kekerasan struktural dan personal dalam novel candik ala 1965 karya tinuk

101
KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK R. YAMPOLSKY Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Marcellina Ungti Putri Utami NIM: 144114038 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Januari 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 11-Sep-2021

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL

DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK R. YAMPOLSKY

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Marcellina Ungti Putri Utami

NIM: 144114038

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Januari 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

i

KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL

DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK R. YAMPOLSKY

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Marcellina Ungti Putri Utami

NIM: 144114038

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Januari 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku,

Skolastika Sudarwanti dan Engelbertus Agung Doso Yunianto

dan juga semua orang yang saya kasihi, serta yang selalu mengkasihi saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

vii

MOTO

“I can do all things through Christ which strengtheneth me.”

(Phlippians 4:13)

“Terbentur. Terbentur”

“Terbentur. Terbentuk”

(Tan Malaka)

“Urip ojo kakehan sambat. Dilakoni. Nek kesel leren”

(Pay)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha

segala dan semesta atas berkat, karunia, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kekerasan Struktural dan Personal dalam

Novel Candik Ala 1965 Karya Tinuk R. Yampolsky” ini dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercipta tanpa pihak yang

membantu, membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada beberapa pihak.

Yang pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Susilowati Endah

Peni Adji, S.S., M.Hum sebagai pembimbing I dan Dr. Yoseph Yapi Taum,

M.Hum sebagai pembimbing II yang telah sangat membantu dalam penulisan

tugas akhir ini. Dukungan dan semangat yang disampaikan sungguh mendorong

agar tugas akhir ini dapat selesai tepat waktu.

Yang kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen

Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), terutama Prof. Dr. Praptomo

Baryadi, M.Hum yang menjadi DPA saya selama ini. Terima kasih atas waktu dan

tenaga yang telah diberikan kepada penulis. Nasihat dan dukungan yang selalu

mendorong penulis supaya bekerja keras. Terima kasih juga kepada Sony

Christian Sudarsono, S.S., M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi Sastra

Indonesia USD, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Maria Magdalena Sinta Wardani,

S.S., M.A., Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., (alm), dan Drs. Hery Antono,

M.Hum. (alm) yang telah bersedia membagi ilmunya selama saya berkuliah di

Program Studi Sastra Indonesia; juga kepada Staf Sekretariat Fakultas Sastra

khususnya Jurusan Sastra Indonesia atas pelayanannya yang baik selama ini.

Yang ketiga ucapan terima kasih teruntuk kedua orang tuaku, Skolastika

Sudarwanti dan Agung Doso Yunianto yang sudah selalu memberikan dukungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

x

ABSTRAK

Utami, Marcellina Ungti Putri. 2017. Kekerasan Struktural dan Personal

dalam Novel Candik Ala 1965 Karya Tinuk R. Yampolsky. Skripsi

Strata Satu (S-1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra.

Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengangkat topik “Kekerasan struktural dan personal dalam

novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky”. Penelitian ini bertujuan

untuk (1) Menguraikan struktur pembangun cerita yang mencakup tentang tokoh,

penokohan, dan latar dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky

dan (2) Mendeskripsikan kekerasan struktural dan kekerasan personal yang

terdapat dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky. Dalam

menganalisis struktur pembangun cerita, menggunakan kajian struktural. Analisis

kekerasan struktural dan personal menggunakan teori kekerasan menurut Johan

Galtung. Penelitian ini menggunakan paradigma M.H Abrams yaitu, pendekatan

objektif dan pendekatan mimetik. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data

yang dipakai adalah metode studi pustaka, metode analisis data menggunakan

metode analisis konten, dan metode penyajian analisis data menggunakan metode

deskriptif kualitatif.

Hasil analisis struktur pembangun cerita (tokoh, penokohan, dan latar)

dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky. Tokoh utama adalah

Nik dan Ibu Kesawa. Sedangkan tokoh tambahan terdiri dari Pak Kesawa, Mas

Cuk, Mas Tok, Yu Parni, Sarjono, Mas Kun, Bu Arum, Si Gagap, Kamil, Pak

Djo, Nila, Tris, Leaph dan Ibu Sul. Dalam menganalisis latar, peneliti membagi

unsur latar menjadi tiga bagian yaitu: latar tempat, latar waktu dan latar sosial

budaya. Latar tempat yang paling dominan adalah Kota Solo, latar waktu yang

paling dominan adalah tahun 1965, dan latar sosial budaya yang paling dominan

adalah budaya masyarakat Jawa.

Dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis kekerasan struktural dan empat

jenis kekerasan personal. Tiga jenis kekerasan struktural yang terdapat dalam

novel adalah sebagai berikut: (1) kekerasan struktural tersebut dialami oleh para

simpatisan PKI, (2) kekerasan struktural terhadap masyarakat sipil masa orde

baru, dan (3) kekerasan struktural terhadap warga sipil di Kamboja. Kekerasan

struktural yang terjadi didorong dengan adanya faktor urutan kedudukan linear

dan pola interaksi yang tidak siklis. Analisis kekerasan personal dalam penelitian

ini menemukan empat jenis kekerasan personal, yaitu sebagai berikut: (1)

kekerasan personal terhadap anggota organisasi kepemudaan, (2) kekerasan

terhadap para simpatisan PKI, (3) kekerasan personal terhadap wanita, dan (4)

kekerasan personal terhadap warga sipil di Kamboja. Bentuk kekerasan yang

mendominasi kekerasan personal pada novel tersebut, yaitu (1) cara yang

digunakan adalah menggunakan badan manusia itu sendiri; (2) bentuk

organisasinya adalah TNI; dan (3) sasaran pendekatannya bersifat anatomis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

xi

ABSTRACT

Utami, Marcellina Ungti Putri. 2017. Structural and Personal Violence in

Candik Ala 1965 written by Tinuk R. Yampolsky. Undergraduate

Thesis. Yogyakarta: Indonesian Letters. Faculty of Letters. Sanata

Dharma University.

The topic of this research is “Structural and Personal Violence in Candik

Ala 1965 written by Tinuk R. Yampolsky.” This study aims to (1) elaborating the

structure constructing the story including the characters, characterization, and

setting in Candik Ala 1965 written by Tinuk R. Yampolsky; and (2) describing the

structural and direct violence occurred in Candik Ala 1965 written by Tinuk R.

Yampolsky. In analyzing the structure constructing the story, structural study was

used. Theory of violence proposed by Johan Galtung was used to analyze

structural and direct violence. The paradigm of this study is based on M.H,

Abrams, which is objective and mimetic approach. In this study, the research

applied literature study as the data collection technique, contect analysis as the

data analysis technique, and qualitative description as the data analysis

presentation.

The result of the structure constructing the story analysis (characters,

characterization, and setting) in Candik Ala 1965 written by Tinuk R. Yampolsky.

The main characters were Nik and Mrs. Kesawa, while the additional characters

were Mr. Kesawa, Cuk, Tok, Mrs. Parni, Sarjono, Kun, Mrs. Arum, the Stutter,

Kamil, Mr. Djo, Nila, Tris, Leaph and Mrs. Sul. In analyzing the setting, the

writer classified the elements of setting into 3 parts, which were setting of place,

setting of time and sociocultural setting. The setting of place which was dominant

was in the city of Solo, the setting of time which was dominant was in the year of

1965, and the sociocultural setting which was dominant was the culture of

Javanese people.

In this study, it was found that there were 3 kinds of structural violence

and 4 kinds of personal violence. The 3 kinds of structural violence occurred in

the novel were as follows: (1) the structural violence was experienced by the

sympathizers of Communist Party of Indonesia. (2) structural violence against

civilian community in the New Order, and (3) civilian community in Cambodia.

The structural violence in the novel is urged the linear position of order factor and

uncoordinated intraction. It was also found that there were 4 kinds of personal

violence, which were (1) direct violence against the members of youth

organizations, (2) violence against the sympathizers of Communist Party of

Indonesia, (3) personal violence against women, and (4) personal violence against

civilian community in Cambodia. Domination in the form of violence occurred in

the novel is (1) using the human body itself, (2) the form of Indonesian National

Armed Forces, (3) the targeted approach is anatomical.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .... v

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. vi

MOTO ….................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

ABSTRAK ................................................................................................. x

ABSTRACK ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………….......… 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………. 4

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………. 5

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………… 5

1.4.1 Manfaat Praktis ……………………………. 5

1.4.2 Manfaat Teoritis …………………………… 6

1.5 Tinjauan Pustaka ………………………………..…… 6

1.6 Kerangka Teori ………………………………….…… 8

1.6.1 Pendekatan Objektif dan Kajian Struktural ... 10

1.6.1.1 Penokohan ………………………………. 11

1.6.1.2 Tokoh …………………………………… 12

(1) Tokoh Utama ………………………………... 12

(2) Tokoh Tambahan …...………………………... 13

1.6.1.3 Latar ……………………………………... 13

(1) Latar Tempat …………………………………. 13

(2) Latar Waktu …………………………………... 14

(3) Latar Sosial Budaya …………………………… 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

xiii

1.6.2 Pendekatan Mimetik ………………………. 14

1.6.2.1 Teori Sosiologi Sastra ……………………. 15

1.6.2.2 Teori Johan Galtung ……………………… 16

1.7 Metode Penelitian ……………………………………... 18

1.7.1 Jenis Penelitian …………………………….... 19

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data …………………... 19

1.7.3 Teknik Analisis Data ………………………… 20

1.7.4 Teknik Penyajian Analisis Data ……………... 21

1.8 Sistematika Penyajian …………………………………. 21

BAB II STRUKTUR CERITA DALAM NOVEL CANDIK

ALA 1965 KARYA TINUK R. YAMPOLSKY

Pengantar ..................................................................... 22

2.1 Tokoh …....................................................................... 23

2.1.1 Tokoh Utama …........................................................ 23

2.1.1.1 Nik …......................................................... 23

2.1.1.2 Ibu Kesawa …............................................ 24

2.1.2 Tokoh Tambahan ….................................................. 24

2.1.2.1 Pak Kesawa …........................................... 25

2.1.2.2 Mas Tok …................................................ 25

2.1.2.3 Mas Cuk …................................................ 25

2.1.2.4 Yu Parni …................................................ 25

2.1.2.5 Sarjono ….................................................. 26

2.1.2.6 Bu Arum …................................................ 26

2.1.2.7 Mas Kun …................................................. 26

2.1.2.8 Nila …......................................................... 27

2.1.2.9 Tris …........................................................ 27

2.1.2.10 Si Gagap …............................................... 27

2.1.2.11 Kamil ….................................................... 28

2.1.2.12 Pak Djo …................................................. 28

2.1.2.13 Leaph ….................................................... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

xiv

2.1.2.14 Ibu Sul …................................................. 29

2.2 Penokohan …............................................................... 29

2.2.1 Nik …............................................................ 30

2.2.2 Ibu Kesawa …............................................... 34

2.2.3 Pak Kesawa …............................................... 36

2.2.4 Mas Tok ….................................................... 39

2.2.5 Mas Cuk …................................................... 40

2.2.6 Yu Parni …................................................... 41

2.2.7 Sarjono …..................................................... 42

2.2.8 Bu Arum …................................................... 44

2.2.9 Mas Kun ….................................................... 45

2.2.10 Nila ….......................................................... 46

2.2.11 Tris …........................................................... 47

2.2.12 Si Gagap …................................................... 48

2.2.13 Kamil …........................................................ 50

2.2.14 Pak Djo …..................................................... 51

2.2.15 Leaph …........................................................ 52

2.2.16 Ibu Sul ….................................................... 53

2.3 Latar …......................................................................... 53

2.3.1 Latar tempat…........................................................... 54

2.3.1.1 Indonesia...................................................... 55

(1) Solo …................................................................ 55

(2) Jakarta …........................................................... 57

2.3.1.2 Amerika ….................................................... 57

2.3.1.3 Kamboja …................................................... 58

2.3.2 Latar Waktu …............................................................ 58

2.3.2.1 Tahun 1965 …............................................... 59

2.3.2.2 Tahun 1998 …............................................... 59

2.3.2.3 Pagi Menjelang Siang …............................... 60

2.3.2.4 Tengah Malam …........................................ 60

2.3.3 Latar Sosial Budaya …............................................... 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

xv

2.3.3.1 Budaya Jawa …........................................... 61

Rangkuman …..................................................................... 61

BAB III KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL

DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA

TINUK R. YAMPOLSKY

Pengantar .......................................................................... 63

3.1 Kekerasan Struktural …............................................... 63

3.1.1 Kekerasan Struktural terhadap

Simpatisan PKI …......................................... 64

3.1.2 Kekerasan Struktural terhadap Masyarakat

Sipil Masa Orde Baru …............................... 67

3.1.3 Kekerasan Struktural terhadap Masyarakat

Sipil di Kamboja …....................................... 68

3.2 Kekerasan Personal ….................................................. 69

3.2.1 Kekerasan Personal terhadap Anggota

Organisasi Pemuda ….................................... 70

3.2.2 Kekerasan Personal terhadap

Simpatisan PKI ….......................................... 71

3.2.3 Kekerasan Personal terhadap Wanita ............ 73

3.2.4 Kekerasan Personal terhadap Warga Sipil

di Kamboja …........…................................... 74

Rangkuman ....................................................................... 75

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ................................................................ 77

4.2. Saran .......................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah karya sastra dibuat oleh seorang pengarang melalui sebuah

pengalaman. Pengalaman tersebut dialami oleh pengarang itu sendiri dalam kehidupan

sosial sehari-hari di masyakarat. Dalam filosofinya, terdapat hubungan yang hakiki

antara karya sastra dengan masyarakat. Pengarang memanfaatkan kekayaan fenomena

sosial yang ada dalam masyarakat dan hasil karya sastra tersebut dimanfaatkan kembali

oleh masyarakat. Biasanya, masalah seputar “sastra dan masyarakat” bersifat sempit

dan eksternal (Wellek dan Werren via Saraswati, 1993: 109-110). Sastra dikaitkan

dengan situasi tertentu atau dengan sistem politik, ekonomi, dan sosial tertentu.

Objek material pada penelitian ini adalah novel Candik Ala 1965 karya Tinuk

R. Yampolsky. Novel ini diterbitkan pertama kali pada Juni 2011 oleh KataKita. Cerita

dalam novel ini dikaitkan dengan sebuah sistem politik pada masa 1965 sampai masa

orde baru sekitar tahun 1998. Candik Ala adalah ungkapan Jawa yang berarti “langit

kuning kemerahan menjelang senja”. Melalui judul tersebut, Tinuk R. Yampolsky

menggambarkan bahwa pada tahun 1965 terjadi sebuah peristiwa besar yang

mengakibatkan banyak pertumpahan darah di Indonesia. Warna langit kuning

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

2

kemerahan menjelang senja seakan ingin mengungkapkan bahwa pada tahun 1965

langit pun ikut memerah mewakili situasi yang terjadi di Indonesia.

Candik Ala 1965 menceritakan tentang kenangan seorang anak kecil berumur

7 tahun bernama Nik, mengenai kejadian pada peristiwa 1965. Pada tanggal 30

September 1965, tujuh perwira paling senior Tentara Nasional Indonesia (TNI) tewas.

Pembunuhan enam perwira tersebut dilakukan oleh sebuah kelompok dari dalam TNI

itu sendiri. Mayor Jendral Suharto memerintahkan pasukannya untuk melakukan aksi

pembersihan para kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI). Aksi pembersihan ini,

meluas hingga ke seluruh Indonesia.

Dalam novel Candik Ala 1965, Nik menjalani masa kecil dengan penuh trauma

dan rasa penasaran yang begitu besar. Setiap hari keluarganya bertengkar karena suatu

hal yang saat itu belum terlalu dapat dimengerti oleh Nik. Walaupun masih terlalu kecil

untuk memahami permasalahan pada waktu itu, paling tidak Nik sudah mengerti apa

yang harus ia lakukan jika keluarganya sedang dalam suasana serius. Semenjak aksi

pembersihan itu dilakukan, setiap hari Nik merasa ketakutan. Suasana menjadi lebih

mencekam dengan suara tembakan yang sangat sering terdengar.

Suatu hari, Mas Tok yang tak lain adalah kakak sulungnya, bersama istri dan

anaknya datang ke rumah Nik membawa banyak baju dan berboks-boks buku yang

dipak tergesa-gesa. Semenjak hari kedatangan Mas Tok ke rumah Nik, keadaan di

rumah Nik menjadi kurang menyenangkan. Suasana dan kehidupan masa kecil Nik

menjadi menakutkan karena kedatangan Mas Tok yang sekarang sudah menjadi

simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kehidupan masa kecil Nik selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

3

dibayang-bayangi rasa takut dan ketegangan yang terjadi di rumahnya hampir setiap

hari.

Tidak hanya di rumah, Nik merasakan ketakutan itu. Daerah di sekitar kampung

tempat tinggal Nik juga menjadi sasaran untuk dilakukan penggledahan. Suatu hari

truk-truk Erperkard masuk ke area perkampungannya. Kedatangan para tentara ke

perkampungannya untuk melakukan penggledehan terhdapa para simpatisan PKI.

