kerajaan buleleng dan dinasti warmadewa

30
PRESENTASI SEJARAH KERAJAAN BULELENG & DINASTI WARMADEWA NAMA KELOMPOK : 1.AKBARUL UMAM ( 04 ) 2.AZHAR ANDALUS ( 07 ) 3.DHUROTON NAJIYA ( 10 ) 4.ELLIYIN BERYL AURELLIA ( 13 ) 5.LAILATUS SANIYAH ( 19 ) 6.M. ZINEDINE ZIDANE ( 21 ) 7.M. ABDULLAH BAHRIS ( 24 )

Upload: akbarul-umam

Post on 11-Feb-2017

409 views

Category:

Presentations & Public Speaking


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

PRESENTASI SEJARAH

KERAJAAN BULELENG & DINASTI WARMADEWA

NAMA KELOMPOK :1. AKBARUL UMAM ( 04 )2. AZHAR ANDALUS ( 07 )3. DHUROTON NAJIYA ( 10 )4. ELLIYIN BERYL AURELLIA ( 13 )5. LAILATUS SANIYAH ( 19 )6. M. ZINEDINE ZIDANE ( 21 )7. M. ABDULLAH BAHRIS ( 24 )

Page 2: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

1. KERAJAAN DINASTI WARMADEWA

Kerajaan Dinasti Warmadewa (Kerajaan Bali) merupakan kerajaan Hindu Budha tertua di Bali. Kerajaan ini berkembang pada abad IX-XI Masehi. Informasi tentang raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Bali diperoleh terutama dari prasasti Blanjong di Sanur yang berangka tahun 835 Saka atau 913 M. Prasasti Sanur dibuat oleh Raja Sri Kesariwarmadewa. Sri Kesariwarmadewa adalah raja pertama di Bali dari Dinasti Warmadewa. Setelah berhasil mengalahkan suku-suku pedalaman Bali, ia memerintah Kerajaan Bali yang berpusat di Singhamandawa.

Page 3: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

No Nama Raja Waktu Memerintah

1 Sri Keçari Warmadewa (Saka 835/913M)2 Sri Ugrasena (Saka 837-864/915-942M) (Saka 837-864/915-942M)3 Agni Nripati (Saka 841-875/953-953 M)4 Tabanendra Warmadewa Saka 877-889/955-967 M)5 Candrabhaya Singha Warmadewa (Saka 878-896/956-974M) 6 Jana Sadhu Warmadewa (Saka 897/975M)7 Gunapryadharmapatni-Dharmo dayana Warmadewa (Saka 910-933/998-1011M)

8 Sri Adnya Dewi (Saka 933-938/1011-1016M)9 Marakata Pangkaja Sthana Tunggadewa (Saka 938-962/1016-1040M)10 Anak Wungsu (Saka 971-999/1049-1077M)11 Sakalendu Kirana (Saka 1020-1023/1088-1101M)12 Suradipa (Saka 1037-1041/1115-1119M)13 Jaya Çakti (Saka 1055-1072/1133-1150M)

Raja-raja Dinasti Warmadewa Yang Datanya Di Dapat Berdasarkan Prasasti

Page 4: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

No. Nama Raja Waktu Memerintah

14 Ragajaya (Saka 1077-1092/1155-1170M)

15 Jayapangus (Saka 1099-1103/1177-1181M)

16 Arjaya Deng Jayaketana -

17 Ekajayalancana (Saka 1122-1126/1200-1204M)

18 Adhikuntiketana (Saka 1126/1204M)

19 Masula Masuli -

20 Pameswara Sri Hyangning Hyang Adhidewalancana

(Saka 1182-1208/1260-1286M)

Page 5: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

RAJA-RAJA YANG TERKENAL Raja-raja yang terkenal yaitu Indra Jayasinga Warmadewa, Udayana dan Anak Wungsu. 1. Raja Indra Jayasinga Warmadewa membangun telaga yang dipercayai sebagai air suci di desa Manukraya. Telaga tersebut dinamai Tirta Empul atau didalam prasasti dinamai Air Hampul, yang maksudnya air timbul.

