upaya meningkatkan prestasi belajar ipamelalui

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011 Skripsi Oleh : WINDA WATI NIM K 5107044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: lambao

Post on 12-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

METODE EKSPERIMEN

BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B

SD NEGERI PETORAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Skripsi

Oleh :

WINDA WATI

NIM K 5107044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

MELALUI METODE EKSPERIMEN

BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B

SD NEGERI PETORAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh :

WINDA WATI

NIM K 5107044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Winda Wati. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

MELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN

BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN

AJARAN 2010 / 2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA

bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta melalui

metode eksperimen.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan

menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011

yang terdiri dari 39 siswa, dimana terdapat 7 siswa yang terdeteksi sebagai anak

berkesulitan belajar yaitu 4 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Teknik

pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan tes. Validitas data penelitian

menggunakan validitas isi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif

kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : metode

eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak berkesulitan belajar

kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011.

Page 6: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Winda Wati. THE ATTEMPT OF IMPROVING SCIENCE LEARNING

ACHIEVEMENT USING EXPERIMENTAL METHOD FOR LEARNING

DISABILITY IV B CLASS OF SD NEGERI PETORAN SURAKARTA IN

THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and

Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, March 2010.

The objective of research is to improve the science learning achievement

for learning disability IV B class of SD Negeri Petoran Surakarta by using

experimental method.

This study belongs to a Classroom Action Research using two cycles.

Each cycle consisted of four stages: planning, acting, observing, and reflecting.

The subject of research was all IVB class of SD Negeri Petoran Surakarta in

school year of 2010/2011 consisting of 39 students, 7 of which were detected as

learning disability students 4 boys and 3 girls. Technique of collecting data used

was documentation and test. The data validation was tested using content validity.

Technique of analyzing data used was a quantitative descriptive technique.

Considering the result of the research conducted in two cycles, it can be

concluded that: experimental method can improve the science learning

achievement in the learning disability of IV B class of SD Negeri Petoran

Surakarta in the school year of 2010/2011.

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Jika kau memberi tahu mereka

Mereka hanya akan melihat gerakan bibirmu

Jika kau menunjukkan kepada mereka

Mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri

Menurut Maria Montessori

Yang dikutip dari (http://smacepiring.wordpress.com/2009/07/07/kata-mutiara-pendidikan)

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Allah SWT senantiasa memberikan rahmat serta hidayahNya.

Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan semangat, doa dan kasih

sayang yang tidak terhingga nilainya.

Kakak-kakakku (Mbak Anjar dan Mas Bina) tercinta yang selalu memacuku

menyelesaikan skripsi ini.

Adik ku (Hilal) yang tercinta.

Mas Dodik Ardhiyanto yang selalu memberikan semangat dan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teman-teman dan sahabatku tersayang yang selalu membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Seluruh keluarga besar SD Negeri Petoran Surakarta.

Almamater tercinta.

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT bahwa skripsi

dengan judul : “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

MELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN

BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN

AJARAN 2010/ 2011”

Telah berhasil disusun dalam memenuhi syarat yang diwajibkan guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Didalam penyusunan skripsi, penulis telah berusaha dengan cara yang

sebaik mungkin, walaupun demikian tentunya masih banyak kekurangan dan

kesalahan, untuk itu kritik dan saran untuk perbaikan akan saya terima dengan

senang hati.

Atas terwujudnya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin penyusunan skripsi.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas

pemberian izin penyusunan skripsi.

3. Drs. A Salim Choiri, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar

Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian izin penyusunan skripsi.

4. Maryadi, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Gunarhadi, M. A, Ph. D selaku pembimbing I yang dengan sabar

mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

6. Sugini, M. Pd selaku pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan

membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Suwarno, S.Pd,MM selaku Kepala Sekolah SDN Petoran Surakarta yang

telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian guna

memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Joko Riyanto, A. Ma selaku guru kelas IV B SDN Petoran Jebres Surakarta

yang telah memberikan izin untuk penelitian.

9. Keluarga besar SD Negeri Petoran Surakarta yang telah memberikan bantuan

dan menjadi tempat penelitian.

10. Rekan-rekan mahasiswa S1 Progam Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu dan memberikan semangat selama menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan

dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun disadari dalam skripsi ini masih banyak

kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan juga dunia pendidikan.

Surakarta, April 2011

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i

HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….. iii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iv

HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………… v

HALAMAN ABSTRACT ……………………………………………….. vi

HALAMAN MOTTO …………………………………………………… vii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. viii

KATA PENGANTAR …………………………………………………… ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi

DAFTAR BAGAN………........………………………………………... xiii

DAFTAR TABEL …………………………………………………….....

DAFTAR GRAFIK .........................................................................

xiv

xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..

A. Latar Belakang ...............…………...…………………

B. Rumusan Masalah……...……………….......................

C. Tujuan Penelitian ………………...……………………

D. Manfaat Penelitian …………………………………….

1

1

4

4

4

BAB II LANDASAN TEORI …………………………….……...

A. Tinjauan Pustaka ……………..…………………….....

1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar…......

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ……………......

3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam …….....

4. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran…………..

B. Penelitian Yang Relevan ……...........…………………

C. Kerangka Berpikir …………………………………….

5

5

5

16

21

25

36

38

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

D. Hipotesis ……………………………………………… 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………….

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………...…....

B. Subjek Penelitian ……………………………………...

C. Teknik Pengumpulan Data …………………………....

D. Tenik Analisis Data..........................…………………..

E. Validitas Data ……………………………….............

F. Indikator Kinerja ...........................................................

G. Prosedur Penelitian ........................................................

40

40

41

42

44

44

46

46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................

A. Pelaksanaan Tindakan ...................................................

1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra – tindakan)...……….

2. Siklus I ........................……………………………

3. Siklus II ......... ……………………………………

B. Hasil Penelitian….…...…………......……....................

1. Siklus I ....................................................................

2. Siklus II ..................................................................

C. Pembahasan .....................................…………………..

1. Siswa AP .................................................................

2. Siswa SH .................................................................

3. Siswa LW ................................................................

4. Siswa WB ................................................................

5. Siswa IK ..................................................................

6. Siswa IS ...................................................................

7. Siswa IC ..................................................................

53

53

53

55

58

60

61

61

63

64

65

67

68

70

71

73

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN …………………

A. Kesimpulan ……………………………………………

B. Implikasi ………………………………………………

C. Saran …………………………………………………..

76

76

76

77

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 78

LAMPIRAN ……………………………………………………………... 81

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1. Kerangka Berfikir ............................................................................ 38

Bagan 3.2. Siklus Penelitian .............................................................................. 47

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................... 41

Tabel 3.2. Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar ......................................... 42

Tabel 3.3. Jenis-jenis Dokumen ........................................................................ 43

Tabel 4.4. Daftar Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ............ 54

Tabel 4.5. Daftar Nilai Siklus I ......................................................................... 61

Tabel 4.6. Daftar Nilai Siklus II ....................................................................... 61

Tabel 4.7. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Anak Berkesulitan Belajar ....... 62

Tabel 4.8. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP .................................. 64

Tabel 4.9. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa SH .................................. 65

Tabel 4.10. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW ............................... 67

Tabel 4.11. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB ............................... 68

Tabel 4.12. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK ................................. 70

Tabel 4.13. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS ................................. 71

Tabel 4.14. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IC ................................. 73

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Grafik Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ............ 54

Grafik 4.2. Grafik Nilai Siklus I ........................................................................ 61

Grafik 4.3. Grafik Nilai Siklus II ...................................................................... 62

Grafik 4.4. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Anak Berkesulitan belajar .... 63

Grafik 4.5. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP ...................... 64

Grafik 4.6. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Sisiwa SH ..................... 66

Grafik 4.7. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW ..................... 67

Grafik 4.8. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB ..................... 69

Grafik 4.9. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK ....................... 70

Grafik 4.10. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS ...................... 72

Grafik 4.11. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IC ..................... 73

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas IV B SD

Negeri Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011 .................. 81

Lampiran 2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD Negeri Petoran

Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011 ........................................... 82

Lampiran 3. Silabus ........................................................................................... 83

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pre-Test) ............................ 85

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................................ 92

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................... 100

Lampiran 7. Materi Ajar ................................................................................... 108

Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Romawi I ............................................................... 111

Lampiran 9. Kisi-kisi Soal Romawi II ............................................................. 112

Lampiran 10. Kisi-kisi Soal Romawi III .......................................................... 113

Lampiran 11. Soal ............................................................................................ 114

Lampiran 12. Kunci Jawaban Dan Pedoman Penskoran .................................. 117

Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ................................. 119

Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Research / Tryout ................................. 121

Lampiran 15. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian ..................... 123

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik ke arah tingkat kedewasaan melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan / atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Maka

dari itu setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, baik itu anak yang

tergolong normal (anak normal) maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Mereka akan mengambil peran masing-masing di masa yang akan datang,

sehingga mereka memerlukan pendidikan. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran seoptimal mungkin sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan dari masing-masing anak.

Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau Anak Luar

Biasa (ALB) disebut Pendidikan Luar Biasa (PLB). Adapun jenis-jenis

Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang mungkin dapat membantu mencukupi

kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di dalam bidang pendidikan yaitu

1) Pendidikan khusus sepanjang hari, 2) Pendidikan segregrasi (Kelas khusus dan

Sekolah Luar Biasa), 3) Pendidikan Mainstreaming, dan 4) Pendidikan Inklusi.

Dari berbagai jenis pendidikan luar biasa tersebut, yang dapat mengikut sertakan

anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anak normal lainnya dalam satu

sekolah adalah pendidikan inklusi.

Pendidikan inklusi menurut Shevin yang dikutip oleh Sunardi (1998 :

77) didefinisikan sebagai “sistem layanan PLB yang mempersyaratkan agar

semua anak luar biasa dilayani di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama

teman-teman seusianya”. Di dalam pendidikan inklusi atau sekolah inklusi

menekankan pada perlakuan kepada setiap anak secara individual tanpa harus

menggunakan istilah luar biasa atau pelabelan terhadap anak berkebutuhan

khusus.

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Salah satu contoh sekolah yang melaksanakan sistem pendidikan

inklusi adalah SD Negeri Petoran Surakarta. Di SD Negeri Petoran Surakarta

ditemukan banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal

tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh selama melakukan kegiatan

program pengalaman lapangan (PPL) yaitu 54 siswa atau 11 % dari seluruh

jumah peserta didik mengalami mengalami kesulitan dan hambatan dalam belajar

yang biasa disebut anak berkesulitan belajar.

Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan,

kegagalan, serta ketidaksanggupan untuk menangkap informasi melalui kegiatan

memperhatikan dan mengolah informasi. Kesulitan yang sering dialami oleh

anak berkesulitan belajar pada umumnya adalah di bidang akademiknya, yaitu

dalam berfikir, menerima serta memahami materi pelajaran pada bidang studi

tertentu selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Salah satu kesulitan yang dialami oleh anak berkesulitan belajar adalah

kesulitan di dalam menerima dan memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA). Tidaklah mudah dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran

IPA. Ketidakmampuan anak di dalam menerima dan memahami materi Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) tersebut dibuktikan dengan prestasi belajar IPA siswa

kelas IV B yang masih rendah di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

yang telah ditetapkan SD Negeri Petoran Surakarta yaitu 63. Dari data hasil

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA ketika ujian tengah semester (mid

semester) terbukti bahwa dari seluruh siswa yaitu 40 siswa, siswa yang nilainya

di bawah KKM berjumlah 23 siswa atau 57,5 % sedangkan 17 siswa atau 42,5 %

siswa memperoleh nilai di atas KKM. Sehingga rata-rata kelas menjadi rendah

yaitu 60,75 .

Sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika melakukan

kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Petoran Surakarta,

rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran IPA anak berkesulitan belajar

disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya adalah banyaknya materi IPA yang

harus dihafalkan, kurangnya buku pegangan pelajaran IPA serta kurangnya

ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPA. Siswa tampak kurang berminat,

Page 19: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kurang bergairah dan cenderung tidak aktif dalam proses belajar mengajar

berlangsung. Selain itu alasan yang paling utama yang menyebabkan prestasi

belajar IPA anak berkesulitan belajar rendah yaitu metode pembelajaran yang

diterapkan oleh guru. Guru cenderung menggunakan metode ceramah. Metode

ini dianggap metode yang paling praktis dan mudah untuk dilaksanakan dan

diterapkan tanpa adanya persiapan. Sehingga siswa tidak dapat menerima dan

memahami konsep IPA yang diajarkan guru. Seyogyanya dalam pembelajaran

IPA menuntut siswa, baik siswa dengan keadaan normal maupun siswa

berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan belajar untuk lebih aktif

membuktikan teori-teori yang telah dibaca sesuai dengan kenyataan.

Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) bagi anak berkesulitan belajar adalah metode

eksperimen (praktikum). Metode eksperimen (praktikum) adalah bagian dari

pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

melaksanakan di keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2005 : 892). Metode ini merupakan salah satu metode yang

dapat diterapkan di dalam pembelajaran IPA bagi anak berkesulitan belajar.

Anak berkesulitan belajar cenderung lebih mudah di dalam menerima dan

memahami konsep-konsep IPA dengan melakukan suatu percobaan. Dengan

metode ini, siswa dapat lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau teori

di dalam buku. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul :

“Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Bagi

Anak Berkesulitan Belajar Kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta Tahun

Ajaran 2010 / 2011”

Page 20: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian tindakan ini maka dapat

dirumuskan satu permasalahan sebagai berikut :

Apakah pengunaan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA

bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun

ajaran 2010 / 2011?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu untuk

meningkatkan prestasi belajar IPA bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD

Negeri Petoran Surakarta melalui metode eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi guru maupun calon guru

agar memperhatikan metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA bagi

siswa berkesulitan belajar.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi guru

Membantu guru mengatasi kesulitan siswa terutama bagi siswa berkesulitan

belajar dalam menerima dan memahami mata pelajaran IPA pokok bahasan

energi panas dan bunyi.

b. Bagi siswa

Membantu siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami mata

pelajaran IPA pokok bahasan energi panas dan bunyi melalui metode

eksperimen.

