bab ii studi pustakaeprints.undip.ac.id/34146/5/1619_chapter_ii.pdf · 2013. 3. 17. · bab ii...

16
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Jembatan secara umum didefinisikan sebagai struktur bangunan yang menghubungkan rute/lintasan transportasi yang melintasi sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan raya, kereta api, atau perlintasan lainnya. Secara garis besar konstruksi, jembatan terdiri dari 2 komponen utama yaitu bangunan atas (upper structure) dan bangunan bawah (sub structure). Bangunan atas merupakan bagian jembatan yang menerima langsung beban dari orang dan kendaraan yang melewatinya, meliputi: lantai jembatan, gelagar/ rangka jembatan, gelagar memanjang, gelagar melintang, diafragma, dll. Sedangkan bangunan bawah merupakan bagian yang menerima beban dari bangunan atas, meliputi: abutment/pangkal jembatan, pilar jembatan dan pondasi. Bentuk jembatan diawali dengan bentuk yang sederhana yaitu berupa batangan kayu atau batuan. Semakin lama bentuknya semakin bervariasi sesuai dengan kebutuhan manusia. Beberapa elemen ditambahkan pada jembatan untuk mempertinggi kekuatan dan keindahan dari bentuk jembatan itu sendiri. Contoh: penggunaan pelengkung pada jembatan yang memiliki kemampuan sangat tinggi terhadap respon momen lengkung selain menambah nilai seni dari jembatan juga berfungsi sebagai pemikul beban lalu lintas. Peningkatan kekuatan dan keindahan jembatan dapat dilakukan dengan pemilihan bahan yang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Bahan-bahan yang digunakan dalam perencanaan jembatan antara lain pasangan batu bata, kayu, beton, baja, dan komposit. Baja dan beton adalah jenis bahan yang banyak digunakan untuk jembatan-jembatan yang ada saat ini. Kondisi tanah setempat juga menjadi faktor pendukung kekuatan suatu jembatan. Semua beban yang ada pada jembatan pada akhirnya akan disalurkan ke tanah. Tanah yang keras akan lebih baik menahan beban dibandingkan tanah yang lunak. Pemilihan bahan untuk jembatan tergantung dari jenis tanah dan bentang II- 1 This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation: ( http://eprints.undip.ac.id )

Upload: others

Post on 25-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    STUDI PUSTAKA

    2.1. TINJAUAN UMUM

    Jembatan secara umum didefinisikan sebagai struktur bangunan yang

    menghubungkan rute/lintasan transportasi yang melintasi sungai, rawa, danau,

    selat, saluran, jalan raya, kereta api, atau perlintasan lainnya. Secara garis besar

    konstruksi, jembatan terdiri dari 2 komponen utama yaitu bangunan atas (upper

    structure) dan bangunan bawah (sub structure). Bangunan atas merupakan bagian

    jembatan yang menerima langsung beban dari orang dan kendaraan yang

    melewatinya, meliputi: lantai jembatan, gelagar/ rangka jembatan, gelagar

    memanjang, gelagar melintang, diafragma, dll. Sedangkan bangunan bawah

    merupakan bagian yang menerima beban dari bangunan atas, meliputi:

    abutment/pangkal jembatan, pilar jembatan dan pondasi.

    Bentuk jembatan diawali dengan bentuk yang sederhana yaitu berupa

    batangan kayu atau batuan. Semakin lama bentuknya semakin bervariasi sesuai

    dengan kebutuhan manusia. Beberapa elemen ditambahkan pada jembatan untuk

    mempertinggi kekuatan dan keindahan dari bentuk jembatan itu sendiri. Contoh:

    penggunaan pelengkung pada jembatan yang memiliki kemampuan sangat tinggi

    terhadap respon momen lengkung selain menambah nilai seni dari jembatan juga

    berfungsi sebagai pemikul beban lalu lintas.

    Peningkatan kekuatan dan keindahan jembatan dapat dilakukan dengan

    pemilihan bahan yang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Bahan-bahan yang

    digunakan dalam perencanaan jembatan antara lain pasangan batu bata, kayu,

    beton, baja, dan komposit. Baja dan beton adalah jenis bahan yang banyak

    digunakan untuk jembatan-jembatan yang ada saat ini.

    Kondisi tanah setempat juga menjadi faktor pendukung kekuatan suatu

    jembatan. Semua beban yang ada pada jembatan pada akhirnya akan disalurkan ke

    tanah. Tanah yang keras akan lebih baik menahan beban dibandingkan tanah yang

    lunak. Pemilihan bahan untuk jembatan tergantung dari jenis tanah dan bentang

    II- 1

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • yang ada. Semakin lunak tanah maka semakin kuat bahan yang digunakan untuk

    menahan beban-beban pada jembatan.

