k a n d a i

13
190 K A N D A I Volume 10 No. 2, November 2014 Halaman 190-202 ASPEK SOSIOLOGIS NYANYIAN PENGANTAR TIDUR RAKYAT MUNA (Sosiological Aspect in Munanese Lullaby) Mulawati Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara Kompleks Bumi Praja, Jalan Haluoleo, Anduonohu, Kendari Pos-el: [email protected] (Diterima 13 Februari 2014; Revisi 26 September 2014; Disetujui 1 Oktober 2014) Abstract Munanese community also know some magnificence values from munanese lullaby and folksong that sing by a parents to their child. Those values can be a guidance in social relationship. If munanese people usually listen and understand those messages, they will not make a hirozontal conflict in their circumstances. So that, the writer interest in describing munanese folksong by using sociological analysis. This approach described munanese folksong by its sociological elements. The writer conclude that kaomu and walaka’s lullaby is an advise to get some knowledge which supporting their right in guiding governmental system. Maradika’s lullaby contain an advise to feel proud being an element that supporting governmental activity. General lullaby contain a massage about the importance of knowledge. Munanese folksong that sing by a parents to their chil contain some messages about affection and motivation that support human social life. Keywords: sociological aspect, lullaby, munanese community. Abstrak Masyarakat Muna mengenal nilai-nilai luhur dalam nyanyian pengantar tidur dan nyanyian orang tua untuk anak. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi panduan dalam bermasyarakat. Apabila masyarakat Muna terbiasa mendengar dan memahami pesan-pesan tersebut, masyarakat muna yang hidup di zaman modern ini akan mengurangi keinginan untuk menimbulkan konflik sosial. Oleh karena itu, penulis tertarik memaknai nyanyian rakyat Muna dari sudut pandang sosiologis. Nyanyian-nyanyian rakyat ini akan diuraikan dengan pendekatan sosiologis, yaitu sebuah pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan dalam sastra. Aspek sosiologis dalam nyanyian rakyat pengantar tidur untuk kelas sosial kaomu dan walaka adalah anjuran untuk memiliki ilmu sebagai bekal dalam pelaksanaan pemerintahan. Nyanyian pengantar tidur golongan maradika mengarahkan mereka untuk merasa bangga dengan peran mereka sebagai pendukung pemerintahan. Nyanyian pengantar tidur secara umum berisi pentingnya ilmu dalam masyarakat Muna. Nyanyian orang tua untuk anak berisi pesan-pesan untuk memiliki kasih sayang dan motivasi dalam hidup bermasyarakat. Kata-kata kunci: aspek sosiologis, nyanyian pengantar tidur, masyarakat Muna.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: K A N D A I

190

K A N D A IVolume 10 No. 2, November 2014 Halaman 190-202

ASPEK SOSIOLOGIS NYANYIAN PENGANTAR TIDUR RAKYAT MUNA(Sosiological Aspect in Munanese Lullaby)

MulawatiKantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Kompleks Bumi Praja, Jalan Haluoleo, Anduonohu, KendariPos-el: [email protected]

(Diterima 13 Februari 2014; Revisi 26 September 2014; Disetujui 1 Oktober 2014)

AbstractMunanese community also know some magnificence values from munanese

lullaby and folksong that sing by a parents to their child. Those values can be aguidance in social relationship. If munanese people usually listen and understandthose messages, they will not make a hirozontal conflict in their circumstances.So that, the writer interest in describing munanese folksong by using sociologicalanalysis. This approach described munanese folksong by its sociologicalelements. The writer conclude that kaomu and walaka’s lullaby is an advise toget some knowledge which supporting their right in guiding governmental system.Maradika’s lullaby contain an advise to feel proud being an element thatsupporting governmental activity. General lullaby contain a massage about theimportance of knowledge. Munanese folksong that sing by a parents to their chilcontain some messages about affection and motivation that support human sociallife.Keywords: sociological aspect, lullaby, munanese community.

AbstrakMasyarakat Muna mengenal nilai-nilai luhur dalam nyanyian pengantar tidur

dan nyanyian orang tua untuk anak. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi panduandalam bermasyarakat. Apabila masyarakat Muna terbiasa mendengar danmemahami pesan-pesan tersebut, masyarakat muna yang hidup di zaman modernini akan mengurangi keinginan untuk menimbulkan konflik sosial. Oleh karenaitu, penulis tertarik memaknai nyanyian rakyat Muna dari sudut pandangsosiologis. Nyanyian-nyanyian rakyat ini akan diuraikan dengan pendekatansosiologis, yaitu sebuah pendekatan yang mempertimbangkan segi-segikemasyarakatan dalam sastra. Aspek sosiologis dalam nyanyian rakyatpengantar tidur untuk kelas sosial kaomu dan walaka adalah anjuran untukmemiliki ilmu sebagai bekal dalam pelaksanaan pemerintahan. Nyanyianpengantar tidur golongan maradika mengarahkan mereka untuk merasa banggadengan peran mereka sebagai pendukung pemerintahan. Nyanyian pengantartidur secara umum berisi pentingnya ilmu dalam masyarakat Muna. Nyanyianorang tua untuk anak berisi pesan-pesan untuk memiliki kasih sayang danmotivasi dalam hidup bermasyarakat.Kata-kata kunci: aspek sosiologis, nyanyian pengantar tidur, masyarakat Muna.

