kirtan pada ibadah mingguan … granth sahib. isinya secara umum adalah puji-pujian kepada tuhan...

105
KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN MASYARAKAT SIKH DI GURDWARA TEGH BAHADAR POLONIA MEDAN: KAJIAN STRUKTUR TEKSTUAL DAN MELODI SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NEHEMIA HERWINKA SILABAN NIM: 070707016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2012

Upload: truongkhanh

Post on 29-Jul-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN MASYARAKAT SIKH

DI GURDWARA TEGH BAHADAR POLONIA MEDAN:

KAJIAN STRUKTUR TEKSTUAL DAN MELODI

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NEHEMIA HERWINKA SILABAN NIM: 070707016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2012

Page 2: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

ii

KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN MASYARAKAT SIKH

DI GURDWARA TEGH BAHADAR POLONIA MEDAN:

KAJIAN STRUKTUR MELODI DAN TEKSTUAL

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NEHEMIA HERWINKA SILABAN NIM : 070707016 Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Muhamad Takari, M.Hum, Ph.D. Drs. Bebas Sembiring, M.Si. NIP. 196512211991031001 NIP.195703131991031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang ilmu Etnomusikologi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2012

Page 3: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

iii

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah

satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu

Budaya< Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU,

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs, Muhammad Takari, M.A., Ph.D

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd.

3.Drs. Bebas Sembiring, M.Si.

4. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si.

5. Drs. Kumalo tarigan, M.A.

Page 4: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

iv

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.

NIP 196512211991031001

Page 5: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

v

ABSTRAKSI Melalui skripsi ini, penulis akan menganalisis Kirtan yang disajikan dalam ibadah

mingguan masyarakat Sikh, di rumah ibadah Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan, dalam dua fokus utama yaitu tekstual dan melodi. Perlu diketahui bahwa Kirtan merupakan istilah bahasa Sanskerta yang berarti kegiatan mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan ini bisa berupa menyampaikan atau berbicara tentang keagungan-keagungan Tuhan Yang Maha Esa dan bisa berupa menyanyikan nama-nama suci Tuhan untuk mengagungkan Tuhan. Kirtan atau lebih lengkap lagi, sankirtan (mengagungkan bersama-sama atau beramai-ramai), adalah proses yang dianjurkan untuk mencapai kesucian dan kedamaian hati. Agama Sikh berdiri di penghujung abad ke-15 dan awal abad ke-16. Kata Sikh sendiri berarti “murid” atau “pengikut.”

Pendekatan yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun dalam proses kerjanya penulis melakukan pengamatan terlibat, peneliti sebagai partisipant observer, wawancara, studi pustaka (termasuk pustaka online dalam jejaring dunia maya), perekaman kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini berfokus kepada pendapat informan dalam konteks studi emik, namun diimbangi dengan penafsiran-penafsiran berdasarkan kaidah ilmiah yang disebut dengan pendekatan etnik oleh penulis.

Dari metode dan teknik tersebut di atas didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. (a) Teks Kirtan merupakan teks yang diambil dari kitab suci agama Sikh yang diberi nama Guru Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah strofik yaitu melodi yang sama atau hampir sama menggunakan teks yang terus menerus berbeda, karena itu dapat diklasifikasikan sebagai musik logogenik. Tangga nada yang digunakan adalah berasal dari sistem raga India, khususnya menggunakan interval-interval mikrotonal. Ritmenya berdasar kepada sistem tala yang menggunakan meter 4 yang disebut dengan laghu. Dengan demikian, struktur melodi berakar dari tradisi musik India, khususnya Hindustani (India Utara).

Page 6: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

vi

ABSTRACT Thoroughout this thesis, I will be analyzed Kirtan which is performing in Sikh

socio-religious sosciety weekly praying in Gurdwara Tegh Bahadar Temple, Polonia Medan temple, especially in two main focuses, textual and melody. For the reader knowing, that Kirtan is a terminology in Sanskrit language which mean activity to praying the One God. This activity is fill by the religious chanting text which its thema about the Great of God and the Holy Name in Sikh religious systems. Kirtan or sankirtan mean praying in the group, which aim to the goal of the holy and peace heart. The Sikh relligion began in the end of 15th century or the first decade of 16th century. The word Sikh in the gramatical means as “student” or “followers.”

The scientific approaches, I use qualitative research method. In the work process the writer use partisipant observation as a partisipant observer, interview, literature study (and online literature in the internet), recording of activities, transcription, and laboratory analysis. This research focused in the informants view in the context of emic study, but I use the explain basic on scientific procedures which called etic approach.

Basic on these methods and technics, the writes discovere from this research as follows. (a) The Kirtan texts is come from Sikh Holy Book called Guru Granth Sahib. The thema of this texts are praying to The One God, called Waheguru. (b) The melodic structure, generally can be classified as strophic, which use same or near form melody and differetnt texts, we will be catogorized it as logogenic music. The Kirtan melodic basic on raga system in India music culture, specifically use the microtonal intervals. The rhythm of Kirtan melody, basic on time dimensions tala system in India music, use meter 4 which called laghu. In generally, Kirtan melody can be speak rooted from India music tradition, especially Hindustani (North India) music.

Page 7: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

vii

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih

dan anugrah-Nya yang begitu besar yang telah menolong dan menyertai hidup penulis,

memberikan kebaikan-kebaikan lebih dari penulis bayangkan dan minta. Bahkan dalam

penyelesaian skripsi ini kekuatan dan pengertian yang baru penulis selelu peroleh dari-Nya.

Skripsi ini berjudul “Studi Deskriptif Kirtan Pada Ibadah Mingguan Masyarakat

Sikh Di Gurdwara Tegh Bahadur Polonia Medan: Kajian Struktur Tekstual dan Melodi.”

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen

Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak hambatan yang

penulis rasakan. Begitu juga dengan kejenuhan yang membuat penulis bosan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat orang-orang yang ada di sekitar penulis,

membuat penulis kembali semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mempersembahkan skripsi ini dan mengucapkan

terima kasih kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai, ayahanda Pdt. Antoni

Silaban, M.Th. dan ibunda Ruslan Samosir. Terima kasih buat segala cinta kasih serta

ketulusan kalian sehingga saya bisa seperti sekarang, terima kasih buat perhatian yang tak

pernah putus-putus khususnya selama pengerjaan skripsi ini, terimakasih buat motivasi-

motivasi yang kalian berikan sehingga saya tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi

ini, terima kasih buat doa-doa yang kalian panjatkan sehingga saya mendapatkan kekuatan

dan penghiburan dari Tuhan. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada abang

terkasih Eben Ezer Silaban, S.Sn/ dan juga kepada adik-adik Jepri Silaban, Philip Silaban,

dan Joice Sania Silaban yang terkasih. Terimakasih buat doa, dukungan, dan semangat

yang telah kalian berikan kepada saya.

Page 8: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

viii

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr.

Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Begitu juga

segenap jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak Drs. M.

Takari, M.Hum., Ph.D. sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi dan juga sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing I penulis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk nasehat-nasehat, ilmu serta

pengalaman yang telah Bapak berikan kepada saya selama berkuliah. Kiranya Tuhan

selalu membalaskan semua kebaikan yang Bapak berikan. Kepada yang terhomat Bapak

Drs. Bebas Sembiring, M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk

perhatian, ilmu dan semua kebaikan yang Bapak berikan. Kiranya Tuhan membalas semua

kebaikan Bapak.

Terima kasih juga kepada Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. selaku sekretaris

Departemen Etnomusikologi FIB USU, yang telah membantu lencarnya administrasi kuliah

saya selama ini, serta ilmu yang diberikan. Begitu pula untuk Ibu Adry Wiyanni Ridwan,

S.S., sebagai pegawai adminitrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah

membantu semua urusan administratif dan pendekatannya.

Terima kasih juga ditujukan kepada yang terhormat seluruh seluruh staf pengajar

Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemahaman-pemahaman

baru dan wawasan kepada penulis selama penulis menjalani perkuliahan. Kepada seluruh

dosen di Etnomusikologi, Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D., Ibu Drs. Heristina

Dewi, M.Pd., Bapak Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A.,

Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring,

M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST,M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten

Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan Purba, M.Si., Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum..

Page 9: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

ix

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu sekalian yang telah membagikan ilmu

dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Sungguh ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

saya ucapkan karena telah belajar dari orang-orang hebat seperti Bapak/Ibu sekalian. Biarlah

kiranya ilmu yang saya dapatkan dari bapak-ibu sekalian bisa saya aplikasikan dalam

kehidupan dan pendidikan selanjutnya. Biarlah Tuhan membalaskan semua jasa-jasa Bapak/Ibu

sekalian.

Kepada semua informan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini;

Ibu Raj Bir, Maninder Singh, dan Balwant Singh dan informan-informan lain yang tidak bisa

saya sebutkan. Sungguh pengalaman yang berharga bisa berkenalan dengan kaum Sikh yang

sangat ramah. Kiranya Tuhan membalaskan kebaikan kalian.

Kepada abang rohani dan sekaligus juga pemurid saya Daniel Limbong, S.Sn. yang

yang senantiasa memotivasi, mendoakan, dan membantu saya bahkan dalam segala

kesibukannya sekalipun. Kepada teman-teman KTB IMPERATIF Jepri Supomo Purba,

S.E. dan Jansudin Saragih, S.S., walaupun kalian jauh dan sibuk dalam pekerjaan tapi tetap

bisa memberikan waktu untuk mendoakan dan memotivasi saya. Serta kepada murid dan

adik-adik rohani saya Daniel Zai, Denata Rajagukguk, dan Bincar Pasaribu terima kasih

buat doa dan dukungan kalian.

Kepada semua Abang/kakak, adik-adik dan saudara/i saya di IMPERATIF (Ikatan

Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif) yang telah mengajari saya tentang proses

hidup, segala suka dan duka bersama dengan kalian semakin mengasah karakter saya untuk

menjadi pribadi yang benar dan dewasa, ucapan terima kasih mungkin tidak akan cukup

untuk menggantikan semua itu. Semoga kita tetap setia kepada Tuhan Yesus dan tetap

menjaga nilai-nilai kita yang sudah kita pelajari selama ini dimanapun kita berada.

Kepada rekan saya ketika penelitian yaitu Andro Mahardika, S.Sn. dan Marini

Pratiwi Sinaga, S.Sn. terimakasih atas kerjasama yang telah kita bangun. Kepada saudara-

saudari saya Etno 2007: Adi Suranta Ginting, Arah, Batoan Sihotang, Beripana Sitepu,

Page 10: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

x

Bonggud Tyson Sidabutar, Chrismes Manik, Dussel, Evendy Waruwu, Freddy Purba, Fuad

Tahan Simarmata, Jakup Sinulingga, Jaya Surbakti, Jeremia Barus, Kiki Alpinsyah, Risky

Syahreza, Salmon Sembiring, Tumpal Saragih, terimakasih buat tahun-tahun yang telah

kita miliki di Etnomusikologi. Saya sangat bangga bisa menjadi bagian orang-orang hebat

seperti kalian. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan bisa menjadi bagian hidup

kalian. Hal tersebut merupakan kenangan yang tidak bisa saya lupakan. Saya percaya kita

semua akan menjadi orang-orang yang hebat. Semoga kita tetap bersahabat dan menjadi

orang-orang yang berhasil di masa mendatang. Juga kepada senior dan junior di

Etnomusikologi terutama stambuk 2004-2012 terimakasih buat hari-hari saya di

perkuliahan yang begitu bersemangat karena kalian semua.

Terima kasih juga kepada teman-teman band saya, Old fellas dan The One Purpose;

Paul Oktavianus Manik, Alfred William, Richard, Risa Hutapea dan bang Sophian. Saya

sangat bangga dan terhormat bisa bermain musik bersama-sama dengan kalian, semoga

cita-cita kita kedepan dapat terwujud. Kepada seluruh teman-teman saya di GSJA Sukacita

Polonia dan keluarga yang selalu mendoakan saya, saya mengucapkan terimakasih buat

seluruh doa dan dukungannya.

Medan, Desember 2012

Penulis,

Nehemia Herwinka Silaban

Page 11: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii DAFTAR ISTILAH xii BAB I: PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Pokok Masalah 11 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 12 1.3.1 Tujuan Penelitian 12 1.3.2 Manfaat Penelitian 12 1.4 Konsep dan Teori 13 1.4.1 Kosep 13 1.4.2 Teori 16 1.5 Metode Penelitian 19 1.5.1 Studi Kepustakaan 19 1.5.2 Penelitian Lapangan 21 1.5.2.1 Observasi 22 1.5.2.2 Wawancara 22 1.5.2.3 Perekaman atau Dokumentasi 23 1.5.3 Kerja Laboratorium 24 1.6 Lokasi Penelitian 24 BAB II: MASYARAKAT SIKH DI KOTA MEDAN YANG

HETEROGEN 26

2.1 Gambaran Umum Kota Medan 26 2.1.1 Letak Geografis Kota Medan 26 2.1.2 Iklim 26 2.1.3 Luas Wilayah 27 2.1.4 Demografi 28 2.2 Kedatangan Ajaran Sikh di Kota Medan 29 2.2.1 Populasi Masyarakat Penganut Agama Sikh 31 2.2.2 Sistem Kekerabatan 32 2.2.3 Sistem Mata Pencaharian 33 2.2.4 Bahasa 36 2.3 Masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar 37 2.3.1 Definisi Sikh 37 2.3.2 Pokok Ajaran Sikh 38 2.3.3 Ciri-ciri penampilan Pengikut Agama Sikh 39 2.3.4 Hari-hari Besar Sikh 40 2.4 Gurdwara Tegh Bahadar 41 2.4.1 Riwayat Singkat Gurdwara Tegh Bahadar 41 2.4.2 Komponen dan Denah Bangunan Gurdwra Tegh Bahadar 41

Page 12: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

xii

BAB III: DESKRIPSI KIRTAN PADA IBADAH MINGGU SIKH 40 3.1 Pengertian Kirtan 49 3.2 Komponen Ibadah 51 3.2.1 Tempat Ibadah 51 3.2.2 Waktu Ibadah 51 3.2.3 Benda dan Peralatan Ibadah 52 3.2.4 Pemimpin dan Peserta Ibadah 52 3.3 Jenis Musisi dalam Sikh 54 3.3.1 Rababi 54 3.3.2 Ragi 54 3.3.3 Dhadha 55 3.4 Tujuan Mengadakan Ibadah 56 BAB IV: ANALISIS TEKSTUAL 57 4.1 Pengenalan 57 4.2 Logogenik 58 4.3 Analisis Semiotik Tekstual Kirtan 59 BAB V: LATAR BELAKANG BUDAYA MUSIK,TRANSKRIPSI, DAN

ANALISIS 66

5.1 Kebudayaan Musik India 66 5.2 Teknik dan Simbol Transkripsi 69 5.2.1 Teknik 69 5.2.2 Simbol 70 5.3 Analisis Melodi 72 5.3.1 Tangga Nada (Scale) 72 5.3.2 Nada Dasar (Pitch Center) 73 5.3.3 Wilayah Nada (Range) 74 5.3.4 Jumlah Nada (Frequency of note) 74 5.3.5 Jumlah Interval 75 5.3.6 Pola Kadensa (Cadence Partterns) 76 5.3.6.1 Pola yang Terdapat di Akhir Melodi 76 5.3.6.2 Pola yang Terdapat di Pertengahan Melodi 76 5.4 Formula Melodi (Melody Formula) 76 5.4.1 Analisis Bentuk, Farsa, dan Motif Pada Kirtan 77 5.4.2 Kontur 79 5.5 Analisis Siklus Ayat-ayatAmrit Kirtan Halaman 363 80 BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN 84 6.1 Kesimpulan 84 6.2 Saran 85 DAFTAR PUSTAKA 87 DAFTAR INFORMAN 89

Page 13: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

xiii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Lus Wilayah Kota Medan ............................................................................ .27 Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2010 .................... 28 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Agama dan Persentasenya ........ 29 Tabel 2.4 Toko Sport Milik Masyarakat Sikh di Kota Medan ........................................ 35 Tabel 2.5 Hari-hari Besar Agama Sikh .......................................................................... 40 Tabel 5.1 Interval Amrit Kirtan .................................................................................... 75

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pria dan Wanita Sikh ................................................................................ 39 Gambar 2.2 Gurdwara Tegh Bahadur Polonia .............................................................. 42 Gambar 2.3 The Guru Throne ...................................................................................... 43 Gambar 2.4 Chanani Shahib ......................................................................................... 43 Gambar 2.5 Rumala ..................................................................................................... 44 Gambar 2.6 Palki Sahib ............................................................................................... 45 Gambar 2.7 Nishan Sahib ............................................................................................. 45 Gambar 2.8 Chaur Sahib .............................................................................................. 46 Gambar 2.9 Langar atau Tempat Makan di Gurdwara .................................................. 47 Gambar 2.10 Makanan dan Minuman di Langar ........................................................... 47 Gambar 2.11 Denah Lokasi Gurdwara Tegh Bahadur Polonia Medan .......................... 48 Gambar 3.1 Pemusik yang Sedang Melakukan Kirtan .................................................. 51 Gambar 3.2 Altar tempat Pemusik yang Sejajar dengan Chanani .................................. 52 Gambar 3.3 Pengikut Sikh Sedang Memberikan Persembahan ..................................... 52

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Sistem Kekerabatan Patrilineal Suku Punjabi Beragama Sikh ...................... 42

Page 14: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

xiv

DAFTAR ISTILAH

Amrit Kirtan: Kitab yang berisi lagu-lagu Kirtan yang liriknya diambil dari kitab Guru Granth Sahib.

Analisis: Penguraian suatu pokok permasalahan atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Ardas: Doa. Asadivaar: nyanyian yang dibawakan di awal ibadah, berisi 24 bait

yang dikutip dari Guru Granth Sahib, lirik pada Asadivaar tidak dapat berubah, selalu sama pada setiap ibadah, tetapi melodi musiknya tergantung pada pemusik yang membawakan Asadivaar tersebut

Bhai: Sebutan untuk pemimpin agama Sikh. Chanani: Kanopi yang menutupi Sri Guru Granth Sahib Ji. Chanting: Pembacaan Kitab yang dilantunkan secara musikal. Chaur sahib: Bendera Sikh. Gurdwara: Tempat beribadah agama Sikh. Gurmukhi: Aksara Sikh. Golak: sistem manajemen keuangan di setiap gurdwara Gurbani: Firman Tuhan. Hymne : Nyanyian pujian. Ilmiah: Memenuhi syarat ilmu pengetahuan. Identifikasi: Tanda pengenalan diri. Kirtan: Pembacaan Kitab Suci Sikh secara musikal. Kaur: Nama belakang yang dipakai untuk perempuan Sikh. Khalsa: Peraturan pada agama Sikh. Katha: Membaca Sri Guru Granth Sahib Ji dan menjelaskan. Kesh: Rambut panjang yang tidak dipangkas. Kangha: Sisir. Kara: Gelang besi Kachha : Celana panjang dalam Kirpan: Pedang atau pisau kecil. Kirt temai: Memperoleh penghasilan dengan bekerja keras, kreatif,

produktif dan jujur. Langar: Dapur bebas yang terletak di setiap gurdwara. Logogenic: Nyanyian yang lebih mementingkan kata-kata daripada

melodi. Majemuk: Terdiri dari beberapa bagian atau beragam. Musikal: Bersifat musik. Manji sahib: Tempat tidur kecil untuk meletakkan Sri Guru Granth

Sahib Ji. Naam Japna: Mengingat nama Tuhan dengan beribadah. Nam: Nama Tuhan. Nishan sahib: Serat buatan manusia yang ditempelkan dalam logam

yang ditempatkan di pegangan kayu.