    Proses perencanaan jembatan yang terstruktur sistematis sangat diperlukan

    untuk menghasilkan produk perencanaan yang efektif dan efisien, untuk itu

    diperlukan dasar-dasar perencanaan jembatan (JICA-1997), antara lain:

    Lokasi dan Alinyemen

    Berbagai syarat dan faktor eksternal

    Stabilitas Struktur dan Pertimbangan Ekonomi

    Pertimbangan Pelaksanaan dan Pemeliharaan

    Standarisasi

    Stabilitas Pelayanan dan Kenyamanan

    Keindahan (estetika)

    Dalam merencanakan suatu jembatan, ada beberapa aspek yang perlu

    ditinjau dan nantinya akan berpengaruh dalam perencanaan jembatan, diantaranya

    yaitu :

    Aspek Topografi,

    Aspek Kondisi Tanah,

    Aspek Hidrologi,

    Aspek Lalu Lintas,

    Aspek Konstruksi Jembatan, dan

    atan ditentukan berdasarkan trase rencana jalan

    yang tergantung dari spesifikasi sebagai berikut :

    Aspek pendukung lainnya

    Penentuan lokasi jemb

    Kondisi topografi merupakan faktor penentu dalam pemilihan konstruksi yang

    tepat untuk dilaksanakan.

    patkan pada daerah lengkung cembung, Posisi jembatan sebaiknya ditem

    karena apabila ditempatkan pada daerah lengkung cekung akan menimbulkan

    beban impact tambahan.

    an tegak lurus terhadap as sungai. Posisi jembatan diusahak

    Mempunyai kelayakan ekonomi, sehingga berhasil memberikan tingkat

    pelayanan dan kenyamanan yang cukup

    II- 2

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • 2.2. ASPEK LALU LINTAS

    Persyaratan transportasi meliputi ke laancaran arus lalu lintas kendaraan

    ) yang melintasi jembatan tersebut. Perencanaan

    n manual

    hitungan sederhana yaitu

    ua kendaraan yang lewat yang kemudian ditulis

    2.

    ntas dinyatakan dalam lalu lintas harian rata-rata

    Jenis k

    dan pejalan kaki ( pedestrian

    lebar optimum jembatan sangat penting agar didapatkan tingkat pelayanan lalu

    lintas yang maksimum. Oleh karena itu ketepatan dalam penentuan tipe jembatan

    sangat diperlukan.

    Ada 2 cara mengenali aspek lalu lintas, yaitu :

    1. Penghitunga

    Penghitungan manual adalah metode peng

    dengan mencatat sem

    dalam formulir yang telah disiapkan.

    Penghitungan mekanik

    Penghitungan mekanik adalah suatu acra penghitungan dengan suatu unit

    mekanik, volume lalu li

    dalam satuan kendaraan maupun dalam satuan mobil penumpang (smp)

    yang kemudian dikalikan dengan suatu bilangan ekivalen.

    endaraan dikelompokkan menjadi :

    Sepeda motor

    Mobil, mencakup sedan, kendaraan komersial kecil dan semua

    empat dengan berat kososng sampai dengan 1,5 ton. kendaraan roda

    Pick up, mobil hantaran, bis ukuran kecil dan truk ringan.

    us

    2.2.1. Klas

    Jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penempatannya berdasarkan pada

    alam “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan

    Heavy Good Vehicle (HGV), kendaraan barang berat yaitu trailer, b

    panjang dan kendaraan dengan roda enam atau lebih.

    ifikasi Kelas Jalan

    fungsi dan volume lalu lintas. D

    Antar Kota Tahun 1997”, klasifikasi dan fungsi jalan dibedakan seperti dalam

    tabel di bawah ini :

    II- 3

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan

    FU an Rata-rata

    (SMP)

    NGSI KELAS Lalin Hari

    Utama I > 20000

    Sekunder II A

    II B

    6000-20000

    1500-8000

    II C < 2000

    Penghubung III -

    2.3. ASPEK HI

    alam perencanaan suatu jembatan, tinjauan hidrologi memegang peranan

    kaitan dengan dimensi penampang sungai untuk

    enent

    .

    Me

    DROLOGI

    D

    penting, terutama yang ber

    m ukan panjang bentang suatu jembatan.

    Selain itu drainase merupakan bagian penting sebagai saluran tempat

    pengaliran air di konstruksi jalan dan jembatan

    ncari besarnya curah hujan untuk periode ulang tertentu dengan rumus

    Gumbel:

    XTr = X−

    + SxKr ×

    Dimana :

    uk periode ulang tertentu (mm) XTr = besarnya curah hujan unt

    X−

    = curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan (mm)

    Kr = 59,245,01ln78,0 =−⎭⎬

    ⎩⎨ ⎥

    ⎦⎢⎣

    ⎟⎠

    ⎜⎝−−

    Tr 1

    ⎫⎧ ⎤⎡ ⎞⎛

    Mencari deb

    debit 3/ dt)

    as daerah pengaliran (km2)

    Sx = standart deviasi

    it banjir

    Q = C x I x A

    Dimana :

    Q = pengaliran (m

    A = lu

    II- 4

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • C = koefisien run off

    I = intensitas hujan (mm/ jam)

    Me tuka rusan :

    d

    al dari muka air banjir maximum

    ebit banjir maximum (m3/ dt)

    2.4 AS P

    Aspek tanah sangat menentukan terutama dalam hal penentuan daya

    n jembatan. Untuk mengetahui kondisi

    sifat-sifat fisik dan

    ang diperkirakan memenuhi syarat pada kedalaman

    2.

