islam dan demokrasi

Upload: tri-suwandi

Post on 05-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Islam Dan Demokrasi

TRANSCRIPT

  • ISLAM DAN DEMOKRASI

    Oleh

    Tri Suwandi

    Peserta Dauroh Parlemen Muda Unila 2011

    A. Definisi Demokrasi

    Demokrasi adalah kalimah Yunani (Greek) yang terdiri dari 2 perkataan iaitu Demos

    dan Kratos. Demos bermaksud bangsa atau rakyat dan kratos bermaksud

    kekuasaan. Takrif demokrasi secara mudahnya adalah kekuasaan rakyat. Demokrasi

    ialah sistem pemerintahan yang dijalankan menurut kehendak rakyat, jauh daripada

    pengaruh orang atau kelompok tertentu yang dikenal sebagai diktator dan autokrat.

    Makna demokrasi mengalami sedikit pengembangan sebagai: Satu falsafah (teori) yang

    berkeras dengan tuntutan hak dan kapasiti rakyat melalui mereka secara lansung atau

    melalui wakil-wakil rakyat untuk mengawal perlembagaan mereka untuk tujuan yang

    dikehendaki mereka (rakyat) [Columbia Encyclopedia, Yahoo.com].

    B. Sejarah Demokrasi

    Demokrasi bermula di zaman Greek kuno. Ia dipraktikkan dalam sistem pemerintahan di

    Negara Kota di Athens dan Sparta pada ke 5 S.M. Sistem ini diamalkan dengan semua

    rakyatnya menjadi anggota dewan dan berbincang, melantik ketua dan menetapkan

    hukuman. Sistem ini hanya sesuai dalam negara yang kecil dan semua rakyatnya terdidik.

    Namun, apabila berkembangnya kerajaan Rom dan masuknya agama Kristian ke benua

    Eropa, sistem ini terhapus namun kekal sebagai sebuah pemikiran yang membawa kepada

    kejatuhan sistem monarki Rom pada tahun 500 M dan tertubuhnya Republik Rom. Pada

    masa ini muncul satu bentuk demokrasi yang baru yang bukan dijalankan secara langsung

    oleh rakyat tetapi melalui wakil-wakil mereka.

    Pada tahun 1789M, Revolusi Perancis berlaku. Serentak dengan itu, Perancis menjadi

    sebuah negara demokrasi. Sebelum itu, Amerika dan Britain telah melalui proses yang

    sama. Kemudian, apabila kerajaan Mesir mengambil undang-undang Perancis sebagai

    Perlembagaannya, maka masuklah demokrasi ini ke dalam negara Islam dan berkembang

  • 2

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    selari dengan berkembangnya fahaman memisahkan agama dari negara (sekular).

    Kemudian, apabila al-Ikhwan al-Muslimin ingin merebut kekuasaan, mereka mula

    menggunakan pilihanraya sebagai jalan dan membawa kepada pengiktirafan terhadap

    sistem demokrasi. Lebih buruk apabila al-Ikhwan al-Muslimun bergabung dengan Jamal

    Abdul Nasir menggulingkan Raja Farouk pada tahun 1952M. Ini membawa kepada

    masuknya racun demokrasi dalam pemikiran Islamist.

    C. Latar Belakang Masalah

    Demokrasi terbina atas dasar:

    1. Kekuasaan Rakyat

    Maknanya hak menentukan hukum adalah milik rakyat. Demokrasi menekankan

    kedaulatan rakyat. Maka inilah titik tolak syirik nya demokrasi. Ini berdasarkan firman

    Allah SWT:

    Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar kamu tidak

    menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak

    mengetahui.[Yusuf:40]

    Dan juga firman Allah:

    Maksudnya: Dan tidak ada seorang pun yang boleh menyekutuinya dalam hukum-

    [al-Kahf:26].

    Dalam demokrasi, rakyat yang menentu dan meluluskan undang-undang. Rakyat

    dalam takrif demokrasi adalah penduduk sesebuah negara tanpa mengira batas agama.

    Maka secara signifikannya demokrasi membenarkan orang kafir membuat undang-

    undang dalam sebuah negara Islam. Maka demokrasi amat bertolak belakang dengan

    Islam.