Page 15: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

xv

Patrilineal: Garis keturunan ditentukan oleh seorang laki-laki. Palki sahib: Tempat Sri Guru Granth Sahib Ji. Pribumi : Penghuni asli. Religi: Suatu kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati

diatas manusia. Referensi: Sumber acuan. Rumala : Kain untuk menutupi Sri Guru Granth Sahib Ji. Sangat: Lembaga suci. Sabad:: Himne religius yang terdapat dalam Sri Guru Granth

Sahib Ji. Sat: Kebenaran abadi. SingH: Nama belakang yang dipakai untuk laki-laki Sikh. Stropic: Nyanyian atau melodi yang diulang dengan teks yang

berbeda. Sikh: Agama yang berasal dari daerah Punjab oleh Guru

Nanak pada abad ke-16. Suku bangsa: Golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan

identitas akan kesatuan budaya. Sri Guru Granth Sahib Ji:

Kitab suci agama Sikh

Tekstual: Yang berhubungan dengan teks. Vaisakhi: Hari jadi agama Sikh. Waheguru: Sebutan Tuhan dalam agama Sikh. Wand Chekna: Membagikan makanan atau makan bersama-sama

.

Page 16: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki budaya, yang digunakan

sebagai respon dalam menjawab tantangan alam. Kebudayaan ini mencakup semua

unsurnya seperti bahasa, organisasi sosial dan politik, teknologi, pendidikan,

ekonomi, kesenian, dan agama atau sistem religi. Kesemua unsur ini diwujudkan

dalam bentuk gagasan atau ide, aktivitas atau kegiatan, dan juga benda-benda atau

artefak.

Dalam sistem religi misalnya, sebelum datangnya agama-agama besar dunia

di Sumatera Utara, masyarakat di kawasan ini mempercayai adanya makhluk-

makhluk gaib yang menghuni tempat-tempat tertentu. Mereka juga mempercayai

roh-roh nenek moyang yang dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah

dalam kehidupannya. Oleh karena itu mereka selalu memuja roh-roh nenek

moyangnya. Sistem kepercayaan dinamisme dan animisme seperti itu masih dapat

dilacak sisa-sisanya pada berbagai sistem religi yang dianut masyarakat natif

Sumatera Utara, misalnya dalam Pemena, Parmalim, atau juga Perbegu.

Setelah datangnya agama-agama besar dunia seperti Hindu, Budha, Islam,

dan Kristen, maka sebahagian besar etnik di Sumatera Utara menganut agama ini,

terutama Islam dan Kristen (Protestan dan Katolik). Namun berbagai unsur agama

Hindu juga masih bisa dilacak dalam kebudayaan etnik di Sumatera Utara ini.

Berbagai konsep dan terapan agama Hindu ini wujud dalam sistem religi Pemena.

Begitu juga adanya hubungan budaya Hindu dengan masyarakat di Sumatera Utara

dapat dilacak melalui keturunan seperti marga Sembiring Brahmana, Colia, juga

Page 17: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

2

berbagai terminologi yang berkaitan dengan peradaban India sperti debata, nariiti,

daksina, dan lainnya. Juga dalam bentuk artefak seperti Candi Portibi di Tapanuli

bahagian Selatan.

Namun demikian, Sumatera Utara sebagai daerah tujuan migrasi berbagai

etnik Nusantara dan Dunia, mengalami berbagai polarisasi keagamaan. Masyarakat

natifnya menganut agama Islam dan Kristen, dengan berbagai kontinuitasnya yang

diperoleh dari masa animisme, Hindu, dan Budha. Selain itu ada pula kelompok-

kelompok etnik pendatang yang membawa budaya dan agamanya di kawasan ini.

Misalnya orang Bali membawa agama Hindu Dharma Bali, orang-orang dari

Indonesia Timur mmembawa agama Kristen Protestan yang terintegrasi dalam

Gereje Protestan Indonesia Bahagian Barat (GPIB), orang-orang Tionghoa yang

membawa agama Budha (berkarakter budaya China) juga Taoisme, Konfusianisme,

dan lainnya. Demikian pula masyarakat yang berasal dari India seperti suku Tamil,

Hindustani, dan lainnya membawa agama Hindu, Islam, dan Sikh, yang tentu saja

berkkarakter budaya India. Melalui skripsi ini penulis akan mengkaji keberadaan

masyarakat beragama Sikh yang nenek moyangnya berasal dari India, khususnya

aktivitas pembacaan Kirtan pada ibadah mingguan di Gurdwara Tegh Bahadar

Polonia Medan, dengan fokus perhatian pada kajian struktur melodis dan tekstual.

Sikh merupakan agama yang berasal dari Punjab India yang didirikan oleh

Guru Nanak Dev Ji1 (1469-1539) pada akhir abad 15 dan awal abad 16. Tujuan ia

mendirikan agama baru ini adalah menjadikan semua agama yang diterima oleh

semua orang India (agar tidak terjadi konflik antara Islam dan Hindu), dengan

demikian ia menggabungkan ciri-ciri terbaik agama Hindu dan Islam, yaitu memakai

1Guru Nanak Dev Ji adalah Guru pertama dan juga salah satu pendiri agama Sikh. Beliau hidup di masa pertengahan abad kelima belas sampai tiga dasawarsa awal abad keenambelas. Beliau dianggp orang suci, yang membawa perintah-perintah Tuhan Yang maha Esa untuk keselamatan manusia baik di dunia maupun di akhirat nantinya.

Page 18: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

3

ritual keagamaan terutama dari agama Hindu dan memiliki konsep monoteisme

(bertuhan satu saja) seperti agama Islam.

Sikh berkembang dengan pesat dan menyebar ke hampir seluruh wilayah

dunia, dan tidak terkecuali dengan Indonesia. Masuk melalui pedagang-pedagang

India asal Punjabi pada awal abad 19. Sikh bertahan sebagai suatu agama yang dianut

oleh kebanyakan suku bangsa Punjabi yang tinggal dan hidup di Indonesia. Di

Indonesia, agama Sikh berada di bawah naungan Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Tengku Luckman Sinar (1991) menyatakan bahwa dalam tahun 1930 sudah

lebih dari 5000 orang masyarakat Sikh tersebar di Sumatera Utara antara lain Medan,

Binjai, Lubuk Pakam, Kisaran, Pematang Siantar, Perbaungan, Tebing Tinggi, dan

lain-lain. Suku bangsa Punjabi yang ada di Sumatera Utara ini juga membawa serta

kebudayaannya antara lain: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem

peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan

kesenian (Koentjaraningrat 1980:203-204).

Ada tiga bagian dalam setiap ibadah Sikh, yaitu : (1) Asadivaar, (2) Kirtan,

dan (3) Ardas. Asadivaar, adalah nyanyian yang dibawakan di awal ibadah, berisi 24

bait yang dikutip dari Guru Granth Sahib,2 lirik pada Asadivaar tidak dapat berubah,

selalu sama pada setiap ibadah, tetapi melodi musiknya tergantung pada pemusik

yang membawakan Asadivaar tersebut.

Kirtan adalah bagian kedua pada ibadah Sikh, Kirtan lebih bersifat

kontekstual, artinya lirik dan melodi tergantung pada upacara/ibadah apa yang

sedang berlangsung di Gurdwara. Apabila upacara kematian maka lirik dan melodi

2Guru Granth Sahib adalah nama kitab suci agama Sikh, isinya berasal dari ajaran-ajaran

10 guru pendiri agama tersebut yang terdiri dari 1430 halaman. Agak berbeda dengan agama-agama lain seperti Kristen yang kitab sucinya adalah Injil (Bibel), Islam kitab sucinya Al-Qur’an, Yahudi kitab sucinya Taurat, maka umat Sikh memandang kitabnya adalah rangkaian yang terintegrasi dengan para sepuluh gurunya. Bahkan Kitab Guru Granth Sahib ini merupakan “guru yang kesebelas.”

Page 19: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

4

musiknya akan terdengar sedih, sedangkan apabila upacara perkawinan isinya akan

tentang kebahagiaan, setiap liriknya diambil dari Guru Granth Sahib.

Kemudian Ardas adalah bagian terakhir pada setiap ibadah umat Sikh. Ardas

adalah pembacaan ayat tanpa menggunakan alat musik oleh Bhai.3 Gaya

membacanya dapat dideskripsikan sebagai teknik chanting yaitu penyajian teks-teks

keagamaan yang dibawakan secara melodis.

Menurut penjelasan para informan, setiap harinya penganut agama Sikh di

India melakukan ketiga bagian ibadah ini di Gurdwara. Di Indonesia agak berbeda,

yaitu dipusatkan pada hari minggu di setiap Gurdwara, karena hari tersebut adalah

hari libur nasional.

Ardas, Kirtan, dan Asadivaar merupakan cara masyarakat Sikh untuk dekat

kepada Waheguru.4 Asadivaar dan Kirtan adalah nyanyian yang diiringi oleh melodi

musik harmonium, ritme tabla, dan terkadang juga dengan iringan simbal kecil

sebagai pembawa tempo. Sedangkan Ardas merupakan doa penutup yang berisi

permohonan maaf sekiranya saat ibadah mereka melakukan kesalahan dan harapan

mereka terhadap Waheguru.

Dalam hal ini penulis tertarik untuk mengkaji tentang Kirtan pada Ibadah

mingguan Sikh. Kirtan merupakan salah satu ritual penting dalam kehidupan

keagamaan Sikh yang diturunkan oleh kesepuluh Guru5 pendiri agama ini. Kirtan

3Istilah ini merujuk kepada pengertian yaitu pendeta pada agama Sikh. Tgas pokoknya adalah

menyampaikan ajaran-ajaran guru Sikh kepada umatnya. Juga mempimpin ibadah-ibadah agama Sikh baik di Gurdwara atau tempat-tempat lainnya.

4Waheguru adalah nama Tuhan penganut agama Sikh. Penyebutan nama-nama Tuhan ini, dalam konteks agama-agama di dunia juga muncul berbagai sebutan. Dalam agama Islam, Tuhan mereka disebut dengan Allah. kemudian pada umat Yahudi, Tuhan ini disebut dengan Yahweh. Dalam agama Hindu Tuhan Yang Maha Kuasa disebut dengan Sang Hyang Widhi (dalam agama Hindu Dharma Bali ditambahi dengan Sang Hyang Widhi Wase). Dalam religi Parrmalim di Sumatera Utara, Tuhan disebut dengan Debata Mula Jadi na Bolon.

5Dalam konteks sejarah dan kepercayaan agama Sikh ini ada sepuluh guru dalam ajaran Sikh, yaitu: (1) Sri Guru Nanak Dev Ji, (2) Sri Guru Anggad Dev Ji, (3) Sri Guru Amardas Ji, (4) Sri Guru Raamdas Ji, (5) Sri Guru Arjan Dev Ji, (6) Sri Guru Hargobind Sahib Ji, (7) Sri Guru Har Rai Ji,

Page 20: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

5

merupakan istilah bahasa Sanskerta yang berarti kegiatan mengagungkan Tuhan

Yang Maha Esa. Kegiatan ini bisa berupa menyampaikan atau berbicara tentang

keagungan-keagungan Tuhan Yang Maha Esa dan bisa berupa menyanyikan nama-

nama suci Tuhan untuk mengagungkan Tuhan. Kirtan atau lebih lengkap lagi,

Sankirtan (mengagungkan bersama-sama atau beramai-ramai), adalah proses yang

dianjurkan di dalam Kitab Veda6 untuk mencapai kesucian dan kedamaian hati.

Dalam Kirtan mereka menyanyikan Gurbani7 yang berasal dari kitab Guru

Granth Sahib dan buku Amrit Kirtan8. Gurbani merupakan peninggalan dari

kesepuluh Guru Sikh pendahulu mereka. Bhai menyanyikan Kirtan sambil

memainkan harmonium, dan diiringi dengan pemain tabla oleh Bhai yang lain sambil

menyanyikan Kirtan. Setiap orang dapat melakukan Kirtan, tidak ada batasan dan

aturan tertentu dalam melakukannya. Saat Bhai melakukan Kirtan, para jemaah

dapat juga menyanyikannya bersama-sama.

Gurdwara9 (tempat ibadah Sikh) merupakan pusat peribadatan kaum Sikh,

setiap minggunya selalu ada ibadah yang dilakukan disini. Dimulai dari kegiatan

Asadivar, Kirtan dan Ardas, setiap kaum Sikh datang untuk melakukan kegiatan ini,

(8) Sri Guru Har Krishan Sahib Ji, (9) Sri Guru Tegh Bahadur Sahib Ji, (10) Sri Guru Gobind Singh Ji.

6Kitab suci agama Hindu disebut Veda atau dalam sebutan bahasa Indonesia Weda. Kitab initerdiri dari: Rig Veda, Yajur Veda, Atharva Veda, dan Sama Veda. Menurut Malm (1977) Rig Veda adalah teks suci keagaamn Hindu dalam bentuk yang paling awal dan tetap dipertahankan. Beberapa teksnya dirancang kembali dalam bentuk yang disebut Yajur Veda. Sama Veda terdiri dari teks-teks pilihan dari sumber yang yang dipergunakan pada upacara keagamaan Hindu. Atharva Veda adalah sekumpulan teks-teks yang berbeda, diturunkan dari magik keagamaan rakyat dan mantera-mantera. Rig Veda dan Sama Veda di India dapat dianalogikan dengan lagu-lagu tradisi keagamaan di barat pada Gereja Katolik dan Kristen Ortodoks, meskipun kedua bentuk ini nyatanya dipertunjukkan dan diketahui oleh hanya sekelompok orang tertentu saja. Teks-teks dan teori awalnya dianggap sebagai dasar dari beberapa gaya yang lebih akhir.

7Gurbani adalah tulisan suci kaum Sikh, Gurbani dapat diartikan juga sebagai kata-kata Tuhan. Gurbani ini dipandang sebagai wahyu dan perkataan Tuhan yang dijelmakan dalam bentuk tulisan, yang diajarkan dari satu generasi ke generasi umat Sikh berikutnya.

8Amrit Kirtan adalah buku yang berisikan lirik-lirik Kirtan yang diambil dari kitab induknya yaitu Guru Granth Sahib.

9Gurdwara adalah tempat beribadah kaum Sikh, wara artinya gerbang, Gurdwara atinya gerbang menuju Guru. Gurdwara dapat dikenali dari jauh dengan tiang bendera yang tinggi yang diujungnya berkibar bendera Nishan Sahib (bendera kaum Sikh).

Page 21: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

6

walaupun tidak semua hal dipertahankan seperti aslinya, misalnya kegiatan Asadivar

yang seharusnya dilakukan pada pagi-pagi subuh sebelum matahari terbit tetapi pada

Gurdwara Polonia dilakukan pada pukul 09.00 WIB untuk menunggu kedatangan

umat terlebih dahulu.10

Berdasarkan wawancara dengan Maninder Singh dan Balwant Singh (Bhai

sementara di Gurdwara Tegh Bahadar), setiap orang dapat melakukan Kirtan,

mereka dapat melakukannya di mana saja dan kapan saja, walaupun ternyata setelah

wawancara lebih lanjut Kirtan itu dinyanyikan berdasarkan waktu-waktu tertentu.

Kirtan adalah cara dimana manusia mendekatkan diri kepada Tuhan, dalam Kirtan

kita memuji Tuhan, memuliakan keagungan dan kebesaran Tuhan. Pada umumnya

melodi yang dimainkan tetap atau berulang-ulang, tetapi teksnya berubah-ubah. Ini

disebut strofik. Atau dengan kata lain, Kirtan lebih mengutamakan kata-kata

dibandingkan melodi atau disebut logogenic (logogenik).11

Menurut Koentjaraningrat, dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan

dengan religi, didorong oleh suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut dengan emosi

keagamaan (religious emotion), yang mendorong orang melakukan tindakan-

tindakan yang bersifat religi (Koentjaraningrat 1990: 376-378). Emosi keagamaan

10Berdasarkan pengamatan lapangan dan wawancara yang penulis lakukan dengan para informan dan jemaah di Gurdwara Tegh Bahadar.

11Yang dimaksud logogenik adalah satu kebudayaan musik etnik atau musik dunia, yang ciri khas utamanya adalah menggunakan dan menumpukan teks yang dikomunikasikan secara verbal. Biasanya menggunakan salah satu atau perpaduan unsur-unsur ritme, melodi, atau harmoni. Dalam kebudayaan musik logogenik ini, unsur sastra dan folklor mendapat peranan penting. Namun agak berbeda dengan bahasa sehari-hari, teks dipertunjukan melalui lagu bukan bahasa sehari-hari. Dengan demikian nyanyian jenis ini selalu menggunakan bahasa yang digayakan dan mengandung unsur-unsur perlambangan. Ada kalanya bersifat rahasia seperti pada mantra. Seterusnya, jika sebuah kebudayaan musik mengutamakan aspek melodi atau ritme saja, bukan menekankan kepada teks, maka musik seperti ini dapat dikategorikan sebagai budaya musik melogenik. Musik seperti ini, lebih menumpukan pertunjukan pada aspek komunikasi bukan lisan terutama menggunakan dimensi waktu dan ruang. Untuk mengkaji makna yang diungkapkan melalui ritme, melodi, atau bunyi-bunyian lainnya, diperlukan pemahaman dan penafsiran dengan cara menelitinya, terutama apa yang ingin dikomunikasikan pencipta musik atau senimannya, yang bisa dijejaki melalui pemikiran mereka (lihat Malm, 1977).

Page 22: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

7

yang mendorong tindakan-tindakan yang bersifat religi ini tampak pada Kirtan yang

dilantunkan secara musikal atau yang mengandung kombinasi nada, ritme, dan

dinamika yang dilakukan masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar di Kelurahan

Polonia Medan.

Dari kenyataan religius, sosial, dan budaya seperti tergambar di atas, maka

pembacaan Kirtan dalam ibadah mingguan umat Sikh di Medan amatlah menarik

untuk dikaji menurut etnomusikologi, sebagai ilmu dasar penulis selama kuliah di

Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Bahwa pembacaan Kirtan mengandung unsur-unsur musik baik dimensi ruang

maupun waktu. Lebih menarik lagi secara sainntifik Kirtan ini memiliki dimensi

religius, sejarah, sosial, dan budaya.

Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dengan terang-

terangan dinobatkan oleh para ilmuwannya berada dalam dua kelompok disiplin,

yaitu ilmu humaniora dan ilmu sosial sekali gus. Etnomusikologi memberikan

kontribusi keunikannya dalam hubungannya bersama aspek-aspek ilmu pengetahuan

sosial dan aspek-aspek ilmu humaniora, dalam caranya untuk melengkapi satu

dengan lainnya, mengisi penuh kedua pengetahuan itu. Keduanya akan dianggap

sebagai hasil akhir darinya sendiri; keduanya dipertemukan menjadi pengetahuan

yang lebih luas (Merriam, 1964).

Disiplin etnomusikologi biasanya secara tentatif paling tidak menjangkau

lapangan-lapangan studi lain sebagai suatu sumber stimulasi (stimulus) baik terhadap

etnomusikologi itu sendiri maupun disiplin saudaranya. Ada beberapa cara yang

dapat dijadikan nilai pemecahan terhadap masalah-masalah ini. Studi teknis dapat

memberitahukan kita banyak tentang sejarah kebudayaan. Fungsi dan penggunaan

musik adalah sebagai suatu yang penting dari berbagai aspek lainnya pada

Page 23: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

8

kebudayaan, untuk mengetahui kerja suatu masyarakat. Musik mempunyai interelasi

dengan berbagai tumpuan budaya; ia dapat membentuk, menguatkan, saluran sosial,

politik, ekonomi, linguistik, religi, dan beberapa jenis perilaku lainnya. Teks

nyanyian melahirkan beberapa pemikiran tentang suatu masyarakat, dan musik

secara luas dipergunakan sebagaimana analisis makna terhadap prinsip struktur

sosial. Etnomusikolog seharusnya tidak bisa menghindarkan diri dengan masalah-

masalah simbolisme (perlambangan) di dalam musik, pertanyaan tentang hubungan

antara berbagai seni, dan semua kesulitan pengetahuan apa itu estetika dan

bagaimana strukturnya. Ringkasnya, masalah-masalah etnomusikologi bukan hanya

terbatas kepada teknik semata--tetapi juga tentang perilaku manusia.

Etnomusikologi juga tidak sebagai sebuah disiplin yang terisolasi, yang memusatkan

perhatiannya kepada masalah-masalah esoterisnya saja, yang tidak dapat diketahui

oleh orang selain yang melakukan studi etnomusikologi itu sendiri. Tentu saja,

etnomusikologi berusaha mengkombinasikan dua jenis studi, untuk mendukung hasil

penelitian, untuk memecahkan masalah-masalah spektrum yang lebih luas, yang

mencakup baik ilmu humaniora ataupun sosial.

Ilmu pengetahuan humaniora lebih memfokuskan perhatian kepada nilai-nilai

kemanusiaan dibandingkan dengan ilmu pengetahuan sosial, dan lebih menaruh

perhatian kepada nilai kebebasan dalam mendeskripsikan perilaku manusia.

Pernyataan ini, secara umum memang benar, yang kembali mendiskusikan dan

menanyakan metode-metode dari menanyakan muatan lapangan studinya. Begitu

juga, penting untuk menyatakan bahwa ilmu pengetahuan humaniora sangat

melibatkan nilai-nilai, dan ini menjadi titik kuncinya. Dengan demikian, fokus ilmu-

ilmu humaniora dibangun di atas kritik pengujian dan evaluasi dari produk manusia

di dalam urusan kebudayaan (seni, musik, sastra, filsafat, dan religi), sedangkan

Page 24: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

9

fokus ilmu pengetahuan sosial adalah cara manusia hidup bersama, termasuk

aktivitas-aktivitas kreatif mereka.

Berdasarkan sejarah perkembangan etnomusikologi, terjadi gabungan dua

disiplin yaitu muskologi dan etnologi. Musikologi selalu digunakan dalam

mendeskrip-sikan struktur musik yang mempunyai hukum-hukum internalnya

sendiri--sedangkan etnologi memandang musik sebagai bahagian dari fungsi

kebudayaan manusia dan sebagai suatu bahagian yang menyatu dari suatu dunia

yang lebih luas. Secara eksplisit dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.

Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but tidakes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam, 1964:3-4). Berdasarkan kutipan di atas, menurut Merriam, para pakar etnomusikologi

membawa dirinya sendiri kepada pembahagian bidang kajian ilmu. Oleh karena

itu, selalu dilakukan percampuran dua bagian keilmuan, yaitu musikologi dan

etnologi. Kemudian menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar

dalam rangka mencampurkan kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan

Page 25: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

10

penekanan pada salah satu bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin

tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini, dapat ditandai dari literatur-literatur

yang dihasilkannya. Seorang sarjana menulis secara teknis tentang struktur suara

musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih untuk

memperlakukan musik sebagai suatu bahagian dari fungsi kebudayaan manusia,

dan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan ini. Pada saat

yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh pakar antropologi

Amerika, yang cenderung untuk mengandaikan kembali suatu aura reaksi terhadap

aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan

melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Di sini, penekanan etnologi

yang dilakukan oleh para sarjana ini tidak seluas struktur komponen suara musik

sebagai suatu bahagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-

fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas. Dengan

demikian meneliti musik religi umat Sikh berarti pula ikut mengembangkan disiplin

etnomusikologi.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dituturkan di atas, maka penulis

tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang Kirtan pada ibadah mingguan

masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar yang akan difokuskan pada nyanyian

Kirtan pada ibadah mingguan masyarakat Sikh. Penelitian ini akan dibuat ke dalam

karya tulis ilmiah dengan judul: Studi Deskriptif Kirtan pada Ibadah Mingguan

Masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan: Kajian Struktur

Melodi dan Tekstual.

Page 26: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

11

1.2 Pokok Permasalahan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan masalah untuk

menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan masalah

juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai

beriku:

1. Bagaimana proses jalannya kegiatan pembacaan Kirtan pada ibadah

mingguan masyarakat Sikh dan komponen-komponen pendukungnyadi

Gurdwara Tegh Bahadar Kecamatan Medan Polonia? Pokok masalah ini akan

dijawab dengan deskripsi persiapan ibadah, jalannya ibadah, dan sesudah

ibadah. deskripsi yang penulis lakukan berasal dari pengamatan lapangan

yang dilakukan berulang kali, untuk dapat menyiasati pola-pola yang

digunakan dan kemungkinan penambahan dan pengurangannya.

2. Bagaimana struktur melodi dan tekstual Kirtan yang disajikan pada ibadah

mingguan masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan?

Untuk menjawab struktur melodi Kirtan penulis akan mentranskripsi dan

menganalisisnya berdasarkan delapan unsur melodi yaitu: tangga nada,

wilayah nada, nada dasar, jumlah nada, interval, formula melodi, pola-pola

kadensa, dan kontur. Sementara pokok masalah tentang struktur tekstual

Kirtan akan dijawab dengan analisis strutur teks yang menjadi bahagian dari

Kitab Suci Guru Granth Sahib, garapan kalimat, frase, suku kata, dan tentu

saja makna teks dalam konteks pemikiran dan penafsiran umat Sikh, terutama

yang dijelaskan oleh para informan kunci.

Page 27: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh hasil deskripsi jalannya kegiatan Kirtan pada ibadah

masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan.

2. Memperoleh hasil analisis melodis dan tekstual Kirtan pada ibadah

masyarakat Sikh di Gurdawara Tegh Bahadar Polonia Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang jalannya kegiatan Kirtan pada Ibadah

Masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan.

2. Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu kajian

terhadap ibadah religi yang mengandung unsur-unsur musikal kepada

disiplin ilmu etnomusikologi khususnya, dan ilmu pengetahuan pada

umumnya.

3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya

yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian.

4. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh selama masa studi di Program Studi Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Dapat memberikan gambaran bagaimana ibadah dalam agama Sikh yang

menyebar keluar wilayahnya dan memasuki wilayah baru, yaitu dari

Punjab India ke Medan Sumatera Utara.

Page 28: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

13

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Menurut Melly G. Tan (dalam Koentjaraningrat 1990:21), konsep merupakan

defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana

yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris. Maka dari itu, penulis akan

memaparkan beberapa konsep yang berhubungan dengan tulisan ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1995:37), kajian atau

analisis adalah penguraian suatu pokok permasalahan atas berbagai bagiannya dan

penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh

pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata

analisis dalam penulisan ini berarti hasil analisa objek penelitian. Adapun yang

menjadi objek penelitian yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah Ibadah rutin

mingguan Sikh dan pokok pembahasan difokuskan pada Kirtan yang disajikan secara

musikal serta makna teks yang terdapat di dalamnya.

Musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang dan dipelajari jika

mempunyai kombinasi nada, ritem dan dinamika sebagai komunikasi secara emosi

estetika atau fungsional dalam suatu kebiasaan atau tidak berhubungan dengan

bahasa (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 8).12 Dari pengertian musik tersebut,

dapat dipahami bahwa musikal merupakan hal yang berkenaan atau mengandung

unsur musik.

Kirtan pada Ibadah masyarakat Sikh dapat penulis nyatakan sebagai bahan

kajian etnomusikologi karena mengandung unsur musikal atau dapat dikategorikan

sebagai nyanyian. Di dalamnya terdapat kombinasi yang mengandung unsur nada,

ritem dan dinamika.

12Music Culture of the Pasific, the Near East and Asia karya William P. Malm tahun 1977 yang dialihbahasakan menjadi Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah dan Asia oleh Muhammad Takari, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara pada tahun 1993.

Page 29: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

14

Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari

kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan

pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua

1995:1024). Dari pengertian teks tersebut, maka tekstual merupakan hal yang

berhubungan atau berkaitan dengan teks. Sesuai dengan tulisan ini, maka pengertian

teks yang dipakai adalah kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan

yang kemudian akan dianalisa makna yang terkandung dalam teks tersebut.

Pengertian masyarakat (society dalam Bahasa Inggris) dalam Oxford

Advanced Learner’s Dictionary sixth edition (2000: 1226) adalah sebagai berikut.

people in general, living together in communities; (2) a particular community of people who share the same customs, laws, etc; (3) a group of people who join together for a particular purpose; (4) the group of people in a country who are fashionable, rich and powerful; (5) the state of being with other people

Artinya secara harfiah, orang-orang yang secara umum hidup bersama dalam

komunitas; sebuah komunitas khusus oleh orang-orang yang berbagi dalam adat

istiadat yang sama, norma-norma yang sama dan sebagainya; sekelompok orang-

orang yang saling terikat untuk tujuan khusus; sekelompok orang-orang dalam satu

negara yang modern, kaya dan berkuasa; tempat di mana tinggal dengan orang lain).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat

adalah sekelompok orang-orang yang tergabung dalam satu komunitas yang

mempunyai kebiasaan atau adat istiadat yang sama, norma-norma yang sama,

kepentingan atau tujuan yang sama, dan banyak persamaan lain yang saling terikat

satu dengan yang lain.

Page 30: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

15

Kata Sikh yang dalam bahasa Punjabi: ksiha, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

śisya yang berarti “murid, mahasiswa” atau śiksa yang berarti “pelajaran.” Menurut

pasal I dari “Rehat Maryada“ (norma dan ketentuan tingkah laku dalam Sikh),

seorang Sikh didefinisikan sebagai “setiap manusia yang setia percaya pada Yang

Kekal; Kesepuluh Guru, dari Sri Guru Nanak Dev sampai Sri Guru Gobind Singh;

Sri Guru Granth Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan

yang diwariskan oleh Guru kesepuluh, dan yang tidak berutang setia kepada agama

lain”. Di antara perpindahan atau migrasi orang-orang Sikh, ada perbedaan pendapat

yang meningkat tentang apa arti menjadi seorang Sikh terutama dalam pengertian

sebuah bangsa, dan kelompok etnis-agama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Balwant Singh dan Maninder Singh (11

September 2011), kata Sikh berarti “belajar terus-menerus.” Kemudian umat Sikh

harus hidup dalam kesederhanaan dan percaya hanya kepada satu Tuhan yang

disebut dengan Waheguru.

Gurdwara dalam bahasa Punjabi memiliki arti gerbang

menuju Guru, adalah tempat para pengikut Sikh beribadah. Gurdwara dapat dikenali

dari jauh dengan adanya tiang bendera yang tinggi dan ada bendera Sikh pada

ujungnya yang disebut Nishan Sahib.13 Gurdwara pertama dibangun di Kartapur, di

pinggir sungai Ravi wilayah Punjab oleh Guru pertama Sikh, Guru Nanak Dev Ji.

Nama Gurdwara Tegh Bahadar sendiri diambil dari nama salah satu Guru

pendiri Sikh, yaitu Guru Tegh Bahadar, Guru kesembilan Sikh. Guru Tegh Bahadar

lahir pada 20 Maret 1665, ayahnya Guru Har Gobind merupakan Guru ke-enam

13 Bendera lambang Sikh berwarana jingga yang ada pada setiap Gurdwara di seluurh dunia

ini.

Page 31: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

16

Sikh, dan anaknya Guru Gobind Singh merupakan Guru ke-sepuluh atau yang

terakhir pada agama Sikh.

1.4.2 Teori

Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam

gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari

pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil. Menurut Kerlinger (1973) teori

adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya,

suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena

(Moh. Nazir 1988:21). Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landasan untuk

membahas dan menjawab pokok permasalahan yang ada.

Untuk melihat sistem upacara keagamaan, maka penulis menggunakan teori

upacara oleh Koentjaraningrat (2002:377). Secara khusus teori ini mengandung 4

aspek yang menjadi perhatian khusus yaitu: (1) tempat upacara keagamaan

dilakukan; (2) saat-saat upacara keagamaan dijalankan; (3) benda-benda dan alat

upacara; dan (4) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

Untuk menganalisis struktur musik dalam Kirtan, penulis menggunakan teori

weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-

hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada,

(2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada, (4) jumlah nada, (5) jumlah interval,

(6) pola kadensa, (7) formula melodik, dan (8) kontur (Malm dalam terjemahan

Takari 1993:13).

Dalam menganalisa teks-teks dalam Kirtan, penulis menggunakan teori

William P. Malm. Ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal sangat penting

diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada

Page 32: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

17

dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila

satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatik. Studi tentang

teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam

bahasa dengan aksen pada musik, serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi

sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm

dalam terjemahan Takari 1993:15).

Selain itu, untuk mendalami makna-makna religius yangb hendak

disampaikan melalui teks Kirtan ini, penulis menggunakan teori semiotik. Teori

semiotik adalah kajian tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

tanda. Menurut Sobur (dalam Sartini, 2011), bahwa semiotik atau semiotika berasal

dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya

diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada

simtomatologi dan diagnostik inferensial.

Bahasa adalah interaksi, dan semua interaksi adalah multimodal.

Implikasinya adalah bahasa adalah semiotik multimodal karena merupakan tanda

atau simbol yang dihasilkan dalam komunikasi manusia. Ilmu semiotik meliputi

studi seluruh tanda-tanda tersebut baik tanda visual, tanda yang dapat berupa imaji

dalam lukisan dan foto dalam seni dan fotografi, tanda pada kata-kata, bunyi-bunyi,

imaji bahasa tubuh, ekspresi wajah, warna, dan semua unsur-unsur komunikasi. Imaji

adalah gambaran yang terbentuk dari sebuah objek visual. Gramatika didalam bahasa

menjelaskan kata, klausa, frasa, kalimat, dan teks. Sedangkan gramatika visual

memperlihatkan orang, tempat, dan benda-benda dikombinasikan dengan

kompleksitas dan perluasan penjelasan visual dari sebuah objek. Fokus gramatika

visual adalah pada deskripsi estetika imaji dan cara komposisi imaji yang digunakan

untuk menarik perhatian penyaksi atau pembaca (Kress dan van Leeuwen, 1996:1).

Page 33: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

18

Grammar goes beyond formal rules of correctness. It is a means of representing patterns of experience…. It enables human beings to build a mental picture of reality, to make sense of their experience of what goes on around them and inside them (Halliday, 1985: 101) Analoginya adalah struktur visual merealisasikan makna-makna sebagaimana

struktur linguistik melakukannya, dengan demikian menyebabkan berbeda

interpretasi dari pengalaman dan berbeda bentuk interaksi sosial. Makna dapat

direalisasikan dalam bahasa, sedangkan komunikasi visual diekspresikan kedua-

duanya baik dalam verbal maupun dalam visual. Walaupun keduanya berbeda,

misalnya bahasa melalui pilihan antara kelas kata dan semantik, namun di dalam

komunikasi visual ekspresi dilakukan melalui sistem pilih, pada beberapa hal seperti:

penggunaan warna dan struktur komposisi yang menonjol. Bahasa visual belum

dipahami secara universal karena bahasa visual itu spesifik secara budaya, misalnya

komunikasi visual dalam dunia barat berbeda dengan dalam dunia timur.

Dalam mendukung kajian struktur melodi Kirtan penulis menggunakan

metode transkirpsi. Dalam etnomusikologi transkirpsi merupakan suatu proses

penotasian bunyi menjadi simbol-simbol yang dapat dilihat atau diamati, dan simbol-

simbol tersebut disebut dengan notasi. Dalam melakukan transkripsi, penulis

berpedoman pada teori yang dinyatakan oleh Charles Seeger tentang notasi

perskriptif dan notasi deskriptif yang didapat penulis selama mengikuti perkuliahan

di etnomusikologi. (1) notasi perskriptif adalah notasi yang bertujuan sebagai

petunjuk atau suatu alat untuk membantu mengingat bagi seorang penyaji bagaimana

ia harus menyajikan sebuah komposisi musik, (2) notasi deskriptif adalah notasi yang

dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-

detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.14

14 Materi kuliah dalam mata kuliah Transkripsi/ Analisa I pada tanggal 29 Januari 2009.

Page 34: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

19

Dalam pembahasan, nantinya penulis akan menggunakan notasi deskriptif.

Alasannya adalah karena dalam penulisan ini akan memberikan informasi dan kajian

yang mendetail yang terdapat dalam komposisi Kirtan.

1.5 Metode Penelitian

Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut,

untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1980:41). Sedangkan

penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan

prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu

(menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988:13). Jadi,

metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta atau

kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang bersangkutan.

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan

kualitatif yang mengutamakan kualitas data. Data yang disajikan dalam bentuk kata-

kata atau kalimat dan datanya adalah data sekunder seperti dokumen dan dalam

penelitian-penelitian yang menggunakan metode pengamatan terlibat atau participant

observation (M. Sitorus 2003:25). Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam

penelitian ini adalah:

1.5.1 Studi Kepustakaan

Hal pertama yang penulis lakukan adalah melakukan studi kepustakaan

dengan cara mempelajari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek

pembahasan. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari

skripsi yang ada di Departemen Etnomusikologi. Selain mempelajari bahan-bahan

Page 35: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

20

yang diperoleh dari skripsi yang telah ada, penulis juga mempelajari bahan lain

seperti buku dan artikel.

Agar kajian penulis ini tidak tumpang tindih dengan penelitian-penelitian

terdahulu, khususnya yang dilakukan oleh para penulis dari Departemen

Etnomusikologi, maka perlu dideskripsikan tulisan-tulisan berupa skripsi. Di

antaranya adalah sebagai berikut.

