jenis-jenis gerakan longsoran - bpsdm.pu.go.id filetanah tersebut dinamakan rembesan atau seepage....

106
REMBESAN (SEEPAGE)

Upload: others

Post on 16-Oct-2019

25 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

REMBESAN (SEEPAGE)

Tujuan Pembelajaran Khusus

• Setelah mengikuti mata pelajaran ini, peserta diharapkan mampu:

• Menjelaskan pentingnya pengendalian rembesan,

• Melakukan kajian dan evaluasi data,

• Melakukan analisis dan memahami metoda pengendalian rembesan,

• Melakukan pemantauan rembesan,

• Melakukan analisis rembesan.

Pokok Bahasan

Pokok-pokok materi yang dibahas dalam diklat ini adalah :

• Pentingnya pengendalian rembesan.

• Kajian dan evaluasi data.

• Metoda pengendalian rembesan.

• Pemantauan rembesan.

• Analisis rembesan.

I.PENDAHULUAN

Aliran Air dalam tanah didapatkan dalam bentuk :

a)Air bebas (gravitational water,yaitu air yang masuk ke

dalam tanah melalui permukaan & bergerak ke bawah

akibat gaya gravitasi sampai mencapai lapisan yang

tak dapat dirembesi ; permukaan air ini disebut sebagai

permukaan air tanah/M.A.T)

b)Air tanah (ground water,yaitu air yang terdapat

dibawah M.A.T)

c)Air higroskopis (air yang terdapat diatas M.A.T,yang

berada di dalam pori2 akibat gaya tarik antar molekul).

Daya Rembes dan Permeability

• Pori-pori yang terdapat dalam tanah

bukanlah merupakan pori-pori yang saling

terpisah,sehingga air yang berada di

dalam pori-pori dapat mengalir melalui

ruang antar pori.

• Proses mengalirnya air dalam pori-pori

tanah tersebut dinamakan Rembesan

atau Seepage.

• Kemampuan tanah untuk dapat dirembesi

disebut daya rembes atau permeability.

Persamaan Bernoulli’s

1. Enersi Kinetik

datum

z

fluid particle

Enersi dari partikil cairan terdiri atas :

2. Enersi Regangan

3. Enersi Potensial

- Akibat kecepatan

- Akibat tekanan

- Akibat elevasi (z) terhadap suatu datum

Persamaan Bernoulli

Tinggi Total

(Total

head) =

datum

z

fluid particleEnersi dinyatakan dengan unit panjang :

Tinggi akibat Kecepatan

(Velocity head)

+Tinggi akibat Tekanan

(Pressure head)

+Tinggi akibat Elevasi

(Elevation head)

Bernoulli’s Equation

Tinggi Total

(Total

head) = datum

z

fluid particle

Untuk aliran lewat tanah, kecepatan (tinggi

akibat kecepatan) sangat kecil. Oleh karena

itu diabaikan =0

Tinggi akibat Kecepatan

(Velocity head)

+Tinggi akibat Tekanan

(Pressure head)

+

Tinggi akibat Elevasi

(Elevation head)

0

Tinggi Total = Tinggi akibat Tekanan + Tinggi akibat elevasi

Catatan

Apabila suatu aliran dari A ke B terjadi, maka tinggi total di A akan lebih tinggi daripada di B.

air

AB

Terjadi disipasi enersi

untuk mengatasi

tahanan tanah dan

terjadi pengurangan

tinggi (head loss).