    yang dilaksanakan di laboratorium meliputi penyelidikan sifat

    k serta penggambaran grafis conus resistance,

    2.4.1. Penyelidikan Tanah untuk Pondasi

    alam perencanaan pondasi besaran tanh yang harus diperhitungkan

    anah keras. DDT yang telah dihitung

    nen n kedalaman pengge

    = 0,473*(Q/ f)0,333

    Dimana :

    d = kedalaman gerusan norm

    Q = d

    F = Luas penampang basah (m2)

    V = Kecepatan pengaliran (m/ dt)

    PEK ENYELIDIKAN TANAH

    dukung tanah untuk perencanaan jalan da

    tanah perlu dilakukan penyelidikan tanah.

    Pelaksanaan pekerjaan penyelidikan tanah meliputi :

    1. Pekerjaan lapangan

    Pekerjaan pengeboran dilakukan untuk mengetahui

    sifat-sifat mekanis.

    Pekerjaan sondir dilakukan untk mendapatkan nilai daya dukung tanah

    bearing capacity y

    tertentu.

    Pekerjaan laboratorium

    Pekerjaan

    fisik tanah dan sifat mekani

    local friction, dan total friction.

    D

    adalah daya dukung tanah dan letak lapisan t

    harus lebih besar dari beban ultimate yang telah dihitung terhadap faktor

    keamanan.

    II- 5

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • 2.4.2. Penyelidikan Tanah untuk Abutment

    Data tanah yang dibutuhkan berupa sudut geser, kohesi dan berat jenis

    kung tanah yang merupakan reaksi

    Penentuan tipe jembatan yang akan digunakan didasarkan pada berbagai

    teknologi, kemudahan pelaksanaan,

    batan Karang Ploso Batu

    n menggunakan aturan yang terdapat pada Bridge

    tanah yang bekerja pada abutment dan daya du

    tanah dalam penyaluran beban dari abutment.

    2.5 ASPEK KONSTRUKSI JEMBATAN

    pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomi,

    waktu pelaksanaan, keawetan konstruksi dan estetika.

    2.5.1. Pembebanan Struktur

    Beban-beban yang bekerja pada struktur Jem

    Malang ini direncanakan denga

    Management System (BMS – 1992) yaitu:

    2.5.1.1. Beban Permanen

    Berat sendiri

    Berat nominal dan nilai terfaktor dari berbagai bahan dapat diambil dari

    tabel r

    batan Nominal S.L.S Biasa U.L.S

    Berat Sendiri

    Terkurangi U.L.S

    be ikut ini :

    Tabel 2.2 Berat Bahan Nominal dan U.L.S

    Berat Sendiri Berat Sendiri

    Bahan Jem

    kN/ m3 kN/ m3 kN/ m3

    Beton Massa 24 31,2 18

    Beton Bertulang 25 32,5 18,80

    Beton Bertulang 21,30

    Pratekan

    (pracetak)

    25 30

    Baja 77 84,7 69,30

    Kayu, Kayu lunak 7,8 10,9 5,50

    Kayu, Kayu keras 11 15,4 7,7

    Sumber : BMS – 1992

    II- 6

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • Beban mati tambah

    ti tambahan adalah berat sem emen tidak structural yang

    aan khusus

    minal 22 kN/ m3).

    n pengahalng beton

    gap

    an

    Beban ma ua el

    dapat bervariasi selama umur jembatan seperti :

    Peralatan permuk

    Pelapisan ulang dianggap sebesar 50 mm aspal beton (hanya

    digunakan dalam kasus menyimpang dan no

    Sandaran, pagar pengaman da

    Tanda-tanda

    Perlengkapan umum seperti pipa air dan penyaluran (diang

    kosong atau penuh)

    komponen tertahan. Pada ULS penyebab gaya-gaya tersebut umumnya

    etakan beton dan baja leleh. Untuk alasan ini beban

    Susut dan rangkak

    Susut dan rangkak menyebabkan momen, geser dan reaksi ke dalam

    diperkecil dengan r

    faktor ULS yang digunakan 1,0. Pengaruh tersebut dapat diabaikan pada

    ULS sebagai bentuk sendi plastis. Bagaimanapun pengaruh tersebut

    seharusnya dipertimbangkan pada SLS.

    tidak tertentu, untuk penentuan

    i pratekan dalam struktur tidak tertentu adalah cara

    Pengaruh pratekan

    Selain dari pengaruh primer, pratekan menyebabkan penagruh sekunder

    dalam komponen tertahan dan struktur

    pengaruh penuh dar

    beban ekivalen padamana gaya tambahan pada beton akibat kabel

    pratekan dipertimbangkan sebagai beban luar.

