad Mutawalli Asy-Sya‟rawi

Asy-Sya‟rawi merupakan ulama yang produktif. Semasa

hidupnya beliau telah banyak mengahasilkan karya. Perlu diketahui

bahwa semua karyanya bukanlah hasil tulisan asy-Sya‟rawi,

melainkan hasil tulisan muridnya. Asy-Sya‟rawi tidak menulis

sendiri buku-bukunya karena ia berpendapat bahwa kalimat yang

disampaikan secara langsung dan diperdengarkan akan lebih

mengena dari pada kalimat yang disebarluaskan dengan tulisan,

sebab semua orang akan mendengar dari narasumber yang sama.25

Meskipun asy-Sya‟rawi berependapat demikian, beliau tidak

menafikan kebolehan muridnya untuk mengalihbahasakan pelajaran

yang sudah beliau sampaikan secara langsung ke dalam bahasa

24 Hikmatir Pasya, Studi Metodologi Tafsîr Asy-Sya’râwî, Jurnal Studi Al-Qur‟an,

Vol. 1, No. 2, hal. 148

25

Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 148

Page 121: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

102

tulisan, Sehingga tertulis dalam sebuah buku, karena tidakan ini

membantu program sosialisasi pemikirannya dan juga mencangkup

atas asas manfaat yang lebih besar bagi manusia secara keseluruhan.

Adapun lembaga yang berhak menerbitkan karangan asy-

Sya‟rawi yaitu Lembaga Penerbitan Akhbar al-Yaum dan Maktabah

al-Turats al-Islam di bawah pimpinan „Abd al-Hajjaj. Penerbitan

buku-buku ini tidak terlepas dari pengawasan Majma’ asy-Sya’rawi

al-Islami. Karangan-karangan yang dicetak oleh penerbit Akhbar al-

Yaum di antaranya adalah hasil dari perkuliahan-perkuliahan yang

kemudian dikumpulkan dan dibuat buku, di antaranya adalah:

a. Al-Isrâ wa al-Mi’râj

b. Al-Qadhâ wa al-Qadr

c. Beberapa tafsir tematik yang pernah disampaikan oleh Asy-

Sya‟rawi, di antaranya:

1) Al-Syaithân wa al-Insân

2) Ayat Kursi

3) Surat al-Kahf

4) Al-Du’â al-Mustajabah

5) Al-Mar’ah fî Al-Qur’ân

6) Al-Khâlîl wa al-Harîm

7) Al-Hayât wa al-Maut

8) Al-Asmâ’ wa al-Husnâ

9) Muhammad Rasulullah

10) Nihayat al-‘Alim

11) Al-Hajj wa al-Mabrûr

12) Al-Ghaib, dan lain-lain.26

26 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 150

Page 122: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

103

Adapun buku-buku yang dicetak pleh Lembaga Penerbit

Maktabah al-Turats dan juga penerbit Dar al-Jair Beirut, di antaranya

adalah:

a. Al-Mukhtâr min Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Adzîm

b. Al-Nubu’at al-Syaikh asy-Sya’râwî

c. Al-Jihâd al-Islâmi al-Sirâh al-Nabâwiyah

d. al-Hijrah an-Nabâwiyah

e. Syekh Mutawalli Asy-Sya’râwî Qadhâya al-‘Ashr

f. Al-Fatawa al-Kubrâ

Penerbit lainnya yang telah mencetak buku-buku sy-Sya‟rawi

seperti Dar al-Audhah dan Beirut, di antaranya adalah:

a. Al-Islâm Hadatsah wa Hadlârah

b. Tarbiyah al-Insân al-Muslim

c. ‘Ala Maidat al-Fikrî al-Islamî

Buku-buku yang dikarang asy-Sya‟rawi juga dicetak oleh

Bimbingan Rohani dan Kementrian Pertahanan Mesir, di antaranya

adalah:

a. Al-Isrâ wa al-Mi’raj

b. Al-Qadhâ wa al-Qadr

c. I’jâz Bayani wa I’jaz ‘Ilmi fî Al-Qur’an

d. Majmu’at Muhadlârah asy-Sya’rawi (kumpulan catatan kuliah

asy-Sya‟rawi)

e. Allah wa al-Nafs al-Basyariyyah

f. Al-Mausu’ah al-Islamiyyah li al-Athfâl (ensiklopedi Islam untuk

anak-anak).27

27 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 148

Page 123: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

104

Suplemen majalah al-Azhar menyebutkan beberapa karangan asy-

Sya‟rawi di bawah naungan dan bimbingannya. Sebagai contoh

adalah Tafsîr asy-Sya’râwî, di mana sebagian karangannya ini bukan

hanya ditulis dalam bentuk tafsir tapi juga diformat menjadi audio

visual pasca permintaan izin darinya. Dalam hal ini asy-Sya‟rawi

tidak melakukan revisi tetapi beliau mengembalikannya kepada hati

nurani orang-orang yang mengerjakan formasi audio visual tersebut.

sedangkan hadis-hadis yang ada di dalam Tafsîr asy-Sya’râwî,

ditakhrij oleh Umar Hasyim yang pernah menjabat sebagai rektor al-

Azhar.28

6. Pandangan Para Ulama Terhadap Muhammad Mutawalli Asy-

Sya‟rawi

Menurut Ahmad Umar Hasyim, Asy-Sya‟rawi merupakan profil

da‟i yang mampu menyelesaikan permasalahan umat secara

proposional. Tidak hanya menolak mentah-mentah inovasi masa kini,

bahkan beliau sangat antusias dalam penemuan ilmiah terutama yang

berkaitan dengan substansi Al-Qur‟an. Asy-Sya‟rawi juga

mengatakan bahwa karangan-karangan asy-Sya‟rawi merupakan harta

kekayaan yang sangat berkualitas karena beliau mencangkup semua

segi kehidupan. Karangannya tidak hanya memuat satu permasalahan

fenomenal saja, tetapi juga membahas permasalahan kontemporer

yang dihadapi umat di era globalisasi secara keseluruhan.

Yusuf al-Qardhawi memandang asy-Sya‟rawi sebagai penafsir

yang handal, karena penafsirannya tidak terbatas ruang dan waktu,

tetapi juga mencangkup kisi-kisi kehidupan. Seorang intelek muslim

28 Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsîr asy-Sya’râwî: Studi Analisis Terhadap

Ayat-ayat Kauniyah, (Ciputat: Pustakapedia, 2019), hal. 120

Page 124: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

105

Mesir, Muhammad Imarah yang juga merupakan rekan kerja asy-

Sya‟rawi menyatakan bahwa asy-Sya‟rawi adalah pemimpin zaman

yang dicintai umat di negeri Arab dan di dunia Islam.29

Ketika asy-Sya‟rawi mengahafal Al-Qur‟an dan belajar agama di

sekolah al-Azhar, Zaqaziq, beliau berkecimpung dalam pergerakan

politik untuk membebaskan umat dari penjajah. Keuletannya dalam

kegiatan belajar dan politik, mendorong asy-Sya‟rawi menjadi

seorang penyair yang mempunyai hafalan yang sangat kuat dan

keberanian untuk memimpin demonstrasi, kekacauan dan kemogokan

demi kemerdekaan Mesir dan reformasi di al-Azhar. Keunggulan dan

keistimewaan asy-Sya‟rawi dalam berbagai hal, mengangkatnya ke

permukaan masyarakat sejak usia kecil.30

„Abd al-Fattah al-Fawi berpendapat bahwa asy-Sya‟rawi

bukanlah seorang yang tekstual, beku di hadapan nash, tidak terlalu

cenderung ke akal, tidak pula sufi yang hanyut dalam ilmu kebatinan,

namun asy-Sya‟rawi menghormati nash, memakai akal yang terpancar

darinya keterbukaan dan kekharismatikannya.31

Selanjutnya Syekh al-Azhar Muhammad Sayyid Thantawi sangat

menghormati dan mengahragai kegigihan asy-Sya‟rawi dalam

mensosialisasikan Islam di tengah hingar bingar kehidupan

materialistik dan jasa-jasanya terhadap al-Azhar. Beliau mengatakan

bahwa asy-Sya‟rawi telah menyerahkan seluruh kehidupannya demi

Islam dengan bekal ilmu dan akhlak. Asy-Sya‟rawi merupakan profil

pecinta agama Islam yang mempunyai sanak keluarga dan sahabat

yang ideal yang senantiasa memperhatikan kekuatan fisik dan non

29 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 159

30

Henry Muhammad, Tokoh-tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, hal. 275

31

Husain Jauhar, Ma’a Da’iyah al-Islam Syekh Muhammad Mutawalli Asy-

Sya’rawi Imam al-‘Ashr, (Kairo: Maktabah Nahdah, t.th.), hal. 29

Page 125: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

106

fisik untuk generasi al-Azhar. Asy-Sya‟rawi juga memiliki kecerdasan

yang luar biasa dan hati yang lapang, serta berkelakuan baik terhadap

lingkungan sekitar. Tidak ada lafadz dalam bahasa Arab yang

memadai untuk menyatakan perasaan sedih yang mendalam atas

wafatnya asy-Sya‟rawi.32

B. Profil Kitab Tafsir Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi

1. Identifikasi Fisiologis Tafsîr asy-Sya‟râwî

Karya tulis asy-Sya‟rawi diberi judul Tafsîr asy-Sya‟râwî, yang

diambil dari nama asli pemiliknya yaitu Syekh Muhammad Mutawalli

asy-Sya‟rawi. Menurut Muhammad Ali Iyazi, judul yang terkenal dari

karya ini Tafsîr asy-Sya’râwî, Khawâtir asy-Sya’râwî Haulâ Al-Qur’ân

al-Karîm. Pada mulanya tafsir ini hanya diberi nama Khawâtir asy-

Sya’râwî yang dimaksudkan sebagai perenungan (khawâtir) dari diri

asy-Sya‟rawi terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an. Tafsîr asy-Sya‟râwî mulai

diterbitkan dalam bentuk karya tafsir oleh penerbit Akbâr al-Yaum

Idarah al-Kutub wa al-Maktabah pada tahun 1991 (tujuh tahun

sebelum asy-Sya‟rawi meninggal dunia). Sebelum diterbitkan, kitab

tafsir ini pernah dimuat dalam majalah al-Liwa dari tahun 1986-1989,

pada edisi 251-332.33

Tafsîr asy-Sya‟râwî selain mendapatkan

pentashihan dari pemiliknya, juga ditashih oleh Lembaga al-Azhar

yaitu Majma’ al-Buhuts al-islamiyyah.34

32 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 160

33

Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî: Studi Analisis Terhadap

Ayat-ayat Kauniyah, hal. 124

34

Majma’ al-Buhûts al-islamiyyah adalah suatu lembaga otoritatif yang bisa

menentukan apakah suatu karya ilmiyyah itu layak atau tidak, dapat dikonsumsi atau tidak.