Page 21: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar

a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar

Kesulitan belajar yaitu kesenjangan umum antara hasil belajar yang

diharapkan dengan kemampuan. Kesulitan belajar atau bisa disebut juga

gangguan dalam belajar (Learning Disorder/ LD) adalah kekurangan yang

tidak tampak secara lahiriah.

Anak-anak kesulitan belajar adalah anak-anak yang mengalami

kesulitan di dalam membaca, menulis dan mengeja. Mereka sering dianggap

sebagai anak yang malas, bodoh dan lamban. Hampir pada semua sekolah

terdapat anak-anak yang mempunyai ciri-ciri kesulitan belajar yang dapat

disebut sebagai anak berkesulitan belajar.

Pengertian anak berkesulitan belajar juga dikemukakan oleh

Krochack, A. Linda and Thomas G Ryan dalam jurnal Special of Education

Vol 22 No 3 2007 yang dikutip dari (http : //www. google. co.id.

International Journal of Special Education Children With Learning

Disability. International Journal of Special Education Vol 22 No 3 2007)

Definition of a learning disability is “refer to a number of disorders

which may affect the acquisition, organization, retention,

understanding or use of verbal or nonverbal information. These

disorders affect learning in individuals who otherwise demonstrate

at least average abilities essential for thinking and/or reasoning.

As such, learning disabilities are distinct from global intellectual

deficiency. Learning disabilities result from impairments in one or

more processes related to perceiving, thinking, remembering or

learning. These disorders are not due primarily to hearing and/or

vision problems, socio-economic factors, cultural or linguistic

differences, lack of motivation or ineffective teaching”.

Yang berarti “ Kesulitan belajar mengacu pada sejumlah gangguan

yang dapat mempengaruhi perolehan, organisasi, retensi, pemahaman atau

Page 22: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

penggunaan informasi verbal atau nonverbal. Gangguan ini mempengaruhi

belajar pada individu yang dinyatakan dalam mendemonstrasikan

kemampuan rata-rata minimal penting untuk berpikir dan / atau penalaran.

Dengan demikian, ketidakmampuan belajar yang berbeda dari defisiensi

intelektual global. Kesulitan belajar merupakan hasil dari gangguan dari satu

atau lebih proses yang terkait dengan mengamati, berpikir, mengingat atau

belajar. Gangguan ini bukan karena terutama untuk mendengar dan perbedaan

/ atau visi masalah, faktor-faktor sosial-ekonomi, budaya atau bahasa,

kurangnya motivasi atau mengajar tidak efektif.

Variasi definisi kesulitan belajar juga dikemukakan oleh Hardman

yang dikutip oleh Anton Sukarno (2006 : 68) yaitu dalam dunia pendidikan

menggunakan istilah kesulitan belajar spesifik (specific learning disability).

Psikologi menggunakan istilah penyimpangan persepsi dan tingkah laku

hiperkinetik (perceptual disorder and hiperkinetic behaviour). Bahasa

(speech and language) menggunakan istilah aphasia dan disleksia (aphasia

and dyslexia). Kesehatan (medicine) menggunakan istilah rusak otak

(minimal brain elemage), disfungsi minimal otak (minimal brain

dysfunction), luka otak (brain injury) dan gangguan otak (brain impairment).

Istilah umum yang digunakan adalah luka otak, disfungsi minimal otak,

kesulitan belajar.

Specific learning disabilities means a disorder of one or more of

the basic psychological processes involved in understanding or in

using language, spoken or written, wich may manifest itself in an

imperfect ability to listen, think, speak, read, write, spel, or do

arithmaetic calculations. The term includes such conditions as

perceptual handicaps, brain injury, minimal brain damage,

dyslexia, and developmental aphasia. The term does not include

children who have learning problems which are primarily the

result of visual, hearing, or motor handicaps, of mental

retardation, or environmental, cultural, or economic disadvantage.

(Johnson et al, 1980 : 37).

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan satu atau lebih dari

proses psikologis dasar yang terlibat dalam pemahaman atau dalam

Page 23: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

menggunakan bahasa, lisan atau tertulis, yang dapat memanifestasikan

dirinya dalam kemampuan sempurna untuk mendengarkan, berpikir,

berbicara, membaca, menulis, spel, atau melakukan perhitungan dalam

aritmatika. Istilah ini mencakup kondisi seperti cacat persepsi, cedera otak,

kerusakan otak minimal, disleksia, dan afasia perkembangan. Istilah ini tidak

mencakup anak-anak yang memiliki masalah belajar yang terutama hasil

visual, pendengaran, atau cacat motor, keterbelakangan mental, atau

merugikan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan

belajar atau dalam dunia pendidikan biasa disebut specific learning disability

adalah seorang yang mempunyai hambatan, keterbelakangan atau gangguan

di dalam mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau

berhitung. Dimana gangguan tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam

menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar, serta ketidakmampuan dalam

menghubungkan informasi yang berasal dari bagian otak mereka. Tetapi

gangguan tersebut tidak disebabkan karena adanya gangguan dalam melihat,

mendengar, ataupun gangguan dalam emosional, melainkan adanya disfungsi

neurologist. Gangguan tersebut mengakibatkan anak mengalami kesulitan

dalam berbagai bidang. Kesulitan ini tampak ketika mereka mengikuti

kegiatan pembelajaran di sekolah dan menghambat proses belajar mereka

sehingga mereka mendapat prestasi belajar yang rendah atau di bawah rata-

rata.

b. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar

Anak berkesulitan belajar atau yang biasa disebut learning

disability memiliki beragam gejala atau karakteristik. Terdapat berbagai

karakteristik anak berkesulitan belajar. Masing-masing anak menampakkan

karekteristik yang berbeda-beda. Menurut Anton Sukarno (2006 : 75),

karakteristik kesulitan belajar tampak pada :

1) Gangguan dalam perhatian atau hiperaktif, pengalian perhatian,

Page 24: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2) Kegagalan untuk mengembangkan dan memobilisasi strategi

untuk belajar, mengorganisasi belajar, kerangka belajar aktif

dan fungsi-fungsi metakognitif,

3) Lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi gerakan

baik dan kasar, kegagalan umum dan canggung, persoalan-

persoalan spasial,

4) Permasalahan-permasalahan persepsi anatara lain, pembedaan

stimulus pendengaran, penglihatan, closure dan cequensi

pendengaran, dan penglihatan,

5) Kesulitan bahasa lisan, pendengaran berbicara daftar kata,

kemampuan linguistic,

6) Kesulitan membaca antara lain pengkodean, ketrampilan dasar

membaca, membaca komprehensif,

7) Kesulitan menulis bahasa, antara lain mengeja, tulisan tangan,

mengarang,

8) Kesulitan matematika, antara lain pemikiran kuantitatif,

berhitung, waktu, ruang dan menghitung fakta, dan

9) Tingkah laku sosial yang tidak pantas antara lain persepsi

sosial, tingkah laku emosi, penegakan saling hubungan.

Munawir Yusuf (2005 : 43) menyebutkan beberapa karakteristik

anak berkesulitan belajar dilihat dari gejala yang tampak, yaitu sebagai

berikut :

1) Tidak dapat mengikuti proses pembelajaran seperti teman yang

lain,

2) Sering terlambat bahkan tidak mau menyelesaikan tugas

3) Menghindari tugas- tugas yang agak berat

4) Ceroboh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas khusus

5) Acuh tak acuh atau masa bodoh

6) Menampakkan semangat belajar rendah

7) Tidak mampu berkonsentrasi

8) Perhatian terhadap suatu obyek singkat

9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri

10) Murung

11) Suka memberontak, agresif

12) Hasil belajar rendah

Sedangkan menurut Taylor. Ronald. L,Smiley, Lyia. R., and

Richards, Stephen, B ( 2009 : 99-100) dalam bukunya yang berjudul

“Exceptional Students Preparing Teachers for the 21st Century”,

mengemukakan karakteristik umum anak berkesulitan belajar adalah sebagai

berikut :

Page 25: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1) hyperactivity,

2) perceptual-motor imparments,

3) emotional lability,

4) general coordination deficits,

5) disorders of attention,

6) impulsive,

7) disorders of memory and thinking,

8) specific learning disabilities,

9) disorders of speech and hearing , and

10) equivocal neurological signs.

Menurut penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa jenis

karakteristik anak berkesulitan belajar disesuaikan dengan penyebab serta

tingkat usia anak. Gangguan-gangguan di atas dapat diwujudkan dalam cara

yang berbeda-beda pada tingkat umur yang berbeda. Adapun kesimpulan

yang dapat diambil dari penjelasan diatas bahwa karakteristik umum dari

anak berkesulitan belajar adalah sebagai berikut :

1) Hiperaktif dan impulsif,

2) Gangguan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi,

3) Gangguan dalam berfikir, menganalisa dan memecahkan suatu masalah

dalam belajar sehingga hasil belajar rendah,

4) Ceroboh, acuh tak acuh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas,

5) Agresif,

6) Mengalami kesulitan dalam menulis, membaca, dan berhitung sehingga

mempengaruhi pada hasil akademik lainnya,dll.

c. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar

Setiap anak berkesulitan belajar mempunyai gejala yang berbeda-

beda. Jadi tidaklah mudah dalam mengklasifikasikan kesulitan belajar.

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003 : 169-251), bentuk-bentuk kesulitan

belajar , yaitu :

1) Kesulitan Belajar Kognitif

Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang

bersifat perkembangan (developmental learning) atau kesulitan belajar

pra akademik (praacademic learning). Kesulitan belajar jenis ini perlu

Page 26: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait

dengan ranah kognitif. Jika kesulitan belajar kognitif tidak segera diatasi

maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berbagai bidang akademik.

2) Kesulitan Belajar Bahasa

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegarsi, mencakup

bahasa ujaran, membaca dan menulis. Penyebab kesulitan belajar bahasa,

yaitu :

a) Kekurangan kognitif

Tujuh jenis kekurangan kognitif, yaitu (1) memahami dan

membedakan makna bunyi wicara, (2) pembentukan konsep dan

pengembangannya kedalam unit-unit semantik, (3)

mengkalisifikasikan kata, (4) mencari dan menetapkan kata yang ada

hubungannya dengan kata lain (hubungan semantik), (5) memahami

saling keterkaitan antara masalah, proses dan aplikasinya, (6)

perubahan makna atau transformasi semantik, (7) menangkap makna

secara penuh (implikasi semantik).

b) Kekurangan dalam memori

c) Kekurangan kemampuan melakukan evaluasi / menilai

Anak berkesulitan belajar sering memiliki kesulitan dalam menilai

kemantapan atau keajegan arti dari suatu kata baru terhadap

informasi yang telah mereka peroleh sebelumnya.

d) Kekurangan kemampuan memproduksi bahasa

Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki taraf perkembangan

berbagai kemampuan yang kurang memadai, maka mereka banyak

yang mengalami kesulitan dalam memproduksi bahasa.

e) Kekurangan dalam bidang pragmatik atau penggunaan fungsional

bahasa.

Anak berkesulitan belajar umumnya memperlihatkan kekurangan

dalam mengajukan berbagai pertanyaan, memberikan reaksi yang

tepat terhadap berbagai pesan, menjaga atau mempertahankan

percakapan, dan mengajukan sanggahan berdasarkan argumentasi

Page 27: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

yang kuat. Anak berkesulitan belajar umumnya juga kurang

persuasive dalam percakapan, lebih banyak mengalah dalam

percakapan dan kurang mampu mengatur cara berdialog dengan

orang lain.

3) Kesulitan Belajar Membaca

Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia).

Istilah disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan

dengan adanya gangguan fungsi neurologist.

Anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai

kesalahan dalam membaca sebagai berikut :

a) penghilangan kata atau huruf,

b) penyelipan kata,

c) penggantian kata,

d) pengucapan kata salah dan makna berbeda,

e) pengucapan kata salah tetapi makna sama,

f) pengucapan kata salah dan tidak bermakna,

g) pengucapan kata dengan bantuan guru,

h) pengulangan,

i) pembalikan kata,

j) pembalikan huruf,

k) kurang memperhatikan tanda baca,

l) pembentulan sendiri,

m) ragu-ragu, dan

n) tersendat-sendat.

4) Kesulitan Belajar Menulis

Kesulitan belajar menulis sering disebut disgrafia (dysgraphia).

Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga agrafia. Disgarfia

menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf

atau symbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan

kesulitan belajar membaca atau disleksia (dysleksia) karena kedua jenis

kesulitan tersebut sesungguhnya saling terkait.

Page 28: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

5) Kesulitan Belajar Matematika

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis)

Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya

kerkaitan dengan gangguan system saraf pusat. Ada beberapa

karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) adanya

gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual,

(3) asosiasi visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan

memahami simbol, (6) gangguan pengahayatan tubuh, (7) kesulitan

dalam bahasa dan membaca, dan (8) Performance IQ jauh lebih rendah

daripada skor verbal IQ.

Sedangkan Munawir Yusuf (2005 : 60-65) menyebutkan secara

garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok,

yaitu :

1) Kesulitan Belajar Praakademik

Kesulitan belajar ini sering disebut kesulitan belajar developmental.

