iv. hasil dan pembahasan 4.1. karakteristik petani di desa ... fileresponden yang merupakan petani...

36
42 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Petani di Desa Sukamandi Jaya (Ciasem, Subang), Desa Cangakan, (Kasreman, Ngawi), dan Desa Cimanggu (Cimanggu, Pandeglang) Karakteristik petani adalah sifat-sifat yang melekat pada diri responden meliputi umur, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bertani dan pekerjaan sampingan petani. Menurut Roger dan Shoemaker (1971) dalam Wulanjuri et al., (2009) menyatakan bahwa karakteristik seseorang ikut mempengaruhi tindakan dan perilakunya. Responden yang merupakan petani diambil dari tiga lokasi yaitu di Desa Sukamandi Jaya, Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang, Desa Cangakan, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, dan Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang. Ketiga lokasi ini dipilih karena merupakan tempat atau lokasi pengambilan tanah bulk yang dijadikan media tanam dalam percobaan di rumah kaca. Dari Desa Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang diperoleh 30 responden yang berasal dari dua kelompok tani, di Desa Cangakan, Kasreman, Ngawi diperoleh 21 responden dari satu kelompok tani, sedangkan dari Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Pandeglang, diambil 28 responden dari satu kelompok tani. a. Umur Rerata umur petani di Desa Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang, Desa Cangakan, Kasreman, Ngawi, dan Desa Cimanggu, Cimanggu, Pandeglang masing-masing adalah 51, 49, dan 49,5 tahun (Tabel 8). Jika dilihat dari penggolongan umur produktif (15-55 tahun) dan tidak produktif (> 56 tahun), maka sebagian besar petani di ketiga wilayah merupakan umur produktif. Menurut Palebangan (2006) umur petani merupakan sesuatu yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu usaha tani. Pada umur produktif, kemampuan fisik petani sangat berpengaruh untuk bekerja secara optimal.

Upload: vungoc

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Petani di Desa Sukamandi Jaya (Ciasem, Subang), Desa

Cangakan, (Kasreman, Ngawi), dan Desa Cimanggu (Cimanggu,

Pandeglang)

Karakteristik petani adalah sifat-sifat yang melekat pada diri responden

meliputi umur, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman

bertani dan pekerjaan sampingan petani. Menurut Roger dan Shoemaker (1971)

dalam Wulanjuri et al., (2009) menyatakan bahwa karakteristik seseorang ikut

mempengaruhi tindakan dan perilakunya.

Responden yang merupakan petani diambil dari tiga lokasi yaitu di Desa

Sukamandi Jaya, Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang, Desa Cangakan,

Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, dan Desa Cimanggu, Kecamatan

Cimanggu, Kabupaten Pandeglang. Ketiga lokasi ini dipilih karena merupakan

tempat atau lokasi pengambilan tanah bulk yang dijadikan media tanam dalam

percobaan di rumah kaca. Dari Desa Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang diperoleh

30 responden yang berasal dari dua kelompok tani, di Desa Cangakan, Kasreman,

Ngawi diperoleh 21 responden dari satu kelompok tani, sedangkan dari Desa

Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Pandeglang, diambil 28 responden dari satu

kelompok tani.

a. Umur

Rerata umur petani di Desa Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang, Desa

Cangakan, Kasreman, Ngawi, dan Desa Cimanggu, Cimanggu, Pandeglang

masing-masing adalah 51, 49, dan 49,5 tahun (Tabel 8). Jika dilihat dari

penggolongan umur produktif (15-55 tahun) dan tidak produktif (> 56 tahun),

maka sebagian besar petani di ketiga wilayah merupakan umur produktif. Menurut

Palebangan (2006) umur petani merupakan sesuatu yang penting dalam

menentukan keberhasilan suatu usaha tani. Pada umur produktif, kemampuan fisik

petani sangat berpengaruh untuk bekerja secara optimal.

43

Tabel 8 . Umur petani di Desa Sukamandi Jaya (Ciasem, Subang), Desa Cangakan

(Kasreman, Ngawi) dan Desa Cimanggu (Cimanggu, Pandeglang)

Umur

(tahun)

Desa Sukamandi Jaya,

Ciasem, Subang

Desa Cangakan,

Kasreman, Ngawi

Desa Cimanggu,

Cimanggu,

Pandeglang

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

< 30 2 6 1 5 - -

31-40 2 7 4 19 5 18

41-50 10 33 6 29 8 29

51-55 5 17 4 19 9 31

56-60 5 17 2 9 2 7

61-65 4 13 2 9 3 11

> 65 2 7 2 10 1 4

Jumlah 30 100 21 100 28 100

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal tertinggi yang

pernah ditamatkan oleh responden/petani. Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan petani di ketiga lokasi sebagian besar adalah SD. Untuk Desa

Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang SD (60%), SMP (17%), SMA (23%),

sedangkan di Desa Cangakan, Kasreman, Ngawi masing-masing SD (57%), SMP

(14%) dan SMA (29%). Desa Cimanggu, Cimanggu, Pandeglang, tingkat

pendidikan tidak jauh berbeda dengan dua lokasi lainnya yaitu SD (54%), SMP

(29%), dan SMA (18%). Rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi

mereka dalam mempersepsikan informasi teknologi baru yang diintroduksikan.

Menurut Nursalam dalam Wulanjuri et al., (2009) menjelaskan bahwa

pengalaman kehidupan sehari-hari, orang yang memiliki latar belakang

pendidikan lebih tinggi cenderung lebih kuat untuk mencari informasi sesuai

dengan latar belakang pendidikannya. Petani yang mempunyai tingkat pendidikan

relatif tinggi mempunya respon yang baik terhadap penggunaan teknologi baru.

44

Tabel 9. Tingkat pendidikan petani di Desa Sukamandi Jaya (Ciasem, Subang),

Desa Cangakan (Kasreman, Ngawi) dan Desa Cimanggu (Cimanggu,

Pandeglang)

Pendidikan

Desa Sukamandi Jaya,

Ciasem, Subang,

Desa Cangakan,

Kasreman, Ngawi

Desa Cimanggu,

Cimanggu,

Pandeglang,

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

SD 18 60 12 57 15 54

SLTP 5 17 3 14 8 29

SLTA 7 23 6 29 5 18

Jumlah 30 100 21 100 28 100

c. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan sumber tenaga kerja dalam

melaksanakan usaha taninya. Dari Tabel 10 diperoleh rerata jumlah tanggungan

keluarga petani di Desa Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang; Desa Cangakan,

Kasreman, Ngawi; dan Desa Cimanggu, Cimanggu, Pandeglang 5 sampai 6 per

keluarga.

Tabel 10. Jumlah tanggungan keluarga petani di Desa Sukamandi Jaya, Ciasem,

Subang, Desa Cangakan, Kasreman, Ngawi, dan Desa Cimanggu,

Cimanggu, Pandeglang

Jumlah

Tanggungan

Keluarga

Desa Sukamandi Jaya,

Ciasem, Subang,

Desa Cangakan,

Kasreman, Ngawi,

Ngawi

Desa Cimanggu,

Cimanggu,

Pandeglang,

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

< 3 2 7 0 0 5 18

3-6 21 70 15 71 19 68

7-10 7 23 6 29 4 14

Jumlah 30 100 21 100 28 100

45

d. Pekerjaan sampingan

Pekerjaan sampingan yang dimaksud adalah pekerjaan responden selain

bertani dalam kehidupan sehari-harinya dalam mendaptkan penghasilan guna

mencukupi kebutuhan keluarga. Dari Tabel 11 terlihat bahwa lebih dari 40 % baik

di Desa Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang; Desa Cangakan, Kasreman, Ngawi;

maupun Desa Cimanggu, Cimanggu, Pandeglang, pekerjaan sampingan petani

lebih didominasi berdagang, kemudian disusul buruh dan beternak.

Tabel 11. Pekerjaan sampingan petani di Desa Sukamandi Jaya (Ciasem, Subang),

Desa Cangakan (Kasreman, Ngawi) dan Desa Cimanggu (Cimanggu,

Pandeglang)

Pekerjaan

sampingan

Desa Sukamandi Jaya,

Ciasem, Subang

Desa Cangakan,

Kasreman, Ngawi,

Desa Cimanggu,

Cimanggu,

Pandeglang,

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Buruh 7 23 3 14 5 18

Berdagang 19 64 10 48 12 43

Beternak 4 13 3 14 8 28

Tidak ada - - 5 24 3 11

Jumlah 30 100 21 100 28 100

e. Pengalaman Bertani

Rerata pengalaman bertani responden di ketiga lokasi masing-masing 17,5

tahun di Desa Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang; 16,2 tahun di Desa Cangakan,

Kasreman, Ngawi; dan 21,7 tahun untuk petani di Desa Cimanggu, Cimanggu,

Pandeglang. Sebanyak 33 % petani di Desa Sukamandi Jaya, Ciasem, Subang

memiliki pengalaman bertani selama > 20 tahun, begitu pula di Desa Cimanggu,

Cimanggu, Pandeglang sebanyak 46 % petani sudah berpengalaman lebih dari 20

tahun dalam bertani. Sedangkan di Desa Cangakan, Kasreman, Ngawi

pengalaman bertani para petaninya berkisar 16-20 tahun yaitu sebanyak 33 %

(Tabel 12).

