kajian kebijakan pengendalian impo r produk...

24
K MAKAL KAJIAN PU LAH PROP N KEBI PRO USAT SO B PEN POSAL OP IJAKAN ODUK H Muc Bam Hen Ch Val OSIAL EK PE BADAN P NGEMBA PERASION N PENG HORTI Oleh: chjidin Rach mbang Say nny Mayrow haerul Mus leriana Dar KONOMI ERTANIA PENELIT ANGAN P 2014 NAL PENE GENDA IKULTU hmat yaka wani lim rwis I DAN KE AN TIAN DA PERTANI LITIAN TA ALIAN URA EBIJAKA N IAN TA. 2014 IMPO AN 0 R

Upload: dangthu

Post on 08-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

K

MAKAL

KAJIAN

PU

LAH PROP

N KEBIPRO

USAT SO

BPEN

POSAL OP

IJAKANODUK H

MucBamHenCh

Val

OSIAL EKPE

BADAN PNGEMBA

PERASION

N PENGHORTI

Oleh:

chjidin Rachmbang Saynny Mayrowhaerul Musleriana Dar

KONOMIERTANIAPENELITANGAN P

2014

NAL PENE

GENDAIKULTU

hmat yaka wani lim rwis

I DAN KEAN TIAN DAPERTANI

LITIAN TA

ALIAN URA

EBIJAKA

N IAN

TA. 2014

IMPO

AN

R

Page 2: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir impor produk hortikultura cenderung meningkat. Salah satu alasan dari peningkatan impor tersebut adalah untuk menutup kekurangan dari kebutuhan buah di dalam negeri. Produk hortikultura yang diimpor dapat berupa produk yang diproduksi dan tidak diproduksi di Indonesia. Peningkatan impor produk hortikultura tersebut secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi produksi dan pendapatan petani hortikultura.

Masuknya produk hortikultura impor dapat mempunyai dampak positip dan negatip terhadap masyarakat. Dampak positip dari adanya impor adalah: (a) tersedianya produk bagi konsumen, terutama produk yang yang tidak dihasilkan di dalam negeri, (b) dengan adanya produk impor dengan kualitas yang terstandar dapat merangsang peningkatan kualitas produksi domestik, (c) dengan demikian adanya impor juga memungkinkan terjadinya alih teknologi.

Impor juga dapat berdampak negatip terhadap produksi dalam negeri, yaitu: (a) adanya produk impor menciptakan persaingan bagi produk domestik, sehingga menekan pasar dan harga produk domestik, (b) pada tingkat lanjut dapat membunuh kegiatan produksi dalam negeri, sehingga menciptakan pengangguran dan kesempatan kerja domestik. Dengan mengimpor barang dari luar negeri berarti memberi kesempatan negara lain untuk memproduksi barang-barang tersebut, yang berarti identik dengan menghilangkan kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan domestik yang tercipta dari proses memproduksi barang tersebut, (c) masuknya produk impor juga akan meningkatkan berdampak terhadap devisa.

Dalam konteks perdagangan internasional, pengendalian impor menjadi salah satu instrumen proteksi ekonomi suatu negara. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa suatu negara menempuh kebijakan pengendalian impor. Pertama, pertimbangan produksi dalam neger; Kedua pertimbangan keamanan produk. Alasan ini paling banyak digunakan, termasuk Indonesia. Ada beberapa produk yang dilarang masuk ke Indonesia karena berbahaya bagi lingkungan hidup, antara lain limbah plastik, pestisida etilena dibromida, limbah B3 dan lainnya; Ketiga, alasan yang lainnya termasuk pertimbangan neraca pembayaran.

Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 60/2012 tentang Rekomendasi Impor Hortikultura dan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 60/2012 mengenai Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Produk tersebut antara lain, nanas, melon, pisang, mangga, pepaya, durian, kentang, kubis, wortel, cabai, bunga anggrek, bunga krisan, dan bunga heliconia. Produk tersebut tidak mendapatkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk periode Januari hingga Juni 2013, dan akan dievaluasi sesuai dengan situasi produksi dan pasar produk hortikultura domestik. Permentan Nomor 60 Tahun 2012 hanya membatasi impor produk hortikultura, bukan melarang impor. Pembatasan impor produk pertanian tersebut demi melindungi panen petani di dalam negeri yang diperkirakan terjadi bulan Januari-Juni 2013. Disamping itu, pembatasan tersebut justru diharapkan bisa menjadi motivasi agar petani meningkatkan produksi hortikultura.

Langkah Indonesia melakukan pengaturan impor atas 13 jenis produk hortikultura sebagai contoh, mengundang reaksi pro dan kontra serta berkeberatan dari negara asal impor. Mereka yang pro berargumen keputusan tersebut tepat sebagai upaya proteksi di

Page 3: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

tengah ketidakpastian ekonomi global, sementara kelompok yang kontra beralasan pemerintah tidak mampu menjamin pasokan, sehingga dikhawatirkan memicu kelangkaan hingga akhirnya mendorong kenaikan harga. Dalam kaitan itu upaya lebih penting adalah memberikan iklim yang kondusif bagi petani dan merupakan peluang untuk meningkatkan produksi hortikultura dalam negeri. Melalui kebijakan pengarutan impor diharapkan menjadi sebuah langkah yang baik untuk memperbaiki struktur produksi dan pemasaran buah lokal dan memberikan ruang bagi produk buah dan sayuran lokal.

Setiap kebijakan akan memberikan manfaat pada kelompok tertentu dan juga akan berdampak negatip bagi kelompok lain, untuk itu perlu dicari solusi, sehingga kebijakan tersebut secara keseluruhan mempunyai nilai manfaat yang lebih besar dari segala aspek. Untuk memperoleh solusi terbaik tersebut diperlukan kajian lebih mendalam.

1.2. Dasar Pertimbangan

Terbangunnya sistem perdagangan dalam bentuk dan impor mempunyai manfaat bagi negara pengekspor dan pengimpor. Manfaat tersebut antara lain: (a) Negara-negara pengekspor barang dan jasa akan memperoleh devisa, yaitu simpanan berupa mata uang asing sebagai alat pertukaran, (b) Kegiatan ekspor dan impor akan menimbulkan alih teknologi. Negara-negara pengimpor barang dan jasa dapat menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi dari barang dan jasa yang didatangkan dari luar negeri, (c) Kegiatan ekspor dan impor dapat membuka lapangan kerja, (d) Dengan impor barang, kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan harga menjadi stabil, dan (e) Dengan perdagangan internasional, warga negaranya dapat menikmati barang-barang dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi di dalam negeri.

Namun demikian masuknya impor dapat berpengaruh negatip terhadap produksi dalam negeri, yaitu akan menekan pasar dan harga produk domestik, sehingga pada tingkat lanjut dapat membunuh kegiatan produksi dalam negeri, sehingga menciptakan pengangguran dan kesempatan kerja domestik. Dengan mengimpor barang dari luar negeri berarti memberi kesempatan negara lain untuk memproduksi barang-barang tersebut, yang berarti identik dengan menghilangkan kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan domestik yang tercipta dari proses memproduksi barang tersebut, pada bagian lain, masuknya produk impor juga akan meningkatkan berdampak terhadap devisa.

Dalam rangka memaksimalkan dampak positip dan meminimalkan dampak negatip dari impor produk hortikultura, pemerintah telah menerapkan sejumlah aturan dalam pengaturan kebijakan impor tersebut. Beberapa kebijakan dalam bentuk peraturan tersebut antara lain; (a) Permentan No. 88/2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan, (b) Permentan No. 89/2011 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan atau Sayuran Segar, (c) Permentan No. 90/2011 tentang Persyaratan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar, (d) Permendag Nomor 60 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura yang merupakan revisi dari Permendag No 30/2012 yang semula diterapkan 15 Juni, tetapi ditunda hingga 28 September 2012. Kemudian ditunda lagi hingga tanggal 27 Oktober 2012.

Dalam Permendag No. 30 Tahun 2012 mewajibkan para importir produk hortikultura untuk memperhatikan aspek keamanan pangan, ketersediaan produk dalam negeri, dan penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk hortikultura. Selain itu para importir juga harus memenuhi persyaratan kemasan dan pelabelan, standar mutu serta ketentuan keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.

Page 4: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

Ketentuan pemasukan produk hortikulturan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 15/Permentan/OT.140/3/2012 dan Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/3/2012. Dua permentan itu mengubah Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yaitu Permentan tersebut yaitu No. 89/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah–Buahan dan/atau Sayuran Buah Segar Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Peraturan menteri pertanian yang mulai berlaku 19 Juni 2012. Pemasukan buah impor hanya boleh masuk 3 Pelabuhan utama, yaitu Belawan, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan satu bandara udara, yaitu Soekarno Hatta. Pelabuhan Tanjung Priok termasuk pelabuhan yang tidak boleh menerima buah dan sayur impor, kecuali untuk tiga negara tadi.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 90/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Saturan Umbi Lapis Segar Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Ketentuan itu awalnya akan berlaku 19 Maret 2012 namun diundur hingga 19 Juni 2012. Bagaimana implementasi kebijakan tersebut di lapangan dan bagaimana dampaknya terhadap pasar dan industri hortikultura dalam negeri perlu dikaji lebih mendalam.