(1) Andro Mahardika Hutabarat, 2012. Studi Analisis Melodis

Harmonium dan Pola Ritem Tabla Dalam Mengiringi Ibadah Sikh Di Gurdwara

Tegh Bahadar Polonia Medan. Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini sama dengan objek

penelitian penulis sama-sama menggunakan data yang berada di Gudwara Tegh

Bahadar Polonia. Namun Andro mahardika Hutabarat khusus menganalisis melodi

harmonium dan tabla dalam mengiringi ibadah umat Sikh. Penulis sendiri

menitikberatkan pada kajian Kirtan, suatu pembacaan dan sekaligus lantunan yang

diidentifikasi dalam teks suci umat Sikh.

(2) Semanpreet Kaur. 2012, yang menulis tajuk Kelas Sosial dan Ilmu

Sosial pada Interaksi Agama Sikh di Medan. Skripsi Sarjana Departemen Ilmu

Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi

yang berbasis ilmu sosial (sosiologi)_ ini lebih menekankan kepada kelas-kelas

sosial dan interaksi umat Sikh yang ada di Medan. Skripsi ini melihat pola-pola

sosial yang terjadi di dalam masyarakat Sikh.

(3) Zulkifli Lubis, seorang dosen di Program Studi Antropologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik USU, . 2005, menulis penelitian yang bertajuk Kajian Awal

Tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Kota Medan-Jurnal Antropologi Sosial

Budaya ETNOVISI Volume 1 Nomor 3. Medan: USU. Zulkifli Lubis menyoroti

Page 36: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

21

secara antropologis tentang keberadaan masyarakat dan kebudayaan Tamil dan

Punjabi di Kota Medan.

(4) Liat Roy P. Malau, 2004, menulis skripsi yang bertajuk Kajian

Musikal dan Tekstual Pembacaan Sutra Amitabha pada Upacara Uposatha

Masyarakat Buddha Mahayana di Vihara Borobudur Medan Sumatera Utara.

Medan: USU. Skripsi ini menyoroti ibadah berupa pembacaan Sutra Amitabha dalam

upacara upostha masyarakat Budha yang terintegrasi di Vihara Borobudur Medan.

Skripsi ini menjadi bahan perbandingan bagi penulis dalam melihat dan menganalisis

teks Kirtan.

(5) Rina Simanjuntak, 2011, menulis skripsi yang berjudul Studi

Analisis Musikal dan Tekstual Pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji pada

Upacara Pahila Parkas Dihara Masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth

Sahib Darbar Kota Tebing Tinggi. Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi, Fakultas

Sastra, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini memfokuskan perhatian pada

pembacaan kitab suci umat Sikh dengan lokus penelitian di Tebing Tinggi.

Bagaimanapun skripsi ini dengan rinci mengenalisis musik dan teks kitab suci

tersebut dalam upacara pahila parkas dihara.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah semua kegiatan yang dilakukan penulis berkaitan

dengan pengumpulan data di lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara, dan

perekaman. Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara berulang-ulang

peristiwa atau kegiatan ibadah yang melibatkan Kirtan dalam masyarakat Sikh

khususnya di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan. Wawancara mendalam dan

terfokus dilakuakan baik kepada infrman pangkal dan terutama adalah informan

Page 37: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

22

kunci atau informan pokok. Wawancara diarahkan pendalamannya kepada dua

pokok masalah yang dikaji yaitu makna teks dan struktur melodi Kirtan. Perekaman

dilakukan dalam dua format, yang pertama adalah format gambar, seperti yang dapat

dilihat dalam beberapa gambar dalam skripsi ini. Forman kedua adalah dalam bentuk

video yang berformat avi (audiovisual interchange). hasil rekaman audiovisual ini

kemudian diolah dalam bentuk transkripsi secara notasi musik dan kemudian

dianalisis menurut kaidah-kaidah yang berlaku di dalam disiplin etnomusikologi.

1.5.2.1 Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat

bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan

kulit (Burhan Bungin 2007:115).

Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui langsung

detail Kirtan pada masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar. Selain melakukan

pengamatan langsung dalam ibadah masyarakat Sikh, penulis juga menjalin

komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah

masyarakat Sikh itu sendiri.

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data

yang tidak didapat melalui observasi.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden

Page 38: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

23

dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988: 234).

Lebih lanjut M. Sitorus (2003:32-33) menjelaskan tentang bentuk-bentuk

wawancara.

Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.

Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah

wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Langkah awal

yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah pertanyaan yang

terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di lapangan yang dihadapi

penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga muncul selain dari

pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari percakapan yang

berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan wawancara kombinasi dengan

menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.

Dalam penelitian ini penulis menentukan Ibu Raj Bir sebagai informan kunci

karena beliau adalah pemusik di Gurdwara Tegh Bahadar dan sebagai informan

pangkal penulis menentukan Maninder Singh dan Balwant Singh karena mereka

adalah Bhai sementara di Gurdwara Tegh Bahadar. Selain itu penulis juga

mewawancarai beberapa jemaat yang hadir.

Page 39: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

24

1.5.2.3 Perekaman atau Dokumentasi

Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan Kirtan di

Gurdwara Tegh Bahadar, penulis menggunakan kamera digital dan handycam

sebagai media rekam. Adapun spesifikasi kamera SLR yang digunakan adalah merk

Canon 550d, sedangkan spesifikasi handycam yang digunakan adalah merk Sony

Handycam CMOS Carl Zeiss Vario-Sonnar T* dengan menggunakan kaset Sony

Mini DVD.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari studi

kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan disaring

dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek penelitian untuk

penulisan skripsi. Data yang dipergunakan untuk penulisan skripsi ini adalah data-

data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu etnomusikologi.

Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data.

Menurut Burhan Bungin (2007:153), ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis

data kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial

dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan (2)

menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena

sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini, hasil penelitian akan

diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh. Analisis

kualitatif yang digunakan oleh penulis, dipakai untuk membahas komponen

pendukung Kirtan pada masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar. Komponen

pendukung tersebut adalah pemimpin ibadah, teks nyanyian, alat musik, dan

masyarakat Sikh yang ada di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan.

Page 40: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

25

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Gurdwara Tegh Bahadar jalan Polonia,

Kelurahan Polonia Medan.. Alasan memilih lokasi tersebut karena merupakan satu

dari empat Gurdwara yang terdapat di Sumatera Utara dan setiap minggunya

diadakan ibadah rutin bagi masyarakat Sikh di tempat tersebut. Tempat ibadah Sikh

ini dikunjungi jamaah Sikh setiap hari Minggu atau kalau diperlukan juga di hari-hari

lain. Namun bagaimanapun, dalam konsep masyarakat Sikh, tempat ini adalah pusat

dari ibadah agama Sikh, baik secara komunal atau juga secara individual. Tempat

ibadah dalam konsepo agamam Sikh juga adalah seabai rumah Tuhan yang disebut

dengan Waheguru. Di rumah iadah ini para umat Sikh melakukan berbagai kegiatan

terutama kegiatan yang langsung memohon kepada Tuhan berupa doa-doa dan

harapan bagi setiap umat Sikh. Rumah ibadah ini memiliki nilai sacral dan suci bagi

mereka. Oleh karena itu, kesucian rumah ibadah yaitu Gurdwara Tegh bahadur ini

perlu diajaga, baik kebersihan fisiknya dan juga kebersihan perilaku umatnya.

Page 41: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

26

BAB II

MASYARAKAT SIKH

DI KOTA MEDAN YANG HETEROGEN

2.1 Gambaran Umum Kota Medan

2.1.1 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan

jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°

30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota

Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas

permukaan laut.

Secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber

alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli

Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai, dan lain-lainnya. Sumber alam ini

dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan pokok, industri, dan keperluan seharai-harai

masyarakatnya. Ada yang juga diekspor ke luar negeri.

2.1.2 Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun

Polonia pada tahun 2001 berkisar antara 23,2 - 24,3 dan suhu maksimum

berkisar antara 30,8 - 33,2 serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya

berkisar antara 23,3 - 24,1 dan suhu maksimum berkisar antara 31,0 - 33,1 .

Page 42: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

27

Kelembaban (humiditas) udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar

antara 84 – 85 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/detik, sedangkan rata-

rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan Kota Medan pada

tahun 2011 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya

226,0 mm (menurut Stasiun Sampali) dan 299,5 mm pada Stasiun Polonia.

2.1.3 Luas Wilayah

Medan adalah kota berpenduduk 2 juta orang memiliki areal seluas 26.510

hektar yang secara administratif dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151

kelurahan.

Tabel 2.1:

Luas Wilayah Kota Medan

No. Kecamatan Luas (Km²)

1 Medan Tuntungan 20,68 2 Medan Selayang 12,81 3 Medan Johor 14,58 4 Medan Amplas 11,19 5 Medan Denai 9,05 6 Medan Tembung 7,99 7 Medan Kota 5,27 8 Medan Area 5,52 9 Medan Baru 5,84 10 Medan Polonia 9,01 11 Medan Maimun 2,98 12 Medan Sunggal 15,44 13 Medan Helvetia 13,16 14 Medan Barat 6,82 15 Medan Petisah 5,33 16 Medan Timur 7,76 17 Medan Perjuangan 4,09 18 Medan Deli 20,84 19 Medan Labuhan 36,67 20 Medan Marelan 23,82 21 Medan Belawan 26,25 Total 265,1

Sumber: BPS Kota Medan (2010)

Page 43: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

28

2.1.4 Demografi

Jumlah penduduk kota Medan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010

adalah sebanyak 2.109.339 jiwa. Terdiri dari 1.040.680 jiwa laki-laki dan 1.068.659

jiwa perempuan.

Tabel 2.2:

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan

1 Medan Tuntungan 39.729 42.245 81.974 2 Medan Selayang 48.587 50.780 99.367 3 Medan Johor 60.912 62.557 123.469 4 Medan Amplas 58.320 59.456 117.776 5 Medan Denai 71.346 70.496 141.842 6 Medan Tembung 65.760 69.003 134.763 7 Medan Kota 35.258 37.603 72.861 8 Medan Area 47.590 48.801 96.391 9 Medan Baru 18.838 23.351 42.189 10 Medan Polonia 25.897 26.655 52.552 11 Medan Maimun 19.402 20.517 39.919 12 Medan Sunggal 55.164 57.262 112.426 13 Medan Helvetia 70.880 73.698 144.478 14 Medan Barat 34.596 36.117 70.713 15 Medan Petisah 29.590 32.572 62.162 16 Medan Timur 52.438 55.970 108.408 17 Medan Perjuangan 45.171 48.791 93.962 18 Medan Deli 84.671 82.521 167.192 19 Medan Labuhan 56.795 54.696 111.491 20 Medan Marelan 70.903 68.917 139.820 21 Medan Belawan 48.833 46.751 95.584 TOTAL 1.040.680 1.068.659 2.109.339

Sumber: BPS Kota Medan (2010)

Page 44: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

29

Tabel 2.3:

Jumlah Penduduk Kota Medan

Berdasarkan Agama dan Persentasenya

Agama Jumlah Persentase Islam 1.422.237 67,80 % Katolik 37.552 1,79% Protestan 425.253 20,27% Hindu 9.296 0,44% Budha 184.807 8,81% Kong Hu Chu 370 0,01% Lainnya 339 0,01% Tidak terjawab 491 0,02% Tidak ditanyakan 17.265 0,82% Total 2.097.610 100%

Sumber: BPS Kota Medan (2012)

2.2 Kedatangan Ajaran Sikh di Kota Medan

Ajaran Sikh yang datang di Medan dibawa oleh suku bangsa Punjabi yang

berasal dari daerah Amritsar dan Jullundur di kawasan Punjab-India Utara sudah ada

di Indonesia dan telah menyebar ke berbagai daerah, seperti halnya di Sumatera

Utara. Datangnya suku bangsa Punjabi dalam jumlah yang cukup besar, sehingga

sekarang menetap dan membentuk suatu komunitas di berbagai wilayah di Sumatera

Utara.

Sejarah kedatangan suku bangsa Punjabi di Sumatera Utara mempunyai dua

versi. Versi pertama, menyatakan bahwa kedatangan suku bangsa Punjabi ke

Sumatera Utara dimulai pada akhir abad ke 19, untuk bekerja sebagai buruh kontrak

pada perkebunan tembakau raya milik Belanda (Sandhu dan Mani 1993:85). Lebih

lanjutnya, Veneta (1998:23) juga menjelaskan bahwa suku bangsa Punjabi yang

datang ke Indonesia khususnya ke Sumatera Utara adalah para pria yang belum

Page 45: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

30

menikah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan bekerja di perkebunan

milik Belanda.

Sistem yang diterapkan oleh perkebunan Belanda adalah sistem kontrak,

sistem kontrak yang dimaksud yaitu pihak pengusaha perkebunan mengambil atau

mendatangkan tenaga kerja buruh yang mau bekerja kepada mereka dan mereka

diharuskan bekerja selama beberapa tahun sesuai dengan isi kontrak. Para buruh juga

harus mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak perkebunan. Hal

ini disebabkan, karena sistem yang digunakan adalah sistem kontrak. Setelah masa

kontrak mereka habis, para buruh dapat menentukan hidup mereka sendiri dan ada

juga membuat pilihan untuk tetap tinggal di Sumatera Utara atau kembali ke negara

asal mereka. Banyak di antara mereka kembali ke negara asalnya dan menikah

dengan wanita satu sukunya. Banyak juga di antara mereka yang merasa betah

tinggal di Indonesia, sehingga dari antara mereka kembali lagi ke Indonesia dengan

membawa keluarga dari negara asalnya.

Versi kedua, menyatakan bahwa kedatangan suku bangsa Punjabi ke

Sumatera Utara dimulai sejak abad ke 18 melalui Aceh atau Sabang, dengan tujuan

berdagang dan selanjutnya menetap dan menyebar di berbagai tempat di Sumatera

Utara. Penyebaran suku bangsa Punjabi di Sumatera Utara di antaranya di Kota

Medan, Pematang Siantar, Tebingtinggi, Kisaran, Binjai, dan lain sebagainya. Di

Kota Medan, suku bangsa Punjabi menyebar ke berbagai wilayah seperti halnya di

Kelurahan Polonia.

Page 46: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

31

2.2.1 Populasi Masyarakat Penganut Agama Sikh

Tommy Santokh Singh yang merupakan seorang pemerhati kebebasan

beragama dari kelompok Sikh mengatakan bahwa jumlah penganut agama Sikh yang

ada di Indonesia kurang lebih mencapai 1 juta orang dengan penganut terbanyak

berada di Sumatera Utara. Namun, menurut Tommy, mungkin saja jumlah penganut

agama Sikh lebih dari 1 juta orang. Hal ini tidak dapat diketahui secara pasti karena

agama Sikh masih belum diakui sebagai agama resmi sehingga dalam penulisan

Kartu Tanda Penduduk (KTP), masyarakat Sikh masih dianggap sebagai Hindu.15

Namun, menurut Master Tjung Teck yang menulis tentang agama Sikh mengatakan

bahwa umat Sikh mencapai 80.000 jiwa di Indonesia, kebanyakan di Medan, Jakarta,

Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Binjai, Palembang. Jumlah terbesar dari pengikut

Sikh yang ada di Indonesia berada di Sumatera Utara dengan jumlah sekitar 10.000

jiwa. Hal ini dapat ditandai dengan adanya 7 rumah ibadah umat Sikh yang tersebar

di Sumatera Utara, antara lain di Pematang Siantar, Binjai, Tebing Tinggi, dan 4

lainnya terdapat di Medan, yang masing-masing berada di Kecamatan Medan Barat

Kelurahan Petisah Tengah, serta di Kecamatan Medan Polonia terdapat 3 rumah

ibadah yang terletak di dua kelurahan, yaitu 2 buah di Kelurahan Polonia dan 1 buah

di Kelurahan Sari Rejo.

15 (Komunitasrelijius.multiply.com diakses 05/04/2012 pukul 11.15).

Page 47: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

32

2.2.2 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Punjabi yang beragama Sikh menganut sistem kekerabatan

patrilineal, yang artinya garis keturunan ditentukan melalui seorang laki-laki atau

seorang ayah. Misalnya seorang laki-laki bermarga Aulakh menikah seorang

perempuan bermarga Bajwa, maka anaknya laki-laki atau perempuan akan memiliki

marga ayahnya yaitu Aulakh. Untuk lebih jelasnya, lihat skema berikut:

Skema 2.1:

Sistem Kekerabatan

Patrilineal Suku Punjabi Beragama Sikh

♂ ♀ (A. Aulakh) (B. Bajwa)

♂ ♀ ♂ (C. Aulakh) (D. Aulakh) (E. Aulakh)

Masyarakat Sikh dapat dikenali dari ciri khas namanya. Setiap laki-laki, diberi

gelar ‘Singh’16 di belakang namanya, contoh: X. Singh Aulakh. Dan untuk

perempuan diberi gelar ‘Kaur’17 di belakang namanya, contoh: X. Kaur Bajwa. Ada

sekitar 3.000 marga dari masyarakat Sikh, dimana 42 diantaranya dianggap sebagai

marga yang berada pada golongan paling tinggi yang disebut Jatt. Marga-marga

yang termasuk golongan tinggi tersebut adalah Atwal, Aulakh, Bains, Bajwa, Bal,

Baath, Bhullar, Brar, Buttar, Chahal, Chima, Chung, Deol, Dhaliwal, Dhillon,

Dhindsa, Garewal, Ghuman, Gill, Goraya, Her, Hinjra, Hundal, Kahlon, Kang,

16 Singh artinya singa jantan menandakan setiap laki-laki Sikh haruslah seorang yang

pemberani. 17Kaur artinya singa betina menandakan setiap perempuan Sikh haruslah seorang yang

pemberani.

Page 48: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

33

Khaira, Khosa, Mahal, Malhi, Man, Mangat, Pannu, Randhawa, Sohi, Sahota,

Sandhu, Sara, Sekhon, Sidhu, Sohal, Varaich, Virk.18

2.2.3 Sistem Mata Pencaharian

Pekerjaan yang ditekuni masyarakat Sikh di Kota Medan yaitu beternak sapi

perah, membuka toko sport (olah raga) dan kursus bahasa Inggris, yang sekalian juga

menjadi guru privat les bahasa Inggris. Ketiga jenis mata pencaharian ini merupakan

pekerjaan yang ditekuni secara turun-temurun dan merupakan keahlian mereka.

Meskipun banyak juga di antara suku mereka yang menggeluti profesi lain seperti

dokter, dosen, akuntan, dan lain sebagainya (Lubis 2005:146).

Beternak sapi perah merupakan sistem mata pencaharian yang pertama

ditekuni oleh masyarakat Sikh, setelah mereka tidak bekerja lagi sebagai buruh di

perkebunan milik Belanda. Pekerjaan ini ditekuni mereka sebagaimana kebiasaan di

daerah asalnya dan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan susu dan minyak sapi.