Page 2: K A N D A I

Mulawati: Aspek Sosiologis Nyanyian Pengantar Tidur…

191

PENDAHULUAN

Etnik Muna, secara etimologisberasal dari kata ‘Wuna’. Wunamerupakan salah satu wilayahkepulauan yang terletak di ujungjazirah tenggara pulau Sulawesi.Masyarakat etnik Muna menyebutdirinya sebagai orang Tomuna.Masyarakat Muna memiliki folklorlisan (bahasa rakyat, ungkapantradisional, cerita prosa rakyat, puisirakyat, nyanyian rakyat); folklorsebagian lisan (kepercayaan rakyat,permainan rakyat, adat-istiadat,upacara, pesta rakyat, dan lain-lain);dan folklor bukan lisan (arsitekturrakyat, kerajinan tangan rakyat,pakaian dan perhiasan tubuh rakyat,makanan dan obat-obatan tradisional).Gerak pertumbuhan dan perkembanganmasyarakat begitu cepat dan komplekssehingga sebagian folklor ada yangsudah dilupakan atau punah, dan adasebagian yang masih bertahan.

Nyanyian rakyat Munamerupakan salah satu folklor lisanyang masih tetap bertahan dilingkungan masyarakat Muna sampaisaat ini. Nyanyian rakyat dalammasyarakat Muna bertahan denganmemakai bahasa daerah setempat,yaitu bahasa Muna, sehingga mudahditerima oleh masyarakat. Carapenyampaiannya sederhana dan tidakdiiringi oleh alat musik apa pun.Pewarisan nyanyian ini dilakukansecara lisan dari orang tua ke anaknya.Walaupun masih bisa bertahan didalam maraknya nyanyian modern,masyarakat Muna khususnya generasimuda perkotaan mulai meninggalkankebiasaan menyanyikan nyanyian ini.

Penelitian mengenai nyanyianrakyat Muna pernah dilakukanRahmawati dkk, tahun 2010. MenurutRahmawati, et al (2010: 115), secaraumum, nyanyian rakyat memiliki

fungsi-fungsi ritual, sosial, pendidikan,komunikasi dan informasi, sertaberfungsi menghibur, tergantungsituasi dan kondisi pelaksanaannyanyian tersebut. Fungsi-fungsinyanyian rakyat, yang juga terkandungdalam semua jenis nyanyian rakyatMuna adalah: 1) Fungsi ritual,nyanyian sebagai sarana penghubungantara kehidupan gaib dengankehidupan sesungguhnya, 2) Fungsisosial, yaitu sebagai sarana kritik sosialdalam masyarakat, sebagai norma-norma yang berlaku di masyarakat, 3)Fungsi mendidik, nyanyianmemberikan nilai pendidikan sejakusia dini dan generasi penerus, 4)Fungsi komunikasi dan informasi,sebagai alat berkomunikasiantarindividu dan masyarakat. Setiapnyanyian mengandung pesan pentingsebagai media informasi dalammasyarakat, 5) Fungsi hiburan,nyanyian dapat menenangkanperasaan, sebagai media yang dapatmewakili perasaan setiap manusia atassesuatu hal. Nyanyian disampaikandalam berbagai ekspresi, senang dangembira, perasaan sukacita sehinggamenjadi alat hiburan bagi anak, remaja,dan para orang tua.

Penelitian tersebutmenitikberatkan analisisnya pada jenis,makna, dan fungsi nyanyian rakyatMuna. Aspek sosial yang terkandungsecara implisit dalam masyarakatMuna belum diuraikan dengan jelas.Nilai sosial yang terkandung dalamnyanyian pengantar tidur penting untukdiuraikan mengingat nilai-nilai luhurtersebut dapat menjadi panduan dalambermasyarakat. Saat ini, Suku Munaidentik dengan perangai yang kurangbaik. Suku Muna dengan mudahmelakukan kekerasan fisik terhadappejabat pemerintahan bila aparattersebut ditengarai melakukan sebuahkecurangan. Selain itu, Suku Muna

Page 3: K A N D A I

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 190-202

192

sering melakukan tawuran antarpemuda di wilayah Kota Kendari.Konflik sosial yang mereka lakukansedikit demi sedikit dapat dikurangiapabila masyarakat Muna terbiasamendengar pesan-pesan yangterkandung dalam nyanyian pengantartidur. Olehnya itu, penulis tertarikmemaknai nyanyian pengantar tidurrakyat Muna dari sudut pandangsosiologis.

LANDASAN TEORI

Sastra lisan

Sastra lisan secara keseluruhanialah sebagian kebudayaan suatukolektif yang tersebar dan diwariskanturun-temurun di antara kolektifmacam apa saja secara tradisionaldalam versi yang berbeda baik dalambentuk lisan maupun contoh yangdisertai dengan gerak, isyarat ataupembantu pengingat (Danandjaya,1994:2). Brunvand (dalamDanandjaya, 1994:21) seorang ahlifolklor dari Amerika Serikat,menggolongkan folklor ke dalam tigakelompok besar berdasarkan tipenya,yaitu: (1) foklor lisan (verbal folklore);(2) folklor sebagian lisan (partly verbalfolklore); dan (3) folklor bukan lisan(non verbal folklore).

Brunvand (dalam Danandjaya,1994:141), menyatakan bahwanyanyian rakyat adalah salah satubentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secaralisan di antara anggota kolektiftertentu, berbentuk tradisional, sertabanyak mempunyai varian. MenurutNurgiyantoro (2005: 214), nyanyianrakyat merupakan salah satu bentukkesenian tradisional yang banyakdikenal dan dinyanyikan hingga kini.Sebagai salah satu bentuk keseniantradisional, pada umumnya nyanyianrakyat tidak diketahui penciptanya

karena saat nyanyian itu diciptakanrasa kebersamaan masih jauh lebihdipentingkan daripada kepentinganpribadi.

