dinasti sui

23
Dinasti Sui) (581 - 618) adalah sebuah dinasti yang menjadi peletak dasar bagi kejayaan sesudahnya. Dinasti ini mempersatukan Cina yang terpecah belah pada Zaman Enam Belas Negara sebelumnya. Terusan besar dibangun pada masa dinasti ini. Dinasti ini cukup pendek karena hanya 2 kaisar yang benar- benar memerintah. Kaisar-kaisar berikutnya hanyalah kaisar boneka yang dipasang oleh para jenderal dan penguasa militer sebelum akhirnya mereka sendiri mendirikan dinastinya sendiri. Li Yuan , sepupu Yang Guang , kaisar dinasti Sui yang kedua, merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Tang. Masa transisi Sui-Tang (Hanzi: 隋隋隋隋, Sui mo Tang chu) adalah masa peralihan dari Dinasti Sui ke Dinasti Tang yang penuh konflik dan pertumpahan darah. Pada masa itu, Tiongkok terpecah-pecah atas beberapa negara independen yang berumur pendek, negara-negara ini dipimpin oleh para mantan pejabat dan pemimpin militer Sui dan para pemimpin pemberontakan petani. Salah satu mantan jenderal Sui bernama Li Yuan akhirnya berhasil mempersatukan kembali Tiongkok dan mendirikan Dinasti Tang, ia menjadi kaisar pertamanya dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Periode ini berawal dari tahun 613 ketika Kaisar Yang dari Sui melakukan kampanye militer melawan Kerajaan Goguryeo, Korea. Perang yang gagal ini berujung tragedi bagi Tiongkok, banyak pasukan yang dikirim ke Korea tidak pernah kembali yang selanjutnya berakibat desersi di tubuh militer dan pemberontakan dari rakyat yang direkrut paksa untuk dikirim dalam kampanye berikutnya. Periode ini baru berakhir tahun 628 dengan dikalahkannya Kerajaan Liang, rezim separatis terakhir pimpinan Liang Shidu oleh Kaisar Tang Taizong (Li Shimin), putra Li Yuan dan kaisar kedua Tang. *** Invasi Tiongkok atas Goguryeo dan awal pemberontakan Hingga tahun 611, Tiongkok di bawah Dinasti Sui telah menikmati masa damai dan makmur sejak Kaisar Wen dari Sui mengalahkan Dinasti Chen (598) dan mempersatukan negara.

Upload: yadii-dii-dii

Post on 25-Jun-2015

594 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dinasti Sui

Dinasti Sui)

(581 - 618) adalah sebuah dinasti yang menjadi peletak dasar bagi kejayaan sesudahnya. Dinasti ini mempersatukan Cina yang terpecah belah pada Zaman Enam Belas Negara sebelumnya. Terusan besar dibangun pada masa dinasti ini. Dinasti ini cukup pendek karena hanya 2 kaisar yang benar-benar memerintah. Kaisar-kaisar berikutnya hanyalah kaisar boneka yang dipasang oleh para jenderal dan penguasa militer sebelum akhirnya mereka sendiri mendirikan dinastinya sendiri. Li Yuan, sepupu Yang Guang, kaisar dinasti Sui yang kedua, merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Tang. Masa transisi Sui-Tang (Hanzi: 隋末唐初, Sui mo Tang chu) adalah masa peralihan dari Dinasti Sui ke Dinasti Tang yang penuh konflik dan pertumpahan darah. Pada masa itu, Tiongkok terpecah-pecah atas beberapa negara independen yang berumur pendek, negara-negara ini dipimpin oleh para mantan pejabat dan pemimpin militer Sui dan para pemimpin pemberontakan petani. Salah satu mantan jenderal Sui bernama Li Yuan akhirnya berhasil mempersatukan kembali Tiongkok dan mendirikan Dinasti Tang, ia menjadi kaisar pertamanya dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Periode ini berawal dari tahun 613 ketika Kaisar Yang dari Sui melakukan kampanye militer melawan Kerajaan Goguryeo, Korea. Perang yang gagal ini berujung tragedi bagi Tiongkok, banyak pasukan yang dikirim ke Korea tidak pernah kembali yang selanjutnya berakibat desersi di tubuh militer dan pemberontakan dari rakyat yang direkrut paksa untuk dikirim dalam kampanye berikutnya. Periode ini baru berakhir tahun 628 dengan dikalahkannya Kerajaan Liang, rezim separatis terakhir pimpinan Liang Shidu oleh Kaisar Tang Taizong (Li Shimin), putra Li Yuan dan kaisar kedua Tang.

***

Invasi Tiongkok atas Goguryeo dan awal pemberontakan

Hingga tahun 611, Tiongkok di bawah Dinasti Sui telah menikmati masa damai dan makmur sejak Kaisar Wen dari Sui mengalahkan Dinasti Chen (598) dan mempersatukan negara. Selama beberapa dekade tidak ada perang besar selain konflik perbatasan dengan Kerajaan Goguryeo dan suku Tujue Timur (Turki) yang menjadi negara protektorat Sui sejak kepemimpinan Qimin Khan, Ashina Rangan,serta sebuah konflik internal antara Yang Guang (yang kelak menjadi Kaisar Yang dari Sui tahun 604) dengan Yang Liang, Pangeran Han. Pada tahun 610, Raja Yeong-yang dari Goguryeo (Gao Yuan) menolak memberi penghormatan pada Kaisar Yang, hal ini membuat Kaisar Yang murka dan menyusun rencana untuk menyerang Goguryeo. Baik kaisar maupun rakyat Tiongkok yakin kampanye militer ini akanberjalan mulus.

Namun perang itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sumber daya manusia dan kebutuhan perang, seperti makanan, bahan-bahan untuk membangun armada dan alat-alat perang dikirim ke basis operasi di pos militer Zhuo (sekarang Beijing). Hal ini menyebabkan kekacauan peredaran hasil pertanian karena sebagian besar dipakai untuk berperang, kelaparan melanda berbagai wilayah terutama di bagian utara Tiongkok. Mereka yang dipilih untuk mengirim persediaan logistik ke pos militer Zhuo banyak yang

Page 2: Dinasti Sui

meninggal dalam perjalanan. Pada tahun 611, orang-orang yang direkrut paksa itu mulai berani memberontak, pemberontakan petani meletus dibawah pimpinan Wang Bo dan Liu Badao. Saat itu kaisar belum menganggap serius pemberontakan-pemberontakan itu, ia hanya mengerahkan milisi lokal bentukan pemerintah, namun mereka tidak becus menangani pemberontakan yang dari hari ke hari semakin bertumbuh.