Catatan

Tinggi Tekanan = Tekanan air pori/w

Tinggi Elevasi = tinggi diatas datum yang ditentukan

Pada setiap titik dalam regim aliran :

CatatanGradien Hidraulik(i) antara A dan B adalah

pengurang tinggi total per unit panjang.

air

AB

AB

BA

l

THTHi

Panjang AB, sepanjang

garis aliran

Hukum Darcy

Kecepatan (v) aliran sebanding dengan

gradien hidraulik (i) – Darcy (1856)

v = k i

Permeabilitas

• atau konduktivitas hidraulik

• unit dari kecepatan (cm/s)

Tegangan Akibat Aliran

X

soil

hw

L

Kondisi Statik (Tidak ada aliran)

z

v = whw + satz

u = w (hw + z)

v ' = ' z

Pada X,

Tegangan Akibat AliranAliran Kebawah

hw

L

Aliran

X

soil

z

v = whw + satz

w hw + w(L-hL)(z/L)

v ' = ' z + wiz

Pada X,

hL

u = w hw

u = w (hw+L-hL)

… Kondisi Statik

= w hw + w(z-iz)

= w (hw+z) - wiz

Reduksi akibat aliran

Peningkatan akibat aliran

u =

Lanjutan ……

flow

Aliran Keatas

hw

LX

soil

z

v = whw + satz

w hw + w(L+hL)(z/L)

v ' = ' z - wiz

Pada X,

hL

u = w hw

u = w (hw+L+hL)

… as for static case

= w hw + w(z+iz)

= w (hw+z) + wiz

Peningkatan akibat aliran

Penurunan akibat aliran

u =

Quick Condition Pada Tanah Berbutir Kasar

Aliran Keatas , pada X:

v ' = ' z - wiz

flow

hw

LX

soil

z

hL

izw

w

'

Critical hydraulic gradient (ic)

Bila i > ic, tegangan negatif

i.e., tidak ada tegangan antara butir & jadi

keruntuhan .

- Quick condition

Apa yang disebut dengan permeabilitas ?

Kemampuan untuk dapat dirembesi melewati media yang porus (contohnya tanah) & dinyatakan dengan koefisien permeabilitas k.

Tanah lepas

- mudah mengalir

- permeabilitas tinggi

Tanah rapat (dense)

- sulit mengalir

- Permeabilitas rendah

air

Penentuan nilai k di Lab. & Lap.

Di Laboratorium dapat dilakukan dengan

mempergunakan :

a) Uji tinggi konstan (constant head test)

b) Uji tinggi jatuh (Falling Head Test)

c) Uji Konsolidasi

Di Lapangan dapat dilakukan dengan

a) Pumping Test

b) Piezometer Test

c) Packer Test

UJI PERMEABILITAS di

LABORATORIUM

Penentuan Daya Rembesan Air

PRINSIP CARA FALLING HEAD

Rumus cara falling head

• keterangan :

• a luas penampang pipa tegak, mm2

• A luas penampang benda uji

• L panjang benda uji, mm

• t waktu, menit

• h1 dan h2 tinggi kolom air dalam pipa pengamatan, mm

k 3,84aL

Atlog

h

hx10 (cm / detik)T

1

2

3

PERMEABILITAS CONSTANT HEAD

Rumus cara constant head

k = QL/Ath (cm/dt)keterangan :

k = koefisien kelulusan air (cm/dt),

Q = volume air (cm3),

L = jarak antara 2 pipa manometer (cm),

A = luas penampang benda uji (cm2),

t = waktu (dt),

h = perbedaan tinggi tekanan dari pipa

manometer (cm).

Permeability Values (cm/s)10-310-6

100

clays gravelssandssilts

CoarseFines

For coarse grain soils, k = f(e or D10)

Koefisien Permeabilitas Ekivalen

• Tanah pada umumnya dalam arah

horisontal berlapis-lapis yang masing-

masing lapis mempunyai sifat

merembeskan air yang berbeda.

• Perlu ditentukan Koefisien Permeabilitas

ekivalen yang merupakan nilai wakil dari

seluruh Lapisan yang ada.

Koefisien Permeabilitas Ekivalen

Koefisien Permeabilitas Ekivalen (keq ).

a) Arah aliran air sejajar lapisan tanah,kh

kh = (k1H1+k2H2+…..knHn )/Htot

b) Arah aliran air tegak lurus Lapisan

tanah

kv = H/(H1/k1+H2/k2+…..Hn/kn)

II.REMBESAN.

• Proses mengalirnya air dalam pori-pori tanah

• Rembesan air di dalam tanah dalam keadaan sebenarnya terjadi ke segala arah,tidak hanya dalam arah vertikal atau horizontal saja,serta besarnya aliran tidak sama untuk setiap penampang yang ditinjau

Peranan penting Rembesan

• Kemungkinan bocor pada suatu

Bendungan

• Menentukan besar dan tingkat penurunan

(Settlement) yang mungkin terjadi

• Kestabilan lereng-lereng Galian Tanah

• Kecepatan Rembesan yang mungkin

dapat menimbulkan erosi yang berbahaya

Penyebab Kegagalan Rembesan

• desain yang buruk,

• kendali mutu konstruksi yang tidak memadai,

• kurangnya pemeliharaan,

• kurangnya sistim pemantauan

Faktor yang mempengaruhi Rembesan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Rembesan a.l :

a) Ukuran partikel

b) Kadar Pori

c) Susunan tanah

d) Struktur tanah (single grain,honey

combed,flocculent)

e) Derajat Kejenuhan

Terminologi Rembesan

concrete dam

impervious strata

soil

Garis aliran adalah lintasan dari molukul air yang bergerak .

datum

hL

TH = 0TH = hL

dari hulu ke hilir dengan penurunan tinggi total sepanjang garis aliran

Terminologi RembesanGaris Ekipotensial adalah kontur tinggi total konstan.

concrete dam

impervious strata

soil

datum

hL

TH = 0TH = hL

TH=0.8 hL

Jaring-Jaring Aliran (Flownet)

Kumpulan dari garis-garis aliran dan garis garis-garis

ekipotensial.

concrete dam

impervious strata

soil

curvilinear

square

90º

Debit Rembesan (Q)

d

f

LN

NkhQ ….per unit length normal to the plane

# of flow channels

# of equipotential drops

impervious strata

concrete

dam

hL

head loss from upstream to

downstream

Tinggi Tekanan Pada Titik X

impervious strata

concrete

dam

datum

X

z

hLTH = hL

TH = 0

Total head = hL - # of drops from upstream x h

h

Elevation head = -z

Pressure head = Total head – Elevation headd

L

N

h

Piping in Granular Soils

datumconcrete

dam

impervious strata

soil

hL

At the downstream, near the dam,

h = total head dropl

l

hiexit

the exit hydraulic gradient

Piping in Granular Soils

datumconcrete

dam

impervious strata

soil

hL

If iexit exceeds the critical hydraulic gradient (ic), firstly

the soil grains at exit get washed away.

no soil; all water

This phenomenon progresses towards the upstream, forming a

free passage of water (“pipe”).

Piping in Granular Soils

Piping is a very serious problem. It leads to downstream

flooding which can result in loss of lives.

concrete

dam

impervious strata

soil

Therefore, provide adequate safety factor against piping.

exit

cpiping

i

iF

typically 4-6

FLOWNET PADA TURAP

REMBESAN MELALUI

BENDUNGAN

PRINSIP FLOWNET

FLOWNET PADA TUBUH BENDUNGAN

REMBESAN MELALUI FONDASI

FAKTOR KEAMANAN TERHADAP

PIPING

• Critical exit gradient : icr = (Gs-1)/(1+e)

• Bila Berat jenis tanah, Gs = 2,65 dan rata-

rata porositas tanah, e = 0,40 , maka

critical exit gradient, icr =(2,65-1)/(1+0,40)

atau icr = 1,18 atau > 1

• Faktor Keamanan, FK = icr/icalc = 4 – 6, di

dalam pedoman FK ≥ 4

Piping FailuresBaldwin Hills Dam after it failed by

piping in 1963. The failure occurred

when a concentrated leak developed

along a crack in the embankment,

eroding the embankment fill and

forming this crevasse. An alarm was

raised about four hours before the

failure and thousands of people were

evacuated from the area below the

dam. The flood that resulted when the

dam failed and the reservoir was

released caused several millions of

dollars in damage.

Piping Failures

Fontenelle Dam, USA (1965)

III.POLA KEGAGALAN AKIBAT

REMBESAN

Air di dalam Bendungan/waduk selalu mencari jalan keluar melalui

alur terlemah.

Alur dapat melalui tubuh bendungan,fondasi atau sekitar tumpuan.

Masalah rembesan yang dapat mengakibatkan terjadinya

Keruntuhan dapat dikatagorikan sebagai :

• Tekanan angkat berlebihan,

• Piping (Erosi Buluh).

• Erosi internal,

• Teruraikannya (solutioning) material batu yang mudah terurai,

• Tekanan rembesan berlebihan atau penjenuhan yang menyebabkan terjadinya pembasahan lereng hilir (sloughing).

Kondisi Pemicu Piping ( Erosi Buluh).

5 (lima) kondisi yang memicu terjadinya piping,adalah :

• Terbentuknya alur aliran air,

• Gradien hidraulis pada tempat keluaran telah melebihi dari nilai batas yang tergantung dari jenis tanahnya,

• Tempat keluaran dalam kondisi bebas dan tidak dilindungi filter secara memadai,

• Terdapat tanah yang rawan piping pada alur aliran rembesan,

• Telah terbentuk ”pipa” atau tanah di atasnya telah membentuk seperti ”atap” untuk menjaga terbukanya ”pipa”.

Rembesan pada Tubuh

Bendungan

Data-data yang diperlukan.

Untuk melakukan evaluasi rembesan dengan benar, data proyek yang harus dikaji untuk memperoleh pemahaman yang baik, adalah :

• Geologi dam site.

• Desain dan pelaksanaan konstruksi.

• Material yang digunakan.

• Tindakan perbaikan untuk kontrol rembesan yang dilakukan.

• Pengaruh rembesan terhadap struktur.

• Gambaran fisik bendungan.

• Instrumentasi untuk memantau tekanan dan debit rembesan.

Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium

• Geologi regional dan geologi dam site,

termasuk sifat teknik timbunan dan fondasinya.

• Gambaran geologi fondasi, tumpuan dan rim

waduk.

• Gambaran geologi terhadap bagian-bagian

dari bendungan.

• Kecukupan data untuk melakukan evaluasi

terhadap masalah spesifik yang dihadapi.

IV.Analisis Desain

• Metode apa yang digunakan untuk pengendalian rembesan, baik dalam desain maupun pelaksanaannya.

• Bagaimana pengendalian rembesan didesain, dan apakah berhasil dengan baik serta bila ada informasi terbaru, apakah memerlukan kajian kembali atau tidak.

• Apakah metode pengendalian rembesan tersebut telah usang (outdated), misalnya, penggunaan sheetpiles dianggap tidak akan cukup lama sebagai tirai rembesan, sehingga perlu dipelajari perlu tidaknya lini kedua untuk menahan rembesan.

CARA MENENTUKAN

GARIS FREATIK DAN FLOWNET

Penggambaran garis freatik, α ≤ 30º

Laporan Konstruksi, Pencatatan

• Persiapan fondasi dan perbaikannya.

• Tempat/bagian fondasi yang grout take-

nya besar, bila dilakukan grouting.

• Apakah kondisi terbaru masih sesuai dan

konsisten dengan desain awal.

• Apakah telah dilakukan perubahan

desain yang disesuaikan dengan kondisi

lapangan.

Laporan Konstruksi, Pencatatan

• Apakah semua zona bendungan telah menggunakan material yang tepat, sesuai dengan jenis & gradasinya.

• Metoda pelaksanaannya, sehingga tidak terjadi kontaminasi pada lapisan filter dan zona drainasinya.

• Masalah dan kendala selama pelaksanaan konstruksi dan cara penanganannya.

• Cara pengendalian rembesan yang dilakukan dan masalah yang dihadapi serta penanganannya.

• Apakah gambar purnalaksana cukup akurat.

Pencatatan Instrumentasi

• Apakah debit rembesan dan tekanan

rembesan meningkat atau menurun

terhadap waktu.

• Apakah parameter rembesan tersebut

sesuai dengan fluktuasi muka air waduk

dan kondisi musim hujan/panas.

• Apakah rembesan yang keluar keruh dan

membawa butiran tanah.

Kriteria yang harus dipenuhi

• Telah memenuhi spesifikasi dan mengikuti prosedur desain,

• Gradasi filter yang digunakan telah mengikuti kurva gradasi desain,

• Lapisan filter telah dibuat mengikuti metoda pelaksanaan konstruksi, antara lain tidak terjadi segragasi, maksimum butiran dan pemadatannya memenuhi spesifikasinya.

• Tidak menggunakan kadar air berlebihan yang dapat mengakibatkan terjadinya penggumpalan. Penjenuhan atau penggunaan material yang kering mungkin dapat meminimalkan masalah tersebut.

Kriteria yang harus dipenuhi. Perlu perhatian terhadap kemungkinan

terjadinya kontaminasi material lempung, lalu

lintas kendaraan, pembasahan lereng, dll.

. Perlu didokumentasikan bahwa pelaksanaan

filter telah memenuhi spesifikasinya.

• Lebar dan ketebalan lapisan filter selama

konstruksi dikontrol dengan benar, konsisten

sesuai dengan spesifikasinya.

• Perhatian khusus terhadap pemadatan

material, khususnya pada bidang kontak

dengan bangunan pelengkap.

V.METODA PENGENDALIAN REMBESAN

Metoda ini adalah meliputi :

• Material yang relatif kedap air yang dapat ”menangkap” alur aliran rembesan dan menurunkan tekanan akibat aliran rembesan yang berlebihan. Contohnya, adalah zona tipis lereng hulu kedap air, zona inti kedap air, parit halang yang dipadatkan, selimut lempung hulu, dan lain-lain.

• Konstruksi bendungan urugan dengan lereng yang sangat landai, untuk memperpanjang aliran rembesan dan mengurangi gradien hidraulik pada keluaran.

• Perbaikan pengurang bahaya rembesan lain, misalnya dinding halang, grouting, dan lain-lain.

BEBERAPA CARA PENGENDALIAN REMBESAN

A : Impervious core

B : Upstream Impervious Blanket

C : Slurry Trench Cutoff

D : Grout Curtain

E : Compacted Impervios Cutoff Trench

METODA PENGENDALIAN REMBESAN PADA

TIMBUNAN

• Konstruksi bendungan tanah homogin dengan kemiringan yang relatif sangat landai,

• Konstruksi zona inti kedap yang miring ke arah hulu,

• Konstruksi bendungan dengan zona inti sentral di tengah,

• Konstruksi dinding inti terbuat dari beton atau tanah bentonit yang plastis,

• Memasang kupingan drainase filter (filter drain collars) sekeliling konduit (pemasangan kupingan ganda tidak direkomendasikan lagi; karena pemadatan disekelilingnya yang sulit).

1 Zona penahan air (inti) 6 Selimut drainase

1A Parit halang 7 Drainase kaki (toe drain)

2 Zona pelindung stabilitas hulu 8 Parit drainase (terbuka atau tertutup)

2A Zona transisi 9 Sumur pelepas tekanan (relief wells)

3 Zona drainase hilir (chimney drain) 10 Selimut kedap air

3A Subzona saringan (filter) 11 Dindinghalang slari (Slurry wall cutoff) 4 Zona armor 12 Grouting tirai