Nyanyian rakyat terbagi menjadidua golongan. Pertama, nyanyianrakyat yang salah satu unsurnya(lirik atau lagu) lebih menonjol ataulebih kuat. Golongan ini disebutnyanyian rakyat yang tidaksesungguhnya. Kedua, nyanyian rakyatyang kedua unsurnya sama-sama kuatatau seimbang di dalamperkembangannya, yang disebutnyanyian rakyat yang sesungguhnya.Nyanyian rakyat yangsesungguhnya berupa nyanyianrakyat yang berfungsi, diantaranyaadalah nyanyian kelonan, nyanyiankerja, dan nyanyian permainan.Nyanyian rakyat yang bersifat lirisyang berupa nyanyian rakyat liris yangsesungguhnya, dan nyanyian rakyatliris yng bukan sesungguhnya(Brunvand dalam Danandjaya,1994:146). Selain itu, nyanyianrakyat yang bersifat berkisah(narrative folksong).

Analisis Sosiologis

Fananie (2002: 134),menjelaskan bahwa secara implisit didalam teks sastra, baik tradisionalmaupun kontemporer, terdapatproposisi-proposisi bahwa manusiatidak pernah hidup sendiri. Hal inimendukung kenyataan bahwa manusiapastilah memiliki masa lampau, masakini, dan masa yang akan datang.Kenyataan ini adalah sebuah oracle(sabda dewa, takdir yang pasti dilaluioleh seorang manusia). Karena itu,nilai yang terdapat dalam karya sastraadalah nilai yang hidup, yang selaluberkembang, dan dinamis. Ini berartikarya sastra tidak diperlakukan sebagaidata jadi, melainkan merupakan data

Page 4: K A N D A I

Mulawati: Aspek Sosiologis Nyanyian Pengantar Tidur…

193

mentah yang masih harus diolahdengan fenomena lain.

Ratna (2010: 370), menjelaskanbahwa analisis sosiologis menjelaskanhakikat masyarakat sekaligusimplikasinya terhadap suatu penelitian,baik secara praktis maupun teoritis.Peristiwa-peristiwa dan benda-bendayang kita lihat, misalnya, yang padaumumnya disebut sebagai fakta sosialseperti dapat diamati dalam kehidupansehari-hari, bukanlah kenyataan yangsesungguhnya melainkan kenyataanyang telah ditafsirkan. Pemahamanterhadap kenyataan terjadi lewatstruktur sosial, status dan peran, daninstitusi dengan sistem aturan.

Nyanyian rakyat pengantar tidursebagai salah satu sastra yang bersifattradisional tumbuh dan berkembangdalam masyarakat. Masyarakat adalahsekelompok orang yangmempunyai kebudayaan yang samaatau setidaknya mempunyai sebuahkebudayaan bersama yang dapatdibedakan dari yang dimiliki olehkelompok lainnya. Merekabermukim di satu wilayah,mempunyai perasaan akan adanyapersatuan antaranggota-anggotanyadan menganggap dirinya sebagaisatu kesatuan yang berbeda denganyang lainnya. Amir (2013: 190),menyampaikan bahwa penelitian sastralisan termasuk di dalamnya nyanyianrakyat juga dapat dikembangkan kearah sosiologi sastra. Penelitian dapatdifouskan pada fungsi nyanyian rakyatbagi masyarakatnya. Menurut Teew(dalam Amir, 2013: 190), relevansikarya sastra dengan sosio-budaya akanberwujud dalam fungsi nyanyianrakyat sebagai (1) afirmasi, penetapanorma-norma sosio-budaya yang adapada waktu tertentu, (2), restorasi,yaitu mengungkapkan keinginan,kerinduan, pada norma yang telah lamahilang.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yangdigunakan adalah metode deskriptifkualitatif, yaitu prosedur penelitianyang menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata atau tulisan.Penelitian kualitatif adalah suatupenelitian yang ditujukan untukmendeskripsikan dan menganalisisfenomena, peristiwa, aktivitas sosial,sikap, kepercayaan, persepsi,pemikiran orang secara individualmaupun kelompok (Sukmadinata,2005: 60). Penelitian ini bertujuanmenggambarkan, mengungkap, danmenjelaskan. Menurut Sugiyono(2011: 7-8), metode penelitiankualitatif dinamakan metode barukarena popularitasnya belum lama,dinamakan metode postpositivistikkarena berlandaskan pada filsafatpostpositivisme. Metode ini jugadisebut sebagai metode artistik, karenaproses penelitian lebih bersifat seni(kurang terpola), dan disebut sebagaimetode interpretatif karena hasilpenelitian lebih berkenaan denganinterpretasi terhadap data yangditemukan di lapangan. Metode inidipilih agar aspek-aspek sosiologisyang terkandung dalam nyanyianpengantar tidur rakyat Muna dapatdiinterpretasi dan diungkapkan denganbaik.

Data utama penelitian adalah 4buah nyanyian pengantar tidur rakyatMuna yang diperoleh dari hasilpenelitian tim penelitian sastra KantorBahasa Provinsi Sulawesi Tenggaratahun 2010. Nyanyian-nyanyianpengantar tidur ini akan diuraikandengan pendekatan sosiologis, yaitusebuah pendekatan yangmempertimbangkan segi-segikemasyarakatan dalam sastra. Dalamhal ini, sastra dipandang mempunyaihubungan timbal balik yang erat

Page 5: K A N D A I

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 190-202

194

dengan faktor-faktor sosial dankultural dalam masyarakat. Sehinggapemahaman terhadap sastra tidak dapatdilepaskan dari aspek sosial dankebudayaan masyarakat yangmelahirkannya.