    Tekanan tanah

    Keadaan aktif

    ⎟⎞

    ⎜⎛ −××−⎟

    ⎞⎜⎛ −××= 45tan245tan2 φφγσ oCz

    ⎠⎝⎠⎝ 22

    Keadaan pasif

    ⎟⎠⎞

    ⎜⎝⎛ +××+⎟

    ⎠⎞

    ⎜⎝⎛ +××=

    245tan2

    245tan2 φφγσ oCz

    II- 7

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • 2.5.1.2. Beban Lalu Lintas

    - Aksi kendaraan

    mempunayi 3 komponen :

    -

    k rencana jembatan jalan raya terdiri dari

    pembebanan truk “T”. Pembebanan lajur “D”

    ng paad lebar penuh dari jalan kendaraan jembatan

    Beban kendaraan rencana

    Beban kendaraan

    1.Komponen vertikal

    2.Komponen rem

    3.Komponen sentrifugal

    Jenis kendaraan

    Beban lalu lintas utu

    pembeban lajur “D” dan

    ditempat melinta

    dan menghasilkan pengaruh pada jembatan yang ekivalen dengan

    rangkaian kendaraan sebenarnya, jumlah total pembebanan lajur “D”

    yang ditempatkan tergantung pada lebar jalan kendaraan jembatan.

    Pembebanan truk “T’ adalah berat kendaraan, berat tunggal dengan 3

    gandar yang ditempat dalam kedudukan sembarang pada lajur lalu

    lintas rencana. Tiap gandar terdiri dari 2 pembeban bidang kontak

    yang dimaksud agar mewakili pengaruh moda kendaraan berat. Hanya

    1 truk “T’ boleh ditempatkan perlajur lalu lintas rencana.

    B

    B

    a anjang yang

    ni total (L) sebagai berikut :

    kPa

    b. B am panjang terputus agar terjadi

    alam hal ini L adalah jumlah dari panjang

    ut.

    eban D

    eban D terdiri dari :

    . Beban terbagi rata (UDL) dengan q tergantung pada p

    dibeba

    L ≤ 30 m ; q = 8.0

    L > 30 m ; q = 8.0 (0.5 + 15/L) kPa

    eban UDL boleh ditempatkan dal

    pengaruh maksimum. D

    masing-masing beban terputus terseb

    c. Beban garis (KEL) sebesar P kN/m, ditempatkan dalam kedudukan

    sembarang sepanjang jembatan dan tegak lurus pada arah lalu lintas.

    P = 44,0 kN/m

    II- 8

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • Pada bentang menerus (KEL) ditempatkan dalam kedudukan lateral

    sama yaitu tegak lurus arah lalu lintas pada 2 bentang agar momen

    enjadi maksimum. lentur negatif m

    Beb

    Han

    ren atan. Truk “T” harus ditempatkan

    alu lintas. Jumlah maksimum lajur lalu lintas diberikan

    Jenis Jem bar Jalan Kendaraan Jumlah Lajur Lalu Lintas

    an truk “T”

    ya satu truk yang harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu lintas

    cana untuk panjang penuh dari jemb

    di tengah lajur l

    dalam tabel berikut :

    Tabel 2.3 Jumlah Laljur Lalu Lintas Rencana

    batan Le

    Jembatan (m) Rencana

    5,5-8,25 2

    11,25-15,0 4

    Dua arah tanpa median

    5,0 4 11,25-1

    Sumber : BMS - 1992

    Faktor beban dinamik

    Faktor beban dinamik (D pada “KEL” lajur ” dan truk

    n dinamik adalah untuk S.L.S dan U.L.S dan

    Bentang

    LA) berlaku “D

    “T” untuk simulasi kejut dari kendaraan bergerak pada struktur

    jembatan. Faktor beba

    untuk semua bagian struktur sampai pondasi. Untuk truk “T” nilai DLA

    adalah 0,3, untuk “KEL” nilai DLA diberikan dalam tabel berikut :

    Tabel 2.4 Faktor Beban Dinamik untuk “KEL” Lajur “D”

    Ekivalen LE (m) DLA (untuk kedua keadaan batas)

    LE < 50 0,4

    50 < LE < 90 0,525-0,0025 LE

    LE > 90 0,3

    Sumber : BMS-1992

    II- 9

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • Catata

    .Untuk bentang menerus LE = L rata-rata x Lmaksimum

    n :

    1.Untuk bentang sederhana LE = panjang bentang actual

    2

    aya rem

    rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan sebagai

    r jembatan dan

    struktur yang

    G

    Pengaruh

    gaya memanjang. Gaya ini tidak tergantung paad leba

    diberikan dalam tabel 2.13 hal 2-BMS 1992 untuk panjang

    tertahan.

    n gelagar yang lagsung memikul pejalan kaki harus

    5kPa. Intensitas beban untuk elemen lain diberikan

    Beban pejalan kaki

    Intensitas beban pejalan kaki untuk jembatan jalan raya tergantung pada

    luas beban yang dipikul oleh unsur yang direncanakan. Bagaimanapun,

    lantai da

    direncanakan untuk

    dalam tabel 2.14 hal 2-BMS 1992.

    eban statis SLS sebesar 1000

    .

    2.5.1.3. B

    1

    .

    bil sebagai luas paad jembatan dalam elevasi

    daalm tabel 2.16 hal 2-22 BMS 1992.

