bab ii studi pustakaeprints.undip.ac.id/34146/5/1619_chapter_ii.pdf · 2013. 3. 17. · bab ii...
TRANSCRIPT
-
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. TINJAUAN UMUM
Jembatan secara umum didefinisikan sebagai struktur bangunan yang
menghubungkan rute/lintasan transportasi yang melintasi sungai, rawa, danau,
selat, saluran, jalan raya, kereta api, atau perlintasan lainnya. Secara garis besar
konstruksi, jembatan terdiri dari 2 komponen utama yaitu bangunan atas (upper
structure) dan bangunan bawah (sub structure). Bangunan atas merupakan bagian
jembatan yang menerima langsung beban dari orang dan kendaraan yang
melewatinya, meliputi: lantai jembatan, gelagar/ rangka jembatan, gelagar
memanjang, gelagar melintang, diafragma, dll. Sedangkan bangunan bawah
merupakan bagian yang menerima beban dari bangunan atas, meliputi:
abutment/pangkal jembatan, pilar jembatan dan pondasi.
Bentuk jembatan diawali dengan bentuk yang sederhana yaitu berupa
batangan kayu atau batuan. Semakin lama bentuknya semakin bervariasi sesuai
dengan kebutuhan manusia. Beberapa elemen ditambahkan pada jembatan untuk
mempertinggi kekuatan dan keindahan dari bentuk jembatan itu sendiri. Contoh:
penggunaan pelengkung pada jembatan yang memiliki kemampuan sangat tinggi
terhadap respon momen lengkung selain menambah nilai seni dari jembatan juga
berfungsi sebagai pemikul beban lalu lintas.
Peningkatan kekuatan dan keindahan jembatan dapat dilakukan dengan
pemilihan bahan yang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Bahan-bahan yang
digunakan dalam perencanaan jembatan antara lain pasangan batu bata, kayu,
beton, baja, dan komposit. Baja dan beton adalah jenis bahan yang banyak
digunakan untuk jembatan-jembatan yang ada saat ini.
Kondisi tanah setempat juga menjadi faktor pendukung kekuatan suatu
jembatan. Semua beban yang ada pada jembatan pada akhirnya akan disalurkan ke
tanah. Tanah yang keras akan lebih baik menahan beban dibandingkan tanah yang
lunak. Pemilihan bahan untuk jembatan tergantung dari jenis tanah dan bentang
II- 1
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
yang ada. Semakin lunak tanah maka semakin kuat bahan yang digunakan untuk
menahan beban-beban pada jembatan.
Proses perencanaan jembatan yang terstruktur sistematis sangat diperlukan
untuk menghasilkan produk perencanaan yang efektif dan efisien, untuk itu
diperlukan dasar-dasar perencanaan jembatan (JICA-1997), antara lain:
Lokasi dan Alinyemen
Berbagai syarat dan faktor eksternal
Stabilitas Struktur dan Pertimbangan Ekonomi
Pertimbangan Pelaksanaan dan Pemeliharaan
Standarisasi
Stabilitas Pelayanan dan Kenyamanan
Keindahan (estetika)
Dalam merencanakan suatu jembatan, ada beberapa aspek yang perlu
ditinjau dan nantinya akan berpengaruh dalam perencanaan jembatan, diantaranya
yaitu :
Aspek Topografi,
Aspek Kondisi Tanah,
Aspek Hidrologi,
Aspek Lalu Lintas,
Aspek Konstruksi Jembatan, dan
atan ditentukan berdasarkan trase rencana jalan
yang tergantung dari spesifikasi sebagai berikut :
Aspek pendukung lainnya
Penentuan lokasi jemb
Kondisi topografi merupakan faktor penentu dalam pemilihan konstruksi yang
tepat untuk dilaksanakan.
patkan pada daerah lengkung cembung, Posisi jembatan sebaiknya ditem
karena apabila ditempatkan pada daerah lengkung cekung akan menimbulkan
beban impact tambahan.
an tegak lurus terhadap as sungai. Posisi jembatan diusahak
Mempunyai kelayakan ekonomi, sehingga berhasil memberikan tingkat
pelayanan dan kenyamanan yang cukup
II- 2
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
2.2. ASPEK LALU LINTAS
Persyaratan transportasi meliputi ke laancaran arus lalu lintas kendaraan
) yang melintasi jembatan tersebut. Perencanaan
n manual
hitungan sederhana yaitu
ua kendaraan yang lewat yang kemudian ditulis
2.
ntas dinyatakan dalam lalu lintas harian rata-rata
Jenis k
dan pejalan kaki ( pedestrian
lebar optimum jembatan sangat penting agar didapatkan tingkat pelayanan lalu
lintas yang maksimum. Oleh karena itu ketepatan dalam penentuan tipe jembatan
sangat diperlukan.
