keperawatan pre operatif wanto

18
KEPERAWATAN MATERNITAS PROGRAM PROFESI NERS Asuhan Keperawatan pada Ibu E Dengan NOK Di Ruang OK KEBIDANAN ELEKTIF (20.03) RSUP. Mohammad Husein Oleh: MISWANTO Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya T.A. 2015 Laporan Keperawatan Maternitas Page 1 Telah disetujui/diterim a pembimbing Hari/Tanggal: Tanda tangan: LAPORAN PENDAHULUAN PREOPERASI LAPARATOMI VC

Upload: ika-oktavia

Post on 14-Feb-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ghcxvk hdbkchjdbscjhsbdchjsbcjhdsbchjvfhgfkbekbdwuekjhndwjdnjhwebdkhwjebgdhewjbdewjhgbfhewj

TRANSCRIPT

Page 1: Keperawatan Pre Operatif Wanto

KEPERAWATAN MATERNITASPROGRAM PROFESI NERS

Asuhan Keperawatan pada Ibu E Dengan NOK

Di Ruang OK KEBIDANAN ELEKTIF (20.03)

RSUP. Mohammad Husein

Oleh:

MISWANTO

Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas KedokteranUniversitas Sriwijaya

T.A. 2015

Laporan Keperawatan Maternitas Page 1

Telah disetujui/diterima pembimbingHari/Tanggal:Tanda tangan:

LAPORAN PENDAHULUAN PREOPERASI LAPARATOMI VC

Page 2: Keperawatan Pre Operatif Wanto

KEPERAWATAN PRE OPERATIF

A. PENDAHULUAN

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.

Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini

disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan

berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.

Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat

diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

B. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN

a. Persiapan Fisik

Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu

persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang

harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :

1) Status kesehatan fisik secara umum

2) Status Nutrisi

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

4) Kebersihan lambung dan kolon

5) Pencukuran daerah operasi

6) Personal Hygine

7) Pengosongan kandung kemih

8) Latihan Pra Operasi

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain : Latihan Nafas

Dalam dan Latihan Gerak Sendi

b. Persiapan Penunjang

1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang

(daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography

Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,

Laporan Keperawatan Maternitas Page 2

Page 3: Keperawatan Pre Operatif Wanto

Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG

(Electro Enchephalo Grafi), dll.

2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit,

limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan

globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN,

dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut

dengan kelainan darah.

3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh

untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk

memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.

4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD dilakukan untuk

mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji

KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil

darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

c. Pemeriksaan Status Anastesi

Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk

keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan

pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk

menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa

digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of

Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada

umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut

adalah tabel pemeriksaan ASA.

1) ASA grade I

Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita

dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat.

Mortality (%) : 0,05.

2) ASA grade II

Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan

oleh penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan obesitas, penderita dengan

Laporan Keperawatan Maternitas Page 3

Page 4: Keperawatan Pre Operatif Wanto

bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami

appendiktomi. Mortality (%) : 0,4.

3) ASA grade III

Status fisik : Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan

komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut. Mortality (%): 4,5

4) ASA grade IV

Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang

tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau

infark miokard. Mortality (%) : 25.

5) ASA grade V

Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang

tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau

infark miokard. Mortality (%) : 50.

d. Inform Consent

Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik

hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk

menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang

dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan

serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum

menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait

dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan

dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya

berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk

dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah

tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.

Laporan Keperawatan Maternitas Page 4

Page 5: Keperawatan Pre Operatif Wanto

e. Persiapan Mental/Psikis

Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses

persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh

terhadap kondisi fisiknya. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan

ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :

1) Takut nyeri setelah pembedahan

2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal 3)

Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)

3) Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai

penyakit yang sama.

4) Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.

5) Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.

6) Takut operasi gagal.

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan

berbagai cara:

1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien

sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal

yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar

operasi, dll.

2) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien

mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak

menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi

yang akan dialami pasien.

3) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi

sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.

Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan

samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu

diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan

Laporan Keperawatan Maternitas Page 5

Page 6: Keperawatan Pre Operatif Wanto

dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan

dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik.

4) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala

prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa

bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

5) Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain

karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

6) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium

dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien

dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

7) Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas

kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih

tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan

kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan

untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

f. Obat-Obatan Pre Medikasi

Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan

premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik

profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang

diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi,

antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan

pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain

sesuai indikasi pasien.

Laporan Keperawatan Maternitas Page 6

Page 7: Keperawatan Pre Operatif Wanto

MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :

a) Sirkulasi.

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer,

atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus.

b) Integritas egO.

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya

financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan

ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

c) Makanan / cairaN.

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;

malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan

pemasukkan / periode puasa pra operasi).

d) Pernapasan.

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

e) Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi

immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;

Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia

malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-

obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

f) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik

glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,

antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau

obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang

Laporan Keperawatan Maternitas Page 7

Page 8: Keperawatan Pre Operatif Wanto

mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri

pasca operasi).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006)

meliputi :

1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti,

krisis situasi atau krisis maturasi.

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan,

factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan.

3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan, keluhan

terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.

4. Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks,

hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan.

5. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker),

ketidakberdayaan.

6. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan

saraf/otot, dan nyeri.

3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1) Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau

dread yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau

tidak diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi

terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan

terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi

ancaman.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria hasil :

Laporan Keperawatan Maternitas Page 8

Page 9: Keperawatan Pre Operatif Wanto

- klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress.

- klien mampu mempertahankan penampilan peran.

- klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.

- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

Intervensi Dan Implementasi:

a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa

lalu.

c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaan.

d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapa-

harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun

dalam keadaan cemas.

2) Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.

Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

Kriteria hasil :

- pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

- memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

- menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.

Intervensi Dan Implementasi:

a. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuhnya.

Laporan Keperawatan Maternitas Page 9

Page 10: Keperawatan Pre Operatif Wanto

b. Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.

c. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian

terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.

d. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan martabat

pasien.

3) Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang

tepat terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau

ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.

Kriteria hasil :

- pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang.

- mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang efektif.

- menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.

- berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

Intervensi Dan Implementasi:

a. Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan

pemberi pelayanan kesehatan.

b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

c. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realitas.

d. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.

e. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan

emosional untuk pasien dan keluarga.

4) Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi

keluarga.

Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.

Laporan Keperawatan Maternitas Page 10

Page 11: Keperawatan Pre Operatif Wanto

Kriteria hasil :

- pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.

- paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan dengan

perawatan setelah rawat inap.

Intervensi Dan Implementasi:

a. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.

b. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat

pengobatan.

c. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping yang

digunakan.

d. Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang normal

pada anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.

5) Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar dan

bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.

Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

Kriteria hasil :

- mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.

- menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.

- mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.

Intervensi Dan Implementasi:

a. Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.

b. Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat

menurunkan atau mengurangi takut.

c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaan.

Laporan Keperawatan Maternitas Page 11

Page 12: Keperawatan Pre Operatif Wanto

d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-

harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

6) Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan

fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

- penampilan yang seimbang..

- melakukan pergerakkan dan perpindahan.

- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.

3 =membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 =ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi Dan Implementasi

a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

Laporan Keperawatan Maternitas Page 12