Setelah terjadinya penggledahan di kampung tempat tinggalnya, balaikota menjadi

tempat yang akhir-akhir ini ramai dipenuhi oleh masyarakat. Balaikota menjadi salah

satu tempat untuk menghukum dan mengumpulkan para tahanan yang terkena 1

pencidukan yang dilakukan oleh TNI pada saat itu. Sejak saat itu, Nik tidak pernah

melihat tetangga-tetangganya yang tertangkap itu lagi.

Tidak hanya pada masa 1965, cerita ini juga menceritakan sedikit bagian

tentang awal masa runtuhnya Orde Baru oleh Suharto pada bagian akhir cerita. Pada

bagian akhir cerita juga diceritakan tentang terjawabnya kegalauan Nik atas sebuah

misteri yang selama masa peristiwa 1965 yang menimpa tetangga-tetangganya yang

ditangkap oleh anggota TNI.

1 istilah yang digunakan pada tahun 60-an untuk menangkap mereka yang

terbukti menjadi salah satu anggota PKI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

4

Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky dipilih untuk menjadi objek

material pada penelitian ini, karena dua alasan. Alasan yang pertama adalah novel ini

mengandung materi cerita yang menarik mengenai kehidupan seorang gadis bernama

Nik. Novel ini menguak peristiwa 1965 yang merupakan peristiwa besar yang pernah

dialami oleh Indonesia. Novel ini juga menceritakan bagaimana kondisi dan situasi

setelah peristiwa 1965 hingga tahun 1998.

Alasan kedua adalah novel ini masih jarang diteliti walaupun materi ceritanya

menarik. Sepengetahuan saya, masih sedikit penelitian yang menggunakan novel

Candik Ala 1965 sebagai objek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tiga hal, yaitu struktur

pembangun cerita, kekerasan struktural, dan kekerasan personal yang terdapat dalam

novel Candik Ala 1965. Struktur pembangun cerita dalam novel yang akan dipaparkan

dalam penelitian ini mencakup tiga hal, yaitu: tokoh, penokohan, dan latar. Dalam

menganalisis kekerasan struktural dan kekerasan personal yang terdapat dalam novel

ini, peneliti akan menggunakan teori kekerasan yang dikemukakan oleh Johan Galtung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu

sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana struktur pembangun novel yang mencakup tokoh, penokohan, dan

latar dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

5

1.2.2 Apa saja kekerasan struktural dan personal yang terdapat dalam novel Candik

Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Menguraikan struktur pembangun novel yang mencakup tentang tokoh,

penokohan, dan latar dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky.

1.3.2 Mendeskripsikan kekerasan struktural dan kekerasan personal yang terdapat

dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan manfaat menjadi dua bagian yaitu

manfaat praktis dan teoritis.

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi suatu apresiasi sastra bagi penulis

novel Candik Ala 1965. Selain itu, penelitian ini diharapakan dapat melengkapi kajian

tentang tragedi 1965 dalam sebuah karya sastra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

6

1.4.2 Manfaat Teoritis

Dari segi teoritisnya, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah

satu kajian yang menerapkan teori kekerasan menurut Johan Galtung.

1.5 Tinjauan Pustaka

Beding (2011) mengangkat dua permasalahan yaitu (a) unsur intrinsik yang

mencakup struktur alur dan tokoh dan (b) kekerasan struktural dan personal dalam

naskah drama Tumirah Sang Mucikari. Hasil dalam penelitian ini menjelaskan bahwa

alur dalam naskah drama ini menggunakan alur maju. Peristiwa-peristiwa yang terjadi

berjalan secara kronologis. Konflik utama dalam naskah Tumirah Sang Mucikari

adalah kedatangan para ninja yang menyusup diam-diam ketika para pelacur sedang

ajojing dangdut. Para ninja mengacau dan mengobrak-abrik bangunan bordil. Mereka

menendang, melempar, dan membakar rumah bordil. Tokoh Minah adaah pelacur yang

berwatak pandai, sopan, dan penurut. Tumini berwatak genit, disukai para lelaki

pembeli nafsu, sedangkan Lastri gadis cantik berwatak sombong. Watak datar adalah

para tokoh-tokoh dalam cerita yang bersifat statis. Tokoh Sukab, Mahmud, ninja-ninja,

dan hakim adalah berwatak datar. Watak para tokoh tidak begitu dominan dipaparkan

hanya diam dan tidak bergerak.

Kekerasan struktural dan personal dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari

dapat disimpulkan sebagai berikut. Kekerasan struktural dalam drama Tumirah Sang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

7

Mucikari didasari bentuk tindakan kekerasan yang tidak terlihat namun dapat

dirasakan. Para tokoh seperti Tumirah, pelacur dan Sukab merupakan korban

kekerasan struktural pelicikan, pembohongan, dan ketidaksamaan, serta kesederajatan

struktur sosial. Secara psikologis, para tokoh mengalami ketakutan dan kebimbangan.

Kemudian, imbasnya para tokoh Tumirah, para pelacur, dan Sukab tergangu jiwanya.

Kekerasan personal dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari didasari hiruk pikuk

kekuasaan dan masih lemahnya struktur sosial sehingga masyarakat melakukan segala

cara untuk mendapatkan kekuasaan yaitu dengan cara menghilangkan nyawa.

Seseorang mudah diprovokator dan melakukan penganiyayaan dan pemukulan dan

pemerkosaan serta hukuman picis.

Adji (2016) memaparkan bahwa novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R.

Yampolsky termasuk dalam genre sastra diaspora Indonesia karya imigran Indonesia

di Amerika tahun 2010-an. Novel ini mengisahkan sejarah G/30/S/PKI. Permasalahan

diaspora selalu lekat dengan konstruksi identitas. Identitas yang terdapat dalam Candik

Ala 1965 adalah politik migran Indonesia di Amerika yang memposisikan diri sebagai

korban kekerasan rezim Suharto. Dalam novel tersebut dapat diambil benang merah

bahwa tokoh Nik dan Tinuk yang menjadi pengarang adalah sebuah sosok yang tidak

bisa dipisahkan dari trauma kelam terhadap peristiwa kelam 1965 di Indonesia. Trauma

itu berupa kekejaman pemerintahan Orde Baru terhadap orang-orang terdekat Nik,

yaitu: kakak, teman ibu, serta kelompok orang berkesenian lain. Identitas yang

tergambar di sini adalah identitas politik migran Indonesia di Amerika untuk melihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

8

kondisi politik bangsanya. Ia menempatkan diri pada pihak korban yang mengalami

trauma akibat kekerasan rezim Suharto yang justru bisa tersuarkan ketika penulisan

menjadi migran di Amerika. Karya ini sekaligus sebagai bentuk defensif dan kritik

terhadap kekerasan dan penindasan oleh pemerintah Orde Baru kepada lawan

politiknya, maupun kepada orang yang tidak bersalah.

1.6 Kerangka Teori

Studi ini menggunakan paradigma penelitian karya sastra menurut M.H.

Abrams. Dalam penelitian mengenai kritik sastra, Abrams memaparkan bahwa kritik

sastra mempunyai bentuk, metode, orientasi atau dasar pendekatan kepada karya sastra.

Berdasarkan orientasi atau pendekatannya terhadap karya sastra, kritik sastra, dapat

digolongkan ke dalam empat tipe (Abrams, 1976: 6-7; 1981: 36-37). Dalam

penggologan yang dilakukan oleh Abrams, terdapat empat komponen utama, yakni:

realitas, karya sastra, pencipta, dan pembaca (Taum, 1997: 17).

Menurut Taum, dalam reposisi paradigma M.H. Abrams, terdapat enam

pendekatan dalam kritik sastra. Abrams memberikan peluang bagi kritik sastra untuk

menggulati aspek-aspek di luar teks, meskipun hal itu dipandang sebagai konteks bagi

pemahaman tekstual. Keenam pendekatan tersebut adalah pendekatan objektif,

pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik, pendekatan ekspresif, pendekatan

eklektik dan pendekatan diskursif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

9

Skema 1

ENAM PENDEKATAN SASTRA: SEBUAH REPOSISI

Dalam skema 1 di atas, terdapat susunan enam pendekatan kritik sastra Abrams

menurut Taum. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan pada

karya itu sendiri. Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang menitikberatkan

semesta. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang menitikberatkan pembaca.

Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan penulis. Pendekatan

eklektik adalah pendekatan yang menggabungkan secara selektif beberapa pendekatan

mimetik. Terakhir, pendekatan diskursif adalah pendekatan yang menitikberatkan pada

wacana sastra sebagai sebuah praktik diskursif (Taum: 2017: 3-5).

Pendekatan Mimetik

Pendekatan Ekspresif Pendekatan Pragmatik

Pendekatan Diskursif Pendekatan Objektif

Pendekatan Eklektik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

10

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dua pendekatan yang

dikemukakan oleh Abrams, yaitu: pendekatan objektif dan pendekatan mimetik. Kedua

pendekatan ini dipilih karena penelitian ini akan menitikberatkan pada karya sastra itu

sendiri dan peristiwa tindak kekerasan yang terdapat dalam novel Candik Ala 1965

karya Tinuk R. Yampolsky

1.6.1 Pendekatan Objektif dan Kajian Struktural

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan pada karya sastra

itu sendiri (Taum, 1997: 17). Pendekatan ini memfokuskan pada bagaimana isi dan

struktur pembangun dari sebuah karya sastra itu sendiri.

Pendekatan objektif dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis struktur

pembangun cerita yang mencakup tokoh penokohan dan latar yang terdapat dalam

objek material. Dalam menganalisis struktur pembangun cerita, penulis menggunakan

teori kajian struktural.

Kajian struktural merupakan metode yang berdasarkan teori bahwa karya sastra

adalah sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macam unsur pembentuk struktur

(Pradopo, 2002: 21). Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan,

dan gmbaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama

membentuk kebulatan yang indah. Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini

fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi

dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2002: 36-

37).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

11

Struktur pembangun cerita yang dimaksud adalah bagaimana keadaan

peristiwa-peristiwa, plot, tokoh penokohan, latar, sudut pandang, tema, amanat, dan

lain-lain. Pada penelitian ini, peneliti hanya akan fokus untuk menggunakan struktur

tokoh penokohan dan latar untuk menganalisis objek material.

Peneliti memilih unsur tokoh penokohan dan latar karena kedua unsur tersebut

merupakan unsur yang paling berpengaruh dalam jalannya cerita. Unsur tokoh

penokohan mampu menjelaskan kondisi fisik, sifat dan psikis para tokoh dalam cerita

dan mampu menjelaskan peran tokoh. Peran unsur latar mampu menggambarkan

terjadinya peristiwa tindak kekerasan, baik kekerasan struktural dan kekerasan

personal dalam novel tersebut.

1.6.1.1 Penokohan

Penokohan adalah unsur penting dalam cerita fiksi. Penokohan adalah

pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

cerita. Unsur penokohan menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh

dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2015: 248).

Penokohan mengandung dua aspek yaitu: isi dan bentuk. Penokohan berkaitan

dengan bagaimana kondisi fisik, sifat, dan psikis seorang tokoh dalam cerita. Unsur

penokohan dalam penelitian ini dapat menggambarkan tentang bagaimana kondisi

fisik, sifat dan psikis setiap tokoh mengalami tindak kekerasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

12

1.6.1.2 Tokoh

Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam sesuatu karya naratif, atau drama,

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan

(Abrams dalam Nurgiyantoro, 2015: 247). Tokoh juga merupakan unsur penting dalam

cerita. Tokoh adalah menjadi unsur dalam pergerakan alur cerita. Tokoh menunjuk

pada orangnya dan pelaku cerita. Unsur tokoh dalam penelitian ini digambarkan secara

dramatik oleh pengarang sehingga membuat alur cerita semakin menarik dan mampu

menggambarkan peran setiap tokoh yang mengalami tindak kekerasan.

(1) Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang

bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai

pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama menjadi penentu

perkembangan alur secara keseluruhan.

(2) Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan porsinya di dalam cerita dimuat dengan lebih sedikit jika

dibandingkan dengan tokoh utama. Tokoh tambahan hanya muncul apabila kejadian di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

13

dalam cerita tersebut berkaitan dengan tokoh atau pemeran utama secara langsung.

Tokoh tambahan hanya muncul untuk melengkapi sebuah peristiwa dalam cerita.

1.6.1.3 Latar

Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian

tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2015: 302). Latar dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu: latar tempat, latar peristiwa dan latar sosial budaya.

Unsur latar dalam penelitian ini berkaitan dengan penggambaran tentang latar

terjadinya tindakan kekerasan yang ada.

(1) Latar Tempat

Latar tempat menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai

dalam dunia nyata (Nurgiyantoro, 2015: 314).

(2) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu dalam fiksi dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

14

menjadi dominan dan fungsional jika digarap secara teliti, terutama jika dihubungkan

dengan waktu sejarah (Nurgiyantoro, 2015: 318).

(3) Latar Sosial Budaya

Latar sosial budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi

(Nurgiyantoro, 2015: 322)

1.6.2 Pendekatan Mimetik

Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang mengutamakan aspek semesta

(Taum, 1997: 17). Pendekatan mimetik dalam penelitian ini digunakan untuk

menjelaskan tentang teori sosiologi sastra dan teori kekerasan menurut Johan Galtung

dalam menganalisis objek material pada penelitian ini. Dengan pendekatan mimetik,

dapat dibuktikan adanya tindak kekerasan struktural dan personal dalam novel Candik

Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky.

1.6.2.1 Teori Sosiologi Sastra

Sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam

masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial (Swingewood

dalam Faruk, 2012:1). Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

15

yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Melalui karya sastra seorang

pengarang mengungkapkan problem kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di

dalamnya. Dalam sosiologi sastra terdapat beberapa masalah yang dihadapi: (a)

konteks sosial pengarang, (b) sastra sebagai cermin masyarakat, dan (c) fungsi sosial

sastra.

Terdapat dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologis terhadap sastra.

Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin

proses sosial-ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra

untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-

faktor di luar sastra itu sendiri. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra

sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah

analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami

lebih dalam lagi gejala sosial di luar sastra (Damono, 1979: 3).

Novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky merupakan karya sastra

yang menceritakan kenangan masa lalu Nik tentang peristiwa 1965. Peristiwa 1965

merupakan pengalaman pahit bagi kehidupan Nik sampai ia tumbuh dewasa. Beranjak

dewasa, hidupnya juga diwarnai lagi dengan adanya peristiwa Orde Baru yang juga

sedikit diceritakan dalam novel ini. Peristiwa 1965 menimbulkan penderitaan bagi

tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita. Konflik antara masyarakat dengan pemerintah

tergambar jelas pada novel ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

16

Teori sosiologi sastra dalam penelitian ini digunakan untuk memahami gejala-

gejala sosial yang terdapat dalam objek material. Gejala-gejala sosial tersebut dapat

membuktikan dan menggambarkan adanya tindakan kekerasan, baik kekerasan

struktural maupun kekerasan personal pada tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel

Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky. Gejala sosial di luar sastra terkait dengan

peristiwa 65 juga memerlukan teori kekerasan menurut Johan Galtung untuk

menganalisisnya.

1.6.2.2 Teori Kekerasan Menurut Johan Galtung

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, kekerasan diartikan

sebagai perbuatan orang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya

orang lain yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan

menurut Galtung yaitu kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa

sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi

potensialnya. Pemahaman Galtung tentang kekerasan lebih ditentukan pada segi akibat

atau pengaruhnya (Windhu, 1992: 65).

Menurut Galtung, kekerasan dibagi menjadi dua yaitu kekerasan struktural

atau kekerasan tidak langsung dan kekerasan personal atau kekerasan langsung.

Galtung menjelaskan bahwa produk-produk budaya seperti ideologi, bahasa, agama,

seni dan pengetahuan dapat digunakan untuk melegitimasi praktik kekerasan, baik

kekersan langsung maupun tidak langsung (Herlambang, 2013: 35). Kekerasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

17

struktural adalah kekerasan yang terjadi karena ketidaksamaan, terutama pada

distribusi kekuasaan. Kekerasan struktural lebih sering dilihat sebagai kekerasan

psikologis. Penyalahgunaan sumber-sumber daya, wawasan, dan hasil kemajuan untuk

tujuan lain atau dimonopoli oleh segelintir orang saja juga termasuk dalam kekerasan

struktural (Windhu, 1992: 64).

Kekerasan struktural bersifat statis, memperlihatkan stabilitas tertentu dan tidak

tampak. Dalam masyarakat statis, kekerasan struktural dianggap wajar. Terdapat enam

faktor yang mendukung kekerasan struktural, yaitu (a) urutan kedudukan linear, (b)

pola interaksi yang tidak siklis, (c) korelasi antara kedudukan, (d) persesuaian

antarsistem, (e) keselarasan antarkedudukan dan (f) perangkapan yang tinggi

antartingkat. Menurut Galtung, sistem-sistem sosial akan cenderung mengembangkan

keenam mekanisme yang akhirnya memperbesar ketidaksamaan. (Windhu, 1992: 75).