Peternak sapi perah ini menjual susu sapi tersebut ke rumah sakit negri, swasta,

pabrik, dan setiap orang yang membutuhkan dan minyak sapi tersebut berguna untuk

campuran dalam makanan yang dibuat dalam Gurdwara dan untuk minyak

membakar jenazah masyarakat Sikh yang meninggal dunia.

Veneta (1998:26) menjelaskan bahwa dalam beternak sapi, masyarakat Sikh

mempunyai masalah yaitu sulitnya memperoleh surat izin usaha dari pemerintah agar

ternak diperbolehkan keluar dari tanah peternak untuk merumput di hutan, resiko

ternak mati, dicuri, sakit dan biaya pengobatan, jumlah susu berkurang karena

kurangnya rumput. Dengan hal ini, masyarakat Sikh tidak banyak lagi yang

menekuni jenis usaha ini karena lahan untuk beternak sapi sudah sangat sedikit dan

18 The Ilustrated of weekly India (1973:11).

Page 49: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

34

juga disebabkan oleh banyaknya resiko-resiko. Lokasi-lokasi masyarakat Sikh yang

masih bekerja memelihara ternak sapi antara lain ada di kawasan Percut Sei Tuan, di

kawasan Sari Rejo. Pada masa sekarang ini, banyak masyarakat Sikh tidak lagi

langsung memelihara sapi. Hal ini disebabkan, sulitnya mereka mendapat surat izin

dari pemerintah sehingga para pemilik sapi perah ada yang menjual sapinya dan ada

juga yang menitip kepada orang lain.

Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa jenis usaha lain yang ditekuni oleh

masyarakat Sikh adalah membuka toko sport. Usaha ini pertama sekali dijalankan

oleh masyarakat Sikh yang berasal dari Negara India pada tahun 1930-an. Selama

tinggal di Indonesia, suku bangsa Punjabi tetap menjalin hubungan yang baik antar

mereka. Mereka juga mempekerjakan sesama masyarakat Sikh yang tinggal di Kota

Medan, sekaligus menghemat biaya bagi karyawan yang dibawa langsung dari India.

Hal ini merupakan salah satu cara masyarakat Sikh untuk menempatkan diri dalam

lingkungan baru dan pada umumnya mereka tinggal pada suku yang sama, yang

kemudian dapat menolong mereka untuk mengenal lingkungan yang baru. Lambat

laun, para karyawan sudah merasa betah tinggal di Indonesia dan mereka berusaha

untuk membuka toko sports miliknya sendiri. Hal inilah yang membuat sehingga

usaha ini banyak digeluti dan dikuasai oleh masyarakat Sikh, serta jenis usaha ini

masih eksis sampai sekarang di Kota Medan. Tabel di bawah ini adalah nama

sejumlah toko sports yang ada di Kota Medan, yang sebagian besar dimiliki oleh

masyarakat Sikh.

Page 50: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

35

Tabel 2.3:

Toko Sports milik masyarakat Sikh di Kota Medan

No. Nama Toko

Nama Pemilik

Tahun buka

Asal Suku Bangsa

Lokasi

1 Rose & Co

1942-1984

India Punjabi Kesawan

2 Hari Bros Harry 1948 India Bamen Kesawan 3 PT Ratan

Sports Jager Singh

1951 India Punjabi Kesawan

4 Atal Sports

Sarbejit Singh

1954 India Punjabi Kesawan

5 Sumatera Sports

Amerjit Singh

1969 Medan Punjabi Jl. Palangkaraya

6 Gajah Mada Sports

Hrnam Singh

1978 Punjabi Jl. Palangkaraya

7 Gajah Mada

Toli 1997 Punjabi Jl. Palangkaray

8 Anil Sports

Anil 1982 Bamen Kesawan

9 Sibal Sports

Sibal 1984 Bamen Kesawan

10 Olympic Sports

Amrick singh

1985 Surabaya Jl Palangkaraya

11 Sejahtera Sports

Bobby 1987 Medan Punjabi Jl Palangkaraya

12 Sejahtera Jaya

1997 Medan Punjabi Tembung

13 Anand Sports

Gurdial Singh

1991 Punjabi Kesawan

14 Ajit Sports Ajit Singh

1996 Medan Punjabi Kesawan

15 Aneka Sports

Maninder Singh

1992 Punjabi Jl Palangkaraya

Sumber: Veneta 1998 (Toko Sport Orang Punjabi)

Jenis usaha ketiga yang ditekuni oleh masyarakat Sikh yaitu membuka kursus

bahasa Inggris. Masyarakat Sikh cenderung dapat berbahasa Inggris dengan baik,

disebabkan negara asal mereka India merupakan negara bekas jajahan Inggris

sehingga bahasa Inggris sudah dinasionalisasikan di negara tersebut. kursus bahasa

Page 51: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

36

Inggris yang dibuka oleh masyarakat Sikh ini sangat maju, karena mereka diakui dan

dipercayai oleh masyarakat untuk mengajar bahasa Inggris dengan baik (Fachria,

2002:54). Usaha ini sangat menguntungkan bagi mereka, dapat dilihat dari jumlah

siswa-siswinya yang belajar di kursus tersebut seperti kursus bahasa Inggris yang

dibuka di jalan serdang yang bernama Standart English Course dan di jalan Iskandar

Muda yang bernama Tropica.

Selain ketiga bidang usaha tersebut, masyarakat Sikh juga menekuni

pekerjaan dalam bidang seperti pegawai swasta, satpam, dokter, dan tukang jahit dan

lain sebagainya. Masyarakat Sikh sering melibatkan anggota keluarganya dalam

usahanya, karena mempunyai beberapa usaha sekaligus. Hal ini membuat, di antara

sesama masyarakat Sikh terjalin hubungan kerja sama dengan syarat dapat

menguntungkan kedua belah pihak.

2.2.4 Bahasa

Bahasa yang dipakai oleh masyrakat Sikh adalah bahasa Punjabi dan

memakai aksara atau alphabet Gurmukhi. Kata Gurmukhi secara harafiah berarti dari

mulut Guru. Gurmukhi memiliki beberapa persamaan dengan tulisan India lama,

tetapi Gurmukhi memiliki tiga puluh lima huruf dan modifikasi huruf vokal yang

dibakukan oleh Guru Anggad. Daripada menggunakan huruf Hindu yaitu Sansekerta,

Guru Anggad memilih untuk membuat huruf baru untuk standar Sikh. Sansekerta

hanya terbatas untuk kelas pendeta Hindu saja, tetapi Guru Anggad tidak percaya

kalau hal itu hanya untuk kalangan atas atau terkemuka saja. Guru Anggad

menghabiskan masa hidupnya mengajarkan tulisan Gurmukhi kepada orang biasa di

Punjab. Gurmukhi tidak hanya dipakai oleh orang Sikh tetapi juga Hindu dan Muslim

yang hidup di Punjab untuk mengatur ulang pengucapan bahasa umum, yaitu

Page 52: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

37

Punjabi. Seorang Sikh diharapkan membuat suatu usaha mempelajari tulisan

Gurmukhi dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka supaya dapat membaca Sri

Guru Granth Sahib Ji dalam bentuk asli penulisannya.

Masyarakat Sikh ini sangat menjaga kelestarian budaya mereka, termasuk

bahasa yang mereka pakai. Mereka terbiasa memakai bahasa Punjabi dalam

kehidupan sehari-hari ketika berkomunikasi dengan sesama mereka. Hal ini

menggambarkan ‘kekuatan dan kesatuan’ masyarakat Sikh walaupun mereka berada

jauh dari negara asal dan budaya asli mereka. Hal ini juga didukung oleh kegiatan

keagamaan yang dilakukan di Gurdwara, yaitu keseluruhan upacaranya selalu

menggunakan bahasa Punjabi dan tulisan Gurmukhi. Hasil dari ketaatan mereka

menjalankan semua perintah Guru ini adalah kebudayaan dan kegiatan keagamaan

yang terpelihara dengan baik

2.3 Masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar

2.3.1 Defenisi Sikh

Kata Sikh yang dalam bahasa Punjabi: ksiha, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

śisya yang berarti “murid, mahasiswa” atau śiksa yang berarti “pelajaran”. Menurut

pasal I dari Rehat Maryada (norma dan ketentuan tingkah laku dalam Sikh), seorang

Sikh didefinisikan sebagai “setiap manusia yang setia percaya pada Yang Kekal;

Kesepuluh Guru, dari Sri Guru Nanak Dev sampai Sri Guru Gobind Singh; Sri Guru

Granth Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan yang

diwariskan oleh Guru kesepuluh, dan yang tidak berutang setia kepada agama lain”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, Sikh adalah agama yang

menjunjung kesetaraan, baik pria dan wanita memiliki kesamaan posisi dalam

beribadah dan kehidupan.

Page 53: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

38

2.3.2 Pokok Ajaran Sikh

Guru pertama ajaran sikh adalah Guru Nanak, dan Guru Nanak ini telah

membuat tiga prinsip utama dalam ajaran sikh yaitu: (1) Naam Japna, artinya

mengingat Tuhan dan meditasi. (2) Vand Kae Chhakna, artinya berbagi dengan yang

lain sebelum memikirkan diri sendiri, adalah prinsip hidup untuk menjadi inspirasi

kepada orang lain dan mendukung masyarakat, contohnya seperti ikut dalam aksi

penggalangan dana amal. (3) Kirat Karni, mencari pendapatan yang jujur melalui

kerja keras.

Guru terakhir Sikh yaitu Guru Gobind Singh, mendirikan persaudaraan kaum

yang disebut Khalsa19 atau sering disebut baptisan. Bagi mereka yang sudah dibaptis

harus mengikuti aturan atau 5 identitas keimanan Sikh sebagai berikut:

(1) Keshas, adalah rambut yang tak dicukur, pemeliharaan rambut diartikan

sebagai keselarasan dalam mengikuti kehendak Tuhan, rambut terbungkus dalam

Turban20, menunjukkan martabat dan harga diri,

(2) Kirpan, adalah pedang yang disarungkan, yang menunjukkan martabat

dan perjuangan Sikh melawan ketidakadilan.

(3) Kachhehra, adalah celana dalam pendek, yang menunjukkan komitmen

Sikh kepada monogami dan pengekangan seksual.

(4) Kanga, adalah sisir kecil yang dikenakan di rambut penganut Sikh, yang

mengartikan pentingnya disiplin dan digunakan juga untuk menjaga kebersihan

rambut.

19 Khalsa artinya murni adalah baptisan yang diberikan kepada seorang Sikh yang mengambil

keputusan untuk memberikan dedikasi total dan siap melakukan 5 identitas keimanan Sikh. 20 Turban atau Sorban adalah kain yang menutupi rambut biasanya berwarna jingga atau

putih walaupun tidak ada aturan khusus yang mengatur tentang warna Turban/Sorban tersebut.

Page 54: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

39

(5) Kara, adalah gelang baja yang biasanya dikenakan di tangan kanan,

artinya suatu pengingat simbolis tentang komitmen dari penganut Sikh kepada

Tuhan.

2.3.3 Ciri-Ciri Penampilan Pengikut Agama Sikh

Setiap masyarakat Sikh dapat dikenali dengan Turban yang dipakai di kepala

mereka, 99 % orang yang memakai Turban di seluruh dunia dapat dipastikan adalah

seorang yang beragama Sikh. Kebanyakan wanita Sikh memakai Turban yang lebih

kecil dan mempunyai rambut yang panjang.

Gambar 2.1

Pria dan Wanita Sikh

Sumber: Dokumentasi Winka Silaban (2012)

Page 55: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

40

2.3.4 Hari-hari Besar Sikh

Menurut Bhai Dalip Singh, hari besar agama Sikh adalah setiap hari lahir dan

meninggalnya semua Guru, tahun baru Sikh dan juga hari Vaisakhi atau hari jadi

agama Sikh (1699).

Peringatan hari besar agama Sikh ini berdasarkan pada penanggalan kalender

Sikh. Kalender ini berdasarkan pada tahun matahari tropis, sebagai pengganti

perputaran bulan, yang berarti bahwa tanggal tidak akan berubah dari tahun ke tahun

seperti yang sebelumnya dilakukan berdasarkan kalender bulan lama.

Tabel 2.4.

Hari-hari Besar Agama Sikh

No Peristiwa / Nama Guru Tanggal Peringatan Kelahiran Kematian

1 Tahun Baru Sikh Tanggal 1 Bulan Cet atau 14 Maret 2 Vaisakhi 13 April 3 Guru Nanak Dev 15 April 1469 22 September 1539 4 Guru Angad Dev 31 Maret 1504 29 Maret 1552 5 Guru Amar Das 5 Mei 1479 1 September 1574 6 Guru Ram Das 24 September 1534 1 September 1581 7 Guru Arjan Dev 15 April 1563 30 Mei 1606 8 Guru Har Gobind 19 Juni 1595 3 Maret 1644 9 Guru Har Rai 26 Februari 1630 6 Oktober 1661 10 Guru Har Krishan 7 Juli 1656 30 Maret 1664 11 Guru Tegh Bahadur 1 April 1621 11 November 1675 12 Guru Gobind Singh 22 Desember 1666

7 Oktober 1708

Page 56: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

41

2.4 Gurdwara Tegh Bahadar

2.4.1 Riwayat Singkat Gurdwara Tegh Bahadar

Gurdwara Tegh Bahadur Sahib (1 April 1621 – 11 November 1675) menjadi

Guru Sikh ke-9 pada tanggal 20 Maret 1665, mengikuti jejak dari keponakannya

Guru Har Krisnan. Guru Tegh bahadur dieksekusi atas perintah Kaisar Mughal

Aurangzeb di Delhi.

Tegh Bahadur adalah anak bungsu dari lima putra guru Sikh keenam, Guru

Hargobind dan ibunya adalah nanaki. Sebelumnya dia bernama Tyaga Mal, dan lahir

di Amritsar tanggal 1 April 1621. Namun Tegh Bahadur (Pedang Yang Perkasa),

diberikan kepadanya oleh Hargobind setelah ia menunjukkan keberaniannya dalam

pertempuran melawan Mughal.

Tegh Bahadur dibesarkan dalm budaya Sikh. Ia dididik dengan seni bela diri,

memanah, dan menunggang kuda, dan juga diajarkan ajaran-ajaran kuno. Tegh

Bahadur menikah dengan Gujri tanggal 3 Februari 1631.

Tegh Bahadur dipilih menjadi Guru ke-9 Sikh setelah wafatnya Har Krishan,

keponakannya yang merupakan Guru ke-8 Sikh karena mengidap penyakit cacar.

Guru Tegh Bahadur dikenal karena keberaniannya dalam mempertahankan

pengajaran Sikh di masa pemerintahan tirani Mughal. Ia dipenggal karena menolak

untuk mengganti kepercayaannya.

Guru Tegh bahadur menuliskan 514 baris ayat-ayat, yang kebanyakan dia tulis

sewaktu ia dipenjara. Tulisan tersebut kemudian dijadikan bagian dari Guru Grant

Sahib oleh anaknya, Gobind Rai. Penamaan Gurdwara di Polonia sebagai Gurdwara

Tegh bahadur merupakan perwujudan dari sifat-sifat dan semangat Guru Tegh

Bahadur kepeda pengikut Sikh di tempat tersebut.

Page 57: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

42

2.4.2 Riwayat Singkat Gurdwara Tegh Bahadur

Gurdwara Tegh bahadur diresmikan pada 6 November 1994 oleh Raja Inal

Siregar dengan nama Balai Pengobatan dan tempat ibadah Sikh Tegh bahadur.

Bukan hanya sebagai tempat ibadah, Gurdwara Tegh bahadur juga digunakan

sebagai tempatpengobatan yang dikelola oleh Bhar Bir, balai pengobatan tersebut

hanya dibuka saat acara perayaan Guru-guru Sikh.

2.4.3 Komponen dan Denah Bangunan Gurdwara Tegh Bahadar

Dalam setiap Gurdwara di seluruh dunia terdapat komponen penting yang

disebut The Guru Throne (Mahkota Guru) dan sebuah ruang makan besar untuk

tempat makan setiap orang yang datang ke Gurdwara. The Guru Throne terdiri dari

chanani, manji sahib, palki sahib, rumalla dan bantal kecil, chaur sahib, golak dan

nishan sahib

Gambar 2.2

Gurdwara Tegh Bahadar Polonia

sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)

Page 58: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

43

Gambar 2.3

The Guru Throne

sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)

Gambar 2.3:

Chanani Sahib

sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)

Page 59: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

44

1. Chanani adalah kanopi dengan dekorasi megah yang menutupi Kitab selama

digunakan yang ditandai dengan rasa hormat. Chanai terbuat dari kain mahal

dan yang terpasang dari atas Kitab

2. Manji Sahib adalah tempat tidur kecil dan sahib berarti untuk menunjukkan

rasa hormat untuk benda yang digambarkan dalam kata. Jadi manji sahib

adalah tempat tidur kecil untuk meletakkan Kitab.

3. Rumalla adalah kain persegi panjang yang terbuat dari sutera atau bahan

lainnya untuk menutupi Kitab di dalam Gurdwara saat tidak dibaca.

Gambar 2.5

Rumalla

Dokumentasi: Winka Silaban (2012)

4. Palki sahib adalah tempat Kitab diletakkan saat Kitab diletakkan dari satu

tempat ke tempat yang lain.

Page 60: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

45

Gambar 2.6

Palki Sahib

Dokumentasi: Winka Silaban (2012)

5. Nishan sahib adalah bendera Sikh berwarna kuning yang dikibarkan siang dan

malam di Gurdwara.

Gambar 2.7

Nisan Sahib

Dokumentasi: Winka Silaban (2012)

Page 61: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

46

6. Golak adalah sistem manajemen keuangan yang ada di setiap Gurdwara

untuk membantu pengeluaran, memberikan sumbangan dana dan lain-lain.

7. Chaur sahib adalah alat yang digunakan untuk mengipasi Guru Granth Sahib

sebagai tanda penghormatan dan penghargaan terhadap tulisan suci serta

menjaga agar jangan ada lalat dan nyamuk yang hinggap ketika sedang

dibuka Guru Granth Sahib.

Gambar 2.8

Chaur Sahib

Dokumentasi: Winka Silaban (2012)

8. Langar adalah ruang makan besar yang dibuat agar setiap orang yang datang

ke Gurdwara dapat makan di sana secara gratis. Kaum Sikh merupakan

vegetarian, yaitu orang-orang yang tidak memakan daging, mereka hanya

makan sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

Page 62: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

47

Gambar 2.9

Langar atau Tempat Makan di Gurdwara

Dokuemntasi: Winka Silaban (2012)

Gambar 2.10

Dokumentasi: Winka Silaban (2012)

Page 63: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

48

Lokasi Gurdwara Tegh Bahadar berada di jalan Polonia no. 172 Polonia

Medan, tepat di depan Sekolah TK/SD/SMP/SMA Angkasa 2 Medan

Gambar 2.11:

Denah Lokasi Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan.