1.3. Tujuan

Secara umum kajian bertujuan untuk merumuskan kebijakan pengendalian impor produk hortikultura yang memperhatikan kecukupan ketersediaan produk hortikultura dengan tetap tidak merugikan kegitan produksi dalam negeri, pendapatan petani dan tidak melanggar ketentuan perdagangan. Secara lebih rinci tujuan kajian adalah:

1) Menganalisis dinamika produksi dan konsumsi produk hortikultura,

2) Menganalisis sinkronisasi kebijakan impor produk hortikultura,

3) Menganalisis pengaruh impor hortikultura terhadap produksi dan pendapatan petani domestik.

4) Menyusun alternatif kebijakan pengendalian impor produk hortikultura

1.4. Keluaran

Sejalan dengan tujuan, maka keluaran kajian adalah rumusan kebijakan pengendalian impor produk hortikultura optimal yang memperhatikan ketersediaan produk hortikultura dengan tetap tidak merugikan kegitan produksi dalam negeri, pendapatan petani dan tidak melanggar ketentuan perdagangan. Secara lebih rinci keluaran kajian adalah:

1) Analisa dinamika produksi dan konsumsi produk hortikultura,

2) Analisa sinkronisasi kebijakan perdagangan produk hortikultura,

3) Analisa pengaruh impor hortikultura terhadap produksi dan pendapatan petani domestik.

4) Rumusan alternatif kebijakan pengendalian impor produk hortikultura

Page 5: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Secara umum manfaat dari kajian adalah untuk menghasilkan rumusan kebijakan pengendalian impor produk hortikultura yang memperhatikan kecukupan ketersediaan produk hortikultura dengan tetap tidak merugikan kegitan produksi dalam negeri, pendapatan petani dan tidak melanggar ketentuan perdagangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Kebijakan impor merupakan bagian dari kebijakan perdagangan internasional. Kebijakan perdagangan merupakan berbagai tindakan dan peraturan yang dijalankan secara langsung maupun tidak langsung, untuk mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional dari/ke negara tersebut. Tujuan kebijakan perdagangan internasional yang dijalankan adalah: (a) Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk atau negatip dan dari situasi/ kondisi ekonomi/ perdagangan internasional yang tidak baik atau tidak menguntungkan, (b) Melindungi kepentingan industri di dalam negeri, (c) Melindungi lapangan kerja (employment), (d) Menjaga keseimbangan dan stabilitas neraca perbayaran internasional, (e) Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil, dan (f) Menjaga stabilitas nilai tukar atau kurs mata uang asing.

Beberapa cara yang lazim digunakan dalam melindungi kepentingan nasional adalah:

1) Tarif

Tarif adalah hambatan perdagangan berupa penetapan pajak atas barang-barang impor. Apabila suatu barang impor dikenakan tarif, maka harga jual barang tersebut di dalam negeri menjadi mahal. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan untuk membeli barang tersebut, sehingga barang-barang hasil produksi dalam negeri lebih banyak dinikmati oleh masyarakat.

2) Kuota

Kuota adalah bentuk hambatan perdagangan yang menentukan jumlah maksimal suatu jenis barang yang dapat diimpor dalam suatu periode tertentu.Sama halnya tarif, pengaruh diberlakukannya kuota mengakibatkan harga-harga barang impor menjadi tinggi karena jumlah barangnya terbatas. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pembatasan jumlah barang impor, sehingga menyebabkan biaya rata-rata untuk masing-masing barang meningkat. Dengan demikian, diberlakukannya kuota dapat melindungi barang-barang dalam negeri dari persaingan barang luar negeri.

3). Larangan Impor

Larangan impor adalah kebijakan pemerintah yang melarang masuknya barang-barang tertentu ke dalam negeri. Kebijakan larangan impor dilakukan untuk menghindari barang-barang yang dapat merugikan masyarakat. Misalnya melarang impor daging sapi yang mengandung penyakit Anthrax.

4). Subsidi

Subsidi adalah kebijakan pemerintah dengan memberikan bantuan kepada produk dalam negeri. Subsidi yang dilakukan pemerintah dapat berupa keringanan pajak, pemberian fasilitas, pemberian kredit bank yang murah ataupun pemberian hadiah atau

Page 6: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

insentif dari pemerintah. Adanya subsidi, harga barang dalam negeri menjadi murah, sehingga barang-barang hasil produksi dalam negeri mampu bersaing dengan barang-barang impor.

5). Dumping

Dumping adalah kebijakan yang dilakukan oleh suatu negara dengan cara menjual barang ke luar negeri lebih murah daripada dijual di dalam negeri. Kebijakan impor terdiri dari kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif berupa pengenaan bea masuk dan dapat dibedakan berdasarkan besaran tarif, yaitu:

Tarif rendah, yaitu antara 0 % - 5 % dikenakan pada bahan kebutuhan pokok dan vital seperti beras, mesin vital, alat-alat militer dan lain-lain.

Tarif sedang, yaitu antara 6 % - 20 % dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.

Tarif tinggi, yaitu di atas 20 % dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok.

Menurut jenisnya, tarif dibedakan dalam dua jenis, yaitu:

Bea nilai (ad valorem tariff), yaitu bea masuk (BM) impor yang ditentukan dengan tingkat persentase tertentu dari nilai barang yang diimpor.

Bea spesifik (spesific tariff), yaitu bea masuk impor yang ditentukan berdasarlan jumlah ukuran fisik barang yang diimpor.

Bea Campuran (compound tariff), yaitu bea masuk impor yang ditentukan berdasarkan kombinasi kedua jenis tarif di atas.

Menurut tujuannya, tarif dibedakan menjadi:

Tarif proteksi, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk membatasi impor barang tertentu.

Tarif revenue, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara.

Menurut fungsinya, tarif dibedakan menjadi:

Tarif mengatur (regulerend), yaitu tarif yang berfungsi untuk mengatur perlindungan kepentingan ekonomi/industri di dalam negeri.

Tarif budgeter, yaitu tarif sebagai salah satu sumber penerimaan negara.

Tarif demokrasi, yaitu tarif yang besarannya ditetapkan melalui persetujuan DPR.

Tarif pemerataan, yaitu tarif yang tujuannya untuk memeratakan distribusi pendapatan nasional.

Pengaruh kebijakan impor dalam bentuk tarif yang dikenakan pada barang tertentu dapat ditunjukkan Gambar 1:

Dalam teori ekonomi Neoklasik tarif dianggap mendistorsi pasar bebas. Analisis secara khusus menunjukkan bahwa tarif cenderung menguntungkan produsen domestik dan pemerintah, dan berdampak pada kesejahteraan netto negatip atas pemberlakuan tarif di negara yang mengimpor. Secara normatif, perlindungan tambahan pada suatu industri yang dilakukan suatu negara terhadap pasar dunia tidak menguntungkan dan pelaksanaannya

Page 7: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

saling bmenuru

Gambar

dunia dsuatu bsampai antara Sdari Pwdalam ppasar dbarang permintdiisi dekarena pendapdaerah domest

berkurapermintdaerah kebijakadiimpordan E. adalah hilang d

bersinggungunkan tarif d

r 1. Biaydom

Terkait dendinotasikan barang dan

dengan tidS and D, S

w ke Pt, napajak bagi

domestik meyang dipr

taan atas bangan imporpemberlaku

patan yang adi bawah

tik sebesar d

Produsen ang. Surplutaan. Surplu

A, B, C an tarif ser sebanyak Kerugian ntotal biaya dengan ada

gan. Pihak dan menghi

ya dan keunmestik (Wiki

ngan perdasebagai Pwjasa bersif

dak terhingD diisi dari amun hargkonsumen enjadi Pt, yroduksi di arang turunr dari negauan tarif t. akan diterimPw, menj

daerah A.

domestik us konsumus konsumedan D. Pe

ebesar PtPtS*D*, ma

netto yang atas tarif dnya tarif ad

yang tidaindari diskri

ntungan pepedia, 2013

agangan bew. Kurva infat inelastikga (S), tetimpor. Pena ekspor tu(di dalam n

yang lebih tpasar dom

n menjadi Dra lain. JumProdusen d

ma dengan adi daerah

mengalammen merupa

en turun daemerintah t* untuk saka pendapditanggungikurangi ke

dalah sebesa

ak setuju diminasi neg

enerapan ta3b).

ebas internni memberik sempurnatapi perminnerapan tariurun dari Pnegeri) dentinggi dari h

mestik (S*)D*. Perbedamlah barandomestik memenjual ba di bawah

mi kenaikaakan daeraari daerah akan menesetiap barapatan pemeg masyarakauntungan mar:

dangan orgara saat me

arif pada su

nasional, m asumsi baa dan duniataan atas bf menyebab

Pw ke Pt*ngan produharga sebel. Karena aan antara Sg yang diimenikmati suarang pada

Pt, sehing

n harga, ah antara di atas Pw

erima pendng yang d

erintah atasat denganmasyarakat,

anisasi tarienerapkan s

atu barang

model yang ahwa penawa dapat mebarang sebebkan kenaiksebagai ak

sen (di luaumnya, Pwharga dom

S* dan D*,mpor turun rplus, yaitu harga aktuagga jumlah

sehingga garis har

w ke daerahdapatan dediimpor. Jum

tarif akan penerapan , sehingga k

if bertujuasuatu tarif.

g di dalam e

kurva penwaran interemproduksiesar D. Pekan harga dkibat perber negeri). H

w, dan lebihmestik naik, adalah S*dari SD k

perbedaanal yang melh surplus p

kesejahterga denganh di atas Pengan menmlah baransebesar dtarif impor

kesejahtera

n untuk

ekonomi

nawaran nasional barang rbedaan

domestik edaan di Harga di h banyak k, maka *D* dan e S*D* n antara luas dari

produsen

eraannya n kurva Pt, yaitu erapkan ng yang aerah C r barang an yang

Page 8: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

Tarif meE, sehinE disebdisebut insentif kesejahditunjuk

dapat internas

Kebijakalain meWTO sis

Kerugian kgrafis ditun

(A + B + C

emberi keungga jumlahbut nilai tuk

kerugian f bagi masyhteraan sebkkan Gamba

Gambar 2.

