formulasi dan evaluasi sediaan sabun cair ekstrak … · jurusan farmasi 2019 . halaman persembahan...

115
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus L.) DENGAN VARIASI NATRIUM LAURIL SULFAT SEBAGAI SURFAKTAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kesehatan OLEH : MERLINDA PRASETYO NINGSIH NIM : PO.71.39.0.16.061 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN FARMASI 2019

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

19 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR

EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarpus

heterophyllus L.) DENGAN VARIASI

NATRIUM LAURIL SULFAT

SEBAGAI SURFAKTAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Kesehatan

OLEH :

MERLINDA PRASETYO NINGSIH

NIM : PO.71.39.0.16.061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

2019

Page 2: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk
Page 3: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk
Page 4: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk :

Kedua Orang Tua ku, yang senantiasa mendoakanku disetiap sujudnya, memberikan

semangat yang tak ada henti-hentinya, senantiasa memberikan nasehat, pelajaran hidup,

perhartian, kasih sayang, dan selalu ada kapanpun, maaf jika terlalu sering membuat

khawatir dan belum bisa menjadi yang terbaik buat kalian.

Untuk Adikku satu-satunya (Merlisa) terima kasih telah membantuku selama ini namun tak

jarang juga membuat diri ini kesal tak terhingga

Untuk Kakakku, Kak Dani terima kasih selama ini senantiasa membantu, selalu ada,

memberikan semangat yang luar biasa, dan terima kasih sudah mendengarkan semua keluh

kesahku selama ini.

Terima Kasih untuk Bapak Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing

yang sudah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukkan disela kesibukan

bapak dari mulai proposal KTI hingga saya dapat menyelesaikan KTI ini dengan sebaik-

baiknya.

Terima kasih kepada Ibu Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi

Poltekkes Palembang dan Dosen serta Staff yang telah banyak membantu terlaksananya KTI

ini hingga dapat diselesaikan.

Melia dan Ari tempatku berkeluh kesah, terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik,

sudah banyak membantu, memberi support dan selalu berusaha ada untukku, terimakasih

sudah terlalu sabar menghadapi diriku selama ini dan maaf belum bisa menjadi yang terbaik

buat kalian.

Terima kasih untuk Siti Fatima dan Vira yang senantiasa membantu selama ini, menjadi

pendengar yang baik untukku, selalu berusaha ada dan selalu memberikan support saat diri

ini mulai lelah. Terima Kasih untuk Nurma dan Aling telah menjadi bagian cerita dalam

hidupku selama kurang lebih tiga tahun terakhir, dan terima kasih atas kerecehannya.

Terima kasih untuk teman-temanku, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas

bantuannya selama ini.

Almamater Tercinta dan Rekan-rekanku di Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Farmasi

Page 5: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

BIODATA

Nama : Merlinda Prasetyo Ningsih

Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 22 Maret 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Perumnas Talang Kelapa, Komplek PPI Blok D5

No.4, RT : 66 RW : 17. Palembang

No Telp/HP : 08971691961

Email : [email protected]

Anak Ke : 1

Jumlah Saudara : 1

Orang Tua

Ayah : Otok Jujur Pranyoto

Ibu : Mudaria

Riwayat Pendidikan

SD Negeri 138 Palembang 2004-2010

SMP Negeri 52 Palembang 2010-2013

SMA Negeri 22 Palembang 2013-2016

Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Farmasi 2016-2019

Page 6: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

ABSTRAK

Latar Belakang : Sabun efektif untuk membersihkan kotoran yang menempel

pada pemukaan kulit baik yang larut air maupun larut lemak. Surfaktan

merupakan salah satu bahan terpenting dalam penyusun sabun. Berfungsi sebagai

pembentuk busa, pelarut (lemak dan kotoran) dan pengemulsi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui konsentrasi natrium lauril sulfat yang optimal untuk

menghasilkan sabun cair yang stabil dan memenuhi persyaratan. Sabun cair yang

dibuat menggunakan zat aktif ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

dengan kandungan senyawa aktif flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang

berguna sebagai pencerah kulit.

Metode : Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental, dimana ekstrak daun

daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) diperoleh dengan metode maserasi

menggunakan pelarut etanol 96% kemudian didestilasi vakum. Ekstrak

diformulasikan menjadi sediaan sabun cair dengan memvariasikan natrium lauril

sulfat. Konsentrasi zat aktif yang digunakan dalam setiap formula adalah 2,12%

serta konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan adalah 2% pada formula I,

1,5% pada formula II 2% serta 2,5% pada formula III. Kemudian dilakukan

evaluasi sediaan selama 28 hari penyimpanan meliputi pH, viskositas, bobot jenis,

tinggi busa, homogenitas, warna dan bau serta iritasi kulit.

Hasil : Berdasarkan hasil yang didapat, diperoleh rendemen sebesar 10,12%.

Hasil pengukuran pH formula I, II dan III diperoleh hasil yang stabil dan tidak

mengalami perubahan yang berarti, tinggi busa pada formula I berkisar 3,5-3,0

cm, formula II berkisar 4,7-4,3 cm dan formula III berkisar 6,7-6,2 cm, hasil

tinggi busa mengalami penurunan selama masa penyimpanan. Ditinjau dari bobot

jenis, viskositas, warna, bau, homogenitas, dan iritasi kulit, ketiga formula

memenuhi syarat selama penyimpanan 28 hari.

Kesimpulan : Ekstrak kental daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dapat

diformulasikan menjadi sediaan sabun cair yang stabil dan memenuhi persyaratan.

Formula yang paling optimal dengan variasi konsentrasi natrium lauril sulfat 2,5%

pada formula III.

Kata Kunci : Sabun cair, ekstrak daun nangka, natrium lauril sulfat

Page 7: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan Syukur kepada Allah karena atas limpahan berkah, rahmat,

karunia dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Formulasi dan Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) Dengan Variasi Natrium Lauril Sulfat Sebagai Surfaktan”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan banyak

motivasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

banyak kepada :

1. Bapak Drs. Sadakata Sinulingga, Apt,M.Kes selaku dosen pembimbing

yang senantiasa memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Mindawarnis,S.Si,Apt,M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes

Kemenkes Palembang.

3. Bapak dan Ibu dosen serta staf Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan

Farmasi.

4. Orang tua dan keluarga penulis yang tak henti-hentinya memberikan

motivasi serta bantuan moril dan materil kepada penulis.

5. Teman-teman Angkatan dan semua pihak yang selalu memberikan

semangat kepada penulis.

Penulis menyadari atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka

dari itu, penulis sangat membutuhkan kritik, saran dan bimbingan demi perbaikan

di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Palembang, Juli 2019

Penulis

Page 8: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

ii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

BIODATA

ABSTRAK

KATA PENGHANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1. Tujuan Umum ................................................................................ 5

2. Tujuan Khusus ............................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Nangka (Artocarpus Heterophyllus L.) ............................................... 7

1. Klasifikasi Tanaman Nangka ......................................................... 7

2. Nama Lain Nangka ........................................................................ 8

3. Uraian Tanaman Nangka................................................................ 8

4. Kandungan Kimia .......................................................................... 10

5. Manfaat Nangka ............................................................................. 10

B. Metabolit Sekunder Pada Tanaman Nangka

1. Flavonoid ....................................................................................... 11

2. Tanin .............................................................................................. 12

3. Steroid ............................................................................................ 12

C. Ekstraksi

1. Definisi Ekstraks ............................................................................ 12

2. Fase Ekstraksi ................................................................................ 12

3. Jenis-Jenis Ekstraksi ...................................................................... 13

4. Pembagian Ekstrak ......................................................................... 15

D. Kulit

1. Definisi Kulit .................................................................................. 16

2. Struktur Kulit ................................................................................. 17

3. Fungsi Kulit .................................................................................... 20

E. Hiperpigmentasi

1. Definisi Hiperpigmentasi ............................................................... 21

2. Penyebab Hiperpigmentasi ............................................................ 21

Page 9: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

iii

3. Cara Mencegah Hiperpigmentasi ................................................... 23

4. Pengobatan Hiperpigmentasi ......................................................... 23

F. Sabun

1. Definisi Sabun ................................................................................ 24

2. Jenis-Jenis Sabun ........................................................................... 25

3. Mekanisme Kerja Sabun ................................................................ 26

4. Bahan Pembuatan Sabun ................................................................ 26

5. Contoh Formula Sabun Mandi Cair ............................................... 30

6. Penelitian Sabun Cair Mandi Sebelumnya ..................................... 31

7. Evaluasi Sabun Cair Mandi ............................................................ 33

G. Preformulasi ......................................................................................... 35

H. Rangkuman Preformulasi ..................................................................... 39

I. Kerangka Teori..................................................................................... 42

J. Hipotesis ............................................................................................... 43

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 44

B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 44

C. Objek Penelitian ................................................................................... 44

D. Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 45

1. Persiapan Sampel ........................................................................... 45

2. Ekstraksi Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ................. 45

3. Formulasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) ........................................................ 46

4. Pembuatan Formula Kontrol, I, II, dan III ..................................... 47

5. Evaluasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) ........................................................ 49

E. Alat Pengumpulan Data

1. Alat ................................................................................................. 53

2. Bahan.............................................................................................. 53

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen ......................................................................... 54

2. Variabel Independen ...................................................................... 54

G. Definisi Operasional

1. Evaluasi Sediaan ............................................................................ 54

2. Kestabilan Fisik .............................................................................. 55

3. pH ................................................................................................... 55

4. Viskositas ....................................................................................... 56

5. Tinggi Busa .................................................................................... 56

6. Warna ............................................................................................. 57

7. Bau ................................................................................................. 57

8. Bobot Jenis ..................................................................................... 58

9. Homogenitas .................................................................................. 58

10. Uji Iritasi Kulit ............................................................................... 59

H. Kerangka Operasional .......................................................................... 60

I. Cara Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 61

Page 10: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

iv

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ........................................................................................................ 62

1. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Nangka ........................................... 62

2. Hasil Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) ........................................................... 62

B. Pembahasan ............................................................................................. 68

1. Ekstraksi Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) .................... 68

2. Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) ........................................................... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 81

B. Saran ........................................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83

LAMPIRAN ................................................................................................. 89

Page 11: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formulasi Dan Evaluasi Sabun Cair Dengan Ekstrak Tomat ................. 30

2. Formula Sabun Cair Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Bawang

Merah Maja Cipanas ............................................................................... 31

