hubungan skeptisisme profesional auditor, …eprints.undip.ac.id/35529/1/jurnal_aldiansyah.pdf ·...

36
1 HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, INDEPENDENSI, ETIKA, KEAHLIAN, DAN PENGALAMAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBERIAN OPINI AUDIT OLEH AUDITOR ( Studi Empiris pada KAP di Jakarta ) Aldiansyah Utama Prihandono Indira Januarti, S.E, M.Si, Akt. Abstract The focus of this study analyzed the relationship of professional skepticism, auditors, audit situation, the independence, expertise, and experience with the decision to give an audit opinion by the auditor. The purpose of this study was to analyze and obtain empirical evidence on the relationship of professional skepticism in auditing, audit situation, independence, ethics, expertise, and experience with the decision to give an audit opinion by the auditor. The population in this study is the auditor who worked on the Firm in Jakarta, while the sample is 60 auditors. Sampling techniques in the study were covenience sampling. The type of data is primary data by the method of data collection questionnaire. Analysis tool used is multiple regression. The results of this study are: professional skepticism auditors, audit situations, and experience has a significant influence on the decision to give an audit opinion by the auditor. The independence, ethics, and expertise has no significant influence on the decision to give an audit opinion by the auditor, the auditor in this study are mostly junior auditor, the audit related to the implementation of the audit team leader. Keywords: Auditor Professional Scepticsm, Situation Audit, Independence, Ethics, Expertise, Experience and Decision granting Audit Opinion Audit by Auditor.

Upload: dangcong

Post on 31-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR,

SITUASI AUDIT, INDEPENDENSI, ETIKA, KEAHLIAN, DAN

PENGALAMAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBERIAN OPINI

AUDIT OLEH AUDITOR

( Studi Empiris pada KAP di Jakarta )

Aldiansyah Utama Prihandono

Indira Januarti, S.E, M.Si, Akt.

Abstract

The focus of this study analyzed the relationship of professional

skepticism, auditors, audit situation, the independence, expertise, and experience

with the decision to give an audit opinion by the auditor. The purpose of this study

was to analyze and obtain empirical evidence on the relationship of professional

skepticism in auditing, audit situation, independence, ethics, expertise, and

experience with the decision to give an audit opinion by the auditor.

The population in this study is the auditor who worked on the Firm in

Jakarta, while the sample is 60 auditors. Sampling techniques in the study were

covenience sampling. The type of data is primary data by the method of data

collection questionnaire. Analysis tool used is multiple regression.

The results of this study are: professional skepticism auditors, audit

situations, and experience has a significant influence on the decision to give an

audit opinion by the auditor. The independence, ethics, and expertise has no

significant influence on the decision to give an audit opinion by the auditor, the

auditor in this study are mostly junior auditor, the audit related to the

implementation of the audit team leader.

Keywords: Auditor Professional Scepticsm, Situation Audit, Independence, Ethics,

Expertise, Experience and Decision granting Audit Opinion Audit by

Auditor.

2

I. PENDAHULUAN

Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun

terakhir. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang

dimiliki oleh auditor masih diragukan, kompetensi dan independensi merupakan

dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor (Alim, dkk 2007).

Auditing merupakan suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa

laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini

yang masuk akal tetapi tidak dijamin sepenuhnya mengenai kewajaran dan

kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Tujuan akhir dari

proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang

digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada

para pemakai laporan keuangan sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakai

laporan keuangan dalam membaca sebuah laporan keuangan (Gusti dan Ali,

2008).

Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah

perusahaan, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi

yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa

memberikan suatu keputusan opini audit. Penelitian ini mengacu dari penelitian

Gusti dan Ali (2008), yang menganalisis hubungan skeptisisme profesional

auditor, situasi audit, etika, pengalaman, dan keahlian audit dengan ketepatan

pemberian opini audit oleh akuntan publik. Fokus pada penelitian ini menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

Sesuai dengan saran yang diberikan pada penelitian sebelumnya, penelitian ini

melakukan penambahan variabel bebas, yaitu independensi auditor (Sukriah, dkk

2008). Oleh sebab itu, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:

apakah skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian

audit, dan pengalaman berpengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit

oleh auditor. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah KAP yang ada di

Jakarta.

3

II. TELAAH PUSTAKA

2.1. Teori Identitas Sosial

Teori identitas sosial menyatakan bahwa identitas sosial dari seorang

individu berasal dari proses kategorisasi pribadi melalui individu yang secara

kognitif akan membentuk kelompoknya sendiri dengan pihak lainnya (Yuvisa,

dkk 2008). Kategorisasi pribadi ini berperan sebagai titik awal untuk berpikir dan

melakukan hubungan sosial. Teori Identitas Sosial memunculkan kemungkinan

bahwa seseorang yang bekerja dalam sebuah perusahaan jasa yang memiliki

identifikasi langsung dengan klien yang menjadi bagian utama dalam pekerjaan

mereka. Auditor mungkin akan bekerja dengan klien untuk periode waktu yang

sangat lama dan dilakukan secara berulang-ulang, ini akan memunculkan

identifikasi klien. Untuk melakukan proses auditing yang efektif dan efisien, maka

auditor harus memahami bisnis klien, oleh karena itu auditor akan cenderung

melakukan identifikasi terhadap klien (Yuvisa, dkk 2008).

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menghubungkan variabel

independensi dan pengalaman auditor dengan Teori Identitas Sosial. Teori

Identitas Sosial memunculkan identifikasi klien yang memungkinkan auditor

melakukan interaksi sosial kepada klien dalam jangka waktu periode yang cukup

lama, sehingga diduga akan memiliki pengaruh terhadap sikap independensi

seorang auditor. Selain itu, adanya identifikasi klien juga akan berdampak pada

pengalaman seorang auditor, ini dapat dipahami karena pada saat proses

identifikasi klien, auditor cenderung melakukan interaksi sosial yang intens dalam

kurun waktu yang relatif lama agar dapat lebih memahami bagaimana bisnis klien

berjalan, sehingga pengalaman bekerja auditor akan meningkat.

