hasil dan pembahasan

Upload: putrisetyawati

Post on 08-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kultur sel

TRANSCRIPT

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi tanamanHasil pengamatan dari kultur ini dilakukan setiap dua minggu sekali setelah kultur (MKS), mulai minggu ketiga sampai minggu kesembilan. Pada pengukuran tinggi tanaman, diamati dengan cara mengukur tinggi planlet dari permukaan media hingga sampai ujung tertinggi tanaman. Tinggi tanaman planlet dilihat pada tabel x,

Tabel x. Tinggi Planlet (cm) pada berbagai komposisi media

Perlakuan

Waktu Pengamatan

3 MSK5MSK7MSK9MSK

M11,351,57b1,681,82b

M11,331,46ab1,601,72ab

M31,321,45ab1,581,69a

M41,271,4a1,551,69a

BNJ 5%-0,14-0,12

Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda ada uji BNJ taraf 5%

Pada hasil kultur yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa penggunaan media VW + 2ppm (GA3) + 250 ml/l air kelapa menghasilkan tinggi tanaman yang paling tinggi pada 5 dan 9 MSK, dimana diperoleh rata-rata 1,57 cm ; 1,82 cm, komposisi media M1 berbeda dengan komposisi media lainnya. Penggunaan komposisi media VW + 2ppm (GA3) + 250ml/l air kelapa menghasilkan tinggi tanaman yang paling tinngi pada waktu 9MSK dengan 1,92 cm. Perlakuan media ini dengan menggunakan air kelapa menunjukan pengaruh yang sangat baik dibandingkan dengan perlakukan media lainnya. Berdasarkan studi literature (Widiastoety,2008) menyatakan bahwa air kelapa mengandung zat atau bahan-bahan seperti karbohidrat, vitamin, mineral, protein serta penambahan zat tumbuh yaitu auksin, sitokinin dan giberelin yang berperan sebgai penstimulir proliferasi jaringan, metabolisme dan respirasi. Oleh karena itu, air kelapa mempunyai kemampuan besar untuk mendorong pembelahan sel dan proses deferensiasi. Konsentrasi optimum air kelapa yang diberikan adalah 15% (Tulecke et all, 1960). Auksin dan sitokinin berfungsi sebagai mempercepat merangsang pemanjangan sel dan batang yang lebih banyak dibantu oleh hormone giberelin. Pada media yang digunakan yaitu media VW yang diformulasikan oleh E. Vacin dan F. Went terdiri atas unsur hara makro dan mikro dalam bentuk garam-garam anorganik dengan jumlah yang sesuai dengan prosedur. Garam anorganik yang digunakan berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh dan bentuk fisik media. Penambahan air kelapa digunakan karena eksplan yang ditanam tidak sepenuhnya hidup secara autotrof dan bergantung juga pada zat anorganik. Sehingga dengan penggunaan komposisi media (M1) pertumbuhan sel yang terjadi saat kulturisasi berlangsung cepat dan sesuai dengan jenis eksplan yang digunakan. Untuk memperoleh pertumbuhan eksplan sesuai dengan yang diharapkan mak perlu penambahan zat pengatur tumbuh (hormon pertumbuhan). Konsentrasi zat pengatur tumbuhan yang ditumbuhkan pada media bervariaso bergantung pada jenis dan umur bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan.

B. Jumlah TunasBerdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sata melakukan percobaan ini dengan berbagai komposisi media tanam, penggunaan media VW + 2ppm (GA3) + 250 ml/l (M1) menghasilkan jumlah tunas yang paling banyak pada 3, 5, 7 dan 9 MSK dimana diperoleh rata-rata jumlah tunas per eksplan pada minggu ketiga, kelima, ketujuh dan kesembilan 0,81 tunas; 1,60 tunas; 2,25 tunas; 2,55 tunas. Sedangkan pada komposisi M1, M2, M3 dan M4 pada jumlah tunas mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Tabel . Rata-Rata Jumlah Tunas Pada Berbagai Komposisi MediaPerlakuanWaktu Pengamatan

3 MSK5 MSK7 MSK9 MSK

M10,85b1,60b2,25b2,55b

M20,50a1,30b1,65a1,95b

M30,30a1,10a1,20a1,60a

M40,35a1,20a1,45a1,65a

BNJ 5%0,220,310,410,43

Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda ada uji BNJ taraf 5%

Saat munculnya tunas pada komposisi media VW + 2ppm (GA3) + 250 ml/l air kelapa lebih baik dibandingkan dengan perlakuan komposisi media yang lain, sedangkan pengamatan jumlah tunas pada pengamatan jumlah tunas pada pengamatan 9 MSK dengan jumlah rata-rata 2,55 helai (Tabel x).Pada pembentukan tunas baru, tanaman membutuhkan unsur-unsur mikro seperti N (nitrogen), K ( kalium), S (belerang), Fe (besi) dan Zn (seng) yang memadai untuk proses pertumbuhan tunas. Unsur N,S,Fe dan tiamin dapat merangsang pembelahan sel, sehingga meningkatkan pertumbuhan tunas samping. Defisiensi (pengurangan efisiensi) unsur N, K, S, Fe dan Zn pada semai dapat menyebabkan penambahan jumlah tunas yang terhambat dan secara umum dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Wattimena, 1988).Menurut George dan Sherrington (1984) mengemukakan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dalam kultur in vitro pada batas-batas tertentu mampu merangsang pertumbuhan tetapi juga dapat bersifat sebagai penghambat bila digunakan melebihi konsentrasi optimum (jenuh).Ketersediaan unsur hara bersifat kritis karena usnur hara harus tersedia bagi tanaman dengan unsur yang sangat spesifik dan tidak tergantikan dengan unsur lainnya serta dengan jumlah yang berbeda tergantung pada jenis tanamannya. Bila ketersediaan unsur hara mulai sedikit atau sangat banyak akan berpengaruh pada metabolisme yag terjadi pada tanaman yang dikultur.