Kebijakan nmenimbulk

sional. Seca

Pembatasaimpor (quo(karantina)

Peraturan penetapan

Consulate fkualitas, pu

Pengaruh ekspor, keb

Kebijakan an kuota im

enentukan jstem quota

onsumen –njukkan oleh

C + D) – (C

ntungan kehnya melebkar perdagaefisiensi,

yarakat untbelum dan sar 2.

Pengaruh T

non tarif adkan distorsara garis be

n spesifik, ota import),, perizinan

Bea cukai,kurs mata

formalities, ungutan adm

Pemerintahbijakan anti

non tarif mpor dilakuumlah mak ini hanya d

– Pendapatah daerah de

C + E) – A

epada masybihi kerugianangan (termsebagai bia

tuk memprosesudah pe

Tarif terhad

dalah berbasi, sehinggsar kebijaka

yaitu mel peraturan impor, emb

, yaitu meulang asing

yaitu melipministrasi, d

h, yaitu mtariff dan d

yang umumukan dengaksimal barandapat digun

an pemerintengan notas

A = B + D –

yarakat yangn yang ditums of tradaya yang haoduksi dan enerapan ta

dap Kesejah

agai kebijakga menguan non tarif

iputi larangteknis imp

bargo, dan h

eliputi prosg, dan peng

puti regulasdan klasifika

meliputi kebdumping, da

m diterapkan cara memng yang bo

nakan dalam

tah – Keunsi:

– E

g ditunjukknjukkan segde gain), darus ditangmemprodu

arif dalam

hteraan Sos

kan perdagaurangi potf antara lain

gan impor or produk thambatan p

edur imporawasan dev

si pengepaasi tarif.

bijakan penan diversifik

kan suatu mbatasi jumoleh di impom hal sebag

ntungan pro

an oleh daegitiga B dandimana duagung karenuksi. Secarakerangka p

ial (Wikiped

angan selaitensi manfn adalah:

secara mtertentu, pepemasaran.

r, penetapavisa.

kan dan la

ngadaan pekasi perdaga

negara adamlah impor or. Menuruai berikut:

odusen atau

erah persegn D. Persega segitiga Bna tarif mena grafis peperdaganga

dia, 2013a).

in bea masfaat perda

utlak, pemeraturan ke

an harga

belling, uji

emerintah, angan.

alah kuotar atau dengt ketentuan

u secara

gi empat gi empat B dan D ngurangi rubahan n bebas

.

uk yang agangan

mbatasan esehatan

pabean,

standar

subsidi

a impor. gan kata n GATT/

Page 9: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

Menuru

pemerinpara impembelmempuatau pedistorsi Secara

produksbebas, konsumQ1Q2. menerakebijakaQ4 ke sebesar

Dalam perli

Dalam men

Dalam meli

ut jenisnya,

Unilateral negosiasi).

Bilateral Qupihak.

Tariff Quotsistem tarif

Mixing Quoindustri dal

Pengaruh ntah tidak mportir kareian barang

unya kelemaerusahaan pasar akib

grafis damp

Keseimbangsi dan konsehingga

msi dalam nPenurunan

apkan kuotaan ini, hargQ3, produkr abde, ter

indungi has

njaga keseim

indungi kep

kuota impo

Quota, ya

uota, yaitu

ta, yaitu pef dan sistem

ota, yaitu am negeri.

kebijakan memperoleena keuntu

g di luar nahan antaraswasta m

bat praktekpak kebijaka

G

gan pasar nsumsi dalaharga turunegeri turu

produksi da impor sebga di dalamksi dalam ndapat redis

sil pertanian

mbangan ne

pentingan ek

or adalah:

itu sistem

sistem kuo

embatasan m kuota.

pembatasa

kuota yangeh penerimaungan yangnegeri denga lain, tidakaka keuntuk monopoli an kuota dit

Gambar 2. P

mula-mula am negeri un menjadi n menjadi dalam nege

bagai protekm negeri nainegeri naik stribusi pen

n.

eraca pemb

konomi nas

kuota ya

ota yang dit

impor yan

an impor b

g diterapkaaan BM. Pig diperolehgan penjuak transparaungan bers para impotunjukkan G

Pengaruh K

adalah E0sebesar QP1, produ

OQ2, dan eri dari OQksi, sehinggik dari P1 kdari Q1 k

ndapatan da

Q0 

bayaran.

sional.

ang ditetap

tetapkan at

ng dilakuka

bahan baku

an sama dhak yang m

h dari selisalan di dan, bila dibesifat pribadortir yang Gambar 2.

Kuota Impor

0 tidak adaQ0. Era glouksi dalam kekuranga

Q0 ke OQ1 a impor dibke P2, konske Q2, impoari konsum

pkan secar

tas kesepak

n dengan

u tertentu

engan dammenerima psih harga ylam negerierikan kuotadi, kuota aakan meru

r.

ekspor dabalisasi, tenegeri tur

nnya dipendirespon p

batasi menjsumsi dalamortir mempeen kepada

ra sepihak

katan ke du

mengkomb

untuk me

mpak tarif, pendapatanyang tinggii. Kebijakaa pada perakan menimugikan mas

an impor (aerjadi perdarun menjad

nuhi impor pemerintah adi Q2Q3.

m negeri tuperoleh keu produsen

(tanpa

ua belah

inasikan

elindungi

namun n adalah i antara n kuota orangan mbulkan syarakat.

autarki), agangan di OQ1, sebesar dengan

Dampak run dari ntungan sebesar

Page 10: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

 

P1P2af, kerugian konsumen sebesar segitiga aef dan bcd, dan impor turun dari Q1Q4 ke Q2Q3.

Kebijakan non tarif selain kuota adalah subsidi. Kebijakan subsidi adalah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk memberi perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lainnya dengan tujuan sebagai berikut:

Menambah produksi dalam negeri

Mempertahankan jumlah konsumen dalam negeri

Menjual dengan harga yang lebih murah daripada produk impor.

Subsidi umumnya diberikan untuk barang-barang pokok, dan lebih transparan karena dapat dikontrol oleh masyarakat. Subsidi akan meningkatkan harga di tingkat produsen, harga di tingkat konsumen tetap, impor akan turun, dan produksi dalam negeri akan naik.

Kebijakan non tarif yang lain adalah dumping. Kebijakan dumping adalah suatu diskriminasi harga secara internasional (international price discrimination) yang dilakukan dengan menjual suatu komoditi di pasar internasional dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan dibayar konsumen di dalam negeri.

Ada tiga tipe dumping:

Persistant dumping, yaitu kecenderungan monopoli yang berkelanjutan dari suatu perusahaan dipasar domestik untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan menetapkan harga yang lebih tinggi di dalam negeri daripada di luar negeri.

Predatory dumping, yaitu tindakan perusahaan untuk menjual barang di luar negeri lebih murah untuk sementara (temporary), sehingga menggusur atau mengalahkan perusahaan lain dari persaingan bisnis, setelah dapat memonopoli pasar, barulah harga kembali dinaikkan untuk mendapat keuntungan maksimal.

Sporadic dumping, yaitu tindakan perusahaan dalam menjual produkya di luar negeri dengan harga yang lebih murah secara pecara poradis dibandingkan dengan harga di dalam negeri karena adanya surplus produksi di dalam negeri.

Dalam perdagangan internasional, ketentuan WTO mengerahkan kepada perdagangan bebas sebagai langkah terbaik . Pola perlindungan yang diperkenankan diarahkan kepada penerapan tariff. Penerapan kuota seringkali populer dilakukan oleh suatu negara, ketentuan WTO mengarahkan untuk menghilangkan kuota tersebut dan dialihkan menjadi pola tarif.

2.2. Hasil Hasil Penelitian Terkait

2.2.1. Pertumbuhan Produksi Hortikultura Pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia pada periode 2008-2012 cenderung

stabil. Peningkatan dan penurunan rata-rata pertumbuhan dibawah satu persen. Jenis sayuran yang banyak diproduksi adalah bawang merah, kentang, kubis, cabe dan tomat (Tabel 1). Keadaan ini mungkin disebabkan oleh tingkat permintaan dan kapasitas produksi petani yang cenderung tetap. Komoditas yang mengalami peningkatan produksi adalah bawang putih, kentang, kubis, kembang kol, wortel, lobal, cabe, paprika, buncis, bayam dan melinjo. Pasokan sayuran untuk kebutuhan dalam negeri pada umumnya diproduksi di dalam negeri, hanya sedikit yang berasal dari impor.

