kalimat efektif

Upload: erik-pujianto

Post on 02-Mar-2016

32 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • i

    MAKALAH BAHASA INDONESIA

    KALIMAT EFEKTIF

    Dosen Pembimbing : Siti Zulaikah, S. Ag. MH

    Disusun Oleh Kelompok 7 :

    1. ERIK PUJIANTO

    2. FEBRIANA RAHMADHANI

    3. SILVI RIZKI FAUZI

    4. KUMALA EKA PUSPITA

    Program Study Perbankan Syariah (C)

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    JURAI SIWO METRO

    T.A 2012 / 2013

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Allah SWT di mana atas anugerahnya, sehingga

    kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Bahasa Indonesia ini dan tidak lupa

    juga junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

    dari alam kegelapan ke alam terang-benerang.

    Penulisan makalah ini yang di dalamnya mencakup mengenai Materi

    Pengertian Kalimat Efektif dan Ciri-Ciri Kalimat Efektif. Sebagai pembahasan

    materi ini kita dapat menambah pengetahuan kami tentang bagaimana cara

    menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan tidak menggunakan lagi bahasa

    yang tidak baku.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu

    terselesainya makalah ini, sebagai manusia penulis juga tidak luput dari kesalahan

    dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menantikan kritik dan saran yang bersifat

    konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini.

    Metro, 20 Oktober 2012

    Penulis

    Kelompok 7

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

    C. Tujuan Permasalahan............................................................................ 2

    BAB II PEMBAHASAN

    A. Pengertian Kalimat Efektif ................................................................... 3

    B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif ...................................................................... 3

    C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif .............................................................. 10

    D. Struktur Kalimat .................................................................................. 10

    E. Unsur-Unsur Kalimat............................................................................ 11

    BAB III PENUTUP

    A. Simpulan ............................................................................................. 19

    B. Saran ..................................................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA

  • iv

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan

    pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91).

    Menurut sebuah buku, Kalimat efektif adalah suatu kaimat yang singkat, padat

    jelas dan lengkap yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat

    diterima maksudnya atau artinya serta memiliki tujuan yang di maksudkan oleh

    penulis atau pembicara.

    Definisi kalimat efektif juga diungkapkan oleh Badudu (1995) Kalimat

    efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh

    pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar

    (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau

    dirasakan oleh penutur atau penulis.

    Syarat-syarat kalimat efektif, yaitu :

    1. Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi dan penggunaan ejaan

    2. Syarat utama yang meliputi struktur kalimat dan ciri kalimat efektif

    Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup

    memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup

    beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:

    1. Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut

    2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif,

    3. Kemampuan menyampaikan gaya yang paling cocok untuk gagasan

    4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.

    Dari beberapa penjelasan tentang berbagai sumber yang saya dapat jadi,

    kalimat efektif selalu menonjolkan gagasan pokok dengan menggunakan

    penekanan agar dapat diterima oleh pembaca.

  • v

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian dari Kalimat Efektif ?

    2. Ciri-ciri yang terdapat pada Kalimat Efektif ?

    C. Tujuan Permasalahan

    Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui

    apa pengertian dari kalimat efektif dan ciri-ciri kalimat efektif itu sendiri.

  • vi

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Kalimat Efektif

    Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan

    penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh

    pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran

    kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran

    pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah

    kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat

    sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan

    mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau

    pembicaranya.

    B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

    Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi

    paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:

    1. Kesatuan

    Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok

    dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau

    pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat

    mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan kalimatnya

    tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak

    mempunyai hubungan sama sekali ke dalam suatu kalimat.

    a. Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:

    1) Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank

    yang memberi kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal).

    2) Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.

    (memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi

    kacau).

  • vii

    3) Berdasarkan genda sekretaris manajer personalia akan memberi

    pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi

    pengarahan).

    b. Contoh kaimat yang jelas kesatuan gagasannya:

    1) Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk

    membangun gedung sekolah baru.

    2) Membangunan sangat berkaitan dengan politik.

    3) Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi

    pengarahan kepada pegawai baru.

    2. Kepaduan (koherensi)

    Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yang padu antara unsur-

    unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah

    kata, frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam

    kalimat.

    a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:

    1) Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki

    surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak

    jelas).

    2) Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)

    3) Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur

    S- P-O tidak berkaitan erat)

    4) Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi

    anggaran daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan

    frasa).

    b. Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:

    1) Setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin

    mengemudi.

    2) Rumah saya baru saja diperbaiki.

    3) Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

  • viii

    4) Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi

    anggaran proyek itu.

    3. Keparalelan

    Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah

    terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan

    kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah

    perincian, unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua dan seterusnya

    juga verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya

    juga harus nomina.

    b. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:

    1) Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat

    katalog, dan buku-buku diberi label.

    2) Kakakmu menjadi dosen atau pengusaha?

    3) Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya ucapkan

    terimma kasih.

    4) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatan mutu

    produk, memperbanyak waktu penyiaran ikan dan pemasaran yang

    lebih gencar.

    c. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:

    1) Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan

    katalog dan pelabelan buku.

    2) Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?

    3) Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan

    terima kasih.