PEMBAHASAN

Nyanyian pengantar tidur rakyatMuna termasuk produk budayamasyarakat Muna yang tidak bisadilepaskan dari berbagai aspekkehidupan masyarakat, baik aspeksosial maupun spiritual. Keberadaannyanyian pengantar tidur telah menjadibagian dari budaya Masyarakat Muna.Nyanyian pengantar tidur inidituturkan oleh orang tua sebagaisarana penyampaian pesan-pesanmoral yang dibutuhkan anak dalamkehidupan sosialnya.

Aspek Sosiologis dalam NyanyianPengantar Tidur

Nyanyian sebelum tidur dapatkita jumpai dalam berbagai etnis yangada di Indonesia. MasyarakatIndonesia telah memiliki budaya untukmencerdaskan anak mereka denganberbagai petuah yang disampaikandalam nayanyian. Beberapa penelitianmenunjukkan bahwa nyanyian yangdiperdengarkan dengan lembut dapatmembuat anak jadi rileks, danmeningkatkan kemampuan anak untukmengingat apa yang dipertahankandalam otak dalam bentuk memori.Selain itu, nyanyian sebelum tidur jugadapat mengurangi kecemasan anak,meningkatkan kepercayaan diri, danmeningkatkan kreativitas(http://jufridaengnigga80.blogspot.com/2012/12/royong-lebih-dari-sekedar-sebuah.html).

Nyanyian pengantar tidur dalammasyarakat Muna terbagi dalam dua

jenis yaitu nyanyian menidurkan anakpada golongan kaomu dan walaka.Jenis lainnya adalah nyanyianmenidurkan anak untuk golonganmaradika. Masyarakat Muna terbagidalam beberapa kelas sosial. MenurutIbranur (2013: 2), pembagian kelasmasyarakat ini dimulai sejakpemerintahan Raja Titakono (RajaMuna X), strata sosial tersebut adalahkaomu, walaka, dan maradika.Masing-masing kelas sosial inimemiliki hak-hak tertentu. Kaomuyang berasal dari kata “kaum” adalahgolongan bangsawan kelas atas yangmenjabat sebagai raja. Walaka adalahbangsawan setingkat di bawah kaomuyang berperan sebagai perdana menteridalam pemerintahan kerajaan.Nyanyian pengantar tidur untukgolongan kaomu dan walaka dapat kitalihat dalam kutipan berikut.

1. dhouna-una watiti dhouna-unadhololo-lolo watiti dhololo-lolomolodo tambo matamu

dombuebuekoanaana-ana nempauti siwulu

niparintangi

Artinya:La Ode anak-anak menyusui

susu mamak supaya tidurtidur dengan menyusu’tidur tutup baik-baik matamu,

dengan senang agar supayanyenyak tidur

anak keturunan raja yang wajibdisembah dan disujud

Pesan-pesan kemasyarakatanyang dapat diambil dari kutipan nomor1 adalah kalimat ana-ana nempautisiwulu niparintangi yang berarti “anakketurunan raja yang wajib disembahdan disujud”. Penggalan kalimat inidapat dimaknai secara positif dannegatif. Makna positif dari kalimat ana

Page 6: K A N D A I

Mulawati: Aspek Sosiologis Nyanyian Pengantar Tidur…

195

nempauti siwulu niparintangi yangberarti “anak keturunan raja yangwajib disembah dan disujud” telahdipraktikkan oleh Raja Lakilaponto.Dengan sifat-sifat baik yangdimilikinya, bangsawan ini patutdiikuti dan ditaati. Hak istimewasebagai seorang bangsawan yangdimilikinya akan mendatangkankemaslahatan bagi masyarakat yangdipimpinnya.

Secara negatif kalimat inidipahami sebagai anjuran yangmemotivasi anak yang berasal darikalangan bangsawan (kaomu danwalaka) untuk bersikap angkuh.Anggapan bahwa mereka ditakdirkanterlahir dari orangtua bangsawanmemberikan mereka hak istimewauntuk dipatuhi dalam segala hal, tidakpeduli apakah mereka memerintahkanuntuk melakukan sebuah kerusakanatau sebaliknya. Hal inilah mungkinyang tercermin dari perilaku segelintirmasyarakat Muna saat ini. Kelas sosialyang ada dalam masyarakat Munatelah bergeser, golongan kaomu danwalaka dapat disamakan denganmasyarakat yang memegang jabatandalam pemerintahan

Kabupaten Muna adalah salahsatu daerah definitif tertua yang ada diProvinsi Sulawesi Tenggara. Usiadefinitif daerah tidak berbanding lurusdengan pembangunan yang dilakukanoleh pemerintah daerah ini. Perubahanyang dialami daerah ini adalahsemakin berkurangnya kekayaan alamyang menjadi kebanggan masyarakatMuna. Luas hutan jati Muna semakinberkurang dari hari ke hari,penebangan yang dilakukan disinyalirmendapatkan dukungan dari kepaladaerah Kabupaten Muna.

Makna negatif dari kalimatdalam nyanyian pengantar tidur untukgolongan kaomu dan walaka yangmewakili perilaku segelintir

masyarakat Muna saat ini, khususnyakepala derah yang memimpin daerahini. Makna positif kalimat dalamnyanyian rakyat tersebut adalah sebuahanjuran bagi anak-anak yang terlahirsebagai bangsawan dengan hakmemimpin agar memiliki sikap-sikapyang baik. Mereka akan menjaditeladan dan akan memimpin negerimereka dengan baik bila telahmemiliki kebijaksanaan dan empatiyang besar. Makna tersembunyi lainyang dapat diambil dari kalimat iniadalah pemimpin yang wajib diikutidan ditaati adalah pemimpin yangselalu mengutamakan kepentinganmasyarakatnya kepentinganpribadinya, bukan pemimpin yangmelakukan sebaliknya.