Gambar : Tirta Empul

Page 6: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

2. Raja Udayana Raja udayana memerintah bersama dengan Permaisurinya Mahendradatta yang merupakan putri dari Raja Makutawangsawardana di Jawa Timur. Pada masa ini kerajaan Warmadewa kedudukannya semakin kuat, karena mengadakan perjanjian dengan kerajaan yang ada di Jawa melalui perkawinan. Pada tahun 1001 Mahendratta meninggal dan dicandikan di Desa Burwan di dekat Bedulu. Arca perwujudannya berupa Durga terdapat di Kutri, daerah Gianyar. Udayana menjalankan pemerintahannya sendiri sampai 1011. Udayana mempunyai 3 orang putra, yakni Airlangga yang berkuasa di Jawa Timur , Marakata menjadi pengganti Raja di Bali (Marakata Pangkaja), dan Anak Wungsu.

Gambar arca Mahendratta yang dicandikan

Page 7: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

3.Raja Anak Wungsu merupakan pemimpin masa Kejayaan dari Kerajaan Dinasti Warmadewa. Ia membangun kompleks percandian di Gunung Kawi, Tampaksiring. Pada masa ini daerah kekuasaannya membentang dari Bali Tengah, Utara, maupun Selatan. Hal ini didasari karena ditemukannya prasasti-prasasti didaerah tersebut. Setelah meninggal tahun 1077 dan dicandikan di Gunung Kawi dekat Tampaksiring.

Anak Wungsu dicandikan di Gunung Kawi dekat Tapak Siring.

4. Raja Lain yang terkenal adalah Raja Jayapangus yang banyak meninggglkan prasasti dan Kitab Manawa Kamandaka Jayapangus memerintah hingga tahun 1284.

Page 8: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Dinasti Warmadewa ( Bali )

Dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang dikenal dengan nama Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo Iwa. Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343 M.

Page 9: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

Hubungan Kerajaan Buleleng dengan Dinasti Warmadewa

Kerajaan Buleleng dahulunya merupakan salah satu daerah yang dikuasai oleh Kerajaan Dinasti Warmadewa. Namun, setelah Kerajaan Dinasti Warmadewa ditaklukkan oleh Gajah Mada, kerajaan ini pun kemudian berdiri di bawah bayang-bayang kerajaan Majapahit, dan setelah Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, timbul pemberontakan dari tiap-tiap daerah kekuasaan Majapahit, Salah satunya ialah daerah Buleleng.

Page 10: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

2. Kerajaan BulelengKerajaan Buleleng adalah kerajaan yang berada di Bali bagian utara yang menganut agama Hindu, yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit.

Page 11: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

KERAJAAN BULELENG

Kerajaan BulelengBuleleng, Den Bukit

1660-1950

Lambang

Ibukota Singaraja, Sukasada

Bahasa Bali

Agama Hindu

Pemerintahan Monarki

Sejarah (Akan dibahas)

- Didirikan 1660

- Dibubarkan 1950

PETA KERAJAAN BULELENG

Page 12: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

Sejarah Berdirinya Kerajaan Buleleng

Dalem Sagening (raja Gelgel) Ni Luh Pasek (pembantu istana)

Hubungan gelap Ki Barak

Ki Barak diserahkan ke I Gusti Jelantik Bogol sebagai anak angkat untuk menutupi aib raja yang kemudian Ki Barak dirubah namanya menjadi Gusti Gede Kepasekan.

Dalem Sagening khawatir bila keperkasaan Gusti Gede Kepasekan dapat menyaingi kewibawaan putra mahkota I Dewa Dimade.

Maka pada tahun 1611M Ki Barak atau Gusti Gede Kepasekan dari Desa Panji “dibuang” ke Desa Den Bukit bersama ibunya Ni Luh Pasek, agar Dalem Sagening tidak khawatir Gusti Gede Kepasekan dapat menyaingi kewibawaan putra mahkota I Dewa Dimade.

Pada tahun 1616M Ki Barak berusia 17 tahun, ia berhasil membunuh penguasa Den Bukit yang bernama Pungakan Gendis.

Page 13: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

Gusti Gede Kepasekan dinobatkan oleh rakyat Den Bukit menjadi raja dengan gelar I Gusti Anglurah Panji Sakti.

