presentasi sinus odontogen

Upload: rudolf-fernando-wibowo

Post on 06-Jan-2016

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdnfkjsdnfkjsnfkjsnkjfnsdkjfndsjfnsdjfnsdjfkndsdsfdsfsdfsdf

TRANSCRIPT

  • Pembimbing :Drg. Setyo HastutiDrg. Nurhayati Windarti

    Chelsy Angelina(406138023)Yohannes Sugiarto(406138107)Winty Septiani (406138123)Patricia Lestari (406148093)Sharon Eunike (406148094)Boe Obet Agung (406148053)

  • ANATOMI SINUS PARANASALSinus paranasal salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, yaitu :sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid anterior dan posterior dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

  • ANATOMI SINUS PARANASALSinus paranasal hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.

  • ANATOMI SINUS PARANASALSecara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal.

  • Bayi lahir telah ada Sinus maksila dan sinus etmoidUsia 8 tahun sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anteriorUsia 8-10 tahun pneumatisasi sinus sfenoid berasal dari bagian postero-superior rongga hidung Usia 15-18tahun sinus umumnya telah mencapai besar maksimal

  • Kompleks Osteo-Meatal (KOM)Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung di meatus media.Terdapat muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan komples osteo-meatal (KOM)

  • Kompleks Osteo-Meatal (KOM)komples osteo-meatal (KOM) yang terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prossesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid, dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.

  • Kompleks Osteo-Meatal (KOM)

  • Sistem mukosiliarDi dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

  • Dua aliran transport mukosiliar dari sinus :Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum ethmoid akan di alirkan ke nasofaring di depan muara tuba eustachiusLendir dari sinus posterior bergabung dengan resesus sphenoethmoidalis akan dialirkan ke nasofaring dari posterior superior muara tuba.

  • Fungsi sinus paranasal :Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)Sebagai penahan suhu (thermal insulator)Membantu keseimbangan kepalaMembantu resonansi suaraPeredam perubahan tekanan udaraMembantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung

  • Anatomi Gigi

  • Anatomi GigiEmail adalah lapisan terluar gigi, yang menutupi seluruh mahkota gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast.Jaringan email gigi tidak mengandung persyarafan, sehingga bila terjadi kerusakan yang terbatas hanya pada email tidak akan terasa sakit.

  • Anatomi GigiDentin merupakan struktur penyusun gigi yang terbesar. Jaringan ini jauh lebih lunak dibandingkan email karena komposisi material organiknya lebih banyak dibandingkan email gigi Di daerah permukaan mahkota gigi, dentin terletak di bawah email. Tapi di bagian akar dentin tidak ditutupi oleh email melainkan oleh sementum. Di bagian bawahnya, dentin menjadi atap bagi rongga pulpa.

  • Anatomi GigiPulpa adalah suatu rongga yang berisi pembuluh darah dan persyarafan bagi gigi. Oleh karena itu secara anatomis, dentin sangat berhubungan erat dengan jaringan pulpa.

  • Anatomi GigiBila dentin terekspos ke lingkungan karena karies telah mencapai dentin atau karena gigi tersebut patah, maka gigi akan sensitif terhadap perubahan suhu (misalnya pada saat berkontak dengan makanan panas/dingin) dan akan terasa sakit. Hal ini disebabkan karena tubuli dentin berisi cairan seperti serum yang berkesinambungan dengan cairan ekstraseluler pada jaringan pulpa. Dengan tereksposnya tubuli dentin, cairan dalam tubuli ini akan mengalir dari pulpa ke arah luar yaitu perbatasan email dengan dentin, sehingga mempengaruhi ujung syaraf gigi. Akibatnya syaraf gigi akan teraktivasi dan mengirimkan sinyal ke otak dan terasa sakit.

