jurnal filologi melayu · 2019-12-12 · hikayat tanah hitu (hth) yang menjadi bahan kajian dalam...

10
JILID 15, 2007 . PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA ISSN 0128 -6048 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN, KESENIAN DAN WARISA MALAYS IA

Upload: others

Post on 29-Feb-2020

11 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

JILID 15, 2007

. PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

ISSN 0128-6048

KEMENTERIAN KEBUDAYAAN, KESENIAN DAN WARISA MALAYSIA

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

JURNAL FILOLOGI MELAYU

JILID 15

KUALA LUMPUR PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

2007

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

JAN VAN DER PUTTEN

HIKAYAT TANAH HITU: WASIAT IMAM RIDJALI

Seperti telah diketahui umum sastera Melayu yang terkandung dalam naskhah tulisan tangan pada umurnnya berasal dari abad ke-19: panas bersama lembabnya di daerah khatulistiwa menyebabkan dakwat menjejaskan kertas dan berbagai serangga memakan naskhahnya sehingga tidak dapat dibaca . Pada abad ke-19 pula pihak penjajah mulai memburu naskhah dan setelah dihisap informasi dari tulisan itu, naskhah disimpan di dalam perpustakaan atau tempat penyimpanan lain. Makna naskhah di Nusantara sendiri berubah dan fungsinya sebagai pembawa informasi sebahagiannya diambilalih oleh barang cetakan. Oleh kerana itu naskhah lamb at laun kehilangan makna dan berubah fungsinya , tidak disalin lagi dan akhimya musnah mengikut peredaran zaman. Naskbah Melayu yang ditulis sebelum zaman kolonial ini dan bertahan hidup boleh dihitung dengan jari sahaja . Kebanyakan dari naskhah tua itu berasal dari bahagian barat kepulauan Nusantara; hanya beberapa yang dapat dilacak asal-usulnya ke daerah timur. Namun naskhah yang kita ketahui dari sebelah timur Nusantara itu juga mencakup antara yang tertua, iaitu kedua surat yang ditulis di Temate pada tahun 1521 dan 1522. Hikayat Tanah Hitu (HTH) yang menjadi bahan kajian dalam kertas kerja ini adalah salah satu contoh lain naskhah tua yang kuat bertahan selama tiga setengah abad. Dalam rencana ini saya ingin mengkaji sejarah naskhah serta pengkajiannya, isi kandungannya serta pengarangnya.

Naskhah Hikayat Tanah Hi t u da n pengkaj iannya

Teks HTH dikarang oleh Imam Ridjali yang hidup dari sekitar 1590 sampai pertengahan abad ke-17. Ridjali ini seorang keturunan keluarga pernimpin di tanah Hitu yang lari ke Makassar untuk merninta bantuan dari orang Makassar agar syarikat dagang Belanda

I Rencana ini berhubungan erat dengan buku Ridjali Historie van Hitu (disunting, diterjemahkan dan diberi anotasi oleh Hans Straver, Chris van Fraassen en Jan van der Putten) yang diluncurkan pada 18 Jun 2004 di Utrecht, Belanda (Ridjali 2004). Buku itu sedang diterjemahkan ke dalam bahasa lnggeris yang akan diterbitkan dalam masa mendatang. , Valentijn mencatat bahawa Imam RidjaJi terakhir dilihat di kapaJ perang yang tiba di Ambon pada tahun 1653, beliau disebut sebagai orang tua yang berumur 60 tahun lebih (VaJentijn 1724, II , 2: I).

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

2 / Jurnal Filo logi Melayu , Jilid 15, 2007

dapat dihalau dari kepulauan Maluku. Di Makassar dia dirninta menulis sejarah tanah Maluku oleh Pattingalloang, pembesar Makassar yang terkenal, lalu ikut armada yang memerangi Belanda di Maluku dan akhirnya meninggal dunia di Makassar (Rumphius 2002:3 1). Sepertinya salah satu naskhah HTH dibawa oleh Imam Ridjali ke kepulauan Maluku dalam perjalanan itu dan telah jatuh ke tangan Belanda. Georg Everhard Rumphius (1627-1702), pegawai VOC asal Jerman yang terkenal sebagai peneliti alam di Ambon , mengarang dua karya geografi dan sejarah: Ambonse Landsbeschrijving (1672-74; 'Deskripsi Tanah Ambon') dan Ambonse Historie (1675-78; ' Sejarah Ambon '). Untuk kedua karya ini dia menggunakan HTH sebagai sumber utamanya, seperti diakuinya dalam karya pertamanya:

