jangan benci aku
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Jangan Benci Aku
1/3
1
Jangan Benci Aku, Mamaaa ,,,,,
Dua puluh tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan
namun terlihat agak bodoh. Hasan, suamiku, memberinya nama Erik. Semakin lama semakin nampak
jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Aku berniat memberikannya kepada orang lain saja
atau dititipkan di panti asuhan agar tidak membuat malu keluarga kelak.
Namun suamiku mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa kubesarkan juga. Di tahun kedua
setelah Erik dilahirkan, akupun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil.
Kuberi nama Angel. Aku sangat menyayangi Angel, demikian juga suamiku. Seringkali kami
mengajaknya pergi ke taman hiburan & membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Erik. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Suamiku
sebenarnya sudah berkali-kali berniat membelikannya, namun aku selalu melarangnya dengan dalih
penghematan uang keluarga. Suamiku selalu menuruti perkataanku.
Saat usia Angel 2 tahun, Suamiku meninggal dunia. Erik sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kamimenjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya aku mengambil sebuah
tindakan yang akan membuatku menyesal seumur hidup. Aku pergi meninggalkan kampung kelahiranku
bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja.
Kemudian aku memilih tinggal di sebuah rumah kecil setelah tanah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun. telah berlalu sejak kejadian itu.
Kini Aku telah menikah kembali dengan Beni, seorang pria dewasa yang mapan. Usia pernikahan kami
telah menginjak tahun kelima. Berkat Beni, sifat-sifat burukku yang semula pemarah, egois, dan tinggi
hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.
Angel kini telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkannya di asrama putri sekolah perawatan.
Tidak ada lagi yang ingat tentang Erik dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam.
Malam di mana aku bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat
sekali. Ia melihat ke arahku. Sambil tersenyum ia berkata, Tante, Tante kenal mama caya? caya lindu
cekali cama Mama!
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun aku menahannya,
Tunggu, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?
Nama caya Elik, Tante.
Erik? Erik Ya Tuhan! Kau benar-benar Erik?
Aku langsung tersentak bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpaku
saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu, seperti sebuah film yang sedang
diputar di kepala. Baru sekarang aku menyadari betapa jahatnya perbuatanku dulu. Rasanya seperti mau
mati saja saat itu.
Ya, sepertinya saya memang harus mati, mati, mati Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan
saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Erik melintas kembali di pikiranku. Ya Erik,
Mama akan menjemputmu Eriksabar ya nak.
http://www.santaisejenak.com/wp-content/uploads/2011/11/kere.jpg -
7/31/2019 Jangan Benci Aku
2/3
2
Sore itu aku memarkir mobil biruku di samping sebuah gubuk, dan Beni suamiku dengan pandangan
heran menatapku dari samping. Maryam, apa yang sebenarnya terjadi?
Oh, suamiku, kau pasti akan membenciku setelah kuceritakan hal yang telah kulakukan dulu. tetapi
aku menceritakannya juga dengan terisak-isak.
Ternyata Tuhan sungguh baik kepadaku. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh
pengertian. Setelah tangisku reda, aku pun keluar dari mobil diikuti oleh suami dari belakang. Mataku
menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter didepan. Aku mulai teringat betapa gubuk itu
pernah kutempati beberapa tahun lamanya dan Erik.. Erik
Aku meninggalkan Erik di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih aku pun berlari menghampiri
gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali Tidak terlihat sesuatu
apa pun! Perlahan mataku mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.
Namun aku tidak menemukan siapa pun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di
lantai tanah. Aku mengambil seraya mengamatinya dengan seksama Mataku mulai berkaca -kaca, akumengenali betul potongan kain tersebut, itu bekas baju butut yang dulu dikenakan Erik sehari-hari, bajubutut yang kadang aku sendiri jijik mencucinya
Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, aku pun keluar dari ruangan itu Air
mataku mengalir dengan deras. Saat itu aku hanya diam saja. Sesaat kemudian aku dan suami mulai
menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, tiba tiba aku melihat seseorang di
belakang mobil kami. Aku sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah
orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali aku tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan
suaranya yang parau.
Heii! Siapa kamu?! Mau apa kau ke sini?!
Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Erik
yang dulu tinggal di sini?
Tibatiba Ia menjawab, Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Erik terus menunggu ibunya seraya memanggil,
Mamaaa, Mamaaa!
Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan & mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupunsaya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan
anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Erik meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..
Saya pun membaca tulisan di kertas itu
Mama, mengapa Mama tidak pernah kembali lagi? Mama benci ya sama Erik? Ma., biarlah Erik
yang pergi saja, tapi Mama harus berjanji ya, kalau Mama tidak akan benci lagi sama Eric. Udah dulu ya
Ma, Erik sayaaaang sama Mama,
Aku menjerit histeris membaca surat itu. Bu, tolong katakan kataka n di mana ia sekarang? Akuberjanji akan meyayanginya sekarang! Aku tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!
Suamiku memeluk tubuhku yang bergetar sangat keras.
Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Erik telah mening galkan dunia. Ia
meninggal persis di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi
menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana
Ia hanya berharap dapat melihat Mamanya dari belakang gubuk ini Meskipun hujan deras, dengan
kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya disana. Nyonya, dosa Anda sungguh tidak
terampuni!
-
7/31/2019 Jangan Benci Aku
3/3
3
Aku kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.
source : situslakalaka.blogspot.com
Tags:Kisah Nyata,Oh Mama,siswi smu
http://www.santaisejenak.com/tag/kisah-nyata/http://www.santaisejenak.com/tag/kisah-nyata/http://www.santaisejenak.com/tag/kisah-nyata/http://www.santaisejenak.com/tag/oh-mama/http://www.santaisejenak.com/tag/oh-mama/http://www.santaisejenak.com/tag/oh-mama/http://www.santaisejenak.com/tag/siswi-smu/http://www.santaisejenak.com/tag/siswi-smu/http://www.santaisejenak.com/tag/siswi-smu/http://www.santaisejenak.com/tag/siswi-smu/http://www.santaisejenak.com/tag/oh-mama/http://www.santaisejenak.com/tag/kisah-nyata/