46

Tabel 12. Pengalaman petani dalam bertani di Desa Sukamandi Jaya (Ciasem,

Subang), Cangakan (Kasreman, Ngawi) dan Desa Cimanggu

(Cimanggu, Pandeglang)

Pengalaman

bertani

(tahun)

Desa Sukamandi Jaya,

Ciasem, Subang

Desa Cangakan,

Kasreman, Ngawi

Desa Cimanggu,

Cimanggu,

Pandeglang,

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

<10 8 27 4 19 4 14

10-15 4 13 4 19 3 11

16-20 8 27 7 33 8 29

>20 10 33 6 29 13 46

Jumlah 30 100 21 100 28 100

4.2. Evaluasi Pupuk Organik Padat di Jawa

Survei pupuk organik padat dilaksanakan di lima kabupaten di Jawa Barat

yaitu: Karawang, Sukabumi, Banjar, Ciamis, dan Bogor; delapan kabupaten di

Jawa Tengah yaitu: Tegal, Demak, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Pati,

Sragen, dan Salatiga dan empat kabupaten di Jawa Timur yaitu: Mojokerto,

Gresik, Tuban, dan Surabaya serta satu lokasi dari Tangerang, Banten. Dari hasil

survei tersebut diperoleh 60 contoh pupuk organik padat, baik yang berasal dari

kios/distributor, produsen/pabrik maupun langsung dari petani.

Sebagian besar contoh pupuk organik padat (39 contoh) yang diambil

berasal dari pabrik/ produsen, di tingkat toko/agen/distributor sendiri tidak banyak

ditemukan yang menjual pupuk organik padat (14 contoh), lebih banyak pupuk

organik cair yang dijual, sedangkan yang diambil dari petani hanya 7 contoh saja.

Hal ini mungkin disebabkan karena adanya Program Bantuan Langsung Pupuk

(BLP) baik pupuk anorganik maupun organik yang diberikan kepada

petani/kelompok tani secara cuma-cuma.

Pupuk organik yang digunakan dalam pengadaan BLP ini adalah pupuk

yang telah terdaftar dan memenuhi standar mutu berdasarkan ketentuan

Perundang-Undangan dalam hal ini Permentan No. 28 Tahun 2009. Pupuk BLP

khususnya pupuk organik granul diproduksi dan atau diadakan oleh PT Pertani

47

(Merek Bintang Kuda Laut), PT Sang Hyang Seri (Merek Elang Biru), dan PT

Berdikari (merek Berdikari Tani Lestari). Namun di lapangan hanya ditemukan

dua jenis pupuk organik granul BLP yaitu Merek Bintang Kuda Laut dan Merek

Elang Biru yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

(Permentan No. 37 Tahun 2010).

Bahan dasar pembuatan pupuk organik bervariasi, kualitas pupuk yang

dihasilkan juga beragam sesuai dengan kualitas bahan asalnya. Pemakaian pupuk

organik terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga perlu ada regulasi atau

peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar

memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan tetap menjaga

kelestarian lingkungan. Untuk itu, pemerintah mengeluarkan Permentan No. 70

Tahun 2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah yang

menggantikan peraturan sebelumnya yaitu Permentan No. 28 Tahun 2009.

Peraturan mengenai pupuk organik ini sangat diperlukan untuk melindungi

konsumen khususnya petani dan juga para pengusaha pupuk terutama para

pengusaha kecil menegah (UKM) dalam proses produksinya. Dalam standarisasi

mutu pupuk organik yang menjadi parameter utama adalah C-organik, C/N rasio,

kadar air, kadar logam berat, kadar hara makro, dan bahan ikutan.

Untuk mengetahui kesesuaian komposisi pupuk organik dengan persyaratan

teknis minimal, perlu dilakukan pengujian mutu pupuk organik di laboratorium

yang terakreditasi dan atau ditunjuk oleh Menteri Pertanian melalui SK Mentan.

Dalam persyaratan pendaftaran pupuk organik, selain diperlukan pengujian mutu

pupuk, juga diperlukan uji keefektifan yang dapat dilakukan di laboratorium, atau

rumah kaca, dan atau di lapangan.

4.2.1. Pupuk organik padat di Jawa Barat

Daftar jenis pupuk organik padat yang diambil dari Jawa Barat, kadar air,

pH dan kandungan hara yang sudah dianalisis di laboratorium Balai Penelitian

Lingkungan Pertanian dapat dilihat pada Tabel 13. Dari Jawa Barat diambil

sebanyak 15 contoh pupuk organik padat, yang berasal dari petani (1 contoh),

toko/kios pertanian (2 contoh) dan pabrik (12 contoh). Kadar air dalam pupuk

48

tersebut berkisar 5,89-67,18 %, terdapat 5 contoh yang kadar airnya tidak sesuai

dengan kriteria yang dipersyaratkan menurut Permentan No. 28 Tahun 2009 yaitu

4-15 %. Kadar C-organik 3,07-15,91 % hanya 2 contoh pupuk organik padat saja

yang nilai C-organiknya di atas 15 % (POG 2 dari Karawang dan kompos 1 dari

Bogor), kandungan N, P2O5 dan K2O total untuk semua contoh pupuk organik

padat yang diambil tidak memenuhi persyaratan teknis minimal yaitu minimal 4

%. Sebagian besar contoh pupuk organik padat yang diambil mempunyai rasio

C/N di bawah 15, namun terdapat satu contoh pupuk organik padat yang diambil

dari Ciampea, Bogor mempunyai rasio C/N sebesar 38.

Ditinjau dari kadar Fe-total dalam contoh, pupuk organik padat yang

diambil di Jawa Barat hanya 3 contoh saja yang sudah memenuhi persyaratan

teknis minimal baik menurut Permentan No. 28 Tahun 2009 maupun menurut

Permentan No. 70 Tahun 2011. Tingginya kadar Fe-total dalam pupuk organik

padat dapat disebabkan oleh bahan bakunya yang menggunakan kotoran hewan

yang dicampur dengan beberapa bahan seperti blothong, karbon, phospat, dan

dolomit. Untuk kadar Fe-tersedia semua contoh pupuk organik padat yang diambil

memenuhi kriteria persyaratan (maksimal 500 mg kg-1

) baik menurut Permentan

No. 28 Tahun 2009 maupun Permentan No. 70 Tahun 2011.

Pupuk yang sering mengandung logam berat adalah pupuk

buatan/anorganik. Namun pupuk organik belum tentu bebas dari kandungan

logam berat. Hal tersebut dipengaruhi oleh sumber bahan organik yang digunakan

sebagai bahan baku dalam pupuk organik. Kualitas pupuk organik bergantung

pada bahan dasarnya. Bahan dasar dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan

berbahaya, tetapi pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota banyak

mengandung bahan berbahaya seperti logam berat dan asam-asam organik yang

dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, bahan berbahaya ini

terkonsentrasi dalam produk akhir yaitu pupuk organik.

49

Tabel 13. Sifat-sifat pupuk organik padat yang diambil dari Jawa Barat

No Jenis pupuk organik

padat

Lokasi

KA pH

C-org N C/N

P2O5 K2O Fe-

tersedia Fe Total Pb Cd Ket

Kualitas

1)

(%) … (%) … …..%..... ….mg kg-1…. …. mg kg-1….

1. POG 1 Tirtajaya, Karawang 16,18 7,76 10,68 0,58 18 0,08 1,69 7,72 681 32,17 7,97 Petani x

2. POG 2 Tirtajaya, Karawang 6,18 7,34 15,91 0,86 19 2,34 3,54 9,39 733 27,10 6,82 Toko √

3. POG 3a Cipondoh, Tangerang 13,43 7,74 8,90 0,79 11 0,56 0,59 78,31 12.319 23,55 7,56 Pabrik x

4. POG 3b Cipondoh, Tangerang 5,89 7,91 9,50 0,76 13 0,54 0,64 69,03 12.032 25,72 8,43 Pabrik x

5. POG 3c Cipondoh, Tangerang 6,15 7,81 9,02 0,74 12 0,63 0,61 74,24 11.535 23,82 6,57 Pabrik x

6. POG 4a Cikembar, Sukabumi 10,28 7,42 3,07 0,32 10 0,74 0,27 21,91 10.487 23,24 8,64 Pabrik x

7. POG 4b Cikembar, Sukabumi 11,57 7,15 3,94 0,32 12 0,44 0,14 25,70 11.274 26,18 8,38 Pabrik x

8. POG 5 Cikembar, Sukabumi 10,28 7,15 5,88 0,58 10 1,70 0,44 32,51 10.790 26,36 8,53 Pabrik x

9. POG 6a Cikembar, Sukabumi 8,64 7,62 11,60 0,79 15 0,90 0,83 41,87 10.067 25,81 8,95 Pabrik x

10. POG 6b Cikembar, Sukabumi 16,24 7,47 4,90 0,47 10 1,17 0,3 31,87 10.711 25,02 7,93 Pabrik x

11. POG 7a Pintusinga, Banjar 13,31 7,79 14,91 1,02 15 1,93 1,52 29,25 10.807 27,96 9,16 Pabrik x

12. POG 7b Pintusinga, Banjar 18,45 7,63 11,21 0,82 14 2,09 1,16 34,22 12.863 28,98 8,91 Pabrik x

13. POG 8 Sidamulih, Ciamis 14,68 7,37 6,99 0,53 13 0,52 0,67 34,00 15.007 29,55 9,66 Pabrik x

14. Kompos 1 Ciampea, Bogor 67,18 8,08 15,84 0,42 38 1,17 1,58 3,65 1.348 24,73 7,93 Toko x

15. POG 9 Bantar Jati, Bogor 16,07 7,99 6,91 0,88 8 2,45 1,38 47,48 11.003 34,89 8,23 Pabrik x

Kriteria menurut Permentan No. 28 Th 2009 4-15 4-8 >12 < 6 15-25 < 6 < 6 - < 8.000 < 50 < 10

Kriteria menurut Permentan No. 70 Th 2011 8-20 4-9 >15 > 4 15-25 > 4 > 4 < 500 < 9.000 < 50 < 2

Keterangan : 1) Berdasarkan Permentan No. 28 Tahun 2009

x = tidak memenuhi persyaratan; √ = memenuhi persyaratan

50

Kadar logam berat Pb dan Cd masing-masing berkisar 23,24 - 34,89 mg kg1

dan 6,57 - 9,66 mg kg-1

. Kadar logam berat pada contoh pupuk organik padat

tersebut jika dibandingkan dengan Permentan No. 28 Tahun 2009 memenuhi

persyaratan karena batas maksimal kadar Pb dan Cd dalam pupuk organik padat

masing-masing sebesar 50 dan 10 mg kg-1

. Bila dihubungkan dengan Permentan No.