Ibranur (2013: 143), menyatakanbahwa salah satu contoh pemimpinmasyarakat Muna yang legendarisadalah Lakilaponto, beliau adalahpemimpin masyarakat Muna yangterkenal penuh kharisma dan bijaksana.Pria ini adalah putra Sugi Manuru(Raja Muna ke VI) dengan WaTubapala. Lakila ponto adalah seorangraja yang menanamkan jiwapengorbanan dalam usaha menjaga danmemelihara stabilitas politik negeri.Raja MunaVII ini mampu membuatnegeri wuna yang dipimpinnyaberjaya. Raja ini mampumemerdekakan rakyatnya dariketertindasan dan memiliki visi untukkemaslahatan masyarakatnya.

Aspek Sosiologis dalam NyanyianMenidurkan Anak pada GolonganMaradika atau Budak

Kelas sosial maradika berasaldari kata “merdeka” adalah golonganterendah yang mendapat hakkemerdekaan dan bertugas sebagaipelaksana lapangan. Kelas sosial inijuga dikenal dengan sebutan golongan

Page 7: K A N D A I

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 190-202

196

budak. Menurut Couvreur (1935: 37),golongan ini adalah sekelompokmasyarakat yang dihukum menjadibudak karena berbuat kejahatan ataukarena tidak melunasi hutang-hutangnya. Golongan ini sama sekalitidak memiliki hak-hak dalampemerintahan. Nyanyian pengantartidur untuk golongan maradika dapatkita lihat dalam kutipan berikut.

2. nabhalamo namandemonatikambo-kambowamo.nabhalamo namandemo natialangkawasamoale!ale!ale! wambhebhelelabhala maka mbedhano

Artinya:kalau saya punya anak sudahbesar akan dibawa-bawa raja-rajabesarlah dan menjadi pandaisupaya bisa saja mengambilpekerjaan yang lainsayang! sayang! sayang! bilabesar maka saya menjadisenang

Saat ini masyarakat Muna tidaklagi mengenal istilah perbudakan.Hanya saja sebagian keturunan darikelas sosial maradika masih merasabahwa mereka masih memilikimajikan. Walaupun telah dikatakanbahwa golongan ini tidak memilikihak-hak dalam bermasyarakat, merekatetap memiliki peran penting dalambidang ekonomi. Golongan maradikadiibaratkan seperti kerikil yangmenguatkan pondasi sebuah bangunan,merekalah pelopor pertamapembangunan Kerajaan Muna. Kelassosial ini juga mendukung perankaomu dan walaka dengan bertani,beternak, dan berburu.

Kalimat yang menggambarkanhubungan sosial antara kelas sosial

maradika dan kaomu dapat kita lihatdalam kalimat nabhalamo namandemonatikambo-kambowamo. Arti kalimatini dalam bahasa Muna adalah ‘kalausaya punya anak sudah besar akandibawa-bawa raja-raja’. Jiwapengabdian masyarakat kelas bawahtergambar dalam kalimat ini.Masyarakat kelas ini menganggapbahwa bangsawan merupakan kelassosial yang diduduki oleh sekelompokmanusia paling takwa sehingga merekaakan bangga bila berdekatan dengankelas sosial ini. Kaomu yangmendapatkan gelar ode adalah kelassosial yang selalu dihargai, dihormati,bahkan dirindukan oleh masyarakatmaradika. Masyarakat kelas sosial iniakan senang membantu para raja atauode karena mereka adalah sosok yangmematrikan sifat dan bakatkepemimpinan yang mumpuni.Kebijaksaan mereka dalam memimpindiwujudkan dengan selalu melindungimaradika.

Kebanggaan kaum maradikaterhadap raja atau penguasa negeriyang diwakili oleh kalimat nabhalamonamandemo natikambo-kambowamojuga menghindarkan konflik sosialmasyarakat kelas bawah dengan kelasatas. Rasa hormat golongan maradikaterhadap raja atau pemerintahnya tidaklagi terlihat dalam karakter masyarakatMuna masa kini. Konflik horizontalyang dilakukan oleh masyarakat Munacukup sering terjadi. Hal inimenimbulkan stigma bahwamasyarakat Muna adalah masyarakatberperangai keras dan sulit diatur. Saatini masyarakat Muna tidak seganmelakukan serangan fisik pada pejabatpemerintahan apabila mereka tidaksepakat dengan kebijakan pemerintah.

Walaupun saat ini masyarakatMuna terkenal berwatak keras,kecerdasan intelektual yang merekamiliki adalah sebuah kenyataan yang

Page 8: K A N D A I

Mulawati: Aspek Sosiologis Nyanyian Pengantar Tidur…

197

tidak dapat dibantah. Keinginanmasyarakat Muna untuk berprestasi dibidang akademik diwakili oleh kalimatnabhalamo namandemo natialangkawasamo yang berarti ‘besarlahdan menjadi pandai supaya bisa sajamengambil pekerjaan yang lain’.Kalimat ini adalah sebuah motivasipada anak-anak yang terlahir darigolongan maradika untuk mengubahnasib mereka. Kecerdasan dalampendidikan adalah modal besar untukmeningkatkan kesejahteraan.Pendidikanlah yang dapat menggeserpembagian kelas sosial yang ada dalammasyarakat Muna saat ini. Dahulu,pemerintah adalah hak mutlakmasyarakat yang berasal dari kelassosial kaomu dan walaka. Kemutlakanini tidak lagi kita jumpai dalammasyarakat Muna masa kini. Merekayang pantas menduduki sebuah jabatandalam masyarakat ditentukan olehkemampuan dan kecerdasan yangmereka miliki.

Aspek Sosiologis dalam NyanyianPengantar Tidur Secara Umum

Selain jenis nyanyian rakyatyang mewakili dua kelas sosial,masyarakat Muna juga mengenal jenisnyanyian yang dapat digunakan olehkedua kelas sosial ini. Nyanyian rakyatyang digunakan secara umum dapatkita lihat dalam kutipan berikut ini.

3. nabala bhela iniinano bhela nambebasimombebasi koe undeaomarasai okodonsosonabala kaawu ona mandemoinamu bhela mbue-buekonabala kaawu onamandemoonati kambo okambowamo

Artinya:kalau sudah besar ini

mamanya akan bahagiasenang jangan terlalu bersoraksusah jangan terlalu bersedihhai buyung tidurlah nyenyakmamamu membuai-buaimubila dewasa jadilah orangpandaiajaklah mama ke mana pergi

Kalimat nyanyian rakyat yangmengandung aspek sosiologis dapatkita lihat dalam kalimat mbebasi koeundea nabala kaawu onamandemoyang berarti 'bila dewasa jadilah orangpandai' dan onati kambo okambowamoyang berarti 'ajaklah mama ke manapergi'. Keinginan untuk memperolehkecerdasan yang lebih baik denganmenempuh tingkat pendidikan setinggimungkin telah diamanatkan oleh paraIbu yang menyanyikan nyanyianrakyat ini kepada anak-anak mereka.Pesan untuk menjadi orang pandaidilakukan oleh Ibu yang berasal daridua kelas sosial yang dikenal olehmasyarakat Muna. Keinginan Ibu yangterkandung dalam nyanyian rakyatsebelum tidur ini juga diiringi olehpesan luhur bahwa apabila anak-anakyang telah sejahtera tidak melupakanjasa orang tua yang telah mendidikmereka.

Sebagian besar orang tua dalammasyarakat Muna terkenalberkeinginan kuat dalam menempuhpendidikan. Keinginan inimenyebabkan mereka tidak terlalumempedulikan sarana kehidupanmereka. Contohnya, mereka lebihmemilih menyekolahkan anak keperguruan tinggi dibanding membuatrumah mewah. Kebanggan merekaadalah melihat anak-anak merekamendapatkan gelar sarjana.Keberhasilan orang tua dalammenyekolahkan anaknya diwakili olehkalimat nabala bhela ini yang berarti'kalau sudah besar ini' inano bhela

Page 9: K A N D A I

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 190-202

198

nambebasimo 'mamanya akan bahagia'.Kalimat ini adalah motivasi yangsangat kuat untuk orang tua dimasyarakat Muna. Mereka akanmengerahkan seluruh daya upaya demimemberikan pendidikan terbaik bagibuah hati mereka.

Kalimat mbebasi koe undeayang berarti 'senang jangan

terlalu bersorak' dan omarasaiokodonsoso yang berarti 'susah janganterlalu bersedih' adalah nasehat agaranak dapat menjadi orang yangbijaksana, selalu mawas diri, danbersikap dewasa. Kesenangan yangditerima hendaknya tidak membuatseorang anak menjadi lupa diri,menjadi bangga, sombong, atau tinggihati. Kebahagian dalam hidup menjadisesuatu yang harus disyukuri. Dengandemikian, sikap waspada dan kontroldiri bisa tetap melekat dalam diri anak.Demikian pula sebaliknya, cobaankesusahan dan kesedihan tidak disikapidengan rasa sedih yang berlebihan.Kesedihan hendaknya dijadikanpelajaran untuk selalu berhati-hatidalam bertindak sehingga tidakberujung pada kesalahan.

Makna kalimat nyanyian rakyatpengantar tidur secara umum yangdijelaskan di atas telah dipraktekkanoleh masyarakat Muna pada masalampau. Masyarakat Muna yang terdiridari dua kelas sosial hidup rukundengan memelihara solidaritas antaraindividu satu dengan individu lainnya.Dahulu sikap mawas diri selalumengiringi kehidupan masyarakatMuna. Kelas sosial kaomu dan walakamemberikan pengayoman tehadapmasyarakat maradika. Golongankaomu dan walaka akan selalumenjaga sikap mereka dalammenjalankan roda pemerintahan.Dengan kemampuan mawas diri dalammemerintah menyebabkan kelas sosial

kaomu dan walaka mendapatkan rasahormat dari pihak yang dipimpinnya.

Ironisnya, masyarakat Munayang hidup di zaman modern tidak lagipeduli dengan nilai-nilai luhur yangterdapat dalam sastra lisan nenekmoyang mereka. Kebiasaan untukselalu mawas diri dan bersyukur mulaitergerus oleh nilai-niai kapitalis.Budaya baru masyarakat ini dimulaisaat Kerajaan Muna juga menjadinegeri yang dijajah oleh Belanda.Kerajaan Muna yang memegang teguhajaran Islam diubah struktur maupunkulturnya sesuai dengan kepentingankapitalistik dan misi penjajahan.Pembangunan peradaban Munaberdasarkan nilai-nilai leluhurdiarahkan ke pemerintahan militer danotoriter ciptaan penjajah.