Ada 2 cara mengenali aspek lalu lintas, yaitu :
1. Penghitunga
Penghitungan manual adalah metode peng
dengan mencatat sem
dalam formulir yang telah disiapkan.
Penghitungan mekanik
Penghitungan mekanik adalah suatu acra penghitungan dengan suatu unit
mekanik, volume lalu li
dalam satuan kendaraan maupun dalam satuan mobil penumpang (smp)
yang kemudian dikalikan dengan suatu bilangan ekivalen.
endaraan dikelompokkan menjadi :
Sepeda motor
Mobil, mencakup sedan, kendaraan komersial kecil dan semua
empat dengan berat kososng sampai dengan 1,5 ton. kendaraan roda
Pick up, mobil hantaran, bis ukuran kecil dan truk ringan.
us
2.2.1. Klas
Jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penempatannya berdasarkan pada
alam “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Heavy Good Vehicle (HGV), kendaraan barang berat yaitu trailer, b
panjang dan kendaraan dengan roda enam atau lebih.
ifikasi Kelas Jalan
fungsi dan volume lalu lintas. D
Antar Kota Tahun 1997”, klasifikasi dan fungsi jalan dibedakan seperti dalam
tabel di bawah ini :
II- 3
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
FU an Rata-rata
(SMP)
NGSI KELAS Lalin Hari
Utama I > 20000
Sekunder II A
II B
6000-20000
1500-8000
II C < 2000
Penghubung III -
2.3. ASPEK HI
alam perencanaan suatu jembatan, tinjauan hidrologi memegang peranan
kaitan dengan dimensi penampang sungai untuk
enent
.
Me
DROLOGI
D
penting, terutama yang ber
m ukan panjang bentang suatu jembatan.
Selain itu drainase merupakan bagian penting sebagai saluran tempat
pengaliran air di konstruksi jalan dan jembatan
ncari besarnya curah hujan untuk periode ulang tertentu dengan rumus
Gumbel:
XTr = X−
+ SxKr ×
Dimana :
uk periode ulang tertentu (mm) XTr = besarnya curah hujan unt
X−
= curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan (mm)
Kr = 59,245,01ln78,0 =−⎭⎬
⎩⎨ ⎥
⎦⎢⎣
⎟⎠
⎜⎝−−
Tr 1
⎫⎧ ⎤⎡ ⎞⎛
Mencari deb
debit 3/ dt)
as daerah pengaliran (km2)
Sx = standart deviasi
it banjir
Q = C x I x A
Dimana :
Q = pengaliran (m
A = lu
II- 4
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
C = koefisien run off
I = intensitas hujan (mm/ jam)
Me tuka rusan :
d
al dari muka air banjir maximum
ebit banjir maximum (m3/ dt)
2.4 AS P
Aspek tanah sangat menentukan terutama dalam hal penentuan daya
n jembatan. Untuk mengetahui kondisi
sifat-sifat fisik dan
ang diperkirakan memenuhi syarat pada kedalaman
2.
yang dilaksanakan di laboratorium meliputi penyelidikan sifat
k serta penggambaran grafis conus resistance,
2.4.1. Penyelidikan Tanah untuk Pondasi
alam perencanaan pondasi besaran tanh yang harus diperhitungkan
anah keras. DDT yang telah dihitung
nen n kedalaman pengge
= 0,473*(Q/ f)0,333
Dimana :
d = kedalaman gerusan norm
Q = d
F = Luas penampang basah (m2)
V = Kecepatan pengaliran (m/ dt)
PEK ENYELIDIKAN TANAH
dukung tanah untuk perencanaan jalan da
tanah perlu dilakukan penyelidikan tanah.
Pelaksanaan pekerjaan penyelidikan tanah meliputi :
1. Pekerjaan lapangan
Pekerjaan pengeboran dilakukan untuk mengetahui
sifat-sifat mekanis.
Pekerjaan sondir dilakukan untk mendapatkan nilai daya dukung tanah
bearing capacity y
tertentu.
Pekerjaan laboratorium
Pekerjaan
fisik tanah dan sifat mekani
local friction, dan total friction.
D
adalah daya dukung tanah dan letak lapisan t
harus lebih besar dari beban ultimate yang telah dihitung terhadap faktor
keamanan.