3. Formulasi Dan Uji Antibakteri Sediaan Sabun Cair Ekstrak

Etanol Daun Ubi Jalar Ungu ................................................................... 31

4. Rancangan Formula Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) ................................................................. 47

5. Hasil Pengamatan pH Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ................ 63

6. Persentase Penurunan pH Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) ................................................................. 63

7. Hasil Pengamatan Viskositas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ................ 64

8. Persentase Penurunan Viskositas Sabun Cair

Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ............................. 64

9. Hasil Pengamatan Tinggi Busa Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ................ 65

10. Persentase Penurunan Tinggi Busa Sabun Cair Ekstrak

Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) .......................................... 65

11. Hasil Pengamatan Bobot Jenis Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ................ 66

12. Persentase Penurunan Bobot Jenis Sabun Cair

Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ............................. 66

13. Hasil Pengamatan Warna Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ................ 67

14. Hasil Pengamatan Bau Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ................ 67

15. Hasil Pengamatan Homogenitas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ................ 67

16. Hasil Pengamatan Iritasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ................ 68

17. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 hari penyimpanan ................. 68

Page 12: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) ........................................... 7

2. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus L.) .................................... 7

3. Struktur Kulit .......................................................................................... 17

4. Contoh reaksi penyabunan ...................................................................... 25

5. Skema Pembuatan Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) ................................................................. 49

6. Grafik Perubahan Rata-rata Hasil Pengukuran pH Sabun Cair

Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Selama 28 Hari Penyimpanan ................................................................. 63

7. Grafik Perubahan Rata-rata Hasil Pengukuran Viskositas Sabun Cair

Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Selama 28 Hari Penyimpanan ................................................................. 64

8. Grafik Perubahan Rata-rata Hasil Pengukuran Tinggi Busa Sabun

Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Selama 28 Hari Penyimpanan ................................................................. 65

9. Grafik Perubahan Rata-rata Hasil Pengukuran Bobot Jenis Sabun

Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Selama 28 Hari Penyimpanan ................................................................. 66

10. Destilasi Pelarut ...................................................................................... 98

11. Daun Nangka ........................................................................................... 98

12. Pengerian Daun Nangka .......................................................................... 98

13. Daun Nangka Kering............................................................................... 98

14. Serbuk Kasar Daun Nangka .................................................................... 98

15. Proses Maserasi ....................................................................................... 98

16. Destilasi Vakum ...................................................................................... 99

17. Ekstrak Kental ......................................................................................... 99

18. Bahan Yang Digunakan .......................................................................... 100

19. Proses Pembuatan ................................................................................... 100

20. Evaluasi Tinggi Busa .............................................................................. 100

21. Evaluasi pH ............................................................................................. 100

22. Evaluasi Viskositas ................................................................................. 100

23. Evaluasi Bobot Jenis ............................................................................... 100

24. Uji Homogenitas ..................................................................................... 101

25. Uji warna, bau, dan iritasi kulit ............................................................... 101

26. Formula Sabun Cair ................................................................................ 102

Page 13: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan konsentrasi ekstrak daun nangka ........................................ 89

2. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kental

(Artocarpus heterophyllus L.) ................................................................. 89

3. Perhitungan Bahan .................................................................................. 90

4. Permohonan Menjadi Responden ........................................................... 91

5. Inform Contest ........................................................................................ 92

6. Kuisioner ................................................................................................. 93

7. Hasil Pengukuran pH, Viskositas, Tinggi Busa dan Bobot

Jenis Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) Selama Penyimpanan 28 hari ...................................... 94

8. Proses Pembuatan Ekstrak Kental Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) ................................................................. 98

9. Proses Pembuatan dan Evaluasi .............................................................. 100

10. Formula Sediaan Sabun Cair ................................................................... 102

Page 14: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sabun merupakan garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal

dari minyak nabati atau lemak hewani digunakan sebagai pembersih, dengan

menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak membahayakan

kesehatan (SNI, 1994). Berdasarkan konsistensinya sabun dapat berupa krim,

padat dan sabun cair (Agustina dkk, 2017). Pada saat ini sabun cair semakin

banyak digunakan karena sabun cair memiliki kelebihan yaitu bentuknya yang

berupa cairan memungkinkan reaksi sabun cair pada permukaan kulit lebih cepat

dibandingkan sabun padat, sabun cair lebih higienis dalam penyimpanan dan lebih

praktis dibawa ketika bepergian (Sari, 2016).

Sabun cair adalah sediaan berbentuk cair yang ditujukan untuk membersihkan

kulit, dibuat dari bahan dasar sabun yang ditambahkan surfaktan, pengawet,

penstabil busa, pewangi dan pewarna yang diperbolehkan, dan tanpa

menimbulkan iritasi pada kulit tubuh (SNI, 1996). Sabun efektif untuk

membersihkan kotoran yang menempel pada pemukaan kulit baik yang larut air

maupun larut lemak (Wasitaadmadja, 1997).

Sabun terdiri dari beberapa bahan penyusun dan bahan yang terpenting adalah

surfaktan. Selain berfungsi sebagai pembentuk busa, surfaktan juga berfungsi

sebagai pelarut (lemak dan kotoran) dan pengemulsi (Wasitaadmadja, 1997).

Surfaktan diperlukan untuk meningkatkan kualitas sediaan yang dihasilkan dan

meningkatkan daya busa (Wijana, Mustaniroh, dan Wahyuningrum, 2005). Salah

satu jenis surfaktan yang banyak digunakan pada pembuatan sabun adalah natrium

Page 15: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

2

lauril sulfat. Natrium lauril sulfat termasuk jenis surfaktan anionik yang memiliki

kemampuan membersihkan dan sifat fisik lebih baik khususnya pada menurunkan

tegangan permukaan air (Saputri, Radjab, dan Yati, 2014).

Kegunaan sabun bukan hanya digunakan untuk membersihkan diri, tetapi juga

ada beberapa sabun yang sekaligus berfungsi untuk melembutkan kulit, menjaga

kesehatan, maupun memutihkan kulit (Gusviputri dkk., 2013). Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa 55% dari 85% wanita Indonesia yang berkulit gelap ingin

agar kulitnya menjadi lebih putih. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 70%-

80% perempuan di Asia (yaitu : Cina, Thailand, Taiwan, dan Indonesia) ingin

mempunyai kulit yang lebih putih (Nandityasari, 2009).

Sabun mandi cair berbahan alam masih jarang ditemukan dipasaran,

kebanyakan sabun masih menggunakan bahan sintetik sebagai bahan aktifnya.

Produk dengan mulai diminati masyarakat Indonesia, karena tingkat keamanannya

yang baik (Putra, Fahrurroji, dan Rujianto, 2016). Keuntungan menggunakan

tumbuhan tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, dan tidak

menimbulkan resistensi (Mambang dan Rezi, 2018). Salah satu bahan alam yang

dapat digunakan sebagai pencerah kulit ialah daun nangka.

Daun nangka muda merupakan inhibitor tirosinase yang dapat menurunkan

produksi melanin, dan berkhasiat sebagai bahan pencerah kulit yang baik

(Rayendra, 2017). Secara empiris pada saat sabun mandi belum banyak dikenal

atau belum banyak digunakan oleh masyarakat, daun nangka digunakan sebagai

pengganti sabun (Sitepoe, 2008) dan secara turun-temurun di Pulau Sumatra,

bagian daun juga digunakan sebagai pemutih kulit (Rayendra, 2017). Kandungan

Page 16: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

3

ekstrak etanol 96% daun nangka muda ialah flavonoid, tannin, saponin, steroid.

Pada penilitian ini menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 2.12% (Fase

Monofenolase) dan 3.93% (Fase Difenolase) dapat digunakan sebagai pencerah.

Pengembangan bahan alam menjadi sabun cair sebelumnya telah diteliti oleh

Rahmawati (2018), dimana sabun cair tersebut menggunakan ekstrak etanol daun

ubi jalar ungu dengan memvariasikan kadar zat aktifnya. Kandungan aktif ekstrak

daun daun ubi jalar ungu antara lain flavonoid, saponin, dan polifenol

(Rahmawati, 2018). Ekstrak daun ubi jalar ungu memiliki kemiripan kandungan

dengan ekstrak daun nangka dan dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa

hasil uji fisik sediaan yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang

telah ditetapkan. Mengingat sudah banyak sediaan pencerah kulit yang beredar,

namun belum ada yang menggunakan zat aktif ekstrak daun nangka sebagai

pencerah kulit maka telah dibuat sediaan sabun mandi cair ekstrak daun nangka

dan uji kestabilan fisiknya dengan memvariasikan natrium lauril sulfat sebagai

surfaktan.

Page 17: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

4

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dapat

diformulasikan menjadi sediaan sabun cair yang memenuhi syarat dan stabil

secara fisik?

2. Apakah sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) memiliki pH yang stabil dan memenuhi syarat?

3. Apakah sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) memiliki viskositas yang stabil dan memenuhi syarat?

4. Apakah sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) memiliki tinggi busa yang stabil dan memenuhi syarat?

5. Apakah sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) memiliki bobot jenis yang stabil dan memenuhi syarat?

6. Apakah sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) memiliki warna yang stabil dan memenuhi syarat?

7. Apakah sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) memiliki bau yang stabil dan memenuhi syarat?

8. Apakah sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) memiliki homogenitas yang stabil dan memenuhi syarat?

9. Apakah sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) mengakibatkan iritasi pada kulit saat digunakan?

Page 18: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus) menjadi sediaan sabun mandi cair yang stabil dan

memenuhi syarat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur pH sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.).

b. Mengukur viskositas sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.).

c. Mengukur tinggi busa sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.).

d. Mengukur bobot jenis sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.).

e. Mengamati perubahan warna sediaan sabun cair daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.).

f. Mengamati perubahan bau sediaan sabun cair ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.).

g. Mengamati homogenitas sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.).

h. Mengamati reaksi iritasi yang ditimbulkan sediaan sabun cair ekstrak daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) setelah diaplikasikan pada kulit.

Page 19: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

6

D. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi ilmiah tentang pemanfaatan daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) sebagai pencerah atau pemutih kulit alami dalam bentuk sediaan

sabun mandi cair, serta membantu masyarakat dalam meningkatkan penggunaan

tanaman obat tradisional dan sebagai tambahan informasi kepada peneliti yang

akan melakukan penelitian lebih lanjut.