5 Zona pelindung stabilitas hilir 13 Berm rembes air

Contohr Macam-macam pengendalian rembesan air pada bendungan tipe urugan

FLOWNET PADA FONDASI BENDUNGAN, DENGAN

PERBAIKAN FONDASI

Q=k h (Nf/Nd)

Penampang Bendungan dengan kemiringan lereng landai.

a)Gradien Hidraulik dan kecepatan rembesan dapat dikurangi.

b)Penampang melintang yang lebar dapat mengurangi Tekanan Air

waduk lebih baik,karena air harus melalui alur yang lebih panjang.

c)Lebih tahan terhadap masalah keruntuhan akibat pembasahan

(sloughing)

d) Cocok untuk Timbunan diatas tanah lunak

Bendungan dengan zone inti miring ke arah hulu.

a) Tekanan air waduk didisipasi akibat friksi aliran air melalui zone

inti yang miring, kemudian air akan mengalir ke bawah & mengalir di

sepanjang fondasi dengan gradien keluaran yang aman.

b) Jika k dari zone inti tersebut sangat rendah dibandingkan dengan k

zone di dekatnya,maka bagian hilir dari bendungan akan bebas dari

pengaruh Rembesan.

Bendungan dengan Zone inti Kedap

Air.

a) Gradasi Material permeabilitas bertambah dari

inti ke zone luar (dari material halus,berbutir kasar,hingga urukan batu).

b) Batas zone inti dengan zone luar harus dilengkapi dengan lapisan filter/transisi untuk mencegah terbawanya material serta dari fondasi ke zone di hilirnya.Persyaratan ini sanagat penting untuk di bagian hilir dibandingkan bagian hulunya.

Bendungan zone inti kedap air

1.Inti 6. Upstream Transition (gravel or riprap)

2.Filter/drainase 7. Riprap

3.Transisi 8. Proteksi lereng hilir (rumput)

4.Urukan Batu 5.Urukan batu zone luar (shell)

Bendungan inti beton

Penggunaan berm hilir

Grouting Tirai

Drainase cerobong dan horisontal

Drainase sekitar conduit

Drainase pipa kolektor

Geometri Tubuh Bendungan yang landai,dapat

memperpanjang seepage

Situasi Investigasi Tipikal Metoda Analisis

Timbunan homogin, fondasi kedap air, kondisi steady 2-D

Muka air freatik, tekanan air pori, gaya rembesan (stabilitas)

Cassagrande grafis atau flownet

Timbunan zonal, fondasi kedap air, kondisi steady 2-D

Muka air freatik, tekanan air pori, gaya rembesan (stabilitas)

Flownet or numerical model

Muka air freatik, tekanan air pori, gaya rembesan (stabilitas)

Flownet

Gradien keluaran, debit rembesan

Metoda fragment (Lampiran B,)

Timbunan homogin, fondasi porius seragam, kondisi steady 2-D

Alternatif kontrol rembesan, variasi sifat material

Model numerik

Timbunan zonal, fondasi porous, kondisi steady 2-D

Sama dengan di atas

Model numerik

Melibatkan relief wells, fondasi heterogin, kuasi 3-D, kondisi steady

Muka air freatik, tekanan air pori, gradient keluaran, debit rembesan, alternative control

rembesan, variasi sifat material, spasi relief well dan aliran

Model numerik

Melibatkan relief wells, fondasi seragam, kuasi 3-D, kondisi steady

Spasi relief wells, pengurangan tekanan dan aliran

Persamaan di Lampiran B

Tumpuan pervious, Kondisi steady 3-D

Muka air freatik, debit rembesan

Flownet

Fondasi dan tumpuan pervious heterogin, kondisi steady 3-D

Muka air freatik, debit rembesan, gradien keluaran, material dan alternatif kontrol rembesan

Model numerik

7

7.5

8

8.5

9 9

.5 10 10.5

11 11.5

12 12.5

13

3.1

71

8e

-00

7 m

³/se

c

Distance (m)

-90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Ele

va

tio

n (

m)

-12

-8

-4

0

4

8

12

16

Pola aliran yang terjadi

Analisis rembesan Embung Sababila

Hasil analisis

Kondisi awal adalah kondisi dimana struktur pelimpah dianalisis seperti halnya

kondisi lapangan sebelum keruntuhan terjadi, untuk mengetahui pola alir

rembesan serta exit gradient pada kaki ujung pelimpah. Dengan menggunakan

program plaxis diperoleh nilai exit gradient (Ie) sebesar 0,57.

