jenis jenis lcc
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi Alang-alang
Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan
produktivitasnya yang rendah. Umumnya lahan kritis didominasi vegetasi alang-
alang. Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis rumput tahunan yang
menyukai sinar matahari dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan
akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan tanah
(Friday at al., 2000). Ketika hutan terganggu, alang-alang sering mendominasi
lahan terdegradasi. Benih alang-alang dapat menyebar luas dan mampu tumbuh
pada berbagai kesuburan tanah. Sekali tumbuh, alang-alang merupakan bahan
bakar yang sangat mudah terbakar. Tiga hari tanpa hujan dapat mengeringkan
dedaunannya yang cukup untuk memicu kebakaran
(Friday et al., 1999 dalam Aswandi et al,. 2005).
Alang-alang dapat berkembang biak melalui biji dan akar rimpang
(rhizome), namun pertumbuhannya terhambat bila ternaungi. Oleh karena itu salah
satu cara mengatasinya adalah dengan jalan menanam tanaman lain yang tumbuh
lebih cepat dan dapat menaungi (Irwanto, 2006).
Pembukaan hutan menyebabkan perubahan lingkungan dari keadaan
tertutup menjadi lingkungan yang terbuka, sehingga mendorong tumbuhnya
alang-alang. Alang-alang termasuk tanaman C4 yang membutuhkan sinar
matahari penuh untuk pertumbuhannya, dengan kata lain alang-alang dapat
tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka. Lahan yang ditinggalkan petani
(diberokan) akan ditumbuhi dengan alang-alang sehingga akan menurunkan
Universitas Sumatera Utara
produksi tanaman pangan, yang disebabkan karena tidak adanya pengembalian
bahan organik (Purnomosidhi dan Rahayu, 2002).
Perkembangan Padang Alang-alang
Di seluruh kawasan Asia Tenggara, hutan merupakan vegetasi klimaks
yang asli dan alami, tetapi alang-alang pada saat ini sudah menyebar di mana-
mana. Ketika hutan dirusak karena adanya penebangan kayu, perladangan
berpindah atau kebakaran, seringkali alang-alang menggantikannya. Biji alang-
alang mudah tersebar pada wilayah yang sangat luas karena ditiup angin dan
mampu tumbuh pada tempat yang basah maupun kering, pada tanah yang subur
atau tandus sekalipun. Ketika sudah berkembang, maka alang-alang merupakan
bahan bakar yang sangat mudah terbakar. Kebakaran ini mempercepat
pembungaan dan pembentukan tunas akar rimpang. Pada saat yang sama, api
merusak bahkan mematikan vegetasi hutan. Apabila sering terjadi kebakaran,
maka secara bertahap alang-alang menjadi lebih dominan menutupi lahan
(Friday at al., 2000).
Lahan alang-alang juga memiliki ketahanan tinggi, sehingga tanaman lain
mengalami kesulitan ketika harus bersaing dengannya dalam memperoleh air,
unsur hara dan cahaya. Beberapa jenis tanaman terganggu pertumbuhannya
karena adanya zat beracun (allelopati) yang dikeluarkan oleh akar dan rimpang
alang-alang sehingga vegetasi alang-alang murni sukar untuk digantikan oleh
jenis-jenis yang lainnya. Tatkala pertumbuhan alang-alang tertekan, maka jenis-
jenis tumbuhan lainnya akan lebih mudah tumbuh. Menurut Irwanto (2006)
agroforestri mempercepat konversi lahan alang-alang melalui mekanisme:
Universitas Sumatera Utara
1. melindungi seluruh wilayah dari bahaya kebakaran,
2. menanam pepohonan,
3. menekan alang-alang sehingga tidak mampu bersaing dengan tanaman lain
akan cahaya dan air, dan/atau
4. mempercepat pertumbuhan pepohonan dengan memberi tambahan pupuk,
kapur, atau bahan organik.