Page 20: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nangka (Artocarpus Heterophyllus L.)

1. Klasifikasi Nangka

Klasifikasi tanaman Nangka menurut Lisnawati (2018) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subdivisi : Angiospermae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus heterophyllus L.

Gambar 1. Daun Nangka Gambar 2. Tanaman Nangka

(Artocarpus Heterophyllus L.) (Artocarpus Heterophyllus L.)

(Sumber : Dokumen Pribadi)

Page 21: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

8

2. Nama Lain Nangka

Menurut Widyastuti (1993), tanaman ini memiliki beberapa nama daerah yaitu

panaih (Aceh), lamasa atau malasa (Lampung), nongko (Jawa), nangka atau

langger (Gorontalo), anaane (Ambon), naknak atau krour (Irian Jaya).

3. Uraian Tanaman Nangka

Dari Negara asalnya India Selatan, Nangka (Artocarpus heterophyllus)

berimigrasi dan menyebar keseluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.

Tanaman buah ini termasuk golongan tanaman tropis sehingga penyebaran dan

pengembangannya lebih banyak ditemukan didaerah yang beriklim tropis.

Keberadaan buah nangka tidak mengenal musim. Di Indonesia, nangka cukup

populer dan hampir dapat ditemukan diseluruh dunia (Widyastuti, 1993).

a. Pohon

Nangka merupakan salah satu jenis tanaman buah tahunan. Umurnya sangat

panjang, dapat mencapai puluhan tahun. Sosok tanaman nangka mudah dikenali,

berbentuk pohon besar, berbatang kayu dan tingginya dapat mencapai 25 m.

Batangnya berwarna kuning dan mengandung getah yang rekat. Oleh karena itu

tanaman nangka relatif sulit diokulasi. Tanaman nangka mempunyai percabangan

yang banyak dan daunnya rimbun sehingga dapat dijadikan tanaman peneduh.

Diameter batangnya cukup besar, dapat mencapai 80 cm (Widyastuti, 1993).

b. Akar

Tanaman nangka termasuk tanaman yang kokoh. Selain batangnya kuat,

ketegaran pohonnya juga ditunjang oleh akarnya. Jenis akar nangka adalah akar

tunggang dengan percabangan akar yang banyak. Oleh sebab itu, nangka juga baik

Page 22: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

9

ditanam ditempat yang perairannya dalam sebab ujung akarnya dapat mencapai

air tersebut (Widyastuti, 1993).

c. Daun

Daun tanaman nangka termasuk daun tunggal, tersusun berseling, tebal, agak

kaku,dan pinggirnya rata. Permukaan dan warna daun bagian atas berbeda dengan

bagian bawah. Daun bagian atas licin dan berwarna hijau cerah, sedangkan

permukaan bawahnya kasar dan berwarna hijau tua. Pada pangkal daunnya

terdapat daun penumpu yang berbentuk segi tiga panjang dan berwarna kuning

kecoklatan (Widyastuti, 1993). Panjang daun berukuran sampai dengan 16 cm

(Elvitch dan Manner, 2006).

d. Bunga

Pohon nangka merupakan tanaman berumah satu dan dalam satu tanaman

dijumpai bunga jantan dan bunga betina. Bunganya termasuk bunga majemuk

periuk. Bunga periuk pada nangka terbentuk dari ujung ibu tangkai bunga yang

menebal, berdaging dan berbentuk seperti gada. Bunga-bunga nangka yang kecil

terdapat diseluruh bagian yang menebal tersebut. Bunga jantan terpisah dari bunga

betina. Bunga jantan mengandung benang sari. Sedangkan bunga betina berbentuk

gada silindris, putik tunggal, pipih, dan yang terlihat hanya bagian ujungnya.

Perhiasan bunga berupa tenda bunga yang terdiri dari dua tajuk (Widyaastuti,

1993).

e. Buah

Buah nangka yang dikenal orang sebenarnya buah majemuk yang terdiri dari

kumpulan banyak buah (Widyastuti, 1993). Buah berwarna hijau sampai kuning

Page 23: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

10

kecoklatan, berbentuk heksagonal dengan kulit tebal, dan panjang dari 30-90 cm.

Biji buah tanaman ini berwarna coklat cerah sampai coklat, berbentuk bundar

dengan diameter 1-1,5 cm (Elvitch dan Manner, 2006).

4. Kandungan Kimia Nangka

Menurut penelitian Rayendra (2017), daun nangka muda telah diuji memiliki

kandungan senyawa kimia yaitu flavonoid, tannin, saponin dan steroid. Dimana

Flavonoid salah satu golongan senyawa aktif sebagai penghambat aktivitas enzim

tirosinase (Chang, 2009).

5. Manfaat Nangka

Daun nangka mempunyai efek antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus (Mambang dan Rezi, 2018), sebagai antioksidan

(Adnyani, Parwata dan Negara, 2017) dan dipulau Sumatra daun nangka

dimanfaatkan sebagai pemutih kulit (Rayendra, 2017). Menurut Harahap (2017),

Biji nangka dapat diolah menjadi tepung yang digunakan sebagai bahan baku

industri makanan, khasiat kayu nangka sebagai antispamodik dan sedativ, daging

buah nangka sebagai ekspektoran, getah kayu juga telah digunakan biji nangka

dapat diolah menjadi tepung yang digunakan sebagai bahan baku sebagai obat

demam, obat cacing, dan sebagai antiinflamasi, daun nangka dapat digunakan

sebagai laktagoga (memperlancar ASI). Daun nangka juga dapat digunakan sebagi

obat batuk dan masalah saluran pencernaan (Mambang dan Rezi, 2018).

Page 24: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

11

B. Metabolit Sekunder pada Tanaman Nangka

a. Flavonoid

Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari atom karbon,

dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) Sehingga

membentuk suatu susunan C6- C3 . (Lenny, 2006). Flavonoid adalah senyawa fenol

alam yang terdapat hampir semua tumbuhan (Salmia, 2016). Flavonoid berguna

untuk mencegah kerusakan otak, antikanker, menghindarkan kerusakan dinding

pembuluh dan terjadinya udema, dan sebagai antioksidan (Tjay dan Rahardja,

2015) dan menurut Latifah (2015), flavonoid juga dapat menghambat peroksidasi

lipid, menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas dan menghambat beberapa

enzim.

Flavonoid salah satu dari polifenol yang memiliki peran besar dalam aktivitas

enzim tirosinase karena mengandung gugus fenol dan cincin pyren. Struktur dari

flavonoid secara prinsip sesuai sebagai substrat dan mampu berkompetisi

sehingga dapat menjadi penghambat tirosinase (Chang, 2009).

Flavonoid adalah golongan fenolik yang memiliki gugus hidroksil yang

bermuatan negatif pada ujung rantainya. Ujung fenolik dari senyawa aktif ekstrak

berikatan dengan atom Cu pada sisi aktif tirosinase menyebabkan tidak terjadi

reaksi oksidasi yang dikatalisis tirosinase sehingga pembentukan senyawa

dopakuinon dan dopakrom menjadi berkurang (Juwita 2011). Adanya flavonoid

ini membuat reaksi enzim dengan substrat terhalang sehingga melanin tidak

terbentuk (Sari, 2018).

Page 25: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

12

b. Tannin

Tanin berperan sebagai astringent yang dapat mengurangi flek hitam (Ashok,

2012). Tannin bersifat kompleks mulai dari pengendap protein hingga penghelat

logam. Tannin juga berfungsi sebagai antioksidan alami yang terdapat pada

tumbuhan (Feng dkk, 2014).

c. Steroid

Dalam penelitian Chang (2009) juga menyatakan bahwa steroid merupakan

salah satu dari inhibitor tirosinase.

C. Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memnuhi baku yang telah ditetapkan

(Depkes RI, 1995).

2. Fase Ekstraksi

Menurut Voight (1994), pada proses ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua fase :

a. Fase Pembilasan

Pada saat cairan ekstraksi kontak dengan material simpilsia maka sel-sel yang

rusak atau tidak utuh lagi akibat operasi penghalusan langsung bersentuhan

dengan bahan pelarut. Dengan demikian komponen sel yang terdapat di dalamnya

lebih mudah diambil atau dibilas. Oleh karena itu, dalam fase pertama ekstraksi

ini, sebagian bahan aktif telah berpindah kedalam bahan pelarut. Semakin halus

serbuk simplisia, akan semakin optimal proses pembilasannya.

Page 26: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

13

b. Fase ekstraksi

Pada fase ini, bahan pelarut harus mampu mendesak masuk kedalam sel untuk

mendesak komponen dalam sel keluar. Membran sel yang mengering, mengkerut

didalam simplisia mula-mula harus diubah kondisinya sehingga memungkinkan

bahan pelarut masuk kebagian dalam sel. Hal itu terjadi melalui pembengkakan,

dimana membran mengalami pembesaran volume akibat masuknya sejumlah

molekul bahan pelarut.

3. Jenis Ekstraksi

Ektraksi memiliki beberapa jenis diantaranya :

a. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling mudah dan sederhana. Bahan

simplisia yang dihaluskan umumnya dipotong-potong atau berupa serbuk kasar

yang disatukan dengan bahan pengekstraksi. Kemudian disimpan pada tempat

yang terlindung dari cahaya dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi

berbeda-beda. Masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Menurut

pengalaman 5 hari telah memadai untuk memungkinkan berlangsungnya proses

yang menjadi dasar dari cara seperti yang telah diuraikan diatas (melarutnya

bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang berbentuk penghalusan,

ekstraksi bahan kandungan dari sel yang masih utuh). Lalu cairan maserasi dari

cairan yang diperoleh melalui perasan disatukan atau sampai mencapain kadar dan

jumlah yang diinginkan. Hasil ekstraksi disimpan dalam kondisi dingin selama

beberapa hari, lalu cairannya dituang dan disaring (Vioght, 1994).