2.2 Skeptisisme Profesional Auditor

SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik, 2001:230.2), menyatakan

skeptisisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang

selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.

Para teoritis dan praktisi auditing sepakat bahwa skeptisisme profesional

merupakan sikap mutlak yang harus dimiliki auditor (Tuanakota, 2011).

4

Salah satu penyebab dari suatu kegagalan audit adalah rendahnya

skeptisisme profesional. Auditor yang dengan disiplin menerapkan skeptisisme

profesional tidak akan terpaku pada prosedur yang tertera dalam program audit.

Skeptisisme profesional akan membantu auditor dalam menilai dengan kritis

resiko yang dihadapi dan memperhitungkan resiko tersebut dalam bermacam-

macam keputusan untuk menerima atau menolak klien, memilih metode dan

teknik audit yang tepat, menilai bukti-bukti audit yang dikumpulkan dan

seterusnya. Kee dan Knox’s (1970) menyatakan bahwa skeptisisme profesional

auditor dipengaruhi oleh faktor kecondongan etika, situasi, dan pengalaman.

Peneliti menghubungkan Konsep Skeptisisme Profesional Auditor ini

dengan etika, situasi, pengalaman, dan keahlian seorang auditor terhadap

keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Ini dimungkinkan karena dengan

meningkatnya sikap skeptisime profesional auditor, diharapkan etika, penguasaan

situasi, pengalaman, dan keahlian auditor juga akan meningkat sehingga akan

memberikan pengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

2.3 Independensi

Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa independensi

adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai

kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan

prinsip integritas dan obyektivitas.

Arens dan Lobbecke (2002) mengartikan independensi sebagai pandangan

yang tidak memihak dalam proses pemeriksaan.

Bahwa yang disebut independen dalam pemeriksaan adalah :

1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, obyektifitas dan kebebasan

auditor yang tidak terpengaruh.

2. Kepercayaan auditor terhadap integritas profesionalnya.

3. Kemampuan auditor meningkatkan kredibilitas pernyataan terhadap laporan

keuangan yang diperiksa. suatu sikap mental auditor yang jujur dan ahli serta

tindakan bebas dari bujukan, pengaruh dan pengendalian pihak lain dalam

pelaksanaan perencanaan penilaian, hasil pemeriksaannya.

5

2.4 Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Independensi,

Etika, Keahlian Audit, dan Pengalaman terhadap Keputusan Pemberian

Opini Audit oleh Auditor.

2.4.1 Skeptisisme Profesional Auditor

Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang

selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit

(SPAP, 2001:230.2). Auditor yang dengan disiplin menerapkan skeptisisme

profesional tidak akan terpaku pada prosedur yang tertera dalam program audit,

sehingga menghasilkan hasil kualitas audit yang lebih baik (Tuanakota, 2011).

Skeptisisme profesional menjadi salah satu faktor dalam menentukan

kemahiran profesional seorang auditor. Kemahiran profesional akan sangat

mempengaruhi keputusan pemberian opini oleh seorang auditor. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa sikap skeptisisime seorang auditor dalam melakukan audit,

diduga akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini auditor tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :

H1: Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap

keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

2.4.2 Situasi Audit

Kee dan Knox’s (1970), menyatakan bahwa situasi audit adalah kondisi

resiko yang dihadapi oleh klien. Kondisi ini dimungkinkan karena situasi audit

yang semakin beresiko akan membuat auditor lebih berhati-hati dalam

memberikan hasil auditnya, sehingga akan memberikan ketepatan pemberian

opini audit yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang

diajukan adalah :

H2: Faktor situasi audit berpengaruh positif terhadap keputusan

pemberian opini audit oleh auditor.

6

2.4.3 Independensi

Teori Identitas Sosial memunculkan kemungkinan bahwa seseorang yang

bekerja dalam sebuah perusahaan jasa yang memiliki identifikasi langsung dengan

klien yang menjadi bagian utama dalam pekerjaan mereka. Ini sangat erat

kaitannya dengan pekerjaan seorang auditor, karena auditor mungkin akan bekerja

dengan klien untuk periode waktu yang sangat lama dan dilakukan secara

berulang-ulang yang pada akhirnya akan memunculkan identifikasi klien. Dengan

kondisi tersebut, maka independensi seorang auditor harus tetap terjaga agar

menghasilkan hasil audit yang baik. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam

SPAP, 2001) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan

perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”.

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mencoba menguji pengaruh

independensi tersebut terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor,

dengan hipotesis sebagai berikut :

H3: Faktor Independensi berpengaruh positif terhadap keputusan

pemberian opini audit oleh auditor.

2.4.4 Etika

Arens dan Loebbecke (1996) menyatakan bahwa etika secara umum sebagai

perangkat moral dan nilai. Dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan

moral dan nilai-nilai yang berlaku. Termasuk para auditor didalamnya,

diharapkan oleh masyarakat untuk bertindak dengan prinsip moral yang ada, jujur,

adil dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan

kondisi sebenarnya. Hasil penelitian Suraida (2005), membuktikan secara empiris

bahwa faktor etika berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Semakin tinggi

etika seorang auditor, maka semakin baik pula ketepatan pemberian opini audit

yang dihasilkan. Hasil penelitian tersebut menjadi acuan bagi penulis bahwa etika

juga berpengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :

H4: Etika berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian opini audit

oleh auditor.

7

2.4.5 Keahlian Audit

Keahlian auditor menurut Meinhard et al (1987) dalam Harhinto (2004) di

ukur dengan prinsip akuntansi, standar auditing, jenis industri, pendidikan

strata, pelatihan, kursus dan keahlian khusus. Konsep Skeptisisme Kee dan Knox

(1970) mampu menjelaskan bagaimana keahlian audit dapat mempengaruhi

skeptisisme profesional auditor, yang juga akan mempengaruhi keputusan

pemberian opini audit yang diberikan. Berdasarkan penjelasan diatas maka

hipotesis yang diajukan adalah :

H5: Keahlian audit berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian

opini audit oleh auditor.

