fungsi dan anatomi sinus paranasalis

Upload: meartymey

Post on 14-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yap

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    1/9

    Fungsi dan Anatomi Sinus Paranasalis

    SOURCE: Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology

    DATE: January 9, 2002

    RESIDENT PHYSICIAN: Glen Porter, MD

    FACULTY PHYSICIAN: Francis B. Quinn, Jr., MD

    SERIES EDITORS: Francis B. Quinn, Jr., MD and Matthew W. Ryan, MD

    Materi ini disiapkan oleh residen sebagai sebagian persyaratan dalam Program Latihan PostGraduate

    departemen Otolaringologi/ Bedah Kepala dan Leher dan tidak dimaksudkan untuk pemakaian klinis.

    Materi ini disajikan dengan tujuan untuk menstimulasi diskusi kelompok dalam tataran konferensi. Tidak

    ada jaminan, baik itu secara eksplisit maupun implisit, mengenai akurasi, kelengkapan ataupun

    ketepatan waktunya. Materi ini tidak mencerminkan opini sekarang maupun masa lalu fakultas UTMB

    dan sebagiknya tidak digunakan untuk tujuan diagnosis ataupun terapi tanpat berkonsultasi dengan

    sumber literatur yang layak dan opini profesional.

    PENDAHULUAN

    Kompleksitas anatomi sinus paranasalis, maupun fungsinya menjadikan sinus adalah topik pembelajaran

    yang menarik dan bermanfaat. Terdapat empat pasang sinus, yaitu sinus frontalis, ethmoidalis,

    sphenoidalis dan maxillaris. Sinus ini adalah rongga udara yang dilapisi oleh mukosa yang terletak di

    dalam tulang-tulang wajah dan tengkorak. Perkembangan sinus bermula dari saat dalam kandungan,

    tetapi sinus yang relevan secara klinis saat lahir adalah sinus maxillaris dan ethmoidalis. Perkembangan

    dinding lateral nasus bermula sebagai struktur halus dan tidak terdiferensiasi. Perkembangan pertama

    adalah concha maxillaris yang kemudian menjadi concha inferior. Setelah itu,tonjolan mesenkin yang

    adalah concha ethmoidalis, tumbuh menjadi concha nasalis media, superior dan suprema, yang terbagi

    lagi menjadi concha ethmoidalis kedua dan ketiga. Pertumbuhan ini diikuti dengan perkembangan sel-

    sel ager nasi, processus uncinatus dan infundibulum ethmoidalis. Sinus kemudian mulai berkembang.

    Sistem resultan adanya kavitas, depresi, ostia dan procesus adalah sistem kompleks struktur yang harus

    dipahami secara mendetail sebelum penatalaksanaan bedah penyakit sinus dapat berjalan aman dan

    efektif. Selanjutnya, anatomi makroskopis, anatomi mikroskopis, fisiologi dan fungsi sinus akan

    diuraikan.

    DINDING NASUS LATERAL

    Dinding lateral nasus meliputi sebagian os ethmoidale, os maxilla, palatina, lacrimale, dan lamina

    pterygoideus medialis os sphenoidale, os nasal dan concha nasalis inferior. Tiga hingga empat concha

    terproyeksi dari dinding tersebut; concha nasalis suprema, superior dan media terproyeksi dari os

    ethmoidale. Concha nasalis inferior dianggap sebagai struktur mandiri. Setiap struktur ini melapisi

    ruangan udara di bawahnya dan di sebelah lateralnya yang dikenal dengan nama meatus. Sepotong kecil

    tulang yang terproyeksi dari os ethmoidale yang menutupi muara sinus maxillaris yang terletak di lateral

    dan membentuk palung di posterior concha nasalis media.Bagian tulang yang tipis disebut processus

    uncinatus. Dinding samping nasus bagian superior terdiri atas cellula ethmoidalis yang membatasi epitel

    olfaktori dan lamina cribosa di sebelah lateral. Di sebelah superior cellula ethmoidalis anterior terdapat

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    2/9

    sinus frontalis yang bermuara diantara cellula. Bagian superoposterior dinding nasus bagian lateral

    adalah dinding anterior sinus sphenoidalis yang berada di inferior sella turcica dan sinus cavernosus.