    2. Pendapat Kebanyakan.

    Demokrasi memerlukan pendapat kebanyakan manusia dalam membuat undang-

    undang. Ini bertentangan dengan firman Allah:

  • 3

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    Maksudnya: Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi

    ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah

    mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap

    Allah)-[al-An'am:116]

    Mereka yang menggunakan demokrasi untuk menegakkan hukum Islam adalah

    menyalahi Islam kerana hukum Islam tidak boleh mengikut kebanyakan manusia,

    bukan untuk didebatkan sama ada perlu dilaksanakan atau tidak kerana firman Allah:

    Maksudnya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi

    perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu

    ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan

    barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat

    yang nyata.[al-Ahzab:36].

    Maka atas dua dasar utama demokrasi ini, sebagian ulama menyatakan bahwa sistem ini

    sangatlah batil. Sementara, disisi lain, berkembang opini di kalangan penganut Islam

    liberal bahwa Islam adalah musuh demokrasi, tidak toleran, membelenggu dan otoriter.

    D. Substansi Demokrasi

    Terlepas dari definisi akademis tentang demokrasi, pada hakikatnya demokrasi dalam

    aspek politik adalah dihormatinya hak setiap individu dalam sebuah bangsa untuk memilih

    pemimpin sesuai dengan aspirasinya. Tidak boleh ada yang memaksakan kehendak

    kepada mereka untuk memilih seorang pemimpin tertentu yang tidak dikehendaki.

    Ketentuan ini pada dasarnya sesuai dengan ajaran yang digariskan oleh Islam melalui

    perangkat syura (permusyawaratan) dan baiat (kontrak politik yang mengikat rakyat

    untuk berkomitmen tunduk dan taat pada pemimpin yang dipilihnya.

    Kesesuaian antara Islam dengan demokrasi juga terlihat ketika Islam mengutuk dan

    mengecam para diktator; sementara di sisi lain mengedepankan pemimpin yang kuat,

    amanah, kredibel, kapabel serta mampu mengayomi rakyatnya. Islam

  • 4

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    memerintahkan umatnya untuk mematuhi keputusan mayoritas. Islam juga mengandung

    ajaran bahwa tangan Allah bersama jamaah (rakyat banyak). Rasulullah SAW bersabda

    kepada Abu Bakar dan Umar, Kalau kalian berdua sepakat dalam suatu hal, aku tidak

    akan menentang pendapat kalian berdua. Ini menunjukkan bahwa aspirasi dari jumlah

    orang yang lebih banyak harus didahulukan dari aspirasi segelintir orang, termasuk

    pendapat Rasulullah sendiri (dalam masalah ijtihadi duniawi).

    Di dalam Islam, setiap rakyat berhak memberikan saran atau nasihat kepada penguasa,

    menganjurkannya berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran; tentu dilakukan dengan

    tetap memperhatikan etika dan cara mengingatkan dengan baik. Rakyat juga mempunyai

    kewajiban untuk taat kepada penguasa selama kebijakan yang diambilnya adalah

    kebaikan. Sebaliknya, rakyat berhak menolak ketika diperintah untuk melakukan

    perbuatan yang dilarang menurut kesepakatan kaum Muslimin dan atau melakukan

    kemaksiatan yang nyata. Karena, tidak boleh menaati siapa pun untuk melakukan maksiat

    kepada Allah. Hal seperti ini juga berlaku dalam sistem demokrasi.

    Hal penting lainnya dalam penerapan sistem demokrasi adalah Pemilihan Umum

    (PEMILU) dan pengambilan keputusan berdasar suara terbanyak; dimana secara umum

    bisa dinilai tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Walau tetap memiliki beberapa

    kelemahan, sistem ini masih lebih baik dari sistem buatan manusia lainnya. Yang perlu

    diantisipasi adalah menjaga berjalannya sistem ini agar tidak dimanfaatkan oleh para

    penipu atau penjahat.

    E. Relevansi Demokrasi dengan Islam

    Ada tiga pendapat yang berbeda dalam menyikapi hubungan Demokrasi dengan Islam.

    1. Mereka yang menolak demokrasi dengan mengatasnamakan Islam

    Mereka ini bependapat bahwa demokrasi dan Islam adalah dua hal yang bertentangan

    dan tidak akan bisa dipertemukan. Mereka beralasan:

    a. Demokrasi merupakan hasil pemikiran manusia sedangkan Islam berasal dari

    Allah.

    b. Demokrasi berarti kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat; sedangkan

    Islam mengatakan bahwa kekuasaan itu milik Allah.

    c. Demokrasi ditentukan oleh suara terbanyak, padahal belum tentu suara terbanyak

  • 5

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    merupakan kebenaran.

    d. Demokrasi adalah hal baru yang termasuk dalam kategori bidah dalam agama;

    generasi Islam sebelumnya tidak mengenal adanya sistem demokrasi. Nabi SAW

    bersabda, Barangsiapa menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada dalam

    agama kita, maka hal tersebut ditolak. (HR. Muslim, Ahmad). Juga hadits Nabi

    lainnya, Barangsiapa melakukan suatu perbuatan yang tidak ada dalam agama

    kami, ia akan ditolak. (HR. Muslim, Ahmad, An-Nasai). Demikian pula ada

    hadits yang menyatakan, Perkataan yang paling benar adalah Kitabullah,

    sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad, seburuk-buruk hal adalah

    sesuatu yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bidah. Setiap

    bidah adalah sesat, dan kesesatan itu akan mengantarkan ke neraka. (HR.

    Muslim, Ahmad, An-Nasai)

    e. Demokrasi merupakan produk Barat yang notabene sekuler dan kafir. Bagaimana

    kita akan mengikuti ajaran orang-orang yang ingkar pada Allah dan Rasul-Nya?

    Karena alasan-alasan tersebut mereka dengan tegas menolak demokrasi. Mereka juga

    mengecam orang-orang Islam yang menerima dan menerapkan demokrasi. Bahkan

    mereka tidak segan-segan menuduhnya musuh Islam. Ada juga diantara mereka yang

    menganggap demokrasi itu syirik dan sebagai bentuk kekufuran.

    2. Mereka yang menerima demokrasi secara total tanpa reserve

    Kelompok ini menganggap bahwa demokrasi Barat adalah satu-satunya solusi yang

    tepat untuk mengatasi problematika negara, pemerintahan, rakyat dan tanah air.

    Mereka menerima demokrasi Barat bulat-bulat, termasuk sistem ekonomi liberalnya

    dan sistem sosial kemasyarakatannya yang bebas tanpa batas.

    Mereka meng-copy paste demokrasi Barat tanpa edit, dan ingin menerapkannya persis

    sama dengan praktek demokrasi di negara-negara Barat. Demokrasi yang tidak

    berdasarkan akidah, tidak mengenal akhlak, mengabaikan ibadah dan menyepelekan

    syariah. Bukan hanya itu, demokrasi Barat memisahkan secara diametral urusan

    agama dengan urusan negara.

    Mereka ini korban dari ghazwul-fikri, perang budaya, yang berujung pada kekalahan

    dan melahirkan mentalitas kaum terjajah yang bangga apabila dapat meniru sikap

    dan perilaku penguasa penjajahnya.

  • 6

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    3. Mereka yang menerima demokrasi secara moderat

    Kelompok ini berpendapat bahwa ada yang positif dalam sistem demokrasi, dan

    hakikat dari demokrasi itu sendiri tidak bertentangan, bahkan bersesuaian, dengan

    ajaran Islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat demokrasi itu adalah hak rakyat

    untuk memilih siapa pemimpinnya. Tidak boleh ada yang memaksa mereka untuk

    memilih pemimpin yang tidak mereka sukai, atau pemimpin zhalim, atau korup, yang

    merampas hak-hak mereka sebagai rakyat. Substansi demokrasi ini berarti juga

    meniscayakan perlu adanya mekanisme dalam pemerintahan yang memungkinkan

    rakyat untuk melakukan fungsi kontrol atau pengawasan, juga evaluasi terhadap

    jalannya pemerintahan.

    Disamping perlu pula adanya mekanisme yang memungkinkan rakyat memberikan

    peringatan dan menasihati pemimpin apabila mereka menyimpang dari amanat yang

    diberikan kepada mereka; juga peringatan keras kepada pemimpin yang tidak mau

    mendengarkan aspirasi rakyatnya; bahkan memungkinkan rakyat untuk

    memakzulkannya dengan jalan damai.

    Kelompok ini juga berpandangan, apabila terjadi perbedaan pendapat antara

    pemerintah (eksekutif) dengan parlemen (legislatif), atau dengan tokoh-tokoh

    masyarakat, dalam masalah yang berkaitan dengan syariah; maka perbedaan tersebut

    dibawa, untuk ditengahi, kepada Majelis Ulama atau bahkan Mahkamah Konstitusi

    yang mengundang ulama-ulama yang berkompeten di bidangnya, agar ditetapkan

    keputusannya sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah.

    Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, taatilah

    Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri (pemimpin) diantara kalian. Apabila kalian

    berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-

    Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

    Hari Kemudian. (QS. An-Nisaa, 4:59).

    Sementara jika terjadi perselisihan pendapat dalam masalah-masalah sosial, politik,

    ekonomi dan kemasyarakatan yang masuk dalam kategori mubah, maka yang

    pengambilan keputusannya diupayakan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.

    Apabila tidak tercapai mufakat, maka bisa melalui pengambilan pendapat melalui

    suara terbanyak (voting); karena pendapat dua orang atau lebih dekat

  • 7

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    kepada kebenaran daripada pendapat satu orang. Hal ini sesuai dengan logika syariat

    Islam, disamping logika politik yang memang harus ada yang diunggulkan. Yang

    diunggulkan ketika terjadi perselisihan pendapat adalah jumlah yang terbanyak.

    Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya syetan itu bersama satu orang dan dia

    menjauh dari orang berdua. (HR. At-Tirmidzy dan Al-Hakim). Nabi SAW juga

    pernah bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, Seandainya kalian berdua

    menyepakati suatu pendapat, tentu aku tidak akan menyalahi kalian berdua. (HR.

    Ahmad).

    Dengan kata lain, pendapat yang didukung dua orang lebih diunggulkan daripada

    pendapat seorang, sekalipun itu pendapat Rasulullah SAW, selagi dalam masalah-

    masalah di luar lingkup syariat dan apa yang telah ditetapkan Allah.

    Bahkan dalam kasus Uhud, seperti yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi harus

    mengikuti pendapat mayoritas karena sebagian besar Sahabat memilih untuk

    menghadapi orang-orang musyrik di luar Madinah, walau beliau sendiri bersama

    beberapa Sahabat terkemuka berpendapat untuk bertahan saja di dalam kota Madinah

    sembari berperang gerilya di jalan-jalan Madinah yang seluk-beluknya sudah mereka

    hapal.

    Yang paling nyata mengenai pendapat mayoritas ini adalah sikap Umar bin Khathab

    tentang enam orang anggota Majelis Syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai Tim

    Formatur sekaligus diberi amanah untuk memilih salah seorang dari mereka untuk

    menjadi Khalifah berdasar suara terbanyak. Sedang yang tidak terpilih dari tim

    tersebut harus patuh dan tunduk kepada kandidat terpilih. Jika dalam voting tersebut

    suara yang diperoleh tiga lawan tiga, mereka harus mengambil suara dari luar tim

    formatur, yakni Abdullah bin Umar.

    Dalam beberapa hadits juga dinyatakan pujian terhadap golongan terbesar dan

    perintah untuk mengikutinya. Golongan terbesar ini maksudnya adalah golongan

    mayoritas diantara umat manusia. Menurut beberapa ulama, hadits ini berkaitan

    dengan pelibatan seluruh rakyat dalam penentuan Khalifah atau masalah-masalah

    kenegaraan yang harus diputuskan dan membutuhkan pendapat mayoritas.

    Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan atau tujuh

    puluh dua golongan; dan sesungguhnya umat ini (Islam) lebih banyak satu

  • 8

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    golongan dibanding mereka. Semuanya masuk neraka kecuali golongan terbesar.

    (HR. Ath-Thabrany dan Ahmad).

    Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazaly berpendapat dalam beberapa tulisannya, bahwa

    pendapat mayoritas lebih diunggulkan jika ada dua sisi pandang yang serupa.

    Pendapat yang menyatakan pengunggulan hanya berlaku untuk pendapat yang benar

    walau hanya didukung satu suara dan menolak pendapat yang keliru walau didukung

    mayoritas suara, adalah untuk hal-hal yang dikuatkan nash syariat dengan dalil dan

    hujjah yang kuat, jelas dan tidak mengandung perbedaan pendapat di kalangan ulama.

    Inilah yang dimaksud dengan ungkapan: Yang disebut jamaah adalah yang sejalan

    dengan kebenaran, sekalipun engkau hanya sendirian.

    Sedangkan untuk hal-hal ijtihadiyah yang tidak ada dasar nash-nya, atau ada nash-nya

    namun mengandung lebih dari satu penafsiran, atau ada nash lain yang bertentangan

    dengannya atau lebih kuat darinya; maka diperbolehkan untuk memilih salah satu

    yang diunggulkan agar bisa menuntaskan silang pendapat.

    Dan voting, pengambilan keputusan berdasar suara terbanyak merupakan cara yang

    tepat untuk itu. Tidak ada satupun dalil dalam syariat yang melarang proses

    pengambilan keputusan dengan cara seperti ini.

    Walau sistem demokrasi merupakan hasil pemikiran manusia, bukan berarti sistem ini

    tercela dan harus ditolak. Bukankah Allah telah memerintahkan manusia untuk

    mengoptimalkan penggunaan akal fikiran? Kita diperintahkan untuk berfikir,

    membaca, mengkaji, merenung, mengambil pelajaran dan hikmah, serta berijtihad?

    Tentu hasil ijtihad itu perlu ditimbang lebih dahulu, apakah bertentangan atau

    bersesuaian dengan ajaran Allah.

    Dalam sistem demokrasi, terdapat hal-hal yang selaras dengan ajaran Islam, seperti:

    musyawarah, amar maruf nahi munkar yang diterjemahkan dalam mekanisme check

    and balance, pengawasan (mutabaah), kontrol (muraqabah) dan evaluasi, saling

    menasehati (taushiyah), mencari mashlahat dan menghindari madharat, menegakkan

    keadilan dan melawan kezhaliman dan diktatorisme, dan aspek-aspek lainnya.

    Mengenai penghakiman bahwa demokrasi itu mengambil alih kekuasaan Allah dalam

    memerintah dengan memberikan kekuasaan memerintah kepada manusia/rakyat,

    tidaklah benar. Karena pembentukan pemerintahan yang didukung dan

  • 9

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    dievaluasi oleh rakyat adalah untuk menghindari tirani kekuasaan atau diktatorisme

    politik oleh seorang individu atau kelompok elit tertentu.

    Demikian pula penilaian bahwa demokrasi itu adalah sistem tercela karena merupakan

    produk impor, juga tidak tepat. Tidak ada satupun ketetapan syariat yang berisi

    larangan mengambil pemikiran teoritis atau konsep dari non-muslim. Sewaktu perang

    Al-Ahzab, Nabi SAW mengambil pemikiran bangsa Persia berupa strategi bertahan

    dengan menggali parit, bukan membangun benteng seperti biasa.

    Beliau juga memanfaatkan tawanan perang Badar dari orang-orang musyrik untuk

    mengajari ilmu pengetahuan yang mereka miliki kepada kaum muslimin. Inilah yang

    disebut hikmah. Hikmah adalah milik kaum muslimin yang hilang lalu ditemukan.

    Jadi umat Islam berhak mendapatkan miliknya yang hilang tersebut.

    Sementara, yang dilarang adalah mengimpor nilai-nilai yang membahayakan aqidah

    dan akhlak dan tidak memberikan manfaat. Sementara kita mengambil demokrasi

    dalam metode, mekanisme dan tata caranya saja, yang harus diakui memang lebih baik

    dibanding sistem lainnya; bukan filosofinya yang mengagungkan individualisme dan

    kebebasan tanpa dilandasi agama.

    Yang kita inginkan adalah demokrasi yang dilandasi nilai-nilai agama,

    mengedepankan akhlak dan wawasan keilmuan, serta memprioritaskan nilai-nilai

    luhur tersebut di atas nilai-nilai demokrasi itu sendiri.

    F. Antara Syura dan Demokrasi

    Sebagian ulama menyatakan bahwa kita tidak memerlukan sistem demokrasi karena Islam

    sudah memiliki sistem syura yang lebih baik dan lebih syari. Sebenarnya banyak yang

    bisa didiskusikan tentang hal ini; karena sistem syura sendiri belum cukup memadai untuk

    diterapkan dalam konteks kenegaraan yang memiliki scope sangat luas dan kompleks.

    Paling tidak ada dua alasan yang melatarinya:

    Pertama, sebagian fuqaha menganggap syura bukan sesuatu yang wajib, tetapi termasuk

    kategori yang sunnah. Syura hanya diposisikan sebagai sebuah ketentuan yang

    sebaiknya diterapkan dan diterapkan hanya sebagai penyempurna bukan sebagai dasar

    atau fondasi. Walaupun ada pula pendapat yang berlawanan dari Ibnu Athiyah, yang juga

    diperkuat oleh Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Ia mengatakan, Syura

  • 10

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    adalah salah satu kaidah syariat dan bagian dari fondasi hukum Islam. Seorang pemimpin

    yang tidak mengajak musyawarah ulama dan ilmuwan/pakar, maka ia wajib dimakzulkan.

    Ini adalah ketentuan yang telah disepakati bersama dan tidak ada ada yang berbeda

    pendapat dalam masalah ini.

    Kedua, Ada juga sebagian fuqaha yang menyatakan bahwa syura hanya sebagai teknis

    atau metode, bukan tuntutan. Walau sebagian fuqaha lainnya berpandangan bahwa syura

    itu tuntutan agama yang hukumnya wajib, namun ternyata mereka tetap berkesimpulan

    bahwa yang wajib dilakukan oleh penguasa atau pemimpin adalah bermusyawarah dengan

    orang-orang yang memiliki pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang luas.

    Setelah mereka mengemukakan pendapat dan pandangannya, penguasa boleh tetap

    menggunakan pendapatnya sendiri, dengan syarat ia bertanggung jawab sendiri secara

    pribadi. Penguasa tidak diharuskan mengikuti pendapat dan pandangan para ulama dan

    ilmuwan tadi, karena kewajibannya hanya bermusyawarah saja; sebagaimana dipahami

    dalam firman Allah SWT:

    Bermusyawarahlah kamu dengan mereka dalam satu urusan, apabila kamu telah

    berazam, maka bertawakkallah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

    orang-orang yang tawakkal. (QS. Ali Imran, 3:159).

    Jika sudah ada kejelasan dalam Al-Quran dan Ad-Sunnah, mereka tidak akan beralih ke

    rujukan lain. Orang-orang yang mendalami Al-Quran adalah mereka yang paling sering

    dimintai pendapat oleh Umar, baik tua maupun muda, dan dia selalu berpegang teguh

    pada Kitabulah.

    Al-Hafidz Ibnu Hajar menyebutkan di dalam Al-Fath, dalam Al-Adabul Mufrad, riwayat

    Al-Bukhary, dalam sebuah hadits panjang berkaitan dengan perjanjian Hudaibiyah, Nabi

    SAW bersabda, Berikan aku masukan dalam menghadapi orang-orang itu. Kemudian

    Abu Bakar dan Umar memberi masukan, lalu beliau melaksanakan apa yang disampaikan

    Abu Bakar dan Umar.

    Bahkan menurut Ibnu Hajar, Rasulullah pun mengajak Shahabatnya dalam menetapkan

    hukum. Rasulullah SAW meminta pendapat Ali bin Abi Thalib tentang firman Allah:

    Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian mengadakan pembicaraan khusus

    dengan Rasul, hendaklah kalian mengeluarkan sedekah (untuk fakir miskin) sebelum

    pembicaraan itu. (QS. Al-Mujaadilah, 58:12). Lalu Ali memberi masukan

  • 11

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    tentang keringanan dalam mengeluarkan sedekah. Kemudian turun ayat selanjutnya yang

    membenarkan dan menguatkan pendapat Ali tersebut.

    Namun harus diakui, bahwa sistem syura itu sendiri masih bersifat normatif, global dan

    sederhana, mengingat problematika sosial, politik dan ekonomi masyarakat di masa sistem

    syura itu dimunculkan pertama kali belum sekomplek dan serumit masa sekarang. Ketika

    bangsa-bangsa di seluruh dunia semakin berkembang dengan segala kompleksitas

    permasalahannya, maka diperlukan ijtihad yang lebih dalam untuk merinci sistem syura

    tersebut sehingga mampu menjawab tuntutan zaman. Dalam konteks inilah kita

    menemukan jawaban atas tuntutan zaman itu dalam sistem demokrasi, yang notabene

    merupakan hasil uji coba bangsa-bangsa di seluruh dunia setelah mengalami berbagai

    problematika dalam perjalanan panjang selama ratusan tahun dalam kehidupan berbangsa

    dan bernegara.

    Secara substantif tidak ada perbedaan antara sistem syura dengan sistem demokrasi.

    Bahkan bersesuaian. Yang membedakan adalah ruh atau spirit dan nilai-nilai yang

    terkandung di dalamnya. Sistem syura berspiritkan rabbaniyyah, sedang sistem

    demokrasi berspiritkan insaniyyah. Sistem syura bernilai religiuitas, sedang sistem

    demokrasi bebas nilai.

    Namun, bagaimanapun juga sistem demokrasi lebih detail, rinci dan aplikatif. Dalam

    sistem demokrasi inilah kita mendapatkan derivatif sistemnya berupa: sistem kepartaian,

    sistem pemilihan umum untuk Dewan Perwakilan (lembaga legislatif), sistem pemilihan

    umum untuk pemerintahan pusat dan pemerintahan Daerah untuk memilih Presiden

    hingga Kepala Daerah (lembaga eksekutif), sistem pemilihan untuk lembaga Yudikatif,

    sistem ketata-negaraan yang meliputi pemisahan kekuasaan dan kewenangan antara ketiga

    lembaga tersebut agar berjalan mekanisme check and balances, bentuk negara, bentuk

    pemerintahan, sistem parlemen, sistem fiskal dan moneter, sistem keuangan negara dan

    perbendaharaan negara, sistem sosial, sistem pendidikan, dan sebagainya. Dimana seluruh

    sistem itu dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar negara dan Undang-undang yang

    terkait dengan setiap sistem yang dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerintahan.

    Kelebihan sistem demokrasi adalah dapat meminimalisir potensi diktatorisme politik,

    ekonomi dan sosial. Disinilah sebenarnya peluang kita untuk mengisi nilai-nilai

    religiusitas dalam sistem demokrasi, sehingga demokrasi itu menjadi islami.

  • 12

    ISLAM DAN DEMOKRASI

    By: Tri Suwandi

    Melalui mekanisme yang berlaku dalam sistem demokrasi, kita dapat melakukan audit

    terhadap seluruh produk-produk demokrasi berupa Undang-Undang Dasar (UUD) atau

    Undang-Undang (UU), kemudian memperjuangkan amandemen UUD/UU tersebut

    melalui parlemen, agar pasal-pasal yang terdapat di dalamnya sesuai dengan syariat

    Islam. Apabila kita mampu mendapatkan dukungan mayoritas di parlemen, bukan tidak

    mungkin sebagian besar atau bahkan seluruh UU tersebut akan sesuai dengan Al-Quran

    dan As-Sunah. Kalau ini terealisasi, maka secara otomatis pemerintahan yang berkuasa

    mewujud menjadi pemerintahan Islam, karena menjalankan seluruh UU yang bersumber

    dari Al-Quran dan Ad-Sunnah. Pada saat itulah negara tersebut layak disebut negara

    Islam (Daulah Islamiyah).

    G. Simpulan

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

    1. Secara substantif terdapat persamaan antara Islam dengan demokrasi. Yang

    membedakan adalah ruh atau spirit dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

    2. Sistem demokrasi yang telah diberi spirit rabbaniyyah dan diisi dengan nilai-nilai

    religiusitas, dapat digunakan sebagai sarana yang efektif untuk Iqamatud-Daulah al-

    Islamiyyah dalam dawah, apabila kita bijak menyikapinya.

    H. Referensi

    Asrie, Muhammad bin Sobrie. 2009. Demokrasi dalam Pandangan Islam. Diakses dari

    http://www.4shared.com/get/CuC-

    9x38/DEMOKRASI_DALAM_PANDANGAN_ISLA.html pada 11 November

    2011 pukul 14.48 WIB.

    Balda, Syamsul. 2010. Islam dan Demokrasi. Diakses dari

    http://www.eramuslim.com/berita/analisa/islam-dan-demokrasi.htm pada 11

    November 2011 pukul 14.48 WIB.