70 Tahun 2011, hanya kadar Pb yang memenuhi persyaratan karena semua contoh

pupuk organik yang diambil dari Jawa Barat kadar Pb nya kurang dari 50 mg kg-1

.

Sedangkan kadar Cd tidak ada yang memenuhi krietria persyaratan karena kadar Cd

dari contoh pupuk organik yang diambil melebihi 2 mg kg-1

.

Tabel 14. Evaluasi pupuk organik padat yang beredar di Jawa Barat berdasarkan

Permentan No. 28 Tahun 2009 dan Permentan No. 70 Tahun 2011

No Tolok ukur Permentan No. 28 Tahun 2009 Permentan No. 70 Tahun 2011

Syarat Rendah Sesuai Tinggi Syarat Rendah Sesuai Tinggi

1. Kadar air

(%) 4-15 0 (0) 10 (67) 5 (33) 8-20 3 (20) 11 (73) 1 (7)

2. pH 4-8 0 (0) 14 (93) 1 (7) 4-9 0 (0) 15 (100) 0 (0)

3. C-organik

(%) >12 12 (80) 3 (20) 0 (0) > 15 13 (87) 2 (13) 0 (0)

4. N (%) < 6 0 (0) 15 (100) 0 (0) >4 15 (100) 0 (0) 0 (0)

5. Rasio C/N 15-25 10 (67) 4 (27) 1 (7) 15-25 10 (67) 4 (27) 1 (7)

6. P2O5 (%) < 6 0 (0) 15 (100) 0 (0) >4 15 (100) 0 (0) 0 (0)

7. K2O (%) < 6 0 (0) 15 (100) 0 (0) >4 15 (100) 0 (0) 0 (0)

8. Fe-tersedia

(mg kg-)

- - - - ≤500 0 (0) 15 (100) 0 (0)

9. Fe-total

(mg kg-) ≤ 8.000 0 (0) 3 (20) 12(80) ≤9.000 0 (0) 3 (20) 12 (80)

10. Kadar Pb

(mg kg-)

≤ 50 0 (0) 15 (100) 0 (0) ≤ 50 0 (0) 15 (100) 0 (0)

11. Kadar Cd

(mg kg-1)

≤ 10 0 (0) 15 (100) 0 (0) ≤ 2 0 (0) 0 (0) 15 (100)

Memenuhi

syarat 1 (7) 0 (0)

Angka dalam kurung adalah persen

51

Secara keseluruhan, berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa dari 11 parameter

pupuk organik padat dari Jawa Barat bila dihubungkan dengan Permentan No 28

Tahun 2009 hanya satu contoh (7%) dari 15 contoh pupuk organik padat yang

mempunyai kualitas baik yaitu POG 2 yang diambil dari Toko Pertanian di

Kecamatan Tirtajaya, Karawang. Artinya bahwa POG 2 mempunyai kualitas yang

baik karena memenuhi 11 kriteria yang dipersyaratkan menurut Permentan No. 28

Tahun 2009.

Berdasarkan Permentan No. 70 Tahun 2011 dari 15 contoh, tidak ada pupuk

organik padat yang memenuhi kriteria dari 11 parameter yang diukur. Hal ini

dikarenakan bahwa pupuk tersebut dalam proses produksinya masih mengacu pada

Permentan No. 28 Tahun 2009 karena Permentan No. 70 Tahun 2011 baru saja

disahkan pada bulan Oktober 2011, dan belum disosialiasikan secara menyeluruh

kepada produsen pupuk, petani maupun pihak-pihak yang terkait.

4.2.2. Pupuk organik padat di Jawa Tengah

Hasil analisis contoh pupuk organik padat yang diambil dari Jawa Tengah

tersaji pada Tabel 15. Sebanyak 6 contoh pupuk organik padat diambil dari kios/agen

pertanian, 6 contoh dari petani/ kelompok tani yang membuat sendiri pupuk organik

padat (Kecamatan Karangtengah dan Guntur, Demak), dan 11 contoh berasal dari

pabrik. Contoh pupuk organik padat yang diambil di Jawa Tengah mempunyai kadar

air bervariasi 7,09 - 82,22 %; pH 6,09 - 8,69; C-organik 0,23 - 56,10 %; N-total 0,23

- 3,23 %; rasio C/N 7-67; P2O5 0,07 - 8,25 %, K2O 0,16 - 9,36 % , kadar Fe-tersedia

2,11 - 40,90 mg kg-1

dan kadar Fe-total berkisar antara 498 - 15.351 mg kg-1

.

Tingginya kadar air dalam contoh pupuk organik padat disebabkan karena

belum sempurnanya proses pengeringan sehingga pada saat contoh pupuk organik

padat diambil kadar airnya masih tinggi. Tingginya nilai C-organik merupakan

pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam

ketentuan pupuk organik padat maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah

organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut Permentan adalah bahan-

bahan sintesis atau alami, organik atau mineral.

52

Tingginya rasio C/N dalam pupuk organik padat menunjukkan bahwa pupuk

tersebut masih mentah dan sering dianggap merugikan karena bila diberikan

langsung ke dalam tanah maka bahan organik diserang oleh mikrobia (bakteri

maupun fungi) untuk memperoleh energi. Populasi mikrobia yang tinggi

memerlukan juga hara tanaman untuk tumbuh dan kembang biak. Dengan kata lain,

mikrobia bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Sebagian

hara menjadi tidak tersedia (unavailable) karena berubah dari senyawa anorganik

menjadi senyawa organik jaringan mikrobia (Yuwono, 2006).

Pupuk yang memiliki rasio C/N tinggi di atas 25 merupakan contoh pupuk

organik yang diambil dari petani dan dibuat oleh petani sendiri melalui kelompok

tani. Berdasarkan informasi dari penyuluh di Kecamatan Guntur, Demak, petani di

sana sudah membuat kompos sendiri dari berbagai bahan seperti kotoran hewan,

jerami, blotong, dan sekam padi yang artinya pupuk organik diproduksi secara in

situ untuk digunakan sendiri. Rumah kompos pun sudah mulai dikembangkan. Hal

ini menunjukkan bahwa pupuk organik sudah mulai digunakan dalam praktek usaha

tani di wilayah tersebut.

Gambar 4. Rumah kompos di Kecamatan Guntur, Demak

53

Kadar logam berat Pb dan Cd pada contoh pupuk organik padat yang diambil

dari Jawa Tengah berkisar masing-masing 24,89 - 38,73 mg kg-1

dan 0,28 - 9,17 mg

kg1. Bila dihubungkan dengan Permentan No. 28 Tahun 2009, kadar Pb dan Cd pada

contoh pupuk organik padat semuanya memenuhi persyaratan teknis karena kadar Pb

tidak melebihi 50 mg kg-1

dan kadar Cd tidak melebihi 10 mg kg-1

. Namun, bila

dihubungkan dengan Permentan No. 70 Tahun 2011, hanya satu contoh dari 23

contoh pupuk organik padat yang diambil dari Toko Pertanian di Pasar Jebor, Demak

yang memenuhi persyaratan yaitu dimana kadar Cd-nya rendah sebesar 0,28 mg kg-1

.

Untuk kadar Pb, nilai yang dipersyaratkan tidak mengalami perubahan dari

peraturan sebelumnya yaitu maksimal 50 mg kg-1

sehingga semua contoh yang

diambil sebanyak 23 contoh memenuhi persyaratan. Oleh karena itu diperlukan

kebijaksaan serta perngetahuan yang cukup untuk melakukan pemupukan sehingga

tidak mencemari lingkuungan. Hal ini karena kelestarian lingkungan akan

menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman serta kualitas hasil tanaman yang akan

mempengaruhi kesehatan manusia.

Berdasarkan hasil evaluasi menurut Permentan No. 28 Tahun 2009 yang tersaji

pada Tabel 16, hanya satu contoh (4%) dari 23 contoh pupuk organik padat yang

diambil di Jawa Tengah dari 11 parameter yang diukur memenuhi kriteria yang

dipersyaratkan menurut Permentan tersebut yaitu POG 17 yang diambil dari Tlatar,

Boyolali. Namun, bila dihubungkan dengan peraturan yang baru, tidak ada contoh

pupuk organik padat dari 11 kriteria yang sesuai dengan persyaratan menurut

Permentan No. 70 Tahun 2011. Hal ini disebabkan pada saat proses produksi pupuk

organik padat di tingkat produsen masih mengacu Permentan No. 28 Tahun 2009.

Oleh sebab itu, peraturan yang baru perlu disosialiasikan secara menyeluruh agar

pihak produsen dapat menjamin kualitas pupuk organik yang dihasilkan.

54

Tabel 15. Sifat-sifat pupuk organik padat yang diambil dari Jawa Tengah

No

Jenis pupuk

organik

padat

Lokasi

KA pH

C-org N C/N

P2O5 K2O Fe-

tersedia Fe Total Pb Cd Ket

Kualitas

1) (%) … (%) … …..%..... ……mg kg-1….. ……mg kg-1…..

