kelarutan suatu zat

Upload: abdul-manaf

Post on 02-Jun-2018

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Kelarutan Suatu Zat

    1/4

    Kelarutan suatu zat (solut) dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, antara lain:

    1.) Pembentukan Kompleks

    Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya van der waals

    dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen memberikan gaya yang

    bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan kovalen koordinat penting dalam beberapakompleks logam. Salah satu faktor yang penting dalam pembentukan kompleks molekuler

    adalah persyaratan ruang. Jika pendekatan dan asosiasi yang dekat dari molekul donor dan

    molekul akseptor dihalangi oleh faktor ruang, kompleks akan atau mungkin berbentuk ikatan

    hidrogen dan pengaruh lain harus dipertimbangkan. Polietilen glikol, polistirena, karboksimetil-

    selulosa dan polimer sejenis yang mengandung oksigen nukleofilik dapat berbentuk kompleks

    dengan berbagai obat. Semakin stabil kompleks organik molekuler yang terbentuk, makin besar

    reservoir obat yang tersedia untuk pelepasan. Suatu kompleks yang stabil menghasilkan laju

    pelepasan awal yang lambat dan membutuhkan waktu yang lama untuk pelepasan sempurna

    (Martin dkk, 1993).

    Cara ini membuat pentingnya pembuatan kompleks molekuler. Dibawah kompleks ini diartikansenyawa yang antara lain terbentuk melalui jembatan hidrogen atau gaya dipol-dipol, juga

    melalui antar aksi hidrofob antar bahan obat yang berlainan seperti juga bahan obat dan bahan

    pembantu yang dipilih. Pembentukan kompleks sering dikaitkan dengan suatu perubahan sifat

    yang lebih penting dari bahan obat, seperti ketetapan dan daya resorbsinya, sehingga dalam

    setiap kasus diperlukan suatu pengujian yang cermat dan cocok. Pembentukan kompleks

    sekarang banyak dijumpai penggunaannya untuk perbaikan kelarutan, akan tetapi dalam kasus

    lain juga dapat menyebabkan suatu perlambatan kelarutan.

    2.) Penambahan Kosolven

    Kosolven adalah pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk membantu melarutkan

    atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat, cara ini disebut kosolvensi. Cara ini cukup potensial

    dan sederhana dibanding beberapa cara lain yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan

    dan stabilitas suatu bahan. Penggunaan kosolven dapat mempengaruhi polaritas sistem, yang

    dapat ditunjukkan dengan pengubahan tetapan dielektrikanya.

    Kosolven seperti etanol, propilen glikol, polietilen glikol dan glikofural telah rutin digunakan

    sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan obat dalam larutan pembawa berair. Pada beberapa

    kasus, penggunaan kosolven yang tepat dapat meningkatkan kelarutan obat hingga beberapa

    kali lipat, namun bisa juga peningkatan kelarutannya sangat kecil, bahkan dalam beberapa

    kasus penggunaan kosolven dapat menurunkan kelarutan solut dalam larutan berair. Efek

    peningkatan kelarutan terutama disebabkan oleh polaritas obat terhadap solven (air) dan

    kosolven. Pemilihan sistem kosolven yang tepat dapat menjamin kelarutan semua komponen

    dalam formulasi dan meminimalkan resiko pengendapan karena pendinginan atau pengenceran

    oleh cairan darah. Akibatnya, hal ini akan mengurangi iritasi jaringan pada tempat administrasi

    obat.

    3.) Penambahan Surfaktan

    Surfaktan atau zat aktif permukaan adalah molekul yang struktur kimianya terdiri dari dua

    bagian dan mempunyai perbedaan afinitas terhadap berbagai pelarut yaitu bagian hidrofobik

    dan hidrofilik. Bagian hidrofobik terdiri dari rantai panjang hidrokarbon terhalogenasi atau

    teroksigenasi, bagian ini mempunyai afinitas terhadap minyak atau pelarut non polar,

    sedangkan bagian hidrofilik dapat berupa ion, gugus polar, atau gugus-gugus yang larut dalamair. Oleh karena itu surfaktan seringkali disebut ampifil karena mempunyai afinitas tertentu

  • 8/10/2019 Kelarutan Suatu Zat

    2/4

    baik terhadap pelarut polar maupun non polar. Surfaktan secara dominan terhadap hidrofilik,

    hidrofobik atau berada di antara minyak air. Ampifilik merupakan sifat dari surfaktan yang

    menyebabkan zat terabsorpsi pada antarmuka, apakah cair/gas, atau cair/cair. Agar surfaktan

    terpusat pada antarmuka, harus diimbangi dengan jumlah gugus-gugus yang larut air dan

    minyak. Bila molekul terlalu hidrofilik atau hidrofobik maka tidak akan memberikan efek pada

    antarmuka. Adsorpsi molekul surfaktan di permukaan cairan akan menurunkan teganganpermukaan dan adsorpsi di antara cairan akan menurunkan tegangan antarmuka.

    Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang

    disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical Micelle

    Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi kompleks dengan obat

    tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi obat

    karena surfaktan dan membran mengandung komponen penyusun yang sama. Sifat terpenting

    misel adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya sukar larut atau

    sedikit larut dalam pelarut yang digunakan. Proses ini disebut solubilisasi yang terbentuk

    antara molekul zat yang larut berasosiasi dengan misel surfaktan membentuk larutan yang

    jernih dan stabil secara termodinamika.

    Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar dengan

    permukaan cairan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan antarmuka adalah gaya

    persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, dan seperti

    tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm. Tegangan antarmuka selalu lebih kecil

    daripada tegangan permukaan karena gaya adhesif antar dua fase cair yang membentuk suatu

    antarmuka adalah lebih besar daripada bila suatu fase cair dan suatu fase gas berada bersama-

    sama. Apabila dua cairan bercampur dengan sempurna, tidak ada tegangan antarmuka yang

    terjadi. Surfaktan terbagi menjadi :

    a. surfaktan anionik

    Surfaktan yang larut dalam air dan berionisasi menjadi ion negatif dan ion positif. Ion negatif

    bertindak sebagai surfaktan misalnya Natrium lauril sulfat.

    b. surfaktan kationik

    Surfaktan yang larut dalam air, berionisasi menjadi ion negatif dan ion positif. Ion postif

    bertindak sebagai surfaktan, misalnya N-setil n-etil morfolium etosulfat.

    c. surfaktan amfoter

    Surfaktan yang molekulnya bersifat amfoter, misalnya : Asil aminopropiona, Imidazolinum

    betaine.

    d. surfaktan nonionik

    Surfaktan non ionik adalah surfaktan yang larut dalam air tetapi tidak berionisasi, misalnya :

    tween dan span (Martin dkk, 1993).

    Metode Untuk Meningkatkan Kelarutan Obat Sukar Larut dalam Air

    Sejumlah metodologi dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut

    dalam air dan lebih lanjutnya dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat tersebut.

    Memperkecil ukuran patikel.

    Ukuran dan bentuk partikel berpengaruh terhadap kelarutan partikel tersebut. Semakin kecil

    ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu bahan obat.Teknologi nanosuspensi.

  • 8/10/2019 Kelarutan Suatu Zat

    3/4

  • 8/10/2019 Kelarutan Suatu Zat

    4/4

    Zat aktif yang digunakan dalam sediaan farmasi pada umumnya bersifat asam dan basa lemah.

    Kelarutan suatu zat asam atau basa lemah sangat dipengaruhi pH. Untuk menjamin suatu

    larutan homogen yang jernih dan keefektifan terapi maksimumnya, maka pembuatan sediaan

    farmasi harus disesuaikan dengan pH optimumnya. Kelarutan asam-asam lemah akan

    meningkat dengan meningkatnya pH larutan, karena berbentuk garam yang mudah larut.

    Sedangkan kelarutan basa-basa lemah akan brtambah dengan menurunnya pH larutan.

    6

    Hidrotophi.

    Batasan hidrotropi telah digunakan untuk merancang peningkatan kelarutan dalam air dari

    berbagai zat karena adanya bahan tambahan dalam jumlah besar. Mekanisme bagaimana

    terjadinya efek ini sampai sat ini belum terpecahkan sepenuhnya, beberapa peneliti

    berpendapat bahwa hidrotrofi hanyalah tipe lain dari solubilisasi, dengan zat terlarut yang

    melarut dalam kumpulan-kumpulan terarah dari zat hidrotrofi tersebut. tetapi larutan-larutanhidrotropi tidak menunjukkan sifat koloid. Peneliti lain merasa bahwa fenomena ini berkaitan

    dengan pebentukan kompleks yang meliputi suatu interaksi lemah antara zat hidrotropi dan

    zat terlarut