hubungan antara pola asuh otoriter dengan...

33
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA UKSW 2014 YANG BERASAL DARI AMBON OLEH FRIESKA APRILLIA LATUBESSY 802010008 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

Upload: voquynh

Post on 07-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PENYESUAIAN

DIRI PADA MAHASISWA UKSW 2014 YANG BERASAL DARI AMBON

OLEH

FRIESKA APRILLIA LATUBESSY

802010008

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 2: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri
Page 3: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri
Page 4: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri
Page 5: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri
Page 6: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri
Page 7: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

1

PENDAHULUAN

Mahasiswa merupakan sebutan bagi manusia yang sedang menimba ilmu di

perguruan tinggi. Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu

sendiri. Terdapat mahasiswa-mahasiswa lain yang turut serta menimba ilmu. Oleh

karena itu suatu interaksi sosial dapat terjadi. Mahasiswa juga akan dituntut untuk

mengatasi segala masalah yang berhubungan dengan perbedaan situasi dan perubahan-

perubahan yang terjadi, agar dapat membawa rasa bahagia dan akhirnya membawa

keberhasilan akademik maupun keberhasilan dalam bersosialisasi dengan teman-teman

dan lingkungan sekitar. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu mahasiswa harus

melakukan penyesuaian diri. Seperti yang dinyatakan oleh Aryatmi, (1992) bahwa

“Mahasiswa sadar bahwa mencari bekal untuk menjadi kaum intelektual di kemudian

hari tidak hanya dengan mengejar ilmu dan kepandaian, tetapi juga melalui interaksi

sosial dan melakukan sesuatu bagi kehidupan kemanusiaan yaitu penyesuaian diri”.

Penyesuaian diri ini dilakukan guna dapat beradaptasi dan mendapat pengakuan oleh

orang- orang yang berada di kampus, baik mahasiswa lain maupun dosen serta para staf

akademik lainnya.

Hal ini pun berlaku untuk seorang mahasiswa baru yang harus beradaptasi dengan

lingkungan perkuliahan, yang akan menjadi suatu hal yang baru baginya dari tingkat

SMA ke tingkat perguruan tinggi. Terutama mahasiswa yang merantau dari luar, kangen

akan rumah dan kampung halaman, perbedaan cara belajar, perbedaan budaya, jauh dari

orangtua akan mejadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa merantau.

Pada kenyataannya ada individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan dengan

cepat terhadap lingkungan sosialnya namun masih ada individu yang kurang dapat

bahkan tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dan cepat terhadap lingkungan

Page 8: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

2

sosialnya. Maka dari itu, ada suatu perbedaan yang kompleks di dalam penyesuaian diri

yang terjadi pada tiap individu..

Schneiders (dikutip Ali, 2008) juga mengungkapkan bahwa penyesuaian diri

diartikan sebagai: adaptasi, usaha mempertahankan diri secara fisik, usaha penguasaan,

kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan emosi,

kebiasaan menjadi terkendali dan terarah. Schneiders (dikutip Ali, 2008) menyebutkan

pula bahwa di dalam proses penyesuaian diri ada tiga unsur yang dilibatkan yaitu

motivasi, sikap terhadap realitas dan olah dasar penyesuaian diri. Menurut Lehner dan

Kube (1964), penyesuaian diri adalah proses interaksi antara diri kita dengan

lingkungan sekitar kita, yaitu bagaimana kita bisa beradaptasi dengan lingkungan

sekitar dan proses tersebut berlangsung secara terus menerus.

Runyon dan Haber (1984) menjelaskan bahwa penyesuaian diri merupakan proses

yang terus berlangsung dalam kehidupan individu situasi dalam kehidupan selalu

berubah, individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang

terjadi di lingkungannya. Seperti yang dikatakan oleh Fatimah (2006), penyesuaian diri

positif yaitu individu mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam

pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan

dirinya dan masyarakat, mampu menemukan manfaat dari situasi baru dan memenuhi

segala kebutuhan secara sempurna dan wajar. Karena itu, penyesuaian diri penting bagi

individu untuk masuk dan diterima dalam pergaulan dengan lingkungan.

Dalam Fatimah (2006), faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri yaitu

fisiologis, psikologis, faktor perkembangan dan kematangan, faktor lingkungan dan

kondisi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan terakhir yaitu budaya dan

agama. Salah satu yang terpenting yaitu adalah faktor lingkungan khususnya lingkungan

Page 9: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

3

keluarga. Fatimah juga menambahkan bahwa keluarga merupakan peranan penting

dalam pengembangan kepribadian anak. Interaksi antar orangtua dan anak, kasih sayang

dan perhatian yang diberi orangtua, penanaman nilai-nilai kehidupan baik agama

maupun sosial-budaya merupakan faktor kondusif yang dapat menjadikan anak sebagai

pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Penyesuaian diri tidak dapat dimiliki inidividu tanpa bantuan orang lain, terutama

lingkungan terdekatnya. Keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi individu

terutama orangtua yang berfungsi sebagai pembimbing. Sikap orangtua tidak hanya

mempunyai pengaruh kuat pada hubungan dalam keluarga tapi juga pada sikap dan

perilaku anak (Suaib, 2007). Salah satu bentuk dari interaksi antara orangtua dan anak

adalah pola asuh. Bagaimana cara orangtua berkomunikasi dan mendidik seorang anak.

Menurut Hurlock (1995), bentuk pengasuhan tidak hanya terbatas pada kontak fisik dan

materi saja tetapi juga pada suatu hubungan yang lebih hangat, lebih erat, dan lebih

emosional. Hurlock juga menambahkan bahwa hubungan yang buruk dalam keluarga,

membuat remaja memiliki penilaian yang rendah terhadap dirinya yang akan dibawanya

dalam bersosialisasi sehingga muncul perasaan tidak berharga, menolak diri, tidak

bertanggung jawab, sangat agresif, mudah menyerah, hingga ke percobaan bunuh diri.

Menurutnya, hal ini dapat diakibatkan dari adanya bentuk pola pengasuhan yang

menekankan pada kepatuhan dan konformitas yang tinggi dari anak. Bentuk pola asuh

seperti ini, menurut Baumrind (Barus, 2003) adalah bentuk pola asuh otoriter. Karena

itu, peran keluarga juga merupakan salah satu peran penting bagi seorang anak dalam

penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.

Disini salah satu bentuk dari peran keluarga yaitu pola asuh orangtua. Menurut

Hurlock ada 3 macam bentuk pengasuhan yaitu demokratis, permisif dan otoriter hal

Page 10: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

4

yang sama dikemukakan juga oleh Baumrind (1966). Pola asuh otoriter yaitu adanya

kontrol ketat dari orangtua, aturan dan batasan dari orangtua harus ditaati dari anak.

Anak harus bertingkah sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh orangtua. Orangtua

tidak memperhatikan pendapat anak. Apabila anak melanggar aturan yang telah

digariskan orangtua, anak tidak dapat memberikan alasan atau penjelasan sebelum

hukuman diterima oleh anak.

Dengan ketatnya aturan yang diterapkan dalam pengasuhan otoriter, remaja

cenderung untuk membuat pemberontakan dan perlawanan terhadap ketergantungan

remaja terhadap orangtua seperti menjadi anak pembangkang. Menurut Santrock (1995)

remaja akan menjadi cemas tentang pembandingan sosial, gagal dalam aktivitas kreatif,

dan tidak efektif dalam interaksi sosial. Remaja yang dibesarkan dibawah pengaruh

orangtua yang otoriter seringkali memang menunjukkan kepatuhan dan menyesuaikan

diri dengan standard perilaku yang diatur oleh orangtuanya, namun sesungguhnya

remaja tersebut menderita kehilangan rasa percaya diri dan pada umumnya lebih

tertekan serta menderita somatis daripada kelompok sebayanya.

Pada dasarnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Taganing dan Fortuna

(2008), anak yang dibesarkan pada pola asuh otoriter membuat anak tersebut menjadi

tertutup, pendiam, tidak bisa mandiri, membuat keputusan sendiri, kurang bergaul dan

selalu bergantung pada orangtua. Tetapi yang menjadi pertanyaan dari peneliti ialah

bagaimana dengan mahasiswa, terutama mahasiswa yang jauh dari orangtuanya. Ketika

seorang anak jauh dari orangtua, pengaruh dan kontrol dari orangtua akan berkurang

bagi anak tersebut.

Penelitian sebelumnya oleh Suaib dan Rachmahana dari Universitas Islam

Indonesia, Yogjakarta (2007) terdapat hubungan negatif yang signifikan pola asuh

Page 11: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

5

otoriter dengan penyesuaian diri pada mahasiswa yaitu bahwa semakin tinggi pola asuh

otoriter maka semakin rendah tingkat kemampuan penyesuaian diri seorang mahasiswa.

Penelitian oleh Kusumastuti (2003) tentang persepsi terhadap sikap orangtua yang

terlalu melindungi anak yang mirip dengan salah satu ciri dari pola asuh otoriter,

menghasilkan kreatifitas atas anak dalam tingkat yang rendah dan ada hubungan negatif

dan signifikan dari kedua variabel tersebut. Selain itu terdapat juga penelitian oleh

Rahayu, Hernawati dan Rakhamawati (2008) tentang pola asuh orangtua dengan

kesehatan mental pada remaja, salah satu diantaranya adalah pola asuh otoriter hasil

yang ditemukan yaitu pola asuh otoriter mempunyai hubungan yang negatif terhadap

kesehatan mental remaja. Artinya semakin otoriter pola asuh orangtua, kesehatan mental

anaknya semakin rendah.

Dari hal tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa orangtua yang otoriter

membuat anak akan cenderung takut untuk melakukan sesuatu atau takut melakukan

kesalahan karena biasanya orangtua selalu mengatur aktivitasnya dan menetapkan

aturan-aturan ditaati dan jika dilanggar akan ada hukuman bagi anak. Belum terdapat

banyak penelitian tentang pola asuh otoriter, terutama penelitian yang berkaitan

langsung antara pola asuh orangtua otoriter dengan penyesuaian diri pada anak ataupun

pada mahasiswa khususnya mahasiswa yang merantau, karena seperti yang kita ketahui

mahasiswa merantau jauh dari pantauan dan kontrol oleh orangtuanya.

Disini peneliti tertarik untuk mengambil mahasiswa di UKSW, Universitas

Kristen Satya Wacana (UKSW) merupakan sebuah wadah para pemuda/pemudi untuk

menimba ilmu ditingkat sarjana, dan salah satu keunikan dari UKSW adalah para

mahasiswa yang datang bukan berasal dari Salatiga atau suku Jawa saja, tetapi juga

banyak mahasiswa yang berasal dari luar Pulau Jawa. Jika diteliti lebih lanjut

Page 12: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

6

mahasiswa yang berkuliah di UKSW berasal dari Sabang sampai Merauke dengan ciri

khas budaya masing-masing, sehingga UKSW sering disebut Indonesia Mini. Karena

beragamnya budaya, bahasa dan cara berperilaku mahasiswa yang berkuliah di UKSW,

keanekargaman ini seringkali muncul sebagai suatu masalah dalam interaksi sosial yang

dihadapi oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.

Dari berbagai macam mahasiswa yang ada di UKSW, terdapat juga mahasiswa

yang berasal dari Ambon. Seperti yang kita ketahui Ambon berada pada bagian timur

dari Indonesia. Berdasarkan dari observasi peneliti, di Ambon pola asuh orangtua dapat

dikatakan otoriter. Hal tersebut dapat dilihat dalam studi kasus oleh Glorida (2012) yang

didalamnya mengatakan bahwa di Ambon pada umumnya banyak orangtua yang

mempunyai standar peraturan tertentu, larangan-larangan dan didikannya dapat

dikatakan keras karena jika melanggar aturan yang telah dibuat anak akan mendapatkan

hukuman atau sanksi tertentu dari orangtua, hukuman tersebut nyata dan tegas dapat

berupa tindakan-tindakan misalnya tidak boleh keluar rumah, tidak mendapat uang

jajan, dan juga kadang keras seperti dipukul. Selain itu, contohnya seperti pada studi

kasus yang sama oleh Glorida (2012), tentang pola asuh orangtua otoriter dengan

kecenderungan emotional focused coping pada remaja, terdapat keluarga x sebagai

keluarga yang memiliki pola asuh orang tua otoriter yang menanamkan sikap disiplin

berlebihan terhadap anak–anak pada keluarga ini dan pemberian hukuman–hukuman

fisik maupun psikis terhadap keenam anak pada keluarga ini. Penelitian dilakukan di RT

001 RW 004 Kelurahan Kudamati Kecamatan Nusaniwe Ambon.

Dari hal tersebut, uraian dan teori-teori diatas, muncul suatu pertanyaan

bagaimana dengan penyesuaian diri mahasiswa asal Ambon yang jauh dari kampung

halaman dan orangtua. Apakah ada hubungan anatara pola asuh otoriter dengan

Page 13: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

7

penyesuaian diri mahasiswa asal Ambon. Berdasarkan permasalahan tersebut maka

penulis mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara pola asuh otoriter

dengan penyesuaian diri pada mahasiswa UKSW 2014 yang berasal dari Ambon”.

Penyesuaian Diri

Baker dan Syrik (dalam Splichal, 2009), penyesuaian diri adalah suatu proses

dimana semua komponen seseorang itu saling memengaruhi ketika ia berinteraksi

dengan lingkungannya, dasar dari komponen itu ialah aspek fisik dan psikologis dari

orang tersebut dan yang paling terpenting ialah bagaimana persepsi orang itu terhadap

aspek tersebut. Teori ini meneliti secara lebih khusus tentang penyesuaian diri

mahasiwa baru di masa perkuliahan.

Faktor- faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri

Fatimah (2006), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi

penyesuaian diri antara lain:

a. Faktor Fisiologis, jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku, dapat

diperkirakan bahwa sistem syaraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting

bagi proses penyesuaian diri.

b. Faktor psikologis, yaitu faktor pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan,

aktualisasi diri, frustrasi, depresi, dan konflik yang dialami dapat mempengaruhi

penyesuaian diri individu.

c. Faktor perkembangan dan kematangan, mempengaruhi setiap aspek kepribadian

individu, seperti emosional, sosial, moral, kegamaan, dan intelektual

d. Faktor lingkungan, kondisi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, kebudayaan,

dan agama berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri seseorang. Disini terdapat

lingkungan keluarga, lingkungan keluarga yang mempengaruhi disini salah satunya

Page 14: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

8

adalah interaksi antara orangtua dan anak dan interaksi tersebut ditunjuakan dari

pola asuh orangtua terhadap anak.

e. Faktor budaya dan agama, lingkungan budaya tempat tinggal dan tempat

berinteraksi serta ajaran agama merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan dan

pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi hidup dan akan

menentukan pola penyesuaian dirinya.

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Baker dan Siryk (dalam Splichal, 2009) mengatakan bahwa dalam penyesuaian

diri terdapat beberapa aspek yang harus dimiliki seseorang yaitu:

a. Penyesuaian akademik (Academic adjustment): hal ini terkait dengan motivasi

belajar, mengambil bagian dalam peran-peran kegiatan akademis, dan hal-hal yang

berhubungan dengan kepuasan dan kesuksesan dalam lingkungan akademis.

b. Penyesuaian Sosial (Social adjustment): hal ini berhubungan dengan bagaimana

hubungan seseorang dengan orang-orang di sekitarnya terutama lingkungan

kampus, dan bagaimana dia berhasil untuk mengikuti kegiatan sosial dan berfungsi

baik di lingkungan sosialnya.

c. Penyesuaian emosi (personal/emotional adjustment): bagaimana seseorang dapat

mengontrol dan memanejemen perasaannya secara fisik maupun psikisnya dalam

hal ini berhubungan dengan kesejahteraan antar keduanya.

d. Attachment: kepuasan dan kesuksesan seseorang dalam studinya, komitmen untuk

sukses dan mendapatkan kesuksean itu dalam hal ini sukses dalam bidang

perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

9

Pola Asuh Otoriter

Menurut Hurlock (1999) pola asuh orangtua adalah orang dewasa yang membawa

anak ke dewasa terutama dalam tahapan perkembangannya, tugas orangtua adalah

mengarahkan dan bimbingan agar membantu anak dalam menjalani kehidupannya.

Baumrind (1966) membagi pola asuh menjadi 3 macam yaitu pola asuh authoritative

atau demokrasi, permissive, dan authoritarian atau otoriter, hal yang sama juga

dikemukakan oleh Hurlock. Pada penelitian ini akan membahas tentang pola asuh

otoriter.Menurut Baumrind (1966), pola asuh otoriter yaitu cara pengasuhan orangtua

yang cenderung lebih suka menghukum, bersikap diktator, dan disiplin tinggi. Tidak

mengenal take and give, karena keyakinan mereka adalah bahwa anak harus menerima

seseuatu tanpa mempersoalkan aturan yang dibangun orangtua. Dengan ketatnya aturan

yang diterapkan dalam pengasuhan otoriter, remaja cenderung untuk membuat

pemberontakan dan perlawanan terhadap ketergantungan remaja terhadap orangtua,

definisi ini juga dipakai oleh Robinson, Mandleco, Olsen dan Hart (1995).

Aspek Pola Asuh Otoriter

Aspek- aspek pola asuh menurut Robinson, et al. (1995) yang dibuat berdasarkan

tipologi dari Baumrind (1966) yaitu Authoritative (demokratis), Authoritarian (otoriter)

dan Permissive (permisif). Aspek yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah aspek pola

asuh otoriter sesuai dengan bahan kajian dari penelitian ini. Aspek pola asuh otoriter:

a. Verbal Hostility

Sikap orangtua yang memarahi, berteriak atau membentak kepada anak, dan

tindakan-tindakan yang menandakan tidak adanya persetujuan dengan anaknya

seperti beradu mulut dengan anak.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

10

b. Corporal Punishment

Menggunakan hukuman fisik yang dilakukan orangtua terhadap anak untuk

mendisiplinkan anak, seperti memukul, menampar, menghukum anak tanpa alasan

yang jelas, memaksa anak ketika anak tidak patuh.

c. Nonreasoning Punitive Strategies

Memberi anak hukuman tanpa memberikan alasan yang jelas, memberi hukuman

seperti meninggalkan anak di suatu tempat sendirian, dan ketika ada perkelahian

antar anak-anak orangtua langsung memberikan hukuman tanpa bertanya alasan

mereka terlebih dahulu.

d. Directiveness

Mengatur anak dengan cara memberi tahu anak apa yang harus dilakukan sesuai

dengan kehendak orangtua. Orangtua selalu menyela, mengkritik dan memarahi

anak jika perilaku anak tidak sesuai dengan kehendak orangtua dan aturan yang

ditetapkan oleh orangtua.

Efek dari Pola Asuh Otoriter

Menurut Baumrind (1966), efek dari pola asuh otoriter orangtua pada anak

membuat anak memiliki karakteristik tertentu. Pola asuh otoriter mempunyai

karakteristik anak penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka

melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Baumrind (1966) sebagai landasan teori

dari variabel pola asuh otoriter yaitu cenderung lebih suka menghukum, bersikap

diktator, dan disiplin tinggi, tidak mengenal take and give. Selain itu, karena Baumrind

juga menjelaskan bagaimana efek dari tiap pola asuh tersebut.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

11

Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter dengan Penyesuaian Diri

Runyon dan Haber (1984) menjelaskan bahwa penyesuaian diri merupakan proses

yang terus berlangsung dalam kehidupan individu sesuai situasi dalam kehidupan yang

selalu berubah, yaitu individu terkadang harus mengubah tujuan dalam hidupnya seiring

dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Kemampuan Penyesuaian diri tersebut

tidak lepas dari pola asuh orangtua, karena menurut Fatimah (2006) salah satu faktor

yang memengaruhi penyesuaian diri yaitu faktor lingkungan yang di dalamnya adalah

lingkungan keluarga, dan di dalamnya terdapat pola asuh orangtua. Salah satu peran

orangtua dengan anak dapat dilihat dari cara pengasuhan orangtua terhadap anak. Pada

dasarnya pola asuh orangtua diharapkan dapat memberikan nilai-nilai dan aturan agar

nantinya anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Menurut

Maichati (dalam Dayaksini, 1988), pola asuh adalah perlakuan orangtua dalam

memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehiduapan

sehari-hari, selain itu pola asuh merupakan salah satu pengaruh yang paling besar dalam

perkembangan kepribadian anak.

Dalam beberapa penelitian sebelumnya Suaib dan Rachmahana (2007) mendapati

adanya hubungan negatif yang signifikan pola asuh otoriter dengan penyesuaian diri

yang mempunyai hasil koefisien korelasi r = -0,475 (p<0,01). Selain itu, menurut

Kartono (1979) kasih sayang orangtua yang berlebihan kepada anaknya, dimana

orangtua terlalu banyak melindungi, menolong dan menghindarkan anak dari kesulitan

hidup hidup dan selalu bergantung pada orangtua seperti halnya pola asuh otoriter,

membuat anak tidak mampu berdiri sendiri, tidak mandiri, tidak percaya diri, dan

membuat anak selalu mengandalkan orangtua dalam menyelesaikan masalahnya. Selain

itu, menurut Baumrind (1966), efek dari pola asuh otoriter orangtua pada anak membuat

Page 18: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

12

anak memiliki karakteristik anak penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar

menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri dan

faktor-faktor tersebut yang bertentangan dengan aspek seseorang untuk melakukan

penyesuaian diri. Seperti uraian di atas telah menjelaskan bagaimana pola asuh otoriter

dan peran pola asuh terhadap penyesuaian diri anak.

Hipotesis

Dari uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif

yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan penyesuaian diri pada mahasiswa

UKSW 2014 yang berasal dari Ambon.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk

mengetahui signifikansi hubungan antara pola asuh otoriter dengan penyesuaian diri

pada mahasiwa 2014 Universitas Kristen Satya Wacana yang berasal dari Ambon.

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

angkatan 2014 yang berasal dari Ambon yang berjumlah keseluruhan 112 orang. Teknik

sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh dengan

menggunakan 112 mahasiswa tersebut sebagai sampel. Dari 112 orang, 40 orang tidak

dapat menjadi partisipan karena keterbatasan waktu subjek, tidak selesai subjek dalam

mengisi angket karena terbatasnya waktu, dan ada subjek yang menolak untuk mengisi

angket. Total keseluruhan partisipan yang didapat adalah 72 orang mahasiswa.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

13

Alat Ukur Penelitian

Pola Asuh Otoriter diukur dengan menggunakan Skala yang disusun oleh Robinson,

et al (1995) yang telah dimodifikasi oleh penulis dan juga berdasarkan aspek-aspek Pola

Asuh Otoriter yang dikemukakan oleh Robinson, et al. yang dibuat berdasarkan dari

tipologi Baumrind (1966), aspek-aspeknya antara lain yaitu Verbal Hostility, Corporal

Punishment, Non-reasoning Punitive Strategies, dan Directiveness. Jumlah item yang

diuji untuk pola asuh otoriter ada 20 item dan nilai uji reliabilitas sebelumnya

menggunakan alpha cronbach adalah 0,86 dan dikatakan item valid apabila 0,30.

Hasil uji seleksi item dan reliabilitas pada putaran pertama dari pola asuh otoriter

orangtua dengan 20 item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,856 yang berarti alat

ukur tersebut tergolong reliabel. Kemudian item yang gugur berjumlah 2 item, yaitu

nomor 19 dan 20. Penentuan-penentuan uji lolos diskriminasi item menggunakan

ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat

dikatakan lolos apabila ≥0,30. Nilai korelasi item total bergerak antara 0,301-0,700.

Pada pengujian kedua didapatkan perubahan koefisien reliabilitas sebesar 0,891 dengan

item yang gugur berjumlah 1 item yaitu nomor 3, dengan indeks daya diskriminan item

yang bergerak antara 0,366-0,712. Pada pengujian ketiga didapatkan perubahan

koefisien reliabilitas sebesar 0,895 dengan indeks daya diskriminasi item yang bergerak

antara 0,393-0,687.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Penyesuaian Diri adalah skala

Penyesuaian Diri yang dirancang oleh Baker dan Siryk (dalam Splichal, 2009) dan

dimodifikasi oleh penulis. Skala Penyesuaian diri berdasarkan pada aspek-aspek

pemyesuaian diri yang dikemukakan oleh Baker dan Siryk (dalam Splichal, 2009)

Page 20: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

14

mengatakan bahwa dalam penyesuaian diri terdapat beberapa aspek yang harus dimiliki

seseorang yaitu:

a. Penyesuaian akademik (Academic adjustment)

b. Penyesuaian Sosial (Social adjustment)

c. Penyesuaian emosi (personal/emotional adjustment)

d. Attachment

Jumlah item penyesuaian diri yaitu 67 item. Nilai uji reliabilitas sebelumnya oleh Baker

dan Siryk (dalam Splichal, 2009) menggunakan alpha cronbach adalah 0,95. Hasil uji

seleksi item dan reliabilitas pada putaran pertama dari Skala penyesuaian diri dengan 67

item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,944 yang berarti alat ukur tersebut

tergolong reliabel. Jumlah item gugur adalah 14 item yaitu nomor 10, 28, 32, 44, 45, 46,

47, 48, 49, 50, 54, 56, 62 dan 66. Penentuan-penentuan uji lolos daya diskriminasi item

menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala

pengukuran dapat dikatakan lolos apabila ≥0,30. Nilai korelasi item total bergerak

antara 0,330-0,717. Pada putaran kedua, hasil pengujian reliabilitas skala mengalami

perubahan menjadi 0,957, dengan indeks daya diskriminan item bergerak antara 0,343-

0,714

Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 oktober 2014 sampai dengan 27 oktober

2014. Sebelum melakukan penelitian peneliti telah melakukan uji bahasa pada 10

mahasiswa asal Ambon lainnya yang berbeda angkatan. Pada saat penelitian jumlah

skala psikologi yang disebar sebanyak 112 skala. Skala psikologi yang dibagikan pada

setiap mahasiswa 2014 dengan cara memberikan kepada beberapa orang untuk

dibagikan kepada mahasiswa 2014 dalam tiap kesempatan seperti ibadah etnis Ambon,

Page 21: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

15

saat pendaftaran makrab etnis Ambon, maupun setiap kesempatan bertemu dengan

mahasiswa 2014 asal Ambon di lingkungan kampus Universitas Kristen Satya Wacana.

Peneliti sebelumnya telah memperkenalkan diri, memberi tahu maksud dan tujuan

peneliti melakukan penelitian ini, dan meminta mereka untuk menjadi partisipan dalam

penelitian ini. Selama pengisian angket berlangsung peneliti memberikan sendiri dan

menunggu langsung pengisian angket berlangsung. Selain itu, selama pengisian angket

partisipan diperbolehkan untuk bertanya jika materi dalam skala psikologis sulit

dipahami.

Pada awal teknik pengambilan sampling adalah sampling jenuh dengan angket yang

disebarkan 112 buah dan pada saat pelaksanaan penelitian berlangsung dari 112 orang,

40 orang tidak dapat menjadi partisipan dikarenakan keterbatasan waktu, tidak selesai

subjek dalam mengisi angket karena terbatasnya waktu, dan ada subjek yang menolak

untuk mengisi angket. Total keseluruhan partisipan yang didapat adalah 72 orang

mahasiswa.

Teknik Analisis Data

Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan negatif

signifikan pola asuh otoriter dengan penyesuaian diri pada mahasiswa Universitas

Kristen Satya Wacana 2014 asal Ambon yang perhitungan analisis dalam penelitian ini

dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Product & Service Solution) seri 17.0 for

windows.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

16

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan jumlah item pola asuh otoriter dengan 5 pilihan jawaban maka dibuat

ketgorisasi sebagi berikut:

Tabel 4.4. Kategorisasi Pengukuran Skala Pola Asuh Otoriter Orangtua

No Interval Kategori Mean N Persentase

1 71,4 ≤ x ≤ 85 Sangat

Tinggi

0%

2 57,8 ≤ x < 71,4 Tinggi 15 20,83%

3 44,2 ≤ x < 58,7 Sedang 51,78 48 66,67%

4 30,6 ≤ x < 44,2 Rendah 8 11,11%

5 17 ≤ x < 30,6 Sangat

Rendah

1 1.39%

Jumlah 72 100%

SD =7,677 Min = 23 Max = 65 Keterangan: x = Pola Asuh Otoriter Orangtua

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang

memiliki skor pola asuh otoriter orangtua yang berada pada kategori sangat tinggi, pada

kategori tinggi 15 orang dengan presentase 20,83%, kategori sedang 48 orang dengan

presentase 66,67%, dan rendah 8 orang dengan persentase 11,11%, dan 1 mahasiswa

yang memiliki skor pola asuh otoriter orangtua yang sangat rendah dengan persentase

1,39%. Berdasarkan rata-rata sebesar 51,78 dapat dikatakan bahwa rata-rata pola asuh

otoriter orangtua mahasiswa berada pada kategori sedang. Skor yang diperoleh dari total

jawaban subjek bergerak dari skor minimum sebesar 23 sampai dengan skor maksimum

sebesar 65 dengan standard deviasi 7,677.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

17

Berdasarkan jumlah kategorisasi item skala penyesuaian diri dengan item valid 17

item dan memiliki 5 pilihan jawaban maka dibuat kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 4.5. Kategorisasi Pengukuran Skala Penyesuaian Diri

No Interval Kategori Mean N Persentase

1 222,6 ≤ x ≤ 265 Sangat

Tinggi

0 0%

2 180,2 ≤ x <222,6 Tinggi 11 15,28%

3 137,8 ≤ x <180,2 Sedang 157,24 50 69,44%

4 95,4 ≤ x < 137,8 Rendah 8 11,11%

5 53 ≤ x < 95,4 Sangat

Rendah

3 4,17%

Jumlah 72 100%

SD = 23,900 Min = 78 Max = 207 Keterangan: x = Penyesuaian Diri

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang

memiliki skor penyesuaian diri yang berada pada kategori sangat tinggi dengan

persentase 0%, 11 mahasiswa memiliki skor penyesuaian diri yang berada pada kategori

tinggi dengan persentase 15,28%, 50 mahasiswa memiliki skor penyesuaian diri yang

berada pada kategori sedang dengan persentase 69,44%, 8 mahasiswa memiliki skor

penyesuaian diri yang berada pada kategori rendah dengan persentase 11,11%, dan 3

mahasiswa memiliki skor penyesuaian diri yang berada pada kategori sangat rendah

dengan persentase 4,17%. Berdasarkan rata-rata sebesar 157,24, dapat dikatakan bahwa

rata-rata penyesuaian diri pada mahasiswa berada pada kategori sedang. Skor yang

diperoleh dari total jawaban subjek bergerak dari skor minimum sebesar 78 sampai

dengan skor maksimum sebesar 207 dengan standard deviasi 23,900.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

18

Uji Normalitas

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pola Asuh Otoriter Orangtua

dengan Penyesuaian Diri

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pola asuh

otoriter

Penyesuaian

diri

N 72 72

Normal Parametersa Mean 51.78 157.24

Std. Deviation 7.677 23.900

Most Extreme Differences Absolute .140 .110

Positive .055 .099

Negative -.140 -.110

Kolmogorov-Smirnov Z 1.190 .935

Asymp. Sig. (2-tailed) .118 .346

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel 4.6 di atas, kedua variabel

memiliki signifikansi p>0,05. Variabel pola asuh otoriter orangtua memiliki nilai K-S-Z

sebesar 1,190 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,118 (p>0.05). Oleh

karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data pola asuh otoriter orangtua

berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel penyesuaian diri yang memiliki

nilai K-S-Z sebesar 0,935 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,346.

Dengan demikian data penyesuaian diri juga berdistribusi normal.

Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk perhitungannya,

uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS seri 17.0 for windows yang dapat

dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Page 25: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

19

Tabel 4.7. Hasil Uji Linearitas Pola Asuh Otoriter Orangtua dengan

Penyesuaian Diri

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Penyesuaian diri *

Pola asuh otoriter

Between

Groups

(Combined) 17512.688 26 673.565 1.315 .206

Linearity 199.983 1 199.983 .391 .535

Deviation from

Linearity 17312.705 25 692.508 1.352 .186

Within Groups 23042.298 45 512.051

Total 40554.986 71

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,352 dengan sig.= 0,186

(p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara pola asuh otoriter orangtua dengan

penyesuaian diri adalah linear.

Analisis Korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas

dan uji linieritas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS seri 17.0 for

windows. Hasil korelasi antara pola asuh otoriter orangtua dengan penyesuaian diri

dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi antara Pola Asuh Otoriter Orangtua dengan

Penyesuaian Diri

Correlations

Pola asuh

otoriter Penyesuaian diri

Pola asuh otoriter Pearson Correlation 1 .070

Sig. (1-tailed) .279

N 72 72

Penyesuaian diri Pearson Correlation .070 1

Sig. (1-tailed) .279

N 72 72

Page 26: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

20

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara pola

asuh otoriter orangtua dengan penyesuaian diri sebesar 0,070 dengan sig. = 0,279 (p >

0.05) yang berarti tidak ada hubungan yang negatif signifikan antara pola asuh otoriter

orangtua dengan penyesuaian diri.

Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai

hubungan antara pola asuh otoriter dengan penyesuaian diri pada mahasiswa UKSW

2014 asal Ambon, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif

signifikan antara pola asuh otoriter dengan penyesuaian diri pada mahasiswa UKSW

2014 asal Ambon. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r

sebesar 0,070 dengan signifikansi sebesar 0,279 (p > 0,05) yang berarti kedua variabel

tidak memiliki hubungan yang negatif signifikan, yang menunjukkan bahwa jika pola

asuh otoriter orangtua dalam kategori tinggi ataupun rendah tidak berkorelasi dengan

penyesuaian diri pada mahasiswa merantau asal Ambon.

Hasil ini bertolak belakang dengan hipotesis awal peneliti yaitu ketika pola asuh

orangtua semakin otoriter maka penyesuaian diri anak semakin rendah. Karena pada

pola asuh otoriter, anak dituntut harus menerima sesuatu tanpa mempersoalkan aturan

yang dibangun orangtua dengan kata lain anak harus mengikuti semua yang dikatakan

oleh orangtua. Menurut Baumrind (1966), salah satu efek dari pola asuh otoriter yaitu

menghasilkan anak menjadi tertutup dan menarik diri yang membuat anak sulit untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan orangtua di Ambon menggunakan pola

asuh otoriter kepada anak-anak mereka sebagai salah satu bentuk didikan. Akan tetapi

pada hasil penelitian pada mahasiswa yang berasal dari Ambon ini menunjukan bahwa

pola asuh otoriter yang didapat mereka tidak memengaruhi penyeseuaian diri mereka.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

21

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini juga bertolak belakang dari

hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Suaib dan Rachmahana (2007) yang

memiliki hasil adanya hubungan negatif yang signifikan antara Pola Asuh Otoriter

dengan penyesuaian diri pada mahasiswa yang mempunyai hasil koefisien korelasi r =

-0,475 (p<0,01). Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satunya ialah

subjek yang diambil yaitu mahasiswa yang berasal dari Ambon dan berkuliah jauh dari

tempat asal juga orangtua mereka. Seperti, ciri pola asuh otoriter yang di kemukakan

oleh Hurlock (1995) bahwa orangtua otoriter melakukan pengontrolan terhadap anak

sangat ketat dan pengendalian tingkah laku anak melalui kontrol eksternal, tetapi disini

anak berada jauh dari jangkauan orangtua sehingga orangtua tidak lagi dapat mengontrol

dan mengendalikan anak dan anak tidak harus lagi mengikuti semua aturan yang

diberikan oleh orangtua karena orangtua sekarang berada jauh dari anak.

Yang berikutnya yaitu menurut Fatimah (2006), banyak faktor yang dapat

memengaruhi penyesuaian diri seseorang yaitu fisiologis, psikologis, faktor

perkembangan dan kematangan, dan juga faktor lingkungan yaitu lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat dan terakhir yaitu budaya dan agama. Faktor keluarga yaitu pola

asuh orangtua yang berhubungan dengan cara komunikasi antara orangtua dan anak

adalah salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang terdapat di dalamnya. Jadi, dapat

dimungkinkan faktor lain diluar faktor pola asuh orangtua otoriter dapat memengaruhi

penyesuaian diri anak. Seperti salah satunya dalam penelitian ini yaitu faktor budaya.

Hal ini didukung oleh Hurlcok (1995) yang menyebutkan salah satu faktor yang

memengaruhi pola asuh orangtua adalah budaya. Masyarakat Ambon khususnya,

mendidik anak dengan cara keras dan dapat digolongkan dalam pola asuh yang otoriter.

Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan untuk masyarakat Ambon untuk mendidik anak

Page 28: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

22

mereka yang mereka katakan keras atau otoriter, hal tersebut didukung juga oleh

penelitian Glorida (2012) yang mengatakan bahwa pada umumnya orangtua di Ambon

mendidik anak dengan cara otoriter, dengan memberikan hukuman verbal maupun non

verbal kepada anak ketika anak tidak mengikuti apa yang dikatakan orangtua.

Selain itu, juga didukung dari beberapa hasil wawancara singkat peneliti dengan

beberapa responden ataupun mahasiswa asal Ambon lainnya, mereka mengatakan telah

terbiasa dengan sikap orangtua yang keras, memarahi, memberikan hukuman secara

verbal maupun non-verbal. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena faktor budaya atau

kebiasaan cara pengasuhan di Ambon yang tergolong otoriter. Karena itu, masyarakat di

Ambon dan anak-anak yang berasal dari Ambon menganggap hal tersebut adalah hal

yang biasa saja, hal ini didukung oleh Hurlock (1995) yang menyebutkan ada beberapa

faktor yang memengaruhi pola asuh orangtua diantaranya keyakinan atau nilai-nilai

budaya orangtua, persamaan dengan pola asuh yang diterima oleh orangtua dan

penyesuaian yang disetujui oleh kelompok atau masyarakat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan

Penyesuaian Diri Mahasiswa UKSW 2014 asal Ambon, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Koefisien korelasi antara Pola Asuh Otoriter dengan Penyesuaian diri Mahasiswa

UKSW 2014 asal Ambon adalah sebesar 0,070 dengan signifikansi 0,279 (p >

0,05). Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 ini berarti tidak ada hubungan

negatif yang signifikansi antara Pola Asuh Otoriter dengan Penyesuaian Diri pada

mahasiswa UKSW 2014 asal Ambon.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

23

2. Sebagian besar subjek (51,78%) memiliki tingkat Pola Asuh Otoriter berada pada

kategori sedang dan sebagian besar subjek (157,24%) memiliki Penyesuaian Diri

berada pada kategori sedang juga.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan

hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan untuk mahasiswa asal Ambon agar

lebih meningkatkan lagi penyesuaian dirinya karena masih pada kategori sedang

dan perlu untuk lagi ditingkatkan dengan cara yang lain seperti memiliki motivasi

diri untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, faktor internal dari dalam diri

mahasiswa sendiri, ikut memulai berpartisipasi dalam lingkungan perkuliahan dan

faktor lain diluar pola asuh otoriter yang diterima oleh mahasiswa asal Ambon.

2. Bagi Orangtua

Untuk mendidik anak agar menjadi anak yang memiliki penyesuaian diri yang

baik tidak dapat dilakukan dengan mendidik anak menggunakan cara pola asuh

otoriter. Orangtua dapat mendidik dan mengasuh anak dengan memberikan anak

motivasi, dukungan, dan hal-hal lain yang diluar dari pola asuh otoriter.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang memengaruhi

penyesuaian diri. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan,

sehingga terungkap faktor-faktor yang memengaruhi. Faktor-faktor lainnya yang

dapat dilihat dari penyesuaian diri seperti faktor psikologis, faktor fisiologis dan

Page 30: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

24

faktor dari lingkungan lainnya seperti sekolah dan masyarakat. Selain itu, Pola asuh

lainnya seperti pola asuh demokratis ataupun permissif yang mungkin dapat

memberi pengaruh yang sangat besar bagi penyesuaian diri. Sampel yang

digunakan diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat lebih bervariasi.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

25

Daftar Pustaka

Ali, M., Asrori. (2008). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Aryatmi. (1992). Perilaku remaja daerah pinggiran dan kota. Surabaya: Swastika

media Cipta.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barus, G. (2003). Memaknai pola pengasuhan orangtua pada remaja. Jurnal Intelektual.

Vol. 1. 2. 151-154.

Baumrind, D. (1966). Effects of authoritative parental control on child behavior. Child

Development, 37(4), 887-907.

Cozby, P. C. (2009). Methods in behavioral research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dayakisni, T. (1988). Perbedaan intensi prososial siswa- siswi ditijau dari pola asuh

orangtua. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Jurnal Psikologi 1, 14-17

Fatimah, E. (2006). Psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung :

Pustaka Setia

Glorida, H. (2012). Hubungan antara pola asuh orangtua otoriter dengan

kecenderungan emotional focused coping pada remaja (Study Kasus). Diakses

pada tanggal 13 November 2013 dari

http://xtyega.blogspot.com/2012/09/skripsi-emotional-focused-copiing-

studi.html

Gunarsa, S. D. (2003). Psikologi untuk keluarga. Jakarta : Gunung Mulia

Hadi, S. (2004). Metodologi research. Yogyakarta: Andi Ofset.

Hurlock, E. (1990a). Psikologi perkembangan anak. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E. (1995b). Perkembangan anak Jilid satu. Jakarta: PT. Aksara Pratama.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

26

Hurlock, E. (1999c). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentan

kehidupan. Jakarta: Erlangga

Kartono, K. (1979). Teori kepribadian/ Kartini Kartono.Bandung: Alumni

Kusumastuti, N. E. (2003). Hubungan antara persepsi terhadap sikap orangtua yang

terlalu melindungi anak pada sistem pendidikan terpadu. Skripsi (tidak

diterbitkan). Solo : Universitas Sebelas Maret.

Lehner, G. F. J., Kube, E. (1964). The dynamics of personal adjusment. London:

Prentice-Hall.

Ningrum, P. R. (2013). Perceraian orangtua dan penyesuaian diri remaja (Studi Pada

Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan Di Kota Samarinda). eJournal

Psikologi, Volume 1, Nomor 1, hal: 69-79.

Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki. (2009). Statistik terapan: untuk penelitian ilmu-

ilmu sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Robinson, C. C., Mandleco, B., Olsen, S. F., & Hart, C. H. (1995). Authoritative,

authoritarian, and permissive parenting practices: Development of a New

Measure. Psychological Reports 77, 819-830.

Runyon, R.P., Haber, A. (1984). Psychology of adjustment. Illinois : The Dorsey Press.

Santrock, J. W. (1995). Life-span development ( Perkembangan masa hidup). Jakarta:

Erlangga.

Schneiders, A. (1964). Personal adjustment and mental health. New York: Rinehart &

Winston.

Singgih, D. (2005). Bentuk dan Pola Dasar Penyesuaian Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Splichal, C. T. (2009). The effects of first-generation status and race/ethinicity on

student adjustment to college (Doctoral dissertation). Available from

ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 3392608)

Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suaib, I. L., Rachmahana, R. S. (2007). Hubungan pola asuh otoriter dengan

penyesuaian diri pada mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi

– UII Yogyakarta.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9079/2/T1_802010008_Full... · Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi tidak menimba ilmu sendiri

27

Taganing, Ni Made., & Fortuna, F. (2008). Hubungan pola asuh otoriter dengan

perilaku agresif pada remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi -

Universitas Gunadarma.