1. POG 10 Sumur Panggang, Tegal 7,02 8,25 17,25 1,07 16 0,07 8,65 6,39 12.942 28,01 8,38 Toko x

2. POG 11 Sumur Panggang, Tegal 29,86 7,05 38,77 1,16 33 2,34 8,71 11,04 5.902 28,98 8,53 Toko x

3. Kompos 2 Pasar Jebor, Demak 68,75 7,64 43,99 0,66 67 8,35 9,36 4,77 914 26,11 0,28 Toko x

4. POG 12 Pasar Jebor, Demak 9,07 8,14 32,42 3,23 10 3,59 1,38 5,61 2.138 30,05 7,18 Toko x

5. POG 13 Karangtengah, Demak 26,94 7,32 9,45 1,40 7 1,57 8,26 8,04 14.672 30,34 3,15 Petani x

6. Kompos 3 Guntur, Demak 79,71 8,69 14,43 0,89 16 0,05 6,27 2,11 536 24,89 8,73 Petani x

7. POG 14 Guntur. Demak 39,31 6,09 35,59 0,68 52 6,87 2,25 16,46 4.602 26,86 7,65 Petani x

8. Kompos 4 Guntur, Demak 16,90 8,45 56,10 2,22 25 1,67 1,28 6,58 8.523 25,25 8,01 Petani x

9. Kompos 5 Guntur, Demak 82,22 6,36 34,45 1,01 34 0,16 0,27 3,51 2.169 30,43 7,57 Petani x

10. POG 15a Gatak, Sukoharjo 19,25 7,16 5,53 0,78 7 1,52 5,84 7,33 3.618 34,10 8,13 Pabrik x

11. POG 15b Gatak, Sukoharjo 29,64 8,00 11,42 0,73 16 1,83 5,59 7,39 1.105 31,56 5,80 Pabrik x

12. POG 16a Colomadu, Kr.Anyar 37,13 7,65 10,18 1,04 10 0,61 7,46 5,76 7.059 29,82 6,99 Pabrik x

13. POG 16b Colomadu, Kr.Anyar 7,09 7,89 10,99 0,60 18 2,43 9,18 7,31 6.079 25,16 7,39 Pabrik x

Kriteria menurut Permentan No. 28 Th 2009 4-15 4-8 >12 < 6 15-25 < 6 < 6 - <8.000 < 50 < 10

Kriteria menurut Permentan No. 70 Th 2011 8-20 4-9 > 15 > 4 15-25 > 4 > 4 < 500 <9.000 < 50 < 2

Keterangan : 1) Berdasarkan Permentan No. 28 Tahun 2009

x = tidak memenuhi persyaratan; √ = memenuhi persyaratan

55

Tabel 15. Sifat-sifat pupuk organik padat yang diambil dari Jawa Tengah (lanjutan)

No

Jenis Pupuk

organik

padat

Lokasi

KA pH C-org N C/N P2O5 K2O

Fe-

tersedia Fe Total Pb Cd Ket

Kualitas

1) (%) … (%) … …..%..... ….mg kg-1…. …mg kg-1….

14. POG 17 Tlatar, Boyolali 14,23 8,00 21,12 1,06 20 0,14 5,12 5,01 2.569 30,05 7,79 Pabrik √

15. POG 18 Gemolong, Sragen 14,44 7,74 10,41 0,81 13 0,42 2,98 4,14 498 26,11 9,17 Pabrik x

16. Kompos 6 Batangan, Pati 71,14 6,75 20,75 0,8 26 0,45 5,73 9,33 5.467 30,61 7,56 Toko x

17. POG 19 Batangan, Pati 10,55 6,89 38,88 1,29 30 6,63 3,56 9,40 2.564 31,33 7,57 Toko x

18. Kompos 7 Jaken, Pati 10,98 7,43 30,28 0,68 45 0,49 7,59 7,38 3.334 30,48 8,24 Petani x

19. POG 20a Argomulyo, Salatiga 18,71 7,05 5,34 0,82 7 2,43 1,27 40,90 12.307 38,73 9,17 Pabrik x

20. POG 20b Argomulyo, Salatiga 15,43 7,02 7,33 0,59 12 1,25 0,76 39,33 14.820 35,45 8,51 Pabrik x

21. POG 21 Kebakkramat, Kr Anyar 6,83 7,00 5,10 0,56 9 1,13 0,72 36,02 13.686 33,03 8,19 Pabrik x

22. POG 22a Mojogedung, Kr Anyar 12,04 7,12 6,77 0,47 14 2,16 0,29 18,55 15.351 32,35 6,69 Pabrik x

23. POG 22b Mojogedung, Kr Anyar 14,76 7,29 4,34 0,23 19 0,35 0,16 19,94 5.707 33,10 6,98 Pabrik x

Kriteria menurut Permentan No. 28 Th 2009 4-15 4-8 >12 < 6 15-25 < 6 < 6 - <8.000 < 50 < 10

Kriteria menurut Permentan No. 70 Th 2011 8-20 4-9 > 15 > 4 15-25 > 4 > 4 < 500 <9.000 < 50 < 2

Keterangan : 1) Berdasarkan Permentan No. 28 Tahun 2009

x = tidak memenuhi persyaratan; √ = memenuhi persyaratan

56

Tabel 16. Evaluasi pupuk organik padat yang beredar di Jawa Tengah berdasarkan

Permentan No. 28 Tahun 2009 dan Permentan No. 70 Tahun 2011

No Tolok ukur Permentan No. 28 Tahun 2009 Permentan No. 70 Tahun 2011

Syarat Rendah Sesuai Tinggi Syarat Rendah Sesuai Tinggi

1. Kadar air

(%) 4-15 0 (0) 10 (44) 13 (57) 8-20 3 (13) 11 (48) 9 (39)

2. pH 4-8 0 (0) 19 (83) 4 (17) 4-9 0 (0) 23 (100) 0 (0)

3. C-organik

(%) >12 11 (48) 12 (52) 0 (0) > 15 12 (52) 11 (48) 0 (0)

4. N (%) < 6 0 (0) 23 (100) 0 (0) >4 23 (100) 0 (0) 0 (0)

5. Rasio C/N 15-25 9 (39) 6 (26) 8 (35) 15-25 9 (39) 6 (26) 8 (35)

6. P2O5 (%) < 6 0 (0) 21 (91) 2 (9) >4 20 (87) 3 (13) 0 (0)

7. K2O (%) < 6 0 (0) 15 (65) 8 (35) >4 11 (48) 12 (52) 0 (0)

8. Fe-tersedia

(mg kg-1) - - - - ≤500 0 (0) 23 (100) 0 (0)

9. Fe-total

(mg kg-1) ≤8.000 0 (0) 16 (70) 7 (30) ≤9.000 0 (0) 17 (74) 6 (26)

10. Kadar Pb

(mg kg-) ≤ 50 0 (0) 23 (100) 0 (0) ≤ 50 0 (0) 23 (100) 0 (0)

11. Kadar Cd

(mg kg-1)

≤ 10 0 (0) 23 (100) 0 (0) ≤ 2 0 (0) 0 (0) 23 (100)

Memenuhi

syarat

1 (4) 0 (0)

Angka dalam kurung adalah persen

4.2.3. Pupuk organik padat di Jawa Timur

Sifat-sifat pupuk organik padat yang diambil dari beberapa lokasi di Jawa

Timur disajikan pada Tabel 17. Contoh pupuk organik padat yang diambil sebagian

besar berasal dari Mojokerto sebanyak 14 contoh, contoh lainnya dari Tuban (4

contoh), Gresik (2 contoh) dan Surabaya sebanyak 2 contoh. Sebagian besar contoh

pupuk organik (16 contoh) diambil dari pabrik dan sisanya 6 contoh diambil dari

toko pertanian yang menjual pupuk organik. Dari hasil analisis terlihat bahwa

contoh-contoh pupuk organik padat memiliki kadar air 6,40 - 61,68 %; pH 6,44 -

8,86; C-organik 2,84 - 36,26 %; N total 0,38 - 1,25 %; rasio C/N 7 - 65; kadar P2O5

0,22 - 4,17 % ; kadar K2O 0,15 - 7,12 %; Fe-tersedia 3,73 - 90,32 mg kg-1

; dan Fe-

total sebesar 384 -18.204 mg kg-1

.

57

Beberapa jenis pupuk organik mengandung logam berat dalam kadar yang

sangat tinggi terutama yang berbahan dasar dari sampah kota dan sewage. Bahan

tersebut dapat mengandung logam berat yang cukup tinggi seperti arsen (As),

kadmium (Cd), dan timah (Pb). Unsur-unsur ini akan terserap oleh tanaman dan

termakan oleh manusia dan akhirnya akan mengkontaminasi seluruh rantai makanan.

Kadar logam berat yang tinggi akan sangat berbahaya jika terjadi akumulasi secara

terus menerus dan membuat pertumbuhan dan kualitas serta kuantitas hasil tanaman

menurun. Selain itu, logam berat yang terakumulasi terlalu banyak akan mengganggu

aktivitas mikrobia atau bahkan meracuninya.

Kadar Pb dalam pupuk organik padat yang diambil dari beberapa lokasi di

Jawa Timur berkisar antara 25,09 sampai 41,47 mg kg -1

. Sedangkan kadar Cd-nya

berkisar 6,44 - 10,47 mg kg-1

. Kadar Pb tersebut menurut Permentan No. 28 Tahun

2009 dan Permentan No. 70 Tahun 2009 memenuhi persyaratan karena nilainya tidak

melebihi yang dipersyaratkan yaitu sebesar 50 mg kg-1

. Kadar Cd, dari 22 contoh

pupuk organik padat yang diambil satu yang tidak memenuhi persyaratan yaitu POG

34 dari Klampis, Surabaya karena kadar Cd-nya 10,47 mg kg-1

, padahal nilai yang

dipersyaratkan maksimal 10 mg kg1. Adanya perubahan persyaratan dari Permentan

lama menjadi Permentan baru No. 70 Tahun 2011, dimana kadar Cd tidak boleh

melebihi 2 mg kg-1

menyebabkan semua contoh yang diambil dari Jawa Timur tidak

memenuhi persyaratan.

Hasil evaluasi pupuk organik padat yang diambil dari beberapa lokasi di Jawa

Timur seperti yang disajikan pada Tabel 18 berdasarkan Permentan No. 28 Tahun

2009, tidak ada satupun dari 22 contoh yang memenuhi persyaratan. Begitu pula bila

dihubungkan dengan Permentan No. 70 Tahun 2011, semua contoh pupuk organik

padat tidak ada yang sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan oleh peraturan

tersebut. Dari parameter-parameter yang dianalisis, sebanyak 18 % mempunyai kadar

air melebihi 20 %, 77 % mempunyai kadar C-organik kurang dari 15 %, sebagian

besar (sebanyak 86%) rasio C/N tidak memenuhi kriteria, kadar K2O kurang dari 4 %

sebanyak 77 %, dan kadar Fe-total yang melebihi 9.000 mg kg-1

sebanyak 55 %.