    Beban tumbuk pada penyangga jembatan

    Penyangga jembatan dalam daerah lalu lintas harus direncanakan agar

    menahan tumbukan sesaat atau dilengkapi dengan penghalang pengaman

    yang khusus direncanakan.

    - tumbukan kendaraan diambil sebagai b

    kN pada 10˚ terhadap garis pusat jalan paad tinggi sebesar 1,8 m.

    - Pengaruh tumbukan kereta api dan kapal ditentukan oleh yang

    berwenang dengan relevan

    eban Lingkungan

    .Penurunan

    Jembatan direncanakan agar menampung perkiraan penurunan total

    dan diferensial sebagai S.L.S

    2.Gaya angin

    Luas ekivalen diam

    proyeksi tegak lurus yang dibatasi oleh unsur rangka terluar. Tekanan

    angin rencana (kPa) diberikan

    3.Gaya apung

    II- 10

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • Pengaruh gaya apung harus termasuk pada gaya aliran sungai kecuali

    diadakan ventilasi udara. Perhitungan berikut harus diperhitungkan

    bila pengaruh gaya apung diperkirakan :

    - Pengaruh gaya apung pada bangunan bawah dan beban mati

    4

    P dalam suhu jembatan menghasilkan perpanjangan

    t umumnya

    p oleh perletakan denagn gaya

    angunan bawah oleh bangunan atas

    5

    a jembatan diperhitungkan seniali

    ontal yang bekerja pada titik berat konstruksi /

    g ditinjau

    2.5.2. Struktur Atas

    Struktu ng berfungsi untuk

    menampung b an-be an alu lintas, orang atau kendaraan

    atau lainnya, ang h. Dalam

    n atas jembatan, untuk mengurangi kerumitan analisisnya,

    bangunan atas.

    - Pengadaan system pengikat jangkar untuk bangunan atas.

    - Pengadaan drainase dari sel dalam.

    .Gaya yang diakibatkan oleh suhu

    erubahan merata

    atau penyusutan seluruh panjang jembatan. Gerakan tersebu

    kecil di Indonesia, dan dapat disera

    cukup keci; yang disalurkan ke b

    dengan bentang 100 m atau kurang.

    .Gaya gempa

    Jembatan yang akan dibangundi daerah rawan gempa bumi harus

    direncanakan dengan memperhitungkan pengaruh gempa bumi

    tersebut. Pengaruh gempa bumi pad

    dengan pengaruh horiz

    bagian konstruksi yang ditinjau dalam arah yang paling berbahaya.

    Gaya tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

    K = E x Gp

    Dimana : K = gaya horizontal akibat gempa

    E = Koefisien gempa

    Gp = Muatan mati dari struktur yan

    r atas merupakan bagian atas suatu jembatan ya

    eb ban y g ditimbulkan oleh l

    y kemudian menyalurkannya ke bangunan bawa

    perencanaan banguna

    peraturan mengijinkan penggunaan cara yang disederhanakan jika pembatasan

    peraturan tersebut memenuhi. Cara sederhana ini meliputi :

    II- 11

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • Respon terhadap beban mati, seluruh atau sebagian bangunan atas jembatan

    dianggap sebagai balok untuk perhitungan momen dan geser memanjang.

    Jembatan dianggap sebagai girder atau balok.

    Respon terhadap beban lalu lintas, mempertimbangkan beban lajur “D”

    ingga memberi rasa aman bagi pengguna jalan. Tiang

    an bentuk penampang

    rinsip perhitungan konstruksi ini seperti pada perhitungan

    2.

    sederhana pada plat jalan. Prinsip perhitungan plat trotoir sesuai

    KSNI T-15-1991-03. pembebanan pada trotoir meliputi :

    M/ bd2 = ……… ρ (GTPBB)

    Perhitungan Beton Bertulang).

    = tebal selimut beton

    Ф = diameter tulangan

    tersebar pada seluruh lebar girder atau gelagar dengan intensitas 100%. Dan

    menyebarkan beban truk tunggal “T” yang bekerja pada plat dengan faktor

    sesuai peraturan.

    Untuk struktur atas Jembatan Karang Ploso ini terdiri dari :

    1. Sandaran

    Merupakan konstruksi pembatas antara kendaraan dengan pinggiran

    jembatan seh

    sandaran dibuat dari konstruksi beton bertulang deng

    persegi. P

    kolom.

    Trotoir

    Konstruksi trotoir direncanakan sebagai platbeton yang diletakkan pada

    lantai jembatan bagian samping yang diasumsikan sebagai plat yang

    tertumpu

    dengan S

    - Beban mati berupa berat sendiri plat

    - Beban hidup sebesar 500 kg/m2 berupa beban merata dan beban terpusat

    pada kerb.

    Penulangan plat trotoir diperhitungkan sebagai berikut :

    d = h – p – 0,5 Ф

    ρmin dan ρmaks dapat dilihat pada tabel GTPBB (Grafik dan Tabel

    Syarat : ρmin < ρ < ρmaks

    As = ρ * b * d dimana : d = tinggi efektif plat

    h = tebal plat

    ρ

    II- 12

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • b = lebar plat per meter

    3.

    lantai dianggap

    Pembebanan

    Plat lantai

    Berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan. Plat

    tertumpu pada dua sisi.

    -

    Beban mati (berat sendiri plat, berat pavement, berat air hujan)

    Beban hidup (muatan T, penyebaran beban roda PBI 1971)

    - Perhitungan momen

    - Penulangan ( seperti perhitungan plat trotoir sesuai SKSNI)

    4. B

    B tara balok

    anjang yang satu denga yang lain. Konstruksi ini

    k berfungsi

    ar apapun kecuali berat sendiri diafragma. Perhitungan

    ….(tabel 15 GTPBB)

    er.

    Vc) < ØVsmaks (tabel 17 DDPBB) maka sengkang :

    ngkang min.

    5.

    ahan beban di atasnya. Bahan yang

    estress.

    alok diafragma

    alok diafragma adalah balok melintang yang terletak dian

    induk atau balok mem

    berfungsi sebagai pengaku gelagar memanjang dan tida

    menahan beban lu

    momen sesuai dengan Desain Penampang Beton Bertulang.

    Untuk penulangan diafragma adalah sebagai berikut :

    M/ bd2 = ………….ρ (GTPBB)

    ρmin dan ρmaks dapat dilihat pada tabel GTPBB.

    Syarat ρmin < ρ < ρmaks

    As = ρ * b * d

    Vu = Vu/ bd ØVc = ……

    Jika Vu < ØVc maka tidak diperlukan tulangan ges

    Untuk Vu > ØVc maka :

    ØVs = (Vu – Ø

    As = { (Vu – ØVc)/ (Ø * fy) * b * y

    As min = (b * y)/ (3 * fy)

    Syarat as sengkang > as se

    Balok utama

    Konstruksi ini dapat berfungsi men

    digunakan adalah beton pr

    II- 13

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • Perhitungan yang dilakukan meliputi :

    - Tegangan-tegangan ijin

    0,6(f’ci)

    f’c)0,5

    ’c)

    -

    Awal ratekan penuh

    eban hidup + gaya pratekan

    gan tegangan

    ang kritis

    -

    -

    - Lay out tendon

    6. Balok Peleng n

    Merupakan konstruksi penopang struktur restoran yang terletak di atasnya

    dan menahan e ta beban lain yang ada pada

    jembatan dan m ada tumpuan untuk diteruskan ke tanah

    ok pelengkung yang akan digunakan adalah :

    Awal : fti = 0,5 (f’ci)0,5

    : fci =

    Akhir : ft = 0,5(

    fc = 0,45(f

    Pembebanan

    : beban mati + p

    Akhir : beban mati + b

    setelah kehilan

    - Letak penamp

    Dimensi balok prestress

    Cek dimensi balok prestress

    ku g

    b ban dari upper structure ser

    enyalurkannya p

    dasar. Alternatif bal

    - Rangka baja

    Rangka baja berfungsi menahan semua beban yang bekerja pada

    jembatan dan menyalurkannya pada tumpuan untuk disalurkan ke tanah

    dasar melalui pondasi

    - Balok lengkung beton bertulang

    ……….. ρ, lihat tabel pada GTPBB

    , ØVc = ………………. Lihat tabel 15 DDPBB

    1 < Vc

    Perhitungan momen sesuai dengan DDPBB

    Penulangan

    M/ bd2 = ………………

    Syarat : ρmin < ρ < ρmaks

    As = ρ x b x d

    Vu = Vu/ bd

    Vu < ØVc ……… maka tidak diperlukan tulangan geser Vu <

    II- 14

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • ØVs = (Vu – ØVc) < ØVs maks (tabel 17 DDPBB)

    ( )As sengkang = fy×Φ

    ybVcVu Φ × ×−

    As sengkang > As sengkang min

    2.5.3. Str

    Yang term

    1. Abutment

    P

    uktur Bawah

    asuk struktur bawah adalah :

    erhitungan meliputi :

    Pembebanan

    1. Beban mati (gelagar induk, lantai jembatan, balok utama,

    struksi penopang restoran, diafragma, pavement, tiang

    jan, balok pelengkung)

    p (beban merata, beban garis, beban di trotoir )

    kon

    sandaran, air hu

    2. beban hidu

    3. Beban sekunder (beban gempa, tekanan tanah aktif, rem dan traksi,

    koefisien kejut, beban angin)

    Per ikan dengan SKSNI T-15-hitungan penulangan abutment disesua

    1991-03

    Beban horizontal

    Kontrol stabilitas

    Perencanaan abutment

    an beban yang bekerja pada pondasi Perhitung

    Penulangan abutment

    2.

    r jau terhadap pembebanan vertikal dan lateral,

    pisan tanah keras berada

    asi dalam digunakan bila lapisan tanah dasar

    ang mampu mendukung beban yang dilimpahkan terletak cukup

    Pondasi

    Pe encanaan pondasi ditin

    dimana berdasarkan data tanah diketahui bahwa la

    pada lapisan dalam. Pond

    pondasi y

    dalam (Df > 2,5B).