Dimana :

Gs = 2,6

e = 0,8

dengan rumus diatas diperoleh nilai Ic = 0,9

FK untuk piping adalah :

Mengacu pada kriteria desain FK piping minimal 4, maka kondisi diatas dapat

disimpulkan tidak aman.

e

GsIc

1

1

57.157.0

9.0

e

c

I

IFK

Filters

Used for:

facilitating drainage

preventing fines from being washed away

Used in:

earth dams

retaining walls

Filter Materials:

granular soils

geotextiless

Granular Filter Design

Two major criteria:

(a) Retention Criteria

(b) Permeability Criteria

- to prevent washing out of fines

- to facilitate drainage and thus avoid

build-up of pore pressures

Filter grains must not be too coarse

Filter grains must not be too fine

granular filter

Granular Filter Design

Retention criteria:

D15, filter < 5 D85, soil

- after Terzaghi & Peck (1967)

Permeability criteria:

D15, filter > 4 D15, soil

average filter pore size

D15, filter < 20 D15, soil

D50, filter < 25 D50, soil

- after US Navy (1971)

GFD Curves for the soil and filter must be parallel

KEAMANAN TERHADAP KEGAGALAN

AKIBAT REMBESAN (seepage failure).

Rembesan melalui tubuh bendungan, fondasi, tumpuan, dan tepian/bukit sekeliling waduk harus terkendali, tidak boleh terjadi:

a) gaya angkat (uplift) yang berlebihan,

b) ketidak stabilan/longsoran,

c) aliran buluh,

d) terhanyutnya material karena pelarutan,

atau erosi internal /material terbawa aliran

rembesan melalui rekahan,kekar & rongga.

KEAMANAN TERHADAP KEGAGALAN

AKIBAT REMBESAN (seepage failure).

• Tebing/dinding sekeliling waduk harus stabil pada segala kondisi operasi (severe operation), tidak boleh terjadi ketidak stabilan pada dinding sekeliling waduk yang tipis, atau saat waduk terisi kemungkinan terjadinya longsoran besar yang masuk ke waduk sehingga memicu timbulnya gelombang besar yang dapat mengakibatkan luapan air waduk.

• Untuk memenuhi fungsi bendungan, total debit rembesan tidak boleh mengganggu fungsi bendungan.

• Dll.

1 Zona penahan air (inti) 6 Selimut drainase

1A Parit halang 7 Drainase kaki (toe drain)

2 Zona pelindung stabilitas hulu 8 Parit drainase (terbuka atau tertutup)

2A Zona transisi 9 Sumur pelepas tekanan (relief wells)

3 Zona drainase hilir (chimney drain) 10 Selimut kedap air

3A Subzona saringan (filter) 11 Dindinghalang slari (Slurry wall cutoff) 4 Zona armor 12 Grouting tirai

5 Zona pelindung stabilitas hilir 13 Berm rembes air

Contohr Macam-macam pengendalian rembesan air pada bendungan tipe urugan

FAKTOR KEAMANAN TERHADAP

ALIRAN BULUH (PIPING)

dengan :

• FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);

• Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);

• Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan atau

pembacaan instrumen pisometer (tanpa dimensi);

• ’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3);

• w : berat isi air (t/m3);

• Gs : berat spesifik (tanpa dimensi);

• e : angka pori (tanpa dimensi);

4I

IFK

e

c e1

1GI s

w

'

c

PERKIRAAN KOEF REMBESAN, DENGAN RUMUS EMPIRIS Hazen,

untuk memperkirakan koefisien rembesan filter atau transisi.

k = C x D10

Keterangan :

k : koefisien permeabilitas [cm/s];

C : konstanta = 1, berlaku untuk pasir dan kerikil bergradasi seragam, tanpa

sementasi dan bersih (lanau dan lempung < 5%);

D10 : ukuran butir yang lewat saringan 10 % pada kurva gradasi material (mm).

PERHITUNGAN DEBIT REMBESAN dengan persamaan Darcy:

q = k.i.A

dengan :

q : debit rembesan (m3/s);

i : gradien hidraulik (tanpa dimensi);

A : luas potongan yang ditinjau (m2)

k : koefisien permeabilitas (m/s).

i = H/L

H = tinggi beda tekan

L = panjang litasan rembesan

he

tG

h

tFK s

w

n

)1(

Faktor keamanan terhadap pengaruh tekanan angkat

yang tinggi, dihitung dengan menggunakan persamaan

dengan :

n : berat isi material lapisan penutup kedap air (t/m3);

t : tebal lapisan tanah penutup (m);

h : tinggi tekanan pisometrik (m).

e : angka pori ;

Gs : berat spesifik;

w : berat isi air (t/m3).

Tekanan air pori yang tinggi di hilir fondasi bendungan dapat menimbulkan

tekanan angkat yang tinggi, sehingga terjadi pengangkatan atau peletusan

(upheavel atau blowup). Kondisi ini terjadi, jika terdapat lapisan fondasi lulus

air dibawah lapisan kedap air dalam kondisi aliran terkekang di bawah tubuh

bendungan. Kegagalan mulai terjadi, jika tekanan angkat di bawah lapisan

kedap air melebihi berat lapisan kedap air di atasnya, sehingga menyebabkan

bobolnya lapisan kedap tersebut dan terjadi peningkatan gradien keluaran.

Estimasi kapasitas drainasi horisontal tanpa adanya tekanan, dapat

menggunakan rumus Cedergren (1972) :

q = kh2/2 Ldimana :

k = permeabilitas dari material drain,

L = panjang drain,

q = debit rembesan per meter lebar drain( diukur melintang sungai).

permukaan air

drainase

vertikal

Muka air

freatik

Zona hilir lebih

kedap dari drain

drainase

horisontal

Pondasi semi kedap

BENDUNGAN HOMOGIN DENGAN KAPASITAS DRAINASI CUKUP

AIR FREATIK TURUN

Permukaan air

Urugan batu

Urugan tanah

Muka freatik

rembesan

drainase vertikal

drainse horisontal

BENDUNGAN HOMOGIN DENGAN KAPASITAS DRAINASI KURANG ATAU SAAT

TERJADI PEMBUNTUAN (CLOGGING)

AIR FREATIK DIATAS DRAINASI HORISONTAL

KAPASITAS DRAINASI VERTIKAL (q2):Kapasitas drainase vertikal harus diperiksa dengan rumus dibawah.

2

22

L

whk

Dimana :

k2 : permeabilitas vertikal drain pada tinggi h2 ,

L2 : panjang horisontal drain, seperti pada gambar dibawah,

w : lebar drainase

q2 =

GARIS ALIRAN REMBESAN MELALUI TUBUH

BENDUNGAN URUGAN TANAH

FLOWNET TUBUH FONDASI BENDUNGAN

URUGAN TANAH

ALIRAN REMBESAN MELALUI BENDUNGAN TIPE ZONAL

FLOWNET SEBELUM DAN SESUDAH CUTOFF

FLOWNET PADA TUBUH BENDUNGAN URUGAN TANAH

KONDISI STEADY SEEPAGE

FLOWNET KONDISI DRAW DOWN

LATIHAN SOAL

Skala transformasi V(kz/kx)

K’ = V(kz.kx)

H...a...t...u...r

N...u...h...u...n