intisari -...

16
1 Integrasi Metode untuk Deteksi Utilitas Bawah Permukaan Pada Kawasan Industri Wardana, A.P. 1 , N. Ramadianti 2 , R.N. Nababan 3 , dan D.A. Saragih 4 PT. Abhinaya Mappindo Bumitala Ruko Villa Pekayon B3/47 Jl. Ketapang Raya, Pekayon, Bekasi Selatan. Email: [email protected], [email protected] INTISARI Perkembangan kawasan industri saat ini semakin pesat dikarenakan bertambahnya permintaan yang menyebabkan kegiatan produksi dan distribusi semakin meningkat. Hal ini menyebabkan kawasan industri tersebut membutuhkan pasokan listrik, air, dan gas yang tersalurkan melalui jaringan utilitas di bawah permukaan untuk menunjang kegiatannya. Maka dari itu, pemetaan jaringan utilitas (pipa dan kabel) diperkenalkan untuk mendeteksi utilitas yang terdapat di bawah permukaan tanah menggunakan instrument non destruktif teknis (NDT) yakni melalui gelombang elektromagnetik dengan alat berupa Georadar (GPR) dan Radio Frequency Location (RFL). Akuisisi data dilakukan pada kawasan industri Delta Mas menggunakan metode elektromagnetik dengan alat Georadar frekuensi 100 MHz dan 250 MHz serta Pipe & Cable Locator. Hasil deteksi georadar frekuensi 100 MHz, ditemukan anomali yang diinterpretasikan sebagai utilitas Kabel Power pada sumbu lintasan X-01 hingga X-05 dengan kedalaman ± 2,9 meter sampai ± 3,8 meter dan pada Y-01 ditemukan dua anomali utilitas dengan kedalaman ± 2 meter yang crossing dengan utilitas pada sumbu X-01. Hasil deteksi georadar frekuensi 250 MHz tidak ditemukan anomali utilitas apapun. Hal ini dikarenakan penetrasi kedalaman yang dapat dicapai lebih dangkal daripada Georadar frekuensi 100 MHz (0 meter sampai dengan ± 1,5 meter). Hasil deteksi menggunakan alat pipe & cable locator menunjukkan adanya jalur kabel power 20 kV berada di sisi kanan dan kiri jalan/area deteksi dengan kedalaman berkisar antara 1,32 2,95 meter, serta hasil deteksi menunjukkan adanya jalur Kabel Power 150 kV berada crossing terhadap jalan area deteksi kedalaman berkisar antara 3,26 6,36 meter. Kata kunci: Georadar, Pipe & Cable Locator, Deteksi Utilitas. ABSTRACT The development of industrial estates is currently growing rapidly due to increasing demand which causes production and distribution activities to increase. This causes the industrial area to require electricity, water, and gas supplies which are channeled through the subsurface utility network to support its activities. Therefore, mapping of utility networks (pipes and cables) was introduced to detect utilities under the surface using non-destructive technical instruments (NDT), namely through electromagnetic waves with tools such as Georadar (GPR) and Radio Frequency Location (RFL). Acquisition data was carried out in the Delta Mas industrial area using the electromagnetic method with a frequency of 100 MHz and 250 MHz and a Pipe & Cable Locator. The results of the 100 MHz georadar frequency detection, found anomalies interpreted as Power Cable utilities on the track axis X-01 to X-05 with a depth of ± 2.9 meters to ± 3.8 meters and at Y-01 found two utility anomalies with ± depth 2 meters crossing with utilities on the X-01 axis. The results of the 250 MHz georadar frequency detection did not find any utility anomalies. This is because the penetration depth that can be achieved is more shallow than the frequency of 100 MHz Georadar (0 meters up to ± 1.5 meters). The results of detection using a pipe & cable locator indicate that a 20 kV power cable line is located on the right and left side of the road / detection area with a depth ranging from 1.32 - 2.95 meters, and the detection results indicate a 150 kV power cable crossing the depth detection area ranges from 3.26 - 6.36 meters. Keywords: Georadar, Pipe & Cable Locator, Utility Detection.

Upload: others

Post on 23-Nov-2019

24 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

Integrasi Metode untuk Deteksi Utilitas Bawah Permukaan Pada Kawasan

Industri

Wardana, A.P.1, N. Ramadianti2, R.N. Nababan3, dan D.A. Saragih4

PT. Abhinaya Mappindo Bumitala

Ruko Villa Pekayon B3/47

Jl. Ketapang Raya, Pekayon, Bekasi Selatan.

Email: [email protected], [email protected]

INTISARI Perkembangan kawasan industri saat ini semakin pesat dikarenakan bertambahnya permintaan

yang menyebabkan kegiatan produksi dan distribusi semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

kawasan industri tersebut membutuhkan pasokan listrik, air, dan gas yang tersalurkan melalui jaringan

utilitas di bawah permukaan untuk menunjang kegiatannya. Maka dari itu, pemetaan jaringan utilitas

(pipa dan kabel) diperkenalkan untuk mendeteksi utilitas yang terdapat di bawah permukaan tanah

menggunakan instrument non destruktif teknis (NDT) yakni melalui gelombang elektromagnetik

dengan alat berupa Georadar (GPR) dan Radio Frequency Location (RFL).

Akuisisi data dilakukan pada kawasan industri Delta Mas menggunakan metode elektromagnetik

dengan alat Georadar frekuensi 100 MHz dan 250 MHz serta Pipe & Cable Locator. Hasil deteksi

georadar frekuensi 100 MHz, ditemukan anomali yang diinterpretasikan sebagai utilitas Kabel Power

pada sumbu lintasan X-01 hingga X-05 dengan kedalaman ± 2,9 meter sampai ± 3,8 meter dan pada

Y-01 ditemukan dua anomali utilitas dengan kedalaman ± 2 meter yang crossing dengan utilitas pada

sumbu X-01. Hasil deteksi georadar frekuensi 250 MHz tidak ditemukan anomali utilitas apapun. Hal

ini dikarenakan penetrasi kedalaman yang dapat dicapai lebih dangkal daripada Georadar frekuensi

100 MHz (0 meter sampai dengan ± 1,5 meter). Hasil deteksi menggunakan alat pipe & cable locator

menunjukkan adanya jalur kabel power 20 kV berada di sisi kanan dan kiri jalan/area deteksi dengan

kedalaman berkisar antara 1,32 – 2,95 meter, serta hasil deteksi menunjukkan adanya jalur Kabel

Power 150 kV berada crossing terhadap jalan area deteksi kedalaman berkisar antara 3,26 – 6,36

meter.

Kata kunci: Georadar, Pipe & Cable Locator, Deteksi Utilitas.

ABSTRACT The development of industrial estates is currently growing rapidly due to increasing demand

which causes production and distribution activities to increase. This causes the industrial area to

require electricity, water, and gas supplies which are channeled through the subsurface utility

network to support its activities. Therefore, mapping of utility networks (pipes and cables) was

introduced to detect utilities under the surface using non-destructive technical instruments (NDT),

namely through electromagnetic waves with tools such as Georadar (GPR) and Radio Frequency

Location (RFL).

Acquisition data was carried out in the Delta Mas industrial area using the electromagnetic

method with a frequency of 100 MHz and 250 MHz and a Pipe & Cable Locator. The results of the

100 MHz georadar frequency detection, found anomalies interpreted as Power Cable utilities on the

track axis X-01 to X-05 with a depth of ± 2.9 meters to ± 3.8 meters and at Y-01 found two utility

anomalies with ± depth 2 meters crossing with utilities on the X-01 axis. The results of the 250 MHz

georadar frequency detection did not find any utility anomalies. This is because the penetration depth

that can be achieved is more shallow than the frequency of 100 MHz Georadar (0 meters up to ± 1.5

meters). The results of detection using a pipe & cable locator indicate that a 20 kV power cable line is

located on the right and left side of the road / detection area with a depth ranging from 1.32 - 2.95

meters, and the detection results indicate a 150 kV power cable crossing the depth detection area

ranges from 3.26 - 6.36 meters.

Keywords: Georadar, Pipe & Cable Locator, Utility Detection.

2

LATAR BELAKANG

Perkembangan kawasan industri belakangan ini tengah giat dilaksanakan. Hal ini

dikarenan bertambahnya permintaan yang menyebabkan kegiatan produksi dan distribusi

semakin meningkat. Sehingga untuk merespons keadaan tersebut, kawasan industri mulai

melakukan pembangunan dan perluasan. Pembangunan ataupun perluasan kawasan industri

tentu saja membutuhkan pasokan air bersih, listrik dan gas yang tersalurkan melalui jalur

utilitas pipa dan kabel untuk menunjang kegiatan tersebut. Permintaan yang semakin

meningkat mengakibatkan adanya penambahan pasokan dan pemasangan jalur utilitas baru.

Mengamankan jalur untuk pemasangan utilitas adalah suatu kewajiban untuk memastikan

keberlanjutan pengembangan dan mengurangi kerusakan utilitas tertanam (existing) di

kawasan industri. Maka dari itu, pemetaan jaringan utilitas (pipa dan kabel) diperkenalkan

untuk mendeteksi utilitas yang terdapat di bawah permukaan tanah menggunakan instrument

non destruktif teknis (NDT) yakni melalui gelombang elektromagnetik dengan alat berupa

Georadar (GPR) dan Radio Frequency Location (RFL).

Ground Penetrating Radar (GPR) atau Georadar merupakan metode yang paling

populer untuk pemetaan utilitas bawah tanah berdasarkan keunggulannya dalam memberikan

citra resolusi tinggi dan waktu yang cepat. Prinsip kerja metode ini dengan memanfaatkan

gelombang elektromagnetik berfrekuensi tinggi, GPR menghasilkan resolusi yang baik pada

kedalaman yang dangkal sehingga berguna untuk mengetahui jalur keberadaan utilitas

berbahan metal maupun non-metal di bawah permukaan. Sementara itu, metode Radio

Frequency Location dengan alat berupa Pipe & Cable Locator. Prinsip kerja metode ini

dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik berfrekuensi rendah, alat Pipe & Cable

Locator dapat mendeteksi utilitas khususnya utilitas berbahan metal atau konduktor lainnya.

Informasi yang di hasilkan dari alat Pipe & Cable Locator ini antara lain adalah kemenerusan

jalur utilitas (tracking) serta kedalaman utilitas. Dengan menggunakan dua metode tersebut di

atas maka posisi utilitas, kedalaman dan jalur utilitas dapat di ketahui dengan baik – akurat.

Tujuan dari penulisan ini ialah untuk memetakan serta menginformasikan keberadaan

serta kedalaman dari suatu jaringan utilitas (Pipa dan Kabel) yang tertanam di bawah

permukaan tanah (existing). Selanjutnya informasi tersebut berguna untuk mengamankan

pemasangan utilitas baru pada kawasan industri Delta Mas. Adapun batasan masalah dalam

penulisan ini antara lain, penggunaan instrumentasi yakni Georadar frekuensi 100 MHz, 250

MHz serta Pipe & Cable Locator dan interpretasi data sebatas pada keberadaan anomali

utilitas untuk pengamanan jalur pemasangan utilitas.

3

LANDASAN TEORI

1. Ground Penetrating Radar (Georadar)

Georadar atau Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan salah satu metode geofisika

yang digunakan untuk pemetaan bawah tanah khususnya deteksi benda – benda yang

terkubur di bawah permukaan pada kedalaman tertentu. Dengan memanfaatkan gelomhang

elektromagnetik yang berupa radar dengan range frekuensi 10 MHz sampai dengan 1 Ghz.

Metode ini bersifat tidak merusak (NDT) dan mampu menghasilkan resolusi tinggi tetapi

terbatas pada kedalaman beberapa puluh meter saja (tergantung pada frekuensi yang dipakai

dan keadaan lapangan).

Prinsip kerja Georadar pada umumnya memanfaatkan pemantulan sinyal gelombang

elektromagnetik yang dipancarkan oleh transmitter (Tx) berupa antena dari permukaan tanah

kemudian ditangkap oleh receiver (Rx). Antena transmitter (Tx) akan menghasilkan pulsa

listrik dengan bentuk Pulse Repetition Frequency (PRF) yang merupakan suatu energi dan

durasi tertentu. Pulsa ini akan dipancarkan ke bawah permukaan dan selama perambatannya

pulsa akan mengalami atenuasi dan cacat sinyal lainnya. Georadar memiliki beberapa

parameter fisika saat pengoperasian maupun pengolahannya, di antaranya adalah

konduktivitas listrik, konstanta dielektrik, dan permeabilitas magnetiknya. Penting untuk

mengetahui besarnya niali konstatnta dielektrik (εr) untuk mengestimasi kecepatan dari

gelombang elektromagnetik yang menjalar melalui medium. Nilai konstanta dielektrik pada

beberapa medium tentu saja berbeda – beda. Tabel 1 akan menunjukan nilai konstanta

dielektrik beberapa medium.

Tabel 1. Nilai Konstanta Dielektrik (εr) dan Kecepatan Gelombang EM (Syukri, dkk. 2014)

Medium Konstanta

Dielektrik (εr)

Kecepatan Gelombang EM

(mm/ns)

Udara 1 300

Air (bersih) 81 33

Air (laut) 81 33

Pasir (kering) 3 – 6 120 – 170

Pasir (basah) 25 – 30 55 – 60

Silt (Basah) 10 95

Tanah Liat Basah 8 -15 86 – 110

Tanah Liat Kering 3 173

Rawa 12 86

Granit 5 – 8 106 – 120

Batugamping 7 – 9 100 – 113

Dolomite 6,8 – 8 106 – 115

Basalt (Basah) 8 106

4

Batupasir 6 112

Batu Bara 4 – 5 134 – 150

Kwarsa 4,3 145

Beton 6 – 12 55 – 112

Aspal 3 – 5 134 – 173

Dalam penggunaannya, Georadar memiliki beberapa kelebihan dibandingan dengan

metode lainnya, yaitu metode ini tidak merusak (non-destructive) dan tidak mengganggu lalu

lintas Selain itu, pengoperasian yang mudah dan cepat serta menghasilkan tingkat resolusi

yang tinggi. Akan tetapi, Georadar juga memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan

dalam pemakaiannya yaitu tidak dapat dipakai pada kondisi lapangan tanah basah atau area

yang mempunyai kadar garam yang tinggi. Hal ini akan mempengaruhi gelombang yang

dihasilkan menjadi sangat lemah karena nilai konduktivitas tinggi dari medium tersebut.

Dengan begitu, dalam pengukuran Georadar penting untuk mengetahui lebih dahulu

mengenai karateristik medium yang diukur.

Pada pengumpulan data menggunakan dua frekuensi Georadar yang berbeda yaitu, 100

MHz dan 250 MHz. Pemakaian dua frekuensi ini digunakan untuk saling melengkapi

kekurangan satu sama lain. Georadar 100 MHz akan memancarkan gelombang dengan

kerapatan gelombang yang besar sehingga penetrasi kedalaman yang terbaca lebih dalam

tetapi resolusi yang dihasilkan tidak terlalu tajam. Berbanding terbalik dengan Georadar 250

MHz yang memancarkan gelombang dengan kerapatan gelombang yang lebih rapat sehingga

resolusi yang dihasilkan lebih baik tetapi penetrasi kedalaman lebih dangkal. Dengan

kekurangan masing-masing inilah, pemakaian dua frekuensi Georadar dalam pengambilan

data diharapkan menghasilkan hasil yang lengkap dan akurat. Tabel 2 menunjukkan

jangkauan kedalaman berdasarkan frekuensi.

Tabel 2. Jangkauan kedalaman berdasarkan frekuensi (PT. Abhinaya)

Frekuensi Kedalaman Keterangan

6 Ghz ≤ 0,5 meter kondisi kering

4 Ghz ≤ 0,5 meter kondisi kering

1,5 Ghz ≤ 2 meter kondisi kering

1 Ghz ≤ 2 meter kondisi kering

400 MHz ≤ 5 meter kondisi kering

400 MHz ≤ 3 meter kondisi basah

250 MHz ≤ 10 meter kondisi kering

250 MHz ≤ 5 meter kondisi basah

1.1 Ouput Radargram Untuk Utilitas

Hasil keluaran dari integrasi metode antara Georadar frekuensi 100 MHz dan 250 MHz

merupakan sebuah suspect atau dugaan dari keberadaan utilitas berdasarkan kedalamannya.

5

Model suspect tersebut dalam Georadar tergambarkan pada radargram dengan tampilan

hyperbola. Hyperbola merupakan penggambaran radar dari target utilitas di bawah

permukaan. Hyperbola mewakili objek yang berbeda dalam komposisi materialnya dari apa

yang mengelilinginya. Bila terdapat anomali hyperbola muncul secara continue dari sumbu

lintasan deteksi, bisa ditarik sebuah kesimpulan jika terdapat suatu jaringan utilitas. Sehingga

dapat dibuat sebuh jalur suspect utilitas berdasarkan hal tersebut. Tetapi jika anomali

hyperbola tidak continue (hanya berada pada satu sumbu lintasan saja) dapat diartikan jika

kehadiran hyperbola tersebut merupakan sebuah “anomali” yang tidak dikenal (batu, batang

pohon, dll).

2. Radio Frequency Location

Radio Frequency Location (RFL) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

mendeteksi keberadaan jalur dan kedalaman dari suatu jaringan utilitas (Pipa dan Kabel) yang

tertanam di bawah permukaan tanah dengan memanfaatkan penjalaran medan gelombang

elektromagnetik (EM). Radio Frequency Location (RFL) juga dikategorikan sebagai metode

tes tanpa merusak (Non Destruction Testing).

Penggunaan metode Radio Frequency Location dengan Alat Pipe and Cable Locator

menggunakan 2 (Dua) alat yang digunakan yakni Transmitter (Tx) dan Receiver (Rx).

Adapun fungsi dari Transmitter (Tx) adalah untuk memancarkan frekuensi, serta Receiver

(Rx) untuk menangkap frekuensi. Alat Pipe & Cable Locator dapat digunakan dengan 2

(dua) metode teknis yakni metode teknis pasif dan metode teknis aktif. Adapun perbedaan

dari metode teknis tersebut yakni metode teknis pasif memanfaatkan adanya radiasi medan

gelombang elektromagnetik yang mengalir pada jaringan utilitas objek deteksi (Kabel Power)

serta metode teknis aktif memanfaatkan medan gelombang elektromagnetik yang di

pancarkan oleh Transmitter (Tx) kepada utilitas objek yang kemudian ditangkap oleh

Receiver (Rx).

Adapun kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan Pipe & Cable Locator dalam

deteksi utilitas, antara lain: Pipe & Cable Locator dapat menemukan utilitas objek yang ada

di bawah permukaan tanah, melacak jalur dan mengidentifikasi kedalaman dari suatu utilitas

objek, dan mengidentifikasi kegunaan jenis objek.

Keterbatasan Radio Frequency Location yakni adanya gangguan dari jaringan transmisi

listrik tegangan tinggi dan jaringan transmisi gelombang radio karena akan mempengaruhi

sinyal frekuensi yang diterima oleh receiver dari sinyal frekuensi induksi yang diberikan oleh

transmitter.

6

Receiver (Rx)

Transmitter 10Tx

Transmitter 150Tx

Gambar 1. Receiver , Transmitter 10Tx, Transmitter 150Tx

Pemilihan Transmitter (Tx) dalam deteksi utilitas objek yang ditransmisikan dan

metode pengolahan sinyal tergantung pada beberapa hal, yaitu: Jenis objek yang akan

dideteksi, diameter suatu utilitas objek (Kabel dan Pipa), kedalaman objek, kondisi dan jenis

tanah, frekuensi sinyal dan daya transmitter.

Tabel 3. Penggunaan Frekuensi Pada Receiver (Rx) dan Transmitter (Tx)

Instrument Current Type Frequency Method Detect

Transmitter

DC Loc-10Tx 98 to 512 Hz Induction,

Clamp

Cable Power

AC / DC Loc-150Tx 98 to 512 Hz Direct

Conection

Pipe and

High voltage

Receiver DC VLocPro2 16 Hz to 200

kHz

√ √

*Receiver dapat mendeteksi utilitas berdasarkan pada frekuensi yang sama dari Transmitter

METODOLOGI

Pengambilan data georadar menggunakan instrumentasi GroundVue Utsi Electronic

frequency 100 MHz dan 250 MHz dengan banyaknya lintasan yang diambil adalah 5 lintasan

sumbu X dan 5 lintasan sumbu Y seperti yang tercantum dalam desain survey pengambilan

data (Gambar 2). Pengambilan data sumbu X diambil berlawanan arah atau memotong arah

dari keberadaan utilitas. Sedangkan sumbu Y diambil selaras dengan arah keberadaan utilitas.

Adapun deteksi utilitas objek menggunakan alat Pipe & Cable Locator yang dilakukan

dengan instrumentasi Pipe & Cable Locator Vivax Metrotech VLocPro2. Metode deteksi

dilakukan dengan metode teknis aktif serta metode teknis pasif. Metode teknis aktif

dilakukan dengan mengalirkan arus listrik dari perangkat Transmitter (Tx) yang terhubung

pada utilitas objek yang ada di permukaan tanah Cathodic Protection (CP) atau Panel Box

(PB) serta mengatur frekuensi Transmitter (Tx) sama dengan frekuensi Receiver (Rx)

7

sedangkan metode pasif yakni hanya dengan menggunakan instrument Receiver (Rx) dengan

frekuensi 50 Hz. Pengolahan data dilakukan dengan software ReflexW untuk data Georadar

dan software Google Earth untuk plotting / marking koordinat hasil pinpointing di area

deteksi.

Gambar 2. Peta Desain Survei Georadar dan Pipe & Cable Locator

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Georadar 100 MHz

Gambar 3. Lintasan X-01 dengan panjang 73 meter dan lintasan Y-01 dengan panjang 28 meter.

8

Gambar 4. Lintasan X-02 dengan panjang 44 meter dan lintasan Y-02 dengan panjang 55 meter.

Gambar 5. Lintasan X-03 dengan panjang 31 meter dan lintasan Y-03 dengan panjang 48 meter.

Gambar 6. Lintasan X-04 dengan panjang 33 meter dan lintasan Y-04 dengan panjang 141 meter.

Gambar 7. Lintasan X-05 dengan panjang 25 meter dan lintasan Y-05 dengan panjang 129 meter.

9

Dari hasil radargram, dapat terlihat adanya efek hiperbola yang dicurigai sebagai anomali

dari utilitas (ditunjukkan oleh lingkaran merah). Bila diperhatikan dan dibandingkan dengan

tampilan hasil radargram pada area diluar lingkaran, dapat dilihat bila tampilan reflektor

terlihat berbeda. Tampilan reflektor yang dicurigai sebagai anomali tersebut terlihat sedikit

berbentuk hiperbola dengan ujung agak tajam sedangkan pada area di luar lingkaran merah

tampilan reflektor cenderung homogen dan datar. Terlihat jika tampilan anomali yang

berbentuk hiperbola dengan ujung yang tajam serta adanya multiple (pengulangan refleksi)

yang berlanjut menuju ke bagian bawah, dapat di interpretasikan bila tampilan anomali

tersebut merupakan tanda dari utilitas kabel listrik/kabel power. Bila dilihat dari tampilan

bentuk anomali, kedalaman dan juga informasi visual di lapangan, dapat di interpretasikan

sebagai Kabel Power. Tabel 4 menunjukkan kedalaman dan jenis anomali utilitas yang

terdeteksi.

Tabel 4. Kedalaman dan Jenis Anomali Terdeteksi

Lintasan Kedalaman (meter) Anomali

X-01 ± 2,9 Kabel Power

Y-01 ± 2 Kabel Power

± 2 Kabel Power

X-02 ± 3,5 Kabel Power

X-03 ± 3,6 Kabel Power

X-04 ± 3,8 Kabel Power

X-05 ± 3,8 Kabel Power

Keterdapatan anomali pada sumbu X dimulai dari X-01 kemudian ditemukan kembali

pada X-02 dan seterusnya hingga X-05 dengan range kedalaman yang tidak terlalu jauh.

Maka dari itu dapat dikatakan jika terdapat suspect anomali utilitas Kabel Power

menerus/continue dimulai dari X-01 hingga X-05 pada kedalaman ± 2,9 meter hingga ± 3,8

meter. Sedangkan pada sumbu Y terdapat anomali utilitas pada lintasan Y-01, tetapi pada

lintasan Y-02 hingga Y-05 tidak ditemukan tampilan dari anomali hyperbola. Sehingga dapat

disimpulkan jika keterdapatan anomali pada lintasan Y-01 pada kedalaman ± 2 meter

merupakan Kabel Power yang crossing dengan utilitas pada sumbu X-01.

10

2. Georadar 250 MHz

Gambar 8. Lintasan X-01 dengan panjang 85 meter dan lintasan Y-01 dengan panjang 26 meter.

Gambar 9. Lintasan X-02 dengan panjang 42 meter dan lintasan Y-02 dengan panjang 60 meter.

Gambar 10. Lintasan X-03 dengan panjang 36 meter dan lintasan Y-03 dengan panjang 43 meter.

Gambar 11. Lintasan X-04 dengan panjang 232 meter dan lintasan Y-04 dengan panjang 145 meter.

11

Gambar 12. Lintasan X-05 dengan panjang 25 meter dan lintasan Y-05 dengan panjang 139 meter.

Hasil radargram dari X-01 dan Y-01 hingga X-05 dan Y-05, tampilan anomali hyperbola

tidak ditemukan. Hal ini dikarenakan kelemahan dari Georadar frekuensi 250 MHz dimana

penetrasi kedalaman yang dapat dicapai lebih dangkal daripada Georadar frekuensi 100 MHz,

walaupun resolusi pada tampilan radargram lebih baik. Namun dengan keterbatasan penetrasi

kedalaman tersebut dapat diatasi dengan penggunaan Georadar frekuensi 100 MHz yang

dapat menjangkau kedalaman yang lebih dalam. Hal ini dapat disimpulkan bila pada

kedalaman dangkal (0 meter sampai dengan ± 1,5 meter) tidak ditemukan anomali utilitas

apapun, sehingga pada kedalaman tersebut merupakan jalur yang aman untuk pemasangan

utilitas baru. Selain itu, adanya perbedaan sifat medium akan mempengaruhi hasil

pengukuran. Bila medium memiliki nilai konduktifitas tinggi maka hasil dari georadar tidak

maksimal, artinya gelombang akan mengalami atenuasi/pelemahan sehingga penetrasi

kedalaman dan juga resolusi yang dihasilkan tidak terlalu baik.

3. Pipe & Cable Locator

Gambar 13. Hasil Deteksi Pipe Cable & Locator Power 150 kV (d= 3,78 m; i= 8,269 A; f=50 Hz)

12

Gambar 14. Hasil Deteksi Pipe Cable & Locator Power 20 kV (d= 1,94 m; i= 4,185 A; f=50 Hz)

Penggunaan alat pipe & cable locator pada kegiatan deteksi ini adalah sebagai

validator untuk mengetahui arah dari kedalaman utilitas (kabel, metal, konduktor) yang ada di

bawah permukaan tanah. Hasil deteksi menggunakan alat pipe & cable locator pada marking

point (Log 01 s/d Log 07) menunjukkan adanya jalur Kabel Power 20 kV (diinterpretasikan

dengan garis warna merah) berada di sisi kanan dan kiri jalan / area deteksi dengan

kedalaman berkisar antara 1,32 – 2,95 meter, serta hasil deteksi marking point (Log 08 s/d

Log 14) menunjukkan adanya jalur Kabel Power 150 kV (diinterpretasikan dengan garis

warna merah tua) berada crossing terhadap jalan area deteksi kedalaman berkisar antara 3,26

– 6,36 meter. Tabel 5 menunjukkan kedalaman dan jenis anomali utilitas yang terdeteksi.

Tabel 5. Kedalaman dan Jenis Anomali Terdeteksi

No. Log Kedalaman (m) Jenis Utilitas

01 1,94 Kabel Power 20 kV

02 2,35 Kabel Power 20 kV

03 1,60 Kabel Power 20 kV

04 1,47 Kabel Power 20 kV

05 2,35 Kabel Power 20 kV

06 1,65 Kabel Power 20 kV

07 1,80 Kabel Power 20 kV

08 4,45 Kabel Power 150 kV

09 3,79 Kabel Power 150 kV

10 4,87 Kabel Power 150 kV

11 4,17 Kabel Power 150 kV

12 3,78 Kabel Power 150 kV

13 5,05 Kabel Power 150 kV

14 3,26 Kabel Power 150 kV

13

4. Analisa Integrasi Metode Georadar dan Pipe & Cable Locator

Hasil dari integrasi metode Georadar frekuensi 100 MHz dan 250 MHz serta Pipe &

Cable Locator untuk deteksi utilitas adalah jalur utilitas yang telah di deteksi. Gambar 15

memuat hasil dari deteksi Georadar dan Pipe & Cable Locator yang telah diposisikan/

terdeteksi di kawasan tersebut. Selanjutnya Gambar 16, merupakan pin pointing dari titik

utilitas terdeteksi untuk dihubungkan satu sama lainnya berdasarkan utilitas terdeteksi (Kabel

Power 20 kV dan 150 kV). Utilitas terdeteksi dapat diidentifikasi dengan pipe and cable

locator dan atau secara visual di permukaan tanah. Sehingga, indikasi jalur utilitas berupa

Kabel Power dapat diketahui jalurnya.

Gambar 15. Point marking jalur utilitas berdasarkan deteksi Pipe & Cable Locator.

Gambar 16. Suspect jalur utilitas berdasarkan hasil deteksi Georadar dan Pipe & Cable Locator

Kabel Power 150 kV

Kabel Power 20 kV

Kabel Power 20 kV

14

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil, analisa dan pembahasan terkait dengan deteksi utilitas menggunakan

Georadar (GPR 100 MHz dan 250 MHz) serta Pipe and Cable Locator di kawasan industri

Delta Mas dapat disimpulkan:

1. Hasil analisa Georadar frekuensi 100 MHz, frekuensi 250 Mhz dan Pipe & cable

Locator ialah:

Instrumentasi Kedalaman (meter) Anomali

Georadar 100 MHz 2 – 3,8 Kabel Power

Georadar 250 MHz - -

Pipe & Cable Locator 1,47 – 2,35 Kabel Power 20 kV

3,26 – 5,05 Kabel Power 150 kV

Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran Georadar dan Pipe &

Cable Locator saling melengkapi.

2. Keterbatasan Georadar frekuensi 250 MHz tidak dapat mendeteksi kedalaman ≥ 1,5

meter dikarenakan adanya terbatasnya kemampuan alat untuk penetrasi kedalaman

yang lebih dalam dan juga adanya pengaruh sifat medium mempengaruhi kemampuan

kerja alat.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafy, Sh. M. and Gamal, M. A., 2005. Detection of Subsurface Utilities Using GPR

Techniques: SAGEEP 2005, April 3-7, 2005, P. 451 -456

Hunaidi, O. Chu W. Wang A. Guan W. 2000. Detecting leaks in plastic pipes. J Am Water

Work Assoc 92:82–94

Rashed, M. Mansour, A. 2012. On the Application of GPR for Locating Underground

Utilities in Urban Areas. Saudi Society for Geosciences 6:3505-3511.

Syukri, M. Djalil, A. Muttaqin, dkk. 2014. Aplikasi Ground Penetrating Radar (GPR) untuk

Mendeteksi Objek pada Berbagai Media. Seminar Nasional MIPAnet 2014.

Tong L. 1993. Application of Ground Penetrating Radar to Locate Underground Pipes. Terr

Atmos Ocean Sci 4:171–178.

Utsi, Ericka Carrick. 2017. Ground Penetrating Radar: Theory and Practice. United

Kingdom: Butterworth-Heinemann.

Yelf R,. 2007. Application of Ground Penetrating Radar to Civil and Geotechnical

Engineering. Electromagn Phenom 7:102–117.

15

Alamat Korespondensi

Nama Penulis Surel Korespondensi Instansi Basic Science

Anggit Pranatya Wardana anggit@abhinaya-

mb.com

PT. Abhinaya

Mappindo

Bumitala

Fisika, UNNES

Niken Ramadianti niken@abhinaya-

mb.com

Teknik

Geofisika, UPN

“Veteran”

Yogyakarta

Risal Noska Thyodores [email protected]

Mentor Donar Alamsyah Saragih donar@abhinaya-

mb.com

DOKUMENTASI LAPANGAN

PT. Abhinaya Mappindo Bumitala

16