Untuk parameter N dan P2O5 masing-masing 100 % dan 95 % contoh pupuk organik

padat yang diambil mempunyai nilai kurang dari 4 % sehingga tidak sesuai dengan

kriteria persyaratan teknis minimal pupuk organik padat. Sebanyak 55 % kadar Fe-

total dan 100 % kadar Cd tidak memenuhi persyaratan.

58

Tabel 17. Sifat-sifat pupuk organik padat yang diambil dari Jawa Timur

No

Jenis

Pupuk

organik

padat

Lokasi

KA pH

C-org N C/N

P2O5 K2O

Fe-

tersedia Fe Total Pb Cd

Ket

Kualitas

1) (%) … (%) … …..%..... ….mg kg-1…. …..mg kg-1….

1. POG 23 Gedeg, Mojokerto 24,91 8,31 9,91 0,54 18 2,74 7,12 10,83 5.062 27,58 8,27 Pabrik x

2. POG 24 Puri, Mojokerto 13,40 8,19 36,26 0,81 45 1,97 2,28 8,46 384 30,77 8,07 Pabrik x

3. Kompos 8 Pungging, Mojokerto 25,58 7,86 21,44 0,59 36 1,00 6,43 10,90 2.546 25,09 8,12 Pabrik x

4. POG 25 Pungging, Mojokerto 18,15 6,77 14,77 0,44 34 1,95 6,30 14,87 2.614 25,48 7,82 Pabrik x

5. Kompos 9 Tuban 34,74 8,84 24,62 0,38 65 0,32 3,61 3,73 16.472 28,55 7,98 Toko x

6. POG 26 Tuban 18,47 6,86 17,17 0,57 30 2,97 4,47 14,44 4.138 26,58 7,20 Toko x

7. Kompos 10 Tuban 61,68 8,07 14,33 0,7 20 1,99 1,96 6,75 5.724 30,41 8,81 Toko x

8. POG 27 Jenu, Tuban 11,29 8,13 25,75 0,79 33 4,17 6,58 5,93 5.384 26,67 8,90 Toko x

9. POG 28a Sedayu, Gresik 14,00 6,66 8,18 0,91 9 1,00 0,57 17,05 15.450 27,76 7,80 Toko x

10. POG 28b Sedayu, Gresik 13,50 6,44 10,91 1,12 10 2,92 0,45 19,47 11.945 38,35 7,56 Toko x

11. POG 29a Mojosari, Mojokerto 13,15 6,58 8,18 1,02 8 2,79 0,59 57,27 13.880 28,01 7,83 Pabrik x

12. POG 29b Mojosari, Mojokerto 13,85 6,56 9,41 1,25 8 2,74 0,47 50,86 14.523 27,53 8,58 Pabrik x

13. POG 30a Mojosari, Mojokerto 11,48 8,38 4,70 0,50 9 3,44 1,13 58,47 12.464 27,87 7,00 Pabrik x

Kriteria menurut Permentan No. 28 Th 2009 4-15 4-8 >12 < 6 15-25 < 6 < 6 - < 8.000 < 50 < 10

Kriteria menurut Permentan No. 70 Th 2011 8-20 4-9 > 15 > 4 15-25 > 4 > 4 < 500 < 9.000 < 50 < 2

Keterangan : 1) Berdasarkan Permentan No. 28 Tahun 2009 x = tidak memenuhi persyaratan; √ = memenuhi persyaratan

59

Tabel 17. Sifat-sifat pupuk organik padat yang diambil dari Jawa Timur (lanjutan)

No Jenis Pupuk organik padat

Lokasi KA pH C-org N C/N P2O5 K2O

Fe-

tersedia Fe Total Pb Cd Ket Kualitas

(%) … (%) … …..%..... ….mg kg-1…. …..mg kg-1… 1)

14. POG 30b Mojosari, Mojokerto 16,44 6,80 8,47 1,10 8 1,75 0,91 90,32 12.133 31,81 9,21 Pabrik x

15. POG 31a Pungging, Mojokerto 6,82 7,22 5,84 0,64 9 0,97 0,69 39,10 18.204 31,13 7,65 Pabrik x

16. POG 31b Pungging, Mojokerto 10,42 7,11 7,31 0,62 12 2,78 0,45 50,49 12.962 31,58 8,25 Pabrik x

17. POG 32a Puri, Mojokerto 11,43 7,54 3,56 0,23 15 0,24 0,16 16,75 6.007 31,88 6,44 Pabrik x

18. POG 32b Puri, Mojokerto 9,72 7,29 2,84 0,23 12 0,67 0,15 20,12 5.434 33,33 7,26 Pabrik x

19. POG 33a Dlangu, Mojokerto 6,40 7,57 3,13 0,44 7 0,22 0,18 63,39 6.437 34,14 8,24 Pabrik x

20. POG 33b Dlangu, Mojokerto 15,69 6,74 6,85 0,50 14 2,36 1,30 37,11 10.537 35,52 9,29 Pabrik x

21. POG 34 Klampis Raya, Surabaya 8,50 7,02 7,44 0,73 10 1,13 0,92 10,18 14.066 41,47 10,47 Pabrik x

22. POG 35 Klampis Raya, Surabaya 10,80 7,03 6,06 0,67 9 2,42 1,41 9,53 12.991 38,05 8,61 Pabrik x

Kriteria menurut Permentan No. 28 Th 2009 4-15 4-8 >12 < 6 15-25 < 6 < 6 - < 8.000 < 50 < 10

Kriteria menurut Permentan No. 70 Th 2011 8-20 4-9 > 15 > 4 15-25 > 4 > 4 < 500 < 9.000 < 50 < 2

Keterangan : 1) Berdasarkan Permentan No. 28 Tahun 2009

x = tidak memenuhi persyaratan; √ = memenuhi persyaratan

60

Tabel 18. Evaluasi pupuk organik padat yang beredar di Jawa Timur berdasarkan

Permentan No. 28 Tahun 2009 dan Permentan No. 70 Tahun 2011

No Tolok ukur Permentan No. 28 Tahun 2009 Permentan No. 70 Tahun 2011

Syarat Rendah Sesuai Tinggi Syarat Rendah Sesuai Tinggi

1. Kadar air

(%) 4-15 0 (0) 14 (64) 8 (36) 8-20 2 (9) 16 (73) 4 (18)

2. pH 4-8 0 (0) 16 (73) 6 (17) 4-9 0 (0) 22 (100) 0 (0)

3. C-organik

(%) >12 15 (68) 7 (32) 0 (0) > 15 17 (77) 5 (23) 0 (0)

4. N (%) < 6 0 (00 22 (100) 0 (0) >4 22 (100) 0 (0) 0 (0)

5. Rasio C/N 15-25 13 (59) 3 (14) 6 (27) 15-25 13 (59) 3 (14) 6 (27)

6. P2O5 (%) < 6 0 (0) 22 (100) 0 >4 21 (95) 1 (5) 0 (0)

7. K2O (%) < 6 0 (0) 18 (82) 4 (18) >4 17 (77) 5 (23) 0 (0)

8. Fe-tersedia

(mg kg-1) - - - - ≤500 0 (0) 22 (100) 0 (0)

a9. Fe-total

(mg kg-1) ≤8000 0 (0) 10 (45) 12 (55) ≤9.000 0 (0) 10 (45) 12 (55)

10. Kadar Pb

(mg kg-) ≤ 50 0 (0) 22 (100) 0 (0) ≤ 50 0 (0) 22 (100) 0 (0)

11. Kadar Cd

(mg kg-1)

≤ 10 0 (0) 21 (95) 1 (5) ≤ 2 0 (0) 0 (0) 22 (100)

Memenuhi

syarat

0 (0)

0 (0)

Angka dalam kurung adalah persen

Dari hasil evaluasi pupuk yang beredar di Jawa bila dibandingkan dengan

Permentan No. 28 Tahun 2009 (Tabel 19), pupuk organik padat yang diambil

mengandung C-organik rendah, rasio C/N rendah yang ditunjukkan dengan kadar

C-organik dan rasio C/N di bawah nilai yang dipersyaratkan yaitu masing-masing

sebanyak 38 contoh (63 %) dan 32 contoh (54 %). Kadar Fe total sebanyak 31

contoh (52 %) tidak memenuhi persyaratan karena melebihi 8.000 mg kg-1

. Kadar

Pb 100 % memenuhi persyaratan, sedangkan 98 % yang memenuhi persyaratan

kadar Cd. Hanya dua contoh (3 %) dari 60 contoh pupuk organik padat yang

diambil (11 parameter) yang beredar di Jawa telah memenuhi persayaratan sesuai

Permentan No. 28 Tahun 2009.

