kebebasan berserikat dalam peraturan perundang...

83
KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Analisis Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Disusun Oleh : KHAIDIR ALI NIM: 1113048000028 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2020

Upload: others

Post on 02-Sep-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

(Studi Analisis Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Disusun Oleh :

KHAIDIR ALI

NIM: 1113048000028

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/ 2020

Page 2: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

ii

KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

(Studi Analisis Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

KHAIDIR ALI

NIM: 1113048000028

Pembimbing I Pembimbing II

Abdul Qodir, S.H., M.Hum. Mu’min Roup, M.A.

NIP. 195506141978031002 NIP. 197004161997031004

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/ 2020 M

Page 3: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Analisis Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2017) ” telah diujikan Sidang Munaqasyah Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 15 Mei 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Strata satu (S-1) pada Program Studi Ilmu

Hukum.

Jakarta, Juli 2020

Mengesahkan

Dekan,

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A.

NIP.19691121 199403 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. (.................)

NIP.19670203 201411 1 001

2. Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. (.................)

NIP.19650908 1995 1 001

3. Pembimbing I : Abdul Qodir, S.H., M.Hum. (.................)

NIP.19550614 197803 1 002

4. Pembimbing II : Mu‘min Roup, M.A. (.................)

NIP.19700416 199703 1 004

5. Penguji I : Prof. Dr. A. Salman Maggalatung, M.H. (.................)

NIP.19540303 197611 1 001

6. Penguji II : Syafruddin Makmur, S.H., M.H. (.................)

NUPN. 9920112680

Page 4: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: KHAIDIR ALI

NIM: 1113048000028

Fakultas: Syariah dan Hukum

Prodi: Ilmu Hukum

No HP/Email: 089605532474

Menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian terbukti hasil karya ini bukan hasil saya atau merupakan

jiplakan orang lain, makas saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Mei 2020

Khaidir Ali

Page 5: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

v

ABSTRAK

KHAIDIR ALI, 1113048000028, “KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Analisis

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017)”. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/

2020 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hak Kebebasan Berserikat di

Indonesia dalam Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun

2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang telah ditetapkan menjadi Undang-

Undang Nomor 16 tahun 2017 dan kebersesuaiannya dengan Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan metode analisa

kualitatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach),

pendekatan konsep (conceptual approach) dan pendekatan kasus (case approach).

Bahan hukum dalam penelitian ini terdiri dari: pertama, bahan hukum primer

yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan

Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang

Organisasi Kemasyarakatan yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang

Nomor 16 tahun 2017. Sedangkan, yang kedua adalah bahan hukum sekunder

berupa peraturan perundang-undangan dan buku-buku terkait. Adapun teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi dokumen.

Berdasar penelitian yang telah dilakukan, keputusan Presiden menerbitkan

Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang

Organisasi Kemasyarakatan telah tepat dan memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi Nomor138/PUU-VII/2009 bahwa Presiden

dapat menerbitkan Perppu dengan syarat: (1) terdapat keadaan yang mendesak, (2)

terdapat aturan hukum yang telah berlaku namun tidak memadai, (3) terdapat

kekosongan hukum. Ketiga syarat itu telah terpenuhi dalam pertimbangan

presiden ketika menerbitkan Perppu yang saat ini telah menjadi Undang-undang.

Adapun Hak kebebasan berserikat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia termaktub dalam Pasal 28J ayat (2) yang menjamin keberlangsungan

hak asasi individu maupun kolektif termasuk dalam berserikat. Akan tetapi

kebebasan berserikat tersebut tidak secara mutlak diberikan. Kebebasan tersebut

dibatasi oleh ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-undang. Oleh karena itu,

regulasi berserikat yang dalam hal ini adalah keberserikatan Ormas haruslah

tunduk pada Undang-undang yang mengaturnya sehingga kemaslahatan umum

dapat tercapai. Meskipun demikian, terdapat kekurangan dalam Undang-undang

terkait dalam hal kewenangan pembubaran Ormas yang -menurut peneliti- over

subjektif sehingga memungkinkan terjadinya ketimpangan di masa yang akan

datang.

Kata kunci : Hak Berserikat, Kebebasan, UU Nomor 16 tahun 2017

Pembimbing Skripsi : 1. Abdul Qodir, S.H., M.Hum.

2. Mu’min Roup, M.A.

Daftar pustaka : Tahun 1976 sampai Tahun 2018

Page 6: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

mencurahkan segala nikmat dan kasih sayangNya kepada kita semua mahluk

ciptaanNya. Hanya Dia Yang Maha Berkehendak atas makhlukNya termasuk

kehendak memberikan izinNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini yang berjudul : KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (STUDI

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2017).

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada sosok yang kita muliakan,

junjungan alam Nabiyullah Muhammad SAW, beserta para keluarga dan

sahahabatnya yang setia mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya syari‘at

Islam, yang pengaruh dan manfaatnya bisa kita rasakan hingga saat ini.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) guna memperoleh gelar Sarjana

Hukum (SH) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan bayak terimakasih kepada pihak-pihak yang

telah memberikan bantuan, semangat, dukungan dan doa, kepada yang terhormat :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag. S.H., M.H., M.A., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum.

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu

Hukum, Drs. Abu Tamrin, S.H. M.Hum., Sekretaris Prodi, serta Drs.

Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Pembimbing Akademik.

Terimakasih atas segala bantuan, perhatian, arahan, dan bimbingan

yang selama ini diberikan.

Page 7: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

vii

3. Abdul Qodir, S.H., M.Hum. dan Mu‘min Roup, M.A., pembimbing

skripsi yang senantiasa ikhlas meluangkan waktunya untuk memberi

arahan, koreksi, bimbingan, dan nasihat yang sangat berarti bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga tercinta Umi Siti Hadidja Passima, Abi Muh. Ali B, S.H.,

Kakak Aulia Pertiwi S.H., Adik-adik tercinta Sri Puji Asyirah, S.Tr.T

dan Husnul Khatimah dan seluruh keluarga besar penulis, terimakasih

atas curahan kasih sayang, dorongan doa, nasihat, motivasi dan segala

pengorbanan selama penulis menempuh studi di Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Keluarga Kecil penulis ―L.V‖, Chay, Awi, Igun, Made, Mahatir, Vera,

Nisa, Yuyu, Sri, Indira, Dian, yang selalu mendoakan dari jauh dan

memberikan semangat serta nasihat-nasihat yang sangat berarti.

6. Keluarga Besar Resimen Mahasiswa Jayakarta terkhusus Satuan ―Wira

Dharma‖ UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para Senior dan

Alumni/IARMI Komisariat UIN Jakarta yang selalu memberikan

arahannya. Angkatan Nusantara, Althaf, Fuad, Tomi, Fathur, Amin,

Nandar, Arif, Bagus, Faika, Mia, Yuniar, Fika, Nicken, Fani, Iqlimah,

Ida, Nita yang senantiasa membersamai, dan seluruh jajaran Pimpinan

dan staf aktif .

7. Farah Septiana Prisardi sosok istimewa yang selalu memberikan

semangat dan banyak mendukung selama proses pembuatan skripsi.

Atas segala bantuannya penulis menghaturkan Jazakumullah Khoiron

Katsiron. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Jakarta, 20 April 2020

KHAIDIR ALI

Page 8: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi, Batasan dan Perumusan Masalah ......................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9

D. Metode Penelitian ..................................................................... 11

E. Sistematika Pembahasan .......................................................... 13

BAB II KEBEBASAN BERSERIKAT

A. Kerangka Konseptual ............................................................... 14

1. Pengertian Organisasi Kemasyarakatan ............................. 14

2. Pembentukan Organisasi Kemasyarakatan di Indonesia .... 16

3. Regulasi Pembentukan Organisasi Kemasyarakatan.......... 17

4. Kebebasan Berserikat di Indonesia .................................... 18

B. Kerangka Teori ......................................................................... 19

1. Negara Hukum di Indonesia ............................................... 19

2 Perlindungan Keamanan ..................................................... 31

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................ 32

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERATURAN PEMERINTAH

PENGGANTI UNDANG-UNDANG (Perppu)

A. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) ..... 33

1. Pengertian Perppu ............................................................... 33

2. Fungsi Perppu di Indonesia ................................................ 35

B. Syarat Pembuatan Perppu ......................................................... 37

C. Kedudukan Perppu dalam Sistem Perundang-undangan .......... 43

D. Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun

2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun

2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan ................................ 46

Page 9: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

ix

BAB IV HAK KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM UNDANG-UNDANG

NOMOR 16 TAHUN 2017

A. Pertimbangan Presiden dalam Penerbitan Peraturan Presiden

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang

Organisasi Kemasyarakatan .................................................... 53

B. Kesesuaian Hak Kebebasan Berserikat dalam UUD 1945 dan

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 ................................... 58

1. Hak Kebebasan Berserikat dalam UUD 1945 ................... 58

2. Hak Kebebasan Berserikat dalam Undang-Undang Nomor 16

tahun 2017 ......................................................................... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 67

B. Rekomendasi ............................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69

Page 10: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah salah satu negara yang tergolong pada negara

hukum. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut UUD

1945) yang menyatakan, ―Negara Indonesia adalah negara hukum.‖

Konsepsi negara hukum menjelaskan bahwa kekuasaan pemerintahan harus

berlandaskan pada supremasi hukum dengan tujuan utama adalah

mewujudkan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Konsep negara hukum di Indonesia didasarkan pada Pancasila.

Keberadaan Pancasila sebagai falsafah kenegaraan atau cita negara (staatside)

yang berfungsi sebagai filosofhische gronslag dan common platforms atau

kalimatun sawā‟ di antara warga masyarakat dalam konteks bernegara dalam

kesepakatan pertama penyangga konstitusionalisme menunjukkan hakikat

Pancasila sebagai ideologi terbuka.1 Hal ini menjadi dasar hukum yang

fundamental bagi masyarakat Indonesia sebgai elemen di dalamnya.

Perlindungan hak asasi manusia atas seluruh warga negaranya

merupakan salah satu ciri yang harus dipenuhi oleh negara dalam

mengimplementasikan konsep negara hukum. Komitmen negara Indonesia

terhadap penghormatan dan jaminan perlindungan hak asasi manusia

terkandung dalam sila kedua Pancasila, ―Kemanusiaan yang adil dan

beradab.‖ Sila ini mengindikasikan bahwa setiap manusia harus diperlakukan

secara adil dan beradab.

Penghormatan terhadap hak asasi manusia juga ditegaskan dalam

alinea satu pembukaan UUD 1945 yang menyatakan, ―Bahwa sesungguhnya

kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka

1 Teguh Prasetyo and Abdul Halim Berkatullah, Filsafat Teori Dan Ilmu

Hukum: Pemikiran Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 367.

Page 11: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

2

penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan.‖

Berbincang hak asasi manusia berarti membicarakan dimensi

kehidupan manusia. Hak asasi manusia, ada bukan karena diberikan oleh

masyarakat dan kebaikan dari negara, melainkan hak kodrati yang melekat

pada diri manusia sejak lahir.2 Salah satu diantaranya yaitu hak atas

kebebasan berserikat (right to freedom of association), yang dinyatakan

dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan, ―Setiap orang berhak

atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.‖

Pemaknaan atas kebebasan berserikat dan berkumpul berdasarkan

Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 antara lain setiap orang berhak membentuk

sebuah perkumpulan seperti partai politik, yayasan, lembaga amal dan

organisasi masyarakat (Ormas). Tentunya semua perkumpulan tersebut harus

merujuk pada hukum sebagaimana bentuk implementasi Indonesia sebagai

negara hukum. Hukum diletakkan pada posisi tertinggi dalam kehidupan

bernegara. Oleh karena itu, negara membutuhkan hukum dan sebaliknya pula

hukum dijalankan dan ditegakkan melalui otoritas negara.3

Dasar hukum di Indonesia harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat,

baik individu maupun kelompok. Organisasi kemasrakatan (Ormas) andalah

salah satu perkumpulan atau kelompok masyarakat yang berada di Indonesia.

Ormas juga harus patuh terhadap dasar hukum yang diterapkan di Indonesia

demi terciptanya suasana yang tertib dan adil. Definisi mengenai Ormas

sebagai mana tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, yang menyatakan:

“ Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh

masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi,

kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk

berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.”

2 Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar

Kenegaraan Modern (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) h. 121. 3 Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum (Bandung:

Alumni, 1973), h. 20-21.

Page 12: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

3

Kehadiran Ormas merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam

memperjuangkan hak-hak masyarakat dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Menurut Mouzelis, Ormas juga diciptakan untuk

menegakkan hukum yang efektif demi melindungi kepentingan masyarakat

dari kesewenang-wenangan pemerintah.4 Hal ini juga dirasa penting dengan

hadirnya Ormas sebagai upaya untuk memberikan dukungan terhadap

penegakan hukum yang lebih efisien di negara Indonesia.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan mengalami perubahan. Pada tanggal 10 Juli 2017, Presiden

Joko Widodo membuat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17

tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Perppu Nomor 2 tahun 2017

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan ini merupakan salah satu cara pemerintah untuk

membubarkan organisasi masyarakat yang anti-Pancasila.5

Perppu Ormas ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo dengan

pertimbangan bahwa Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan dinilai belum mengatur secara komprehensif

mengenai keormasan yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945

sehingga terjadi kekosongan hukum dalam hal penerapan sanksi yang

efektif.6

Perppu merupakan salah satu dari beberapa peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia. Dasar hukum utama Perppu dijelaskan

pada Pasal 22 ayat (1) UUD Tahun 1945 yang menyatakan, ―Dalam hal ihwal

4 Halili dalam Ari Ganjar Herdiansyah and Randi, Peran Organisasi

Masyarakat (Ormas) Dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam Menopang

Pembangunan Di Indonesia, Sosioglobal, 1st edn (Bandung: Unpad Press, 2016), h.

54. 5 ‗Jokowi Teken Perppu Pembubaran Ormas‘, Kompas.Com, 2017

<https://nasional.kompas.com/read/2017/07/11/18124841/jokowi-teken-Perppu-

pembubaran-Ormas> [accessed 18 September 2018]. 6 ‗Inilah Perppu Nomor 2/2017 Tentang Perubahan UU Nomor 17/2013

Tentang Organisasi Kemasyarakatan‘, Setkab.Go.Id <http://setkab.go.id/inilah-

Perppu-no-22017-tentang-perubahan-uu-no-172013-tentang-organisasi-

kemasyarakatan/> [accessed 18 September 2018].

Page 13: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

4

kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan

Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang.‖ Jika mengacu kepada

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, maka hierarki Perppu setara dengan Undang-undang.

Hanya saja, Proses pembentukan Perppu ditetapkan oleh Presiden atas dasar

hal ihwal kegentingan yang memaksa.

Hal kondisi yang memaksa dan darurat dalam pembentukan Perppu

oleh Presiden dapat dilakukan jika sudah memenuhi batasan-batasan tersentu.

Mengingat Presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara

merupakan pihak yang paling tahu tentang kondisi negara, meskipun alasan

dalam keadaan yang memaksa tersebut dilandaskan pada pertimbangan

subjektif dan prerogatif Presiden.7 Presiden mempunyai otoritas tertinggi

dalam penetapan Perppu.

Kewenangan Presiden dilakukan sebagai langkah untuk mengatasi

kegentingan memaksa, karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh DPR

dalam membuat Undang-undang. Perppu menurut UUD 1945 memang perlu

diadakan agar keselamatan negara dijamin oleh pemerintah. Hal ini

didasarkan pada situasi keadaan yang genting dan memaksa pemerintah untuk

bertindak lekas dan cepat.8

Selama ini, dalam peraturan perundang-undangan belum ada secara

detail yang mengatur batasan-batasan kondisi kegentingan yang memaksa

dalam penerbitan Perppu. Seakan-akan Perppu sebagai bola liar yang

sewaktu-waktu dapat dimainkan oleh Presiden sebagai penguasa untuk

kepentingan kekuasaannya.9 Dalam perkembangannya, pengaturan lebih

lanjut mengenai Perppu baru dijelaskan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 138/PUU-VII/2009. Pertimbangan hukum Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009 menjelaskan Perppu diperlukan apabila

7 Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, 2nd edn (Yogyakarta: FH UII

Press, 1997), h. 153. 8 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 49. 9 Janpatar Simamora, ‗Multitafsir Pengertian 'Hal Ihwal Kegentingan Yang

Memaksa‘ Dalam Penerbitan Perppu‘, MIMBAR HUKUM, 22.1 (2010), 58–70.

Page 14: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

5

adanya kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara

cepat berdasarkan Undang-undang. Undang-undang yang dibutuhkan tersebut

belum ada sehingga terjadi kekosongan hukum, atau ada Undang-undang

tetapi tidak memadai. Dalam arti bahwa kekosongan hukum tersebut tidak

dapat diatasi dengan cara membuat Undang-undang secara prosedur biasa

karena akan memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan keadaan yang

mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.