Page 126: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

107

Kitab ini dicetak dalam 29 jilid, namun ada yang mengatakan

bahwa kitab Asy-Sya‟rawi ditulis dalam 18 jilid dengan uraian sebagai

berikut:

a. Jilid I: Pendahuluan, QS. Al-Fatihah [1] sampai QS. Al-Baqarah [2]:

154

b. Jilid II: QS. Al-Baqarah [2]: 155 sampai QS. Ali Imran [3]: 13

c. Jilid III: QS. Ali Imran [3]: 14-189

d. Jilid IV: QS. Ali Imran [3] 190 sampai QS. An-Nisa‟ [4]: 100

e. Jilid V: QS. An-Nisa‟ [4]: 101 sampai QS. Al-Maidah [5]: 54

f. Jilid VI: QS. Al-Maidah [5]: 55 sampai QS. Al-An‟am [6]: 109

g. Jilid VII: QS. Al-An‟am [6]: 110 sampai QS. Al-a‟raf [7]: 188

h. Jilid VIII: QS. Al-A‟raf [7]: 189 sampai QS. At-Taubah [9]: 44

i. Jilid IX: QS. At-Taubah [9]: 45 sampai QS. Yunus [10]: 14

j. Jilid X: QS. Yunus [10]: 15 sampai QS. Hud [11]: 27

k. Jilid XI: QS. Hud [11]: 28 sampai QS. Yusuf [12]: 96

l. Jilid XII: QS. Yusuf [12]: 97 sampai QS. Al-Hijr [15]: 47

m. Jilid XIII: QS. Al-Hijr [15]: 48 sampai QS. Al-Isra‟ [17]: 4

n. Jilid XIV: QS. Al-Isra‟ [17]: 5 sampai QS. Al-Kahfi [18]: 8

o. Jilid XV: QS. Al-Kahfi [18]: 99 sampai QS. Al-Anbiya‟ [21]: 90

p. Jilid XVI: QS. Al-Anbiya‟ [21]: 91 sampai QS. An-Nur [24]: 35

q. Jilid XVII: QS. An-Nur [24]: 36 sampai QS. Al-Qashash [28]: 29

sampai QS. Ar-Rum [30]: 58

r. Jilid XVIII: QS. Al-Qashash [28]: 30 sampai QS. Ar-Rum [30]: 58

s. Jilid XIX: QS. Ar-Rum [30]: 59 sampai QS. Al-Ahzab [33]: 63

t. Jilid XX: QS. Al-Ahzab [33]: 64 sampai QS. Ash-Shaffat [37]: 138.

Muhammad „Ali Iyazi menyatakan bahwa kitab ini dicetak 29 jilid,

yang mencangkup semua ayat-ayat Al-Qur‟an 30 juz. Hal ini penulis

pahami juga dari keterangan Abu Irfah yang mengatakan bahwa kitab

Page 127: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

108

tafsir Asy-Sya‟rawi ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

oleh Tim Terjemah Safir Al-Azhar Indonesia, yang diketuai oleh Zainal

Arifin. Abu Irfah mengatakan yang saya tahu kitab tafsir ini telah

diterjemahkan dari juz 1 sampai juz 30, kecuali juz 27 sampai juz 29.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa isi ceramah Asy-Sya‟rawi yang

menafsirkan Juz „Amma juga telah dibukukan dan diterbitkan oleh

penerbit Dar al-Rayah, Mesir pada tahun 2008.35

Satu hal yang cukup unik pada Tafsir asy-Sya‟rawi yaitu terletak

pada penomoran halamannya. Halaman pertama pada jilid 2 ditulis

lanjutan dari halaman terakhir pada jilid 1. Jadi sampai akhir jilid,

penomoran halaman ditulis berlanjut. Pada jilid terakhir dari koleksi

penulis (jilid 20), halaman yang paling akhir adalah halaman 12832.

2. Identifikasi Metodologis Tafsîr Asy-Sya‟râwî

a. Latar Belakang Penulisan Kitab Tafsîr Asy-Sya‟râwî

Tafsîr asy-Sya‟râwî pada awalnya bukan merupakan suatu karya

tafsir yang sengaja disusun sebagai suatu karya tafsir Al-Qur‟an.

melainkan dokumentasi yang ditulis dari hasil rekaman ceramah

seorang ulama besar Mesir pada waktu itu yaitu Syekh Muhammad

Mutawalli asy-Sya‟rawi. Sebelum menjadi suatu karya tafsir,

pendokumentasi ceramah-ceramah asy-Sya‟rawi tersebut telah

terlebih dahulu dimuat dalam majalah al-Liwâ al-Islam, kemudian

dikumpulkan dalam bentuk buku seri yang diberi nama Khawâtir

Haula Al-Qur’ân Al-Kârîm, yang diterbitkan mulai tahun 1982.

Sejak awal, kitab ini tidak pernah dinamai dengan kitab tafsir,

sebab menurutnya Al-Qur‟an adalah kitab yang sangat jelas dan

35 A. Khusnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan Kitab-Kitab

Tafsir Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer, hal. 221

Page 128: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

109

tidak perlu ditafsirkan. Beliau lebih suka jika karyanya disebut

sebagai Khâwatir Haulâ Al-Qur’ân (telepati di sekitar makna-makna

Al-Qur‟an). Hal tersebut sebagaimana beliau sampaikan dalam

muqaddimahnya: “Hasil renungan saya terhadap Al-Qur’an bukan

berarti tafsir Al-Qur’an, melainkan hanya percikan pemikiran yang

terlintas dalam hati seorang mukmin pada saat membaca Al-

Qur’an. Seandainya Al-Qur’an memungkinkan untuk ditafsirkan,

pastilah Rasulullah saw. adalah yang paling berhak untuk

menafsirkan Al-Qur’an, karena kepada beliaulah Al-Qur’an

diturunkan dan langsung berinteraksi dengan kehidupannya”.36

Khawâtir asy-Sya’rawi berasal dengan kata kha, tha dan ra

berarti sesuatu yang terbetik di dalam hati secara tiba-tiba tanpa

diketahui dari mana datangnya. Telepati semacam ini hanya

diperoleh oleh orang-orang yang jernih hati dan pikirannya, karena

merupakan hal yang tidak mengalir jelas dalam hati dan pikiran

manusia alam ini. Jika hal itu disampaikan tentu akan menimbulkan

polemik yang pada gilirannya akan merusak ajaran agama, bahkan

akan memalingkan umat dari kitab sucinya.37

Adapun tujuan penulisan kitab ini adalah untuk memberikan

pemahaman sekitar ayat-ayat Al-Qur‟an. oleh sebab itu, beliau tidak

menamainya dengan kitab tafsir. Tulisan ini juga sekaligus sebagai

klarifikasi terhadap mereka yang pernah mendengar dan membaca

penafsirannya, lalu menganggapnya sebagai sesuatu yang pasti

36 Lihat muqoddimah Tafsir asy-Sya’rawi, Jilid I, hal. 6

37

Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 152

Page 129: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

110

benar. Padahal hal tersebut hanyalah bentuk keprihatinan asy-

Sya‟rawi yang tentunya sangat relatif antara benar dan salah.38

Tafsîr asy-Sya‟râwî adalah tafsir yang hadir pada abad 20 M,

yang termasuk tafsir kontemporer. Kitab tafsir ini merupakan hasil

kreasi yang dibuat oleh murid asy-Sya‟rawi yang bernama

Muhammad al-Sinrawi dan „Abd al-Waris al-Dasuqi dari kumpulan

pidato atau ceramah yang dilakukan oleh asy-Sya‟rawi. Tafsir asy-

Sya‟rawi disebut demikian adalah keinginan dari penerbit. Mulai

diterbitkan pada tahun 1991 oleh penerbit Akhbar al-Yaum. Sebagai

pengakuan bahwa tafsir asy-Sya‟rawi dapat disandarkan kepada asy-

Sya‟rawi, pada jilid pertama dimuat tulisan tangan asy-Sya‟rawi

yang berisi pengakuan bahwa karya tersebut adalah benar-benar

rekaman atas apa yang telah ia sampaikan, sehingga memang benar

menjadi karyanya.

Sebagaimana menurut Ahmad Mursi Husein Jauhar mengatakan

bahwa asy-Sya‟rawi menjelaskan sebelum melakukan kegiatan

penafsiran Al-Qur‟an, terlebih dahulu beliau telah melakukan

perenungan dan pembacaan terhadap Al-Qur‟an selama 20 tahun

tanpa terganggu bacaan-bacaan lainnya. Hal ini pula yang

mempengaruhinya dalam perjalanan kegiatan menafsirkan Al-

Qur‟an, di mana pada saat menemukan kesulitan, ia tidak membuka

buku bacaan, melainkan mencari ilham dengan cara mengambil air

wudhu dan shalat dua raka‟at untuk memohon petunjuk dari Allah.39

Tafsîr asy-Sya‟râwî tidak seperti karya tafsir lainnya, karena

maksud dan tujuannya adalah mengungkapkan kemukjizatan Al-

38 A. Khusnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan Kitab-Kitab

Tafsir Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer, hal. 220

39

Ahmad Al-Mursi Husein Jauhar, Al-Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi:

Imam Al-Ashr, (Kairo: Nahdhoh, 1990), hal. 217

Page 130: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

111

Qur‟an dan menyampaikan ide-ide keimanan kepada para pembaca

dan pendengar. Oleh karena itu, kitab ini tidak ditulis dengan gaya

bahasa pidato dan tidak ditulis pula dengan gaya karya tulis ilmiah,

melainkan ditulis dengan gaya bahsa ceramah dari seorang guru di

hadapan para murid dan pendengarnya yang beragam tingkat

pendidikan maupun beragam status.

Asy-Sya‟rawi memandang bahwa Al-Qur‟an sebagai kitab

petunjuk yang mempunyai kedudukan yang berbeda dari kitab-kitab

yang telah diturunkan Allah kepada para Nabi sebelumnya yaitu

Taurat, Zabur dan Injil. Menurut Asy-Sya‟rawi, kitab-kitab sebelum

Al-Qur‟an hanya berfungsi sebagai ajaran saja, tidak yang lainnya.

Sedangkan Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

memiliki dua fungsi yaitu sebagai ajaran dan berfungsi sebagai

mukjizat. Adapun mukjizat para Nabi sebelumnya diberikan Allah

terpisah dari kitab yang menjadi ajarannya. Atas dasar kerangka

berfikir demikian, penafsiran Asy-Sya‟rawi tidak akan terlepas

untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman bahwa Al-Qur‟an

merupakan ajaran sekaligus mukjizat. Asy-Sya‟rawi

merealisasikannya dalam menafsirkan Al-Qur‟an dengan berbagai

langkah atau metode penafsiran sebagai media untuk sampai pada

gagasan utamanya.

Ketika menafsirkan Al-Qur‟an, asy-Sya‟rawi berpegang pada

dua aspek, yaitu: Pertama, komitmen kepada Islam yang

dianggapnya sebagai metode dan landasan memperbaiki kerusakan

yang diderita umat Islam saat ini, terutama dalam bidang pemikiran

dan keyakinannya. Kedua, modernisasi, dimana asy-Sya‟rawi

Page 131: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

112

menganggap atau mengikuti perkembangan saat ini, sehingga

tafsirannya bisa dikatakan bercirikan modern.40

b. Metode Tafsîr asy-Sya‟râwî

Pada umumnya para mufassir menggunakan metode yang tidak

terlepas dari empat metode penafsiran, yaitu tahlilî, ijmalî, muqaran

dan maudhû’î. Adapun metode yang dipakai asy-Sya‟rawi dalam

penafsirannya adalah metode tahlilî yaitu menjelaskan kandungan

makna ayat-ayat Al-Qur‟an dari berbagai aspeknya, dengan

memperhatikan urutan ayat sebagaimana yang tercantum dalam

mushaf.

