golongan intelektual dan kehidupan seorang intelektual

Upload: handi-agus-hidayat

Post on 19-Jul-2015

66 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Golongan Intelektual dan Kehidupan seorang intelektual* Sesuai dengan fungsinya melaksanakan pendidikan tinggi, perguruan tinggi memperoduksi sarjana dan menghasilkan intelektual. Seorang disebut intelektual apabila memenuhi persyaratan: a. Berpendidikan tinggi atau mempunyai pengetahuan setingkat dengan pengetahuan yang diberikan kepada lulusan perguruan tinggi b. Berminat atau peduli pada masalah-masalah yang menyangkut nasib manusia yang berkaitan dengan moral dan politik c. Mampu menyatakan hasil pemikirannya, moral dan politik secara lisan maupun secara tertulis Tidak semua sarjana digolongkan sebagai intelektual dan tidak ahrus seorang intelektual itu sarjana. Seorang yang digolongkan sebagai intelektual selalu hidup dalam ide. Mereka menyusun konsep dan skema moral untuk tujuan idenya. Oleh karena dalam ide tidak selalu sama dengan dunia nyata, maka seorang intelektual sering melakukan kritik terhadap dunia nyata. Kritiknya selalu menghendaki perubahan agar dunia nyata mendekati harapan idenya. Demikianlah, intelektual selalu bersifat kritis. Sinonim kata intelektual adalah cendekiawan. Beberapa keharusan sikap hidup intelektual: a. Selalu berupaya menambah wawasan/pengetahuannya dengan banyak membaca, mengakui perlunya continuing education b. Berpegang pada adgium Non scholae sed vitae discimus (belajar pada tuntutan kehidupan) c. Menghayati adagium Noblese Oblige (kemuliaan menuntut tanggung jawab) d. Menjalani ilmu padi (makin berilmu malah makin merunduk), makin bertambah pengetahuannya makin merasa banyak yang masih harus dipelajari. Mengakui kebenaran tong kosong nyaring bunyinya

e. Bergabung ke organisasi profesinya untuk memudahkan mendapatkan tambahan ilmu f. Berdediksi kepada bidang ilmunya, tidak takut berkorban demi ilmunya g. Bersikap kritis namun bijaksana h. Menhargai pendapat orang lain i. Bersikap sans pre judice (todak berprasangka buruk) bila berdiskusi j. Bersikap sans rancune (tidak menaruh dendam) setlah selesai berdiskusi * Diambil dari buku Tradisi Kehidupan Akademik penulis R. Darmanto Dojodibroto, yang diterbitkan oleh Galang Press di Yogyakarta pada tahun 2004.