Alasan diterbitkannya Perppu Nomor 2 tahun 2017 masih banyak

menuai pro dan kontra. Ada yang mendukung dan ada pula yang tidak. DPR

adalah salah satu pihak yang mendukung terhadap Perppu tersebut. Namun

disisi lain masih banyak yang mempertanyakan alasan yang lebih jelas

mengenai pertimbangan Presiden dalam penerbitan Perppu. Hasil penelitian

Akademisi Fakultas Hukum Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Daniel

Yusmic mempertanyakan analisis tafsir kegentingan yang memaksa menjadi

latar bel akang dibentuknya Perppu Ormas. Dia berpandangan bahwa

diterbitkannya Perppu belum ada ketentuan-ketantuan secara jelas dari

pemerintah.10

Salah satu alasan dasar penelitian ini penting dilakukan karena selama

ini masih banyak hasil penelitian yang belum mampu menjelaskan secara

detail alasan utama diterbitkannya Perppu Nomor 2 tahun 2017 tersebut. Di

samping itu pula, dalam Perppu tersebut yang kemudian dijadikan sebagai

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017, masih memiliki beragam penafsiran.

Salah satunya masih belum dijelaskan secara jelas mengenai hal dan

kebebasan berserikat. Dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 ini

memperbolehkan Warga Negara Asing mendirikan Ormas di Indonesia. Hal

ini berdasarkan Pasal 34 ayat (1) yang berbunyi ―Ormas yang didirikan oleh

warga negara asing dapat melakukan kegiatan di wilayah Indonesia.‖ Dengan

demikian menurut peneliti, diterbitkannya Perppu tersebut secara tidak

10

Norman Edwin Elnizar, ‗Perppu Ormas Dinilai Tidak Penuhi Syarat

Kegentingan Yang Memaksa‘, Hukum Online, 2017

<https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5966c561b29b1/perppu-ormas-dinilai-

tidak-penuhi-syarat-kegentingan-yang-memaksa/> [accessed 18 September 2018].

Page 15: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

6

langsung pemerintah lebih membuka kesempatan untuk bebas berserikat

selama tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan pada hasil penelitian Direktur Legal Lembaga Bantuan

Hukum (LBH) Street Lawyer, M Kamil Pasha, menganai syarat hal ihwal

kegentingan yang memaksa Perppu mengatakan, lewat Perppu ini pemerintah

dapat menghilangkan kesempatan dari Ormas membela diri di pengadilan.

Tidak hanya itu, Perppu juga dapat langsung membawa anggota Ormas ke

ranah pidana.11

Dalam penelitian ini, lebih mempertegas bahwa Perppu

adalah salah satu alternatif tercepat untuk mengatasi persoalan Ormas yang

bertentangan dengan perundang-undangan di Indonesia.

Namun disisi lain, kritik juga dikemukakan oleh Peneliti Pusat Studi

Hukum dan Kebijakan (PSHK), Rizky Argama. Menurutnya, Perppu Ormas

dipandang telah menghapus jaminan kebebasan berserikat. Pasal 61 Perppu

Ormas memungkinkan pemerintah dapat mencabut status badan Ormas tanpa

didahului proses pemeriksaan di pengadilan.12

Sementara, Dosen Universitas

Indonesia, Satya Arinanto mengatakan, Perppu Ormas lebih demokratis

ketimbang regulasi sebelumnya.

―Melalui Perppu Nomor 2 tahun 2017, prosedur tata cara pembubaran

Ormas menjadi berubah. Kalau dulu untuk membubarkan Ormas mesti

mengajukan ke pengadilan. Jika sudah ada putusan pengadilan yang

berkekuatan hukum tetap, Ormas tersebut langsung dibubarkan

pemerintah. Sekarang dengan Perppu Nomor 2 tahun 2017 menjadi

sebaliknya. Pembubaran Ormas dapat dilakukan langsung pemerintah.

Dengan begitu, Ormas tidak puas masih punya kesempatan untuk

mengajukan gugatan ke PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara).‖

11

‗Perppu Ormas Dikhawatirkan Timbulkan Kesewenang-Wenangan‘,

Republika.Co.Id, 2017

<https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/17/07/14/ot38um-perppu-

ormas-dikhawatirkan-timbulkan-kesewenangwenangan> [accessed 18 September

2018]. 12

Rofiq Hidayat, ‗Perppu Ormas Ancam Hak Kebebasan Berserikat‘,

Hukum Online, 2017

<https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59687b1cea88d/perppu-ormas-ancam-

hak-kebebasan-berserikat/> [accessed 18 September 2018].

Page 16: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

7

Uraian dari peneliti terdahulu di atas belum membahas mengenai

batasan-batasn kebebasan berserikat secara detail. Sehingga, dirasa penting

untuk diuraikan dalam penelitian ini. Di samping itu pula, alasan lain peneliti

masih beranggapan bahwa kebebasan berserikat Ormas-Ormas yang ada di

Indonesia tidak bebas secara independen, masih harus mematuhi beberapa

peraturan yang berlaku di negara hukum Indonesia. Artinya hukum di

Indonesia seakan-akan membatasi terhadap kebebasan berserikat.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, peneliti menganggap penelitian

ini penting untuk dilakukan, mengingat beberapa hal mengenai pertimbangan

penerbitan Perppu dan kebebasan berserikat. Oleh karena itu, peneliti

mengangkat skripsi ini dengan judul “Kebebasan Berserikat Dalam

Peraturan Perundang-undangan Di Indonesia (Studi Undang-undang

Nomor 16 Tahun 2017)”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

teridentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

a. Keberadaan Indonesia sebagai Negara Hukum belum optimal

dalam mengawal kebebasan berserikat yang diatur dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

b. Terjadi pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang menjadi

kesepakatan nasional untuk mengakomodir dan merealisasikan

equality before the law dalam tatanan masyarakat Indonesia

utamanya hak berserikat.

c. Diskriminasi terhadap eksistensi Ormas sebagai representasi suara

rakyat sekaligus sebagai sarana penyalur aspirasi mereka dalam

rangka membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Adanya pro dan kontra terhadap alasan penerbitan Perppu Nomor 2

tahun 2017 yang menjadi cikal bakal Undang-Undang Nomor 16

tahun 2017

Page 17: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

8

e. Perppu Nomor 2 tahun 2017 masih belum memenuhi syarat

kegentingan yang memaksa secara optimal

f. Adanya perbedaan pandangan mengenai hak kebebasan berserikat

menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 dengan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Batasan Masalah

Dalam penelitian iniagar fokus, maka akan dibatasi masalah yaitu

adanya perbedaan pandangan mengenai hak kebebasan berserikat menurut

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 dengan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan batasan masalah di

atas, guna memudahkan peneliti dalam penelitian ini maka rumusan

masalah dibuat dalam bentuk pertanyaan mengapa terjadi adanya

perbedaan pandangan mengenai hak kebebasan berserikat menurut

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 dengan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Selanjutnya dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana Pertimbangan Presiden dalam menetapkan Peraturan

Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan?

2. Apakah Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 2

tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun

2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan telah sesuai dengan hak

kebebasan berserikat yang diatur dalam UUD 1945?

Page 18: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya,

maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Pertimbangan Presiden dalam menetapkan Peraturan

Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013

tentang Organisasi Kemasyarakatan.

2. Mengetahui Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 2

tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun

2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan dalam kesesuaiannya

dengan hak kebebasan berserikat yang diatur dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sekurang-kurangnya terbagi menjadi

dua macam yakni manfaat teoritis dan praktis. Adapun secara teoritis,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang alasan

terbentuknya Perppu Nomor 2 tahun 2017 yang kemudian ditetapkan

menjadi Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017. Selain itu, penelitian ini

juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap

perkembangan khazanah keilmuan hukum di Indonesia pada umumnya

dan hukum ketatanegaraan pada khususnya, utamanya bagi para

mahasiswa terkhusus mahasiswa ilmu hukum dengan konsentrasi Hukum

Tata Negara dalam mengkaji Peraturan Perundang-undangan yang ada di

Indonesia serta dapat menjadi batu pijakan untuk penelitian selanjutnya

dalam bidang yang sama.

Sedangkan manfaat penelitian ini secara praktis, diharapkan bahwa

penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa usulan dan pertimbangan

Page 19: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

10

kepada para praktisi hukum tata negara dalam menilai produk Perppu yang

berkualitas atas dasar kepentingan rakyat dan memberi masukan tentang

implikasi dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017. Selain

itu, diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi segenap masyarakat

utamanya yang telah dan hendak mendirikan organisasi kemasyarakatan agar

organisasi yang didirikan dapat sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan

oleh Undang-Undang terkait yang dalam hal ini adalah Undang-Undang

Nomor 16 tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian normatif. Penelitian

normatif merupakan penelitian dengan menggunakan data primer dan

sekunder yakni data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan.13

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti akan melakukan

penelitian terhadap faktor-faktor yang melatarbelakangi terbentuknya

Perppu Nomor 2 tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Peneliti akan menggunakan beberapa pendekatan terhadap masalah yang

diteliti dengan cara meninjau dari segi peraturan perundang-undangan

yang berlaku atau meneliti bahan kepustakaan yang berkaitan dengan

objek penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian ini

merupakan penelitian hukum normatif. Oleh karenanya pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan hukum doktrinal. Pendekatan tersebut

mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma

13

Soerjono Soekanto and Sri Namudji, Penelitian Hukum Normatif

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001), h. 14.

Page 20: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

11

hukum yang ada dalam masyarakat14

maka dalam hal mengumpulkan

data, peneliti menggunakan beberapa pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)

Pendekatan perundang-undangan yang peneliti gunakan

dalam penelitian ini yaitu Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 dan Peraturan Pemerintah

sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.15

2. Pendekatan Konsep (Conceptual Approach)

Pendekatan konsep yang peneliti gunakan yaitu konsep

kegentingan yang memaksa dalam proses pembuatan Perppu

dan hak kebebasan berserikat yang menjadi poin utama

pembahasan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-

Undang Nomor 2 tahun 2017.

3. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan kasus peneliti gunakan untuk melihat latar

belakang ditetapkannya Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 oleh Presiden.

3. Bahan Hukum

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber penelitian yang

berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Adapun

rinciannya sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan data-data yang diperoleh

dari sumber aslinya yang memuat segala keterangan berkaitan

dengan penelitian ini. Sumber tersebut adalah Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan Peraturan

Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun

14

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, 2nd edn (Jakarta: Sinar

Grafika, 2010), h. 105. 15

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Prenadamedia,

2005), h. 178.

Page 21: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

12

2017 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 16

tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan data-data pendukung

bahan primer yang diambil dari sumber-sumber tambahan yang

bertujuan untuk menunjang bahan hukum primer. Sumber

tersebut adalah buku-buku yang ditulis oleh para sarjana hukum,

jurnal hukum dan pendapat para sarjana hukum yang berkaitan

dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui studi

dokumen/ kepustakaan (library research) yaitu dengan melakukan

penelitian dengan mengkaji berbagai macam sumber bacaan seperti buku,

artikel, jurnal, skripsi hingga berita yang diperoleh dari media cetak

ataupun online yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian studi kepustakaan

akan peneliti uraikan dan hubungkan secara lebih rinci agar dapat

disajikan dalam penelitian yang lebih sistematis. Pengolahan bahan

hukum bersifat deduktif yaitu menarik kesimpulan yang menggambarkan

permasalahan secara umum ke permasalahan yang khusus atau lebih

konkret.

6. Metode Penelitian

Teknik penelitian dan pedoman yang digunakan peneliti dalam

skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penelitian karya ilmiah dari

buku “Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.”

E. Sistematika Pembahasan

Dalam Penelitian penelitian ini, peneliti akan menyusun alur

penelitian secara sistematis. Peneliti akan membagi alur penelitian ke dalam

beberapa bab sebagai langkah untuk menyusun alur penelitian secara

Page 22: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

13

sistematis. Dalam beberapa bab tersebut, terdapat sub-bab demi mendukung

satu pembahasan ke pembahasan yang lain. Lebih jelasnya akan saya uraikan

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Berisi latar belakang penelitian, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II Pembahasan mengenai kajian teoritis yang terdiri dari

pemaparan kerangka konsep yakni pengertian dan tinjauan

organisasi kemasyarakatan, , negara hukum, hak asasi

manusia dan perlindungan keamanan.

Bab III Tinjauan Umum tentang Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang. Bab ini membahas secara menyeluruh

tentang Perppu, hal ihwal kegentingan yang memaksa yang

menjadi syarat ditetapkannya Perppu dan kedudukan

Perppu dalam Sistem Peraturan Perundang-undangan dan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

tahun 2017.

Bab IV Merupakan Bab yang membahas Hak Kebebasan Berserikat

dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2017. Bab ini membahas pertimbangan

Presiden dalam menetapkan Perppu Nomor 2 tahun 2017

dan kesesuaian hak kebebasan berserikat dalam UUD 1945

dan Perppu Nomor 2 tahun 2017.

Bab V Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh kegiatan

penelitian, yang berisi kesimpulan dan rekomendasi yang

didapatkan berdasarkan paparan dari bab-bab sebelumnya

Page 23: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

14

BAB II

KEBEBASAN BERSERIKAT

A. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) adalah salah satu tempat yang

memberikan wadah untuk mengaktualisasikan kebebasan berpendapat

sebagai warga. Ormas juga memberikan kebebasan dalam berserikat dan

berkumpul. Pengertian Ormas tercantum dalam Pasal 1 Peraturan

Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 jo.

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Organisasi

Kemasyarakatan, yang berbunyi ―Organisasi yang didirikan dan dibentuk

oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi,

kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk

berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan NKRI yang

berdasarkan Pancasila‖.1

Pada tahun 2013, Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-

Undang Ormas baru yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 untuk

menggantikan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1985. Undang-undang

tersebut selanjutnya diubah dengan Peraturan Pemerintah sebagai

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017, yang kemudian pada

tahun yang sama ditetapkan sebagai Undang-undang Undang-Undang

Nomor 16 tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan, yang dalam

pertimbangannya menyatakan bahwa kebebasan berserikat dan berkumpul

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari HAM dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI yang dijamin oleh UUD

NRI Tahun 1945. Dengan adanya undang-undang ini Ormas yang ada di

Indonesia secara legalitas memiliki payung hukum dari pemerintah.

1 Muhammad Husen Azis, ‗Hak Berserikat Dan Berkumpul Warga Negara

Asing Dalam Pendirian Organisasi Kemasyarakatan Di Indonesia‘, Jurist-Diction,

1.2 (2018), 627-644.

Page 24: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

15

Semua Ormas dituntut untuk tunduk pada Undang-undang yang berlaku

guna menciptakan kondisi bermasyarakat dan bernegara yang baik.

2. Pembentukan Organisasi Kemasyarakatan di Indonesia

Pembentukan organisasi kemasyarakatan (Ormas) di Indonesia

dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan pada status dari organisasi

kemasyarakatan tersebut. Dalam hal ini, organisasi kemasyarakatan di

Indonesia dalam dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Organisasi kemasyarakatan berbadan hukum

Organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum, adalah

organisasi yang mempunyai status badan hukum yang harus

mendaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Organisasi

kemasyarakatan yang berbadan hukum dapat melakukan kegiatan

usaha atau profit. Selain itu menurut Wirjono Prodjodikoro, badan

hukum juga dianggap dapat bertindak mempunyai hak-hak,

kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain

atau badan lain2. Sedangkan Ramlan Subekti menambahkan bahwa

badan hukum (rechtpersoon) di sini sama halnya seperti manusia,

dimana dapat digugat dan menggugat didepan hakim.3 Dikarenakan

atas hal tersebut bahwa organisasi kemasyarakatan khususnya yang

berbadan hukum disini berhak diperlakukan layaknya subyek hukum

yakni salah satunya adalah jaminan akan hukum guna mendapatkan

keadilan.

b. Organisasi kemasyarakatan non berbadan hukum

Organisasi kemasyarakatan yang tidak berbadan hukum

terbentuk dengan sukarela dan tidak mengejar keuntungan atau

nirlaba, meskipun tidak berbadan hukum namun organisasi

kemasyarakatan harus didirikan dengan menggunakan akta notaris

serta memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

2 Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia (Jakarta:

Djambatan, 2009), h. 28-29. 3 Chaidir Ali, Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1987), h. 19.

Page 25: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

16

(AD/ART). Terdapat struktur pengurusan yang jelas minimal

terdapat ketua, sekretaris, dan bendahara4. Perbedaan yang paling

signifikan antara organisasi kemasyarakatan non badan hukum

dengan organisasi kemasyarakatan berbadan hokum adalah bahwa

organisasi masyarakat non badan hukum di dalam pembentukannya

harus mendapat Surat Keterangan Terdaftar. Sedangkan organisasi

kemasyarakatan berbadan hukum di dalam pembentukannya tidak

perlu adanya Surat Ketarangan Terdaftar.