Tanpa mempedulikan penderitaan rakyat, Kaisar tetap mengirimkan ekspedisi militer pertamanya ke Goguryeo tahun 612 dengan pasukan berjumlah sekitar satu juta orang. Pasukan besar itu menyeberangi Sungai Liao dan memasuki perbatasan Goguryeo. Kaisar sendiri secara pribadi memimpin pasukannya mengepung kota Liaodong (sekarang Liaoyang, Liaoning), sementara itu ia mengirimkan Jenderal Yuwen Shu dan Yu Zhongwen memimpin sisa pasukannya memasuki wilayah Goguryeo menuju ke ibukotanya, Pyongyang. Disana mereka bergabung dengan armada yang dipimpin oleh Jenderal Lai Hu’er. Namun Kaisar Yang tidak pernah bisa merebut Liaodong, Yuwen dan Yu sebelum mencapai Pyongyang sudah dihadang oleh Jenderal Eulji Mundeok dari Goguryeo, mereka kalah dalam Pertempuran Salsu hingga terpaksa harus mundur dengan meninggalkan banyak korban di pihaknya. Musim gugur tahun itu, kaisar terpaksa membatalkan kampanye militer itu dan mundur. Dalam perang ini Tiongkok berhasil memperoleh sedikit daerah namun dengan korban jiwa sebesar kurang lebih 300.000 orang.

Tahun 613, Kaisar Yang kembali mengirimkan kampanye militer kedua ke Korea, padahal pemberontakan petani di dalam negeri semakin banyak dan serius. Sekali lagi ia memimpin pasukannya ke Liaodong untuk mengepung kota itu kedua kalinya, sementara itu Yuwen Shu dan Yang Yichen diperintahkan untuk menyerbu Pyongyang. Namun ketika kaisar sedang di Liaodong, Jenderal Yang Xuan’gan, yang bertugas mengatur lalu-lintas perbekalan di dekat ibukota timur, Luoyang, memberontak, ia memimpin pasukannya menyerbu Luoyang. Mendengar kabar ini, kaisar terpaksa menarik mundur pasukannya dari Liaodong. Yuwen Shu dan Qutu Tong diperintahkan untuk menyelamatkan Luoyang. Keduanya bergabung dengan Fan Zigai dan Wei Wensheng yang masing-masing adalah komandan tertinggi penjaga kota Luoyang dan ibukota barat Chang’an (sekarang Xi’an, Shaanxi). Pemberontakan ini pada akhirnya berhasil ditumpas, Yang bunuh diri dalam pelariannya, keluarga dan pengikutnya dihukum mati dengan kejam, namun pemberontakan demi pemberontakan terus meletus di berbagai daerah menentang kesewenang-wenangan sang kaisar.

Namun demikian, Kaisar Yang malah kembali mengirim pasukan ke Korea untuk ketiga kalinya tahun 614. Ketika Jenderal Lai Hu’er tiba di Sungai Liao, Goguryeo menyerah, sebagai tanda penyerahan itu mereka menyerahkan Husi Zheng, salah seorang pengikut Yang yang kabur ke Goguryeo. Kaisar pun membatalkan kampanye militernya, namun ketika ia kembali menuntut penghormatan pada dirinya, Raja Yeong-yang mengabaikan tuntutan itu sehingga Kaisar Yang berencana untuk mengirim ekspedisi ke-empat, namun hal ini tidak pernah terlaksana. Pada musim gugur 615, ketika kaisar mengunjungi Yanmen (sekarang Xinzhou, Shanxi), putra Qimin Khan yang telah menggantikannya, Shibi Khan, Ashina Duojishi, yang tidak senang dengan tindakan Kaisar Yang yang melemahkan sukunya dengan taktik adu domba, melakukan serangan dadakan terhadap

Page 3: Dinasti Sui

Yanmen dan mengepung kota itu. Pasukan Sui yang sebagian besar masih setia pada kaisar segera menuju ke Yanmen untuk membebaskan kota itu. Kaisar menjanjikan hadiah besar bagi mereka yang menolongnya. Namun setelah mereka berhasil menghalau musuh, kaisar malah mengingkari janjinya sehingga menimbulkan kekesalan di kalangan militer.

***

Pecahnya Kekaisaran Sui

Karena semakin meluasnya pemberontakan petani di wilayah utara Tiongkok, Kaisar Yang tidak kembali ke Chang’an maupun Luoyang. Bersama keluarganya ia mengungsi ke Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu) pada musim gugur 616. Dengan mengungsinya kaisar dari Luoyang ke Jiangdu, kaum pemberontak di sekitarnya berkoalisi di bawah pimpinan Li Mi, mantan ahli strategi Yang Xuan’gan, yangdianggap calon kaisar masa depan oleh sebagian besar pemimpin pemberontak utara. Namun Li, tidak pernah berhasil mencaplok Luoyang ataupun mengklaim gelar kekaisaran bagi dirinya.

Sementara itu, Jenderal Yang Yichen sedang berjuang mati-matian memadamkan pemberontakan di utara Sungai Kuning dan ia berhasil meraih banyak kemenangan gemilang. Namun sayangnya, Kaisar Yang dan perdana menterinya, Yu Shiji malah iri dengan prestasi dan jasa-jasa Yang. Sehingga Yang dipanggil pulang dengan dalih untuk menerima promosi, namun yang didapat adalah penonaktifan dirinya. Yang meninggal tak lama kemudian dalam kesedihan. Dengan tidak adanya jenderal yang mampu, aktivitas pemberontak di utara Sungai Kuning semakin merajarela dan tak terkendali, pemimpin terkuat di wilayah itu adalah Dou Jiande.

Hingga tahun 617, sejumlah pemimpin pemberontak baik pemberontak petani maupun mantan jenderal Sui, telah menguasai wilayah yang cukup signifikan, antara lain:

Dinasti Sui didirikan oleh Yang Jian, yang kemudian disebut sebagai Kaisar Sui Wendi setelah naik takhta pada tahun 581 Masehi. Namun Dinasti Sui hanya berlangsung selama 37 tahun sebelum diruntuhkan pada tahun 618 Masehi.

Walaupun Dinasti Sui hanya memelihara kehadiran dalam jangka pendek dalam sejarah, namun Kaisar Sui Wendi memberikan sumbangan cukup besar. Salah satu sumbangannya ialah mendirikan jajaran jabatan yang baru dengan mencabut jajaran jabatan lama yang berlaku pada Dinasti Zhou Barat yang berkuasa antara tahun 1027 Sebelum Masehi dan 256 Sebelum Masehi. Jajaran jabatan yang didirikan Kaisar Sui Wendi secara singkat disebut sebagai “sistem jabatan tiga propinsi dan enam kementerian”. Selain itu, Kaisar Sui Wendi juga menyusun hukum pidana baru yang kurang kejam dibanding dengan hukum yang diberlakukan pada Dinasti Selatan dan Dinasti Utara, dua dinasti yang berkuasa sebelumnya. Yang patut disebut ialah sistem ujian kenegaraan yang didirikan Kaisar Sui Wendi. Sistem ujian kenegaraan adalah cara pemilihan pejabat pemerintah yang baru pada zaman kuno. Sumbangan lain lagi Kaisar Sui Wendi ialah ia memerintahkan pembuatan Terusan Besar dari Hangzhou Tiongkok Selatan ke Beijing Tiongkok Utara. Biarpun Sui Wendi banyak memberikan sumbangan, namun ia tetap diperingati dalam sejarah sebagai kaisar lalim dan justru karena kelalimannya yang luar biasa, ia akhirnya menimbulkan kemarahan sangat besar rakyat. Dan pada akhirnya ia dikenakan hukuman gantung dan berakhir pula Dinasti Sui.