Page 11: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

10 

 

Tabel 1 : Perkembangan Produksi Sayuran di Indonesia , 2008-2012

No Komoditas Produksi (ton) Rata2 pertumb

(%) 2008 2009 2010 2011 2012*

1 Bawang Merah 853.615 965.164 1.048.934 893.124 889.002 0,00

2 Bawang Putih 12.339 15.419 12.295 14.749 16.604 0,13

3 Bawang Daun 547.743 549.365 541.374 526.774 504.521 -0,04

4 Kentang 1.071.543 1.176.304 1.060.805 955.488 969.663 0,01

5 Kol/Kubis 1.323.702 1.358.113 1.385.044 1.363.741 1.432.318 0,05

6 Kembang Kol 109.497 96.038 101.205 113.491 125.832 0,11

7 Petsai/Sawi 565.636 562.838 583.770 580.969 529.518 -0,09

8 Wortel 367.111 358.014 403.827 526.917 544.623 0,03

9 Lobak 48.376 29.759 32.381 27.279 32.168 0,18

10 Kacang Merah 115.817 110.051 116.397 92.508 90.807 -0,02

11 Kacang Panjang 455.524 483.793 489.449 458.307 460.155 0,00

12 Cabe Besar 695.707 787.433 807.160 888.852 1.003.085 0,13

13 Cabe Rawit 457.353 591.294 521.704 594.227 696.964 0,17

14 Paprika 2.114 4.462 5.533 13.068 14.947 0,14

15 Jamur 43.047 38.465 61.376 45.854 17.541 -0,62

16 Tomat 725.973 853.061 891.616 954.046 827.650 -0,13

17 Terung 427.166 451.564 482.305 519.481 519.894 0,00

18 Buncis 266.551 290.993 336.494 334.659 338.655 0,01

19 Ketimun 540.122 583.139 547.141 521.535 509.291 -0,02

20 Labu Siam 394.386 321.023 369.846 428.197 427.893 0,00

21 Kangkung 323.757 360.992 350.879 355.466 310.628 -0,13

22 Bayam 163.817 173.750 152.334 160.513 176.974 0,10

23 Melinjo 230.654 221.097 214.355 217.524 241.491 0,11

24 Petai 213.536 183.679 139.927 218.625 208.584 -0,05

25 Jengkol 80.008 62.475 50.235 65.830 50.944 -0,23

Total sayuran 10.035.094 10.628.285 10.706.386 10.871.224 10.939.752 0,06

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, 2013 Keterangan: *) Angka Prognosa

Seperti halnya sayuran, pertumbuhan produksi buah-buahan dalam periode 2008-

2012 tidak mengalami perubahan yang cukup besar. Kenaikan dan penurunan pertumbuhan rata-rata dibawah satu persen. Diantara jenis buah-buahan tersebut, yang mengalami kenaikan pertumbuhan rata-rata cukup besar adalah apel dan stoberi dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing 0,57 persen dan 0, 24 persen per tahun (Tabel 2). Total rata-rata pertumbuhan buah-buahan sebesar 0,88 persen per tahun lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan sayuran sebesar 0,06 persen per tahun. Pengaturan impor diharapkan bisa meningkatkan permintaan buah-buahan produksi dalam negeri yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan produksi buah-buahan, disamping perbaikan kebun buah-buahan dalam peningkatan produktifitas.

Page 12: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

11 

 

Tabel 2 : Perkembangan Produksi Buah-buahan, 2008-2012

No Komoditas Produksi (Ton) Rata2

pertumb (%) 2008 2009 2010 2011 2012*

1 Alpukat 244.215 257.642 224.278 275.953 272.936 -0,01

2 Belimbing 72.397 72.443 69.089 80.853 79.565 -0,02

3 Duku 158.649 195.364 228.816 171.113 202.243 0,18

4 Durian 682.323 797.798 492.139 883.969 812.433 -0,08

5 Jambu Biji 212.260 220.202 204.551 211.836 229.052 0,08

6 Jambu Air 111.495 104.885 85.973 103.156 112.635 0,09

7 Jeruk siam 2.391.011 2.025.840 1.937.773 1.721.880 1.498.183 -0,13

8 Jeruk Besar 76.621 105.928 91.131 97.069 117.008 0,21

9 Mangga 2.105.085 2.243.440 1.287.287 2.131.139 2.038.146 -0,04

10 Manggis 78.674 105.558 84.538 117.595 119.641 0,02

11 Nangka/Cempedak 675.455 653.444 578.327 654.808 720.208 0,10

12 Nenas 1.433.133 1.558.196 1.406.445 1.540.626 1.275.490 -0,17

13 Pepaya 717.899 772.844 675.801 958.251 942.215 -0,02

14 Pisang 6.004.615 6.373.533 5.755.073 6.132.695 6.270.813 0,02

15 Rambutan 978.259 986.841 522.852 811.909 943.958 0,16

16 Salak 862.465 829.014 749.876 1.082.125 990.446 -0,08

17 Sawo 120.649 127.876 122.813 118.138 138.298 0,17

18 Markisa 138.027 120.796 132.011 140.895 157.036 0,11

19 Sirsak 55.042 65.359 60.754 59.844 68.903 0,15

20 Sukun 113.778 110.923 89.231 102.089 120.716 0,18

21 Apel 160.794 262.009 190.609 200.173 313.727 0,57

22 Anggur 21.970 9.519 11.700 11.938 15.525 0,30

23 Melon 56.883 85.861 85.161 103.840 70.583 -0,32

24 Semangka 371.498 474.327 348.631 497.650 465.564 -0,06

25 Blewah 55.991 75.124 30.668 62.928 63.734 0,01

26 Stroberi 128.701 19.132 24.846 41.035 50.893 0,24

Total buah-buahan 18.027.889 18.653.898 15.490.373 18.313.507 18.089.951 0,88 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, 2013 Keterangan: *) Angka Prognosa

Pada komoditi tanaman hias, dalam kurun waktu 2008-2012 terjadi peningkatan

produksi bunga potong dengan rata-rata pertumbuhan 0,19 persen per tahun. Peningkatan produksi yang cukup tinggi diantara jenis bunga potong adalah gerbera dan krisan dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing 0,35 persen dan 0,26 persen per tahun. Melati merupakan bunga yang digunakan untuk kebutuhan upacara-upacara adat dan bahan baku parfum, namun perkembangannya produksinya relatif stabil (Tabel 3). Untuk jenis tanaman hias lainnya, peningkatan produksi sesuai dengan permintaan yang disebabkan oleh trend preferensi. Adenium menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 1,32 persen per tahun. Sedangkan Anthurium daun yang beberapa waktu yang lalu sangat populer saat ini perkembangannya semakin menurun. Peluang-peluang ekspor bagi tanaman hias, terutama bunga potong, akan bisa merangsang petani untuk meningkatkan produksinya.

Page 13: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

12 

 

Tabel 3 : Perkembangan Produksi Tanaman Hias, 2008-2012

No Komoditas Produksi (Tangkai) Rata2

Pertumb (%) 2008 2009 2010 2011 2012****)

1 Anggrek 15.309.964 16.205.949 14.050.445 15.490.256 16.689.363 0,08

2 Anthurium 2.627.498 3.833.100 7.655.542 4.724.730 1.607.848 -0,66

3 Anyelir 3.024.558 5.320.824 7.607.588 5.130.332 4.026.756 -0,22

4 Gerbera

4.101.631 5.185.586 9.693.487 10.543.445 14.226.375 0,35 ( Herbras )

5 Gladiol 8.581.395 9.775.500 10.064.082 5.448.740 3.623.113 -0,34

6 Heliconia 5.278.477 4.124.174 2.961.385 2.791.257 2.961.385 0,06

7 Krisan 101.777.126 107.847.072 185.232.970 305.867.882 384.215.341 0,26

8 Mawar 39.265.696 60.191.362 82.351.332 74.319.773 86.879.343 0,17

9 Sedap Malam 25.598.314 51.047.807 59.298.954 62.535.465 67.088.267 0,07

Total Bunga Potong 205.564.659 263.531.374 378.915.785 486.851.880 581.317.792 0,19

10 Dracaena *) 1.863.764 2.262.505 4.625.925 2.447.314 2.368.852 -0,03

11 Melati**) 20.388.119 28.307.326 21.600.442 22.541.485 22.721.149 0,01

12 Palem*) 1.149.420 1.260.408 1.098.197 1.261.445 1.296.123 0,03

13 Sansevieria ***) 1.392.820 2.471.857 2.454.373 4.553.674 4.810.131 0,06

14 Aglaonema *) 1.454.290 1.609.709 1.759.953 1.553.429 1.618.047 0,04

15 Adenium

3.129.259 3.471.605 3.362.736 1.452.423 3.362.736 1,32 (Kamboja Jepang)

16 Euphorbia *) 2.217.666 2.465.668 3.979.417 1.601.503 2.524.595 0,58

17 Phylodendron *) 1.166.472 2.889.756 5.259.980 14.906.151 15.204.240 0,02

18 Pakis *) 4.286.625 4.653.332 4.652.838 4.747.829 5.312.678 0,12

19 Monstera *) 41.243 128.874 90.394 107.911 111.458 0,03

20 Soka (Ixora) *) 812.834 1.127.044 1.066.126 1.936.024 1.966.953 0,02

21 Cordylene *) 110.126 1.659.119 2.154.822 1.995.326 2.256.949 0,13

22 Dieffenbahia *) 135.304 1.022.278 300.718 319.990 345.299 0,08

23 Anthurium Daun *) 4.550.564 2.501.337 1.800.716 1.321.385 1.321.385 0,00

24 Caladium *) 867.759 899.259 540.084 312.270 330.656 0,06 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, 2013 Ket : *) Satuan Produksi dalam Pohon **) Satuan dalam kg ***) Satuan dalam rumpun ****) Angka Prognosa 2.2.2. Pertumbuhan Konsumsi Hortikultura

Konsumsi buah dan sayuran memainkan peran penting dalam menyediakan makanan yang beragam dan bergizi. Konsumsi sayuran di Indonesia menurun dari tahun ke tahun dalam kurun waktu 2008-2012 dengan rata-rata pertumbuhan -3,75 persen per tahun. Konsumsi pada tahun 2008 sebesar 37,57 kg per kapita per tahun menurun menjadi 32,31 kg per kapita pada tahun 2011. Demikian juga untuk konsumsi buah-buahan mengalami

Page 14: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

13 

 

penurunan yang lebih tajam daripada sayuran dengan rata-rata pertumbuhan -7,38 persen per tahun (Tabel 4 dan Tabel 5). Tingkat konsumsi sayur dan buah di Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara tetangga seperti Vietnam, Kamboja dan Singapura. Konsumsi sayur dan buah per kapita bagi penduduk Singapura dan Vietnam melebihi 100 kg per kapita per tahun dan rekomendasi FAO adalah 73 kg per kapita per tahun (Abdurrachman, 2013).

