isi

Upload: vhian1986

Post on 16-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus.Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahanmenstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis.1,2 Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh.Diperkirakan insidenmioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.2,3 Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini

1

akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.4

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga1,5,6

berhubungan dengan keganasan. 2.2. Epidemiologi Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insidenmioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan2,3

nullipara.

3

2.3. Etiologi Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma3

uteri, yaitu : 1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. 2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan menyebabkan mempengaruhi. 3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaanmioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. 4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. mioma infertil, uteri atau atau sebaliknya kedua mioma keadaan uteri ini yang saling

apakah

4

2.4. Patofisiologi Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14) (q15;q24). Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonisGnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang

5

berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia3

dini. 2.5. Klasifikasi3

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena. 1. Lokasi Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktusurinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala. 2. Lapisan Uterus Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : Mioma Uteri Submukosa Miomasubmukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut miomageburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali

6

memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. Mioma Uteri Subserosa Lokasi tumor di subserosakorpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentumlatum dan disebut sebagai miomaintraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik. Mioma Uteri Intramural Disebut juga sebagai miomaintraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai miomasubserosa dan kadang-kadang sebagai miomasubmukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat

7

uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasikistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosisiskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna. 2.6. Gejala Klinis Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut6

dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Perdarahan abnormal Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

8

-

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.

-

Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa. Atrofi endometrium di atas miomasubmukosum. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabutmiometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

2) Rasa nyeri Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran miomasubmukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkankanalis servikalis dapat

menyebabkan juga dismenore 3) Gejala dan tanda penekanan Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. 4) Infertilitas dan abortus Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan miomasubmukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958)

9

menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi. 2.7. Diagnosis 1. Anamnesis Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinismioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. 3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laboratorium Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien. b. Imaging 1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi. 2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.

10

3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal. 2.8. Diagnosis Banding7

1) Adenomiosis 2) Neoplasma ovarium 3) Kehamilan 2.9. Penatalaksanaan Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum,3

penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause3

tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut : Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan. Bila anemia

Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada miomasubmukoum pada myomgeburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang miomasubserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan

11

adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau

pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinomaservisis uteri. Histerektomisupravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis6

dalam mengangkat uterus. 2.10. Komplikasi Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang6

mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil. Degenerasihialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolaholah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya. Degenerasikistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. 12

Degenerasimembatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu

nekrosissubakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau miomabertangkai. Degenerasilemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasihialin.

Komplikasi yang terjadi pada miomauteri :6 1 Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 5075% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akankeganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. 2 Torsi (putaran tangkai). Sarang mioma yang bertangkai dapat

13

mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. 3 Nekrosis dan infeksi. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.

14

BAB III LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Alamat Agama :Ny. ST : 44 Tahun (20-4-1968) : Kotaraja : Kristen Protestan

Suku/Bangsa : Ambon/Indonesia Pendidikan Pekerjaan : S1 : Pendeta

Tanggal MRS :11 Februari 2011 Tanggal KRS : 17 Februari 2011 II. ANAMNESA 1. Keluhan Utama: Ingin melahirkan 2. Riwayat Penyakit Sekarang G3P2A0 merasa hamil delapan bulan, dikirim dari praktek Dokter untuk dilakukan operasi seksiosesaria dengan indikasi post SC dua kali (tahun 2003 dan 2006), dan adanya mioma uteri. Pasien sudah mengetahui adanya tumor ini sejak tahun 2002 dan sudah pernah dioperasi. Keluhan mules-mules yang semakin sering dan bertambah kuat serta keluar lendir bercampur sedikit darah belum dirasakan oleh pasien. Gerak janin masih dirasakan oleh pasien.

15

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya Riwayat mioma uteri sejak tahun 2002 Riwayat perdarahan tidak normal selama haid maupun di luar haid disangkal BAB/BAK baik Riwayat keguguran disangkal Ibu pasien juga mengidap sakit yang sama

4. Riwayat Obstetri SC tahun 2003 a/i qmioma uteri SC tahun 2006 a/i post sc1 kali (2003) dan mioma uteri

5. Riwayat Pernikahan Usia pernikahan : 35 Thn, Pendidikan: S1, Pekerjaan: Pendeta Usia pernikahan : 35 Thn, Pendidikan: S1, Pekerjaan: Pendeta Pernikahan pertama Suami pertama Pernikahan dengan suami sekarang: 9 Tahun

6. Riwayat Menstruasi Menarche: 12 Tahun Siklus haid: 28 hari dan lama haid 3-5 hari Dysmenorrhoea (-) HPHT: 27-5-2010 TP: 06-3-2011

16

7. Pemeriksaan Antenatal (ANC) ANC di dr. Daniel H Usmany, Sp.OG Imunisasi TT 2x

8. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Tidak diketahui

III.