Selain kekerasan struktural, Galtung (dalam Windhu, 1992: 73) juga

mengungkapkan kekerasan personal. Kekerasan personal disebut juga sebagai

kekerasan langsung, contohnya melukai atau membunuh orang. Kekerasan personal

bersifat dinamis, mudah diamati, memperlihatkan fluktuasi yang hebat yang dapat

menimbulkan perubahan. Kekerasan personal bertitik berat pada “realisasi jasmani

aktual”.

Galtung menampilkan tiga pendekatan untuk melihat tipologi kekerasan

personal, yaitu: (a) cara yang digunakan, mulai dengan badan manusia itu sendiri (tinju,

karate, aikido) sampai segala macam senjata mutakhir; (b) bentuk organisasi, mulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

18

dengan individu lain dalam bentuk gerombolan dan massa rakyat dan berakhir dengan

organisasi gerilya modern atau pertempuran dengan menggunakan pasukan; dan (c)

sasaran pendekatan itu yaitu manusia (Windhu, 1992: 74).

Teori kekerasan menurut Johan Galtung menjadi objek formal dalam penelitian

ini. Peneliti menggunakan teori ini untuk menentukan bentuk-bentuk kekerasan yang

dialami oleh para tokoh yang terdapat dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R.

Yampolsky.

1.7 Metode Penelitian

Pada bagian ini, akan dipaparkan jenis penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, dan teknik penyajian analisis data. Berikut akan dipaparkan ketiga

bagian tersebut.

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma M.H. Abrams menurut Taum. Menurut

Abrams, kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian,

penggolongan, penguraian (analisis), dan penilaian (evaluasi) (Pradopo, 2002: 18).

Pendekatan kritik sastra menurut Abrams dibedakan menjadi enam yaitu:

pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik, pendekatan ekspresif, pendekatan

objektif, pendekatan eklektik dan pendekatan diskursif. Dalam penelitian ini, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

19

hanya memfokuskan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu: pendekatan objektif

dan pendekatan mimetik

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi

pustaka. Metode studi pustaka adalah metode yang paling banyak digunakan dalam

penelitian sastra. Metode ini mengharuskan peneliti untuk membaca banyak pustaka

secara cermat.

Selain menggunakan metode studi pustaka, penelitian ini menggunakan teknik

catat dan teknik simak. Teknik catat digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang

terdapat dalam objek penelitian, sedangkan teknik simak digunakan untuk menyimak

teks-teks yang digunakan untuk mendukung penelitian. Sumber data utama dalam

penelitian ini adalah

Judul buku : Candik Ala 1965

Pengarang : Tinuk R. Yampolsky

Tahun terbit : 2011

Penerbit : KataKita

Halaman : 223 halaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

20

1.7.3 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis isi atau analisis konten. Metode ini mengungkapkan karya sastra sebagai

bentuk komunikasi anatar pembaca dan pengarang. Pada metode ini peneliti sebagai

pembaca mampu menangkap maksud-maksud yang terkandung dalam karya sastra

yang digunakan sebagai objek penelitian.

Data pada penelitian karya sastra ini berupa struktur pembangun cerita yang

dianalisis menggunakan teori kajian struktural. Dalam penelitian ini, penulis akan

mengkaji tiga struktur pembangun cerita, yaitu: tokoh, penokohan, dan latar. Dalam

persoalan kekerasan, peneliti akan menggunakan teori kekerasan menurut Johan

Galtung. Teori kekerasan menurut Johan Galtung digunakan untuk mengelompokkan

tindak kekerasan yang ada di dalam objek material ke dalam dua bentuk kekerasan,

yaitu: kekerasan struktural dan kekerasan personal.

1.7.4 Teknik Penyajian Analisis Data

Metode penyajian analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang hasil

analisis datanya berupa pemaknaan karya sastra yang disajikan secara deskriptif.

Metode kualitatif memanfaatkan cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk

deskripsi. Metode ini memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

21

hubungannya dengan konteks keberadaannya (Ratna, 2004: 46-47). Penyajian hasil

analisis data dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif dengan hasil analisis

berupa data kualitatif.

1.8 Sistematika Penyajian

Hasil dari penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teori, metode penelitian dan sistematika penyajian.

Bab II berisi tentang uraian struktur pembangun cerita dalam novel Candik Ala

1965 karya Tinuk R. Yampolsky yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar.

Bab III berisi tentang deskripsi kekerasan struktural dan kekerasan personal

yang terdapat dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky

Bab IV berisi kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

22

BAB II

STRUKTUR CERITA

NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK R. YAMPOLSKY

Pada bab ini, akan dipaparkan hasil analisis kajian struktural yang terdapat

dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky. Analisis kajian struktural

yang akan dipaparkan yaitu: tokoh, penokohan, dan latar. Unsur tokoh penokohan dan

latar dipilih sebagai unsur yang dianalisis dalam penelitian ini karena, kedua unsur

tersebut dapat membuktikan adanya tindak kekerasan yang terdapat dalam objek

material. Ketiga unsur tersebut juga merupakan unsur yang paling berpengaruh dalam

jalannya cerita

Peneliti memilih unsur tokoh, penokohan, dan latar karena ketiga unsur tersebut

merupakan unsur yang paling berpengaruh dalam jalannya cerita. Unsur tokoh

penokohan mampu menjelaskan kondisi fisik, sifat dan psikis para tokoh dalam cerita

dan mampu menjelaskan peran tokoh. Peran unsur latar mampu menggambarkan

terjadinya peristiwa tindak kekerasan, baik kekerasan struktural dan kekerasan

personal dalam novel tersebut. Ketiga unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

23

2.1 Tokoh

Tokoh merupakan unsur penting dalam cerita. Tokoh adalah menjadi unsur

dalam pergerakan alur cerita. Tokoh menunjuk pada orangnya dan pelaku cerita. Unsur

tokoh dalam penelitian ini digambarkan secara dramatik oleh pengarang sehingga

membuat alur cerita semakin menarik dan mampu menggambarkan peran setiap tokoh

yang mengalami tindak kekerasan. Dalam penelitian ini, tokoh dibedakan menjadi

tokoh utama dan tokoh tambahan.

2.1.1 Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang

bersangkutan. Peran tokoh utama adalah sebagai penentu perkembangan jalannya

cerita secara keseluruhan.

2.1.1.1 Nik

Dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky, Nik berperan

sebagai tokoh utama. Tokoh Nik adalah tokoh pertama yang dideskripsikan dan

diceritakan. Nik dalam cerita tersebut adalah tokoh yang diutamakan dalam cerita dan

menjadi penggerak jalannya cerita. Novel tersebut menceritakan kehidupan Nik

semenjak ia berumur tujuh tahun sampai ia tumbuh dewasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

24

2.1.1.2 Ibu Kesawa

Dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky tokoh Ibu Kesawa

juga merupakan tokoh utama dalam cerita. Ibu Kesawa adalah ibu Nik. Ia juga

memiliki peran dalam mengembangkan jalannya cerita dalam novel ini. Tokoh Ibu

Kesawa sering diceritakan dalam cerita. Cerita dalam novel tersebut juga memiliki

hubungan dengan kehidupan Ibu Kesawa.

Ibu Kesawa juga menjadi tokoh utama, karena sifatnya yang tertutup kepada

Nik tentang kejadian pada masa itu, membuat jalannya cerita menjadi lebih

berkembang dan menarik.

2.1.2 Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang muncul saat kejadian di dalam cerita

tersebut berkaitan dengan tokoh atau pemeran utama secara langsung. Tokoh tambahan

porsinya lebih sedikit dimuat jika dibandingkan dengan pelaku atau tokoh utama.

Dalam hal ini, tokoh tambahan berperan menjadi pelengkap dalam penggambaran

suatu peristiwa yang sedang diceritakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

25

2.1.2.1 Pak Kesawa

Dalam novel tersebut, tokoh Pak Kesawa merupakan tokoh tambahan. Ia

berperan sebagai bapak dari Nik. Tokoh Pak Kesawa dalam novel tersebut

dimunculkan untuk melengkapi jalannya cerita mengenai kehidupan Nik sejak kecil

hingga ia bertumbuh remaja.

2.1.2.2 Mas Tok

Mas Tok berperan sebagai kakak pertama Nik. Ia menjadi tokoh tambahan

dalam novel tersebut karena, penggambaran tokohnya menjadi bukti pelengkap tentang

kehidupan seorang simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa 1965.

2.1.2.3 Mas Cuk

Mas Cuk berperan sebagai kakak kedua Nik. Peran Mas Cuk dalam cerita

adalah menjadi tokoh tambahan. Perannya menjadi bukti pelengkap dalam

penggambaran mengenai kehidupan seorang pemuda yang aktif dalam organisasi

kepemudaan pada masa 1965.

2.1.2.4 Yu Parni

Yu Parni adalah tokoh yang menjadi seorang pembantu di keluarga Nik. Ia

mengurus segala keperluan rumah tangga keluarga Pak Kesawa yang tidak dapat

dilakukan oleh Ibu Kesawa. Tokoh Yu Parni merupakan tokoh tambahan, karena Yu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

26

Parni dalam cerita pada novel tersebut menjadi pelengkap cerita mengenai kehidupan

masyarakat biasa atau netral pada masa 1965.

2.1.2.5 Sarjono

Sarjono merupakan salah satu murid di sekolah tempat Ibu Kesawa bekerja.

Tokoh Sarjono berperan sebagai tokoh tambahan. Sarjono dimunculkan dalam cerita

karena ia menjadi bukti dalam cerita tentang kondisi korban kekejaman masa 1965.

2.1.2.6 Bu Arum

Bu Arum merupakan sahabat dari Ibu Kesawa. Dalam cerita pada novel

tersebut, tokoh Bu Arum berperan sebagai tokoh tambahan. Tokoh Bu Arum berperan

dalam melengkapi isi cerita mengenai bagaimana kehidupan para Gerakan Wanita

Indonesia (Gerwani) sebagai organisasi khusus wanita yang mempunyai hubungan erat

dengan PKI pada masa 1965.

2.1.2.7 Mas Kun

Dalam cerita, Mas Kun diceritakan sebagai pacar pertama Nik. Dalam novel

tersebut, Mas Kun berperan sebagai tokoh tambahan. Ia menjadikan jalan cerita

menjadi semakin menarik dengan kisah cinta terlarangnya dengan Nik. Tokoh Mas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

27

Kun juga melengkapi cerita tentang penggambaran pemuda yang aktif dalam dunia

politik setelah peristiwa 1965.

2.1.2.8 Nila

Nila merupakan sahabat Nik sejak mereka latihan menari di pendopo. Tokoh

Nila dalan novel tersebut berperan sebagai tokoh tambahan. Nila dimunculkan untuk

melengkapi cerita tentang kehidupan sehari-hari Nik selama remaja hingga dewasa.

2.1.2.9 Tris

Tris adalah teman masa kecil Nik di kampungnya. Setelah hampir dua puluh

tahun lalu Tris pindah dari kampungnya, Nik kembali mendapatkan kabar tentang Tris.

Peran Tris dalam novel tersebut sebagai tokoh tambahan. Kehidupan Tris saat dewasa

dimunculkan untuk melengkapi cerita mengenai kehidupan masyarakat sipil saat

memasuki era Orde Baru.

2.1.2.10 Si Gagap

Gagap adalah salah satu teman Nik di Solo yang sering ikut berkumpul di

pendopo. Dalam novel tersebut, diceritakan bahwa Gagap menjadi seorang aktivis

yang membela buruh dari kekejaman pemerintahan pada masa Orde Baru. Peran Gagap

dalam novel tersebut adalah sebagai tokoh tambahan. Kemunculan tokoh Gagap dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

28

cerita tersebut untuk melengkapi cerita tentang kehidupan aktivis pembela buruh pada

masa Orde Baru.

2.1.2.11 Kamil

Kamil adalah salah satu teman Nik yang sering berkumpul di pendopo. Peran

Kamil dalam novel ini adalah sebagai tokoh tambahan. Sosoknya menjadi pelengkap

cerita mengenai kehidupan Nik saat beranjak dewasa dan kepribadian Nik saat ia

berkumpul bersama teman-temannya di pendopo.

2.1.2.12 Pak Djo

Pak Djo adalah seorang pria yang gila yang Nik kenal saat sering berkumpul di

sebuah warung. Nik dan teman-temannya menganggap bahwa Pak Djo adalah orang

waras yang sengaja menjadi gila. Pak Djo diam-diam menggagumi Nik. Tokoh Pak

Djo dalam novel tersebut adalah sebagai tokoh tambahan. Kemunculan tokohnya

menjadi pelengkap cerita tentang kehidupan masyarakat sipil yang tidak berani

berpendapat pada masa pemerintahan Suharto. Keberanian berpendapat disalurkan Pak

Djo dengan cara menjadi gila.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

29

2.1.2.13 Leaph

Leaph adalah seorang wanita yang berasal dari Phom Penh, Kamboja. Nik

mengenal Leaph melalui cerita Nila. Leaph kini tinggal di Amerika seorang diri. Dalam

novel tersebut, Leaph berperan sebagai tokoh tambahan. Leaph dimunculkan dalam

cerita untuk menggambarkan suatu peristiwa besar yang terjadi di Kamboja yang

menimpa keluarganya.

2.1.2.14 Ibu Sul

Ibu Sul dulunya merupakan anggota Gerwani teman dari Bu Arum. Ibu Sul

berperan sebagai tokoh tambahan untuk menjawab sebuah peristiswa yang mengenai

akhir hidup dari Bu Arum.

Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R.

Ympolsky berperan dalam pengembangan jalannya cerita dan juga penggambaran

sebuah peristiwa yang ingin digambarkan oleh pengarang. Melalui paparan tentang

tokoh-tokoh di atas, peneliti menemukan terjadi tindak kekerasan yang dialami oleh

beberapa tokoh tersebut.

2.2 Penokohan

Penokohan adalah unsur penting dalam cerita fiksi. Penokohan adalah

pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

cerita. Penokohan menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

30

sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2015: 248). Unsur penokohan dalam penelitian ini dapat

menggambarkan tentang bagaimana kondisi fisik, sifat dan psikis setiap tokoh

mengalami tindak kekerasan.

2.2.1 Nik

Dalam cerita pada novel tersebut, Nik dideskripsikan oleh penulis sebagai

seorang gadis kecil berusia tujuh tahun, berbadan pendek, dan mempunyai empat

saudara laki-laki dan satu di antaranya sudah menikah dan mempunyai seorang anak

perempuan. Pada tahun 1965, Nik masih duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Pada saat

itu suasana sedang tidak nyaman untuk Nik. Di luar, malam menjadi senyap. Hantu

potongan tangan itu kata kawan-kawannya sering muncul begitu saja dari balik pintu,

berlumuran darah, membayangkan ini, Nik membalikkan kembali tubuhnya

(Yampolsky, 2011: 16-17). Keadaan sedang mencekam. Anak-anak di lingkungan

rumah Nik sering mendengar cerita tentang orang-orang yang mati dibunuh dan

hantunya gentayangan. Sebagai seorang anak kecil, setiap malam Nik merasa

ketakutan karena terbayang-bayang cerita mengenai hantu yang diceritakan teman-

temannya.

Suatu hari ketika sedang pecahnya peristiwa 1965, Mas Tok beserta istri dan

anaknya pindah ke rumah Nik. Setelah Mas Tok dan keluarganya pindah ke rumah Nik,

suasana di rumahnya menjadi tidak nyaman. Keluarganya sering sekali bertengkar.

Saat mereka sedang berkumpul di meja makan, mereka seperti sedang membicarakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

31

suatu hal yang sangat penting. Nik ingin sekali mengetahui apa yang sedang mereka

bicarakan. Nik tentu saja tidak berani. Dari ruang tengah yang gordennya tersingkap ia

bisa melihat gerak isyarat dalam pembicaraan yang terjadi di ruang tamu. Sudah

menjadi kebiasaan di rumah bahwa tak akan dianggap sopan kalau ia datang mendekat

ketika orangtuanya sedang menemui tamu (Yampolsky, 2011: 66). Pada tahun 1965,

banyak sekali peristiwa yang belum dapat dimengerti oleh Nik. Huru-hara di sana-sini

membuat Nik selalu ingin mengetahui tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia sungguh

penasaran.

Suatu hari, Nik diutus oleh Bude Mak untuk membeli kinang pada seorang

pedagang sesajen di Magangan. Ia mengajak Winthul untuk menemaninya membeli

kinang. Saat ia dan Winthul baru saja berbelok dari gang, tiba-tiba ia mendengar suara

tembakan yang sangat kencang. Ia sangat ketakutan. Badannya gemetaran. Terjadi

penembakan tepat berada di dekat gang tersebut. Tubuh Nik lemas. Winthul terlepas

dari gandengan Nik hingga menangis dengan sangat kencang. Mereka berdua

ketakutan. Beruntung seorang tetangga melihat mereka dan segera mengajak mereka

untuk pulang. Kejadian tersebut menjadi salah satu kenangan masa kecil Nik yang

menakutkan.