3. Regulasi Pembentukan Organisasi Kemasyarakat

Regulasi pembentukan Ormas yang terdisi dari warga negara

Indonesia (WNI) diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah sebagai

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 jo. Undang-Undang

Nomor 16 tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Ormas dapat

didirikan oleh minimal 3 (tiga) orang WNI dengan berbentuk badan

hukum maupun tidak berbadan hukum. Regulasi tersebut berdasarkan

pada Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2016, pertama-tama

adalah dengan mengajukan permohonan pendaftaran yang diajukan dan

ditandatangani oleh pendiri dan pengurus Ormas secara tertulis kepada

Menteri Dalam Negeri, yang dapat disampaikan melalui Gubernur atau

Bupati/Walikota, dalam hal apabila pendiri meninggal dunia atau

berhalangan tetap, permohonan pendaftaran Ormas dapat diajukan dengan

ditandatangani oleh pengurus Ormas. Selanjutnya, permohonan

pendaftaran Ormas tersebut harus dilampiri5:

a. akta pendirian yang dikeluarkan oleh notaris, yang berisi AD atau

AD/ART;

b. program kerja beserta susunan kepengurusan;

c. surat keterangan domisili sekretariat Ormas;

4 Vidya Prahassacitta, ‗LEGALITAS SUATU KOMUNITAS‘, Business-

Law.Binus.Ac.Id, 2017 <https://business-law.binus.ac.id/2017/12/31/legalitas-suatu-

komunitas/> [accessed 20 September 2019]. 5 Azis, "Hak Berserikat Dan Berkumpul,... h. 627-644.

Page 26: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

17

d. NPWP atas nama Ormas;

e. surat pernyataan tidak dalam sengketa kepengurusan atau tidak

dalam perkara di pengadilan; dan

f. surat pernyataan kesanggupan melaporkan kegiatan.

Selanjutnya, persyaratan dan prosedur tata cara pendaftaran Ormas

yang didirikan oleh WNA lebih kompleks. Jika berdasarkan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2016, prosedur pengajuan

pendaftaran Ormas Nasional hanya melibatkan Menteri Dalam Negeri

untuk mendapatkan pengesahan, lain halnya dengan prosedur pengajuan

pendaftaran Ormas yang didirikan oleh WNA untuk dapat beroperasi di

Indonesia. Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 59

tahun 2016, bentuk dari Ormas yang didirikan oleh WNA hanya dapat

terdiri atas6:

a. Badan hukum yayasan asing atau sebutan lain;

b. Badan hukum yayasan yang didirikan oleh WNA atau WNA

bersama-sama

WNI; atau

c. Badan hukum yayasan yang didirikan oleh badan hukum asing.

4. Kebebasan Berserikat di Indonesia

Berdasarkan pada prinsipnya, kebebasan berserikat antara lain

kebebasan untuk berkumpul dan berpendapat serta berekspresi.

Kebebasan untuk mendirikan dan bergabung dalam organisasi atau

kelompok tertentu. Di samping itu, kebebasan untuk menjalankan fungsi

administrasi organisasi atau kelompok. Serta kebenaran membuat aturan

organisasi dan menjalankan kegiatannya secara bersama-sama.7

Kebebasan untuk berkumpul sebagimana dijelaskan dalam

Undang-undang Dasar 1945 dan diatur lebih lanjut dalam peraturan

perundang-undangan, memperbolehkan setiap individu ataupun kelompok

6 Azis, "Hak Berserikat Dan Berkumpul,... h. 627-644.

7 Andanti Tyagita, ‗Prinsip Kebebasan Berserikat Dalam Serikat Buruh

Sebagai Upaya Perlindungan Dan Penegakan Hak Normatif Pekerja‘, Yuridika, 26.1

(2011), h. 3.

Page 27: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

18

untuk berhubungan baik dalam hal politik maupun non politik. Hal ini

mengindikasikan bahwa setiap individu memiliki kebebasan dalam

berserikat. Dalam kebebasan berserikat dan berkumpul terdapat dua

macam hak yang berbeda dan tidak dapat dipisahkan, yaitu: 8

1. Hak Kemerdekaan Berserikat

Kemerdekaan berserikat ialah hak manusia untuk menyatukan diri

dengan sesame manusia untuk waktu Panjang guna mencapai sesuatu

maksud

2. Kemerdekaan Berkumpul

Kemerdekaan berkumpul adalah hak manusia untuk membicarakan

bersama sesuatu persoalan.

B. Kerangka Teori

Penelitian skripsi ini dibantu oleh beberapa kerangka teori yang

disusun untuk mempermudah analisis dan interpretasi data penelitian. Adapun

kerangka teori yang dibangun yakni sebagai berikut:

1. Negara Hukum di Indonesia

a. Pengertian Negara Hukum

Istilah negara hukum di Indonesia sering disebut dengan istilah

rechtstaats atau the rule of law. Istilah tersebut merupakan istilah

yang timbul dari reaksi atas teori tujuan negara yang menimbulkan

kekuasaan otoriter di negara Eropa Kontinental. Aristoteles dari

Yunani berpendapat bahwa yang dimaksud negara hukum adalah

negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan bagi

seluruh warga negara9. Dengan adanya keadilan dalam masyarakat,

maka akan tercapai suatu kebahagian dalam bernegara. Menurut

Padmo Wahjono, melihat perkembangan teori negara hukum, terlihat

8 Raja Adil Siregar, ‗Tinjauan Yuridis Terhadap Kebebasan Berserikat,

Berkumpul Dan Mengeluarkan Pendapat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan‘, JOM Fakultas Hukum, 2.2

(2015), h. 6. 9 Moh. Koesnardi and Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara

Indonesia, 1st edn (Jakarta: Pusat Studi HTN FH UI, 1976), h. 75.

Page 28: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

19

bahwa dalam pengertian rechtstaat sering dikaitkan dengan pengertian

demokrasi, sehingga pengertian negara hukum yang ideal adalah

―negara hukum yang demokratis‖.10

Menurut UUD 1945 dikatakan bahwa negara Indonesia

berdasarkan atas hukum (rechstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

belaka (machstaat)11

. Dengan demikian, Negara tidak diperkenankan

melaksanakan segala aktivitasnya atas dasar kekuasaan pribadi atau

kelompok tertentu, tetapi harus berdasarkan pada hukum yang

berlaku. Di samping itu pula, UUD 1945 menjelaskan bahwa

pemerintahan berdasar atas sistem konstitusional (hukum dasar) tidak

bersifat absolutism (kekuasaan yang terbatas). Oleh karena itu, segala

kekuasaan yang berkaitan dengan kenegaraan dipandu langsung oleh

Presiden. Namun Presiden juga harus mematuhi hukum konstitusional

yang berlaku dalam menjalankan tugas negara.12

Hukum pada dasarnya harus menjadi acuan yang memberikan

perintah bagi masyarakat untuk melakukan sesuatu. Konsep negara

hukum (rechtstaats) di Indonesia seyogyanya mampu menyesesuaikan

dengan nilai-nilai yang tercermin dalam Pancasila. Konsep negara

hukum lahir sebagai hasil perjuangan individu untuk melepaskan

dirinya dari keterikatan serta tindakan sewenang-wenang penguasa.

Atas dasar ini maka penguasa tidak dibenarkan melakukan tindakan

sewenang-wenang kepada individu ataupun kelompok tertentu.

Menurut Rukmana Amanwinata dalam disertasinya menjelaskan

bahwa pembatasan kekuasaan dapat dilakukan melalui undang-

10

Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, 2nd edn

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), h. 8-9. 11

Christin S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008), h. 86. 12

Kansil, Hukum Tata Negara,… h. 86-87.

Page 29: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

20

undang atau peraturan perundang-undangan dengan asas legalitas

negara hukum.13

Indonesia termasuk salah satu negara yang terkategorikan

negara hukum. Sehingga dengan seluruh elemen yang berada di

dalamnya harus tunduk terhadap hukum. Hal ini menunjukkan bahwa

pada prinsipnya hukum dapat dikatakan kekuasaan tertinggi di dalam

suatu negara. Seluruh alat perlengkapan negara apa pun namanya,

termasuk warga negara harus tunduk dan patuh serta menjunjung

tinggi hukum tanpa kecuali.14

Muhammad Tahir Azhary mengutip

pendapat Oemar Seno Adji mengatakan bahwa, negara hukum

Indonesia mempunyai ciri khas tertentu sebab Indonesia mempunyai

pandangan hidup bernegara tersendiri yaitu Pancasila.15

Pancasila

diangkat sebagai fondasi utama dan sumber hukum, maka dengan

demikian negara hukum Indonesia dapat pula disebut negara hukum

Pancasila.

Negara Indonesia memiliki ciri khas tertentu untuk

merepresentasiskan dalam negara sebagai negara hukum yang

berasaskan pada Pancasila. Salah satu contoh kongkritnya, pada sila

pertama dijelaskan adanya jaminan terhadap kebebasan beragama

(freedom of religion). Selanjutnya Muhammad Tahir Azhary

mengatakan bahwa konsep Negara Hukum Pancasila meliputi

beberapa komponen berikut:

1. Ada hubungan yang erat antara agama dan negara;

2. Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;

3. Kebebasan beragama dalam arti positif

13

Rukmana Amanwinata, ‗Pengaturan Dan Batas Implementasi

Kemerdekaan Berserikat Dan Berkumpul Dalam Pasal 28 UUD 1945‘ (Universitas

Padjajaran, 1996), h. 122-123. 14

B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan &

Hak Asasi Manusia, Memahami Proses Onsolidasi Sistem Demokrasi Di Indonesia,

1st edn (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2003), h. 12. 15

Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-

Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara

Madinah Dan Masa Kini (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 69.

Page 30: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

21

4. Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;

5. Asas kekeluargaan dan kerukunan.

b. Prinsip Negara Hukum

Prinsip negara hukum di negara Indonesia lebih mengarah pada

prinsip yang tertanam dalam Pancasila. Hal ini merupakan salah satu

ciri khas negara hukum yang diterapkan di negara Indonesia. Padmo

Wahjono, dalam bukunya berjudul "Indonesia Berdasar atas Hukum"

menyatakan bahwa ada berbagai pendapat mengenai persyaratan

teoritis yang harus dipenuhi suatu negara hukum. Dengan

membandingkan rumusan-rumusan yang ada, Padmo mengemukakan

4 (empat) pokok-pokok prinsip negara hukum yang diterapkan di

Indonesia, yaitu16

:

1. Melindungi dan menghormati hak-hak kemanusiaan

2. Mekanisme kelembagaan negara yang demokratis

3. Adanya suatu tertib hukum

4. Adanya kekuasaan kehakiman yang bebas.

Berdasarkan pada empat prinsip yang dikemukakan oleh Padmo

Wahjono di atas dapat diketahui bahwa negara hukum Indonesia

berdasarkan prinsipnya lebih mengarah pada pemenuhak atas hak-hak

yang dimiliki masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Arif

Hidayat yang mengatakan bahwa secara umum konsep negara hukum

pada prinsipnya mencakup empat tuntutan dasar, yakni

17:

1. Kepastian hukum yang berarti bahwa hukum yang berlaku bersifat

pasti, dan berlaku bagi setiap siatuasi tersentu dan untuk umum.

2. Hukum berlaku sama bagi seluruh penduduk. Dalam arti bahwa

hukum tidak memandang adanya kelompok tertentu, semuanya

dianggap sama jika melanggar hukum.

16

Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, 1st edn

(Jakarta: Graha Indonesia, 1983). 17

Arif Hidayat, ‗Kepastian Hukum Harus Sejalan Dengan Rasa Keadilan‘,

Antaranews.Com, 2010 <https://www.antaranews.com/berita/172595/kepastian-

hukum-harus-sejalan-dengan-rasa-keadilan> [accessed 20 September 2019].

Page 31: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

22

3. Adanya legitimasi demokratis dalam pembuatan hukum

4. Menjunjung tinggi martabat manusia

Selanjutnya Padmo Wahjono, mengatakan ada 5 (lima) unsur

formal negara hukum Indonesia, yaitu meliputi18

:

1. Bersumber pada Pancasila;

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tertinggi

negara yang melaksanakan kedaulatan rakyat, Presiden

mandataris MPR bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat yang

merupakan bagian dari MPR merupakan lembaga pembentuk

undangundang;

3. Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi, tidak bersifat

absolut;

4. Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan

5. Kekuasaan kehakiman yang merdeka.

c. Ciri Negara Hukum di Indonesia

Negara hukum Indonesia merupakan nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila. Nilai-nilai tersebut diinterpretasikan secara luas

berdasarkan kesepakatan. Hal ini tergambar dalam pembukaan UUD

1945 yang memuat rumusan Pancasila. Pancasiala menjadi sumber

hukum tertinggi bagi negara hukum Indonesia. Pembukaan UUD 1945

adalah nilai tertinggi untuk menuntun penyusunan pasal-pasal dalam

UUD 1945 guna menghindari penyimpangan terhadap falsafah yang

terkandung di dalamnnya.

Kekuasaan tertinggi negara Indonesia adalah pemimpin yaitu

Presiden. Pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya tentu harus

berpedoman pada nilai-nilai yang menjadi dasar falsafah dan cita

negara Indonesia, yang sekaligus merupakan moral ketatanegaraan.

Ismail Saleh sebagaimana dikutip oleh Ari Wahyudi Hertanto dan

18

Wahjono, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, h. 11.

Page 32: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

23

Sugito Sujadi, menyatakan bahwa sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia, maka seluruh segi kehidupan bangsa Indonesia harus

diwarnai oleh nilai-nilai luhur Pancasila, termasuk segi kehidupan

hukumnya. Oleh karena itu, sistem hukum negara Indonesia harus

berlandaskan pada Pancasila. Berikut beberapa ciri dari sistem hukum

Negara Pancasila adalah19

:

1. Kehidupan beragama perlu mendapat jaminan dan perlindungan

hukum sepenuhnya. Dalam sistem hukum Pancasila, agama

beserta sanksinya perlu dikaji secara khusus.

2. Perlu ada ketentuan-ketentuan hukum yang melindungi harkat dan

martabat manusia yang hidup di negara Indonesia tanpa

membedakan asal keturunan dan status sosial. Ini bearti hukum

memancarkan rasa kemanusiaan, yang dapat dilihat misalnya dari

adanya bantuan hukum bagi para tersangka yang sedang

berperkara. Juga adanya penasehat hukum yang mendampingi

sejak ditahan sebelum terbukti bersalah, dan diperlakukan secara

manusiawi.

3. Hukum nasional berlaku sama bagi setiap masyarakat Indonesia

tanpa membedakan suku, ras, agama, jenis kelamin, kedudukan

sosial. Maksudnya adalah setiap orang harus dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya masing-masing.

4. Memiliki wajah kerakyatan yang perlu ditampilkan dalam

peraturan perundang-undangan. Artinya, peraturan perundang-

undangan yang diciptakan adalah untuk kepentingan rakyat,

memberi manfaat untuk rakyat.

5. Konsep keadilan. Barometer keadilan harus berdasar pada rasa

keadilan seluruh rakyat Indonesia. Setiap warga negara atau

penduduk harus merasa mendapat perlindungan dan pengayoman

dari para aparat penegak hukum. Rasa keadilan yang dapat

19

Ari Wahyudi Hertanto and Sugito Sujadi, Ilmu Negara, Konstitusi, Dan

Keadilan, 1st edn (Jakarta: Badan Penerbit FH UI, 2007), h. 10-13.

Page 33: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

24

dirasakan sejak proses ditangkap, ditahan, dihadapkan didepan

pengadilan sampai mendapat keputusan yang mempunyai

kekuatan pasti.

Pada perkembangan negara hukum di Indonesia terdiri dari

beberapa unsur penting. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh

Stahl, unsur-unsur negara hukm secara umum dapat dilihat sebagai

berikut20

:

1. Didasarkan atas kedaulatan rakyat.

2. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

harus berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan.

3. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara).

4. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.

5. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke

controle) yang bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan

tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak berada dibawah

pengaruh eksekutif.

6. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau

warga negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan

pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah.

7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian

yang merata sumberdaya yang diperlukan bagi kemakmuran

warga negara

Adapun pendapat lain juga mengatakan bahwa negara hukum

Indonesia tidak dapat dipisahkan oleh nilai-nilai yang terkandung

dalam lima sila Pancasila. Sebagaimana dijelaskan oleh Azhary, dia

mengemukakan bahwa terdapat 7 (tujuh) unsur negara hukum

Indonesia, yaitu:

1. Bersumber pada Pancasila

2. Menganut sistem konstitusi

20

Ridwan, Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: UII Press, 2003), h.

4.

Page 34: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

25

3. Kedaulatan rakyat

4. Persamaan dalam hukum

5. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain

6. Pembentukan undang-undang

7. Sistem MPR (Majelis Permusyawartan Rakyat).

d. Hak Asasi Manusia (HAM)

1). Pengerti Hak Asasi Manusia (HAM)

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) telah banyak ditemui

diberbagai literatur. Secara umum HAM dapat diartikan sebagai suatu

hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan

Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Hak

asasi manusia adalah hak dasar yang dalam hal ini dianggap sebagai

hak yang dimiliki setiap manusia, yang melekat atau inheren padanya

karena dia adalah manusia. Adapun pengertian hak asasi manusia

menurut John Locke adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh

Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. 21

Adapun pengertian HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor

39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa hak

asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan

dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia22

Dari pengertian di atas diketahui bawha HAM merupakan

kondrat setiap manusia ataupun masyarkat yang telah ditetapkan oleh

Tuhan sejak lahir. Hak Asasi Manusia ada bukan karena diberikan

21

A. Ubaedillah and Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic

Education), Demokrasi,Hak Asasi Manusia, Dan Masyarakat Madani (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 148. 22

Fauzan Khairazi, ‗Implementasi Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia Di

Indonesia‘, Inovatif, 8.1 (2015), 72-94.

Page 35: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

26

oleh masyarakat dan kebaikan dari negara, melainkan hak kodrati diri

manusia sejak pertama kali lahir di dunia.23

Salah satu diantaranya

yaitu hak atas kebebasan berserikat (right to freedom of association),

yang dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (3) yang

menyatakan, ―Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,

berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

Dalam bukunya Miriam Budiarjo menyatakan bahwa HAM

secara komprehensif mengalami perkembangan.24

Hal ini disebabkan

oleh perubahan sosial ataupun lingkungan sekitar. Meriam

menyebutkan bahwa ada 3 (tiga) perbedaan perkembangan HAM,

yaitu:

a) Generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang sudah lama

dikenal dan selalu diasosiasikan dengan pemikiran di negara-

negara barat,

b) Generasi Kedua adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya yang gigih

diperjuangkan oleh negara-negara komunis dalam masa Perang

Dingin (1945-awal tahun 1970-an) sering dinamakan Dunia Kedua,

kemudian hak ini didukung negara-negara yang baru membebaskan

diri dari penjajahan kolonial, dan yang sering disebut Dunia Ketiga,

c) Generasi ketiga adalah hak atas perdamaian dan hak atas

pembangunan (development), yang terutama diperjuangkan oleh

negara-negara ketiga.

2). Prinsip Hak Asasi Manusia

Pada prinsipnya setiap orang memiliki hak tertentu untuk

menjunjung Hak Asasi Manusia yang dimilikinya. Setiap orang

diberikan kebebasan atas hak dirinya selama masih belum

bertentangan dengan undang-undang yang disepakatinya. Kebanyakan

23

Suseno, Etika Politik...,h. 121. 24

Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 5th edn (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2015), h. 12.

Page 36: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

27

HAM saling berhubungan dan menjangkau aspek-aspek yang

berbeda-beda dari tiga kepedulian utama, yaitu integritas, kebebasan

dan kesetaraan status semua umat manusia.25

Bentuk dari kesungguhan negara Indonesia dalam

menghormati, melindungi, dan memajukan HAM bagi warga

negaranya, kemudian disahkan sejumlah undang-undang seperti26

:

a) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Kebebasan

Menyatakan Pendapat;

b) Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM;

Pada undang-undang tersebut disebutkan bahwa pengaturan

mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman

pada deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa.

Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang penghapusan

segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi Perserikatan

Bangsa Bangsa tentang hak-hak anak dan berbagai instrumen

internasional lain yang mengatur mengenai Hak Asasi Manusia.

Materi Undang- Undang ini tentu saja harus disesuaikan dengan

kebutuhan hukum masyarakat dan pembangunan hukum nasional

yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.27

c) Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM;

Undang-undang ini lahir karena salah satu bentuk amanah

dari Bab IX pasal 104 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun

1999 tentang HAM. Negara menyadari bahwa perlunya suatu

lembaga yang menjamin akan hak pribadi seseorang. Dengan

jaminan inilah, setiap individu bisa mengetahui hak dan batasan

atas dirinya.

25

Yusuf Daeng, HAM Dan Keadilan (Pekanbaru: Alfa Riau, 2007), h. 57. 26

Setiaji and others, ‗Kajian Hak Asasi Manusia Dalam Negara the Rule of

Law: Antara Hukum Progresif Dan Hukum Positif‘, Lex Scientia Law Review, 1.1

(2017), h. 69-80. 27

Bambang and Supriyanto, ‗Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi

Manusia (HAM) Menurut Hukum Positif Di Indonesia‘, Al- Azhar Indonesia Seri

Pranata Sosial, 2.3 (2014), h. 156.

Page 37: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

28

d) Amandemen berbagai Undang-Undang untuk diselaraskan dengan

prinsip-prinsip HAM, seperti Undang-Undang Parpol, Undang-

Undang Kekuasaan Kehakiman, pencabutan Penetapan Presiden

Nomor 11 tahun 1963, dsb.

e) Peluncuran Rencana Aksi Nasional HAM (RAN-HAM) dalam

rangka memberikan jaminan bagi peningkatan pemajuan dan

perlindungan HAM di Indonesia dengan mempertimbangkan

nilai-nilai adat istiadat, budaya, dan agama bangsa Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945.

3).Batasan Pengadilan Hak Asasi Manusia

Fungsi adanya Undang-undang HAM tidak lain untuk

melindungi segala hak individu ataupun kelompok tertentu dalam

menjalankan segala aktivitasnya. Dalam hukum nasional, yang mana

tertera dalam Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, dinyatakan bahwa setiap orang wajib

menghormati HAM orang lain dan atas dasar itulah, setiap orang

dalam menjalankan hak dan kebebasannya wajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.

Dalam UUD 1945 (yang telah diamandemen), menjelaskan

mengenai masalah Hak Asasi Manusia. Hal ini dicantumkan secara

khusus dalam bab XA pasal 28A sampai dengan 28J yang merupakan

hasil amandemen kedua tahun 2000. Pemerintah untuk melaksanakan

amanah yang telah diamanatkan melalui TAP MPR tersebut di atas,

dibentuklah Undang- Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia, pada tanggal 23 September 1999 telah disahkan

Undang- Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

yang mengatur beberapa hal penting yang menyangkut Pengadilan

Hak Asasi Manusia.28

28

Bambang dan Supriyanto, "Penegakan Hukum,... h. 156.

Page 38: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

29

a) Pertama, definisi pelanggaran Hak Asasi Manusia dideskripsikan

sebagai setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk

aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau

kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau

kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak

mendapatkan atau di khawatirkan tidak akan memperoleh

penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme

hukum yang berlaku (Pasal 1 ayat 6).

b) Kedua, hak untuk hidup, hak untuk tidak dipaksa, hak kebebasan

pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak

diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan

untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut dapat di

kecualikan dalam hal pelanggaran berat terhadap hak asasi

manusia yang digolongkan ke dalam kejahatan terhadap

kemanusiaan.

c) Ketiga, dalam Pasal 7 dinyatakan, bahwa setiap orang berhak

untuk menggunakan semua upaya hukum nasional dan forum

internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang di

jamin oleh hukum Indonesia oleh negara Republik Indonesia

menyangkut Hak Asasi Manusia menjadi hukum nasional.

d) Keempat, di dalam Pasal 104 diatur tentang pengadilan Hak Asasi

Manusia sebagai berikut : Untuk mengadili pelanggaran Hak

Asasi Manusia yang berat di bentuk pengadilan dalam ayat (1) di

bentuk dengan Undang- Undang dalam jangka waktu paling lama

4 tahun sebelum terbentuk pengadilan Hak Asasi Manusia sebagai

mana dimaksudkan dalam ayat (2) di adili oleh pengadilan yang

berwenang. Selanjutnya Pasal 104 ayat (1) Undang- Undang

Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan

bahwa yang berwenang mengadili pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang berat adalah pengadilan Hak Asasi Manusia.

Page 39: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

30

2. Perlindungan Keamanan

Indonesia sebagai negara hukum serta berdasar kepada Pancasila

sebagai ideologi bangsa dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

sebagai dasar berbangsa dan bernegara memiliki kewajiban untuk

menjaga dan memastikan terjaminnya keamanan warga negara.

Perlindungan keamanan tersebut sebagaimana yang telah

diamanahkan oleh Undang-Undang juga menjadi tujuan dari penerapan

syariat dalam Islam. Terdapat 5 hal pokok yang menjadi fokus utama

implementasi tujuan-tujuan syariat dalam Islam yaitu : Hifdh al- Dīn,

Hifdh al- Nafs, Hifdh al- Nasl, Hifdh al- „Aql, Hifdh al- Māl.29

Salah satu

manifestasi dari kelima tujuan pokok ini adalah realisasi perlindungan

keamanan dalam kehidupan manusia.

Dalam penerapannya, perlindungan keamanan merupakan

pengejawantahan lebih lanjut dari perlindungan diri dalam konteks

bernegara. Karena sejatinya sebuah negara merupakan kumpulan dari

individu-individu (masyarakat) yang berkumpul dan bersepakat untuk

menciptakan kehidupan yang sejahtera.30

Di dalam suatu negara terdapat berbagai macam tipe masyarakat

dengan kepentingan masing-masing. Terlebih Indonesia dengan

semboyan bhinneka tunggal ika semakin menegaskan bahwa

perlindungan keamanan haruslah berorientasi pada keberagaman

masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang berlaku

haruslah berkiblat pada kepentingan umum.

Pembahasan tentang kepentingan umum dalam hukum islam

dikenal dengan maṣlaḥah al- „ammah. Kemaslahatan umum merupakan

suatu keharusan untuk direalisasikan dalam kehidupan. Oleh karena itu

kepentingan umum harus menjadi prioritas dalam setiap kebijakan di

29

Nispan Rahmi, ‗Maqasid Al- Syari‘ah; Melacak Gagasan Awal‘, Jurnal

Syariah: Jurnal Ilmu Hukum Dan Pemikiran, 17.2 (2017), h. 172. 30

Adnan, Ilmu Politik; Pengantar Pemikiran Politik Islam (Gorontalo:

Sultan Amai Press, 2007), h. 39.

Page 40: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

31

seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam salah satu kaidah disebutkan

bahwa ― kepentingan umum didahulukan daripada kepentingan individu‖.

C. Tinjauan (Review)

Dalam penelitian skripsi ini peneliti merujuk kepada beberapa karya

ilmiah terdahulu, tentunya terdapat perbedaan yang menjadi fokus masalah di

dalam rujukan dengan fokus masalah yang peneliti teliti, diantarannya :

1. Skripsi berjudul ―Tinjauan Yuridis Pengawasan Pemerintahan Terhadap

Pelaksanaan Fungsi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Keagamaan‖

oleh Prandy Arthayoga Louk Fanggi Sarjana Strata Satu (S1) Departemen

Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

membahas tentang mekanisme pengawasan pemerintah terhadap

pelaksanaan fungsi organisasi kemasyarakatan bidang keagamaan di kota

Makassar. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi peneliti adalah peneliti

dalam skripsinya membahas tentang hak kebebasan berserikat dalam

Perppu Ormas.31

2. Skripsi Berjudul ―Perbandingan Pengaturan Pembubaran Organisasi

Kemasyarakatan Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

Nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17

tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-

Undang‖ oleh Khoulud Beby Bestiani Sarjana Strata Satu (S1) Program

Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia

membahas tentang kelebihan ataupun kekurangan Undang-Undang

Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan dan Undang-

Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Ormas. Perbedaan skripsi ini

dengan skripsi peneliti adalah peneliti dalam skripsinya membahas

31

Prandy Arthayoga Louk Fanggi, Tinjauan Yuridis Pengawasan

Pemerintahan Terhadap Pelaksanaan Fungsi Organisasi Kemasyarakatan Bidang

Keagamaan, (Skripsi Universitas Hasunuddin,2017) Diakses pada 21 Oktober 2019

pukul 13.21 WIB.

Page 41: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

32

pertimbangan Presiden dalam menetapkan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan.32

3. Jurnal berjudul ―Implikasi Yuridis Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-

undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan di

Indonesia‖ oleh Dian Kus Pratiwi Dosen Fakultas Hukum Universitas

Padjadjaran membahas tentang implikasi pasca diterapkannya Perppu

Nomor 2 tahun 2017. Perbedaan jurnal ini dengan skripsi peneliti adalah

peneliti dengan skripsinya menjelaskan perihal pertimbangan Presiden

dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun

2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013

tentang Organisasi Kemasyarakatan.33

32

Khoulud Beby Bestiani, Perbandingan Pengaturan Pembubaran Organisasi

Kemasyarakatan Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun 2017 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang, (Skripsi Universitas Islam Indonesia,

2018), diakses pada tanggal 1 November 2019 pukul 22.13 WIB 33

Dian Kus Pratiwi, Implikasi Yuridis Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan di Indonesia (Jurnal

Univesitas Padjajaran, 2017), diakses pada tanggal 29 Oktober 2019 Pukul 09.21

WIB

Page 42: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

33

BAB III

Tinjauan Umum Tentang Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang

A. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

1. Pengertian Perppu

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang atau sering

disebut Perppu merupakan salah satu badan hukum yang diterapkan di

Indonesia. Peppu ini dibuat oleh Presiden untuk mengatasi kegentingan

yang terjadi pada nagara. Dasar hukum utama Perppu dijelaskan pada

Pasal 22 ayat (1) UUD Tahun 1945. Undang-undang tersebut menjelaskan

bahwa, ―Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak

menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang‖.1

Dengan demikian, Perppu dapat didefinisikan sebagai suatu peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden tanpa persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam hal ihwal kegentingan yang

memaksa sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 22 UUD Negara

Republik Indonesia 1945.

Sedangkan menurut pandangan Titik Triwulan Tutik dalam

bukunya, ia menyebutkan bahwa Perppu perlu diadakan agar keselamatan

negara dijamin oleh pemerintah karena dalam keadaan yang genting, yang

memaksa pemerintah untuk bertindak lekas dan cepat.2 Hakikat lahirnya

ketatapan Perppu yang dikeluarkan Presiden ini untuk mengantisipasi

keadaan ―genting yang memaksa‖. Adanya unsur paksaan keadaan

tersebut untuk segera ditindak lanjuti melalui ketatapan Perppu. Sehingga

dengan diterbitkannya Perppu oleh Presiden berharap akan dapat

memberikan solusi bagi keadaaan yang perlu untuk segera diatasi.

Perppu dikonsepsikan sebagai suatu peraturan yang dari segi isinya

seharusnya ditetapkan dalam bentuk undang-undang, tetapi karena

1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(Indonesia). 2 Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara..., h. 49.

Page 43: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

34

keadaan kegentingan memaksa ditetapkan dalam bentuk peraturan

pemerintah3. Perppu diterbitkan tanpa harus melibatkan DPR, hanya

cukup dengan ketetapan Presiden. Sehingga masa berlaku Perppu relatif

singkat, karena hal tersebut perlu segara ditindaklanjuti dan disepakati

oleh DPR untuk menjadi undang-undang. Hal ini selaras dengan yang

disampaikan oleh Ni‘matul Huda dalam bukunya bahwa Perppu tersebut

harus segera dibahas dan dipersidangkan untuk dibahas dan disetujui

untuk diundangkan menjadi Undang-Undang, jika tidak disetujui oleh

DPR maka Perppu itu demi hukum harus dicabut4

Salah satu contoh Perppu yang kemudian disetujui sebagai

Undang-undang yaitu terjadi pada Undang-undang Nomor 16 Tahun

2017. Undang-undang tersebut awalnya merupakan ketetapan yang

berbentuk Perppu, namun ketetapan Perppu segera disetujui oleh DPR

(Dewan Perwakilan Rakyat), lalu Perppu tersebut resmi sebagai Undang-

undang. Kandungan dari Undang-undang Nomor 16 Tahun 2017 ini

membahas Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi

Undang-Undang.

Oleh karena itu, Peppu adalah suatu peraturan pemerintah yang

diterbitkan oleh Presiden sebagai suatu hukum atau Undang-undang di

Indonesia yang berlaku sementara. Perppu memiliki kewenangan yang

sama dengan undang-undang sebelum disetujui oleh DPR.5 Ketika DPR

menyetujui terhadap Perppu tersebut, maka Perppu sudah resmi dikatakan

sebagai Undang-Undang negara Republik Indonesia.

3 Jimly Ashiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, 1st edn (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2007), h. 3. 4 Ni‘matul Huda, Negara Hukum, Demokrasi Dan Judicial Review

(Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 60. 5 Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan (Jakarta: Kanisius, 1998)h.

193.

Page 44: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

35

2. Fungsi Perppu di Indonesia

Indonesia merupakan negara demokrasi yang juga memiliki hukum

dalam menjalankan segala kegiatan masyarakatnya. Dalam negara hukum

yang modern ini, menurut A. Hamid S. Attamimi sebagaimana dikutip

oleh Haposan Siallagan dan Efik Yusdiansyah, peraturan perundang-

undangan mempunyai fungsi sebagai berikut:6

1. Memberikan bentuk pada endapan-endapan nilai-nilai dan norma-

norma yang berlaku dan hidup dalam masyarakat;

2. Produk fungsi negara di bidang pengaturan; dan

3. Metode dan instrumen ampuh yang tersedia untuk mengatur dan

mengarahkan kehidupan masyarakat menuju cita-cita yang

diharapkan.

Di samping itu, berbagai jenis peraturan perundang-undangan di

Negara Republik Indonesia yang tersusun secara hierarki, mengakibatkan

pula adanya perbedaan dalam hal fungsi maupun materi muatan dari

berbagai jenis peraturan perundang-undangan tersebut. Dalam hierarki

peraturan perundang-undangan disebutkan bahwa Undang-undang dan

Perppu mempunyai kedudukan yang sama. Kedudukan ini dalam artian

Perppu yang belum disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Berdasarkan hal itu pula sehingga fungsi undang-undang dan Perppu

adalah sama, yaitu7:

1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-

Undang Dasar 1945 yang secara tegas menyebutnya. Fungsi ini

terlihat jelas di dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Tahun 1945,

karena pasal-pasal tersebut menyatakan secara tegas hal-hal yang

harus diatur dengan undang-undang;

6 Haposan Siallagan and Efik Yusdiansyah, Ilmu Perundang-Undangan Di

Indonesia (Medan: UHN Press, 2008), h. 38. 7 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan; Jenis, Fungsi Dan

Materi Muatan (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 215.

Page 45: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

36

2. Pengaturan dibidang materi konstitusi seperti: 1) organisasi, tugas, dan

susunan lembaga negara dan 2) tata hubungan antara negara dan

warga negara dan antar warga negara/penduduk secara timbal balik.

Adapun berdasarkan pada hirarki semua jenis peraturan perundang-

undangan mempunyai fungsi tertentu dalam penerapannya. Tetapi secara

umum menurut Bagir Manan sebagimana dalam bukunya Hamzah Halim

menyatakan bahwa fungsi peraturan perundang-undangan dibagi menjadi

2 (dua) kelompok utama, yaitu terdiri dari fungsi internal dan fungsi

eksternal8. Berikut akan dijelaskan dibawah ini secara terperinci:

1. Fungsi Internal

Fungsi internal adalah fungsi peraturan perundang-undangan

sebagai sub-sistem hukum terhadap sistem kaidah hukum pada

umumnya. Secara internal, peraturan perundang-undangan

menjalankan beberapa fungsi antara lain:

a. Fungsi penciptaan hukum (rechtschepping) yang melahirkan sistem

kaidah hukum yang berlaku umum dilakukan atau terjadi melalui

beberapa cara, yaitu melalui keputusan hakim, kebiasaan yang

timbul di dalam praktik dalam kehidupan masyarakat atau negara,

dan peraturan perundang-undangan. Di Indonesia, peraturan

perundang-undangan merupakan cara utama penciptaan hukum.

b. Fungsi pembaharuan hukum. Pembentukan peraturan perundang-

undangan dapat direncanakan, sehingga pembaruan hukum dapat

pula direncanakan. Fungsi pembaruan terhadap perundang-

undangan antara lain dalam rangka mengganti peraturan

perundang-undangan masa Belanda dan peraturan perundang-

undangan nasional yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan

perkembangan baru.

8 Hamzah Halim and Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis

Menyusun & Merancang Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoretis & Praktis

Disertai Manual (Jakarta: Kencana, 2013), h. 61-64.

Page 46: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

37

c. Fungsi integrasi pluralisme sistem hukum. Pluralisme sistem

hukum yang berlaku hingga saat ini merupakan salah satu warisan

kolonial yang harus ditata kembali. Pembaruan sistem hukum

nasional adalah dalam rangka mengintegrasikan berbagai sistem

hukum tersebut sehingga tersusun dalam satu tatanan yang

harmonis satu sama lain.

d. Fungsi kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan asas penting

di dalam tindakan hukum dan penegakan hukum dan peraturan

perundang-undangan dapat memberikan kepastian hukum yang

lebih tinggi daripada hukum kebiasaan dan hukum adat atau

yurisprudensi.

2. Fungsi eksternal

Fungsi eksternal adalah keterkaitan peraturan perundang-

undangan dengan tempat berlakunya. Fungsi eksternal bisa juga

disebut fungsi sosial hukum, dan dapat dibedakan menjadi:

a. Fungsi perubahan. Fungsi perubahan yaitu hukum sebagai sarana

rekayasa sosial dimana peraturan perundangundangan diciptakan

atau dibentuk untuk mendorong perubahan masyarakat dibidang

ekonomi, sosial, maupun budaya.

b. Fungsi stabilitas. Peraturan perundang-undangan dibidang pidana,

ketertiban, dan keamaan merupakan kaidah-kaidah yang terutama

bertujuan menjamin stabilitas masyarakat.

c. Fungsi kemudahan. Fungsi kemudahan dapat berfungsi sebagai

sarana mengatur berbagai kemudahan peraturan yang berisi

insentif, seperti keringan pajak.

B. Syarat Pembuatan Perppu

Berdasarkan pada definisi yang diuraikan di atas, Perppu tergolong pada

peraturan pemerintah yang bersifat sementara yang ditetapkan oleh Presiden,

tanpa persetujuan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Perppu diterbitkan pada

kondisi yang memang membutuhkan untuk segera mengeluarkan peraturan

Page 47: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

38

perundang-uandangan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penerbitan dan

penetapan Perppu harus memenuhi syarat yang berlaku.

Jimly Asshidiqie berpendapat bahwa syarat materiil untuk penetapan

Perppu yaitu9:

1. Adanya kebutuhan mendesak untuk bertindak atau reasonable necessity;

2. Waktu yang tersedia terbatas (limited time) atau terdapat kegentingan

waktu; dan

3. Tidak tersedianya alternatif lain diperkirakan tidak akan dapat mengatasi

keadaan, sehingga penetapan Perppu merupakan satu-satunya cara untuk

mengatasi keadaan tersebut.

Sedangkan berdasarkan pada Putusan Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia Nomor 138/PUU-VII/2009, sebagaimana yang tertera dalam

Penjelasan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang menyebutkan

setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam hal ihwal kegentingan

penerbitan Perppu, yaitu10

:

1. Adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah

hukum secara cepat berdasarkan undang-undang;

2. Undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi

kekosongan hukum, atau ada undang-undang tetapi tidak memadai;

3. Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara rnernbuat

undang-undang secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu

yang cukup lama sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu

kepastian untuk diselesaikan.

9 Jimly Ashiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pas,

h. 154-155ca RefOrmasi (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi RI, 2006). 10

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

Menjadi Undang-Undang (Indonesia).

Page 48: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

39

Apabila ketiga syarat di atas sudah terpenuhi, Presiden selaku kepala

pemerintahan dengan kewenangan konstitusionalnya untuk mengatur

beberapa hal yang perlu diatasi oleh Negara. Seluruh materi yang dimuat

dalam Perppu tentunya tergantung kebutuhan yang dihadapi di lapangan.

Bahkan ketentuan tersebut yang menyangkut perlindungan hak asasi manusia

yang dijamin oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 dapat saja ditentukan oleh Perppu. Hal tersebut dimaksudkan untuk

menghadapi keadaan darurat guna melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia.11

Pendapat lain mengatakan bahwa Perppu diterapkan berdasarkan

kegentingan yang memaksa. Dua keadaan ini ditarsirkan bahwa terdapat dua

alasan dalam penetapan Perppu, yaitu12

.:

1. Adanya keadaaan krisis (Crisis)

Keadaan krisis ini adalah suatu keadaan apabila terdapat gangguan

yang menimbulkan kegentingan yang bersifat mendadak (a grave and

sudden disturbunse). Apabila tidak segera dikeluarkan ketetapan Perppu

akan berakibat pada keamanan negara.

2. Aadanya keadaan kemendesakan (Emergency)

Kemendesakan apabila terjadi keadaan yang tidak diperhitungkan

sebelumnya dan menuntut suatu tindakan segera tanpa menunggu

permusyawaratan terlebih dahulu atau telah ada tanda-tanda permulaan

yang nyata dan menurut nalar dan wajar (Reasonableness) yang apabila

tidak diatur segera menimbulkan gangguan baik bagi masyarakat maupun

jalannya pemerintahan

Presiden adalah kompoten terpenting yang memiliki kekuatan hukum

terbesar, karena Presiden memiliki banyak pengetahuan tentang akses

infOrmasi dalam proses pembuatan hukum. Presiden merupakan pemengan

hukum yang mengerti peraturan tersebut dibuat. Pada pasal 4 dan 5 UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Pasal 4 ayat (1)

11

Ashiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat..., h. 12-13.. 12

Manan, Lembaga KePresidenan..., h. 60.

Page 49: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

40

Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut

UUD Pasal 5 ayat (2) Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk

menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.13

Kemudian Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan yang mengatur

mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, telah

mendudukkan Perppu sejajar dengan Undang-Undang. Dalam hal ini,

ketentuan Pasal 22 Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945 pada

intinya berisikan:

1. Pemberian kewenangan kepada Presiden untuk membuat peraturan

pemerintah sebagai pengganti undang-undang;

2. Kewenangan tersebut hanya dapat digunakan apabila dalam keadaan

kegentingan yang memaksa; dan

3. Perppu tersebut harus mendapatkan persetujuan dari DPR pada

persidangan berikutnya14

Pada umumnya pembentukan peraturan perundangan dibuat dalam

keadaan yang normal, namun pembentukan Perppu dilakukan dalam keadaan

tidak normal. Kedaan yang tidak normal ini akan menimbulkan dampak yang

tidak diinginkan jika tidak segera diselesaikan. Keadaan ini tergolong pada

keadaan darurat yang mendesak untuk segera bertindak. Dalam praktiknya,

kategori hal ihwal kegentingan yang memaksa mengandung arti luas yaitu

tidak terbatas pada keadaan kegentingan atau memaksa, tetapi termasuk

kebutuhan yang mendesak pula. Mengenai syarat-syarat yang perlu diatur

dalam keadaan darurat atau keadaan yang memaksa dapat dibedakan menjadi

syarat materiil dan syarat formil. Menurut S.E Viner, yang dikutip oleh Jimly

Asshiddiqie, membedakan keadaan darurat dalam tiga kategori yaitu:

13

Jazim Hamidi, Hukum Lembaga KePresidenan Indonesia (Bandung:

Alumni, 2010), h. 88.. 14

Ali Marwan Hsb, ‗Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Compelling Circumstances of The

Enactment Government Regulation In Lieu Of Law)‘, Legislasi Indonesia, 14.1

(2017), h. 109-122.

Page 50: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

41

1. Keadaan darurat karena perang (State of War, atau State of Defence),

yaitu keadaan perang bersenjata;

2. Keadaan darurat karena ketegangan (State of Tension) termasuk

pengertian bencana alam ataupun ketegangan sosial karena peristiwa

politik;

3. Keadaan darurat karena kepentingan internal pemerintahan yang

memaksa (innere notstand). Meskipun tidak terdapat keadaan darurat,

tetapi ada kepentingan internal pemerintahan. Maka dapat ditempuh

dengan penerbitan Perppu sebagai landasan hukum.

Di samping itu pula, Dalam putusan yang lain juga disebutkan, yaitu

putusan MK Nomor 003/PUU-III/2005 tanggal 7 Juli 2005, MK berpendapat

bahwa hal ihwal kegentingan yang memaksa tidak harus disamakan dengan

adanya keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat sipil, militer, atau

keadaan perang. Pada saat itu dinyatakan bahwa perihal "kegentingan yang

memaksa" menjadi hak subyektif Presiden untuk menentukannya yang

kemudian akan menjadi obyektif jika disetujui oleh DPR untuk ditetapkan

sebagai Undang-undang15

Dengan demikian, berdasarkan pada beberapa pendapat di atas

mengenai keadaan kegentingan yang memaksa tidak boleh dicampur adukan

dengan keadaan bahaya. Dasar pembentukan Perppu oleh Presiden didasarkan

atas peristiwa tidak normal suatu negara yang berwujud keadaan darurat

negara (state of emergency). Dan kandungan dari keadaan darurat negara

menimbulkan kegentingan yang memaksa terdiri dari 3 syarat ialah adanya

kebutuhan yang mendesak untuk bertindak (reasonable necessity), waktu

yang tersedia terbatas sehingga terjadi kegentingan waktu (limited time), serta

tidak tersedianya alternatif lain untuk mengatasi keadaan tersebut.

Dalam pandangan hukum Islam, diterbitkannya Perppu merupakan

ketetapan yang bersifat memaksa karena menghadapi keadaan yang harus

15

Fitra Arsil, ‗Menggagas Pembatasan Pembentukan Dan Materi Muatan

Perppu: Studi Perbandingan Pengaturan Dan Penggunaan Perppu Di Negara-Negara

Residensial‘, Hukum & Pembangunan, 48.1 (2018).

Page 51: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

42

segera diselesaikan. Dalam Al-Qur‘an Surat Al-Baqarah Ayat 173 dijelaskan

sebagai berikut:

م ولم النزير وما أهلم به لغي اللمه ا حرمم عليكم الميتة والدم ر باغ ول إنم فمن اضطرم غي

إنم اللمه غفور رحيم عاد فل إث عليه

Artinya: ―Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,

daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)

selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam keadaan terpaksa

(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)

melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa, ketika dalam keadaan

terpaksa maka Islam memperbolehkan untuk bertindak sesuatu meskipun hal

demikian dilarang. Berlakunya suatu keadaan bahaya atau keadaan darurat

dalam hukum tata negara menyebabkan perbuatan yang bersifat melawan

hukum (onrecht). Hal demikian dapat dibenarkan untuk dilakukan karena

adanya kebutuhan yang mengharuskan yang sulit tercapai apabila

menggunakan norma objektif. Bagitupun dengan penetapan Perppu, jika

dipandang dengan hadirnya Perppu dapat menyelesaikan persoalan maka

Presiden dibolehkan menetapkannya.

Namun di samping itu, juga perlu dipertimbangkan segala hal yang

akan berdampak pada ditetapkannya Perppu tersebut. Salah satu yang

terpenting dalam penetapan Perppu yaitu harus berdasarkan pada kebutuhan

masyarakat, dengan demikian segala ketetapannya harus bersifat adil, tanpa

harus ada yang terdiskriminasi. Dalam Al-Qur‘an Surat An-Nisa ayat 58

dijelasakan bahwa:

Page 52: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

43

د إنم اللمه يأمركم أن ت ؤدوا المانات إل أهلها وإذا حكمتم ب ي النماس أن تكموا ب ال

ظكم به ا ي مم ا بصيا إنم اللمه ن ي إنم اللمه كان س

Artinya: ―Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-

baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi

Maha Melihat‖.

Ayat Al-Qur‘an di atas menerangkan bahwa Allah memerintahkan

untuk menetapkan hukum atau amanah berdasarkan pada yang berhak

menerimanya. Artinya dikeluarkannya Perppu oleh Presiden harus

berdasarkan pada kepentingan yang memang seharusnya dibutuhkan.

Diharusnya mengedepankan kepentingan publik dari pada kepentingan

pribadi. Hal ini dilakukan guna menerapkan hukum yang adil sesuai dengan

tuntutan yang terkandung dalam Al-Qur‘an.

C. Kedudukan Perppu dalam Sistem Peraturan Perundang-undangan

Perppu termasuk dalam salah satu bentuk peraturan perundang-

undangan yang diterapkan di Indonesia. Perppu juga memiliki kekuatan

hukum yang sama dengan Undang-undang yang lain. Berdasarkan pada

hirarki Perundang-undangan yang ada di Indonesia dapat diketahui bahwa

Undang-undang dan Perppu memiliki kedudukan yang sama, setara dalam

posisi penegakan hukumnya. Perppu mempunyai hirarki yang setingkat

dengan Undang-undang, tatapi Perpu terkadang dikatakan tidak sama dengan

undang-undang karena belum memiliki persetujuan dari DPR (Dewan

Perwakilan Rakyat)16

Berdasarkan pada pembentukan dan keadaannya, Undang-undang

dibentuk oleh Presiden dalam keadaan normal dengan persetujuan DPR,

16

Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan..., h. 57.

Page 53: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

44

sedangkan Perppu dibentuk oleh Presiden dalam keadaan genting yang

memaksa tanpa persetujuan DPR. Kondisi inilah kemudian yang membuat

kedudukan Perppu yang dibetuk hanpa persetujuan DPR kadang-kandang

dianggap memiliki kedudukan dibawah Undang-undang.17

Norma hukum negara Republik Indonesia selalu memberikan rujukan

menganai hukum yang berlaku. Norma-norma hukum yang berlaku memiliki

level tertentu yang pada akhirnya semua merujuk pada dasar negara Republik

Indonesia yaitu Pancasila. Kedudukan Perppu sendiri sering menimbulkan

perdebatan yang pada umumnya dikarenakan beberapa hal, antara lain:18

1. Perppu dapat dikatakan sebagai peraturan yang bersifat sementara, sebab

secepat mungkin harus dimintakan persetujuan pada Dewan Perwakilan

Rakyat yaitu pada masa sidang berikutnya setelah Perppu tersebut

dibentuk. Walaupun bersifat sementara namun dampak pemberlakuan

Perppu dapat saja berlangsung lama, sekalipun Perppu itu telah dicabut.

2. Proses politik di DPR yang kadangkala memunculkan kontroversi

sehingga sangat diperlukan ketegasan DPR apakah akan menyetujui atau

tidak menyetujui Perppu tersebut. Kadangkala pengesahan Perppu menjadi

ajang tawar menawar pemerintah dan DPR sehingga perdebatan dari segi

substansi hukum tidak penting.

3. Pengajuan Perppu ke DPR dilakukan dalam bentuk pengajuan rancangan

undang-undang tentang penetapan Perppu tersebut menjadi undangundang.

Dalam hal DPR menyetujui Perppu tersebut kadangkala pengesahan

Perppu menjadi ajang Pengujian Perppu Terkait Sengketa Kewenangan

Konstitusional tawar menawar pemerintah dan DPR sehingga perdebatan

dari segi substansi hukum tidak penting.

4. Pengajuan Perppu ke DPR dilakukan dalam bentuk pengajuan rancangan

undang-undang tentang penetapan Perppu tersebut menjadi undang-

17

Nur Rohim, ‗Kontroversi Pembentukan Perppu Nomor 1 Tahun 2013

Tentang Mahkamah Konstitusi Dalam Ranah Kegentingan Yang Memaksa‘, Cita

Hukum, 2.1 (2014), h. 123-124. 18

Saldi Isra, Perkembangan Pengujian Perundang-Undangan Di

Mahkamah Konstitusi (Dari Berpikir Hukum Tekstual Ke Hukum Progresif)

(Jakarta: Pusat Studi Konstitusi FH Universitas Andalas, 2010), h. 165.

Page 54: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

45

undang. Dalam hal ini DPR menyetujui Perppu tersebut maka rancangan

undang-undang tentang penetapan Perppu tersebut tidak berlaku dan

Presiden mengajukan rancangan undang-undang tentang pencabutan

Perppu tersebut yang dapat mengatur pula segala akibat dari penolakan

tersebut. Proses ini kadangkala berlangsung lama akibat dari dinamika di

DPR yang sangat tidak menentu.19

Berdasarkan hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan

di Indonesia merujuk ke Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan terdiri atas:20

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi; dan

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Peran DPR dalam konteks Perppu baru terlihat pada Pasal 22 ayat (2)

dan ayat (3) Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945 yang

menegaskan bahwa ―peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut‖ dan ―jika tidak

mendapatkan persetujuan maka peraturan pemerintah itu harus dicabut‖.

Berbeda dengan Undang-Undang, masa berlakunya Perppu sangat singkat

yakni sampai dengan persidangan DPR yang terdekat dengan tanggal

penetapan Perppu tersebut. Setelah itu, diperlukan ketegasan sikap dari DPR

apakah akan menyetujui atau tidak menyetujui Perppu tersebut.

Pengajuan Perppu ke DPR dilakukan dalam bentuk pengajuan

rancangan undang-undang tentang penetapan Perppu tersebut menjadi

undang-undang. Dalam hal DPR menyetujui Perppu tersebut maka rancangan

19

Isra, Perkembangan Pengujian Perundang-undangan..., h. 166. 20

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Indonesia).

Page 55: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

46

undang-undang tentang penetapan Perppu tersebut menjadi undang-undang

disahkan menjadi Undang-Undang, sedangkan jika Perppu itu ditolak oleh

DPR maka Perppu tersebut tidak berlaku dan Presiden mengajukan rancangan

undang-undang tentang pencabutan Perppu tersebut yang dapat mengatur

pula segala akibat dari penolakan tersebut.

D. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Negara Indonesia menganut sistem demokrasi, dimana salah satu

prinsip dari Negara yang menganut sistem demokrasi adalah adanya

kebebasan berorganisasi atau berserikat yang mana telah diatur dalam pasal

28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Tapi di

Indonesia justru kebebasan berorganisasi dibatasi oleh pemerintah dengan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan. Dengan alasan ancaman keamanan atau keadaan

yang mendesak dan genting.

Dalam Perppu yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang

tersebut, Presiden memberikan pertimbangan hukum terhadap keputusannya

menerbitkan Perppu adalah dalam rangka melaksanakan amanat konstitusi

yakni tentang kewajibannya sebagai Kepala Pemerintahan sekaligus Kepala

Negara untuk menjaga stabilitas keamanan dan kedaulatan Negara Kesatuan

Indonesia berdasarkan Pacasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945.

Hal lain yang mendasari terbitnya Perppu tersebut adalah

ketidakmampuan Undang-undang yang telah ada yakni Undang-Undang

Nomor 17 tahun 2013 dalam menyikapi perkembangan Ormas yang dirasa

meresahkan kesatuan negara sehingga presiden memandang perlu adanya

peraturan baru yang dapat menertibkan situasi yang bergejolak di masyarakat

Page 56: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

47

dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun

2017.

Selain kedua hal tersebut, terdapat hal lain yang bersifat kasuistis yang

juga melatarbelakangi terbitnya Perppu tersebut yaitu adanya Ormas di

Indonesia yang akhir-akhir ini semakin menampakkan sikap anti Pancasila

dalam khalayak umum. Adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sebuah

organisasi yang menentang ideologi Pancasila dan hendak menggantinya

dengan ideologi Khilafah. Pada mulanya Ormas ini dibiarkan ada di

Indonesia meskipun telah jelas-jelas menentang Pancasila sebagai Ideologi

bernegara di Indonesia. Akan tetapi seiring berjalannya waktu penyebaran

paham anti Pancasila semakin masif digaungkan oleh kelompok ini sehingga

berpontensi mengancam stabilitas dan kesatuan negara. Oleh karena itu,

melalui Perppu tersebut organisasi HTI dibubarkan dan dinyatakan terlarang.

Keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini mengundang pro

kontra dikalangan masyarakat dan organisasi kemasyarakatan sendiri.

Keputusan ini seolah olah ingin memberangus kebebasan berorganisasi,

padahal seharusnya sebagai Negara yang menganut sistem demokrasi,

kebebasan berorganisasi sangat dijunjung tinggi, sebagai ciri dan prinsip dari

sistem demokrasi sendiri.

Namun hal tersebut dibantah oleh pemerintah karena menurut mereka

seiring berkembangnya zaman, paham anti Pancasila atau radikalisme justru

berkembang bebas di Indonesia dan justru disebarkan dan dikembangkan

melalui organisasi kemasyarakatan. Maka demi menertibkan Ormas yang

terindikasi paham anti Pancasila atau radikalisme maka pemerintah

menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013

tentang Organisasi Kemasyarakatan yang pada tahun yang sama ditetapkan

sebagai Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017.

Adapun perubahan dalam Perppu tersebut mencakup beberapa hal

yang antara lain sebagai berikut.

Page 57: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

48

1. Pada pasal 1 ketentuan umum nomor 1 ditambahkan redaksi

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

sebagai legal standing peraturan tentang Organisasi

Kemasyarakatan.

2. Pada pasal 59 terdapat beberapa perubahan dalam masing-masing

ayat sebagai berikut.

- Ayat (1) yang semula memiliki 5 poin pada Peraturan ini

direduksi menjadi 3 poin dengan menggabungkan poin (a)

dan (b) pada Undang-undang sebelumnya menjadi satu

sehingga berbunyi ―Ormas dilarang menggunakan nama,

lambang, bendera, atau atribut yang sama dengan narna,

lambang, bendera, atau atribut lembaga pemerintahan;‖.

Lalu poin (c) seperti sedia kala tanpa perubahan dan poin

(d) dipindah ke ayat (4) poin (a) pada Peraturan ini.

- Ayat (2) pada Peraturan ini merupakan ayat (3) pada

Undang-undang sebelumnya dengan tanpa ada

penambahan.

- Ayat (3) pada Peraturan ini merupakan ayat (2) pada

Undang-undang sebelumnya dengan tanpa ada

penambahan.

- Ayat (4) pada Undang-undang sebelumnya hanya satu poin

berubah menjadi 3 poin sehingga berbunyi:

― (4) Ormas dilarang:

a. menggunakan nama, lambang, bendera, atau simbol

organisasi yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya dengan nama,

lambang, bendera, atau simbol organisasi gerakan

separatis atau organisasi terlarang;

b. melakukan kegiatan separatis yang mengancam

kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

dan/atau

c. menganut, mengembangkan, serta menyebarkan

ajaran atau paham yang bertentangan dengan

Pancasila.‖

Page 58: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

49

3. Pada pasal 60 dirubah dan ditambah sehingga berbunyi:

Pasal 60

(1) Ormas yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21, Pasal 51, dan Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2)

diiatuhi sanksi administratif.

(2) Ormas yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 52 dan Pasal 59 ayat (3) dan ayat (4) dijatuhi

sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.

4. Pada pasal 61 dirubah dan ditambah sehingga berbunyi:

Pasal 6l

(1) Sanksi administratif sebegaimana dimaksud dalam Pasal 60

ayat (1) terdiri atas:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian kegiatan; dan/atau

c. pencabutan surat keterangan terdaftar atau pencabutan

status badan hukum.

(2) Terhadap Ormas yang didirikan oleh warga negara asing

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) selain

dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dan huruf b juga dikenakan sanksi

keimigrasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Sanksi administratif sebrg'imana dimaksud dalam Pasal 60 ayat

(2) berupa:

a. pencabutan surat keterangan terdaftar oleh Menteri; atau

b. pencabutan status badan hukum oleh menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum

dan hak asasi manusia.

(4) Dalam melakukan pencabutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3), Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia dapat

meminta pertimbangan dari instansi terkait.

5. Pada pasal 62 dirubah dan ditambah sehingga berbunyi:

Pasal 62

(1) Peringatan tertulis sebagaimala dimaksud dalam Pasal 61 ayat

(l) huruf a diberikan hanya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari kerja sejak tanggal diterbitkan peringatan.

(2) Dalam hal Ormas tidak mematuhi peringatan terhrlis dalam

jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri

dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang hukum dan hak asasi manusia sesuai dengan

kewenangannya menjatuhkan sanksi penghentian kegiatan.

Page 59: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

50

(3) Dalam hal Ormas tidak memahrhi sanksi penghentian kegiatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (21), Menteri dan menteri

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum

dan hak asasi manusia sesuai dengan kewenangannya

melakukan pencabutan surat keterangan terdaftar atau

pencabutan status badan hukum.

6. Pada Peraturan Pemerintah ini ketentuan pasal 63 s/d 81

dihapuskan.

7. Terdapat penambahan aturan di antara pasal 80 dan 81 yakni pasal

80A yang berbunyi:

Pasal 80A

Pencabutan status badan hukum Ormas sebagaimana dimaksud

daLam Pasal 61 ayat (1) huruf c dan ayat (3) huruf b sekaligus

dinyatakan bubar berdaiarkan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang ini.

8. Selain penambahan pasal, terdapat pula penambahan bab di antara

BAB XVII dan BAB XVIII yakni BAB XVIIA yang berbunyi:

BAB XVIIA

KETENTUAN PIDANA

9. Terdapat penambahan aturan di antara pasal 82 dan 83 yakni pasal

82A yang berbunyi:

Pasal 82A

(1) Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas

yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59

ayat (3) huruf c dan huruf d dipidana dengan pidana ien:ari

paling singkat 6 (enam) bulan - dan patin! fima 1 (satu) tahun.

(2) Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas

yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal- 59

ayat (3) huruf a dan huruf b, dan ayat (4) dipidana aengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling

singkat S (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

(3) Selain pidana penjara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang bersangkutan diancam dengan pidana tambahan

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan

pidana.

Page 60: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

51

10. Terdapat penambahan aturan di antara pasal 83 dan 84 yakni pasal

83A yang berbunyi:

Pasal 83A

Pada saat Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang ini

mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang

merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2OL3 tentang Organisasi Kemasyarakatan dinyatakan masih tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam

Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang ini.

Selain beberapa perubahan yang telah dipaparkan di atas, dalam

bagian penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2017 tersebut

dijelaskan bahwa yang menjadi fokus pembenahan yang dilakukan oleh

pemerintah dalam penerbitan Perppu ini adalah upaya menjaga stabilitas

keamanan negara yang telah menjadi amanah konstitusi berdasarkan

Pancasila sebagai ideologi negara dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945.

Lebih lanjut, di dalam Peraturan tersebut dijelaskan bahwa keadaan

darurat yang dapat mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, antara lain kegiatan Ormas tertentu yang telah

melakukan tindakan permusuhan antara lain, ucapan, pemyataan, sikap atau

aspirasi baik secara lisan maupun tertulis, melalui media elektronik ataupun

tidak memakai media elektronik, yang menimbulkan kebencian baik terhadap

kelompok tertentu maupun terhadap mereka yang termasuk ke dalam

penyelenggara negara. Tindakan tersebut merupakan tindakan potensial

menimbulkan konflik sosial antara anggota masyarakat sehingga dapat

mengakibatkan keadaan chaos yang sulit untuk dicegah dan diatasi aparat

penegak hukum.

Pelanggaran terhadap asas-asas Ormas yang telah menegaskan tidak

bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, pada hakikatnya merupakan perbuatan yang sangat

dicelakan oleh pengurus atau Ormas yang bersangkutan ki.ena telah

melanggar kesepakatan para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Page 61: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

52

sebagaimana telah diwujudkan dalam Pancasila dan undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 194s. pelanggaran terhadap asaJOrmas

yang telah mengakui Pancasila dan undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, merupakan wqjud pikiran, niat jahat-yang semula

telah ada sejak Ormas tersebut didaftarkan.

Adapun maksud dan tujuan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-

Undang ini adalah untuk membedakan dan sekaligus melindungi Ormas yang

mematuhi dan konsisten dengan asas dan tujuan Ormis berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Ormas yang asas dan kegiatannya nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini tetah memisahkan kedua

golongan Ormas tersebut dan disertai dengan jenis sanksi dan penerapannya

yang bersifat luar biasa.

Page 62: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

53

BAB IV

Hak Kebebasan Berserikat

dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017

A. Pertimbangan Presiden dalam Penerbitan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Organisasi

Kemasyarakatan

Presiden merupakan pemimpin negara yang berlaku dalam sistem

pemerintahan demokrasi. Indonesia tergolong pada pemerintahan demokrasi,

sehingga Presiden memiliki otoritas dalam memutuskan persoalan bangsa

Indonesia. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang atau dikenal

dengan istilah Perppu adalah salah satu bentuk kewenangan Presiden dalam

mengatasi pesoalan mendesak yang terjadi pada negara Indonesia. Perppu

diterbitkan dalam keadaan sementara untuk mengatasi ancaman yang terjadi

pada negara. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Pasal 22 Ayat (1)

Undang-undang Dasar Tahun 1945 menjelaskan bahwa, ―Dalam hal ihwal

kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan

Pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang.‖

Penerbitan Perppu sepenuhnya ada pada otoritas Presiden. Presiden

memiliki potensi besar untuk mengambil alih proses pembentukan kebijakan

atau peraturan dari tangan legislatif dalam penerbitan Perppu. Presiden dalam

membentuk dan menetapkan Perppu Nomor 2 tahun 2017 merupakan salah

satu kewenangan subjektiftas Presiden untuk menentukan arah kebijakan

Negara terhadap prinsip-prinsip dan tujuan Negara yang sebagai mana

diperintahkan oleh konstitusi. Namun, di samping itu kekuasaan dan

kewenangan Presiden tentunya memiliki alasan dalam penerbitan Perppu

tersebut. Dalam Undang-undang 1945 dan Undang-undang Nomor12 Tahun

2011 dijelakan bahwa persiden dalam menetapkan Perppu harus berdasarkan

pada keadaan kegentingan. Keadaan ihkwal kegentingan ini masih memiliki

rumusan tafsir yang berbeda-beda karena belum jelas diatur dalam Undang-

undang tersebut.

Page 63: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

54

Menurut pandangan peneliti atas hal ihwal kegentingan yang

memaksa dalam penetapan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

dapat diasumsikan sebagai bentuk untuk menjaga stabilitas keamanan,

stabilitas politik, dan stabilitas hukum dalam mengatur dan mengelola

problematika Ormas yang dihadapi Negara. Serta untuk memudahkan dalam

mengatur beberapa Ormas yang yang ada di Indonesia.

Perppu menjadi salah satu alternatif untuk menjaga keutuhan sistem

hukum yang berlaku di negara Indonesia. Perppu adalah tindakan nyata

seorang Presiden untuk meminimalisir berbagai ideologi kepentingan

organisasi masyarakat pada kelompok-kelompok tertentu yang bertentangan

dengan ideologi Negara Indonesia. Salah satu contohnya yaitu organisasi HTI

(Hizbut Tahrir Indonesia) yang memiliki tujuan yang melenceng dari

Pancasila sebagai pilar negara dan Undang-undang Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Organisasi ini butuh ditindak oleh pemerintah, guna

menjaga keslabilan negara.

Undang-undang keormasan sebelum Perppu Nomor 2 tahun 2017

ditetapkan, mekanisme pembubaran Ormas melalui putusan pengadilan.

Namun, setelah ditetapkannya Perppu tersebut, kementerian terkait dapat

mencabut status badan hukum dari Ormas, yang sama saja membubarkannya.

Hal ini berdasarkan asas contrario actus. Hal ihwal kegentingan yang

memaksa yang melatarbelakangi ditetapkannya Perppu tersebut karena

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Ormas sudah tidak mampu

memenuhi kebutuhan hukum saat itu, utamanya yang berkaitan dengan

Ormas yang mengancam ideologi Pancasila yang harus segera

ditindaklanjuti.

Di samping itu pula, diterbitkannya Perppu Nomor 2 tahun 2017 tidak

lain melihat kondisi negara sedang dihebohkan dengan lahirnya beberapa

organisasi tanpa adanya legalitas dari negara. Lahirnya organisasi ini

dianggap tidak sesuai oleh ideologi negara yakni Pancasila. Sehingga dengan

lahirnya Perrpu tersebut dapat meminimalisir terjadinya Ormas-Ormas yang

Page 64: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

55

bertentangan tersebut. Di samping itu pula, organisasi masyarakat yang

berkembang pesat tersebut agar mudah terpantau oleh negara dengan adanya

kebijakan Perppu.

Menurut peneliti, terbitnya Perppu Nomor 2 tahun 2017 sudah sudah

memenuhi standar syarat dalam menetapkan Perppu. Berdasarkan pada

putusan MK Nomor138/PUU-VII/2009, syarat utama karena adanya

kegentingan yang memaksa dalam penerbitan Perppu Nomor 2 tahun 2017

sudah terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari tiga alasan dasar dalam penerbitan

Perppu tersebut, yaitu:

1. Adanya keadaan

Artinya keadaan pada saat itu membutuhkan untuk segara menerbitkan

Perppu. Perppu dituntut untuk segera diterbitkan untuk menyelesaikan

masalah hukum secara cepat berdasarkan undang-undang. Hal ini

disebabkan adanya ajaran atau paham yang bertentangan dengan nilai-nilai

Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia. Ini menjadi

suatu ancaman bagi negara jika menyebar ke seluruh masyarakat dan tidak

segera diatasi oleh pemerintah. Dengan lahirnya Perppu tersebut

diharapkan dapat menjaga keutuhan NKRI yang berlandaskan pada

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

2. Adanya Undang-undang tetapi tidak memadai.

Peneliti berpandangan bahwa pengaturan mengenai Ormas memang sudah

di atur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

kemasyarakatan, namun undang-undang tersebut sudah tidak relefan pada

kondisi tersebut dan tidak dapat menjawab terhadap adanya hukum yang

berlaku. Dalam Undang-udang tersebut hanya menjelaskan mengenai

Ormas yang menyebarkan paham atau ideologi terbatas hanya pada

atheisme, komunisme, marxisme atau leninisme, padahal dalam

perkembangannya masih banyak paham lain yang bertentangan dengan

Pancasila. Di samping itu masih tidak tersedianya asas contrarius actus

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 yang juga menjadikan

alasan Pemerintah tidak dapat bertindak cepat dan tegas untuk

Page 65: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

56

menertibkan Ormas yang bertentangan dengan ideologi Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945.

3. Adanya kekosongan hukum

Kondisi ini juga menjadi alasan diterbitkannya Perppu Nomor 2 tahun

2017. Maksud dari kekosongan hukum ini adalah undang-undang

sebelumnya sudah tidak relefan pada waktu itu dan ini jika diatasi dengan

cara membuat Undang-undang baru, secara prosedur membutuhkan waktu

yang lama sedangkan keadaan mendesak tersebut perlu segera

diselesaikan. Hal ini sangat tidak memungkinkan jika menunggu hasil

revisi terhadap Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013. Pada kondisi

inilah kemudian Presiden memiliki kekuasaan untuk segera

menyelesaikannya demi menjaga keutuhan dasar negara Pancasila dan

undang-undang dasar 1945. Sehingga, penerbitan Perrpu menjadi salah

satu solusi tegas dan cepat pemerintah dalam mengatasi Ormas yang

bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Di samping itu, berdasarkan pada hasil berita yang disampaikan di

media Kompas.com pada hari Rabu Tanggal 12 Juli 2017, ditegaskan bahwa

Presiden memiliki tiga pertimbangan dalam penerbitan Perppu Nomor 2

tahun 2017. Pertama, tindakan pemerintah tersebut sudah sesuai dengan

putusan MK Nomor 132/PUU-VII/2009 tentang adanya keadaan yang

mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara cepat berdasarkan

undang-undang. Keadaan mendesak ini diakibatkan adanya beberapa Ormas

yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Kedua, karena adanya aturan hukum yang kurang memadai. Menurut

Wiranto sebagai Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan

menjelaskan bahwa undang-undang yang dibutuhkan belum ada sehingga

terjadi kekosongan hukum, atau dengan kata lain adanya undang-undang

tidak memadai untuk menyelesaikan hukum1. Undang-undang sebelumnya

belum konsisten mengatur keormasan yang adanya di negara Indonesia.

1 Fabian Januarius Kuwado and Kristian Erdianto, ‗Ini Tiga Pertimbangan

Pemerintah Menerbitkan Perppu Ormas‘, Kompas.Com, 2017

Page 66: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

57

Ketiga, Perppu bisa diterbitkan jika kekosongan hukum tersebut

tidak bisa diatasi dengan cara membuat Undang-undang baru. Mekanisme

pembentukan Undang-undang baru membutuhkan waktu yang lama,

sehingga sebagai pengganti hukum sementara harus diterbitkan Perrpu

oleh Presiden. Alasan lain penerbitan Perppu Nomor 2 tahun 2017 tentang

Ormas tersebut karena Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 belum

mengatur secara komprehensif mengenai keormasan yang bertentangan

dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945. Presiden Jokowi menyatakan salah satu alasan lain yang lebih

kuat ditetapkannya Perppu tersebut yaitu untuk membubarkan organisasi

kemasyarakatan (Ormas) yang anti Pancasila.2 Sehingga diterbitkanya

Perppu ini akan lebih mudah mengorganisir Ormas yang bertentangan

dengan hukum negara Indonesia.

Dalam Perppu Nomor 2 tahun 2017 Pemerintah juga diberi

wewenang secara sepihak untuk membubarkan Ormas. Dalam Pasal 62

ayat (2) Perppu ini menyatakan bahwa ―Menteri dan menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi

manusia sesuai dengan kewenangannya menjatuhkan sanksi penghentian

kegiatan‖. Berdasarkan pada pernyataan ini dapat diketahui bahwa

pemerintah meniliki berhak membubarkan Ormas jika masih tidak

memperhatikan aturan yang berlaku. Pencabutan status badan hukum

Ormas sebagaimana dimaksud, menurut Pasal 80A sekaligus dinyatakan

bubar berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.

Oleh karena itu, hadirnya Perppu ini mampu memberikan undang-undang

yang lebih jelas dan tegas dalam mengatasi masalah negara.

Dari tiga alasan di atas, peneliti menegaskan bahwa lahirnya

peraturan yang berlaku di suatu negara selalu menyesuaikan pada kondisi

yang terjadi. Pertimbangan diterbitkannya peraturan disebabkan adanya

<https://nasional.kompas.com/read/2017/07/12/12232051/ini-tiga-pertimbangan-

pemerintah-menerbitkan-perppu-ormas> [accessed 2 October 2019]. 2 ‗Jokowi Teken Perppu Pembubaran Ormas‘, [accessed 2 October 2019].

Page 67: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

58

ketidaksesuaian dengan hukum yang ada, sehingga perlu dipertegas

dengan peraturan yang baru. Sedangkan Perppu ini diterbitkan tidak lain

karena ada kondisi yang bertendangan dengan ideologi negara dan

Undang-undang yang ada. Diderbitkannya Perppu menjadi salah satu

solusi semantara untuk menggantikan kedudukan Undang-undang yang

kurang relevan dengan kedaan di masa itu.

B. Kesesuaian Hak Kebebasan Berserikat Dalam UUD 1945 dan Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2017

1. Hak Kebebasan Berserikat Dalam UUD 1945

Hak kebebasan berserikat di Indonesia menjadi salah satu bentuk

ciri khas yang dimiliki oleh negara yang menganut sistem pemerintahan

negara demokrasi. Sistem demokrasi ini, setiap individu memiliki hak

masing-masing dalam menentukan pilihann jalan hidupnya sepanjang

tidak bertentangan dengan koridor Undang-undang yang berlaku. Undang-

undang dibuat sebagai bentuk aturan yang berisikan nilai-nilai yang perlu

dipatuhi oleh masyarakat untuk menjaga kestabilan negara. Undang-

undang juga dibentuk untuk mengatur dan memantau terjadinya perilaku

yang sewenang-wenangnya membahayakan terhadap masyarakat umum.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

memberikan penjelasan perlindungan terhadap jaminan kemerdekaan

berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat serta memajukan

dirinya dalam memperjuangkan hak secara individu ataupun kolektif untuk

membangun masyarakat, bangsa, dan negara sebagai perwujudan HAM

(Hak Asasi Mmanusia). Dalam Pasal 28J ayat (2) Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 menyebutkan bahwa:

“Dalam menjalankan hak asasi dan kebebasannya secara individu

maupun kolektif, setiap orang wajib menghormati Hak Asasi

Manusia lainnya dan wajib tunduk kepada pembatasan yang

ditetapkan Undang-Undang dengan maksud semata-mata untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan

orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

Page 68: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

59

pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban

umum dalam masyarakat yang demokratis”.

Selanjutnya peneliti menegaskan bahwa isi pokok dari undang-

undang dasar 1945 Pasal 28J ayat 2 Undang-udang Dasar Negara Republik

Indonesia terdiri dari beberapa poin, yaitu:

a. Dituntut bagi setiap orang untuk menghormati hak asasi manusia orang

lain demi terciptanya tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Hak asasi manusia ini memiliki batasan tertentu

sebagaimana hukum yang berlaku di negara tempat tinggalnya.

Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai hak dan kewajiban. Hak

dan kewajiban ini berlaku bagi setiap individu dan kelompok tertentu

dalam menjali kehidupan di dunia.

b. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan atau Undang-undang yang ditetapkan oleh negara.

Hal ini bertujuan untuk menjamin segala bentuk hak yang dimiliki oleh

setiap individu. Diantara hak yang dimiliki oleh individu adalah hal

kebebasan berorganisasi, hak beragama dan lain-lain. Hak-hak tersebut

sudah tertanam sejak mereka lahir di dunia. Sehingga, tak seorangpun

yang dapat menghalangi hak orang lain kecuali Undang-undang yang

sudah disepakati bersama.

c. Menjunjung tinggi prinsip negara demokrasi. Yang mana setiap

individu berhak untuk memberikan segala ide pikiran ataupun fisiknya

demi kemajuan negara. Masyarakat setidaknya juga harus ikut serta

dalam membangun negara lebih maju.

Pemaknaan lain atas kebebasan berserikat dan berkumpul

berdasarkan pada Pasal 28E ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 yaitu

setiap orang berhak membentuk sebuah perkumpulan seperti partai politik,

yayasan, lembaga amal dan organisasi masyarakat (Ormas). Tentunya

semua perkumpulan tersebut harus merujuk pada hukum sebagaimana

bentuk implementasi Indonesia sebagai negara hukum. Hukum diletakkan

pada posisi tertinggi dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu, negara

Page 69: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

60

membutuhkan hukum dan sebaliknya pula hukum dijalankan dan

ditegakkan melalui otoritas negara.

Namun, di samping itu perlu diketahui bahwa prinsip hak atas

kebebasan atau kemerdekaan berserikat yang diakui dalam Pasal 28

Undang-undang Dasar 1945 ini, belum memberikan jaminan

konstitusional yang tegas menganai kebebasan berserikat, melainkan

hanya dinyatakan bahwa kebebasan tersebut akan ditetapkan dengan

undang-undang. Hal ini disebabkan pada masa itu masih berada dalam

situasi yang kurang stabil, bahkan pada masa awal-awal pasca

kemerdekaan, Indonesia masih harus waspada dalam menyikapi perubahan

yang terjadi. Bagi warga negara asing semakin tidak memungkinkan untuk

membangun organisasi dalam mengekpresikan kebebasan berserikat dan

berkumpul di negara Indonesia.

Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa kebebasan

berserikat berdasarkan Undang-undang 1945 tidak sepenuhnya bebas

berserikat, masih harus mematuhi aturan pemerintah yang berlaku. Setiap

orang memiliki hak masing-masing, namun hak ini dibatasi oleh adanya

peraturan negara. Peraturan pemerintah dibuat untuk menyamaratakan atau

menjamin kedudukan masyarakat atas pemenuhan hak-hak yang

dimilikinya. Di saping itu, dibentuknya Undang-undang untuk

memberikan ruang batasan dalam bertindak agar tidak menggaggu

terhadap masyarakat luas. Sehingga dengan demikian, lahirnya Undang-

undang diharapkan dapat tercipta kehidupan yang tentran sesuai dengan

kesepakatan aturan yang dibuat.

2. Hak Kebebasan Berserikat Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun

2017

Hak kebebasan berserikat adalah hak yang dimiliki setiap individu

dalam menjalani kehidupannya. Tanpa terkecuali, setiap orang berhak atas

kebebasan berserikat dan berkumpul selama tidak bertentangan dengan

norma dan undang-undang yang berlaku di negara Indonesia. Bahkan

warga negara asing yang tinggal di Indonesia, mereka juga berhak untuk

Page 70: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

61

berserikat. Dalam mengaktualisasikan hak kebebasan berserikat dan

berkumpulnya tersebut, baik warga negara Indonesia (WNI) maupun

warga negara asing (WNA) dapat mendirikan suatu organisasi

kemasyarakatan (Ormas).

Secara terperinci lahirnya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017

berangkat dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1985, kemudian diganti

dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. Berselang beberapa tahun, ternyata ditemukan ada hal

yang kurang jelas yang belum diatur sehingga dibentuklah Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Republik Indonesia

Nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17

tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan dan terakhir ditetapkan

menjadi Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang yang dianggap lebih

sesuai dengan kebutuhan dan dinamika kehidupan masyarakat di

Indonesia.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 yang selanjutnya diubah

dengan Perppu Nomor 2 tahun 2017 dan ditetapkan menjadi Undang-

Undang Nomor 16 tahun 2017 ini sudah cukup jelas diatur oleh negara

sebagaimana tercantum di dalamnya mengenai aturan kebebasan berserikat

bagi setiap orang, baik WNI ataupun WNA. Dalam Undang-undang

Nomor 16 tahun 2017 tentang Ormas tersebut, menyatakan bahwa warga

negara Indonesia ataupun warna negara asing diperkenankan mendirikan

organisasi masyarakat (Ormas). Namun di samping itu, untuk menjaga

keutuhan prinsip demokrasi negara Indonesia dalam menjalankan

kebebasan berserikat dan berkumpul tersebut, setiap warga negara wajib

tunduk kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai pilar

hukum negara Indonesia. Mereka juga harus tunduk dan patuh terhadap

suatu pembatasan yang ditentukan negara Indonesia demi terciptanya

Page 71: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

62

prinsip negara hukum yang berlaku. Serta untuk melindungi berbagai

kepentingan-kepentingan sepihak yang bertentangan dengan ideologi

perundang-undangan yang negara Indonesia.

Menurut peneliti hadirnya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017

tentang Penetapan Perppu Nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan dalam konteks Indonesia sebagai negara hukum dengan

prinsip demokrasi tidak perlu diapresiasi secara sepenuhnya mengenai

dibolehkannya masyarakat untuk berserikat. Perlu diperhatikan bahwa

negara masih memberikan batasan tertentu bagi masyarakat dalam

mendirikan Ormas harus berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila dan undang-undang dasar 1945. Kebabasan tersebut

masih dibatasi oleh adanya peraturan pemerintah. Sehingga, kebebasan

berserikat bagi setiap warga yang tinggal di negara Indonesia harus juga

tunduk padang perundang-undangan pemerintah yang berlaku.