Page 27: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

14

b. Perkolasi

Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut yang

memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan

secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia

yang umumnya berupa serbuk kasar. Sebelum percolator diisi, simplisia

dilembabkan dulu dengan menstruum dan dibiarkan membengkak untuk

memudahkan penetrasi bahan pengekstraksi kedalam kelompok sel selama

perkolasi. Setelah memasukkan bahan pengekstraksi, ditunggu sampai cairan

ekstrak mulai menetes kemudian jalan keluar ditutup. Jalan keluar ini dibuka jika

bahan pengekstraksi berada 1-2 cm diatas lapisan simplisia. Selama masa ini

terjadi pembengkakan lanjut dan maserasi. Cairan penyari dialirkan dari atas

kebawah melalui serbuk tersebut dengan kecepatan penetesan yang tergantung

dari jumlah simplisia diatur sedemikian rupa, sehingga setiap waktu tertentu,

jumlah tetesan yang masuk yang keluar sama banyak. Setelah itu perkolat

diuapkan pada suhu dan tekanan yang rendah sampai konsentrasi yang

dikehendaki (Voight, 1994).

c. Sokletasi

Bahan yang diekstraksi di dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas karton dan

sebagainya) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang kontinyu (percolator)

wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan diantara labu dan suling dan

suatu pendingin aliran balik dan dihubungkan melalui pipa sifon. Labu tersebut

berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai ke dalam dinding pendingin

aliran balik melalui pipet lalu mengalami kondensasi melalui molekul-molekul air

Page 28: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

15

yang menetes turun menyari simplisia dalam wadah gelas. Setelah mencapai

tinggi maksimal secara otomatis cairan kembali lagi ke labu melalui pipa sifon.

Dengan demikian zat yang terekstraksi tertimbun melalui penguapan kontinu dari

bahan pelarut murni (Voight, 1994).

d. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati

dengan air pada suhu 90o selama 15 menit. Cara pembuatan infusa yaitu

mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air

secukupnya, dipanaskan di tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu

mencapai 90o sambil sekali-sekali diaduk. Kemudian diserkai selagi panas

secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki.

Infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infusa

yang mengandung bukan bahan yang berkhasiat keras, dibuat menggunakan 10%

simplisia (Depkes RI, 1995).

4. Pembagian Ekstrak

Berdasarkan sifatnya, ekstrak dibagi menjadi :

a. Ekstrak encer (ekstractum tenue)

Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituangkan tetapi

pada saat ini sudah tidak terpakai lagi (Voight, 1994).

b. Ekstrak kental (ekstractum spissum)

Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan

airnya berjumlah sampai 30%. Sediaan obat ini pada umumnya juga tidak sesuai

lagi dari persyaratan masa kini. Tingginya kandungan air menyebabkan

Page 29: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

16

ketidakstabilan sediaan obat (cemaran bakteri) dan bahan aktifnya (penguraian

secara kimia). Ekstrak kental sulit ditakar (penimbangan dan sebagainya) (Voight,

1994).

c. Ekstrak cair (ekstractum fluidum)

Yang dibuat sedemikian rupa hingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2

bagian (kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak cair. Ekstrak kering dan ekstrak

cair merupakan komponen sediaan obat (Depkes RI, 1995).

d. Ekstrak Kering (ekstractum siccum)

Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan, melalui

penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan terbentuk suatu

produk, yang sebaiknya kandungan lembab tidak lebih dari 5% (Voight, 1994).

D. Kulit

1. Definisi Kulit

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan melindungi organ lainnya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 m2 dan berat

sekitar 4 kg. Kulit memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah

mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk seacar terus menerus

(keratinasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu

tubuh, produksi sebum dan keringat, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan

terhadap tekanan dan infeksi dari luar, dan pembentukan pigmen melanin untuk

melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari (Tranggono dan latifah,

2007).

Page 30: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

17

2. Struktur Kulit

Gambar 3. Skema Bagian-bagian Kulit

(Sumber : www.google.com)

a. Lapisan Epidermis

Epidermis adalah lapisan paling luar kulit. Ketebalan epidermis berbeda-beda

pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya

pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1

milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut (Tranggono dan

latifah, 2007). Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai

pembuluh darah maupun limfa, oleh karenaitu semua nutrien dan oksigen

diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis gepeng pada epidermis

ini tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut keratinosit (Kalangi, 2013).

Sel-sel ini secara tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam lapis basal

yang secara berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanan-nya, sel-sel

Page 31: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

18

ini berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam

sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel-sel ini mati dan secara tetap dilepaskan

(terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan adalah 20

sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama perjalanan ini disebut sitomorfosis dari

sel-sel epidermis. Bentuknya yang berubah pada tingkat berbeda dalam epitel

memungkinkan pembagian dalam potongan histologik tegak lurus terhadap

permukaan kulit (Kalangi, 2013).

Epidermis terdiri atas 5 lapisan dari dalam hingga luar yaitu stratum basal,

stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum.

1) Stratum Basal (lapis basal, lapis benih)

Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun

berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya. Sel-

selnya kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya, dan

sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel,

proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini

bermigrasi ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan yang lebih

superfisial. Pergerakan ini dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam

keadaan normal cepat (Kalangi, 2013).

2) Stratum spinosum (lapis taju)

Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk

poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan

pengamatan dengan pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang

berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah

Page 32: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

19

menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak

desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke

atas bentuk sel semakin gepeng (Kalangi, 2013).

3) Stratum granulosum (lapis berbutir)

Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula

basofilik yang disebut granula kerato-hialin, yang dengan mikroskop elektron

ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom.

Mikro-filamen melekat pada permukaan granula (Kalangi, 2013).

4) Stratum lusidum (lapis bening)

Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan

agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini. Walaupun

ada sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian

seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan lain

di bawahnya (Kalangi, 2013).

5) Stratum korneum (lapis tanduk)

Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta

sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang paling permukaan merupa-kan

sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas (Kalangi, 2013).

b. Lapisan Dermis

Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada

didalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin

mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72 % dari keseluruhan berat

kulit manusia bebas lemak. Didalam dermis terdapat adneka-adneka kulit seperti

Page 33: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

20

folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebase,

otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian

serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit

(subkutis/hypodermis) (Tranggono dan latifah, 2007).

c. Lapisan Hipodermis

Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis.

Berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi

terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu

dengan bagian dari dermis. Pada daerah tertentu, seperti punggung tangan, lapisan

ini meungkinkan gerakan kulit di atas struktur di bawahnya. Di daerah lain, serat-

serat yang masuk ke dermis lebih banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-

sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis

kelamin dan keadaan gizinya. Lemak subkutan cenderung mengumpul di daerah

tertentu (Kalangi, 2013).

3. Fungsi Kulit

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh sehingga berperan sebagai

pelindung tubuh dari kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk. Fungsi

kulit yang lain diantaranya:

a. Kulit sebagai pelindung

Kulit akan melindungi tubuh bagian dalam dari kerusakan akibat gesekan dan

tekanan, tarikan saat melakukan berbagai aktivitas. Kulit juga menjaga dari

berbagai gangguan mikrobiologi seperti jamur dan kuman, Melindungi tubuh dari

zat-zat kimia dari lingkungan yang polusif (Maharani, 2015).

Page 34: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

21

b. Fungsi absorbsi

Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kulit, hidrasi,

kelembaban, metabolism dan jenis vehikulum (Maharani, 2015).

c. Kulit sebagai fungsi eksresi

Kulit mempunyai fungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang keluar

dari dalam tubuh berupa keringat dengan perantara dua kelenjar keringat, sebasea

dan keringat (Maharani, 2015).

d. Kulit untuk menunjang penampilan

Fungsi yang terkait kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih

dan bersih dan dapat menunjang penampilan (Maharani, 2015).

E. Hiperpigmentasi

1. Definisi Hiperpigmentasi

Hiperpigmentasi adalah gangguan pigmen kulit karena produksi melanin

secara berlebihan atau distribusi melanin yang tidak merata. Pada kondisi ini, kulit

dapat terlihat lebih gelap atau timbul noda hitam pada bagian – bagian tertentu

dari kulit (Juwita, 2011).

2. Penyebab Hiperpigmentasi

Faktor- faktor yang menjadi penyebab Hiperpigmentasi antara lain:

a. Faktor Eksternal

1) Paparan Sinar Ultraviolet

Paparan UV memegang peranan penting pada pathogenesis melisma, yang

dibuktikan dengan pola distribusi hiperpigmentasi fasial yang tidak mengenai area

yang terlindung sinar UV seperti philtrum. Radiasi UV menginduksi proliferasi

Page 35: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

22

melanosit, migrasi dan melanogenesis, serta meningkatkan level alpha melanocyte

stimulating hormone (alfa-MSH) dan hormone adrenokortin yang meningkatkan

pengaturan proliferasi melanosit dan melanogenesis (Anwar, Zainuddin, dan

Miranti, 2016).

2) Faktor Kosmetik

Kosmetik atau bahan-bahan topikal lain yang berperan untuk terjadinya

melasma atau hiperpigmentasi. Kosmetika yang mengandung parfum, zat warna

tertentu dan bahan pengawet akan merangsang melanogenesis apabila terpapar

sinar UV (Anwar, Zainuddin, dan Miranti, 2016).

3) Faktor Obat-Obatan

Pigmentasi yang ditimbulkan oleh obat mencapai 10-20% dari keseluruhan

kasus hiperpigmentasi yang didapat. Pathogenesis pigmentasi yang diinduksi oleh

obat ini bermacam-macam, berdasarkan pada penyebab pengobatan dan

melibatkan akumulasi melanin, diikuti dengan peradangan kutaneus yang non

spesifik dan sering diperparah dengan paparan sinar matahari. Biasanya obat-obat

ini akan tertimbun pada lapisan atas dermis bagian atas secara kumulatif, dan juga

dapat merangsang melanogenesis (Anwar, Zainuddin, dan Miranti, 2016).

b. Faktor Internal

1) Faktor Endokrin

Hormon yang dikenal dapat meningkatkan melanogenesis yaitu Melanin

Stimulating Hormone (MSH), estrogen, dan progesterone (Anwar, Zainuddin, dan

Miranti, 2016).

Page 36: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

23

2) Genetik dan Ras

Faktor genetic melibatkan migrasi melanoblas dan perkembangan serta

diferensiasinya dikulit. Morfologi melanosit, struktur matriks, dan melanosom,

aktivitas tirosinase dan tipe melanin yang disintesis, semua dibawah control

genetic (Anwar, Zainuddin, dan Miranti, 2016).