Masih pada tahun yang sama yaitu tahun 1965, pada suatu sore yang cerah, dari

seorang tetangganya, Nik mendengar bahwa banyak sekali truk-truk tentara yang parkir

di kelurahan. Hal itu menandakan bahwa di kampung tempat tinggal Nik akan

dilakukan penggledahan terhadap para simpatisan PKI. Satu persatu rumah digeledah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

32

okeh TNI. Hingga sampai di depan pintu rumah Nik. Anggota keluarga Nik semuanya

selamat. Walaupun sebelum para TNI memutuskan untuk pergi, mereka mencurigai

kotak wayang dan seperangkat gamelan milik ayah Nik. Akhrinya mereka percaya

dengan penjelasan yang dikatakan oleh Pak Kesawa. Suasana kembali sepi. Nik

mengetahui ternyata beberapa dari tetangganya terkena pencidukan. Ibu Mbak Mar,

Kopral Marno, dan Bu Arum yang merupakan sahabat Bu Kesawa juga ikut terkena

pencidukan. Mereka semua ditangkap karena mereka terbukti menjadi simpatisan PKI.

Nik memiliki kenangan tersendiri bersama Bu Arum. Ia pernah dijak oleh Bu

Arum untuk pergi piknik bersama dengan ibu-ibu Gerwani lainnya. Setelah peristiwa

pencidukan itu, Nik tidak pernah menemui bahkan mendengar kabar tentang tetangga-

tetangganya yang tertangkap tersebut. Sejak penangkapan itu, rumah besar milik Bu

Arum kosong. Nik sungguh penasarn tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Bu

Arum. Semenjak saat itu, Bu Arum menghilang, tanpa jejak dan tanpa kabar sedikit

pun. Suatu hari, ada orang yang mengecat pagar di rumah Bu Arum. Warnanya diubah

menjadi biru muda yang cerah. Sebagian tembok yang mengelilingi rumah tersebut,

dibobol untuk dijadikan toko kecil. Kemudian datanglah keluarga Arab yang datang

untuk menempati rumah tersebut dan membuka toko kecil yang menjual keperluan

menjahit.

Saat beranjak remaja, sosok Nik yang mempunyai hobi menari. Setiap sore

berkumpul di sebuah pendopo bersama teman-temannya untuk latihan menari.

Kebiasaan Nik menari di pendopo ini membuat ia mengenal Mas Kun. Saat Pak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

33

Kesawa melarang Nik untuk menari ia mengatakan “Kamu ini terlalu muda untuk ikut-

ikutan menari di arena politik” (Yampolsky, 2011: 120-124). Mas Kun mengajak Nik

untuk menari di sebuah acara politik. Mengetahui hal tersebut, Pak Kesawa marah.

Larangan yang dibuat malah membuat Nik tetapi ingin menari bahkan lebih aktif lagi

di dunia politik. Sifat keras kepala ini semakin membuatnya melawan segala larangan

yang dibuat untuknya.

Semenjak kabar menghilangnya Bu Arum, Nik menyimpan sebuah

keingintahuannya yang teramat besar pada dirinya sejak kecil. Ia merasa bahwa ada

cerita tentang masa kecilnya yang belum selesai. Rasa penasarannya semakin menjadi-

jadi semenjak ia beranjak dewasa. Nik mencari informasi tentang Bu Arum sampai ke

Jakarta. Ia berhasil menemui Ibu Sul, mantan Gerwani, sama seperti Bu Arum.

Sebelum Ibu Sul menceritakan tentang Bu Arum, Nik harus memperkenalkan dirinya

menjadi seorang simpatisan PKI. Pada akhir cerita, Nik mengetahui bahwa nasib Bu

Arum dan beberapa anggota Gerwani lainnya, mati dibunuh oleh anggota TNI. Bu

Arum ditembak di tepi jurang dan jasadnya terjungkal dan terlempar jatuh ke jurang.

Dapat disimpulkan bahwa dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R.

Yampolsky, Nik memiliki sifat penakut, keras kepala, ras keingintahuannya besar, dan

tidak senang dikritik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

34

2.2.2 Ibu Kesawa

Pada novel tersebut, tidak dideskripsikan dengan jelas bagaimana kondisi fisik

Ibu Kesawa. Ibu Kesawa bekerja sebagai kepala sekolah di salah satu Sekolah Dasar.

Ia juga aktif bersama suaminya tergabung dalam sebuah partai Katholik di Solo.

Semenjak kedatangan Mas Tok ke rumahnya, keluarganya menjadi lebih sering

berselisih paham. Hanya Ibu Kesawa yang dapat meredakan emosi keempat laki-laki

penghuni rumah itu/ ia menjadi satu-satunya anggota keluarga yang bisa menengahi

permasalahan yang sedang menimpa keluarganya.

Menjadi seorang kepala sekolah di sebuah Sekolah Dasar (SD) membuat Ibu

Kesawa juga bertanggungjawab untuk membantu muridnya yang sedang kesusahan.

Sarjono, salah satu muridnya sudah berhari-hari tidak masuk sekolah karena keluarga

dan saudaranya terkena pencidukan. Maka dari itu, Ibu Kesawa mengajak Sarjono

untuk tinggal di rumahnya sementara waktu (Yampolsky, 2011: 45-54). Ibu Kesawa

dengan ikhlas dan ia rela membantu Sarjono yang sedang dalam kesusahan. Ia merawat

dan mendampingi Sarjono selama tinggal di rumahnya.

Ternyata setelah beberapa hari Sarjono tinggal di rumah Nik, seorang wanita

yang memperkenalkan diri sebagai 2 buliknya Sarjono. Ternyata buliknya Sarjono tidak

jadi ditangkap karena ia terbukti bukan menjadi simpatisan PKI. Akhirnya Sarjono

diajak buliknya untuk tinggl bersama. Mereka pergi dari rumah dan mengucapkan rasa

terima kasih kepada Ibu Kesawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

35

Keadaan semakin tidak kondusif. Banyak teriakan, kebakaran, dan perkelahian

di sana-sini. Ibu Kesawa yang mempunyai dua anak laki-laki yang aktif dalam

organisasi kepemudaan kala itu pun dibuat khawatir. Kekhawatiran tersebut ia luapkan

dalam doa. Setiap malam Ibu Kesawa khusuk berdoa Rosario demi keselamatan

seluruh anggota keluarganya (Yampolsky, 2011: 58), karena Ibu Kesawa sadar bahwa

ia tidak bisa sepenuhnya selama 24 jam mengawasi seluruh anggota keluarganya di

tengah kondisi seperti ini.

“Sekali lagi jangan salah mengerti, Nduk! Bapak tak melarangmu menari.

Tetapi kamu memang sebaiknya tidak terlibat dalam kegiatan tari untuk kepentingan

organisasi seperti itu” (Yampolsky, 2011: 121-124) kata Ibu Kesawa kepada Nik.

Berada di antara anggota keluarga yang keras kepala membuat Ibu Kesawa harus bisa

menjadi sosok yang bijaksana dan sabar. Dengan sabar ia menasihati Nik supaya ia

berdamai dengan bapaknya dan tidak boleh melawan perintah orangtua.

Pada akhir cerita, Ibu Kesawa diceritakan sudah meninggal. Selama masa

hidupnya, Ibu Kesawa seperti menyimpan semua rahasia yang tidak perlu dimengerti

oleh Nik. Ibu Kesawa menutup rapat-rapat rahasia itu, karena ia tidak ingin jika Nik

mengetahuinya.

Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita tersebut, sosok Ibu Kesawa diceritakan

sebagai seorang ibu yang baik hati, sabar, tertutup, rajin berdoa dan bijaksana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

36

2.2.3 Pak Kesawa

Pak Kesawa merupakan bapak Nik. Diceritakan bahwa Pak Kesawa merupakan

seorang guru di sebuah sekolah dasar. Bersama istrinya, Pak Kesawa juga aktif dalam

sebuah partai Katolik di Solo. Dalam novel tersebut, tidak dideskripsikan secara jelas

bagaimana kondisi fisik Pak Kesawa.

Menjadi seorang bapak, Pak Kesawa tentu harus menjadi sosok yang tegas bagi

keempat anaknya. Salah satu anaknya mengakui bahwa dirinya menjadi simpatisan

PKI, Mas Tok. Tok bersama istri dan anaknya secara mendadak pindah untuk

sementara ke rumah orang tuanya. Selama Tok tinggal di rumahnya, Pak Kesawa sering

bertengkar dengannya. Pak Kesawa tidak menyukai pilihan Tok untuk menjadi

simpatisan PKI. Walaupun begitu, Pak Kesawa tetap selalu menjaganya dan menasihati

Tok. Ia masih memperbolehkan Tok untuk tinggal di rumahnya.

Pak Kesawa mempunyai hobi mengkoleksi wayang. Ia juga mempunyai

seperangkat gamelan kebanggaannya yang terletak dekat ruang tamu. Walaupun gemar

mengkoleksi wayang dan seperangkat gamelan, Pak Kesawa tidak terlalu mengikuti

adat budaya Jawa jika memiliki gamelan dan wayang. Ia hanya selalu membersihkan

seperangkat gamelan dan menata wayang-wayang koleksinya. Walaupun begitu, hobi

Pak Kesawa tersebut pernah membuatnya dalam bahaya. Saat penggledahan terjadi di

rumahnya, ia dituduh sebagai dalang PKI. Tetapi, Pak Kesawa berhasil membuktikan

bahwa ia bukan anggota PKI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

37

Ketiga anak laki-lakinya, semua turut serta dalam dunia politik. Cuk dan Wid

juga aktif menjadi anggota organisasi pemuda di Solo. Dalam menghadapi sikap ketiga

anak laki-lakinya, Pak Kesawa selalu berusaha tetap merengkuh anaknya tetapi tetap

bersikap tegas. Suatu hari, saat terjadi penggledahan di kampung tempat tinggalnya,

Pak Kesawa berusaha untuk melindungi Tok yang sebenarnya merupakan simpatisan

PKI. Tidak lama setelah kejadian itu, Tok memilih untuk pindah ke Pulau Sebrang.

Lalu ia mengirimkan surat untuk kedua orang tuanya. Betapa sedih, bercampur marah

dan rasa kecewa meliputi hati Pak Kesawa, karena saat ia membaca surat tersebut, Tok

memilih untuk mengganti namanya menjadi Mbranang supaya hidupnya menjadi lebih

aman. Tidak hanya itu, saat Cuk juga telibat perkelahian hingga Cuk mengalami luka

parah pada kepalanya, tetapi Pak Kesawa tetap menyanyangi kedua anaknya itu.

Tak beberapa setelah peristiwa penggledahan, kampung tempat tinggal Pak

Kesawa mengalami bencana. Seluruh kampung di rendam air hingga membuat mereka

harus mengungsi. Keesokan paginya saat air sudah mulai surut, Pak Kesawa, Mas Cuk,

Mas Tok dan Mas Wid bergotong-royong untuk membersihkan rumah mereka.

Keempat orang laki-laki itu tetap kompak walaupun perselisihan sering terjadi di antara

mereka.

Saat Nik beranjak remaja, Nik yang hobi menari setiap sore pergi ke sebuah

pendopo dekat kampungnya untuk latihan menari. Sanggar tempat Nik berlatih diminta

untuk mengisi perayaan yang diselenggarakan oleh sebuah partai politik. Ketika Nik

menari pada sebuah acara politik, dengan tegas Pak Kesawa melarangnya. “Kamu ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

38

terlalu muda untuk ikut-ikutan menari di arena politik!”, Nik membela diri dan

membantah, “Aku Cuma menari, Bapak. Cuma menghibur para tamu.” (Yampolsky,

2011: 120-121). Pembelaan Nik secara tegas dibantah oleh Pak Kesawa. Ia melarang

Nik untuk menari lagi sejak saat itu. Pak Kesawa melarang Nik untuk menari, karena

Nik menari untuk sebuah acara politik. Menurut pengalaman yang sudah-sudah, ketiga

orang anak laki-lakinya yang semua masuk dalam dunia politik, hidup mereka menjadi

tersesat. Untuk itu, Pak Kesawa melarang Nik untuk menari lagi, karena ia khawatir

jika Nik terjerumus semakin dalam ke dunia politik dan hidupnya sengsara.

Pak Kesawa juga melarang Nik dekat dengan Kun. Ia mengetahui bahwa Kun

juga aktif dalam dunia politik. Menjelang akhir cerita, pemunculan tokoh Pak Kesawa

hanya melalui curahan hati Nik saat mengingat tentang kedua orang tuanya.

Dapat disimpulkan bahwa Pak Kesawa memiliki sifat tegas, selalu menyayangi

dan menjaga keluarganya, selalu menerima keadaan anak-anaknya dan ia juga

mempunyai hobi mengkoleksi wayang dan seperangkat gamelan. Dapat disimpulkan

juga bahwa dalam novel ini, sifat tokoh Pak Kesawa hanya dipaparkan melalui dialog

antar tokoh dan cara tokoh menghadapi situasi tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

39

2.2.4 Mas Tok

Mas Tok berperan sebagai kakak pertama Nik. Dalam cerita, diceritkana bahwa

Mas Tok sudah menikah dan mempunyai seorang anak perempuan bernama Winthul.

Ia berprofesi sebagai guru. Dalam cerita tersebut, ia menjadi salah satu anggota PKI.

Suatu hari saat pecahnya peristiwa 1965, Mas Tok bersama anak istrinya datang

dengan membawa beberapa barang-barangnya dan meminta untuk tinggal di sana

sementara waktu. Kedatangan Mas Tok terkesan mendadak dan tergesa-gesa. Selama

tinggal di sana, Mas Tok tidak pernah lagi bekerja. Setiap hari ia hanya duduk di dekat

radio dan membaca beberapa bukunya.

Dalam novel tersebut, Mas Tok diceritakan bahwa ia menjadi salah satu

simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Semenjak menjadi simpatisan PKI, Mas

Tok berubah menjadi orang yang tertutup. Suatu sore, Nik melihat Mas Tok berada di

halaman belakang rumahnya. Di sana sudah tersedia sebuah tong dengan api yang

membara di dalamnya. Mas Tok membawa beberapa bukunya lalu memasukkanya ke

dalam tong tersebut. Beberapa detik kemudian, buku-buku tersebut sudah habis

terbakar. Ia sedang berusaha menghilangkan bukti bahwa ia merupakan simpatisan

PKI.

Selama tinggal di rumah Nik, Mas Tok merasa gelisah jika ia hanya akan

menyusahkan keluarganya yang lain, jika pada suatu saat terjadi penggledahan dan ia

terbukti sebagai simpatisan. Maka dari itu, Mas Tok memutuskan untuk pindah. Mas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

40

Tok dan keluarganya pindah ke pulau sebrang. Setelah mendapatkan tempat tinggal

yang layak, Mas Tok mengirimkan surat kepada ayahnya. Ia menuliskan tentang

kondisi mereka di sana. Pilihan hidupnya untuk menjadi seorng simpatisan membuat

hidupnya berantakan. Ia selalu dihantui ketakutan dan merasa tidak nyaman. Saat ia

sudah pindah ke Pulau sebrang bersama keluarganya, Mas Tok memutuskan untuk

mengganti namanya menjadi Mbranang. Ia melakukan hal tersebut supaya ia dapat

melupakan masa lalunya dan hidup lebih aman, tetapi hal itu membuat Pak Kesawa

bersedih. Akhirnya Mas Tok mengurungkan niatnya untuk mengubah namanya.

Dapat disimpulkan bahwa Mas Tok mempunyai sifat yang keras kepala,

penakut, dan tidak ingin menyusahkan orang lain. Mas Tok menjadi penakut semenjak

ia memutuskan menjadi simpatisan PKI. Hidupnya menjadi sengsara.

2.2.5 Mas Cuk

Mas Cuk adalah kakak kedua Nik. Diceritakan bahwa ia adalah seorang pemain

band dan merupakan anggota sebuah organisasi pemuda bernama “Banteng-Kraton”.

Mas Cuk sering bergonta-ganti pacar. Bahkan beberapa kali mengajak pacarnya untuk

datang ke rumah saat sedang sepi.

Sehari-hari Mas Cuk sering terlibat tawuran dan perkelahian di sana-sini. Hal

itu membuat orang tuanya khawatir. Suatu hari, Mas Cuk yang sudah beberapa hari

tidak pulang ke rumah, akhirnya datang dengan luka di sekujur tubuhnya dan luka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

41

tusukan di kepala. “Saya temukan mas ini terkapar di bagian timur Nggladag. Habis

dikroyok” (Yampolsky, 2011: 59). Luka yang dialami oleh Mas Cuk suruh

menyeramkan. Di kepalanya terdapat luka tusukan.

Setelah kejadian itu teman-teman Mas Cuk datang ke rumah untuk

menjenguknya. Saat mereka sedang berkumpul banyak sekali kata-kata dan hal yang

mereka bahas tidak bisa dengan mudah dimengerti oleh Nik. Suasana rumah menjadi

ramai karena kedatangan teman-teman Mas Cuk. Setiap hari teman-teman yang datang

ke rumahnya selalu berbeda, kecuali seorang perempuan yang akhirnya diketahui

bahwa ia adalah pacar Mas Cuk.

Dapat disimpulkan bahwa, sebagai kakak kedua Nik, Mas Cuk mempunyai sifat

yang sedikit liar dan egonya tinggi. Ia juga tidak suka diatur oleh orang lain.

2.2.6 Yu Parni

Diceritakan dalam novel tersebut, bahwa Yu Parni adalah orang yang

membantu urusan keluarga Nik, terutama urusan dapur. Keluarga Nik sudah

menganggap Yu Parni seperti saudara sendiri.

“Tak selangkahpun jauhnya dari urusan dapur. Ia yang selalu berdiri di luar

pagar keributan jaman. Dan seperti tak punya beban apa pun ketika kejadian-kejadian

tragis berlangsung di luar sana (Yampolsky, 2011: 67). Yu Parni merupakan sosok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

42

yang bersikap netral. Ia tidak ambil pusing untuk ikut campur dalam masalah-masalah

yang terjadi di luar sana.

Semenjak kedatangan Sarjono untuk tinggal di rumah keluarga Nik. Yu Parni

mempuyai tugas lain yaitu merawat Sarjono. Ia merawat Sarjono seperti merawat

anaknya sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa Yu Parni memiliki sifat yang tidak ingin ikut

mencampuri masalah orang lain. Yu Parni juga bersifat baik karena mau merawat

Sarjono yang walaupun bukan anggota keluarga dengan baik.

2.2.7 Sarjono

Sarjono adalah salah satu murid kelas enam SD di sekolah tempat Ibu Kesawa

bekerja. Ia adalah seorang laki-laki bermuka lonjong, giginya agak tonggos dan sorot

wajahnya menyiratkan rasa ketakutan. Ia tinggal di kampung Jagalan di sebelah timur

kota bersama keluarganya yang miskin.

Sudah berhari-hari Sarjono tidak masuk sekolah. Ketika muncul di sekolah,

Sarjono kelihatan bingung. Akhirnya, ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi

kepada Ibu Kesawa. Sarjono tidak masuk sekolah karena kedua orang tuanya terkena

pencidukan. Seluruh keluarganya pun juga terlibat. Maka dari itu, tinggalah ia sendiri

di rumahnya dan merasa kebingungan. Sebagai seorang ibu dan kepala sekolah, Ibu

Kesawa akhirnya menyuruh Sarjono agar tinggal di rumahnya untuk sementara waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

43

supaya ia juga masih bisa bersekolah. Ia datang bersama Ibu Kesawa ke rumah Nik

dengan membawa sebuah kantong plastik dan tas sekolah

Semenjak tinggal di rumah Ibu Kesawa, Yu Parni bertugas menjaga dan

merawat Sarjono. Sarjono juga sering membantu Yu Parni dan Pak Kesawa di rumah

(Yampolsky, 2011: 45-56). Selain itu, Sarjono juga mendapat tugas dari Ibu Kesawa

untuk menjemput Nik sepulang sekolah. Sarjono adalah orang yang penurut dan

pendiam. Walaupun Nik tidak mau berteman dengannya, ia tetap berusaha untuk

bersikap baik kepada Nik.

Sebenarnya Nik tidak menyukai Sarjono tinggal di rumahnya. Nik membenci

Sarjono. Semenjak Sarjono tinggal di sana, teman-teman Nik selalu menghakiminya

bahwa ada seorang anak PKI tinggal di rumahnya. Pada waktu itu, menjadi seorang

PKI merupakan kesalahan dan sebuah keburukan. Nik sangat tidak menyukai hal itu,

tetapi ia tidak bisa mengatakan pada ibunya hal yang sebenarnya terjadi. Sarjono lebih

suka menyendiri dan berdiam diri di kamar. Ia juga sangat tertutup.

Suatu hari, setelah jam pulang sekolah berakhir, Sarjono meminta izin kepada

Ibu Kesawa untuk pulang terlebih dahulu. Ibu Kesawa mengiyakan karena memang ia

masih harus mengerjakan sesuatu di sekolah. Sampai sore tidak ada kabar dari Sarjono.

Baru setelah maghrib, Sarjono datang. Dengan mata merah, kotor dan bajunya basah

karena keringat. Saat Ibu Kesawa bertanya pada Sarjono, ia malah menangis sejadi-

jadinya. Setelah keadaan Sarjono lebih tenang, Ibu Kesawa menanyakan keberadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

44

Sarjono sehari ini. Sarjono menjelaskan bahwa ia pergi ke Njagalan untuk melihat

kondisi rumahnya. Ia menangis karena ia tahu dari tetangganya bahwa buliknya tidak

jadi ditangkap. Sarjono ingin keluar dari rumah Nik karena ia tidak betah berada di

sana.

Akhirnya, Sarjono benar-benar dijemput oleh buliknya. Sarjono sangat senang

bisa bersama lagi dengan keluarganya. Pada akhirnya, Sarjono kembali bersama

buliknya dan mereka akan tinggal bersama.

Dapat disimpulkan bahwa Sarjono memliki sifat yang penurut. Semenjak

penangkapan orang tuanya dan sanak familinya, Sarjono menjadi pribadi yang tertutup

dan lebih suka menyendiri.

2.2.8 Bu Arum

Bu Arum merupakan sahabat dari Ibu Kesawa. Mereka tinggal di kampung

yang sama. Bu Arum selalu berpenampilan rapi. Kulitnya mulus dan wajahnya ayu dan

menggunakan anting-anting intan berlian. Ia lebih suka memakai gaun dan bersanggul

daripada memakai kebaya dan bergelung.

Dalam cerita dijelaskan bahwa Bu Arum adalah seorang aktivis Gerakan

Wanita Indonesia (Gerwani) yang aktif. Ia juga sosok yang baik. Suatu hari, Nik diajak

oleh Bu Arum untuk pergi piknik bersama-sama dengan anggota Gerwani lainnya.

Selama perjalanan, mereka semua menyanyikan Nasakom Bersatu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

45

Pada akhir cerita, akhirnya ia mendapatkan informasi mengenai Bu Arum. Dari

salah satu anggota Gerwani di Jakarta. Setelah Bu Arum ditangkap dan ditahan. Pada

suatu malam, ia bersama ketiga temannya yang lain dibawa menggunakan truk tertutup

menuju timur kota. Setelah hampir dua jam perjalanan, truk tersebut berhenti. Mata Bu

Arum ditutup. Setelah turun dari truk tersebut, ia harus berjalan dengan langkahnya

yang terseret-seret. Keempat wanita ini dijejerkan pada tepi jurang di sebuah hutan.

Tak lama kemudian, terdengar suara “dor, dor, dor”. Gelap seketika. Bu Arum dan

ketiga temannya dibunuh dengan cara ditembak. Jasadnya jatuh ke dalam jurang

(Yampolsky, 2011: 213-222)

Dapat disimpulkan bahwa, tokoh Bu Arum sebenarnya orang yang baik. Ia

mempunyai banyak teman di organisasinya, Gerwani. Ia juga memiliki peran penting

dalam organisasi tersebut. Maka dari itu, ia dibunuh oleh TNI.

2.2.9 Mas Kun

Dalam novel tersebut, Mas Kun digambarkan adalah sosok seorang laki-laki

jangkung dan berhidung mancung. Mas Kun sempat berkuliah tetapi sekarang ia aktif

menjadi aktivis dalam sebuah organisasi politik.

Setiap sore ia datang ke pendopo tempat Nik latihan menari dan mengamati

mereka. Mas Kun sedang mencari penari untuk perayaan besar sebuah partai politk.

Dalam hatinya, Mas Kun juga mengagumi Nik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

46

Sebenarnya Nik tidak suka kalau diperhatikan oleh Mas Kun, tetapi lama-

kelamaan Nik juga menyukainya. Dalam cerita ini, Mas Kun mejadi seorang laki-laki

yang membuat Nik perlahan-lahan memasuki kehidupan orang dewasa. Sebagai

seorang laki-laki, Mas Kun tipe yang pencemburu. Saat itu Mas Kun melihat Nik

sedang bercengkrama dengan beberapa taruna di luar gedung bersama teman-

temannya, kata Mas Kun kepada Nik “Taruna itu gagah-gagah, ya?” (Yampolsky,

2011: 118) Hubungan meraka berjalan dengan baik sebelum perayaan partai politik

tersebut. Setelah orangtua Nik mengetahui bahwa Nik menari untuk sebuah acara

politik dan mengetahui bahwa Kun aktif dalam dunia politik, kedua orangtua Nik

melarang hubungan mereka.

Dapat disimpulkan bahwa Mas Kun memiliki sifat yang tidak pantang

menyerah dan pencemburu. Ia terus berusaha untuk mendekati Nik padahal sebenarnya

Nik tidak menyukainya. Ia juga aktif dalam dunia politik hingga ditunjuk sebagai ketua

sebuah partai politik pemuda saat itu.

2.2.10 Nila

Nila merupakan sahabat Nik sejak mereka latihan menari di pendopo. Setiap

sore mereka bertemu untuk latihan menari. Hal itu membuat mereka bersahabat.

Sebagai seorang sahabat, Nila adalah sosok yang jujur. Nila akan mengatakan apa saja

walaupun hal tersebut tidak disukai oleh Nik. “Kamu selalu kurang mendhak”

(Yampolsky, 2011: 93). Nila selalu berkata jujur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

47

Setelah beranjak dewasa mereka jarang bertemu. Nik berada di Jakarta dan Nila

di Amerika. Walaupun terpisah negara, mereka tetap saling berkomunikasi dengan

baik. Dari cerita Nila, Nik mengenal Leaph. Seseorang yang berasal dari Kamboja. Nila

menceritakan latar belakang Leaph yang menyedihkan kepada Nik.

Dapat disimpulkan bahwa Nila memiliki sifat yang suka berterus terang. Ia

selalu mengatakan hal yang sesuai dengan pemikirannya.

2.2.11 Tris

Tris adalah teman masa kecil Nik di kampungnya. Ia selalu menjadi teman baik

Nik selama itu. Selama hampir dua puluh tahun saat mereka sudah beranjak dewasa,

mereka tidak pernah bertemu. Tris sosok teman yang baik dan kuat. Tubuhnya kurus

ceking, kulitnya lencir kuning, wajahnya cantik dan suaranya bagus. Akhirnya setelah

dua puluh tahun tidak berkabar, Nik mengetahui kabar Tris dari seorang teman

menarinya di pendopo.

Tris tinggal di perumahan sederhana di bagian timur kota (Yampolsky, 2011:

151-154). Di sana ia tinggal bersama bapak dan ibunya. Tris sekarang berprofesi

menjadi seorang penyanyi amatiran di sebuah klub malam di kota ini. Kondisi yang

tidak baik dan kebutuhan untuk membiayai ayahnya yang sudah mulai sakit-sakitan

menjadikannya sebagai tulang punggung keluarga. Ibunya sudah tua, tidak kuat lagi

untuk bekerja menjual popok bayi dari pasar ke pasar. Tris harus bekerja sendirian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

48

untuk menghidupi keluarganya dan harus akrab dengan dunia malam. Kemakmuran

jaman pembangunan tidak selamanya memudahkan masyarakat untuk mendapat rejeki.

Dapat disimpulkan bahwa Tris merupakan teman yang baik dan ia juga pantang

menyerah. Dalam kondisi keluarganya yang berada dalam kesulitan, Tris tetap

berusaha untuk bisa bekerja untuk membiayai kehidupan sehari-hari.

2.2.12 Si Gagap

Gagap adalah salah satu teman Nik di Solo yang berprofesi sebagai penyair. Ia

sudah aktif menulis sejak Sekolah Dasar. Ia lahir dari keluarga kurang mampu dan

sekolahnya tidak tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Gagap bekerja menjadi

seorang buruh di sebuah toko antik. Walaupun tidak tamat SMA tetapi keinginannya

untuk belajar sangat kuat. Ia rajin mengikuti diskusi kesenian dan kebudayaan,

nongkrong di perpustakaan kota, dan mengumpulkan sebagian gajinya untuk membeli

buku.

Gagap sering berkumpul dengan Nik dan teman-teman lain di pendopo. Setiap

pulang kerja, ia selalu menyempatkan untuk mampir ke sana. Gagap juga bekerja

serabutan. Ia menjadi menjadi buruh, tukang jualan koran dan bekerja sebagai tukang

pelitur di sebuah toko mebel. Walaupun begitu, Gagap tetap aktif menulis puisi.

“Sampai akhirnya ia berhasil menghasilkan sebuah kumpulan puisi pertamanya

berjudul Si Gagap Melacak Tuhan” (Yampolsky, 2011: 156). Kata Gagap, bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

49

Tuhan itu sebenarnya tidak bisa dipisahkan keutuhannya dari manusia, karena jika

tidak ada manusia bagaimana ada yang dinamakan Tuhan. Puisi-puisi Gagap selalu

berusahan menjajarkan Tuhan dengan manusia. Sebenarnya ia sadar bahwa puisinya

selama ini terlalu abstrak untuk dimengerti oleh masyarakat awam.

Maka dari itu ia sudah tidak lagi menuliskan tentang Tuhan dan manusia. Ia

melihat tetangganya yang bekerja menjadi buruh yang diperlakukan dengan semena-

mena oleh pemerintah. Ia mulai berani menuliskan puisinya dengan idiom-idiom

tentang kesulitan yang hidup tetangganya tersebut. Ia mencoba menyindir perlakuan

pemerintah dalam tulisannya. Keberaniannya itu, membuat Gagap menjadi simbol bagi

kaum pergerakan. Ia mulai aktif membela kaum buruh dan sejak saat itu, Gagap

berhenti menjadi seorang penyair.

“Sebulan sebelum jatuhnya sang rezim, malah sama sekali ia tak lagi bisa

dikontak siapa pun. Ia hilang. Tak pernah terungkap kenapa. Sampai sekarang. Semoga

sejarah akan membuktikan apa yang sebenarnya terjadi terhadapnya” (Yampolsky,

2011: 168).

Keputusannya untuk membela para buruh dengan melawan pemerintah

membuat Gagap harus menanggung resiko yang cukup besar. Hidupnya selalu diintai

oleh pemerintah. Semenjak itu ia selalu bermain kucing-kucingan dengan pemerintah.

Hingga pada akhirnya, naas sekali nasibnya. Tidak ada yang tahu di manakah

keberadaannya yang sebenarnya. Sampai saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

50

Dapat disimpulkan bahwa Gagap merupakan orang yang pemberani. Ia dengan

berani membela orang-orang yang tertindas. Padahal hal itu juga membuat hidupnya

menjadi sengsara.

2.2.13 Kamil

Kamil adalah salah satu dari teman Nik di pendopo. Ia sangat pendiam dan

tertutup, terutama tentang masa lalunya. Kamilun, panggilan akrabnya (Yampolsky,

2011: 160). Kamil suka melukis. Mengumpulkan anak-anak kampung di sekitar

pendapa untuk diajak melukis bersama juga menjadi kesenangannya. Pada dasarnya ia

menyukai anak-anak. Ia mempunyai tujuan bahwa anak-anak harus dijamin ruang

geraknya untuk tidak terjerat pada standar apa pun dalam mengembangkan imajinasi

(Yampolsky, 2011: 163). Suatu hari Kamil mengajak anak-anak dari kampung-

kampung di sekitar pendapa untuk datang dan melukis bersamanya di pendopo.

Mendadak suasana pendapa menjadi ramai seperti taman kanak-kanak.

Dapat disimpulkan bahwa Kamil memiliki sifat yang ramah dan ia senang

melukis. Terlebih ia sangat menyukai melukis bersama anak-anak, karena pada

dasarnya ia menyukai anak-anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

51

2.2.14 Pak Djo

Pak Djo adalah seorang pria yang datang dari generasi sebelum merdeka.

Sebenarnya nama lengkapnya ialah Kardjo, tetapi orang-orang lebih sering memanggil

Pak Djo. Ia adalah orang setengah waras yang sering nongkrong bersama Nik dan

teman-temannya di sebuah warung dekat sanggar. Saat Pak Djo kumat, ia sering

berteriak-teriak dan mengancam orang-orang di sekitar. Namun, saat ia sedang dalam

keadaan normal, ia tampak biasa saja seperti orang-orang normal lainnya.