Page 64: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

49

BAB III

DESKRIPSI KIRTAN PADA

IBADAH MINGGU SIKH

3.1 Pengertian Kirtan

Kirtan atau Gurbani Kirtan adalah musik yang bersifat kebaktian yang

berasal dari tradisi Hindu, yang digunakan pada masyarakat Sikh, sebagai nyanyian

kasih yang ditujukan kepada Tuhan. Kirtan merupakan salah satu aspek terpenting

dalam Sikh yang mengacu pada himne suci dari Guru Granth Sahib dengan diiringi

musik. Pengikut Sikh menempatkan nilai besar pada nyanyian ini dan mereka

diharapkan untuk mendengar dan atau menyanyikan Kirtan sesering mungkin.

Secara tradisional musik yang digunakan untuk mengiringi Kirtan adalah

musik klasik India. Alat musik pengiringnya adalah harmonium dan tabla, walaupun

dalam perkembangannya ada juga Gurdwara yang memakai instrumen tambahan

seperti biola, dirluba, dan svarmandal. Menurut wawancara yang dilakukan penulis,

komposisi Kirtan dibentuk berdasarkan dari kegiatan apa yang sedang berlansung di

Gurdwara dan perasaan atau mood pemusik. Walaupun mereka tidak mengenali

secara detil sistem raga dan tala pada komposisi India Klasik, namun mereka juga

mengakui bahwa penyajian Kirtan ini tetap berdasar kepada sistem tersebut,

walaupun dengan polarisasi dan perkembangan tersendiri, karena keterbatasan akan

teori dan praktiknya.

Kirtan atau Sankirtan berasal dari kata Sanskerta yang berarti mengagungkan

Tuhan secara bersama-sama. Dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis, Kirtan

adalah kegiatan menyanyikan Gurbani yang diiringi oleh instrumen musik dan

Page 65: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

50

dilakukan setelah Puja,21 di pagi hari dan malam hari, Kirtan adalah cara untuk

berhubungan dengan Waheguru.

Kirtan hanya dapat dilakukan dengan diiringi musik dan dibawakan oleh

Pendeta Sikh atau pemain musik yang sudah menghafal teks-teks dari Guru Granth

Sahib dan buku Amrit Kirtan, isi lirik tersebut tergantung pada kegiatan apa yang

sedang terjadi di Gurdwara. 22

Kirtan merupakan keharusan dalam setiap ibadah Sikh. Alasannya adalah

karena didalamnya terkandung pengajaran Guru-Guru Sikh pendiri agama tersebut

dan merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Lirik Kirtan berasal dari Guru Granth Sahib Ji, tulisan dari Guru-Guru yang

ada di Sikh. Saat Kirtan, bhani (Pendeta) juga akan melakukan pecar (khotbah) yang

isinya tentang riwayat hidup Guru-Guru Sikh. Jika Kirtan yang diambil berasal dari

Guru Gobind Singh maka Pecar-nya itu akan menceritakan riwayat Gobind Singh

dan begitulah setiap Kirtan dan Pecar yang berasal dari Guru yang lain juga.23

Untuk mempermudah Pendeta mengambil lirik Kirtan,24 maka dibuatlah kitab Amrit

Kirtan yang didalamnya terdapat lagu-lagu yang liriknya berasal dari Guru Granth

Sahib Ji. Pemilihan lirik tergantung pada kegiatan apa yang sedang berlangsung di

Gurdawara tersebut.

Dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan pertunjukan Kirtan yang

dilakukan di pagi hari dan diadakan oleh masyarakat Sikh di Gurdwara tersebut

(Sangat). Deskripsi ini mengacu kepada teori upacara oleh Koentjaraningrat dan

berdasarkan pengamatan lapangan.

21 Puja dalam bahasa Punjabi artinya berdoa. 22 Wawancara yang dilakukan dengan Maninder Singh, salah satu Pendeta Sikh di Gurdwara

Tegh Bahadar Polonia pada tanggal 9 Juni 2012. 23 Wawancara yang dilakukan penulis dengan Ibu Raj Bir pada tgl 08 Agustus 2012. 24 Karena Guru Granth Sahib Ji tidak bisa dibawa pulang sehingga dibuatlah kitab Amrit

Kirtan yang isinya merupakan turunan dari Guru Granth Sahib Ji.

Page 66: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

51

3.2. Komponen Ibadah

3.2.1 Tempat Ibadah

Ibadah dilakukan di Gurdwara Tegh Bahadar jalan Polonia no. 172 Polonia

Medan, ibadah dilakukan di bagian tengah Gurdwara dengan pusatnya adalah

Chanani. Jemaat duduk di lantai dan tidak boleh membelakangi Chanani begitu juga

setiap orang yang datang di Gurdwara, sedangkan Pendeta duduk sejajar dengan

Chanani di atas altar kecil dengan ukuran kira-kira 1x3 m, tempat para Pendeta Sikh

memainkan musik dan menyanyikan Asadivaar dan Kirtan.

3.2.2 Waktu Ibadah

Menurut keterangan para informan, di India ibadah dimulai sejak sebelum

matahari terbit. Sedangkan di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia dimulai dari jam

09.00 WIB untuk menunggu kehadiran para jemaat di Gurdwara.

Ibadah diawali dengan Asadivaar yang berdurasi lebih kurang 90 menit dan

dilanjutkan dengan Kirtan dengan durasi lebih kurang 10 menit, kemudian

penyampaian pengumuman oleh pengurus Gurdwara dengan durasi lebih kurang 10

menit setelah itu diakhiri dengan Ardas dengan durasi lebih kurang 15 menit. Setelah

ibadah selesai setiap umat akan pergi ke langar untuk makan bersama yang telah

disediakan oleh pengurus Gurdwara. Jadi total waktu ibadah setiap minggunya

adalah lebih kurang 120 menit.

3.2.3 Benda dan Peralatan Ibadah

Setiap ibadah dapat dilakukan dengan dukungan dari benda dan peralatan

ibadah yang selalu ada di Gurdwara, yaitu: (1) sound system, (2) alat-alat musik

Page 67: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

52

yang terdiri dari: harmonium dan tabla, (3) Chanani, 4) Guru Granth Sahib, (5)

Golak, (6) Manji Sahib, (7) Rumalla, serta (8) bunga dan pedupaan.25

3.2.3 Pemimpin dan Peserta Ibadah

Ibadah dipimpin oleh Pendeta yang dibantu oleh 1 atau 2 Pendeta lain dan

Pemain musik yang berasal dari Jemaat Gurdwara tersebut atau yang secara khusus

disewa oleh pengurus Gurdwara. Peserta Ibadah adalah setiap orang yang masuk ke

dalam Gurdwara artinya Ibadah terbuka untuk umum, tidak hanya jemaat atau suku

Punjabi penganut agama Sikh saja.

Gambar 3.1:

Pemusik yang Sedang Melakukan Kirtan

sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)

25 Pengertian kata-kata tersebut dapat dilihat di Bab 2 hal 28-29.

Page 68: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

53

Gambar 3.2:

Altar Tempat Pemusik yang Sejajar dengan Chanani

sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)

Gambar 3.3:

Pengikut Sikh sedang Memberikan Persembahan

sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)

Page 69: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

54

3.3 Jenis Musisi dalam Religi Sikh

Ada tiga jenis musisi Sikh, yang semuanya terus berkembang selama periode

para Guru, yaitu: (a) Rababi, (b) Ragi, dan (c) Dhadhi. Ketiganya dapat

dideskriosikan sebagai berikut.

3.3.1 Rababi

Guru Nanak memulai tradisi Rababi dengan melibatkan Bhai Merdana

sebagai pengiring musiknya. Sebelumnya dalam istilah Muslim dikenal sebagai

Mirasi. Namun Guru Nanak memberi mereka nama baru yaitu Rababi, karena

mereka bermain Rabab dan mengadopsi cara hidup Sikh dalam makan, berpakaian,

dan sopan santun. Beberapa Rababi yang terkenal setelah Mardana adalah anaknya;

Shahjada Balwand dan Satta. Selnjutnya ada Babak, anak Satta, Chatra putra Babak,

dan Saddu, dan Baddu.

Rababi biasa melakukan Kirtan secara teratur di Amritsar sebelum

pembagian India pada tahun 1947. Yang terakhir dari garis Rababi adalah Bhai

Chand yang Kirtan, sebelum 1947. Setelah pemisahan India, para Rababi bermigrasi

ke Pakistan, garis rababi hampir punah tanpa perlindungan kaum Sikh.

3.3.2 Ragi

Tipe musisi kedua, Ragi, adalah penyanyi amatir yang didorong Guru Arjan

untuk melakukan Kirtan, untuk menghindari ketergantungan pada Rababi

profesional. Beberapa penyair di Istana Guru Arjan, yang komposisinya terdapat

dalam Kitab Suci, menjadi Ragi dan melakukan Kirtan di hadapan jemaat pada

tempat yang berbeda-beda. Pada awal abad ke-18, Bhai Jassa Singh Ahluwalia

Page 70: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

55

(seorang prajurut besar Sikh) melakukan Kirtan di kediaman Mata Sundri di Delhi,

setelah wafatnya Guru Gobind Singh.

Kirtan di Kuil Emas, Amritsar, sempat dihentikan (karena penindasan dan

kekejaman penguasa Muslim) selama bertahun-tahun pada abad ke-18. Ketika

konfederasi Sikh memperoleh kendali atas Amritsar, Kirtan kembali dilakukan di

Kuil Emas.

Kelompok Bagi pada umumnya terdiri dari tiga orang, yaitu: satu memainkan

tabla atau jori (sepasang drum), jarang berpartisipasi dalam bernyanyi. Yang lain

memainkan harmonium, dan yang ketiga memainkan alat musik gesek atau

harmonium atau simbal. Pemimpin kelompok duduk di tengah-tengah dan

kelompoknya dikenal menggunakan namanya. Sampai saat ini, kelompok Ragi masih

dipekerjakan di Komitee Shromani Gurdwara Parbandhak untuk melakukan Kirtan

secara bergiliran di Kuil Emas dan di beberapa Gurdwara bersejarah di Punjab.

Beberapa kelompok Ragi juga terus berpergian untuk melakukan Kirtan di berbagai

belahan dunia di mana ada konsentrasi warga Sikh.

3.3.3 Dhadhi

Guru Hargobind pertama kali menggunakan jenis musisi ketiga ini yang

disebut Dhadhi pada abad ke-17. Ia memerintahkan mereka untuk menyanyikan

balada kepahlawanan (Vaar) di Istana untuk menginspirasi kaum Sikh untuk

bertindak dengan keberanian dan kepahlawanan. Bhai Abdulla (ahli bermain

Sarangi) dan Bhai Nata (pemain dhadh yaitu drum tangan kecil) yang cukup populer.

Sebagai perlawanan terhadap para penguasa tirani Muslim muncullah kelompok-

kelompok Dhadhi di tengah masyarakat dan kelompok tentara Sikh. Kelompok-

kelompok ini kemudian menjadi sangat populer di seluruh Punjab karena

Page 71: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

56

penggunaan lagu-lagu rakyat dan gaya mereka yang bersemangat dan emosional

ketika bernyanyi. Penyanyi-penyanyi itu hampir tidak ada yang memiliki

pengetahuan tentang musik klasik Hindustani. Namun daya tarik mereka di

masyarakat sangat menarik. Sekelompok Dhadhi terdiri dari dua atau tiga penyanyi,

satu bermain sarangi, yang lain bermain di Dhadhi, dan ketiga adalah pemimpin

mereka, yang membacakan isi lagu-lagu mereka. Meskipun mereka diharapkan untuk

menyanyikan Vaar dan Kitab Suci, mereka biasanya menyanyikan komposisi puitis

mereka sendiri sebagai penghargaan atau keberanian prajurit Sikh. Di Gurdwara

Tegh Bahadur Polonia Medan, jenis musikal yang dipakai adalah Ragi, sesuai

dengan kebutuhan para masyarakat Sikh di tempat tersebut.

3.4 Tujuan Mengadakan Ibadah

Menurut wawancara yang dilakukan penulis dengan Pendeta, pemusik dan

juga jemaat Sikh, ibadah dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut :

(1) Sebagai pemenuhan kebutuhan rohani jemaat dan cara jemaat untuk

berhubungan atau berkomunikasi dengan Waheguru.

(2) Sebagai cara jemaat untuk saling bersosialisasi yang dilakukan di akhir

ibadah saat makan bersama di Langar.

(3) Menghimpun dana yang didapat dari persembahan setiap jemaat dan

digunakan sebagai biaya perawatan Gurdwara, tambahan gaji para Pendeta

dan biaya makan bersama jemaat.

Page 72: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

57

BAB IV

ANALISIS TEKSTUAL

4.1 Pengenalan

Dalam setiap seni pertunjukan music di sunia ini, termasuk Kirtan terjadi

komunikasi di antara seniman religi dan para jemaah, dengan berbagai interpretasi

(penafsiran) terhadap pertunjukan yang terjadi. Berbagai aktivitas komunikasi

dalam peristiwa seni pertunjukan keagamaan ini berdasarkan kepada pola-pola

budaya Punjab dan agama Sikh yang telah wujud selama berabad-abad.

Dalam konteks komunikasi pertunjukan keagamaan ini, komunikasi

pertunjukan itu mencakup: (a) lirik atau teks Kirtan, yang memiliki ciri-ciri khas

dibandingkan komunikasi verbal dengan bahasa seharian, (b) inteyeksi atau kata-kata

seru untuk memperkuat suasana pertunjukan, (c) kata-kata pendeta (bhani) dalam

setiap pertunjukan upacara keagamaan. Komunikasi lisan dalam seni pertunjukan

masyarakat Sikh biasanya menggunakan kata-kata pilihan yang berasal dari Kitab

Suci. Komunikasi lisan ini juga menjadi bahagian dari Amrit Kirtan yang tentu saja

terintegrasi dengan aspek-aspek bukan lisan seperti nada, irama, rentak, melodi,

gerak-gerik, dinamika, mimesis, dan sebagainya. Komunikasi lisan selalu distilisasi

untuk lebih menghayati dan kekhusukkan dalam melakukan ibadah mingguan ini.

Teks Amrit kirtan yang dilakukan pada Kirtan ini ada yang sifatnya eksplisit,

yaitu mudah dicerna dan ditafsir secara langsung, dan ada pula teks yang sulit untuk

dicerna dan ditafsir, karena teks yang bersifat rahasia, diberi gaya bahasa, dan

sifatnya lebih tertutup (implisit). Oleh karena itu, teks keagamaan Sikh ini perlu

diresapi, dipahami, dan ditafsir oleh penonton berdasarkan nilai-nilai budaya yang

hidup di dalam kebudayaan masyarakat Sikh secara umum, yaitu budaya India Utara

Page 73: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

58

(khususnya Punjabi). Walau bagaimana pun, secara umum teks (lirik) Kirtan ini

memainkan peran utama dalam budaya Sikh. Sehingga dapat dikatakan bahwa teks

Kirtan sebenarnya dalam pertunjukan mengutamakan sajian teks, yang dalam studi

etnomusikologi lazim disebut dengan logogenik.

4.2 Logogenik

Menuurut pengalaman penulis sebagai mahasiswa etnomusikologi FIB USU,

salah satu aspek yang sangat penting dalam lagu-lagu atau musik India (Punjabi)

ialah peranan teks atau lirik yang sangat menonjol. Garapan teks ini mendapat

kedudukan yang utama dalam pertunjukan musik Punjabi. Lagu-lagu India Utara

(Hindustani termasuk Punjabi), umumnya berdasarkan kepada aturan-aturan puisi di

kawasan ini. Sementara Kirtan berdasar kepada Kitab Suci Guru Granth Sahib.

Dengan kedudukan sedemikian rupa, maka penulis mengkategorikannya sebagai

“musik” yang logogenik. Artinya bahwa pertunjukan Kirtan sangat mengutamakan

wujud verbal atau bahasa, dalam pertunjukannya (lihat Malm, 1977). Dengan

demikian, komunikasi lisan dalam Kirtan memegang peranan utama. Komunikasi

lisan ini umumnya dinyanyikan dengan melodi tertentu, dan iringan rentak tertentu,

disertai berbagai norma dan aturan, menurut tradisi pertunjukan tradisional

masyarakat Sikh.

Di sisi lain, ada pula kebudayaan musik yang lebih mengutamakan aspek

ritme dan melodi musik, misalnya tradisi gordang atau gondang pada masyarakat

Mandailing, Angkola, Toba, Simaungun dan Dairi di Sumatera Utara. Budaya musik

yang sedemikian ini dapat dikategorikan sebagai muzik melogenik.

Dalam Bab IV ini, penulis akan mengkaji teks (lirik) Kirtan yang digunakan

dalam ibadah Mingguan umat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan.

Page 74: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

59

Kajian ini menggunakan teori semiotik, yang mencakup makna intrinsik lagu, kajian

mengenai tanda-tanda lagu itu sendiri, seperti kualitas nyanyian, aktualisasi lagu, dan

pengorganisasian lagu. Kemudian melangkah kepada referensi lagu, yaitu kajian

tanda-tanda nyanyian dengan berbagai objek yang mungkin, yang memfokuskan

kepada signifikasi nyanyian dengan objek yang lebih luas.

Selepas itu adalah interpretasi musikal atau kajian tanda-tanda musikal yang

berhubungan dengan pelbagai interpretannya, yang memfokuskan perhatian kepada

aksi tanda-tanda musikal dalam pikiran manusia yang menerimanya. Kajian terakhir

ini terdiri daripada: persepsi musik, persembahan, dan intelektualisasi.

4.3 Analisis Semiotik Tekstual Kirtan

Lirik Kirtan yang diambil penulis untuk dianalisis berasal dari kitab Amrit

Kirtan halaman 363. Berikut ini adalah liriknya dan artinya dalam bahasa Indonesia.

Artinya ini diterjemahkan oleh informan kunci penulis yaitu Guru Raj Bir. Demikian

pula analisis semiotij ini adalah berdasarkan kepada tafsiran-tafsiran beliau terhadap

tekstual Kirtan yang disajikan.26

1. Par Berm Hoa Shai Kba Kirtn Suke Dahi ||

Maha Tuhan Allah telah menjadi penolong dan teman saya; khotbah dan

Kirtan-Nya dari Pujian-Nya telah membawa kedamaian pada saya.

2. Gur Pure Ki Bani Jap Anande Keroh Nit Parni ||1||

Nyanyian Firman Guru Bani yang sempurna, serta senantiasa dalam

kebahagiaan, ya fana. ||1||

3. Har Saca Simeroh Phai ||

26Dalam analisis teks ini penulis menganalisisnya berdasarkan urutan ayat-ayat yang tertera di dalam Kitab Amrit Kirtan, dimulai dari ayat 1 sampai 10. Dalam praktek ritual pertunjukannya ayat tersebut dibaca dimulai dari ayat 5, kemudian pembacaan ayat-ayat berikutnya dilakukan secara acak sesuai keinginan Bhai (pendeta). Pembacaan seperti ini dapat dilihat pada hasil transkripsi halaman 71-73 skripsi ini.

Page 75: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

60

Mengingat Tuhan yang benar dalam meditasi, ya saudara dalam takdir.

4. Sadeh Sangh Seda Sok Paiyeh Her Biser Na Kabehu Jaih ||Rehao||

Dalam Sangat Saadh, persekutuan dari perdamaian, kekekalan kudus

diperoleh, dan Tuhan tidak pernah terlupakan. | | Jeda | |

5. Amret Namo Parmeser Tera Jo Simereh So Jiwe ||

Nama Mu, ya Tuhan yang sukar dipahami, adalah madu bunga; siapapun

yang merenungkannya, hidup.

6. Jes Nu Kerim Perapete Howe So Jan Nermel Tiwe ||2||

Orang yang diberkati dengan Kasih Karunia Tuhan - pelayan yang

rendah hati menjadi bersih dan murni. ||2||

7. Begen Benasen Sabe Doke Nasen Gor Cereni Mano Laga ||

Hambatan dihapus, dan semua rasa sakit dihilangkan; pikiran saya

melekat pada kaki Guru.

8. Gone Gawte Acote Abe nasi Ane deno Her Range Jaga ||3||

Bernyanyi serta memuji keagungan Tuhan yang tenang dan kekal, satu

tetap terjaga untuk mencintai Tuhan, siang dan malam.

9. Mou Iceh Sehi Vele Pae Har Ke Ketah Suheli ||

Dia memperoleh buah dari keinginan batinnya, mendengarkan khotbah

penghiburan Tuhan.

10. Adeh Ant Nide Nanek Koh So Prbe Howa Beli ||4||16||27||

Di awal, tengah, dan akhir, Tuhan adalah teman terbaik Nanak.

Teks pada Amrit Kirtan halaman 363 merupakan ungkapan pujian atas

kebesaran Tuhan yang ditulis oleh Guru Nanak dan dibawakan di pagi hari. Secara

singkat, Kirtan yang dinyanyikan di atas memberitahu pengikut Sikh untuk

melakukan naam (meditasi/mengingat Tuhan) yang ditanamkan dalam pikiran.

Page 76: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

61

Setiap Kirtan akan diakhiri dengan kata-kata: “Waheguru Ji Ka Khalsa

Waheguru Ji Ki Fateh.” Arti kalimat ini adalah bahwa Sikh milik yang Maha

Kuasa, kemenangan ada pada yang Maha Kuasa.

Di bawah ini merupakan tulisan aksara Gurmukhi dari lirik Kirtan di atas.

Tulisan ini discanning langsung dari tulisan tangan pemain musik Gurdwara tersebut

karena keterbatasan komputer penulis untuk memasukkan aksara Gurmukhi.

Page 77: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

62

Secara struktural, teks Amrit Kirtan di atas terdiri dari 10 baik (kalimat).

Kesepuluh baris itu menjadi satu kesatuan dalam penyajian Kirtan. Teks ini disajikan

dengan menggunakan vocal, aspek melodi seperti tangga nada, wilayah nada, nada

dasar, formula melodi, interval, nada, dan kontur. Sepuluh baris teks Kirtan tersebut

disajikan dengan penuh khidmat dan khusuk.

Baris pertama yaitu terdiri dari kalimat: Par Berm Hoa Shai Kba Kirtn Suke

Dahi. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Maha Tuhan Allah telah menjadi

penolong dan teman saya; khotbah dan Kirtan-Nya dari Pujian-Nya telah membawa

kedamaian pada saya. Dalam baris ini secara eksplisit dinyatakan bahwa Tuhan telah

menjadi penolong sekali gus teman orang Sikh. Artinya adalah bahwa Tuhan itu

Maha Kuasa, Ia yang menciptakan alam dan manusia. Bagi yang selalu

mendekatkan diri kepada Tuhan, maka ia akan menjadi teman Tuhan, dan Tuhan

akan selalu menyayanginya sebagaimana layaknya seroang teman. lebih lanjut lagi

baris ini mengemukakan bahwa khotbah, Kirtan, dan pujian kepada Tuhan telah

membawa seseorang yang melakukannya menjadi tenang dan damai dalam dirinya,

karena ia selalu mengingat Tuhan, dan ada yang melindunginya.

Selanjutnya baris kedua, yang terdiri dari kalimat Gur Pure Ki Bani Jap

Anande Keroh Nit Parni, artinya adalah Nyanyian Firman Guru Bani yang

sempurna, serta senantiasa dalam kebahagiaan, ya fana. Bahwa Kirtan ini

dilantunkan oleh sang pendeta yaitu Guru Bani yang telah sempurna tingkat ilmu dan

penghayatan agamanya. Selanjutnya umat Sikh perlu memberikan salam dan

pengharapan agar sang pendeta senantiasa dalam kebahagiaan, termasuk di alam

dunia yang fana ini, juga di akhirat kelak.

Kemudian baris ketiganya, selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Har Saca

Simeroh Phai. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Mengingat Tuhan yang benar

Page 78: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

63

dalam meditasi, ya saudara dalam takdir. Kalimat ini juga ditujukan kepada sang

pendeta, dan juga pujian bagi beliau. Bahwa Guru Bani itu dalam mengingat Tuhan

adalah benar senantiasa. Juga beliau selalu benar dalam memimpin meditasi, yaitu

berupa pendekkatan diri dengan Tuhan. Demikian pula Tuhan telah memberikan

takdirnya kepada sang pendeta untuk selalu membimbing umat.

Selanjutnya kata-kata pada baris keempat selengkapnya adalah Sadeh Sangh

Seda Sok Paiyeh Her Biser Na Kabehu Jaih. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah

sebagai berikut: Dalam Sangat Saadh, persekutuan dari perdamaian, kekekalan kudus

diperoleh, dan Tuhan tidak pernah terlupakan. Bahwa dalam Sangat Saadh (ibadah

Sikh) persekutuan atau integrasi umat Sikh yang berdasar kepada perdamaian, maka

kekekalan yang suci (kudus) akan diperoleh. Dengan demikian, maka Tuhan akan

selalu dikenang di dalam diri umat Sikh, Tuhan akan selalu dikenang.

Setelah itu, baris kelima, terdiri dari klalimat sebagai berikut: Amret Namo

Parmeser Tera Jo Simereh So Jiwe. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Nama

Mu, ya Tuhan yang sukar dipahami, adalah madu bunga; siapapun yang

merenungkannya, hidup. Kalimat ini menjelaskan bahwa nama Tuhan yang itu

merujuk kepada sifat-sifat Tuhan sulit difahami bagi yang tidak merenungkan

eksistensi Tuhan itu seperti apa. Oleh karena itu kontemplasi terhadap sifat-sifat

Tuhan ini perlu terus diasah oleh seorang penganut Sikh. Jika seseorang Sikh itu

telah dapat mengenali sifat-sifat Tuhan maka ia akan menyadari betapa lezat dan

manisnya kebenaran Tuhan itu, seperti yang dilambangkan sebagai madu bunga. Jika

setiap orang dapat merenungkannya maka ia akan selamat dalam kehidupannya, baik

di dunia maupun di akhirat. Ini kira-kira tafsiran semiosis terhadap baris kelima

Kirtan ini.

Page 79: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

64

Selanjutnya pada baris keenam, yang selengkapnya berbunyi: Jes Nu Kerim

Perapete Howe So Jan Nermel Tiwe, yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah:

Orang yang diberkati dengan Kasih Karunia Tuhan--pelayan yang rendah hati

menjadi bersih dan murni. Maknanya adalah jika seseorang telah dapat merenungkan

dan memahami sifat-sifat Tuhan, maka selanjutnya ia akan diberkati kasih dan

karunia Tuhan secara langsung, Tuhan akan saying dan kasih kepadanya.

Selanjutnya ia akan menjadi pelayan kepada semua manusia dengan sifat-sifat yang

mulia, teruma rendah hati, tidak sombong, bersih, dan sucilah jiwanya.

Setelah itu, pada baris ketujuh, kata-kata yang diucapkan adalah berupa

kalimat sebagai berikut. Begen Benasen Sabe Doke Nasen Gor Cereni Mano Laga

artinya dalam bahasa Indonesia adalah, Hambatan dihapus, dan semua rasa sakit

dihilangkan; pikiran saya melekat pada kaki Guru. Maknanya bahwa dengan

mendekatkan diri kepada Tuhan selalu, maka seseorang itu akan cinta kepada Tuhan,

tidak mengutamakan kepentingan duniawi yaitu menghapus hambatan-hambatan

yang menyebabkan terganggunya hubungan manusia dengan Tuhan. Demikian pula

tidak ada alas an apapun dalam melakukan pendekatan dengan Tuhan, termasuk rasa

sakit pun hilang dengan sendirinya. Cara pendekatan diri kepada Tuhan ini adalah

melalui perantaraan Guru, yang disimbolkan dengan pikiran umat Sikh melekat pada

kaki Guru. Di sini terlihat bahwa Guru memainkan peran penting dalam hubungan

manusia dengan Tuhan. Guru adalah sebagai unsur perantara umat dengan Tuhan.

Artinya Guru memegang peran penting dalam mengarahkan jalan menuju Tuhan.

Berikutnya baris kedelapan, selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Gone

Gawte Acote Abe nasi Ane deno Her Range Jaga. Artinya dalam bahasa Indonesia

Bernyanyi serta memuji keagungan Tuhan yang tenang dan kekal, satu tetap terjaga

untuk mencintai Tuhan, siang dan malam. Bahwa setiap umat Sikh dengan panduan

Page 80: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

65

Guru (Bhani) mengingat Tuhan dengan teknik bernyanyi dalam konteks memuji

Tuhan. Dalam keadaan ini, teks Kirtan perlu diberi sentuhan estetika berupa unsur

melodi dan ritme yang didasari pada kebudayaan di mana ia hidup, dalam hal ini

sistem raga dan tala India. Tuhan itu adalah kekal dan abadi, dengan memujinya

akan memebrikan ketenangan di dalam jiwa. Setiap umat Sikh perlu terus menerus

mengingat Tuhan, baik di kala siang maupun malam.

Seterusnya baris kesembilan adalah sebagai berikut. Mou Iceh Sehi Vele Pae

Har Ke Ketah Suheli. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Dia memperoleh buah

dari keinginan batinnya, mendengarkan khotbah penghiburan Tuhan. Maknanya

seorang penganut Sikh jika telah daoat menghayati dan memahami sifat Tuhan,

senantiasa memuji Tuhan melalui bimbingan Guru, maka ia akan memperoleh buah

kedamaian di dalam batinnya. Kemudian juga selalu mendengarkan khotbah

keagamaan dan mendapatkan penghiburan dari Tuhan, yang menyelamatkannya di

dalam kehidupan ini.

Baris yang kesepuluh selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Adeh Ant Nide

Nanek Koh So Prbe Howa Beli. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Di awal,

tengah, dan akhir, Tuhan adalah teman terbaik Nanak. Maknanya secara religius

adalah bahwa Nanak itu adalah utusan dan teman Tuhan di dunia untuk

menyelamatkan umat manusia. Nanak adalah pendiri agama Sikh, dan guru yang

pertama agama Sikh. kalimat ini menegaskan bahwa sejak awal, kini, dan nanti

Nanak adalah utusan terbaik Tuhan di dunia ini dalam menyampaikan ajaran-ajaran

Tuhan (Waheguru). Demikian kira-kira tafsiran semiosis terhadap sepuluh teks

Kirtan yang disajikan dalam iabadah mingguan umat Sikh pada lokus penelitian di

Polonia Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Page 81: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

66

BAB V

LATAR BELAKANG BUDAYA MUSIK,

TRANSKRIPSI, DAN ANALISIS

MELODI KIRTAN

5.1 Gambarab Umum Kebudayaan Musik India

Menurut Malm (1977) music seni India biasanya selalu dikatakan dimulai

dengan himne yang dilatarbelakangi oleh tradisi Veda, yaitu berupa teks suci

masyarakat Arya, dan materi-materi lainnya yang dapat ditambahkan dan

berkembang selama beberapa abad. Rig Veda adalah bentuk tradisi Veda yang paling

awal dan tetap dipertahankan hingga kini. Beberapa teksnya dirancang kembali

dalam bentuk yang disebut Yajur Veda. Sementara itu Sama Veda terdiri dari teks-

teks pilihan dari sumber yang sama dengan yang dipergunakan pada upacara

keagamaan. Di sisi lain Atharva Veda adalah sekumpulan teks-teks yang berbeda,

diturunkan dari magik keagamaan rakyat dan mantera-mantera. Tradisi Veda

dianggap hanya untuk budaya kasta yang lebih tinggi, dan disebabkan alam

kegamaannya, yang memiliki tulisan-tulisan singkat yang begitu kuat mengkoreksi

pertunjukan.

Secara metafisis, getaran fisik yang menghasilkanb suara musikal yang disebut

nada, tidak akan terselasaikan dengan cara menghubungkannya dengan dunia

spiritual. Hukum-hukum nyanyian Rig Veda dilekatkan kepada nyanyian silabik

dengan memperhatikan aksentuasi pada kata-kata.

Walaupn seluruh tradisi Veda agak jarang dipertunjukan pada masyarakat India

pada masa sekarrang ini, berbagai istilah dan beberapa padangan musikalnya

digunakan untuk pertunjukan religius dan epos (syair kepahlawanan) sekuler, yang

Page 82: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

67

diperuntukkan kepada kasta-kasta yang lebih rendah di India. Natya Sastra dianggaap

sebagai cerita jenis sage yang dikarang oleh Bharata (sekitar abad kelima Masehi). Ia

mengatakan bahwa ada sejenis karya yang menghasilkan bentuk-bentuk teater dalam

tradisi ini, yang disebt dengan Veda. Buku-buku ini paling banyak dijumpai pada

abad kelima, meskipun di beberapa tempat ditemui pada awal abad kedua Seb. M.

Sisa-sisa dari tradisi ini memperlihatkan adanya hubungan antara musik India Lama

dan musik klasik sampai sekarang ini, musik dan tariannya dikatakan mempunyai

berbagai variasi unsur dramatis. Berbagai sumber teori penting lainnya untuk musik

India adalah karya Matanga, yang bertajuk Brhaddesi pada abad kesepuluh. Juga

karya Sangaradewa, yang bertajuk Sangita Ratnakara, pada abad ketiga belas, ditulis

sejak datangnya ide-ide musik dari Timur Tengah yang dibawa oleh pemerintahan

Moghul. Ahli-ahli teori musik India dari abad keenambelas sampai abad kedua puluh

secara kontinu mencoba mensintesis kedua budaya ini dan kemudian

menstandardisasinya (Malm dalam terjemahan Takari 1993:153-154).

Kalau kita berbicara musik India maka yang paling menonjol adalah ide dan

terapan dimensi waktu yang disebut tala, juga dikensi ruang yang disebut dengan

raga. Baik praktik musik lama dan modern, secara umum menghasilkan tujuh svara,

pada sebuah oktaf (saptaka). Ketujuh svara tersebut mempunyai nama-nama khusus,

tetapi hanya silabis pertamanya dari tiap-tiap namanya yang umum dipergunakan

untuk menuliskan nada-nada ini. Silabis sa, ri, ga, ma, pa, dha, ni, seperti do, re, mi

pada musik Barat, datang dari sebuah istilah dasar untuk mendiskusikan atau

menyanyikan musik India.

Pada teori lama, tujuh svara dimainkian bersama-sama dengan sebuah

grama, sebuah tangga nada. Tiga tangga nada induk (sadjagrama, madhyamagrama,

dan gandharagrama) dikatakan sebagai dasar tangga nada “induk,” pada musik

Page 83: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

68

India, tetapi pada masa Natya sastra hanya dau tangga nada pertama yang

disebutkan. dalam konsep musik India, maka terdapat beberapa istilah sebagai

berikut: (a) nada yaitu getaran suara, (b) sruti yaitu interval-interval mikroton

dengan berbagai ukuran, (c) svara yaitu interval-interval musik nyata yang dibentuk

dari kombinasi-kombinasi sruti, (d) grama yaitu perbendaharaan tonal dasar, yang

dibentuk dari tujuh svara terdiri dari sa, ga, dan ma grama, (e) murchana yaitu

tangga nada yang dibentuk dari dua buah tangga nada induk; (f) jati yaitu modus-

modus dasar, klasifikasi akhir dari sebuah modus oelh nomor-nomor nadanya, (g)

raga adalah bentuk melodi dari tangga nada, didasari oleh berbagai jati, (h)

melakarta dan that yaitu kelompok-kelompok nada yang berhubungan dengan raga.

Istilah raga (rag di India Utara atau ragam dalam bahasa Tamil) dapat

didefinisikan sebagai suatu bentuk pengukur (scalar) melodi, yang mencakup baik

itu tangga nada dasar atau struktur melodi dasar. Istilah ini diambil dari akar kata

bahasa Sanskerta, ranj, yang berarti mewarnai dengan emosi. Selanjutnya istilah itu

mempengaruhi keadaan dalam mewujudkan nada-nada yang sebenarnya. Karena itu,

aspek-aspek ekstramusikal menjadi penting untuk beberapa ahli musik dalam

mempertunjukan raga.

Selanjutnya dimensi waktu dalam musik India disebut dengan tala.

Biasanya berkait erat dengan siklus birama. Hal ini dapat dikatakan siklus sebab

karakteristik dasarnya adalahh terus menerus memunculkan garapan waktu. Tempo

atau laya musik India dapat dibentuk dari yang sangat cepat (druta), sampai yang

sedang (madhya), dan yang lambat (vilambita). Pada sistem tala ini, kelompok-

kelompok ritmik disebut dengan anga yang dapat dikategorikan kepada tiga tipe.

Yang pertama adalah anudruta, yang biasanya hanya terdiri dari satu ketukan. Kedua

druta yang terdiri dari dua ketukan. Yang ketiga adalah laghu, yang terdiri dari salah

Page 84: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

69

satu ketukan ini yaitu 3, 4, 5, 7u, atau 9 ketukan. Dalam konteks Kirtan maka

ketukan dasarnya adalah empat.

Dimensi ruang yang disebut raga dan dimensi waktu yang disebut tala atau

taal itu, menjadi dasar dalam penggarapan melodi dan ritme Kirtan yang disajikan

oleh pembawa Kirtan, pemain harmonium, dan tabla. walaupun ketika penulis tanya

apakah mereka menerapkan dan memahami tala dan raga mereka dengan jelas

menyebutkan tidak begitu paham, mereka hanya sesuai dengan perasaan saja dalam

menyajikannya. Namun demikian, ketika mereka ditanya apakah rasa musikal

tersebut berakar dari tradisi musik klasik India, mereka membenarkannya. Inilah

fenomena yang terjadi dalam pertunjukan Kirtan di Kota Medan.

5.2 Teknik Transkripsi

Untuk menganalisis melodi Kirtan, penulis akan menggunakan teknik

transkripsi notasi deskriptif. Lagu yang akan dianalisa diambil dari kitab Amrit

Kirtan hal 363 yang ditulis oleh Guru Nanak.

Penulis terlebih dahulu merekam video Kirtan tersebut dengan menggunakan

Camera Sony T Vario dan merekam suaranya dengan menggunakan MP4 Advance.

Setelah itu penulis meminta Pendeta tersebut untuk menuliskan teks Kirtan-nya

beserta dengan artinya dalam bahasa Indonesia.

Page 85: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

70

5.2.1 Simbol dalam Notasi

Dalam transkripsi Kirtan ada beberapa simbol notasi Barat yang digunakan,

yaitu:

1. = Merupakan garis paranada yang memiliki lima buah

garis paranada dan empat buah spasi dengan tanda kunci

B.

2. = Merupakan birama 4/4 dalam kunci B.

3. = Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi

satu ketuk.

4. = Merupakan sebuah tanda diam 1/8 dan not 1/8

digabung menjadi satu ketuk.

5. = Merupakan sebuah not 1/8 dan dua buah not 1/16

digabung menjadi satu ketuk.

6. = Merupakan tanda mol (flat) yang berarti nada yang

diturunkan ½ dari nada sebelumnya.

7. = Merupakan tanda kres (sharp) yang berarti nada yang

dinaikkan ½ dari nada sebelumnya.

8. = Merupakan tanda pugar (natural) yang berfungi untuk

mengembalikan atau menaturalkan nada yang dinaikkan

atau diturunkan ½ dari nada sebelumnya.

Page 86: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

71

Simbol-simbol di atas merupakan simbol-simbol yang terdapat dalam

lampiran partitur yang perlu diketahui agar pembaca memahami makna-maknanya.

Ini penting untuk menjelaskan apa yang dimaksud dalam notasi. Dari cara bekerja

transkripsi seperti diurai di atas, maka hasilnya adalah seperti di bawah ini.

Page 87: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

72

Page 88: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

73

5.3 Analisis Melodi

Dalam menganalisis Kirtan, penulis berpedoman kepada teori yang

dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted scale dan

hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga

nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada

(frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7)

formula melodik (melody formula), dan (8) kontur (contour) (Malm dalam

terjemahan Takari 1993: 13).

5.3.1 Tangga Nada (Scale)

Dalam mendeskripsikan tangga nada, penulis akan mengurutkan nada-nada

yang terdapat dalam Kirta tersebut yang dimulai dari nada terendah sampai nada

yang tertinggi. Penulis mengurutkan nada-nada pada Amrit Kirtan hal 363 dan

memperoleh bahwa terdapat 10 nada dengan nada terendah adalah D dan nada

tertinggi adalah Dis pada oktaf yang berikutnya.

Melihat struktur tangga nada yang digunakan maka dapat dikelompokkan ke

dalam jenis tangga nada mikrotonal, yaitu tangga nada yang cenderung

menggunakan nada-nada berinterval kecil. Dalam hal ini interval tersebut adalah

setengah laras atau 100 sent. Tangga nada ini sebenarnya kalau diperhatikan secara

seksama masih berakar dari tradisi raga yang ada di India, terutama dalam musik

Punjabi.

Selengkapnya deretan nada yang digunakan dalam melodi Kirtan ini adalah

sebagai berikut bersama dengan komposisi laras yang digunakannya.

Page 89: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

74

d dis f fis g gis a c cis dis

½ ½ ½ ½ ½ ½ 1 ½ ½ 1 laras

100 100 100 100 100 100 300 100 200 cent

5.3.2 Nada Dasar (Pitch Center)

Dalam menentukan nada dasar nyanyian ini, penulis beracuan pada hasil

rekaman video maupun audio yang penulis dapatkan saat pelaksaan upacara yang

telah ditranskripsikan ke dalam notasi Barat. Maka hasil yang didapatkan adalah Gis,

dengan tangga nada yang menyerupai minor, tetapi berpola raga India.

5.3.3 Wilayah Nada (Range)

Wilayah nada adalah jarak antara nada yang terendah dengan nada yang

tertinggi. Wilayah nada pada Amrit Kirtan halaman 363 adalah:

d dis

12 ½ laras

1300 cent

Dari notasi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wilayah nada atau yang

lazim disebut range dan ambitus melodi Kirtan ini adalah sebesar 12 ½ laras atau

sebanding dengan 1300 cent.

Page 90: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

75

5.3.4 Jumlah Nada (Frequency of Note)

Jumlah nada adalah banyaknya nada yang dipakai dalam suatu musik atau

nyanyian. Terdapat 41 nada D, 60 nada Dis, 163 nada F, 93 nada Fis, 54 nada G, 178

nada Gis, 117 nada Ais, 92 nada C’, 76 nada Cis’ dan 24 nada Dis’ pada Amrit

Kirtan Halaman 363. Selengkapnya lihat gambar di bawah ini.

Nada yang paling sering muncul adalah nada Gis, disusul nada F dan A. Nada-nada

lain muncul berkisar antara 41 sampai 93. Sementara nada yang paling sedikit

muncul adalah nada Dis. Dengan demikian, kemunculan yang paling banyak nada

Gis ini mengindikasikan nada tersebut sebagai pusat tonalitasnya.

5.3.5 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari

interval naik maupun turun. Berikut adalah interval dari Amrit Kirtan halaman 363:

Page 91: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

76

Tabel 5.1:

Interval Amrit Kirtan halaman 363

Interval Posisi Jumlah Total 1P - 160 160

1Aug ↑ 94 224 ↓ 130

2m ↑ 12 49 ↓ 37

2M ↑ 93 199 ↓ 106

3dim ↑ 72 189 ↓ 117

3m ↑ 17 17 ↓ -

Dari tabel di atas dapat diketahui interval yang paling sering muncul adalah

interval Prime Murni (1P), yang muncul sebanyak 124 kali, interval 1Aug sebanyak

217 kali baik yang naik maupun turun, interval 2m sebanyak 49 kali, interval 2M

sebanyak 199 kali, interval 3dim sebanyak 186 kali. Interval yang jarang digunakan

adalah interval 3m dengan jumlah penggunaan sebanyak 4 kali.

Dari analisis interval Amrit Kirtan halaman 363 ini dapat dilihat bahwa

interval 1P, 1 Aug, 2M, dan 3dim memiliki peranan yang penting dalam membentuk

melodi Amrit Kirtan halaman 363.

5.3.6 Pola Kadensa (Cadence Patterns)

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi sebagai penutup pada

akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi

tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut. Terdapat 3 pola

Page 92: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

77

Kadensa pada Amrit Kirtan halaman 363, dimana terdapat 2 pola pada akhir melodi

dan 1 pola pada pertengahan melodi

5.3.6.1 Pola yang Terdapat di Akhir Melodi

5.3.6.2 Pola yang Terdapat di Pertengahan Melodi

5.4 Formula Melodik (Melody Formula)

Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk, frasa dan

motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola

melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Dan motif adalah ide melodi

sebagai dasar pembentukkan melodi.

William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam

menganalisis bentuk, yaitu:

1. Repetitive yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan

nyanyian.

Page 93: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

78

3. Stropic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan

pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan

materi melodi yang selalu baru.

Melihat kepada apa yang dikemukakan Malm mengenai bentuk nyanyian,

maka penulis mengambil kesimpulan bahwa melodi Repetitive pada melodi Amrit

Kirtan halaman 363.

Melodi Amrit Kirtan dalam tulisan ini memiliki meter 4/4. Untuk itu penulis

berpedoman dengan pendapat Nettle yang mengungkapkan: dalam menentukan

bentuk dari suatu komposisi yang harus diperhatikan adalah pengulangan frasa, tanda

diam, pola ritem, transposisi dan kesatuan teks yang terdapat dalam musik vokal

(Nettl dalam Irawan Zulhidayat 1997:76).

5.4.1 Analisis Bentuk, Frasa dan Motif pada Kirtan

1. Terdapat 8 bentuk pada Amrit Kirtan halaman 363 yang terdiri dari bentuk A,

B, C, D, sampai I. Bentuk Pada Kirtan terdapat 18 frasa. Bentuk tersebut

adalah

Bentuk A

Bentuk B

Page 94: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

79

Bentuk C

Bentuk D

Bentuk E

Bentuk F

Bentuk G

Bentuk H

2. Motif yang terdapat di dalam pujian ini:

Page 95: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

80

4.4.2. Kontur (Contour)

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam Irawan 1997:

85) membedakan beberapa jenis kontur, yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada

yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada

yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada

yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada

yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada

ke nada yang lain baik naik maupun turun.

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang

lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih

rendah ke nada yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada

yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun

minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai

batas-batasan.

Page 96: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

81

Garis kontur yang terdapat pada melodi Amrit Kirtan halaman 363 pada

umumnya adalah ascending, descending, conjuct dan juga static. Untuk lebih

jelasnya lihat gambar di bawah ini:

5.5 Analisis Siklus Ayat-ayat Amrit Kirtan Halaman 363

Di bawah ini merupakan hasil analisis ayat-ayat Amrit Kirtan halaman 363

berdasarkan urutan dinyanyikan dan beberapa kali dinyanyikan.

Ayat 5: dinyanyikan secara lengkap 2 kali dan separuh bagian pertama dan

kedua 4 kali

“Amret Namo Parmeser tera Jo Simereh So Jiwe” Separuh bagian pertama Separuh bagian kedua Lengkap

Ayat 6: dinyanyikan secara separuh bagian pertama 4 kali dan separuih

bagian kedua 2 kali

Page 97: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

82

“Jes Nu Kerim Perapete Huwe So Jan Nermei Tiwe” Separuh bagian pertama Separuh bagian kedua Ayat 5: dinyanyikan secara lengkap 2 kali

Diselingi musik saja 16 bar

Ayat 1: dinyanyikan secara separuh bagian pertama 2 kali dan separuh bagian

kedua dua kali.

“Par Berm Haa Shai Kha Kirtin Suke Dahi” Separuh bagian pertama Separuh bagian kedua Diselingi musik saja 4 bar.

Ayat 2: dinyanyikan secara separuh bagian pertama 2 kali dan separuh

bagian kedua 4 kali

“Gur Pure Ki Bani Jap Anande Keroh Nit Parni” Separuh bagain pertama Separuh bagian kedua Ayat 5 dinyanyikan secara lengkap 2 kali.

Diselingi musik saja 7 bar.

Ayat 3 dinyanyikan secara lengkap 1 kali dan separuh bagian kedua 3 kali.

“Har Saca Simeroh Pal” Separuh bagian kedua Lengkap

Diselingi kadensa “Waheguru” 4 kali

“Waheguru, Waheguru, Waheguru Ji, Waheguru.”

Ayat 5: dinyanyikan secara lengkap 1 kali dan separuh bagian kedua 1 kali.

Page 98: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

83

Ayat 4: dinyanyikan secara separuh bagian pertama 2 kali dan separuh bagian

kedua 4 kali.

“Sadeh Sangh Seda Sok Paiyeh Her Biser Na Kabehu Jath” Separuh bagian pertama Separuh bagian kedua Ayat 5: dinyanyikan secara lengkap 2 kali

Diselingi musik saja 13 bar.

Ayat 7: dinyanyikan secara separuh bagian pertama 4 kali dan separuh bagian

kedua 4 kali.

“Begen Benasen Sabe Doke Nasen Gor Cereni Mano Laga” Separuh bagian pertama Separuh bagian kedua Diselingi musik saja 4 bar.

Ayat 8: dinyanyikan secara separuh bagian pertama dua kali dan separuh

bagian kedua 4 kali.

“Gone Gawte Acote Abe Nasi Ane Deno Her Range Jaga”

Separuh bagian pertama Separuh bagian kedua Ayat 5: dinyanyikan secara separuh bagian pertama 4 kali dan separuh bagian

kedua 4 kali.

“Mou Iceh Sehi Pele Pae Her Ke Ketah Suheli” Separuh bagian pertama Separuh bagian kedua Ayat 10: dinyanyikan secara separuh bagian pertama 2 kali dan separuh

bagian kedua 4 kali.

“Ade Ant Nide Nanek Koh So Prbe Howa Beli” Separuh bagian pertama Separuh bagian kedua

Page 99: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

84

Ayat 5: dinyanyikan secara separuh bagian pertma 3 kali, separuh bagian

kedua 7 kali dan secara lengkap 2 kali.

Kirtan diakhiri dengan ucapan seluruh peserta ibadah “Waheguru Ji Ka

Khalsa, Waheguru Ji Ki Fateh.”

Page 100: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

85

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Sikh merupakan agama termuda ke 5 terbesar di dunia. Perkembangannya

sangat pesat yang dimulai dari Amritsar India ke seluruh dunia dan juga Indonesia.

Masuk ke Indonesia melalui pedagang dan juga prajurit yang dibawa oleh tentara

Inggris pada awal abad 19. Di Indonesia Sikh belum menjadi agama resmi, mereka

hanya diakui sebagai suatu kepercayaan dan berada di bawah naungan Parisada

Hindu Dharma Indonesia.

Masyarakat Sikh tersebut membawa serta ajaran agama dan kebudayaan

mereka, dan salah satunya adalah Kirtan. Kirtan merupakan nyanyian yang diiringi

instrumen musik India yang isinya merupakan pujian kepada Tuhan dan riwayat para

Guru pembawa ajaran mereka. Kirtan dinyanyikan pada waktu-waktu tertentu dan

merupakan kegiatan ritual rutin Masyarakat Sikh. Saat mereka mengadakan acara

pernikahan, kematian ataupun syukuran, Kirtan merupakan hal wajib yang akan

dilaksanakan dalam acara tersebut.

Sama seperti agama-agama atau kepercayaan yang lain, Sikh juga melakukan

ritual rutin setiap minggunya yang diadakan pada hari minggu dan disini juga Kirtan

dinyanyikan oleh Pendeta, pemain musik dan masyarakat yang hadir. Ibadah

berlangsung di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia yang dimulai sejak jam 09.00 WIB

sampai jam 13.00 WIB.

Lirik-lirik Kirtan berasal dari Guru Granth Sahib; kitab suci Sikh dan

diturunkan ke buku Amrit Kirtan sedangkan melodi atau musiknya berdasarkan

perasaan atau pembawaan oleh pemain musik tersebut dan disesuaikan juga pada

Page 101: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

86

konteks acara yang sedang berlangsung. Kirtan yang diteliti Penulis diambil dari

buku Amrit Kirtan hal 363 yang ditulis oleh Guru Nanak. Teksnya berisi tentang

puji-pujian kepada Tuhan.

Kirtan yang dibahas dalam tulisan ini terdiri dari 10 ayat. Bentuk atau pola

nyanyiannya adalah stropic atau gaya nyanyian yang diulang dengan teks yang baru

atau berbeda. Dengan kata lain, pembacaan Kitab ini adalah nyanyian yang lebih

mementingkan kata-kata daripada melodi atau disebut dengan logogenic. Gaya

musik vokal yang dipakai dalam pujian ini adalah melismatis dan juga sillabis.

Melismatis adalah apabila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada.

Sedangkan silabis adalah apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku

kata.

6.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat tulisan ini.

Untuk itu, bagi para peneliti selanjutnya diharapkan untuk semakin

menyempurnakannya.

Bagi para peneliti selanjutnya, peneliti juga berharap supaya mengkaji

kegiatan-kegiatan ritual, musik dan kebudayaan oleh suku Punjabi atau agama Sikh

ini. Karena dalam bidang ilmu etnomusikologi masih sangat sedikit yang membahas

tentang kebudayaan dari masyarakat ini.

Bagi pemilik kebudayaan ini yaitu masyarakat Sikh, penulis berharap dapat

memberikan pengetahuan tentang eksistensi atau keberadaan budayanya. Dan penulis

berharap supaya masyarakat Sikh tetap mempertahankan dan meningkatkan kesatuan

komunitas dengan menjalankan kebudayaan-kebudayaan yang ada pada masyarakat

itu sendiri.

Page 102: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

87

Demikian saya menyelesaikan tulisan ini, semoga dapat bermanfaat dan

memberikan kontribusi yang positif terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan

terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan bidang etnomusikologi secara khusus.

Page 103: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

88

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. Hornby, A. S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English sixth

edition. New York: Oxford University Press. Hutabarat, Andro Mahardika. 2012. Studi Analisis Melodis Harmonium dan Pola

Ritem Tabla Dalam Mengiringi Ibadah Sikh Di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan. Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Kaur, Semanpreet. 2012. Kelas Sosial dan Ilmu Sosial pada Interaksi Agama Sikh di

Medan. Skripsi Sarjana Departemen Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Kerlinger, Fred N., 2010. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.

Gramedia, Indonesia. Lubis, Zulkifli. 2005. Kajian Awal Tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Kota

Medan-Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI Volume 1 Nomor 3. Medan: USU.

Malau, Liat Roy P., Kajian Musikal dan Tekstual Pembacaan Sutra Amitabha pada

Upacara Uposatha Masyarakat Buddha Mahayana di Vihara Borobudur Medan Sumatera Utara. Medan: USU.

Malm, William P. 1977. Music Culture of the Pasific, the Near East, and Asia

(terjemahan M. Takari). Medan. Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Manurung, Eva Yanthi. 2010. Samelan. Medan: USU. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sandhu, K.S. dan A. Mani (ed.), 1979. Indian Communities in Southeast Asia. Times

Academic Press. Sartnini, Ni Wayan, 2011. Tinjauan Teoretik tentang Semiotika. Tesis Jurusan sastra

Indonesia, Fakultas sastra, Universitas Airlangga.

Page 104: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

89

Simanjuntak, Rina. 2011. Studi Analisis Musikal dan Tekstual Pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji pada Upacara Pahila Parkas Dihara Masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Kota Tebing Tinggi. Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Silaban, Eben Ezer. 2009. Studi Deskriptif Upacara Sacapme dan Penggunaan

Musik pada Sembahyang Malam Tahun Baru Gong Xi Fat Cai di Vihara Pekong Kelurahan Polonia dalam Budaya Masyarakat Tionghoa Agama Budha di Medan. Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Sinar, Tengku Luckman. 1991. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: Lembaga

Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu. Singh, Justice Choor. ----. Sikhism. Singapore: Ludwinia Printer Pte Ltd. Sitorus, M. 2003. Berkenalan dengan Sosiologi jilid 2. Jakarta: Erlangga. Supanggah, Rahayu. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya,

Indonesia. Veneta, 1998. Toko Sport Orang Punjabi: Suatu Studi Antropologi tentang Budaya

Korporasi Bisnis, Perdagangan Alat-alat Olahraga di Medan. Skripsi Sarjana Departemen Antropologi FISIPOL USU.

Internet: www.google.com www.wikipedia.com www.usu.ac.id http://religion.wikia.com/wiki/Kirtan http://komunitasrelijius.multiply.com (diunduh 5/4/2012)

Page 105: KIRTAN PADA IBADAH MINGGUAN … Granth Sahib. Isinya secara umum adalah puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Waheguru. (b) Struktur melodinya secara umum adalah

90

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Raj Bir

Umur : 47 tahun

Alamat : Jalan Polonia Medan

Pekerjaan : Pemusik dan Guru

2. Nama : Dul Singh

Umur : 43 tahun

Alamat : Medan

Pekerjaan : Pemusik

3. Nama : Maninder Singh

Umur : 19 Tahun

Alamat : India

Pekerjaan : Peendeta

4. Nama : Balwant Singh

Umur : 25 Tahun

Alamat : India

Pekerjaan : Pendeta