II- 5
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
2.4.2. Penyelidikan Tanah untuk Abutment
Data tanah yang dibutuhkan berupa sudut geser, kohesi dan berat jenis
kung tanah yang merupakan reaksi
Penentuan tipe jembatan yang akan digunakan didasarkan pada berbagai
teknologi, kemudahan pelaksanaan,
batan Karang Ploso Batu
n menggunakan aturan yang terdapat pada Bridge
tanah yang bekerja pada abutment dan daya du
tanah dalam penyaluran beban dari abutment.
2.5 ASPEK KONSTRUKSI JEMBATAN
pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomi,
waktu pelaksanaan, keawetan konstruksi dan estetika.
2.5.1. Pembebanan Struktur
Beban-beban yang bekerja pada struktur Jem
Malang ini direncanakan denga
Management System (BMS – 1992) yaitu:
2.5.1.1. Beban Permanen
Berat sendiri
Berat nominal dan nilai terfaktor dari berbagai bahan dapat diambil dari
tabel r
batan Nominal S.L.S Biasa U.L.S
Berat Sendiri
Terkurangi U.L.S
be ikut ini :
Tabel 2.2 Berat Bahan Nominal dan U.L.S
Berat Sendiri Berat Sendiri
Bahan Jem
kN/ m3 kN/ m3 kN/ m3
Beton Massa 24 31,2 18
Beton Bertulang 25 32,5 18,80
Beton Bertulang 21,30
Pratekan
(pracetak)
25 30
Baja 77 84,7 69,30
Kayu, Kayu lunak 7,8 10,9 5,50
Kayu, Kayu keras 11 15,4 7,7
Sumber : BMS – 1992
II- 6
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
Beban mati tambah
ti tambahan adalah berat sem emen tidak structural yang
aan khusus
minal 22 kN/ m3).
n pengahalng beton
gap
an
Beban ma ua el
dapat bervariasi selama umur jembatan seperti :
Peralatan permuk
Pelapisan ulang dianggap sebesar 50 mm aspal beton (hanya
digunakan dalam kasus menyimpang dan no
Sandaran, pagar pengaman da
Tanda-tanda
Perlengkapan umum seperti pipa air dan penyaluran (diang
kosong atau penuh)
komponen tertahan. Pada ULS penyebab gaya-gaya tersebut umumnya
etakan beton dan baja leleh. Untuk alasan ini beban
Susut dan rangkak
Susut dan rangkak menyebabkan momen, geser dan reaksi ke dalam
diperkecil dengan r
faktor ULS yang digunakan 1,0. Pengaruh tersebut dapat diabaikan pada
ULS sebagai bentuk sendi plastis. Bagaimanapun pengaruh tersebut
seharusnya dipertimbangkan pada SLS.
tidak tertentu, untuk penentuan
i pratekan dalam struktur tidak tertentu adalah cara
Pengaruh pratekan
Selain dari pengaruh primer, pratekan menyebabkan penagruh sekunder
dalam komponen tertahan dan struktur
pengaruh penuh dar
beban ekivalen padamana gaya tambahan pada beton akibat kabel
pratekan dipertimbangkan sebagai beban luar.
Tekanan tanah
Keadaan aktif
⎟⎞
⎜⎛ −××−⎟
⎞⎜⎛ −××= 45tan245tan2 φφγσ oCz
⎠⎝⎠⎝ 22
Keadaan pasif
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +××+⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ +××=
245tan2
245tan2 φφγσ oCz
II- 7
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
2.5.1.2. Beban Lalu Lintas
- Aksi kendaraan
mempunayi 3 komponen :
-
k rencana jembatan jalan raya terdiri dari
pembebanan truk “T”. Pembebanan lajur “D”
ng paad lebar penuh dari jalan kendaraan jembatan
Beban kendaraan rencana
Beban kendaraan
1.Komponen vertikal
2.Komponen rem
3.Komponen sentrifugal
Jenis kendaraan
Beban lalu lintas utu
pembeban lajur “D” dan
ditempat melinta
dan menghasilkan pengaruh pada jembatan yang ekivalen dengan
rangkaian kendaraan sebenarnya, jumlah total pembebanan lajur “D”
yang ditempatkan tergantung pada lebar jalan kendaraan jembatan.
Pembebanan truk “T’ adalah berat kendaraan, berat tunggal dengan 3
gandar yang ditempat dalam kedudukan sembarang pada lajur lalu
lintas rencana. Tiap gandar terdiri dari 2 pembeban bidang kontak
yang dimaksud agar mewakili pengaruh moda kendaraan berat. Hanya
1 truk “T’ boleh ditempatkan perlajur lalu lintas rencana.