    SINUS MAXILLARIS

    Perkembangan

    Sinus maxillaris (antrum Highmori) adalah sinus yang pertama berkembang. Struktur ini biasanya terisi

    cairan saat lahir. Pertumbuhan sinus ini terjadi dalam dua fase sela pertumbuhan tahun 0-3 dan 7-12.

    Selama fase terakhir, pneumatisasi menyebar lebih ke arah inferior ketika gigi permanen erupsi.

    Pneumatisasi dapat sangat luas hingga akar gigi terlihat dan selapis tipis jaringan lunak menutupi

    mereka.

    Struktur

    Sinus maxillaris dewasa berbentuk piramida yang bervolume sekitar 15 ml (34x33x23 mm). Basis sinus

    adalah dinding nasus dengan puncak menunjuk ke arah processus zygomaticus. Dinding anterior

    mempunyai foramen infraorbital yang terletak pada pars midsuperior yang dilalui oleh nervus

    infraorbital pada atap sinus dan keluar melalui foramen tersebut. Bagian tertipis dinding anterior

    terletak di superior gigi caninus pada fossa canina. Atap dibentuk oleh lantai cavum orbita dan

    dipisahkan oleh perjalanan nervus infraorbitalis. Dinding posterior tidak jelas. Di sebelah posterior

    dinding ini terdapat fossa pterygomaxillaris yang dilewati arteri maxillaris interna, ganglion

    sphenopalatina dan canalis Vidian yang dilewati nervus palatinus mayor dan foramen rotundum. Lantai,

    seperti didiskusikan di atas, bervariasi ketinggiannya. Dari lahir hingga usia 9 tahun, lantai sinus berada

    di atas cavitas nasalis. Pada usia 9 tahun, lantai sinus biasanya berada sejajar dengan lantai nasus. Lantai

    biasanya terus berkembang ke inferior seiring dengan pneumatisasi sinus maxillaris. Karena

    hubungannya berdekatan dengan gigi geligi, penyakit gigi dapat menyebabkan infeksi sinus maxillaris

    dan ekstraksi gigi dapat mengakibatkan fistula oroantral.

    Suplai Darah

    Sinus maxillaris disuplai oleh arteri maxillaris interna. Arteri ini termasuk mempercabangkan arteri

    infraorbitalis (berjalan bersama nervus infraorbitalis), sphenopalatina rami lateralis, palatina mayor dan

    arteri alveolaris. Drainase vena berjalan di sebelah anterior menuju vena facialis dan di sebelah posterior

    menuju vena maxillaris dan jugularis terhadap sistem sinus dural.

    Inervasi

    Sinus maxillaris diinervasi oleh rami maxillaris. Secara rinci, nervus palatina mayor dan nervus

    infraorbital.

    Struktur Terkait

    Ductus nasolacrimalis

    Ductus nasolacrimalis merupakan drainase saccus lacrimalis dan berjalan dari fossa lacrimalis pada

    cavum orbita, dan bermuara pada bagian anterior meatus nasalis inferior. Ductus terletak sangat

    berdekatan dengan ostium maxillaris (kira-kira 4-9 di sebelah anterior ostium.

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    3/9

    Ostium Natural

    Ostium maxillaris terletak di bagian superior dinding medial sinus. Ostium ini biasanya terletak setengah

    posterior infundibulum ethmoidalis atau di sebelah posterior sepertiga inferior processus uncinatus.

    Tepi posterior ostia bersambungan dengan lamina papyracea, sehingga menjadi patokan batas lateral

    diseksi bedah. Ukuran ostium kira-kira 2,4 mm tetapi dapat bervariasi dari 117 mm. Delapan puluh

    delapan persen ostium maxillaris tersembunyi di posterior processus uncinatus dan dengan demikian

    tidak dapat terlihat dengan endoskopi.

