asuhan keperawatan pada klien pre dan post operasi sistem pernafasan

49
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PRE DAN POST OPERASI SISTEM PERNAFASAN A. KONSEP PENYAKIT 1. PENGERTIAN Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O 2 ke sel - sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia. Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O 2 oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun dibanding terhadap O 2 . Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid. Gangguan pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi karena susunan dan fungsi alveolus yang abnormal. (http://repository.usu.ac.id ) 2. ETIOLOGI ( Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan ) Penyebab utama penyakit pernapasan, yaitu: a) Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis; b) Partikel - partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan merangsang reaksi jaringan; c) Partikel - partikel organik yang merespons imun;

Upload: indri-kristanty

Post on 11-Dec-2014

175 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PRE DAN POST OPERASI SISTEM PERNAFASAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2 ke sel - sel

atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya

alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang

menyebabkan penyakit pneumonia. Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun

lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam

pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun

dibanding terhadap O2. Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran

pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid. Gangguan

pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi karena

susunan dan fungsi alveolus yang abnormal. (http://repository.usu.ac.id)

2. ETIOLOGI ( Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan )

Penyebab utama penyakit pernapasan, yaitu:

a) Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis;

b) Partikel - partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian makrofag

yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan merangsang reaksi

jaringan;

c) Partikel - partikel organik yang merespons imun;

d) Kelebihan beban sistem akibat paparan terus - menerus terhadap debu berkadar

tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal.

Sedangkan faktor lain yang menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan adalah

kebiasaan merokok, keturunan, perokok pasif, polusi udara dan riwayat infeksi pernapasan

sewaktu kecil. (http://repository.usu.ac.id)

3. PATOFISIOLOGI

HIPOKSIA dan HIPOKSEMIA

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Hipoksia merupakan suatu mekanisme utama yang terjadi pada penyakit paru – paru

akibat adanya penurunan suplai oksigen. Hipoksia itu sendiri berarti kurangnya ( hipo )

oksigen dalam jaringan, sedangkan hipoksemia merupakan kekurangan oksigen pada tingkat

darah / arteri ( heme ). (Irman Somantri, 2009, hlm.17)

Jenis hipoksia adalah sebagai berikut :

a) Hipoksia Hipoksik

Hipoksia jenis ini muncul akibat kurangnya suplai oksigen ataupun kadar oksigen

yang ada di lingkungan ( tekanan parsial arteri [ PaO2 ] rendah ). Biasanya

merupakan masalah individu normal pada dataran tinggi, dimana kadar PO2 sangat

rendah sehingga orang yang berada pada tempat tersebut akan merasa kesulitan

menarik nafas dan ini merupakan komplikasi dari pneumonia, dapat pula terjadi

pada tempat dimana banyak sekali orang dalam satu ruangan dengan ventilasi yang

kurang. (Irman Somantri, 2009, hlm.18)

Penyebab Hipoksia Hipoksik antara lain adalah :

1) Penurunan PO2 udara inspirasi ( ketinggian, kekurangan oksigen );

2) Hipoventilasi;

3) Gangguan difusi alveolar kapiler;

4) Rasio ventilasi – perfusi abnormal atau gangguan ventilasi – perfusi.

b) Hipoksia Anemik

Terjadi akibat tekanan parsial oksigen arteri ( PaO2 ) normal tetapi jumlah

hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut oksigen berubah. Sering muncul pada

kondisi anemia berat, gagal ginjal kronik, dan lain – lain. Klien dengan anemia dapat

sangat mengalami kesulitan sewaktu melakukan aktivitas sebab kemampuan yang

terbatas untuk meningkatkan pengangkutan oksigen ke jaringan yang aktif. (Irman

Somantri, 2009, hlm.18)

c) Hipoksia Stagnan / iskemik

Hipoksia terjadi akibat adanya penurunan stroke volume dan cardiac output yang

mengakibatkan penurunan konsumsi oksigen oleh jaringan. Kondisi ini terjadi ketika

aliran darah ke jaringan sangat lambat, sehingga oksigen yang adekuat tidak dapat

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

dikirim ke jaringan walaupun PO2 dan konsentrasi hemoglobin normal. Kondisi ini

sering terjadi pada kondisi gagal jantung. (Irman Somantri, 2009, hlm.18)

d) Hipoksia histotoksik

Jenis ini terjadi akibat adanya zat racun yang masuk bersama dengan udara yang

dihirup. Hipoksia ini disebabkan karena penghambatan proses oksidasi jaringan.