Salah satu penyebabnya besarnya arus urbanisasi yang menjauhkan orang dari produksi pangan utama yang berdampak pada ketersediaan makanan yang bervariasi dan bergizi dengan cukup buah-buahan dan sayuran. Di daerah pedesaan orang bisa mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dari kebunnya sendiri, sedangkan di perkotaan dengan tingkat penghasilan yang rendah kurang bisa mendapatkan variasi sayuran dan buah-buahan untuk dikonsumsi. Alternatif upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan konsumsi hortikultura antara lain adalah : Investasi dalam hortikultura periurban yang bisa meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sayuran dan buah-buahan; meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan/daya beli sayur dan buah; dan memberikan pengetahuan serta mengubah, sikap dan perilaku masyarakat dalam pola konsumsi. Tabel 4: Konsumsi Rumah Tangga Sayuran Menurut Hasil Susenas per Komoditi, 2007-2011 (kg/kap/tahun).

No Komoditi Tahun Rata2

pertumb (%) 2007 2008 2009 2010 2011

1 Bawang merah 3,014 2,743 2,524 2,529 2,362 -5,84

2 Bawang putih 1,517 1,716 1,315 1,356 1,351 -2,05

3 Buncis 0,886 0,939 0,834 0,834 0,886 0,26

4 Bayam 4,484 4,015 3,754 3,963 3,806 -3,84

5 Cabe merah 1,47 1,549 1,523 1,528 1,497 0,48

6 Cabe hijau 0,302 0,266 0,235 0,256 0,261 -3,23

7 Cabe rawit 1,517 1,444 1,288 1,298 1,21 -5,41

8 Kacang panjang 3,806 3,806 3,494 3,65 3,441 -2,36

9 Kentang 2,086 2,034 1,721 1,825 1,564 -6,53

10 Kubis 1,877 1,929 1,564 1,616 1,825 0,02

11 Kangkung 4,954 4,797 4,432 4,589 4,328 -3,23

12 Ketimun 2,086 2,086 1,825 1,721 1,773 -3,8

13 Sawi putih 0,73 0,886 0,678 0,574 0,886 9,26

14 Sawi hijau 1,199 1,46 1,408 1,147 1,251 2,19

15 Tomat sayur 2,091 2,232 1,917 1,935 2,091 0,32

16 Terong 3,494 2,92 2,451 2,555 2,555 -7,06

17 Jamur 0,073 0,057 0,037 0,042 0,057 -1,5

18 Petai 0,84 0,302 0,099 0,177 0,12 -21,16

19 Wortel 1,147 1,147 0,991 0,939 1,043 -1,95

Total 37,57 36,33 32,09 32,53 32,31 -3,57 Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2012

Page 15: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

14 

 

Tabel 5 : Konsumsi Rumah Tangga Buah-buahan Menurut Hasil Susenas per Komoditi, 2007-2011 (kg/kap/tahun).

No Komoditi Tahun Rata2

pertumb (%) 2007 2008 2009 2010 2011

1 Alpokat 0,782 0,521 0,365 0,417 0,365 -15,39

2 Belimbing 0,104 0,052 0,052 0,052 0,104 12,5

3 Duku 4,432 0,939 0,417 3,233 0,521 114,19

4 Durian 1,929 1,616 0,678 1,251 0,417 -14,08

5 Jeruk 3,859 3,598 4,641 4,171 3,494 -1,03

6 Jambu 0,417 0,469 0,365 0,365 0,469 4,71

7 Mangga 0,365 0,261 0,156 0,209 0,626 41,19

8 Nanas 0,313 0,313 0,209 0,156 0,365 18,75

9 Nangka 0,209 0,156 0,104 0,104 0,209 10,42

10 Pepaya 1,616 1,981 1,877 1,773 2,764 16,91

11 Pisang Ambon 1,512 1,721 1,721 1,512 2,19 11,62

12 Pisang Raja 1,304 1,46 1,251 1,147 1,564 6,44

13 Pisang Lainnya 5,006 5,214 4,954 4,171 5,058 1,16

14 Rambutan 5,996 8,76 1,825 4,536 0,158 4,73

15 Salak 1,095 1,616 1,356 0,991 1,043 2,46

16 Sawo 0,104 0,156 0,209 0,104 0,156 20,83

17 Semangka 1,408 0,834 0,886 1,043 1,251 0,79

Total 30,451 29,667 21,066 25,235 20,754 -7,38

Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2012

2.2.3. Kebijakan Perdagangan Hortikultura

Neraca perdagangan komoditi hortikultura juga menunjukkan nilai defisit yang terus meningkat dari AS$ 536,4 juta pada tahun 2010 menjadi AS$ 1194,8 juta pada tahun 2011 dan AS$ 1035,0 juta pada tahun 2012 (triwulan III). Defisit neraca perdagangan produk hortikultura terjadi pada komoditi buah, sayuran dan tanaman obat, sementara nilai perdagangan tanaman hias menunjukkan surplus.

Defisit nilai perdagangan buah meningkat dari AS$ 310,79 juta pada tahun 2010 menjadi AS$ 625,45 juta pada tahun 2011 dan AS$ 592,08 juta pada tahun 2012 (Triwulan III). Komoditas yang mempunyai kontribusi terbesar dalam defisit perdagangan buah adalah jeruk, lengkeng, apel, anggur dan pear. Defisit perdagangan paling besar dijumpai pada jeruk dan durian, yaitu masing-masing -408.718 juta US$ dan -181.712 juta US$. Tahun impor yang paling banyak dilakukan impor jeruk terjadi pada tahun 2006 dan untuk durian tahun 2009 merupakan impor yang paling banyak.

Beberapa komoditi buah menunjukkan nilai perdagangan suplus, yaitu nanas, manggis, salak, rambutan, semanggka dan berry. Dalam kurun waktu tahun 2000-2010, surplus perdagangan terbesar terjadi pada komoditi manggis, diikuti oleh mangga dan rambutan, yaitu masing-masing senilai 66.096 juta US$, 7.998 juta US$ dan 3.570 juta US$. Tahun yang paling banyak mendapatkan pendapatan ekspor untuk masing-masing komoditas tersebut terjadi pada tahun 2003 untuk manggis, 2002 untuk mangga dan 2003 untuk rambutan (Lampiran 1).

Page 16: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

15 

 

Defisit nilai perdagangan sayuran meningkat dari AS$ 243,93 juta pada tahun 2010 menjadi AS$ 575,88 juta pada tahun 2011 dan AS$ 439,68 juta pada tahun 2012 (Triwulan III). Komoditas yang mempunyai kontribusi terbesar dalam defisit perdagangan sayur adalah bawang putih, kentang, bawang merah, bawang bombay dan lobak. Beberapa komoditi sayuran menunjukkan nilai perdagangan suplus kubis, jamur,terung, bayam dan selada.

Dari 10 jenis sayuran utama 7 komoditas mengalami neraca perdagangan negatif dan yang paling banyak adalah sayuran bawang putih kemudian diikuti oleh bawang merah, kentang, wortel, cabe, kacang panjang dan tomat. Sebaliknya tiga komoditas yang mempunyai neraca perdagangan positif antara lain adalah kol/kubis yaitu : 59.467 juta US$, ketimun senilai 13.346 juta US$ dan terung senilai 5.404 juta US$ (Lampiran 2). Selain paling banyak diimpor bawang putih termasuk sayuran yang setiap tahunnya harus didatangkan dari luar negeri. Salah satu penyebabnya karena bawang putih tidak bisa tumbuh disembarang tempat dan hanya sedikit lahan di Indonesia yang bisa ditanam komoditas ini. Bawang merah hanya pada tahun 2010 tidak ada import, sebaliknya kentang pada tahun 2000 dan 2001 tidak ada impor. Wortel tahun 2010 nilai impornya hanya 190.966 ribu US$ dan meningkat sangat signifikan pada tahun 2010 menjadi 17.616 juta US$. Untuk komoditas cabe, kacang panjang dan tomat dalam masa 11 tahun impor tidak dilakukan setiap tahun.

Neraca perdagangan tanaman hias menunjukkan surplus, yaitu sebesar AS$ 5,80 juta pada tahun 2010 menjadi AS$ 8,52 juta pada tahun 2012 (Triwulan III). Komoditas yang mempunyai kontribusi dalam perdagangan adalah anggrek, krisan, mawar dan aneka tanaman hias lain. Komoditi tanaman hias seperti krisan, mawar dan anggrek dari tahun 2000 – 2010 total neraca perdagangannya positif yaitu masing-masing senilai 3.148 juta US$, 1.230 juta US$ dan anggrek 10.017 juta US$ (Lampiran 3). Bunga krisan mulai ada data dari tahun 2007, bunga mawar pada tahun 2000 – 2004 paling banyak impor tetapi selanjutnya pada tahun 2005 – 2010 negara kita lebih banyak melakukan eksport. Sedangkan tanaman hias anggrek dari tahun 2000 sudah dilakukan ekspor senilai 1.138 juta US$ dan pada tahun 2010 ekspor tanaman anggrek mengalami penurunan menjadi 886 ribu US$. Tahun 2005 merupakan ekspor anggrek yang paling besar nilainya yaitu 1.430 juta US$. Sementara itu pada tanaman obat (aneka tanaman) , neraca perdagangan pada tahun 2010 mengalami surplus sebesar AS$ 12,48 juta namun dalam tahun 2012 mengqlqmi defisit yang sebesar AS$ 11,83 juta akibat impor yang besar pada komoditi jahe.

Nilai impor produk hortikultura terus mengalami peningkatan sejalan dengan kecenderungan menaiknya permintaan di dalam negeri. Tahun 2007, nilai impor tercatat hanya AS$ 798 juta, namun empat tahun kemudian sudah melonjak mencapai AS$ 1,7 milyar (2011). Pada semester pertama tahun 2012, nilai impor produk hortikultura sudah mencapai AS$ 1 milyar dengan sekitar AS$ 600 juta diantaranya adalah nilai impor buah (Arifin, 2013). Nilai impor yang sangat besar ini harus diwaspadai karena menyangkut pertumbuhan produk hortikultura, khususnya buah-buahan, di dalam negeri yang menyangkut kesejahteraan petani. Dengan semua keterbatasan pengembangan produk hortikultura secara lokal, upaya memperbaiki infrastruktur pertanian hortikultura dan perbaikan kinerja perdagangan di dalam negeri sangat dibutuhkan untuk membangun persaingan yang sehat dengan produk sejenis yang berasal dari luar negeri.

Permentan No. 47/2013 yang kemudian direvisi mmmenjadi Permentan No. 86/2013 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura diharapkan dapat mengurangi laju impor buah lokal terutama saat panen buah di dalam negeri. Sedangkan Permendag No. 16/2013 yang merupakan revisi dari Permendag No 60/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura bahwa hortikultura hanya bisa dilakukan jika kebutuhan konsumsi masyarakat belum terpenuhi. Untuk pengendalian impor buah-buahan juga diterbitkan Permentan No.

Page 17: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

16 

 

42/2012 dan Permentan 43/2012 yang mengatur tentang pembatasan pelabuhan impor produk hortikultura. Walaupun demikian ada empat negara yang bisa memasukkan produk buah dan sayuran melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru karena sudah memiliki Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan Indonesia.

Pembatasan impor yang diberlakukan terhadap 13 jenis produk hortikultura selama satu semester pertama tahun 2013 oleh Kepala Pusat Perlindungan Varietas dan Perijinan Pertanian (PPVT-PP) diduga tidak berdampak besar terhadap kinerja produk hortikultura nasional atau hanya bersifat sementara memberi keleluasaan kepada produk lokal untuk menguasai pasar. Jika kinerja produk hortikultura lokal tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas yang setara dengan produk impor, kebijakan impor yang ditempuh saat ini tidak memberi manfaat yang optimal. Standar kualitas yang ketat terhadap produk impor yang diberlakukan sama untuk seluruh tempat masuk produk impor harus diberlakukan, sebagaimana yang diberlakukan oleh negara tujuan ekspor dari Indonesia. Pengalaman Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah mengekspor buah apukat (avocado) segar ke Singapura dan Malaysia menunjukkan ketatnya penerapan berbagai standar (Kompas, 2013), termasuk pemeriksaan pihak pembeli terhadap keamanan produk yang diekspor tersebut di lokasi pertanaman. Tidak dapat disangkal bahwa penerapan berbagai standar internasional terhadap produk hortikultura yang masuk ke Indonesia termasuk longgar, sementara produk hortikultura Indonesia yang diekspor ke berbagai negara diberlakukan pengawasan sangat ketat. Keseimbangan perlakuan terhadap perdagangan produk hortikultura ini menjadi semakin penting karena menyangkut penerimaan negara, pengusaha, dan petani.

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Kebijakan impor memungkinkan ketersediaan produk bagi konsumen, terutama produk yang yang tidak dihasilkan di dalam negeri. Keterediaan produk dari impor akan mengisi kekurangan pasokan produk yang dibutuhkan, sehingga disatu sisi akan menguntungkan konsumen dari sisi penyediaan dan harga. Dengan adanya produk impor dengan kualitas yang terstandar dapat merangsang peningkatan kualitas produksi domestik, dengan demikian adanya impor juga memungkinkan terjadinya alih teknologi.

Pada sisi lain, dengan mengimpor barang dari luar negeri berarti memberi kesempatan negara lain untuk memproduksi barang - barang tersebut, yang berarti identik dengan menghilangkan kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan domestik yang tercipta dari proses memproduksi barang tersebut. Kondisi ini menggambarkan dampak negatip dari kebijakan impor. Adanya impor menciptakan persaingan bagi produk domestik sehingga menekan pasar dan harga produk domestik, dan pada tingkat lanjut dapat membunuh kegiatan produksi dalam negeri sehingga menciptakan pengangguran dan kesempatan kerja domestik. Kebijakan impor yang tidak terkontrol akan menyebabkan matinya produksi dalam negeri sehingga potensi produksi dan ekonomi yang tersedia tidak terbangun dengan baik. Disamping itu masuknya produk impor juga akan meningkatkan berdampak terhadap pengeluaran devisa negara yang cukup besar.

Untuk memenuhi kebutuhan pasokan produk dan sekaligus melindungi produksi dalam negeri setiap negara melakukan kebijakan impor, termasuk kebijakan impor produk hortikulura. Namun demikian kebijakan impor tersebut tidak lepas dari kesepakatan perdagangan internasional yang telah disepakati dan diratifikasi Indonesia. Untuk itu setiap kebijakan harus selaras dengan aturan yang telah disepakati tersebut.

Page 18: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

17 

 

Untuk itu kajian kebijakan impor berkaitan dengan 4 aspek, yaitu: (a) ketersediaan produk yng berkaitan manfaatnya bagi konsumen, (b) pengaruhnya terhadap kinerja produksi dalam negari yang tentunya berbeda antar komoditi,(c) kesesuaian kebijakan dengan aturan perdagangan yang disepakati secara internasional, dan (d) dampaknya terhadap ekonomi nasional, kesejahteraan produsen dan konsumen.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Sesuai dengan tujuan dan keluaran, maka kajian akan mencakup : (a) dinamika produksi dan konsumsi produk hortikultura,(b) sinkronisasi kebijakan perdagangan produk hortikultura, (c) dampak kebijakan impor hortikultura terhadap produksi dan pendapatan petani, dan (d)rumusan alternatif opsi kebijakan pengendalian impor produk hortikultura.

Kajian akan dilakukan kepada komoditi yang diatur impornya, yaitu nanas, melon, pisang, mangga, pepaya, durian, kentang, kubis, wortel, cabai, bunga anggrek, bunga krisan, dan bunga heliconia; disamping komoditi hortikultura yang dibatasi jumlah kuota impornya yaitu bawang merah, bawang putih, bawag Bombay, jeruk siam, jeruk mandarin, lemon, anggur, pamelo, apel dan lengkeng. Dengan mempertimbangkan proporsi produksi domestic dan impor dari masing masing komoditi , maka kajian akan diafokuskan kepada jeruk, pisang, durian, bawang merah, cabe dan anggrek.

3.3. Lokasi Penelitian,

Kajian bersifat nasional sehingga prioritas analisa dilakukan terhadap kebijakan yang bersifat nasional data sekunder nasional. Pengambilan lokasi contoh di beberapa provinsi dilakukan untuk pendalaman terhadap analisa usaha pada 13 produk hortikultura yang dikaji, sehingga lokasi contoh penelitian merupakan sentra produksi yang mewakili dari ke 13 komoditi diatas. Untuk itu lokasi contoh adalah provinsi Jawa barat, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan.

Jawa Barat : durian, pisang, bawang merah, cabe dan anggrek. Jawa Timur : jeruk, pisang, bawang merah, cabe dan anggrek. Sumatera Utara : jeruk, durian, bawang merah dan cabe. Kalsel : Jeruk, durian dan anggrek 3.4. Responden dan Data

Kajian akan dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang berkaitan dengan kebijakan, peraturan dan implementasinya serta dalam pemenuhan kebutuhan data sekunder yang terkait dalam rangka menjawab tujuan kesatu dan kedua. Pengumpulan data primer melalui kegiatan survai dilakukan untuk menghasilkan data dan informasi dalam rangka pencapaian tujuan ketiga. Kegiatan diawali dengan penyusunan proposal operasional,seminar, penyusunan juklak, kuesioner, studi pustaka,pengumpulan data primer dan sekunder di lapangan, analisa data, penarikan kesimpulan, dan penyusunan rekomendasi kebijakan.

Page 19: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

18 

 

3.5. Metode Analisis

Sesuai dengan keluarannya, metode analisis dilakukan sebagai berikut :

Tujuan 1. Dinamika produksi dan konsumsi produk hortikultura

Dinamika produksi hortikultura akan diestimasi berdasarkan laporan data produksi bulanan dari tiap provinsi atau daerah produksi untuk tiap komoditas yang diteliti. Dinamika konsumsi produk hortikultura akan dikaji dari data konsumsi tiap jenis komoditas yang diteli berdasarkan SUSENAS.

Tujuan 2. Sinkronisasi kebijakan perdagangan produk hortikultura

Berbagai peraturan terkait perdagangan hortikultura yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan akan dikaji. Dalam hal ini akan dibahas sinkronisasi antar berbagai peraturan tersebut.

Tujuan3. Analisa dampak impor hortikultura terhadap produksi dan pendapatan petani hortikultura. Dampak impor akan dibandingkan antara periode impor dan periode larangan impor

terhadap produksi komoditas hortikultura dan pendapatan petani. Data series dari Badan Pusat Statistik dan Pasar Induk akan dianalisis untuk analisis dampak kebijakan impor hortikultura.

Tujuan 4. Rumusan alternatif kebijakan pengendalian impor produk hortikultura

Alternatif kebijakan pengendalian impor didasarkan dianalisis menggunakan pengaruh tarif impor yang layak terhadap harga eceran produk impor hortikultura di pasar domestic, yaitu penentuan tarif impor optimal yang dapat memberikan tingkat keuntungan produsen domestik yang layak (pada besaran prosentase keuntungan tertentu). Untuk itu terlebih dahulu akan dianalisa: (a) besarnya tarif optimal masing masing produk hortikultura, dan (b) harga eceran yang memberikan keuntungan petani secara layak.

Tarif optimal adalah tingkat tarif dimana harga eceran produk hortikultura impor setara dengan harga eceran produk lokal sejenis (dengan asumsi marjin yang diperoleh importir adalah normal). Tarif impor terlalu mahal jika harga eceran produk impor terlalu tinggi. Sebaliknya, tarif impor terlalu rendah jika harga eceran produk impor lebih murah dari harga eceran produk local. Harga eceran produk impor akan diestimasi menggunakan rumus umum sebagai berikut:

Pe = f (Pb, tariff, distribusi,marjin) Pe = harga eceran porduk hortikultura impor (Rp) Pb = harga perbatasan (border price) Tarif = dalam persentase Distribusi = biaya distribusi (%) Marjin = dalam persentase Harga eceran produk hortikultura domestik yang layak didasarkan kepada

tingkat harga yang memberikan keuntungan petani sebesar 30 persen, atau harga pokok produksi ditambah 30 persen keuntungan.

Page 20: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

19 

 

IV. ANALISA RISIKO

Resiko yang akan menghambat kelancaran kegiatan studi terutama berkaitan dengan pendanaan, berupa kecukupan jumlah data penelitian, keterlambatan cairnya dana dan adanya perubahan kebijakan anggaran. Hal ini dapat terjadi apabila terjadi kebijakan dibidang anggaran yang mengarah kepada hal terebut. Ketersediaan jumlah anggaran akan menentukan cakupan dan efektifitas kegiatan. Keterlambatan pencairan dana akan berdampak kepada pemunduran waktu pelaksanaan sehingga waktu yang tersedia untuk kegiatan berkurang. Pengurangan jumlah anggaran berakibat cakupan wilayah yang dikaji menjadi lebih sedikit. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pencapaian tujuan kajian.

Apabila hal tersebut terjadi, karena hal tersebut berkaitan dengan administrasi keuangan, maka upaya yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan kegiatan penelitian dengan kebijakan dan ketersediaan yang ada. Langkah yang dapat dilakukan adalah pengurangan jumlah lokasi observasi kajian dengan membatasi kapada lokasi contoh tersentu disesuaikan dengan ketersediaan anggaran yang ada. Pada kondisi kejadian resiko terbesar yaitu dana yang dialokasikan sangat sangat terbatas, maka kegiatan yang dapat dilakukan hanya bersifat review dengan berdasarkan informasi yang diperolah dari website, sehingga tidak semua tujuan kajian dapat dijawab.

IV. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

4.1. Tim Peneliti

Kajian dilakukan oleh Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian dengan tim peneliti sebagai berikut:

No Nama Pangkat Keterangan 1. Dr. Muchjidin Rachmat IV E Ketua Tim 2. Dr. Bambang Sayaka IV C Anggota 3. Dr. Henny Mayrowani IV B Anggota 4. Drs. Chaerul Muslim III D Anggota 5 Valeriana Darwis,SE. MM IV B Anggota

4.2. Waktu Pelaksanaan Kajian

Kajian akan dilakukan pada tahun anggaran 2014 dengan jadwal sebagai berikut:

Jenis Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov DesPembuatan Proposal operasional

Seminar dan perbaikan proposal

Studi literature Penyusunan Kuesioner Survai ke lapang Pengolahan dan analisis data Penulisan laporan Seminar hasil penelitian Perbaikan laporan Penggandaan laporan

Page 21: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

20 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, M.N. 2013. Konsumsi Buah dan Sayur di Indonesia ketinggalan dari Negara Tetangga. http://health.detik.com/read/2013/06/28/190119/2287595/763/.

Direktorat Jendral Hortikultura, 2013. Perkembangan Sayuran 2008-2012. http://hortikultura.deptan.go.id/ Direktorat Jendral Hortikultura, 2013. Perkembangan Buah-buahan 2008-2012. http://hortikultura.deptan.go.id/

Permentan No. 88/2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan.

Permentan No. 89/2011 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan atau Sayuran Segar

Permentan No. 90/2011 tentang Persyaratan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar.

Permendag No.60 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura, semula Permendag No 30/2012.

Permentan No. 15/Permentan/OT.140/3/2012 dan Permentan No. 16/Permentan/OT.140/3/2012.

Permentan No. 89/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah – Buahan dan/atau Sayuran Buah Segar Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

Permentan No. 90/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan

Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2012. Statistik Konsumsi Pangan tahun 2012. Sekretariat Jenderal. Kementerian Pertanian.

Wikipedia. 2013a. Free Trade. http://en.wikipedia.org/wiki/Free_trade.8 Maret 2013.

Wikipedia. 2013b. Tariff. http://en.wikipedia.org/wiki/Tariff. 8 Maret 2013.

Page 22: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

21 

 

Lampiran  1. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah Utama Tahun 2000‐2010. (US$000)  Jenis  2000 2001  2002 2003 2004 2005 2006  2007 2008 2009 2010  Total 