    Ada dua macam pondasi dalam, yaitu :

    Pile yang pemancangannya dengan cara mendesak tanah, misalnya

    tiang pancang

    II- 15

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

  • Pile yang penempatannya denga cara disediakan ruangan sebelumnya

    di dalam tanah, kemudian baru dipasang bore pile

    akan pondasi sumuran.

    dap daya dukung tanah

    Untuk Jembatan Karang Ploso digun

    Kestabilan pondasi sumuran harus dikontrol terhadap :

    1. Aman terha

    qu = 4

    2d×π (1,3 x c x Nc + γ1 x D x Nq + 0,3 x Ø x γ2 x Nγ)+2πr +

    Df x x α x Cs

    qall = qu/ SF

    Tegangan maksimum yang diterima tanah adalah :

    WM

    AV±∑

    dima

    vertikal total

    te momen

    q −=

    na :

    ∑V = gaya

    A = luas pondasi

    W = momen tahanan

    M = resultan

    II- 16

    This  document‐  is  Undip  Institutional  Repository  Collection.  The  author(s)  or  copyright  owner(s)  agree  that  UNDIP‐IR  may,  without changing  the  content,  translate  the  submission  to  any medium  or  format  for  the  purpose  of  preservation.  The  author(s)  or  copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation: 

    ( http://eprints.undip.ac.id ) 

    TA JMBT NEW.pdfTUGAS AKHIR-X.pdfLEMBAR PENGESAHAN.pdfLEMBAR PENGESAHAN

    Doc3-X.pdfLEMBAR PERSEMBAHAN.pdfLEMBAR PERSEMBAHAN

    LBR PERSEMBH-X.pdfKATA PENGANTAR.pdfKATA PENGANTAR

    KATA PENGANTAR-X.pdfDAFTAR ISI.pdfDAFTAR ISI

    DAFTAR ISI-X.pdfDAFTAR GAMBAR.pdfDAFTAR GAMBAR

    DAFTAR GAMBAR-X.pdfDAFTAR TABEL.pdfDAFTAR TABEL

    DAFTAR TABEL-X.pdfDAFTAR NOTASI.pdfDAFTAR NOTASI

    DAFTAR NOTASI-X.pdfLBR ABSTRACT.pdfABSTRACT

    ABSTRACT.pdfBAB I PENDAHULUAN.pdfBAB I PENDAHULUAN

    TA1.pdfBAB II STUDI PUSTAKA.pdfBAB II STUDI PUSTAKA

    BAB II benar-X.pdfBAB III METODOLOGI.pdfBAB III METODOLOGI

    BAB III benar-X.pdfBAB IV.pdfBAB IV ANALISA DATA

    TA4.pdfBAB V.pdfBAB V PERENCANAAN STRUKTUR ATAS

    TA5.pdf5.3. STRUKTUR BALOK PRATEGANG 5.3.1 Penaksiran tinggi balok Perkiraan tinggi balok prategang menurut Buku Struktur Beton Pratekan Ir. Winarni Hadipratomo, adalah sebagai berikut : Menurut T. Y. Lin – H. Burns Menurut Ir. Sutami Gambar 5. 4 Dimensi balok beton prategang Tabel 5.1. Perhitungan momen inersia balok pratekanTabel 5.2. Perhitungan momen inersia balok komposit

    5.3.4. Pembebanan Balok Prategang (Balok Tengah) Gambar 5.5. Pembebanan Akibat Berat Sendiri Balok Gambar 5.6. Pembebanan Akibat Berat Mati Tambahan

    BAB VI.pdfBAB VI PERENCANAAN STRUKTUR PENOPANG RESTORAN

    TA6.pdfBAB VII.pdfBAB VII PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH

    TA7.pdfBAB VIII.pdfBAB VIII RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