  • Email adalah lapisan terluar gigi, yang menutupi seluruh mahkota gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Meskipun sangat keras, email rentan terhadap serangan asam, baik langsung dari makanan atau dari hasil metabolisme bakteri yang memfermentasi karbohidrat yang kita makan dan menghasilkan asam. Pola makan yang kaya asam akan mempercepat kerusakan email gigi. Demikian juga pada penderita penyakit tertentu misalnya bulimia yang selalu memuntahkan kembali makanan yang baru dimakan, di mana makanan yang dimuntahkan tersebut telah bercampur dengan asam lambung sehingga bersifat erosif bagi gigi.Jaringan email gigi tidak mengandung persyarafan, sehingga bila terjadi kerusakan yang terbatas hanya pada email tidak akan terasa sakit. Bila terjadi kerusakan pada email, tidak dapat mengadakan pemulihan diri dengan sendirinya seperti halnya pada tulang atau jaringan dentin.Warnanya putih, namun email memiliki sifat translusen dan memungkinkan warna dentin yang kuning sedikit terlihat, sehingga member tampilan gigi terlihat kuning.Jaringan email adalah struktur kristalin yang tersusun oleh jaringan anorganik 96 %, material organik hanya 1 % dan sisanya adalah air. Komposisi ini membuat sifat email gigi mirip seperti keramik.Secara mikroskopis, lapisan email tersusun oleh prisma email yang merupakan kristal hidroksiapatit dengan pola orientasi yang khas. Meski strukturnya keras dan padat, email mampu dilewati oleh ion dan molekul tertentu misalnya zat warna dari makanan atau minuman tertentu.Email menutupi mahkota anatomis gigi dengan ketebalan yang berbeda-beda di daerah-daerah tertentu, email paling tebal di daerah permukaan kunyah gigi (di insisal gigi insisif dan oklusal gigi molar), dan semakin kebawah makin menipis. Ketebalan juga berbeda-beda pada jenis gigi yang berbeda, yaitu: - Incisal ridge insisif = 2 mm - Cusp premolar = 2.3 2.5 mm - Cusp molar = 2.5 3 mm

  • Dentin merupakan struktur penyusun gigi yang terbesar. Jaringan ini jauh lebih lunak dibandingkan email karena komposisi material organiknya lebih banyak dibandingkan email yaitu mencapai 20 %, di mana 85 % dari material organik tersebut adalah kolagen. Sisanya adalah air sebanyak 10 % dan material anorganik 70 %.Di daerah permukaan mahkota gigi, dentin terletak di bawah email. Tapi di bagian akar dentin tidak ditutupi oleh email melainkan oleh sementum. Di bagian bawahnya, dentin menjadi atap bagi rongga pulpa. Pulpa adalah suatu rongga yang berisi pembuluh darah dan persyarafan bagi gigi. Oleh karena itu secara anatomis, dentin sangat berhubungan erat dengan jaringan pulpa. Kebanyakan ilmuwan menganggap dentin dan pulpa adalah satu jaringan dan membentuk pulp-dentin complex.Secara mikroskopis, dentin berbentuk seperti saluran yang disebut tubuli dentin dan berisi sel odontoblast dan cairan tubuli dentin. Sel ini dianggap sebagai bagian dari dentin maupun jaringan pulpa karena badan selnya ada di rongga pulpa namun serabutnya (yang disebut serabut tomes) memanjang ke dalam tubuli-tubuli dentin yang termineralisasi. Serabut tomes inilah yang membuat dentin dianggap sebagai jaringan hidup dengan kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang fisiologis maupun patologis.

  • Anatomi Gigi

  • Anatomi Gigi

  • DEFINISISinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal

    Sinus maksila merupakan sinus yang sering terinfeksi, karenasinus paranasal terbesarletak ostiumnya lebih tinggi dari dasardasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prossesus alveolaris)ostium sinus maksila terletak di meatus medius

  • ETIOLOGI

  • Tampilan abses periodontal dan abses periapikal

  • EPIDEMIOLOGI

  • Di Indonesia

  • PATOFISIOLOGI SINUSITISKESEHATAN SINUSPatensi ostium-ostium sinusLancarnya klirens mukosiliar

  • Patogenesis SinusitisORGAN KOM BERDEKATAN BILA TERJADI EDEMASILIA TIDAK BISA BERGERAK DAN LENDIR TIDAK BISA DIALIRKAN MUKOSA SALING BERTEMU OSTIUM TERSUMBATGANGGUAN DRAINASE DAN VENTILASI SINUS

  • Ostium tersumbatHIPOKSIA ( Oksigen menurun, pH menurun, tekanan negatif) TRANSUDASI, PENINGKATAN EKSUDASI SEROUSPERMEABILITAS KAPILER MENINGKAT, SEKRESI KELENJAR MENINGKATRETENSI MUKUS

  • FAKTOR UTAMA SINUSITISKegagalan transpor mukusMenurunnya ventilasi sinus

  • SINUSITIS DENTOGENInfeksi gigi kronisJaringan granulasi hambat gerakan silia ganggu drainase sinus sinus mudah infeksi (bakteri anaerob) karies profunda jaringan gigi rusak pulpa terbuka gangren pulpa periodontitis abses periodontal dan alveolar memicu inflamasi.Kuman dapat menyebar secara langsung, hematogen, atau limfogen dari granuloma apikal atau kantung periodontal gigi ke sinus maksila