    Ostium accessoris/ Fontanella Anterior/ Posterior

    Ostium ini non-fungsional dan berfungsi untuk drainase sinus jika ostium natural tersumbat dan tekanan

    atau gravitasi intrasinus menggerakkan material keluar dari ostium. Ostium accessoris biasanya

    ditemukan di fontanela posterior.

    SINUS ETHMOIDALIS

    Perkembangan

    Sinus ethmoidalis terlihat jelas sebagai struktur yang berisi cairan pada bayi yang baru lahir. Selama

    perkembangan fetus, cellula ethmoidalis anterior berkembang terlebih dahulu, yang kemudian diikuti

    dengan cellula ethmoidalis posterior. Cellula berkembang bertahap dan berukuran optimal pada usia 12

    tahun. Cellula biasanya tidak nampak pada radiografi hingga usia satu tahun. Septa bertahap menipis

    dan berpneumatisasi ketika usia bertambah. Cellula ethmoidalis adalah sinus yang paling bervariasi dan

    kadang ditemukan di superior cavum orbita, lateral terhadap sinus sphenoidalis, ke arah atap sinus

    maxillaris dan di sebelah superoanterior sinus frontalis. Cellula-cellula ini memiliki nama. Cellula di

    sebelah superior cavum orbit disebut cellula supraorbital dan ditemukan pada sekitar 15% pasien. Invasi

    cellula ethmoidalis hingga lantai sinus frontalis disebut bulla frontalis. Perluasan hingga ke concha

    nasalis media disebut concha bullosa. Cellula di atap sinus maxillaris (infraorbital) disebut cellula

    Haller, dan ditemukan pada 10% populasi. Cellula ini dapat menyumbat ostium, menyempitkan

    infundibulum dan mengakibatkan gangguan fungsi normal sinus. Sedangkan cellula yang meluas secara

    anterolateral ke arah sinus sphenoidalis disebut cellula Onodi (10%). Variabilitas umum cellula ini

    menjadikan pencitraan preoperatif penting untuk assesment anatomi individu pasien.

    Struktur

    Cellula ethmoidalis posterior dan anterior bervolume 15 ml (3,3 x 2,7 x 1,4 cm). Cellula ethmoidalis

    berbentuk seperti piramida dan terbagi menjadi cellula kecil jamak yang dipisahkan oleh septum tipis.

    Atap cellula ethmoidalis terdiri atas struktur penting. Atap cellula ethmoidalis melandai ke posterior (15

    derajat) dan medial. Dua-pertiga anterior atap tebal dan kuat dan terdiri atas os frontal dan foveola

    ethmoidalis. Sepertiga posterior lebih superior di sebelah lateral dan melandai ke inferior ke arah lamina

    et foramina cribosa. Perbedaan ketinggian antara atap lateral dan medial bervariasi, antara 1517 mm.

    Bagian posterior cellula ethmoidalis berbatasan dengan sinus sphenoidalis. Dinding lateral adalah lamina

    papyracea/ lamina orbitalis.

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    4/9

    Suplai Darah

    Sinus ethmoidalis disuplai dari arteri carotis interna dan externa. Arteri sphenopalatina dan arteri

    opthalmicus (yang bercabang menjadi arteri ethmoidalis anterior dan posterior) mensuplai sinus.

    Drainase vena mengikuti aliran arteri sehingga dapat mengetahui infeksi yang terjadi intrakranial.

    Inervasi

    Nervus maxillaris dan mandibularis menginervasi sinus ethmoidalis. Nervus maxillaris menginervasi

    bagian superior sedangkan nervus mandibularis menginervasi regio inferior. Inervasi parasimpatis

    melalui nervus Vidian. Inervasi simpatis melalui ganglion simpatis cervicalis dan melalui arteri ke arah

    mukosa sinus.