Pemerintah kami sangat berkepentingan untuk mendapat keterangan mengenai keempat keluarga [yang memimpin di tanah Hituj, sebagaimana sebahagian kita dengar dari orang tua dan sebagian lagi kita memperoleh dari sejarah Hitu atau hikayat, yang ditulis oleh Imam Ridjali, saudara sepupu Kakiali, kapitan Hitu terakhir. 3

Penulis kedua dalam jajaran VOC yang memakai HTH sebagai sumber karangan mengenai Maluku adalah mubaligh Kristian , Fran90is Valentijn , yang terkenal kerana karya ensiklopedianya lima jilid, Oud en Nieuw Oost-Indie'n (1724-26; 'Hindia Timur Dahulu dan Sekarang '). Valentijn ini bekerja sebagai mubaligh di Ambon dari 1686 sampai 1694, dan dari 1707 sampai 1714, dan berguru pada Rumphius untuk belajar bahasa Melayu. Setelah gurunya meninggal , Valentijn memperoleh koleksi naskhahnya dan bahan penelitiannya yang dipakai untuk menyusun karyanya sendiri. Dalam jilid kedua karya agungnya, Valentijn menulis bahawa dia merniliki sebuah naskhah yang sangat berguna bagi mendapat keterangan tentang daerah Maluku itu yang tidak terdapat dalam sumber-sumbemya yang lain. Naskhah itu ditulis dengan tulisan tang an yang rapi dan jarang terlihat , apalagi dapat dibeli di Ambon (Valentijn 1724 II , 1: 175) . Sukar untuk dipastikan apakah naskhah yang disebut Valentijn ini sarna dengan yang digunakan oleh Rumphius sebelumnya, fasalnya Rumphius menyatakan naskhah yang dipakainya ' rosak' atau 'serba kurang'. Walaupun kurang jelas apa yang dimaksudkan Rumphius dengan 'serba kurang ' atau betapa teruk rosaknya naskhah itu, pernyataan tentang naskhah ini menimbulkan masalah jika kita ingin menyamakan naskhahnya

3 Teks Belandanya: OilS bestuur is lIamelijk veel gelegen aall de kenllis vall deze vier gesiachten zoais we deze deels van oud­eren hebben kLlllllell vernemell ell deeis uit uit eell HitLlese hislOrie of hikajar, geschrevell door de imam. Ridjali, eell neef val! de faatste Kapiteill Hiltt, Kakiafi . (Rumphius 2002:23)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Hikayat Tanah Hitu: Wasiat Imam Ridjali/ 3

dengan naskhah yang disebut Valentijn , ' yang sangat bagus dan rapi ' itu. Maka itu ada kemungkinan bahawa pihak pemerintah Belanda menyuruh dibuatkan salinan dari naskhah yang digunakan Rumphius itu. Kemungkinan lain adalah bahawa Valentijn sendiri membeli atau menyuruhnya membuat sebuah salin an HTH yang diperolehnya dari orang Islam yang tinggal di Maluku. Kemungkinan ini didukung oleh pernyataan yang dibuat Valentijn dalam karya agungnya. Dalam jilid ketiga dia dengan cukup enggan mengakui:-

Kami telah menyatakan di atas bahawa orang Islam biasanya, khasnya para ulamanya, betapa kasar juga perangainya, jauh lebih bagus berbahasa Melayu daripada orang Kristian atau orang kafir di sini. Penyebabnya kerana pada sebagian orang di antaranya terdapat buku bertulisan tangan berhuruf Arab yang cukup bagus mutunya, yang mereka pinjamkan antara mereka sendiri, juga pada mereka yang dapat menyalinnya. Ini bukan hanya menambahkan pengetahuan ten tang bahasanya, tetapi juga tentang berbagai hal yang lain, yang susah mereka dapatkan kalau bukan melalui cara itu. Dari jenis buku ini saya lihat beberapa yang ada pada mereka, dan juga meminjamnya dari mereka untuk disalin. Maka itu naskhah mereka yang bertulisan tangan yang tersebut di bawah ini masih ada pada saya ... 4