Langkah-langkah yang dilakukan asy-Sya‟rawi telah sesuai

dengan ciri-ciri kitab tafsir yang menggunakan metode tahlîlî, yaitu

menjelaskan kosa kata dan lafadz, menejelaskan arti yang

dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat yaitu unsur

i’jaz, balaghah dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan

istinbath dari ayat, serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan

relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya (munasabat al-

ayat wa al-suwar), dengan merujuk kepada asbab al-nuzul, hadis-

hadis Rasulullah saw, riwayat sahabat dan riwayat tabi‟in.41

Namun di sisi lain, tafsir ini juga menggunakan metode

gabungan antara tahlîlî dan maudhû’î (tematik), di mana dibahas

berdasarkan tema bahasan. Dengan kata lain, Asy-Sya‟rawi

menggunakan metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an dengan

memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang

40 Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî: Studi Analisis Terhadap

Ayat-ayat Kauniyah, hal. 129

41

Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 154

Page 132: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

113

ditafsirkan itu dan menerangkan makna-makna yang tercangkup di

dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan penafsir serta

urutan bacaan yang terdapat dalam Al-Qur‟an Mushaf Utsmani,

kemudian menjelaskan dengan metode dan pendekatan maudhû’î

(tematik) yaitu membahas ayat-ayat Al-Qur‟an dalam sebuah tema

yang teratur.42

c. Corak Tafsîr asy-Sya‟râwî

Mengenai corak penafsiran dalam kitabnya, asy-Sya‟rawi

mengikuti mufassir sebelumnya yaitu Muhammad Abduh yang

dikenal sebagai mufassir yang mempelopori pengembangan tafsir

yang bercorak adab ijtima’i43

atau tafsir yang berorientasi pada

sastra, budaya dan kemasyarakatan di Mesir. Karena itulah

penafsiran asy-Sya‟rawi penuh dengan pemahaman kebahasaan,

fiqih, al-Lughâh dan i’jâz lughâwi, di mana penalarannya berbeda

dengan mufassir lainnya. Namun yang lebih menonjol dari corak

tafsîr asy-Sya‟râwî adalah sisi ijtima‟nya atau sosialnya.44

Melalui penafsirannya ini, asy-Sya‟rawi mengemukakan

pemikirannya tentang pendidikan. Perhatiannya yang besar

ditunjukkan untuk memberi solusi, bukan hanya berbagai problem

masyarakat muslim, tetapi juga problem pemerintahan. Asy-

Sya‟rawi dalam penafsirannya bisa dikatakan sorang reformer dan

42 M. Quraisy Shihab, Sejarah dan ‘Ulumul Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2001), hal. 172

43

M. Quraisy Shihab menjelaskan bahwa tafsir yang bercorak adabi ijtima’i adalah

tafsir yang menitikberatkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur‟a pada segi ketelitian redaksi Al-

Qur‟an, kemudian menyusun kandungan yat-ayat tersebut dalam suatu redaksi yang indah

dengan menonjolkan tujuan diturunkannya Al-Qur‟an yaitu sebagai petunjuk dalam

kehidupan, lalu menggandengakan pengertian ayat-ayat tersut dengan hukum-hukum alam

yang berlaku dalam masyarakat dan pengembangan dunia.

44

Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 155

Page 133: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

114

pejuang, meskipun ia tida melalaikan pendapat ulama-ulama tafsir

sebelumnya. Dia juga komitmen menjelaskan akidah umat dan

akhlak, mengingatkan penafsiran dengan kehidupan manusia dan

aktifitasnya. Memberikan mereka petunjuk dengan metode

pendidikan. Oleh sebab itu, Ali Iyazi mengatakan corak tafsir asy-

Sya‟rawi adalah tarbâwi (pendidikan) dan ishlâhi (reformasi).

Di sisi lain, asy-Sya‟rawi merupakan penafsir yang

mementingkan dan memperhatikan konsep relasi antar ayat-ayat Al-

Qur‟an dengan realitas ilmiah (al-haqâiq al-‘ilmiyyah). Menurutnya,

ide-ide ilmiah sangat tidak sesuai dengan Al-Qur‟an apabila hanya

sebatas ide, ia menjadi benar dan memiliki keselarasan dengan Al-

Qur‟an ketika sudah menjadi kenyataan.45

d. Sumber Tafsîr asy-Sya‟râwî

Tafsîr asy-Sya‟râwî merupakan kitab tafsir yang menggunakan

tafsir bi al-ma’tsur. Adapun kategori tafsir bi al-ma’tsur adalah

penafsiran Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an, penafsiran Al-Qur‟an

dengan riwayat, penafsiran Al-Qur‟an dengan qaul as-shahâbah wa

tabi’în.46

Di sisi lain, tafsirnya juga menggunakan tafsir bi al-ra’yi,

karena ayat-ayat yang dijadikan sumber penafsiran adalah hasil

ijtihad asy-Sya‟rawi, di mana ayat-ayat Al-Qur‟an dan Sunnah itu

dianggap dapat menjadi penjelas terhadap ayat Al-Qur‟an yang

sedang disajikan, bukan berdasarkan informasi riwayat, bahwa ayat-

ayat Al-Qur‟an dan Sunnah tersebut menjadi penjelasnya.

45 Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî: Studi Analisis Terhadap

Ayat-ayat Kauniyah, hal. 133

46

Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsîr wa Al-Mufassirûn, Terj. Nabhani

Idris, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hal. 145

Page 134: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

115

Penafsiran bi al-ra’yi ini mempunyai peranan penting bagi

corak tafsir „ilmi (saintifik) yang dilakukan asy-Sya‟rawi pada

penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an. Penafsiran ilmiah yang dilakukan

asy-Sya‟rawi banyak berasal dari penalaran ilmiah asy-Sya‟rawi,

yang pada awalnya karena kecintaan asy-Sya‟rawi terhadap ilmu

pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu umum.

Berkaitan dengan sumber ilmiah penafsiran asy-Sya‟rawi, pada

awalnya berasal dari permintaan ayahnya untuk dibelikan buku-buku

literatur termasuk buku-buku umum. Dari buku-buku itulah asy-

Sya‟rawi mulai mempelajari ilmu umum dan sains. Selain itu,

wawasan tentang ilmu umum terus bertambah karena kecintaannya

terhadap ilmu pengetahuan. Namun, meskipun penafsiran asy-

Sya‟rawi dikatakan sebagai penafsiran modern, tetapi tetap saja

ukuran modernnya sampai terbatas pada waktu kitab ini disusun.47

e. Karakteristik Tafsîr asy-Sya‟râwî

Adapun Karakteristik penafsiran Asy-Sya‟rawi adalah sebagai

berikut48

:

1) Sangat memperhatikan kebahasaan dan arti kosa kata. Sering kali

beliau menganalisa arti kosa kata ayat per ayat dengan

menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan tanpa mengurangi

konsentrasi pembaca pada pesan-pesan hidayah Al-Qur‟an. Asy-

Sya‟rawi meyakini bahwa Al-Qur‟an mempunyai kesatuan tema

yang saling berkaitan antara satu ayat dengan ayat yang lain,

47 Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî: Studi Analisis Terhadap

Ayat-ayat Kauniyah, hal. 139

48

Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 155

Page 135: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

116

yang ada di beberapa surah hanya untuk menjelaskan makna yang

dikandung oleh ayat tersebut.

2) Dalam ayat-ayat yang berisi pesan-pesan akidah, asy-Sya‟rawi

yang mengikuti aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah

menggunakan berbagai cara, baik dalam bentuk penjelasan dan

argumen dari dalil dalil maupun dialog yang dianggap logis dan

ilmiah untuk memantapkan akidah dan tauhid serta mengajak

manusia untuk kembali ke jalan Allah. Beliau menjawab semua

tuduhan-tuduhan yang diarahkan orang-orang musyrik yang

dianggapnya menyesatkan orang Islam dan menjelaskan

kebohongan-kebohongan mereka.

3) Sangat memperhatikan mukjizat ilmiah. Asy-Sya‟rawi

menganggap sangat penting untuk mengaitkan penafsiran dengan

penemuan-penemuan modern yang sudah mapan, sehingga beliau

mengarang buku yang berjudul “Mukjizat Al-Qur‟an” dalam tiga

jilid. Beliau menjelaskan dalam bukunya bahwa mukjizat ilmiah

adalah mukjizat Al-Qur‟an yang paling menonjol untuk orang-

orang yang hidup pada era saat ini yaitu era teknologi. Tafsir ilmi

dianggap mengungguli sisi-sisi mukjizat Al-Qur‟an lainnya.

Namun demikian, asy-Sya‟rawi tidak mau mengaitkan penafsiran

dengan teori-teori ilmiah yang belum mapan. Beliau yakin Al-

Qur‟an bukan kitab ilmu pengetahuan, tetapi kitab petunjuk,

ibadah dan hidayah bagi manusia.49

49 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 157

Page 136: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

117

f. Sistematika Tafsîr asy-Sya‟râwî

Tafsîr asy-Sya‟râwî dimulai dengan pendahuluan sebanyak 30

halaman, penjelasan tentang arti al-Isti’adzah, susunan ayat-ayat Al-

Qur‟an, baru kemudian menafsirkan surat Al-Fatihah. Adapun

sistematika penulisan Tafsîr asy-Sya‟râwî adalah sebagai berikut:

1) Menyebutkan arti surah, nama dan hikmah dinamakannya surat

tersebut.

2) Menyebutkan urutan ayat berdasarkan turunnya.

3) Menyebutkan ruang lingkup isi surah tersebut secara global.

4) Menyebutkan asbab an-nuzûl (jika ada).

5) Membahas dan menafsirkan ayat demi ayat dan mengaitkannya

dengan ayat lain yang memiliki keterkaitan dengan tema, karena

menurut asy-Sya‟rawi ada kesatuan.50

3. Identifikasi Ideologis Muhammad Mutawalli Asy-Sya‟rawi

Asy-Sya‟rawi dalam menafsirkan ayat-ayat akidah mengikuti

aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah atau madzhab Sunni dengan

menggunakan berbagai cara, baik dalam bentuk penjelasan dan

argumen dari dalil-dalil maupun dialog yang dianggap logis dan ilmiah

untuk memantapkan akidah dan tauhid, serta mengajak manusia untuk

kembali ke jalan Allah. Asy-Sya‟rawi menjawab semua tuduhan-

tuduhan yang diarahkan orang-orang musyrik yang dianggapnya

menyesatkan orang Islam dan menjelaskan kebohongan-kebohongan

mereka.