3. Cara Mencegah Hiperpigmentasi

Beberapa cara untuk mencegah Hiperpigmentasi antara lain:

a. Menghindari paparan langsung sinar matahari terutama dari pukul 09.00

sampai 15.00.

b. Melindungi kulit menggunakan tabir surya yang tepat, penggunaan 30 menit

sebelum terkena paparan sinar matahari.

c. Melakukan olahraga secara teratur dan terukur, karena peredaran darah yang

lancar akan mengingkatkan kesehatan kulit.

d. Melakukan perawatan kulit secara teratur dengan produk perawatan kulit yang

sesuai dengan jenis kulit, dari dalam maupun luar tubuh (Anwar, Zainuddin,

dan Miranti, 2016).

4. Pengobatan Hiperpigmentasi

Menurut Anwar, Zainuddin, dan Miranti (2016) beberapan jenis bahan obat

yang mampu mengobati hiperpigmentasi :

a. Hidrokuinon

Hidrokuinon merupakan bahan pemutih yang paling banyak digunakan.

Hidrokuinon menghambat tirosinase dan mempunyai efek toksik terhadap

Page 37: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

24

melanosit (melanositotoksik). Derivate hidroquinon antara lain mequinol dan

arbutin.

b. Asam Kojik

Suatu metabolit jamur yang diproduksi oleh Aspergillusoryzae. Asam

menghambat tirosinase dengan melepaskan tembaga. Kojik acid dipercaya

menonaktifkan tirosinase. Kojic acid dapat digunakan sebagai pengganti

hidroquinon pada pasien yang tidak toleran terhadap hidroquinon. Tersedia dalam

konsentrasi 1-4%.

c. Retinoid

Retinoid memiliki cara kerja juga dengan cara menghambat enzim tirosinase,

disperse butir-butir pigmen di keratinosit, serta mempercepat hilangnya pigmen

akibat akselerasi epidermal turnover. Asam retinoat 0,1% terutama digunakan

sebagai terapi tambahan atau terapi kombinasi. Efek samping berupa eritema,

deskuamasi, dan fotosensitasi.

F. Sabun

1. Definisi Sabun

Sabun adalah senyawa natrium dan kalium dengan asam lemak dari minyak

nabati atau lemak hewani digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan

zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (SNI, 1994).

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan (Suarsa, 2018).

Pada umumnya metode pembuatan sabun dapat dibagi menjadi dua, yaitu

reaksi penyabunan (saponifikasi) dan reaksi netralisasi. Pada reaksi saponifikasi,

Page 38: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

25

prinsipnya yaitu tersabunkannya asam lemak dengan alkali, dengan cara minyak

dan lemak direaksikan dengan alkali menghasilkan sabun dan gliserol. Pada reaksi

netralisasi, sabun dihasilkan oleh reaksi asam lemak langsung dengan alkali.

Minyak dan lemak dipecah menjadi asam lemak dan gliserol sebelumnya lalu

asam lemak dinetralkan dengan reaksi alkali yang menghasilkan sabun (Mitsui,

1997). Contoh reaksi penyabunan asam oleat dan KOH :

Gambar 4. Contoh Reaksi Penyabunan

2. Jenis-jenis Sabun

Menurut Lubis (2003), jenis sabun terbagi atas :

a. Sabun cair

Dibuat dari minyak kelapa, alkali yang dipakai KOH, berbentuk cair dan tidak

mengental pada suhu kamar.

b. Sabun lunak

Dibuat dari minyak kelapa/minyak kelapa sawit dan minyak tumbuhan yang

tidak jernih, alkali yang dipakai KOH, bentuk seperti pasta dan sangat mudah

larut.

c. Sabun keras

Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan

proses hidrogenasi, asam lemaknya jenuh dan mempunyai BM tinggi, alkali yang

dipakai NaOH dan sukar larut dalam air.

CH2 – O – O – C – C17H33 CH2 – OH

CH – O – O – C – C17H33 + 3 KOH 3 C17H33 – C – O – O – K + CH – OH

CH2 – O – O – C – C17H33 CH2 – OH

Gliseril Trioleat Alkali Sabun Gliserol

Page 39: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

26

3. Mekanisme Kerja Sabun

Saat kontak dengan air, sabun berpenetrasi ke dalam antarmuka kulit dan

kotoran untuk melemahkan gaya adhesi dan membuat kotoran mudah untuk

dihilangkan. Kotoran tersebut kemudian dihilangkan secara fisik dan kemudian

terdispersi dalam larutan sabun sebagai akibat dari emulsifikasi oleh molekul

sabun. Beberapa jenis kotoran dapat dihilangkan dengan cara tersolubilitas dalam

misel yang terbentuk dari sabun (Mitsui, 1997).

Menurut Brady (1999), untuk membersihkan kotoran yang berupa minyak,

pembilasan dengan air saja tidak cukup. Dibutuhkan zat lain untuk menurunkan

tegangan permukaan antara minyak dan air. Dengan adanya sifat surfaktan pada

sabun, terjadi proses emulsifikasi sehingga bagian yang polar (hidrofilik)

berikatan dengan air dan bagian non polar (lipofilik) berikatan dengan minyak.

Bagian non polar dari sabun memecah ikatan antar molekul minyak sehingga

dapat menurunkan tegangan permukaan. Akibatnya air dapat menyebar

membasahi seluruh permukaan dan mengangkat kotoran (Handayani, 2009).

4. Bahan Pembuat Sabun

Menurut Wasitaadmadja (1997), sabun konvensional yang dibuat dari lemak

dan minyak alami dengan garam alkali serta sabun deterjen saat ini biasanya

mengandung surfaktan, pelumas, antioksidan, deodorant, warna, parfum,

pengontrol pH dan bahan tambahan khusus.

a. Surfaktan

Surfaktan adalah bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang

dipakai dalam sabun berasal dari minyak kelapa, minyak zaitun atau lemak babi.

Page 40: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

27

Penggunaan bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda, baik fisik maupun

kimia. Ada sabun yang cepat berbusa tapi terasa airnya kasar dan tidak stabil, ada

yang lambat berbusa tapi lengket dan stabil. Saat ini jenis surfaktan mencapai

angka ribuan. Surfaktan adalah molekul yang memiliki gugus polar yang suka air

(hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sehingga dapat

mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air yang bekerja

menurunkan tegangan permukaan.

Berdasarkan muatannya surfaktan dibagi menjadi empat golongan yaitu:

1) Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu

anion. Karakteristiknya yang hidrofilik disebabkan karena adanya gugus

ionik yang cukup besar, yang biasanya berupa gugus sulfat atau sulfonate.

2) Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu

kation. Surfaktan jenis ini memecah dalam media cair, dengan bagian kepala

surfaktan kationik bertindak sebagai pembawa sifat aktif permukaan.

3) Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.

4) Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan

positif dan negatif.

a. Pelumas

Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja

meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misal:

asam lemak bebas, fatty alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, cocoa butter, dan

minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat, asam lemak isotionat,

asam lemak etanolamid, polimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat). Bahan-

Page 41: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

28

bahan selain meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai

pelumas (plasticizers).

b. Antioksidan

Antioksidan yaitu zat yang dapat menghambat, menunda, mencegah, atau

memperlambat reaksi oksidasi meskipun dalam konsentrasi yang kecil. Untuk

menghindari kerusakan lemak terutama bau tengik, dibutuhkan bahan penghambat

oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan butilhydroxy toluene (0,02%-0,1%).

Sequestering Agents dibutuhkan untuk mengikat logam berat yang mengkatalis

oksidasi EDTA. EHDP (ethanehidroxy-1-diphosphonate)

c. Warna

Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang

ada, pigmen yang digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali (0,01-

0,5%). Titanium dioksida 0,01% ditambahkan pada berbagai sabun untuk

menimbulkan efek berkilau. Akhir-akhir ini dibuat sabun tanpa warna dan

transparan.

d. Parfum

Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi.

Pewangi ini harus berada dalam pH dan warna yang berbeda pula. Setiap pabrik

memilih bau dan warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau masyarakat

pemakainya. Biasanya dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama untuk

membedakan produk masing-masing.

Page 42: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

29

e. Pengontrol pH

Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat dan kalium biftalat

dapat digunakan untuk mengatur pH sabun.

f. Bahan Tambahan Khusus

Berbagai bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar, produsen,

maupun segi ekonomi dapat ditambahkan kedalam formula sabun. Saat ini banyak

bahan tambahan dalam pembuatan sabun, seperti :

1) Superfatty yang menambahkan lanolin atau paraffin.

2) Transparan yang menambahkan sukrosa dan gliserin.

3) Deodorant, yang menambahkan triklorokarbon, heksaklorofen, diklorofen,

triklosan, dan sulfur koloidal.

4) Antiseptik (medicated = carbolic) yang menambahkan bahan antiseptic,

misalnya: fenol, kresol, dan sebagainya.

5) Sabun bayi yang lebih berminyak, pH netral, dan noniritatif.

6) Sabun netral, mirip dengan sabun bayi dengan konsentrasi dan tujuan yang

berbeda.

7) Apricot, dengan menambahkan apricot atau monosulfiram.

Page 43: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

30

5. Contoh Formula Sabun Cair

Tabel 1. Formulasi Dan Uji Antibakteri Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol

Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas Poir) Terhadap Bakteri

Escherichia coli (Rahmawati, 2018).

Bahan Formula (%)

Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu 8

Minyak Zaitun 20

KOH 10% 4

Na-CMC 2

Sodium Lauril Sulfat 2

Asam Stearat 2

Propilenglikol 5

BHT 0,02

Pewangi Strawberry 1 ml

Aquadest ad 50 ml

Tabel 2. Formulasi Dan Evaluasi Sabun Mandi Cair Dengan Ekstrak Tomat

(Solanum Lycopersicum L.) Sebagai Antioksidan (Agustina dkk, 2017).

Bahan Formula (%)

Ekstrak Tomat 2.5

Carbopol 6

KOH 0.15

Cocamidopropil Betain 5

Vitamin E 0,1

Aqua Destilata 100 ml

Parfum qs

Page 44: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

31

Tabel 3. Formula Sabun Mandi Cair Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Bawang

Merah Maja Cipanas (Allium cepa L. Aggregatum) (Wulansari, 2017).