Tanaman penutup tanah merupakan suatu tindakan konservasi, baik pada
saat bukan musim tanam maupun sebagai penutup tanah di bawah pepohonan.
Tanaman penutup tanah biasanya dari jenis leguminous. Keberadaan tanaman
penutup tanah di bawah tanaman perkebunan berguna untuk melindungi tanah
dari jatuhnya butir-butir hujan, perlindungan terhadap tanah sehingga dapat
menjaga kadar air tanah. Setelah mengalami kematian, tanaman penutup tanah
membusuk dan dapat memperkaya kandungan bahan organik tanah. Tanaman
penutup tanah yang umum digunakan adalah Poeraria phaseoloides,
Callopogonium muconoides dan Centrosema pubescens (Rahim, 2000).
Peranan Pemupukan Bagi Tanaman
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh berbagai faktor
tanah dan iklim serta faktor-faktor yang terdapat di dalam tanah itu. Beberapa
faktor dikendalikan oleh manusia, tetapi banyak juga yang tidak dapat
dikendalikan. Misalnya, orang tidak dapat mengendalikan udara, cahaya dan suhu
tetapi dapat mempengaruhi penyediaan unsur hara tanaman dalam tanah. Mereka
meningkatkan persediaan hara yang tersedia dengan cara mengubah keadaan
tanah atau melakukan penambahan dalam bentuk pupuk (Foth, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Pemupukan bertujuan untuk mencapai kondisi di mana tanah
memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik. Pertumbuhannya tidak saja
tergantung dari tersedianya berbagai zat makanan dalam jumlah yang cukup,
tetapi juga dari persyaratan lain seperti struktur dan kondisi derajat kemasaman
tanah. Pemupukan mempengaruhi keadaan itu. Keadaan tanah yang baik
mendorong tanaman dapat menyerap makanan melalui pertumbuhan akarnya yang
kuat dengan lebih mudah (Rinsema, 1993).
Salah satu pembentuk tanah adalah bahan organik sehingga sangat penting
dilakukan penambahan bahan organik ke dalam tanah melalui pupuk organik.
Pupuk organik berasal dari kotoran hewan/ternak, sisa tanaman dan bangkai
binatang dan limbah rumah tangga. Pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan
guano termasuk pupuk organik. Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair
dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa-sisa makanan ataupun alas
kandang. Menurut Sutejo (2002) pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik
dibanding dengan pupuk alam lainnya maupun dengan pupuk buatan. Di dalam
tanah pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap terhadap sifat fisis
tanah, mempertinggi kadar humus, menjadikan tanah mudah diolah dan terisi
oksigen yang cukup. Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena
selain menimbulkan tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman, juga
mengembangkan kehidupan mikroorganisme (jasad renik) di dalam tanah. Dengan
kata lain, pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor
dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan Tanaman Rehabilitasi Lahan Alang-Alang
Untuk menghambat alang-alang sebelum tanaman atau pohon ditanam,
dipilih spesies tanaman yang agresif. Jika jenis yang ditanam merupakan tanaman
pangan, maka dipilih varietas tanaman penutup tanah yang berumur pendek
sekitar 3-4 bulan (misalnya Mucuna pruriens DC). Jika diperlukan penutupan
tanah dalam jangka waktu lebih lama, selain jenis yang berumur pendek tersebut,
dicampur pula dengan beberapa spesies yang berumur lebih panjang (contoh:
Centrosema atau Pueraria). Jika terdapat musim kemarau, sebaiknya digunakan
campuran jenis yang tahan kekeringan (Irwanto, 2006).
Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCCs
=Leguminous Cover Crops) dapat berfungsi sebagai mulsa hidup, untuk
mengendalikan erosi dan mencegah tumbuhnya gulma. Banyak jenis tanaman ini
merupakan pakan ternak yang bernilai gizi tinggi. Bila tanaman ini dibenamkan,
akan menyumbang sejumlah besar bahan organik, nitrogen dan fosfor yang
tersedia ke dalam tanah. Tanaman kacang-kacangan penutup tanah dapat
digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan alang-alang yang
ada. Tanaman ini umumnya sangat bermanfaat untuk mencegah alang-alang
tumbuh kembali setelah dapat dikendalikan (Irwanto, 2006).