Hhakajat Tanah Hiloe atau Sejarah Pantai Hitu disebutnya pertama sebagai naskhah di dalam daftar yang mencakup 18 karya prosa dan enam buah syair, yang semuanya (kecuali satu atau dua, rupanya) diperolehnya di pulau Ambon. Naskhah lain yang tercantum dalam daftar ini adalah antara lain Taju 's-Salatin, Hikayat Kalilah dan Daminah, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Indraputra dan Salalatu 's-Salatin, yang menjadi data tertua mengenai penyebaran sastera Melayu lama.s Selain naskhah berbahasa Melayu yang disebut Valentijn ini , sebuah naskhah al-Qur 'an yang tersimpan di Perpustakaan U ni versiti Leiden juga memberi petun juk mengenai tingkat apresiasi tulisan. Al-Qur ' an tersebut disalin di pulau Manipa , sebuah pulau di sebelah barat pulau Seram, dan dihiasi secara mencolok dalam corak Barat (Surah al-Fatihah dan al-Baqarah) dan Maluku (Surah al-Ikhlas dan al-Falaq) .6

4 Teks Belandanya: \<Iy zeiden te voren, dac de Mooren doorgaans, ell vooral, hunlle Priesrers, hoe bot zy allders Zyll, veel beter Maleirs , dan de Christenen, of de Heidenen alhier, spreken . De reden daar van is, om dat men by dezell ell genen vall hell redelyke goede Maleirsche boeken, in een Arabische lerrer mer de hand geschreven, Villd, die zy malkanderen leenell, en aan den gellen, die het konnen , ook wei uitte schryven geven. Dit doet hen Iliet aileen meer kennis vall die Taal, maar ook van veel andere zaaken krygen, die zy anders zoo licht niet zoude leeren . Ik hebbe van. deze zoort van boeken verscheidell by hen gezien, ell ook wei geleend, om uit te schryven. Dus heb ik van hen nog deze Ilavolgende met de hand geschreven schriften onder my. (Valentijn 1726, III , 1:26) , Lihat Teuku Iskandar 1996: 275-84 untuk pembahasan mengenai tiga daftar naskhah tua yang terdapat dalam publikasi Belanda. 6Lihat karangan Annabel Teh Gallop mengenai AI-Qur 'an ini (Cod . Or. 1945) dalam Ridjali 2004:26-27.

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

4 I l urnai Fil%gi Me/ayu, l iLid 15, 2007

~Io __ .~~~

.........,~~.,. ;..:...,~~~~~

~:~Ji-:I~~~ __ ~ ''::--':.' >-' ;...,:.._ ....

Rajah 1: Cod. Or. 1945, hI. 245-46 dari al-Qur'an yang disalin di Manipa 1694

Patutlah diingat bahawa pada pertengahan abad ke-17 daerah Maluku belum 'dikuasai' oleh bahasa Melayu. Baru setelah Belanda memperluas pengaruhnya di daerah ini dalam abad ke-17 dan setelahnya dan para mubaligh agama Kristian mulai berjaya dalam misinya melalui sekolah-sekolah yang didirikan di Maluku, maka bahasa Melayu lambat laun menggeserkan bahasa asli Maluku dalam semua segi kehidupan. Sekolah Kristian itu serta penguasaan Belanda atas kepulauan Maluku ini juga mengakibatkan bahawa orang Kristian semakin maju dan naik statusnya sampai akhirnya menyingkirkan orang Islam sebagai kelompok yang berkuasa di kepulauan itu.

Saat HTH ditulis oleh Ridjali, kelompok Islam di tanah Hitu yang merupakan bahagian utara pulau Ambon, sedang diperangi oleh pihak VOC untuk merebut monopoli cengkih. Valentijn rnendapatkan tugas menyebarkan agama Kristian dan menjaga akhlak para pegawai VOC serta keluarganya yang berkampung di sekitar benteng di Ambon atau pulau lainnya. Sarna seperti Rumphius , dia meneliti naskhah HTH untuk memperoleh keterangan untuk VOC supaya lebih memahami keadaan di kepulauan Maluku serta dapat menguasai penduduk setempat. Setelah pulang ke Belanda, Valentijn menurunkan pengetahuannya ke dalam karya agungnya yang sampai sekarang rnenjadi buku yang sang at otoratif dan menjadi lombong keterangan mengenai kepulauan Maluku pada zaman itu. Setelah Valentijn meninggal dunia pada tahun 1727, koleksi buku dan naskhahnya dilelong dan naskhah HTH yang dimilikinya dijual dan tidak dapat lagi ditelusuri jejaknya. Cerita serta keterangan yang terkandung di dalam HTH setelah itu hanya diketahui dari tulisan Rumphius dan Valentijn yang memakainya sebagai salah satu sumber utamanya.