Bedasarkan pada Undang-undang Nomor 16 Tahun 2017 terdapat

beberapa batasan tertentu setiap Ormas ataupun kelompok lain yang ingin

mendirikan organisasi harus memenuhi beberapa ketentuan-ketentuan

yang tertera dalam pasal 59, berikut beberapa larangan yang harus

dipenuhi tersebut:

a. Ormas dilarang menggunakan nama, lambang, bendera, atau

atribut yang sama dengan nama, lambang, bendera, atau atribut

lembaga pernerintahan;

b. Dilarang menggunakan dengan tanpa izin nama, lambang, bendera

negara lain atau lembaga atau badan internasional menjadi narna,

lambang, atau bendera Ormas;

c. Dilarang menggunakan nama, lambang, bendera, atau tanda

gambar yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan nama, lambang, bendera, atau tanda

gambar Ormas lain atau partai politik;

Page 72: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

63

d. Dilarang menerima dari atau memberikan kepada pihak manapun

sumbangan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. Dilarang mengumpulkan dana untuk partai politik;

f. Dilarang melakukan tindakan pennusuhan terhadap suku, agama,

ras, atau golongan;

g. Dilarang melakukan penyalagunaan, penistaan, atau penodaan

terhadap agama yang dianut di Indonesia;

h. Dilarang melakukan tindakan kekerasan, mengganggu

ketenteraman dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum

dan fasilitas sosial;

i. Dilarang melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenartg

penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

j. Dilarang menggunakan nama, lambang, bendera, atau simbol

organisasi yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan nama, lambang, bendera, atau simbol

organisasi gerakan separatis atau organisasi terlarang;

k. Dilarang melakukan kegiatan separatis yang mengancam

kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

l. Dilarang menganut, mengembangkan, serta. Menyebarkan ajaran

atau paham yang bertentangan dengan Pancasila.

Adanya pembatasan ruang gerak organisasi kemasyarakatan

sebagai mana tertera dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 ini

penting diterapkan untuk mengingatkan kesepakatan bahwa bangsa

Indonesia memiliki pilar Pancasila sebagai ideologi bangsa yang

berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945. Hal ini perlu terus diindahkan demi menjunjung cita-cita pendiri

bangsa untuk memajukan Indonesia. Jangan sampai hancur disebabkan

adanya ancaman dari Ormas yang bertentangan dengan cita-cita pendiri

Bangsa Indonesia. Pembatasan bermaksud bukan untuk mengekang

Page 73: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

64

kebebasan berserikat masyarakat, melainkan untuk menjaga keutuhan pilar

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai ideologi negara

Indonesia.

Namun di samping itu pula, dalam Undang-Undang Nomor 16

tahun 2017 ini masih terdapat beberapa kontroversi dalam pemaknaan

kebebasan berserikat. Hal ini terdapat pada Pasal 62 ayat (3) mengenai

sanksi pidana dan pembubaran Ormas. Pasal ini memberikan kewenangan

penuh kepada Eksekutif untuk melakukan pencabutan badan hukum

Ormas, yang di dalam Pasal 80A juga ditegaskan sebagai bentuk

pembubaran Ormas. Ketentuan ini menurut peneliti masih ternilai

subjektif, seakan-akan yang berhak untuk membubarkan Ormas yang

bertentangan tersebut hanya ditentukan oleh pemerintah dan pejabat di

dalamnya. Kesannya pemerintah memiliki kekuatan yang lebih luas dalam

pembubaran Ormas. Padahal negara Indonesia ini adalah negara hukum

dan demokrasi. Seharunya segala tindakan yang bertentangan tersebut

harus diselesaikan berdasarkan hukum dan suara rakyat. Dalam konsep

Negara hukum, penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan seharusnya

tidak hanya tertuju pada satu komponen, ada batasan kekuasaan (eksekutif)

tertentu yang harus juga dipenuhi.

Selanjutnya, berdasarkan pada prinsip kebebasan berserikat,

berkumpul dan mengeluarkan pendapat, suatu Ormas yang tidak

mendaftarkan diri pada instansi pemerintah yang berwenang tidak dapat

pelayanan dari pemerintah (Negara), tetapi negara tidak dapat menetapkan

Ormas tersebut sebagai Ormas terlarang, atau negara juga tidak dapat

melarang kegiatan tersebut sepanjang tidak melakukan pelanggaran hukum

yang berlaku. Pemerintah tidak mempunyai kekuatan hukum untuk ikut

serta terhadap Ormas yang tidak terdaftar di pemerintahan. Pemerintah

hanya bisa memantau segala aktivitasnya sesuai tidaknya dengan Undang-

Undang negara.

Page 74: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

65

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 ini juga mengatur

mengenai sanksi Ormas yang bertentangan dengan ideologi negara.

Berikut sanksi yang dikenakan menurut pasal 61 dan pasal 62.

1. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat

(1) terdiri atas:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian kegiatan; dan/atau

c. pencabutan surat keterangan terdaftar atau pencabutan

status badan hukum.

2. Terhadap Ormas yang didirikan oleh warga negara asing

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat 2 selain dikenakan

sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dan huruf b juga dikenakan sanksi keimigrasian sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat

(2) berupa:

a. Pencabutan surat keterangan terdaftar oleh Menteri; atau

b. Pencabutan status badan hukum oleh menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum

dan hak asasi manusia.

4. Dalam melakukan pencabutan. sebagaimana dimaksud pada ayat

(3), Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia dapat

meminta pertimbangan dari instansi terkait.

5. Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud datam Pasal 61 ayat (1)

huruf a diberikan hanya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 7 (tujuh)

hari kerja sejak tanggal diterbitkan peringatan.

6. Dalam hal Ormas tidak mematuhi peringatan tertulis dalam jangka

waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dan menteri

yang menyelenggarakan urusarr pemerintahan di bidang hukum

Page 75: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

66

dan hak asasi manusia sesuai dengan kewenangannya menjatuhkan

sanksi penghentian kegiatan.

7. Dalam hal Ormas tidak mematuhi sanksi penghentian kegiatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri dan menteri yang

menyelenggarakan urusan peinerintahan di bidang hukum dan hak

asasi manusia sesuai dengan kewenangannya melakukan

pencabutan surat keterangan terdaftar atau pencabutan status badan

hukum.

Dari beberapa sanksi tersebut dapat diketahui bahwa kebebasan

berserikat yang berlaku di negara Indonesia memiliki batasan undang-

undang yang harus dipatuhi. Undang-undang mengatur segala larangan

dan sanksi yang berlaku bagi setiap orang yang berserikat dan

berkumpul. Hal ini menggambarkan bahwa negara sangat menekankan

pada setiap orang yang berserikat untuk tetap menjaga kemaslahatan

bersama. Kebebasan berserikat juga harus memperhatikan setiap hak

asasi manusia. Dengan demikian dapat tercipta negara demokrasi yang

berlandaskan hukum dan menjunjung setiap nilai-nilai Pancasila serta

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Page 76: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

67

Page 77: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bagian

pendahuluan serta hasil data dan analisa sebelumnya, maka penelitian ini

berkesimpulan sebagai berikut.

1. Pertimbangan dan langkah Presiden dalam menerbitkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang

Organisasi Kemasyarakatan yang kemudian ditetapkan oleh DPR menjadi

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 adalah keputusan yang tepat. Hal ini

dikarenakan beberapa hal yang melatarbelakanginya sebagaimana disebutkan

dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor138/PUU-VII/2009 bahwa

Presiden dapat menerbitkan Perppu dengan syarat: (1) terdapat keadaan yang

mendesak, (2) terdapat aturan hukum yang telah berlaku namun tidak

memadai, (3) terdapat kekosongan hukum. Ketiga syarat itu telah terpenuhi

dalam pertimbangan presiden ketika menerbitkan Perppu yang saat ini telah

menjadi Undang-undang.

2. Hak kebebasan berserikat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia termaktub dalam Pasal 28J ayat (2) yang menjamin

keberlangsungan hak asasi individu maupun kolektif termasuk dalam

berserikat. Akan tetapi kebebasan berserikat tersebut tidak secara mutlak

diberikan. Kebebasan tersebut dibatasi oleh ketentuan yang ditetapkan dalam

Undang-undang. Oleh karena itu, regulasi berserikat yang dalam hal ini

adalah keberserikatan Ormas haruslah tunduk pada Undang-undang yang

mengaturnya sehingga kemaslahatan umum dapat tercapai. Meskipun

demikian, terdapat kekurangan dalam Undang-undang terkait dalam hal

kewenangan pembubaran Ormas yang -menurut peneliti- terlalu subjektif

sehingga memungkinkan terjadinya ketimpangan di masa yang akan datang.

Page 78: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

68

B. Rekomendasi

Menurut kami, perlu adanya pengkajian lebih lanjut dalam Undang-udang

Organisasi Kemasyarakatan agar kemaslahatan umum dapat tercapai sepenuhnya

dan tidak mengkebiri prinsip demokrasi yang menjunjung tingga asas kesetaraan

individu yang tentunya tetap berpijak Pancasila dan UUD 1945.

Page 79: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

69

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Ilmu Politik; Pengantar Pemikiran Politik Islam (Gorontalo: Sultan Amai

Press, 2007)

Ali, Chaidir, Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1987)

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Cet. 2 (Jakarta: Sinar Grafika, 2010)

Amanwinata, Rukmana, ‗Pengaturan Dan Batas Implementasi Kemerdekaan

Berserikat Dan Berkumpul Dalam Pasal 28 UUD 1945‘ (Universitas

Padjajaran, 1996)

Arsil, Fitra, ‗Menggagas Pembatasan Pembentukan Dan Materi Muatan Perppu:

Studi Perbandingan Pengaturan Dan Penggunaan Perppu Di Negara-Negara

Residensial‘, Hukum & Pembangunan, 48.1 (2018)

Ashiddiqie, Jimly, Hukum Tata Negara Darurat, cet. 1 (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2007)

———, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca RefOrmasi

(Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,

2006)

Azhary, Muhammad Tahir, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-

Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode

Negara Madinah Dan Masa Kini (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)

Azis, Muhammad Husen, ‗Hak Berserikat Dan Berkumpul Warga Negara Asing

Dalam Pendirian Organisasi Kemasyarakatan Di Indonesia‘, Jurist-Diction,

1.2 (2018)

Bambang, dan Supriyanto, ‗Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia

(HAM) Menurut Hukum Positif Di Indonesia‘, Al- Azhar Indonesia Seri

Pranata Sosial, 2.3 (2014)

Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 5th edn (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2015)

Daeng, Yusuf, HAM Dan Keadilan (Pekanbaru: Alfa Riau, 2007)

Elnizar, Norman Edwin, ‗Perppu Ormas Dinilai Tidak Penuhi Syarat Kegentingan

Yang Memaksa‘, Hukum Online, 2017

Page 80: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

70

<https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5966c561b29b1/perppu-

ormas-dinilai-tidak-penuhi-syarat-kegentingan-yang-memaksa/> [accessed

18 September 2018]

Gautama, Sudargo, Pengertian Tentang Negara Hukum (Bandung: Alumni, 1973)

Halim, Hamzah, dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun &

Merancang Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoretis & Praktis Disertai

Manual (Jakarta: Kencana, 2013)

Hamidi, Jazim, Hukum Lembaga KePresidenan Indonesia (Bandung: Alumni,

2010)

Handoyo, B. Hestu Cipto, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan & Hak Asasi

Manusia, Memahami Proses Onsolidasi Sistem Demokrasi Di Indonesia, 1st

edn (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2003)

Herdiansyah, Ari Ganjar, dan Randi, Peran Organisasi Masyarakat (Ormas) Dan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam Menopang Pembangunan Di

Indonesia, Sosioglobal, Cet. 1 (Bandung: Unpad Press, 2016)

Hertanto, Ari Wahyudi, dan Sugito Sujadi, Ilmu Negara, Konstitusi, Dan

Keadilan, Cet. 1 (Jakarta: Badan Penerbit FH UI, 2007)

Hidayat, Arif, ‗Kepastian Hukum Harus Sejalan Dengan Rasa Keadilan‘,

Antaranews.Com, 2010

<https://www.antaranews.com/berita/172595/kepastian-hukum-harus-

sejalan-dengan-rasa-keadilan> [accessed 20 September 2019]

Hidayat, Rofiq, ‗Perppu Ormas Ancam Hak Kebebasan Berserikat‘, Hukum

Online, 2017

<https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59687b1cea88d/perppu-ormas-

ancam-hak-kebebasan-berserikat/> [accessed 18 September 2018]

Hsb, Ali Marwan, ‗Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Compelling Circumstances of The

Enactment Government Regulation In Lieu Of Law)‘, Legislasi Indonesia,

14.1 (2017)

Huda, Ni‘matul, Negara Hukum, Demokrasi Dan Judicial Review (Yogyakarta:

UII Press, 2005)

Page 81: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

71

Indrati, Maria Farida, Ilmu Perundang-Undangan; Jenis, Fungsi Dan Materi

Muatan (Yogyakarta: Kanisius, 2008)

‗Inilah Perppu Nomor 2/2017 Tentang Perubahan UU Nomor 17/2013 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan‘, Setkab.Go.Id <http://setkab.go.id/inilah-

Perppu-no-22017-tentang-perubahan-uu-no-172013-tentang-organisasi-

kemasyarakatan/> [accessed 18 September 2018]

Isra, Saldi, Perkembangan Pengujian Perundang-Undangan Di Mahkamah

Konstitusi (Dari Berpikir Hukum Tekstual Ke Hukum Progresif) (Jakarta:

Pusat Studi Konstitusi FH Universitas Andalas, 2010)

‗Jokowi Teken Perppu Pembubaran Ormas‘, Kompas.Com, 2017

<https://nasional.kompas.com/read/2017/07/11/18124841/jokowi-teken-

Perppu-pembubaran-Ormas> [accessed 18 September 2018]

Kansil, Christin S.T, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Jakarta: Rineka

Cipta, 2008)

Khairazi, Fauzan, ‗Implementasi Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia Di

Indonesia‘, Inovatif, 8.1 (2015)

Koesnardi, Moh., and Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara

Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Pusat Studi HTN FH UI, 1976)

Kuwado, Fabian Januarius, and Kristian Erdianto, ‗Ini Tiga Pertimbangan

Pemerintah Menerbitkan Perppu Ormas‘, Kompas.Com, 2017

<https://nasional.kompas.com/read/2017/07/12/12232051/ini-tiga-

pertimbangan-pemerintah-menerbitkan-perppu-ormas> [accessed 2 October

2019]

Manan, Bagir, Lembaga Kepresidenan, Cet. 1 (Yogyakarta: FH UII Press, 1997)

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum (Jakarta: Prenadamedia, 2005)

‗Perppu Ormas Dikhawatirkan Timbulkan Kesewenang-Wenangan‘,

Republika.Co.Id, 2017

<https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/17/07/14/ot38um-

perppu-ormas-dikhawatirkan-timbulkan-kesewenangwenangan> [accessed

18 September 2018]

Prahassacitta, Vidya, ‗LEGALITAS SUATU KOMUNITAS‘, Business-

Page 82: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

72

Law.Binus.Ac.Id, 2017 <https://business-

law.binus.ac.id/2017/12/31/legalitas-suatu-komunitas/> [accessed 20

September 2019]

Prasetyo, Teguh, dan Abdul Halim Berkatullah, Filsafat Teori Dan Ilmu Hukum:

Pemikiran Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2012)

Rahmi, Nispan, ‗Maqasid Al- Syari‘ah; Melacak Gagasan Awal‘, Jurnal Syariah:

Jurnal Ilmu Hukum Dan Pemikiran, 17.2 (2017)

Ridwan, Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: UII Press, 2003)

Rohim, Nur, ‗Kontroversi Pembentukan Perppu Nomor 1 Tahun 2013 Tentang

Mahkamah Konstitusi Dalam Ranah Kegentingan Yang Memaksa‘, Cita

Hukum, 2.1 (2014)

Setiaji, Mukhamad Luthfan, Ibrahim, and Aminulah, ‗Kajian Hak Asasi Manusia

Dalam Negara the Rule of Law: Antara Hukum Progresif Dan Hukum

Positif‘, Lex Scientia Law Review, 1.1 (2017)

Siallagan, Haposan, and Efik Yusdiansyah, Ilmu Perundang-Undangan Di

Indonesia (Medan: UHN Press, 2008)

Simamora, Janpatar, ‗Multitafsir Pengertian 'Hal Ihwal Kegentingan Yang

Memaksa‘ Dalam Penerbitan Perppu‘, MIMBAR HUKUM, 22.1 (2010), 58–

70

Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2009)

Siregar, Raja Adil, ‗Tinjauan Yuridis Terhadap Kebebasan Berserikat, Berkumpul

Dan Mengeluarkan Pendapat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan‘, JOM Fakultas Hukum, 2.2

(2015)

Soekanto, Soerjono, and Sri Namudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2001)

Suseno, Franz Magnis, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan

Modern (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001)

Tutik, Titik Triwulan, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011)

Page 83: KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · hak asasi manusia bera. rti membicarakan dimensi kehidupan manusia. Hak

73

Tyagita, Andanti, ‗Prinsip Kebebasan Berserikat Dalam Serikat Buruh Sebagai

Upaya Perlindungan Dan Penegakan Hak Normatif Pekerja‘, Yuridika, 26.1

(2011)

Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic

Education), Demokrasi,Hak Asasi Manusia, Dan Masyarakat Madani

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Indonesia)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang (Indonesia)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Indonesia)

Wahjono, Padmo, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, Cet. 1 (Jakarta: Graha

Indonesia, 1983)

———, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Cet. 2 (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1986)