Setelah runtuhnya Dinasti Sui, berdirilah Dinasti Tang yang berkuasa dalam sejarah selama 289 tahun antara tahun 618 Masehi dan 907 Masehi. Dinasti Tang terbagi menjadi paro pertama dan paro kedua

Page 4: Dinasti Sui

dengan Insiden Anshi sebagai tanda batasnya. Paro pertama Dinasti Tang adalah masa makmur dan paro kedua merupakan masa bobroknya Dinasti Tang. Biarpun Dinasti Tang didirikan oleh Kaisar Tang Gaozu, tapi putranya Li Shimin, yaitu Kaisar Tang Taizong yang berhasil menyatukan Tiongkok dengan memakan waktu 10 tahun. Setelah Li Shimin naik takhta, Dinasti Tang yang berada di bawah pimpinannya mencapai perkembangan dan kemakmuran yang tiada taranya dalam sejarah, bahkan muncul “Pemerintahan Zhenguan Yang Unggul”, di mana Tiongkok berada di urutan depan dunia di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Setelah itu muncul pula Pemerintahan Kaiyuan yang makmur pada masa kekuasaan Kaisar Tang Xuanzong, di mana negara menjadi kuat dan rakyat menjadi kaya. Namun justru pada masa berkuasanya Kaisar Tang Xuanzong, terjadi Insiden Anzhi yang mengakibatkan Dinasti Tang menempuh jalan bangkrut dan runtuh.

Pada Zaman Dinasti Sui dan Dinasti Tang, Tiongkok banyak berprestasi dalam pembaruan perundangan-undangan dan sistem, misalnya pada kedua dinasti itu didirikan sistem jajaran pejabat “tiga propinsi dan enam kementerian”, sistem ujian kenegaraan dan undang-undang perpajakan baru yang semuanya menimbulkan pengaruh menjangkau jauh terhadap masa kemudian. Pada Zaman Dinasti Sui dan Dinasti Tang, dijalankan kebijakan terbuka terhadap dunia luar sehingga pertukaran ekonomi dan kebudayaan antara Tiongkok dan luar negeri sangat makmur. Pada Dinasti Tang, penciptaan karya sajak sangat makmur dan muncul banyak penyair yang brilian, antara lain, Li Bai, Du Fu pada masa awal Dinasti Tang, Bai Juyi pada masa tengah dan Li Shangyin dan Du Mu pada masa akhir. Sedangkan gerakan bahasa kuno yang diprakarasi oleh Han Yu dan Liu Zongyuan juga berpengaruh besar terhadap masa kemudian. Dinasti Tang juga adalah suatu masa di mana penciptaan karya kaligrafi dan karya lukisan mengalami perkembangan sangat besar. Tari-tarian dan kesenian lukisan gua batu di Dinasti Tang juga mencapai taraf yang sangat tinggi. Di bidang ilmu pengetahuan, teknik cetak dan mesiu, dua penemuan besar dalam sejarah juga muncul pada kedua dinasti itu.

Pada masa akhir Dinasti Tang, politik dan pemerintahannya sangat kacau dan kerap kali terjadi pertarungan politik dan kekuasaan. Pemberontakan petani pun sering terjadi, di antaranya diberi nama Pemberontakan Huang Cao. Salah seorang pemimpinnya, Zhu Wen mula-mula membelot dan menyerah kepada pasukan Dinasti Tang, tapi kemudian ia menggulingkan Dinasti Tang dan mendirikan Dinasti Hou Liang, dinasti

pertama Lima Zaman yang berkuasa sesudah Dinasti Tang, dengan mengangkat dirinya sebagai kaisar.

Tiga Arca Buddha tertua pada Dinasti Qin.Shanghai daly com    2010-3-14

Menurut peneliti sejarah, Buddha didirikan di Cina pada awal Dinasti Qin (221-206 SM). Dengan bisnis makmur dan pengembangan transportasi sepanjang Jalan Sutera, puncaknya pada dinasti Sui (AD 581-618) dan Tang (AD 618-907. Sebuah arca tembaga tiga Buddha 隋代 佛 三 尊像 dibuat dalam Dinasti Sui ditampilkan di Museum Shanghai adalah sebuah karya cemerlang ahli logam yg menampilkan pengaruh agama pada saat itu. Arca ini dibangun di atas dasar persegi dengan empat kaki.

Titik tertinggi adalah khotbah Buddha saat penentuan tapak pada dasar bunga teratai. Api  dan teratai yang hati-hati diukir sebagai pekerjaan terbuka di bagian belakang Sang Buddha, menyoroti kurva yang mengalir dari arca. Ada dua lubang pada dasar logam pada setiap sisi Sang Buddha, yang menunjukkan bahwa seharusnya ada dua arca tambahan murid. Dua Bodhisattva berdiri dengan kaki telanjang di setiap sisi sebagai Buddha yg suci bagaikan mutiara dan bunga. Mereka berpakaian anggun dengan selendang di bahu mereka dan tubuh setengah telanjang, mengenakan mahkota dan dengan ekspresi wajah ketenangan dan kedamaian. Dua yang lain yang lebih kecil di depan arca adalah orang-orang membuat persembahan kepada Sang Buddha. Wanita memeluknya offeree item di kedua tangannya dan tampak

Page 5: Dinasti Sui

suram. Pria memegang telapak tangannya bersama-sama di depan dada, memberi hormat Buddhisme yang khas untuk menunjukkan rasa hormat, dengan sederhana dan saleh tampak di wajahnya. Dua singa kecil duduk di depan pasangan sebagai penjaga, mulut mereka terbuka dan lidah keluar. Meskipun bagian dasar arca kecil, mereka secara hati-hati diatur untuk memberikan keseimbangan visual yang baik. Semua ekspresi wajah pada arca-arca yang hidup dan harmonis, yang mencerminkan semangat damai Buddhisme. Rumit yang halus dan keahlian membuat bagian ini salah satu yang paling menonjol arca-arca tembaga dari Dinasti Sui dan sejarah kuno Cina.