    Struktur Terkait

    Lamella Basalis Concha Nasalis Media

    Struktur ini memisahkan antara cellula ethmoidalis anterior dan posterior; merupakan perlekatan

    concha nasalis media dan berjalan pada tiga bidang yang berbeda dalam perjalanannya dari anterior dan

    posterior. Bagian paling anterior terletak vertikal dan terinsersi pada crista ethmoidalis dan basis cranii.

    Sepertiga media berjalan oblik dan terinsersi pada lamina papyracea. Sepertiga posterior berjalan

    horizontal dan berinsersi pada lamina papyracea. Ruang di sebelah inferior concha nasalis media

    diistilahkan meatus nasi media, yang menjadi drainase sinus maxxillaris, sinus frontalis dan sinus

    ethmoidalis. Kerusakan akibat bedah terhadap bagian anterior atau posterior concha nasalis media

    dapat melabilkan struktur ini dan di sebelah anterior berisiko merusak lamina et foramina cribosa.

    Cellula Ethmoidalis Anterior dan Posterior

    Cellula ethmoidalis anterior terletak anterior terhadap lamella basalis. Cellula ethmoidalis anterior

    berdrainase ke meatus nasi media melalui infundibulum ethmoidalis. Cellula ethmoidalis anterior

    termasuk agger nasi, bulla ethmoidalis dan cellula ethmoidalis anterior lainnya. Cellula ethmodalis

    posterior berdrainase ke meatus nasalis superior dan berbatasan dengan sinus sphenoidalis. Cellula

    ethmoidalis anterior lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya daripada cellula ethmoidalis

    anterior.

    Cellula agger nasi

    Cellula agger nasi terletak pada os lacrimalis di sebelah anterior dan superior terhadap persimpangan

    antara concha nasalis media dengan dinding nasal (sering dideskripsikan sebagai penonjolan pada

    dinding nasus lateral dimana concha nasalis media melekat). Agger nasi tersembunyi di posterior bagian

    paling anterior processus uncinatus dan berdrainase menuju hiatus semilunaris. Agger nasi adalah

    cellula yang berpneumatisasi pada bayi yang baru lahir dan prominen selama masa kanak-kanak.

    Jumlahnya dari satu hingga tiga. Dinding posterior cellula membentuk dinding anterior recessus

    frontalis. Atap cellula ethmoidalis adalah dasar sinus frontalis, dan dengan demikian menjadi patokan

    penting pembedahan sinus frontalis.

    Bulla Ethmoidalis

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    5/9

    Bulla ethmoidalis adalah patokan yang letaknya paling konstan untuk tindakan bedah. Bulla ethmoidalis

    terletak di sebelah superior infundibulum ethmoidalis dan tepi superior dan permukaan lateral/ inferior

    processus uncinatus membentuk hiatus semilunaris. Bulla ethmoidalis biasanya paling besar diantara

    cellula ethmoidalis anterior. Arteri ethmoidalis anterior biasanya berjalan melawati atap cellula ini.

    Recessus suprabulla dan retrobulla dapat terbentuk ketika bulla ethmoidalis tidak meluas hingga basis

    cranii. Recessus suprabulla terbentuk ketika terdapat celah diantara atap bulla ethmoidalis dan fovea.

    Spasia retrobulla terbentuk ketika terdapat celah antara lamella basalis dan bulla ethmoidalis. Spasia

    retrobulla terbuka menuju struktur yang disebut hiatus semilunaris superior.

    Infundibulum Ethmoidalis

    Perkembangan infundibulum mendahului sinus. Recessus ini, dimana sinus ethmoidalis, sinus maxillaris

    dan sinus frontalis berdrainase dibentuk oleh bermacam-macam struktur. Dinding anterior terbentuk

    oleh processus uncinatus, dinding medial adalah processus frontalis os maxilla dan lamina papyracea.

    Dinding anterior berjalan ke anterior berkelanjutan dengan recessus frontalis hingga batas posterior

    dimana processus uncinatus melekat ke lamina. Lubang di sebelah superior recessus disebut hiatus

    semilunaris. Sinus maxillaris juga ditemukan pada daerah ini.