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Hikayal Tanah Hitu: Wasiat Imam Ridjalil 5

Namun pada tahun 1920-an seorang pegawai negeri Belanda yang bertugas di Ambon tergugah minatnya waktu melihat bahawa ada fragmen naskhah yang disimpan di berbagai desa di Hitu yang dianggap sebagai barang keramat. Pegawai Belanda yang bernama H.1. Jansen ini diberi akses pada naskhah itu oleh para pemiliknya dan mulai menggabungkan fragmen-fragmen terpencar itu untuk merekonstruksi naskhah aslinya. Fragmen yang paling lengkap di antara fragmen lain adalah yang disimpan di desa Seit, yang dipakai Jansen sebagai dasar rekonstruksinya. Rupanya bukan hanya dia mengumpulkan dan merekonstruksi teks , tetapi dia juga merumikannya. Bahkan kadang-kadang dia membacakannya kepada orang setempat:

Saya masih mengingat bagaimana orang dahulu bersemangat waktu controller [pegawai Belanda] saat itu pada waktu malam membacakan cerita-cerita Ridjali; banyak orang yang duduk di halaman de pan, controller yang duduk pada meja kecil dengan lampu dian sambi! membacakan sejarah lama yang sangat digemari. 7

Rupanya Jansen membuat transkripsi dan terjemahan untuk diterbitkan, namun penerbitan tidak pernah berwujud, kecuali dalam bentuk cerita bersambung di salah satu terbitan berkala yang belum teridentifikasi (Ridjali 2004: 17). Transkripsi bersama terjemahan dan beberapa catatan dikirim kepada ahli Islam B.1.0. Schrieke di Belanda dan sekarang tersimpan di Perpustakaan Universiti Leiden (Cod. Or. 8756), bersama dengan beberapa foto yang diambil di Ambon dari naskhah yang ada di desa Seit (Cod. Or. 8806) .

Tahun 1906 satu naskhah lagi muncul di Belanda waktu Universiti Leiden membeli beberapa naskhah daripada koleksi G.K. Niemann yang menjadi pengajar di Delft. Dalam katalog yang terbit tahun 1921, Van Ronkel mendeskripsikannya sebagai Kronik der Molukken ('Sejarah Maluku') yang mengandungi

Sebuah penggal dari sejarah Ambon, Hitu, Makassar, Banda zaman sebelum dan sedikit setelah kedatangan orang Eropa. Kemungkinan besar teks yang sangat buruk mutu tulisannya ini diterjemahkan dari bahasa Makassar; apakah karangan ini punya nilai bersejarah tidak dapat dijawab sebelum dibaca dengan teliti dan dibandingkan dengan sejarah-sejarah lain. 8

7 In i kUlipan dari Laporan Penyerahan Tugas (Memorie van Overgave) asisten residen .A. van Wijk pada tahun 1937 ; leks berbahasa Belanda yang dikulip dari Ridjali (2004: 17) sebagai berikut: Ik herinner me hoe men, jaren geleden, meeleeJde als de loenmalige Controleur des avollds voorlas uil de verhalen vall Ridjali; eell grOOI menigle zittend op hel groote voorerf, de Controlellr aan een kleill taJellje mel een petroleum lampje, de oude, gelieJde geschiedenissell voordragend. 8 Van Ronkel 1921 : 43; teks berbahasa Belanda sebagai berikut: .[ . . . lfragment van eene geschiedellis van Ambon, Hiloe, Makassar, Banda ill den lijd voor de komsl der Europeallen ell korl daama. Waarschijnlijk is deze uiterst slechl geschrevell leksl vertaald uit her Makassaarsch; 0/ dit geschrift eell ige his/orische waarde heejr, valt ZOllder gezette lectuur en vergelijking met alldere geschiedverhalen Iliel te zeggell .

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

6 / Jurnal Filo logi Melayl/ , Jilid 15, 2007

Bukan sebuah deskripsi yang mengundang pelajar mengadakan penelitian terhadap teks tersebut. Rupanya dalam pembacaan sepintas lalu untuk penyusunan katalognya Van Ronkel memperoleh kesan yang cukup jelek yang tidak jelas apa dasarnya: diterjemahkan dari bahasa Makassar? Apa yang digunakan sebagai tolok ukur untuk mengatakan bahawa teksnya ditulis dengan sangat buruk? Rupanyajuga Van Ronkel tidak mengidentifikasikan naskhah itu dengan sumber yang disebut Rumphius dan Valentijn dan sudah tak menampakkan jejaknya selama dua abad!