Aspek Sosiologis Nyanyian OrangTua untuk Anak

Masyarakat Muna juga mengenaljenis nyanyian rakyat yangdinyanyikan orang tua untuk anaknya.Rahmawati, et al (2010: 77),menyatakan bahwa nyanyian rakyatjenis ini menggambarkan perasaansayang orang tua pada anaknya. Anakmerupakan buah hati, pelepas lelah,penerus keturunan, dan harapan orangtua di masa depan. Nyanyian berikutmengungkapkan perasaan sayangseorang orang tua kepada anaknya.Waktu kecil seorang anak ditimang-timang. Orang tua berusahamenumpahkan kasih sayangnya kepadaanak. Anak dibelai dan dibuai olehorang tua. Segenap kemampuandikerahkan untuk memenuhikebutuhan si anak. Orang tua selaluberanggapan bahwa anak menempatitempat yang istimewa di hati mereka.Anak menjadi harapan bagi orang tuauntuk menjadi generasi penerus dan

Page 10: K A N D A I

Mulawati: Aspek Sosiologis Nyanyian Pengantar Tidur…

199

harapan pengasuhan jika kelak merekasudah tua.

4. Nabalano nemandemo

la ana wa ana

ambue-mbueko

natiara laangka wasamo

la ana wa ana

ae lau-lagu angko

amampeko tetana mbu-mbuku

amolateko nebakeku

tumolaangko nekawasano

nalomoa loaku ghule’to malanimo saide tomakule

ane mani nabala na mandesoka lolino bhuku maani

rumato neoa lea hitu

Artinya:kalau sudah besar akan pandaisayangku hai anak-anaksaya timang-timangjika kau besar nantisayangku hai anak-anaksaya nyanyikansaya angkat di ubun-ubunkukutempatkan di hatikusaya berdoa pada Tuhankuagar terlepas dari mulut ularbegitulah cita-cita kami kamiorangtuamuapabila anak kami besar danakan pandaiuntuk pengganti generasipenerussetelah kami tak kuat lagi

Anak adalah kebanggaan orangtua sehingga orang tua akanmengupayakan pendidikan terbaik bagianak. Pendidikan moral adalah salahsatu sarana untuk memberikan anakbekal di kehidupan sosial mereka.Seorang anak yang mendapatkan kasihsayang dalam keluarga, otomatis akanterbiasa memberikan kasih sayangnyapada masyarakatnya. Nyanyian rakyatdalam kutipan di atas mewakili tuturansayang orang tua pada anaknya.Nyanyian rakyat ini adalah jenisnyanyian yang juga digunakan olehkedua kelas sosial yang ada dimasyarakat Muna. Ungkapan sayangorang tua pada seorang anak dapat kitalihat dalam kalimat la ana wa anayang berarti ‘sayangku hai anak-anak’,dan kalimat ambue-mbueko yangberarti ‘saya timang-timang’.

Ungkapan kebanggaan orang tuaterdapat dalam kalimat amampekotetana mbu-mbuku yang berarti ’sayaangkat di ubun-ubunku’, dan kalimatamolateko nebakeku yang berarti’kutempatkan di hatiku’. Kebiasaanorang tua untuk menyampaikan rasasayang dapat membuat anak selaluberpikiran positif dan berbaik sangkapada orang lain. Kedua sifat ini akanberpengaruh positif secara sosial. Anaktidak akan mudah mengumbarkemarahannya pada orang lain. Anakyang dapat menahan emosi adalah asetsosial yang mulai hilang. Modernismeyang juga menjangkiti masyarakatMuna telah kehilangan aset sosial ini.Individualisme yang ada dalam hatimenggiring masyarakat untukberperangai negatif ketika merekatidak mendapatkan apa yang merekainginkan.

Anak yang mendapatkan kasihsayang dari keluarganya akanmenunjukkan etika dalam bergauldalam masyarakat. Inilah yang telahditunjukkan oleh masyarakat muna

Page 11: K A N D A I

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 190-202

200

terdahulu, mereka terikat oleh sistemhukum adat Muna. Sistem hukum inimemuat seperangkat aturan yangmengarahkan masyarakat untuk hidupberetika. Etika yang positif akanmelahirkan kesopanan, keramahan, dankesantunan kepada siapa pun.Implikasi sosial dari nilai kasih sayangpada anak akan membentukmasyarakat yang selalu menjagaperasaan, membantu orang lain, danjuga menjadi penyokong peradaban.Selain itu, masyarakat yang beradab iniakan kerap menyuburkan toleransidalam situasi apapun. Potretmasyarakat yang selalumengedepankan emosi dalammenyelesaikan masalah tidak akanditemukan dalam masyarakat ini.

Kalimat tumolaangkonekawasano yang berarti ’saya berdoapada Tuhanku’ adalah kalimat yangmengandung nilai-nilai positif religiusmasyarakat Muna. Segala upaya yangdilakukan oleh manusia akanditentukan oleh kehendak SangPemilik Kehidupan. Harapan besaryang diinginkan orang tua padaanaknya akan terwujud denganbantuan Sang Khalik. MasyarakatMuna sebagian besar menganut agamaIslam. Sejak dahulu agama Islamadalah kepercayaan yang menjadidasar pemerintahan Kerajaan Muna.Nilai-nilai Islam menyentuh semuasegi kehidupan masyarakat. Kuatnyanilai Islam yang diadopsi masyarakatMuna menyebabkan ikrar tauhidtermuat dalam sebuah sumpah yangdikumandangkan orang Muna yangmenjalani prosesi katoba.

Nalomoa loaku ghule yangberarti ’agar terlepas dari mulut ular’adalah sebuah ungkapan yangmenyimbolkan tekad kuat untukmenyelesaikan sebuah masalah. Ulardikenal sebagai hewan buas denganbisa yang mematikan. Ular ini

menyimbolkan masalah besar yangakan dihadapi manusia dalamkehidupannya. Masalah yang dihadapioleh manusia juga dapat berhubungandengan masalah masyarakat. Nyanyianrakyat ini menyisipkan pesan agar sianak memiliki beribu jalan keluar saatmendapatkan masalah. MasyarakatMuna mengenal istilah pokadulusebagai alat untuk menyelesaikanmasalah masyarakat. Pokadulu yangkurang lebih bermakna gotong-royongadalah kegiatan masyarakat yang dapatmengelesaikan masalah yang merekahadapi. Dengan saling membantudalam pokadulu, masyarakat dapatkeluar dari masalah besar yang melilitkehidupan mereka.