Bahan Formula (%)

Ekstrak Kulit Bawang Merah Maja 1

Natrium Lauril Sulfat 7,5

Kokamidropropil Betain 2

Hidroksi Propil Metil Selulosa 2

Propilen Glikol 7

Dinatrium EDTA 0,1

Metil Paraben 0,18

Propil Paraben 0,02

Aquadest ad 100

Dapar Posfat Ph 8 Qs

6. Penelitian Sabun Cair Sebelumnya

Penelitian Rahmawati (2018), dengan formula I,II,III, dan IV. Formula I

sebagai formula basis tanpa ekstrak, sedangkan formula I,II, dan III dengan

variasi zat aktif 4%, 6% dan 8%. Dari hasil evaluasi organoleptik, formula I

berwarna putih, formula II berwarna kuning muda, formula III berwarna kuning

tua dan formula IV berwarna kuning kecoklatan. Bentuk sabun cair dalam

penelitian Rahmawati (2018) semua formula memiliki bentuk semi solid dan bau

semua formula memiliki bau pengaroma strawberry karena semua formula

ditambahkan pengaroma. Hasil uji pH penelitian Rahmawati (2018), sudah

memenuhi Standar Nasional Indonesia, dimana syarat pH sabun mandi cair

dengan syarat range 8-11. Formula I memiliki pH 9,31, formula II memiliki pH

8,50, formula III memiliki pH 8,29, dan formula IV memiliki pH 8,22. Pada uji

tinggi busa semua formula memenuhi Standar Nasional Indonesia dengan syarat

Page 45: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

32

range 13 mm-220 mm. Formula I memiliki tinggi busa 16 mm, formula II 18 mm,

formula III 18 mm, dan formula IV 16 mm. Pada uji homogenitas semua formula

telah homogen dan semua formula telah memiliki daya sebar yang baik, formula I

memiliki daya sebar 6,4 cm, formula II memiliki daya sebar 6,4 cm, formula III

memiliki daya sebar 6,3 cm dan formula IV memiliki daya sebar 6,1 cm dimana

semua formula telah memenuhi syarat dengan range 5,5-6,5 dan viskositas dari

keempat formula juga memenuhi range 400 – 4000 cP.

Penelitian Wulansari (2017) memiliki 4 formula. Formula I sebagai kontrol,

formula II dengan ekstrak 1%, formula II dengan ekstrak 2%, dan formula III

dengan ekstrak 3%. Hasil evaluasi dari sabun mandi cair formula I tidak berwarna

sedangkan formula II,III, dan IV berwarna merah dan merah kecoklatan. Formula

I tidak berbau sedangkan formula II,III dan IV berbau bawang. Semua bentuk

formula berbentuk cairan kental. Uji homogenitas dari keempat formula

memenuhi syarat, tidak ada endapan baik formula I,II,III dan IV. Uji bobot jenis

semua formula memenuhi syarat, syarat bobot jenis menurut Standar Nasional

Indonesia dengan range 1,01-1,10. Uji Viskositas sabun mandi cair yang baik

adalah 400-4000 cP, dalam formula sabun cair ekstrak bawang tiwai ini semua

formulanya mememuhi persyaratan viskositas. Uji pH pada keempat formula

memenuhi syarat sabun mandi cair dengan berkisar dalam range 6-8 dan pada uji

tinggi busa sabun mandi cair memiliki syarat range 1,3-22cm, dari keempat

formula memenuhi standar yang baik karena memiliki tinggi busa 3,55-3,60 cm.

Penelitian Agustina, dkk (2017), memiliki 3 formula dengan memvariasikan

carbopol sebagai pengental. Formula I dengan variasi carbopol 4%, Formula II

Page 46: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

33

dengan variasi carbopol 5%, dan Formula III dengan variasi 6%. Hasil evaluasi

organoleptik sabun mandi cair ekstrak tomat seluruh formula berwarna coklat,

berbentuk cair dan homogen. Pada uji pH sabun mandi cair tidak memenuhi

persyaratan karena syarat range sabun cair menurut Standar Nasional Indonesia

ialah 8-11, sedangkan sabun mandi cair ekstrak tomat tidak memenuhi pH sabun

cair. pH sabun cair formula I memiliki rata-rata pH 5,43, pH sabun cair formula II

memiliki rata-rata 6,72 dan pH sabun cair formula III memiliki rata-rata 7,30 dan

pada uji viskositas sabun cair formula III yang mendekati viskositas sediaan

pembanding dipasaran.

7. Evaluasi Sabun Mandi Cair

Evaluasi sabun mandi cair yang dilakukan meliputi uji warna, bau, iritasi,

homogenitas, pH, viskositas, tinggi busa, dan bobot jenis hal ini bertujuan untuk

mengetahui kualitas sabun yang dihasilkan.

a. Warna

Selama penyimpanan berlangsung sabun cair yang berubah warna dapat

diakibatkan oleh ketidak stabilan dan cemaran mikroorganisme, oleh karena itu

selama penyimpanan sediaan harus disimpan dan diperluakukan sedemikian rupa

agar tidak terjadinya perubahan warna.

b. Bau

Bau sabun mandi cair pun harus diperhatikan dengan baik, karena apabila bau

sabun cair berubah selama penyimpanan hal itu menandakan sabun cair tidak

stabil pada fisik dan perubahan bau dapat menimbulkan bau yang tidak

Page 47: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

34

menyenangkan pada sediaan sabun mandi cair maka akan mengganggu

kenyamanan dalam pemakaian.

c. Homogenitas

Tingkat kehomogenan sabun cair juga harus diperhatikan guna mengamati

apakah didalam sabun cair masih terdapat partikel yang belum terdistribusi

dengan baik atau sabun cair tidak meninggalkan partikel-partikel dalam setiap

formula (Maramis, 2014).

d. Iritasi Kulit

Gejala yang mungkin timbul setelah pengaplikasian sediaan sabun cair pada

kulit, misalnya kemerahan, rasa panas, dan perih. Uji iritasi kulit dilakukan untuk

menentukan potensi iritasi pada kulit setelah diberikan sabun cair (Rahmi dkk,

2017).

e. pH

Nilai pH merupakan nilai yang menunjukan derajat keasaman suatu sediaan

(Rahmawati, 2018). Uji pH merupakan salah satu syarat mutu sabun cair, karena

sabun cair memiliki kontak langsung dengan kulit dan dapat menimbulkan

masalah apabila pHnya tidak sesuai (Dimpudus, Yamlean dan Yudistira, 2017).

Uji pH dilakukan dengan alat pH meter (Febriyanti, Sari dan Nofita, 2014). pH

sabun mandi cair diharapkan masuk dalam rentang Standar Nasional Indonesia

(1996) yaitu dengan pH 8-11.

f. Viskositas

Uji Viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan sabun sehingga dapat

mengetahui kemudahan mengalir sabun (Ichsani, 2016). Pengujian viskositas

Page 48: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

35

dengan menggunakan alat Viskometer Brookfield. Syarat rentang sabun cair 400-

4000 cP (Nauli, Darmanto, dan Susanto, 2015).

g. Tinggi Busa

Uji daya busa bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan menghasilkan

busa ketika digunakan (Ichsani, 2016). Syarat tinggi busa 13-220 mm (SNI,

1996).

h. Bobot Jenis

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat terhadap air

dengan volume yang sama ditimbang pada suhu yang sama

(biasanya 25o

C) dan alat yang digunakan adalah piknometer (Depkes RI, 1995).

Nilai bobot jenis yang baik dengan rentang 1,01-1,010 (SNI, 1996).

G. Preformulasi

a. Ekstrak Daun Nangka

Daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) mengandung senyawa aktif

flavonoid, tannin dan steroid yang berkhasiat sebagai inhibitor tirosinase yang

dapat menurunkan produksi melanin dan berfungsi sebagai bahan pencerah kulit.

Ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) yang diperoleh dengan cara

maserasi menggunakan larutan penyari etanol 96%, maserat yang diperoleh

kemudian didestilasi vakum sehingga didapatkan ekstrak kental yang akan

digunakan sebagai zat aktif dalam formulasi sabun cair. pH ekstrak kental daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) 5,26. Konsentrasi ekstrak kental daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) yang digunakan dalam formula adalah

2.12% (Rayendra, 2017).

Page 49: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

36

b. Minyak Zaitun atau Olive Oil

Minyak Zaitun berupa cairan berminyak bening, tidak berwarna atau kuning.

Kelarutan sedikit larut dalam etanol (95%), larut dalam eter, kloroform, minyak

bumi (50-70o C) dan Karbon disulfide. Minyak zaitun telah digunakan dalam

sediaan enema, liniment, salep, plester, dan sabun. Dalam kosmetik, minyak

zaitun digunakan sebagai pelarut, dan juga sebagai kulit dan kondisioner rambut.

Jenis produk mengandung minyak zaitun termasuk shampo dan conditioner

rambut, produk pembersih, krim topikal dan lotion. Kandungan asam lemak

paling banyak dalam minyak zaitun yaitu asam oleat (55 – 83%). Minyak zaitun

memiliki pH 6,2. Minyak zaitun harus disimpan ditempat yang sejuk, kering, dan

terlindung dari cahaya. Dalam Formulasi Sabun ini olive oil digunakan sebagai

asam lemak (basis sabun) (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).

c. KOH atau Potassium Hidroksida

Kalium hidroksida memiliki massa putih atau hampir putih, berbentuk padat

tetapi dapat berbentuk menjadi butir, stick, gumpalan dan serpih. Kalium

hidroksida bersifat higroskopis dan deliquescent pada eksposur ke udara, dengan

cepat menyerap karbon dioksida dan air membentuk kalium karbonat. Kalium

hidroksida atau potassium hidroksida banyak digunakan dalam formulasi farmasi

untuk mengatur pH larutan. Bisa juga digunakan untuk bereaksi dengan asam

lemah untuk membentuk garam. Secara terapeutik, kalium hidroksida digunakan

dalam berbagai bentuk aplikasi dermatologis. Kalium hidroksida harus disimpan

ditempat sejuk dan kering. Kalium hidroksida memiliki pH 13.5. Kalium

Page 50: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

37

Hidroksida harus disimpan ditempat yang sejuk dan kering. Kalium hidroksida

berfungsi sebagai agen alkali (basis sabun) (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).

d. Natrium Lauril Sulfat atau Sodium Lauril Sulfat

Natrium lauril sulfat atau sodium lauril sulfat terdiri dari serbuk putih atau

krim hingga kristal berwarna kuning pucat, serpih, atau bubuk bernuansa lembut,

rasa pahit dan berbau zat lemak yang samar-samar. Natrium lauril sulfat berfungsi

sebagai surfaktan anionik, deterjen, bahan pengemulsi, penetral kulit, pelumas

tablet dan kapsul, serta pembasah. Natrium lauril sulfat adalah surfaktan anionik

yang digunakan secara luas diberbagai formulasi farmasi dan kosmetik

nonparenteral, dan stabil baik dalam kondisi basa maupun asam. sebagai surfaktan

anionik digunakan konsentrasi antara 0,5-2,5%. Memiliki pH antara 7,0–9,5

(Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).

e. Asam stearat

Asam stearat berbentuk kasar, berwarna putih atau agak kuning, agak

mengkilap, kristal padat atau bubuk putih atau putih kekuningan. Memiliki sedikit

bau dan rasanya menunjukkan lemak. Disimpan pada wadah tertutup ditempat

yang sejuk dan kering. Berfungsi sebagai bahan pengemulsi, solubilizing agent,

lubrikan pada tablet dan kapsul, sebagai pengeras pada suppositoria. Asam stearat

banyak digunakan dalam sediaan farmasi oral dan topical. Dalam formulasi

topikal, asam stearat digunakan sebagai pengemulsi dan agen pelarut. Bila

sebagian dinetralkan dengan alkali atau trietanolamina, asam stearat digunakan

dalam pembuatan krim. Asam stearat yang dinetralkan sebagian membentuk krim.