SUI WEN TI 541-604

Mempersatukan negeri yang sudah berantakan porak poranda bukan pekerjaan orang sembarangan. Hanya orang-orang istimewa yang ditakdirkan punya kemampuan begitu. Dan Kaisar Cina Sui Wen Ti (nama aslinya: Yang Chien) termasuk salah satu. Dialah orang yang menyatukan Cina yang sudah terpecah belah selama beratus-ratus tahun. Persatuan politik, yang digarapnya dapat bertahan hampir di seluruh abad-abad sesudahnya. Sebagai hasilnya, Cina bisa menjadi salah satu negeri yang terkuat di dunia. Hasil penting lainnya persatuan politik ini adalah penduduk Cina yang terdiri dari hampir seperlima jumlah keseluruhan penduduk dunia tak begitu sering terguncang malapetaka perang seperti dialami oleh para penduduk Eropa, Timur Tengah, atau bagian-bagian dunia yang lain.Kaisar sebelumnya, Shih Huang Ti, telah menyatukan Cina di abad ke-3 SM. Dinastinya, dinasti Chin hancur berantakan tak lama sesudah matinya, tetapi segera cepat tergantikan oleh dinasti Han yang memerintah seluruh Cina dari tahun 206 SM hingga 220 M. Sesudah jatuhnya dinasti Han, Cina masuk ke dalam rawa-rawa perpecahan dalam jangka waktu panjang. Buruknya bisalah disamakan dengan Eropa jaman abad gelap sesudah runtuhnya Kekaisaran Romawi.Yang Chien dilahirkan tahun 514 dari sebuah famili yang berada, kompak, dan berwibawa di Cina Utara. Dia pertama kali peroleh posisi karier militer tatkala usianya baru empat belas tahun. Yang Chien memiliki kemampuan dan naik melesat dengan cepatnya sebagai "abdi dalem" penguasa, kaisar belahan negeri sebelah utara dinasti Chou. Bantuannya melakukan pengawasan atas hampir seluruh Cina bagian utara tidaklah percuma karena tahun 573 puteri Yan Chien diperistri putera mahkota. Lima tahun kemudian Kaisar meninggal dunia. Tampaknya sang putera mahkota kurang punya kemantapan mental sehingga tak heran segera timbul kegoncangan perebutan kekuasaan. Dalam pertarungan itu Yan Chien muncul selaku pemenang, dan tahun 581 tatkala umurnya empat puluh tahun dia diakui sebagai Kaisar baru. Ternyata dia tidak cukup puas cuma jadi Kaisar untuk daerah Cina Utara melulu. Sesudah melakukan persiapan cermat dia melancarkan penyerbuan ke Cina bagian selatan. Ini terjadi tahun 588. Penyerbuan itu berjalan secara kilat dan berhasil sehingga di tahun 589 dia praktis jadi penguasa seluruh Cina.Selama pemerintahannya, Sui Wen Ti membangun ibu kota baru yang cukup luas untuk pusat kekaisaran pemersatu itu. Dia juga mulai pembangunan kanal raksasa yang menghubungkan dua sungai terbesar di Cina: Sungai Yangtse di Cina Tengah dengan

Page 6: Dinasti Sui

Sungai Hwang Ho (atau Sungai Kuning) di bagian utara negeri. Kanal ini yang rampung selesai di masa pemerintahan puteranya, menolong penyatuan antara Cina bagian utara dan bagian selatan.

Salah satu perubahan paling penting yang dilakukan oleh Kaisar ini adalah menyangkut lembaga sistem penyaringan pegawai-pegawai pemerintah melalui ujian-ujian. Selama berabad-abad, sistem macam itu membuat Cina memiliki pegawai-pegawai pemerintahan yang bermutu dan berkemampuan tinggi dan tak henti-hentinya mengisi orang-orang berbakat di kursi-kursi kantor pemerintah di seluruh negeri dan berasal dari segala tingkat sosial. (Pertama kali sistem ini sudah dirintis dalam masa dinasti Han, tetapi sesudah jatuhnya dinasti itu terjadi masa kosong yang lama sekali sistem itu tidak dilaksanakan sehingga pengangkatan pegawai banyak ditentukan oleh faktor-faktor keturunan).Sui Wen Ti juga mewajibkan berlakunya apa yang disebut "aturan pencegahan": ketentuan bahwa pegawai pemerintahan propinsi tidak boleh berasal dari propinsi di mana dia dilahirkan. Ini merupakan suatu usaha pencegahan timbulnya kemungkinan-kemungkinan "favoritisme" dan usaha pencegahan jangan sampai seseorang pejabat membangun dan memiliki pengaruh kekuasaan yang terlampau kuat.Meskipun pada tingkat permulaan aturan ini memerlukan keberanian dan kemampuan dalam penerapannya, Sui Wen Ti senantiasa punya kewaspadaan dan sikap cermat yang tinggi. Dia menghindari tindak serampangan dan tampaknya membarenginya dengan peringanan beban-beban pajak rakyat. Dan secara garis besar politik luar negerinya pun berhasil baik.Sui Wen Ti tampaknya kurang punya kepercayaan diri sendiri ketimbang umumnya penguasa dari penakluk-penakluk yang punya keberhasilan setara. Kendati dia merupakan seorang penguasa berhasil dan kuat kedudukannya dan daya genggamnya meyakinkan sekali atas jutaan penduduk, dia tampaknya seperti ogah-ogahan kurang gairah dan melakukan sesuatunya karena terpaksa. Istrinya, wanita yang berkemampuan, meski kelihatannya punya potongan menguasai suami seakan suami itu berada di bawah selangkangannya, dia merupakan pembantu dan pendamping yang baik, begitu tatkala perjuangan mencapai jenjang kekuasaan maupun pada saat memerintah. Sui Wen Ti meninggal dunia tahun 604 pada umur tiga puluh tahun. Tersebar dugaan luas dia menjadi korban pembunuhan oleh putera nomor duanya (biji mata kesayangan sang permaisuri) yang kemudian menggantikannya.Kaisar baru ini dibikin berabe dalam bidang politik luar negeri dan pada saat bersamaan pecah pemberontakan melawannya. Dia terbunuh tahun 618 dan akibat kematiannya ini berakhirlah masa dinasti Sui. Tetapi, itu bukan berarti berakhir pula persatuan Cina. Dinasti Sui segera diteruskan oleh dinasti T'ang yang berkuasa antara tahun 618 sampai tahun 907. Raja-raja dinasti T'ang tetap mempertahankan dan meneruskan struktur pemerintahan seperti digariskan oleh dinasti Sui, dan di bawah pemerintahan dinasti T'ang, Cina tetap bersatu. (Masa dinasti T'ang kerap dianggap masa terjaya Cina, sebagian karena kekuatan angkatan bersenjatanya, tetapi lebih dari itu disebabkan karena berkembang pesatnya kesenian dan kesusasteraan).Seberapa pentingkah tokoh Sui Wen Ti? Untuk memberi kepastian terhadap pertanyaan itu, orang mesti mencoba membandingkannya dengan kerajaan Eropa yang jaya di saat Charlemagne. Ada persamaan yang nyata antara karier kedua orang itu: sekitar tiga abad sesudah runtuhnya kekaisaran Romawi, Charlemagne berhasil menyatukan kembali

Page 7: Dinasti Sui

sebagian terbesar daerah Eropa; hal sama, sekitar tiga setengah abad sesudah runtuhnya dinasti Han, Sui Wen Ti berhasil menyatukan seluruh Cina. Charlemagne, tentu saja, jauh lebih kesohor di Eropa; tetapi tampaknya Sui Wen Ti lebih berpengaruh ketimbang Charlemagne. Pertama, dia berhasil menyatukan seluruh Cina, sedangkan banyak daerah-daerah penting di Eropa Barat (seperti Inggris, Spanyol dan Itali sebelah selatan tak pernah berhasil ditaklukkannya). Kedua, penyatuan yang digarap Sui Wen Ti langgeng, sedangkan kerajaan Charlemagne segera terpecah belah dan tak pernah berhasil menyatu kembali.Ketiga, kemajuan kebudayaan dinasti T'ang diakibatkan --sedikitnya sebagian-- dari kemajuan dan kemakmuran ekonomi yang ditimbulkan berkat penyatuan Cina secara politik. Sebaliknya, masa cerah yang berjangka pendek segera berakhir dengan matinya Charlemagne dan keberantakan kerajaannya. Akhirnya, lembaga ujian bagi pegawai-pegawai negeri yang digerakkan oleh Sui punya akibat jauh, mendalam, dan mendasar. Atas dasar kesemuanya ini-meskipun secara keseluruhan Eropa memainkan peranan lebih penting dalam sejarah dunia ketimbang Cina-toh Sui Wen Ti masih punya kelebihan dalam hal mempengaruhi jalannya sejarah daripada Charlemagne. Sesungguhnya, amat langka raja-raja, baik di Cina maupun di Eropa, punya pengaruh begitu langgeng seperti Sui Wen Ti.