    Arteri Ethmoidalis Posterior/ Anterior

    Arteri ethmoidalis anterior dan posterior dipercabangkan dari arteri opthalmicus di cavum orbita. Arteri

    anterior menembus musculus rectus medialis dan berpenetrasi lamina papyracea. Arteri kemudian

    melintasi atap sinus ethmoidalis, kadang mensuplai lamina et foramina cribosa dan septum anterior.

    Arteri ini biasanya single dan besar dan dapat menutup ke inferior menuju cellula. Posisinya berdekatan

    dengan struktur yang letaknya lebih medial, yaitu fovea ethmoidalis. Arteri ethmoidalis posterior

    melewati musculus rectus medialis, menembus lamina papyracea dan berjalan melalui cellula

    ethmoidalis posterior (biasanya berhubungan dengan dinding anterior cellula ethmoidalis paling-

    posterior) hingga ke septum. Arteri ini mensuplai sinus ethmoidalis posterior, bagian concha nasalis

    superior dan media dan sebagian kecil septum posterior. Arteri ini biasanya lebih kecil dan bercabang.

    Posisi arteri ethmoidalis posterior berhubungan dengan posisi nervus opticus yang berdekatan dengan

    atap cavum orbita.

    SINUS FRONTALIS

    Perkembangan

    Os frontal adalah tulang membranosa saat lahir sehingga jarang lebih dari satu recessus hingga tulang

    mulai menulang sekitar usia dua tahun. Dengan demikian, radiografi jarang menunjukkan struktur ini

    sebelum usia dua tahun. Pertumbuhan sejati bermula pada usia lima tahun dan berlanjut hingga akhir

    usia belasan tahun.

    Struktur

    Volume sinus sekitar 67 ml (28 x 24 x 20 mm). Anatomi sinus frontalis sangat bervariasi, tetapi pada

    umumnya berbentuk corong dan mengarah ke superior. Kedalaman sinus adalah dimensi yang paling

    signifikan secara bedah karena menentukan limitasi pendekatan bedah. Kedua sinus frontalis

    mempunyai ostia di sebelah posteromedial. Hal ini yang menyebabkan sinus ini jarang terlibat dalam

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    6/9

    penyakit infeksi. Baik dinding anterior dan posterior sinus terdiri atas diploe. Meski demikian, dinding

    posterior (memisahkan sinus frontalis dengan fossa cranii anterior) jauh lebih tipis. Dasar sinus ikut

    membentuk atap cavum orbital.

    Vascular supply

    The frontal sinus is supplied by the ophthalmic artery via the supraorbital and supratroclear arteries.

    Venous drainage is via the superior ophthalmic veins to the cavernous sinus and via small venulae in the

    posterior wall which drain to the dural sinuses.

    Innervation

    The frontal sinus is innervated by a branches of V1. Specifically, these nerves include the supraorbital

    and supratrochlear branches.

    Struktur Terkait

    Recessus Frontalis

    Recessus frontalis adalah ruangan yang ada diantara sinus frontalis dengan hiatus semilunaris. Batas

    anterior dengan cellula agger nasi dan di sebelah superior dengan sinus frontalis, di sebelah medial

    dengan concha nasalis media dan di sebelah lateral dengan lamina papyracea. Kavitas menyerupai

    dumbbel, sinus frontalis menyempit pada ostium sinus dan kemudian terbuka lagi menuju recessus

    frontalis yang melebar. Tergantung dari perluasan pneumatisasi sinus ethmoidalis, recessus ini dapat

    berbentuk tubuler sehingga penyempitan dumbbell menjadi lebih panjang. Struktur anomali seperti

    sinus lateralis (sebelah posterior recessus frontalis pada basis cranii) dan bulla frontalis (sebelah anterior

    recessus pada dasar sinus frontalis) dapat disalahartikan sebagai sinus frontalis selama pembedahan

    sinus.