Kecenderungan asy-Sya‟rawi pada tafsir tidak menjadikannya lupa

dengan kepiawaiannya dalam mengambil kesimpulan hukum fiqih atas

50 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 158

Page 137: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

118

realita kehidupan, sehingga tidak jarang ia mengeluarkan hukum

berdasarkan dalil syar‟i yang sangat logis. Asy-Sya‟rawi memiliki

kontribusi dalam bidang fiqih, kendati jalan pikiran yang ditempuhnya

terkadang tidak seiring dengan pemikiran para ulama lain, seperti

sikapnya yang mengharamkan pencangkokan tubuh manusia.51

51 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, hal. 159

Page 138: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

119

BAB IV

Analisis Penafsiran Ayat-ayat Tentang Konsep Konservasi Flora dan

Fauna dalam Kitab Tafsîr asy-Sya’râwî

A. Penafsiran Ayat-ayat Tentang Anjuran Melakukan Konservasi

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk

Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan

binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan” (QS. Al-

Baqarah [2]: 205).

Sebagaimana ayat di atas dijelaskan di dalam kitab Tafsîr Asy-

Sya’râwî bahwa sebelum ada campur tangan manusia, bumi diciptakan

manusia dalam keadaan tertata rapi, kerusakan di bumi akibat ulah

perbuatan manusia dalam mengolah kehidupan yang tidak dibimbing

dengan iman. Makhluk selain manusia tidak mempunyai manhaj, tapi dia

diciptakan dengan insting untuk menjalankan tugasnya. Seekor binatang

misalnya tidak pernah berontak di saat ditunggangi dan tidak pernah

mogok membawa beban yang berat, atau minta tolong ketika membajak

sawah, hingga saat dipotong sekalipun dia tidak enggan. Karena demikian

mereka (hewan) diciptakan dengan insting untuk melaksanakan tugas yang

bermanfaat tanpa ikhtiar. Meskipun sewaktu waktu dia enggan,

disebabkan sesuatu hal seperti sakit.1

Manusia yang berbuat ikhtiar harus memakai manhaj “berbuat atau

tidak berbuat”. Bila konsisten dengan manhaj ini, kehidupan akan berjalan

stabil, bila tidak maka kehidupan akan rusak. Ayat di atas

mengindikasikan bahwa kerusakan itu membutuhkan aksi dan pekerjaan,

1 Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr asy-Sya‟râwî, (Kairo: Akhbâr al-

Yaum, 1991), Juz II, hal. 649

Page 139: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

120

dan cara yang paling sederhana merawat alam dan makhluk di bumi ini

(selain manusia) adalah membiarkannya hidup dan berkembang biak apa

adanya sesuai sesuai dengan kodratnya, niscaya dia akan berkembang

dengan sempurna sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya bumi

beserta apa yang ada di atasnya hidup dalam keadaan baik dan alami.

Maka bila manusia tidak berusaha untuk menambah kebaikan, jangan pula

untuk merusaknya. Allah tidak menyukai kerusakan, karena semua yang

diciptakan-Nya sudah baik.2

B. Penafsiran Ayat-ayat Tentang Konservasi Flora (Tumbuhan)

1. Ayat Tentang Bercocok Tanam (Bertani)

Cara mensyukuri amanat yang dipercayakan Allah kepada manusia

adalah dengan memelihara, mengolah, mengembangkan dan

memanfaatkan kekayaan alam. Karena tumbuh-tumbuhan merupakan

salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang kehidupan

manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satu konsep konservasi

flora yang telah disyaratkan oleh Allah SWT adalah agar manusia

melaksanakan upaya pertanian, sebagaimana dalam firman-Nya:

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka

adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami

keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka

makan.Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan

anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya

mereka dapat Makan dari buahnya, dan dari apa yang

2 Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr asy-Sya‟râwî, Juz XI, hal. 649

Page 140: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

121

diusahakan oleh tangan mereka. Maka Mengapakah mereka tidak

bersyukur?” (QS. Yasin [36]: 33-35).

Di dalam kitab Tafsîr Asy-Sya’râwî menjelaskan bahwa tanda

kebesaran Allah yang disebutkan pada ayat di atas dapat dilihat oleh

setiap manusia dan mereka dapat merasakan dan memanfaatkannya.3

Kita menyaksikan bahwa tanah yang gersang, kemudian disirami air

hujan, maka dari dalam tanah itulah akan tumbuh beragam tumbuh-

tumbuhan. Oleh karena itu, hendaklah manusia mengambil pelajaran

dari apa yang ia lihat.

Termasuk tanda-tanda yang besar dan

menunjukkan kesempurnaan kekuasaan dan keesaan Allah adalah

bumi yang besar ini. Bumi ini kering dan tandus tanpa adanya

tumbuhan dan pohon, lalu Kami menghidupkannya dengan hujan.4

Para ulama tafsir berkata: “Matinya bumi adalah tandusnya dan

menghidupkannya dengan hujan”. Jika Allah menurunkan hujan

kepada bumi, maka bumi bergerak (bereaksi) dan menumbuhkan tiap

jenis makhluk hidup yang indah. Itulah sebabnya Allah berfirman:

“dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka

makan”. Kami keluarkan dengan hujan itu bermacam-macam biji-

bijian agar menjadi makanan bagi mereka dan agar mereka hidup.5

Tanda ini merupakan bukti kekuasaan Allah di alam semesta yang

disebut juga dengan ayat kauniyah. Selain sebagai tanda kekuasaan

Allah untuk menghidupkan yang mati, maka hidupnya kembali tanah

yang gersang dan mengeluarkan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan

adalah sebagai bahan makanan untuk makhluk hidup di atasnya.

Sekalipun yang tumbuh dari dari dalam tanah itu rumput-

rumputan yang tidak dapat dimakan, maka fungsi rerumputan itu

3 Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr asy-Sya‟râwî, Juz XI, hal. 295

4 Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr asy-Sya‟râwî, Jilid XI, hal. 296

5 Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni, Shâfwatut Tafâssîr, Terj. KH. Yasin, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2011), Cet. I, Jilid III, hal. 336

Page 141: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

122

untuk menghijaukan permukaan bumi. Hal tersebut membuat

pandangan jadi redup dan indah, dan dapat pula dimanfaatkan oleh

hewan sebagai makanan bagi mereka. Jadi, ada tumbuh-tumbuhan

yang dapat kita konsumsi secara langsung seperti sayur-sayuran, akan

tetapi ada pula yang mengonsumsinya secara tidak langsung seperti

rerumputan yang dimakan oleh hewan ternak dan lain-lain, kemudian

dari daging binantang itu kita makan.

Pada ayat selanjutnya Allah menyebutkan buah kurma dan anggur

secara khusus:

....

“Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur....”

Kurma dan anggur merupakan buah yang sangat penting bagi

bangsa Arab pada saat itu. Keduanya sebagai makanan pokok dan juga

sebagai buah-buahan yang dimakan di waktu istirahat. Suatu isyarat

yang sangat menarik dalam penyebutan ayat ini bahwa Allah ketika

menyebutkan pohon kurma, maka Allah tidak menyebut nama

buahnya yaitu tamar, akan tetapi menyebutkan pohonnya nakhil.

Sedangkan ketika menyebutkan buah anggur yang disebutkan buahnya

yaitu „inâb, bukan pohonnya yaitu karam.6

Asy-Sya’rawi mengatakan bahwa para ulama tedahulu mencoba

mendalami makna dari ayat ini, sehingga mereka sampai pada suatu

kesimpulan bahwa disebutkan nama pohon pada kurma, bukan nama

buahnya, karena seluruh bagian dari pohon itu sangat bermanfaat bagi

kehidupan umat manusia. Dari batangnya yang bisa dijadikan tiang

rumah dan pelepahnya dijadikan atap. Adapun pohon anggur, setelah

diambil buahnya, maka pohonnya tidak lagi dimanfaatkan. Jadi Allah

6 Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr asy-Sya‟râwî, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir (Medan: Duta Azhar, 2011), Cet. I, Jilid 11, hal. 297

Page 142: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

123

menyebutkan dalam ayat ini sesuatu yang sangat besar manfaatnya

bagi kehidupan manusia.

Al-Qur’an memberikan isyarat tentang perlunya memberi

perhatian dan usaha sungguh-sungguh, agar hasil pertanian terus

bertambah dan baik sebagai akibat dari keterlibatan manusia dalam

mengolahnya.7 Di dalam Tafsîr al-Munîr dikatakan bahwa

diciptakannya sawah atau ladang adalah agar manusia dapat mengolah

tumbuh-tumbuhan melalui sawah atau ladang.8

Menurut Al-Qur’an, dari berbagai aspeknya bercocok tanam dari

bertani adalah alasan mengapa manusia bereksistensi di muka bumi.

Proses inilah yang menyediakan makanan bagi manusia, baik secara

fisik maupun spiritual. Islam telah memberi warna tersendiri dalam

perkembangan pola bercocok tanam. Baik dalam Al-Qur’an mupun

hadis, sama-sama menganjurkan umat Islam untuk bercocok tanam

dengan menanami lahan dan menjadikannya sebagai kawasan yang

produktif.9

2. Ayat Tentang Ihyâ‟ al-Mawât (Menghidupkan Lahan yang Terlantar)

Ihyâ‟ al-mawât merupakan syariat dalam memakmurkan dan

memanfaatkan bumi untuk kepentingan kemaslahatan manusia baik

secara individu maupun kolektif. Semangat ini tercermin dengan

penguasaan dan upaya memberikan nilai pada sebuah kawasan yang

tadinya tidak mempunyai manfaat sama sekali (lahan kosong) menjadi

lahan produktif karena dijadikan ladang untuk ditanami buah-buahan,

7 M. Quraisy Shihab, Tafsîr Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 11, hal. 148

8 Wahbah Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr: Fî al-„Akidah wa al-Syarî‟ah wa al-Manhaj,

Terj. Abu Hayyie al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani,2013), Jilid 11, hal. 34

9 Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur‟an Tematik

(Tumbuhan), hal. 180

Page 143: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

124

sayuran dan tanaman yang lain. Semangat ihyâ‟ al-mawât merupakan

anjuran kepada setiap muslim untuk mengelola lahan supaya tidak ada

kawasan yang terlantar (tidak bertuan) dan tidak produktif dan

merupakan petunjuk syariat secara mutlak.10

Mengenai pentingnya memanfaatkan tanah tandus agar menjadi

tanah yang subur, sebagaimana Allah berfirman:

“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur

dengan seizin Allah dan tanah yang tidak subur, tanaman-

tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami

mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang

yang bersyukur” (QS. Al-A’raf [7]: 58).