Sering timbul pada area tambang atau pada kondisi polusi dan kasus yang paling

berat adalah keracunan sianida. (Irman Somantri, 2009, hlm.18)

HIPERKAPNEA

Secara harfiah hiperkapnea adalah berlebihnya ( hiper ) karbon dioksida dalam jaringan.

Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang

inadekuat untuk jumlah CO2 yang diproduksi atau dengan kata lain timbulnya retensi CO2 di

dalam jaringan. (Irman Somantri, 2009, hlm.19)

Faktor yang mendasari hal tersebut terjadi adalah sebagai berikut.

1) Produksi CO2 yang meningkat.

2) Dorongan ventilasi menurun ( klien tidak mau bernafas ).

3) Malfungsi pompa respirasi atau resistensi saluran nafas yang meningkat , sehingga

menyulitkan klien mempertahankan ventilasi adekuat ( klien tidak dapat bernafas ).

4) Inefisiensi pertukaran gas ( ketidakcocokkan rasio ventilasi – perfusi atau ruang rugi

atau anatomical dead space yang meningkat ).

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

4. PATHWAY ( Pohon Masalah )

Hipoventilasi

Hipokapnia

Hipoksemia

Gangguan pada Sistem Pernafasan Gangguan pada Sistem Kardiovaskuler

Paru - Paru

Penekanan Pusat Pernafasan

Pembuluh Darah

Gas Darah Arteri Abnormal

pH Menurun

( Alkalosis Respiratorik )

Asidosis Metabolik

Ventilasi tidak adekuat

Gangguan Sistem Oksigenasi

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Sumber : scribd.com/patofisiologi

5. TANDA DAN GEJALA

Tanda klinis klien hipoksia (Arif Muttaqin, 2008 )

Hipoksia dapat terjadi secara akut atau kronik. Gejala awal dari hipoksia adalah

peningkatan denyut nadi, peningkatan jumlah dan kedalaman nafas, dan diikuti peningkatan

tekanan darah sistolik. Gejala lanjutan hipoksia mencakup penurunan denyut nadi dan

penurunan tekanan darah sistolik, dispnea, batuk, hemoptisis, serta kemungkinan sianosis

dapat timbul.

Gejala lain pada hipoksia akut adalah nause, vomiting, oliguria, dan mungkin anuria.

Hipoksia dapat memengaruhi sistem saraf pusat, sehingga dapat menyebabkan sakit kepala,

apatis ( penurunan kesadaran ), dizzines, iritabilitas, dan kehilangan memori. Korteks

serebral hanya dapat menoleransi terjadinya hipoksia selama 3 – 5 menit. Pada kondisi

lanjut, pada jari klien biasanya timbul clubbing finger. Terjadinya clubbing finger disebabkan

oleh terhambatnya pengangkutan oksigen dan suplai darah arteri ke jari yang ditandai

dengan pembengkakan pada dasar jari menjadi dan meningkatnya ukuran ujung jari, sudut

antara jari, dan dasar jari yang lebih dari 160°.

Gambar 1 : Clubbing Finger

Sumber : healthcentral.com

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Tanda - Tanda dan Gejala Gangguan Pernapasan

Yang termasuk tanda dan gejala gangguan pernapasan adalah batuk, sputum ( dahak ),

dispnea, nyeri dada. (http://repository.usu.ac.id)

a) Batuk

Batuk merupakan gejala paling umum dari penyakit pernapasan. Rangsangan yang biasanya

menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia dan peradangan. Inhalasi debu, asap

dan benda asing kecil sering merupakan penyebab paling sering dari batuk.

b) Sputum ( dahak )

Orang dewasa membentuk sputum sekitar 100 ml dalam saluran napas setiap hari,

sedangkan dalam keadaan saluran napas terganggu biasanya sputum yang dihasilkan

melebihi 100 ml per hari.

c) Hemoptisis

Istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum berdarah.

d) Dispnea

Dispnea sering juga disebut dengan sesak napas, perasaan sulit bernapas dan merupakan

gejala utama penyakit kardiovaskuler.

e) Nyeri dada

Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit paru - paru

adalah akibat radang pleura.

6. KLASIFIKASI ( Arif Muttaqin, 2008 )

a) Klien dengan infeksi dan inflamasi sistem pernafasan :

1. Tuberkolusis Paru

2. Pneumonia

3. Abses paru

4. Bronkhitis

b) Klien dengan gangguan pleura :

1. Efusi pleura

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

2. Pneumothoraks

3. Empiema

4. Hematothoraks

c) Klien dengan gangguan jalan nafas :

1. Penyakit Paru Obstruktif Menahun

2. Emfisema

3. Asma Bronkhial

4. Status Asmatikus

5. Bronkhiektasis

d) Klien dengan keganasan sistem pernafasan :

1. Karsinoma Bronkhogenik

2. Karsinoma Mediastinum

e) Klien dengan gangguan pernafasan :

1. Gagal Nafas

2. Adult Respiratory Distress Syndrome

3. Penyakit Jantung – Paru ( Kor Pulmonal )

4. Embolisme Paru

7. FAKTOR – FAKTOR

Faktor yang mempengaruhi respirasi (Irman Somantri, 2009, hlm.16 - 17)

1. Efek Ketinggian ( Altitude )

Pada tempat yang tinggi biasanya tekanan parsial oksigen ( PO2 ) turun, darah

dalam arteri di bawah tekanan parsial oksigen arteri ( PaO2 ), sehingga terjadi

peningkatan laju dan ke dalaman respiratori.

2. Lingkungan

Pada lingkungan yang panas terjadi dilatasi ( pelebaran ) pembuluh darah

perifer, hal ini mengakibatkan darah mengalir ke kulit sehingga akan meningkatkan

jumlah kehilangan panas dari permukaan tubuh.

3. Emosi

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Kerja dari jantung dipengaruhi oleh pusat tertinggi dari serebrum melalui

hipotalamus, dimana terdapat pusat stimulasi jantung ( cardioinhibitory dan

cardioaccelerator ) di medula. Jarak motorik dari pusat tersebut dibawa oleh impuls

kepada neuron simpatis dan parasimpatis, yang kemudian ditransmisikan ke jantung.

4. Aktivitas dan Istirahat

Latihan / kegiatan akan meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan

peningkatan suplai serta kebutuhan oksigen dalam tubuh.

5. Kesehatan

Pada seseorang yang sehat, sistem kardiovaskuler dan pernafasan secara

normal menyediakan oksigen bagi kebutuhan tubuh. Pada penyakit sistem

kardiovaskuler, hal ini sering kali berdampak terhadap pengangkutan oksigen ke sel

tubuh, sedamgkan penyakit sistem pernafasan dapat memengaruhi oksigenasi dalam

darah. Pada kedua kasus tadi, hipoksemia dapat timbul.

6. Gaya Hidup

Klien yang merokok atau terpapar polusi udara akan dapat mengindikasikan

adanya gangguan paru – paru.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi penyakit paru dapat

diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut. (Irman Somantri, 2009, hlm.21)

1. Metode morfologis : radiologi, bronkoskopi, dan pemeriksaan biopsi sputum ( dahak ).

2. Metode fisiologis : pengukuran gas darah dan tes – tes fungsi ventilasi.

Metode Morfologis

1) Radiologi

Toraks merupakan tempat yang ideal untuk pemeriksaan radiologi. Parenkim

paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X,

karena itu parenkim menghasilkan bayangan yang sangat bersinar - sinar. Jaringan

lunak dinding dada, jantung dan pembuluh - pembuluh darah besar serta diafragma

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

lebih sukar ditembus sinar X dibandingkan parenkim paru sehingga bagian ini akan

tampak lebih padat pada radiogram. Struktur toraks yang bertulang ( termasuk iga,

sternum dan vertebra ) lebih sulit lagi ditembus, sehingga bayangannya lebih padat

lagi.

Gambar 2 : Chest X-Ray ; Sumber : meddean.luc.edu

2) Bronkoskopi

Merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trakea dan

cabang - cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan untuk memastikan

diagnosis karsinoma bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan untuk mengangkat

benda asing.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Gambar 3 : Bronchoscope ; Sumber : asiancancer.com

3) Pemeriksaan Biopsi

Contoh jaringan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan biopsi adalah

jaringan yang diperoleh dari saluran pernafasan bagian atas dan bawah dengan

menggunakan teknik endoskopi yang memakai laringoskop atau bronkoskop.

Manfaat utama biopsi paru – paru terutama berkaitan dengan penyakit paru – paru

difus yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.

4) Pemeriksaan sputum

Penting dilakukan untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit pernafasan.

Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab pada berbagai

pneumonia bakterial, tuberkulosis, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan

sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu dalam mendiagnosis karsinoma

paru. Waktu terbaik untuk pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur,

karena sekresi abnormal bronkus cenderung untuk berkumpul pada waktu tidur.

Metode Fisiologis

1) Analisa Gas Darah

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan

pasien - pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah

dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar oksigenasi

dalam darah, kadar karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan analisa gas darah

dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ ASTRUP ”, yaitu suatu pemeriksaan gas

darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri

radialis, Arteri brachialis, dan Arteri Femoralis.

Tes Rentang Normal Dewasa

PaO2 80 – 100 mmHg

PaCO2 35 – 45 mmHg

pH 7,35 – 7,45

HCO3 21 – 28 mEq/L

SaO2 95% - 100%

Sumber : Perry dan Potter, 2001

2) Tes Fungsi Paru

Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang

mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih

rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume

dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri, sedang

hasil rekamannya disebut dengan spirogram. (www.duniaalatkedokteran.com)

Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi

sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang

sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa

70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus,

duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.

Sedang sisanya sebanyak 30% ( 150 ml ) menetap di ruang rugi ( anatomic dead

spac e).

Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute

volume of respiration ( MVR ) atau juga biasa disebut menit ventilasi. MVR ini

didapatkan dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

permenit. Rata - rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan

permenit adalah 6000 ml / menit.

Volume pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan

mengambil nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume

cadangan inspirasi ( Inspiratory reserve volume ) sebesar 3100 ml dari volume tidal

sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar 3600 ml.

Meskipun paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan

tetapi sesungguhnya paru - paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan

volume residu yang mempertahankan paru - paru dari keadaan kollaps, besarnya

volume residu sekitar 1200 ml.

9. PENGOBATAN

Agen farmakologi untuk penyakit saluran pernafasan ( Irman Somantri, 2009, hlm. 33 )

1) Antimikrobial ( Antibiotik )

Biasanya Ampicillin dan Tetracycline dapat digunakan untuk mengobati infeksi

paru. Meskipun begitu penyebab yang sering pada infeksi saluran pernafasan adalah

virus. Pengobatan untuk infeksi virus bersifat simptomatik.

2) Bronkodilator

Bekerja langsung pada otot bronkus untuk mengurangi bronkospasme. Biasanya

dibedakan menjadi dua grup yaitu sebagai berikut.

Β-adrenergik, seperti Albuterol ( Ventolin ).

Theophyline, seperti Aminophyline.

Efek samping yang biasa terjadi adalah peningkatan denyut jantung ( heart

rate ), palpitasi, nervousness, tremor, mual ( nausea ) dan anoreksia.

3) Adrenal Glukokortikoid ( Prednison )

Digunakan untuk mengurangi inflamasi, dengan cara mempertebal dinding

bronkial dan menurunkan ukuran dari lumen bronkial.

4) Antitusif

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Berfungsi untuk menghambat refleks batuk pada pusat batuk. Seperti Benzinatate

( Tessalon ), Codein Phosphate, Dextrometorphan Hydrobromida ( Robitusin DM ), dan

Hydrocodone Bitartrate ( Hycodan ).

5) Mukolitik

Membantu mengencerkan sekresi pulmonal agar dapat diekspektorasikan. Obat ini

diberikan kepada klien dengan sekresi mukus yang abnormal, kental pada penyakit akut

dan kronis seperti pneumonia, brokitis, tuberkulosis serta kistik fibrosis. Acetilcystein

( Mucomyst ) berbentuk aerosol dapat digunakan untuk mengurangi kekentalan dari

sekresi.

6) Antialergenik

Cromolyn Sodium ( Intal ) merupakan antialergen yang khusus untuk klien dengan asma.

Obat ini mampu menstabilkan mast sel serta menghambat pelepasan mediator tipe I

dari reaksi alergi ( histamin dan Slow – Reacting Substance of Anaphylaxis – SRS – A ).

7) Vasokonstriktor dan Dekongestan

Pengobatan ini diberikan dengan beberapa cara, yaitu topikal, parenteral, dan oral.

Contoh dekongestan adalah Ephedrine Sulfate dan Phenylephrine Hydrochloride.

10. PENATALAKSANAAN MEDIS

1) Terapi Oksigen ( Irman Somantri, 2009 )

Oksigen tambahan diberikan untuk beberapa klien yang mengalami hipoksemia. Jika

hipoksemia teratasi, maka hipoksia akan dapat dicegah.

Terdapat tiga indikasi utama untuk pemberian oksigen yaitu sebagai berikut :

a) Menurunnya arterial blood oxygen.

b) Meningkatnya kerja nafas.

c) Kebutuhan untuk menurunkan kerja miokardial.

2) Fisioterapi Dada

Terdiri atas postural drainase, perkusi dada, dan vibrasi dada. Biasanya ketiga metode

ini digunakan pada posisi yang berbeda diikuti dengan nafas dalam dan batuk.

3) Inhalasi Nebulizer

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Alat bantu pernapasan yang dapat digunakan sebagai terapi untuk mengencerkan dahak

dengan pengasapan ( terapi uap ).

4) Pemberian pengobatan sesuai indikasi.

5) Dukungan Nutrisi sesuai kebutuhan.

11. KOMPLIKASI

Meskipun secara umum terapi oksigen ini aman digunakan, tetapi terdapat beberapa

komplikasi yang dapat timbul akibat dari pemberian oksigen tambahan seperti berikut ini.

(Irman Somantri, 2009)

a) Oxygen – induced Hypoventilation.

b) Oxygen Toxicity.

c) Atelektasis.

d) Occular Damage.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PRE DAN POST OPERASI SISTEM PERNAFASAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PRE OPERASI

1. Pengertian Pre Operasi

Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prabedah

( preoperatif ), bedah ( intraoperatif ), pascaoperatif ( postoperatif ).Prabedah merupakan masa sebelum

dilakukannya tindakan pembedahan dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir

sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer

kemeja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan masa

setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang dan berakhir sampai evaluasi

selanjutnya. (scribd.com)

2. Pengkajian psikososial

Dengan mengumpulkan riwayat kesehatan secara cermat, perawat menemukan kekhawatiran

pasien yang dapat menjadi beban langsung selama pengalaman pembedahan. Tidak diragukan lagi

pasien yang mengalami pembedahan ini dilingkupi oleh kecemasan, termasuk ketakutan akan

ketidaktahuan dan lain sebagainya. Akibatnya, perawat harus memberikan dorongan untuk

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

pengungkapan, dan harus mendengarkan, memahami, dan memberikan i n f o r m a s i y a n g m e m b a n t u m e n

y in g k I r k a n k e k h a w a t I r a n tersebut.

Untuk pasien pre operatif berbagai kecemasan yang cukup besar cemas dan takut terhadap

anastesia, takut terhadap rasa nyeri dan kematian atau ancamanlain yang dapat menimbulkan ketidak

tenangan dan ansietas berat.Pe r a w a t d a p a t melakukan banyak hal untuk menghilangkan kekhawatiran itu

supaya dapat memberikan perasaan tenang pada pasien apabila memungkinkan. (scribd.com)

3. Pengkajian fisik umum

Sebelum pengobatan dimulai, riwayat kesehatan dikumpulkan dan pemeriksaan fisik dilakukan,

selama pemeriksaan fisik tersebut, tanda-tanda vital di catat dan data dasar ditegakan untuk

pembandingan dimasa yang datang, pemeriksaan diagnostik dilakukan seperti Analisis Gas Darah

( AGD ), pemeriksaan rontgen, endoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan feses dan urin, perawat

berada dalam posisi untuk membantu pasien memahami perlunya pemeriksaan diagnostic adalah suatu

kesempatan selama pemeriksaan fisik untuk memperhatikan temuan fisik yang signifikan, seperti

decubitus, edema, atau bunyinafas yang ab n o r m a l, yang lebih jauh menggambarkan k o n d i s i k e s e l u r u h a

n pasien. (scribd.com)

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :

(nurseducation.com)

1) Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara

umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan

keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status

pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain - lain. Selain itu pasien

harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami

stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya

dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

2) Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep,

lingkar lengan atas, kadar protein darah ( albumin dan globulin ) dan keseimbangan nitrogen. Segala

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup

untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai

komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi ( terlepasnya jahitan

sehingga luka tidak bisa menyatu ), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius

pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian

juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya

dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum ( normal : 135 -145 mmol/l ), kadar

kalium serum ( normal : 3,5 - 5 mmol/l ) dan kadar kreatinin serum ( 0,70 - 1,50 mg/dl ). Keseimbangan

cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme

asam basa dan ekskresi metabolit obat - obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat

dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri / anuria, insufisiensi renal

akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-

kasus yang mengancam jiwa.

4) Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa

diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan

kolon dengan tindakan enema / lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam ( biasanya

puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB ). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk

menghindari aspirasi ( masuknya cairan lambung ke paru-paru ) dan menghindari kontaminasi feses ke

area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien

yang menbutuhkan operasi CITO ( segera ), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka

pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT ( naso gastric tube ).

5) Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah

yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi

kuman dan juga mengganggu / menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya

pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran ( scheren ) harus dilakukan dengan hati - hati

jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan

untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.

Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan

dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin ( pubis ) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan

operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi

pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,

pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.

6) Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat

merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien

yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan

lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara

mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7) Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk

pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.

8) Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai

persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan

banyak lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

a) Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan

dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat

meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi

darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut

ditekuk dan perut tidak boleh tegang.

Letakkan tangan diatas perut

Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut

tertutup rapat.

Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara

dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.

Lakukan hal ini berulang kali (15 kali).

Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.

b) Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi

dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam

kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.

Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien

setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik

batuk efektif dengan cara :

Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari - jari tangan dan letakkan

melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.

Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam ( 3-5 kali )

Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya

batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada

tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya

terhadap incisi.

Ulangi lagi sesuai kebutuhan.

Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan

menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.

c) Latihan Gerak Sendi

Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien

dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses

penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang

pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut

jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena

justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus

(peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut / flatus. Keuntungan lain adalah

menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan

terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan

menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range

of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun

kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara

mandiri.

4. Persiapan Penunjang

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan

pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa

menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang

dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG,

dan lain-lain.

Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan

berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan

penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter

anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter

anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa

perdarahan ( bledding time ) dan masa pembekuan ( clotting time ) darah pasien, elektrolit serum,

Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

5. Pemeriksaan Status Anastesi

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama

pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami

pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri

pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA

( American Society of Anasthesiologist ). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada

umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel

pemeriksaan ASA.

6. Persiapan Mental / Psikis

Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi

karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan

pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat

membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis

yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan riwayat hipertensi jika

mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya

akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi

dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Setiap

orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan

memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu

dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan.

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi

pembedahan antara lain :

Takut nyeri setelah pembedahan.

Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal ( body

image ).

Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti ).

Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai

penyakit yang sama.

Takut / ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.

Takut mati saat dibius / tidak sadar lagi.

Takut operasi gagal.

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya

perubahan - perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan - gerakan

tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama

berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa

digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal - hal yang

bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini,

seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung / support system.

Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal - hal yang terkait

dengan persiapan operasi, antara lain :

1) Pengalaman operasi sebelumnya

Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan / alasan tindakan operasi

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.

2) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi dan petugas

kamar operasi.

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur ( pre, intra, post operasi )

Pengetahuan tentang latihan - latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus

dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Persiapan

mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan

keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui

dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke

rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang

mestinya sudah dilakukan beberapa hari / minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan

mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga /

orang terdekat pasien.Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan

perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien.

Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan

pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien

untuk menjalani operasi.

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:

1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi,

memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh

pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

2) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih

siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien

mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.

3) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai

dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien

harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya

untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan

darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan

yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik

4) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur

yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama

sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

5) Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena

pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

6) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan

diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur

sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

7) Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan

di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk

memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar

pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu

yang terletak di depan kamar operasi.

7. Obat – Obatan Pre Medikasi

Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat - obatan premedikasi

untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat – obatan

premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di

berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah

terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1 - 2 jam sebelum

operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2 - 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah

ceftriakson 1gram dan lain - lain sesuai indikasi pasien.

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

8. Manajemen Keperawatan

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh

(Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :

1) Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis

vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus.

2) Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,

hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

3) Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas / DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi

(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa

pra operasi).

4) Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

5) Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune

(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi

kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit

hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse

darah / reaksi transfuse.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

6) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,

antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau

tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol

( risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga

potensial bagi penarikan diri pasca operasi ).

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial

berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi :

1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan

status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau

krisis maturasi.

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factor

budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan.

3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan, keluhan

terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.

4. Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks, hospitalisasi /

perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan.

5. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit / prognosis ( misalnya kanker ),

ketidakberdayaan.

6. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan saraf /

otot, dan nyeri.

3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk

menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20).

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada

tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) adalah :

1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread

yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap

bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan

memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria hasil :

1. klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress.

2. klien mampu mempertahankan penampilan peran.

3. klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.

4. klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

5. tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

Rasional : memudahkan intervensi.

2. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol

ansietas.

3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan

yang dirasakan.

4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapa-harapan yang

positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi

kecemasan.

5. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam

keadaan cemas.

Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi

masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang

lain atas kemampuannya.

6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

7. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut

diagnosis, perawatan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

8. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.

Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

Kriteria hasil :

1. pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

2. memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

3. menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuhnya.

Rasional : faktor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra tubuh.

2. Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.

Rasional : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga pasien tidak

menyukai keadaan fisiknya.

3. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian terhadap

perawatan, kemajuan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi kecemasan.

4. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan martabat pasien.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan berarti

dalam diri pasien.

3. Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat

terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau

ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.

Kriteria hasil :

1. pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang.

2. mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang efektif.

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

3. menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.

4. berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan pemberi

pelayanan kesehatan.

Rasional : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.

2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

Rasional : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya, memudahkan

intervensi

3. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realitas.

Rasional : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang ada saat ini.

4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif.

5. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan emosional

untuk pasien dan keluarga.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi kecemasan.

4. Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi

keluarga.

Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.

Kriteria hasil :

1. pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.

2. pasien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan dengan

perawatan setelah rawat inap.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

2. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat pengobatan.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping yang digunakan.

Rasional : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang tepat .

4. Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang normal pada anak

yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.

Rasional : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota keluarga.

5. Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar dan

bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.

Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

Kriteria hasil :

1. mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.

2. menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.

3. mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

2. Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan

atau mengurangi takut.

Rasional : mempertahankan perilaku koping yang efektif.

3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan

yang dirasakan.

4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang

positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi

kecemasan.

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

6. Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik

yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

1. penampilan yang seimbang..

2. melakukan pergerakkan dan perpindahan.

3. mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

a. 0 = mandiri penuh

b. 1 = memerlukan alat Bantu.

c. 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.

d. 3 =membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

e. 4 =ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

Rasional : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena

ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

Rasional : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

Rasional : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

Rasional : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan

mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

4. EVALUASI

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan

keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan

(Brooker, Christine. 2001).

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Respirasi adalah :

1) Ansietas berkurang/terkontrol.

2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

3) Pasien menunjukkan koping yang efektif.

4) Pasien dan keluarga memahami perubahan - perubahan dalam peran keluarga.

5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

6) Pasien akan menunjukkan tingkat Respirasi yang optimal.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN POSTOPERASI

1. Pengertian Post Operasi

Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik ataudirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien

dapat menjadi kompleks akibatfisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi pasca atau post

operasiini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari hasil pengkajian keperawatan

preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur pembedahan dan hal - hal yang terjadi

selama pembedahan berlangsung.Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan.

Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan

berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien yang menjalani bedah sehari, pemulihan

normalnya terjadi dalam 1 sampai 2 jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang

dirawat di rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama

1hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien.

2. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan / Recovery Room

Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi.

Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :

Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan

umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Pasang pengaman pada tempat tidur.

Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.

Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.

Beri O2 2,3 liter sesuai program.

Observasi adanya muntah.

Catat intake dan out put cairan.

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis

Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90

mmHg.

HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit.

Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.

Meningkatnya kegelisahan pasien

Tidak BAK + 8 jam post operasi.

3. Pengeluaran dari Ruang Pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.

Tanda-tanda vital harus stabil.

Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.

Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.

Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien

tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan

dipindahkan.

Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan

menerima pasien tersebut.

4. Pengangkutan Pasien keruangan

Page 32: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Hal - hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :

Keadaan penderita serta order dokter.

Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.

Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu - waktu,

dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu - waktu terlihat.

5. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi

a) Pengkajian awal

1. Status Respirasi

Meliputi :

Kebersihan jalan nafas.

Kedalaman pernafasaan.

Kecepatan dan sifat pernafasan.

Bunyi nafas

2. Status sirkulator

Meliputi :

Nadi

Tekanan darah

Suhu

Warna kulit

3. Status neurologis

Meliputi : tingkat kesadaran

4. Balutan

Meliputi :

Keadaan drain.

Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainase.

5. Kenyamanan

Page 33: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

Meliputi :

Terdapat nyeri

Mual

Muntah

6. Keselamatan

Meliputi :

Diperlukan penghalang samping tempat tidur.

Kabel panggil yang mudah dijangkau.

Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.

7. Perawatan

Meliputi :

Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.

Sistem drainase : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,

sifat dan jumlah drainage.

8. Nyeri

Meliputi :

Waktu

Tempat.

9. Frekuensi.

10. Kualitas.

11. Faktor yang memperberat / memperingan.

A. Data Subyektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah ditempatkan

ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung misalnya :

”Bagaimana perasaan anda?”, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada

daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada

waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk mengetahui lokasi,

Page 34: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari

torehan.

Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual bila

perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika

yang cukup banyak.

B. Data Objektif

1. Sistem Respiratori

2. Status sirkulatori

3. Tingkat Kesadaran

4. Balutan

5. Posisi tubuh

6. Status Urinari / eksresi.

C. Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur

pembedahan dan pengobatan, body image dan pola / gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan

kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.

6. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan

manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.

2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan

insufisisensi ginjal.

7. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

A. Diagnosa Umum

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.

Page 35: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

3) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

4) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan ( penenang,

analgesik ) dan imobilisasi terlalu lama.

B. Diagnosa Tambahan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.

3) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.

4) Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.

5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah,

nyeri, mual.

7) Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

Page 36: Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Dan Post Operasi Sistem Pernafasan

DAFTAR PUSTAKA

1) http://www.scribd.com/doc/54740478/Makalah-KMB-1-Monitoring-Pre-Dan-Post

2) http://www.scribd.com/doc/76227258/patofisiologi

3) Somantri Irman. (2009). ( Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan )

(Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

4) Muttaqin Arif.(2008). (Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pernafasan).Jakarta : Salemba Medika.

5) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21820/4/Chapter%20II.pdf