Dinasti Sui (581 - 618,)

Tiongkok baru dapat bersatu kembali di bawah pemerintahan Dinasti Sui (581-618,) yang didirikan oleh Yang Jian dengan gelarnya Sui Wendi (581-604). Beliau merupakan seorang raja berkemampuan tinggi, yang sanggup memulihkan perdamaian setelah masa kacau selama ratusan tahun. Untuk membantunya dalam memerintah ia juga menunjuk menteri-menteri yang pandai serta berusaha untuk meningkatkan pertanian.

Pengganti Yang Jian, Kaisar Sui Yangdi (604 - 617) sayangnya bukan kaisar yang cakap dan lebih mementingkan bermewah - mewah ketimbang mengurus masalah kenegaraan. Dengan mengabaikan protes para menterinya, Yangdi memerintahkan pembangungan ibu kota kedua, Luoyang. Dua juta pekerja telah diperintahkan untuk membangun istana megah serta danau buatan di kota tersebut lengkap dengan tamannya yang memiliki luas 155 km2. Kala musim dingin tiba, pada pohon-pohon di taman tersebut digantungkan daun dan bunga-bungaan dari sutra. Kaisar Yangdi melanjutkan pembangunan terusan yang telah dimulai oleh Kaisar Sui Wendi yang menghubungkan utara dan selatan, mulai dari lembah Sungai Yangzi hingga mencapai daerah Beijing sekarang. Terusan sepanjang kurang lebih 2000 km tersebut dapat dikatakan merupakan salah satu mahakarya Bangsa Tionghoa, karena dibangun sekitar 12 abad lebih dahulu dibandingkan dengan pembangungan Terusan Suez oleh bangsa Barat. Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh usahanya yang gagal untuk menaklukkan Korea, dimana hal tersebut sangat menghabiskan sumber daya negara.

Pada masa akhir pemerintahannya Sungai Huanghe meluap yang mengakibatkan

Page 8: Dinasti Sui

penderitaan di kalangan rakyat. Kerusuhan terjadi di mana-mana. Li Yuan seorang tokoh militer dari Utara menaklukkan ibu kota Chang-an dan Yangdipun melarikan diri ke selatan, di mana ia dicekik sampai mati oleh putera seorang menteri yang pernah dipermalukannya.

Li Yuan kemudian mengangkat cucu Yangdi sebagai Kaisar Gongdi (617-618,) dan ia sendiri menjadi walinya, tetapi setahun kemudian diturunkannya dari tahta dan ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Tang Gaozong (618 - 626). Dengan demikian berakhirlah Dinasti Sui dan masa kekuasaan Dinasti Tangpun mulailah. Alam Pengaruhi Jatuh Bangun Dinasti

China

Jatuh bangunnya kerajaan dan dinasti ternyata sangat terkait dengan kondisi alam. Mengapa bisa begitu?Temuan stalagmit di sebuah gua di China menjadi petunjuk berakhirnya sejumlah dinasti bersejarah China. Stalagmit tersebut terbentuk dari mineral tetesan air selama 1.810 tahun. Kandungan kimia di dalam batu itu mewakili kisah siklus monsoon yang memenuhi kebutuhan air jutaan orang.

Dari temuan ini bisa diprediksikan bahwa peiode kekeringan yang melanda telah melenyapkan Dinasti Tang, Yuan dan Ming. Demikian seperti yang dipublikasikan di jurnal Science teranyar.

Tim ilmuwan yang dipimpin Pingzhong Zhang dari Lanzhou University , China, ini menyebutkan bagwa perubahan siklus di sekitar tahun 1960 mengindikasikan gas rumah kaca yang dilpicu aktivitas manusia telah mempengaruhi monsoon secara dominan.

Jatuh Bangun

Gua Wanxiang yang ditemukan berada di provinsi Gansu, dimana 80% curah hujannya terjadi antara Mei dan September. Konsentrasi kimiawi di stalagmitnya mengindikasikan serangkaian fluktuasi yang terjadi dari satu abad ke abad selanjutnya, mirip dengan rekaman yang ada di Zaman Es di Eropa.

Ada fluktuasi panjang selama tahun 190 dan 530, saat dinasti Han berakhir. Sedangkan dari tahun 530 hingga 850 terjadi penurunan monsoon yang diperkirakan adalah penyebab berakhirnya Era Disunity, Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Ilmuwan menemukan bahwa setelah tahun 1020, monsoon cenderung menguat hingga kembali drop di tahu 1340 dan 1360.

Periode musim kering di abad ke-9 sangat berkotribusi pada melemahkan Dinasti Tang dan suku bangsa Maya di Mesoamerika. Kondisi yang sama juga dialami lima dinasti lain dan 10 kerajaan. Kuatnya monsoon juga berkontribusi pada percepatan masa panen padi, populasi dan stabilitas yang terjadi pada Dinasti Song di bagian utara.

Dinasti Sui dan Dinasti Tang

Page 9: Dinasti Sui

cri Dinasti Sui didirikan oleh Yang Jian, yang kemudian disebut sebagai Kaisar Sui Wendi setelah naik takhta pada tahun 581 Masehi. Namun Dinasti Sui hanya berlangsung selama 37 tahun sebelum diruntuhkan pada tahun 618 Masehi. Maitreya, Buddha atau Bodhisattva Part 1

Phin An10-09-2008, 11:49 PMMaitreya, Buddha atau Bodhisattva

Bodhisattva Maitreya yang dinamai sebahagian umat Buddha sebagai Buddha Tertawa ini sebenarnya secara tidak langsung mengambarkan kesalahpahaman umat Buddha yang mendalam akan sosok Matreya. Ternyata, selain sebutan yang tidak cocok itu masih ada kesalahan yang lebih serius seperti pemikiran yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dengan menyebutkan bahwa bagi siapapun yang memuja Maitreya, maka keberuntungan atau rezeki akan dating pada mereka.Menyadari bahwa umumnya umat Buddha sulit untuk menolak bila ditawari kekayaan dan kemakmuran, maka pihak-pihak tertentu menggunakan hal ini sebagai kunci utama dalam menarik umat sehingga muncullah kabar-kabar yang mengatakan bahwa Bodhisattva Maitreya yang digambarkan menyandang kantong rezeki atau memegang bongkahan emas dapat memberikan rezeki, kekayaan dan kemakmuran bagi sesiapa yang memujanya.Kabarnya, tidak sedikit pula umat Buddha yang berbondong-bondong bergabung dengan ajaran tsb, padahal itu semua tidaklah demikian mudah. Dalam Dhamma rezeki atau keberuntungan merupakan hasil perbuatan baik yang kita tanam atau kita perbuat pada masa lalu maupun masa sekarang ini, yaitu buah dari suka berbagi atau menderma, yang mana itu semua bersumber dari kita sendiri, bukan berasal dari makhluk luar, termasuk para rohaniwan, dewa, Bodhisattva, Buddha, atau apapun namanya.

Apakah Benar Maitreya adalah Buddha?

Menurut Tipitaka, Kitab Suci Agama Buddha, Maitreya (Sanskrit) atau Metteya (Pali) adalah CALON Buddha yang akan datang, tetapi hingga artikel ini ditulis dan sampai anda baca, Beliau belum hadir di dunia. Saat ini (calon Buddha) yang berdiam di Surga Tusita dan menunggu waktu yang tepat untuk dilahirkan di dunia untuk menyempurnakan kebuddhaan-Nya.Karena masih merupakan calon Buddha, tentu saja Maitreya tidak dapat disebut sebagai Buddha. Contoh yang gampang adalah seorang mahasiswa yang sedang mengambil gelar sarjana. Selama belum diwisuda menjadi sarjana, maka mahasiswa yang meskipun adalah seorang calon sarjana tidak dapat kita sebut sarjana sehingga tidaklah etis bila mencantumkan gelar kesarjanaannya. Jadi tidaklah benar bila ada

Page 10: Dinasti Sui

yang mengatakan bahwa Maitreya telah menjadi Buddha.Setelah dikatakan Maitreya belum lahir, maka ada pula yang karena kepentingan kelompoknya mengatakan meski belum lahir tetapi Maitreya yang berada di surga telah membabarkan ajaran kepada mereka melalui mimpi atau meditasi. Mereka mengatakan, para pemimpin mereka menerima ajaran “Hati nurani” melalui mimpi sewaktu mereka tidur, atau bertemu dengan Bodhisattva Maitreya ketika mereka bermeditasi. Mungkinkah? Jawabannya adalah “TIDAK MUNGKIN”, ini karena hingga saat ini Maitreya belum melepaskan keduniawian dan belum mencapai pencerahan, jadi tidak ada Dhamma yang bisa diajarkan Terlebih lagi, sebenar-nya Dhamma yang diajarkan oleh para Buddha SELALU sama (Baca juga : Permata yang Tak Lekang oleh Waktu). Karena belum melepaskan keduniawaian makanya sering kali Bodhisattva Maitreya digambarkan masih bertahtakan perhiasan-perhiasan, batu berharga dan lainnya.

Maitreya? Yang mana satu…?!

Mungkin Anda pernah mendengar bahwa Bodhisattva Maitreya pernah lahir sebagai bhiksu berkantong di China? Yang pasti cerita seperti itu sulit untuk dibuktikan dan sebenarnya dalam Ajaran Buddha seorang Bodhisattva adalah clon Buddha, dan calon Buddha hanya akan terlahir sekali lagi untuk menyempurnakan kebuddhaan-Nya. Dari catatan-catatan yang ada, sebenarnya memang ditemukan banyak “Maitreya” yang pernah muncul di China dari dinasti ke dinasti, bahkan tidah hanya satu. Tetapi dapat dipastikan bahwa itu bukanlah Bodhisattva Maitreya, calon Buddha yang kita maksudkan dengan Kitab Suci Tipitaka. Bila banyak terjadi kesamaan dalam penggunaan nama, tentunya tidak ada yang dapat disalahkan. Tetapi bila yang menggunakan nama sudah berpura-pura mengaku sebagai Buddha Maitreya, calon Buddha yang akan datang, nah ini baru menjadi masalah.

Dari catatan-catatan yang ada, sebenarnya memang ditemukan banyak “Maitreya” yang pernah muncul di China dari dinasti ke dinasti, bahkan tidak hanya satu

Dalam makalah Ivan Taniputera yang berjudul “APAKAH SANG BUDDHA MASA MENDATANG TELAH HADIR DI DUNIA INI?” disebutkan bahwa banyak aliran sesat dan gerakan pemberontakan menggunakan kedok Buddhis dan memperalat “Maitreya” untuk menarik pengikut dan menutupi wujud asli organisasi mereka agar tidak mudah tercium oleh penguasa saat itu. Tidak sedikit pula yang mengaku sebagai jelmaan Maitreya, salah satunya seperti yang terjadi pada masa Dinasti Tang, di mana Ibu Suri Wu Zetian (Hokkian : Bu Cek Tian) mengaku sebagai penjelmaan Maitreya. Ibu Suri Wu perlahan-lahan berusaha meraih kekuasaan setelah suaminya Kaisar Gao Zong Wafat. Setelah menjadi ratu, ia memanfaatkan Agama Buddha dan Tao sebagai alat propaganda agar rakyat menganggapnya sebagai makhluk suci. Ia mengaku sebagai jelmaan Maitreya (padahal Ratu Wu sangat kejam karena telah menyiksa sampai mati para selir suaminya terdahulu).Kemudian pada bulan Januari tahun 610 Masehi di masa DInasti Sui terdapat sejumlah orang yang ingin memberontak berpakaian warna putih dengan rambut diikat pita putih dan tangan memegang kemenyan yang membara serta bunga-bunga. Meraka

Page 11: Dinasti Sui

mengumumkan datangnya Buddha Maitreya ke dunia dengan mengadakan prosesi menuju kota Chian Kuok, pengawal di pintu menyambut kedatangan mereka dengan berlutut dan mempersilakan mereka masuk. Tetapi ketika para pengawal sedang berlutut, mereka merampok senjata-senjata para pengawal, dan ketika tindakan itu hampir mengakibatkan kerusuhan, bantuan pun datang untuk menaklukan para pemberontak.Tiga tahun kemudian pada bulan Desember 613 M, seseorang yang bernama Siang Hai Ming manyatakan dirinya sebagai reinkarnasi Buddha Maitreya. Ia melancarkan pemberontakan setelah mengumpulkan pengikutnya. Akhirnya, Siang Hai Ming mengangkat dirinya sebagai raja, dan membangun sebuah kerajaan di Pei Wu. Tetapi kemudian raja dari Dinasti Sui mengirimkan pasukan untuk menaklukannya.Begitulah banyak munculnya oknum-oknum yang menggunakan nama calon Buddha mendatang, sepanjang sejarah perjalanan dinasti-dinasti di China.