61

Tabel 19. Evaluasi pupuk organik padat yang beredar di Pulau Jawa berdasarkan

Peraturan Menteri Pertanian

No Tolok ukur Permentan No. 28 Tahun 2009 Permentan No. 70 Tahun 2011

Syarat Rendah Sesuai Tinggi Syarat Rendah Sesuai Tinggi

1. Kadar air

(%) 4-15 0 (0) 34 (57) 26 (43) 8-20 9 (15) 34 (57) 17 (28)

2. pH 4-8 0 (0) 48 (80) 12 (20) 4-9 0 (0) 60 (100) 0 (0)

3. C-organik

(%) >12

38 (63) 22 (37) 0 (0) > 15

39 (65) (35) 0 (0)

4. N (%) < 6 0 (0) 60 (100) 0 (0) >4 60 (100) 0 (0) 0 (0)

5. Rasio C/N 15-25 32 (54) 14 (23) 14 (23) 15-25 32 (54) 14 (23) 14 (23)

6. P2O5 (%) < 6 0 (0) 58 (97) 2 (3) >4 57 (93) 3 (7) 0 (0)

7. K2O (%) < 6 0 (0) 49 (82) 11 (18) >4 43 (72) 17 (28) 0 (0)

8. Fe-tersedia

(mg kg-1) -

- - - ≤500

0 (0) 60 (100) 0 (0)

9. Fe-total

(mg kg-1) ≤8000 0 (0) 29 (48) 31 (52) ≤9.000 0 (0) 30 (50) 30 (50)

10. Kadar Pb

(mg kg-) ≤ 50 0 (0) 60 (100) 0 (0) ≤ 50 0 (0) 60 (100) (0)

11. Kadar Cd

(mg kg-1)

≤ 10 0 (0) 59 (98) 1 (2) ≤ 2 0 (0) 0 (0) 60 (100)

Memenuhi

syarat

2 (3)

0 (0)

Angka dalam kurung adalah persen

Berbeda menurut Permentan No. 70 Tahun 2011, pupuk organik padat yang

diambil memiliki C-organik, N, rasio C/N, P2O5, K2O rendah karena berada di

bawah nilai yang dipersyaratkan oleh Permentan tersebut. Nilai pH dan kadar Fe-

tersedia dari 60 contoh pupuk organik padat yang diambil memenuhi persyaratan,

namun masih banyak nilai yang melebihi dari kriteria yaitu masih tingginya kadar

air, rasio C/N dan kadar Fe-total dari pupuk organik padat yang beredar di Jawa.

Untuk parameter kadar logam berat yaitu Pb 100 % memenuhi persyaratan,

namun kadar Cd 100 % tidak memenuhi persyaratan. Dari 60 contoh pupuk

organik padat yang diambil dari 11 parameter yang dianalisis, tidak ada satupun

yang memenuhi persyaratan menurut Permentan No. 70 Tahun 2011. Hal ini

menunjukkan bahwa pupuk organik padat yang beredar saat ini mempunyai

kualitas kurang baik.

62

4.3. Karakteristik pupuk organik padat yang digunakan dalam penelitian

Pupuk organik padat yang digunakan dalam percobaan rumah kasa diambil

dari Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Sifat-sifat

pupuk organik padat tersaji pada Tabel 20. Secara umum pupuk organik padat

yang digunakan sudah memenuhi kriteria persyaratan teknis minimal sesuai

dengan Permentan No. 28 Tahun 2009, yaitu untuk parameter pH, C organik, N

total, P2O5, K2O dan kadar Fe-total berturut-turut yaitu 6,77; 14,77 %; 0,44 %; 1

%; 6,43 %; dan 2614 mg kg-1

. Sedangkan parameter kadar air dan rasio C/N

belum sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan karena kadar air pupuk organik

padat tersebut melebihi 15 % dan rasio C/N melebihi 25. Pupuk organik padat

tersebut kemudian diperkaya dengan Fe dalam bentuk FeCl3 sesuai dengan dosis

dalam perlakuan.

Kadar Pb dan Cd masing-masing sebesar 25,48 dan 7,82 mg kg-1

. Nilai

tersebut memenuhi persyaratan menurut Permentan No. 28 Tahun 2009 dimana

membatasi kadar Pb dan Cd masing-masing kurang dari 50 dan 10 mg kg-1

.

Beberapa pupuk organik terutama yang berasal dari sampah kota atau limbah

industri/pabrik mengandung logam berat.

Tabel 20. Sifat-sifat pupuk organik padat yang digunakan untuk percobaan pot di

rumah kasa

Parameter Satuan Metode Nilai

Kriteria

Permentan No.

28 Tahun 2009

Kadar Air % Gravimetri 18,15 4-15

pH

pH meter 6,77 6-8

C-organik % Walkley and Black 14,77 >12

N-total % Kjeldahl 0,44 <6

C/N

33,57 15-25

P2O5 % HNO3:HClO4 1,00 <6

K2O % HNO3:HClO4 6,43 <6

Fe-tersedia mg kg-1

Ektsrak DTPA 14,87 -

Fe-total mg kg-1

HNO3:HClO4 2614 < 8.000

Logam berat Pb mg kg-1

HNO3:HClO4 25,48 < 50

Logam berat Cd mg kg-1

HNO3:HClO4 7,82 < 10

63

4.4. Karakteristik Tanah

a. Sebelum Tanam

Ketiga jenis tanah yang digunakan pada umumnya bertekstur halus, dengan

kandungan fraksi liat >50% (Tabel 21). Kadar C-organik organik tanah

Tropaquept tergolong sedang, sedangkan tanah Endoaquert dan Hapludult

tergolong rendah (<2%). Suhardjo et al., (1993) mengemukakan bahwa kadar

bahan organik dalam tanah dengan mudah dan cepat dapat berkurang karena erosi,

oksidasi atau perombakan oleh jasad mikro tanah. Reaksi tanah (pH aktual)

tergolong masam (4,90 - 5,19). Reaksi tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan

ion hidrogen di dalam tanah tersebut. Jika pH KCl lebih rendah dibandingkan

dengan pH H2O menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh muatan negatif.

Menurut kriteria penilaian hasil analisis tanah menurut Balai Penelitian

Tanah (2005), kadar N total tanah Tropaquept sedang yaitu sebesar 0,21 %,

sedangkan tanah Hapludult dan Endoaquert tergolong rendah yaitu masing-

masing sebesar 0,17 dan 0,15%. Kadar P dan K total pada Tropaquept dan

Hapludult tergolong sangat tinggi. Pada Endoaquert, P-total tergolong sedang dan

K-total tergolong tinggi. P-tersedia (Bray I) Tropaquept tergolong tinggi,

Hapludult tergolong sangat rendah, dan Endoaquert tergolong sangat tinggi.

Endoaquert yang diambil dari Ngawi memiliki Ca dan Mg tergolong tinggi

masing-masing sebesar 57,93 dan 9,7 cmol(+)/kg. Ini disebabkan karena bahan

induknya berasal dari sedimen liat berkapur, drainase tanah buruk sehingga kadar

Ca, Mg, dan Si tinggi yang mendukung terbentuknya tanah Vertisol.

Nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah Tropaquept sedang yaitu sebesar

16,95 cmol(+)/kg, tanah Hapludult dan Endoaquert tergolong tinggi masing-

masing sebesar 26,77 dan 36,44 cmol(+)/kg. Kejenuhan basa pada ketiga jenis

tanah tergolong sangat tinggi (>80%). Kadar Fe-total ketiga jenis tanah masing-

masing sebesar 32.157 mg kg-1

untuk tanah Tropaquept, 38.832 mg kg-1

untuk

tanah Hapludult dan 22.256 mg kg-1

untuk tanah Endoaquert. Sedangkan kadar

Fe-tersedia pada Endoaquert, Tropaquept, dan Hapludult masing-masing sebesar

27,03; 39,72; dan 54,39 mg kg-1

.

64

Tabel 21. Karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan rumah kasa

No Parameter Satuan Metode Jenis Tanah

Tropaquept Hapludult Endoaquert

1. pH H2O - pH (1:5) 5,19 4,90 5,09

2. pH KCl - pH (1:5) 4,86 4,19 3,95

3. Tekstur

Pasir % Pipet 13 11 7

Debu % Pipet 28 22 15

Liat % Pipet 59 67 78

4.

Bahan

Organik

C % Kjeldahl 2,12 1,34 1,57

N % Kjeldahl 0,21 0,17 0,15

C/N -

10 8 10

5. P2O5 mg 100g-1

HCl 25% 79,3 63,8 25,6

6. K2O mg 100g-1

HCl 25% 99 73 55

7. P2O5 mg kg-1

Bray I 11,52 2,04 37,30

8. Kation

K cmol(+)/kg NH4OAc pH 7.0 0,36 0,17 0,17

Ca cmol(+)/kg NH4OAc pH 7.0 13,60 19,44 57,93

Mg cmol(+)/kg NH4OAc pH 7.0 3,80 2,98 9,7

Na cmol(+)/kg NH4OAc pH 7.0 0,67 0,21 0,23

9. KTK cmol(+)/kg NH4OAc pH 7.0 16,95 26,77 36,44

10. KB %

>100 85 >100

11. Fe tersedia mg kg-1

DTPA 39,72 54,39 27,03

12. Fe total mg kg-1

HNO3 + HClO4 32.157 38.832 22.256

Penambahan Fe dalam pupuk organik padat tidak memberikan pengaruh

nyata terhadap kadar Fe-tersedia tanah. Namun, perlakuan jenis tanah dan

interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar Fe-

tersedia tanah (Lampiran 7). Kadar Fe-tersedia ekstrak DTPA pada Endoaquert

lebih rendah dibandingkan dengan tanah Tropaquept dan Hapludult (Gambar 5).

Hal ini menunjukkan bahwa jerapan Fe pada tanah Endoaquert lebih tinggi

dibandingkan dengan kedua tanah lainnya. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nursyamsi et al., (2008), bahwa daya sangga tanah Endoaquert

terhadap kation besi tergolong tinggi.

65

Secara umum kisaran kadar Fe dalam tanah ekstrak DTPA adalah sebesar

15-40 mg/L (Jones, 2001). Sedangkan menurut penelitian Ramirez et al., (2002)

menunjukkan bahwa keracunan Fe terjadi ketika Fe ekstrak DTPA pada tanah

tergenang melebihi 200 mg kg1. Penambahan Fe sampai dengan 32.000 mg kg

-1

dalam pupuk organik padat dengan dosis 1 ton/ha atau setara dengan 0,5 g/kg

tanah pada Tropaquept mampu meningkatkan kadar Fe-tersedia pada tanah

sebesar 75 % dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan pupuk organik

padat dan Fe). Pada tanah Hapludult, penambahan Fe sampai dengan 16.000 mg

kg-1

mampu meningkatkan Fe-tersedia tanah sebesar 16 %, sedangkan pada

Endoaquert, kadar Fe-tersedia tanah tidak mengalami kenaikan yang cukup

signifikan akibat dari pemberian Fe dalam pupuk organik.