Menurut Irwanto (2006) tanaman kacang-kacangan sering ditanam sebagai
tanaman sela, tanaman tumpang gilir (a relay crop), maupun sebagai tanaman
bera. Sifat-sifat spesies yang baik dapat dipertimbangkan sebagai penutup tanah
untuk menghambat alang-alang adalah sebagai berikut :
1. Penambat nitrogen
2. Beradaptasi pada kondisi tanah dan iklim setempat
Universitas Sumatera Utara
3. Toleran terhadap pengaruh alelopati alang-alang
4. Mudah dan cepat tumbuh secara alami
5. Tahan terhadap hama dan penyakit
6. Merambat dan mampu menghambat pertumbuhan alang-alang
7. Penghasil pakan ternak dan kayu bakar
8. Benihnya mudah tersedia
Menurut Mcilroy (1976) bila dibandingkan dengan pertanaman murni
maka keuntungan dari pertanaman campuran (umumnya dengan leguminous)
adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan padang rumput yang lebih cepat dan penggunaan tanah yang
lebih baik
2. Distribusi pertumbuhan musiman yang lebih baik
Musim merumput mungkin dapat diperpanjang dengan adanya species-
species yang masak dini dan yang masak lambat
3. Meningkatkan produksi yang lebih tinggi
4. Leguminous dapat ditanam bersama dengan rumput-rumput untuk
keuntungan rumput-rumput tersebut. Leguminous lebih kaya akan kandungan
nitrogen dan kalsium (kapur) dibandingkan dengan rumput-rumput dan
menaikkan nilai gizi padang rumput.
Padang rumput campuran antara rumput dengan leguminous lebih sempurna dan
lebih disukai ternak daripada suatu pertanaman rumput murni.
1. Mucuna pruriens DC (Kara Benguk)
Kara benguk adalah liana, berbulu dengan panjang 2-18 m dengan batang
menggalah. Berasal dari Asia Tenggara atau Selatan dan telah tersebar secara luas
Universitas Sumatera Utara
di seluruh daerah tropika termasuk Indonesia. Tanaman ini telah dikenal secara
luas oleh masyarakat di Pulau Jawa, Bali, Sumatra maupun Sulawesi Utara dan
Maluku. Kacang ini tumbuh baik pada pasir berdrainase baik, tanah liat dan
ultisols dengan pH 5-6.5, tetapi juga tumbuh dengan baik pada lahan berpasir
asam, tidak toleran terhadap air yang berlebih. Perbanyakan tanaman biasanya
dengan biji, tingkat perkecambahan pada benih adalah 90-100 %, perkecambahan
akan terjadi dalam 4-7 hari. Biji berbentuk lonjong-menjorong, sedikit gepeng,
warna beragam dengan panjang 1,5-2 cm dan ketika ditanam untuk pupuk hijau di
Indonesia, benih ditaburkan dengan jarak 30 cm x 20-30 cm dengan 2 benih per
lubang (Kehati, 2007).
