keratitis herpetika

40
KERATITIS HERPETIKA Pembimbing: dr. Agah Gadjali, SpM dr. Gartati Ismail, SpM dr. Henry A. W, SpM dr. Hermansyah, SpM dr. Mustafa K. Shahab, SpM Disusun oleh: Erdika Satria 1102009098 Fahada Indi 1102007106 Fatia Nurfatiatin 1102008103 Laras Wiyardhani 1102010148 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RS BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO

Upload: indiindhysa

Post on 18-Feb-2016

91 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

case mata polri

TRANSCRIPT

Page 1: Keratitis Herpetika

KERATITIS HERPETIKA

Pembimbing:dr. Agah Gadjali, SpMdr. Gartati Ismail, SpMdr. Henry A. W, SpM

dr. Hermansyah, SpMdr. Mustafa K. Shahab, SpM

Disusun oleh:Erdika Satria 1102009098Fahada Indi 1102007106Fatia Nurfatiatin1102008103Laras Wiyardhani 1102010148

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RS BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO

Page 2: Keratitis Herpetika

PENDAHULUAN Keratitis merupakan peradangan kornea. Kondisi

ini seringkali ditandai dengan rasa yang sangat nyeri dan kemudian dapat berkembang menjadi fotofobia atau rasa silau bila terkena cahaya.

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang merupakan bagian dari media refraksi, kornea juga berfungsi sebagai pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina.

Page 3: Keratitis Herpetika

ANATOMI KORNEA

Page 4: Keratitis Herpetika

Kornea bagian anterior dari mata yang berfungsi sebagai membran pelindung

Merupakan “jendela” yang dilalui berkas cahaya saat menuju ke retina

Dapat ditembus oleh cahaya karena memiliki sifat : Struktur yang uniform Avaskuler Deturgesens : keadaan dehidrasi relatif jaringan

kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada lapisan endotel

Batas antara sklera dan kornea disebut LIMBUS KORNEA

Page 5: Keratitis Herpetika

Kornea terdiri dari 5 lapisan1. Epitel2. Membran Bowman3. Stroma4. Membran

Descemet5. Endotel

Page 6: Keratitis Herpetika

KERATITISmerupakan peradangan

kornea

ditandai dengan rasa yang sangat

nyeri

berkembang menjadi fotofobia

Page 7: Keratitis Herpetika

KLASIFIKASIA. Keratitis Superfisial1. Keratitis epitelial

a) Keratitis pungtata superfisialb) Keratitis herpes simpleksc) Keratitis herpes zoster

2. Keratitis Subepiteliala) Keratitis numularis dari Dimmerb) Keratitis disiformis dari Westhoff

3. Keratitis Stromala) Keratitis neuroparalitik, keratitis et lagoftalmus

4. Keratitis Profundaa) Keratitis interstitialb) Keratitis sklerotikansc) Keratitis disiformis

Page 8: Keratitis Herpetika

Keratitis Herpes Simpleks

Keratitis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. 2 tipe herpes simpleks :

Page 9: Keratitis Herpetika

Infeksi virus herpes simpleks• Infeksi pada seseorang yang tidak memiliki

antibodi terhadap HSV• Usia 6 bulan – 6 tahun• Kelainan pada mata :

• Vesikel di margo palpebra• Konjungtivitis folikularis• Keratitis pungtata superfisialis yang

berkembang menjadi liniaris, fasikularis dan dendritikus

infeksi

primer

• Infeksi pada seseorang yang telah memiliki antibodi terhadap HSV, dan muncul kembali akibat adanya triger mechanism.

• Kelainan pada mata (kelainan epitel dan stroma)• Ulkus dendrtikus, ulkus geografik• Keratitis interstisial• Keratitis disiformis• Uveitis

infeksi

rekuren

Page 10: Keratitis Herpetika

infeksi primer infeksi rekuren

Page 11: Keratitis Herpetika

Bentuk Infeksi Keratitis HSV

akibat pembelahan virus di dalam sel epitel yang mengakibatkan kerusakan pada sel epitel dan membentuk ulkus kornea yang superfisial

epitelial

terjadi suatu reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus, tetapi juga akan merusak jaringan stroma di sekitarnya

stromal

Page 12: Keratitis Herpetika

PatofisiologiSetelah infeksi primer, virus

herpes simpleks menyebar dari sel

epitel yang terinfeksi ke dekat

ujung saraf sensorik

diangkut sepanjang akson saraf ke sel tubuh yang terletak di

ganglion trigeminal.

Infeksi primer ini mengenai cabang kranial N.V salah satunya mata.

terjadi infiltrat, kerusakan epitel, yang menyebar di

stroma

menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui

membran descemet dan

endotel kornea.

Pada stroma terjadi reaksi imunologik

tubuh

Reaksi antigen – antibody menahan sel radang dalam

stroma

Sel radang ini mengeluarkan

bahan proteolitik untuk merusak

virus.

Virus menjadi inaktif dalam

neuron sensorik atau ganglion otonom yang

sewaktu – waktu bisa aktif kembali

Page 13: Keratitis Herpetika

Manifestasi KlinisKeratitis HSV primer • Demam• Limfadenopati

preaurikuler• Blefarokonjungtivitis

vesikular• Fotofobia• Lakrimasi• Gangguan

penglihatan

Keratitis HSV rekuren• Demam• Ulkus kornea• Pajanan sinar UV

>>• Trauma• Imunosupresi

Page 14: Keratitis Herpetika

HSV keratitis dapat dibagi menjadi 4 kategori :

Keratitis Epitelial keratitis epitel ditandai dengan

vesikel kornea, bisul dendritik, dan bisul geografis.

Dalam beberapa jam, kornea vesikel ini menyatu menjadi pola dendritik.

Jika ulkus membesar, bentuknya tidak lagi linear. Hal ini kemudian disebut sebagai ulkus geografis.

Ulkus dendritik

Ulkus geografis

Page 15: Keratitis Herpetika

Keratopati neurotonik Keratopati neurotropik timbul dari gangguan persarafan

kornea dan penurunan pembentukan air mata, diperburuk oleh penggunaan jangka panjang obat topikal, terutama antivirus.

Tanda-tanda awal keratopati neurotropik termasuk permukaan kornea tidak teratur. Erosi ini dapat berlanjut dengan cacat epitel dan ulserasi stroma akhirnya ulkus neurotropik.

Page 16: Keratitis Herpetika

Keratitis stroma keratitis stroma, ditandai

dengan stroma padat menyusup, ulserasi, peradangan dan nekrosis.

Peradangan ini intrastromal merusak dapat menyebabkan penipisan dan perforasi dalam waktu singkat. Penggunaan kortikosteroid topikal dapat menjadi faktor risiko yang mungkin untuk pengembangannya.

Selain itu, semua jenis keratitis stroma dapat berkrmbang menjadi uveitis, trabeculitis, dan glaukoma sekunder.

Page 17: Keratitis Herpetika

Endotheliitis tanda-tanda klinis endotheliitis termasuk keratik presipitat

(KP), adanya edema stroma dan epitel, dan tidak adanya infiltrasi stroma atau neovaskularisasi.

HSV endotheliitis dapat diklasifikasikan sebagai disciform, menyebar, atau linier

Page 18: Keratitis Herpetika

Diagnosiso Uji Fluoresein

Uji untuk melihat adanya defek pada epitel korneao Uji Fistel

Uji untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea

o Uji PlacidoUntuk melihat kelengkungan kornea.

o Uji Sensibilitas KorneaUji untuk menilai fungsi saraf trigeminus kornea.

Page 19: Keratitis Herpetika

Pemeriksaan Penunjang Mikroskop cahaya

Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar menyerupai balon (balloning) dan ditemukan fusi

Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) dengan terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak.

Serologi : dengan Enzyme-Linked Immunosorbent Assays (ELISAs) dan HSV-II serologic assay, immunofluoresensi, immunoperoksidasi dapat mendeteksi antibodi yang melawan virus.

Page 20: Keratitis Herpetika

Diagnosis Banding Diagnosis banding utama keratitis herpes simpleks

adalah keratitis herpes zoster.

Penatalaksanaano Debridement

Tujuan : karena virus berlokasi didalam epitel sehingga debridement dapat mengurangi beban antigenik virus pada stroma korneaDilakukan dengan aplikator berujung kapas khususObat siklopegik diteteskan ke saccus konjungtivalis, kemudian dibalut tekan

Page 21: Keratitis Herpetika
Page 22: Keratitis Herpetika

Komplikasi Hipopion Inflamasi hebat pada kamera okuli anterior. Uveitis Trabekulitis Glaukoma sekunder Hilangnya penglihatan akibat sikatriks pada

kornea

Page 23: Keratitis Herpetika

PROGNOSIS• Bila diobati sedini mungkin dengan

pengobatan yang baik, prognosis baik, tetapi dapat kambuh kembali.

• Tak ada obat yang dapat mematikan virus secara tuntas, sehingga kekambuhan dapat terjadi berulang

Page 24: Keratitis Herpetika

Keratitis Herpes Zoster

Keratitis Herpes Zoster adalah peradangan pada kornea yang disebabkan karena infeksi virus varisela-zoster (VZV)

Page 25: Keratitis Herpetika

Infeksi Virus

Herpes Zooster

Infeksi primer Varicella

Infeksi rekurenHerpes Zooster

KLASIFIKASI INFEKSI VIRUS HERPES ZOOSTER

Page 26: Keratitis Herpetika

Infeksi Primer (respiratori bagian atas)

Replikasi di nasofaring

Infiltrasi RES

Aliran darah (viremia) / sistemik

Varicella

VZV melewati lesi pada permukaan kulit dan mukosa

Saraf ending sensoris yang berdekatan dan pindah secara sentripetal ke atas serabut sensoris pada ganglion sensoris

(ganglion dorsalis)Virus laten

PATOFISIOLOGI

Page 27: Keratitis Herpetika

Ganglion sensoris trigeminal

Cabang oftalmikus (n. V1)

Herpes Zoster Oftalmikus

Cabang nasosiliaris

Cabang ciliaris longus

Keratitis herpes zoster

kontak langsung atau tidak langsung dengan penderita herpes zoster

Reaktivasi virus laten

PATOFISIOLOGI

Page 28: Keratitis Herpetika

Infeksi virus varisela zoster pada mata dapat terjadi

melalui mekanisme dibawah ini :

1. Reaktivasi virus laten pada ganglion sensoris trigeminal

2. Masuknya virus eksogen melalui kontak langsung atau

tidak langsung dengan penderita herpes zoster atau

varisella, walaupun infektivitasnya rendah Dermatom yang sering terkena : nervus yang diinervasi

oleh N. Trigeminus , dimana cabang pertama (oftalmik) lebih sering daripada cabang kedua atau ketiga.

Page 29: Keratitis Herpetika

Distribusi sensorik dari n.oftalmika cabang dari n.trigeminal

Page 30: Keratitis Herpetika

Cabang oftalmik yang juga sering terkena : N. Frontalis yang

menginervasi palpebral superior, dahi, dan konjungtiva superior

melalui cabang supratroklear dan supraorbital.

Bila cabang nasosiliaris terkena Hutchinson sign mata terinfeksi

virus varisela zoster melalui cabang dari nasosiliaris.

Hutchinson sign merupakan indikasi untuk risiko lebih tinggi terkena

gangguan penglihatan.

Page 31: Keratitis Herpetika

Manifestasi Klinis

Herpes zoster oftalmika : Stadium prodromal (1 – 4 hari): nyeri lateral

sampai mengenai mata, demam, malaise, dan sakit kepala

Vesikel keruh krusta mengering jaringan parut (Erupsi herpetik unilateral)

Nyeri pada mata Edema palpebra Lakrimasi Penurunan visus Mata merah unilateral

Page 32: Keratitis Herpetika

Bagian - bagian pada mata yang terkena :

1. Kelopak mata : Blefaritis, Vesikel tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi saraf trigeminus yang dapat progresif dengan terbentuknya jaringan parut. Daerah yang terkena tidak melewati garis media.

2. Konjungtiva : konjungtivitis injeksi konjungtiva dan edema

3. Sklera : Skelritis atau episkleritis nodul yang biasa menetap selama beberapa bulan

4. Kornea : keratitis 5. Traktus uvea : uveitis 6. Retina : retinitis

Page 33: Keratitis Herpetika

Pemeriksaan Penunjang

1.Mikroskopik• Percobaan Tzanck : Kerokan pada

palpebral diwarnai dengan Giemsa Sel Dantia berinti banyak

2.Immunofloresensi direk 3.PCR ( Polymerase Chain Reaction ) Isolasi dan identifikasi virus

Page 34: Keratitis Herpetika

Diagnosis Banding

Page 35: Keratitis Herpetika

Keratitis Herpes Simpleks

Keratitis Herpes Zooster

Sifat Bilateral Unilateral

Usia Usia anak-anak Usia dewasa

Penyebab Virus herpes simpleks tipe I Virus herpes zooster

Target Organ Virus menyerang mata (kornea)

Virus dorman diganglion dorsalis

Test Sensibilitas Kornea Menurun/ hilang Hilang

Lesi khas Ulkus dendritik Pseudodendritik

Terapi Acyclovir 4 x 400 mg Acyclovir 5x 800 mg

Komplikasi Sikatriks Post herpetic neuralgia

Page 36: Keratitis Herpetika

Penatalaksanaan

1. Terapi sistemik : Obat antivirus oral

– Acyclovir dosis 800 mg, 5 kali sehari selama10 hari

– Valasiklovir dengan dosis 1 g 3 kali sehari selama 10 hari

– famciclovir, 500 mg/ 8 jam selama 7-10 hari Analgetik Steroid sistemik

Page 37: Keratitis Herpetika

2. Terapi lokal  Keratitis zoster :

– Tetes mata steroid 4 kali sehari.– Cyclopegics (Cyclopentolate) – Salep mata acyclovir 3% diberikan 5 kali sehari selama 2

minggu

Antibiotik topikal. Glaukoma sekunder

– Timolol 0,5 % atau Betaxolol 0,5%– Acetazolamide

Ulkus kornea Tarsorrhaphy lateral. Kerusakan epitel yang menetap digunakan :

– Tetes air mata buatan– Soft contact lens bandage

Keratoplasti

Page 38: Keratitis Herpetika

Komplikasi 1. Uveitis 2. Parase otot penggerak

mata3. Glaukoma sekunder4. Neuritis optic5. Post herpetic neuralgia

Page 39: Keratitis Herpetika

Prognosis

Prognosis baik :

• Tindakan perawatan

• asiklovir dapat mencegah komplikasi ke mata sampai ke arah penurunan visus dan pencegahan terjadinya paralisis motorik

• waktu pemberian antiviral yang sebaiknya diberikan 72

jam pertama setelah onset

• Kepatuhan pasien

Page 40: Keratitis Herpetika