    SINUS SPHENOIDALIS

    Perkembangan

    Sinus sphenoidalis adalah sinus yang unik karena tidak berasal dari outpouching cavum nasi. Sinus ini

    berasal dari kapsul nasalis embrio. Sinus sphenoidalis tetap tidak berkembang sampai usia tiga tahun.

    Pada usia tujuh tahun, pneumatisasi telah mencapai sella turcica. Pada usia 18 tahun, sinus telah

    mencapai ukuran penuh.

    Struktur

    Pada akhir usia belasan tahun, sinus mencapai ukuran penuh dengan volume 7,5 ml (23 x 20 x 17 mm).

    Pneumatisasi sinus ini, seperti sinus frontalis, sangat bervariasi. Umumnya, struktur bilateral ini terletak

    di bagian posterosuperior cavum nasi. Pneumatisasi dapat meluas hingga clivus, ala sphenoidalis dan

    foramen magnum. Dinding sinus sphenoidalis bervariasi dalam ketebalan dengan dinding anterosuperior

    dan atap paling tipis (0,11,5 mm). Dinding lainnya lebih tebal. Bagian paling tipis dinding anterior

    adalah 1 cm dari fovea ethmoidalis. Posisi sinus dan hubungan anatomi tergantung pada perluasan

    pneumatisasi. Sinus dapat terletak di sebelah anterior ataupun di sebelah inferior sella turcica (concha,

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    7/9

    presella, sella, sella/ postsella). Posisi paling posterior dapat terletak berdekatan dengan struktur vital

    seperti arteri carotis, nervus opticus, nervus maxillaris, nervus Vidian, pons, sella turcica, dan sinus

    cavernosus. Struktur-struktur ini kadang diidentifikasi sebagai lekukan pada atap dan dinding sinus.

    Pengambilan septa sinus harus berhati-hati karena berlanjutan dengan canalis carotis dan canalis

    opticus dan dapat mengakibatkan kematian dan kebutaan.

    Ostium sinus sphenoidalis bermuara ke recessus sphenoethmoidalis. Ostium sangat kecil (0,54 mm)

    dan terletak sekitar 10 mm di atas dasar sinus. Tiga-puluh derajat sudut yang digambar dari dasar cavum

    nasi anterior dapat digunakan sebagai perkiraan lokasi ostium dinding nasal posterosuperior. Ostium

    biasanya terletak di sebelah medial concha nasalis suprema/ superior, dan hanya beberapa milimeter

    dari lamina et foramina cribosa.

    Suplai Darah

    Arteri ethmoidalis posterior mensuplai atap sinus sphenoidalis. Bagian sinus lainnya disuplai oleh arteri

    sphenopalatina. Drainase vena melalui vena maxillaris menuju pleksus jugularis dan pterygoideus.

    Inervasi

    Sinus sphenoidalis diinervasi oleh ramus nervus maxillaris dan mandibularis. Nervus nasociliaris (cabang

    nervus maxillaris) berjalan menuju nervus ethmoidalis posterior dan mensuplai atap sinus. Cabang

    nervus sphenopalatina (nervus maxillaris) mensuplai dasar sinus.

    Struktur Terkait

    Recessus Sphenoethmoidalis

    Recessus sphenoethmoidalis adalah ruang di sebelah posterior dan superior concha nasalis superior.

    Batas ruangan ini dibentuk oleh banyak struktur. Dinding anterior sinus sphenoidalis membentuk bagian

    posterior. Septum nasalis dan lamina et foramina cribosa membentuk bagian medial dan superior.

    Perluasan di sebelah anterolateral ditentukan melalui concha nasalis superior. Recessus terbuka ke

    cavum nasi di sebelah inferior. Cellula ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis bermuara menuju

    regio ini.

    Rostrum sphenoidalis

    Struktur ini adalah proyeksi pada midline dinding sinus sphenoidalis anterior. Rostrum berartikulasi

    dengan lamina perpendicular dan vomer.