Kara benguk ditanam sebagai tanaman penutup, pupuk hijau dan
merupakan salah satu tanaman yang paling pantas untuk reklamasi tanah yang
dipenuhi dengan rumput liar, terutama dengan Cynodon dactylon, Cyperus
rotundus dan Imperata cylindrica. Di Pulau Jawa biji ini difermentasikan menjadi
tempe benguk, sedangkan polongnya yang belum dewasa dan daun-daun muda
kadang-kadang direbus untuk dijadikan sayur-mayur. Biji yang direbus
adakalanya dimakan sebagai kacang-kacangan. Biji Mucuna pruriens DC yang
direbus mempunyai suatu reputasi sebagai suatu aphrodisiak. Getah dari batang
digunakan untuk menghentikan pendarahan dari luka kecil. Kemampuan kacang
benguk dapat menutup lahan dengan cepat adalah sangat produktif, tahan pada
kebanyakan penyakit dan hama serta dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan yang beragam. Ini adalah salah satu tanaman penutup dan pupuk hijau
yang berharga, menarik petani untuk menanam kecil-kecilan. Ketahanannya
Universitas Sumatera Utara
terhadap penyakit dan hama juga membuat kacang ini sebagai tanaman sayuran
dan polong-polongan yang menarik.
Foto: internet
Gambar 1. Mucuna pruriens DC
2. Calopogonium mucunoides Desv (Kacang Calopo atau Kacang Asu)
Calopogonium adalah terna yang tumbuh cepat, dengan menjalar,
membelit atau melata. Digunakan sebagai pupuk hijau dan tutup tanaman di
Sumatera pada tahun 1922 dan kemudian di perkebunan karet dan perkebunan
serat karung di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Calopogonium dapat tumbuh cepat
pada semua tekstur tanah, walaupun dengan pH rendah (H2O) antara 4,5-5 namun
tidak dapat beradaptasi dengan naungan yang ditunjukkan dengan adanya
penurunan pertumbuhan pucuk, akar dan pembentukan bintil akar dengan
turunnya intensitas cahaya. Dapat menutupi tanah dengan daun-daunnya yang
lebat dan biji-biji yang jatuh dapat tumbuh dengan sendirinya.
Perbanyakan calopogonium secara normal disebarkan oleh benih,
berbentuk kecil memanjang dengan panjang 2-3 mm. Benih ditaburkan pada 1-3
kg/ha pada umumnya ditaburkan dalam lubang berderet atau disebar bebas untuk
produksi makanan hewan. Menurut Mcilroy (1976) 1 ha lahan dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
Calopogonium mucunoides Desv 6-9 kg/ha. Walaupun batang calopogonium
dapat berakar pada setiap bukunya, biasanya stek yang ditanam tidak dapat
bertahan (Kehati, 2007).
Ketika ditanam sebagai penutup tanaman dalam perkebunan,
Calopogonium mucunoides pada umumnya ditaburkan dalam campuran dengan
kacang polong lain seperti Centrosema pubescens Benth, Calopogonium
caeruleum dan Pueraria phaseoloides dengan 1-3 kg/ha calopogonium dalam
total campuran 12-15 kg/ha benih yang ditaburkan. Calopogonium dikenal
sebagai satu jenis kacang polong pelopor untuk melindungi permukaan lahan,
mengurangi temperatur lahan, memperbaiki kandungan nitrogen, meningkatkan
kesuburan lahan dan mengendalikan pertumbuhan rumput liar. Tanaman ini
merupakan satu tanaman penutup panen yang penting untuk tanaman perkebunan,
terutama karet dan kelapa sawit, di mana tanaman ini sering ditanam bersama
dengan sentro (Centrosema pubescens Benth) dan kacang ruji (Pueraria
phaseoloides Roxb). Di Afrika penggabungan ini telah diuji perkebunan hutan
muda, di mana hal itu akan mengurangi ongkos penyiangan. Calopogonium
adalah juga digunakan sebagai suatu pupuk hijau untuk peningkatan kualitas
lahan. Biasanya ditanam untuk makanan hewan, digunakan terutama sepanjang di
akhir musim kering.