B
B
a anjang yang
ni total (L) sebagai berikut :
kPa
b. B am panjang terputus agar terjadi
alam hal ini L adalah jumlah dari panjang
ut.
eban D
eban D terdiri dari :
. Beban terbagi rata (UDL) dengan q tergantung pada p
dibeba
L ≤ 30 m ; q = 8.0
L > 30 m ; q = 8.0 (0.5 + 15/L) kPa
eban UDL boleh ditempatkan dal
pengaruh maksimum. D
masing-masing beban terputus terseb
c. Beban garis (KEL) sebesar P kN/m, ditempatkan dalam kedudukan
sembarang sepanjang jembatan dan tegak lurus pada arah lalu lintas.
P = 44,0 kN/m
II- 8
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
Pada bentang menerus (KEL) ditempatkan dalam kedudukan lateral
sama yaitu tegak lurus arah lalu lintas pada 2 bentang agar momen
enjadi maksimum. lentur negatif m
Beb
Han
ren atan. Truk “T” harus ditempatkan
alu lintas. Jumlah maksimum lajur lalu lintas diberikan
Jenis Jem bar Jalan Kendaraan Jumlah Lajur Lalu Lintas
an truk “T”
ya satu truk yang harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu lintas
cana untuk panjang penuh dari jemb
di tengah lajur l
dalam tabel berikut :
Tabel 2.3 Jumlah Laljur Lalu Lintas Rencana
batan Le
Jembatan (m) Rencana
5,5-8,25 2
11,25-15,0 4
Dua arah tanpa median
5,0 4 11,25-1
Sumber : BMS - 1992
Faktor beban dinamik
Faktor beban dinamik (D pada “KEL” lajur ” dan truk
n dinamik adalah untuk S.L.S dan U.L.S dan
Bentang
LA) berlaku “D
“T” untuk simulasi kejut dari kendaraan bergerak pada struktur
jembatan. Faktor beba
untuk semua bagian struktur sampai pondasi. Untuk truk “T” nilai DLA
adalah 0,3, untuk “KEL” nilai DLA diberikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.4 Faktor Beban Dinamik untuk “KEL” Lajur “D”
Ekivalen LE (m) DLA (untuk kedua keadaan batas)
LE < 50 0,4
50 < LE < 90 0,525-0,0025 LE
LE > 90 0,3
Sumber : BMS-1992
II- 9
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
Catata
.Untuk bentang menerus LE = L rata-rata x Lmaksimum
n :
1.Untuk bentang sederhana LE = panjang bentang actual
2
aya rem
rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan sebagai
r jembatan dan
struktur yang
G
Pengaruh
gaya memanjang. Gaya ini tidak tergantung paad leba
diberikan dalam tabel 2.13 hal 2-BMS 1992 untuk panjang
tertahan.
n gelagar yang lagsung memikul pejalan kaki harus
5kPa. Intensitas beban untuk elemen lain diberikan
Beban pejalan kaki
Intensitas beban pejalan kaki untuk jembatan jalan raya tergantung pada
luas beban yang dipikul oleh unsur yang direncanakan. Bagaimanapun,
lantai da
direncanakan untuk
dalam tabel 2.14 hal 2-BMS 1992.
eban statis SLS sebesar 1000
.
2.5.1.3. B
1
.
bil sebagai luas paad jembatan dalam elevasi
daalm tabel 2.16 hal 2-22 BMS 1992.
Beban tumbuk pada penyangga jembatan
Penyangga jembatan dalam daerah lalu lintas harus direncanakan agar
menahan tumbukan sesaat atau dilengkapi dengan penghalang pengaman
yang khusus direncanakan.
- tumbukan kendaraan diambil sebagai b
kN pada 10˚ terhadap garis pusat jalan paad tinggi sebesar 1,8 m.
- Pengaruh tumbukan kereta api dan kapal ditentukan oleh yang
berwenang dengan relevan
eban Lingkungan
.Penurunan
Jembatan direncanakan agar menampung perkiraan penurunan total
dan diferensial sebagai S.L.S
2.Gaya angin
Luas ekivalen diam
proyeksi tegak lurus yang dibatasi oleh unsur rangka terluar. Tekanan
angin rencana (kPa) diberikan
3.Gaya apung
II- 10
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
Pengaruh gaya apung harus termasuk pada gaya aliran sungai kecuali
diadakan ventilasi udara. Perhitungan berikut harus diperhitungkan
bila pengaruh gaya apung diperkirakan :
- Pengaruh gaya apung pada bangunan bawah dan beban mati
4
P dalam suhu jembatan menghasilkan perpanjangan
t umumnya
p oleh perletakan denagn gaya
angunan bawah oleh bangunan atas
5
a jembatan diperhitungkan seniali
ontal yang bekerja pada titik berat konstruksi /
g ditinjau
2.5.2. Struktur Atas
Struktu ng berfungsi untuk
menampung b an-be an alu lintas, orang atau kendaraan
atau lainnya, ang h. Dalam
n atas jembatan, untuk mengurangi kerumitan analisisnya,
bangunan atas.