Naskhah ini baru pada tahun 1970-an mendapat perhatian dan pengkajian serius yang memang patut diberikan terhadapnya. Pada tahun 1977 Z.J. Manusama mempertahankan tesis doktornya yang berjudul Hikayat Tanah Hitu; histarie en saciale structuur van de Ambanse eilanden in het algemeen en van Vii Hitu in het bijzander tat het midden van de zeventiende eeuw ( 'Hikayat Tanah Hitu; sejarah dan struktur sosial kepulauan Ambon pada umurnnya dan Uli Hitu pada khususnya sampai pertengahan abad ke-I7'). Tesis kedoktorannya ini mengandungi lima bab yang membahas sejarah dan masyarakat Hitu dan juga berisikan transkripsi teks Melayu serta terjemahannya ke dalam bahasa Belanda. Tesis Manusama yang diedarkan dalam jurnlah kecil ini merupakan dasar dua buku yang baru-baru ini diterbitkan, iaitu kajian antropologinya (Manusama 2004) dan teks dan terjemahan HTH, beserta kajian sejarah dan pernaskhahan yang disunting kembali (Ridjali, 2004) . Edisi yang disebut terakhir itu diselenggarakan oleh Landelijk Steunpunt Educatie Molukkers (,Pusat Pendidikan Orang Maluku') bekerjasama dengan Muzium Maluku di Belanda sebagai penghargaan terhadap pengkajian Z.J. Manusama tentang Maluku dan juga agar karyanya itu lebih dikenal dan dapat digunakan orang ramai. Penelitian yang saya lakukan untuk edisi itu, bekerjasama dengan Hans Straver dan Chris van Fraassen, menjadi dasar makalah ini yang akan membahas beberapa aspek teks dan naskhah yang konon khabarnya 'sangat buruk mutu tulisannya' .

Naskhah Hikayat Tanah Hitu

Naskhah yang diteliti oleh Manusama dan digunakan sebagai dasar edisi teksnya adalah naskhah yang dibeli dari koleksi Niemann tersebut dan sekarang disimpan di Perpustakaan Universiti Leiden dengan nombor Cod. Or. 5448. Berdasarkan tera air (watermark) serta keadaan kertasnya, naskhah ini dapat ditentukan berasal dari abad ke-17 dan kemungkinan besar disalin di desa Hila. Naskhah Cod. Or. 5448 ini terdiri atas halaman kertas folio berukuran 32x40 sentimeter yang dahulunya dilipat, tetapi sekarang menjadi lepas kerana tersobek pada lipatannya. Halaman pertamanya hilang dan yang lain diberi nombor 2-107 dengan tulisan pada kedua sisi kertasnya. Pada bahagian awal sampai halaman 80 terdapat 17 baris setiap halaman dalam tulisan rapi dan teratur, setelah itu tulisannya mulai kurang teratur dengan 15-17 baris setiap halaman . Teks hikayat mulai dengan bahagian terakhir kisah yang pertama tentang penduduk asli

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Hikayat Tanah Hitu: Wasiat Imam Ridjalil 7

Maluku , yang dilanjutkan dengan 'Alkissah ' kedua yang diteruskan sampai yang ke-26. Nombor-nombor kisah tidak terdapat di dalam naskhah aslinya, tetapi diberi oleh Rumphius dan Valentijn pada struktur umum cerita Ridjali ini yang mengawali sebuah cerita atau episod baru dalam hikayatnya dengan kata 'Alkissah' . Pembahagian ini digunakan secara umum dalam pengkajian mengenai teks HTH ini , maka dalam edisi baru pun dipertahankan juga.

Naskhah ini diperkirakan berasal dari desa Hila dan ada kemungkinan besar pernah dimiliki oleh keluarga Nusatapi , salah satu keluarga di antara empat pembesar di Hitu pada zaman dahulu. Dugaan kepernilikan keluarga Nusatapi itu didukung oleh sebuah tanda tangan yang terdapat di atas dua halaman di tengah naskhah ini (hl. 77-78) , yang berbunyi min Bulan Nusatapi ('punya Bulan Nusatapi').