Yang terdiri atas beberapa macam, diantaranya yaitu :

a) Gangguan motorik dan persepsi

b) Kesulitan belajar kognitif

c) Gangguan perkembangan bahasa (disfasia)

d) Kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial

2) Kesulitan Belajar Akademik

Kesulitan belajar jenis ini sangat berkaitan dengan mata pelajaran yang di

dapat di bangku sekolah. Tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai

berikut :

a) Kesulitan belajar membaca (Disleksia)

b) Kesulitan belajar menulis (Disgrafia)

c) Kesulitan belajar menghitung (Diskalkulia)

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa anak

berkesulitan belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Kesulitan Belajar Kognitif

2) Kesulitan Belajar Bahasa

3) Kesulitan Belajar Membaca (dyslexia)

Page 29: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

4) Kesulitan Belajar Menulis (dysgraphia)

5) Kesulitan Belajar Matematika (dyscalculis)

d. Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab anak mengalami

kesulitan dalam belajar. Kesulitan dalam belajar menyebabkan prestasi anak

menjadi tidak optimal. Secara garis besar Muhibbin Syah (2009 : 184 – 187)

menjelaskan beberapa faktor yang menjadikan anak mengalami kesulitan

dalam belajar, yaitu :

1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang

muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa

meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,

yakni :

a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti

rendahnya kapasitas intelektual / inteligensi siswa,

b) yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti

lebihnya emosi dan sikap,

c) yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti

terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran

(mata dan telinga).

2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang

datang dari luar diri siswa.Faktor ekstern siswa meliputi semua

situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung

aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini melipti :

a) lingkungan keluarga, contohnya : ketidak harmonisan

hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya

kehidupan ekonomi keluarga,

b) lingkungan perkampungan / masyarakat, contohnya :

wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman

sepermainan (peer group) yang nakal,

c) lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung

sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan

alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Page 30: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Penyebab lain dari kesulitan belajar yang dikemukakan oleh Anton

Sukarno (2006 : 85 – 87) yakni :

1) Penyebab neurologis

Dua faktor yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf yang dapat

menimbulkan kesulitan belajar, yakni kekurangan oksigen saat bayi lahir

dan infeksi atau luka pada otak.

2) Keterlambatan Kematangan (Maturational Delay)

Anak berkesulitan belajar biasanya terhambat dalam kemasakan

keterampilan seperti perkembangan yang lebih lambat dari keterampilan

berbahasa dan permasalahan daerah motor visual dan beberapa daerah

akademik.

3) Penyebab genetik

Abnormalitas genetik yang diwariskan merupakan salah satu penyebab

atau menyumbangkan satu atau lebih dari permasalahan dalam kesulitan

belajar.

4) Penyebab lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan merupakan penyebab dari

kesulitan belajar seperti diet yang tidak tepat, penambahan makanan,

stress radiasi, sinar lampu pijar, tabung lelivasi yang tidak dilindungi,

perokok, peminum minuman keras, dan pengajaran sekolah yang tidak

tepat.

Menurut Lynch dan Lewis yang dikutip oleh Heri Setiyatna (2001:

24) mengemukakan bahwa penyebab kesulitan belajar dilihat dari :

1) Segi medis, meliputi disfungsi sistem saraf pusat, ketidaksesuaian Rh,

infeksi, radiasi, dan efek obat.

2) Segi genetika, meliputi adanya kesulitan membaca, menulis dan

berhitung yang turun menurun.

3) Segi lingkungan meliputi keadaan keluarga, kesulitan ekonomi, budaya,

bahasa, dan lingkungan sekolah.

Dari penjelasan di atas, penulis dapat disimpulkan bahwa faktor

penyebab utama dari kesulitan belajar yaitu dari faktor intern yang bersumber

Page 31: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dari dalam diri anak baik dari segi medis atau genetika dan faktor eksternal

yang bersumber dari luar diri anak yaitu situasi dan kondisi lingkungan

sekitar anak.

e. Hambatan dan Layanan bagi Anak Berkesulitan Belajar

Anak berkesulitan belajar memiliki hambatan dalam proses

pembelajaran khususnya dalam menerima dan memahami materi yang

disampaikan sehingga prestasi belajar mereka rendah. Hambatan pada anak

berkesulitan belajar dapat ditunjukkan dan dilihat dari tingkah laku. Tingkah

laku yang dimaksud dalam proses pembelajaran baik langsung maupun tidak

langsung (Mulyadi, 2010 : 8). Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan

pernyataan menifestasi hambatan anak berkesulitan belajar antara lain:

1) Menunjukkan hasil belajar rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai

oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimiliki.

2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat,

tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.

3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal

dari teman-temannya dalam meyelesaikan tugas sesuai dengan waktu

yang ditentukan.

4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh,

menentang, berpura-pura, dusta, dsb.

5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang

terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam

maupun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam

kegiatan belajar-mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerjasama,

dsb.

6) Menunjukkan gelaja emosional yang kurang wajar seperti: pemurung,

mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, tidak sedih dan menyesal

dalam menghadapi nilai rendah, dsb.

Page 32: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam belajar,

maka diperlukan program layanan secara terpadu, baik dari guru di sekolah,

maupun orang tua di rumah. Perlu adanya kerjasama dan komunikasai antara

guru dan orang tua.

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi

Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil jika dapat mencapai hasil

belajar yang optimal. Setiap bentuk kegiatan dilakukan untuk mencapai

tujuan tertentu, pada akhirnya selalu diketahui hasilnya. Hasil yang dicapai

tersebut disebut prestasi. Kata “prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005 : 895) berarti hasil yeng telah dicapai (dilakukan, dikerjakan

dan lain sebagainya). Hasil yang telah dicapai tersebut tentunya dengan suatu

usaha didalam prosesnya, seseorang tidak akan mencapai suatu prestasi jika

orang tersebut tidak ada usaha untuk melakukan sesuatu. Jadi prestasi dapat

kita raih jika kita berusaha untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan

tujuan prestasi yang akan kita capai.

“Prestasi adalah hasil yang berupa angka, huruf serta tindakan

hasil belajar yang berupa angka atau hasil karya yang dicapai juga dapat

untuk memotivasi agar prestasinya lebih meningkat”( Buchori, 1997 : 85).

Prestasi juga dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang dilakukan. Seorang siswa yang memperoleh nilai yang

berupa angka dalam suatu evaluasi setelah mengikuti suatu pembelajaran,

maka hasil nilai yang berupa angka tersebut dapat kita sebut sebagai prestasi.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa prestasi adalah hasil yang

dicapai karena adanya aktifitas dan usaha yang sungguh-sungguh dalam

belajar yang dinyatakan dalam huruf dan angka. Jika nilainya tinggi maka

prestasinya baik, sedangkan jika nilainya rendah maka prestasinya kurang

baik. Jadi prestasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat melalui tingkah laku

Page 33: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

yang baik, cara pemikiran yang lebih rasional serta perolehan nilai yang

tinggi.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Belajar merupakan masalah bagi setiap orang. Dengan belajar

seseorang akan mengalami perubahan, baik itu perubahan pengetahuan, sikap

maupun tingkah laku. Perubahan tersebut diakibatkan dari pengalaman yang

didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Untuk

memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai belajar, banyak para ahli

yang merumuskan mengenai definisi belajar.

“Belajar adalah suatu sadar individu untuk mencapai tujuan

peningkatan dari atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan

pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa

kebetulan” (Mulyati, 2005 : 2).

Thursan Hakim (2005 : 1) mendifinisikan belajar sebagai “Suatu

proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”.

Pendapat Skinner, seperti yang dikutip Muhibbin Syah (2009:64)

bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang

berlangsung secara progresif ”.

Dari definisi diatas, penulis dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu

suatu proses sadar yang dialami oleh setiap individu (pebelajar) yang

berlangsung progresif untuk mencapai suatu tujuan atau perubahan dari dalam

dirinya. Perubahan-perubahan yang bisa ditampakkan setelah mengalami

proses belajar yaitu dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah

laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

ketrampilan, daya pikir dan berbagai kemampuan-kemampuan yang lain.

Page 34: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Peristiwa tersebut tidak terjadi secara kebetulan melainkan suatu proses yang

dialami langsung oleh anak.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam suatu kegiatan manusia untuk mencapai tujuan selalu diikuti

dengan pengukuran dan penilaian. Demikian halnya didalam proses belajar.

Nana Sudjana (1991:22) mengemukakan bahwa ”Prestasi belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya”.

Sustratinah Tirtonegoro (2001 : 43) mengemukakan bahwa

“prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode

tertentu.

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena

kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari

proses belajar. Prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan di dalam belajar.

Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat keberhasilan seseorang dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport

setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi

belajar siswa dapat diketahui setelah diadakannya evaluasi. Tinggi rendahnya

hasil evaluasi mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sesuai dengan yang

diharapkan atau sesuai tujuan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Thursan Hakim (2005 : 6),

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi dua

bagian, yaitu :

Page 35: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

1) Faktor internal, adalah faktor yang terdapat di dalam diri

inidividu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani,

kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri

individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan

rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009 : 145) faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yang meliputi dua aspek yakni :

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intesitas siswa dalam mengikuti

pelajaran di sekolah.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, yakni :

(1) Tingkat kecerdasan / inteligensi siswa

Tingkat kecerdasan siswa atau IQ menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi

kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar

peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah

inteligensi siswa maka semakin kecil kemungkinan untuk

memperoleh kesuksesan.

(2) Sikap siswa

Sikap adalah kecenderungan untuk mereaksi atau merespons

terhadap sesuatu objek (orang, barang dan sebagainya), baik

secara positif maupun negative. Sikap positif siswa terhadap

guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda

awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya

sikap negatif atau kebencian siswa terhadap guru dan mata

Page 36: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar

siswa tersebut.

(3) Bakat siswa

Bakat adalah kepandaian, sifat atau kecakapan pembawaan yang

dibawa sejak lahir. Bakat memegang peran penting dalam

mecapai suatu hasil prestasi yang baik. Bakat akan dapat

mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa di

bidang-bidang studi tertentu.

(4) Minat siswa

Minat adalah kecenderungan atau kegairahan hati yang menetap

dan tinggi untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu atau

beberapa kegiatan. Dengan minat yang tinggi dan ketertarikan

anak yang tinggi terhadap bidang studi tertentu akan

berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar anak.

(5) Motivasi siswa

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Motovasi dapat dibedakan menjadi dua macama, yakni : 1)

motivasi intrinsik ; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang

dating dari luar individu bias berupa pujian, hadiah, peraturan /

tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan sebagainya.

Dengan motivasi yang tinggi akan berpengaruh pada hasil

prestasi belajar anak. Anak dengan motivasi rendah, memiliki

prestasi belajar yang rendah pula.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa yang terdiri atas dua macam, yakni :

Page 37: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a) Faktor lingkungan sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial seperti para guru,

para staf admnistrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga,

serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa

tersebut. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa.

b) Faktor lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan

tingkat keberhasilan belajar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep,

mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu

daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau

reproductive.

3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kata IPA merupakan singkatan tentang “Ilmu Pengetahuan Alam”

yang dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan “Natural Science”

secara singkat sering disebut “science”. Natural artinya alamiah, sedangkan

alam yang berkaitan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi

ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut ilmu tentang alam

ini. IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam.

Page 38: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Menurut Slamet Soewandi (2005:96), sains adalah salah satu

bentuk kegiatan intelektual untuk memperoleh pengetahuan positif-empirik

tentang alam (natural sciences) maupun tentang masyarakat (social sciences).

Sri Sulistyorini (2007:39) menuliskan bahwa IPA berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan

lebih lanjut dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Hendro Darmodjo (1991:34), “Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif

tentang alam semesta dengan segala isinya”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun

ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang

pasti dan umum bersifat rasional dan obyektif berlaku kapan pun dan dimana

pun atau kumpulan dari peristiwa-peristiwa yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep atau prinsip-prinsip serta proses penemuan tentang gejala-gejala alam.

b. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Anak SD

Sebelum mengajarkan materi IPA atau mata pelajaran yang lain

kepada anak usia sekolah dasar terlebih dahulu harus mengetahui

karakteristik masing-masing anak. Hal ini untuk mengetahui metode

pembelajaran apa yang paling tepat untuk mengajarkan IPA atau mata

pelajaran yang lain pada anak SD.

Sumantri Mulyani (2001:11) mengemukaan karakteristik anak usia

sekolah dasar secara umum, yaitu :

1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan

tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka

sendiri.

2) Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira atau riang.

Page 39: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,

mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha

yang baru.Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong

untuk berprestasi sebagimana mereka tidak suka mengalami

ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.

4) Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas

dengan situasi yang terjadi.

5) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi,

berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo

dan Marten yang dikutip oleh Srini M Iskandar (2001 :16) sebagai berikut:

1) Mengamati apa yang terjadi.

2) Mencoba memahami apa yang diamati.

3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa

yang akan terjadi.

4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk

melihat apakan ramalan-ramalan itu benar.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran

IPA yang paling cocok untuk anak SD adalah dengan cara melakukan

percobaan dan mengamati apa yang terjadi. Jadi metode pengajaran

disesuaikan dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu memiliki rasa

ingin tahu dan ketertarikan yang tinggi, senang bermain, dan senang mencoba

hal-hal yang baru.

c. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA yaitu agar siswa

memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-

hari. Terdapat berbagai tujuan dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) yang dikemukakan oleh para ahli.

Sri Sulistyorini (2007 : 40), mengemukakan tujuan pembelajaran

IPA yaitu :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan peradaban, keindahan dan keteraturan

ciptaanNya.

Page 40: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam

memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan

segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA

sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP.

Menurut Yager yang dikutip oleh Parwoto (2007 : 215),

mengemukakan 4 tujuan pendidikan sains yaitu :

1) Sains untuk mempertemukan kebutuhan personal,

2) Sains untuk pemecahan masalah-masalah sosial,

3) Sains untuk kesadaran karir, dan

4) Sains untuk persiapan studi selanjutnya.

Sedangkan menurut Hadiat (1996:23), Tujuan pembelajaran IPA

di SD antara lain :

1) Agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya

dengan kehidupan sehari-hari.

2) Agar siswa memiliki ketrampilan proses untuk

mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar.

3) Agar siswa mampu menggunakan teknologi sederhana yang

berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari.