    Cellula Onodi

    Seperti yang telah didiskusikan di atas, cellula ini adalah cellula ethmoidalis yang terletak di sebelah

    anterolateral sinus sphenoidalis. Struktur penting seperti arteri carotis dan nervus opticus dapat melalui

    cellula ini. Diseksi yang teliti pada area ini dan pemeriksaan radiografi preoperatif yang baik penting

    untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan.

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    8/9

    ANATOMI MIKROSKOPIS

    Sinus dilapisi oleh epitel kolumner pseudostratifikasi bersilia yang berlanjut dengan mukosa cavum nasi.

    Epitel sinus lebih tipis dibandingkan dengan epitel nasus. Ada empat tipe dasar tipe sel: sel epitel

    kolumner, sel kolumner non-siliaris, sel-sel basal dan sel goblet. Sel-sel bersilia mempunyai 50200 silia

    per sel dengan 911 mikrotubulus dan lengan dynein. Data eksperimental menunjukkan bahwa sel ini

    berdenyut 700800 kali per menit, menggerakkan dengan kecepatan 9 mm/ menit. Sel-sel non-siliaris

    ditandai dengan adanya mikrofili yang menutupi bagian apikal sel dan berfungsi untuk meningkatkan

    area permukaan (untuk memfasilitasi kelembaban dan menghangatkan udara yang dihirup). Menarik

    untuk dicacat bahwa terdapat peningkatan konsentrasi (lebih dari 50%) pada ostium sinus. Fungsi sel-sel

    basal tidak diketahui. Sel-sel ini bervariasi dalam bentuk, ukuran dan jumlah. Beberapa peneliti

    menyatakan bahwa sel basal bertindak sebagai sel induk yang dapat berdiferensiasi jika diperlukan. Sel

    goblet menghasilkan glikoprotein yang berperan untuk viskositas dan elastisitas mukus. Sel-sel goblet

    diinervasi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Dengan demikian, stimulasi parasimpatis

    menginduksi mukus yang lebih tebal sedangkan stimulasi simpatis menginduksi sekresi mukus yang lebih

    serus.

    Lapisan epitel disokong dengan membran basalis, lamina propia dan periosteum. Glandula serosa dan

    mukosa terdapat di lamina propia. Penelitian anatomis menunjukkan bahwa sel-sel goblet dan glandula

    submukosa pada sinus lebih sedikit dibandingkan pada mukosa nasus. Diantara semua sinus, sinus

    maxillaris mempunyai kepadatan sel goblet tertinggi. Ostium sinus maxillaris, sphenoidalis dan

    ethmoidalis anterior mempunyai peningkatan jumlah glandula submukosa serosa dan mukosa.

    KLIRENS (CLEARANCE) MUCOCILIARIS

    Sel-sel bersilia pada setiap sinus bergerak ke arah spesifik. Karena banyak sinus yang berkembang

    dengan cara ke arah luar dan inferior, mukosa bersilia kadang menggerakkan material melawan gravitasi

    menuju muara sinus. Hal ini berarti mukus diproduksi berdekatan dengan muara sinus. Ini adalah salah

    satu alasan bahwa adanya ostia accessoris pada tempat selain ostium fisiologis tidak berpengaruh

    signifikan terhadap drainase sinus. Faktanya, mukus mengalir dari ostia memasuki sinus kembali melalui

    ostia baru dan berputar melalui sinus lagi. Hilding adalah yang pertama mendeskripsikan bahwa setiap

    aliran mukus sinus mengikuti pola tertentu, dan hasil observasinya masih valid hingga sekarang. Peneliti

    selanjutnya mendeskripsikan fenomena stagnasi yang terjadi ketika dua permukaan bersilia berkontak

    (terutama pada kompleks osteomeatus). Hal ini dapat mengganggu klirens mukus dan dapat

    mengakibatkan sinusitis.

    FUNGSI SINUS

    Fisiologi dan fungsi sinus telah menjadi topik beberapa penelitian. Sayangnya, kami masih tidak yakin

    dengan semua fungsi rongga udara ini. Banyak teori menyatakan tentang fungsi sinus. Fungsi sinus

    termasuk untuk menghangatkan atau melembabkan udara yang dihirup, membantu pengaturan

    tekanan intranasal dan tekanan gas serum (dan terkadang ventilasi permenit), berperan dalam

    pertahanan tubuh, meningkatkan area permukaan mukosa, meringankan tengkorak, memberikan

  • 5/24/2018 Fungsi Dan Anatomi Sinus Paranasalis

    9/9

    resonansi suara, penyerap shock dan berperan dalam pertumbuhan tulang muka. Hidung adalah

    pelembab dan penghangat udara yang menakjubkan. Bahkan dengan aliran udara 7 liter permenit,

    hidung belum mencapai kemampuan maksimalnya untuk melaksanakan fungsi ini. Proses melembabkan

    nasus telah berkontribusi sebanyak 6,9 mm Hg serum pO2. Meskipun mukosa nasus paling baik untuk

    melaksanakan tugas ini, sinus juga berkontribusi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa individu yang

    bernafas dengan mulut mempunyai penurunan volume tidal CO2 yang dapat menaikkan serum CO2 dan

    sleep apnea.

    Sinus memproduksi mukus dalam jumlah besar, maka sinus berkontribusi besar terhadap sistem imun/

    filtrasi udara melalui hidung. Mukosa nasus dan sinus bersilia dan berfungsi untuk menggerakkan mukus

    menuju choana dan gaster di inferior. Lapisan superfisial yang menebal pada mukosa nasal bertindak

    sebagai perangkap bakteri dan memecah substansi melalui sel-sel imun, antibodi dan protein

    antibakteri, lapisan sol yang mendasari lebih tipis dan menghasilkan substrat yang dapat menggerakkan

    silia; ujung silia melekat pada lapisan superfisial dan mendorong substrat ke arah gerakan. Kecuali

    tersumbat oleh penyakit ataupun variasi anatomi, sinus menggerakkan mukus keluar dari ostium

    menuju choana. Penelitian paling mutakhir mengenai fungsi sinus berfokus pada molekul Nitrous Oxide

    (NO). Penelitian menunjukkan bahwa produksi NO intranasal terutama di dalam sinus. NO toksik

    terhadap bakteri, jamur dan virus pada tingkat 100 ppb. Konsentrasi substansi NO dalam nasus dapat

    mencapai 30.000 ppb sehingga beberapa peneliti mengusulkan sebagai mekanisme sterilisasi sinus. NO

    juga dapat meningkatkan motilitas silia.

    Fisiologi dan fungsi sinus paranasalis adalah subjek yang merefleksikan kompleksitas anatominya.

    Penelitian berkelanjutan akan dapat mengungkapkan bahwa fungsi ini merupakan bagian dari gambaran

    yang lebih besar dari yang nampak sekawang.

    Daftar Pustaka

    Anon, Jack B., et al, Anatomy of the Paranasal Sinuses, Theime, New York, c1996.

    Bhatt, Nikhil J., Endoscopic Sinus Surgery: New Horizons, Singular Publishing Group, Inc., San Diego,

    c1997.

    Bailey, Byron J., et al, Head & Neck Surgery -- Otolaryngology, Lippincott Williams & Wilkins,

    Philadelphia, c2001.

    Lundberg, J., Weitzberg, E. Nasal Nitric Oxide in Man. Thorax 1999; 54(10):947-952.

    McCaffrey, Thomas V., Rhinologic Diagnosis and Treatment, Thieme, New York, c1997.

    Marks, Steven C. Nasal and Sinus Surgery, W.B. Saunders Co., Philadelphia, c2000.

    Navarro, Joao A.C., The Nasal Cavity and Paranasal Sinuses, Springer, Berlin, c2001.

    Watelet, J.B., Cauwenberge P. Van, Applied Anatomy and Physiology of the Nose and Paranasal Sinuses.

    Allergy 1999; 54, Supp 57:14-25.

    Posted 1/10/2002