Gambar 5. Pengaruh kadar Fe-total dalam pupuk organik padat

terhadap Fe-tersedia tanah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 2.614 10.614 18.614 26.614 34.614 66.614

Kad

ar F

e-t

ers

ed

ia (t

anah

(m

g kg

-1)

Kadar Fe-total dalam pupuk organik (mg kg-1)

Endoaquert Tropaquept Hapludult

66

Meningkatnya ketersediaan Fe dalam tanah akan menyebabkan jumlah Fe

yang diserap oleh tanaman akan semakin besar. Secara kimia, bahan organik

berperan aktif dalam pengikatan ion yang menjadikannya tersedia bagi tanaman.

Ion-ion Fe yang bebas dalam tanah dapat diikat oleh bahan organik menjadi

organo-kompleks. Proses ini adalah proses kimia, sehingga kelarutan Fe dalam

tanah yang semula tinggi dan bersifat racun dapat dikurangi.

Parameter tanah setelah panen tanaman padi yang diukur adalah C-organik

dan KTK (Tabel 22.) Jenis tanah tidak menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap kadar C-organik, begitu pula dengan perlakuan penambahan Fe dalam

pupuk organik dan interaksi antar keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap kadar C-organik tanah (Lampiran 14).

Tabel 22. Pengaruh jenis tanah dan penambahan Fe dalam pupuk organik padat

terhadap kadar C-organik dan KTK tanah setelah panen

Perlakuan C-organik KTK

(%) cmol(+)kg

Faktor : Jenis Tanah

Tropaquept 1,19a 17,64b

Endoaquert 1,19a 44,10a

Hapludult 1,21a 41,26a

Faktor : Penambahan Fe dalam pupuk organik

(mg kg-1

)

Tanpa pupuk organik 1,14a 31,65a

Pupuk organik 1,32a 35,93a

Pupuk organik + 8.000 Fe 1,25a 37,78a

Pupuk organik + 16.000 Fe 1,17a 29,26a

Pupuk organik + 24.000 Fe 1,15a 30,46a

Pupuk organik + 32.000 Fe 1,08a 35,10a

Pupuk organik + 64.000 Fe 1,26a 40,15a

CV (%) 21,7 38

Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata, uji DMRT 5%.

67

Pada parameter nilai KTK tanah, perlakuan jenis tanah menunjukkan

pengaruh yang nyata, penambahan Fe dalam pupuk organik dan interaksi antara

keduanya tdak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap KTK tanah (Lampiran

15). Nilai KTK pada Endoaquert menunjukkan pengaruh yang nyata

dibandingkan dengan nilai KTK pada Tropaquept. Pada Endoaquert Ngawi

didominasi oleh mineral liat smektit (2:1) sehingga memiliki nilai KTK lebih

tinggi dibandingkan dengan Tropaquept.

Seperti halnya yang dilaporkan oleh Karama et al., (1991) bahwa bahan

organik menyediakan sebagian dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah. KTK

yang tinggi penting untuk memegang pupuk anorganik yang diberikan dan

meningkatkan daya sangga (buffer) dari tanah, sehingga tanaman dapat terhindar

dari beberapa tekanan seperti kemasaman tanah dan keracunan hara.

4.5. Pertumbuhan Tanaman

4.5.1. Tinggi tanaman

Pertumbuhan tanaman padi varietas IR 64 meliputi tinggi tanaman dan

jumlah anakan yang diamati sampai menjelang panen. Analisis ragam tanaman

padi umur 40 HST dan 70 HST menujukkan bahwa jenis tanah berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman padi, sedangkan penambahan Fe dalam pupuk organik

padat serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman padi (Lampiran 2 da 3). Secara visual tanaman padi sampai dengan umur

100 HST pada berbagai jenis perlakuan baik perbedaan jenis tanah dan kadar Fe

yang ditambahkan dalam pupuk organik padat menunjukkan pertumbuhan yang

baik, hal ini ditunjukkan dalam Gambar 6.

Pada Tropaquept, tinggi tanaman lebih baik dibandingkan dengan kedua

jenis tanah lainnya yaitu pada Endoaquert dan Hapludult. Perlakuan dengan

penambahan pupuk organik padat tanpa penambahan Fe pada ketiga jenis tanah

lebih baik dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan pupuk organik). Hal

ini menunjukkan bahwa dengan penambahan bahan organik mengakibatkan

lingkungan tumbuh menjadi lebih optimal di dalam mendukung pertumbuhan

tanaman.

68

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

0

Tin

gg

i Ta

na

ma

n (

cm

)

Waktu Pengamatan (HST)

0 mg kg-1 2.614 mg kg-1 10.614 mg kg-1 18.614 mg kg-130.614 mg kg-1 36.614 mg kg-1 66.614 mg kg-1

Tropaquept Hapludult

Gambar 6. Tinggi tanaman padi sampai dengan umur 100 HST

4.5.2. Jumlah anakan

Jumlah anakan padi varietas IR 64 sampai dengan umur 100 HST terlihat

pada Gambar 7. Jenis tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan,

sedangkan penambahan Fe dalam pupuk organik padat dan interaksi antara

keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan

sampai dengan umur 100 HST (Lampiran 4,5, dan 6).

Dari gambar terlihat bahwa pada Tropaquept, jumlah anakan padi lebih

banyak dibandingkan dengan Endoaquert dan Hapludult. Jumlah anakan terus

meningkat sampai dengan padi umur 70 HST dan cenderung tetap sampai padi

menjelang panen. Ini menunjukkan bahwa pada umur padi 70 HST merupakan

pertumbuhan maksimum jumlah anakan padi karena pada fase ini tanaman padi

tergolong pada fase vegetatif cepat. Setelah umur 70 HST, padi mengalami fase

vegetatif lambat yang ditandai dengan beberapa anakan yang mati.

Endoaquert

69

Pada perlakuan penambahan Fe sebanyak 8.000 mg kg-1

pada Endoaquert

dan Tropaquept jumlah anakan lebih baik dibandingkan dengan kontrol (tanpa

penambahan pupuk organik padat). Pada Hapludult, perlakuan penambahan

organik saja tanpa penambahan Fe menghasilkan jumlah anakan yang lebih baik

dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan pupuk organik padat).

0

5

10

15

20

25

30

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Jum

lah

An

ak

an

(b

ata

ng

/p

ot)

Waktu Pengamatan (HST)

0 mg kg-1 2.614 mg kg-1 10.614 mg kg-1 18.614 mg kg-1

30.614 mg kg-1 36.614 mg kg-1 66.614 mg kg-1

Tropoquept Hapludult

Gambar 7. Jumlah anakan padi sampai dengan umur 100 HST

4.5.3. Jumlah Anakan produktif

Banyaknya anakan produktif merupakan salah satu kunci peningkatan

produktivitas tanaman padi selain banyaknya bulir isi pada tiap malai. Semakin

banyak anakan produktif tanaman padi diharapkan akan semakin banyak malai

yang terbentuk dan akhirnya diharapkan semakin banyak peningkatan produksi

yang kita peroleh. Dari analisis ragam, jenis tanah memberikan pengaruh yang

nyata terhadap jumlah anakan produktif padi, namun penambahan Fe pada pupuk

organik padat dan interaksi antara keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap jumlah anakan produktif (Lampiran 13).

Endoaquert

70

Pada Gambar 8 terlihat bahwa jumlah anakan produktif tertinggi pada

Tropaquept dibandingkan dengan kedua jenis tanah lainnya. Pada Hapludult dan

Endoaquert menunjukkan tren penurunan jumlah anakan produktif padi pada saat

kadar Fe-total dalam pupuk organik padat di atas 18.614 mg kg-1

.

Gambar 8. Pengaruh kadar Fe-total dalam pupuk organik padat terhadap

anakan produktif

4.6. Kadar Besi pada Tanaman Padi

Pada akhir masa vegetatif, tanaman padi diambil untuk dianalisis kadar Fe-

nya. Analisis ragam menunjukkan jenis tanah memberikan pengaruh yang nyata

terhadap kadar Fe tanaman padi, namun penambahan Fe pada pupuk organik

padat dan interaksi antara keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap kadar Fe tanaman padi (Lampiran 8). Pengaruh jenis tanah terhadap

kadar Fe tanaman padi ditunjukkan pada Gambar 9.

Dari gambar terlihat bahwa rerata kadar Fe tanaman padi pada Endoaquert,

Hapludult, dan Tropaquept masing-masing sebesar 170, 219, dan 229 mg kg-1

.

Pada Tropaquept menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar Fe tanaman

padi dibandingkan pada Endoaquert. Kadar Fe tanaman padi pada Tropaquept

10

15

20

25

30

0 2.614 10.614 18.614 26.614 34.614 66.614

Jum

lah

An

akan

Pro

du

ktif

(b

atan

g/p

ot)

Kadar Fe-total dalam pupuk organik padat (mg kg-1)

Endoaquert Tropaquept Hapludult

71

lebih besar dibandingkan pada Endoaquert dan Hapludult. Hal ini disebabkan

karena ketersediaan unsur Fe dalam Tropaquept lebih besar sehingga Fe lebih

banyak diserap oleh tanaman padi dibandingkan pada kedua jenis tanah lainnya.

Rendahnya kadar Fe tanaman padi pada Endoaquert disebabkan oleh

tingginya daya sangga tanah Endoaquert terhadap unsur Fe yang menjadikan Fe-

tersedia tanah lebih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai KTK Endoaquert yaitu

sebesar (36,44 cmol(+)/kg) lebih tinggi dibandingkan KTK pada Tropaquept

(16,95 cmol(+)/kg).

Gambar 9. Pengaruh jenis tanah terhadap kadar Fe tanaman padi

Pengaruh kadar Fe-total dalam pupuk organik padat terhadap kadar Fe pada

tanaman padi ditunjukkan pada Gambar 10. Dari gambar terlihat bahwa kadar Fe

tanaman padi pada Endoaquert berkisar 98 - 289 mg kg-1

, pada Tropaqupet 159 -

304 mg kg-1

, dan pada Hapludult 185 - 252 mg kg

-1.

0

50

100

150

200

250

Endoaquert Hapludult Tropaquept

170,1b

219,1ab229,0a

Kad

ar F

e Ta

nam

an (

mg

kg-1

)

72

Gambar 10. Pengaruh kadar Fe-total dalam pupuk organik padat terhadap

kadar Fe tanaman padi

4.7. Serapan Fe oleh Tanaman Padi

Serapan Fe oleh tanaman padi disajikan pada Tabel 23, faktor jenis tanah

memberikan pengaruh yang nyata terhadap serapan Fe oleh tanaman padi. Faktor

penambahan Fe dalam pupuk organik padat dan interaksi antara kedua faktor tidak

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap serapan Fe (Lampiran 16). Tingginya

serapan Fe pada Tropaquept dicerminkan oleh pertumbuhan tanaman padi yang

lebih baik dibanding pada kedua jenis tanah lainnya.

Hal ini terkait pula dengan kadar Fe-tersedia pada Tropaqupet yang juga

tinggi sehingga tanaman padi pada Tropaqupet lebih banyak menyerap unsur Fe.

Besi merupakan hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit,

berfungsi untuk aktivator sistem enzim, proses sintesis klorofil, dan oksidas-

reduksi dalam respirasi. Penyerapan unsur hara dalam hal ini Fe dilakukan oleh

akar tanaman dan diambil dari komplek jerapan tanah/larutan tanah. Adapula yang

diserap dalam bentuk khelat yaitu ikatan kation logam dengan senyawa organik.

0

50

100

150

200

250

300

350

0 2.614 10.614 18.614 26.614 34.614 66.614

Kad

ar F

e d

lm T

anam

an (

mg

kg-1

)

Kadar Fe-total dalam pupuk organik padat (mg kg-1)

Endoaquert Tropaquept Hapludult

73

Tabel 23. Pengaruh jenis tanah dan penambahan Fe dalam pupuk organik padat

terhadap serapan Fe oleh tanaman padi

Perlakuan Serapan Fe

(mg pot-1

)

Faktor : Jenis Tanah

Tropaquept 2,41a

Endoaquert 1,15b

Hapludult 1,24b

Faktor : Penambahan Fe dalam pupuk organik (mg kg-1

)

Tanpa pupuk organik 1,65a

Pupuk organik 1,49a

Pupuk organik + 8.000 Fe 1,57a

Pupuk organik + 16.000 Fe 1,60a

Pupuk organik + 24.000 Fe 1,82a

Pupuk organik + 32.000 Fe 1,61a

Pupuk organik + 64.000 Fe 1,43a

CV (%) 37

4.8. Hasil Panen Tanaman Padi

4.8.1. Bobot kering padi

Pada saat panen diamati bobot kering akar, jerami, dan gabah. Dari hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Fe dalam pupuk

organik padat nyata berpengaruh terhadap bobot kering akar, jenis tanah dan

interaksi antara keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot

kering akar (Lampiran 10). Pada pengamatan bobot kering jerami pengaruh yang

nyata ditunjukkan oleh perlakuan jenis tanah, penambahan Fe dalam pupuk

organik padat dan interaksi antara keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap bobot kering jerami (Lampiran 12).

Gambar 11 menunjukkan pengaruh kadar Fe-total dalam pupuk organik

padat terhadap bobot kering tanaman. Pada Endoaquert, terlihat bahwa bobot

kering padi (akar, jerami, dan gabah) dengan kadar Fe-total dalam pupuk organik

padat sebesar 10.614 mg kg-1

yang tertinggi, setelah itu cenderung menurun. Pada

Tropaquept polanya hampir sama dengan Hapludult, pada kadar Fe-total sebesar

26.614 mg kg-1

, terlihat lebih tinggi bobot kering nya (akar, jerami, dan gabah).

74

Gambar 11. Pengaruh kadar Fe-total dalam pupuk organik padat terhadap

bobot kering tanaman padi

4.8.2. Hasil padi

Faktor yang berpengaruh nyata terhadap hasil padi adalah jenis tanah dan

interaksi antara jenis tanah dan penambahan Fe dalam pupuk organik, sedangkan

faktor penambahan Fe pada pupuk organik padat tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap hasil padi (Lampiran 9). Gambar 12 menunjukkan pengaruh

kadar Fe-total dalam pupuk organik padat terhadap hasil padi.

Pada Tropaquept, hasil tanaman padi lebih tinggi dibandingkan dengan

yang lainnya. Hasil padi tertinggi pada Endoaquert yaitu pada perlakuan

penambahan Fe 8.000 mg kg-1

sebesar 40,5 g/pot dibandingkan dengan kontrol.

Pada Hapludult hasil padi tertinggi sebesar 43,3 g/pot pada perlakuan penambahan

Fe dalam pupuk organik sebanyak 24.000 mg kg-1

dibandingkan dengan kontrol.

Sedangkan pada Tropaquept, hasil padi meningkat seiring dengan penambahan Fe

pada pupuk organik sampai dengan 32.000 mg kg-1

dan terlihat menurun pada

penambahan Fe 64.000 mg kg-1

.

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

180,0

0

2.6

14

10.6

14

18.6

14

26.6

14

34.6

14

66.6

14 0

2.6

14

10.6

14

18.6

14

26.6

14

34.6

14

66.6

14 0

2.6

14

10.6

14

18.6

14

26.6

14

34.6

14

66.6

14

Endoaquert Tropaquept Hapludult

Bo

bo

t ke

rin

g p

adi (

g p

ot-1

)

Akar Jerami Gabah

75

Gambar 12. Pengaruh kadar Fe-total dalam pupuk organik padat terhadap

hasil padi sawah

4.9. Ambang Batas Fe-Total dalam Pupuk Organik Padat

Ambang batas Fe-total dalam pupuk organik padat yang diaplikasikan

sebanyak 1 ton/ha yang berpotensi menyebabkan keracunan Fe untuk tanaman

padi sawah IR 64 pada ketiga jenis tanah mengikuti persamaan kuadratik yang

terlihat pada Tabel 24. Pada Endoaquert, Tropaquept, dan Hapludult diperoleh

nilai ambang batas kadar Fe-total masing-masing sebesar 62.900; 37.300; dan

61.100 mg kg-1

. Tingginya nilai ambang batas Fe-total pada Endoaquert

dibandingkan dengan Hapludult dan Tropaquept berkaitan dengan tingginya daya

sangga tanah tersebut terhadap unsur Fe. Hal ini menunjukkan bahwa pada kadar

Fe-total sebesar 62.900 mg kg-1

dalam pupuk organik padat yang diberikan

sebanyak 1 ton/ha pada Endoaquert untuk tanaman padi varietas IR 64 meskipun

tidak menunjukkan gejala bronzing pada daun tanaman padi namun sudah

menurunkan hasil panen padi sebesar 10 % dari hasil maksimum.

0

10

20

30

40

50

60

70

0 2.614 10.614 18.614 26.614 34.614 66.614

Has

il P

adi (

g/p

ot)

Kadar Fe-total dalam pupuk organik (mg kg-1)

Endoaquert Tropaquept Tropudult

76

Tabel 24. Ambang batas Fe-total dalam pupuk organik padat yang berpotensi

menyebabkan keracunan Fe pada ketiga jenis tanah untuk tanaman

padi IR 64

Jenis Tanah

Persamaan

Koef.

Regresi

(R2)

Jumlah

contoh

(n)

Ambang Batas

Fe-Total dalam

Pupuk Organik

(mg kg-1

)

Endoaquert Y = -7E-09X2+0,0005X+86,277 0,216 21 62.900

Tropaquept Y = -2E-08X2+0,001X+80,535 0,701* 21 37.300

Tropoudult Y = -1E-08X2+0,0007X+84,595 0,326 21 61.100

Ambang batas Fe-total dalam pupuk organik padat yang berpotensi

menyebabkan keracunan Fe-total pada tanaman padi varietas IR 64 disajikan pada

Gambar 13. Kurva kuadratik pada gambar mengikuti persamaan Y = -1E-08X2

+

0,0007X + 83,731 dengan koefisien regresi sebesar 0,60 yang artinya bahwa

sebanyak 60 %, hasil padi dipengaruhi oleh kadar Fe-total dalam pupuk organik

padat dan sisanya 40% dipengaruhi oleh faktor lain.

Dari gambar tersebut terlihat bahwa kadar Fe-total dalam pupuk organik

padat yang berada pada kisaran 10.500 sampai 59.500 mg kg-1

berada pada

kisaran level kecukupan. Artinya jika kadar Fe dalam pupuk organik kurang dari

10.500 mg kg-1

, tanaman padi akan mengalami kekurangan Fe dan apabila

melebihi 59.500 mg kg-1

tanaman padi akan mengakibatkan keracunan Fe.

Sehingga dari gambar ini dapat ditetapkan bahwa niali ambang batas Fe-total

dalam pupuk organik padat yang diaplikasikan sebanyak 1 ton/ha yang berpotensi

menyebabkan keracunan Fe pada tanaman padi varietas IR 64 adalah sebesar

59.500 mg kg-1

. Bila dilihat salah satu kriteria persyaratan pupuk organik menurut

Permentan No. 28 Tahun 2009 dan Permentan No. 70 Tahun 2011, yaitu kadar

Fe-total masing-masing tidak melebihi 8.000 dan 9.000 mg kg-1

maka bila

dihubungkan dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai 8.000 dan

9.000 mg kg-1

berada pada level defiensi Fe, sedangkan batas toksisitas dicapai

pada kadar Fe-total sebesar 59.500 mg kg-1

.

77

Gambar 13. Kurva kuadratik dalam penetapan ambang batas Fe-Total dalam

pupuk organik untuk padi varietas IR 64