Nik dan teman-temannya sering menganggap bahwa Pak Djo itu tidak benar-

benar gila. Ia hanya pura-pura gila supaya bisa mengutarakan pendapatnya dengan

bebas. Di tengah terbungkamnya generasi muda oleh kuatnya kekuasaan pada era itu,

yang membuat nafsu mengkritiki mereka tak menemukan pelampiasan yang memadai,

menjadi gila seperti Pak Djo bukan suatu gagasan yang jelek (Yampolsky, 2011: 179-

200). Keberanian Pak Djo menantang dan mengutarakan pendapatnya saat kumat

memang bisa dicontoh. Karena menjadi orang gila, aman saja bagi Pak Djo untuk

melakukannya. Beberapa kali Pak Djo juga ikut serta jika di pendapa sedang

mengadakan acara. Walaupun dikenal menjadi orang gila, jika Pak Djo menyukai

seseorang ia akan bersikap normal. Mbak Sri, pemilik Warung Hijau yang setiap hari

ia datangi. Setiap datang ke sana, Pak Djo selalu membawa oleh-oleh untuk Mbak Sri.

Pak Djo ternyata juga mengagumi Nik. Terkadang Nik merasa malu saat ia

berpapasan dengan Pak Djo saat sedang kumat. Beberapa kali Pak Djo juga sempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

52

menggoda Nik. Sebenarnya Nik ingin memerahinya, tetapi karena sikap Pak Djo yang

baik terhadapnya, ia mengurungkan niatnya untuk marah.

Dapat disimpulkan bahwa dalam novel tersebut, Pak Djo sebenarnya orang

yang cukup perhatian dengan keadaan di sekitarnya. Ia juga berperan menjadi orang

yang dengan mudah mengungkapkan pendapatnya karena ia orang gila. Tetapi, Nik

dam teman-temannya selalu menganggap bahwa Pak Djo hanya pura-pura gila.

2.2.15 Leaph

Leaph adalah seorang wanita yang dikenal Nik melalui Nila yang tinggal di

Amerika. Diceritakan bahwa Leaph berasal dari Phnom Penh, Kamboja. Pada tahun

1972, Leaph mendapatkan beasiswa di Sydney. Pada saat ia meninggalkan keluarganya

untuk berkuliah di Sydney, keadaan di Kamboja sedang sangat kacau karena perang

sipil dan diktator militer sedang berkuasa (Yampolsky, 2011: 201-210). Selama ia

berada di Sydney ia sering mendengar kabar buruk yang menimpa negaranya.

Akhirnya perang telah usai, pasukan Khmer Merah berhasil merebut Phnom Penh.

Kegembiraan datang menyelimuti hati Leaph. Semenjak kemenangan pasukan Khmer

Merah, ia sudah tidak lagi mendapatkan surat dari keluarganya. Hatinya mulai curiga

tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana.

Leaph memutuskan untuk kembali ke negaranya dan melihat keluarganya.

Betapa sedihnya ia saat mengetahui bahwa rumahnya telah runtuh dan semua keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

53

telah mati. Kedua orang tuanya dan keenam saudaranya mati karena kesadisan masa

pemerintahan Pol Pot di Kamboja.

Dapat disimpulkan dalam novel tersebut, Leaph merupakan orang yang

menderita. Nama Leaph yang berarti keberuntungan, tidak dapat mewakili hidupnya

yang tidak seberuntung namanya.

2.2.16 Ibu Sul

Ibu Sul adalah salah seorang anggota Gerwani bersama dengan Bu Arum. Ibu

Sul juga terkena pencidukan bersama dengan Bu Arum. Nik menemui Ibu Sul di

rumahnya yang terletak di dalam gang-gang sempit perkampungan kumuh. Ibu Sul

sudah tua dan hanya terbaring di kasur saja. Kehidupan masa lalunya juga kelam seperti

Bu Arum tetapi tidak semengerikan takdir yang dialami Bu Arum. Ibu Sul mempunyai

cerita kelam tentang masa lalunya dan rahasia mengenai kehidupan Bu Arum setelah

terkena pencidukan.

Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita tersebut, Ibu Sul merupakan orng yang

tertutup. Sebelum Nik mengatakan bahwa ia merupakan “simpatisan”, Ibu Sul tidak

mau menceritakan hal yang sebenarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

54

2.3 Latar

Penulis memilih struktur pembangun cerita berupa latar karena mampu

menggambarkan peristiwa yang terjadi pada cerita dalam novel Candik Ala 1965 karya

Tinuk R. Yampolsky dan bagaimana kejadian-kejadian yang terjadi. Pada dasarnya

novel ini dibuat berdasarkan kenangan masa kecil sang penulis pada saat peristiwa

1965. Unsur latar dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yatu unsur tempat, unsur

waktu, dan unsur sosial budaya. Setiap unsur menawarkan permasalahan yang berbeda

dan dapat dibicarakan sendiri, namun pada kenyataannya unsur-unsur tersebut saling

berkaitan dan saling mempengaruhi (Nurgiyantoro, 2015: 314). Ketiga unsur latar di

atas akan diuraikan sebagai berikut.

2.3.1 Latar tempat

Latar tempat adalah bagian unsur latar yang menunjuk pada lokasi terjadinya

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2015: 314). Cerita

dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky mengambil beberapa lokasi

yang menjadi tempat jalannya cerita. Latar tempat dalam cerita akan dibedakan

menjadi latar luas dan latar sempit, yaitu sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

55

2.3.1.1 Indonesia

Cerita dalam novel ini berlatar tempat secara luas di Indonesia. Secara garis

besar cerita ini terjadi di Indonesia. Peristiwa besar tahun 1965 yang menjadi awal

permasalahan dalam cerita pada novel tersebut terjadi di Indonesia. Pada akhir cerita

juga diceritakan peristiwa pamungkas yang menjadi jawaban atas kegelisahan Nik,

juga terjadi di Indonesia.

(1) Solo

Kota Solo menjadi tempat Nik tumbuh dari kecil hingga beranjak dewasa.

Melewati kenangan-kenangan pahitnya jaman sejak tahun 1965. Diceritakan bahwa,

rumah keluarga Nik berada di kota Solo. Tepatnya di sebuah kampung berjulukan L

(Yampolsky, 2011:12). Kampung tersebut diberi julukan kampung priyayi, karena

berada di sekitar wilayah Kraton Solo. Di sana Nik tinggal bersama kedua orang

tuanya, tiga orang kakak laki-lakinya, dan juga seorang pembantu. Ia melewati banyak

kenangan indah bersama teman-temannya hingga kenangan mengerikan tentang

peristiwa 1965. Kota ini juga menjadi saksi kehidupan Nik semenjak ia kecil hingga

beranjak dewasa, sebelum akhirnya ia pergi ke Jakarta.

Terdapat beberapa latar tempat di kota Solo yang menjadi saksi atas peristiwa-

peristiwa yang menjadi penentu jalannya cerita. Rumah Nik yang berada di kampung

L juga menjadi saksi banyak peristiwa seperti penggledahan, Mas Tok yang membakar

beberapa buku-bukunya, dan kehadiran Sarjono dalam hidup Nik serta pertengakaran-

pertengakaran antara anggota keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

56

Balaikota dekat sekolah Nik juga menjadi saksi penindasan terhadap para

simpatisan PKI. Hingga pada saat Nik beranjak remaja, ia sering pergi ke pendopo

untuk latihan menari bersama teman-temannya. Tidak hanya menjadi sanggar menari,

hingga Nik beranjak dewasa, pendopo ini menjadi tempat Nik dan teman-temannya

yang berasal dari berbagai latar belakang untuk berkumpul atau mengadakan acara

diskusi kecil-kecilan.

Daerah rumah Gagap yang berada di Solo juga menjadi kunci jalannya cerita.

Keputusan Gagap untuk membelas tetangga-tetangga di sekitar rumahnya

menjadikannya buronan pemerintah.

Selain di pendopo, Nik dan teman-temannya juga sering menghabiskan waktu

di warung milik Bu Darmini. Warung ini berada di bawah keteduhan pohon sawo kecik

manila yang berada di depan sanggar (Yampolsky, 2011: 187). Warung milik Bu

Darmini sangat memenuhi kebutuhan Nik dan teman-temannya untuk menjadi tempat

nongkrong Nik dan teman-temannya. Mereka selalu datang ke sana setelah merasa

bosan karena berada terlalu lama di sanggar. Di sanalah ia bertemu dengan Pak Djo.

Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita tersebut sebagian besar cerita terjadi di Solo.

(2) Jakarta

Menjelang akhir cerita, Nik pindah ke ibukota karena sebuah kesibukan

(Yampolsky, 2011: 2016). Pada saat kedatangannya ke Jakarta, kota ini sedang labil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

57

Banyak hal terjadi di luar sana. Aksi mengecam pemerintahan Orde Baru mulai terasa

dan mulai bermunculan di Jakarta.

Di Jakarta, Nik juga mengunjungi slah satu anggota Gerwani, Ibu Sul. Rumah

itu terselip di gang sempit, yang ribut oleh lalu-lalangnya orang, penjual angkringan,

deru motor lewat dan teriak anak-anak kampung (Yampolsky 213-222). Di rumah

inilah Nik menemukan jawaban atas misteri besar dalam hidupnya selama ini. Tentang

semua tetangganya yang terkena pencidukan. Terutama, Bu Arum, sahabat almarhum

ibunya yang menjadi anggota Gerwani aktif pada masa itu.

2.3.1.2 Amerika

Cerita dalam novel tersebut juga sedikit memasukkan negara Amerika.

Diceritakan bahwa Nila yang merupakan sahabat Nik sejak remaja, tinggal di sana

bersama suaminya. Nila menceritakan kondisinya di sana kepada Nik melalui surat.

Saat berkirim surat dengan Nik, Nila mencerita tentang seorang wanita yang bernama

Leaph yang sudah dikenalnya selama dua tahun. Leaph mempunyai masa lalu yang

menyedihkan tentang keluarganya yang mati karena kekejaman pemerintahan Pol Pot,

pemimpin pasukan Khmer Merah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

58

2.3.1.3 Kamboja

Negara Kamboja juga diceritakan menjelang akhir cerita dalam novel tersebut.

Negara ini menjadi saksi kekejaman dan kekerasan yang menimpa warga sipil di

Kamboja. Hal itu diwalkikan melalui penggambaran kejadian yang menimpa keluarga

besar Leaph.

Pada waktu itu, di Kamboja sedang terjadi peperangan. Peperangan dengan

tentara Amerika dan perang Vietnam yang meluas hingga Kamboja. Namun, pada

akhirnya Kamboja dapat merdeka. Pasukan Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot

berhasil merebut Phnom Penh. Akibat peperangan, keadaan negara menjadi kacau.

Mereka harus melakukan pembangunan kembali. Pol Pot sebagai pemimpin, mengutus

rakyatnya untuk bekerja sama demi kembali pulihnya keadaan negara.

Pol Pot menggunakan wewenangkan dengan tidak wajar. Tidak hanya dipaksa

untuk bekerja, mereka juga disiksa oleh pasukan Khmer Merah. Mereka sulit makan,

dan selalu mendapatkan tekanan dari pasukan Khmer Merah. Keluarga Leaph juga

terus disiksa. Pada akhirnya semua keluarga Leaph mati akibat kekejaman pasukan

Khmer Merah.

2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu pada novel tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

59

berawal dari tahun 1960-an sampai 1998, tepatnya sebulan sebelum masa Orde Baru

runtuh. Satu persatu latar waktu akan dibahas pada penelitian ini. Berikut analisis latar

waktu yang terdapat dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky.

2.3.2.1 Tahun 1965

Tahun 1965 adalah latar waktu awal mula cerita dalam novel ini. Saat itu Nik

masih kecil untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Ia masih duduk di kelas

dua SD dan berumur tujuh tahun. Tahun 1965 merupakan peristiwa meletusnya G 30

S PKI yang terjadi di Indonesia. Banyak hal menakutkan terjadi selama itu. Mulai dari

pembunuhan jendral, penembakan, pencidukan, dan penggledahan. Nik tumbuh dan

berkembang dengan memori masa kecil tentang peristiwa 1965 (Yampolsky, 2011: 9-

20).

2.3.2.2 Tahun 1998

Latar waktu ini menjadi akhir dari cerita dalam novel tersebut. Cerita ditutup

saat sebelum pecahnya masa Orde Baru. Pada April 1998, Nik sudah berada di Jakarta

untuk mengurus beberapa pekerjaan. Di sana sudah banyak terjadi huru-hara dan

keadaan sudah mulai tidak stabil. Pada saat itu, Nik juga bertemu dengan Ibu Sul.

Pertemuannya dengan Ibu Sul merupakan penutup dalam cerita dan membongkar

misteri besar atas kehidupan tetangga Nik yang terkena pencidukan pada waktu itu

(Yampolsky, 2011: 210-222).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

60

2.3.2.3 Pagi Menjelang Siang

Kejadian itu terjadi saat Mas Tok masih tinggal di rumah Nik. Terlihat Mas Tok

sedang berada di halaman belakang rumahnya. Ia membawa beberapa bukunya dan di

sana terlihat sebuah anglo besar. Garis wajah Mas Tok terlihat pucat dan menyiratkan

kepedihan. Saat api mulai dinyalakan dan menjadi semakin besar, Mas Tok mulai

membakar semua buku yang ia bawa. Dimasukkannya ke dalam anglo besar tersebut

satu per satu. Dengan cepat buku-buku tersebut hangus. Serpihan kertasnya terbang

terbawa angin. Kepulan asapnya hitam meninggi ke udara. Mas Tok, sedang

menghilangkan identitasnya sebagai seorang simpatisan (Yampolsky, 2011: 30-31).

2.3.2.4 Tengah Malam

Kejadian ini berlangsung masih sekitar tahun 1965. Hujan deras di Pegunungan

Selatan. Di kota, rintik hujan pagi itu tidak seberapa. Pada saat tengah malam, tiba-tiba

kentongan ditabuh. Suara kentongan makin kencang dari arah selatan. Alirannya deras

dan cepat cepat naik setinggi lutut orang dewasa dengan cepat. Kampung tempat

tinggal Nik kebanjiran. Seluruh warga di kampungnya menyelamatkan diri ke sebuah

tembok besar di pojok kampung. Rumah Nik terendam. Saat air mulai surut, para

pemuda dan bapak-bapak kembali ke rumah mereka untuk menyelamatkan barang

yang masih bisa diselamatkan. Kotak wayang dan seperangkat gamelan kesayangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

61

Pak Kesawa masih bisa diselamatkan. Setelah peristiwa pencidukan di sana-sini, Tuhan

masih memberikan cobaan dengan adanya banjir (Yampolsky, 2011: 71-80).

2.3.3 Latar Sosial Budaya

Latar sosial budaya merupakan unsur terakhir dalam latar. Latar sosial budaya

menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial

masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2015:

322). Berikut adalah hasil analisis latar sosial budaya dalam novel Candik Ala 1965

karya Tinuk R. Yampolsky.

2.3.3.1 Budaya Jawa

Dalam cerita ini, latar sosial budaya yang paling dominan adalah budaya Jawa.

Dalam cerita ini sering menggunakan istilah jawa dalam percakapa antar tokoh seperti

Nduk, Candhik, kunthet, mendhak dan ndhedhes. Budaya masyarakat Jawa juga

tercermin dari Pak Kesawa yang hobi mengkoleksi wayang dan pandai bermain

gamelan.

Rangkuman

Demikianlah analisis pendekatan objektif dalam novel Candik Ala 1965 karya

Tinuk R. Yampolsky. Melalui hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam

novel tersebut hanya terdapat dua tokoh utama yaitu Nik dan Ibu Kesawa. Mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

62

sangat berperan dalam jalannya cerita dalam novel tersebut. Sedangkan dalam cerita

ini terdapat empat belas tokoh tambahan yang sangat berperan dalam pelengkap cerita

dan penggambaran sebuah peristiwa yang hendak diceritakan oleh pengarang.

Dari segi analisis latar, juga dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga latar tempat

dalam cerita ini yaitu: Indonesia, Amerika, dan Kamboja. Indonesia menjadi latar luas

yang paling dominan karena menjadi awal munculnya konflik dalam cerita ini. Latar

waktu yang dominan dalam cerita ini adalah tahun 1965. Tahun 1965 menjadi awal

cerita dan menjadi awal munculnya konflik dalam cerita. Latar sosial budaya yang

terdapat dalam cerita ini hanya budaya masyarakat Jawa.

Dari pemaparan bab II mengenai pendekatan objektif, sudah terbukti bahwa

terdapat tindak kekerasan yang dialami tokoh-tokoh dalam novel Candik Ala 1965

karya Tinuk R. Yampolsky. Tindak kekerasan tersebut akan dikelompokkan oleh

peneliti ke dalam dua bagian, yaitu kekerasan struktural dan kekerasan personal. Hal

tersebut akan dibahas secara lebih mendalam pada bab selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

63

BAB III

ANALISIS KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL

DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965

KARYA TINUK R. YAMPOLSKY

Setelah pada bab sebelumnya dipaparkan analisis pendekatan objektif atau

struktur pembangun cerita terhadap objek material yang mencakup tokoh penokohan

dan latar. Pada bab ini akan dipaparkan bentuk-bentuk kekerasan struktural dan

personal yang terdapat dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky.