Asam stearate memiliki pH 4.0-5.0. Pada proses pembuatan sabun, asam stearat

Page 51: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

38

berfungsi untuk penetral, mengeraskan dan menstabilkan busa. Asam stearat juga

banyak digunakan pada produk kosmetik dan makanan (Rowe, Sheskey dan

Quinn, 2009).

f. Na CMC atau Methylcellulose

Na CMC berbentuk serbuk putih, berserat atau butiran, tidak berbau dan

hambar, memiliki pH 5.0-8.0. Stabil dalam pemyimpanan dan sedikit higroskopis.

Disimpan dalam wadah kedap udara, ditempat sejuk dan kering. Na CMC secara

luas digunakan pada formulasi sediaan oral dan topikal, terutama untuk

meningkatkan viskositas. Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan

koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain. Na

CMC juga berfungsi sebagai agen pelapis, pengikat dalam tablet, penstabil, zat

pensuspensi, disintegran tablet dan kapsul, pengikat tablet, peningkat viskositas,

agen penyerap air (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).

g. Propilenglikol

Propilenglikol berupa cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, dan

memiliki rasa manis. Propilenglikol stabil pada kondisi tersimpan dalam wadah

tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat yang sejuk dan kering.

Propilenglikol larut dalam etanol (95%), atau air. Propilenglikol berfungsi sebagai

pengawet antimikroba, desinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, zat penstabil,

cosolvent larut air. Dalam sediaan farmasi propilenglikol juga telah banyak

digunakan sebagai pelarut, ekstraktan dan pengawet dalam berbagai parenteral

dan nonparenteral. Propilenglikol juga digunakan dalam kosmetik dan industri

makanan sebagai pengemulsi. Propilenglikol memiliki pH 3.0-6.0. Dalam sediaan

Page 52: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

39

formulasi sabun ini propilenglikol digunakan sebagai humektan (Rowe, Sheskey

dan Quinn, 2009).

h. BHT atau Butylated Hydroxytoluene

BHT atau Butylated Hydroxytoluene berwarna putih atau kuning pucat, kristal

padat, atau bubuk dengan bau fenolik yang khas. BHT praktis tidak larut dalam

air, gliserin, propilenglikol, larutan alkali hidroksida dan BHT larut dalam aseton,

benzene, etanol (95%), eter, metanol, toluene, minyak tetap, dan minyak mineral.

Butylated Hydroxytoluene digunakan sebgai antioksidan dalam kosmetik,

makanan, dan obat-obatan sebagai mencegah ketengikan oksidatif dari lemak dan

minyak dan untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang larut dalam minyak

(Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).

i. Aquadest

Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Aquadest berupa

cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Aquadest memiliki

pH 5.0-7.0. Disimpan dalam wadah tertutup baik. Pada formula ini aquadest

digunakan sebagai pelarut (Depkes RI, 1979).

H. Rangkuman Preformulasi

Penelitian ini akan menggunakan zat aktif ekstrak etanol daun nangka

kedalam formula sabun cair dari ekstrak etanol daun ubi jalar ungu. Basis sabun

cair ini dipilih karena kandungan zat aktif dari ekstrak daun ubi jalar ungu yang

mengandung senyawa flavonoid, saponin dan polifenol (Rahmawati, 2018).

Kandungan tersebut hampir sama dengan senyawa yang terdapat pada ekstrak

Page 53: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

40

daun nangka yang memiliki kandungan flavonoid, tannin, saponin, dan steroid

(Rayendra, 2017).

Sediaan sabun cair dipengaruhi oleh pH dari bahan-bahan zat aktif dan bahan

tambahannya. pH ekstrak kental daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) 5,26.

Penelitian ini mengacu pada formula sabun cair penelitian Rahmawati (2018),

formula tersebut memiliki bahan-bahan yaitu ekstrak daun ubi jalar ungu sebagai

zat aktif, minyak zaitun sebagai basis sabun, KOH sebagai basis sabun, Na CMC

sebagai pengental, natrium lauril sulfat sebagai surfaktan, propilenglikol sebagai

humektan, asam stearate sebagai penetral dan pengeras, pengaroma dan BHT

sebagai antioksidan dan didapatkan rata-rata pH pada sediaan sabun cair tersebut

yaitu 8,5, sedangkan basis tanpa zat aktif memiliki pH 9,31. Diperkirakan pH

sabun mandi cair ekstrak daun nangka termasuk dalam range pH sabun cair 8-11,

memenuhi Standar Nasional Indonesia dan stabil secara fisik. Pada formulasi

sabun cair ekstrak daun ubi jalar ungu (Rahmawati, 2018) menggunakan natrium

lauril sulfat 2% sedangkan peniliti akan memvariasikan kadar surfaktan yaitu

natrium lauril sulfat. Sabun cair ekstrak daun ubi jalar ungu dengan zat aktif

ekstrak 4%, 6% dan 8%. Peneliti akan menggunakan ekstrak nangka sebanyak

2,12% (Rayendra, 2017).

Variasi natrium lauril sulfat yang digunakan 1,5%, 2%, dan 2,5% karena

didalam formula ekstrak daun ubi jalar ungu natrium lauril sulfat yang digunakan

yaitu 2% masih termasuk range. Dalam literatur konsentrasi natrium lauril sulfat

yang digunakan sebagai surfaktan anionik pada sabun berkisar antara 0,5-2,5%

(Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009 hal.651). Maka dari itu peneliti akan

Page 54: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

41

menggunakan kadar 2% sebagai acuan untuk memvariasikan natrium lauril sulfat

yaitu 1,5%, 2% dan 2,5%.

Page 55: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

42

I. Kerangka teori

Penyebab

Hiperpigmentasi

Faktor Internal

dan Faktor Eksternal

Kulit

Peningkatan

aktivitas tirosinase

Hiperpigmentasi

Obat Hiperpigmentasi

(Hidroquinon, asam

kojik, dan retinoid)

Mengurangi

Hiperpigmentasi

Daun Nangka Muda

(Artocarpus

heterophyllus L.)

dimaserasi

Ekstrak

Kental

Flavonoid

Tanin

Flavonoid salah satu dari

polifenol yang dapat

menghambat enzim

tirosinase (Chang, 2009).

Sebagai astrigent yang dapat

mengurangi hiperpigmentasi

(Ashok, 2012).

Formulasi Sabun

mandi cair

Basis Sabun

Olive Oil

dan KOH

Terjadi

reaksi kimia

antara asam

lemak dan

basa kuat

membentuk

sabun lunak

(SNI, 1994)

Surfaktan

Natrium

lauril sulfat

Pengental Humektan Zat

tambahan

Propilenglikol Asam

Stearat BHT

Meningkat

-kan

viskositas

(Rowe,

Sheskey

dan

Quinn,

2009)

Digunakan

sebagai

humektan

(Rowe,

Sheskey dan

Quinn,

2009).

Penetral pH,

Mengeraskan

sabun

menstabilkan

busa (Rowe,

Sheskey dan

Quinn, 2009).

Mencegah

ketengikan

oksidatif

dari lemak

dan minyak

(Rowe,

Sheskey dan

Quinn,

2009)

Menurunkan

tegangan

permukaan,

pembusa,

pengemulsi,

pelarut kotoran

(Wasitaatmadja,

1997)

STABIL

Steroid Salah satu inhibitor

tirosinase (Chang, 2009).

Antioksidan

Na CMC

CMCC

Page 56: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

43

J. Hipotesis

Hi : Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dapat diformulasikan

menjadi sediaan sabun mandi cair dengan variasi natrium lauril sulfat dengan

konsentrasi 1,5%, 2%, dan 2,5% yang stabil dan memenuhi syarat.

Page 57: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan

membuat 3 jenis formula sabun mandi cair yang mengandung ekstrak daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan memvariasikan natrium lauril sulfat

sebagai surfaktan pada konsentrasi 1,5%, 2% dan 2,5%.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2019, bertempat di Laboratorium

Farmakognosi, Laboraturium Farmasetika dan Laboraturium Instrumen Farmasi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang Jurusan Farmasi.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah ekstrak daun nangka muda

(Artocarpus heterophyllus L.) yang diperoleh dari ekstraksi maserasi simplisia

kering daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) menggunakan etanol 96%

sebagai cairan penyari. Daun nangka muda memiliki warna hijau muda, daun

tunggal, tersusun berseling, agak kaku dan pinggirnya rata dan berada pada daun

ke-4 sampai daun ke-6 setelah pucuk (Rayendra, 2017). Didapatkan dari

perkarangan bapak “X” yang bertempat di Komplek PPI Jl. Palem Raya 1,

Perumnas Talang Kelapa, Kota Palembang.

Page 58: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

45

D. Cara Pengumpulan Data

1. Persiapan Sampel

Daun nangka muda dibersihkan dari kotoran yang melekat kemudian dicuci

dengan air mengalir hingga bersih, ditiriskan, disortasi, dirajang, ditimbang, dan

dicatat sebagai berat basah. Selanjutnya daun nangka dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung.

Pengeringan dilakukan selama 3 hari, hingga didapatkan simplisia daun nangka

yang kering. Sampel yang dianggap kering kemudian ditimbang sebagai berat

kering. Lalu seluruh daun nangka yang telah dikeringkan dibuat menjadi serbuk

kasar.