- Pengadaan system pengikat jangkar untuk bangunan atas.
- Pengadaan drainase dari sel dalam.
.Gaya yang diakibatkan oleh suhu
erubahan merata
atau penyusutan seluruh panjang jembatan. Gerakan tersebu
kecil di Indonesia, dan dapat disera
cukup keci; yang disalurkan ke b
dengan bentang 100 m atau kurang.
.Gaya gempa
Jembatan yang akan dibangundi daerah rawan gempa bumi harus
direncanakan dengan memperhitungkan pengaruh gempa bumi
tersebut. Pengaruh gempa bumi pad
dengan pengaruh horiz
bagian konstruksi yang ditinjau dalam arah yang paling berbahaya.
Gaya tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
K = E x Gp
Dimana : K = gaya horizontal akibat gempa
E = Koefisien gempa
Gp = Muatan mati dari struktur yan
r atas merupakan bagian atas suatu jembatan ya
eb ban y g ditimbulkan oleh l
y kemudian menyalurkannya ke bangunan bawa
perencanaan banguna
peraturan mengijinkan penggunaan cara yang disederhanakan jika pembatasan
peraturan tersebut memenuhi. Cara sederhana ini meliputi :
II- 11
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
Respon terhadap beban mati, seluruh atau sebagian bangunan atas jembatan
dianggap sebagai balok untuk perhitungan momen dan geser memanjang.
Jembatan dianggap sebagai girder atau balok.
Respon terhadap beban lalu lintas, mempertimbangkan beban lajur “D”
ingga memberi rasa aman bagi pengguna jalan. Tiang
an bentuk penampang
rinsip perhitungan konstruksi ini seperti pada perhitungan
2.
sederhana pada plat jalan. Prinsip perhitungan plat trotoir sesuai
KSNI T-15-1991-03. pembebanan pada trotoir meliputi :
M/ bd2 = ……… ρ (GTPBB)
Perhitungan Beton Bertulang).
= tebal selimut beton
Ф = diameter tulangan
tersebar pada seluruh lebar girder atau gelagar dengan intensitas 100%. Dan
menyebarkan beban truk tunggal “T” yang bekerja pada plat dengan faktor
sesuai peraturan.
Untuk struktur atas Jembatan Karang Ploso ini terdiri dari :
1. Sandaran
Merupakan konstruksi pembatas antara kendaraan dengan pinggiran
jembatan seh
sandaran dibuat dari konstruksi beton bertulang deng
persegi. P
kolom.
Trotoir
Konstruksi trotoir direncanakan sebagai platbeton yang diletakkan pada
lantai jembatan bagian samping yang diasumsikan sebagai plat yang
tertumpu
dengan S
- Beban mati berupa berat sendiri plat
- Beban hidup sebesar 500 kg/m2 berupa beban merata dan beban terpusat
pada kerb.
Penulangan plat trotoir diperhitungkan sebagai berikut :
d = h – p – 0,5 Ф
ρmin dan ρmaks dapat dilihat pada tabel GTPBB (Grafik dan Tabel
Syarat : ρmin < ρ < ρmaks
As = ρ * b * d dimana : d = tinggi efektif plat
h = tebal plat
ρ
II- 12
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
b = lebar plat per meter
3.
lantai dianggap
Pembebanan
Plat lantai
Berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan. Plat
tertumpu pada dua sisi.
-
Beban mati (berat sendiri plat, berat pavement, berat air hujan)
Beban hidup (muatan T, penyebaran beban roda PBI 1971)
- Perhitungan momen
- Penulangan ( seperti perhitungan plat trotoir sesuai SKSNI)
4. B
B tara balok
anjang yang satu denga yang lain. Konstruksi ini
k berfungsi
ar apapun kecuali berat sendiri diafragma. Perhitungan
….(tabel 15 GTPBB)
er.
Vc) < ØVsmaks (tabel 17 DDPBB) maka sengkang :
ngkang min.
5.
ahan beban di atasnya. Bahan yang
estress.
alok diafragma
alok diafragma adalah balok melintang yang terletak dian
induk atau balok mem
berfungsi sebagai pengaku gelagar memanjang dan tida
menahan beban lu
momen sesuai dengan Desain Penampang Beton Bertulang.
Untuk penulangan diafragma adalah sebagai berikut :
M/ bd2 = ………….ρ (GTPBB)
ρmin dan ρmaks dapat dilihat pada tabel GTPBB.
Syarat ρmin < ρ < ρmaks
As = ρ * b * d
Vu = Vu/ bd ØVc = ……
Jika Vu < ØVc maka tidak diperlukan tulangan ges
Untuk Vu > ØVc maka :
ØVs = (Vu – Ø
As = { (Vu – ØVc)/ (Ø * fy) * b * y
As min = (b * y)/ (3 * fy)
Syarat as sengkang > as se
Balok utama
Konstruksi ini dapat berfungsi men
digunakan adalah beton pr
II- 13
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
Perhitungan yang dilakukan meliputi :
- Tegangan-tegangan ijin
0,6(f’ci)
f’c)0,5
’c)
-
Awal ratekan penuh
eban hidup + gaya pratekan
gan tegangan
ang kritis
-
-
- Lay out tendon
6. Balok Peleng n
Merupakan konstruksi penopang struktur restoran yang terletak di atasnya
dan menahan e ta beban lain yang ada pada
jembatan dan m ada tumpuan untuk diteruskan ke tanah
ok pelengkung yang akan digunakan adalah :
Awal : fti = 0,5 (f’ci)0,5
: fci =
Akhir : ft = 0,5(
fc = 0,45(f
Pembebanan
: beban mati + p
Akhir : beban mati + b
setelah kehilan
- Letak penamp
Dimensi balok prestress
Cek dimensi balok prestress
ku g
b ban dari upper structure ser
enyalurkannya p
dasar. Alternatif bal
- Rangka baja
Rangka baja berfungsi menahan semua beban yang bekerja pada
jembatan dan menyalurkannya pada tumpuan untuk disalurkan ke tanah
dasar melalui pondasi
- Balok lengkung beton bertulang
……….. ρ, lihat tabel pada GTPBB
, ØVc = ………………. Lihat tabel 15 DDPBB
1 < Vc
Perhitungan momen sesuai dengan DDPBB
Penulangan
M/ bd2 = ………………
Syarat : ρmin < ρ < ρmaks
As = ρ x b x d
Vu = Vu/ bd
Vu < ØVc ……… maka tidak diperlukan tulangan geser Vu <
II- 14
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
ØVs = (Vu – ØVc) < ØVs maks (tabel 17 DDPBB)
( )As sengkang = fy×Φ
ybVcVu Φ × ×−
As sengkang > As sengkang min
2.5.3. Str
Yang term
1. Abutment
P
uktur Bawah
asuk struktur bawah adalah :
erhitungan meliputi :
Pembebanan
1. Beban mati (gelagar induk, lantai jembatan, balok utama,
struksi penopang restoran, diafragma, pavement, tiang
jan, balok pelengkung)
p (beban merata, beban garis, beban di trotoir )
kon
sandaran, air hu
2. beban hidu
3. Beban sekunder (beban gempa, tekanan tanah aktif, rem dan traksi,
koefisien kejut, beban angin)
Per ikan dengan SKSNI T-15-hitungan penulangan abutment disesua
1991-03
Beban horizontal
Kontrol stabilitas
Perencanaan abutment
an beban yang bekerja pada pondasi Perhitung
Penulangan abutment
2.
r jau terhadap pembebanan vertikal dan lateral,
pisan tanah keras berada
asi dalam digunakan bila lapisan tanah dasar
ang mampu mendukung beban yang dilimpahkan terletak cukup
Pondasi
Pe encanaan pondasi ditin
dimana berdasarkan data tanah diketahui bahwa la
pada lapisan dalam. Pond
pondasi y
dalam (Df > 2,5B).
Ada dua macam pondasi dalam, yaitu :
Pile yang pemancangannya dengan cara mendesak tanah, misalnya
tiang pancang
II- 15
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
-
Pile yang penempatannya denga cara disediakan ruangan sebelumnya
di dalam tanah, kemudian baru dipasang bore pile
akan pondasi sumuran.
dap daya dukung tanah
Untuk Jembatan Karang Ploso digun
Kestabilan pondasi sumuran harus dikontrol terhadap :
1. Aman terha
qu = 4
2d×π (1,3 x c x Nc + γ1 x D x Nq + 0,3 x Ø x γ2 x Nγ)+2πr +
Df x x α x Cs
qall = qu/ SF
Tegangan maksimum yang diterima tanah adalah :
WM
AV±∑
dima
vertikal total
te momen
q −=
na :
∑V = gaya
A = luas pondasi
W = momen tahanan
M = resultan
II- 16
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
TA JMBT NEW.pdfTUGAS AKHIR-X.pdfLEMBAR PENGESAHAN.pdfLEMBAR PENGESAHAN
Doc3-X.pdfLEMBAR PERSEMBAHAN.pdfLEMBAR PERSEMBAHAN
LBR PERSEMBH-X.pdfKATA PENGANTAR.pdfKATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR-X.pdfDAFTAR ISI.pdfDAFTAR ISI
DAFTAR ISI-X.pdfDAFTAR GAMBAR.pdfDAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR-X.pdfDAFTAR TABEL.pdfDAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL-X.pdfDAFTAR NOTASI.pdfDAFTAR NOTASI
DAFTAR NOTASI-X.pdfLBR ABSTRACT.pdfABSTRACT
ABSTRACT.pdfBAB I PENDAHULUAN.pdfBAB I PENDAHULUAN
TA1.pdfBAB II STUDI PUSTAKA.pdfBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II benar-X.pdfBAB III METODOLOGI.pdfBAB III METODOLOGI
BAB III benar-X.pdfBAB IV.pdfBAB IV ANALISA DATA
TA4.pdfBAB V.pdfBAB V PERENCANAAN STRUKTUR ATAS
TA5.pdf5.3. STRUKTUR BALOK PRATEGANG 5.3.1 Penaksiran tinggi balok Perkiraan tinggi balok prategang menurut Buku Struktur Beton Pratekan Ir. Winarni Hadipratomo, adalah sebagai berikut : Menurut T. Y. Lin – H. Burns Menurut Ir. Sutami Gambar 5. 4 Dimensi balok beton prategang Tabel 5.1. Perhitungan momen inersia balok pratekanTabel 5.2. Perhitungan momen inersia balok komposit
5.3.4. Pembebanan Balok Prategang (Balok Tengah) Gambar 5.5. Pembebanan Akibat Berat Sendiri Balok Gambar 5.6. Pembebanan Akibat Berat Mati Tambahan
BAB VI.pdfBAB VI PERENCANAAN STRUKTUR PENOPANG RESTORAN
TA6.pdfBAB VII.pdfBAB VII PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH
TA7.pdfBAB VIII.pdfBAB VIII RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
TA8.pdf8.1.2.2. PEMASANGAN BEKISTING a. Bekisting dibuat dari baja, dengan sambungan yang kedap terhadap adukan dan cukup kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan. b. Bekisting untuk permukaan yang terbuka harus ditutupi dengan papan acuan pemisah sebagaimana diperlukan dan disetujui. c. Penutupan dengan logam keras yang cacat akan merusak kualitas permukaan akhir beton. Tidak boleh digunakan bentuk logam yang menekuk dan berkarat. d. Bekisting harus ditumpulkan pada semua tepi yang tajam dan harus berbentuk siku-siku dalam hal ketidakrataan. e. Semua bentuk haruslah dipasang dan dipertahankan benar – benar menurut garis – garis yang ditunjukkan hingga beton cukup mengeras f. Bekisting harus dikonstruksi sedemikian rupa hingga setiap bahan – bahan asing dapat dibersihkan. Sebelum pengecoran beton, kawat pengikat yang longgar, tanah, kotoran dan semua bahan – bahan asing harus dikeluarkan dari bekisting dan bekisting tersebut harus dicuci secara hati – hati menyeluruh dengan air g. Bekisting harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga dapat dibuka tanpa merusak beton. 8.1.2.3. PEMASANGAN KABEL a. Pekerjaan pertama adalah pemasangan pembesian arah memanjang dan pemasangan besi web (sengkang). Sebelum perakitan, maka permukaan baja prategang harus diperiksa. Selanjutnya dipasang support bar sebagai dudukan duct dengan jarak 1.00 meter. Posisi ordinat sesuai dengan gambar kerja pelaksanaan. Diatas support bar ini diletakkan kelongsong dan diikat dengan kawat beton. Sambungan antara dua batang kelongsong digunakan couple sepanjang 20cm yaitu kelongsong dengan diameter lebih besar sedikit dari diameter kelongsong terpasang. Sambungan ini dibungkus dengan lapisan penutup (masking tape). b. Selanjutnya strand dimasukkan kedalam kelongsong dengan cara satu persatu. c. Setelah pekerjaan instalasi selesai dilakukan pemeriksaan posisi ordinat tiap kabel apakah sudah sesuai seperti yang tertera dalam gambar kerja. Selanjutnya dapat dilaksanakan pekerjaan pengecoran beton. 8.1.2.4. PEMASANGAN TULANGAN a. Tulangan harus segera dibersihkan sebelum penempatan untuk menghilangkan kotoran, lumpur minyak. Cat, karat dan kerak pabrik, percikan adukan atau bahan asing yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton. b. Tulangan harus ditempatkan secara tepat sesuai dengan gambar dan dengan persyaratan selimut minimum yang ditetapkan. c. Tulangan harus diikat kuat dengan menggunakan kawat ikat baja, sehingga tidak dapat bergeser oleh operasi pengecoran beton. Pengelasan dari batang melintang atau begel pada tulangan baja tarik utama tidak akan diperkenankan. d. Semua tulangan baja harus disediakan dalam ukuran panjang sepenuhnya yang ditunjukkan pada gambar. Penyambungan batang baja, kecuali terlihat pada gambar, tidak akan diizinkan tanpa ada persetujuan dari engineer (Penanggung Jawab Proyek/Direksi). Setiap sambungan yang dapat disetujui harus diselang – seling sejauh mungkin dan harus terletak pada titik dengan tegangan tarik minimum. e. Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton yang terbuka. 8.1.2.5. PENGECORAN BETON a. Segera sebelum beton dicor, maka beksiting harus dibasahi dengan air atau dilapisi disebelah dalam dengan suatu minyak mineral tak akan membekas. b. Pengecoran beton harus diteruskan tanpa henti sampai suatu sambungan konstruksi yang sebelumnya disetujui oleh Direksi atau sampai pekerjaan tersebut selesai. 8.1.2.6. PENARIKAN KABEL 8.1.3. SISTEM PELAKSANAAN 8.1.4. PEKERJAAN PENYELESAIAN JEMBATAN
BAB IX.pdfBAB IX RENCANA ANGGARAN BIAYA
TA9.pdfBABX.pdfBABX PENUTUP
TA10.pdfLAMPIRAN.pdfLAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN LEMBAR ASISTENSI.pdfLAMPIRAN LEMBAR ASISTENSI
LBR ASST ALL.pdfLBR ASST1.pdfLBR ASST2.pdfLBR ASST3.pdfLBR ASST4.pdfLBR ASST5.pdf
LAMPIRAN SURAT.pdfLAMPIRAN SURAT
SURAT.pdfSURAT1.pdfSURAT2.pdfSURAT3.pdfSURAT4.pdfSURAT5.pdfSURAT6.pdf
LAMPIRAN HASIL SAP.pdfLAMPIRAN HASIL SAP
SAP TOTAL.pdfSAP1.pdfSAP2.pdfSAP3.pdfSAP4.pdfSAP5.pdf
LAMPIRAN DATA TANAH.pdfLAMPIRAN DATA TANAH
DATA TANAH.pdf1.pdf2.pdf3.pdf4.pdf5.pdf6.pdf7.pdf8.pdf9.pdf10.pdf11.pdf12.pdf13.pdf14.pdf15.pdf16.pdf17.pdf18.pdf19.pdf20.pdf21.pdf22.pdf
DAFTAR INDEKS.pdfDAFTAR INDEKS
DAFTAR INDEKS-ZZ.pdfDAFTAR ISTILAH.pdfDAFTAR ISTILAH
DAFT. ISTILAH-ZZ.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdfDAFTAR PUSTAKA
DAFT.PUSTAKA.pdf
bab 5 campur new.pdfTA5.pdf5.3. STRUKTUR BALOK PRATEGANG 5.3.1 Penaksiran tinggi balok Perkiraan tinggi balok prategang menurut Buku Struktur Beton Pratekan Ir. Winarni Hadipratomo, adalah sebagai berikut : Menurut T. Y. Lin – H. Burns Menurut Ir. Sutami Gambar 5. 4 Dimensi balok beton prategang Tabel 5.1. Perhitungan momen inersia balok pratekanTabel 5.2. Perhitungan momen inersia balok komposit
5.3.4. Pembebanan Balok Prategang (Balok Tengah) Gambar 5.5. Pembebanan Akibat Berat Sendiri Balok Gambar 5.6. Pembebanan Akibat Berat Mati Tambahan
bab v tengah.pdf
PEMBATAS all new.pdfdaft isi new.pdf