4) Agar siswa mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap

alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan

Tuhan Yang Maha Esa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA adalah

untuk menguasai konsep, ketrampilan, dan memanfaatkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 41: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

d. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran, guru

harus mengetahui ruang lingkup IPA. Menurut Maskoeri Jasin (2003 : 36-38)

ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terbagi atas :

1) Fisika (Physics), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda tidak

hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan yang

bersifat sementara. Fisika secara klasik dibagi dalam mekanika, panas,

bunyi, cahaya, gelombang, listrik, magnet, dan teknik mekanik, teknik

sipil, teknik listrik (arus lemah dan kuat).

2) Kimia (Chemistry), suatu ilmu yang mempelajari benda hidup dan tidak

hidup dari aspek susunan materi dan perubahan-perubahan yang bersifat

tetap.

3) Biologi (Biological science), Ilmu Pengetahuan yang mempelajari

makhluk hidup dan gejala-gejalanya.

Sedangkan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi

aspek-aspek sebagai berikut :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan

hubungan serta interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan

2) Benda, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair dan gas

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda-

benda langit lainnya.

4. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran

a. Hakekat Metode Pembelajaran

1) Pengertian Metode

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti

cara atau jalan yang ditempuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI, 2005 : 741), “metode adalah cara teratur yang digunakan untuk

Page 42: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki”.

Menurut Oemar Hamalik (2008:26), “Metode adalah cara yang

digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencoba

tujuan kurikulum”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah rencana atau cara

teratur yang menyeluruh untuk melakukan suatu kegiatan tertentu,misal

tentang penyajian atau penyampaian materi ajar secara sistematis dan

berdasarkan pendekatan atau tujuan yang ditentukan. Guru harus

menguasai dan memahami metode atau teknik penyajian dalam

pembelajaran agar pelajaran yang disampaikan kepada anak dapat

ditangkap, dipahami dan dipergunakan dengan baik.

2) Pengertian Metode pembelajaran

Sebagai pendidik sebaiknya kita harus menempatkan diri pada

situasi dan kondisi yang baik. Pendidik mempunyai peran tidak hanya

sebagai pembimbing, pembina dan pengarah terhadap peserta didik tetapi

juga menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik agar diterima dan

diserap dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan

demikian penggunaan metode pembelajaran merupakan hal yang paling

terpenting dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi di

sekolah dari guru terhadap peserta didik. Guru harus mampu memilih dan

menggunakan metode yang paling tepat bagi siswa sesuai dengan

karakteristik serta keadaan anak agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu dalam memilih metode

pengajaran juga disesuaikan pokok bahasan yang telah ditetapkan.

Biasanya metode pengajaran banyak ditentukan dari tujuan yang

dirumuskan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Menurut Soemarsono (2007 :9) yang dimaksud dengan “metode

belajar mengajar adalah kapasiting yang digunakan oleh guru atau dosen

Page 43: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dalam menyajikan atau menyampaikan suatu kesatuan materi atau bahan

pelajaran yang berlangsung dalam proses belajar mengajar siswa”.

Syaiful Sagala (2009:169) mengemukakan bahwa, “metode

mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam

mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan

pelajaran pada khususnya”.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mecapai tujuan

pembelajaran.

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode

pembelajaran adalah metode yang digunakan oleh guru atau dosen dalam

proses belajar mengajar atau dalam menyampaikan/ menyajikan suatu

materi bahan ajar agar tercapai tujuan pembelajaran.

3) Macam-macam Metode pembelajaran

Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru

adalah kemampuan dalam menyampaikan pengajaran kepada siswa.

Guru tidak cukup hanya menggunakan satu metode dalam

menyampaikan pengajaran kepada siswa. Penggunaan satu metode

mungkin dapat membosankan dan mungkin dapat mematahkan semangat

siswa dalam belajar. Di samping itu kadang-kadang terdapat satu pokok

bahasan yang kurang tepat untuk disampaikan melalui satu metode saja.

Oleh karena itu seorang guru harus menguasai berbagai jenis metode

mengajar. Berbagai metode mengajar tersebut antara lain:

a) Metode diskusi

Menurut Dwidjiastuti (2002 : 69) “Metode diskusi diartikan sebagai

siasat penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik

untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu

topik bahasan yang bersifat problematik”. Guru dan peserta didik

Page 44: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan

dalam diskusi.

Menurut Nana Sudjana (2009:79) metode diskusi adalah tukar

menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara

teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang

lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk

mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

Sedangkan menurut Mulyadi (2010 : 79) dalam bukunya yang

berjudul Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap

Kesulitan Belajar Khusus, “Metode diskusi adalah suatu proses

pendekatan dari murid dalam memecahkan masalah secara analitis

ditinjau dari berbagai titik pandangan”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah

suatu cara penguasaan dan penyampaian bahan pengajaran melalui

wahana tukar menukar pendapat untuk membicarakan dan

menemukan alternatif pemecahan suatu masalah secara analitis,

memperjelas sesuatu bahan pelajaran dan mencapai kesepakatan

bersama. Di dalam kegiatan diskusi, terjadi interaksi antara dua atau

lebih individu. Melalui kegiatan diskusi ini berbagai keterampilan

dapat dilakukan yakni keterampilan bertanya, berkomunikasi,

menafsirkan dan menyimpulkan suatu masalah.

b) Metode tanya jawab

Menurut Dwidjiastuti (2002 : 67) metode tanya jawab adalah cara

penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi

dua arah atau Two Way Traffic dari guru ke peserta didik atau dari

peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi

melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.

Menurut Slamet Soewandi (2005 :42), “metode ceramah atau metode

kuliah mimbar adalah cara mengajar dimana guru memberi

informasi atau menjelaskan”

Sedangkan menurut Abdul Majid (2007 : 138), “metode tanya jawab

adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini

Page 45: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan membimbingnya

dalam mencapai kebenaran”.

Penggunaan metode tanya jawab biasanya baik untuk maksud-

maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan

pelajaran atau apa yang dibaca. Tanya jawab dapat membantu

tumbuhnya perhatian peserta didik pada suatu materi pelajaran, serta

mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan

dan pengalamannya. Pertanyaan yang digunakan tanya jawab

seharusnya pertanyaan yang membangkitkan motivasi yang dapat

merangsang peserta didik untuk berfikir. Hal tersebut mendorong

siswa untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan

memuaskan sehingga anak cenderung lebih aktif.

c) Metode demonstrasi

Menurut Dwidjiastuti (2002 : 75) mengatakan bahwa metode

demostrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan

meragakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses,

situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk

sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh

guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik

bahasan yang harus didemonstrasikan.

Menurut Nana Sudjana (2009:83) “Metode demonstrasi adalah suatu

metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya

sesuatu”.

Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2009 : 210) “ metode

demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu

peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang

dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik

secara nyata atau tiruannya”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi

adalah suatu metode mengajar dimana cara penyampaian materi

pelajaran dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada

peserta didik tentang suatu proses atau peristiwa. Di sini peserta

didik dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba dan merasakan

Page 46: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

serta meniru apa yang ditunjukkan oleh guru selama proses

pembelajaran berlangsung.

d) Metode eksperimen

Metode eksperimen digunakan untuk memberikan kesempatan

kepada siswa melakukan suatu proses baik secara sendiri maupun

kelompok. Adapun pengertian metode eksperimen menurut

Dwidjiastuti (2002 : 77) yaitu “Metode eksperimen atau percobaan

diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta

didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil

percobaan”.

Menurut Nana Sudjana (2009 : 93), “Eksperimen adalah metode

yang siswanya mencoba mempraktekkan suatu proses tersebut,

stelah melihat atau mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh

seorang demonstrator”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen

adalah suatu metode mengajar yang melibatkan peserta didik. Di sini

peserta didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,

mengamati proses dan menuliskan hasil percobaannya. Kemudian

hasil percobaan tersebut dikemukakan di depan kelas dan

didiskusikan bersama.

e) Metode inquiry

Menurut Dwidjiastuti (2002 : 81) “Metode inquiry bisa disebut

metode penemuan dan merupakan metode yang relative baru.

Metode penemuan adalah cara penyajian yang memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa

bantuan guru”.

Menurut Roestiyah (1991:75) “Metode inquiry merupakan suatu

teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas,

guru membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok”.

Page 47: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

inquiry merupakan suatu metode atau cara pemberian kesempatan

kepada siswa untuk melakukan proses penelitian untuk memecahkan

suatu masalah yang kemudian hasilnya didiskusikan bersama dan

dibuat laporan tertulis yang tersusun dengan baik.

f) Metode discovery

Menurut Nasution (2000 :173) menyatakan bahwa memecahkan

masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk

menemukan jawabannya (discovery) tanpa bantuan khusus.

Sedangkan menurut Gagne dan Berliner (1984) yang dikutip oleh

Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:490), metode discovery adalah

metode dimaa para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan

pemecahan masalah untuk menjdai miliknya lebih dari pada sekedar

menerimanya atau mendapatkannya dari seseorang guru atau sebuah

buku.

Metode discovery sebagai metode belajar mengajar yang

memberikan peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan

belajar siswa, digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Hakekat Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA Anak

Berkesulitan Belajar

1) Pengertian Metode Eksperimen

Istilah eksperimen mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita.

Istilah eksperimen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Karena itu, dalam Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam tentu saja kedudukan eksperimen sangat penting.

Adapun berbagai pengertian mengenai metode eksperimen adalah

sebagai berikut :

Menurut Roestiyah (2001: 80) yang dikutip dari

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/08/08/metode-dan pendekatan-

pembelajaran, “metode eksperimen (praktikum) adalah salah satu

Page 48: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

metode yang digunakan untuk mengajar dimana siswa melakukan suatu

percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan

hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas

dan dievaluasi guru”.

Metode eksperimen menurut Syaiful Sagala (2009:2) sebagai

cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan

dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau

hipotesis yang dipelajari.

Sedangkan menurut Abdul Majid ( 2007 : 153), “metode praktik

dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan

baik mengunakan alat atau benda, sraya diperagakan dengan harapan

anak didik menjadi jelas dan gambling sekaligus dapat mempraktikan

materi yang dimaksud”. Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa

setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk

melaksanakannya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, metode

eksperimen adalah salah satu metode mengajar yang digunakan oleh guru

/ pendidik dimana siswa melakukan percobaan dengan menggunakan alat

atau benda kemudian mengamati prosesnya serta menuliskan hasil

percobaannya kemudian hasil pengamatan disampaikan didepan kelas

dan dikoreksi oleh guru. Metode ini bertujuan agar peserta didik lebih

jelas dan gamblang dalam mengenal sesuatu hal serta membandingkan

antara teori dengan kenyataan. Tujuan eksperimen hendaknya tidak

hanya membuktikan kebenaran suatu prinsip atau hukum yang telah

diajarkan, melainkan juga melihat apa yang terjadi dan baru kemudian

membandingkannya dengan teori. Bahkan mungkin eksperimentasi

diarahkan pada penemuan sesuatu yang baru. Selain itu, sebaiknya

eksperimen tidak dilakukan setelah segala dijelaskan, melainkan diskusi /

pembicaraan diberikan setelah eksperimen selesai. Dalam metode

eksperimen ini peran guru sangat penting, khususnya berkaitan dengan

ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan

Page 49: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Jadi disini guru menjadi faktor penentu berhasil atau

gagalnya metode eksperimen yang dilakukan oleh siswa.

2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Menurut Roestiyah (2001:81) yang diambil dari

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/08/08/metode-dan pendekatan-

pembelajaran) terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan didalam

penggunaan metode ekpserimen. Berbagai kelebihan dari metode

eksperimen yaitu :

a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya diri atas

kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri

daripada hanya menerima kata guru atau buku.

b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.

c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa

terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan

yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup

manusia.

Adapun kekurangan dari metode ini yaitu :

a) Tidak cukupya alat-alat mengakibatkan tidak stiap anak didik

berkesempatan mengadakan eksperimen.

b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik

harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan

teknologi.

Cara mengatasi kekurangan-kekurangan dari metode

eksperimen menurut Syaiful Sagala (2009:221), yaitu :

1) Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang

ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang

perlu dijawab dengan eksperimen

Page 50: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2) Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang

langkah yang dianggap baik untul memecahkan masalah dalam

eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu

dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat

3) Bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan

yang diperlukan

4) Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia

membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang

lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau

kekeliruan-kekeliruan.

3) Prosedur dari Metode Eksperimen

Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) yang diambil

dari (http://smacepiring.wordpress.com/2008/08/08/metode-dan

pendekatan-pembelajaran) adalah :

a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka

harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

b) Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-

bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang

harus dikontrol dengan tepat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu

dicatat.

c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan

siswa, bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang

kesempurnaan jalannya eksperimen.

d) Setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil

penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan

tes atau tanya jawab.

4) Hakikat Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA Anak

Berkesulitan Belajar

Mata pelajaran sains / IPA merupakan suatu mata pelajaran yang

tidak hanya dipelajari oleh sekelompok anak normal saja, melainkan juga

harus dipelajari oleh anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak

berkesulitan belajar. Mengingat mata pelajaran sains atau IPA adalah

Page 51: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

mata pelajaran yang berkenaan dengan kehidupan nyata yang terkait

dengan lingkungan sekitar anak, maka mata pelajran IPA harus

dikenalkan pada semua siswa, khususnya siswa berkebutuhan khusus

seperti anak berkesulitan belajar sebagai dasar untuk memiliki

ketrampilan hidup. Menurut Polloway dan Patton (1993) yang dikutip

oleh Parwoto (2007 : 212) ada banyak alasan mata pelajaran IPA penting

diajarkan kepada siswa anak berkebutuhan khusus seperti anak

berkesulitan belajar, yaitu :

a) Pengalaman langsung terutama sekali membantu siswa menjadi

akrab dengan kelompoknya.

b) Ketrampilan dasar dapat diterapkan dalam konteks yang bermakna.

c) Kaya latar belakang pengalaman yang dapat dikembangkan utuk

menenetapkan “kerangka kerja pengetahuan ke dalam ide-ide baru

pengintegrasian siswa pertemanan”.

d) Para siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keterampilan berfikir yang lebih tinggi dan strategi pemecahan

masalah.

