hukum menutup muka bagi wanita

4
HUKUM MENUTUP MUKA BAGI WANITA (CADAR)? Pertanyaan. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : " Bagaimana hukum wanita menutup muka (cadar) ?" Jawaban. Kami tidak mengetahui ada seorangpun dari shahabat yang mewajibkan hal itu. Tetapi lebih utama dan lebih mulia bagi wanita untuk menutup wajah. Adapun mewajibkan sesuatu harus berdasarkan hu kum yang jelas dalam syari'at. Tidak  boleh mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan Allah. Oleh karena itu saya telah membuat satu pasal khusus dalam kitab 'Hijabul Mar'aatul Muslimah', untuk membantah orang yang menganggap bahwa menutup wajah wanita adalah bid'ah. Saya telah jelaskan bahwa hal ini (menutup wajah) adalah lebih utama bagi wanita. Hadits Ibnu Abbas menjelaskan bahwa wajah dan kedua telapak tangan bukan termasuk aurat, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam 'Al-Mushannaf'. Pendapat kami adalah bahwa hal ini bukanlah hal yang baru. Para ulama dari kalangan 'As Salafus Shalih' dan para ahli tafsir seperti Ibnu Jarir Ath-Thabari dan lain-lain mengatakan bahwa wajah bukan termasuk aurat tetapi menutupnya lebih utama. Sebagian dari mereka berdalil tentang wajibnya menutup wajah bagi wanita dengan kaidah. "Artinya : Mencegah kerusakan didahulukan daripada mengambil kemanfaatan" Tanggapan saya. Memang kaidah ini bukan bid'ah tapi sesuatu yang berdasarkan syari'at. Sedangkan orang yang pertama menerima syari'at adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian orang-orang yang menerima syari'at ini dari  beliau adalah para shahabat. Para Shahabat tentu sudah memahami kaidah ini, walaupun mereka belum menyusunnya dengan tingkatan ilmu ushul fiqih seperti di atas. Telah kami sebutkan dalam kitab 'Hijaab Al-Mar'aatul Muslimah' kisah seorang wanita 'Khats'amiyyah' yang dipandangi oleh Fadhl bin 'Abbas ketika Fadhl sedang dibonceng oleh Nabi Shallallahu 'laihi wa sallam, dan wanita itupun melihat Fadhl. Ia adalah seorang yang tampan dan wanita itupun seorang yang cantik. Kecantikan wanita ini tidak mungkin bisa diketahui jika wanita itu menutup wajahnya dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu memalingkan wajah Fadhl ke arah lain. Yang demikian ini menunjukkan bahwa wanita tadi membuka wajahnya. Sebagian mereka mengatakan bahwa wanita tadi dalam keadaan ber-ihram, sehingga boleh baginya membuka wajah. Padahal tidak ada tanda-tanda sedikitpun bahwa wanita tadi sedang ber-ihram. Dan saya telah men-tarjih (menguatkan) dalam kitab tersebut bahwa wanita itu berada dalam kondisi setelah melempar jumrah, yaitu setelah 'tahallul' awal. Dan seandainya benar wanita tadi memang benar sedang ber-ihram, mengapa Rasulullah tidak menerapkan kaidah di atas, yaitu kaidah mencegah kerusakan .?!

Upload: denny-rivani

Post on 07-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/3/2019 Hukum Menutup Muka Bagi Wanita

http://slidepdf.com/reader/full/hukum-menutup-muka-bagi-wanita 1/3

HUKUM MENUTUP MUKA BAGI WANITA (CADAR)?

Pertanyaan.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : "Bagaimana hukum wanita

menutup muka (cadar) ?"

Jawaban.Kami tidak mengetahui ada seorangpun dari shahabat yang mewajibkan hal itu.

Tetapi lebih utama dan lebih mulia bagi wanita untuk menutup wajah. Adapun

mewajibkan sesuatu harus berdasarkan hukum yang jelas dalam syari'at. Tidak 

 boleh mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan Allah.

Oleh karena itu saya telah membuat satu pasal khusus dalam kitab 'Hijabul

Mar'aatul Muslimah', untuk membantah orang yang menganggap bahwa menutup

wajah wanita adalah bid'ah. Saya telah jelaskan bahwa hal ini (menutup

wajah) adalah lebih utama bagi wanita.

Hadits Ibnu Abbas menjelaskan bahwa wajah dan kedua telapak tangan bukantermasuk aurat, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam

'Al-Mushannaf'.

Pendapat kami adalah bahwa hal ini bukanlah hal yang baru. Para ulama dari

kalangan 'As Salafus Shalih' dan para ahli tafsir seperti Ibnu Jarir 

Ath-Thabari dan lain-lain mengatakan bahwa wajah bukan termasuk aurat tetapi

menutupnya lebih utama.

Sebagian dari mereka berdalil tentang wajibnya menutup wajah bagi wanita

dengan kaidah.

"Artinya : Mencegah kerusakan didahulukan daripada mengambil kemanfaatan"

Tanggapan saya.

Memang kaidah ini bukan bid'ah tapi sesuatu yang berdasarkan syari'at.

Sedangkan orang yang pertama menerima syari'at adalah Rasulullah Shallallahu

'alaihi wa sallam. Kemudian orang-orang yang menerima syari'at ini dari

 beliau adalah para shahabat. Para Shahabat tentu sudah memahami kaidah ini,

walaupun mereka belum menyusunnya dengan tingkatan ilmu ushul fiqih seperti

di atas.

Telah kami sebutkan dalam kitab 'Hijaab Al-Mar'aatul Muslimah' kisah seorang

wanita 'Khats'amiyyah' yang dipandangi oleh Fadhl bin 'Abbas ketika Fadhl

sedang dibonceng oleh Nabi Shallallahu 'laihi wa sallam, dan wanita itupun

melihat Fadhl. Ia adalah seorang yang tampan dan wanita itupun seorang yang

cantik. Kecantikan wanita ini tidak mungkin bisa diketahui jika wanita itu

menutup wajahnya dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu

memalingkan wajah Fadhl ke arah lain. Yang demikian ini menunjukkan bahwa

wanita tadi membuka wajahnya.

Sebagian mereka mengatakan bahwa wanita tadi dalam keadaan ber-ihram,

sehingga boleh baginya membuka wajah. Padahal tidak ada tanda-tandasedikitpun bahwa wanita tadi sedang ber-ihram. Dan saya telah men-tarjih

(menguatkan) dalam kitab tersebut bahwa wanita itu berada dalam kondisi

setelah melempar jumrah, yaitu setelah 'tahallul' awal.

Dan seandainya benar wanita tadi memang benar sedang ber-ihram, mengapa

Rasulullah tidak menerapkan kaidah di atas, yaitu kaidah mencegah kerusakan

.?!

Kemudian kami katakan bahwa pandangan seorang lelaki terhadap wajah wanita,

8/3/2019 Hukum Menutup Muka Bagi Wanita

http://slidepdf.com/reader/full/hukum-menutup-muka-bagi-wanita 2/3

tidak ada bedanya dengan pandangan seorang wanita terhadap wajah lelaki dari

segi syari'at dan dari segi tabi'at manusia.

Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman. 'Hendaknya mereka

menahan pandangannya" [An-Nuur : 30]

Maksudnya dari (memandang) wanita.

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan katakanlah kepada wanita yang beriman. 'Hendaklah mereka

menahan pandangannya" [An-Nuur : 31]

Maksudnya yaitu jangan memandangi seorang laki-laki.

Kedua ayat diatas mengandung hukum yang sama. Ayat pertama memerintahkanmenundukkan pandangan dari wajah wanita dan ayat kedua memerintahkan

menundukkan pandangan dari wajah pria.

Sebagaimana kita tahu pada ayat kedua tidak memerintahkan seorang laki-laki

untuk menutup. Demikian pula ayat pertama tidak memerintahkan seorang wanita

untuk menutup wajah.

Kedua ayat di atas secara jelas mengatakan bahwa di zaman Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa sallam ada sesuatu yang biasa terbuka dan bisa

dilihat yaitu wajah. Maka Allah, Sang Pembuat syari'at dan Yang Maha

Bijaksana memerintahkan kepada kedua jenis menusia (laki-laki dan perempuan)

untuk menundukkan pandangan masing-masing.

Adapun hadits.

"Artinya : Wanita adalah aurat"

Tidak berlaku secara mutlak. Karena sangat mungkin seseorang boleh

menampakkan auratnya di dalam shalat.

Yang berpendapat bahwa wajah wanita itu aurat adalah minoritas ulama.Sedangkan yang berpendapat bahwa wajah bukan aurat adalah mayoritas ulama

(Jumhur).

Hadits diatas, yang berbunyi.

"Artinya : Wanita adalah aurat, jika ia keluar maka syaithan memperindahnya"

Tidak bisa diartikan secara mutlak. Karena ada kaidah yang berbunyi :

"Dalil umum yang mengandung banyak cabang hukum, dimana cabang-cabang hukum

itu tidak bisa diamalkan berdasarkan dalil umum tersebut, maka kita tidak 

 boleh berhujah dengan dalil umum tersebut untuk menentukan cabang-cabanghukum tadi".

Misalnya : Orang-orang yang menganggap bahwa 'bid'ah-bid'ah' itu baik adalah

 berdasarkan dalil yang sifatnya umum. Contoh : Di negeri-negeri Islam

seperti Mesir, Siria, Yordania dan lain-lain.... banyak orang yang membaca

shalawat ketika memulai adzan. Mereka melakukan ini berdasarkan dalil yang

sangat umum yaitu firman Allah.

"Artinya : Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk Nabi dan

8/3/2019 Hukum Menutup Muka Bagi Wanita

http://slidepdf.com/reader/full/hukum-menutup-muka-bagi-wanita 3/3

ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" [Al-Ahzaab : 56]

Dan dalil-dalil lain yang menjelaskan keutamaan shalawat kepada Nabi

Shallallahu 'alaihi wa sallam yang merupakan dalil-dalil umum (yang tidak 

 bisa daijadikan hujjah dalam adzan yang memakai shalawat, karena ia

membutuhkan dalil khusus, wallahu a'lam, -pent-).

Mewajibkan wanita menutup wajah. Berdasarkan hadits : "Wanita adalah aurat",

adalah sama dengan kasus di atas. Karena wanita (Shahabiyah) ketika

melaksanakan shalat mereka umumnya membuka wajah. Demikian pula ketika

mereka pulang dari masjid, sebagian mereka menutupi wajah, dan sebagian yang

lain masih membuka wajah.

Jika demikian hadits diatas (wanita adalah aurat), tidak termasuk wajah dan

telapak tangan. Prinsip ini tidak pernah bertentangan dengan praktek 

orang-orang salaf (para shahabat).

[Fatwa-Fatwa Albani, hal 150-154 Pustaka At-Tauhid]