2.4.6 Pengalaman

Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman auditor dalam melakukan

pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya

penugasan yang pernah dilakukan. Teori Identitas Sosial yang memunculkan

identifikasi klien juga dapat menjelaskan mengenai pengalaman seorang yang

bekerja dengan klien dalam periode waktu yang lama akan mampu meningkatkan

pengalamannya, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kualitas audit yang

baik. Hasil penelitian Suraida (2005), memberikan bukti empiris bahwa

pengalaman berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian

tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pengalaman berpengaruh

terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Berdasarkan penjelasan

diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :

H6: Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap keputusan

pemberian opini audit oleh auditor.

2.5 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu tentang keputusan pemberian opini audit adalah

sebagai berikut :

8

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Hasil Penelitian

1. Gusti dan Ali, 2008 Skeptisisme

profesional auditor,

situasi audit, etika,

pengalaman,

keahlian audit dan

ketepatan pemberian

opini auditor oleh

akuntan publik

Skeptisisme profesional auditor,

situasi audit, berpengaruh

signifikan terhadap ketepatann

pemberian opini auditor oleh

akuntan publik, sedangkan etika,

pengalaman dan keahlian auditor

berpengaruh tidak signifikan

terhadap ketepatan pemberian

opini auditor oleh akuntan publik

2. Sukriah, Akram,

Inapty, 2008

Pengalaman kerja,

independensi,

obyektivitas,

integritas,

kompetensi dan

kualitas audit

Pengalaman kerja, obyektivitas

dan kompetensi berpengaruh

signifikan terhadap kualitas

audit, sedangkan independensi,

dan intergitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas

audit.

3. Alim, Hapsari dan

Purwanti, 2007

Kompetensi,

independensi, etika

auditor dan kualitas

audit

Kompetensi, independensi dan

etika auditor berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit

4. Ida Suraida, 2005 Etika, kompetensi,

pengalaman, risiko,

skeptisisme

profesional auditor

dan ketepatan

pemberian opini

audit

Etika, kompetensi, pengalaman,

risiko, dan skeptisisme

profesional auditor berpengaruh

positif terhadap ketepatan

pemberian opini audit oleh

akuntan publik.

Sumber : Berbagai Jurnal

9

2.6 Kerangka Pikir

Berdasarkan telaah pustaka serta penelitian terdahulu, maka penelitian ini

menjelaskan keputusan pemberian opini audit oleh auditor yang dipengaruhi oleh

skeptisisme profesional auditor, situasi, independensi, etika, keahlian, dan

pengalaman. Untuk membantu dalam memahami penelitian ini, diperlukan adanya

suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pikir

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan hubungan antara

variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) adalah penelian survey.

Penelitian survey merupakan penelitian lapangan yang dilakukan terhadap

beberapa sampel dari suatu populasi tertentu yang pengumpulan datanya

dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Situasi audit

H2(+)

Independensi

H3 (+)

Etika

H4(+)

Keahlian audit

H5(+)

Keputusan

pemberian opini

audit oleh auditor

Pengalaman

H6(+)

Skeptisisme Profesional

Auditor

H1(+)

10

3.2 Variabel Penelitian dan Pengukuran

Dalam operasionalisasi variabel, diperlihatkan indikator yang digunakan

untuk mengukur variabel penelitian baik variabel dependen maupun variabel

independen. Sementara skala yang digunakan untuk mengukur instrumen adalah

tipe skala likert.

Variabel independennya adalah:

1. Skeptisisme Profesional Auditor (X)

Untuk mengukurnya digunakan skenario yang dipakai Shaub dan Lawrence

(1996) yang telah diadopsi dalam penelitian Gusti dan Ali (2008), namun

disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia. Variabel ini digambarkan

dalam suatu skenario atau kasus, indikatornya adalah tingkat keraguan

auditor terhadap bukti audit, banyaknya pemeriksaan tambahan dan

konfirmasi langsung. Skala pengukurannya adalah skala likert 1-5.

2. Situasi Audit (X1)

Variabel ini digambarkan dalam suatu skenario atau kasus yang dipakai

Shaub dan Lawrence (1996) yang telah diadopsi dalam penelitian Gusti dan

Ali (2008). dimana pengukuran untuk masing-masing situasi dilakukan

bersamaan dengan pengukuran skeptisisme profesional auditor dan skala

pengukurannya adalah skala likert 1-5

3. Independensi (X2)

Variabel ini digambarkan dalam suatu skenario atau kasus, dimana

pengukuran untuk masing-masing situasi dilakukan bersamaan dengan

pengukuran skeptisisme profesional auditor dan skala pengukurannya adalah

skala likert 1-5.

4. Etika (X3)

Untuk mengukur variabel ini digunakan instrumen yang digunakan oleh

Cohen, et al (1995) yang dikembangkan oleh Loeb (1971), dan telah

digunakan pada penelitian Gusti dan Ali (2008). Skala pengukurannya yaitu

dengan menggunakan skala likert 1-5.

11

5. Keahlian Audit (X4)

Variabel ini diukur dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan

skala pengukurannya adalah skala likert 1-5.

6. Pengalaman (X5)

Variabel ini diukur dengan lamanya waktu masa kerja auditor bersangkutan.

Pada variabel ini digunakan pertanyaan terbuka.

Variabel dependen adalah keputusan pemberian opini audit oleh akuntan

publik. Variabel ini diukur melalui pemberian opini yang sesuai dengan kriteria-

kriteria yang ditetapkan dalam macam-macam opini. Semua item pertanyaan

diukur pada skala likert 1-5,

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada KAP di

Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling.

Menurut Jogiyanto (2007:73) convenience sampling dilakukan dengan memilih

sampel bebas berdasarkan faktor kemudahan yang ditentukan sendiri oleh peneliti.

3.4 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

bersumber dari jawaban responden atas beberapa item pertanyaan tentang variabel

dalam penelitian ini. Responden penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada

kantor akuntan publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara mendistribusikan kuesioner

secara langsung ke kantor akuntan publik, untuk selanjutnya kuesioner tersebut

distribusikan kepada auditor, dan melalui e-mail kepada auditor.