Wilayah kerajaan yang membentang dari Gilimanuk di ujung barat sampai ke Tianyar di ujung timur dan Menguwi di selatan ini kemudian dinamakan Kerajaan Buleleng.

I Gusti Anglurah Panji Sakti( Ki Barak )

Masa Kejayaan I Gusti Anglurah Panji Sakti adalah raja dengan pribadi yang berjiwa patriotik, anti imperialisme dan anti monopoli. Kiprahnya dalam memimpin rakyat Buleleng mewujudkan alam demokrasi dan keberanian mengemukakan pendapat bagi rakyat. Ini merupakan masa kejayaan Kerajaan Buleleng. Namun putra- putranya memiliki pandangan saling berbeda sehingga mulai goyah.

Page 14: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

a. Wangsa Panji Sakti ( 1660 - ? )

Nama Awal memerintah

Akhir memerintah Keterangan

Gusti Anglurah Panji Sakti 1660 1697/99

Gusti Panji Gede Danudarastra 1697/99 1732 Anak dari Gusti Anglurah Panji Sakti

Gusti Alit Panji 1732 1757/65 Anak dari Gusti Panji Gede Danudarastra

Gusti Ngurah Panji 1757/65 1757/65 Anak dari Gusti Alit Panji

Gusti Ngurah Jelantik 1757/65 1780 Anak dari Gusti Ngurah Panji

Gusti Made Singaraja 1793 ? Keponakan dari Gusti Made Jelantik

Page 15: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

b. Wangsa Karangasem (?-1849)

Nama Awal memerintah

Akhir memerintah Keterangan

Anak Agung Rai ? 1806 Anak dari Gusti Gede Ngurah Karangasem

Gusti Gede Karang 1806 1818 Saudara dari Anak Agung Rai

Gusti Gede Ngurah Pahang 1818 1822 Anak dari Gusti Gede Karang

Gusti Made Oka Sori 1822 1825 Anak dari Gusti Gede Karang

Gusti Ngurah Made Karangasem 1825 1849 Keponakan dari Gusti Gede

Karang

Page 16: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

c. Wangsa Panji Sakti (1849-1950)

Nama Awal memerintah Akhir memerintah Keterangan

Gusti Made Rahi 1849 1853 Keturunan dari Gusti Ngurah Panji

Gusti Ketut Jelantik 1854 1872 Keturunan dari Gusti Ngurah Jelantik

Anak Agung Putu Jelantik 1929 1944 Keturunan dari Gusti Ngurah Jelantik

Anak Agung Nyoman Panji Tisna 1944 1947 Anak dari Anak Agung

Putu Jelantik

Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik 1947 1950

Saudara dari Anak Agung Nyoman Panji

Tisna

Page 17: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

• Kerajaan Buleleng pada tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Pahang Canang yang berkuasa sampai 1821.

DIKUASAI KERAJAAN MENGWI DAN KERAJAAN KARANGASEM

Page 18: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

Perlawanan terhadap Belanda

Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.

Page 19: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

Dampak perlawanan terhadap Belanda

1. Bidang Politik : - Dikuasainya seluruh Pulau Bali oleh Belanda - Berkurangnya kekuasaan Raja pada kerajaannya bahkan Raja dapat dikatakan menjadi bawahan Belanda.2. Bidang Ekonomi : - Dikuasainya monopoli perdagangan di Bali karena Bali merupakan daerah yang strategis yang banyak dikunjungi bangsa Asing 3. Bidang Sosial : - Banyaknya tatanan sosial yang diperoleh Belanda termasuk dihapuskannya adat Sute pada upacara Ngaben.

Page 20: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

Kemunduran kerajaan Buleleng disebabkan oleh :1. Belanda mengajukan syarat kepada Raja Buleleng untuk menghancurkan bentengnya sendiri dan tidak boleh mendirikan lagi.2. Raja Buleleng harus mengganti kerugian perang ¾ biaya yang dikeluarkan Belanda.3. Raja Karangasem juga mengganti kerugian ¼ dari biaya pihak Belanda.

KEMUNDURAN KERAJAAN BULELENG

Page 21: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

A. Bidang Pemerintahan

1284 = Bali ditundukan oleh Kertanegara dari Singosari. 1264 S/ 1343 M = Bali menjadi daerah kekuasaan Majapahit.

Sejak itu Bali dikuasai oleh Raja-raja Jawa. Pada awalnya Pemerintahan dipusatkan di Daerah Srampang, kemudian dipindah ke Gelgel dan Klungkung. Beberpa abad kemudian raja yang memerintah di Klungkung menganggap dirinya wong Majapahit yang berarti orang Majapahit.

B. Sistem Pemerintahan Dalam pemerintahan, raja dibantu oleh suatu badan penasehat.

Dalam prasasti tertua (804– 836 Saka), badan itu disebut dengan panglapuan, somahanda senapati di panglapuan, pasamaksa, dan palapkan. Senapati hampir digunakan semua raja-raja di Bali, sehingga Senapati menjadi golangan Pertama di Bali. Golongan kedua yaitu Pendeta Siwa dan Budha. Berdasarkan prasasti di Bukit Kintamani Golongan Pendeta agama Siwa (Hindu) disebut Dang Accarya.

Page 22: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

C. Kehidupan EkonomiMasyarakat memelihara binatang seperti kuda, kambing, kerbau, lembu, dan

ayam. Berkaitan dengan kegiatan dagang, ada dua sebutan bagi saudagar laki-laki (wanigrama) dan saudagar perempuan (wanigrami). Setelah Bali dikuasai kerajaan Majapahit menimbulkan dua jenis kelompok masyarakat, yaitu yang pertama kelompok masyarakat Bali Aga (Bali Asli) yang tinggal di Desa Trunyan. Yang kedua Wong Majapahit, yaitu orang datang dari Majapahit. Kegiatan ekonomi masyarakat Kerajaan Bali adalah bercocok tanam. Hal tersebut dapat di ketahui dari beberapa prasasti Bali yang menyebutkan sawah, parlak ( sawah kering ), gaja (ladang), kebwan (kebun), dan kasuwakan (pengairan sawah).

D. Kehidupan Politik

Stuktur birokasi kerajaan Bali berdasarkan pada prasati yang dikeluarkan oleh raja Udayana adalah sebagai berikut :1) Raja berperan sebagai kepala pemerintahan, jabatan Raja diwariskan secara turun temurun.2)  Badan penasihat Raja disebut pekirakiran i jro makabehan yang bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada Raja dalam pengambilan keputusan penting. Badan ini terdiri dari beberapa senapati dan beberapa pendeta agama Hindu ( dang acarya ) dan Buddha ( dang upadhyaga )3)  Pegawai Kerajaan membantu raja dalam bidang pemerintahan, penarikan pajak dan administrasi.

Page 23: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

• E. Kehidupan Sosial• Pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa, struktur masyarakatnya

didasarkan pada sistem kasta, sistem hak waris, sistem kesenian, serta agama dan kepercayaan. Ada hal yang menarik dalam sistem keluarga Bali yang berkaitan dengan pemberian nama anak, misalnya Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Pada golongan Brahmana dan Ksatria untuk anak pertama disebut Putu. Pemberian nama tersebut diperkirakan dimulai pada zaman Raja Anak Wungsu dan berkaitan dengan upaya pengendalian jumlah penduduk.

• F. Kehidupan Budaya• Pada prasasti-prasasti sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu,

telah disebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Namun baru pada zaman Raja Anak Wungsu dapat membedakan jenis seni ke dalam dua kelompok besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat yang biasanya berkeliling menghibur rakyat. Berikut jenis-jenis seni yang berkembang pada masa itu :

• a)      Patapukan (atapuk / topeng)• b)      Pamukul (amukul / penabuh gamelan)• c)      Abanwal (permainan badut)• d)      Abonjing (bujing musik Angklung)• e)      Bhangin (peniup suling)• f)       Perbwayang (permainan wayang)

Page 24: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

G.      Kehidupan Agama Agama Hindu Siwa mendominasi kehidupan masyarakat Buleleng. Akan tetapi, tradisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktikan dengan penemuan beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar pura-pura Hindu. Pada masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa (975-983) pengaruh Buddha mulai berkembang di Buleleng. Agama Buddha berkembang di beberapa tempat di Buleleng seperti Pejeng, Bedulu, dan Tampaksiring. Perkembangan agama Buddha di Buleleng ditandai dengan penemuan unsur-unsur Buddha seperti arca Buddha di gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan. Agama Hindu dan Buddha mulai medapatkan peranan penting pada masa Raja Udayana. Pada masa ini pendeta Siwa dan Brahmana Buddha diangkat sebagai salah satu penasihat raja. Sesuai dengan kepercayaan Hindu, raja dianggap penjelmaan dewa. Dalam prasasti Pohon Asem dijelaskan Anak Wungsu merupakan penjelmaan Dewa Wisnu. Bukti ini menunjukkan bahwa Raja Anak Wungsu dan rakyat Buleleng merupakan penganut waisnawa, yaitu pemuja Dewa Wisnu. Selain agama Hindu dan Buddha, di Buleleng berkembang sekte-sekte kecil yang menyembah dewa-dewa tertentu, misalnya sekte Ganapatya (penyembah Dewa Gana) dan Sora (penyembah dewa Matahari).

Page 25: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

Peninggalan Kerajaan Buleleng & Dinasti Warmadewa

1. Prasasti BlanjongPrasasti Blanjong berbentuk tiang atau pilar batu dengan ketinggian 177 cm dan memiliki diameter 62 cm. Adapun jenis huruf yang terdapat di prasasti ini yakni Pre-Negari dan sejenis Huruf Kawi. Prasasti Blanjong menerangkan tentang Kerajaan Medang dan Kerajaan Dinasti Warmadewa.Isinya berbunyi : “Pada tahun 835 çaka bulan phalguna, seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keraton Sanghadwala, bernama Çri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal. Inilah yang harus diketahui sampai kemudian hari." 

Page 26: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

2. Arca GaneshaArca ini berada sekitar 15 meter sebelah Barat Laut dari Prasasti Blanjong. Arca ini ditempatkan di sebuah bangunan suci dalam kompleks Blanjong sendiri. Arca ini dipahatkan ke genuk-genukan dengan sikap wirasana, sedangkan belalai dan kedua tangannya dalam keadaan patah. Arca ini terbuat dari bahan batu padas yaitu bahan yang tidak terdapat di situs tersebut, sehingga ada kemungkinan bahan arca tersebut didatangkan dari tempat lain atau arca itu sendiri dibuat di tempat lain.

Page 27: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

3. Pura Penegil DharmaPura ini terletak di kecamatan Kutumbahan, Buleleng. Pura yang tergolong Kahyangan Jagat Nusantara ini sering pula disebut Pura Puseh Penegil Dharma atau Penyusu Dharma. Berdasarkan penuturan Ulu Krama Pura Penegil Dharma Prof. Putu Armaya, pura ini merupakan pura tertua di Bali dan menjadi cikal-bakal Bali. Sebagai pusat kesucian bhuwana agung. Sejarah pendirian pura ini dimulai pada 915 Masehi.

Page 28: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

4. Pura Tirta Empul

Pura Tirta Empul Tampak Siring merupakan pura yang disucikan oleh umat Hindu di Bali yang berlokasi sekitar 39 Km dari Denpasar. terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali. Lokasinya tepat di sebelah Istana Presiden di Tampak Siring yang dulu dibangun oleh presiden Soekarno. Pura Tirta Empul terkenal karena terdapat sumber air yang hingga kini dijadikan air suci untuk melukat oleh masyarakat dari seluruh pelosok Bali.

Page 29: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa

5. Pura dalem JagaragaPura ini digunakan Jero Jempiring -- istri patih I Gusti Ketut Jelantik --  bertahan sebagai sentra perlawanan, menghadang serangan musuh, tatkala benteng Jagaraga yang berjarak sekitar 200 meter dari pura ini diduduki Belanda. Jero Jempiring dikenal luas lantaran berhasil mengatur jalannya pertempuran di sekitar Pura Dalem Jagaraga pada 1848, selaku komando dan penyala semangat laskar Bali saat menghadapi Belanda.

Page 30: Kerajaan buleleng dan Dinasti Warmadewa