Menurut asy-Sya’rawi, ayat di atas dapat dipahami dengan tiga makna:

Pertama, ayat alam yang kita lihat jelas di langit dan bumi. Kedua,

ayat suci Al-Qur’an. Ketiga, ayat yang merupakan mukjizat para

Nabi.11

Dalam Tafsîr asy-Sya’râwî dijelaskan bahwa ayat di atas mengenai

fenomena alam yang ada. Angin yang membawa awan dan diarahkan

pada daerah yang gersang. Tanah yang subur dan baik akan

menghasilkan pohon kecil yang tidak berubah. Negeri yang bagus

adalah negeri yang daerahnya subur dan tidak memerlukan kecuali

hanya sedikit air. Daerah yang gersang meskipun disirami air, tidak

10 Onrizal, Ayat-ayat Konservasi (Menghimpun dan Menghidupakn Khazanah Islam

Dalam Konservasi Hutan Leuser), hal. 56

11

Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir, Jilid 4, hal. 698

Page 144: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

125

akan menghasilkan kecuali setelah diberi berbagai macam obat dan

pupuk. 12

Allah mengkiaskan masalah ini dengan hari berbangkit dan

penyebaran agama. Nabi saw bersabda:

عن النب صلى الل عن أب موسى مثل م ب عثن الل بو من عل و لسل، كمثل الغ ث الكثير أص ه نق ة، بلت الهدى لالعل ب أرض ، فك ن من

ء، ه أج دب، أمسكت الم ء، فأن بتت الكل لالعشب الكثير، لك نت من

الم

ه ط ئفة أخرى، إ ف ن فع الل ب الن س، فشربوا لسقوا لزرعوا، لأص بت من ن ، ىي ع ن لا تسك م ء للا ت نبت كل، فذلك مثل من ف قو ف دين الل، لمثل من ل ي رفع بذلك رأس ، لل ي قبل لعل لن فعو م ب عثن الل بو ف عل

13)رله البخ ري( سلت بو الذي أر ىدى الل

“Dari Abi Musa bahwa Nabi saw bersabda: Permisalan petunjuk

dan ilmu yang Allah SWT mengutusku dengannya adalah

bagaikan ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah.

Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga

menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak.

Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa

menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka

dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk

banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum

dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan

ternaknya dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis

tanah ketiga adalah tanah qi‟an (tanah yang tidak bisa

menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah pemisalan orang

yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang

Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran

Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah

orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia

12 Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir, Jilid 4, hal. 699

13

Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar

Thurûq an-Najâh, 1422 H), Juz 1, hal. 20

Page 145: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

126

tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk

membawanya” (HR. al-Bukhari).

Tanah yang baik dan subur itu akan mengeluarkan tanaman-

tanamannya, melimpah manfaatnya dengan kehendak Allah dan

kemudahan dari-Nya. Ibnu Abbas berkata: “Ini adalah perumpamaan

yang dibuat Allah kepada orang mukmin dan kafir. Orang mukmin

adalah baik dan amalannya baik. Sedangkan orang kafir adalah jelek

dan perbuatannya juga jelek, seperti tanah yang mengandung garam

dan bebatuan yang tidak ada manfaatnya”.14

Tumbuhan itu tumbuh dengan sangat mengagumkan karena

mendapat anugerah khusus dari Allah, serta diizinkan untuk meraih

yang terbaik. Berbeda dengan yang lain, yang hanya diperlakukan

dengan perlakuan umum yang berkaitan dengan hukum-hukum alam

yang menyeluruh. Pada tanah yang subur, tentulah bersemi tumbuh-

tumbuhan dengan mudah dan cepat serta hasilnya pun sangat bagus

dengan kualitas yang baik. Sebaliknya, di bumi yang berbatu dan

gersang, tanaman dan buah-buahan tentulah sukar bisa tumbuh dengan

baik. 15

3. Ayat Tentang Larangan Mengeksploitasi Tumbuhan Secara

Berlebihan

Allah melarang manusia untuk mengeksploitasi tumbuhan secara

berlebihan, sebagaimana dalam firman-Nya:

14 Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwatut Tafâssîr, Terj. KH. Yasin, Cet. I,

Jilid II, hal. 316

15

M. Quraisy Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,

Vol. 4, hal. 149

Page 146: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

127

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan

yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang

bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa

(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari

buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan

tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin), dan janganlah kamu berlebih-

lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang

berlebih-lebihan” (QS. Al-An’am [6]: 141).

Firman Allah Swt.: “Dialah yang menjadikan”, bermakna

menciptakan sesuatu dari yang tidak ada tanpa sampel sebelumnya,

karena tidak ada pencipta selain-Nya. Kata “kebun-kebun”,

menunjukkan tempat yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan

buah-buahan yang dapat dikonsumsi. Kata jannah (kebun) adalah

tempat yang dipenuhi oleh tumbuhan yang besar, tinggi, rindang,

berbuah lebat, dan berdahan yang banyak hingga dapat menutupi dan

menaungi orang yang ada di dalamnya.16

Di dalam kebun terdapat

berbagai unsur yang penting dalam kehidupan yaitu makanan, buah-

buahan, air, sayuran, ternak dan berbagai macam kesenangan yang

16 Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir, Jilid 4, hal. 511

Page 147: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

128

lain. Kebun di sebut juga dengan rumah agung, karena dilengkapi

dengan seluruh fasilitas atau diistilahkan dengan istana karena segala

keperluan terdapat di dalamnya.

Kata “merambat”, dasarnya adalah menjunjung.

Karena „Arsy menunjukkan suatu tempat yang tinggi. Maksud dari

kata ma‟rûsyat adalah tanaman merambat sejenis anggur yang jatuh

ke tanah karena buahnya yang banyak. Untuk itu tanaman ini perlu

ditopang kayu, karena dahannya lemah dan panjang hingga tidak

cukup kuat untuk berdiri. Ada juga jenis yang dapat berdiri sendiri

yang disebut dengan anggur bumi. Tumbuhan yang tidak punya dahan

dan menjalar di bumi seperti buah cery, semangka dan kusah, untuk

menambahkan hasil produksinya kita buatkan kayu penyangga.17

Pada lafadz ayat:

“Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia

berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya

(dengan dikeluarkan zakatnya)....” (QS. Al-An’am [6]: 141).

Tidak diragukan lagi bahwa istiqamah dalam akidah berupa keimanan

terhadap Allah membutuhkan dalil. Karena manfaat iman lebih utama

dari sekadar manfaat makanan. Makanan hanya bermanfaat selama

manusia masih hidup, namun iman akan memeberikan pahala yang

abadi dan nikmat yang kekal.18

17 Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir, Jilid IV, hal. 511

18

Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Jilid IV, hal. 511

Page 148: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

129

Lafadz “makanlah buahnya bila sudah

matang dan masak”. Ayat ini menunjukkan suatu kebolehan memetik

buah sebelum masak, jika tidak menimbulkan bahaya. Buktinya

banyak orang yang senang makan jagung bakar yang masih muda dan

belum masak.19

Lafadz “Dan tunaikanlah haknya di

hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya)”. Asy-Sya’rawi

megatakan bahwa sebagian mufassir berpendapat ayat di atas khusus

berkenaan dengan tanaman yang dipanen secara musiman. Adapun

hasil tanaman yang dipanen setiap saat, maka tidak termasuk konteks

ayat seperti buah-buahan. Namun Imam Hanafi menolak pendapat di

atas. Setiap buah yang tumbuh di atas bumi, maka wajib dizakati

sesuai dengan arahan teks. Sebab memanen di sini dipahami dari segi

bahasa, bukan kebiasaan.

Kata “Panen”, menurut bahasa artinya memotong pada

tangkai, kemudian buahnya diambil. Pada biji-bijian ditandai dengan

menguning atau matang ditangkainya.20

“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”.

Kata al-Isrâf yaitu melampaui batas, dimengerti sebagai tindakan

yang berlebihan. hakikatnya, tindakan melampaui batas baik bersifat

19 Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsir asy-Sya‟rawi, Jilid IV, hal. 512

20

Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsir asy-Sya‟rawi, Jilid IV, hal. 513

Page 149: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

130

menambahi atau mengurangi disebut mubadzir. Maka makna dari

lafadz “Janganlah berlebihan”, bisa dipahami: Pertama,

janganlah melampaui batas yang dibolehkan, walaupun dengan

melakukan maksiat kecil. Kedua, jangan terlalu kikir sampai memberi

fakir miskin sesuatu yang kurang dari semestinya.

Allah memberikan kepada manusia wewenang untuk mengatur

bumi, namun dipertegas bahwa kepemilikan tunggal bumi dan isinya

adalah kepunyaan Allah. Manusia boleh memanfaatkan bumi dan

seisinya untuk keperluan hidupnya, sebatas kewajaran dan tidak boleh

berlebihan. Karena alam ini milik Allah semata dan diperuntukkan

bagi makhluk yang ada di dalamnya, sebagaimana firman Allah:

“Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-

keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-

makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya”

(QS. Al-Hijr [15]: 20).

Allah memberi rizki kepada makhluk penghuni bumi lainnya

selain manusia, yaitu tumbuhan. Dengan demikian di dalam bumi

terdapat hak makhluk lain. Manusia tidak boleh berlebihan dan

menghambur-hamburkan sumber daya alam hayati di bumi.21

Islam adalah agama yang seimbang. Islam membawa manusia

untuk berlaku adil, baik kepada manusia maupun dalam pemanfaatan

tumbuhan. Bahkan umat Islam juga disebut sebagai Ummatan

Wasatho yang bermakna umat yang bearada di tengah. Sehingga

dalam pemanfaatan tumbuhan sampai diatur sedemikian rupa bahwa

21 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik

(Tumbuhan), hal. 17

Page 150: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

131

tidak diperbolehkan memanfaatkan tumbuhan secara berlebihan

karena hal itu akan membahayakan bagi manusia generasi sekarang

dan generasi penerus.

Di antara konsep Islam tentang pemanfaatan alam adalah hadd al-

kifâyah (standar kebutuhan layak) yang menjelaskan pola konsumsi

manusia yang tidak boleh melebihi standar kebutuhan yang layak.

Pengelolaan alam dan pemanfaatannya harus dilakukan secara baik

dengan memperhatikan aspek keberlanjutan kehidupan, kelestarian

dan keseimbangan ekosistem, sehingga pemanfaatan alam tidak

dilakukan secara eksploratif dan eksploitatif secara berelebihan.22

Manusia diizinkan Allah untuk memakan rizki-Nya, namun

dalam memanfaatkannya ada aturan main yang harus dipegang oleh

manusia, salah satunya adalah tidak boleh memanfaatkannya dengan

tanpa batas dan tanpa aturan. Karena kerusakan lingkungan hidup

yang terjadi banyak disebabkan oleh gaya hidup manusia yang

konsumtif dan eksploitatif. Manusia belum begitu sadar akan dampak

yang diperbuat terhadap lingkungan hidupnya, dalam hal ini dampak

yang ditanggung oleh generasi berikutnya.23

Maka dari itu, prinsip moral hidup sederhana harus tertanam,

salah satunya adalah hidup berhemat yaitu bagaimana memanfaatkan

sumber daya alam dengan memperlihatkan dan mempertimbangkan

dampak yang ditimbulkannya. Inilah prinsip yang senantiasa

diharapkan dari manusia yaitu sikap adil dan moderat dalam konteks

keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis ataupun meremehkan.

22 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan Isu Kontemporer I,

(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2015), hal. 300

23

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik

(Tumbuhan), hal. 216

Page 151: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

132

Sebab ketika manusia sudah bersikap hiperbolis24

, maka akan

cenderung menyimpang, lalai serta merusak.

Sikap adil, moderat, di tengah-tengah dan seimbang seperti inilah

yang diharapkan dari manusia dalam menyikapi setiap persoalan,

terutama dalam persoalan lingkungan hidup. Pada zaman sekarang ini,

campur tangan manusia terhadap lingkungan terlihat semakin

meningkat.Tindakan-tindakan mereka tersebut merusak keseimbangan

lingkungan serta keseimbangan antar elemen-elemennya. Terkadang

karena terlalu berelebihan dan terkadang pula terlalu meremehkan.

Seperti penggundulan hutan di berbagai tempat, (hutan merupakan

salah satu habitat dari flora), gangguan terhadap habitat secara global,

meningkatnya suhu udara, serta menipisnya lapisan ozon.25

C. Penafsiran Ayat-ayat Tentang Konservasi Fauna

1. Ayat Tentang Domestikasi Hewan

Hewan merupakan salah satu tanda keesaan dan kebesaran Allah

dan yang memahami hal tersebut hanyalah manusia yang

memikirkannya.26

Proses domestika hewan sangat berkaitan dengan

keberadaan hewan ternak yang telah banyak disebutkan di dalam Al-

Qur’an, tanpa menyebut kata “domestika” secara spesifik. Allah

memberikan gambaran bagaimana Dia telah memberi petunjuk dengan

menunjukkan hewan ternak. Tentunya hewan ternak dimulai dari suatu

proses penjinakan jenis tertentu dari kerabatnya yang liar. Semua

24 Hiperboles di sini maksudnya adalah berlebih-lebihan dan melewati batas

kewajaran.

25

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik, (Jakarta:

Kamil Pustaka, 2014), hal. 93

26

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik (hewan),

hal. 25

Page 152: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

133

hewan ternak dan semua proses penjinakannya merupakan anugerah

Allah yang Maha pengasih dan Maha Penyanyang.

Manusia melakukan proses domestika hewan dengan berbagai

alasan, di antaranya adalah untuk menjamin ketersediaan makanan

(seperti sayuran, padi, ayam peliharaan atau kambing) atau barang-

barang yang berharga (seperti wool, kapas atau sutra), untuk

membantu melancarkan pekerjaan (seperti transportasi), untuk

perlindungan bagi manusia dan ternak (seperti obat-obatan), sebagai

sarana penyaluran hobi (seperti burung berkicau), maupun untuk

mengahasilkan barang perhiasan. 27

Hewan-hewan peliharaan ini sangat berguna bagi manusia, baik

dalam kondisi hidup maupun mati. Saat mulai mengenal pertanian,

manusia mulai memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman.

Dalam kondisi mati, hewan-hewan ternak itu dimanfaatkan daging dan

organ lainnya, seperti kulit untuk pakaian, tulang atau tanduk untuk

mata panah, mata tombak dan jarum, lemak untuk bahan bakar lampu

minyak dan kuku untuk bahan lem. Beberapa manfaat hewan yaitu

sebagaimana terdapat dalam firman Allah:

“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu,

padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai

manfaat, dan sebahagiannya kamu makan” (QS. An-Nahl [16]:

5).

Di dalam Tafsîr asy-Sya’râwî menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan dif‟u adalah kehangatan untuk menghilangkan rasa dingin.

Inilah yang dilakukan oleh pendingin udara (AC) pada rumah-rumah

modern. Kita temukan di sini bahwa Allah berbicara tentang

27 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik (hewan),

hal. 394

Page 153: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

134

kehangatan dan tidak berbicara tentang masalah dingin. Hal ini

dikarenakan lawannya dalam ayat lain:

“Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang

telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat

tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang

memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang

memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah

menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri

(kepada-Nya)” (QS. An-Nahl [16]: 81).

Asy-Sya’rawi mengatakan inilah yang kita lakukan saat berjalan

di bawah terik matahari. Kita meletakkan payung di atas kepala untuk

melindungi diri dari panas matahari yang sangat menyengat.

Sedangkan pada waktu musim dingin, kita menggunakan topi atau

sesuatu untuk menutupi kepala dan badan kita. Demikianlah fungsi

pakaian yang melindungi tubuh dari panas matahari dan dari hawa

dingin. Tapi tentu dengan syarat bahwa manusia harus memilih

pakaian yang sesuai dengan cuaca tertentu.28

Binatang ternak memiliki banyak manfaat lainnya di antaranya

adalah anaknya, air susunya, juga untuk membuat keju dan lemak,

dapat memanfaatkan bulunya untuk ditenun menjadi pakaian hangat,

dagingnya untuk dimakan dan sebagai alat transportasi.29

Penjelasan

tentang jenis binatang ternak telah disebutkan pada ayat lain, “(yaitu)

28 Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir, Jilid VII, hal. 495

29

Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwatut Tafâsîr, Terj. KH. Yasin, Cet.I,

Jilid III, hal. 120

Page 154: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

135

delapan binatang yang berpasangan” (QS. Al-An’am [16]: 143),

yaitu domba, kambing, unta dan lembu. Kehangatan dari bulu domba,

unta dan bulu kambing.

Asy-Sya’rawi mengatakan barangsiapa yang memperhatikan bulu

kambing, maka dia akan menemukannya terpisah-pisah, sedangkan

bulu unta menggempal dan bulu domba seluruhnya mengandung pipa-

pipa yang di tengahnya kosong. Inilah keagungan ciptaan Allah yang

dapat digunakan manusia sesuai kebutuhan.30

“Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika

kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu

melepaskannya ke tempat penggembalaan” (QS. An-Nahl [16]: 6).

Di dalam Tafsîr Asy-Sya’râwî menjelaskan bahwa melalui ayat di

atas Allah telah memberikan kepada manusia kemewahan di samping

kebutuhan pokok lainnya. Rasa hangat dan makanan adalah

kebutuhan pokok hidup, sedangkan kecantikan adalah kebutuhan

sekunder. Kecantikan adalah apa yang dilihat oleh mata hingga

menimbulkan rasa senang dalam jiwa. Kehangatan, manfaat dan

makan adalah hal-hal yang terbatas pada orang yang memiliki

binatang ternak. Tetapi kecantikan adalah sesuatu yang dinikmati oleh

seluruh manusia.31

Binatang ternak, manusia dapat memperoleh perhiasan dan

keelokan ketika mereka kembali di sore hari dari pengembalaan dan

ketika berangkat di pagi hari untuk mulai digembalakan. Keelokan

pemandangannya ketika sehat dan gemuk.32

Ketika melihat seekor

30 Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Jilid VII, hal. 495

31

Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî i, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir, Jilid 7, hal. 496

32

Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwatut Tafâsîr, Terj. KH. Yasin, Cet. I,

Jilid III, hal. 120

Page 155: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

136

kuda yang bagus atau lembu yang tumbuh dengan sehat, maka

manusia akan dapat melihat nikmat Allah yang diciptakan-Nya,

sehingga orang yang melihatnya menjadi senang. Coba perhatikan

lembu pada saat dilepaskan dan pada saat dikembalikan ke kandang.

Di desa sering disebut dengan “sarahat al-bahaim”33

.

2. Ayat Tentang Hak dan Etika Terhadap Hewan

Hubungan manusia dan hewan dimulai dengan peringatan.

Sebagai khalifah, manusia diperingatkan agar memperlakukan hewan

dengan baik. Al-Qur’an menjadikan hewan sebagai guru bagi manusia.

Al-Qur’an pun mengingatkan manusia bahwa hewan juga memiliki

nurani dan karenanya harus diperlakukan dengan baik. Manusia

dengan kemampuannya dapat menghindarkan hewan dari

penderitaannya dalam memenuhi kebutuhan manusia atau paling tidak

mengurangi penderitaan hewan. Begitupun dalam hal penggunaan

hewan sebagai objek percobaan, pemanfaatan daging atau bagian

tubuh hewan lainnya. Al-Qur’an telah memberikan acuan dan rambu-

rambu secara global.34

Konsep Islam tentang hak dan etika terhadap hewan sangat jelas,

misalnya bagaimana seharusnya manusia memperlakukan hewan yang

telah mempermudah kehidupannya, khususnya pada zaman dahulu

masyarakat Arab memperlakukan unta yang membantu mereka

membawa barang dalam perjalanan jauh dijelaskan dalam firman

Allah:

33 Sarahat al-Bahaim artinya binatang-binatang tersebut keluar dari kandangnya

untuk digembalakan dan mencari makan.

34

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik (hewan),

hal. 425

Page 156: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

137

“Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu

tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-

kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu

benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (QS. An-

Nahl [16]: 7).

Di dalam Tafsîr asy-Sya’râwî dijelaskan bahwa manusia dalam

kehidupannya berada antara dua kondisi yaitu dalam keadaan

perjalanan dan menetap (muqim). Dalam keadaan mukim, binatang

ternak memberikan kehangatan, makanan dan pakaian baginya.

Biasanya orang yang hidup sederhana dan miskin, selalu menetap di

suatu tempat. Tetapi orang kaya, sehari berada di Kairo dan pada hari

yang lain telah berada di Iskandaria atau Thantha, bahkan tak jarang

melakukan perjalanan ke luar negeri. Hal ini dapat dilakukan di zaman

yang penuh dengan transportasi modern.

Zaman dahulu, sarana transportasi sangat sulit. Tidak ada yang

dapat melakukan perjalanan jauh kecuali orang yang memiliki unta

yang sehat atau kuda yang kuat. Sedangkan orang yang hanya

memiliki keledai tua yang lemah tidak pernah berfikir kecuali untuk

melakukan perjalanan jarak pendek.35

“Dan (dia telah menciptakan) kuda, bagal36

dan keledai, agar

kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan

Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya” (QS.

An-Nahl [16]: 8).

35 Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Jilid VII, hal. 498

36

Bagal yaitu peranakan kuda dengan keledai.

Page 157: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

138

Di dalam Tafsîr asy-Sya’râwî dijelaskan bahwa bintang ternak

yang dapat digunakan sebagai alat transportasi atau sebagai hiasan

yang tidak dapat kita makan dagingnya. Seperti kuda, bagal dan

kedelai. Allah menjelaskan bahwa binatang-binatang ini dapat

digunakan sebagai kendaraan dan perhiasan, karena manusia berhias

dengan apa yang dikendarainya. Persis seperti anak-nak muda zaman

sekarang yang berhias dengan mobil mewah. Susunan ayat ini

menunjukkan adanya derajat dan tingkatan manusia. Setiap tingkatan

memiliki kendaraan yang sesuai untuk digunakannya. Kuda adalah

untuk orang-orang yang terpandang dan kaya. Derajat di bawahnya

mengendarai bagal dan orang yang tidak cukup untuk membeli kuda

atau bagal, hanya membeli keledai untuk digunakannya.37

Di dalam ayat di atas, membahas antara kuda dan keledai, Allah

meletakkan bagal di tengah, karena dia bukan sebuah jenis asli, akan

tetapi perpaduan akan keduanya. Allah memerintahkan buraq untuk

melayani Rasulullah saw. dan menjadikan angin sebagai pelayan Nabi

Sulaiman as. Jika mukjizat-mukjizat seperti itu telah terjadi pada para

Nabi, maka manusia diberi petunjuk untuk menciptakan sarana

transportasi yang banyak, mulai dari pedati yang ditarik oleh

binantang, hingga mobil, kereta api bahkan pesawat.

Islam juga mengajarkan kepada manusia untuk menyayangi dan

melestarikan kehidupan hewan. Di dalam Al-Qur’an Allah

menekankan bahwa Dia telah menganugerahi manusia wilayah

kekuasaan yang mencangkup segala sesuatu di dunia ini, sebagaimana

dalam firman Allah:

37 Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Jilid VII, hal. 499

Page 158: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

139

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa

yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. Al-

Jatsiyah [45]: 13).

Ayat di atas menjelaskan tentang penundukkan langit dan bumi.

Dipahami dalam arti semua bagian-bagian alam yang terjangkau dan

berjalan atas dasar satu sistem yang pasti kait-berkaitan dan dalam

bentuk konsisten. Allah menetapkan hal tersebut dari saat ke saat

mengilhami manusia tentang pengetahuan fenomena alam yang dapat

mereka manfaatkan untuk kemaslahatan dan kenyamanan hidup

manusia. Allah menundukkan semua untuk manusia agar dia tunduk

kepada yang ditundukkan itu, tetapi hanya kepada yang menundukkan.

Dengan demikian, ayat di atas tidak sama sekali meligitimasi

manusia untuk berbuat semaunya dan sewenang-wenangnya kepada

makhluk-makhluk hidup lainnya.38

Manusia tidak pula memiliki hak

terbatas untuk menggunakan alam sehingga merusak keseimbangan

ekologisnya. Islam tidak membenarkan manusia untuk

menyalahgunakan binatang untuk tujuan tertentu, misalnya untuk

tujuan olahraga maupun sebagai objek eksperimen sembarangan.39

Al-Qur’an sudah mengingatkan manusia tentang beberapa hal yang

harus dijadikan pertimbangan dalam memanfatkan hewan, salah

satunya dengan usaha konservasi hewan. Dalam kaitan produk hewan

ternak dan hewan liar Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia boleh

38 Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir,Jilid 12, hal. 346

39

Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Terj. Tim Safir al-

Azhar Mesir,Jilid 13, hal. 405

Page 159: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

140

memanfaatkan semua bagian tubuh hewan ternak. Di sisi yang lain

Rasulullah saw. melarang pemanfaatan kulit hewan liar, meskipun

untuk sekedar dijadikan alas lantai atau alas pelana jika aturan ini

ditaati oleh semua orang, maka pembunuhan sia-sia terhadap beberapa

jenis hewan liar demi meraih keuntungan semata niscaya tidak terjadi

lagi. 40

Ayat di atas mengingatkan umat manusia bahwa Sang Pencipta

telah menjadikan semua yang ada di bumi ini termasuk hewan, sebagai

salah satu amanah yang harus dijaga. Allah adalah pemiliknya, yang

lantas memberikannya kepada manusia sebagai rahmat dari-Nya.

Karena itulah Allah mengingatkan bahwa manusia harus

mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap apa yang diberikan-

Nya di dunia ini, kelak kemudian hari.41

Dengan demikian, Al-Qur’an menuntun manusia untuk membalas

jasa yang diberikan hewan dengan memperlakukan hewan sebaik

mungkin, tidak menyakiti maupun merendahkannya. Manusia wajib

berinteraksi dengan hewan peliharaan mereka menurut cara-cara yang

dibenarkan, karena mereka juga ciptaan Allah. Maka sudah menjadi

kewajiban alamiah manusia untuk memenuhi hak-hak mereka (hewan)

dengan menjaganya dari segala kerusakan, memanfaatkannya dengan

tetap menjaga martabatnya sebagai ciptaan dari Allah dan

melestarikannya dengan sebaik mungkin.42

40 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik (hewan),

hal. 427

41

Wahbah Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr: Fî al-„Akidah wa al-Syarî‟ah wa al-Manhaj,

Jilid 7, hal. 13

42

M. Quraisy Shihab, Tafsîr Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,

Vol. 13, hal. 232

Page 160: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

141

3. Larangan Membunuh Hewan Sembarangan

Dalam rangka mengajak manusia untuk menyayangi semua

makhluk, Nabi Muhammad saw. mengaitkannya dengan pahala.

Dikatakan oleh Nabi saw bahwa Tuhan yang Maha Penyayang akan

memberikan kasih sayang-Nya kepada orang yang penyayang. Jika

seseorang menunjukkan kasih sayang kepada semua makhluk yang ada

di muka bumi, maka Allah SWT yang singgasana-Nya berada di langit

akan mencurahkan kasih sayang kepadanya.43

Selain itu Nabi saw. juga mengajarkan bahwa perlakuan dan

tindakan manusia terhadap hewan akan menentukan nasibnya di akhirat

nanti, sebagaimana Nabi saw. bersabda:

هم أن رسو الل صلى الل عل و لسل عن عبد الل بن عمر رضي الل عن ه حت م تت فدخلت ف ه الن ر لا ىي عذبت امرأة ف ى رة سجنت

ه تأكل من خش ش الأرض ه للا ىي ت ركت ه إذ حبست ه للا سقت أطعمت 44)رله البخ ري(

“Dari „Abdullah bin Umar ra, bahwa sesungguhnya Rasulullah

saw bersabda: “Seorang wanita disiksa Allah (pada hari kiamat)

lantaran mengurung seekor kucing sehingga kucing itu mati.

Karena itu Allah SWT memasukannya ke neraka. Kucing itu

dikurungnya tanpa diberi makan dan minum, dan tidak pula

dilepaskannya supaya kucing-kucing itu makan serangga-

serangga bumi (dengan sendirinya)” (HR. Bukhari).

Nabi Muhammad saw. melarang umatnya melakukan hal-hal

kejam kepada hewan, salah satu di antaranya adalah larangan untuk

membunuh hewan tanpa tujuan yang dibenarkan oleh syari’at Islam.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

43 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik (hewan),

hal. 429

44

Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 4, hal.

176

Page 161: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

142

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh

binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di

antara kamu membunuhnya dengan sengaja, Maka dendanya

ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan

buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil

di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka'bah

atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi Makan

orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan

yang dikeluarkan itu, supaya Dia merasakan akibat buruk dari

perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan

Barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan

menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan

untuk) menyiksa”. (QS. Al-Maidah [5]: 95).

Ayat di atas turun pada tahun Hudaibiyyah. Allah menguji mereka

dengan binatang buruan yang liar yang membahayakan perjalanan

mereka. Sekiranya mereka menghendaki dapat memburunya dengan

tangan mereka atau dengan tombak mereka, akan tetapi yang demikian

adalah diharamkan bagi mereka. Di dalam tafsir al-Bahr al-Muhith

dijelaskan bahwa binatang buruan itu adalah yang hidup di tengah-

tengah orang Arab dan dagingnya sering dinikmati oleh mereka.

Bintang itu juga berbulu dan berbentuk elok.45

Ayat di atas maksudnya adalah janganlah kamu membunuh

binatang jika kamu telah berihram, baik untuk ihram untuk haji

45 Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwatut Tafâssir, Cet. I, Jilid II, hal. 100

Page 162: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

143

maupun umrah atau keduanya sekaligus. Seandainya kamu tidak

berihram, maka kamu juga tidak diperbolehkan untuk membunuh

binatang, karena kamu berada pada daerah haram. Allah telah

menjadikan haram dalam dua bentuk: haram waktu dan haram

tempat.46

“barang siapa yang membunuh dengan

sengaja”, Allah mengaitkan pemburuan tersebut dengan kesengajaan.

Siapapun yang melakukannya dengan sengaja maka dia wajib

membayar denda. Karena menurut asy-Sya’rawi, setiap kesalahan

walaupun itu kecil dan sederhana dalam pandangannya akan

dikenakan sanksi denda. Oleh sebab itu, siapapun yang melakukan

pembunuhan binatang tanpa tujuan yang dibenarkan oleh syari’at

Islam, maka akan dikenakan sanksi denda, karena telah berlaku zalim

terhadap yang dilarang oleh Allah.47

46 Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Jilid IV, hal. 62

47

Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Tafsîr Asy-Sya‟râwî, Jilid IV, hal. 63

Page 163: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

144

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tafsîr asy-Sya’râwî merupakan tafsir yang berdimensi saintifik.

Asy-Sya’rawi termasuk ulama tafsir yang sangat memberikan perhatian

terhadap mukjizat ilmiah. Beliau menganggap sangat penting untuk

mengaitkan penafsirandengan penemuan-penemuan modern. Asy-

Sya’rawi juga beranggapan bahwa tafsir saintifik mengungguli sisi

mukjizat Al-Qur’an lainnya.

Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi di dalam kitab Tafsîr asy-

Sya’râwî memandang alam khususnya flora dan fauna sebagai makhluk

hidup yang mempunyai nilai tinggi pada dirinya sendiri dan dianggap

berharga. Setiap makhluk hidup yang ada di alam dunia ini memiliki

jiwa yang harus dihormati, dilindungi dan dilestarikan dengan sebaik

mungkin. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki kewajiban dan

tanggung jawab moral untuk menjaga alam termasuk terhadap eksistensi

flora dan fauna.

Sikap menghargai dan melestarikan flora dan fauna memberikan

banyak keuntungan bagi manusia dengan cara mengimplementasikan

konsep-konsep konservasi alam untuk meminimalisir terjadinya

kerusakan, kepunahan flora dan fauna yang diakibatkan oleh perbuatan

manusia dan sebagainya. Menurut Asy-Sya’rawi, Islam adalah agama

yang seimbang. Islam membawa manusia untuk berlaku adil, baik

kepada manusia maupun makhluk hidup lainnya. Bahkan umat Islam

juga disebut sebagai Ummatan Wasatho yang bermakna umat yang

berada di tengah. Sehingga dalam pemanfaatan sumber daya alam hayati

(flora dan fauna) sampai diatur sedemikian rupa. Pengelolaan alam dan

pemanfaatannya harus dilakukan secara baik dengan memperhatikan

Page 164: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

145

aspek keberlanjutan kehidupan, kelestarian dan keseimbangan ekosistem,

sehingga pemanfaatan alam tidak dilakukan secara eksploratif dan

eksploitatif secara berelebihan.

Manusia diizinkan Allah untuk memakan rizki-Nya, namun dalam

memanfaatkannya ada aturan main yang harus dipegang oleh manusia,

salah satunya adalah tidak boleh memanfaatkannya dengan tanpa batas

dan tanpa aturan. Karena kerusakan lingkungan hidup yang terjadi

banyak disebabkan oleh gaya hidup manusia yang konsumtif dan

eksploitatif. Manusia belum begitu sadar akan dampak yang diperbuat

terhadap lingkungan hidupnya, dalam hal ini dampak yang ditanggung

oleh generasi berikutnya.

Dalam menafsirkan ayat-ayat tentang konsep konservasi flora

(tumbuhan) dan fauna (hewan), asy-Sya’rawi menafsirkannya secara

saintifik dengan mengkorelasikannya pada realitas ilmiah, di antaranya

sebagai berikut:

1. Kajian penafsiran Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab

Tafsîr Asy-Sya’râwî tentang tentang anjuran melakukan konservasi

adalah QS. Al-Baqarah [2]: 205

2. Kajian penafsiran Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab

Tafsîr Asy-Sya’râwî tentang konsep konservasi flora (tumbuhan), di

antaranya: Anjuran untuk bercocok tanam dalam QS. Yasîn [36]: 33-

36, melakukan Ihyâ al-Mawât (menghidupkan lahan yang terlantar)

dalam QS. Al-A’raf [7]: 58 dan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan

dengan bijak, serta tidak mengekploitasi tumbuhan secara berlebihan

dalam QS. Al-An’am: [6]: 141.

3. Kajian penafsiran Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab

Tafsîr Asy-Sya’râwî Konsep konservasi fauna (hewan) di antaranya:

Proses domestika hewan QS. An-Nahl [16]: 5, 6 dan 81, memenuhi

Page 165: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

146

hak dan etika terhadap hewan QS. An-Nahl [16]: 7-8, QS. Al-

Jatsiyah [45]: 13 dan larangan membunuh hewan sembarangan dalam

QS. Al-Maidah [5]: 95.

B. Saran

1. Implementasi konsep konservasi flora dan fauna dalam Al-Qur’an

dapat dijadikan pegangan khususnya bagi masyarakat Indonesia

untuk bisa menjaga kelesatarian kehidupan flora dan fauna dan

membangun kesadaran akan pentingnya keanekaragaman hayati flora

dan fauna bagi kehidupan makhluk hidup lainnya di muka bumi ini.

2. Sadar saja belum cukup, perlu keberanian untuk melawan arus

modernisasi yang belum tentu bisa mensejahterakan masyarakat.

Manusia harus sadar dan berani untuk melindungi dan memelihara

kearifan lokal. Ajakan untuk mengelola sumber daya alam hayati

(flora dan fauna) dengan bijak, sesuai kebutuhan. Tidak bersikap

berlebihan dan menghambur-hamburkan sumber daya alam hayati di

bumi ini.

3. Pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan dan pengolahan sumber

daya alam hayati harus terus-menerus diupayakan oleh pihak yang

terkait khususnya untuk pemerintah Indonesia, agar tidak terjadi

kerusakan dan kelangkaan flora dan fauna akibat dari pemanfaatan

alam yang dilakukan secara eksploratif dan eksploitatif secara

berelebihan.

4. Konsep konservasi harus dilakukan secara spesifik dengan

memperhatikan jenis-jenis tertentu misalnya penyelamatan suatu

spesies langka, jika flora dan fauna tersebut dikategorikan diambang

kepunahan. Maka diharapkan upaya konservasi harus mencangkup

segala upaya untuk merehabilitasi spesies untuk kembali ke alam.

Page 166: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

147

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Hadis Rasul Tentang Konservasi Alam: Analisis

Empirik Menghidupkan Kembali Bukit Prambanan

Yogyakarta, dalam Aplikasia Jurnal Aplikasi llmu-ilmu

Agama, Vol. VI, No.2, Desember 2005

Al-Ainan, Sa’id Abu, Asy-Sya’râwi Allazdî Lana’rifah, Kairo,

Akhbar al-Yaum, 1995

Akhadi, Mukhlis, Ekologi Energi (Mengenali Dampak Lingkungan

Dalam Pemanfaatan Sumber-sumber Energi), Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2009

Arifin, Bustanul, Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Indonesia,

Jakarta: Erlangga, 2001

Aryati, Dimensi Saintifik Dalam Tafsir asy-Sya’rawi Dalam Tafsir

asy-Sya’rawi, Tangerang: Pustaka Media, 2019

Budimanta, Arif, Kekuasaan dan Penguasaan Sumber Daya Alam,

Jakarta: Indonesian Center for Sustainable Development

(ICSD), 2007

Al-Bukhâri, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il, Shahîh al-

Bukhâri, Beirut: Dar Thurûq an-Najah, 1422 H

Daudy, Ahmad, Allah dan Manusia, Jakarta: Raja Wali, 1983

Adz-Dzahabi, Muhammad Husein, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Terj.

Nabhani Idris, Jakarta: Kalam Mulia, 2009

Edition, Sixth, General Zoology, Terj. Nawangsari Sugiri, Jakarta:

Erlangga, 1984

Hanbal, Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn, Musnad Imam

Ahmad ibn Hanbal, Mu’asasa Ar-Risalah, 1421

Haque, M. Atiqul, 100 Pahlawan Muslim Yang Mengubah Dunia,

Yogyakarta: Didlossia, 2007

Page 167: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

148

Hitti, Philip K., History of The Arabs, Jakarta: PT. Serambi Ilmu

Semesta, 2006

Muhammad, Henry, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20,

Jakarta: Gema Insani, 2006

IMZI, A. Khusnul Hakim, Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir Dari

Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer, Depok: Lingkar

Studi Al-Qur’an, 2013

Indriyanto, Ekologi Hutan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2017

Irwan, Zoer’aini Djamal, Prinsip-Prinsip Ekologi Dan Organisasi

Sistem, Komunitas, dan Lingkungan, Jakarta: Bumi Aksara,

2003

Jauhar, Ahmad Al-Mursi Husein, Al-Syekh Muhammad Mutawalli

Al-Sya’rawi, Kairo: Nahdhoh, 1990

Kementerian Lingkungan Hidup, Teologi Lingkungan (Etika

Pengelolaan Lingkungan Dalam Perpektif Islam),

Yogyakarta: Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah,

2011

Kodra, Hadi S. Ali, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012

Machmud, Syahrul, Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

Mahendra, Fidi, The Secret of Water, Yogyakarta: Mutiara Media,

2008

Mangunjaya, Fachruddin M, Konservasi Alam Dalam Islam, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2005

_____ , Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam untuk Konservasi,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009

Page 168: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

149

Mardani, Anggi Alvionita, Analisis Eksploitasi Sumber Daya Alam

Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dalam

Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Penambang Batu Di

Gunung Kunyit Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi

Waras), Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2016

Mufid, Sofyan Anwar, Islam Dan Ekologi Manusia: Paradigma

Baru, Komitmen Dan Integritas Manusia Dalam

Ekosistemnya, Refleksi Jawaban Atas Tantangan Pemanasan

Global (Dimensi Inteletual, Emosional Dan Spiritual),

Bandung: Nuansa, 2010

Nafisah, Mamluatun, Al-Quran dan Konservasi Lingkungan (Suatu

Pendekatan Maqâsid al-Syarî’ah)”, dalam karya tesisnya di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017

Nirwono Joga, dkk, RTH 30% Resolusi Kota Hijau, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2011

Nursi, Muhammad Sa’id, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang

Sejarah, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2007

Onrizal, Ayat-ayat Konservasi (Menghimpun dan Menghidupakan

Khazanah Islam Dalam Konservasi Hutan Leuser), Medan:

Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, 2010

Pasya, Hikmatir, Studi Metodologi Tafsir Asy-Sya’rawi, Jurnal Studi

Al-Qur’an, Vol. 1, No. 2

Pertiwi, Ummi Sholihah, Studi Kritis Terhadap Undang- undang

Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Perspektif Fiqh al-Bi’ah,

dalam karya skripsinya di Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta, 2018

Raharjo, Mursid, Memahami Amdal, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

Page 169: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

150

Rahmadi,Takdir, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Jakarta: Raja

Wali Press, 2014

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta: Attahiriyah, 1976

Salim, Emil, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, Jakarta: Kompas,

2010

Seputro, Dwidjo, Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya, Jakarta:

Erlangga, 1994

Al-Shabuni, Syaikh Muhammad Ali, Shafwatut Tafâssîr, Terj. KH.

Yasin, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011

Shaleh,S. Anwar Muchijidin Effendie, dkk, Alam Raya Dan Al-

Qur’an, Jakarta: Pradnya Paramita, 1994

Ash-Shamad, Muhammad Kamil ‘Abd, Mukjizat Ilmiah dalam Al-

Qur’an, Terj. Alimin, Lc, dkk, Jakarta: Akbar Media Eka

Sarana, 2002

Shihab, M. Quraisy, Sejarah dan ‘Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2001

_____ , Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Soerjani, Moh, dkk, Lingkungan:Sumber Daya Alam dan

Kependudukan Dalam Pembangunan, Jakarta: UI Press, 1988

Sutrian,Yayan, Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, Jakarta:

Rineka Cipta, 2011

Asy-Sya’rawi, Muhammad Mutawalli, TafsÎr asy-Sya’râwî, Kairo:

Akhbâr al-Yaum, 1991

_____ , Qashash Al-Qur’an, Kairo: al-Maktabah al-Taufiqiyyah,

2004

_____ ,Tafsîr asy-Sya’râwî, Terj. Tim Safir al-Azhar Mesir, Medan:

Duta Azhar, 2011

Page 170: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

151

Syibromalisi, Faizah Ali, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik

Modern, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2013

Tim Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir Al-

Qur’an Tematik (Tumbuhan), Jakarta: Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur’an, 2009

_____ ,Tafsir Al-Qur’an Tematik (Hewan), Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009

_____ , Tafsir Al-Qur’an Tematik (Peletarian Lingkungan

Hidup), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Isu

Kontemporer I, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur’an, 2015

_____ , Tafsir Al-Qur’an Tematik, Jakarta: Kamil Pustaka, 2014

Utami, Ulfah, Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam Dan

Sains, Malang: UIN Malang Press, 2008

Wijayanti, Fahma, Biologi Konservasi, Jakarta: UIN Press, 2015

Yusuf, Riswandi, Ekologi Dan Konservasi Alam Dalam Perspektif

Teologi Kristiani, dalam karya skripsinya di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2016

Zaini, Syahminan, Isi Pokok Ajaran Al-Qur’an, Jakarta: Kalam

Mulia, 2005

Zuhaili, Wahbah, al-Tafsîr al-Munîr: Fî al-‘Akidah wa al-Syarî’ah

wa al-Manhaj, Terj. Abu Hayyie al-Kattani, Jakarta: Gema

Insani, 2013

Page 171: KONSEP KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DALAM AL-QUR’AN

BIOGRAFI PENULIS

Indah sundari, mahasiswi berdarah asli betawi Jakarta

yang lahir di Jakarta pada tanggal 22 November 1997.

Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Lahir

dari pasangan suami istri bapak Iman dan ibu Masanih.

Penulis menempuh jenjang pendidikan formal di

Madrasah Ibtidaiyyah Miftahussalam Jakarta, MTSN 37

Jakarta, MA di Ma’had Syamsul ‘Ulum Sukabumi. Dilanjutkan pada jenjang

pendidikan selanjutnya yakni pendidikan strata satu (S1) dI Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta. Penulis merupakan mahasiswi aktif IIQ Jakarta

angkatan tahun 2015, pada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, program studi

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.