    4) Dalam rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu

    produk, meningkatkan frekuensi iklan dan lebih menggencarkan

    pemasaran.

  • ix

    4. Penekanan

    Yang dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus

    menonjolkan bagian kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna

    kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai untuk memberi perlakuan

    khusus pada kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:

    a. Dengan meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat,

    b. Dengan melakukan pengulangan kata ( repetisi),

    c. Denga melakukan pengontrasan kata kunci,

    d. Dengan menggunakan partikel/penegas.

    Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada

    awal kalimat:

    1) Pada bulan Desember kita ujian akhir semester. (bukan akhir

    november).

    2) Kita akan ujian akhir semester pada bulan Deember. (bukan mereka)

    3) Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Desember. (bukan ujian

    tengah semester)

    Contoh penekanan dengan pengulangan kata:

    1) Saya senang melihat panorama alam yang indah; saya senang

    melihat lukisan yang indah, dan saya juga senang, melihat hasil seni

    ukir yang indah.

    2) Sudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita

    tidak suka dibodohi.

    Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci:

    1) Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat

    sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.

    Contoh peneknan dengan menggunakan partikel penegas:

    1) Hendak pulang pun hari sudah gelap dan hujan pula.

    2) Adakah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.

  • x

    5. Kehematan

    Yang dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian

    kata yang tidak perlu. Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata

    yang dapat memperjelas arti kalimat. Hemat di sini berarti ekonomis

    tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang subjek, tidak

    menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata,

    diharapkan kalimat menjadi padat berisi.

    a. Contoh kalimat yang tidak hemat kata:

    1) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa

    itu belajar seharian dari pagi sampai petang.

    2) Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI

    dilakukan suatu perundingan yang membicarakan perparkiran.

    3) Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu

    dengan direkturnya.

    4) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan,

    Anda harus belajar dengan sebaik-baiknya.

    b. Contoh kalimat yang hemat kata:

    1) Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.

    2) Dalam pertemuan yang dihadiri Waki Gubernur DKI dilakukan

    perundingan tentang perparkiran.

    3) Manajer itu dengan segera mengubah rencana setelah bertemu

    direkturnya.

    4) Agar Anda memperoleh nilai ujian yang memuaskan, belajarlah baik-

    baik.

  • xi

    6. Kelogisan

    Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide

    kalimat masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir

    yang sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran).

    Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula

    pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena

    maknanya tidak masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh

    kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini:

    a. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong

    anti air).

    b. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa

    hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).

    c. Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan,

    sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut

    dalam merinci sehingga lemah dari segi logika).

    d. Kepada Bapak Deka, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu

    dan tempat tidak perlu dipersilahkan)).

    e. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini

    tepat pada waktunya. (berarti modal untuk menyelesaikan makalah

    cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan.

    7. Ketegasan

    Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap

    ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu

    kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

    a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal

    kalimat)

    Contoh:

    1) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada

    kesempatan lain.

  • xii

    2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi

    soal ini. (ketegasan)

    3) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan

    negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

    4) Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan

    negaranya. (ketegasan)

    b. Membuat urutan kata yang bertahap.

    Contoh:

    1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah

    disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)

    2) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah

    disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)

    c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)

    Contoh:

    Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.

    d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

    Contoh:

    Anak itu bodoh, tetapi pintar.

    e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel

    lah, -pun, dan kah.

    Contoh:

    1) Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

    2) Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini

  • xiii

    C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif

    Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

    1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

    2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran

    pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau

    penulisnya.

    D. Struktur Kalimat

    Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki

    kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya

    kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan

    bentuk dan sekaligus kestuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya

    rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan

    suatu pernyataan yang salah.

    Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.

    Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari

    kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.

    Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah

    dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap

    penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat

    diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

    Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa.

    Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

    1. Buat Papa menulis surat saya.

    2. Surat saya menulis buat Papa.

    3. Menulis saya surat buat Papa.

    4. Papa saya buat menulis surat.

    5. Saya Papa buat menulis surat.

    6. Buat Papa surat saya menulis.

  • xiv

    Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun

    terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai

    unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan

    yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa

    yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

    Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap

    kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya

    adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai

    bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

    E. Unsur-Unsur Kalimat

    Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata

    bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran

    kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap

    (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-

    kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang

    lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib

    hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

    1. Predikat

    Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan

    (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau

    benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau

    perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri,

    atau jati diri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan

    tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa

    kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat

    juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

    a. Kuda meringkik.

    b. Ibu sedang tidur siang.

    c. Putrinya cantik jelita.

    d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.

  • xv

    e. Kucingku belang tiga.

    f. Robby mahasiswa baru.

    g. Rumah Pak Hartawan lima.

    Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata

    meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok

    kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa

    ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,

    dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota

    Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku,

    mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima

    pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

    Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada

    kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku

    atau bendanya.

    a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

    b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

    c. Bandung yang terkenal kota kembang.

    Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat

    normal, yaitu diawali dengan huruf kaital dan diakhiri dengan tanda titik,

    namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P.

    Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi

    lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa

    atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal

    sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada

    informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka

    contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata

    yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat,

    melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

  • xvi

    2. Subjek

    Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok

    (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok

    pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),

    klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai

    berikut ini:

    a. Ayahku sedang melukis.

    b. Meja direktur besar.

    c. Yang berbaju batik dosen saya.

    d. Berjalan kaki menyehatkan badan.

    e. Membangun jalan layang sangat mahal.

    Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S

    yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat ada kalimat (a) dan (b),

    contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S

    yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

    Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S

    selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas,

    kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan

    kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita

    menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan

    berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan

    layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada

    hasil membangun yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu,

    kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal

    kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awa kalimat (c) dan kegiatan pada

    awal kalimat (d) dan (e).

  • xvii

    Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya

    dengan memakai kata tanya siapa (yang) atau apa (yang) kepada P.

    Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika

    ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak

    mempunyai S. Inilah contoh kalimat yang tidak mempunyai S karena

    tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

    a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

    b. Di sini melayani obat generic.

    c. Memandikan adik di pagi hari.

    Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena

    tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk

    pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang

    memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,

    jawaban itu terasa tidak logis.

    3. Objek

    Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada

    umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di

    belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib

    hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.

    a. Nurul menimang

    b. Arsitek merancang

    c. Juru masak menggoreng

    Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada

    contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang

    akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

  • xviii

    Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya

    sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive

    mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut

    untuk dilengkapi.

    a. Nenek mandi.

    b. Komputerku rusak.

    c. Tamunya pulang.

    Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya

    dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di

    belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

    a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

    2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

    b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)

    2) Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.

    4. Pelengkap

    Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang

    melengkapi P. letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi

    seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O

    juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun,

    antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

    a. Ketua MPR membacakan Pancasila.

    S P O

    b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

    S P Pel

    Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama

    diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa

    hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O.

  • xix

    Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

    Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

    S P O

    Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke

    depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang

    tidak gramatikal.

    Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

    Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain

    diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa

    adjectival dan frasa preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalu

    persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel

    adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-

    P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

    a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

    b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

    c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

    d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

    e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

    5. Keterangan

    Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai

    hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi

    menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di

    tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa

    preporsisional, adverbia, atau klausa.

    Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam

    kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi

    dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

  • xx

    JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA

    Jenis

    Keterangan

    Posisi/Penghubung Contoh Pemakaian

    1. Tempat di

    ke

    dari

    (di) dalam

    pada

    di kamar, di kota

    ke Medan, ke rumahnya

    dari Manado, dari sawah

    (di) dalam rumah

    Pada saya, pada

    permukaan

    2. Waktu -

    pada

    dalam

    se-

    sebelum

    sesudah

    selama

    sepanjang

    sekarang, kemarin

    pada pukul 5 hari ini

    dalam 2 hari ini

    sepulang dari kantor

    sebelum pukul 12

    sesudah makan

    selama bekerja

    sepanjang hari

    3. Alat dengan dengan gunting, dengan

    mobil

    4. Tujuan supaya

    untuk

    bagi

    demi

    supaya/agar kamu pintar

    untuk kemerdekaan

    bagi masa depan

    demi kekasihmu

    5. Cara secara

    dengan cara

    dengan jalan

    secara hati-hati

    dengan cara damai

    dengan jalan berunding

    6. Kesalingan - satu sama lain

    7. Similatif seperti

    bagaikan

    seperti angina

    bagakan seorang dewi

  • xxi

    laksana laksana bintang di langgit

    8. Penyebaban karena

    sebab

    karena perempuan itu

    sebab kecerobohannya

    9. Penyerta dengan

    bersama

    beserta

    dengan adiknya

    bersama orang tuanya

    beserta saudaranya

  • xxii

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau

    pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami

    pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang

    dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

    Ciri-ciri kalimat efektif:

    1. Kesatuan

    2. Kepaduan

    3. Keparalelan

    4. Ketepatan

    5. Kehematan

    6. Kelogisan

    7. Ketegasan

    Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

    1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

    2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran

    pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau

    penulisnya.

    Penyusunan kalimat efektif, meliputi:

    1. Subjek

    2. Predikat

    3. Objek

    4. Pelengkap

    5. Keterangan

  • xxiii

    B. Saran

    1. Bagi dosen atau guru

    Bagi dosen atau guru sebaiknya memahami dengan seksama

    dan benahi tentang bahasa indonesia yang memiliki berbagai ragam

    bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi

    komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara Bagi

    dosen atau guru dengan mahasiswa.

    2. Bagi mahasiswa

    Para mahasiswa sebaiknya memahami dan mencari

    pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini

    supaya pada saat mahasiswa terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan

    dalam pemakaian bahasa terhadap mahasiswa lain dan masyarakat.

    3. Bagi lembaga sekolah/universitas

    Lembaga sekolah/universitas sebaiknya memberikan dan

    menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang

    tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.

    Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang

    menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak

    kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan

    kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul

    makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman

    dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis

    demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah

    di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna

    bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada

    umumnya.

  • xxiv

    Daftar Pustaka

    Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

    Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.

    http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.