gerakan wahhabi dan keluarga saud dalam upaya …

80
GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA MENDIRIKAN KERAJAAN SAUDI ARABIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Oleh Izmi Syahidah NIM: 1113022000023 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM

UPAYA MENDIRIKAN KERAJAAN SAUDI ARABIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh

Izmi Syahidah

NIM: 1113022000023

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …
Page 3: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …
Page 4: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …
Page 5: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

i

ABSTRAK

Dalam sejarahnya, Kerajaan Saudi Arabia mengalami tiga fase dalam

pembentukannya: fase pertama, berdirinya Saudi Arabia dipimpin oleh

Muhammad bin Saud bekerjasama dengan Muhammad bin Abdul Wahab pada

tahun 1744-1818 M. Fase kedua, bangkit kembali pada tahun 1823-1891 M yang

dipelopori oleh Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Saud. Fase ketiga,

diplopori oleh Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad bin Saud pada 1902-

1932 M. Masalah utama dalam penelitian ini adalah tentang "bagaimana peran

gerakan Wahhabi dan peran keluarga Saud dalam upaya mendirikan Kerajaan

Saudi Arabia?”, penelitian ini dapat dikatagorikan sebagai aspek sosial-politik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang peran dari

gerakan Wahhabi dan peran keluarga Saud dalam upaya mendirikan Kerajaan

Saudi Arabia pada tahun dimulainya kerjasama antara gerakan Wahhabi dan

keluarga Saud 1744 M sampai tahun berdirinya Kerajaan Saudi Arabia 1932 M.

Maka, penulis menggunakan metode penelitian, yakni: heuristik (pengumpulan

sumber), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Temuan penulis bahwa

berdirinya Kerajaan Saudi Arabia karena terdapat dua kekuatan besar yang sangat

berpengaruh yaitu politik dan agama yang saling membutuhkan dan tidak bisa

dipisahkan. Namun keduanya membatasi peranannya, gerakan Wahhabi

mengambil peran keagamaan dan keluarga Saud mengambil peran politik. Penulis

tertarik dengan terbentuknya Kerajaan Saudi Arabia karena terdapat dua aspek

berbeda yaitu agama dan politik yang saling bahu membahu dalam mendirikan

Kerajaan Saudi Arabia, karena tidak semua negara dapat menggabungkan kedua

aspek tersebut dalam satu kesatuan.

Kata kunci: Kerajaan Saudi Arabia, Gerakan Wahhabi, Keluarga Saud

Page 6: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan banyak

nikmat kepada setiap hambanya dan jika di hitung, maka kita tidak akan sanggup

menghitungnya. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada baginda

nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing manusia dari zahaman

jahiliyah menuju zaman yang terang benderang.

Skripsi yang berjudul “Gerakan Wahhabi dan Keluarga Saud dalam

upaya Mendirikan Kerajaan Saudi Arabia” Alhamdulillah telah diselesaikan

oleh penulis, meskipun penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam

penulisan skripsi ini karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya dukungan dari banyak pihak.

Maka patutlah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah mendukung, baik dalam bentuk materi ataupun nonmateri. Ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

3. H. Nurhasan, M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

4. Solikatus Sa‟diyah, M.Pd. selaku Sekertaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam.

5. Dr. H. Abdul Chair, M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan

kebaikan hati dan kesabarannya telah memberikan arahan, sumber-sumber,

nasihat dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.A. selaku dosen pembimbing akademik

yang telah membimbing penulis dari semester satu hingga mendapatkan

dosen pembimbing skripsi.

7. Prof. Dr. H. Didin Saepudin, M.A. selaku penguji I dan Dr. Awalia

Rahma, M.A. selaku penguji II. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas

segala kritik, saran, dan koreksi yang membangun untuk memperbaiki dan

menyempurnakan skripsi penulis.

8. Drs. H. Khairuddin, M.Si. dan Dra. Hj. Rosyadah selaku orangtua penulis,

yang selalu mendoakan tanpa henti di setiap sholatnya dan selalu menjadi

penyemangat utama penulis untuk menyelesaikan skripsi. Kakak Nadia,

adek Bila, adek Wafa dan adek Taqia selaku saudara kandung penulis,

yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk moril kepada penulis.

Page 7: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

iii

9. Yuni, Linda, Elis, Nia, Lia, Fida, Putri, Sunah, Burhan, Lukman, Ilham

selaku teman dekat penulis, yang selalu ada di kala suka dan duka dalam

proses penulisan skripsi.

10. Seluruh angkatan 2013 Sejarah Kebudayaan Islam yang tak dapat di

sebutkan satu persatu, selalu membantu dalam proses belajar selama empat

tahun, memberikan semangat dan saling bekerjasama dalam belajar.

11. April, Yahdia, Wardah, Putri, alm. Indah selaku teman dekat penulis saat

di MAN 4 Jakarta, yang selalu mendukung dari jauh, memberikan

perhatian setiap bertemu, bahkan saling memberikan doa terbaik satu sama

lain.

12. Seluruh teman-teman Religion MAN 4 Jakarta yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terimakasih untuk semangat yang selalu diberikan

kepada penulis.

13. Uum, Calista, Fildzah, Farrah, Firda, Taufik, Ihsan, Robi, Mahfud, Arius.

Teman seperjuangan Kuliah Kerja Nyata yang sudah seperti keluarga

penulis, penulis ucapkan terimakasih untuk setiap dukungan yang kalian

berikan dalam bentuk menyemangati penulis tanpa henti selama proses

penulisan skripsi.

14. Mba Roro selaku guru. Teh Lina, Fadhilah, Nuy, kak Ishmah, Taqi, Arum,

Nida, Puput dan Tiara, yang telah memberikan banyak masukan dan

bimbingan rohani kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi.

Jakarta, 1 November 2017

Izmi Syahidah

Page 8: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK .......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iv

BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Permasalahan Penelitian ......................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 8

E. Metode Penelitian ................................................................................................. 12

F. Landasan Teori ...................................................................................................... 13

G. Sistematika ............................................................................................................ 16

BAB II: JAZIRAH ARAB DAN GERAKAN WAHHABI ......................................... 18

A. Kondisi Geografis dan Masyarakat Jazirah Arab .................................................. 18

B. Biografi Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1792 M) .................................... 23

C. Munculnya Gerakan Wahhabi .............................................................................. 26

D. Konsep Ajaran Wahhabi ....................................................................................... 30

BAB III: KEPEMIMPINAN KELUARGA SAUD ...................................................... 36

A. Kerajaan Saudi Arabia Pertama (1744-1818 M) ................................................... 36

B. Kerajaan Saudi Arabia Kedua (1823-1891 M) ..................................................... 38

C. Biografi Abdul Aziz bin Abdurrahman (1880-1953 M) ....................................... 40

D. Kerajaan Saudi Arabia Ketiga dan Proses Penaklukan Kota-kota di Jazirah Arab

(1902-1932 M) .............................................................................................................. 42

BAB IV: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA

MENDIRIKAN KERAJAAN SAUDI ARABIA .......................................................... 51

A. Peran Gerakan Wahhabi dan Peran Abdul Aziz bin Abdurrahman dalam Upaya

Mendirikan Kerajaan Saudi Arabia ............................................................................... 51

B. Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia 1932 M ........................................................... 55

C. Faktor-Faktor Keberhasilan Gerakan Wahhabi dan Keluarga Saud dalam Upaya

Mendirikan Kerajaan Saudi Arabia ............................................................................... 56

Page 9: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

v

BAB V: KESIMPULAN ................................................................................................. 61

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 61

B. Saran ..................................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 68

Page 10: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saudi Arabia terletak bersebelahan dengan dua benua, Eropa dan Afrika.

Secara geografis berbatasan langsung dengan Yordania dan Irak di utara, Kuwait

di timur laut, Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab di timur, Oman di tenggara,

dan Yaman di selatan. Negara ini terpisah dengan Israel dan Mesir oleh Teluk

Aqaba. Negara ini adalah satu-satunya negara yang memiliki dua pesisir penting,

yakni Laut Merah dan Teluk Persia. Saudi Arabia sebelum menjadi sebuah

kerajaan pada tahun 1932 M adalah sebuah kawasan yang masyarakatnya kental

dengan kesukuan, masyarakat asli Arab adalah suku Badui yang selalu berpindah-

pindah tempat.1

Wilayah Arab pernah dikuasai oleh Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, Bani

Abbasiyah, dan Turki Utsmani. Turki Utsmani menguasai wilayah Arabia pada

abad ke-16.2 Pada saat itu, pemerintahan berpusat di Istanbul.

3 Dinasti Turki

Utsmani telah berdiri selama 625 tahun, lebih dari enam abad. Wilayah kekuasaan

Turki Utsmani meliputi sebagian Asia, Afrika, dan Eropa. Walaupun wilayah

kekuasaan Turki Utsmani sangat luas, tetapi Turki Utsmani dapat mengatur

pemerintahannya dengan baik, dalam pemerintahan Turki Utsmani, Sultan sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi, dibantu dengan perdana menteri. Setiap daerah

kekuasaan Turki Utsmani dipimpin oleh Pasya (gubernur) dan dibantu oleh

bupati. Namun, kekhalifahan Turki Utsmani mulai mengalami kemunduran saat

dipimpin oleh sultan-sultan yang tidak mempunyai jiwa kepemimpinan. Selain

1 Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 16-17. 2 Badri Yatim, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci; Hijaz (Mekah dan Madinah) 1800-

1925 (Jakarta: alaogos wacana ilmu, 1999), h. 2. 3 Lothrop Stoddard, Dunia Baru Islam terjemah. Muljadi Djojomarto dkk (Jakarta: panitia

penerbit, 1966), h. 31.

Page 11: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

2

itu, kehidupan para penguasa Turki Utsmani yang mewah dan berlebih-lebihan

menjadikan banyaknya tindak korupsi dalam keuangan negara.4

Selama dua abad lebih proses kemunduran itu terjadi pada Turki Utsmani.

Satu per satu negara yang dikuasai Turki Utsmani mengalami pemberontakan

untuk dapat memisahkan diri dari kekuasaan Turki Utsmani. Hal tersebut terjadi

pada wilayah kekuasaan di Eropa. Namun, tidak hanya di wilayah Eropa saja

tetapi juga beberapa daerah di wilayah Timur Tengah yang berusaha

memberontak untuk dapat melepaskan diri dari kekuasaan Turki Utsmani. Seperti

di Mesir, kelemahan-kelemahan kerajaan Utsmani membuat Mamalik bangkit

kembali. Pada masa kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik

kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari Prancis

tahun 1798 M. Di Lebanon dan Syria, Fakhr Al-Din, seorang pemimpin Druze,

berhasil menguasai Palestina.5 Di kawasan Arab, Muhammad bin Saud (1725

M/1138 H) menjadi pemimpin dari sebuah kabilah kecil di wilayah Diraya hadir

sebagai seseorang yang berusaha melepaskan diri dari kekuasaan kekhalifahan

Turki Utsmani.

Di sisi lain, masyarakat Arab mengalami kemerosotan moralitas agama,

terdapat banyak pengaruh negatif yang ditularkan oleh negara-negara lain, seperti

pengaruh ajaran filsafat Yunani dan Romawi, pengaruh mistik platonik6 dari

budaya Rusia, dan pengaruh faham takhayul dari agama Hindu.7 Hal tersebut

menjadikan wilayah Arab banyak terdapat tindakan-tindakan syirik, pembangunan

kubah-kubah di atas kuburan dan melakukan penyembahan pada makam. Faham

Wahhabi muncul sebagai sebuah faham keagamaan yang mempunyai ideologi

4 Karta Raharja Ucu, Faktor-Faktor Penyebab Hancurnya Khilafah Utsmani,

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-digest/17/03/03/om8pwu282-

faktorfaktor-penyebab-hancurnya-khalifah-utsmani, di akses pada Sabtu,14 Oktober 2017 pukul

19.35 WIB. 5 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 166.

6 Sintesis ide Platonik dan al-Qur‟an dielaborasi sebagaian filsuf Islam untuk meredakan

ketegangan pendekatan filsafat versus konservatif untuk sampai pada formulasi bahwa kebenaran-

kebenaran bergradasi, bukan berdiferensiasi atau konflik. Pendekatan ini mendapat tempat pada

pendekatan mistis. Lihat Wardani, Epistemologi kalam abad pertengahan (Yogyakarta: LkiS

Yogyakarta, 2003), h. 37. 7 Herry Mohammad DKK, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta: Gema

Insani, 2006), h. 244.

Page 12: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

3

untuk membersihkan dan menyempurnakan ajaran Islam dengan berpedoman

pada al-Qur‟an dan Hadis, menjauhkan dari dari tindakan bid‟ah, syirik dan

khurafat. Wahhabi percaya bahwa tindakan-tindakan tersebut berasal atau

dipengaruhi oleh bangsa Yunani, Turki, dan Persia.8 Gerakan Wahhabi

menganjurkan untuk tidak melakukan bid‟ah dan kembali kepada ajaran murni

yang terdapat dalam al-Qur‟an dan Hadis.9

Wahhabi adalah sebuah aliran yang mempunyai ideologi untuk

membersihkan dan menyempurnakan ajaran Islam dengan berpedoman pada al-

Qur‟an dan Hadis, dan menjauhkan diri dari tindakan bid‟ah, syirik, dan khurafat.

Paham Wahhabi yang utama adalah Tauhid, yaitu keesaan dan kesatuan Allah.

Nama Wahhabi diambil dari pendirinya yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab,

kata “Wahhabi” yang berarti para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab. Ia

adalah seorang pendiri gerakan Wahhabi yang pemikirannya banyak mengambil

dari mazhab Hanbali.10

Menurut Nurcholis Madjid, dalam bukunya Khazanah

Intelektual Islam, gerakan Wahhabi merupakan hampir satu-satunya gerakan

pembaruan keagamaan yang paling sukses secara keagamaan karena telah

bergabung dengan kekuatan keluarga Saud.11

Penyatuan kedua aspek tersebut dimulai pada tahun 1744 M. Agama dan

politik menjadi satu, saat Abdul Wahhab dengan membawa faham Wahhabi

bertemu dengan Muhammad bin Saud yang menjadi pemimpin kabilah di wilayah

Diraya. Kerjasama dan koalisi ini terbentuk dan dibuatlah pembagian kerja yang

membatasi wewenang satu sama lain. Abdul Wahhab bertanggung jawab dalam

urusan keagamaan dan Muhammad bin Saud memegang tanggung jawab politik.12

8 Khaled Abou El Fadl, Selamat Islam dari Muslim Puritan Terjemahan. Helmi Mustofa

(Jakarta: serambi 2006), h. 63. 9 Syaikh Abdul Aziz Bin Baz, Imam Muhammad bin Abdul Wahhab: Dakwah dan Jejak

Perjuangannya, Penerjemah. Rahmat Arifin Muhammad bin Ma‟ruf (Jakarta: Megatama Sofwa

Presindo, 1919 H), h. 28-30. 10

Nur Umamah, “Peran Gerakan Wahabiah dalam Membantu Mewujudkan Pemerintahan

Raja Abdul Aziz di Arab Saudi,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 1. 11

Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam ( Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 61 12

Akbar S Ahmad, Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi (Jakarta: Erlangga,

1990), h. 161.

Page 13: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

4

Dalam perkembangannya, hubungan kedua aspek ini semakin kuat saat

faham Wahhabi menyebar di wilayah Diraya dan Nejed. Kekuatan tersebut

berkembang dengan ditandai jatuhnya wilayah Nejed pada kekuasaan Saud, lalu

kekuasaan tersebut semakin meluas ke tanah tinggi 'Asir, dan pada puncaknya

mereka melakukan serangan di Irak, menghancurkan makam Husein bin Ali di

Karbala tahun 1801 M, setelah itu gerakan Wahhabi membersihkan kota Makkah

dan Madinah pada tahun 1804-1806 M. Peristiwa-peristiwa tersebut sebagai tanda

berdirinya Kerajaan Saudi Arabia pertama.13

Melihat keadaan tersebut, kekhalifahan Turki Utsmani yang telah

menguasai wilayah Arabia menjadi marah dan memicu adanya peperangan. Tugas

untuk menghancurkan pasukan Saud dan Wahhabi diberikan pemerintahan Turki

Utsmani pada gubernur Mesir, Muhammad Ali Pasya. Muhammad Ali Pasya

mengirimkan pasukannya ke Hijaz melalui laut dan merebutnya kembali.

Anaknya, Ibrahim Pasya, memimpin pasukan Turki Utsmani ke kota Nejed dan

merebut kota demi kota. Akhirnya, Ibrahim Pasya mencapai ibu kota Saud, yaitu

Diraya dan menyerangnya untuk beberapa bulan sampai kota itu menyerah pada

musim dingin tahun 1818 M. Ibrahim lalu membawa banyak pasukan Saud ke

Mesir dan Ibukota Turki Utsmani, Istanbul. Lalu menghancuran Diraya.14

Sejarah keluarga Saud dan gerakan Wahhabi belum berakhir. Keturunan

Saud dan gerakan Wahhabi terus hidup dan mendirikan Kerajaan Saudi Arabia

Kedua pada 1823 M. Kerajaan Saudi Arabia kedua ini dipimpin oleh Turki bin

Abdullah bin Muhammad bin Saud, pemerintahan berpusat di wilayah Nejed.15

Kemudian, Turki meninggal dan digantikan anaknya yaitu Faisal bin Turki. Faisal

bin Turki berkuasa hanya empat tahun dan menghembuskan napas terakhirnya

pada 1865 M.16

Pasca meninggalnya Faisal, Nejed langsung dilanda konflik

perebutan tahta antara keluarga Saud. Melemahnya kekuatan Nejed lantas

13

Bernard Lewis, Krisis Islam antara Jihad dan Teror yang Keji (Jakarta: Ina

Publikatama, 2004), h. 114-115. 14

Khaled Abou El Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan (Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta, 2006), h. 79. 15

Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Imam Muhammad bin Abdul Wahhab Dakwah dan

Jejak Perjuangannya (Jakarta: Megatama Sofwa Pressindo, 2005), h. 59. 16

Nehed Alghadri, Tentang Jang Besar (Jakarta: Pusaka, 1966), h. 19.

Page 14: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

5

dimanfaatkan oleh Dinasti al-Rasyid untuk merebut kekuasaan di keluarga Saud.

Sehingga, pada tahun 1891 M pasukan al-Rasyid berhasil menaklukkan Nejed dan

mengakhiri riwayat kekuasaan Dinasti Saud.17

Pada 1902 M atau 1319 H, Dinasti Saud di bawah pimpinan Abdul Aziz

bin Abdurrahman dengan bantuan gerakan Wahhabi, berupaya membangun

kembali kekuatannya. Pada tahun 1902, Abdul Aziz bin Abdurrahman menyerang

dan merebut kota Riyadh. Inilah titik awal sejarah Arab modern, Abdul Aziz terus

melakukan penaklukan demi penaklukan dengan dukungan gerakan Wahhabi.

Abdul Aziz mulai menyatukan wilayah Jazirah Arab yang luas ke dalam sebuah

kerajaan yang dikenal dengan nama Kerajaan Saudi Arabia. Penyatuan dengan

nama ini dideklarasikan pada 1932 M atau 1351 H oleh Abdul Aziz bin

Abdurrahman (Ibnu Saud). Ia menegaskan kembali komitmen para pendahulunya,

para penguasa Dinasti Saud, untuk selalu berpegang teguh pada prinsip-rinsip

Syariat Islam.18

Adapun penulisan tentang gerakan Wahhabi dan keluarga Saud dalam

upaya mendirikan Kerajaan Saudi Arabia ini adalah untuk memperjelas apa saja

peran dari masing-masing (gerakan Wahhabi dan keluarga Saud) dalam

mendirikan Kerajaan Saudi Arabia. kerjasama yang dilakukan oleh aspek agama

dan politik sehingga berhasil mendirikan Kerajaan Saudi Arabia yang kuat

menjadikan hal tersebut menarik untuk di bahas. Ditambah dengan terdapat

Makkah dan Madinah yang menjadi pusat peribadatan umat Islam di seluruh

dunia. Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia dapat merubah (sosial-politik)

keseluruhan wilayah Jazirah Arab terutama Makkah dan Madinah yang terjadi

pada abad ke-20.19

Hal tersebut jelaslah penting tentang usaha-usaha yang

dilakukan dalam mendirikan Kerajaan Saudi Arabia.

17

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008 ), h. 16. 18

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud,

kumpulan makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud

Riyad KSA), h. 65. 19

Nehed Alghadri, Tentang Jang Besar (Jakarta: Pusaka, 1966), h. 11.

Page 15: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

6

B. Permasalahan Penelitian

1. Permasalahan Utama

Pokok masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah peran gerakan

Wahhabi dan peran keluarga Saud dalam upaya mendirikan Kerajaan Saudi

Arabia. Dalam perjalanan sejarahnya, KSA telah mengalami tiga fase dalam

pembentukannya, yaitu pada periode pertama dipelopori oleh Muhammad bin

Saud bekerjasama dengan Muhammad bin Abdul Wahhab pada tahun 1744 M

yang berpusat di Diraya, kemudian dapat diantisipasi oleh pemimpin Turki

Utsmani yaitu Muhammad Ali Pasya tahun 1818 M; lalu periode kedua dipelopori

oleh Turki bin Abdullah pada 1823 M, periode kedua ini dapat di runtuhkan

kembali oleh Dinasti al-Rasyid pada tahun 1891 M pasukan al-Rasyid berhasil

menaklukkan Nejed dan mengakhiri riwayat kekuasaan Saud; dan periode ketiga

dipelopori oleh Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Saud pada tahun 1902 M,

Abdul Aziz bin Abdurrahman menyerang dan merebut kota demi kota hingga

dapat mendirikan KSA pada tahun 1932 M.