Nyanyian rakyat ini juga memuatkalimat yang sama dengan nyanyianrakyat pengantar tidur secara umum.Kalimat tersebut adalah ane maninabala na mande yang berarti ’apabilaanak kami besar dan akan pandai.Masyarakat Muna menempatkan ilmusebagai bagian penting dalam budayamereka. Kaomu yang yang memilikiilmu adalah calon raja atau dikenaldengan istilah kolakino yang dapatmemimpin masyarakat dengan bijak.Seorang kolakino wuna yang diangkatdengan sumpah suci diharuskanmemiliki sifat siddik (benar), tablik(ucapan yang bijak), amanah (dapatdipercaya, serta fatsani (orang cerdasdan fasih berbicara). Paket lengkapkecerdasan yang dimiliki seorangkolakino wuna adalah modal utamauntuk menjalankan pemerintahandengan arif.

Penggalan kalimat terakhirdalam kalimat ini berbunyi soka lolinobhuku maani yang berarti ’untukpengganti generasi penerus’, dankalimat rumato neoa leahi tuu yangberarti ’setelah kami tak kuat lagi’.Kedua kalimat ini adalah amanat orangtua agar anak dapat menempa dirinya

Page 12: K A N D A I

Mulawati: Aspek Sosiologis Nyanyian Pengantar Tidur…

201

untuk menggantikan peran-peran sosialyang dilakukan oleh generasi tua.Generasi muda adalah generasiharapan yang dapat memberikanperubahan dalam kehidupanbermasyarakat, sehingga mereka jugadikenal dengan istilah agent of change.Tugas ini memerlukan modal yaitupenguasaan ilmu pengetahuan. Hal initelah diungkapkan dalam penggalankalimat sebelumnya. Generasi mudadengan ilmu dan akhlak yang baikadalah harapan semua masyarakat.Saat ini masyarakat Muna memerlukangenerasi yang cerdas danmemperhatikan nilai-nilai budayaleluhur. Nilai-nilai ini akanmemberikan mereka pola dalammembangun masyarakat Muna,sehingga mimpi untuk membangunwilayah Kabupaten Muna yangmodern dan berbudaya dapat terwujud.

PENUTUP

Dua kelas sosial (kaomu, walaka,dan maradika) juga terlihat daripembagian jenis nyanyian pengantartidur. Nilai-nilai sosiologis yangtersampaikan melalui nyanyian inimenguatkan peran yang dimiliki olehmasing-masing kelas sosial ini.Nyanyian rakyat untuk kelas sosialkaomu dan walaka mengandung nilai-nilai yang harus dimiliki oleh anak-anak dari golongan ini. Dengan bekalkecerdasan, golongan ini dapatmenjalankan roda pemerintahandengan tetap mementingkankepentingan masyarakat di ataskepentingan pribadi. Nyanyian rakyatuntuk kelas sosial kedua (maradika)menunjukkan kearifan sebagaimasyarakat yang mendukungkepemimpinan raja/pemerintah.

Selain kedua nyanyian yangdikhususkan untuk dua strata sosial diatas, masyarakat Muna juga mengenal

nyanyian pengantar tidur secara umum.Nyanyian ini menyampaikan pesan-pesan pendidikan yang dapatmendukung kehidupan bermasyarakat.Kecerdasan intelektual dan emosi yangdimiliki seorang anak akan menjadikanmereka anggota masyarakat yang dapatmeredam konflik horizontal yangterjadi di kehidupan mereka.

Selain nyanyian yang digunakansebagai pegantar tidur, masyarakatMuna juga nyanyian orang tua untukanak. Ungkapan kasih sayang danmotivasi dapat kita rasakan dalamnyanyian ini. Anak yang memilikikasih sayang yang besar akan memilikiemosi yang baik. Selain itu, motivasiyang diberikan orang tua dapatmengarahkan anaknya untukmenyelesaikan masalah sosial yangditemuinya dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Adriyetti. 2013. Sastra LisanIndonesia. Yogyakarta:Penerbit Andi.

Couvreur, J. 1935. Sejarah danKebudayaan KerajaanMuna. Kupang: ArthaWacana Press.

Danandjaja, James. 1994. FolklorIndonesia: Ilmu Gosip,Dongeng dan lain-lain.Jakarta: Pustaka UtamaGrafiti.

http://jufridaengnigga80.blogspot.com/2012/12/royong-lebih-dari-sekedar-sebuah.html.Diakses Tanggal 4 Maret2014.

Fananie, Zainuddin. 2002. TelaahSastra. Surakarta:MuhammadiyahUniversity Press.

Ibranur, Aspian. 2013. Saya MaluSebagai Orang Muna.

Page 13: K A N D A I

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 190-202

202

Yogyakarta: Indie BookCorner.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. SastraAnak. Yogyakarta:Gadjah Mada UniversityPress.

Rahmawati, et al, 2010. TinjauanHermeneutika terhadapNyanyian Rakyat Muna.Laporan Penelitian TimSastra Kantor BahasaProvinsi SulawesiTenggara. Kendari:Kementerian PendidikanNasional.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010.Metodologi Penelitian:Kajian Budaya dan Ilmu-ilmu Sosial PadaUmumnya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2011. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif,dan R & D. Bandung:Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005.Metode PenelitianPendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.