Universitas Sumatera Utara
Foto: internet
Gambar 2. Calopogonium mucunoides Desv
3. Centrosema pubescens Benth (Sentro)
Sentro adalah terna tahunan (parennial) yang akan berkayu ketika usianya
lebih dari 18 bulan, berdaun lebat, rebah dan menjalar. Saat ini Sentro telah dapat
tumbuh alami di dataran-dataran rendah di Jawa. Sentro dapat tumbuh ketika
tempat tumbuhnya tergenang air dan akan bertahan di musim kering yang
berlangsung sekitar 3- 4 bulan, namun tidak untuk masa kekeringan yang lebih
panjang. Pada kondisi suhu mencapai -3 0C daun akan mati, namun tumbuhan ini
dapat tumbuh kembali pada titik-titik tumbuh terlindung dekat tanah. Sentro
mudah ditanam dengan biji. Biji berbentuk kecil memanjang dengan panjang 4-5
mm menurut. Mcilroy (1976) kebutuhan benih Centrosema pubescens Benth 4-6
kg/ha. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman polong-polongan yang toleran
terhadap naungan dan dapat tetap tumbuh di bawah naungan sebesar 80 %.
Tumbuh pada beragam tipe tanah, yaitu dari tanah pasir berhumus hingga tanah
liat dan dapat tumbuh baik pada tanah berumput. Pertumbuhan optimum dapat
tercapai bila ditanam pada tanah dengan keasaman relatif, kisaran pH yang dapat
Universitas Sumatera Utara
ditoleransi adalah 4,5 namun kisaran pH optimum yang dapat mendukung
pertumbuhan nodul adalah 5,5-6 (Kehati, 2007).
Sejak tahun 1950, Sentro telah ditanam sebagai tumbuhan yang cepat
menutupi tanah dan untuk pakan ternak di kawasan Asia Tenggara, Kepulauan
Pasifik, daerah tropis Australia dan pada daerah tropis lembap. Tumbuhan pioner
ini telah berhasil melindungi tanah bekas laharan dari pengaruh hujan dan aliran
permukaan, serta banyak memproduksi biomassa dan sumber pupuk organik
untuk memperkuat agregat tanah dan menyimpan ketersediaan air. Sentro
merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk mereklamasi lahan kritis
bekas letusan gunung berapi di Gunung Merapi Jawa Tengah.
Foto: internet
Gambar 3. Centrosema pubescens Benth
Upaya rehabilitasi tidak dapat hanya mengandalkan proses alami yang
memakan waktu sangat lama. Dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan,
aspek teknologi menjadi sangat penting. Salah satu upaya yang dapat ditempuh
adalah dengan penanaman legum penutup tanah untuk memperbaiki kondisi
tanah. Beberapa penelitian dalam Sullivan (2003) menunjukkan penggunaan
Universitas Sumatera Utara
tanaman penutup tanah jenis leguminous mampu menggantikan penggunaan
pupuk nitrogen sebesar 72-190 kg/ha. Penelitian di Hawai untuk mengetahui efek
pemberian pangkasan cover crop ke dalam tanah terhadap mikroorganisme tanah
dan level nitrogen menggunakan empat jenis cover crop, dua di antaranya
termasuk jenis leguminous (Cajanus cajan dan Crotalaria juncea ). Hasilnya
menunjukkan bahwa jenis legum menyumbangkan total N (NO3 + NH4) sampai
35 ppm (sangat tinggi) dibandingkan kedua jenis lainnya. Leguminous yang dapat
digunakan sebagai tanaman penutup tanah cukup banyak jenisnya tetapi dalam
penggunaannya perlu dipertimbangkan selain dapat bermanfaat memperbaiki
kondisi tanah, juga bermanfaat langsung bagi masyarakat terutama bagi
penyediaan hijauan pakan ternak maupun kayu bakar (Narendra dan Eka, 2006).
Di samping sebagai sumber bahan organik tanah, tanaman penutup tanah
dapat berfungsi menetralisir daya rusak butir-butir hujan dan menekan aliran
permukaan (run off) yang kemudian dapat menghambat erosi dan pencucian hara.
Hal ini tercerminkan oleh adanya pengaruh positif tanaman penutup tanah
terhadap sifat-sifat fisik tanah.
Universitas Sumatera Utara