12

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

tanggapan responden terhadap variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu skeptisisme profesional auditor, situasi audit, etika,

pengalaman, keahlian, serta independensi.

3.6.2 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian

dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan uji validitas (Ghozali, 2005).

1) Uji Validitas menunjukan kepada keputusan dan kecermatan alat ukur dalam

melaksanakan fungsi pengukurannya. Indikator dari uji validitas adalah

pearson korelasi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel.

2) Uji konsistensi internal (reliabilitas) ditentukan dengan koefisien Cronbach

Alpha. Pengujian ini menentukan konsistensi jawaban responden atas suatu

instrumen penelitian. Menurut Hair et.al (1996) mensyaratkan suatu instrumen

yang reliabel jika memiliki koefisien Cronbach Alpha di atas 0,6.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak,

nilai residualnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah memiliki nilai residual normal atau mendekati normal. Uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov.

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi

ada atau tidaknya Multikolinearitas didalam regresi dapat dilihat dari (1) nilai

tolerance dan lawannya (2) jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10

maka tidak terjadi Multikolinearitas. Cara lain untuk mendeteksi

13

multikolinearitas adalah dengan melihat koefisien antar variabel independen.

Model regresi dikatakan tidak mengalami multikolinearitas bila korelasi antar

variabel independen lemah.

c. Uji heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji

heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Glejser, yaitu

untuk meregresi niai absolut residual terhadap variabel bebas (Imam Ghozali,

2005:72) dengan persamaan regresi sebagai berikut :

Ut = a + Xt + vi

Jika variabel bebas signifikan secara statistik, maka ada indikasi adanya

heteroskedastisitas. Demikian juga sebaliknya jika variabel bebas tidak

signifikan maka ada indikasi tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan regresi berganda, yaitu menguji pengaruh

skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian audit,

pengalaman dan keputusan pemberian opini audit.

Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut :

Y= + 1 X1 + 2 X2 + 3X3 + 4X4 + 5 X5 + 6 X6 + e

Keterangan :

Y = Keputusan pemberian opini audit

X1 = Skeptisisme professional auditor

X2 = situasi audit

X3 = independensi

X4 = etika

X5 = keahlian audit

X6 = pengalaman

= Konstanta

- 5 = Koefisien Regresi

e = Error

14

Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengujian statistik yang

dilakukan adalah:

a. Uji Model

1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan

koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah independen yang

dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel tersebut

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu

banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R2.

2. Uji F

Uji F merupakan pengujian terhadap koefisien regresi secara bersama-

sama yaitu pengaruh dari seluruh variabel indpenden (X) terhadap variabel

dependen (Y).

Langkah-langkah pengujiannya.

1) Merumuskan hipotesis

Ho : ß1 = ß2 = ß3 = ß4 = ß5 = ß6 = 0, tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari seluruh variabel indpenden (X1, X2, X3, X4, X5, X6)

terhadap variabel dependen (Y)

2) Ho : ß1 ≠ ß2 ≠ ß3 ≠ ß4 ≠ ß5 ≠ ß6 ≠ 0, artinya bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari seluruh variabel indpenden (X1, X2, X3, X4, X5, ,

X6) terhadap variabel dependen (Y) jika signifikan F < α (0,05), maka

Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

dari variabel independen terhadap variabel dependen.

15

3) Kriteria pengambilan keputusan

Ho diterima jika : F hitung > F tabel

Ho ditolak jika : F hitung < F tabel

b. Pengujian Hipotesis (Uji t )

Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna

menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap

variabel dependen. Uji t digunakan untuk pengujian secara satu per satu

pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen. Dalam hal ini variabel independennya (X) adalah skeptisisme

profesional auditor, situasi audit, etika, pengalaman, keahlian audit.

Sedangkan variabel dependennya (Y) adalah keputusan pemberian opini audit.

Langkah-langkah pengujiannya:

1. Merumuskan hipotesis:

Ho : ßi = 0 , artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Ha : ßi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

2. Kriteria pengambilan keputusan

Ho diterima jika : tingkat signifikansi t > α

Ho ditolak jika : tingkat signifikansi t < α

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

4.1.1 Pengiriman Dan Pengambilan Kuesioner

Penelitian ini dilaksanakan terhadap auditor KAP di Jakarta, penulis juga

mendistribusikan kuesioner dengan menghubungi auditor langsung via e-mail,

dengan jumlah kuesioner disebar sebanyak 150. Dari 150 kuesioner disebar 84

kuesioner tidak kembali dan 6 kuesioner yang kembali tidak lengkap. Penyebaran

kuesioner adalah sebagai berikut :

16

Tabel 4.1

Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah

- Kuesioner yang disebarkan

- Kuesioner tidak kembali

- Kuesioner kembali

Tetapi tidak dapat digunakan

Kuesioner yang digunakan

- Respon rate

150 kuesioner

(84 kueesioner)

(66 kuesioner)

6 kuesioner

60 kuesioner

40 %

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Adapun gambaran umum reponden dalam penelitian ini adalah gambaran

tentang 60 responden yang dijadikan sampel. Secara rinci responden dapat

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, jabatan, dan pendidikan.

4.1.2 Demografi Responden

Tabel 4.2

Demografi Responden

Keterangan Total Persentase

Jumlah Sampel 60 100 %

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

29

31

48,33 %

51,67 %

Umur :

21 – 22 tahun

23 – 24 tahun

25 – 26 tahun

27 – 28 tahun

29 – 30 tahun

18

22

7

9

4

30,00 %

36,67 %

11,66 %

15,00 %

6,67 %

17

Jabatan

Manajer

Auditor Senior

Auditor Junior

2

13

45

3,33 %

21,67 %

75.00 %

Pendidikan

D3

S1

S2

1

58

1

1,67 %

96,66 %

1,67 %

Pengalaman

1-10 bulan

11-20 bulan

21-30 bulan

31-40 bulan

41-50 bulan

> 50 bulan

11

22

12

4

7

4

18,33 %

36,67 %

20,00 %

6,67 %

11,67 %

6,67 %

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin terbanyak yang

terbanyak adalah perempuan, yaitu sebanyak 31 responden atau 51,67 persen,

sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 29

responden atau 48,33 persen.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa usia responden yang paling

banyak dijadikan sampel adalah 23-24 tahun, yaitu sebanyak 22 responden atau

36,67 persen, sedangkan usia 21-22 tahun sebanyak 18 responden atau 30,00

persen, usia 25-26 tahun sebanyak 7 responden atau 11,67 persen, usia 27-28

tahun sebanyak 9 responden atau 15 pesen, dan usia 29-30 tahun sebanyak 4

responden atau 6,67 persen.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jabatan responden yang paling

banyak dijadikan sampel adalah auditor junior, yaitu sebanyak 45 responden atau

75,00 persen, sedangkan auditor senior sebanyak 13 responden atau 21,67 persen,

dan manajer sebanyak 2 responden atau 3,33 persen.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden

paling banyak adalah S1, yaitu sebanyak 58 responden atau 96,66 persen, lalu D3

18

sebanyak 1 responden atau 1,67 persen, dan pendidikan S2 sebanyak 1 responden

atau 1,67 persen.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pengalaman atau lama bekerja

responden paling banyak adalah 11-20 bulan, yaitu sebanyak 22 responden atau

36,67 persen, pengalaman selama 21-30 bulan sebanyak 12 responden atau 20

persen, pengalaman selama 1-10 bulan sebanyak 11 responden atau 18,33 persen,

pengalaman selama 41-50 bulan sebanyak 7 responden atau 11,67 persen, dan

pengalaman selama 31-40 bulan dan lebih dari 50 bulan sebanyak 4 responden

atau 6,67 persen.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif variabel penelitian digunakan untuk memberikan gambaran

tentang tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian yang

menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata serta standar deviasi.

Gambaran data dalam penelitian ini adalah gambaran data variabel penelitian,

yaitu skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian,

pengalaman dan opini audit. Adapun rata-rata skor pada setiap variabel adalah

seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3

Analisis Statistik Deskriptif

No

. Variabel

Teoritis

Kisaran

Median

Teoritis

Sesungguhnya

Kisaran Mean

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Skeptisisme

Profesional

Situasi Audit

Independensi

Etika

Keahlian

Opini Audit

10 s/d 50

10 s/d 50

5 s/d 25

9 s/d 45

3 s/d 15

5 s/d 25

30

30

15

27

9

15

32 s/d 49

30 s/d 50

11 s/d 25

22 s/d 45

7 s/d 15

10 s/d 22

41,40

43,23

19,07

32,60

10,47

17,20

19

Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian yaitu skeptisisme

profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian, dan opini auditor

disajikan dalam tabel statistika deskriptif pada tabel 4.3 yang menunjukkan angka

kisaran teoritis dan sesungguhnya serta rata-rata teoritis dan sesungguhnya. Pada

tabel tersebut disajikan kisaran teoritis yang merupakan kisaran atas bobot

jawaban yang secara teoritis didesain dalam kuesioner, dan kisaran sesungguhnya

yaitu nilai terendah sampai nilai tertinggi atas bobot jawaban responden yang

sesungguhnya.

4.2.1 Skeptisisme Profesional Auditor

Variabel skeptisisme profesional audit mempunyai bobot jawaban antara 32

sampai dengan 49, rata-rata (mean) sebesar 41,40. Nilai rata-rata jawaban

responden terhadap item petanyaan konstruk skeptisisme (41,40) diatas nilai

median kisaran teoritis (30), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum

karakteristik personal responden mengenai skeptisisme profesional audit berada

pada level yang tinggi.

4.2.2 Situasi Audit

Variabel situasi audit mempunyai bobot jawaban antara 30 sampai dengan

50, rata-rata (mean) sebesar 43,23. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap

item petanyaan konstruk situasi audit (43,23) diatas nilai median kisaran teoritis

(30), sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa jawaban responden mengenai

situasi audit berada pada level yang tinggi.

4.2.3 Independensi

Variabel independensi mempunyai bobot jawaban antara 11 sampai dengan

25, rata-rata (mean) sebesar 19,07. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap

item petanyaan konstruk independensi (19,07) diatas nilai median teoritis (15),

sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa jawaban responden mengenai

independensi berada pada level yang tinggi.

20

4.2.4 Etika

Variabel etika mempunyai bobot jawaban antara 22 sampai dengan 45, rata-

rata (mean) sebesar 32,60. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item

petanyaan konstruk etika (32,60) diatas nilai median teoritis (27), sehingga dapat

disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai etika berada pada level yang

tinggi.

4.2.5 Keahlian

Variabel keahlian mempunyai bobot jawaban antara 7 sampai dengan 15,

rata-rata (mean) sebesar 10,47. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item

petanyaan konstruk skeptisisme (10,47) diatas nilai median teoritis (9), sehingga

dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai keahlian berada pada

level yang tinggi.

4.2.6 Keputusan Pemberian Opini Audit Oleh Auditor

Variabel keputusan pemberian opini audit oleh auditor mempunyai bobot

jawaban antara 10 sampai dengan 22, rata-rata (mean) sebesar 17,20. Nilai rata-

rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk keputusan pemberian

opini audit oleh auditor (17,20) diatas nilai median teoritis (15), sehingga dapat

disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai keputusan pemberian opini

audit berada pada level yang tinggi tinggi.

4.3 Pengujian Kualitas Data

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji valid dan tidaknya pertanyaan

yang akan diajukan dengan membandingkan nilai r hitung, dibandingkan

dengan r tabel. Berikut ini adalah uji validitas dari masing-masing kuesioner :

21

Tabel 4.4

Uji Validitas Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan

Skeptisisme

profesional audit

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

0,270

0,452

0,510

0,273

0,280

0,507

0,458

0,745

0,730

0,526

0,254 Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Situasi audit 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

0,533

0,549

0,705

0,698

0,731

0,617

0,762

0,687

0,715

0,627

0,254 Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Independensi 1.

2.

3.

4.

5.

0,691

0,778

0,735

0,659

0,556

0,254 Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Etika 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

0,597

0,738

0,586

0,769

0,698

0,579

0,731

0,675

0,725

0,254 Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Keahlian 1.

2.

3.

0,788

0,727

0,736

0,254 Valid

Valid

Valid

Opini audit 1.

2.

3.

4.

5.

0,632

0,532

0,682

0,601

0,633

0,254 Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

22

Dari hasil dapat dijelaskan bahwa semua indikator dalam variabel skeptisisme

profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian dan opini audit

adalah valid, karena nilai r hitung > r tabel (0,254).

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas antara skeptisisme profesional audit, situasi audit,

independensi, etika, keahlian dan opini audit dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Uji Reliabilitas

No.

Indikator

Nilai r

Alpha

tabel

Nilai r

Alpha

hitung

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Skeptisisme profesional audit

Situasi audit

Independensi

Etika

Keahlian

Opini audit

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

0,686

0,855

0,701

0,846

0,619

0,612

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel

skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian dan opini

audit diperoleh nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian,

maka hasil uji reabilitas terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel.

4.4 Uji Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik adalah untuk menguji model analisa yang

digunakan. Metode regresi ordinary least square akan menghasilkan persamaan

yang baik apabila memenuhi pengujian sebagai berikut :

a. Normalitas

Untuk menentukan normal tidaknya data pada variabel dependen dilakukan

dengan melihat nilai signifikasi Kolmogorov-Smirnov.

23

Tabel 4.6

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N

Normal Parameters

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Absolute

Positive

Negative

60

,0000000

1,51774304

,098

,097

-,098

,760

,611

a. Test distribution in normal.

b. Calculated from data Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai signifikasi Kolmogorov_Smirnov

adalah 0,611 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya Multikolinearitas didalam regresi dapat dilihat dari (1) nilai tolerance

dan lawannya (2) jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi

Multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7

Uji Multikolinearitas

No. Variabel VIF Tolerance

1. Skeptisisme profesional audit 1,605 0,623

2. Situasi audit 1,651 0,606

3. Independensi 1,409 0,710

4. Etika 1,616 0,619

5. Keahlian 1,610 0,621

6. Pengalaman 1,624 0,616

Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

a,b

24

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel

bebas skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian,

dan pengalaman nilai VIF < 10 dan tolerance lebih besar dari 0,1, dengan

demikian model regresi dalam penelitian ini tidak terrjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak ada kesamaan deviasi standar nilai

variabel dependen pada setiap variabel independen, Uji Heteroskedastistas

digunakan uji Glejser.

Tabel 4.8

Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.333 2.018 1.156 .253

skeptis .077 .045 .258 1.686 .098

situasi -.030 .035 -.132 -.849 .400

independensi -.037 .048 -.109 -.762 .449

etika .088 .082 .119 1.073 .286

keahlian .033 .098 .051 .334 .740

pengalaman -.009 .009 -.168 -1.094 .279

a. Dependent Variable: absut

Sumber : data sekunder yang diolah, tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.8, hasil uji Glejser juga menunjukkan tidak satupun

variabel yang signifikan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa model

regresi pada model ini tidak mengandung adanya masalah heteroskedastisitas.

4.5 Goodness Of Fit

4.5.1 Uji F (Uji Model)

Uji F dipergunakan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian

ini adalah baik atau layak atau tidak. Berikut ini hasil pengujian uji F.

25

Tabel 4.9

Uji F

ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig

1 Regression

Residual

Total

81,691

135,909

217,600

6

53

59

13,615

2,564

5,309 ,000

a.Prediction: (Constant), pengalaman, independensi, skeptis, etika, keahlian,

situasi

b.Dependent Variable: keputusan_opini

Sumber : data sekunder yang diolah, tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan dengan statistik manual diperoleh nilai F hitung

= 5,309. Sedangkan dengan menggunakan tingkat signifikansi =0,05 maka nilai

F tabel dengan df 1=6 dan df2 = 53 diperoleh F tabel sebesar 2,28, Maka F

hitung > F tabel, yaitu 5,309 > 2,28 atau tingkat signifikasi 0,000 < 0,05, ini

menandakan bahwa skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi,

etika, keahlian dan pengalaman auditor secara simultan memiliki pengaruh

terhadap opini audit. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini adalah

baik.

4.5.2 Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi dipergunakan untuk mengetahui kontribusi variabel

bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Berikut ini adalah hasil koefisien

determinasi.

Tabel 4.10

Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted

R Square

Std Error of

the Estimate

1 ,613a ,375 ,305 1,60135

a.Prediction: (Constant), pengalaman, independensi, skeptis, etika, keahlian,

situasi

b.Dependent Variable: keputusan_opini

a

b

b

26

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat diketahui

bahwa Adjusted R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,305. Hal ini berarti

bahwa 30,50% keputusan pemberian opini audit oleh auditor KAP di Jakarta

dipengaruhi oleh variabel skeptisisme profesional audit, situasi audit,

independensi, etika, keahlian dan pengalaman, sedangkan sisanya lainnya

dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 4.11

Koefisien Regresi, Uji t

Variabel

Standardized

coefficient

t hitung

Sig. t

Skeptisisme profesional audit

Situasi audit

Independensi

Etika

Keahlian

Pengalaman

0,384

0,298

-0,213

-0,224

-0,157

0,282

2,790

2,138

-1,653

-1,620

-1,139

2,041

0,007

0,037

0,104

0,111

0,260

0,046

Sumber : Lampiran 4

Bentuk persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut :

Y = 0,384X1 + 0,298X2 - 0,213X3 - 0,224X4 - 0,157X5 + 0,282X6

Hasil persamaan regresi berganda tersebut di atas memberikan pengertian bahwa :

a. Untuk variabel skeptisisme profesional audit (X1) koefisien regresinya adalah

positif.

b. Untuk variabel situasi audit (X2) koefisien regresinya adalah positif.

c. Untuk variabel independensi (X3) koefisien regresinya adalah negatif.

d. Untuk variabel etika (X4) koefisien regresinya adalah negatif.

e. Untuk variabel keahlian (X5) koefisien regresinya adalah negatif.

f. Untuk variabel pengalaman (X6) koefisien regresinya adalah positif.

27

4.5 Pengujian Hipotesis

a. Pengaruh skeptisisme profesional audit terhadap keputusan pemberian opini

audit.

Hasil perhitungan statistik untuk variabel skeptisisme profesional audit

diperoleh nilai t hitung = 2,790. Dengan demikian, dengan menggunakan =

0,05 dan t tabel dengan df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005.

Dengan demikian diperoleh t hitung 2,790 > t tabel = 2,005, sedangkan

dengan program SPPS 16 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,007 <

0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa

skeptisisme profesional audit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap keputusan pemberian opini audit.

b. Pengaruh situasi audit terhadap keputusan pemberian opini audit

Hasil perhitungan statistik untuk variabel situasi audit diperoleh nilai t hitung

= 2,138. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan

df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh

t hitung 2,139 > t tabel = 2,005, sedangkan dengan program SPPS 16

diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,037 < 0,05. Dengan demikian Ho

ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa situasi audit memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

c. Pengaruh independensi terhadap keputusan pemberian opini audit

Hasil perhitungan statistik untuk variabel independensi diperoleh nilai t

hitung = -1,653. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel

dengan df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian

diperoleh t hitung -1,653 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS

16 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,104 > 0,05. Dengan demikian

Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa independensi tidak memiliki

pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini

audit.

28

d. Pengaruh etika terhadap keputusan pemberian opini audit

Hasil perhitungan statistik untuk variabel etika diperoleh nilai t hitung = -

1,620. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan

df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh

t hitung -1,620 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS 16

diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,111 > 0,05. Dengan demikian Ho

diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa etika tidak memiliki pengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

e. Pengaruh keahlian terhadap keputusan pemberian opini audit

Hasil perhitungan statistik untuk variabel keahlian diperoleh nilai t hitung =

-1,139. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan

df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh

t hitung -1,139 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS 16

diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,260 > 0,05. Dengan demikian Ho

diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa keahlian tidak memiliki pengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

f. Pengaruh pengalaman terhadap keputusan pemberian opini audit

Hasil perhitungan statistik untuk variabel pengalaman diperoleh nilai t hitung

= 2,041. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan

df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh

t hitung 2,041 > t tabel = 2,005, sedangkan dengan program SPPS 16

diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,046 < 0,05. Dengan demikian Ho

ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa pengalaman memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

4.6 Pembahasan

1. Variabel keptisisme Profesional Auditor

Skeptisisme profesional auditor mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Dengan demikian dapat

29

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisime seorang auditor dalam

melakukan audit, maka juga akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini

auditor tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008) yang

menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap

ketepatan pemberian opini audit.

2. Variabel Situasi Audit

Situasi audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila auditor

memiliki penguasaan situasi audit yang semakin tinggi dalam melakukan audit,

maka akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini audit oleh auditor

tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008) yang menyatakan

bahwa situasi audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

3. Variabel Independensi

Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

keputusan pemberian opini audit oleh auditor, ini juga dapat dikaitkan dengan

variabel etika yang didalam penelitian ini juga tidak signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit, seorang auditor akan mendapatkan sikap independen jika

didukung kesadaran etis yang tinggi, sedangkan dalam penelitian ini etika menuai

hasil tidak signifikan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Sukriah, dkk

(2008) yang menyatakan independensi tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap pemberian opini audit.

4. Variabel Etika

Etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit. Dalam penelitian ini sebagian besar responden hanya

mendapatkan pengetahuan kode etik ketika duduk di bangku kuliah saja. Hasil ini

juga dapat dikaitkan dengan Teori Identitas Sosial yang memunculkan identifikasi

klien, nilai-nilai etika seseorang mungkin akan berkurang jika terjadi interaksi

sosial yang sangat intens, sehingga sering kali aturan dan norma yang telah ada

secara tidak sengaja dilanggar oleh individu tersebut, dalam hal ini hubungan

auditor dengan pihak yang diaudit. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali

30

(2008), yang menyatakan etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap keputusan pemberian opini audit.

5. Variabel Keahlian

Keahlian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit, ini dimungkinkan karena keahlian adalah kemampuan

auditor yang diperoleh dari pendidikan formal ataupun formal, sedangkan sampel

dalam penelitian ini pendidikan rata-rata auditor adalah S1 dan sebagian besar

auditor dalam penelitian ini memiliki lama bekerja yang relatif masih sedikit yaitu

kurang dari 3 tahun. Ini akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan

sebuah pekerjaan dan mendeteksi penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan

jika dibandingkan dengan yang memiliki lama bekerja yang lebih lama. Hasil ini

mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008), yang menyatakan etika tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

6. Variabel Pengalaman

Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit, Kondisi ini terjadi karena seorang auditor yang memiliki

banyak pengalaman akan menggunakan pengalaman masa lalunya untuk

memberikan keputusan yang lebih baik atas masalah klien yang diauditor

setelahnya, sehingga pengalaman tersebut memiliki pengaruh bagi auditor tersebut

dalam memberikan keputusan. Ini sejalan dengan Teori Identitas Sosial yang

memungkinkan auditor lebih memahami kondisi klien yang diauditnya melalui

pengalaman yang didapat, dalam penelitian ini pengalaman didapat dari lamanya

bekerja auditor tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Sukriah, dkk (2008),

yang menyatakan pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap keputusan pemberian opini audit.

V. Kesimpulan, keterbatasan, & saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut :

31

1. Skeptisisme profesional auditor mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor,

2. Situasi audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit oleh auditor.

3. Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit oleh auditor.

4. Etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit oleh auditor.

5. Keahlian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit oleh auditor.

6. Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pemberian opini audit oleh auditor.

7. Hasil penelitian ini ada yang mendukung penelitian sebelumnya dan ada juga

yang menolak penelitian sebelumnya. Terjadinya perbedaan hasil penelitian

mungkin disebabkan karena perbedaan jumlah sampel atau responden

penelitian dan metode analisis data yang digunakan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah :

1. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada responden pada akhir tahun, yaitu

bulan November, yang merupakan jadwal kerja terpadat bagi auditor

sebagai profesi yang mengaudit laporan keuangan perusahaan-perusahaan

kliennya, sehingga peneliti menemukan kendala dalam penyebaran

kuesioner. Dari total 150 kuesioner yang diberikan hanya 60 kuesioner

yang dapat dianalisis pada penelitian ini.

2. Dalam penelitian ini, variabel pengalaman auditor diukur hanya dari

lamanya auditor bekerja di kantor akuntan publik, indikator tersebut belum

dapat sepenuhnya menjadi tolak ukur pengalaman auditor karena

penelitian ini tidak mengupas pengalaman auditor dalam mendeteksi

kecurangan.

32

3. Kuesioner yang didistribusikan secara langsung pada beberapa kantor

akuntan publik di Jakarta rata-rata diisi oleh auditor-auditor junior.

Cakupan penelitian untuk menganalisis jawaban responden auditor senior,

dan manajer pada penelitian ini jumlahnya sedikit. Bahkan untuk

responden yang memiliki jabatan partner peneliti tidak mendapatkan,

sehingga hasil penelitian kurang dapat digeneralisasi.

4. Penelitian ini hanya mampu mengindikasikan bahwa keputusan pemberian

opini audit oleh auditor hanya dapat dijelaskan dengan nilai sebesar 30,50

% melalui variabel skeptisisme profesional auditor, situasi audit,

independensi, etika, keahlian, dan pengalaman. Sedangkan sisanya 69,50

% melalui variabel lain-lain.

5.3 Saran

Saran penelitian selanjutnya adalah :

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat lebih bisa menggunakan memperluas

daerah penelitian misalnya menggunakan KAP yang ada di kota besar di

pulau Jawa, sehingga diperoleh sampel yang lebih banyak.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya waktu pendistribusian kuesioner dilakukan

tidak di akhir tahun, karena pada waktu tersebut auditor memasuki masa kerja

terpadat atau high season. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

menghasilkan sampel lebih banyak karena banyak auditor yang berada di

kantor akuntan publik sehingga lebih banyak kuesioner yang diisi oleh

responden sehingga sampel yang diperoleh bisa lebih banyak.

3. Penelitian selanjutnya bisa menambah variabel bebas lain yang berhubungan

dengan keputusan pemberian opini audit, seperti kompetensi, kompleksitas

tugas, obyektivitas, resiko, tekanan waktu dan lain-lain, sehingga bisa lebih

menjelaskan keputusan pemberian opini audit.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik. Jakarta:

Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

Alim, Nizarul, M. Hapsari Trisni dan Purwanti Liliek. 2007. Pengaruh

Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika

Auditor Sebagai Variabel Moderasi, SNA X Unhas Makasar 26-28 Juli

2007.

Alvesson, M. 2000. Social identity and the problem of loyalty in knowledge-

intensive companies. The Journal of Management Studies 37(8): 1101-

1124.

Anto. 2007. Etika Profesi dan Mutu Audit Kantor Akuntan Publik,

http://anthoex.multiply.com/journal/item/1, diakses tanggal 24 september

2011.

Arens, Alvin. A and Loebbecke James .K. 2003. Auditing (Pendekatan Terpadu).

Buku I. Edisi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Arrens. 2008. Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pendekatan Terpadu. Jakarta:

Tim Dejacarta.

Christiawan, Y.J. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi

Hasil Penelitian Empiris. Journal Directory : Kumpulan Jurnal Akuntansi

dan Keuangan Unika Petra. Vol. 4 / No. 2.

Chung, J., Monroe, G. S. 2001. “A Research Note on the Effect og Gender and

Task Complexity on an Audit Judgement.” Behavioral Research in

Accounting. Vol.13 : 111-125.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 1990. “Kamus Besar Bahasa

Indonesia”. Balai Pustaka. Jakarta.

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure

Regulation. Journal of Accounting and Economics 3 : 113-127.

2

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gusti, Magfirah., Syahrir, Ali. 2008. “Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor

dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan

Keputusan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik”. Jurnal

Simposium Nasional Akuntansi Padang. Vol.8.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis.

BPFE. Yogyakarta.

Jeffrey, Cynthia. 1996. “Ethical Development, Professional Commitment, and

Rule Observance Attitudes: A Study of CPAs and Corporate

Accountants.” Behavioral Research in Accounting. Vol.8 : 8-31.

Kee, H. W., Knox, R. E. 1970. “Conceptual and Methodological Consideration in

the Study of Trust and Suspicion.” The Journal of Conflict Resolution.

Vol.14, No.3 : 357-366.

Louwers, T. J., Ramsay, R. J., Sinason, D. H. 2005. Auditing and Assurance

Service. New York: Mc Graw Hill.

Mulyadi. 2002. Auditing, Buku dua Edisi ke Enam. Jakarta: Salmeba Empat.

________. 2004. Auditing, Buku dua Edisi ke Enam. Jakarta: Salmeba Empat.

Munawir, H.S. (2007) Auditing Modern. Yogyakarta: BPFE.Yogyakarta.

Shaub, M.K., Lawrence, J. E. 1996. “Ethics, Experience and Profesional

Scepticism: A Situational Analysis.” Behavioral Research in Accounting.

Vol.8 : 154-174.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Soffyan. 2002. Metodologi Penelitian Survey.

LP3ES. Jakarta.

3

Sukriah, Akram, Inapty. 2008. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan.” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi Palembang. Vol.9.

Suraida, Ida. 2005. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko

Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Keputusan

Pemberian Opini Akuntan Publik.” Sosiohumaniora. Vol.7, No.3.

Tuanakotta, T. M. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Yuvisa, Rohman dan Handayani. 2008. “Pengaruh Identifikasi Auditor atas Klien

Terhadap Objektivitas Auditor dengan Auditor Tenure, Client Importance

dan Client Image sebagai Variabel anteseden.” Jurnal Simposium

Nasional Akuntansi Pontianak. Vol.11.

4