Kelahiran Buddha Maitreya

Digembar-gemborkannya kelahiran Maitreya oleh “pengikutnya” telah membuat banyak umat Buddha awam kebingungan. Tetapi untung saja ajaran yang telah diselewengkan dari Ajaran Buddha yang penuh kasih sayang ini tindak sampai terjadi tindak kekerasan seperti yang dialami oleh saudara-saudara kita dari kepercayaan lain. Kemunculan Buddha yang akan datang, Maitreya, sebenarnya diketahui dari Buddha Gotama untuk lebih jelasnya marilah kita melihat sedikit kutipan dari Cakkavatti-Sihanada Sutta (Sutta ke-26 dari Digha Nikaya) yang mengatakan bahwa Bodhisattva Maitreya baru akan dilahirkan saat kehidupan manusia mencapai rentang usia rata-rata 84.000 tahun. Tempat kelahiran-Nya adalah Ketumati di masa pemerintahan Raja Cakkavatti bernama Sankha, dimana raja pemerintahan tsb nantinya akan menjadi pengikut Buddha dan melepaskan kehidupan duniawi. Maitreya akan dilahirkan di sebuah keluarga terpelajar yang terkenal dan nama-Nya adalah Ajita. Nama suku-Nya adalah Maitreya. Nama ayah-Nya adalah Subrahma; dan ibu-Nya adalah Brahmavati. Beliau akan menikah dengan Chandamukhi dan akan mempunyai putra bernama Brahmavaddhana. Beliau akan hidup di empat istana selam 8.000 tahun yaitu Sirivaddha, Vaddhamana, Siddhattha, dan Chandaka. Selanjutnya beliau akan melepaskan keduniawian setelah melihat 4 tanda.Sedangkan yang akan menjadi para pengikutnya yang luar biasa adalah dua saudara-Nya Isidatta dan Purana; Jatimitta dan Vijaya di antara pengikut pria; dan Suddhana, Sanghaa dan Visakhaa dia antara pengikut wanita. Yang akan menjadi murid-murid utama-Nya di antara para bhikkhu adalah Asoka dan Brahmadeva; dan di antara para bhikhuni adalah Paduma dan Sumana. Siha akan menjadi pembantu pribadi-Nya. Beliau akan mencapai pencerahan di bawah Pohon Naga.Sedangkan dalam Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra, salah satu hal yang dikatakan oleh Buddha Gotama adalah bahwa pada saat Bodhisattva Maitreya akan dilahirkan di dunia, situasi dan kondisi dunia ini jauh lebih baik daripada sekarang! Air laut agak susut dan daratan bertambah. Nah, karena tanda-tanda yang dikatakan masih jauh dari kondisi sekarang tentu saja bisa dipastikan bahwa kehadiran Buddha

Page 12: Dinasti Sui

yang akan datang Maitreya masih jauh dari yang telah diungkapkan oleh Buddha Gotama. Oleh sebab itu, hendaknya kita jangan mudah percaya apa yang dikatakan oleh seseorang, baik beliau adalah seorang pemuka agama dari kelas tertentu atau sebagainya.

Bagaimana Agar Terlahir pada Masa Buddha Maitreya

Banyak umat Buddha yang menyadari bahwa kesempatan agar dapat terlahir di masa kehidupan Buddha adalah sangat Sulit, oleh karena itulah terjadi kesalahan persepsi yang mengatakan bahwa barang barang siapa yang hendak bertemu dengan Buddha Maitreya harus mengikuti “ajaran” mereka (yaitu “Agama Buddha Maitreya” yang notabene merupakan aliran I Kuan Tao di Taiwan/China). Padahal sebenarnya mereka yang telah merusak citra dan Ajaran Buddha yang akan datang dengan mengatakan ajarannya yang ini dan itu (padahal semuanya dibuat-buat oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan bagi kepentingan mereka) justru akan semakin kecil kesempatannya untuk bisa bertemu dengan Buddha Maitreya.Sebaliknya, mereka yang mempraktekan Dhamma dengan baik dan tekun yang justru menciptakan kesempatan yang besar bagi dirinya sendiri agar dapat terlahir di masa kehidupan Buddha Maitreya. Ajaran semua Buddha adalah sama sehingga siapa yang melaksanakan Dhamma saat ini dengan semakin baik dan tekun justru akan memperbesar kesempatan mereka bertemu Buddha Maitreya.Ayo.., berjuang dan jangan lengah!!! Bila saat ini kita telah bertekad untuk bisa bertemu Buddha Maitreya maka praktekanlah Dhamma Sang Buddha dengan baik dan tekun. Bila Anda menyadari kesalahan anda dalam “memilh” Ajaran Buddha jangan malu, tapi saat ini juga beranikan diri Anda untuk memulai sesuatu yang luar biasa, yaitu “BERANI” untuk menerima Dhamma Sang Buddha yang sesuai dengan Kitab Suci Tipitaka. NIscaya kebahagiaan dan kemakmuran akan datang kepada mereka yang melaksanakan Dhamma, sebagaimana yang dikatakan oleh Sang Buddha bahwa “Dhamma melindungi mereka yang mempraktekkan Dhamma”. (rf)

Sejarah Islam Di China

Sumber kantor berita internasional BBC, menyatakan bahwa mungkin ada sebanyak 20 juta Muslim di Cina, hingga 2% dari 1,3 miliar penduduk negara itu. Sumber-sumber lain menunjukkan jumlah Muslim di Cina lebih dari 30 juta. Kelompok etnis Muslim terbesar di Cina adalah Hui, sementara yang lain termasuk Uyghurs dan Kazakhstan. Konsentrasi terbesar ditemukan di wilayah barat laut Xinjiang Cina otonom. Sebuah keadaan unik dari beberapa penganut muslim modern di Cina adalah adanya imam perempuan. Selama Dinasti Tang, Cina sangat toleran terhadap agama-agama baru dan kontak Cina dengan utusan asing berkembang. Islam masuk ke Cina melalui jalan sutera oleh orang Arab. Meskipun beberapa percaya bahwa Islam mungkin telah tiba di Cina masa Dinasti Sui, catatan resmi pertama kedatangan Islam di Cina terjadi selama Dinasti Tang. Usman bin Affan, khalifah ketiga umat, mengirim utusan resmi Muslim pertama ke China pada tahun 650. Utusan yang dipimpin oleh Sa’ad bin Waqqas, tiba di ibukota Tang, Chang’an, di tahun 651 melalui rute luar negeri. Hui umumnya menganggap tanggal ini menjadi pendirian resmi Islam di Cina.