Untuk memahami konsep-konsep IPA, maka di dalam

pembelajaran IPA dibutuhkan beberapa ketrampilan. Adapun

ketrampilan-ketrampilan tersebut menurut Rakes dan Choate yang

dikutip oleh Parwoto (2007 : 216) yaitu :

a) Ketrampilan memperoleh informasi melalui pengamatan,

mendengar, membaca, ketrampilan studi dan eksperimen langsung.

b) Ketrampilan memproses informasi melalui pengorganisasian,

analisis, hipotesis, pengukuran dan klasifikasi.

c) Ketrampilan terpadu yaitu sintesis, hipotesis, eksperimen mandiri,

generalisai dan evaluasi.

Sesuai penjelasan di atas mata pelajaran sains / IPA diperlukan

suatu bentuk kegiatan yang dapat mengarahkan siswa anak berkesulitan

belajar untuk dapat menemukan suatu konsep melalui pengujian atau

penemuan secara langsung. Metode eksperimen (praktikum) sangat cocok

apabila digunakan dalam pembelajaran IPA pada umumnya karena disitu

peserta didik baik yang normal maupun anak berkesulitan belajar dapat

Page 52: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

melakukan percobaan dengan benda nyata. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Ibrahim (2003 : 107) bahwa " ... metode

eksperimen langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk

mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan”. Karena pada

dasarnya anak usia sekolah dasar baik anak normal maupun anak

berkesulitan belajar cenderung rasa ingin tahunya tinggi, jadi dengan

penerapan metode ini anak mampu bereksplor atau aktif dalam

pembelajaran. Dalam kegiatan ini peserta didik baik yang normal ataupun

anak berkebutuhan khusus seperti anak berkesulitan belajar mampu

mengamati, menganalisi, membuktikan kebenaran serta membandingkan

dari teori-teori yang telah mereka baca dengan hasil percobaannya.

B. Penelitian yang Relevan

Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar pada siswa telah banyak

dilakukan. Hal ini terbukti dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh para ahli

peneliti atau para mahasiswa sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut belum

semuanya sempurna. Oleh karena itu penelitian tersebut perlu penelitian lanjutan

demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya.

Beberapa penelitian yang berhubungan tentang peningkatan prestasi belajar yang

akan dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan oleh : April Lina Sri Windayani dengan penelitian yang berjudul “

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penerapan Metode

Demonstrasi-Eksperimen Siswa Kelas III SDN 3 Jenengan Sawit Boyolali Tahun

2009/ 2010” menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode demonstrasi-

eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 3

Jenengan Sawit Boyolali dibandingkan dengan penggunaan metode ceramah. Hal

ini terlihat dari prosentase kenaikan nilai IPA siswa kelas III dari siklus I sampai

siklus III. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 12 anak atau

46,15%, pada siklus II siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 14 anak atau

53,85% dari 26 siswa, dan siklus III siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 23

Page 53: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

anak atau 88,46% dari 26 anak. Dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus II

prestasi siswa mengalami prosentasi kenaikan 7,70 %, dari siklus II kemudian

dilaksanakan siklus III mengalami prosentasi kenaikan 34,62%.

Selain itu, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

Andayani yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Konsep

Gaya Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tegalombo

Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”,

menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA tentang konsep gaya pada siswa kelas IV

SD Negeri Tegalombo I meningkat dengan menggunakan metode eksperimen.

Hal ini dapat dilihat dari nilai tes tertulis siswa yang meningkat. Pada kondisi

awal siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau diatas KKM sebanyak 9

siswa atau 45% dari seluruh siswa kelas IV sedangkan siswa yang memperoleh

nilai dibawah KKM (60) sebanyak 11 siswa atau 55%. Pada siklus I siswa yang

memperoleh nilai dibawah KKM (60) sebanyak 6 siswa atau 30%, sedangkan

siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau diatas KKM sebanyak 14 siswa

atau 70% siswa. Pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM

sebanyak 3 siswa atau 15%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai sama dengan

atau diatas KKM sebanyak 85% siswa. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

hasil belajar IPA sebanyak 40% dari kondisi awal dan 15% dari siklus I.

Perbedaan dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu setiap penelitian

mempunyai ide – ide yang baru sehingga hasilnya pun juga berbeda-beda. Akan

tetapi, penelitian tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan

prestasi belajar IPA siswa. Para peneliti menggunakan teknik, metode dan media

maupun pendekatan yang bervariasi. Pada kesempatan ini, peneliti akan

melakukan penelitian tentang prestasi belajar anak berkesulitan belajar pada mata

pelajaran IPA, dengan metode dan teknik yang berbeda. Pada penelitian kali ini,

peneliti menggunakan metode eksperimen khususnya pada pokok bahasan

“Energi Panas dan Bunyi” pada anak berkesulitan belajar, dimana sebelum

melakukan percobaan anak diperlihatkan demonstrasi dan video mengenai

penjelasan materi dari kegiatan percobaan tersebut. Penelitian yang dilakukan

Page 54: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

difokuskan tentang bagaimana meningkatkan prestasi belajar IPA anak

berkesulitan belajar di SDN Petoran Surakarta.

C. Kerangka Berfikir

Untuk menerapkan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di

kelas IV memang sangat sulit. Siswa diharapkan dapat berfikir secara sistematis,

logis, kritis dan kreatif sesuai dengan perkembangan kemampuan dan lingkungan

anak berada. Dalam pelaksanaan, anak benar-benar ditekankan agar dapat

melaksanakan pemecahan masalah yang dihadapinya. Dengan metode

eksperimen konsep-konsep IPA menjadi lebih jelas sehingga siswa dapat lebih

percaya atas kebenaran berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sendiri.

Dengan konsep yang jelas melalui percobaan, akan menumbuhkan

motivasi dan minat dalam pembelajaran sehingga hasil belajar akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berfikir untuk penelitian ini dapat

digambarkan pada gambar sebagai berikut :

Bagan 2.1. Kerangka Berfikir

Kondisi

Awal

Kondisi

Akhir

Pembelajaran IPA

menggunakan

metode ceramah

Tindakan

Siklus I

Pembelajaran dengan metode

eksprimen

Siklus II

Pembelajaran dengan metode

eksperimen + bimbingan dan

pendampingan anak berkesulitan

belajar

Prestasi belajar

IPA anak

berkesulitan

belajar

meningkat

Page 55: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut diatas dapat

dinyatakan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut pembelajaran

dengan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA, dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA pada anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran

Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

Page 56: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Di Sekolah Dasar Negeri Petoran Surakarta.

Adapun alasan pemilihan SD Negeri Petoran Surakarta sebagai tempat penelitian

didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut :

a. Di sekolah tersebut belum pernah diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan

menggunakan metode eksperimen atau percobaan untuk meningkatkan prestasi

IPA di kelas IV SD Negeri Petoran Surakarta.

b. Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti ketika melakukan kegiatan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Petoran Surakarta, ditemukan

banyak anak yang mengalami kesulitan didalam belajar yaitu 54 siswa atau

11% dari seluruh jumah peserta didik. Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh

anak yaitu pada mata pelajaran IPA, dimana 75 % dari jumlah siswa kelas IV B

atau 30 siswa mengalami kesulitan di dalam menerima dan memahami materi

IPA yang disajikan oleh guru. Kesulitan dalam mata pelajaran IPA tidak hanya

dialami oleh anak normal tetapi juga dialami oleh anak yang berkesulitan

belajar. Sehingga perolehan nilai atau prestasi IPA yang rendah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai bulan Desember

sampai dengan bulan Maret 2010. Adapun jadwal kegiatan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Page 57: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian Kegiatan Des Jan Feb Mar

A. Persiapan

1. Observasi awal

2. Menyusun proposal

3. Menyusun instrumen

4. Perijinan

B. Pelaksanaan

1. Melaksanakan

tindakan dan

mengumpulkan data

a. Siklus I

b. Siklus II

C. Penyusunan laporan

1. Analisis data

2. Pembahasan

3. Menyusun laporan

hasil penelitian

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas IV B SD

Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 /2011 yang terdiri dari 39 siswa,

dimana terdapat 7 siswa yang terdeteksi sebagai anak berkesulitan belajar yaitu 5

siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan. Dilihat dari data anak berkebutuhan

khusus (ABK) di kelas IV B dan nilai raport pada mata pelajaran IPA yang rendah

di bawah nilai KKM yaitu 63. Adapun data dari anak tersebut yaitu :

Page 58: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 3.2. Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar

No Inisial Siswa TTL

1. AP Surakarta, 12 Mar 2000

2. SH Surakarta, 28 Okt 2001

3. LW Surakarta, 5 Nop 2000

4. WB Surakarta, 5 Agust 2000

5. IK Surakarta, 15 Apr 2000

6. IS Surakarta, 10 Apr 2000

7. IC Surakarta, 11 Mar 2000

C. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Dokumentasi

Menurut Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani (2009 : 117), “dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berupa tulisan,

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang”. Di dalam

melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, catatan harian, dokumen dan

sebagainya.

Dalam penelitian ini, dokumen digunakan untuk mengetahui jumlah siswa

kelas IV B yang mengalami kesulitan belajar serta nilai hasil pretest sebelum

diadakan tindakan, sebagai dasar untuk membentuk kelompok-kelompok

dalam kegiatan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen.

Page 59: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 3.3. Jenis-Jenis Dokumen

No Jenis Dokumen Keterangan

1. Daftar nama siswa kelas IV B yang

mengalami kesulitan belajar

Untuk mengetahui siswa yang

mengalami kesulitan belajar

2. Nilai pretest sebelum tindakan Untuk mengetahui nilai siswa

sebelum tindakan sebagai dasar

pembentukan kelompok

3. Buku induk siswa Untuk mengetahui jumlah

siswa atau populasi di kelas IV

B SD N Petoran Surakarta

2. Tes

Selain dengan dokumentasi dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data

dengan teknik tes. Tes menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 150) adalah

serentetan pertanyaan / latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengetahuan inteligensi kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu atau kelompok.

Menurut Anas Sudijono (2008 : 67), tes adalah cara (yang dapat

dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka

pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik pertanyaan-pertanyaan

(yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan)

oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan

tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan

nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan

nilai standar tertentu.

Sedangkan menurut Slameto (2001 : 30), yang dimaksud dengan “Tes

hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab

atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar

siswa”.

Page 60: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik tes adalah suatu

teknik/cara yang berisi serentetan pertanyaan, latihan yang berupa pemberian

tugas yang digunakan untuk mengukur kemajuan belajar, ketrampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.

Teknik tes ini digunakan peneliti untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar IPA anak, khususnya penguasaan materi yang diajarkan sebelum

atau pada awal kegiatan dan sesudah tindakan dengan menggunakan metode

eksperimen atau pada akhir kegiatan (akhir siklus).

Adapun data yang dikumpulkan peneliti dalam penelitian ini yaitu :

1. Data ABK untuk mengetahui anak yang berkesulitan belajar

2. Nilai Pre-test

3. Nilai siklus I

4. Nilai siklus II

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah

berhasil dikumpulkan yaitu dengan teknik deskriptif kuantitatif yaitu dengan

membandingkan hasil nilai tes saat pre-test dan nilai antar siklus . Yang dianalisis

nilai tes setiap siswa sebelum mengalami tindakan (pre-test) dan nilai tes siswa

setelah mengalami tindakan tergantung berapa banyak siklusnya atau hasil akhir

setiap siklus. Selanjutnya, data yang berupa nilai antara siklus tersebut

dibandingkan sehingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah

ditentukan.

E. Validitas Data

Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya

adalah semua data dan informasi yang dikumpulkan, nantinya akan dijadikan data

penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggung

Page 61: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan.

Validitas (kesahihan) menurut Ngalim Purwanto (2006 :23) adalah kualitas yang

menunjukkan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau

tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Validitas berkenaan ketepatan terhadap

konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.

Menurut Slameto (2001 : 216), suatu tes dikatakan valid bila tes tersebut benar-

benar cocok untuk mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Suatu teknik

evaluasi atau tes dikatakan mempunyai validitas tinggi (disebut valid) jika teknik

evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Nana

Sudjana (2005, 12-16), menyebutkan empat jenis validitas yang sering digunakan,

yakni :

1. Validitas isi (content validity)

Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penelitian dalam mengukur

isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu

konsep atau variable yang hendak diukur. Isi tes tersebut merupakan sampel

materi dari bahan uji secara keseluruhan dan dapat dikembangkan melalui

tabel kisi-kisi. Bila syarat ini dipenuhi maka tes tersebut dapat juga dikatakan

memiliki validitas kurikuler.

2. Validitas bangun pengertian (construct validity)

Validitas bangun atau bangun pengertian (construct validity) berkenaan

dengan kesanggupan alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian

yang terkandung dalam materi yang diukurnya. Pengertian-pengertian yang

terkandung dalam konsep kemampuan, minat, sikap dalam berbagai bidang

kajian harus jelas apa yang hendak diukurnya.

3. Validitas ramalan (predictive validity)

Dalam validitas ini diutamakan bukan isi tes, melainkan kriterianya, apakah

alat penilaian tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri, perilaku

tertentu, atau kriteria tertentu yang diinginkan. Suatu tes dikatakan memiliki

predictive validity jika hasil korelasi tes itu dapat meramalkan dengan tepat

keberhasilan seseorang pada masa mendatang di dalam lapangan tertentu.

Page 62: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tepat tidaknya ramalan tersebut dapat dilihat dari korelasi koefisien antara

hasil tes itu dengan hasil alat ukur lain pada masa mendatang.

4. Validitas kesamaan (concurrent validity)

Validitas kesamaan suatu tes artinya membuat tes yang memiliki persamaan

dengan tes sejenis yang telah ada atau yang telah dibakukan. Validitas

kesamaan suatu tes adalah melalui indeks korelasi berdasarkan perhitungan

korelasi. Apabila menunjukkan indeks korelasi yang cukup tinggi, yakni

mendekati angka satu (korelasi sempurna), berarti tes yang disusun tersebut

memiliki validitas kesamaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi. Dimana teknik

tes yang digunakan peneliti mempunyai kesejajaran (sesuai) dengan tujuan dan

deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Isi dari tes ini telah dikonsultasikan

dengan guru kelas IV B dan dinyatakan valid yaitu sejajar atau sesuai dengan

tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Isi tes yang digunakan

peneliti dikembangkan melalui tabel kisi-kisi yang telah ditentukan oleh peneliti.

F. Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan

indikator-indikator ketercapaiannya yang digunakan sebagai tolok ukur dalam

menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil bila

prestasi belajar IPA pada masing-masing siswa atau ke-7 siswa yang berkesulitan

belajar mencapai atau sesuai dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah

yaitu dengan perolehan nilai 63 pada setiap siklus.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan kerangka dasar berbentuk rangkaian siklus

yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan / tindakan,

observasi dan refleksi. Secara singkat prosedur penelitian tindakan kelas dapat

digambarkan pada gambar berikut :

Page 63: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Bagan 3.2. Siklus Penelitian

Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Peneliti mencari informasi mengenai prestasi belajar siswa terhadap

mata pelajaran IPA.

2) Penyusunan rencana pembelajaran IPA kelas IV materi Energi panas

dan bunyi .

3) Pembentukan kelompok dimana setiap kelompok terdapat salah satu

siswa yang mempunyai prestasi belajar rendah dan siswa yang

mempunyai prestasi tinggi.

4) Peneliti mengkoordinasi siswa untuk membawa alat dan bahan yang

akan digunakan untuk pelaksanaan percobaan. Peneliti juga

menyiapkan alat-alat percobaan sebagai penunjang pembelajaran.

Tindakan

Rencana

Tindakan

Refleksi

Observasi Rencana

Observasi

Refleksi

Siklus I

Siklus II

Page 64: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

5) Peneliti menyiapkan alat evaluasi yang digunakan peneliti untuk

mengukur sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan / Tindakan

Pada proses tindakan, peneliti berperan sebagai guru. Sehingga dalam

pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut :

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,

mengkondisikan siswa untuk siap menerima pelajaran.

2) Guru membuka pelajaran dengan memberikan apersepsi seperti “anak-

anak coba apa yang dimaksud dengan energi dan maam-macam energi

itu?”. Guru mengulas materi pelajaran yang pernah dipelajari saat

duduk di kelas III atau pelajaran yang telah lalu mengenai energi.

3) Siswa menanggapi dengan menjawab pertanyaan sebagai respon dari

guru.

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

5) Guru mengkoordinasikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan

anggota kelompok yang telah dibentuk.

6) Guru mengkoordinasikan siswa untuk menyiapkan alat dan bahan yang

diperlukan dalam melakukan percobaan. Dan guru juga menyiapkan

alat sebagai penunjang proses pembelajaran.

7) Guru memberikan sedikit penjelasan bagi siswa tentang apa yang akan

mereka lakukan dalam melakukan percobaan.

8) Guru membagi selembar kertas yang berisi petunjuk cara melakukan

percobaan dan sedikit soal mengenai hasil percobaan yang telah

dilakukan.

9) Guru memperlihatkan demonstrasi dari langkah-langkah yang akan

ditempuh dalam melakukan percobaan.

10) Masing-masing kelompok melakukan percobaan dan

mendiskusikannya dengan anggota masing-masing kelompok. Setiap

siswa diminta untuk aktif mengikuti percobaan.

11) Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, guru membimbing jalannya

eksperimen.

Page 65: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

12) Siswa menjawab pertanyaan yang ada di dalam lembar kegiatan dan

mencatat hasil percobaan.

13) Siswa mendiskusikan hasil percobaan.

14) Perwakilan dari kelompok yang sudah selesai melakukan percobaan

diminta untuk tampil ke depan kelas menyampaikan jawaban dengan

disertai alasan, siswa lain memperhatikan.

15) Siswa bersama-sama dengan guru melakukan tanya jawab untuk

menarik suatu kesimpulan.

16) Guru mengadakan evaluasi untuk menyusun keberhasilan yang dicapai

siswa.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran IPA

berlangsung. Kegiatan observasi difokuskan pada pelaksanaan

pembelajaran seperti berikut :

1) Guru mengamati jalannya pembelajaran.

2) Guru mengamati langkah-langkah kegiatan siswa selama proses

pembelajaran.

3) Guru mengamati keaktifan siswa saat melakukan percobaan.

4) Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah sesuai

dengan yang diharapkan.

d. Refleksi

Refleksi yang dilakukan guru adalah mendata hasil pembelajaran pada

siklus I dari pelaksanaan pembelajaran (dengan metode eksperimen),

kendala-kendala yang masih dijumpai, dari mulai mempersiapkan alat

hingga penyimpulan hasil eksperimen. Cara mengatasinya adalah guru

melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kegiatan yang telah

dilakukan. Dari hasil tanya jawab tersebut dibuat kesimpulan bersama-

sama.

Page 66: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

2. Siklus II

Dari hasil refleksi pelaksanaan siklus I dilakukan dengan langkah-langkah

perbaikan sebagai berikut :

a. Perencanaan

1) Guru lebih memperhatikan dan mendekati kelompok yang

memerlukan bimbingan yaitu terutama pada kelompok dimana

terdapat siswa yang berkesulitan belajar/ prestasi rendah.

2) Guru memberikan bimbingan bagi siswa yang memerlukan.

3) Guru mengadakan tanya jawab di akhir percobaan untuk membuat

kesimpulan bersama.

4) Selain itu guru menyusun rencana pembelajaran ulang mata pelajaran

IPA kelas IV materi energi panas dan bunyi.

5) Guru juga mempersiapkan lembar kegiatan untuk pelaksanaan

kegiatan percobaan.

6) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menyimpulkan hasil

percobaan.

b. Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan Siklus II ini

antara lain :

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam , berdoa,

obsensi, serta pengkondisian kelas agar siswa siap untuk mengikuti

pembelajaran.

2) Guru mengulang materi yang telah diberikan pada saat siklus I dengan

mengaitkan materi yang akan disampaikan sekarang.

3) Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang

berkaitan dengan materi.

4) Siswa menjawab sebagai respon dari pertanyaan guru.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh

siswa.

Page 67: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

6) Guru memperlihatkan video yang berisi langkah-langkah dalam

melakukan percobaan dan sedikit penjelasan agar anak lebih mengerti

dalam melakukan eksperimen.

7) Guru mengkoordinasikan siswa untuk berkelompok dan menempatkan

salah satu kelompok yang salah satu angggotanya ramai atau

mengalami hambatan dalam belajar di dekat guru agar guru lebih

mudah mengawasi dan mudah dalam memberi bimbingan.

8) Siswa menyiapkan peralatan untuk kegiatan percobaan (eksperimen)

9) Siswa diberi permasalahan dan kemudian melakukan percobaan

10) Siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan

jawaban.

11) Guru meminta salah satu siswa yang sudah selesai melakukan

percobaan untuk tampil ke depan kelas untuk mengutarakan hasil

jawabannnya/ hasil percobaannya, siswa lain memperhatikan.

12) Setelah hasil percobaaan dilaporkan siswa bersama guru melakukan

tanya jawab untuk menarik kesimpulan.

13) Guru mengadakan evaluasi untuk mengukur sejauh mana ketercapaian

tujuan proses pembelajaran.

c. Observasi

1) Dalam kegiatan observasi disini penulis mengobservasi siswa dalam

persiapan pembelajaran dalam menyiapkan alat-alat percobaan dan

mengamati siswa dalam melakukan kegiatan percobaan yaitu keaktifan

siswa.

2) Dalam siklus ini, guru telah memperlihatkan video sesuai materi yag

akan disampaikan dan memberikan bimbingan kepada salah satu

kelompok siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan

percobaan.

3) Permasalahan atau kesulitan yang dihadapi siswa pada siklus I ternyata

telah dapat diperbaiki pada siklus II

Page 68: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

d. Evaluasi

Pelaksanaan pada siklus II dapat mengatasi permasalahan pada siklus I.

Sehingga kendala-kendala yang ada pada siklus I dapat diatasi pada siklus

II. Pada siklus II ini target penelitian sudah tercapai sehingga penelitian

tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, sehingga tidak perlu

mengadakan refleksi kembali. Pada siklus II prestasi belajar IPA

meningkat, hal ini menunjukan bahwa metode eksperimen dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV B SD Negeri

Petoran Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

Page 69: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra-tindakan)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat

Program Pengalaman Lapangan di kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta

diketahui bahwa dalam pembelajaran IPA, guru kelas masih menggunakan model

pembelajaran metode ceramah dimana proses pembelajaran didominasi oleh guru.

Sedangkan siswa lebih banyak diam atau terlihat pasif dan hanya mendengarkan

penjelasan guru. Hanya beberapa siswa yang terlihat aktif dan sebagian besar

lainnya diam (pasif) dan ada juga yang sama sekali tidak memperhatikan

penjelasan yang diberikan oleh guru. Hal tersebut disebabkan karena siswa

merasa bosan dengan metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi.

Sebelum melakukan penelitian, langkah awal yang dilakukan peneliti

yaitu mengumpulkan data-data anak yang mengalami kesulitan belajar di kelas IV

B SD Negeri Petoran Surakarta. Dimana sekolah tersebut merupakan salah satu

sekolah inklusi yang berada di kota Surakarta. Sebagian besar siswa di SD Negeri

Petoran Surakarta merupakan siswa normal dan hanya beberapa siswa yang

berkebutuhan khusus misalnya anak yang mengalami kesulitan belajar. Adapun

subyek penelitian yang peneliti gunakan berjumlah 7 siswa yang terdiri dari 5

siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan.

Langkah berikutnya, peneliti melakukan sebuah pre-test dimana sebelum

pre-test peneliti masuk di dalam kelas untuk melaksanakan pembelajaran dengan

metode ceramah atau konvensional pada mata pelajaran IPA materi energi panas

dan bunyi. Pre-test digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa

dalam pelajaran IPA materi energi panas dan energi bunyi dengan penggunaan

metode ceramah dalam proses pembelajarannya.

Page 70: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Adapun hasil prestasi belajar IPA dengan menggunakan metode ceramah

sebagai kondisi awal yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Daftar Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal

No Insial Siswa KKM Nilai Ket

1. AP 63 57 Tidak Tuntas

2. SH 63 54 Tidak tuntas

3. LW 63 48 Tidak tuntas

4. WB 63 53 Tidak tuntas

5. IK 63 50 Tidak tuntas

6. IS 63 52 Tidak tuntas

7. IC 63 49 Tidak tuntas

AP SH LW WB IK IS IC

KKM 63 63 63 63 63 63 63

NILAI KA 57 54 48 53 50 52 49

0

10

20

30

40

50

60

70

KKM

NILAI KA

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mengalami

kesulitan belajar nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang ditentukan oleh sekolah yaitu 63. Ketidaktuntasan nilai siswa dikarenakan

Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal

Grafik 4.1. Grafik Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal

Page 71: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

siswa tidak mampu memahami materi IPA pada pokok bahasan energi panas dan

bunyi. Siswa berkesulitan belajar kurang mampu memahami materi secara

abstrak. Atas dasar pre-test tersebut, peneliti mengadakan koordinasi dengan guru

kelas tentang alternatif yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA

materi energi panas dan bunyi siswa kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta.

Hasil diskusi didapatkan suatu kesepakatan bahwa akan diterapkan metode

eksperimen dalam pembelajaran IPA.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari

2011. Pada tahap ini peneliti merencanakan pelaksanaan siklus I yang telah

dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yaitu pada hari Rabu dan Jumat, tanggal

16 dan 18 Februari 2011 di ruang kelas IV B SD N Petoran Surakarta. Masing-

masing berlangsung selama 2 x 35 menit yang dilaksanakan pada jadwal

terstruktur. Dalam tahap ini, guru mengkaji Standar Kompetensi (SK) ,

Kompetensi Dasar (KD), menyiapkan bahan ajar, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi IPA yaitu energi panas dan bunyi.

Seteleh membuat rencana pembelajaran, peneliti membagi kelas

menjadi 7 kelompok dimana setiap kelompok terdapat salah satu siswa yang

terdeteksi sebagai siswa berkesulitan belajar dan siswa yang unggul atau

berprestasi tinggi. Kemudian peneliti mengkoordinasikan siswa untuk

membawa alat dan bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan percobaan.

Peneliti juga menyiapkan alat evaluasi beserta kunci jawabannya,

evaluasi digunakan peneliti untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana

keberhasilan proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini, peneliti berperan sebagai peneliti aktif dimana

peneliti masuk sebagai guru atau pengajar mata pelajaran IPA dengan materi

energi panas dan bunyi dengan penggunaan metode eksperimen. Seperti yang

telah direncanakan, tindakan siklus I terdiri dari 2 pertemuan.

Page 72: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

1) Pertemuan I

Pembelajaran dimulai dengan guru mengkondisikan siswa, berdoa

dan apersepsi. Dalam apersepsi, guru menanyakan materi yang telah

dipelajari saat duduk dikelas III yaitu macam-macam energi. Setelah itu

guru menjelaskan mengenai energi dan macam-macam energi. Guru

kemudian menyampaikan materi yang akan diujicobakan yaitu sumber

energi panas dan cara perpindahannya.

Guru mengkoordinir masing-masing kelompok untuk menyiapkan

alat dan bahan yang diperlukan. Guru membagikan lembar yang berisi

langkah kerja untuk melakukan percobaan dan memberikan penjelasan

serta demonstrasi mengenai cara kerja masing-masing percobaan. Siswa

melakukan percobaan sesuai dengan penjelasan dan demonstrasi dari guru

serta sesuai dengan lembar kegiatan. Guru mengarahkan ketujuh siswa

yang berkesulitan belajar untuk mencoba semua kegiatan yang

diujicobakan agar anak bisa merasakan, melihat, mempraktekkan serta

membandingkan dengan teori yang ada di buku. Masing-masing kelompok

mencatat hasil percobaan. Perwakilan anggota kelompok untuk melaporkan

hasil diskusi di depan kelas. Siswa dan guru menyimpulkan dari hasil

percobaan.

2) Pertemuan II

Pada pertemuan ini guru memulai pelajaran dengan

mengkondisikan siswa, berdoa, dan apersepsi. Dalam apersepsi guru

mengulang pelajaran yang lalu dengan menanyakan anak mengenai energi

dan macam-macam energi. Pada pertemuan kedua ini diadakan percobaan

tentang sumber energi bunyi dan cara perambatannya. Guru memberikan

penjelasan dan demonstrasi mengenai kegiatan yang akan diujicobakan.

Siswa menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Masing-masing

kelompok mempraktekkan mengenai sumber bunyi dan cara

perambatannya serta mencatat hasil percobaan. Siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian diminta untuk mempraktekkan sendiri apa yang diuji

cobakan. Kemudian perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan

Page 73: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

hasil diskusi di depan kelas. Siswa dan guru membuat kesimpulan dari hasil

percobaan tersebut.

Untuk mengakhiri siklus I, guru memberikan evaluasi untuk

mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen

dalam pembelajaran IPA.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran IPA

berlangsung. Kegiatan observasi difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran.

Dalam kegiatan ini difokuskan pada subjek penelitian, dimana peneliti

mengamati keaktifan siswa terutama ketujuh siswa yang berkesulitan belajar.

Hasil dari kegiatan observasi kemudian dianalisis, untuk menentukan

langkah berikutnya yang akan ditempuh.

d. Evaluasi dan Refleksi

Evaluasi dilakukan setelah diberlakukannya metode eksperimen dalam

pembelajaran IPA dengan materi energi panas dan bunyi yang dilakukan dalam

2 pertemuan. Evaluasi dilaksanakan sekitar 20 menit dengan mandiri. Jumlah

soal evaluasi 25 nomer yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda, 10 soal esay dan

5 soal uraian. Karena evaluasi dilakukan untuk mata pelajaran IPA, maka di

dalam soal evaluasi tersebut terdapat tingkat pengetahuan, pemahaman dan

penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah pengadaan evaluasi, maka tahap terakhir yaitu refleksi.

Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru. Refleksi dilakukan menurut hasil

pengamatan yang telah dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung.

Refleksi dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan dengan cara

menghilangkan kendala atau hambatan-hambatan yang terjadi pada siklus I.

Adapun hambatan yang masih ditemui dalam siklus I yaitu sebagai berikut :

1) Masih terdapat siswa berkesulitan belajar yang bingung dalam mengikuti

langkah-langkah dalam melakukan percobaan.

2) Peneliti kurang memotivasi ketujuh siswa yang menjadi subjek penelitian

yaitu siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk lebih aktif dalam

melakukan percobaan selama proses pembelajaran.

Page 74: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan kegiatan siklus II ini dilaksanakan pada hari Sabtu,

tanggal 19 Februari 2011. Sama seperti pada siklus I, sesuai rencana siklus II

terdiri dari 2 kali pertemuan yaitu pada hari Senin dan Rabu tanggal 21 dan 23

Februari 2001. Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus I, maka

peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ulang untuk

mengembangkan pembelajaran dengan materi yang sama. Dalam siklus II ini

guru atau peneliti sedikit memperlihatkan video yang berisi penjelasan dan cara

melakukan percobaan sesuai dengan materi.

Didalam siklus II ini guru atau peneliti lebih memperhatikan ketujuh

siswa yang berkesulitan belajar yang membutuhkan bimbingan. Guru atau

peneliti mendampingi ketujuh siswa dalam melakukan percobaan dan

memberikan penjelasan kepada siswa, agar lebih mengerti dan memahami

konsep-konsep IPA yang dipelajari.

b. Pelaksanaan Tindakan

Seperti pada siklus I, dalam siklus II ini terdiri dari 2 kali pertemuan.

Masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit sesuai RPP yang

telah disiapkan. Dalam penelitian ini, peneliti berperan aktif selama proses

pembelajaran berlangsung.

1) Pertemuan I

Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa, dan apersepsi.

Dalam apersepsi, guru memberikan tanya jawab untuk mengulang

pelajaran yang telah lalu.

Karena anggota dari masing-masing kelompok sama, jadi guru

tinggal mengkoordinir siswa sesuai kelompoknya. Masing-masing

kelompok menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Sebelum

melakukan percobaan anak diperlihatkan video yang berisi tentang

langkah-langkah dalam melakukan percobaan sesuai dengan materi yaitu

sumber energi panas dan cara perpindahannya serta sedikit penjelasan.

Page 75: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Kemudian masing-masing kelompok mempraktekkan percobaan dan

mencatat hasilnya.

Perbedaan pada sikus II ini, dalam proses pembelajaran atau ketika

melakukan percobaan peneliti memberikan bimbingan atau mendampingi

ketujuh siswa berkesulitan belajar. Setelah mendapatkan hasil, perwakilan

dari masing-masing anggota kelompok mempresentasikan hasil yang

diperoleh saat percobaan di depan kelas. Siswa yang lain dan guru atau

peneliti menyimpulkan hasil dari percobaan tersebut.

2) Pertemuan II

Pada pertemuan kedua dalam siklus II ini dilaksanakan pada hari

Rabu, tanggal 23 Februari 2011. Pada pertemuan ini guru memulai

pelajaran dengan berdoa dan apersepsi. Dalam apersepsi guru mengulang

pelajaran yang lalu dan melakukan tanya jawab mengenai energi bunyi dan

perambatannya. Siswa dan guru menyiapkan alat dan bahan yang

dibutuhkan untuk melakukan percobaan. Guru memberikan penjelasan dan

demontrasi dari percobaan yang akan dilakukan. Anak diperlihatkan video

yang berisi penjelasan sesuai materi. Di pertemuan kedua ini, siswa

mempraktekkan mengenai energi bunyi dan cara perambatannya. Dalam

melakukan percobaan, ketujuh siswa yang mengalami kesulitan diberikan

bimbingan dan didampingi selama proses pembelajaran. Setelah

mendapatkan hasil, perwakilan dari masing-masing anggota kelompok

mempresentasikan hasil yang diperoleh saat percobaan di depan kelas.

Siswa yang lain dan guru atau peneliti menyimpulkan hasil dari percobaan

tersebut.

Untuk mengakhiri siklus II, guru memberikan evaluasi untuk

mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen

dalam pembelajaran IPA. Dimana dalam penggunaan metode eksperimen

dalam pembelajaran IPA di siklus II ini dikemas dan diberikan sentuhan

teknologi dan pemberian bimbingan untuk masing-masing anak yang

terdeteksi mengalami kesulitan dalam belajar.

Page 76: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

c. Observasi

Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan saat proses

pembelajaran IPA berlangsung. Kegiatan observasi difokuskan pada

pelaksanaan pembelajaran. Dalam kegiatan ini difokuskan pada subjek

penelitian, dimana peneliti mengamati keaktifan siswa terutama ketujuh siswa

yang berkesulitan belajar. Karena dengan aktifnya siswa selama proses

pembelajaran akan membantu siswa di dalam memahami materi yang mereka

pelajari.

d. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah diberlakukannya metode eksperimen dalam

pembelajaran IPA dengan materi energi panas dan bunyi yang dilakukan dalam

2 pertemuan. Evaluasi dilaksanakan sekitar 20 menit dengan mandiri. Soal

yang digunakan pada evaluasi siklus II ini sama dengan soal evaluasi siklus I

yaitu dengan jumlah soal 25 nomer yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda, 10

soal esay dan 5 soal uraian.

Setelah pengadaan evaluasi pada siklus II ini prestasi belajar IPA anak

berkesulitan belajar kelas IV B di SD Negeri Petoran Surakarta telah

meningkat dan mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Evaluasi

pada siklus II ini merupakan tahap terakhir, dimana tidak diadakan refleksi

kembali karena siklus II ini merupakan siklus terakhir dan dalam siklus ini

telah mampu mengatasi hambatan-hambatan yang dialami pada siklus I.

B. Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini mempunyai tujuan untuk mengetahui

penggunaan metode eksperimen terhadap peningkatan prestasi belajar IPA bagi

anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta. Hasil

penelitian setiap siklus dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

pada mata pelajaran IPA yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 63. Adapun

nilai atau prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas IV B anak berkesulitan belajar

setiap siklus dengan materi energi panas dan bunyi adalah sebagai berikut :

Page 77: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

1. Siklus I

Tabel 4.5. Daftar Nilai Siklus I

No Insial Siswa KKM Nilai Ket

1. AP 63 63 Tuntas

2. SH 63 64 Tuntas

3. LW 63 60 Tidak tuntas

4. WB 63 58 Tidak tuntas

5. IK 63 60 Tidak tuntas

6. IS 63 66 Tuntas

7. IC 63 56 Tidak tuntas

Grafik 4.2 Grafik Nilai Siklus I

2. Siklus II

Tabel 4.6. Daftar Nilai Siklus II

No Insial Siswa KKM Nilai Ket

1. AP 63 75 Tuntas

2. SH 63 70 Tuntas

Nilai Siklus I

AP SH LW WB IK IS IC

KKM 63 63 63 63 63 63 63

NILAI SIKLUS I 63 64 60 58 60 66 56

50

52

54

56

58

60

62

64

66

68

KKM

NILAI SIKLUS I

Page 78: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

3. LW 63 65 Tuntas

4. WB 63 70 Tuntas

5. IK 63 75 Tuntas

6. IS 63 72 Tuntas

7. IC 63 65 Tuntas

Adapun peningkatan prestasi belajar IPA anak berkesulitan belajar dari

pre-test, siklus I hingga siklus II dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 4.7. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Anak Berkesulitan Belajar

No Inisial Siswa KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

1. AP 63 57 63 75

2. SH 63 54 64 70

3. LW 63 48 60 65

4. WB 63 53 58 70

5. IK 63 50 60 75

6. IS 63 52 66 72

7. IC 63 49 56 65

Grafik 4.3. Grafik Nilai Siklus II

Nilai Siklus II

AP SH LW WB IK IS IC

KKM 63 63 63 63 63 63 63

NILAI SIKLUS II 75 70 65 70 75 72 65

56

58

60

62

64

66

68

70

72

74

76

KKM

NILAI SIKLUS II

Page 79: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

C. Pembahasan

Dalam sub bab ini akan dijabarkan mengenai pembahasan dari

peningkatan prestasi belajar masing-masing anak berkesulitan belajar pada mata

pelajaran IPA dengan materi energi panas dan bunyi kelas IV B SD N Petoran

Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian akan disajikan oleh peneliti

dalam bentuk tabel dan grafik untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar mata

pelajaran IPA materi energi panas dan bunyi kelas IV B SD N Petoran Surakarta

mulai dari hasil pre-test, siklus I dan siklus II. Adapun pembahasan peningkatan

prestasi belajar pada masing-masing siswa adalah sebagai berikut :

AP SH LW WB IK IS IC

KKM 63 63 63 63 63 63 63

KA 57 54 48 53 50 52 49

SIKLUS I 63 64 60 58 60 66 56

SIKLUS II 75 70 65 70 75 72 65

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Peningkatan Prestasi Belajar IPA

Grafik 4.4. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Anak Berkesulitan Belajar

Page 80: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1. Siswa AP

Tabel 4.8. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

63 57 63 75

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

Pembahasan dari tabel 4.8 dan Grafik 4.5

Tabel 4.8 dan grafik 4.5 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari mulai

kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Menurut tabel dan grafik diatas,

menunjukkan bahwa hasil pre-test yang merupakan kondisi awal siswa sebelum

diadakan tindakan, menunjukkan belum ada ketercapaian nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yaitu 57. Hal tersebut disebabkan karena dalam pembelajaran

dengan penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran IPA, menjadikan siswa

(AP) merasa bosan, cenderung acuh tak acuh, dan tidak memperhatikan

Page 81: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

penjelasan dari guru. Sehingga nilai siswa AP menjadi rendah. Ketidakmampuan

siswa dalam memahami materi disebabkan karena siswa mengalami kesulitan

belajar kognitif yaitu siswa kurang mampu menangkap makna informasi secara

penuh atau secara abstrak. Kemudian setelah penggunaan metode eksperimen

dalam pembelajaran IPA di sikus I ini nilai siswa AP telah meningkat dibanding

dengan nilai pada pre-test. Nilai siswa pada siklus I ini juga telah mencapai nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Karena dalam sikus I ini peneliti

telah menerapkan metode eksperimen dalam pembelajarannya. Siswa yang

awalnya kurang mampu menangkap informasi, setelah menggunakan metode

eksperimen siswa mampu memahami materi. Karena dalam pembelajaran siswa

melakukan percobaan serta mengetahui kenyataannya. Nilai siswa pada siklus II

lebih meningkat yaitu menjadi 75. Di dalam siklus II guru juga memberikan

bimbingan atau pendampingan khusus bagi anak yang mengalami kesulitan di

dalam melakukan percobaan terutama bagi anak yang berkesulitan belajar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai mata pelajaran IPA pada materi energi

panas dan bunyi yang dicapai oleh siswa AP telah mencapai KKM pada siklus II.

2. Siswa SH

Tabel 4.9. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa SH

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

63 54 64 70

Page 82: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

Pembahasan dari tabel 4.9 dan grafik 4.6

Tabel 4.9 dan grafik 4.6 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari siswa

SH mulai kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Menurut tabel dan grafik diatas,

menunjukkan bahwa hasil pre-test siswa yang merupakan kondisi awal siswa

sebelum diadakan tindakan, menunjukkan belum ada ketercapaian nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 54. Hal tersebut disebabkan karena ketika

pembelajaran dengan metode ceramah anak (SH) dan hanya bermain sendiri tanpa

memperhatikan penjelasan dari guru. Selain itu rendahnya nilai pada pre test juga

disebabkan karena siswa SH mengalami gangguan dalam mengingat. Ingatan

siswa SH sangat lemah/ kurang mampu mengingat informasi yang terlalu banyak/

mudah lupa. Kemudian setelah pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode

eksperimen pada sikus I, nilai SH dapat meningkat dibanding dengan nilai pada

pre-test. Nilai anak pada siklus I ini juga telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yaitu 64. Ketika pembelajaran berlangsung ketertarikan dan

Page 83: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

semangat SH dalam pembelajaran tinggi. SH cenderung lebih aktif dari

pembelajaran-pembelajaran sebelumnya. Pada siklus II nilai SH menjadi 70. Di

dalam siklus II ini selain menerapkan metode eksperimen dalam pembelajarannya,

guru juga memperlihatkan video yang berisi penjelasan dan langkah-langkah

dalam pembelajaran serta memberikan bimbingan atau pendampingan khusus bagi

anak yang mengalami kesulitan di dalam melakukan percobaan terutama bagi

anak yang berkesulitan belajar. Ternyata siswa lebih mudah mengingat materi jika

mereka melakukan percobaan atau mengetahui secara langsung. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa nilai mata pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi

yang dicapai oleh SH telah mencapai KKM pada siklus II.

3. Siswa LW

Tabel 4.10. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

63 48 60 65

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

Prestasi Belajar IPA Siswa LW

Grafik 4.7. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

LW 63 48 60 65

0

10

20

30

40

50

60

70

LW

Page 84: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Pembahasan dari tabel 4.10 dan grafik 4.7

Tabel 4.10 dan grafik 4.7 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari siswa

LW mulai kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Tabel dan grafik diatas

menggambarkan peningkatan nilai dari siswa LW, dimana nilai pretest yang

dicapai oleh siswa LW menunjukkan belum ada ketercapaian nilai KKM yaitu 48.

Hal tersebut dikarenakan siswa LW merasa bosan ketika pembelajaran

berlangsung. Karena anak harus mendengarkan penjelasan dari guru tanpa

mengatahui keadaan nyata. Siswa LW juga tidak mampu berkonsentrasi terhadap

suatu masalah, sehingga siswa LW cenderung bermain sendiri tanpa

memperhatikan guru. Pada sikus I ini nilai siswa LW mengalami peningkatan

dibanding nilai pada pre-test, tetapi nilai yang dicapai oleh siswa LW belum

mencapai KKM yaitu 60. Pada siklus I ini minat belajar LW mulai meningkat

karena dalam pelaksanaan percobaan LW lebih aktif daripada pembelajaran-

pembelajaran yang lalu yang tidak pernah mengikutsertakan siswa. Pada siklus II

nilai LW lebih meningkat kembali yaitu menjadi 65. Karena sebelum pelaksanaan

siklus II ini, seluruh siswa diperlihatkan video yang berisi tentang penjelasan dan

langkah-langkah percobaan serta pemberian bimbingan dan pendampingan khusus

dalam melakukan percobaan selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga

siswa lebih mudah dalam menerima materi IPA pokok bahsan energi panas dan

bunyi.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai mata pelajaran IPA pada

materi energi panas dan bunyi yang dicapai oleh siswa LW telah mencapai KKM

pada siklus II.

4. Siswa WB

Tabel 4.11. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

63 53 58 70

Page 85: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

Pembahasan dari tabel 4.11 dan grafik 4.8

Tabel 4.11 dan grafik 4.8 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari WB

mulai kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat

bahwa nilai pretest yang dicapai oleh siswa WB menunjukkan belum ada

ketercapaian nilai KKM yaitu 53. Pada sikus I ini nilai WB mengalami

peningkatan dibanding nilai pada pre-test, tetapi nilai yang dicapai oleh siswa WB

belum mencapai KKM yaitu 58. Hal tersebut disebabkan karena siswa WB

mengalami gangguan dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan berfikir serta

kurang teliti dalam menyelesaikan tugas. Jadi menurut pengamatan peneliti, siswa

WB masih merasa kebingungan dan belum paham betul mengenai penjelasan

dijelaskan oleh guru. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa AB, peneliti

memberikan bimbingan dan pendampingan khusus bagi siswa WB agar siswa

teliti dalam melakukan percobaan dan memahami materi yang diuji cobakan. Di

Page 86: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

siklus II nilai siswa WB lebih meningkat yaitu menjadi 70. Karena kelemahan

dalam siklus I dapat diatasi oleh guru. Dapat disimpulkan bahwa nilai mata

pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi yang dicapai oleh WB telah

mencapai KKM pada siklus II.

5. Siswa IK

Tabel 4.12. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

63 50 60 75

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

Pembahasan dari tabel 4.12 dan grafik 4.9

Tabel 4.12 dan grafik 4.9 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari IK

mulai kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan

Prestasi Belajar IPA Siswa IK

Grafik 4.9. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

IK 63 50 60 75

0

10

20

30

40

50

60

70

80

IK

Page 87: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

bahwa nilai pre-test yang merupakan kondisi awal siswa sebelum diadakan

tindakan, yang dicapai oleh siswa IK menunjukkan belum ada ketercapaian nilai

KKM yaitu 50. Hal tersebut disebabkan karena sikap IK yang acuh dalam

pembelajaran IPA, IK kurang aktif dalam pembelajaran. Sehingga nilai IPA IK

rendah. Selain itu siswa IK juga mengalami kesulitan dalam menulis, membaca

dan berhitung sehingga mempengaruhi hasil akademik lainnya misalnya pada

mata pelajaran IPA. Pada sikus I ini nilai siswa IK mengalami peningkatan

dibanding nilai pada pre-test, tetapi nilai yang dicapai oleh IK belum mencapai

KKM yaitu 60. Seperti halnya pembelajaran yang lalu, siswa IK masih saja

cenderung kurang memperhatikan saat pembelajaran dengan metode eksperimen

sehingga nilai IK belum mampu mencapai KKM. Kemudian pada siklus II nilai

lebih meningkat yaitu menjadi 75. Karena peneliti memberikan sentuhan

teknologi yang berupa video berisi mengenai penjelasan mengenai materi yang

disampaikan serta pemberian bimbingan dan pendampingan khusus dalam

melakukan percobaan dalam siklus II, sehingga nilai IK dapat meningkat. Dapat

disimpulkan bahwa nilai mata pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi

yang dicapai oleh IK telah mencapai KKM pada siklus II.

6. Siswa IS

Tabel 4.13. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

63 52 66 72

Page 88: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

IS 63 52 66 72

0

10

20

30

40

50

60

70

80

IS

Grafik 4.10. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

Pembahasan dari tabel 4.13 dan grafik 4.10

Tabel 4.13 dan grafik 4.10 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari

mulai kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Dari tabel dan grafik dapat dilihat hasil

nilai pre-test siswa IS yang merupakan kondisi awal siswa sebelum diadakan

tindakan, menunjukkan belum ada ketercapaian nilai KKM yaitu 52. Karena IS

saat pembelajaran berlangsung, IS cenderung diam tidak memperlihatkan minat

untuk belajar karena IS merasa bosan dan jenuh. Siswa IS merupakan siswa yang

mengalami kesulitan dalam membaca, sehingga siswa IS kurang mampu

memahami suatu kalimat. Jadi untuk siswa IS butuh perhatian khusus. Pada sikus

I ini nilai IS telah meningkat dibanding dengan nilai pada pre-test. Nilai siswa

pada siklus I ini juga telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yaitu 66. Karena dalam sikus I ini peneliti telah menerapkan metode eksperimen

dalam pembelajarannya. Minat dan ketertarikan siswa IS terhadap IPA telah

Prestasi Belajar IPA Siswa IS

Page 89: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

muncul. IS merasa senang belajar IPA melalui percobaan, karena disitu IS bisa

bermain sambil belajar, IS lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. IS telah

mampu memahami materi IPA melalui percobaan. Karena dalam pembelajaran

berlangsung siswa IS tidak perlu membaca materi terlalu banyak. Pada siklus II

nilai siswa IS lebih meningkat yaitu menjadi 72. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa nilai mata pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi yang dicapai

oleh IS telah mencapai KKM pada siklus II.

7. Siswa IC

Tabel 4.14. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IC

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

63 49 56 65

Keterangan :

Nilai KA : Nilai Kondisi Awal

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

Prestasi Belajar IPA Siswa IC

Grafik 4.11. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IC

KKM KA SIKLUS I SIKLUS II

IC 63 49 56 65

0

10

20

30

40

50

60

70

IC

Page 90: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Pembahasan dari tabel 14 dan grafik 13

Tabel 14 dan grafik 13 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari IC mulai

kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat

bahwa nilai pre-test yang merupakan kondisi awal siswa sebelum diadakan

tindakan yang dicapai oleh IC menunjukkan belum ada ketercapaian nilai KKM

yaitu 49. Rendahnya prestasi belajar siswa IC dikarenakan siswa IC menunjukkan

perilaku yang kurang baik yaitu hiperaktif. Selain itu siswa IC juga mengalami

kesulitan dalam berfikir sehingga mempengaruhi hasil prestasi siswa di berbagai

akademik. Pada sikus I ini nilai siswa IC mengalami peningkatan dibanding nilai

pada pre-test, tetapi nilai yang dicapai oleh IC belum mencapai KKM yaitu 56.

Hal tersebut disebabkan karena IC belum memahami betul prosedur didalam

melakukan percobaan ini. Kemudian saat percobaan pada siklus II, IC diberikan

pendampingan dan bimbingan khusus saat melakukan percobaan agar IC lebih

memahami materi dan konsep-konsep IPA. Pada siklus II nilai IC lebih meningkat

yaitu menjadi 65. Dapat disimpulkan bahwa nilai mata pelajaran IPA pada materi

energi panas dan bunyi yang dicapai oleh IC telah mencapai KKM pada siklus II.

Dari pemahasan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa prestasi

belajar IPA tentang energi panas dan bunyi dapat meningkat dengan adanya

pembelajaran melalui metode eksperimen bagi anak berkesulitan belajar kelas IV

B SD N Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011. Peningkatan prestasi belajar

IPA melalui metode eksprimen juga dibuktikan oleh April Lina Sri Windayani

dengan penelitiannya yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA

melalui Penerapan Metode Demonstrasi-Eksperimen Siswa Kelas III SDN 3

Jenengan Sawit Boyolali Tahun 2009/ 2010”. Pada siklus I siswa yang mendapat

nilai minimal 60 ada 12 anak atau 46,15%, pada siklus II siswa yang mendapat

nilai minimal 60 ada 14 anak atau 53,85% dari 26 siswa, dan siklus III siswa yang

mendapat nilai minimal 60 ada 23 anak atau 88,46% dari 26 anak. Dari siklus I

kemudian dilaksanakan siklus II prestasi siswa mengalami prosentasi kenaikan

7,70 %, dari siklus II kemudian dilaksanakan siklus III mengalami prosentasi

Page 91: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

kenaikan 34,62%. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa metode

eksperimen dapat mengatasi kesulitan siswa di dalam memahami konsep-konsep

IPA sehingga prestasi siswa berkesulitan belajar dapat meningkat di siklus II.

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menemui berbagai kesulitan

dalam penggunaan metode eksperimen selama proses pembelajaran berlangsung.

Kesulitan yang dialami oleh peneliti yaitu mengkondisikan siswa, siswa kurang

mampu berkonsentrasi dan pemberian penjelasan siswa mengenai langkah-

langkah dalam melakukan percobaan. Siswa cenderung acuh tak acuh selama

proses pembelajaran. Untuk mengatasi berbagai kesulitan diatas, siswa

dikelompokkan menjadi 7 kelompok untuk mempermudah guru dalam

memberikan bimbingan atau pendampingan bagi siswa yang mengalami kesulitan.

Selama proses pembelajaran berlangsung tidak hanya kesulitan atau kendala yang

diahapai oleh guru tetapi juga terdapat kelebihan dalam penggunaan metode

eksperimen. Adapun kelebihan dari metode eksperimen yang diterapkan selama

proses pembelajaran IPA berlangsung yaitu siswa lebih mudah memahami materi

dan membuktikan teori-teori yang telah mereka baca di buku. Anak berkesulitan

belajar lebih mudah memahami materi jika mereka melihat, mendengar, dan

melakukan / mencoba sendiri. Dalam metode eksperimen ini komponen tersebut

sangat diperlukan. Dengan melakukan percobaan, guru mempu mengatasi

kesulitan siswa dalam memahami materi IPA sehingga prestasi belajar anak

berkesulitan belajar meningkat.

Page 92: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : metode

eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak berkesulitan belajar

kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini bahwa penerapan

metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak berkesulitan

belajar siswa kelas IV B SD N Petoran Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil nilai siswa dalam setiap siklus mengalami

kenaikan. Jadi metode eksperimen dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran

pokok bahasan energi panas dan bunyi dengan situasi siswa yang sama.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan, antara lain :

1. Bagi guru

Hendaknya guru menggunakan metode yang tepat untuk pembelajaran IPA

diantaranya menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA

khususnya pokok bahasan energi panas dan bunyi.

2. Bagi siswa

Hendaknya anak berkesulitan belajar berusaha untuk berperan lebih aktif

selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksprimen karena

dengan melihat, mendengar dan melakukan percobaan anak akan lebih mudah

menyerap dan memahami konsep-konsep IPA.