Rajah 2 : min Bulan Nusatapi (Cod. Or. 5448, 77)

Pentadbiran Tanah Hitu dipimpin oleh empat keluarga pendatang yang diketuai oleh empat 'perdana', iaitu Totohatu dari pulau Seram, Tanihitumesen dari tanah Jawa, Nusatapi dari pulau J ailolo dan Patih Tuban dari pulau Gorom. Di antara keempatkeluarga ini , Nusatapi menuntut kedudukan yang utama dalam sistem pentadbiran yang dilakukan atas dasar persamaan haknya. Ridjali adalah anggota keluarga Nusatapi ini , maka dalam hikayat kedudukan dan peranan keluarganya sendiri memang dititikberatkan. Salah satu anggota lain bernama Asauken, saudara sepupu Ridjali , yang mewarisi julukan 'bulan' yang kononnya diberi kepada bapakoya kerana kepalanya botak. Asauken ini menjadi kepala des a Hila dengan gelar ' orangkaya Bulan '. Namun gelar ini tidak terwariskan kepada anak angkatnya yang menjadi penggantinya pada tahun Asauken meninggal , tahun 1662. Jika memang benar dugaannya bahawa 'bulan' di dalam tanda tangan merujuk kepada Asauken , maka keterangan itu merupakan petunjuk kuat terhadap tahun pembuatan salinan HTH ini di antara 1653 , tahun Ridjali datang dari pelarian di Makassar, dan 1662, tahun Asauken meninggal dunia.

Ada lagi satu tanda yang cUkup mencolok dan memberi keterangan mengenai latar belakang naskhah ini , iaitu tanda baca yang berpuluh-puluh kali terdapat di marjin tulisannya. Tanda baca yang dimaksud di sini adalah kataArab baZagh (b-l-gh: 'mencapai ,

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

8 / Jurnal Filologi Melayu, Jilid J 5 , 2007

menyampaikan ') yang jarang sekali terdapat dalam naskhah Melayu yang lain , tetapi yang rupanya biasa dalam tradisi pembacaan dan pembelajaran di Timur Tengah. Dalam tradisi itu rupanya kata balagh ini ditulis di marjin oleh murid yang sedang belajar pada guru untuk menandai bahawa dalam sesi pengajaran hari itu pembacaannya sampai di situ dan lain kali dapat dilanjutkan lagi.9 Tanda ini dalam naskhah HTH menunjukkan pengaruh Timur Tengah di dalam tradisi pernaskhahan Maluku dan juga barangkali dapat dianggap sebagai petunjuk bahawa naskhah ini dibaca secara rasrni oleh salah seorang dari keluarga Nusatapi , yang akhimya memberi tanda ' sah' (pada hI. 92) dan membubuhkan tanda tangannya sebagai tanda kepernilikan keluarganya.

Dari tanda tangan tersebut serta isi hikayatnya memang jelas bahawa HTH ini ditulis untuk membesarkan peranan keluarga Nusatapi dalam masyarakat Hitu dan sejarah politiknya. Jika dibandingkan dengan naskhah Seit yang hanya kita ketahui melalui transkripsi dan terjemahan Jansen,jelaslah bahawa naskhah Seit itu ditulis atau disalin oleh kelompok lain dalam jajaran pernimpin di Hitu . Dalam beberapa bahagian cerita peranan dan cerita kelompok pendatang dari Gorom digarisbawahi , maka ada kemungkinan salinan HTH yang diturunkan dalam naskhah Seit ini dibuat oleh salah satu anggota keluarga Patih Tuban (lih. Ridjali 2004: 19-22 untuk perbandingan lebih terperinci) .

Seperti telah saya sebut di atas, Van Ronkel menyebut tulisan yang terdapat dalam HTH (Cod. Or. 5448) sang at kurang mutunya, dan Rumphius pun menyatakan bahawa hikayat ini ' rosak ' atau 'serba kurang '. Namun jika kita teliti naskhah HTH ini , sukar kita temukan data untuk membenarkan penilaian kedua pakar itu. Tulisannya rapi dan teratur, walau rasanya bukan tulisan seorang juru tulis istana, dan bahasanya sarna sekali tidak menunjukkan bahasa daerah atau pengaruh dialek Melayu Maluku yang kita dapatkan di dalam tulisan berasal dari abad lebih lanjut dari daerah yang sarna. Pernyataan Van Ronkel bahawa hikayatnya diterjemahkan dari bahasa Makassar sepertinya ' isapan jempol ' dari seorang pakar yang tak sudi membaca naskhahnya lebih daripada halaman pertama, yang memang kurang rapi kelihatannya dan agak rosak (lib. Rajah 3).

9 Saya berterima kasih kepada Prof. J J. Witkam yang memberi keterangan in i .

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA