isi
DESCRIPTION
mini risetTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak
tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, pematang sawah ataupun diladang yang
agak basah. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar di Asia
tenggara, termasuk Indonesia, India, Republik Rakyat Cina, Jepang dan Australia
kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Nama yang biasa dikenal
untuk tanaman ini selain pegagan adalah daun kaki kuda dan Antanan.
Pemanfaatan pegagan sejak zaman dahulu telah digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengatasi permasalahan kesehatan, seperti meningkatkan
vitalitas dan daya ingat, mengatasi pikun, mengatasi tulang keropos pada lansia,
meningkatkan kecerdasan pada anak anak, obat awet muda, obat penyakit kulit,
antistres, antiradang, antikanker, untuk kosmetika, epilepsi, sakit gila dan hepatitis
akut.
Penelitian di Malaysia menunjukkan pegagan berpotensi sebagai bahan
obat antikanker ovarium (Nur Kartinee et al., 2000). Menurut Kloppenburg-
Versteegh, sekitar 59 ramuan obat tradisional menggunakan pegagan sebagai
bahan baku (Widowati et al., 1992). Masyarakat Sunda telah lama pula
memanfaatkannya sebagai lalapan (Astawan, 2011).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa-senyawa aktif yang
terkandung dalam pegagan mengandung asiaticoside, thankuniside,
isothankuniside, madecassoside, brahmoiside, brahminoside, brahmic acid,
madasitic acid, hydrocotyline, mesoinositol, centellose, caretenoids, garam
mineral, zat pahit vellarine, dan zat samak (Arisandi, 2006).
Seiring dengan perkembangan back to nature, dalam
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat mulai kembali
menggunakan bahan-bahan alami. Saat ini permintaan herbal pegagan
yang bermutu dan terstandar dari industri obat dan industri pangan fungsional
seperti minumam kesehatan semakin meningkat. IPB (2005) mengungkapkan
kebutuhan industri akan bahan baku pegagan mencapai 100 ton/th, namun sampai
2
saat ini baru dapat dipasok 4 ton/th dengan kualitas bahan baku yang bervariasi
serta jumlah pasokan yang tidak menentu.
Dalam memenuhi kebutuhan industri, selama ini pegagan diambil
langsung dari alam, tanpa usaha pembudidayaan, sehingga pasokan bahan baku
dan mutunya tidak terjamin. Meningkatnya minat masyarakat terhadap obat bahan
alam, diperlukan pasokan bahan baku yang konsisten dengan mutu yang sesuai
kebutuhan industri melalui usaha budidaya. Untuk mendukung upaya tersebut
penyedianan bahan tanaman unggul merupakan salah satu cara untuk
menghasilkan bahan baku bermutu. Selain itu, usaha pembudidayaan tanaman
pegagan juga dapat dijadikan sebagai bisnis yang menjanjikan.
Di daerah iklim tropis pegagan dapat tumbuh mulai dari dataran rendah
sampai ketinggian 2.500 m di atas permukaan laut. Ketinggian optimum untuk
tanaman ini adalah 200-800 m, diatas 1000 m produksi dan mutunya lebih rendah.
Pegagan dapat tumbuh di tempat yang lembab dan ternaungi, juga di tempat
terbuka, seperti di padang rumput, pinggir selokan, dan pematang sawah. Di
tempat lembab dengan naungan yang cukup, helaian daun pegagan berukuran
lebih besar dan tebal dibanding di tempat terbuka. Namun jika kurang cahaya,
helai daun akan menipis dan warna memucat (Balittro, 2012).
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah
ketersediaan air dan unsur hara. Kekurangan atau pun kelebihan air dan unsur hara
tertentu dapat menyebabkan terganggunya biosintesis protein dan klorofil,
metabolism sel, penurunan fotosintesis dan akhirnya menghambat pertumbuhan
tanaman (Ernawati, 1996).
Pemupukan tanaman pegagan belum banyak dilakukan, hal ini disebabkan
karena belum tersedianya pengetahuan mengenai hara mineral yang optimum
untuk mendukung pertumbuhan dan produksi. Penelitian untuk melihat efek
pemupukan berdasar status hara tanah dan kebutuhan tanaman pegagan terhadap
hara N, P dan K belum tersedia. Disisi lain kadar hara N, P dan K tanah sangat
bervariasi antara satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya. Bahkan pada jenis
tanah yang sama juga mempunyai tingkat ketersediaan hara yang berbeda.
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan
yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa
3
dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam.
Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air
kencing (urine) hewan.
Pupuk kandang sebagai salah satu bahan organik, sangat
penting dalam mempertahankan dan memperbaiki kesuburan
tanah, apabila dibandingkan dengan pupuk buatan, pupuk
kandang lebih lambat bereaksinya, hal ini disebabkan sebagian
besar zat-zat makanan harus mengalami perubahan sebelum
menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman (Sabihan, 1982).
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang
padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara
mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium,
belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum.Kandungan nitrogen dalam
urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen
dalam kotoran padat.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi penyiraman yang
sesuai dan jenis pupuk kandang yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman
pegagan secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji adakah
interaksi antara frekuensi pemberian air dan jenis pupuk kandang serta
pengaruhnya terhadadap pertumbuhan tanaman pegagan. Dari uraian latar
belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan mini research yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang dan
Frekuensi Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pegagan
(Centella asiatica)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
a) Kebutuhan akan tanaman pegagan sebagai sumber obat tradisional semakin
meningkat, sedangkan usaha pembudidayaannya tidak tersedia.
b) Pengambilan suplai tanaman pegagan dari alam dikhawatirkan akan
menghilangkan plasma nutfah pegagan.
4
c) Air dan usnsur hara sangat diperlukan tanaman.
d) Sangat sedikit informasi diperoleh bagaimana pengaruh pupuk terhadap
pertumbuhan tanaman pegagan.
1.3 Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan begitu luasnya masalah yang ada, maka peneliti
membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a) Subyek penelitian adalah Centella asiatica.
b) Objek penelitian adalah pertumbuhan tanaman Centella asiatica.
c) Tempat penelitian adalah belakang rumah kaca Universitas Negeri Medan.
d) Macam pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran sapi, kotoran
kambing,dan kotoran ayam.
e) Volume penyiraman divariasikan menjadi tiga treatment, dua kali
penyiraman sehari, satu kali penyiraman sehari, dan satu kali penyiraman
dalam dua hari.
f) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; cangkul, cetok,
penggaris, alat tulis, hand spray, timbangan, leaf area meter, termometer
tanah, lux meter, oven, polybag, gelas ukur, pisau, kertas
label,dan alat tulis.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah,
maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
a) Bagaimanakah pengaruh frekuensi pemberian air yang berbeda terhadap
pertumbuhan tanaman Centella asiatica?
b) Bagaimanakah pengaruh pemberian masing-masing pupuk kandang
terhadap pertumbuhan tanaman Centella asiatica?
c) Pada frekuensi pemberian air berapakah dan pupuk apakah memberikan
pengaruh terbesar bagi pertumbuhan tanaman Centella asiatica?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:
5
a) Pengaruh frekuensi pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan
tanaman Centella asiatica.
b) Pengaruh pemberian masing-masing pupuk kandang terhadap
pertumbuhan tanaman Centella asiatica.
c) Frekuensi pemberian air dan pupuk apa yang memberikan pengaruh
terbesar bagi pertumbuhan tanaman Centella asiatica.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu
parameter utama dan parameter pendukung. Parameter utama yang dimonitor
adalah tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat kehijauan daun, luas daun, berat segar
tajuk dan akar, berat kering tajuk dan akar, laju asimilasi bersih, indeks luas daun,
laju pertumbuhan tanaman, rasio tajuk dan akar, dan kandungan klorofil.
Parameter pendukung yang digunakan adalah mikroklimat dan ekologi di
sekitar pegagan melalui pengamatan iklim (intensitas cahaya matahari, suhu
udara, suhu tanah, dan pH tanah).
1.7. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:
1. Bagi petani, penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu acuan untuk
membudidayakan pegagan sebagai sumber tanaman obat komersial dengan
mengetahui pengaruh pupuk terhadap hasil pertumbuhan tanaman
pegagan.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat memberikan informasi tentang
potensi dan kegunaan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak
pegagan (Centella asiatica).
3. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk menerapkan
teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam bentuk aplikasi
penelitian
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Botani, Taksonomi dan Manfaat Pegagan
Pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di
perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah. Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India,
Republik Rakyat Cina, Jepang dan Australia kemudian menyebar ke berbagai
negara-negara lain. Nama yang biasa dikenal untuk tanaman ini selain pegagan
adalah daun kaki kuda dan antanan. Sejak zaman dahulu, pegagan telah digunakan
untuk obat kulit, gangguan saraf dan memperbaiki peredaran darah. Masyarakat
Jawa Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman untuk lalapan
(wikipedia).
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan
berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan
lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Jenis pegagan yang banyak
dijumpai adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah dikenal juga
dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan di daerah
bebatuan, kering dan terbuka.
Pegagan merah tumbuh merambat dengan stolon (geragih) dan tidak
mempunyai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek). Sedangkan
pegagan hijau sering banyak dijumpau di daerah pesawahan dan disela-sela
rumput. Tempat yang disukai oleh pegagan hijau yaitu tempat agak lembap dan
terbuka atau agak ternaungi. Selain itu, tanaman yang mirip pegagan atau antanan
ada empat jenis yaitu antanan kembang, antanan beurit, antanan gunung dan
antanan air.
Pegagan yang simplisianya dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki
kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside,
brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol,
centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral
7
seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida
triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka
yang sangat luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
Pegagan berasa manis, bersifat mendinginkan, memiliki fungsi
membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika),
penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika),
meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi,
hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulan. Saponin yang ada menghambat
produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
Klasifikasi tanaman Pegagan :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotiledoneae
Ord : Umbillales
Familia :Umbillifera (Apiaceae)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica
Gambar 2.1. Centella asiatica
2.1.2 Ekologi Pegagan
Pegagan merupakan tumbuhan iklim tropik yang tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 2.500 m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini dapat
tumbuh di tempat-tempat terbuka, pada tanah yang lembab dan subur, misalnya di
padang rumput, tegalan, tepi parit, di antara batu-batu, dan di tepi-tepi jalan
(Widowati et al1992). Pegagan menghendaki kondisi tanah yang lembab dan
subur, kelembaban udara yang diinginkan antara 70-90% dengan rata-rata
temperatur 20-250C dan tingkat kemasaman tanah (pH) netral antara 6-7 (Winarto
dan Surbakti, 2003).
Januwati dan Yusron (2005) menyatakan bahwa tanaman pegagan tumbuh
baik di tempat dengan naungan yang cukup. Pada tempat tersebut tanaman akan
tumbuh dengan helaian daun lebih besar dan tebal dibanding di tempat terbuka,
8
sedangkan pada tempat yang kurang cahaya helaian daun akan menipis dan
berwarna pucat. Selain itu untuk memperoleh daun yang lebar diperlukan
kelembaban dan kesuburan tanah yang cukup.
2.1.3 Budidaya Tanaman
a. Penyiapan Lahan
Pegagan dapat dibudidakan di lahan atau menggunakan pot/polibeg.
Apabila ditanam dilahan, sebaiknya tanah dicangkul dengan kedalaman
20 cm, dibersihkan dari gulma dan batubatuan.
Kemudian dibuat bedengan dengan lebar 1 m dan tinggi 20 cm – 30 cm,
panjang bedengan disesuaikan dengan ukuran lahan, jarak antar
bedengan 50 cm.
Apabila pegagan ditanam di dalam pot/polibeg, sebaiknya pot/polibeg
berdiameter 15 cm. Media tanam yang digunakan kaya akan bahan
organik dan gembur, dapat berupa campuran.
b. Penyiapan Bibit
Bibit yang akan ditanam dapat diperoleh dengan cara memotong setiap
buku-buku tanaman pegagan yang memiliki stolon. Satu buku yang
mempunyai akar dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Untuk budidaya
pegagan, sebaiknya satu bibit mempunyai tiga buku untuk menjamin
pertumbuhan bibit.
c. Penanaman
Pada bedengan yang telah disiapkan di lahan, dibuat lubang tanam dengan
jarak 20 cm – 30 cm dengan menggunakan tugal. Bibit ditanam dengan hati-
hati kemudian disiram. Bila pegagan ditanam di dalam pot/polibeg, media
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam pot/polibeg. Dalam satu pot/polibeg
dapat ditanam satu atau lebih bibit, disiram, kemudian dipindahkan ke tempat
yang teduh.
9
d. Pemeliharaan
Pupuk yang digunakan dalam budidaya pegagan adalah pupuk organik,
dapat berupa kompos atau pupuk kandang. Penggunaan pupuk kimia
(anorganik) sebaiknya dihindari karena dikhawatirkan dapat menimbulkan
efek negatif. Pupuk dapat disebar merata di atas bedengan atau dicampurkan
pada media tanam di pot/polibeg. Pemupukan susulan dilakukan sesuai
dengan kondisi kesuburan tanah. Penyiraman tanaman disesuaikan dengan
kondisi kelembaban tanah.
e. Hama dan Penyakit
Pegagan hampir tidak pernah terserang hama dan penyakit. Terkadang
daun pegagan diserang kutu, untuk mengendalikannya sebaiknya daun yang
terserang dibuang. Tidak dianjurkan menggunakan pestisida kimia karena
residunya dapat menimbulkan efek negatif bila pegagan dikonsumsi. Apabila
serangan hama sangat mengganggu pertumbuhan pegagan, dapat digunakan
pestisida nabati untuk mengendalikannya.
Cara pembuatan pestisida nabati adalah dengan mencampurkan tanaman
mimba (Azadiractha indica), tembakau (Nicotiana tabacum) dan akar tuba
(Derris eclipta). Semua bahan ditumbuk halus, kemudian direndam air,
diaduk merata, didiamkan selama satu malam. Keesokan harinya, campuran
disaring, dilarutkan dalam air hangat. Penyemprotan dapat dilakukan pada
pagi atau sore hari, saat tidak hujan (Mahendra, 2005).
f. Panen dan Pascapanen
Pegagan dapat dipanen apabila akan dikonsumsi atau digunakan. Bila akan
diolah pemanenan dapat dilakukan 3 bulan setelah penanaman. Pegagan dapat
digunakan dalam bentuk segar dan kering. Pengeringan dapat dilakukan
dengan cara diangin-anginkan, tidak dijemur di bawah sinar matahari
langsung karena akan merusak fisik dan kandungannya. Setelah kering bahan
dapat dikemas dan simpan dalam kantungan plastik. Pegagan kering dapat
10
digunakan dalam bentuk serbuk atau serbuk teh yang diminum airnya.
Pegagan juga dapat digunakan dalam bentuk krem, salep dan body lotion.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Pegagan
2.1.4.1. Syarat Tumbuh
Pegagan bersifat kosmopolitan tumbuh liar di tempat-tempat yang lembab
pada intensitas sinar yang rendah (ternaungi) hingga pada tempat-tempat terbuka,
seperti di padang rumput, pinggir selokan, pematang sawah. Faktor lingkungan
yang berperan dalam pertumbuhan dan mempengaruhi kandungan bahan aktif
tanaman pegagan, antara lain :
a. Tinggi tempat
Tanaman pegagan banyak ditemukan dari dataran rendah hingga dataran
tinggi sekitar 2500 m dpl. Namun untuk pertumbuhan optimum tanaman ini yaitu
pada ketinggian 200 – 800 m dpl.
b. Jenis tanah
Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir pada
semua jenis tanah lahan kering. Pada jenis tanah Latosol dengan kandungan liat
sedang tanaman ini tumbuh subur dan kandungan bahan aktifnya cukup baik.
Pada tanah dengan kandungan liat yang cukup kandungan klorofil daun akan
tinggi.
c. Iklim
Pegagan tidak tahan terhadap tempat yang terlalu kering, karena sistem
perakarannya yang dangkal. Oleh karena itu faktor iklim yang penting dalam
pengembangan pegagan adalah curah hujan. Apabila pegagan ditanam pada
musim kemarau dan tanaman mengalami kekurangan air, maka perlu dilakukan
penyiraman.
Tanaman ini akan tumbuh baik dengan intensitas cahaya 30 – 40 %,
sehingga dapat dikembangkan sebagai tanaman sela (semusim maupun tahunan),
misalnya di antara tanaman jagung, kelapa, kelapa sawit, buah-buahan yang tidak
terlalu rindang. Di tempat dengan naungan yang cukup, helaian daun pegagan
menjadi lebih besar dan tebal dibanding apabila tanaman tumbuh di tempat
terbuka. Sedangkan pada tempat-tempat yang kurang cahaya, helaian daun akan
11
menipis, warna memucat. Selain itu juga pada tanah yang kurang subur dapat
diberikan pupuk organik atau kompos.
2.2. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan semua produk buangan dari binatang
peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik,
dan biologi tanah (Hartatik, 2008).
Zat hara yang dikandung pupuk kandang tergantung dari sumber kotoran
bahan bakunya. Pupuk kandang ternak besar kaya akan, dan mineral logam,
seperti magnesium, kalium, dan kalsium. Pupuk kandang ayam memiliki
kandungan fosfor lebih tinggi. Namun demikian, manfaat utama pupuk kandang
adalah mempertahankan struktur fisik tanah sehingga akar dapat tumbuh secara
baik (Wikipedia).
2.2.1. Jenis Pupuk Kandang
a. Pupuk kandang padat
Pukan padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum
dikomposkan sebagai sumber hara N bagi tanaman dan dapat memperbaikisifat
kimia, biologi dan fisik tanah. Penanganan pukan oleh petani hanya ditumpuk saja
pada tempat yang telah disediakan atau ditambah dekomposer untuk mempercepet
kematangan pukan.
b. Pupuk kandang cair
Pukan cair merupakan bentukancair dari kotoran hewan yang masih segar
yang bercampur dengan urin hewan atau kotoran hewanyang dilarutkan dalam air
dalam perbandingan tertentu. Pukan yang masih segar jika dicampur dengan air
dan dijadikan pukan cair memiliki kandungan hara yang lebih baik dibanding
dengan pukan padat. Unsur-unsur hara makro dan seng kadarnya mencukupi,
hanya kalsium dan sejumlah kecil besi, mangan dan tembaga perlu diperoleh dari
sumber lain, kadar N total pada larutan kotoran ayam sudah ideal, meskipun akan
lebih baik bila terdapat bentuk nitratdaripada bentuk amonium.
2.2.2. Kualitas Pupuk Kandang
12
a. Pupuk kandang ayam
Pukan ini banyak diberikan oleh para petani karena banyak mengandung P
yang berasal dari konsentrat yang diberika pada ayam broiler. Selain itu pukan ini
memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama, hal tersebut
karena pukan ayam mudah terdekomposisi dan kadar hara yang tinggi.
b. Pupuk kandang sapi
Pukan sapi merupakan pukan yang memiliki kadar serat paling tinggi
sehingga dalam apklikasinya masih perlu proses ulang. Hal tersebut dikarenakan
untuk mencagah terhambatnya petumbuhan tanaman karena mikroba dekomposer
akan menggunakan N untuk mendekomposisikan bahan organik. Selin itu pada
pukan sapi basah masih terdapat banyak air sehingga akan menguras tenaga
ekstra.
c. Pupuk kandang kambing
Pukan kambing yang berbentuk butiran ini memiliki bentuk butiran,
sehingga sulit untuk didekomposisikan secara langsung dan akan berdampak
langsung pada penyediaan unsur haranya, sehingga dalam apklikasinya perlu
dilakukan pengomposan pada pukan kambing. Pukan kambing memiliki kalium
tinggi dari pukan lainnya.
d. Pupuk kandang babi
Pemanfaatan pukan babi sangat berbeda dengan pukan lainnya karena
pukan ini diberikan sendiri maka hasil pada tanaman kurang baik oleh sebab itu
banyak petani yang mencampurnya dengan pukan ayam atau kambing. Pukan ini
sangat dipengaruhi oleh mur ternak, pukan ini memiliki kadar P dan rendah Mg.
e. Pupuk kandang kuda
Penggunaan pukan ini dilakukan dengan dekomposisi secara alami dalam
lubang yang disediakan. Pukan ini sangat tergantung pada jenis pakannya yaitu
dedak sehingga mengandung banyak Mg dan memiliki C/N rasio yang rendah.
Tabel 2.1. Komposisi Zat Hara Pupuk Kandang
Pupuk Kandang
Kelembaban (%) Nitrogen (%) P2O5 (%) K2O (%)
Lembu, Sapi 80 1,67 1,11 0,56Kuda 75 2,29 1,25 1,38
13
Domba 68 3,75 1,87 1,25Babi 82 3,75 3,13 2,50Ayam 56 6,27 5,92 3,27Merpati 52 5,68 5,74 3,23
2.3. Air dan Tananman
Air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tanaman. Salah satu
fungsi air bagi tanaman adalah untuk mengatur suhu tubuh tanaman melalui
proses transpirasi. Ketika tanaman menerima sinar matahari, tanaman dapat
memproduksi pangan melalui proses fotosintesis. Namun demikian, selain
memberikan manfaat bagi tanaman melalui proses fotosintesis, cahaya mathari
juga menyebabkan meningkatnya suhu tanaman.
Agar peningkatan suhu oleh sinar matahari tidak mencapai tingkat yang
membahayakan bagi tanaman, maka tanaman mengatur suhu tubuhnya melalui
proses tanspirasi. Pada transpirasi, air keluar dari tubuh tanaman melalui stomata.
Bersamaan dengan keluarnya air, terjadi pembuangan energi panas dari tubuh
tanaman. Dengan demikian taman dapat menjaga suhu tubuhnya pada tingkat
yang aman secara fisilogis. Jika pembuangan energy melalui transpirasi ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya, maka akan terjadi penumpukan energy panas
pada tubuh tanaman. Hal ini sangat berbahaya bagi tanaman karena suhu yang
terlalu tinggi pada tubuh tanaman dapat menyebabka rusaknya organ sel, sel, dan
jaringan tanaman. Di dalam tubuh tanaman, air bergerak melalui sebuah jaringan
pengangkut.
Air merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup
memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem bumi
kita ini adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses sirkulasinya.
Pengeringan bumi sulit untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air,
transpirasi dan evaporasi yang berlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan
air adalah penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan
air sebagai bagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perubahan struktur dan organ tumbuhan.
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil,
perkembangannya menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus
selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan
kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-
14
daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat
mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses tranpirasi ini
cukup besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman
tersebut akan mengalmi kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman
akan mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai
permanent wilting percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk
disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia.
2.4. Penelitian Relevan yang Pernah Dilakukan
Beberapa penelitian yang relevan dan dapat dijadikan acuan dalam
penelitian ini tentang pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan
tanaman pegagan antara lain; “Kajian Frekuensi Pemberian Air dan Macam
Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kumis Kucing” oleh
Samanhudi et al menyimpulkan adanya peningkatan berat kering tanaman kumis
kucing namun tidak mempengaruhi pertambahan berat simplisia.
Penelitian oleh IPB (2012) mengenai “Dosis Pemupukan dan Sistem
Panen Tanaman Pegagan untuk Memperoleh Produksi Senyawa Bioaktif
Asiatikosida Tinggi” menyimpulkan adanya perbedaan dalam berat kering dan
berat simplisia pegagan, namun dalam aplikasinya, penelitian tersebut
menggunakan pupuk anorganik.
Kedua penelitian di atas mendasari dilakukannya penelitian ini, yang ingin
mengetahui pengaruh pemberian air dan jenis pupuk kandang terbaik bagi
pertumbuhan tanaman Centella asiatica, sehingga dapat diperoleh laju
pertumbuhan yang maksimal pada tanaman Centella asiatica. Penelitian ini
merupakan penelitian yang berbeda dengan penelitian yang sudah ada
sebelumnya.
Sebagai tambahan, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai
efek farmakologis pegagan :
1. Ekstrak pegagan dalam sediaan jelly dapat menyembuhkan luka lebih
cepat dibandingkan sediaan salep dan krim. Sediaan dalam bentuk krim
dan jelly mempunyai stabilitas yang lebih baik dibandingkan salep
selama 3 bulan (Suratman, 1994, JF FMIPA UNPAD).
15
2. Ekstrak pegagan dengan fraksi petroleum eter tidak menghambat
pertumbuhan bakteri, sedangkan fraksi kloroform dan fraksi sisa dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (Zuriyati, 1993, JF FMIPA
UNAND).
Khasiat dan Cara Pemakaian
1. Infeksi saluran kencing, susah kencing
Bahan : Pegagan kering 15 g, kumis kucing kering 10 g, akar alang-alang
kering 7rumput mutiara kering 10 g
Pemakaian : Semua bahan dicuci bersih, kemudian direbus dengan 7 gelas
air hingga tersisa 3 gelas. Air rebusan diminum satu jam sebelum makan
sebanyak 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari (Mahendra, 2005).
2. Menambah daya ingat anak
Bahan : Pegagan segar 30 g, temulawak 1 jari, madu secukupnya
Pemakaian : Pegagan dicuci bersih, temulawak dipotong tipis-tipis.
Masukkan dalam panci keramik dan rebus dalam 2 gelas air hingga tinggal
setengahnya. Dinginkan, tambahkan madu dan minum sebelum makan.
Anak-anak 2 – 5 tahun : 2 x ¼ gelas per hari Anak-anak 6 –12 tahun : 2 x ½
gelas per hari (Kurniasih, dkk., 2003).
3 Kencing darah, muntah darah, mimisan
Bahan : Pegagan segar 30 g, urang-aring segar 30 g, akar alang-alang 30 g
Pemakaian : Semua bahan dicuci bersih. Rebus dalam 3 gelas aired sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum
sekaligus. Lakukan 3kali sehari (Dalimartha, 2004).
4. Darah tinggi, jantung, stroke
Bahan : Pegagan kering 15 g, sambiloto kering 10 g, pulai kering 7 g,
tempuyung kering 10 g, sambung nyawa kering 10 g, daun dewa kering 10 g
Pemakaian : Semua bahan dicuci bersih, kemudian direbus dengan 7 gelas
air hingga tersisa 4 gelas. Air rebusan diminum satu jam sebelum makan
sebanyak 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari(Mahendra, 2005).
5. Wasir
Bahan : Pegagan segar 4 – 5 tanaman
16
Pemakaian : Pegagan dicuci bersih direbus dengan air selama 5 menit. Air
rebusan diminum 2 kali sehari selama beberapa hari (Djauhariya dan
Hernani. 2004)
2.5. Kerangka Berpikir
Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan
dengan adanya isu back to nature dan krisis berkepanjangan yang mengakibatkan
turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang relatif lebih mahal
harganya.
Pemanfaatan pegagan sejak zaman dahulu telah digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengatasi permasalahan kesehatan, seperti meningkatkan
vitalitas dan daya ingat, mengatasi pikun, mengatasi tulang keropos pada lansia,
meningkatkan kecerdasan pada anak anak, obat awet muda, obat penyakit kulit,
antistres, antiradang, antikanker, untuk kosmetika, epilepsi, sakit gila dan hepatitis
akut.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa-senyawa aktif yang
terkandung dalam pegagan mengandung asiaticoside, thankuniside,
isothankuniside, madecassoside, brahmoiside, brahminoside, brahmic acid,
madasitic acid, hydrocotyline, mesoinositol, centellose, caretenoids, garam
mineral, zat pahit vellarine, dan zat samak (Arisandi, 2006).
Dalam memenuhi kebutuhan industri, selama ini pegagan diambil
langsung dari alam, tanpa usaha pembudidayaan, sehingga pasokan bahan baku
dan mutunya tidak terjamin. Meningkatnya minat masyarakat terhadap obat bahan
alam, diperlukan pasokan bahan baku yang konsisten dengan mutu yang sesuai
kebutuhan industri melalui usaha budidaya. Untuk mendukung upaya tersebut
penyedianan bahan tanaman unggul merupakan salah satu cara untuk
menghasilkan bahan baku bermutu. Selain itu, usaha pembudidayaan tanaman
pegagan juga dapat dijadikan sebagai bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu
perlu dilakukan perbaikan budidaya yang sudah ada agar hasilnya semakin
meningkat.
17
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kadar air dan
macam pupuk terhadap pertumbuhan tanaman pegagan (Centella asiatica).
Melalui penelitian ini diharapkan produksi tumbuhan Centella asiatica dapat
meningkat. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu melakukan penelitian
dengan memberikan pupuk kandang dan air sehingga akan diketahui pengaruh
dari penelitian. Pupuk kandang sebagai salah satu bahan organik, sangat penting
dalam mempertahankan dan memperbaiki kesuburan tanah, apabila dibandingkan
dengan pupuk buatan. Air berfungsi sebagai pelarut dari garam-garam, gas-gas
dan material-material yang bergerak kedalam tubuh tumbuhan,melalui dinding sel
dan jaringan esensial. Pemupukan dan Pengairan yang tepat akan memberikan
produksi pertumbuhan yang lebih baik bagi tanaman.
2.6. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berfikir di atas, maka dapat
ditentukan hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut:
1). Terdapat pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman
Centella asiatica yang lebih baik dibandingkan tanpa pupuk.
2). Terdapat pengaruh pemberian masing-masing jenis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan tanaman Centella asiatica
3). Terdapat pengaruh pemberian kadar air terhadap pertumbuhan tanaman
Centella asiatica.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilakukan bulan september sampai dengan bulan oktober
2013 bertempat di belakang rumah kaca kampus UNIMED di jalan Willem
Iskandar, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 750 m di atas permukaan laut
(dpl) dan jenis tanah humus alluvial. Beriklim Tropis dengan kisaran suhu udara
23ºC - 40ºC. Kelembaban udara di wilayah ini rata-rata 78-82%. Dan kecepatan
angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap
bulannya 100,6 mm.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit ruas tanaman
pegagan (Centella asiatica), tanah, pupuk kandang (sapi, kambing, ayam), dan air.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cetok, gembor, penggaris,
alat tulis, hand spray, timbangan, termometer maksimum-minimum, termometer
tanah, lux meter, dan oven. Polybag sebanyak 60 buah dengan ukuran 25cm x
25cm dan volume 100ml, cetok, sprayer, gelas ukur, spektrofotometer, labu
erlenmeyer, mortal, pH meter dan cuvet.
3.2.3 Kalibrasi Instrumen
19
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dianggap sudah terkalibrasi.Oleh
karena itu tidak perlu dilakukan kalibrasi terhadap instrument.
3.3 VariablePenelitian
Variabel Bebas : Frekuensi pemberian air dan jenis pupuk kandang.
Variabel Terikat : Pertumbuhan tanaman pegagan (Centella asiatica)
3.4 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktorial
dengan dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian air
terdiri atas 3 taraf yaitu :2 kali sehari ,1 hari sekali, dan 2 hari sekali. Faktor kedua
adalah macam pupuk kandang yang terdiri atas 3 macam yaitu pupuk kotoran
sapi, pupuk kotoran kambing, pupuk kotoran ayam, dan satu kontrol . Sehingga
didapatkan 12 kombinasi perlakuan yang diulang empat kali.
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Control Pukan Sapi Pukan Kambing Pukan Ayam
2 x sehari T1.C T1.P1 T1.P2 T1.P31 x sehari T2.C T2.P1 T2.P2 T2.P32 hari, 1 x T3.C T3.P1 T3.P2 T3.P3
Keterangan: 2 x sehari : 1 x sehari :2 hari 1 x :Pupuk Sapi :Pupuk Kambing :Pupuk Ayam :
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Tata laksana percobaan meliputi: pengamatan kondisi
lingkungan, persiapan media tanam, penanaman, pemberian air,
pemeliharaan dan panen.
a. Pengamatan kondisi lingkungan area penanaman
20
pengamatan dilakukan dengan mengukur intensitas cahaya matahari, suhu
udara, suhu tanah, dan pH tanah.
b. Persiapan media tanam.
Media tanam yang dipakai adalah tanah humus, tiga jenis pupuk kandang,
yaitu pukan sapi, pukan kambing, pukan ayam dan tanpa pukan dengan
perbandingan 1:1. Media tanam dengan volume yang sama dimasukkan ke
masing-masing polybag berukuran 25 cm x 25 cm.
c. Penanaman
Penanaman bibit dilakukan kedalam media tanam setelah tanah dibiarkan
selama satu minggu setelah dicampur dengan pupuk. Hal ini bertujuan agar
proses fermentasi oleh bakteri terhadap kotoran telah selesai, sehingga tanah
tidak bersifat panas bagi bibit tanaman pegagan. Penanaman dilakukan
dengan memasukkan 3 ruas umbi tanaman pegagan kedalam masing-masing
media tanam.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara menyiram pegagan (Centella asiatica)
dengan tiga macam perlakuan pemberian air yang berbeda, yaitu dua kali
sehari, satu kali sehari dan dua hari satu kali volume air yang telah
ditentukan.
e. Pengamatan dan Pemanenan
Pengamatan terhadap faktor-faktor yang di ukur dilakukan sebanyak 3 kali,
yaitu 20 HST, 40 HST, dan 60 HST. Pemanenan dilakukan ketika tanaman
berusia 60 HST.
3.6 Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman yang dipilih secara acak dari masing-
masing ulangan. Pengamatan tanaman meliputi beberapa parameter yaitu
pengamatan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat kehijauan daun, luas
daun, berat segar tajuk dan akar, berat kering tajuk dan akar, laju asimilasi bersih,
21
indeks luas daun, laju pertumbuhan tanaman, rasio tajuk dan akar, dan kandungan
klorofil.
3.6.1. Komponen Pertumbuhan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun
(pucuk).Pengukuran dilakukan pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST.
b. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung dengan menghitung jumlah daun tanaman. Daun yang
dihitung yaitu daun yang sudah terbentuk dengan sempurna..Perhitungan
dilakukan pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST.
c. Luas Daun (cm2)
Luas daun dihitung dengan menggunakan metode gravimetri. Perhitungan luas
daun dilakukan pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST. Metode pengukuran luas
daun dilakukan dengan menggunakan kertas yang seragam. Daun yang akan
diukur luasnya digambar pada kertas, digunting kemudian ditimbang. Luas
daun dapat ditentukan dengan membandingkan berat potongan kertas dengan
berat kertas yang sudah diketahui luasnya.Rumus yang digunakan untuk
mengukur luas daun adalah:
LD = (a/b) x 100 cm2
(Sumber : Sitompul dan Guritno, 1995)
Keterangan:
LD = luas dauna = berat polab = berat kertas konversi (gr)
d. Berat Segar Akar dan Tajuk
22
- Berat Segar Akar (gr)
Berat segar akar diperoleh dengan menyuci bersih akar lalu ditimbang
dengan menggunakan timbangan.
- Berat Segar Tajuk (gr)
Berat segartajuk diperoleh dengan menyuci bersih tajuk lalu ditimbang
dengan menggunakan timbangan. Berat segar tajuk pegagan terdiri atas
batang dan daun. Semakin banyak jumlah daun maka berat segar tajuk
tanaman juga akan meningkat.Perhitungan berat segar akar dan tajuk
dilakukan pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST.
e. Berat Kering Akar dan Tajuk
- Berat Kering Akar (gr)
Penimbangan bobot kering akar tanaman setelah pengeringan pada suhu
800 C selama 24 jam di dalam oven.
- Berat KeringTajuk (gr)
Penimbangan bobot kering tajuk tanaman setelah pengeringan pada suhu
800C selama 24 jam di dalam oven. Biomassa tajuk merupakan akumulasi
fotosintat yang berada dibatang dan daun Perhitungan berat segar akar dan
tajuk dilakukan pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST.
f. Indeks Luas Daun (cm-2m-2)
Indeks Luas Daun (ILD), yaitu nisbah antara luas daun komunitas (L) dengan
satuan luas area tanah yang ditutupi komunitas (A), yang merupakan
karakteristik kemampuan tanaman menyerap radiasi matahari untuk proses
fotosintesis dalam tegakan tanaman. Perhitungan indeks luas daun dilakukan
pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST.
Rumus untuk indeks luas daun adalah:
ILD = L2+L 1
2 A
Keterangan:
ILD = luas daun, L = luas daun komunitas, A = luas area tanah
23
g. Rasio Tajuk dan Akar
Perbandingan berat kering tajuk dan berat kering akar tanaman Centella
asiatica. Parameter ini digunakan sebagai petunjuk ada atau tidaknya peristiwa
kekeringan air pada tanaman.Perhitungan rasio tajuk dan akar tanaman
dilakukan pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST .
h. Laju Asimilasi Bersih ( g/cm2/minggu )
Laju asimilasi bersih yaitu hasil bersih asimilasi persatuan luas dan waktu
diperoleh melalui rumus sebagai berikut:
LAB = W 2−W 1L 2−L 1
X ln L2−ln L1
T 2−T 1
(Sumber :Gardner et.al, 1991)
Keterangan:
LAB = Laju Asimilasi Bersih
L1 = Luas daun pada pengamatan awal (cm2)
L2 = Luas daun pada pengamatan akhir (cm2)
W1 = Bobot kering tanaman pada pengamatan awal ( gr )
W2 = Bobot kering tanaman pada pengamatan akhir ( gr)
T1 = waktuawal pengamatan( minggu )
W2 = waktu akhir pengamatan( minggu )
Perhitungan laju asimilasi bersih dilakukan pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST
i. Laju Pertumbuhan Tanaman ( g/cm2/minggu )
Lajupertumbuhan tanaman yaitu pertumbuhan berat dalam komunitas tanaman
Persatuan luastanah dalam satu satuan waktu.Perhitunganlaju pertumbuhan
tanaman dilakukan pada 20 HST, 40 HST, dan 60 HST melalui rumus sebagai
berikut:
24
LPT =W 2−W 1T 2−T 1
X 1
GA
(Sumber :Gardner et.al, 1991)
Keterangan:
LPT = Laju Pertumbuhan Tanaman
GA = Luas tanah (cm2)
j. Kandungan Klorofil Daun
Daun yang digunakan untuk menghitung kandungan klorofil adalah daun
nomor 4 dari atas.Daun diekstrak dengan aseton 70%.Ekstrak daun kemudian
dimasukkan dalam kuvet dan diukur kandungan klorofilnya dengan
spektrofotometer.Pengukuran dilakukan pada minggu ke-4 setelah masa tanam.
Perhitungan kandungan klorofil dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Klorofil a = 1.07 (OD 663) – 0.094 (OD644)
Klorofil b = 1.77 (OD 644) – 0.28 (OD 663)
Klorofil Total = 0.79 (OD 663) – 1.076 (OD 644)
(Sumber : Sitompul dan Guritno, 1995)
3.7. Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan uji Anova dua jalur
pada tingkat kepercayaan 95%.Apabila uji Anova menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan.
25
REFERENSI
Arisandi, Yohana., 2006, Khasiat Berbagai Tanaman untuk Pengobatan, Eska Media, Jakarta.
Astawan, Made., 2011, Pegagan Meremajakan Otak & Hati http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Natural+Healing&y=cybermed|2|0|3|265 (Diakses 2 Mei 2012).
Balittro, 2012, Budidaya dan PascaPanen Pegagan (Centella asiatica) http://pkpp.ristek.go.id/_assets/upload/docs/786_doc_8.pdf (diakses 30 Agustus 2013)
Grander, Pearce dan R.L. Mithell, 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Universitas Indonesia, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pegagan diakses 28 Agustus 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_kandang diakses 28 Agustus 2013
Institut Pertanian Bogor. 2005. Pasar Domestik dan Ekspor Produk Tanaman Obat (Biofarmaka).
Januwati M, H Muhammad. 1992. Cara Budidaya Pegagan (Centella asiatica L. (Urban)). Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1 (2):42-44.
Nur Kartinee K, A. Hawariah L.P. and Azizol A, K., 2000. Perliminary sraaning of antiproliferative activity of selected extracts of Centella asiatica.
26
Proceedings of the Seminar on Medicinal and Aromatic Plants. FRIM, 12-13 September 2000. Kuala Lum-pur, Malaysia.
Suratman, 1994, Ekstrak pegagan dalam sediaan jelly dapat menyembuhkan luka lebih cepat dibandingkan sediaan salep dan krim. FMIPA UNPAD
Widowati, L., Pudjiastuti, D. Indrari dan D. Sundari, 1992. Beberapa Informasi Khasiat Keamanan dan Fitokimia Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. I (2) : 39-42.
Winarto WP, Surbakti M. 2005. Khasiat & Manfaat Pegagan: Tanaman Penambah Daya Ingat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Zuriyati, 1993, Ekstrak pegagan dengan fraksi petroleum eter tidak menghambat pertumbuhan bakteri. FMIPA UNAND