Page 13: Dinasti Sui

Catatan Kuno dari Dinasti Tang mencatat pertemuan bersejarah, di mana utusan Gaozong disambut Kaisar Tang Cina dan mencoba untuk memperkanalkan Islam. Meskipun utusan gagal meyakinkan Kaisar untuk memeluk Islam, utusan Kaisar diizinkan untuk menetap di Cina dan memerintahkan pendirian masjid pertama di ibukota Cina untuk menunjukkan rasa hormatnya pada agama Islam. orang Arab pertama yang tercatat dalam catatan tertulis Cina, bernama Shi Da dalam sejarah dinasti Tang (tahun 618-907). Catatan yang berasal dari tahun 713 berbicara tentang kedatangan seorang duta Da shi. Hal ini dicatat bahwa di tahun 758, seorang Muslim yang besar menetap di Guangzhou. Masyarakat telah membangun sebuah masjid besar (Huaisheng Si), yang terbakar pada tahun 1314, dan dibangun pada lagi sekitar tahun 1349-1351; puing-puing hanya berupa sebuah menara tetap dari bangunan pertama. Selama Dinasti Tang, aliran pedagang Arab dan Persia tiba di Cina melalui jalan sutera dan rute luar negeri melalui pelabuhan Quanzhou. Tidak semua imigran-imigran Muslim, tapi banyak dari mereka yang tinggal membentuk komunitas penduduk Islam Cina dan kelompok etnis Hui. Para imigran Arab dan Persia memperkenalkan masakan mereka, alat musik mereka, dan pengetahuan mereka tentang obat-obatan ke Cina. Selama Dinasti Song, Muslim di China mendominasi perdagangan luar negeri di selatan dan barat. Dinasti Yuan memeluk agama Islam. Banyak umat Islam ditempatkan dalam posisi penting, bahkan sarjana Konfusius mengandalkan Umat Muslim untuk mengatur kekaisaran. Negara mendorong imigrasi Umat Muslim, seperti bangsa Arab, Persia dan Turki berimigrasi ke Cina dipercepat selama periode ini. Muslim terus berkembang di Cina selama dinasti Ming. Selama pemerintahan Ming, ibukota, Nanjing, adalah sebuah pusat belajar Islam. Masjid di Nanjing dicatat dalam dua prasasti dari abad keenam belas. Perkembangan Islam pada masa ini melambat drastis, dan Muslim di Cina menjadi semakin terisolasi dari seluruh dunia Islam, secara bertahap menjadi lebih tertutup. Selama periode ini, umat Islam juga mulai mengadopsi nama keluarga Cina. Salah satu nama keluarga muslim yang lebih populer adalah Ma (马), bentuk singkat dari Fatima. Umat Muslim mengalami penurunan status selama Dinasti Qing. Banyak suku-suku di Cina yang beragama Islam melakukan pemberontakan akibat tekanan dari kekaisaran. Seperti Pemberontakan Panthay dan Pemberontakan Suku Hui, pemberontakan-pemberontakan ini bermunculan selama Dinasti Qing sebagai reaksi terhadap kebijakan repressionist. Pada dekade pertama abad ke-20, telah memperkirakan bahwa ada populasi sekitar 50 juta dan 3.000.000 Muslim di Cina (yaitu, Seluruh daratan Cina termasuk daerah Mongolia dan Xinjiang). Dari jumlah tersebut, hampir separo tinggal di Gansu, lebih dari sepertiga di Shaanxi (sebagaimana didefinisikan di waktu itu) dan sisanya di Yunnan. Pada dinasti Qing, Muslim telah banyak dibangun masjid di kota-kota besar, dengan orang yang sangat penting di Beijing, Xi’an, Hangzhou, Guangzhou, dan tempat-tempat lain (selain orang-orang dalam agama-agama Islam barat). Arsitektur biasanya digunakan gaya tradisional Cina, dengan tulisan berbahasa Arab menjadi fitur utama yang membedakan. Pada masa itu banyak umat Muslim yang memegang jabatan dipemerintahan, termasuk posisi-posisi penting, terutama dalam militer.

Page 14: Dinasti Sui

Walaupun Dinasti Sui hanya memelihara kehadiran dalam jangka pendek dalam sejarah, namun Kaisar Sui Wendi memberikan sumbangan cukup besar. Salah satu sumbangannya ialah mendirikan jajaran jabatan yang baru dengan mencabut jajaran jabatan lama yang berlaku pada Dinasti Zhou Barat yang berkuasa antara tahun 1027 Sebelum Masehi dan 256 Sebelum Masehi. Jajaran jabatan yang didirikan Kaisar Sui Wendi secara singkat disebut sebagai "sistem jabatan tiga propinsi dan enam kementerian". Selain itu, Kaisar Sui Wendi juga menyusun hukum pidana baru yang kurang kejam dibanding dengan hukum yang diberlakukan pada Dinasti Selatan dan Dinasti Utara, dua dinasti yang berkuasa sebelumnya. Yang patut disebut ialah sistem ujian kenegaraan yang didirikan Kaisar Sui Wendi. Sistem ujian kenegaraan adalah cara pemilihan pejabat pemerintah yang baru pada zaman kuno. Sumbangan lain lagi Kaisar Sui Wendi ialah ia memerintahkan pembuatan Terusan Besar dari Hangzhou Tiongkok Selatan ke Beijing Tiongkok Utara. Biarpun Sui Wendi banyak memberikan sumbangan, namun ia tetap diperingati dalam sejarah sebagai kaisar lalim dan justru karena kelalimannya yang luar biasa, ia akhirnya menimbulkan kemarahan sangat besar rakyat. Dan pada akhirnya ia dikenakan hukuman gantung dan berakhir pula Dinasti Sui.

 Setelah runtuhnya Dinasti Sui, berdirilah Dinasti Tang yang berkuasa dalam sejarah selama 289 tahun antara tahun 618 Masehi dan 907 Masehi. Dinasti Tang terbagi menjadi paro pertama dan paro kedua dengan Insiden Anshi sebagai tanda batasnya. Paro pertama Dinasti Tang adalah masa makmur dan paro kedua merupakan masa bobroknya Dinasti Tang. Biarpun Dinasti Tang didirikan oleh Kaisar Tang Gaozu, tapi putranya Li Shimin, yaitu Kaisar Tang Taizong yang berhasil menyatukan Tiongkok dengan memakan waktu 10 tahun. Setelah Li Shimin naik takhta, Dinasti Tang yang berada di bawah pimpinannya mencapai perkembangan dan kemakmuran yang tiada taranya dalam sejarah, bahkan muncul "Pemerintahan Zhenguan Yang Unggul", di mana Tiongkok berada di urutan depan dunia di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Setelah itu muncul pula Pemerintahan Kaiyuan yang makmur pada masa kekuasaan Kaisar Tang Xuanzong, di mana negara menjadi kuat dan rakyat menjadi kaya. Namun justru pada masa berkuasanya Kaisar Tang Xuanzong, terjadi Insiden Anzhi yang mengakibatkan Dinasti Tang menempuh jalan bangkrut dan runtuh.

Pada Zaman Dinasti Sui dan Dinasti Tang, Tiongkok banyak berprestasi dalam pembaruan perundangan-undangan dan sistem, misalnya pada kedua dinasti itu didirikan sistem jajaran pejabat "tiga propinsi dan enam kementerian", sistem ujian kenegaraan dan undang-undang perpajakan baru yang semuanya menimbulkan pengaruh menjangkau jauh terhadap masa kemudian. Pada Zaman Dinasti Sui dan Dinasti Tang, dijalankan kebijakan terbuka terhadap dunia luar sehingga pertukaran ekonomi dan kebudayaan antara Tiongkok dan luar negeri sangat makmur. Pada Dinasti Tang, penciptaan karya sajak sangat makmur dan muncul banyak penyair yang brilian, antara lain, Li Bai, Du Fu pada masa awal Dinasti Tang, Bai Juyi pada masa tengah dan Li Shangyin dan Du Mu pada masa akhir. Sedangkan gerakan bahasa kuno

Page 15: Dinasti Sui

yang diprakarasi oleh Han Yu dan Liu Zongyuan juga berpengaruh besar terhadap masa kemudian. Dinasti Tang juga adalah suatu masa di mana penciptaan karya kaligrafi dan karya lukisan mengalami perkembangan sangat besar. Tari-tarian dan kesenian lukisan gua batu di Dinasti Tang juga mencapai taraf yang sangat tinggi. Di bidang ilmu pengetahuan, teknik cetak dan mesiu, dua penemuan besar dalam sejarah juga muncul pada kedua dinasti itu.

Pada masa akhir Dinasti Tang, politik dan pemerintahannya sangat kacau dan kerap kali terjadi pertarungan politik dan kekuasaan. Pemberontakan petani pun sering terjadi, di antaranya diberi nama Pemberontakan Huang Cao. Salah seorang pemimpinnya, Zhu Wen mula-mula membelot dan menyerah kepada pasukan Dinasti Tang, tapi kemudian ia menggulingkan Dinasti Tang dan mendirikan Dinasti Hou Liang, dinasti pertama Lima Zaman yang berkuasa sesudah Dinasti Tang, dengan mengangkat dirinya sebagai kaisar.