Alpukat Eksport Import Neraca 

16.785 20.165 ‐3.380 

 3.108 

27.757 ‐24.649 

49.864 164.334 ‐114.470 

53.892 42.265 11.627 

785 26.147 ‐25.362 

6.644 34.117 ‐27.473 

9.164 29.979 ‐20.815 

104.256 32.712 71.544 

143.721 36.826 106.895 

62.909 9.610 

53.299 

69.348 19.363 49.985 

 520.476 443.275 77.201 

Durian  Eksport Import Neraca 

12.454 1.097.236 ‐1.084.782 

 7.926 

4.055.059 ‐4.047.133 

96.634 10.072.842 ‐9.976.208 

12.943 4.041.705 ‐4.028.762 

6.710 11.730.903 ‐11.724.193 

11.857 7.527.922 ‐7.516.065 

7.822 14.941.846 ‐14.934.024 

6.455 27.025.677 ‐27.019.222 

84.130 30.829.557 ‐30.745.427 

16.239 35.955.390 ‐35.939.151 

7.535 34.704.684 ‐34.697.149 

 270.705 

181.982.821 ‐181.712.116 

Jambu Biji Eksport Import Neraca 

26.048 21.200 4.848 

 8.354 

10.724 ‐2.370 

28.859 122.920 ‐94.061 

62.567 280.654 ‐218.087 

102.074 242.607 ‐140.533 

20.380 186.777 ‐166.397 

97.949 158.038 ‐60.089 

51.773 149.560 ‐97.787 

123.190 78.207 44.983 

297.267 28.926 268.341 

136.450 77.674 58.776 

 954.911 

1357.287 ‐402.376 

Jeruk Eksport Import Neraca 

107.702 41.596.627 ‐41.488.925 

 207.185 

39.931.724 ‐39.724.539 

684.520 53.767.998 ‐53.083.478 

939.914 49.174.559 ‐48.234.645 

2.209.988 54.553.897 ‐52.343.909 

1.011.163 46.655.906 ‐45.644.743 

686.567 63.190.283 ‐62.503.716 

53.961 4.852.123 ‐4.798.162 

32.508 21.616.698 ‐21.584.190 

148.404 15.327.574 ‐15.179.170 

238.266 24.371.004 ‐24.132.738 

 6.320.178 

415.038.393 ‐408.718.215 

Mangga Eksport Import Neraca 

401.623 94.665 306.958 

 289.049 130.533 158.516 

2.674.032 230.019 

2.444.013 

480.340 427.447 52.893 

2.013.390 445.718 

1.567.672 

995.935 437.348 558.587 

1.160.642 599.824 560.818 

1.004.186 725.379 278.807 

1.645.948 603.661 

1.042.287 

1.334.694 554.523 780.171 

1.065.259 817.003 248.256 

 13.065.098 5.066.120 7.998.978 

Nenas Eksport Import Neraca 

1.124 952 172 

 887 212 675 

101.569 82 

101.487 

87.287 211 

87.075 

99.601 150 

99.451 

128.917 95 

128.823 

124.974 97 

124.877 

360.991 120.437 240.554 

104.482 145.208 ‐40.726 

21.791 30.029 ‐8.238 

41.124 53.432 ‐12.308 

 1.072.747 350.905 721.842 

Pepaya Eksport Import Neraca 

14.651 0 

14.651 

 5.508 998 

4.510 

6.643 0 

6.643 

231.350 80 

231.270 

1.301.371 521 

1.300.850 

112.597 50 

112.547 

62.924 22 

62.902 

14.554 82 

14.472 

567 96.040 ‐95.473 

125.549 130.366 ‐4.817 

102.951 394.193 ‐291.242 

 1.978.665 622.352 

1.356.313 

Pisang Eksport Import Neraca 

413 31.757 ‐31.344 

 50 

64.621 ‐64.571 

1.078.574 98.470 980.104 

514.020 403.849 110.171 

778.506 188.839 589.667 

1.288.892 400.859 888.033 

1.407.542 168.408 

1.239.134 

35.579 4.078 

31.501 

144.315 932.906 ‐788.591 

201.925 2291.448 

‐2.089.523 

193.378 894.767 ‐701.389 

 5.643.194 5.480.002 163.192 

Rambutan Eksport Import Neraca 

327.907 13.741 314.166 

 174.803 

4.376 170.427 

588.140 1.702 

586.438 

958.850 1.776 

957.074 

117.336 0 

117.336 

0 2.098 ‐2.098 

0 0 0 

293.756 0 

293.756 

421.034 0 

421.034 

398.455 12.825 385.630 

339.070 12.287 326.783 

 3.619.351 

48.805 3.570.546 

Manggis Eksport Import Neraca 

5.885.038 0 

5.885.038 

 3.953.234 

606 3.952.628 

6.956.915 1.644 

6.955.271 

9.306.042 0 

9.306.042 

3.291.855 202 

3.291.653 

6.385.137 414 

6.384.723 

3.611.995 0 

3.611.995 

4.951.442 13.577 

4.937.865 

5.832.534 2.341 

5.830.193 

7.198.184 4.929 

7.193.255 

8.754.427 7.024 

8.747.403 

 66.126.803 

30.737 66.096.066 

 

Page 23: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

22 

 

Lampiran 2. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Sayur Utama Tahun 2000‐2010. (US$000)  Jenis  2000 2001  2002 2003 2004 2005 2006  2007 2008 2009 2010  Total 

Bwg Merah Eksport Import Neraca 

1.835.233 12.913.803 ‐11.078.570 

 1.670.775 

12.475.026 ‐10.804.251 

63.922 9.069.031 ‐9.005.109 

86.022 12.369.945 ‐12.283.923 

8.658 14.240.435 ‐14.231.777 

31.809 15.412.125 ‐15.380.316 

6.365.994 29.907.765 ‐23.541.771 

2.318 7.046.431 ‐7.044.113 

4.531.300 53.744.634 ‐49.213.334 

4.331.291 27.591.585 ‐23.260.294 

1.814.175 1.196.493 617.682 

 20.741.497 195.967.273 ‐175.225.776 

Bwg Putih  Eksport Import Neraca 

45.620 43.444.592 ‐43.398.972 

 426.050 

51.216.982 ‐50.790.932 

882.727 53.258.640 ‐52.375.913 

384.158 50.120.188 ‐49.736.030 

43.166 53.474.252 ‐53.431.086 

7.308 66.700.141 ‐66.692.833 

11.182 100.093.243 ‐100.082.061 

27.092 12.033.485 ‐12.006.393 

201.252 2.341.619 ‐2140.367 

17.046 3.351.281 ‐3.334.235 

75.098 2.459.604 ‐2.384.506 

 2.120.699 

438.494.027 ‐436.373.328 

Cabe Eksport Import Neraca 

0 0 0 

 0 0 0 

926.896 4.197.421 ‐3.270.525 

941.613 3.046.224 ‐2.104.611 

1.581.358 3.097.134 ‐1.515.776 

1.804.624 4.310.515 ‐2.505.891 

633.706 7.440.422 ‐6.806.716 

425.805 65.790 360.015 

444.292 190.062 254.230 

1.897.513 682.050 

1.215.463 

652.481 1.340.706 ‐688.225 

 9.308.288 

24.370.324 ‐15.062.036 

Kcg Panjang Eksport Import Neraca 

4.461 91.782 ‐87.321 

 4.159 

85.721 ‐81.562 

3.421 26.090 ‐22.669 

10.622 5.511 5.111 

1.407 13.459 ‐12.052 

17.881 30.124 ‐12.243 

27.823 15.096 12.727 

297.670 23.410 274.260 

182.661 2.272.643 ‐2.089.982 

207.194 3.588.568 ‐3.381.374 

79.731 36.881 42.850 

 837.030 

6.189.285 ‐5.352.255 

Kentang Eksport Import Neraca 

4.495.017 2.112.181 2.382.836 

 4.231.694 1.356.171 2.875.523 

5.726.540 13.405.810 ‐7.679.270 

4.449.642 13.621.148 ‐9.171.506 

3.764.522 20.756.502 ‐16.991.980 

3.951.962 22.247.337 ‐18.295.375 

6.288.410 20.623.564 ‐14.335.154 

392.772 5.041.426 ‐4.648.654 

112.234 4.767.819 ‐4.655.585 

435.075 4.980.154 ‐4.545.079 

2.426.044 14.591.090 ‐12.165.046 

 36.273.912 123.503.202 ‐87.229.290 

Ketimun Eksport Import Neraca 

4.754 3.800 9.549 

 5.226 5.887 ‐661 

1.113.893 183.139 930.754 

856.002 571.557 284.445 

458.923 130.126 328.797 

871.682 238.792 632.890 

628.015 126.025 501.990 

61.224 0 

61.224 

847.792 41.626 806.166 

8.997.374 15.999 

8.981.375 

859.188 49.225 809.963 

 14.704.073 1.366.176 

13.346.492 

Kol/Kubis Eksport Import Neraca 

4.499.771 280.165 

4.219.606 

 4.236.920 213.352 

4.023.568 

9.758.703 328.417 

9430.286 

11.401.593 527.610 

10.873.983 

7.802.338 566.299 

7.236.039 

9.130.463 937.107 

8.193.356 

8.997.719 529.836 

8.467.883 

127.028 16.095 110.933 

520.024 326.115 193.909 

389.518 120.470 269.048 

7.105.339 656.727 

6.448.612 

 63.969.416 4.502.193 

59.467.223 

Terung Eksport Import Neraca 

1.527.756 438 

1.527.318 

 2.283.284 

3.363 2.279.921 

1.467.721 0 

1.467.721 

0 0 0 

0 0 0 

0 0 0 

0 0 0 

106.597 174 

106.423 

3.537 0 

3.537 

41.393 22.855 18.538 

1.798 339 

1.459 

 5.432.086 

27.169 5.404.917 

Tomat Eksport Import Neraca 

654.543 223.221 431.322 

 553.248 178.392 374.856 

2.254.874 4.378.856 ‐2.123.982 

2.630.145 4.855.107 ‐2.224.962 

2.715.406 5.472.040 ‐2.756.634 

1.128.649 4.549.409 ‐3.420.760 

792.829 5.867.717 ‐5.074.888 

730.784 252.382 478.402 

4.221.453 236.197 

3.985.256 

3.458.197 100.637 

3.357.560 

3.362.651 55.427 

3.307.224 

 22.502.779 26.169.385 ‐3.666.606 

Wortel Eksport Import Neraca 

131.616 190.966 ‐59.350 

 127.194 288.473 ‐161.279 

498.081 526.898 ‐28.817 

341.977 718.542 ‐376.565 

107.339 1.759.606 ‐1.652.267 

69.016 3.108.960 ‐3.039.944 

102.581 2.814.637 2.712.056 

3.209 9.171.843 ‐9.168.634 

939.837 9.428.361 ‐8.488.524 

2.660.935 7.227 

2.653.708 

6.211.373 17.616.907 ‐11.405.534 

 11.193.158 45.632.420 ‐29.015.150 

 

Page 24: KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPO R PRODUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_06.pdf · 1.1. Latar Belakang ... Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengeluarkan

23 

 

Lampiran 3. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Tanaman Hias Tahun 2000‐2010. (US$000)  Jenis  2000 2001  2002 2003 2004 2005 2006  2007 2008 2009 2010  Total 

Krisan Eksport Import Neraca 

0 0 0 

 0 0 0 

0 0 0 

0 0 0 

0 0 0 

0 0 0 

0 0 0 

646.601 580 

646.021 

960.557 11.129 949.428 

217.371 16.880 200.491 

1.397.751 45.265 

1.352.486 

 3.222.280 

73.854 3.148.426 

Mawar  Eksport Import Neraca 

26.982 33.154 ‐6.172 

 893 

7.618 ‐6.725 

1.596 18.238 ‐16.642 

332 1.364 ‐1.032 

0 15.263 ‐15.263 

0 0 0 

33 889 856 

276.205 183.111 93.094 

184.949 134 

184.815 

208.736 16.221 192.515 

938.405 133.404 805.001 

 1.638.131 409.396 

1.230.447 

Anggrek Eksport Import Neraca 

1.138.624 346.369 792.255 

 1.435.522 423.920 

1.011.602 

1.189.558 182.734 

1.006.824 

1.710.982 226.882 

1.484.100 

1.325.954 350.047 975.907 

1.430.994 537.750 893.244 

1.232.199 314.374 917.825 

919.995 40.253 879.742 

727.706 50 

727.656 

815.697 372.960 442.737 

886.350 654 

885.696 

 12.813.581 2.795.993 

10.017.588