  • Gejala klinisKeluhan nyeri / rasa tertekan daerah sinus yang terkena ciri khas sinus akutKadang nyeri juga di rasakan di tempat lain (referred pain)Nyeri di pipi menandakan sinusitis maksilaSering juga dikeluhkan rasa berat di bagian wajah Pada sinusitis maksila kadang terdapat nyeri alih ke gigi dan telinga Gejala lain : sakit kepala, hiposmia/ anosmia, halitosis, post nasal drip

  • Diagnosis : Anamnesis

    MayorMinorSekret hidung purulenNyeri wajah pada daerah pipi, sekitar kedua mataSekret nasofaring purulenNyeri kepalaBatuk kering/produktifNafas berbauSakit gigi waktu mengunyahSakit tenggorokan dan nyeri telanDemamNyeri telinga atau telinga terasa penuh

  • Diagnosis : Pemeriksaan Fisik Inspeksi Kerangka dorsum nasi (batang hidung).Adanya luka, warna, udem & ulkus nasolabial.Bibir atasPalpasi Dorsum nasi (batang hidung).Ala nasi.Regio frontalis sinus frontalis.Fossa kaninaPerkusi

  • Diagnosis : Pemeriksaan TambahanRhinoskopi anteriorRhinoskopi posteriorPemeriksaan transluminasiNasoendoskopiFoto polos sinus paranasalCT scanPemeriksaan mikrobiologi dan resistensiSinoskopi

  • Diagnosis BandingKista atau pseudokistaTumor jinak atau ganas

  • komplikasiKomplikasi OrbitaSinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi dari ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita. Terdapat lima tahapan :Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis di dekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis seringkali merekah pada kelompok umur ini.Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah.Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.

  • Komplikasi Intra Kranial Meningitis akut Abses duralAbses subduralAbses otakKomplikasi sinusitis yang lain adalah kelainan paru seperti bronkitis kronis dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu, dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan

  • PrognosisPrognosis sinusitis tipe dentogen sangat tergantung kepada tindakan pengobatan yang dilakukan dan komplikasi penyakitnya. Jika, drainase sinus membaik dengan terapi antibiotik atau terapi operatif maka pasien mempunyai prognosis yang baik.

  • Daftar PustakaSoetjipto Damayanti, Endang Mangunkusumo. Sinus Paranasal. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok, Kepala Leher. Edisi VI. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2008; 145-53.Boies LR, Adams GL. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.Mulyarjo, Soejak S. Sinusitis. Naskah Lengkap Perkembangan Terkini Diagnosis dan Penatalaksanaan S. Sinusitis. Surabaya, 2006; 1-63Farhat. Peran Infeksi Gigi Rahang Atas pada Kejadian Sinusitis Maksila di RSUP H. Adam Malik Medan. Dept. Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala, dan Leher FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan. 2006. p. 386-92Universitas Sumatera Utara. Sinusitis Maksilaris Dentogen. Tersedia dari URL http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31193/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh tanggal 9 Februari 2013Itzhak Brook, MD. Acute Sinusitis. Tersedia dari URL http://www.emedicine.com/emerg/topic536.htm Edisi April 2012. Diunduh tanggal 9 Februari 2013Ramalinggam KK. Anatomy and physiology of nose and paranasal sinuses. A Short Practice of Otolaryngology. All India Publishers; 214-31Abdul Rachman Saragih. Rinosinusitis Dentogen. Diambil dari dentika Dental Journal, Vol 12, No 1. 2007. Hal : 81 -84. Tersedia dari URL : http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121078184.pdf. Diunduh tanggal 9 Februari 2013Mehra P, Murad H. Maxillary Sinus Disease of Odontogenic Origin. Otolaryngologic Clinic of North America. 2004. p. 347-64Henny Kartika. Cara Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasal. Tersedia dari URL http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/cara-pemeriksaan-hidung-dan-sinus-paranasal/. Diunduh tanggal 9 Februari 2013Bestary, Jaka Budiman. Rossy, Rosalinda. Bedah Endoskopi Fungsional Revisi Pada Rinosinusitis Kronis. Diambil dari Jurnal FK Universitas Andalas/RSUP Dr. M Djamil Padang, Bagian THT Bedah Kepala Leher. Tersedia dari URL http://repository.unand.ac.id/17210/1/Bedah_Sinus_Endoskopi_Fungsional_Revisi_pada_Rinosinusitis_Kronis.pdf Diunduh tanggal 9 Februari 2013Bashiruddin J, Soetjipto D, Rifki N. Abses orbita sebagai komplikasi sinusitis maksila dan etmoid akibat infeksi gigi. Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhati.

    *