Dalam analisis pada bab II sudah terlihat adanya tindak kekerasan yang menimpa tokoh

dalam cerita. Pada bab ini, tindakan-tindakan kekerasan tersebut akan dianalisis lebih

dalam dan akan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: kekerasan struktural dan

kekerasan personal. Analisisnya sebagai berikut.

3.1 Kekerasan Struktural

Menurut Johan Galtung, kekerasan struktural atau kekerasan tidak langsung

adalah kekerasan yang terjadi karena ketidaksamaan, terutama pada distribusi

kekuasaan. Penyalahgunaan sumber-sumber daya, wawasan, dan hasil kemajuan untuk

tujuan lain atau dimonopoli oleh segelintir orang saja juga termasuk dalam kekerasan

struktural (Windhu, 1992: 64). Kekerasan struktural menimbulkan ketimpangan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

64

sumber daya pendidikan, pendapatan, keadilan, serta wewenang untuk mengambil

keputusan.

Semua jenis represi dan eksploitasi yang dilakukan oleh kelompok orang

terhadap kelompok lainnya dikategorikan sebagai kekerasan struktural. Kekerasan

struktural adalah kekerasan yang tidak mencelakai atau membunuh melalui senjata atau

bom namun melalui struktur sosial yang menyebabkan kemiskinan,

ketidakseimbangan ekonomi, atau ketidakadilan sosial dan politik (Herlambang, 2013:

36). Kekerasan struktural terjadi akibat perbedaan kelas atau struktur sosial. Terdapat

enam faktor yang mendukung kekerasan struktural, yaitu (a) urutan kedudukan linear,

(b) pola interaksi yang tidak siklis, (c) korelasi antara kedudukan, (d) persesuaian

antarsistem, (e) keselarasan antarkedudukan dan (f) perangkapan yang tinggi

antartingkat. Keenam faktor tersebut mengakibatkan terjadinya perbedaan kelas atau

struktur sosial dan akhirnya mengkibatkan terjadinya kekerasan struktural. Menurut

Galtung, sistem-sistem sosial akan cenderung mengembangkan keenam mekanisme

yang akhirnya memperbesar ketidaksamaan. (Windhu, 1992: 75).

3.1.1 Kekerasan Struktural terhadap Simpatisan PKI

Dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky, terdapat beberapa

kekerasan struktural. Kekerasan struktural pertama yang terjadi dalam novel ini

didasari pada diskriminasi dan kekerasan terhadap para simpatisan PKI. Setelah terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

65

penggledahan di area kampung tempat tinggal Nik, beberapa tetangga dekat Nik

ditangkap.

Secara psikologis, para simpatisan PKI yang ditangkap tersebut mengalami

ketakutan. Dalam novel tersebut, menjadi simpatisan PKI pada masa itu adalah hal

yang salah dan tidak patut untuk dicontoh. Kekerasan struktural yang tergambar dalam

novel ini dilakukan pemerintah terhadap simpatisan PKI melalui struktur sosial atau

perbedaan kelas sosial yang menyebabkan ketidakadilan sosial dan politik.

Kekerasan struktural yang menimpa simpatisan PKI juga dialami oleh Mas

Tok. Mas Tok tiba-tiba pindah untuk sementara ke rumah Nik. Ia datang dengan

tergesa-gesa dan membawa beberapa barang yang dikemas seadanya. Setiap hari,

selama ia tinggal di sana, keadaan di rumah Nik tidak nyaman. Ia merasa ketakutan.

Pada saat penggledahan terjadi di rumahnya, Mas Tok memang bebas dari

pencidukan karena ia telah membakar beberapa bukunya yang dapat menjadi bukti

bahwa ia adalah simpatisan PKI. Ia melakukan hal tersebut agar keluarganya aman jika

sewaktu-waktu terjadi penggledahan. Tidak hanya itu, ketakutan yang dialami Mas

Tok menyebabkan ia dan keluarganya harus pindah dari rumah Nik tak berapa lama

setelah terjadi penggledahan di sana. Ia merasa bahwa hidupnya sudah tidak aman lagi

pada saat itu karena ia menjadi simpatisan PKI. Saat itu, ia merasa sangat

terdiskriminasi.

Mas Tok dan keluarganya pindah ke Pulau Sebrang supaya hidupnya aman,

tetapi ketakutan itu tetap ia rasakan. Hidupnya tak sebebas dulu lagi. Bahkan ia sempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

66

mengganti namanya menjadi Mbranang saat tiba di Tanah Sebrang supaya hidupnya

lebih aman. Namun, hal itu tetap sia-sia.

Kekerasan struktural terhadap simpatisan PKI juga dialami oleh Bu Arum yang

menjadi salah satu anggota Gerwani. Pada waktu itu, PKI dan Gerwani sering

disangkutpautkan sehingga membut Gerwani juga dipandang sebagai pendukung PKI.

Suatu hari Nik ikutserta dengan teman-teman Bu Arum yang merupakan

sahabat Ibu Kesawa, untuk ikut rombongan piknik bersama ibu-ibu Gerwani lainnya.

Selama perjalanan, rombongan para Gerwani itu diolok-olok oleh orang di sekitar

mereka. Mereka diolok-olok dengan bahasa yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh

telinga Nik. Para pendukung PKI ini mengalami diskriminasi. Mereka dianggap

sebagai pengkhianat negara. Tak jarang orang-orang di sekitar mereka mengolok-olok

dan mencaci.

Orang-orang yang ditangkap karena terbukti menjadi simpatisan PKI dihukum

di Balaikota dekat sekolah Nik. Mereka dijemur saat matahari sedang terik di jalanan

beraspal. Orang-orang melihat mereka dengan berdiri di sepanjang pinggiran pagar

yang dijaga oleh tentara. Hukuman tersebut dilakukan oleh tentara supaya masyarakat

tidak bergabung dengan PKI. Hal ini memberikan rasa malu dan diskriminasi pada para

simpatisan PKI yang tertangkap. Betapa ngerinya menjadi PKI.

Kekerasan struktural yang terjadi terhadap simpatisan PKI tersebut, didorong

karena adanya urutan kedudukan linear dan pola interaksi yang tidak siklis. Simpatisan

PKI dianggap sebagai orang yang tidak baik bagi negara, maka dari itu mereka dijauhi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

67

dibenci, dicaci dan diperlakukan secara tidak adil karena doktrin dari pemegang

kekuasaan tertinggi.

3.1.2 Kekerasan Struktural terhadap Masyarakat Sipil pada Masa Orde Baru

Masa orde baru juga diceritakan pada novel tersebut. Kekerasan struktural juga

tercermin dalam cerita yang menceritakan masa Orde Baru di Indonesia. Hal ini terjadi

pada para buruh di sekitar tempat tinggal Si Gagap, teman Nik.

Kekerasan struktural yang dialami oleh para buruh mengakibatkan mereka

berada dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Mereka diperlakukan semena-mena

dengan aturan dan perlakuan yang dilakukan oleh pemerintah pada masa itu. Kekerasan

struktural juga dialami oleh Gagap, teman Nik dari Surakarta yang merupakan seorang

penyair. Gagap yang dulunya seorang penyair yang menuliskan puisi-puisi tentang

Tuhan dan puisi-puisi yang tidak dimengerti oleh orang awam ini mengalami kesulitan

hidup saat ia mulai aktif melawan peraturan dan perlakuan semena-mena pemerintah

terhadap para buruh. Pada masa Orde Baru, hal yang dilakukan Gagap itu merupakan

kesalahan besar bagi pemerintah Orde Baru. Sebulan sebelum jatuhnya rezim Orde

Baru, Gagap hilang. Nasibnya tidak jelas sampai saat ini.

Kekerasan struktural tersebut terjadi karena adanya faktor urutan kedudukan

linear. Kedudukan kelas sosial yang berbentuk garis ini membedakan kelas sosial atas

dan bawah. Masyarakat sipil pada masa Orde Baru ini berada dalam kelas sosial bawah

dan mereka harus merasakan ketidakadilan yang dilakukan oleh kelas sosial atas atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

68

penguasa pada saat itu. Maka dari itu, terjadilah tindak kekerasan struktural yang

dialami oleh masyarakat sipil.

3.1.3 Kekerasan Struktural terhadap Masyarakat Sipil di Kamboja

Pada novel ini juga menceritakan sedikit tentang kejadian yang terjadi di

Kamboja. Kekerasan struktural di Kamboja yang terdapat dalam novel tersebut dialami

oleh keluarga Leaph yang merupakan teman Nila di Amerika.

Pada saat itu, Leaph sedang mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Sydney.

Saat kepergian Leaph untuk berkuliah, negaranya, Kamboja sedang mengalami

peperangan. Setiap hari, keluarga Leaph mengirimkan surat kepadanya untuk

menceritakan kehidupan mereka di Kamboja. Tetapi suatu hari, keluarganya tidak lagi

mengirimkan surat padanya. Leaph curiga. Maka, kembalilah ia ke Kamboja. Di sana,

ia menemukan bahwa rumahnya telah rata dengan tanah dan semua keluarganya

menghilang.

Peperangan yang terjadi menimbulkan dampak dan kerugian yang cukup besar

bagi negaranya. Pemimpin pasukan Khmer Merah, Pol Pot melakukan eksploitasi

besar-besaran terhadap warganya. Ia melakukan penyalahgunaan sumber daya manusia

pada saat itu. Kekerasan struktural yang terjadi pada warga sipil di Kamboja ini

mengakibatkan mereka mengalami kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Mereka

dipaksa bekerja untuk pembangunan negara dengan semena-mena.

Kekerasan struktural terhadap masyarakat sipil di Kamboja terjadi karena

adanya faktor urutan kedudukan linear. Kedudukan kelas sosial yang berbentuk garis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

69

ini membedakan kelas sosial atas dan bawah. Masyarakat sipil di Kamboja berada

dalam kelas sosial bawah dan mereka harus merasakan ketidakadilan yang dilakukan

oleh kelas sosial atas atau penguasa pada saat itu. Maka dari itu, terjadilah tindak

kekerasan struktural yang dialami oleh masyarakat sipil di Kamboja.

3.2 Kekerasan Personal

Kekerasan personal merupakan kekerasan yang dilakukan secara langsung atau

melalui fisik. Kekerasan personal contohnya melukai atau membunuh. Kekerasan

personal bersifat dinamis, mudah diamati, memperlihatkan fluktuasi yang hebat yang

dapat menimbulkan perubahan. Kekerasan personal bertitik berat pada “realisasi

jasmani aktual” (Windhu, 1992: 73). Dalam suatu masyakat statis, kekerasan personal

akan lebih diperhatikan daripada kekerasan struktural.

Menurut Galtung, produk-produk budaya seperti ideologi, bahasa, agama, seni

dan pengetahuan dapat digunakan untuk membenarkan praktik kekerasan personal

(Herlambang, 2013: 35). Galtung menampilkan tiga pendekatan untuk melihat tipologi

kekerasan personal, yaitu: (a) cara yang digunakan, mulai dengan badan manusia itu

sendiri (tinju, karate, aikido) sampai segala macam senjata mutakhir; (b) bentuk

organisasi, mulai dengan individu lain dalam bentuk gerombolan dan massa rakyat dan

berakhir dengan organisasi gerilya modern atau pertempuran dengan menggunakan

pasukan; dan (c) sasaran pendekatan itu yaitu manusia yang ditunjukkan pada tindak

kekerasan anatomis dan fisiologis (Windhu, 1992: 74).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

70

Pada pendekatan yang ketiga terdapat kekerasan anatomis dan fisiologis yang

menjadi sasaran pada tindak kekerasan tersebut. Pertama adalah kekerasan anatomis.

Kekerasan anatomis bersifat menghancurkan (pertandingan tinju, ketapel), merobek

(menggantung, menarik, memotong), menembus (pisau, tombak, peluru), membakar

(pembakaran, nyala), meracuni (dalam air, dalam makanan, gas), dan penguapan

(seperti di dalam ledakan nuklir). Sedangkan kekerasan fisiologis bersifat meniadakan

udara (mencekik, penyempitan), meniadakan air (dehidrasi), meniadakan makanan

(kelaparan karena perang), dan meniadakan gerak dengan: (a) pembatasan badan

(rantai, gas), pembatasan ruang (penjara, tahanan, dibuang), dan (c) pengendalian otak

(melemahkan syaraf, “cuci otak”) (Windhu, 1992: 74)

3.2.1 Kekerasan Personal terhadap Anggota Organisasi Pemuda

Dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky kekerasan personal

dialami oleh beberapa tokoh dalam cerita. Kekerasan personal yang pertama dialami

oleh Mas Cuk. Diceritakan bahwa Mas Cuk tergabung dalam organisasi kepemudaan

yaitu “Banteng-Kraton”.

Mas Cuk aktif dalam organisasi kepemudaan tersebut. Pada tahun 1965, sering

sekali terjadi tawuran dan perkelahian yang melibatkan organisasi kepemudaan. Saat

sedang riuh-riuhnya perkelahian dan konflik di sana-sini, Mas Cuk sudah berhari-hari

tidak pulang ke rumah. Akhirnya, pada suatu siang setelah tidak menampakkan dirinya

berhari-hari, seorang tukang becak mengantarkan Mas Cuk yang bersimbah darah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

71

terdapat luka tusukan di kepalanya. Tukang becak yang mengantarkan Mas Cuk

menjelaskan bahwa ia menemukan Mas Cuk terkapar di bagian timur Nggladag.

Ternyata, Mas Cuk dikeroyok, karena sebelumnya di daerah tersebut terjadi tawuran.

Mas Cuk yang merupakan salah satu anggota organisasi kepemudaan di kota Solo,

terlibat tawuran.

Bentuk kekerasan personal yang dialami oleh Mas Cuk yang merupakan

anggota organisasi kepemudaan yaitu: (1) cara yang digunakan dalam tindak kekerasan

tersebut adalah menggunakan badan manusia itu sendiri, karena tindakan tersebut

dilakukan dengan cara pengeroyokan; (2) bentuk organisasi yang terlibat dalam tindak

kekerasan ini adalah organisasi kepemudaan yang lain; dan (3) sasaran pendekatan

pada tindak kekerasan personal yang dialami oleh Mas Cuk merupakan kekerasan yang

bersifat anatomis, karena pengkeroyokan bersifat menghancurkan. Pengkeroyokan

merupakan salah satu contoh kekerasan langsung yang mengakibatkan orang yang

mengalaminya terluka fisik.

3.2.2 Kekerasan Personal terhadap Simpatisan PKI

Pada novel tersebut, terdapat beberapa kekerasan personal yang dialami oleh

simpatisan PKI. Kekerasan personal terhadap simpatsan PKI yang pertama dialami

oleh Mas Tok. Suatu siang, Nik pulang ke rumah untuk mandi. Ia mengendap-endap,

takut dimarahi orang tuanya karena ia tidak tidur siang. Langkahnya melewati meja

makan, ia mendengar seluruh keluarganya sedang berdebat. Jantung Nik berdegup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

72

cepat. Mas Tok dikeroyok. Pak Kesawa dan Mas Tok sedang bersitenggang. Pak

Kesawa merasa marah dan sedih, menyayangkan Mas Tok yang ikut campur menjadi

simpatisan PKI. Akibatnya, Mas Tok harus menanggung resikonya, ia dikeroyok.

Kekerasan personal lainnya dialami oleh para simpatisan PKI yang ditangkap

setelah penggledahan di Kampung tempat tinggal Nik. Beberapa kali Nik terlambat

pulang ke rumah setelah jam sekolah usai. Ternyata, Nik singgah sebentar ke balaikota

dekat sekolahnya. Ia melihat para simpatisan PKI yang tertangkap sedang dijemur di

pelataran Balaikota saat siang sedang panas-panasnya.

Bentuk kekerasan personal yang dialami oleh Mas Tok dan para simpatisan

PKI, yaitu: (1) cara yang digunakan dalam tindak kekerasan personal tersebut adalah

menggunakan badan manusia itu sendiri. Tindak kekerasan personal tersebut adalah

pengeroyokan dan para tahanan dihukum dengan cara dijemur di bawah sinar matahari;

(2) bentuk organisasi yang terlibat dalam tindak kekerasan personal tersebut adalah

TNI yang merupakan sebuah organisasi angkatan perang di Indonesia; dan (3) sasaran

pendekatan pada tindak kekerasan personal yang dialami oleh Mas Tok merupakan

kekerasan yang bersifat anatomis, karena pengkeroyokan bersifat menghancurkan.

Pengkeroyokan merupakan salah satu contoh kekerasan langsung yang mengakibatkan

orang yang mengalaminya terluka fisik. Sedangkan kekerasan personal yang dialami

oleh para simpatisan PKI adalah kekerasan yang bersifat fisiologis yaitu meniadakan

air.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

73

3.2.3 Kekerasan Personal terhadap Wanita

Kekerasan personal dalam cerita ini juga dialami oleh Bu Arum dan ketiga

temannya yang tergabung dalam Gerwani. Setelah penangkapan di kampung tempat

tinggal Nik, Bu Arum yang menjadi salah satu tahanan menghilang. Kabarnya sudah

tidak terdengar lagi. Nasib dari sahabat Ibu Kesawa ini menjadi sebuah misteri yang

ingin dipecahkan oleh Nik.

Hingga pada akhirnya, saat Nik beranjak dewasa, ia pergi ke Jakarta. Di sana

ia bertemu dengan Ibu Sul. Dulunya, Ibu Sul juga merupakan tahanan Gerwani bersama

dengan Bu Arum. Dari cerita Ibu Sul, Nik mengetahui bahwa Bu Arum dan ketiga

temannya yang termasuk dalam anggota Gerwani, dibunuh. Pada suatu malam yang

gelap gulita, keempat wanita tersebut dipisahkan dengan tahanan lain dan mata mereka

ditutup kain. Lalu mereka dimasukkan ke dalam truk tertutup dan dibawa ke timur kota.

Sampailah mereka di suatu hutan yang sepi. Mereka dijajar pada tepi jurang di tengah

hutan tersebut. Tak lama kemudian terdengar suara “dor, dor, dor”. Keempat wanita

tersebut ditembak hingga tubuh mereka jatuh terjungkal ke dalam jurang. Mereka mati

dengan cara yang keji.

Bentuk kekerasan personal yang dialami oleh Bu Arum dan ketiga temannya

yaitu: (1) cara yang digunakan dalam tindak kekerasan tersebut adalah menggunakan

senjata mutakhir, yaitu pistol. Mereka berempat dijejerkan di tepian jurang dengan

mata tertutup dan satu persatu dari mereka ditembak dengan pistol hingga membuat

badan mereka terjungkal masuk ke dalam jurang dan mati; (2) bentuk organisasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

74

terlibat dalam tindak kekerasan personal tersebut adalah TNI yang merupakan sebuah

organisasi angkatan perang di Indonesia; dan (3) sasaran pendekatan pada tindak

kekerasan personal yang dialami oleh Bu Arum dan ketiga temannya merupakan

kekerasan yang bersifat anatomis. Bu Arum dan ketiga temannya dibunuh dengan cara

ditembak menggunakan peluru.

3.2.4 Kekerasan Personal terhadap Warga Sipil di Kamboja

Pada novel tersebut juga menceritaka sedikit bagian mengenai kekerasan yang

terjadi di Kamboja. Warga sipil di Kamboja mengalami kekerasan personal yang

membuat hidup mereka sengsara dan mati sia-sia. Mereka dipaksa untuk bekerja demi

pembangunan negara oleh pemimpim Khmer Merah pada waktu itu. Tidak hanya

dipaksa untuk bekerja saja, mereka juga disiksa oleh pasukan Khmer Merah.

Bentuk kekerasan personal yang dialami oleh warga sipil di Kamboja yaitu: (1)

cara yang digunakan dalam tindak kekerasan tersebut adalah menggunakan senjata

mutakhir dan dengan badan manusia itu sendiri. Masyarakat sipil di Kamboja

mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasukan Khmer Merah yang

dipimpin oleh Pol Pot. Pasukan Khmer Merah menyiksa masyarakat sipil hingga

banyak dari mereka sengsara dan mati sia-sia; (2) bentuk organisasi yang terlibat dalam

tindak kekerasan ini adalah pasukan perang Khmer Merah; dan (3) sasaran pendekatan

pada tindak kekerasan personal yang dialami oleh warga sipil di Kamboja bersifat

fisiologis karena pasukan Khmer Merah telah melakukan tindakan meniadakan gerak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

75

para warga sipil di Kamboja. Tidak hanya dipaksa bekerja, mereka juga kekurangan

makan pada waktu itu. Kekerasan personal yang dialami oleh warga sipil di Kamboja

sungguh membuat mereka menderita.

Rangkuman

Demikianlah analisis tindak kekerasan yang terdapat dalam novel Candik Ala

1965 karya Tinuk R. Yampolsky. Kekerasan dalam novel tersebut dikelompokkan

menjadi dua, yaitu kekerasan struktural dan kekerasan personal.

Dari segi analisis kekerasan struktural yang merupakan kekerasan yang terjadi

karena ketidaksamaan, terutama pada distribusi kekuasaan. Tindak kekerasan dialami

oleh simpatisan PKI, masyarakat sipil masa orde baru dan masyarakat sipil di Kamboja.

Kekerasan struktural yang dialami oleh para tokoh tersebut mengakibatkan penyiksaan

secara psikologis. Mereka merasak ketakutan dan kesengsaraan dalam menjalani

kehidupan. Kekerasan struktural yang terjadi dalam cerita tersebut juga didorong

dengan faktor urutan kedudukan linear dan pola interaksi yang tidak siklis. Kedua

faktor tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan struktur sosial dan terjadilah

kekerasan struktural.

Dari segi analisis kekerasan personal, tindak kekerasan personal yang terdapat

dalam novel tersebut, dialami oleh beberapa tokoh yaitu: anggota organisasi

kepemudaan, simpatisan PKI, wanita, dan masyarakat sipil di Kamboja. Kekerasan

personal di atas dapat dibedakan bentuknya melalui tiga pendekatan, yaitu: cara yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

76

digunakan, bentuk organisasinya, dan sasaran pendekatannya yang dibedakan menjadi

kekerasan anatomis dan fisiologis.

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa dalam novel Candik Ala 1965 karya

Tinuk R. Yampolsky terdapat tindak kekerasan personal dan kekerasan struktural.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

77

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan objek material novel Candik Ala 1965 karya Tinuk

R. Yampolsky. Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini yaitu: (1)

bagaimana unsur pembangun novel yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar dalam

novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky? dan (2) apa saja kekerasan

struktural dan personal yang terdapat dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R.

Yampolsky?. Dalam menganalisis kekerasan struktural dan personal, peneliti

menggunakan teori kekerasan menurut Johan Galtung.

Pada bab II, peneliti memaparkan hasil analisis struktur pembangun novel yang

terdiri dari tokoh, penokohan, dan latar. Penulis memilih unsur tokoh, penokohan, dan

latar karena sturktur inilah yang sangat menonjol dalam cerita dan dapat

menggambarkan tindak kekerasan yang terdapat dalam novel tersebut. Dalam novel

Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky terdapat dua tokoh utama yaitu: (1) Nik

dan (2) Ibu Kesawa. Sedangkan terdapat empat belas tokoh tambahan yaitu: (1) Pak

Kesawa, (2) Mas Cuk, (3) Mas Kun, (4) Yu Parni, (5) Sarjono, (6) Bu Arum, (7) Mas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

78

Kun, (8) Nila, (9) Tris, (10) Si Gagap, (11) Kamil, (12) Pak Djo, (13) Leaph, dan (14)

Ibu Sul.

Kemudian Nik yang menjadi tokoh utama dalam cerita mempunyai sifat

keingintahuan yang sangat besar yang menjadi penggerak dalam jalannya cerita novel

tersebut. Ibu Kesawa dan Pak Kesawa yang berperan menjadi orangtua memiliki sifat

yang bijaksana. Mas Cuk, Mas Tok, dan Mas Kun sama-sama aktif dalam sebuah partai

politik. Yu Parni merupakan orang yang bersifat netral, sedangkan Sarjono dan Bu

Arum merupakan korban tindak kekerasan dalam novel tersebut. Nila, Tris, Si Gagap,

dan Kamil merupakan teman-teman Nik yang baik. Leaph, seorang wanita, teman Nila

di Amerika, memiliki latar belakang yang cukup menyedihkan. Ibu Sul menjadi saksi

kunci misteri yang selama ini membuat Nik penasaran.

Dalam menganalisis latar, peneliti membagi unsur latar menjadi tiga bagian

yaitu: latar tempat, latar waktu dan latar sosial budaya. Latar tempat yang paling

dominan adalah Kota Solo, latar waktu yang paling dominan adalah tahun 1965, dan

latar sosial budaya yang paling dominan adalah budaya masyarakat Jawa.

Pada bab III peneliti memaparkan hasil analisis tentang jenis-jenis kekerasan

struktural dan kekerasan personal yang terdapat dalam novel tersebut. Pada penelitian

ini, peneliti menemukan tiga jenis kekerasan struktural yang terdapat pada novel

Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky, yaitu sebagai berikut: (1) kekerasan

struktural tersebut dialami oleh para simpatisan PKI, (2) kekerasan struktural terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

79

masyarakat sipil masa orde baru, dan (3) kekerasan struktural terhadap warga sipil di

Kamboja. Kekerasan struktural yang terjadi menyebabkan para korban merasakan

kemiskinan dan ketidakadilan sosial politik. Tindak kekerasan struktural yang terjadi

membuat para korban merasa ketakutan dan terdiskriminasi. Kekerasan struktural

terhadap simpatisan PKI tersebut, didorong karena adanya urutan kedudukan linear dan

pola interaksi yang tidak siklis. Simpatisan PKI dianggap sebagai orang yang tidak baik

bagi negara, maka dari itu mereka dijauhi, dibenci, dicaci dan diperlakukan secara tidak

adil karena doktrin dari pemegang kekuasaan tertinggi.

Kekerasan struktural terhadap masyarakat sipil pada masa Orde Baru terjadi

karena adanya faktor urutan kedudukan linear. Kedudukan kelas sosial yang berbentuk

garis ini membedakan kelas sosial atas dan bawah. Masyarakat sipil pada masa Orde

Baru ini berada dalam kelas sosial bawah dan mereka harus merasakan ketidakadilan

yang dilakukan oleh kelas sosial atas atau penguasa pada saat itu. Maka dari itu,

terjadilah tindak kekerasan struktural yang dialami oleh masyarakat sipil. Kekerasan

struktural terhadap masyarakat sipil di Kamboja terjadi karena adanya faktor urutan

kedudukan linear. Kedudukan kelas sosial yang berbentuk garis ini membedakan kelas

sosial atas dan bawah. Masyarakat sipil di Kamboja berada dalam kelas sosial bawah

dan mereka harus merasakan ketidakadilan yang dilakukan oleh kelas sosial atas atau

penguasa pada saat itu. Kedua faktor tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan

struktur sosial dan terjadilah kekerasan struktural.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

80

Peneliti juga menemukan empat jenis kekerasan personal yang terdapat dalam

cerita ini, yaitu sebagai berikut: (1) kekerasan personal terhadap anggota organisasi

kepemudaan, (2) kekerasan terhadap para simpatisan PKI, (3) kekerasan personal

terhadap wanita, dan (4) kekerasan personal terhadap warga sipil di Kamboja.

Bentuk kekerasan personal yang dialami oleh Mas Cuk yang merupakan

anggota organisasi kepemudaan yaitu: (1) cara yang digunakan dalam tindak kekerasan

tersebut adalah menggunakan badan manusia itu sendiri, karena tindakan tersebut

dilakukan dengan cara pengeroyokan; (2) bentuk organisasi yang terlibat dalam tindak

kekerasan ini adalah organisasi kepemudaan yang lain; dan (3) sasaran pendekatan

pada tindak kekerasan personal yang dialami oleh Mas Cuk merupakan kekerasan yang

bersifat anatomis, karena pengkeroyokan bersifat menghancurkan.

Bentuk kekerasan personal yang dialami oleh Mas Tok dan para simpatisan

PKI, yaitu: (1) cara yang digunakan dalam tindak kekerasan personal tersebut adalah

menggunakan badan manusia itu sendiri. Tindak kekerasan personal tersebut adalah

pengeroyokan dan para tahanan dihukum dengan cara dijemur di bawah sinar matahari;

(2) bentuk organisasi yang terlibat dalam tindak kekerasan personal tersebut adalah

TNI; dan (3) sasaran pendekatan pada tindak kekerasan personal yang dialami oleh

Mas Tok merupakan kekerasan yang bersifat anatomis, karena pengkeroyokan bersifat

menghancurkan. Pengkeroyokan merupakan salah satu contoh kekerasan langsung

yang mengakibatkan orang yang mengalaminya terluka fisik. Sedangkan kekerasan

personal yang dialami oleh para simpatisan PKI adalah kekerasan yang bersifat

fisiologis yaitu meniadakan air.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

81

Bentuk kekerasan personal yang dialami oleh Bu Arum dan ketiga temannya

yaitu: (1) cara yang digunakan dalam tindak kekerasan tersebut adalah menggunakan

senjata mutakhir, yaitu pistol. Mereka berempat dijejerkan di tepian jurang dengan

mata tertutup dan satu persatu dari mereka ditembak dengan pistol hingga membuat

badan mereka terjungkal masuk ke dalam jurang dan mati; (2) bentuk organisasi yang

terlibat dalam tindak kekerasan personal tersebut adalah TNI; dan (3) sasaran

pendekatan pada tindak kekerasan personal yang dialami oleh Bu Arum dan ketiga

temannya merupakan kekerasan yang bersifat anatomis. Bu Arum dan ketiga temannya

dibunuh dengan cara ditembak menggunakan peluru.

Bentuk kekerasan personal yang dialami oleh warga sipil di Kamboja yaitu: (1)

cara yang digunakan dalam tindak kekerasan tersebut adalah menggunakan senjata

mutakhir dan dengan badan manusia itu sendiri. Masyarakat sipil di Kamboja

mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasukan Khmer Merah yang

dipimpin oleh Pol Pot. Pasukan Khmer Merah menyiksa masyarakat sipil hingga

banyak dari mereka sengsara dan mati sia-sia; (2) bentuk organisasi yang terlibat dalam

tindak kekerasan ini adalah pasukan perang Khmer Merah; dan (3) sasaran pendekatan

pada tindak kekerasan personal yang dialami oleh warga sipil di Kamboja bersifat

fisiologis karena pasukan Khmer Merah telah melakukan tindakan meniadakan gerak

para warga sipil di Kamboja. Tidak hanya dipaksa bekerja, mereka juga kekurangan

makan pada waktu itu. Kekerasan personal yang dialami oleh warga sipil di Kamboja

sungguh membuat mereka menderita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

82

4.2 Saran

Dalam menganalisis tindak kekerasan dalam objek material ini, peneliti hanya

menggunakan dua bentuk tindak kekerasan yang dikemukakan oleh Johan Galtung.

Johan Galtung mengemukakan bahwa terdapat tiga bentuk kekerasan, yaitu kekerasan

struktural, kekerasan personal dan kekerasan budaya. Peneliti menyarankan bahwa,

jika ingin melanjutkan penelitian menggunakan objek formal yang sama, peneliti

selanjutnya dapat menambahkan kekerasan budaya dalam kategori tindak kekerasan

menurut Johan Galtung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

83

DAFTAR PUSTAKA

Adji, S.E Peni. 2016. “Sastra Diaspora-Indonesia Karya Imigran Indonesia di Amerika

Tahun 2010-an”. Makalah. Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Beding, Valentinus Ola. 2011. “Kekerasan Struktural dan Personal dalam Naskah

Drama Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma Tinjauan Sosiologi

Sastra”. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Budianta, Melania (penerjemah). 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Galtung, Johan. 1990. Cultural Violence. Journal og Peace Research, 27 (3), 291-305.

Amerika Serikat: Sage Publications. Diakses pada tanggal 7 Desember 2017, 9.39

WIB

Herlambang, Wijaya. 2013. Kekerasan Budaya Pasca 1965. Tangerang: CV Marjin

Kiri.

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Flores: Nusa Indah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

84

Taum, Yoseph Yapi. 2017. “Kritik Sastra yang Memotivasi dan Menginspirasi”.

Disampaikan dalam Seminar Nasional Kritik Sastra yang diselenggarakan oleh

KEMENDIKBUD dan Dewan Kesenian Jakarta, di Jakarta tanggal 15 – 16

Agustus 2017

Penyusun, Tim. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama

Media.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Windhu, I Marsana. 1992. Kekerasan dan Kekuasaan Menurut Johan Galtung.

Yogyakarta: Kanisius.

Yampolsky, Tinuk R. 2011. Candik Ala 1965. Yogyakarta: KataKita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NOVEL CANDIK ALA 1965 KARYA TINUK

85

Biografi Penulis

MARCELLINA UNGTI PUTRI UTAMI

Ia lahir di Yogyakarta, 1 Juni 1996. Saat ini ia tinggal bersama kedua orang

tuanya dan anjing kesayangannya, Vodka, di Mertolulutan NG1/448, Ngampilan

Yogyakarta. Ia mengeyam pendidikan SMP di SMP N 12 Yogyakarta dan melanjutkan

pendidikan SMAnya di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Pada tahun 2014, ia

melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia berkuliah di

Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Selama berkuliah di Sastra Indonesia, USD, penulis turut aktif mengikuti

beberapa kegiatan di kampus dan di luar kampus. Skripsi yang berjudul “Kekerasan

Struktural dan Personal dalam Novel Candik Ala 1965 Karya Tinuk R. Yampolsky”

pernah dipresentasikan dalam Seminar Hari Ilmiah Mahasiswa 2017.

Penggemar Cristiano Ronaldo ini bercita-cita menjadi host sebuah acara

travelling agar bisa keliling Indonesia bahkan dunia. Selain menjadi host, ia juga ingin

mendirikan rumah singgah dan perawatan untuk anjing-anjing terlantar. Amin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI