gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat inhalan
TRANSCRIPT
Referat
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Inhalan
Oleh : Aulia JanerFika Silvia
Sona Junia Gratifa
Pembimbing :Dr. Andriza, Sp.KJ
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Riau- RSUD Arifin Ahmad
Pekanbaru Riau
BAB IPENDAHULUAN
Berbagai akibat buruk inhalan dapat
terjadi dan penyembuhan yang sulit
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Inhalan adalah kelompok kimia beragam zat psikoaktif terdiri dari pelarut organik dan zat volatil yang umumnya ditemukan pada lebih dari 1.000 produk rumah tangga biasa.4
Defenisi
Inhalan dikomsumsi dengan cara disedot melalui hidung dan mulut (sniffing), atau dituang dalam kantong plastik (bagging). Dengan menghirup 1-0-15 kali dari kantong plastik tertutup itu, dapat dicapai euforia untuk kebanyakan inhalan.1
Cara mengkonsumsi
Klasifikasi
Cara kerja
Inhalan mempunyai sifat menghambat aktivitas susunan saraf pusat ssperti sedatif hipnotik dan alkohol
Pengaruh terhadap pengguna
Intoksikasi akut inhalan ditandai :•euforia, •perasaan melayang., •iritasi pada mata, •melihat objek manjadi ganda (double vision), •suara berdenging di telinga, •hidung basah, batuk, disekitar mulut berbekas (rash), •mual, muntah, diare, kehilangan nafsu makan, •nyeri di dada, •gangguan koordinasi motorik (bbicara cadel, jalan sempoyongan), letargi, hiporefleksi, •gangguan irama jantung, •nyeri otot dan sendi, •halusinasi, ilusi, waham, daya nilai realitas terganggu, mudah tersinggung, impulsif, kesadaran berkabut dan perilaku aneh (bizare).1
Kematian secara mendadak akibat :•Aritmia jantung•Laryngospasme•hambatan pada sistem pernapasan•Akibat pengaruh ilusi, halusinasi dan waham
Konsekuensi penggunaan inhalansia
Efek akut
Efek neurologis dan kognitif
Efek pada Organ Lain Selain Otak
Efek Psikososial
Efek Pada Janin
Efek neurologis dan kognitifDefisit Kognitif
Gangguan Memori : jangka panjang maupun pendek
Pengolahan informasi visual maupun auditorik melambat
Perhatian/fokus berkurangPengambilan keputusan menjadi tidak baik
Defisit NeurologisParkinsonismeEnsefalopatiCerebral atrofiSerebelum ataksia
ImagingPenipisan corpus callosumTerdapat lesi pada white matterHypo perfusion Hipointensitas pada thalamusSerapan ireguler pada obat-obatan
radiolabeled di single-photon computed tomography emisi (SPECT)
Efek Pada Organ Lain
Efek PsikososialDepresiKecemasan Meningkatkan resiko penggunaan obat
psikoaktif lainnyaAntisosialSuicide
Efek pada JaninTingkat kecacatan pada kepala dan wajah,
kepala lebih kecil dari normal dan perkembangan otak, berat badan lahir rendah, keterlambatan perkembangan, dan kehamilan lain dan komplikasi kelahiran pada bayi yang lahir dari ibu yang menghirup inhalansia
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
Intervensi Farmakologis
Misra, Kofoed, dan Fuller (1999) melaporkan keberhasilan penggunaan risperidone Risperidone diberikan dengan dosis 0,5 mg dua kali sehari selama 4 minggu mengurangi halusinasi auditori dan visual, paranoia, dan perilaku agresif. Ketika Dosis risperidone meningkat menjadi 1 mg dua kali sehari, keinginan untuk inhalansia berkurang secara signifikan, ideation paranoid berhenti
Hernandez-Avila dan rekan (1998) haloperidol atau carbamazepine.
etelah 5 minggu pengobatan, orang-orang di kedua kelompok karbamazepin dan haloperidol menunjukkan penurunan dalam tingkat keparahan gejala 48,3 persen dan 52,7
Shen (2007) menggambarkan keberhasilan pengobatan dengan 100 mg lamotrigin harian, subjek melaporkan mengidam lebih sedikit untuk inhalansia dan mencapai 6 bulan tanpa efek samping yang signifikan dari obat
Schiffer, dan Dewey (2004) melaporkan bukti praklinis menunjukkan bahwa vigabatrin, selektif GABA transaminase inhibitor, bisa menjadi pengobatan yang efektif untuk ketergantungan inhalansia.
Pendekatan holistik memasukkan unsur budaya asli tradisional dilaporkan telah digunakan dengan sukses di Kanada (Dell, Dell, dan Hopkins, 2005; Laporan Tahunan YSAC, 2007) dan dengan populasi Aborigin di Australia (Preuss dan Brown, 2006).
Intervensi-termasuk permintaan pengurangan pendekatan berbasis masyarakat, pendidikan, kepemudaan dan program rekreasi, manajemen klinis dan konseling, dan perumahan program-dievaluasi secara menyeluruh dalam laporan Australia baru-baru (d'Abbs dan MacLean, 2008).
Intervensi psikososial
Sebuah inovatif, pendekatan terpadu untuk pencegahan penggunaan inhalansia melibatkan upaya mobilisasi masyarakat, strategi lingkungan, dan kegiatan berbasis sekolah digambarkan oleh Johnson dan rekan-rekannya
Pencegahaan dapat berupa membatasi penjualan eceran produk yang dapat digunakan sebagai inhalansia, memodifikasi produk, mengganti substansi produk, dan sosialisasi bahaya inhalansia kepada masyarakat.
Pencegahan
Secara umum pencegahan (prevensi) terbagi dalam 3 bagian yaitu:
Prevensi primer adalah pencegahan agar orang yang sehat tidak terlibat penyalahgunaan/ketergantungan inhalan
Prevensi sekunder adalah terapi atau pengobatan terhadap mereka yang terlibat penyalah gunaan atau ketergantungan inhalan.
Prevensi tersier adalah rehabilitasi penyalahguna atau ketergantungan inhalan setelah memperoleh terapi.
Komplikasi medis
BAB IIIPENUTUP
Inhalan adalah senyawa organik berupa gas dan zat pelarut yang mudah menguap.
Intoksikasi akut inhalan ditandai dengan adanya euforia, perasaan melayang., iritasi pada mata, melihat objek manjadi ganda (double vision), suara berdenging di telinga, berbangkis, hidung basah, batuk, disekitar mulut berbekas (rash), mual, muntah, diare, kehilangan nafsu makan, nyeri di dada, gangguan koordinasi motorik (bbicara cadel, jalan sempoyongan), letargi, hiporefleksi, gangguan irama jantung, nyeri otot dan sendi, halusinasi, ilusi, waham, daya nilai realitas terganggu, mudah tersinggung, impulsif, kesadaran berkabut dan perilaku aneh (bizare).
pencegahan (prevensi) terbagi dalam 3 bagian yaitu: prevensi primer, prevensi sekunderdan prevensi tersier