    TA8.pdf8.1.2.2. PEMASANGAN BEKISTING a. Bekisting dibuat dari baja, dengan sambungan yang kedap terhadap adukan dan cukup kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan. b. Bekisting untuk permukaan yang terbuka harus ditutupi dengan papan acuan pemisah sebagaimana diperlukan dan disetujui. c. Penutupan dengan logam keras yang cacat akan merusak kualitas permukaan akhir beton. Tidak boleh digunakan bentuk logam yang menekuk dan berkarat. d. Bekisting harus ditumpulkan pada semua tepi yang tajam dan harus berbentuk siku-siku dalam hal ketidakrataan. e. Semua bentuk haruslah dipasang dan dipertahankan benar – benar menurut garis – garis yang ditunjukkan hingga beton cukup mengeras f. Bekisting harus dikonstruksi sedemikian rupa hingga setiap bahan – bahan asing dapat dibersihkan. Sebelum pengecoran beton, kawat pengikat yang longgar, tanah, kotoran dan semua bahan – bahan asing harus dikeluarkan dari bekisting dan bekisting tersebut harus dicuci secara hati – hati menyeluruh dengan air g. Bekisting harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga dapat dibuka tanpa merusak beton. 8.1.2.3. PEMASANGAN KABEL a. Pekerjaan pertama adalah pemasangan pembesian arah memanjang dan pemasangan besi web (sengkang). Sebelum perakitan, maka permukaan baja prategang harus diperiksa. Selanjutnya dipasang support bar sebagai dudukan duct dengan jarak 1.00 meter. Posisi ordinat sesuai dengan gambar kerja pelaksanaan. Diatas support bar ini diletakkan kelongsong dan diikat dengan kawat beton. Sambungan antara dua batang kelongsong digunakan couple sepanjang 20cm yaitu kelongsong dengan diameter lebih besar sedikit dari diameter kelongsong terpasang. Sambungan ini dibungkus dengan lapisan penutup (masking tape). b. Selanjutnya strand dimasukkan kedalam kelongsong dengan cara satu persatu. c. Setelah pekerjaan instalasi selesai dilakukan pemeriksaan posisi ordinat tiap kabel apakah sudah sesuai seperti yang tertera dalam gambar kerja. Selanjutnya dapat dilaksanakan pekerjaan pengecoran beton. 8.1.2.4. PEMASANGAN TULANGAN a. Tulangan harus segera dibersihkan sebelum penempatan untuk menghilangkan kotoran, lumpur minyak. Cat, karat dan kerak pabrik, percikan adukan atau bahan asing yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton. b. Tulangan harus ditempatkan secara tepat sesuai dengan gambar dan dengan persyaratan selimut minimum yang ditetapkan. c. Tulangan harus diikat kuat dengan menggunakan kawat ikat baja, sehingga tidak dapat bergeser oleh operasi pengecoran beton. Pengelasan dari batang melintang atau begel pada tulangan baja tarik utama tidak akan diperkenankan. d. Semua tulangan baja harus disediakan dalam ukuran panjang sepenuhnya yang ditunjukkan pada gambar. Penyambungan batang baja, kecuali terlihat pada gambar, tidak akan diizinkan tanpa ada persetujuan dari engineer (Penanggung Jawab Proyek/Direksi). Setiap sambungan yang dapat disetujui harus diselang – seling sejauh mungkin dan harus terletak pada titik dengan tegangan tarik minimum. e. Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton yang terbuka. 8.1.2.5. PENGECORAN BETON a. Segera sebelum beton dicor, maka beksiting harus dibasahi dengan air atau dilapisi disebelah dalam dengan suatu minyak mineral tak akan membekas. b. Pengecoran beton harus diteruskan tanpa henti sampai suatu sambungan konstruksi yang sebelumnya disetujui oleh Direksi atau sampai pekerjaan tersebut selesai. 8.1.2.6. PENARIKAN KABEL 8.1.3. SISTEM PELAKSANAAN 8.1.4. PEKERJAAN PENYELESAIAN JEMBATAN

    BAB IX.pdfBAB IX RENCANA ANGGARAN BIAYA

    TA9.pdfBABX.pdfBABX PENUTUP

    TA10.pdfLAMPIRAN.pdfLAMPIRAN – LAMPIRAN

    LAMPIRAN LEMBAR ASISTENSI.pdfLAMPIRAN LEMBAR ASISTENSI

    LBR ASST ALL.pdfLBR ASST1.pdfLBR ASST2.pdfLBR ASST3.pdfLBR ASST4.pdfLBR ASST5.pdf

    LAMPIRAN SURAT.pdfLAMPIRAN SURAT

    SURAT.pdfSURAT1.pdfSURAT2.pdfSURAT3.pdfSURAT4.pdfSURAT5.pdfSURAT6.pdf

    LAMPIRAN HASIL SAP.pdfLAMPIRAN HASIL SAP

    SAP TOTAL.pdfSAP1.pdfSAP2.pdfSAP3.pdfSAP4.pdfSAP5.pdf

    LAMPIRAN DATA TANAH.pdfLAMPIRAN DATA TANAH

    DATA TANAH.pdf1.pdf2.pdf3.pdf4.pdf5.pdf6.pdf7.pdf8.pdf9.pdf10.pdf11.pdf12.pdf13.pdf14.pdf15.pdf16.pdf17.pdf18.pdf19.pdf20.pdf21.pdf22.pdf

    DAFTAR INDEKS.pdfDAFTAR INDEKS

    DAFTAR INDEKS-ZZ.pdfDAFTAR ISTILAH.pdfDAFTAR ISTILAH

    DAFT. ISTILAH-ZZ.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdfDAFTAR PUSTAKA

    DAFT.PUSTAKA.pdf

    bab 5 campur new.pdfTA5.pdf5.3. STRUKTUR BALOK PRATEGANG 5.3.1 Penaksiran tinggi balok Perkiraan tinggi balok prategang menurut Buku Struktur Beton Pratekan Ir. Winarni Hadipratomo, adalah sebagai berikut : Menurut T. Y. Lin – H. Burns Menurut Ir. Sutami Gambar 5. 4 Dimensi balok beton prategang Tabel 5.1. Perhitungan momen inersia balok pratekanTabel 5.2. Perhitungan momen inersia balok komposit

    5.3.4. Pembebanan Balok Prategang (Balok Tengah) Gambar 5.5. Pembebanan Akibat Berat Sendiri Balok Gambar 5.6. Pembebanan Akibat Berat Mati Tambahan

    bab v tengah.pdf

    PEMBATAS all new.pdfdaft isi new.pdf