Proses pembentukan kerajaan yang mengalami jatuh bangun menjadikan

pentingnya mengetahui tentang peranan gerakan Wahhabi dan peranan keluarga

Saud dalam upaya mendirikan KSA. Selama ini, yang menjadi perdebatan adalah

tentang peranan masing-masing kedua aliansi yang bekerjasama tersebut sehingga

dapat mendirikan Kerajaan Saudi Arabia yang kuat, aktifitas politik keluarga Saud

di sebut sebagai aplikasi dari gerakan Wahhabi dan gerakan dakwah Wahhabi

disebut sebagai usaha untuk mencapai kekuasaan oleh keluarga Saud.20

Namun

dalam hal terbentuknya Kerajaan Saudi Arabia, dua kekuatan yaitu gerakan

Wahhabi dan keluarga Saud tidak dapat dipisahkan karena adanya kerjasama dan

sikap saling menguntungkan satu sama lain. Maka untuk itu, yang menjadi

permasalahan utama penelitian ini adalah “Bagaimana peran gerakan Wahhabi

dan peran keluarga Saud dalam upaya mendirikan Kerajaan Saudi Arabia ?”.

Namun, secara khusus masalah ini dapat dikatagorikan sebagai aspek sosial-

20

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 194.

Page 16: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

7

politik. Penelitian ini dibatasi pada awal terjalinnya hubungan kerjasama yang

dilakukan oleh gerakan Wahhabi dan keluarga Saud pada tahun 1744 M sampai

berdirinya Kerajaan Saudi Arabia tahun 1932 M.

2. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian, maka akan dibuat beberapa rumusan

masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah gerakan Wahhabi?

2. Bagaimana kepemimpinan keluarga Saud dan upaya mendirikan Kerajaan

Saudi Arabia?

3. Bagaimana peran gerakan Wahhabi dan peran keluarga Saud dalam upaya

mendirikan Kerajaan Saudi Arabia?

Untuk menghindari meluasnya pembahasan penelitian, maka penulis akan

membatasi ruang lingkup pembahasan pada awal terbentuknya kerjasama gerakan

Wahhabi dan keluarga Saud sampai berdirinya Kerajaan Saudi Arabia pada tahun

1744-1932 M.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah gerakan Wahhabi.

2. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan keluarga Saud dan upaya

mendirikan Kerajaan Saudi Arabia.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran gerakan Wahhabi dan peran keluarga

Saud dalam upaya mendirikan Kerajaan Saudi Arabia.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan daya kritis terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di

seluruh dunia khususnya KSA.

2. Untuk dijadikan bahan kajian dan menyumbangkan sebuah karya tulis yang

berkaitan dengan peristiwa dalam aspek sosial politik di KSA.

Page 17: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

8

3. Untuk memahami peran gerakan Wahhabi dan peran keluarga Saud dalam

mendirikan KSA.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk mengerti dan menelaah lebih mendalam terkait peran gerakan

Wahhabi dan peran keluarga Saud dalam upaya mendirikan Kerajaan Saudi

Arabia, penulis menggunakan beberapa sumber untuk mengerti suatu peristiwa

yang terjadi dan untuk membandingkan peristiwa-peristiwa tersebut hingga

terdapatnya suatu kesimpulan dan final analisa tentang peristiwa tersebut. Maka

perlu adanya suatu tinjauan pustaka guna membantu penulis untuk mengkaji

sebuah masalah.

1. Buku yang diterbitkan oleh Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud,

berjudul Kumpulan Makalah Sejarah Abdul Aziz yang diterbitkan berkenaan

dengan seratus tahun Kerajaan Saudi Arabia, bersisi tentang kumpulan

makalah sejarah Abdul Aziz bin Abdurrahman yang telah dikaji dan telah

melalui proses tanya jawab. Terdapat pula sekilas tentang biografi Raja Abdul

Aziz. Hal yang menarik dalam buku ini adalah tentang pemikiran politik

Abdul Aziz sehingga dapat mewujudkan Kerajaan Saudi Arabia yang juga

sangat kental dengan keIslaman aliran Wahhabi yang menjunjung tinggi

ketauhidan.21

2. Zainal Abidin dalam bukunya Membedah Akar Fitnah Wahhabi memberikan

gambaran secara lengkap tentang apa itu Salafi Wahhabi, buku yang berjudul

Membedah Akar Fitnah Wahhabi, bagaimana prinsip Salafi dan Wahhabi,

fitnah-fitnah yang ditujukan oleh Salafi dan Wahhabi. Tentunnya Zainal juga

memaparkan sejarah gerakan Wahhabi dan ajaran Wahhabi yang penulis

butuhkan. Menurut Zainal, saat ini umat Islam tidak tahu inti ajaran Islam dan

menganggap banyak fitnah dan kebohongan yang ditujukan kepada Salafi dan

21

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA).

Page 18: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

9

Wahhabi, maka di buku ini dipaparkan kebenaran dan fitnah apa saja yang

ditujukan oleh Salafi dan Wahhabi.22

3. Buku Rekam Sejarah Radikalisme Salafi Wahhabi, yang ditulis oleh Achmad

Imron R. Terdapat dalam bab satu, yang memaparkan tentang sejarah ringkas

Muhammad bin Abdul Wahhab yang referensinya dari kitab-kitab sejarah

ulama Wahhabi dan sedikit dari kitab sejarah ulama Ahlussunah wal jamaah.

Dan di setiap penukilan, penulis menuangkan komentar sebagai penjelas dan

klarifikasi pada persoalan yang sebenarnya terjadi. Lalu penulis menjelaskan

secara detail tentang munculnya fitnah Wahhabi secara ilmiah, dan di sini

penulis sertakan pula pendapat dari para ulama mu‟tabar dari berbagai ahli

ilmu, seperti ahli Tafsir, Hadis, Fikih, Nahwu, Buldan dan Geografi. Dalam

bab ini juga penulis menyebutkan fitnah yang terjadi di Nejed. Lalu penulis

memaparkan tentang penyimpangan Wahhabi yang menyulut konflik di

tengah kaum muslimin dan sekaligus bantahannya. Sang penulis memaparkan

konsep Tauhid dalam Wahhabi yang menjadi dasar konflik dengan kaum

muslimin dan disertakan pula bantahannya.23

4. Buku Ira Lapidus yang berjudul History of Islamic Society, bagian pertama

membahas tentang Saudi Arabia pra Islam dan Pasca Islam lengkap sampai

Abbasiyah. Lalu pada bab setelah datangnya Islam di buku Ira Lapidus ini

mengatakan awal masuknya Islam di Saudi Arabia ditandai dengan lahirnya

Nabi Muhammad SAW. Di buku ini juga menjelaskan tentang Arabia di salah

satu babnya, Arabia bertahan sebagai Negara gurun pasir dan oasis. Lalu

buku ini membahas lebih dalam tentang orang Badui sebagaimana penduduk

asli Saudi Arabia adalah orang Badui.24

5. The Al Saud family and the future of Saudi Arabia, yang ditulis oleh Brian

Collonel Less. Jurnal ini menjelaskan tentang latar belakang keluarga Saudi

Arabia pada tahun 2007, dijabarkan pula pohon keluarga Al Saud dan

22

Zainal Abidin, LC. Membedah Akar Fitnah Wahhabi (Jakarta : Pustaka Imam Bonjol,

2013). 23

Achmad Imron R, Rekaman Jejak Radikalisme Salafi Wahabi (Surabaya: Khalista,

2014). 24

Ira lapidus, History of Islamic Society (Jakarta: Raja grafindo persada 1999).

Page 19: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

10

bagaimana Saudi di masa depan. Dari pada jurnal ini, penulis dapat

mengetahui bahwa Abdul Aziz pada tahun 1902 mendirikan sebuah

organisasi militan yang dikenal dengan nama “Ikhwan”. Dan Ikhwan inilah

yang menjadi dasar kemenangan dalam peperangan menaklukan kota-kota di

Jazirah Arab.25

6. Jurnal yang berjudul Perkembangan Islam di Arab Saudi (Studi Sejarah Islam

MODERN), ditulis oleh Abu Hanif ini terdapat sejarah singkat perkembangan

Kerajaan Saudi Arabia, lalu tentang bagaimana Raja Salman dalam

perkembangan Islam di Saudi Arabia. Karena darinya, penulis dapat

mengetahui sejarah perkembangan KSA dari masa Rasulullah hingga Raja

terakhirnya yaitu Raja Salman. Penulis juga mendapatkan informasi bahwa

sejarah modern Arabia dimulai dari kebangkitan Muwahiddun. Gerakan

Muwahiddun adalah sebuah gerakan yang bertujuan memurnikan ajaran-

ajaran Islam dan dari sinilah inspirasi lahirnya paham keagamaan Wahhabi.26

7. Dari jurnal yang ditulis oleh Mansur Mangasing, berjudul Muhammad Ibn

„Abd al-wahab dan Gerakan Wahabi ini menyebutkan biografi pendiri

Wahhabi yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab, tentang gerakan Wahhabi,

dan ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab. Dari sini penulis mengetahui

bahwa nama “gerakan Wahhabi” bukan merupakan nama yang diberikan

Muhammad bin Abdul Wahhab, melainkan oleh golongan lain yang menjadi

lawan-lawannya. Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab menamakan

dirinya sebagai kaum “Muhammadin” atau “Unitarian” yaitu orang-orang

yang berusaha mengesakan tuhan semurni-murninya. Dan penulis juga dapat

mengetahui bahwa pada faktanya gerakan Wahhabi merupakan hampir satu-

satunya gerakan pembaharuan keagamaan yang paling sukses secara politik

karena telah bergabung dengan kekuatan Dinasti Saud, pembaharuan di

25

Brian Collonel Less, Februari 2007, “The Al Saud family and the future of Saudi

Arabia”. Volume 37, No 1, http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/03068370500457411,

Rabu 2 November 2016. 26

Abu Hanif, Oktober 2015, “Perkembangan Islam di Arab Saudi (Studi Sejarah Islam

MODERN)”. Volume III, No. 1, http:journal.uin

alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/.../1357/1318, Rabu 2 November 2016.

Page 20: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

11

Jazirah Arab ini menarik karena dilakukan tanpa sedikitpun persinggungan

dengan kemodernan Barat.27

8. Buku Kitabut Tauhid, yang ditulis langsung oleh Muhammad bin Abdul

Wahhab menjelaskan tentang hakikat tauhid dan penerapannya dalam

kehidupan seorang muslim. Beliau juga menjelaskan tentang hal-hal yang

dapat merusak dan menodai Tauhid, seperti bentuk-bentuk syirik. Beliau juga

menyelipkan dalil-dalil dari al-Qur‟an dan Hadis untuk menjelaskan topik-

topik yang terkait di dalam buku ini. Yang lebih penting lagi, beliau

menyebutkan ayat al-Qur‟an dan Hadis serta pendapat-pendapat ulama salaf,

kemudian dijabarkan dengan menyebutkan permasalahan-permasalahan yang

terkandung dari dalil-dalil tersebut.28

9. Skripsi yang berjudul Peran Gerakan Wahhabi dalam Membantu

Pemerintahan Abdul Aziz, ditulis oleh Nur Umamah berisi tentang bagaimana

peran gerakan Wahhabi dalam membantu pemerintahan Abdul Aziz, skripsi

ini mengambil rentang waktu dari tahun 1902 M awal pergerakan sampai

1953 M yaitu wafatnya Abdul Aziz. Fokus yang diambil dalam skripsi ini

adalah peran gerakan Wahhabi itu sendiri dalam pemerintahan Abdul Aziz,

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa gerakan Wahhabi mempunyai

peranan yang sangat besar dalam pemerintahan Abdul Aziz, salah satunya

menjadikan faham Wahhabi sebagai legitimasi dalam pergerakan mengambil

alih kekuasaan wilayah di Jazirah Arab, dan Wahhabi digunakan Abdul Aziz

sebagai ideologi selama masa pemerintahannya.29

Hal yang membedakan

dengan penelitian yang penulis buat, terdapat pada masalah yang diambil

yaitu penulis menjadikan peran gerakan Wahhabi dan peran keluarga Saud

sebagai permasalahan utama. Sehingga dibatasi dari tahun 1744 M awal

27

Mansur Mangasing, Desember 2008, “Muhammad Ibn „Abd al-wahab dan Gerakan

Wahabi”. Volume 5, No 3, http://jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/181, Rabu 2

November 2016. 28

Muhammad bin Abdul Wahab, Kitabut Tauhid (Riadh 1426). 29

Nur Umamah, “Peran Gerakan Wahabiah dalam Membantu Mewujudkan Pemerintahan

Raja Abdul Aziz di Arab Saudi,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011).

Page 21: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

12

berdirinya KSA sampai 1932 M dideklarasikannya KSA oleh Raja Abdul

Aziz.

10. Skripsi yang berjudul Peran Gerakan Wahhabi terhadap Kerajaan Saudi

Arabia pada tahun 1744-1932 M, ditulis oleh Muhamad Nashir menjelaskan

tentang peranan yang dilakukan oleh gerakan Wahhabi dari tahun

terbentuknya gerakan Wahhabi 1744 M sampai dengan tahun berdirinya KSA

1932 M, sehingga dalam kesimpulannya terdapat peranan gerakan Wahhabi

dalam bidang keagamaan, sosial, dan politik dalam proses pembentukan

Kerajaan Saudi Arabia. Hal yang menjadi pembeda dari penelitian yang

penulis buat adalah pada masalah yang diambil, penulis mengambil masalah

tentang peran gerakan Wahhabi dan peran keluarga Saud dalam mendirikan

KSA.30

E. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang

memiliki empat proses yakni Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi.

Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber. Oleh karena itu,

pencarian sumber yang dilakukan adalah mencari sumber primer dan sekunder.

Pada sumber primer, penulis mengalami kesulitan karena peristiwa yang sudah

lama berlalu yaitu pada abad ke-18 sampai abad ke- 20 dan letak penelitian yang

jauh yaitu di Jazirah Arab. Maka, penulis hanya mendapatkan sumber primer

seperti buku yang ditulis lagsung oleh Muhmmad bin Abdul Wahhab yang

berjudul “Kitab at-Tauhid”. Ketika mencari sumber sekunder, penulis

mendapatkan sumber seperti buku, jurnal, dan beberapa sumber online lainnya.

Kritik, yaitu sumber-sumber yang telah terkumpul lalu akan dilakukan

kritik, baik itu kritik Ekstern (keaslian sumber) maupun Intern (kebenaran sumber

data). Penulis melakukan kritik dengan cara penyeleksian dan pengujian data agar

relevan dengan permasalahan dari tema agama dan politik di Saudi Arabia tahun

30

Muhamad Nashir, “Peran Gerakan Wahhabi terhadap Kerajaan Saudi Arabia pada Tahun

1744-1932 M”, (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Yogyakarta,

2009).

Page 22: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

13

1744-1932 M. Kemudian data tersebut diklasifikasikan berdasarkan permasalahan

yang penulis butuhkan. Proses kritik merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

memperoleh kesimpulan dari data yang sudah diklasifikasikan.

Interpretasi, yaitu melakukan pemahaman yang mendalam tentang sumber-

sumber yang telah melalui tahap kritik, sumber tentang tema terkait. Untuk

menjelaskan hasil dari interpretasi tersebut, dalam peneliti ini dilakukan analisis

yang dibantu dengan pendekatan sosial-politik untuk memahami dinamika

perkembangan sosial-politik di Saudi Arabia saat itu.

Historiografi, yaitu menuangkan sebuah karya sejarah dalam bentuk

penulisan sejarah setelah melalui tahapan-tahapan tersebut di atas. Karya sejarah

atau historiografi itu menjelaskan tentang peran gerakan Wahhabi dan peran

keluarga Saud dalam upaya mendirikan Kerajaan Arab Saudi.

F. Landasan Teori

Dalam kitabnya Muqaddimah, Ibnu Khaldun mencetuskan teori perubahan

sosial. Dalam teori ini, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa peradaban merupakan

sebuah “keniscayaan”, karena “manusia adalah makhluk politik”. Dalam artian

bahwa manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa organisasi sosial “kota (polis:

negara)”. Menurutnya, manusia sebagai makhluk individu saling bergantung satu

sama lain, dan secara naluriah mereka membutuhkan persahabatan satu sama lain.

Namun peradaban yang dihasilkan haruslah terdapat “kekuatan yang

mengendalikan” yaitu kerajaan atau pemerintahan (wazi‟ atau mulk). Wazi‟

(kerajaan) dan mulk (pemerintahan) merupakan “sifat alamiah manusia yang

dibutuhkan bagi kemanusiaan”.31

Dalam istilah wazi‟, selain kerajaan, agama juga dapat bertindak sebagai

wazi‟ (alat kendali internal). Menurut Ibnu Khaldun, wazi‟ yang diperankan oleh

agama, lebih kondusif untuk menumbuhkan keberanian rakyat dibandingkan

31

Anthony Black, Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi hingga Kini Terjemah.

Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 320.

Page 23: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

14

dengan kerajaan. Dan kebutuhkan akan kendali kuat merupakan sifat khas

manusia.32

Teori sosial Ibnu Khaldun merupakan pengembangan teori Aristoteles

tentang asal-usul masyarakat politik yang dipandang dari sudut Islam. Dari semua

elemen ini muncul teori Ibnu Khaldun tentang perkembangan, perubahan, dan

kemerosotan. Artinya, dalam kelompok apa pun yang memiliki sentimen

kelompok, satu orang di antara mereka pasti akan muncul sebagai kekuatan

pengendali, yang dapat memaksa orang lain untuk menerima kekuasaannya.

Sehingga kedudukan sebagai kepala suku atau tahta raja menjadi incaran manusia

dan manusia cenderung mengambil alih kepemimpinan negara.

Masyarakat asli Saudi Arabia yaitu masyarakat Badui memiliki karakter

yang berebeda dari manusia kebanyakan. Masyarakat Badui mempunyai sifat:

kasar, angkuh, ambisius, dan bersuku-suku. Mereka tidak mau membentuk

pemerintahan kecuali karena agama, hal inilah yang terjadi pada bangsa Arab.

Dalam hal ini, agama memperkuat sentimen kelompok.33

Ibnu Khaldun

menyimpulan “otoritas raja dan kekuasaan dinasti yang besar bisa dicapai hanya

melalui kelompok atau dengan adanya sentimen kelompok dan kekuatan sebuah

dinasti atau otoritas seorang raja berasal dari sentimen agama, yang didasarkan

atas kenabian maupun propaganda yang benar”.34

Menurut Ibnu Khaldun, orang-orang Badui sangat menyukai kebebasan,

mereka tidak suka di atur dengan undang-undang dan siasat. Bangsa Arab adalah

orang yang tidak dapat diatur oleh pemerintahan, karena mereka lebih cenderung

memiliki sifat “kebadui-an”. Mereka tidak merasa perlu untuk diatur oleh orang

lain, sehingga sangat sulit untuk mengatur orang-orang Badui.35

Keluarga Saud dalam memimpin dan membuat kebijakan menjadi kuat

karena bekerjasama dengan gerakan Wahhabi yang mempunyai sentimen

kelompok. Jadi, adanya hubungan kerjasama antara agama dan politik menjadikan

32

Anthony Black, Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi hingga Kini Terjemah.

Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 320. 33

Anthony Black, Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi hingga Kini Terjemah.

Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 322. 34

Muqaddimah Ibnu Khaldun (Jakarta: Pustaka Firdaus, November 2011), h. 120-125. 35

Hamka, Sejarah Umat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 38.

Page 24: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

15

sebuah peradaban yang kuat. Namun, menurut Ali „Abd ar-Raziq36

antara Islam

dan negara tidak dapat disatukan, menurutnya Islam tidak mengurus urusan

keduniaan termasuk pemerintahan. Agama adalah tentang akhirat dan politik

adalah tentang dunia. Bagi kelompok yang mendukung terbentuknya sebuah

negara sekuler, mereka berpendapat bahwa pembentukan pemerintahan dan

negara Islam tidak termasuk hal yang dianjurkan oleh Allah SWT.37

Teori-teori

dan jurnal yang memisahkan antara agama dan politik tersebut berbanding

terbalik dengan apa yang terjadi di Saudi Arabia, karena dalam berdirinya

Kerajaan Saudi Arabia terdapat dua aspek yang bekerjasama dalam mendirikan

negara.

Menurut Wasito Raharjo Jati dalam jurnalnya yang berjudul Agama dan

Politik: Teologi Pembebasan sebagai Arena Profetisasi Agama hal yang menjadi

relevan saat membahas tentang agama dan politik adalah “ketika agama menjadi

spirit sosial dan politik dalam menggerakan umat menuju tatanan yang lebih baik.

Maka, konstruksi pemikiran yang membawahi pemikiran agama secara teologis38

menjadi sosiologis gerakan menjadi menarik untuk diperbincangkan”.39

36

Ali Abd Raziq merupakan seorang tokoh pembaharu Mesir yang pemikirannya tidak

lepas dari perkembangan keagamaan, dan sosial politik umat Islam, khususnya Mesir.

Pemikirannya yang kontroversial dipengaruhi oleh sistem liberal Barat, di mana ia pernah belajar

disana. Kontroversi yang paling menonjol dari pemikirannya adalah dalam bidang politik

(pemerintahan). Lihat “Sejarah Sosial dan Pemikiran Politik Ali Abdul Raziq” dalam

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved

=0ahUKEwjNh_r81_zWAhXClpQKHY1pAjoQFghMMAQ&url=http%3A%2F%2Fjurnal.ar-

raniry.ac.id%2Findex.php%2FIslamfutura%2Farticle%2Fview%2F48%2F43&usg=AOvVaw1cV

KaX11izd_QzTW1uPilk, diakses Kamis, 19 Oktober 2017 pukul 23.12 WIB. 37

Kamsi, 2012, “Pradigma Politik Islam tentang Relasi Agama dengan Negara”. Volume 2,

No 1,

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved

=0ahUKEwjZzIuU__zWAhWKFpQKHWSiAQwQFgg4MAI&url=http%3A%2F%2Fejournal.uin

-

suka.ac.id%2Fsyariah%2Finright%2Farticle%2Fdownload%2F1232%2F1062&usg=AOvVaw2G-

tYvBtoEPNmMijjYNDbE, Rabu 18 Oktober 2017, h. 46. 38

Teologis adalah pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada

Allah dan agama, terutama berdasarkan pada kitab suci). Sosiologis adalah pengetahuan atau ilmu

tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu tentang struktur sosial, proses sosial,

dan perubahannya. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam https://kbbi.web.id, diakses

Kamis, 19 Oktober 2017 pukul 23.26 WIB. 39

Wasito Raharjo Jati, Mei 2014, “Agama dan Politik: Teologi Pembahasan sebagai Arena

Profetisasi Agama”. Volume 22, No 1,

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/viewFile/262/243Rabu 18 Oktober

2017, h. 135.

Page 25: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

16

G. Sistematika

Secara ringkas penulis akan menggambarkan secara umum isi dalam kajian

gerakan Wahhabi dan keluarga Saud dalam upaya mendirikan Kerajaan Saudi

Arabia. Pada bab pendahualan mengemukakan alasan mengkaji topik, yang berisi

tinjauan pustaka, penyampaian hipotesis40

dan tujuan penulisan serta metode

penelitian yang digunakan.

Bab 2, penulis akan memberikan sebuah gambaran mengenai kondisi

Geografis dan tentang gerakan Wahhabi. Melalui gambaran secara Geografis

tersebut, penulis dapat mengetahui kehidupan masyarakat Saudi Arabia dalam

aspek sosial yang mempengaruhi munculnya faham keagamaan Wahhabi. Penulis

juga memaparkan sejarah awal munculnya gerakan Wahhabi, konsep ajaran

Wahhabi, dan biografi pendiri gerakan Wahhabi yaitu Muhammad bin Abdul

Wahhab.

Bab 3, menjelaskan tentang kepemimpinan keluarga Saud, dimulai dari

Kerajaan Saudi pertama, kedua, ketiga dan penaklukan-penaklukan yang

dilakukan pada masa Abdul Aziz 1902 M sampai berdirinya Kerajaan Saudi

Arabia 1932 M. Tujuannya agar dapat mengetahui lebih jelas tentang proses

berdirinya Kerajaan Saudi Arabia.

Bab 4, merupakan pembahasan yang menjawab masalah utama yaitu

bagaimana peran gerakan Wahhabi dan bagaimana peran keluarga Saud dalam

upaya mendirikan Kerajaan Saudi Arabia, lalu penulis juga membahas tentang

detik-detik di deklarasikannya Kerajaan Saudi Arabia oleh Abdul Aziz bin

Abdurrahman pada 1932 M. Selanjutnya dalam bab ini, penulis juga membahas

tentang faktor-faktor apa saja yang menjadikan gerakan Wahhabi dan keluarga

Saud berhasil dalam mendirikan Kerajaan Saudi Arabia.

Bab 5, berisi kesimpulan yang menjadi argumen bahwa peran gerakan

Wahhabi dan peran politik keluarga Saud adalah suatu hal tidak dapat dipisahkan,

40

Hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat

(teori, proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan. Lihat Kamus

Besar Bahasa Indonesia “Hipotesis” dalam https://kbbi.web.id/hipotesis, di akses Sabtu, 14

Oktober 2017 pukul 22.17 WIB.

Page 26: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

17

gerakan Wahhabi mengambil peran dalam keagamaan dan keluarga Saud

mengambil peran dalam politik. Kerjasama yang dilakukan gerakan Wahhabi

(aspek agama) dan keluarga Saud (aspek politik) menjadikan sebuah tatanan

negara yang kuat dan kokoh.

Page 27: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

18

BAB II

JAZIRAH ARAB DAN GERAKAN WAHHABI

A. Kondisi Geografis dan Masyarakat Jazirah Arab

Saudi Arabia terletak di antara 15°LU - 32°LU dan antara 34°BT - 57°BT.

Saudi Arabia mencangkup empat perlima kawasan di Jazirah Arab dan merupakan

negara terbesar di Timur Tengah. Permukaan terendah di sini ialah di Teluk Persia

pada 0 m dan Jabal Sauda pada 3.133 m. Sebagian besar wilayah Jazirah Arab

terdiri dari bukit-bukit batu.1 Hampir tidak ada sungai atau danau asli di negeri

ini, tetapi terdapat banyak wadi. Beberapa daerah subur dapat ditemukan dalam

endapan aluvial di wadi, basin dan oasis. Bentuk pemerintahannya adalah

kerajaan atau monarki, tergambar dalam nama negara yaitu “Kerajaan Saudi

Arabia”.2

Wilayah Jazirah Arab terbagi menjadi dua, tanah yang subur dan tanah yang

tandus. Tanah yang tandus dan kering mendominasi wilayah Jazirah Arab. Oleh

karena itu, wilayah Jazirah Arab memiliki cuaca yang panas.3 Secara umum,

wilayah Saudi Arabia terdapat dua wilayah terbesar, yaitu Hijaz dan Nejed. Di

Hijaz terdapat kota Makkah dan Madinah, terletak di pinggir Laut Merah.

Sedangkan Nejed terdapat padang pasir yang sangat luas dan di Nejed banyak

dihuni oleh masyarakat asli Arab yaitu suku Badui.4 Saudi Arabia secara geografis

berbatasan langsung dengan Yordania dan Irak di utara, Kuwait di timur laut,

Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab di timur, Oman di tenggara, dan Yaman di

selatan. Ibu kotanya adalah Riyadh, Wilayah politiknya meliputi wilayah seluas

1,96 juta km2. Penduduknya berjumlah sekitar 21,5 juta, 90% etnik Arab.

5

1 Hamka, Sejarah Pertama Umat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 15.

2 Haif, Abu. Oktober 2015. “Perkembangan Islam di Arab Saudi (Studi Sejarah Islam

MODERN)”. Volume III, No. 1, http:journal.uin

alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/.../1357/1318, Rabu 2 November 2016. 3 Hamka, Sejarah Pertama Umat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 16.

4 Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 255.

5 Azyumardi Azra, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik

(Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 119.

Page 28: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

19

Wilayah politik negara ini mulai dikenal sejak zaman Rasulullah SAW,

setelah tahun 634 M dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin dengan sistem

Kekhilafahan yang sama-sama masih di Madinah. Sejak tahun 660 M dilanjutkan

oleh keluarga Dinasti Umayyah, dan memindahkan ibu kota pemerintahannya ke

Damaskus, Syria. Tahun 750 M pemerintahan Islam Abbasiyah, menjadikan

Baghdad sebagai pusat pemerintahannya. Saudi Arabia menjadi salah satu tempat

yang sangat diperhitungkan oleh dunia. Bahkan sejak abad ke-10 M ketika

berbagai kerajaan kecil muncul, seperti halnya Dinasti Fatimiyah yang ingin

menyaingi Abbasiyah di Baghdad, ketika mereka berupaya ingin meningkatkan

statusnya sebagai kekhalifahan, wilayah Makkah-Madinah telah dijadikan simbol

perebutan status kekuatan spiritual6 politik dunia Islam, dimana sang khalifah

ingin disebut sebagai penjaga tanah haram, yakni Makkah-Madinah. Beberapa

ratusan tahun berikutnya wilayah ini masih terus bertahan sebagai suatu wilayah

yang masing-masing dipegang oleh suku-suku etnik Arab. Hingga tahun 1500-an

kesultanan Turki Utsmani akhirnya berhasil menyatukan kembali dan menguasai

seluruh Jazirah Arab, termasuk daerah-daerah sekitar Utara dan Barat Laut.7

Masyarakat Arab adalah masyarakat suku. Islam memang memiliki

pengaruh besar, tetapi besarnya Islam di wilayah Arab tidak dapat menghilangkan

unsur kesukuan. Hal tersebut sangat terlihat dari nama negaranya yaitu Saudi

Arabia, yang berarti wilayah orang Arab dari keturunan keluarga atau suku Saud.

Kedudukan seseorang dalam silsilah keluarga menentukan kedudukannya dalam

pemerintahan.8

Adapun suku asli Arab ialah suku Badui, Badui menurut Prof. Dr. Hamka

adalah penduduk asli Arab yang tidak ada percampuran dari bangsa-bangsa lain,

mereka jauh dari peradaban, sekolah, dan kemajuan. Tabiat orang-orang Badui itu

suka berperang dan menyerang tetapi mereka terkenal dengan sifat menghormati

tamu, menyukai kebebasan, dan sangat menjunjung tinggi kehormatan diri sendiri.

6 Spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin). Lihat Kamus

Besar Bahasa Indonesia “Spiritual” dalam https://kbbi.web.id/spiritual, di akses Sabtu, 14 Oktober

2017 pukul 22.25 WIB. 7 Azyumardi Azra, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik

(Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 117. 8 Akbar S Ahmad, Citra Muslim (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 169.

Page 29: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

20

Kesukaan orang-orang Badui adalah beternak unta, kambing, dan biri-biri. Selain

itu, orang-orang Badui juga menyukai bercocok tanam, terutama menanam

gandum.9

Orang-orang Badui cenderung tidak mau menetap dalam satu wilayah,

karena menurut mereka hal tersebut membuat mereka tidak bebas. Maka, dari

situlah muncul kecenderungan tabiat menyerang. Pada masa kepemimpinan syarif

Husein, jalanan kota Makkah dan Madinah itu tidak pernah aman, karena orang-

orang Badui selalu melakukan serangan, serangan tersebut berupa perampokan.

Perampokan tersebut dialami oleh orang-orang yang melakukan ibadah haji dan

umrah.10

Hal tersebut terus terjadi selama masa pemerintahan Turki Utsmani.

Kondisi Arabia dalam ruang lingkup keagamaan di wilayah Nejed, pada

masa kekuasaan Turki Utsmani, yaitu terdapat banyak bentuk kesyirikan. Seperti

makam-makam yang berkubah, pepohonan yang dianggap keramat yang di

sembah, para wali yang sangat diagung-agungkan dan melebihi mengagungkan

Allah SWT. Di Nejed juga terdapat banyak ahli sihir dan dukun yang sangat di

percayai perkataannya.11

Pada abad ke-18 M, kemerosotan keagamaan masyarakat

Arab semakin menjadi, masjid-masjid banyak ditinggalkan karena orang lebih

memfokuskan dirinya dengan jimat, jimat tersebut untuk penangkal penyakit dan

penangkal musibah. Pada masa itu, masyarakat Arabia cenderung belajar agama

dengan seorang fakir dan darwis dan menganggap mereka sebagai orang-orang

suci, mereka juga dianggap sebagai perantara dalam berdoa agar dapat sampai

kepada tuhan. Menurut keyakinan mereka, pemujaan dengan perantara adalah

salah satu cara untuk lebih dekat kepada tuhan karena menurut mereka tuhan

terlalu jauh untuk dicapai. Kuburan seorang wali menurut mereka adalah sebagai

perantara dalam berdoa kepada tuhan.

Keagamaan pada masa pemerintahan Turki Utsmani sangat jauh dari apa

yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Praktek-praktek keagamaan seperti itu

bahkan tidak ada dalam al-Qur‟an. Kota suci Makkah dan Madinah pun telah

9 Hamka, Sejarah Umat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 33-34.

10 Hamka, Sejarah Umat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 34-35.

11 Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Imam Muhammad bin Abdul Wahhab Dakwah dan

Jejak Perjuangannya (Jakarta: Megatama Sofwa Pressindo, 2005), h. 23-24.

Page 30: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

21

menjadi tempat yang penuh dengan penyimpangan akidah, sementara ibadah haji

telah menjadi amalan yang biasa saja dan ringan. Penyimpangan demi

penyimpangan yang terjadi di Arabia, menjadikan kondisi Arabia semakin

kacau.12

Menurut gerakan Wahhabi, sebelum datangnya faham Wahhabi dan

Muhammad bin Abdul Wahhab, kondisi umat muslimin di seluruh dunia,

khususnya Nejed seperti kondisi kaum jahiliyah di masa Nabi Muhammad yang

penuh kejahiliyahan, kesyirikan, dan kekafiran.13

Tumbuh suburnya perilaku keagamaan yang semacam itu, sesuai dengan

tingkat kesejahteraan masyarakat pada saat itu. Pada masa itu, kejahatan timbul di

segala tempat akibat kekacauan dalam politik, sosial-keagamaan, dan ekonomi.

Dalam sistem ekonomi, sistem kabilah merupakan sistem yang sudah lama dianut

bagi mayoritas penduduk Nejed dan kebanyakan penduduk Jazirah Arab.

Namuan, kabilah-kabilah yang kuat manguasai keseluruhan jalur perdagangan,

sedangkan penduduk pada umumnya berada dalam kekurangan. Pertanian dan

peternakan yang merupakan mata pencaharian utama kebanyakan penduduk juga

tidak dapat menjamin kehidupan ekonomi mereka. Hal tersebut dikarenakan tidak

adanya keamanan yang diberikan oleh pemerintah Turki Utsmani. Pada masa itu,

banyak terjadi kekacauan, peperangan, dan perompakan yang dilakukan oleh

kabilah-kabilah lain. Akibatnya, penduduk Nejed dan Jazirah Arab hidup dalam

kemiskinan.14

Keadaan masyarakat Saudi Arabia pada akhir abad 19 M, prilaku

menyimpang dari segi keagamaan semakin menjadi. Pada akhir masa

pemerintahan Turki Utsmani, menyebar pembangunan kubah-kubah di atas

kuburan di seluruh wilayah kekuasaan Turki Utsmani. Wilayah-wilayah tersebut

meliputi: Hijaz, Yaman, Afrika, Mesir, Maroko, Irak, Syam, Turki, Iran,

Turkistan, dan India. Mereka semua berlomba-lomba untuk membangun kubah di

atas kuburan. Mereka saling berbondong-bondong untuk mengagungkanya. Pada

12

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 156. 13

M. Ma‟ruf Khozin, Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahhabi (Surabaya: Khalista,

2014), h. 15. 14

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 157.

Page 31: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

22

masa itu, membangun sesuatu di atas kubur menjadi sebuah tren di masyarakat

dan menjadi semacam kebanggaan tersendiri di banyak kalangan kaum muslimin.

Tempat-tempat ziarah dan kuburan menjadi tempat untuk meminta-minta dan

memohon pertolongan.15

Pada saat itu, kemusyrikan merajalela dimana-mana, contohnya

menyembelih binatang yang tidak ditujukan untuk mencari ridha Allah dan

bernazar untuk kuburan. Hal tersebut mengakibatkan adanya perbuatan

menyekutukan Allah dengan kuburan-kuburan, serta menimbulkan rasa

ketergantungan atas mereka selain kepada Allah SWT. Mereka menyelesaikan

persoalan dengan cara berdoa kepada kuburan dan meminta-minta nasehat.

Bahkan lebih jauh lagi, mereka tidak hanya meminta dan berdoa pada kuburan

namun juga kepada pepohonan dan bebatuan. Manusia lebih bisa bersumpah

dengan menyebut nama Allah, sangat mudah bagi mereka untuk bersumpah

bohong dengan menggunakan nama Allah. Sebaliknya, mereka tidak berani

bersumpah bohong ketika bersumpah dengan menggunakan benda-benda yang

mereka agungkan dan keramatkan tersebut.16

Pada saat itu, bid‟ah menyebar dengan kencang dan mewabah kepada

seluruh masyarakat kekuasaan Turki Utsmani. Lalu, khurafat juga menyebar

dalam skala yang demikian luas. Mitos-mitos dan legenda menyebar di tengah-

tengah kaum muslimin, salah satu contoh khurafat yang berada di Istanbul adalah

bahwa masjid jami‟ khawaja mushtafa pasya dikelilingi oleh rantai yang ujungnya

diikatkan pada sebuah pohon yang sangat tua, setiap orang yang mengingkari

sesuatu yang benar dan dia duduk di bawah rantai itu, maka rantai akan jatuh ke

kepalanya dan sebaliknya jika setiap orang benar atau jujur, maka rantai itu tidak

akan bergerak. Kehidupan masyarakat utsmani tercampur dengan kebiasaan

bid‟ah dan khurafat tersebut. Anak-anak yang baru lahir dititipkan oleh sufi yang

menyimpang dari ketentuan agama Islam. Demikian bid‟ah itu bisa disaksikan di

semua tempat. hal-hal tersebut menjadikan umat tidak mampu bangkit dari

15

Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkitnya dan Runtuhnya Khalifah Utsmaniyah (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2014), h. 637. 16

Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkitnya dan Runtuhnya Khalifah Utsmaniyah (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2014), h. 638.

Page 32: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

23

keterbelakangannya, tidak mampu mencari jalan keluar dari kemundurannya.

Mereka selalu kalah dan lemah dalam menghadapi musuh-musuhnya, maka

akibatnya adalah lemahnya pemerintahan Turki Utsmani.17

B. Biografi Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1792 M)

Muhammad bin Abdul Wahhab, lahir di Nejed, di kota Riyadh. Ia lahir pada

tahun 1703 M. Ayahnya bernama Abdul Wahhab bin Sulaiman, ia merupakan

ulama besar dan ahli fiqih.18

Abdul Wahhab terlahir di keluarga yang dikenal

sebagai keluarga para ulama. Abdul Wahhab mempelajari agama pertama kali

yaitu kepada ayahnya19

. Ia merupakan keturunan Banu Siman, dari Tamim. Nama

lengkapnya adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin

Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Buraid bin Muhammad bin Buraid bin

Musyarraf.20

Pada usia dewasa, ia merantau ke beberapa daerah untuk menuntut ilmu.

Selain pengetahuan agama, ia juga mempelajari hadis dan fiqih. Perantauannya

berawal di Madinah yakni berguru pada Abdullah bin Saif dan Muhammad

Hayyat Hindi, ia menetap di Madinah selama dua bulan. Abdullah bin Ibrahim bin

Saif adalah seorang ulama yang ahli dalam bidang fiqih Hanbali dan dalam bidang

hadis. Ia adalah seorang pengikut Ibnu Taimiyah. Sedangkan Muhammad Hayat

Hindi merupakan seorang ulama bidang hadis yang terkenal keras dalam

memerangi prilaku bid‟ah dan perbuatan-perbuatan menyekutukan Allah

lainnya.21

17

Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkitnya dan Runtuhnya Khalifah Utsmaniyah (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2014), h. 639-640. 18

Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Imam Muhammad bin Abdul Wahhab Dakwah dan

Jejak Perjuangannya (Jakarta: Megatama Sofwa Pressindo, 2005), h. 28. 19

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve, 2001), h. 157. 20

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve, 2001), h. 157. 21

Ahmad Faiz Asifuddin, Siapa Syaikh Muhammad Bin „Abdul Wahhab?,

ttps://almanhaj.or.id/3912-siapa-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahhab.html, di akses pada 14

oktober 2017.

Page 33: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

24

Sepulangnya dari Madinah, ia melanjutkan perantauannya ke Bashrah dan

Ahsa. Di Bashrah, ia berguru pada Syaikh Muhammad al-Majmu‟i seorang ulama

yang terkenal dengan berpegang pada ajaran tauhid. Pada saat di Ahsa, ia berguru

pada Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Lathif asy-Syafi‟i al-Ashsa-i.22

Begitulah Muhammad bin Abdul Wahhab semasa muda yang gemar berpindah-

pindah tempat guna menuntut ilmu dari para ulama terkemuka di masing-masing

wilayah yang ia datangi.

Abdul Wahhab menikah untuk yang pertama kali dengan seorang wanita

kaya di Baghdad. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia

pindah ke Kurdistan (Irak utara), kemudian ke Hamedan dan Isfahan (Iran). Di

kota terakhir ini ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-

tahun merantau, ia akhirnya kembali ke tempat kelahirannya di Nejed.23

Ia

menghabiskan waktu setahun untuk merenung, dan baru setelah itu ia mengajukan

pokok-pokok pikirannya seperti tercantum dalam kitab at-tauhid.

Pokok-pokok pemikirannya berupa masalah akidah, yang menjunjung tinggi

ketauhidan. Pemikiran keagamaannya ini disebut dengan faham Wahhabi.

Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya lebih senang menamakan

kelompoknya dengan sebutan al-muwahhidun yaitu pendukung tauhid. Namun,

orang-orang barat dan lawan-lawan politiknya mengambil nama „Wahhab‟ untuk

menjuluki faham yang di plopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan

sebutan “Wahhabi” (para pengikut Abdul Wahhab).24

Sejak ayahnya wafat, Abdul Wahhab mulai mendakwahkan keyakinannya

tentang tauhid dan menolak praktik keagamaa yang bertolak belakang dengan

agama Islam yang “murni”.25

Pada awalnya, idenya tidak begitu mendapat

tanggapan bahkan banyak mendapatkan pertentangan. Pertentangan tersebut

22

Ahmad Faiz Asifuddin, Siapa Syaikh Muhammad Bin „Abdul Wahhab?,

ttps://almanhaj.or.id/3912-siapa-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahhab.html, di akses pada 14

oktober 2017. 23

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve, 2001), h. 157. 24

Herry Mohammad DKK, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta:

Gema Insani, 2006), h. 243. 25

Ja‟far Subhani, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ajarannya (Jakarta: Citra,

2007), h. 12.

Page 34: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

25

diungkapnkan bahkan kepada saudaranya sendiri, yaitu kakaknya Sulaiman, dan

sepupunya Abdullah bin Husayn. Namun, Abdul Wahhab tak berhenti

mendakwahkan tentang faham ketauhidannya, sampai pada masa dimana ia di usir

oleh penguasa daerah setempat dari Turki Utsmani yang merasa khawatir jika

pengaruhnya akan mengganggu stabilitas kekuasaan Turki Utsmani di Nejed.

Oleh sebab itu, pemerintahan Turki Utsmani mengirimkan surat ancaman kepada

gubernur Nejed untuk mengusir Abdul Wahhab dari Nejed. Karena surat tersebut,

gubernur Nejed memerintahkan Abdul Wahhab untuk keluar dari wilayah Nejed,

sehingga Abdul Wahhab terpaksa pergi dari Nejed.26

Abdul Wahhab pindah ke wilayah Diraya, dan ternyata pemikirannya justru

mendapat sambutan hangat di Diraya. Kepala suku atau kabilah di Diraya pada

saat itu, Muhammad bin Saud sangat menerima pemikiran-pemikirannya.27

Abdul

Wahhab kemudian diberi tempat tinggal di sebuah dusun, oleh Muhammad ibn

Saud yang telah menerima faham Wahhabi. Abdul Wahhab kemudian

bekerjasama secara sistematis dan saling menguntungkan dengan Muhammad bin

Saud. Dalam waktu setahun sesampainya di Diraya, Abdul Wahhab memperoleh

pengikut hampir seluruh penduduk di kota Diraya. Di kota tersebut pula, ia

membangun masjid sederhana dengan lantai batu kerikil tanpa alas. Masjid-masjid

Wahhabi dibangun secara sangat sederhan tanpa hiasan apapun.28

Abdul Wahhab dan pengikutnya melakukan garakan dakwahnya seperti:

menghancurkan kuburan-kuburan di Baqi, yang banyak dikunjungi dengan tujuan

mencari syafaat, yang dapat membawa kepada paham syirik.29

Abdul Wahhab

melakukan hal tersebut untuk menjaga agar jangan sampai menjadi benda pujaan.

Pengikut Abdul Wahhab semakin lama, semakin bertambah. Sementara itu,

keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupannya terlibat dalam peperangan

26

Maryam Jamilah, Para Mujahid Agung (Bandung: Mizan, 1989), h. 14. 27

Herry Mohammad DKK, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta:

Gema Insani, 2006), h. 242-145. 28

Herry Mohammad DKK, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta:

Gema Insani, 2006), h. 242-145. 29

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam (Jakarta: Bulan Bulan Bintang, 1975), h. 26.

Page 35: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

26

dengan kepala-kepala suku lainnya, secara perlahan namun pasti memasuki masa

kejayaannya.30

Di dunia Islam, nama Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal sebagai

seorang pejuang yang memurnikan ajaran Islam melalui pemurnian tauhid.

Masalah tauhid merupakan pondasi agama Islam yang sangat diperhatikan oleh

Muhammad bin Abdul Wahhab. Perjuangan menegakkan tauhid tersebut

diungkapkan dalam kalimat La ilaha illa Allah (tiada tuhan selain Allah).

Menurutnya, aqidah dan tauhid umat telah dicemari oleh berbagai hal seperti

takhayul, bid‟ah, dan khurafat yang bisa menjatuhkan pelakunya kepada tindakan

syirik.31

Bila dilihat dari karyanya, Abdul Wahhab termasuk ulama yang produktif.

Puluhan judul kitab telah dikarangnya. Sesuai dengan kiprahnya, buku-buku yang

ditulisnya berkaitan dengan tauhid, karya-karyanya seperti Tafsir Surah al-

Fatihah, Mukhtasar Sahih al-Bukhari, Mukhtasar as-Sirah an-Nabawiyyah,

Nasihah al-Mudlimin bi Ahadis Khatam an-Nabiyyah, Usul al-Imam, Kitab al-

Kaba‟ir, Kasyf asy-Syubhat, Salasa al-Usul, Adab al-Mai ila as-Salah, Ahadis al-

Fitah, Mukhtasar Zad al-Ma‟ad, dan al-Masa‟il al-Lati Khalafa Fiha Rasulullah

ahl al-Jahiliyah32

. Pada tahun 1792 M, Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab,

pemikir dan pembaharu, pejuang tauhid yang memurnikan ajaran Islam ini wafat

dan jasadnya dimakamkan di Diraya.33

C. Munculnya Gerakan Wahhabi

Menurut Badri Yatim, gerakan pembaharuan muncul karena dua hal.

Pertama, timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran

“asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam, dan ajaran tersebut

30

Herry Mohammad DKK, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta:

Gema Insani, 2006), h. 245. 31

Herry Mohammad DKK, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta:

Gema Insani, 2006), h. 244. 32

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve, 2001), h. 160. 33

Muhammad bin Abdul Wahhab, Kitab Tauhid (Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2007), h. 5.

Page 36: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

27

bertentangan dengan ajaran Islam, seperti bid‟ah, khurafat, dan takhayul. Oleh

karena itu, mereka bangkit untuk memurnikan ajaran Islam seperti semula. Kedua,

pada periode ini Barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban.

Persentuhan dengan Barat menyadarkan para pembaharu Islam akan ketinggalan

yang dialami masyarakat muslim. Sehingga menimbulkan adanya gerakan

pembaharuan dalam bidang politik dan peradaban.34

Wahhabi adalah faham keagamaan yang berpengaruh dalam terbentuknya

Kerajaan Saudi Arabia. Pendirinya adalah Muhammad bin Abdul Wahhab,

Banyaknya praktek bid‟ah, khurafat, dan takhayul menjadikan Abdul Wahhab

sangat mengecam tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk syirik yang

merupakan dosa terbesar dalam Islam. Akidah dan praktik seperti itu mengancam

akidah dan ketauhidan umat Islam.35

Muhammad bin Abdul Wahhab melihat di

beberapa negara Islam yang dikunjunginya, kehidupan Islam telah lenyap karena

telah meninggalkan kebiasaan yang bernafaskan Islami, dan kehidupan umat

Islam mengalami kemunduran yang merata.36

Di sisi lain, ia juga mengecam para

ulama yang telah lama membiarkan praktek-praktek semacam itu. Untuk itu, ia

juga menyuruh umat Islam agar menyelaraskan pikiran dan hati mereka dengan

al-Qur‟an dan hadis dan bukan kepada penafsiran-penafsiran yang salah.37

Kondisi umat yang telah rusak tauhidnya itu yang mendorong Muhammad bin

Abdul Wahhab untuk memperbaikinya melalui pemikiran dan ajaran-ajarannya.38

Muhammad bin Abdul Wahhab mempunyai konsep mengubah praktek-

praktek menyimpang yang masuk dalam ajaran Islam seperti bid‟ah, khufarat, dan

takhayul. Dengan demikian, ia mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran

Islam yang murni.39

Muhammad bin Abdul Wahhab dalam gerakannya lebih

34

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 173. 35

John L Esposito, Islam Warna-Warni Ragam Ekspresi Menuju “jalan lurus”,

Penerjemah Arif Maftuhin (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 147. 36

Lothrop Stoddard, Dunia Baru Islam. Penerjemah Muljadi Djojomartono (Jakarta: T.p,

1966), h. 30. 37

Edward Mortimer, The Politics of Islam. Terjemahan oleh Enna Hadi & Rahmani Astuti

(Bandung: Mizan, 1984), h. 51. 38

Mansur Mangasing, Desember 2008, “Muhammad Ibn „Abd al-wahab dan Gerakan

Wahabi”. Volume 5, No 3, http://jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/181, Rabu 2

November 2016. 39

George Antonius, The Arabs Awakening (New York: Gordon Press, 1939), h. 22.

Page 37: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

28

memfokuskan dirinya kepada permasalahan pemurnian akidah, ia mengikuti

faham mazhab Hanbali dan pemikirannya dipengaruhi oleh tokoh Ibnu

Taimiyah,40

seperti yang dinyatakan oleh Muhammad Amin dalam bukunya

Ijtihad Ibnu Taimiyah “walaupun dipengaruhi oleh pikiran-pikiran reformatif Ibnu

Taimiyah, gerakan Wahhabi tidak sepenuhnya merupakan duplikat pikiran-pikiran

Ibnu Taimiyah”.41

Timbulnya gerakan ini juga tidak dapat dilepaskan dari keadaan politik,

prilaku keagamaan, dan sosial ekonomi umat Islam. Secara politik, umat Islam di

seluruh kawasan kekuasaan Turki Utsmani sedang berada dalam keadaan yang

lemah. Turki Utsmani yang menjadi kekuasaan tunggal Islam pada saat itu sedang

mengalami kemunduran dalam segala bidang. Banyak daerah kekuasaannya yang

melepaskan diri, terutama daerah-daerah di bagian daratan Eropa. Kelemahan ini

juga menyebabkan kekacauan politik di daerah-daerah timur (Arab, Persia, dll).

Keadaan tersebut menyebabkan timbulnya emirat-emirat42

kecil yang berusaha

menguasai daerah tertentu.

Di samping kelemahan politik, faktor keagamaan umat di masa itu

merupakan faktor yang paling mendorong munculnya gerakan ini. Pada

umumnya, terutama di Jazirah Arab, telah terjadi kesalahan dalam pemahaman al-

Qur‟an. Sifat-sifat dan kebiasaan pada zaman klasik yang sangat religius telah

pudar dan digantikan dengan sikap dan kebiasaan yang cenderung kearah mistis,

khurafat, dan bid‟ah.43

Situasi kacau balaunya kehidupan di Jazirah Arab, maka

lahirlah Wahhabi sebagai faham keagamaan yang berusaha memurnikan agama

Islam dari segala pemahaman dan praktek yang sudah menyimpang dari tuntunan

yang sebenarnya.44

40

Muhammad Amin, Ijtihad Ibnu Taimiyah (Jakarta: INIS, 1991), h. 34. 41

Mansur Mangasing, Desember 2008, “Muhammad Ibn „Abd al-wahab dan Gerakan

Wahabi”. Volume 5, No 3, http://jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/181, Rabu 2

November 2016. 42

Emirat adalah pemerintahan (negeri, negara) yang dikepalai oleh seorang emir. Lihat

Kamus Besar Bahasa Indonesia “Emirat” dalam https://kbbi.web.id/emirat, di akses Sabtu, 14

Oktober 2017 pukul 22.42 WIB. 43

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 156. 44

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 156.

Page 38: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

29

Pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1744 M, Muhammad bin Abdul

Wahhab mendapatkan dukungan dari seorang pemimpin sebuah kabilah kecil di

wilayah Diraya, yaitu Muhammad bin Saud. Ketika kerjasama tersebut terjalin,

maka dimulailah sebuah gerakan militan. Semangat agama dan kekuatan politik

disatukan dalam sebuah gerakan sosial-politik yang berperang dengan semangat

jihad. Para pengikut Wahhabi menyebut diri mereka al-Ikhwan (persaudaraan)

dan gerakan ini menyebut dirinya sebagai muwahhidun (orang-orang yang

menegakkan tauhid).45

Seperti Nabi Muhammad SAW yang membersihkan Ka‟bah dari berhala-

berhala, pasukan Wahhabi menghancurkan tempat-tempat keramat dan makam-

makam sufi. Semangat mereka dalam memberantas segala bentuk syirik menjadi

penyebab penghancuran makam-makam di Makkah dan Madinah. Salah satunya

adalah makam Husayn di Karbala, tempat suci kaum Syi‟ah dan pusat ziarah

kaum Syi‟ah. Hingga mengakibatkan buruknya hubungan antara kaum Syi‟ah dan

Wahhabi di Saudi Arabia.46

Gerakan Wahhabi, merupakan hampir satu-satunya

gerakan pembaruan keagamaan yang paling sukses secara keagamaan karena telah

bergabung dengan kekuatan Dinasti Saud.47

Dalam aktifitas gerakan Wahhabi, seperti menghancurkan benda-benda

yang dijadikan tempat berkumpul untuk meminta syafa‟at, memberantas tempat-

tempat pemujaan, dan meratakan kuburan para wali dengan tanah. Namun bukan

hanya itu, pada saat di Makkah, mereka menghancurkan kubah tempat

dilahirkannya Nabi Muhammad, kubah tempat kelahiran Abu Bakar dan Ali.

Begitu juga saat gerakan Wahhabi berada di Madinah, dihancurkannya semua

kuburan sahabat yang dibangun dan diratakannya dengan tanah dan hanya diberi

tanda batu.48

45

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 156. 46

John L Esposito, Islam Warna-Warni Ragam Ekspresi Menuju “jalan lurus”,

Penerjemah Arif Maftuhin (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 148. 47

Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 61. 48

Mustofa Muhammad Asy syak‟ah, Islam tidak bermazhab (Jakarta: Gema Insani, 1994),

h. 394.

Page 39: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

30

D. Konsep Ajaran Wahhabi

Muhammad bin Abdul Wahhab dalam ajaran yang dibawanya

menggunakan pemikiran dari Imam Hanbal atau Imam Ahmad bin Hanbali (164-

241 H) yang diteruskan oleh Ibnu Taimiyah (661-728 H) atau (1263-1328 M).

Jarak antara Abdul Wahhab dengan Ibnu Taimiyah dan antara Ibnu Taimiyah

dengan Imam Hanbal mencapai sekitar lima abad. Namun demikian, pemikiran

Imam Hanbal ternyata sangat menginspirasi Muhammad bin Abdul Wahhab.

Imam Hanbal dalam pemikirannya, tidak membenarkan pendapat-pendapat akal

secara mutlak tanpa bersandar pada al-Qur‟an dan hadis. Beliau juga tidak

menyukai berdebat, menurutnya kebenaran akan pudar cahayanya karena

perdebatan. Perdebatan terjadi jika memang sudah dalam keadaan yang mendesak

atau terpaksa, seperti perdebatan mengenai aqaid dan khalifah.49

Imam Hanbal adalah seorang yang sangat menekuni hadis Nabi, beliau

sering melakukan perjalanan ke berbagai negara guna mencari orang-orang yang

meriwayatkan hadis-hadis Nabi. Kecintaannya kepada hadis Nabi sangat terlihat

juga dengan pendapatnya yang sangat menentang adanya tindakan bid‟ah dalam

agama Islam, beliau menegur dengan tegas orang-orang yang mengatakan dirinya

beragama Islam namun melakukan tindakan bid‟ah. Beliau juga mengecam keras

orang-orang yang mengaku ulama namun perbuatannya banyak menyalahi sunah

Nabi.50

Begitu juga dengan Ibnu Taimiyah yang menentang inovasi dalam

beribadah yang biasa kita sebut bid‟ah, seperti pemujaan terhadap wali dan ziarah

ke tempat suci. Hal tersebut juga yang dikecam oleh Wahhabi. Para pengikut

Abdul Wahhab menerapkan pernyataan Imam Hanbal dan Ibnu Taimiyah dalam

bentuk tindakan yang lebih berani.51

Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab, Islam adalah kesalehan yang

tulus. keyakinan yang utuh dan peribadatan yang sederhana. Dengan kata lain,

ajaran tersebut tidak mengenal cara beribadah yang berlebihan. Ajaran Wahhabi

datang sebagai ajaran yang dapat mengkoreksi terhadap bentuk-bentuk

49

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 225. 50

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 223. 51

Akbar S Ahmad, Citra Muslim (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 161.

Page 40: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

31

penyimpangan dan penambahan atas ajaran Islam. Ajaran tersebut mempunyai

pengaruh yang berkepanjangan dalam masyarakat Arab dan memberi arah

terhadap cara pandang orang Arab tentang agama Islam.52

Pemikiran yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahhab ini bukanlah

atas dasar politik, namun pemikiran yang dibawanya dikarenakan pada masa

tersebut, kemurnian faham tauhid umat Islam telah dirusak oleh ajaran-ajaran

tarekat yang menyebar luas di dunia Islam. Bahkan, dimasa tersebut faham

animisme53

juga mempengaruhi keyakinan umat Islam. Pada suatu hari dan

disuatu tempat, Abdul Wahhab melihat seseorang berdoa kesebatang pohon

kurma, karena pohon itu diyakini mempunyai kekuatan gaib. Di tempat lain,

Abdul Wahhab melihat seseorang memuja batu besar. Hal tersebutlah yang

menjadikan Muhammad bin Abdul Wahhab mendakwahkan pemikiran-

pemikirannya tentang praktek agama Islam yang murni.54

Dakwah yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan

gerakan Wahhabi terkadang harus mengambil jalan peperangan, seperti yang

terjadi pada penyerbuan di Karbala, saat gerakan Wahhabi yang ingin meratakan

makam Husein harus melawan orang-orang penganut Syi‟ah yang berusaha

melawannya. Tindakan perataan makam Husein dilakukan Wahhabi, agar tidak

lagi terdapat praktek-praktek menyimpang yang dilakukan pada makam Husein

oleh penganut Syi‟ah.55

Menurut Mustofa Muhammad Asy syak‟ah, dalam bukunya Islam tidak

bermazhab, pada dasarnya aqidah yang menjadi landasan gerakan Wahhabi ini

ada dua hal. Pertama, terfokus kepada masalah tauhid yang murni dalam segala

aspeknya. Kedua, memerangi dan menghilangkan bid‟ah. Muhammad bin Abdul

Wahhab berpendapat bahwa ziarah kubur kepada wali termasuk syirik, dan

bertawasul kepada mereka akan mengakibatkan rusaknya kemurnian aqidah.

52

Akbar S Ahmad, Citra Muslim (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 162. 53

Animisme adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon, batu,

sungai, gunung, dan sebagainya). Lihat Kamus Besar Bahasa Indpnesia “Animisme” dalam

https://kbbi.web.id/animisme, diakses Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 22.53 WIB. 54

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:

Bulan Bintang, 1975), h. 21-22. 55

Mustofa Muhammad Asy syak‟ah, Islam tidak bermazhab (Jakarta: Gema Insani, 1994),

h. 392.

Page 41: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

32

Selain itu, usaha pemurnian aqidah yang dilakukan Wahhabi adalah dengan

pemberantasan bid‟ah, misalnya perayaan maulid, perayaan-perayaan spiritual

seperti haul untuk memperingati kematian wali, dll.56

Tauhid menurut Muhammad bin Abdul Wahhab dalam bukunya kitab at-

Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Menghambakan diri hanya kepada

Allah secara murni dan konsekuen dengan mentaati segala perintahnya dan

menjauhi segala larangannya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan

takut kepadanya. Menurutnya, iblis mempercayai bahwa tuhannya adalah Allah,

bahkan mengakui keesaan Allah. Kaum jahiliyah yang hidup pada masa

Rasulullah juga meyakini bahwa yang mengatur, pencipta, penguasa alam semesta

adalah Allah. Namun, kepercayaan dan keyakinan tersebut tidak menjadikan

mereka sebagai muslim yang beriman kepada Allah.57

Syirik menurut Muhammad bin Abdul Wahhab adalah meminta pertolongan

bukan lagi kepada Allah SWT tetapi kepada syeikh, wali atau kekuatan ghaib,

tawassul dengan menyebut nama nabi atau malaikat, meminta syafaat selain

kepada Allah SWT, dan bernazar selain kepada Allah.58

Misi utama dalam gerakan Wahhabi ini adalah untuk memperbaiki akidah

dan praktik agama Islam yang mengalami kerusakan fatal dari sisi spiritual, moral

dan kehidupan; melalui pengajaran ilmu, dakwah, dan penegakkan syariat.

Muhammad bun Abdul Wahhab dalam berdakwah, mempunyai prinsip-prinsip

dasar, antara lain:

1). Al-Ilm (menghidupkan ilmu-ilmu keIslaman), prinsip tersebut dilakukan

Abdul Wahhab dengan mengadakan halaqah-halaqah ilmu, majelis-majelis

taklim, daurah-daurah, menulis risalah-risalah ilmiah, mencetak buku-buku dan

menyebarkannya, mendirkikan universitas-universitas Islam, dll.59

56

Mustofa Muhammad Asy syak‟ah, Islam tidak bermazhab (Jakarta: Gema Insani, 1994),

h. 393. 57

Muhammad bin Abdul Wahhab, Kitab Tauhid (Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2007), h. 5. 58

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 158. 59

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 207-

208.

Page 42: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

33

2). At-Tauhid (memurnikan tauhid dan memberantas kemusyrikan),

gerakan dakwah untuk memurnikan tauhid dan memberantas kemusyrikan

tersebut dimulai dari keprihatinannya ketika melihat kondisi kaum muslimun di

Nejed yang rusak secara moral, akidah, ibadah dan akhlak. Banyak terjadi

tindakan menyimpang seperti meminta dan berdoa kepada kuburan, memiliki

jimat, mendatangi tukang sihir, dan bahkan meminta pertolongan kepada benda

mati seperti pohon dan batu. Hal-hal tersebut jika dibiarkan, akan menjadikan

akidah, akhlak, dan moral umat muslim di Nejed menjadi rusak. Maka, Abdul

Wahhab hadir dengan faham dan gerakannya yaitu Wahhabi untuk memurnikan

tauhid dan memberantas kemsyrikan.60

3). As-Sunah (menghidupkan sunah dan memberantas bid‟ah), perbuatan

bid‟ah termasuk hal yang beliau kritisi dalam dakwahnya. Prilaku bid‟ah seperti

meminta pertolongan kepada kuburan orang-orang shalih, jin, dan malaikat,

percaya kepada ramalan dukun, tukang sihir, dll. Pengamalan sunah yang

dilakukan penganut faham Wahhabi dapat terlihat pada penampilannya, seperti:

memanjangkan janggut, memakai gamis, memakai tutup kepala, dll.61

4). At-Tasfiyah (pemurnian khazanah ilmu-ilmu keislaman), tasfiyah yang

dimaksudkan adalah membersihkan kitab-kitab keislaman dari pengaruh Hadis

palsu, Hadis lemah, kisah israiliyat, ajaran-ajaran khurafat, filsafat-filsafat

Yunani, dll. Tasfiyah tersebut dilakukan untuk menyelamatkan amal-amal umat.

Abdul Wahhab dalam kitabnya, tidak pernah merujuk pada pendapat tokoh-tokoh

aliran sesat seperti Syi‟ah, para filsuf, ilmuan Barat dan ilmuan non muslim.

Muhammad bin Abdul Wahhab merujuk pada pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah,

Ibnul Qayyim al-Jauziyah, dan imam-imam Hadis lainnya.62

5). Ad-Dakwah (menyebarkan ajaran Islam yang lurus), Muhammad bin

Abdul Wahhab dalam usahanya untuk membina dakwah, menyerukan dakwah,

dan memperkuat pengaruh dakwahnya. Usaha-usahanya tersebut dapat dilihat dari

60

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h.

209. 61

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h.

210-211. 62

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h.

212.

Page 43: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

34

sejarah terbentuknya Kerajaan Saudi Arabia; 6). Amar Makruf Nahi Munkar

(menganjurkan kebaikan dan mencegah kemunkaran), dakwah yang dilakukan

Abdul Wahhab tak jarang dalam aktifitas gerakan dakwahnya mencegah

kemunkaran dengan tangan atau kekuatan, seperti: meratakan kuburan-kuburan

yang dianggap keramat, merubuhkan kubah-kubah diatas kuburan, dan

membersihkan simbol-simbol kemunkaran yang berada di wilayah Nejed dan

sekitarnya. Pada era modern seperti sekarang, terdapat asykar yang berjaga di

Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, mereka bertugas untuk mencegah umat

muslim melakukan perbuatan munkar.63

7). Tath Biqus Syariah (menegakkan hukum Allah dalam pemerintahan dan

masyarakat), hal tersebut sangat terlihat jelas pada berdirinya Kerajaan Saudi

Arabia yang merupakan negara Islam dengan hukum yang dipakai adalah hukum

syari‟at Islam; 8). Al-Ijtihad (membuka pintu-pintu ijtihad untuk menjawab

masalah-masalah kontemporer umat), selama tidak berbenturan dengan syari‟at

Islam maka pintu ijtihad dibuka seluas-luasnya; 9). Jihad Fi Sabilillah (membela

agama Allah dan negeri-negeri muslim dengan kekuatan senjata); 10). At-

Tazkiyah (mensucikan jiwa), yaitu mensucikan jiwa dari segala hal yang

mengotorinya. Upaya tazkiyah yang dilakukan gerakan Wahhabi dengan

membersihkan keyakinan dari kemusyrikan dan ajaran sesat, membersihkan amal

dari perbuatan bid‟ah, dll.64

Pemikiran yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab ini

sebenarnya merupakan reaksi terhadap iman yang telah rusak karena adanya

prilaku-prilaku yang menyekutukan Allah. Namun bukanlah merupakan gerakan

politik. Menurutnya, kalimat la illaha illa Allah tidak cukup hanya diucapkan,

tetapi harus dibarengi oleh tindakan yaitu dengan tidak menyembah selain

Allah.65

63

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 213-

214. 64

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h.

215-222. 65

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 157.

Page 44: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

35

Abdul Wahhab berpendapat bahwa orang-orang muslim seharusnya tidak

berteman, dan mengikuti kebiasaan dengan non-muslim. Orang kafir itu bukan

hanya Kristen dan Yahudi, namun seorang muslim yang menjadi murtad melalui

tindakannya yang menyekutukan Allah.66

Menurut Wahhabi, orang-orang muslim

yang “murtad” lebih buruk dari pada orang-orang non-muslim.67

Abdul Wahhab berpendapat bahwa dalam masalah syariat, hukum halal dan

haram hanya boleh diambil dari al-Qur‟an dan Hadis. Meskipun demikian,

Wahhabi berpendapat bahwa ijtihad masih tetap dapat dilakukan bagi siapa saja

yang telah memenuhi syarat.68

Abdul Wahhab berpendapat bahwa al-Qur‟an dan

Hadis yang murni hendaknya diterima dan ditaati dalam pengertian harfiah dan

seperti apa adanya tenpa boleh diganggu gugat dan tanpa ada penambahan dalam

beribadah.69

Abdul Wahhab mewajibkan setiap orang untuk sholat berjamaah,

berpuasa di bulan Ramadhan dan mengeluarkan zakat.70

66

Khaled Abou El Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan (Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta, 2006), h. 66. 67

A.M. Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam (Jakarta:

Kompas, 2009) 68

Mustofa Muhammad Asy syak‟ah, Islam tidak bermazhab (Jakarta: Gema Insani,

1994), h. 393-394. 69

Maryam Jamilah, Para Mujahid Agung (Bandung: Mizan, 1989), h. 15. 70

Maryam Jamilah, Para Mujahid Agung (Bandung: Mizan, 1989), h. 15.

Page 45: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

36

BAB III

KEPEMIMPINAN KELUARGA SAUD

A. Kerajaan Saudi Arabia Pertama (1744-1818 M)

Kemunduran Dinasti Turki Utsmani diawali dengan kematian Sultan

Sulaiman al-Qanuni (1566 M). Selama dua abad lebih proses kemunduran itu

terjadi pada Dinasti Turki Utsmani. Satu per satu negara yang dikuasai Dinasti

Turki Utsmani mengalami pemberontakan untuk dapat memisahkan diri dari

kekuasaan Turki Utsmani. Hal tersebut terjadi pada wilayah kekuasaan di Eropa.

Namun, tidak hanya di wilayah Eropa saja tetapi juga beberapa daerah di wilayah

Timur Tengah yang berusaha memberontak untuk dapat melepaskan diri dari

kekuasaan Turki Utsmani. Seperti di Mesir, kelemahan-kelemahan kerajaan

Utsmani membuat Mamalik bangkit kembali. Pada masa kepemimpinan Ali Bey,

pada tahun 1770 M, Mamalik kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya

Napoleon Bonaparte dari Prancis tahun 1798 M. Di Lebanon dan Syria, Fakhr Al-

Din, seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai Palestina. Di kawasan Arabia

timbul kekuatan baru, yaitu bersatunya antara pemimpin agama Muhammad bin

Abdul Wahhab yang dikenal dengan faham Wahhabi dengan penguasa kabilah di

wilayah Diraya Muhammad bin Saud.1 Gerakan pembaharuan yang dipimpin oleh

Abdul Wahhab dan Muhammad bin Saud tersebut dengan segera memasuki dunia

politik karena Islam tidak dapat dipisahkan dari politik.2

Awal pembentukan kerjasama antara Abdul Wahhab dan Muhammad bin

Saud pada tahun 1744 M. Dalam proses penaklukan-penaklukan yang dilakukan

oleh dua aliansi ini (Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Saud)

pada tahun 1801 M, mereka menyerbu Karbala dan meratakan makam Husayn,

sehingga menimbulkan kecaman dan kemarahan oleh kalangan orang-orang

penganut paham Syi‟ah. Mereka pun menundukkan Hijaz dan merebut dua kota

suci, Makkah dan Madinah. Makkah pada tahun 1803 M dan Madinah pada tahun

1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 166.

2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 184.

Page 46: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

37

berikutnya. Di Madinah, mereka menghancurkan kubah-kubah yang ada di atas

kuburan, hiasan-hiasan yang ada di makam Nabi Muhammad SAW. Di Makkah,

mereka merusak kiswah Ka‟bah yang terbuat dari sutra.3 Mereka juga

menghancurkan beberapa makam dan berhala yang dihormati dan memerangi

semua orang yang memuja berhala.4

Berkembang pesatnya ajaran dan faham yang dibawa oleh Muhammad bin

Abdul Wahhab dengan dukungan dari Muhammad bin Saud menjadikan para

penguasa Turki Utsmani khawatir akan aktifitas yang dilakukan oleh para

pengikut dua aliansi tersebut. Maka, pada saat itu musuh-musuhnya berupaya

meyakinkan masyarakat bahwa apa yang diajarkan Muhammad bin Abdul

Wahhab itu merupakan ajaran agama baru yang berada diluar kemurnian ajaran

Islam pada masa Turki Utsmani. Para musuhnya itu menjuluki para pengikutnya

sebagai “Wahhabi”.5

Gerakan politik yang dilakukan oleh keluarga Saud yang didukung oleh

gerakan Wahhabi dianggap telah melakukan pemberontakan kepada Khalifah

Turki Utsmani yang pada masa itu menguasai wilayah Arabia.6 Aktifitas-aktifitas

yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, Muhammad bin Saud dan

para pengikutnya menjadikan para penguasa Turki Utsmani kesal. Muhammad Ali

Pasya, seorang bangsa Albania yang ketika itu memerintah sebagai Gubernur di

Mesir, ia berusaha untuk membatasi dan mempersulit segala pergerakan dari

gerakan Wahhabi dengan cara memerangi para penganut faham Wahhabi. Pada

saat itu, pasukan Muhammad Ali menyerbu Arabia untuk mengambil alih daerah-

daerah yang telah dikuasai oleh Abdul Wahhab dan Muhammad bin Saud.

Muhammad Ali Pasya mengirimkan pasukannya ke Hijaz melalui laut dan

merebutnya kembali. Anaknya, Ibrahim Pasya memimpin pasukan Turki Utsmani

ke kota Nejed, para penguasa kabilah di Nejed dapat dipengaruhi dengan uang dan

diancam dengan senjata. Sehingga suku Otayba bergabung dengannya, lalu Harb

3 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 158. 4 Maryam Jamilah, Para Mujahid Agung (Bandung: Mizan, 1989), h. 16.

5 Maryam Jamilah, Para Mujahid Agung (Bandung: Mizan, 1989), h. 17.

6 Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 260.

Page 47: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

38

dan Mutair. Satu per satu suku-suku yang ada meninggalkan keluarga Saud.7

Akhirnya, Ibrahim Pasya mencapai ibu kota Saudi, yaitu Diraya dan

menyerangnya untuk beberapa bulan.

Peperangan sengit tersebut dimenangkan oleh pasukan Ali Pasya dan

anaknya Ibrahim Pasya. Seusai pertempuran sengit tahun 1814 M di dekat Thaif,

tidak kurang dari 5.000 tentara Saud dan Wahhabi tewas dalam peperangan.

Timbunan mayat berserakan di seantero kota. Pasukan Turki Utsmani, yang

didukung oleh pasukan Mesir, dapat melumpuhkan gerakan pemberontakan

tersebut pada tahun 1818 M (1233/1234 H) dan menghancurkan Diraya.8

Dengan kekalahan yang terjadi pada dua aliansi ini menjadikan berakhirnya usaha

dalam membentuk Kerajaan Saudi Arabia yang pertama.

B. Kerajaan Saudi Arabia Kedua (1823-1891 M)

Kekalahan yang diderita pada upaya pembentukan Kerajaan Saudi Arabia

pertama, tidak menjadikan hilangnya para pengikut Wahhabi dan keluarga Saud

dalam semangatnya untuk membangun Kerajaan Saudi. Lima tahun berselang,

bangkitlah kembali gerakan Wahhabi dan keluarga Saud dalam upaya mendirikan

Kerajaan Saudi Arabia untuk yang kedua kalinya, dipelopori oleh Turki bin

Abdullah bin Muhammad bin Saud pada tahun 1823 M. Ia memulai upayanya di

wilayah Nejed. Orang-orang Turki dan Mesir yang bertempat tinggal di sana

diusir. Inilah awal mula kebangkitan Kerajaan Saudi yang kedua di Nejed.9

Turki bin Abdullah berkuasa sampai tahun 1834 M. Turki bin Abdullah

meninggal dibunuh oleh musuhnya di Riyadh. Kekuasaan digantikan oleh

anaknya yaitu Faishal, pada saat itu Fishal dapat merebut kembali kota Riyadh.

Faishal berkuasa kurang lebih 4 tahun. Sementara itu, pemerintahan Turki

Utsmani di Mesir menyerang Nejed dan merebut Nejed. Peristiwa tersebut

7 Robert Lacey, Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986), h.

81. 8 Akbar S Ahmad, Citra Muslim (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 162.

9 Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Imam Muhammad bin Abdul Wahhab Dakwah dan

Jejak Perjuangannya (Jakarta: Megatama Sofwa Pressindo, 2005), h. 59.

Page 48: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

39

menjadikan Faishal di tawan dan dikirim ke Mesir bersama beberapa anak dan

saudaranya. Namun, ia dapat melarikan diri dari tahanannya di Mesir dan dapat

merebut kembali kekuasaannya di Nejed. Pengambilan kekuasaan tersebut terus

berlangsung hingga Faishal wafat pada tahun 1865 M.10

Sepeninggal Faishal, fitnah dan keributan selalu terjadi dalam keluarga

Saud. mereka memperebutkan kekuasaan untuk menggantikan posisi ayahnya

Faishal. Faishal yang digantikan oleh putranya Abdullah, menjadikan Saud (salah

satu putra Faishal) merasa tidak suka dan ingin menjadi pemimpin untuk

menggantikan ayahnya. Abdullah dan Saud tak jarang merebutkan kekuasaan

tersebut dengan cara berperang ataupun dengan cara penipuan. Hal tersebut terjadi

selama sepuluh tahun. Saat Abdullah berhasil menyingkirkan Saud, Saud

melarikan diri dan tinggal dengan kabilah Ajman di provinsi Ahsa. Setelah Saud

mendapatkan perlindungan dan bersekutu dengan kabilah Ajman, Saud

menyerang kembali Riyadh dan menyingkirkan Abdullah, dalam upaya Saud ini

menjadikannya meninggal dunia dan dengan otomatis Abdullah kembali

berkuasa.11

Sepeninggal Saud, tidak menjadikan situasi menjadi tentram dan damai,

karena anak laki-laki Saud melanjutkan perselisihan itu. Masyarakat Riyadh juga

menjadi terbelah antara pihak Abdullah dan pihak Saud.12

Peperangan terus

terjadi hingga datanglah adiknya Abdurrahman bin Faishal dari Baghdad, sebagai

pihak ketiga. Abdurrahman bersama saudara laki-lakinya yang keempat, yaitu

Muhammad, mencoba bertindak sebagai penengah. Abdurrahman berusaha

mengingatkan saudaranya tersebut bahwa klan al-Rasyid akan memanfaatkan

peluang untuk menyerang jika terus menerus merebutkan kekuasaan. Namun

usaha tersebut gagal karena mereka dikuasai oleh kebencian.13

Kekuasaan pun

10

Nehed Alghadri, Tentang Jang Besar (Jakarta: Pusaka, 1966), h. 19. 11

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008 ), h. 14-15. 12

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008 ), h. 15. 13

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008 ), h. 15.

Page 49: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

40

berpindah-pindah sampai delapan kali. Demikianlah kondisi pada masa itu hanya

dihabiskan untuk perebutan kekuasaan antara keluarga Saud.14

Anak-anak Saud mengumpulkan orang-orang dari kabilah Ajman sekali lagi

untuk dapat merebut kekuasaan Riyadh dan memenjarakan Abdullah. Peristiwa

tersebut dimanfaatkan oleh klan al-Rasyid untuk merebut wilayah kekuasaan

keluarga Saud di Nejed. Upaya tersebut dilakukan oleh klan al-Rasyid dengan

cara menyingkirkan putra-putra Saud, memenjarakan Abdullah di Ha‟il dan

menempatkan gubernurnya sendiri yaitu syeikh dari Shammar yang bernama

Salim.15

Dalam pepeperangan tersebut, Muhammad terbunuh oleh Obaid yang

merupakan sepupu klan al-Rasyid, namun Abdurrahman dibiarkan pergi oleh klan

al-Rasyid dan Abdullah yang ditawan di Hail jatuh sakit sehingga dibebaskan dan

diberikan kepada Abdurrahman dan dibawa ke Riyad. Namun, Abdullah

meninggal setelah tiba di Riyadh. Sementara itu, tokoh-tokoh Saudi lainnya lari

dan meminta perlindungan kepada klan Shabah di Kuwait. Dengan demikian,

berakhirlah periode Kerajaan Saudi Arabia kedua pada tahun 1891 M.16

C. Biografi Abdul Aziz bin Abdurrahman (1880-1953 M)

Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Faishal bin Turki bin Abdullah bin

Muhammad bin Saud lahir di Riyadh pada bulan dzulhijjah tahun 1297 H/1880M.

Ayahnya bernama Abdurrahman bin Faishal bin Turki bin Abdullah bin

Muhammad bin Saud dan Ibunya bernama Sarah yang merupakan anak

perempuan dari Ahmad Sudairi seorang kepala suku kabilah Dawaris dari daerah

selatan.17

Ia dikenal dengan sebutan Ibnu Saud.18

14

Nehed Alghadri, Tentang Jang Besar (Jakarta: Pusaka, 1966), h. 20. 15

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008 ), h. 16. 16

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah

Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini (Jakarta: Zaman, 2014), h. 950. 17

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 16. 18

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008), h. 9.

Page 50: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

41

Abdurrahman membesarkan anak-anaknya sebagai para Wahhabi yang taat.

Terutama Abdul Aziz, ia menghafal surat-surat al-Qur‟an, kemudian belajar

membaca al-Qur‟an kepada Muhammad Mushaibih, Ia belajar ushul fiqih dan

tauhid kepada Abdullah bin Abdul Latif Al-Syaikh, ia terus mengembangkan

pengetahuannya dengan para ulama, sastrawan, pemikir, politikus, dan lain-

lainya. Abdurrahman menyekolahkan Ibnu Saud di Riyadh. Abdurrahman juga

mengajari Ibnu Saud cara menggunakan pedang dan senapan, melompat ke atas

seekor kuda dan mengendap tanpa pelana atau sanggurdi.19

Abdul Aziz bin

Abdurrahman pada waktu kecil belajar dasar-dasar membaca dan menulis kepada

hakim Abdullah al-Kharaji, seorang ulama dari Kharaj. Sehingga Abdul Aziz

mendapatkan ilmu yang banyak melalui pengalaman dan praktek lapangan dalam

kehidupan sejak dari kecil.20

Saat remaja, ia mengalami masa-masa di mana keluarganya sedang

mengalami keterpurukan pada akhir masa Kerajaan Saudi Arabia kedua di Nejed.

Abdul Aziz menikah pada usia lima belas tahun, ia menikah dengan seorang gadis

suku Badui yang dipilihkan oleh ibunya. Pada saat itu, Ibnu Saud tidak memiliki

uang untuk merayakan pernikahan pertamanya sehingga pernikahannya di tunda

sampai ada seorang pedagang kaya yang bersedia menyumbangkan uang untuk

pernikahan Ibnu Saud. Setelah enam bulan pernikahan, istrinya meninggal dunia

dan Ibnu Saud menikah lagi dan ia telah memiliki dua istri lagi, dan dari istri

pertama, dia mendapatkan seorang putra yang dinamainya Turki.21

Keluarga Saud begitu miskin di pertengahan tahun 1890-an saat mereka

pindah ke kota pelabuhan Kuwait.22

Abdul Aziz banyak mendapatkan pelajaran

tentang politik sejak ia tinggal di Kuwait. Tak jarang, ia melihat langsung dan

mengalami sendiri pertikaian-pertikaian internasional. Fisik Ibnu Saud yang tinggi

19

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008), h. 13. 20

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 16. 21

Robert Lacey, Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986), h.

45. 22

Robert Lacey, Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986), h.

45.

Page 51: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

42

besar, 6 kaki 4 inci menjadikannya seseorang yang terlihat gagah. Ibnu Saud

mengambil alih kekuasaan Riyadh pada usianya yang ke- 21 tahun.23

Ibnu Saud memulai untuk merebut kembali daerah kekuasaan keluarganya

pada tahun 1902 M.24

Abdul Aziz menyudahi Dinasti Rasyid pada akhir 1925,

menduduki Makkah pada 1924, Madinah dan Jeddah pada 1925, dan 1932

mendirikan kerajaan Saudi Arabia dengan dirinya sebagai raja.25

Ibnu Saud

meninggal pada tanggal 9 November 1953 M dalam usia 78 tahun.

D. Kerajaan Saudi Arabia Ketiga dan Proses Penaklukan Kota-kota di

Jazirah Arab (1902-1932 M)

Langkah awal yang dilakukan Abdul Aziz bin Abdurrahman terjadi pada

tahun 1318 H/ 1901 M, ketika Abdul Aziz bin Mut‟ab al-Rasyid melakukan

penyerangan atas Kuwait. Peristiwa tersebut menjadikan pemimpin Kuwait

Mubarak Al-Shabah mengajak Abdurrahman al-Faishal dan putranya Abdul Aziz

untuk bersekutu dengannya dalam melawan al-Rasyid. Dalam kesempatan ini tak

disia-siakan oleh Abdurrahman dan Abdul Aziz untuk dapat merebut kembali

daerah kekuasaan keluarga Saud dari al-Rasyid. Mereka berdua pun

menyetujuinya karena kesempatan inilah yang sejak dahulu mereka nanti-

nantikan.26

Mubarak yang menganggap bahwa Abdurrahman dan Abdul Aziz adalah

sekutu yang sangat berguna, Mubarak melihat itu dari sejarah Kerajaan Saudi

pertama dan kedua yang dipelopori oleh keluarga Saud. Selain itu, Mubarak pun

sangat menyukai Abdul Aziz, bahkan Mubarak memperlakukan Ibnu Saud seperti

anaknya sendiri, sering mengajak Abdul Aziz ke rumahnya, banyak berbincang

dengannya, dan lain-lain.27

Mubarak kerap mengajak Abdul Aziz dalam

23

Achmad Munif, 50 Tokoh Politik Legendaris Dunia (Jakarta: Buku Kita, 2007), h. 69. 24

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 352. 25

Philip K. Hitti, History of The Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), h. 949. 26

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 57. 27

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008), h. 38.

Page 52: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

43

pekerjaan, pertemuan, dan rapat-rapatnya, dan bagi Abdul Aziz semua itu adalah

pendidikan yang amat berguna.28

Pada awal petempuran melawan al-Rasyid, Abdul Aziz bin Abdurrahman

al-Faishal menyerang dengan tentaranya sendiri ke Riyadh, sementara Mubarak

dan Abdurrahman pergi dengan pasukan yang lain sebanyak 10.000 pasukan.29

Strategi perang tersebut dicetuskan oleh Abdul Aziz, ia berfikir bahwa al-Rasyid

tidak akan bisa berperang dalam dua arah pada waktu yang bersamaan. Al-Rasyid

akan kelabakan menghadapinya.30

Saat memulai pertempuran, Abdul Aziz berhasil memasuki Riyadh dan

mengepung dua pasukan al-Rasyid dalam benteng al-Mashmak.31

Saat perang

dunia I terjadi, Turki Utsmani menarik pasukannya dari negeri Arab. Hal tersebut

menjadikan lemahnya kekuatan al-Rasyid.32

Kemenangan yang didapat oleh

Abdul Aziz dan pasukannya, tidak menjadikannya menjadi sangat bahagia, karena

ia mendapat kabar tentang kekalahan ayahandanya, Abdurrahman al-Faishal dan

Mubarak dalam perang “ash-Sharif” pada 17 Dzul-Qa”dah 1318 H/ 7 Maret 1901

M.33

Kabar tersebut menjadikan Abdul Aziz tak dapat tinggal lama di Riyadh dan

harus kembali ke Kuwait secepatnya.

Kekalahan yang diderita oleh Mubarak menjadikannya sangat lemah, ia

sudah tidak mempunyai tentara lagi, kotanya tidak berbenteng, para sekutunya

telah bubar, konfederasinya34

sudah pecah. Kuwait benar-benar berada pada

kondisi yang sangat lemah. Kelemahan Kuwait lalu dimanfaatkan oleh Inggris.

28

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008), h. 44. 29

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008), h. 46. 30

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 58. 31

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 247. 32

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah

Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini (Jakarta: Zaman, 2014), h. 951. 33

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 58. 34

Konfederasi adalah gabungan beberapa negara yang dibentuk untuk mengatur

kepentingan bersama, misalnya pertahanan, tetapi masing-masing tetap berdaulat penuh. Lihat

Kamus Besar Bahasa Indpnesia “Konfederasi” dalam https://kbbi.web.id/konfederasi, di akses

Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 23.15 WIB.

Page 53: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

44

Pada saat itu, Inggris menganggap Mubarak adalah sekutu mereka dan Inggris

membantu Mubarak untuk memperingatkan al-Rasyid untuk mundur, mereka

mengirim kapal penjelajah untuk memperkuat peringatan itu. Pada akhirnya,

Rasyid berhenti dan mundur.35

Abdul Aziz yang berkeinginan untuk kembali ke Riyadh, kemudian

meminta izin kepada ayahnya Abdurrahman dan Mubarak al-Shabah. Abdul Aziz

yang telah mendapatkan izin, segera pergi menuju Riyadh. Ia melakukan gerakan-

gerakan tipuan terhadap sekelompok suku Qahthan dan Muthair, kemudian

berlindung kepada oase “Birin”, di suatu tempat berjarak 175 mil di sebelah

tenggara Riyadh, Abdul Aziz mendapat surat dari ayahnya melalui utusan

Mubarak yang berisikan himbauan untuk kembali ke Kuwait.36

Abdul Aziz dapat merebut Riyadh kembali kepada kekuasaan keluarganya

pada 5 Syawal 1319 H/ 15 Januari 1902 M. Ia dapat menguasai benteng

“Mashmak” dan membunuh penguasa al-Rasyid “Ajlan” dan sebagian

penjaganya, ia pun mengumumkan kepada masyarakat Riyadh bahwa ia berhasil

menguasai kembali Riyadh yang merupakan ibu kota Kerajaan Saud.37

Peristiwa

tersebut menjadikan awal dari perjuangan Abdul Aziz dalam mendirikan Kerajaan

Saudi.

Keberhasilan Abdul Aziz dalam merebut kembali Riyadh tak

menjadikannya puas dan berhenti. Ia kemudian bergerak menuju Nejed, ia

berupaya untuk menguasai Nejed. Ia mulai bergerak menuju selatan, dan ia pun

mengalami beberapa peperangan. Ia berhasil menguasai Huthah, Aflaj, Hariq dan

Wadi Dawaris sekitar tahun 1320 H/1903 M. Kemudian pada 3 Muharram 1321

H/ 1 Maret 1903 M Abdul Aziz memberikan bantuan kepada sekutunya Mubarak

Al-Shabah dalam usahanya melawan Abdul Aziz bin Rasyid. Sekembalinya ke

Nejed ia juga berhasil menguasai wilayah Sadir dan Wasym serta Mahmal ke

35

H.C. Amstrong, Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia (Jakarta: Ramala

Books, 2008), h. 48. 36

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud,

kumpulan makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud

Riyad KSA), h. 59. 37

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud,

kumpulan makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud

Riyad KSA), h. 59-60.

Page 54: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

45

dalam wilayah kekuasaannya. Menaklukan Unaizah pada 5 Muharram 1322 H/ 22

Maret 1904 M, dan Buraidah, ibu kota Qashim pada 15 Rabi‟ul Awal 1322/ 30

Mei 1904 M.38

Abdul Aziz Al-Saud yang semakin kuat dengan wilayah-wilayah yang dapat

ditaklukannya membuat penguasa Dinasti Turki Utsmani cemas. Maka, Dinasti

Turki Utsmani memberikan bantuan materi dan perlengkapan perang kepada al-

Rasyid dalam berperan melawan Ibnu Saud. Peperangan tersebut dimenangkan

oleh Dinasti Turki Utsmani dan al-Rasyid pada Rabi‟ul Tsani 1322 H/1904 M.

Tak berhenti dan menyerah dengan kekelahan yang diderita, pasukan Ibnu Saud

pun menyusun kembali strategi perang dengan bantuan penduduk Qashim dan

dengan pasukan yang lebih banyak. Peperangan pun tak terhindarkan, perang ini

disebut perang “Syananah” pada 18 Rajab 1322 H/ 28 September 1904 M.

Pasukan Ibnu Saud mulai mengusir pasukan perang Turki Utsmani dan al-Rasyid

untuk mundur ke Khubara‟, Ras dan Al-Bukhariyah. Penguasa Turki Utsmani

menginginkan adanya negosiasi agar tidak terjadi peperangan berlarut-larut.

Dalam negosiasi itu berisikan tentang keinginan Turki Utsmani menjadikan

Qashim sebagai wilayah netral dengan syarat adanya pasukan penjaga Dinasti

Turki Utsmani di Buraidah dan Unaizah, dan Ibnu Saud menjadi penguasa atas

nama Dinasti Turki Utsmani. Namun, tawaran tersebut ditolak dengan mentah

oleh Abdul Aziz.39

Abdul Aziz menolak tawaran yang diberikan Daulah Turki Utsmani itu, dan

melanjutkan peperangan melawan pasukan Turki Utsmani dan al-Rasyid agar

mendapatkan wilayah Qashim, hingga Abdul Aziz dan pasukannya dapat

mengepung Abdul Aziz bin Rasyid di “Raudhatul Muhanna” dan membunuhnya

pada 18 Shafar 1324 H/ 14 April 1906 M. Abdul Aziz bin Rasyid yang telah

gugur di medan perang kemudian digantikan oleh anaknya Mu‟tab bin Abdul

Aziz bin Rasyid. Peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai antara al-

38

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 61. 39

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 62.

Page 55: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

46

Rasyid dan Ibnu Saud yang berisikan tentang kesepakatan Mut‟ab untuk mundur

dan menyerahkan wilayah Qashim dan sekitarnya kepada Ibnu Saud, namun Ibnu

Saud harus mengakuinya sebagai pemimpin wilayah Ha‟il dan daerah-daerah

Syammar.40

Sami Al-Faruqi Basya yang merupakan pimpinan pasukan Turki Utsmani

menggantikan Ahmad Faidhi Basya, mengirimkan utusannya untuk menawarkan

kepada Abdul Aziz bahwa Daulah Turki Utsmani akan memberikannya 20.000

Lira Emas dan imbalan khusus tiap tahunnya jika Ibnu Saud mengakui kedaulatan

Utsmaniyah atas Qashim. Namun, hal tersebut ditolak dengan tegas oleh Abdul

Aziz. Sami Basya menyerah kepada kemauan Ibnu Saud dan memutuskan untuk

pergi bersama tentaranya dari Qashim. Ibnu Saud pun dapat kembali berkuasa atas

Qashim, tanpa Daulah Turki Utsmani dan tanpa Ibnu Rasyid.

Pada 1912, dibentuklah kekuatan militer dengan nama Ikhwan. Ikhwan

dibentuk sendiri oleh Abdul Aziz dengan memakai semangat faham Wahhabi

dalam setiap aktifitasnya. Ikhwan terbentuk atas orang-orang fanatik Wahhabi

dari Nejed yang sangat millitan dalam menegakkan tauhid dan terdapat pula

orang-orang Badui. Tujuan Ikhwan dalam berperang adalah untuk dapat

terbentuknya negara Islam berdasarkan faham Wahhabi atau pemikiran pendiri

gerakan Wahhabi yaitu Abdul Wahhab. Pasukan Ikhwan pertama yaitu artawiya.41

Ikhwan menjadi sangat berguna dalam membangun dan memperluas kendali

Abdul Aziz. Abdul Aziz merebut kembali wilayah Ahsa‟ pada tahun 1331 H/

1913 M dengan bantuan Ikhwan.42

Klan Saud dan klan Shabah menjalin kerjasama dengan Inggris, sementara

itu al-Rasyid menjalin kerjasama dengan Dinasti Turki Utsmani.43

Thomas E.

Lawrence atau Lawrence of Arabia merupakan utusan dari Inggris, ia berperan

40

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 62. 41

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 353. 42

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 63. 43

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah

Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini (Jakarta: Zaman, 2014), h. 951.

Page 56: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

47

sebagai pendukung gerakan politik Abdul Aziz dalam menghadapi Turki Utsmani

dan al-Rasyid. Inggris melihat bahwa klan Saud memiliki riwayat permusuhan

dengan Turki Utsmani, maka hal itu dimanfaatkan untuk melemahkan Turki dari

segala sisi.44

Pada bulan Desember 1915, Abdul Aziz menandatangani perjanjian dengan

Inggris yang berisikan tentang janji Inggris yang akan membantu Ibnu Saud

dalam mempertahankan kemerdekaannya jika ada yang menyerang.45

Hubungan

baik yang terjadi antara Ibnu Saud dan Inggris bukan hanya sekedar itu saja,

Abdullah yang merupakan anak Ibnu Saud dijadikan penguasa di bagian timur

Yordania, lalu Faishal, sebagai penguasa untuk wilayah Irak.

Pada tahun yang sama yaitu 1915 M, Syarif Husayn dan Inggris

mengadakan perjanjian rahasia untuk melakukan pemberontakan terhadap Dinasti

Turki Utsmani di wilayah Syria dan Arabia, dan dengan beberapa syarat yang

meguntungkan pihak Libanon, Inggris dan juga Prancis.

Melihat kerjasama yang dilakukan Abdul Aziz dengan Inggris menjadikan

Ikhwan marah kepada Abdul Aziz, mereka tidak puas dengan kebijakan Ibnu

Saud yang menjalin kerjasama dengan pihak Inggris yang non-muslim, karena

kebijakan tersebut bertolak belakang dengan ajaran Wahhabi.46

Mereka menolak

segala hal yang berbau modern. Pemberontakan demi pemberontakan dilakukan

oleh Ikhwan yang tak puas dengan kebijakan Abdul Aziz, namun Abdul Aziz

berhasil menghentikan berbagai pemberontakan yang dilakukan Ikhwan.

Abdul Aziz melanjutkan misinya ke wilayah „Asir. „Asir yang pada saat itu

dipimpin oleh Hasan bin Ali Al-„Aidh. Abdul Aziz mengirimkan ekspedisi militer

pertama dengan panglima Abdul Aziz bin Musa‟id bin Jalwi Al-Saud, ia sampai

44

Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 269. 45

Bernard Lewis, Krisis Islam antara Jihad dan Teror yang Keji (Jakarta: Ina Publikatama,

2004), h. 117. 46

Khaled Abou El Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan (Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta, 2006), h. 83.

Page 57: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

48

ke „Asir pada bulan Ramadhan 1338 H/ Mei 1920 M, dan berhasil menguasai

„Asir.47

Abdul Aziz mulai untuk memfokuskan penyerangan kepada keluarga

Rasyid, dalam misinya, Abdul Aziz membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam

memerangi keluarga Rasyid karena keluarga Rasyid dibantu oleh Turki Utsmani.

Hingga akhirnya pada tahun 1320 H/ 1921 M, tentara Abdul Aziz berhasil

mengepung Hail.48

Abdul Aziz yang berkeinginan untuk memberikan peluang kepada Hasan

menjadi gubernur „Asir, namun Hasan menolak niat baik bdul Aziz tersebut.

Hasan bersama dengan sepupunya Muhammad kembali ke „Asir. Ia bersama

sepupunya itu menyusun rencana untuk membentuk pasukan perlawanan Ibnu

Saud di „Asir. Melihat hal tersebut, Abdul Aziz lantas mengirim ekspedisi

militernya yang kedua dengan panglima yaitu Faishal bin Abdul Aziz tahun 1310

H/ 1922 M. Faishal yang merupakan panglima perang, berhasil menghentikan

kegiatan-kegiatan perlawanan Hasan bin Ali, dan menghancurkan pos-pos

angkatan perangnya. Pasukan Hasan bin Ali akhirnya menyerah. Dengan

keberhasilan Faishal tersebut, maka bertambah lagi lah wilayah Kerajaan Saudi

dan mengumumkan penggabungan „Asir ke wilayah negara Saudi.49

Inggris kemudian mengirim Syarif Husayn yang telah memberontak pada

kekhalifahan Turki Utsmani kepada Abdul Aziz, agar dapat mengakuinya sebagai

khalifah umat Islam. Hal tersebut tentu saja menjadikan Abdul Aziz marah kepada

Inggris.50

Perang antar keduanya pun terjadi anatara Syarif Husayn dan orang-

orang Saud.51

Inggris sebenarnya tidak berniat baik kepada siapapun, hanya untuk

47

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 64. 48

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 63. 49

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 64. 50

Bernard Lewis, Krisis Islam antara Jihad dan Teror yang Keji (Jakarta: Ina Publikatama,

2004), h. 145. 51

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah

Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini (Jakarta: Zaman, 2014), h. 951.

Page 58: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

49

kepentingan Inggris dan bangsa-bangsa Eropa.52

Hal tersebut terbukti pada tahun

1917, deklarasi Balfour menyatakan bahwa Inggris menyokong pembentukan

tanah air nasional Yahudi di Palestina.53

Persaingan dan permusuhan yang terjadi antara Abdul Aziz dan Syarif

Husayn ini berdampak pada masyarakat sekitar. Pada saat itu, Syarif Husayn

melarang orang-orang Nejed untuk beribadah haji, yang menjadikan kondisi

semakin memburuk antara Syarif Husayn dan Abdul Aziz. Abdul Aziz melihat

kondisi tersebut merasa harus melakukan sesuatu, akhirnya Abdul Aziz

mengumpulkan beberapa tokoh penduduk Nejed untuk membuat musyawarah

atau syura. Hasil syura menyimpulkan untuk adanya perang melawan Syarif

Husayn. Abdul Aziz lantas memerintahkan bala tentaranya untuk pergi ke Hijaz.

Peperangan tersebut dimenangkan oleh Abdul Aziz, yang menjadikan Syarif

Husayn bin Ali, melarikan diri ke Yordania. Yordania kemudian diperintah oleh

putra Syarif Husayn, Raja Abdullah sebagai Raja Yordania pertama. Kekalahan

yang menimpa Syarif Husayn menjadikan Abdul Aziz dan pasukannya berhasil

memasuki Thaif pada bulan Shafar tahun 1343 H/ 4 Desember 1924 M.

Kemudian memasuki Makkah Al-Mukarramah dalam keadaan ihram pada 17

Rabi‟ul Awwal 4 Desember 1924 M. Kemudian angkatan perangnya bergerak

menuju Jeddah dan melakukan pengepungan di sekitarnya pada 3 Januari 1925 M,

kemudian memasuki Jeddah pada 17 Desember 1925 M. Dengan demikian,

masuklah Hijaz dalam kekuasaan Abdul Aziz. Abdul Aziz pun bergelar “Raja

Hijaz dan Sultan Nejed dan sekitarnya”.54

Ekspedisi berikutnya yang dilakukan Abdul Aziz adalah menghadapi

kekuasaan Al-Idrisi (Ali bin Muhammad Al-Idrisi). Para penduduk yang tidak

puas dengan kepemimpinannya menjadikan Al-Idrisi di kudeta dan digantikan

oleh pamannya Al-Hasan bin Ali Al-Idrisi. Pada tahun 1926 M, Al-Hasan

mengadakan perjanjian dengan Abdul Aziz, dan menyerahkan sisa-sisa

52

Nehed Alghadri, Tentang Jang Besar (Jakarta: Pusaka, 1966), h. 22. 53

Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1999), h. 71. 54

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 64.

Page 59: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

50

pemerintahan keluarga Idris di bawah kendali Abdul Aziz,55

dapat disimpulkan

bahwa pemerintahan Idris merupakan bagian dari kerajaan Saudi Arabia. Namun

ternyata Al-Hasan Al-Idrisi tak sepenuhnya ingin bekerjasama dengan Abdul

Aziz. Ia berusaha memisahkan diri dari kendali Saud. Al-Hasan yang

merencanakan pemberontakan dengan menghubungi orang-orang Italia di

“Mushawwa” untuk membantunya memenuhi pasokan peralatan perang. Namun

ternyata rencana tersebut diketahui oleh Abdul Aziz, maka ia pun mengirim

pasukannya ke Shabiya melalui darat dan laut, yang membuat Al-Hasan tidak

mampu melawannya dan akhirnya ia dan keluarganya pergi ke Shan‟a. Dengan

demikian berakhirlah kekuasaan Al-Idrisi di wilayah tersebut dan Abdul Aziz Al-

Saud mengumumkan bersatunya Emirat Idris ke wilayah kerajaannya. Hal

tersebut menjadi bagian terakhir dalam pembangunan Kerajaan Saudi Arabia dan

mengumumkan penyatuan berbagai wilayahnya dengan nama KERAJAAN

SAUDI ARABIA pada 22 September 1932 M.56

Beberapa negara seperti Inggris, mengakui kemerdekaan atas Kerajaan

Saudi Arabia dan ditandatangani pada tanggal 20 Mei 1927.57

Dan pada tahun

1926 sampai 1931, Saudi Arabia mendapat pengakuan resmi dari semua negera

besar di Eropa, termasuk Rusia dan Amerika Serikat.58

55

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 65. 56

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (Jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 65. 57

Bernard Lewis, Krisis Islam antara Jihad dan Teror yang Keji (Jakarta: Ina Publikatama,

2004), h. 118. 58

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 353

Page 60: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

51

BAB IV

PERAN GERAKAN WAHHABI DAN PERAN KELUARGA

SAUD DALAM MENDIRIKAN KERAJAAN SAUDI ARABIA

A. Peran Gerakan Wahhabi dan Peran Abdul Aziz bin Abdurrahman

dalam Upaya Mendirikan Kerajaan Saudi Arabia

Muhammad bin Saud mulai melakukan pemberontakan kepada kekhalifahan

Turki Utsmani pada abad ke-18. Pada masa itu, muncul sosok Muhammad bin

Abdul Wahhab, dengan membawa prinsip-prinsip Islam yang murni. Ketika

mendengar hal tersebut, Muhammad bin Saud langsung menyambut baik ajaran

yang dibawa Abdul Wahhab dan menjalin hubungan kerjasama. Dengan

demikian, Kerajaan Saudi Arabia mempunyai dua sisi sekaligus, sisi politik dan

sisi agama. Pemikiran kesukuannya telah berubah menjadi pemikiran keagamaan.1

Kerjasama antara dua aliansi tersebut telah terjalin sejak munculnya gerakan

untuk mendirikan Kerajaan Saudi Arabia I, Kerajaan Saudi Arabia II dan

Kerajaan Saudi Arabia III.

Masyarakat Arab mempunyai sifat dwitunggalisme, yaitu perpaduan antara

negara dan agama. Dwitunggalisme ini lebih nyata lagi di Saudi Arabia.2 Sejarah

pembentukan kerajaan Saudi telah menunjukkan dan mengungkapkan beberapa

fakta. Pada awal sejarah mulainya upaya pembentukan kerajaan Saudi terdapat

dua aspek yang saling bekerjasama dalam mencapai tujuan yang sama. Aspek

agama dan aspek politik, yang mana Muhammad bin Abdul Wahhab mengambil

peran sebagai pelopor dari gerakan Wahhabi dan Muhammad bin Saud

mengambil peran sebagai seorang pemimpin daerah. Dua aspek tersebut saling

membutuhkan satu sama lain, Abdul Wahhab membutuhkan Ibnu Saud untuk

membela dakwah yang ia sebarkan, dan Ibnu Saud membutuhkan dakwah Abdul

Wahhab untuk mempersatukan Jazirah Arab dan menjadi penguasa Jazirah Arab.

1 Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah

Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini (Jakarta: Zaman, 2014), h. 949. 2 Nehed Alghadri, Tentang Jang Besar (Jakarta: Pusaka, 1966), h. 74.

Page 61: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

52

Kerjasama yang dibentuk oleh kedua aspek ini bukanlah sekedar kerjasama

biasa, karena dalam kerjasama pasti terdapat perjanjian-perjanjian atau

kesepakatan yang dilakukan oleh kedua pihak. Kesepakatan tersebut meliputi

tentang peran masing-masing aspek. Gerakan Wahhabi yang dipimpin oleh Abdul

Wahhab mengurusi urusan keagamaan dan keluarga Saud mengurusi urusan

politik. Kedua aspek berbeda namun saling bersinergi, saling memberikan

perlindungan, terkadang mereka bertolak belakang namun tidak menjadikan kedua

aspek ini pecah.3

Menurut Muhammad Al-Bahiy dalam bukunya Pemikiran Islam, Kerajaan

Saudi saat kekuasaannya semakin meluas dan pengaruhnya semakin kuat atas

dunia Islam, mereka melakukan pengembangan gerakan Wahhabi. Jika tiba

saatnya musim haji, dimanfaatkan untuk menerangkan pokok-pokok ajaran

Wahhabi di Makkah, dan menyebarluaskan ajarannya.4 Bisa dikatakan bahwa

pokok ajaran Wahhabi tidak akan meluas di Jazirah Arab bahkan di dunia, jika

pada akhir abad ke-18 keluarga Saud tidak menjalin kerjasama dengan gerakan

Wahhabi dan berperang melawan kekuasaan Dinasti Turki Utsmani di Jazirah

Arab.

Masyarakat Arab terkenal dengan kesukuannya yang sangat kental, setiap

orang saling membanggakan sukunya masing-masing. Setiap suku di Arab

mempunyai pemimpin masing-masing. Suku-suku di Arab menjadi tolak ukur

kelas mereka di masyarakat. Jika Muhammad bin Saud dengan membawa nama

suku Saud tidak bekerjasama dengan faham keagamaan Wahhabi, mungkin tidak

akan bisa mendirikan Kerajaan Saudi Arabia. Karena masyarakat Arab hanya bisa

di satukan dengan agama dan peranan tersebut diambil oleh gerakan Wahhabi.

Abdul Wahhab dan gerakan Wahhabi mempunyai peran untuk memperbaiki

masyarakat dari sisi keagamaan dan moral.5 Pada tahun 1744 M, Abdul Wahhab

mulai aktif menyebarkan faham Wahhabi seperti meratakan makam Husayn,

3 Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h.

189. 4 Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam (Bandung: Risalah Bandung, 1985), h. 139.

5 Am Waskito, Bersikap Adil kepada Wahhabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h.

195.

Page 62: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

53

sehingga menimbulkan kecaman dan kemarahan oleh kalangan orang-orang

penganut paham Syi‟ah. Mereka pun menundukkan Hijaz dan merebut dua kota

suci, Makkah dan Madinah. Di Madinah, mereka menghancurkan kubah-kubah

yang ada di atas kuburan, hiasan-hiasan yang ada di makam Nabi Muhammad

SAW. Di Makkah, mereka merusak kiswah Ka‟bah yang terbuat dari sutra.

Mereka juga menghancurkan beberapa makam dan berhala yang dihormati dan

memerangi semua orang yang memuja berhala.6 Hal tersebut tidak dapat

terlaksana jika Abdul Wahhab tidak menjalin kerjasama dengan Muhammad bin

Saud sebagai pemimpin kabilah pada masa itu, karena setiap aktifitas dakwah dan

keagamaan yang dilakukan gerakan Wahhabi mendapat pertentangan keras dari

pihak Turki Utsmani. Maka, gerakan Wahhabi sangat membutuhkan perlindungan

dan dukungan dari seseorang yang mempunyai kuasa dan pengaruh secara politik.

Peranan gerakan Wahhabi juga sangat terlihat pada tahun 1912, pada saat

itu Abdul Aziz mendirikan satu organisasi militer yang bernama “Ikhwan”,

mereka terdiri dari orang-orang fanatik Wahhabi dan suku-suku Arab termasuk

Badui. Mereka dimukimkan di dalam perkampungan-perkampungan pertanian.

Pada tahun tersebut Abdul Aziz sudah dapat mengumpulkan kurang labih 75.000

orang dari berbagai kabilah, seperti kabilah Mutayr, Utayba, Harb dan Ajman.

Abdul Aziz sangat mengandalkan Ikhwan untuk menjadi garda terdepan dalam

melawan kekhalifahan Turki Utsmani dan al-Rayid.7 Sejarah Ikhwan

memperlihatkan bahwa kemurnian ideologi agama yang disatukan dengan politik

sebuah negara dapat menimbulkan perubahan, hal tersebut juga memperlihatkan

bahwa gabungan antara agama dan politik merupakan mesin politik yang kuat.8

Namun dalam sejarah Ikhwan, sempat terjadi pertentangan antara kebijakan

politik Abdul Aziz dengan prinsip faham Wahhabi. Gerakan dakwah yang

dilakukan oleh Wahhabi tidak selalu sefaham dengan kebijakan politik Kerajaan

Saudi. Ikhwan yang dibentuk oleh Abdul Aziz, dalam upaya mendirikan kerajaan

6 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), h. 158. 7 Jhon L. Esposito, Identitas Islam pada Perubahan Sosial-Politik. Perjemah: A. Rahman

Zainuddin (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 193. 8 Jhon L. Esposito, Identitas Islam pada Perubahan Sosial-Politik. Perjemah: A. Rahman

Zainuddin (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 195.

Page 63: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

54

Saudi ketiga, tidak setuju dengan kebijakan Abdul Aziz untuk menjalin hubungan

dengan Inggris. Hal tersebut tentu saja berbeda dengan prinsip Wahhabi. Pada

awalnya Abdul Aziz dan Ikhwan menjadi satu padu dalam satu barisan untuk

mendirikan Kerajaan Saudi Arabia, namun ketika Abdul Aziz menjalin kerjasama

dengan pihak Barat yaitu Inggris, Ikhwan langsung menjadi pihak yang

menentang kebijakan politik Abdul Aziz. Hal tersebut mengungkapkan bahwa

aspek agama dan aspek politik masing-masing mempunyai peranan yang berbeda

satu sama lain dan terkadang bersebrangan.

Peranan yang dilakukan keluarga Saud tentu dalam bentuk politik. Semua

kebijakan-kebijakan politik yang diambil oleh keluarga Saud merupakan sebuah

peranan yang sangat menentukan keberhasilan dalam mendirikan Kerajaan Saudi

Arabia. Kebijakan politik seperti memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan

Muhammad bin Abdul Wahhab 1744 M, menjalin kerjasama dengan Inggris 1915

M dan Mubarak al-Shabah dari Kuwait pada 1902 M, membuat pasukan perang

yang bernama “Ikhwan” yang terdiri dari orang-orang fanatik Wahhabi dan suku-

suku Arab termasuk Badui pada tahun 1912 M, dan kebijakan politik lainnya.

Kebijakan politik tersebut tak lepas dari peranan seorang pemimpin yang

mempunyai kewibawaan, cerdas dalam politik, dan tidak pantang menyerah.

Peranan seorang pemimpin tersebut dipegang oleh Keluarga Saud, keluarga Saud

memimpin KSA secara turun temurun dari awal pembentukan KSA 1744 M

sampai sekarang.

Dengan semua fakta-fakta tersebut, penggabungan antara semangat

keagamaan (gerakan Wahhabi) dan politik Keluarga Saud, menjadikan

pemberontakan yang dilakukan itu sangat besar dampaknya bagi masyarakat Arab

hingga dapat terwujudnya Kerajaan Saudi Arabia.9

9 Khaled Abou El Fadl, Sejarah Wahabi dan Salafi (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2005), h. 35.

Page 64: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

55

B. Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia 1932 M

Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia ketiga yang diplopori oleh Abdul Aziz

bin Abdurrahman dari keluarga Saud menjadikan pentingnya mengetahui nasab

keluarga Saud. Nasab keluarga Saud bertingkat hingga sampai kepada kakek

mereka yang utama, yaitu Saud bin Muhammad bin Makran bin Markhan bin

Ibrahim bin Musa bin Rabiah bin Mani‟ bin Musayyib. Mani‟ memiliki akar

keturunan kepada kabilah Bakar bin Wail al-Munhadirah dari Jadilah bin Asad

bin Rabiah bin Nazzar bin Ma‟ad bin Adnan.10

Berdirinya Kerajaan Saudi merupakan keberhasilan mutlak yang di dapat

oleh keluarga Saud dan gerakan Wahhabi. Keluarga Saud dengan membawa

semangat gerakan Wahhabi pertama kali menguasai Mekah, pada 1924 M, setelah

pengepungan selama sepuluh bulan, Madinah menyerah secara damai pada 1925

M. Pada keesokan harinya seluruh pasukan Saudi memasuki Jeddah. Sekarang

jalan terbuka bagi Ibnu Saud untuk menyatakan dirinya sebagai Raja Hijaz dan

Sultan Nejed serta wilayah-wilayah di bawah kekuasaannya pada tanggal 8

Januari 1926 M. Hal tersebut segera diakui oleh negara-negara di Eropa, yaitu Uni

Soviet dalam sebuah pesan diplomatik pada tanggal 16 Februari untuk Ibnu Saud,

“berdasarkan prinsip hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri dan untuk

menghargai keinginan rakyat Hijaz sebagaimana yang tercermin dalam pilihan

mereka terhadap anda sebagai raja mereka”. Sebuah perjanjian formal antara Ibnu

Saud dan Inggris, yang mengakui kemerdekaan penuh kerajaan tersebut,

ditandatangani pada tanggal 20 Mei 1927. Sebuah negera eropa lainnya juga

melakukan hal serupa.11

Sebaliknya pengakuan negara muslim lebih lambat dan terkesan tidak ingin

mengakui Saudi Arabia sebagai negara. Seorang muslim dari India mengunjungi

Jeddah dan menuntut agar Raja Abdul Aziz menyerahkan pengaturan kedua kota

suci kepada sebuah komite yang terdiri dari perwakilan negara-negara Islam yang

10

Khaled Abou El Fadl, Sejarah Wahabi dan Salafi (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2005), h. 7. 11

Bernard Lewis, Krisis Islam antara Jihad dan Teror yang Keji (Jakarta: Ina Publikatama,

2004), h. 118.

Page 65: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

56

ditunjuk. Namun, Abdul Aziz tidak menanggapi tuntutan itu. Pada bulan Juni

1927, ia menyelenggarkan sebuah kongres negara Islam di Makkah, ia

mengundang para penguasa dan presiden dari negara-negara Islam yang merdeka

dan perwakilan dari semua organisasi Islam yang berasal dari negera-negara non-

Muslim. Enam puluh sembilan orang dari seluruh negara Islam menghadiri

kongres tersebut. Abdul Aziz berpidato di hadapan mereka, dalam pidato tersebut

menegaskan bahwa ia sekarang adalah penguasa Hijaz. Ia akan memenuhi

tugasnya sebagai penjaga dua kota suci.12

Pada saat itu ia mendapatkan banyak tanggapan dari para tamunya. Ada

yang menyatakan tidak setuju dan meninggalkan kongres tersebut dan ada yang

menerima dan mengakui pemerintahan yang baru. Di antara mereka yang

menerima adalah ketua delegasi Islam Uni Soviet, yang menyatakan bahwa

kongres negara-negara Islam ini mengakui Raja Abdul Aziz sebagai penjaga

kedua kota suci, kongres tersebut juga meminta agar sebagian wilayah Yordan

diserahkan kepada kerajaan Saudi yang baru tersebut, dan secara umum

menyatakan dukungannya bagi Abdul Aziz. Pengakuan dari negara-negara Islam

dan negara-negara Arab cukup lama. Perjanjian persahabatan ditandatangani

dengan Turki dan Iran pada tahun 1929, dengan Irak pada tahun 1930, dan dengan

Yordania pada tahun 1931. Namun tak menghalangi langkah Abdul Aziz, ia terus

bergerak cepat dengan menata ulang kerajaannya yang luas, dan pada bulan

September 1932, ia memploklamirkan sebuah negara kesatuan baru, yang disebut

Kerajaan Saudi Arabia.13

C. Faktor-Faktor Keberhasilan Gerakan Wahhabi dan Keluarga Saud

dalam Upaya Mendirikan Kerajaan Saudi Arabia

Hubungan antara keluarga Saud dan Wahhabi berawal pada tahun 1744 M,

saat Muhammad bin Saud yang merupakan pemimpin Diraya, sebuah kota kecil di

12

Bernard Lewis, Krisis Islam antara Jihad dan Teror yang Keji (Jakarta: Ina Publikatama,

2004), h. 119. 13

Bernard Lewis, Krisis Islam antara Jihad dan Teror yang Keji (Jakarta: Ina Publikatama,

2004), h. 120.

Page 66: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

57

Nejed. Muhammad bin Saud memberikan perlindungan kepada Abdul Wahhab

dalam melakukan aktifitas keagamaan faham Wahhabi. Saat itu para ahli hukum

Nejed memprotes keras aktifitas dakwah Abdul Wahhab. Namun saat kelurga

Saud menggabungkan diri bersama faham keagamaan Wahhabi, keluarga Saud

memperoleh kekuatan perang yang penuh, semangat dan ideologi Wahhabi

memberikan keuntungan yang nyata. Saat telah berdirinya Kerajaan Saudi Arabia

pada tahun 1932 M, menjadikan Ibnu Saud sebagai penguasa politik yang sah,

faham Wahhabi menjadi ideologi Kerajaan Saudi Arabia dan terbentuklah sebuah

kerajaan yang kuat.14

Adapun faktor-faktor keberhasilan gerakan Wahhabi dan Keluarga Saud

dalam Upaya Mendirikan Kerajaan Saudi Arabia, sebagai berikut:

1. Kondisi khalifah Turki Utsmani yang mulai melemah.

Hal tersebut adalah kenyataan yang nyata. Melemahnya khalifah Turki

Utsmani menjadikan wilayah-wilayah kekuasaan Turki Utsmani di Eropa mulai

melepaskan diri satu per satu. Melemahnya khalifah Turki Utsmani karena

lemahnya para penguasa, sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni khalifah Turki

Utsmani dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah, lemah dalam kepribadian dan

dalam kepemimpinannya. Akibatnya, pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu

tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi

semakin parah. Selain lemahnya peran pemimpin, dalam kekhalifahan Turki

Utsmani terdapat budaya pungli, pungli merupakan perbuatan yang sudah umum

terjadi dalam khalifah Turki Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh

seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak

memberikan jabatan tersebut. Hal tersebut menjadikan kekhalifahan Turki

Utsmani semakin kacau dan para pejabat pemerintahannya yang juga rapuh. Lalu

adanya kemerosotan ekonomi yang terjadi pada masa kekhalifahan Turki

Utsmani, perang yang terus terjadi, menyebabkan perekonomian negara merosot.

14

Khaled Abou El Fadl, Sejarah Wahabi dan Salafi (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2005), h. 38-39.

Page 67: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

58

Pendapatan berkurang, sementara kebutuhan biaya untuk berperang sangat besar

seperti persenjataan dan lainnya. Faktor-faktor tersebutlah yang menjadikan

kekhalifahan Turki Utsmani mengalami kemunduran.15

Dalam hal ini, keluarga

Saud yang ingin melepaskan diri dari pemerintahan Turki Utsmani mendapatkan

dukungan dari penduduk Nejed dan sekitarnya.

2. Kepedulian Turki Utsmani terhadap kemerosotan keagamaan yang melanda

kaum muslimin di wilayah Nejed sangat lemah.

Banyaknya praktek-praktek agama Islam yang salah pada masa khalifah

Turki Utsmani mendorong sebagian ulama untuk melakukan perbaikan dari sisi

tauhid, syariat, dan ibadah. Dalam hal ini, hadirnya Wahhabi dengan memakai

semangat pemurnian ajaran agama Islam, bahwa umat Islam selama ini telah

melakukan kesalahan dan menyimpang dari jalan Islam yang lurus. Abdul

Wahhab hadir dengan semangat membebaskan Islam dari praktek-praktek keliru

yang telah menggerogoti umat Islam, yang di antaranya adalah tasawuf, doktrin

perantara (tawassul), ajaran Syi‟ah, serta banyak praktik lain yang dinilai sebagai

inovasi bid‟ah.16

Wahhabisme memperlihatkan kebencian yang luar biasa

terhadap semua bentuk intelektualisme,17

mistisme, dan sektarianisme18

di dalam

Islam. Wahhabi menganggap bahwa semua itu sebagai praktek bid‟ah.19

Ketika Abdul Aziz melakukan penaklukannya di Hijaz, disana terdapat dua

kota suci yaitu Makkah dan Madinah. Abdul Aziz memakai stategi politiknya

yaitu menyebarkan ajaran Abdul Wahhab, yang mengambil pokok ajaran tentang

kemurnian agama Islam. Menurut Jhon L. Esposito, terdapat tiga keuntungan jika

15 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 167-168.

16 Khaled Abou El Fadl, Sejarah Wahabi dan Salafi (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2005), h. 7. 17

Intelektualisme adalah ketaatan atau kesetiaan terhadap latihan daya pikir dan pencarian

sesuatu berdasarkan ilmu. Lihat Kamus Besar Bahasa Indpnesia “Intelektualisme” dalam

https://kbbi.web.id/intelektualisme, di akses Sabtu, 14 oktober 2017 pukul 23.20 WIB. 18

Sekterianisme adalah semangat membela suatu sekte atau mazhab, kepercayaan, atau

pandangan agama yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para

penganut agama tersebut. Lihat Kamus Besar Bahasa Indpnesia “Sektarianisme” dalam

https://kbbi.web.id/sektarianisme, di akses Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 23.30 WIB. 19

Khaled Abou El Fadl, Sejarah Wahabi dan Salafi (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2005), h. 9.

Page 68: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

59

memakai faham keagamaan sebagai cara mendapatkan simpati masyarakat, yaitu:

menghilangkan wewenang para penguasa Makkah dan Madinah yang tampak

tidak memperhatikan agama, menyalurkan keresahan alami orang-orang kabilah

untuk tujuan-tujuan yang suci dan membangun dinasti, dan mengadakan dasar

ideologis bagi suatu tatanan baru.20

3. Nasionalisme Arab

Keluarga Saud dan gerakan Wahhabi yang memberontak pada kekhalifahan

Turki Utsmani menggunakan ideologi nasionalisme21

Arab yang muncul pada

abad ke-18. Dua aliansi ini menganggap bahwa pemerintahan Turki Utsmani

sebagai kekuatan asing yang berkuasa.22

Saudi Arabia jika dipandang dari sudut

nasional adalah merupakan tanah leluhur bangsa Arab dan bahwa politik Saudi

berpegang teguh pada nasionalisme Arab yang dapat dikaitkan melebihi negara-

negara yang lain. Karena itu, Saudi Arabia mendukung setiap bangsa Arab dalam

segala perjuangan mereka.23

Di sini diasumsikan bahwa nasionalisme Arab

sebagai gerakan politik merupakan produk abad kedua puluh. Menurut Sathi Al-

Hushri (1882-1962) bahwa bangsa atau orang Arab diidentifikasi dengan bahasa

mereka yang menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa mereka dan secara sadar

mengidentifikasi diri dengannya. Al-Hushri mendefinisikan nasionalisme sebagai

kecintaan terhadap bangsa dan identifikasi organik dengannya, dan basis

kolektivitas nasional seperti itu adalah bahasa dan sejarah bersama. Selain itu,

nasionalisme Arab di definisikan sebagai tradisi dan budaya bersama yang

terbentuk karena kesamaan lingkungan.24

20

Jhon L. Esposito, Identitas Islam pada Perubahan Sosial-Politik, terjemah: A. Rahman

Zainuddin (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 193. 21

Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat

kenasionalan. Lihat Kamus Besar Bahasa Indpnesia “Nasionalisme” dalam

https://kbbi.web.id/nasionalisme, di akses Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 23.45 WIB. 22

Khaled Abou El Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan (Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta, 2006), h. 89. 23

Nehed Alghadri, Tentang Jang Besar (Jakarta: Pusaka, 1966), h. 75. 24

Jhon L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern (Bandung: Mizan, 2001), h.

149.

Page 69: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

60

Tercetusnya isu nasionalisme di kawasan Arab diawali dengan minat kaum

muda terhadap bahasa Arab klasik, sastra Arab, dan berbagai pendidikan tentang

sejarah peradaban Islam. Saat mereka sudah mulai membuka pikiran tentang

kemegahan khalifah Arab di masa lalu. Lalu mulai timbul kesadaran mereka

tentang kebudayaan yang dihasilkan oleh masing-masing khalifah. Kesadaran

secara perlahan tersebut membuat mereka lebih kritis dalam politis, terutama

dalam kekuasaan Turki Utsmani. Faham nasionalisme ini mempunyai faham

bahwa semua bangsa yang berbahasa Arab, tanpa memandang agamanya, pada

dasarnya merupakan satu bangsa dan kebudayaan. Tujuan nasionalisme ini adalah

untuk menyatukan kembali bangsa Arab, dan bukan menyatukan dunia Islam.25

4. Sosok pemimpin yang kuat

Memperluas propinsi-propinsi di Jazirah Arab, mempersatukannya,

menyebarkan rasa sabagai warga negara, dan mendirikan negara modern yang

berdiri sendiri dan merdeka merupakan suatu usaha yang tak dapat diraih jika

tidak ada sosok pemimpin yang mempersatukan dan mahir dalam mengatur

urusan negara. Sosok Abdul Aziz bin Abdurrahman disebut sebagai bapak pendiri

Kerajaan Saudi Arabia pada 1932 M. Abdul Aziz menurut pendapat salah satu

peneliti barat dianggap sebagai salah seorang penguasa besar terakhir di negara-

negara Arab.26

25

Syamsudini Muhammad, Desember 2013, “Peradaban Islam Kawasan Arab masa Turki

Utsmani”. Volume 5, No 1,

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved

=0ahUKEwiv49rn3ozXAhUCT7wKHXw_B0kQFggtMAE&url=http%3A%2F%2Fejournal.iain-

jember.ac.id%2Findex.php%2Fturats%2Farticle%2Fdownload%2F341%2F330&usg=AOvVaw2h

is6YsKoG13ar76XwQ_6v Kamis, 26 Oktober 2017, h. 482. 26

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, kumpulan

makalah sejarah raja abdul aziz (jakarta: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Riyad

KSA), h. 78.

Page 70: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Gerakan Wahhabi adalah sebuah gerakan faham keagamaan yang mempunyai

ideologi untuk membersihkan dan menyempurnakan ajaran Islam dengan

berpedoman pada al-Qur‟an dan Hadis, dan menjauhkan diri dari tindakan

bid‟ah, syirik, dan khurafat. Paham Wahhabi yang utama adalah Tauhid, yaitu

keesaan dan kesatuan Allah. Nama Wahhabi diambil dari pendirinya yaitu

Muhammad bin Abdul Wahhab, kata “Wahhabi” yang berarti para pengikut

Muhammad bin Abdul Wahhab. Ia adalah seorang pendiri gerakan Wahhabi

yang pemikirannya banyak mengambil dari mazhab Hanbali. Gerakan ini

aktif berdakwah pada tahun 1744 M. Aktifitas dakwah gerakan Wahhabi,

seperti menghancurkan benda-benda pujaan, menghancurkan tempat-tempat

pemujaan, meratakan kuburan para wali, menghancurkan kubah-kubah diatas

kuburan, dan lain sebagainya.

2. Kepemimpinan keluarga Saud dan upaya mendirikan Kerajaan Saudi Arabia

mengalami tiga fase: fase pertama, berdirinya Saudi Arabia dipimpin oleh

Muhammad bin Saud bekerjasama dengan Muhammad bin Abdul Wahhab

pada tahun 1744 M yang berpusat di Diraya, namun dapat dihentikan oleh

Muhammad Ali Pasya yang pada saat itu menjadi gubernur di kawasan Timur

Tengah yang berkedudukan di Mesir 1818 M. Fase kedua, bangkit kembali

pada tahun 1823 M yang dipelopori oleh Turki bin Abdullah bin Muhammad

bin Saud yang berbusat di Nejed, namun dapat dihentikan kembali oleh Ibnu

Rasyid. Fase ketiga, bangkit kembali untuk menguasai dan mendirikan

Kerajaan Saudi Arabia yang dipelopori oleh Abdul Aziz bin Abdurrahman

pada tahun 1902 M dan pada fase ketiga inilah baru dapat terwujudnya

Kerajaan Saudi Arabia yang dideklarasikan pada tahun 1932 M.

3. Peran gerakan Wahhabi dalam mendirikan Kerajaan Saudi Arabia adalah:

Page 71: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

62

a. Kerajaan Saudi Arabia pertama: mendakwahkan faham Wahhabi, faham

Wahhabi pada masa itu sangat aktif mengubah praktek-praktek

menyimpang yang masuk dalam ajaran Islam seperti bid‟ah, khufarat, dan

takhyul. Mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran Islam yang

murni. Wahhabi sebagai sebuah gerakan juga dapat menyatukan

masyarakat Jazirah Arab yang bersuku-suku menjadi satu kesatuan dalam

semangat dakwah gerakan Wahhabi dalam memberantas praktek

keagamaan yang menyimpang.

b. Kerajaan Saudi Arabia kedua: peran gerakan Wahhabi tidak seaktif saat

KSA pertama. Saat itu, gerakan Wahhabi mengambil peran sebagai

pendukung dari segala kegiatan politik keluarga Saud dalam upaya

mengambil kekuasaan dari Turki Utsamani.

c. Kerajaan Saudi Arabia ketiga: pada tahun 1912 M, berdirinya Ikhwan

yang terdiri dari suku-suku Arab termasuk Badui dan para ekstrim paham

Wahhabi (gerakan Wahhabi), Ikhwan menjadi tombak utama Abdul Aziz

mendirikan KSA. Ikhwan memperlihatkan bahwa kemurnian ideologi

agama yang disatukan dengan politik sebuah negara dapat menimbulkan

perubahan.

4. Peran keluarga Saud dalam mendirikan Kerajaan Saudi Arabia adalah:

a. Kerajaan Saudi Arabia pertama: menjalin kerjasama dengan Abdul

Wahhab pada tahun 1744 M. Kebijakan Muhammad bin Saud untuk

menjalin kerjasama dengan Abdul Wahhab menjadikan masyarakat Arab

dapat bersatu dengan semangat jihad gerakan Wahhabi. Pada saat itu,

Muhammad bin Saud dan keluarganya selalu mendukung aktifitas dakwah

Abdul Wahhab dan memberikan jaminan keamanan.

b. Kerajaan Saudi Arabia kedua: berdirinya KSA kedua yang dipelopori oleh

Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Saud, ia mengembalikan semangat

dalam merebut kekuasaan dari Turki Utsmani dengan menggandeng

gerakan Wahhabi seperti yang dilakukan oleh Muhammad bin Saud.

Sehingga ia dapat membangun kekuatan kembali dan menguasai Nejed.

Page 72: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

63

c. Kerajaan Saudi Arabia ketiga: Sosok kepemimpinan Abdul Aziz bin

Abdurrahman menjadi salah satu tokoh dari keluarga Saud yang tidak

pantang menyerah dalam mewujudkan berdirinya Kerajaan Saudi Arabia,

berbagai keputusan politik yang diambilnya dan kecerdasan yang dimiliki

menjadikan dapat berdirinya Kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1932 M.

B. Saran

1. Pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk

memperbanyak kajian tentang sejarah Kerajaan Saudi Arabia, baik dalam

aspek sosial, politik, ekonomi, dan keagamaan. Karena Saudi Arabia

merupakan negara yang menjadi kiblat umat Islam di dunia, Saudi Arabia

dalam aspek ekonomi juga menjadi negara yang disegani karena minyak-

nya dan dalam aspek politik, Saudi Arabia menjadi salah satu negara

dengan sistem kerajaan yang sangat kuat di Timur Tengah. Hal-hal

tersebut menjadikan pentingnya pengkajian khusus tentang sejarah

Kerajaan Saudi Arabia.

2. Para penggiat politik (politikus), umat Islam, dan sejarawan konsentrasi

Timur Tengah. Pengkajian tentang “Gerakan Wahhabi dan Keluarga

Saud dalam Upaya Mendirikan Kerajaan Saudi Arabia” diharapkan dapat

dijadikan bahan kajian dan menyumbangkan sebuah karya tulis yang

berkaitan dengan peristiwa dalam aspek sosial politik di Kerajaan Saudi

Arabia.

Page 73: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

64

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abidin, Zainal. Membedah Akar Fitnah Wahhabi. Jakarta: Pustaka Imam Bonjol,

2013.

Ahmad, Akbar S. Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi. Penerjemah

Nunding Ram. Jakarta: Erlangga, 1990.

Ahmad, Jamil. Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Al-Bahiy, Muhammad. Pemikiran Islam. Bandung: Risalah Bandung, 1985.

Alghadri, Nehed. Tentang Jang Besar. Jakarta: Pusaka, 1966.

Ali, Ash-Shallabi Muhammad. Bangkitnya dan Runtuhnya Khalifah Utsmaniayah.

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.

Amin, Muhammad. Ijtihad Ibnu Taimiyah. Jakarta: INIS, 1991.

Amstrong, H.C. Sang Penjegal Kisah Ibnu Saud Menguasai Arabia. Penerjemah

Ati Nurbaiti, dkk. Jakarta: Ramala Books, 2008.

Antonius, George. The Arabs Awakening. New York: Gordon Press, 1939.

Asy syak‟ah, Mustofa Muhammad. Islam tidak bermazhab. Jakarta: Gema Insani,

1994.

Black, Anthony. Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi hingga Kini.

Penerjemah Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati. Jakarta: PT Serambi

Ilmu Saemesta, 2001.

Departemen pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud.

Kumpulan Makalah Sejarah Raja Abdul Aziz. Penerjemah Dr. Muslih

Karim MA, dkk. Riyadh KSA: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn

Saud , 1999.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve, 2001.

Esposito, John L. Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan,

2001.

Esposito, John L. Identitas Islam pada Perubahan Sosial-Politik. Penerjemah A.

Rahman Zainuddin. Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Esposito, John L. Islam Warna-Warni Ragam Ekspresi Menuju “jalan lurus”.

Penerjemah Arif Maftuhin. Jakarta: Paramadina, 2004.

Fadl, El Khaled Abou. Selamat Islam dari Muslim Puritan. Penerjemah Helmi

Mustofa. Jakarta: serambi, 2006.

Hamka. Sejarah Pertama Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Hitti, Philip K. History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Hendropriyono, A.M. Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam. Jakarta:

Kompas, 2009.

lapidus, Ira. Histori of Islamic Society (Jakarta: Raja grafindo persada 1999).

Ibn Baz, Abdul Aziz. Imam Muhammad bin Abdul Wahhab: Dakwah dan Jejak

Perjuangannya. Penerjemah Rahmat Arifin Muhammad bin Ma‟ruf.

Jakarta: Megatama Sofwa Presindo, 1919.

Page 74: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

65

Ibrahim, Qasim A dan Saleh, Muhammad A. Buku Pintar Sejarah Islam Jejak

Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. Jakarta:

Zaman, 2014.

Imron, Achmad R. Rekaman Jejak Radikalisme Salafi Wahabi. Surabaya:

Khalista, 2014.

Jamilah, Maryam. Para Mujahid Agung. Bandung: Mizan, 1989.

Khaldun, Ibnu. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmadie Thoha. Jakarta:

Pustaka Firdaus, November 2011.

Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya,

1986.\\\

Lewis, Bernard. Krisis Islam antara Jihad dan Teror yang Keji. Jakarta: Ina

Publikatama, 2004.

Lust, Ellen. The Middle East. California: CQ Press, 2014.

Madjid, Nurcholis. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Mohammad, Herry dkk. Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta:

Gema Insani, 2006.

Mortimer, Edward. The Politics of Islam. Penerjemah Enna Hadi dan Rahmani

Astuti. Bandung: Mizan, 1984.

Munif, Achmad. 50 Tokoh Politik Legendaris Dunia. Jakarta: Buku Kita, 2007.

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Subhani, Ja‟far. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ajarannya. Jakarta:

Citra, 2007.

Wahab, Muhammad bin Abdul. Kitabut Tuhid. Penerjemah Yusuf Harun. Riadh:

1426.

Wardani, Epistemologi kalam abad pertengahan. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta,

2003.

Waskito, Am. Bersikap Adil kepada Wahhahi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012.

Yatim, Badri. Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci; Hijaz (Mekah dan

Madinah) 1800-1925. Jakarta: alaogos wacana ilmu, 1999.

Jurnal:

Brian Collonel Less, Februari 2007, “The Al Saud family and the future of Saudi

Arabia”. Volume 37, No 1,

http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/03068370500457411, Rabu 2

November 2016.

Haif Abu, Oktober 2015, “Perkembangan Islam di Arab Saudi (Studi Sejarah

Islam MODERN)”. Volume III, No 1, http:journal.uin

alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/.../1357/1318, Rabu 2 November

2016.

Kamsi, 2012, “Pradigma Politik Islam tentang Relasi Agama dengan Negara”.

Volume 2, No 1,

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&

cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjZzIuU__zWAhWKFpQKHWSiAQwQFg

g4MAI&url=http%3A%2F%2Fejournal.uin-

Page 75: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

66

suka.ac.id%2Fsyariah%2Finright%2Farticle%2Fdownload%2F1232%2F10

62&usg=AOvVaw2G-tYvBtoEPNmMijjYNDbE, Rabu 18 Oktober 2017.

Mangasing Mansur, Desember 2008, “Muhammad Ibn „Abd al-wahab dan

Gerakan Wahabi”. Volume 5, No 3,

http://jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/181, Rabu 2

November 2016.

Mulia Muji, Februari 2011, “Sejarah Sosial dan Pemikiran Politik Ali Abdul

Raziq”. Volume X, No 2,

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&

cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjNh_r81_zWAhXClpQKHY1pAjoQFghM

MAQ&url=http%3A%2F%2Fjurnal.ar-

raniry.ac.id%2Findex.php%2FIslamfutura%2Farticle%2Fview%2F48%2F4

3&usg=AOvVaw1cVKaX11izd_QzTW1uPilk, Rabu 18 Oktober 2017.

Syamsudini Muhammad, Desember 2013, “Peradaban Islam Kawasan Arab masa

Turki Utsmani”. Volume 5, No 1,

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&

cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiv49rn3ozXAhUCT7wKHXw_B0kQFggt

MAE&url=http%3A%2F%2Fejournal.iain-

jember.ac.id%2Findex.php%2Fturats%2Farticle%2Fdownload%2F341%2F

330&usg=AOvVaw2his6YsKoG13ar76XwQ_6v Kamis, 26 Oktober 2017.

Raharjo Jati Wasito, Mei 2014, “Agama dan Politik: Teologi Pembahasan sebagai

Arena Profetisasi Agama”. Volume 22, No 1,

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/viewFile/262/243

Rabu 18 Oktober 2017.

Artikel:

Besar Bahasa Indonesia, Kamus “Kamus versi online/daring (dalam jaringan)”

diakses Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 19.00 WIB, melalui:

https://kbbi.web.id

Raharja Ucu, Karta “Faktor-Faktor Penyebab Hancurnya Khilafah Utsmani”

diakses Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 19.35 WIB, melalui:

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-

digest/17/03/03/om8pwu282-faktorfaktor-penyebab-hancurnya-khalifah-

utsmani

Faiz Asifuddin, Ahmad “Siapa Syaikh Muhammad Bin „Abdul Wahhab?” diakses

Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 20.00 WIB, melalui:

ttps://almanhaj.or.id/3912-siapa-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahhab.html

Wootlife, Raoul “Saudi princes said planning regime change” diakses Selasa, 21

November 2017 pukul 21.14 WIB, melalui:

https://www.timesofisrael.com/saudi-princes-said-to-call-for-regime-

change/

Of Foreign Affairs, Ministry “ The National Day” diakses Selasa, 21 November

2017 pukul 22.28 WIB, melalui:

Page 76: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

67

http://www.mofa.gov.sa/sites/mofaen/aboutKingDom/Pages/NationalDay54

859.aspx

Sindo, Koran “Sepak Terjang Raja-raja Arab Saudi dari Masa ke Masa” diakses

Selasa, 17 Oktober 2017 pukul 04.58 WIB, melalui:

https://nasional.sindonews.com/read/1184424/19/sepak-terjang-raja-raja-

arab-saudi-dari-masa-ke-masa-1488365629

Staff, TGP “This is the Way the World Ends” diakses Rabu, 22 November 2017

pukul 09.39 WIB, melalui:

http://www.greanvillepost.com/2014/08/23/%E2%80%A2this-is-the-way-

the-world-ends/

Vidya Perdana, Agni “Arab Saudi Perintahkan Warganya Tinggalkan Lebanon”

diakses Selasa, 21 November 2017 pukul 21.36 WIB, melalui:

http://internasional.kompas.com/read/2017/11/10/17583411/arab-saudi-

perintahkan-warganya-tinggalkan-lebanon

Skripsi:

Nur Umamah, “Peran Gerakan Wahabiah dalam Membantu Mewujudkan

Pemerintahan Raja Abdul Aziz di Arab Saudi”, (Skripsi S1 Fakultas Adab

dan Humaniora, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).

Muhamad Nashir, “Peran Gerakan Wahhabi terhadap Kerajaan Saudi Arabia pada

Tahun 1744-1932 M”, (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2009).

Page 77: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Peta Saudi Arabia

Sumber: Azyumardi Azra, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik

dan Geo-Politik (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 119.

Lampiran 1.2 Silsilah pemimpin Kerajaan Saudi Arabia

Sumber: https://www.timesofisrael.com/saudi-princes-said-to-call-for-regime-change/

(akses, Selasa, 21 November 2017 pukul 21.14 WIB)

Page 78: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

69

Lampiran 1.4 Foto Abdul Aziz bin Abdurrahman

Sumber:http://www.mofa.gov.sa/sites/mofaen/aboutKingDom/Pages/NationalDay

54859.aspx

(akses Selasa, 21 November 2017 pukul 22.28 WIB)

Lampiran 1.5 Foto Raja-raja Saudi Arabia

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1184424/19/sepak-terjang-raja-raja-

arab-saudi-dari-masa-ke-masa-1488365629

(akses Selasa, 17 Oktober 2017 pukul 04.58 WIB)

Page 79: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

70

Lampiran 1. 6 Peta kekuasaan Turki Utsmani 1750-1900 M.

Sumber: http://www.greanvillepost.com/2014/08/23/%E2%80%A2this-is-the-way-the-

world-ends/

(akses Rabu, 22 November 2017 pukul 09.39 WIB)

Lampiran 1.7 Bendera Negara Saudi Arabia

Sumber: http://internasional.kompas.com/read/2017/11/10/17583411/arab-saudi-

perintahkan-warganya-tinggalkan-lebanon

(akses Selasa, 21 November 2017 pukul 21.36 WIB)

Page 80: GERAKAN WAHHABI DAN KELUARGA SAUD DALAM UPAYA …

71