STATUS GENERALIS Keadaan Umum Kesadaran Tanda-tanda vital Kepala Leher Thorax Abdomen Ekstremitas TD : 120/80 mmHg N : 80 x/m RR : 20 x/m SB : 37 0C : anemis -/-, ikterik -/-, pupil isokor +/+ : Pembesaran KGB (-) : SN Ves +/+, Rh -/-, Whe -/-, BJ I-II regular murni : cembung (gravid), Hepar-lien tidak dapat dievaluasi :anemis (-), udem (-) : Baik : Compos Mentis

IV.

STATUS OBSTETRI Pemeriksaan luar: TFU LP LA : 35 cm : 90 cm : kepala, 5/5, punggung kanan

17

Inspekulo

His BJA TBBA

:: 146-150 x/m : 2900 gr : tidak dilakukan : tidak dilakukan

Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hemoglobin Leukosit DDR Trombosit : 11,8 g/dL : 11,5 ribu/uL : Negatif : 296 ribu/uL : 11 menit : 4 menit

Masa Pembekuan (CT) Masa Perdarahan (BT) VI. DIAGNOSIS KERJA

G3P2A0 ParturientAterm + post SC 2x +Mioma uteri VII. RENCANA TERAPI Pro operasi seksiosesaria + miomektomi VIII. LAPORAN OPERASI Diagnosis pre-operatif: G3P2A0 Parturient Aterm + post SC 2x + Mioma uteri Diagnosis post-operatif: P3A0 Partusmaturus + Mioma uteri Laporan operasi: Pasien dalam posisi supine dengan pengaruh Spinal Anastesi Block

18

-

Aseptik dan antiseptic lapangan operasi, kemudian lapangan operasi dipersempit dengan duksteril

-

Dilakukan insisimediana inferior sampai menembus cavum abdomen, tampak uterus dengan mioma

-

Identifikasi SBR kemudian dilakukan insisi secara konkaf, dan lahirkan bayi dengan meluksir kepala.

-

Jam 12.55 lahir bayi dengan BB 2540 gr, PB 47 cm, A/S 7-9 Lanjutkan lahirkan placenta dengan tegangan ringan terkendali Eksplorasi uterus dari mioma, kemudian dilakukan myomectomy. Kontrol perdarahan, bersihkancavum uterus Uterus dijahit secara jelujur, dilanjutkan dengan menjahit dinding abdomen lapis demi lapis hingga kulit secara intrakutan

Luka jahitan ditutup dengan kasasteril + betadine Operasi selesai Toilet vagina Jumlah perdarahan 400 cc

Instruksi pasca bedah Evaluasi Tanda-tanda vital Puasa hingga pasien sadar betul CekHb post SC IVFD RL:D5 (2:1) InjTaxegram InjAlinamin F InjRanitidin 2 x 1 gr vial 3 x 1 amp 2 x 1 amp

19

IX.

InjTorasik InjCernevit

3 x 1 amp 1 x 1 vial (drip)

OBSERVASI Tanggal 14 Februari 2011 Hasil Pemeriksaan Hb post SC: 15 g/dL Tanggal 15 Februari 2011 S : Nyeri luka operasi (+), berdarah (-), kentut (-), mual/muntah (-/-) O : Keadaan umum: TSS, Kesadaran: CM, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/m, RR: 20 x/m, SB: 36,7OC Kepala : konjungtivaanemis -/-, skleraikterik -/-

Thorax : suara napas vesikuler normal +/+, Rh -/-, Whe -/-, Bunyi jantung I-II regular murni Abdomen : nyeri luka post op (+), berdarah (-), bising usus (+) lemah Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), udem (-)

A : P3A0 Partusmaturus post SC a/i riwayat SC 2 kali + Mioma uteri Hari perawatan ke-1 P : - IVFD RL : D5 (2 : 1) - InjTaxegram - InjAlinamin F 2 x 1gr vial 3 x 1 amp

- InjRanitidin 2 x 1 amp - InjTorasik - InjCernevit 3 x 1 amp 1 x 1 vial (drip)

20

Tanggal 16 Februari 2011 S : Nyeri luka operasi (+), berdarah (-), kentut (+), mual/muntah (-/-) O : Keadaan umum: TSS, Kesadaran: CM, TD: 120/80 mmHg, N: 72 x/m, RR: 18 x/m, SB: 37,2OC Kepala Thorax : konjungtivaanemis -/-, skleraikterik -/: suara napas vesikuler normal +/+, Rh -/-, Whe -/-, Bunyi jantung I-II regular murni Abdomen : nyeri luka post op (+), berdarah (-), bising usus (+) normal Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), udem (-)

A : P3A0 Partusmaturus post SC a/i riwayat SC 2 kali + Mioma uteri Hari perawatan ke-2 P : Terapi injeksi stop, lanjutkan dengan oral: - Claneksi - Bledstop - Tramadol 3 x 1 tab 2 x 1 tab 2 x 1 tab

- Becom-zet 1 x 1 tab Tanggal 17 Februari 2011 S : Nyeri luka operasi berkurang, berdarah (-),mual/muntah (-/-) O : Keadaan umum: TSS, Kesadaran: CM, TD: 120/80 mmHg, N: 62 x/m, RR: 16 x/m, SB: 37OC Kepala Thorax : konjungtivaanemis -/-, skleraikterik -/: suara napas vesikuler normal +/+, Rh -/-, Whe -/-, Bunyi jantung I-II regular murni

21

Abdomen

: nyeri luka post op (+) berkurang, berdarah (-), bising usus (+) normal

Ekstremitas

: akral hangat, anemis (-), udem (-)

A : P3A0 Partusmaturus post SC a/i riwayat SC 2 kali + Mioma uteri Hari perawatan ke-3 P : Lanjutkan terapi oral: - Claneksi - Bledstop - Tramadol 3 x 1 tab 2 x 1 tab 2 x 1 tab

- Becom-zet 1 x 1 tab Ganti verban Boleh pulang Kontrol ke poliklinik kebidanan Edukasi kontrasepsi mantap.

22

X.

DOKUMENTASI OPERASI

23

BAB IV PEMBAHASAN

Pada pasien ini didiagnosa dengan mioma uteri sejak tahun 2002 berdasarkan hasil USG pada saat mengontrol kehamilan pertamanya. Keluhan seperti perdarahan yang tidak normal selama haid maupun di luar haid, BAB/BAK yang tidak lancar, pembesaran perut yang tidak sesuai usia kehamilan, semuanya disangkal oleh pasien. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan karena tumor ini tidak mengganggu (asimptomatis).Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada. Usia pasien saat pertama kali didiagnosa dengan mioma uteri adalah 36 tahun, dimana rentang usia tersering ditemukan kasus mioma uteri adalah pada usia produktif yaitu antara 35 45 tahun dengan angka kejadian mencapai 25%. Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita miomaomatik. Hal ini didapatkan pada pasien dimana Ibu pasien juga menderita sakit yang sama (mioma uteri).

24

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah dilakukan operasi miomektomi pada saat seksiosesaria.Pada operasi ini tidak menimbulkan perdarahan sehingga tidak perlu dilakukan histerektomi.Untuk pengobatan oral berkaitan dengan mioma uteri pada pasien ini tidak diberikan. Bayi pasien lahir dengan jenis kelamin perempuan, dengan BB: 2540, PB: 47 cm, dan AS 7-9.

25

BAB V DAFTAR PUSTAKA

1) Yuad

H.

Miomectomi

Pada

Kehamilan.

Didapat

darihttp://groups.google.co.id/group/rantaunet/t/abbca1ef2fce5e81(online) diakses tanggal 1 Maret 2011. 2) Anonim. Mioma Uteri. Didapat dari

http://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri.pdf (online) diakses tanggal 1 Maret 2011. 3) Anonim. Mioma Geburt. Didapat dari http://korek-

obgin.blogspot.com/2009/12/mioma-geburt.html (online) diakses tanggal 1 Maret 2011. 4) Anonim. Sekilas tentang Tumor (Myoma) Rahim. Didapat dari

http://klinikandalas.wordpress.com/2008/01/24/sekilas-tentang-tumor-myomarahim/ (online) diakses tanggal 1 Maret 2011. 5) Suwiyoga K. etall., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman DiagnosisTerapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar. 6) Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirodihardjo, Jakarta. 7) Marjono B. A. etall., 2008. Tumor Ginekologi. Didapat dari

http://www.geocities.com. (online) diakses tanggal 10 Maret 2011. 8) Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Didapat dari http://www.gynalternatives.com. (online) diakses tanggal 10 Maret 2011. 26

9) Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus Leiomyoma Uteri and the Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc. GrawHill International, Singapore.

27