2. Ekstraksi Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%

sebagai cairan penyari.

Prosedur kerja:

a. Timbang simplisia daun nangka yang telah dikeringkan dan diserbuk kasar

sebanyak 1500 gram

b. Masukkan kedalam botol maserasi

c. Tuangkan etanol 96% kedalam botol maserasi sampai semua sampel

terendam.

d. Tutup dan biarkan selama 3 hari ditempat yang gelap dan terlindung dari

cahaya, sambil dikocok setiap harinya sebanyak 5 kali dalam sehari selama 15

menit.

e. Setelah 3 hari, saring maserat menggunakan kertas saring.

Page 59: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

46

f. Maserat yang telah disaring kemudian didestilasi vakum menggunakan rotary

evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental

3. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Formula sediaan sabun mandi cair ini diambil dari penelitian Rahmawati

(2018) dengan memvariasikan natrium lauril sulfat sebagai surfaktan pada

formula I, II, dan III. Variasi konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dari literatur konsentrasi natrium lauril sulfat yang

digunakan sebagai surfaktan anionik pada sabun berkisar antara 0,5-2,5% (Rowe,

Sheskey dan Quinn, 2009 hal.651). Peneliti akan menggunakan kadar 2% sebagai

acuan untuk memvariasikan kadar natrium lauril sulfat yaitu 1,5%, 2% dan 2,5%.

Pada penelitian ini, ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) bertindak

sebagai zat aktif yang digunakan pada konsentrasi 2,12% untuk masing-masing

formula I, II dan III.

Page 60: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

47

Tabel 4. Rancangan Formula Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Bahan Konsentrasi (%)

Keterangan F Kontrol F1 F2 F3

Ekstrak Daun

Nangka - 2,12% 2,12% 2,12% Zat aktif

Minyak Zaitun 20% 20% 20% 20% Basis sabun

KOH 10% 4% 4% 4% 4% Basis sabun

Na-CMC 2% 2% 2% 2% Pengental

Sodium Lauril

Sulfat 2% 1,5% 2% 2,5% Surfaktan

Asam Stearat 2% 2% 2% 2% Zat

tambahan

Propilenglikol 5% 5% 5% 5% Humektan

BHT 0,02 0,02 0,02 0,02 Antioksidan

Pengaroma Rose 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml Pengaroma

Aquadest ad 50 ml ad 50 ml ad 50 ml ad 50 ml Pelarut

Formula yang diacu : Formulasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu

(Rahmawati, 2018)

4. Pembuatan Formula Kontrol, I, II dan III

a. Pembuatan Formula Kontrol

Prosedur Kerja:

1) Bahan-bahan yang dibutuhkan ditimbang.

2) Minyak zaitun dan pengaroma rose, dilarutkan lalu gerus homogen (Massa I)

3) Asam stearate dan BHT dipanaskan dengan suhu 50-60o C, lalu tambahkan

kedalam massa minyak zaitun dan pengaroma rose, digerus sampai homogen.

4) Propilenglikol ditambahkan ke massa I lalu gerus sampai homogen.

Page 61: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

48

5) KOH dipanaskan dengan suhu 50-60o C, lalu tambahkan sedikit demi sedikit

ke massa I sambil terus digerus sampai berbentuk sabun pasta.

6) Na CMC dikembangkan dalam air panas (20 kalinya), diamkan hingga

mengembang, gerus homogen hingga terbentuk larutan kental, masukkan ke

dalam massa I sedikit demi sedikit gerus sampai homogeny (Massa II)

7) Natrium Lauril Sulfat yang telah dilarutkan dalam air panas ditambahkan

kedalam massa II, gerus pelan sampai homogen.

8) Sabun cair diencerkan dengan aquadest hingga 50 ml, aduk pelan sampai

homogen.

b. Pembuatan Formula I, II dan III

Prosedur Kerja:

1) Bahan-bahan yang dibutuhkan ditimbang.

2) Minyak zaitun dan pengaroma rose, dilarutkan lalu gerus homogen (Massa I)

3) Asam stearate dan BHT dipanaskan dengan suhu 50-60o C, lalu tambahkan

kedalam massa minyak zaitun dan pengaroma rose, digerus sampai homogen.

4) Propilenglikol ditambahkan ke massa I lalu gerus sampai homogen.

5) KOH dipanaskan dengan suhu 50-60o C, lalu tambahkan sedikit demi sedikit

ke massa I sambil terus digerus sampai berbentuk sabun pasta.

6) Na CMC dikembangkan dalam air panas (20 kalinya), diamkan hingga

mengembang, gerus homogen hingga terbentuk larutan kental, masukkan ke

dalam massa I sedikit demi sedikit gerus sampai homogeny (Massa II)

7) Natrium Lauril Sulfat yang telah dilarutkan dalam air panas ditambahkan

kedalam massa II, gerus pelan sampai homogen.

Page 62: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

49

8) Ekstrak kental daun nangka, lalu gerus homogen.

9) Sabun cair diencerkan dengan aquadest hingga 50 ml, aduk pelan sampai

homogen.

Gambar 5. Skema Cara Pembuatan Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

5. Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

a. Uji Kestabilan Fisik

Uji kestabilan fisik yang akan dilakukan antara lain uji organoleptik (warna

dan bau, iritasi dan homogenitas), pH, viskositas, bobot jenis dan tinggi busa

sediaan setelah dilakukan penyimpanan selama 28 hari, yaitu pada hari ke-0, 7,

14, 21, dan 28.

Oleum

Olivarum dan

Pengaroma

Gerus Homogen

Massa I (Gerus

hingga membentuk

pasta)

Asam Stearat

dan BHT

Panaskan

(suhu 50-60o)

C)

Propilenglikol

KOH 10%

Na CMC

Dikembangkan

dengan air panas

Larutan Kental

Tambahkan ke

Massa I yang telah

membentuk pasta

Massa II

Tambahkan

Natrium lauril

Sulfat

Gerus Homogen

Ekstrak

kental Gerus Homogen

Tambah Air

ad 50 ml

Sediaan

Jadi

Panaskan

(suhu 50-60o)

C)

Page 63: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

50

1) Organoleptik

a) Warna

Mengamati perubahan warna pada sediaan sabun cair yang terjadi selama

penyimpanan 28 hari menggunakan bantuan 30 responden yang dipilih secara

acak. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel.

b) Bau

Mengamati perubahan bau pada sediaan sabun cair yang terjadi selama

penyimpanan 28 hari menggunakan bantuan 30 responden yang dipilih secara

acak. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel.

2) pH

Nilai pH sediaan dapat diukur dengan menggunakan pH meter pada suhu

25oC. Untuk mengukur nilai pH ini dibutuhkan sampel sebanyak 1 gram yang

diencerkan dengan aquadest ad 10 ml (Wulansari, 2017).

Cara Kerja :

a) Nyalakan pH meter dengan cara menekan tombol “ON”

b) Kalibrasi alat dengan cara berikut:

i. Tekan tombol pH dan celupkan elektroda kedalam larutan dapar pH 7, putar

tombol skala sampai menunjukkan angka 7,0.

ii. Bilas elektroda dengan aquadest, celupkan kedalam larutan dapar pH 4, layar

digital akan menunjukkan angka 4 (jika angka yang muncul dilayar digital

tidak sesuai, maka dapat diatur secara manual dengan memutar tombol skala

sampai angka 4 tertera pada layar).

iii. Bilas elektroda dengan aquadest, lalu celupkan elektroda didalam sampel.

Page 64: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

51

iv. Catat nilai pH yang tertera pada layar digital, sembari terus mengamati

perubahan pH yang terjadi.

3) Viskositas

Kekentalan sediaan diukur menggunakan alat viscometer Brookfield.

Dibutuhkan sampel sabun cair sebanyak 50 gram. Spindel yang digunakan yaitu

spindel no.4 dengan kecepatan 30 rpm (Nauli, Darmanto dan Susanto, 2015).

Hasil yang baik berkisar pada 400-4000 cP (Nauli, Darmanto dan Susanto, 2015).

Cara kerja:

a) Nyalakan viscometer dengan menekan tombol “ON”

b) Pilih menu “measurement” pada layar (monitor)

c) Atur spindle dan nilai rpm yang hendak digunakan. Untuk mengukur viskositas

sabun cair digunakan spindle nomor 4

d) Masukkan spindel viscometer kedalam sampel yang akan diukur sampai

kedalaman tertentu.

e) Putar spindel viscometer, kemudian catat angka yang tertera pada layar dengan

satuan centipoises.

f) Pengukuran viskositas ini dilakukan pada suhu kamar.

4) Tinggi Busa

Untuk mengukur tinggi busa sediaan sabun cair dilakukan secara manual

menggunakan gelas ukur. Sampel sebanyak 1 gram dimasukkan kedalam tabung

berskala yang berisi 10 ml aquadest, kemudian tutup. Gelas ukur kemudian

dikocok konstan selama 20 detik, lalu tinggi busa yang terbentuk diukur dan

dicatat (Yamlean dan Bodhi, 2017). Untuk stabilitas busa setelah dilakukan

Page 65: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

52

pengocokan harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan dengan range 13-220

mm (SNI, 1996).

5) Bobot Jenis

Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pada suhu ruang. Bobot jenis

larutan diukur untuk menghitung factor koreksi dalam menentukan tegangan

permukaan formula (Wulansari, 2017). Rentang bobot jenis dalam SNI (1996),

ialah 1,01-1,10

Keterangan : BJ = Bobot jenis cairan yang akan diukur

A = Berat piknometer kosong yang ditimbang

B = Berat piknometer berisi air/aquadest yang ditimbang

C = Berat piknometer berisi sabun mandi yang ditimbang

Semua ditimbang dalam satuan gram

Cara Kerja :

a) Timbang alat Piknometer kosong terlebih dahulu di Neraca Analitik (Hasil=A)

b) Isi Piknometer dengan air hingga penuh, tutup lalu keringkan bagian luar

Piknometer dengan tissue, timbang di Neraca Analitik (Hasil=B)

c) Buang air dalam Piknometer dan keringkan. Isi dengan sampel sampai penuh

kemudian timbang (Hasil=C)

BJ = C – A

B - A

Page 66: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

53

6) Uji Homogenitas

Tiap formula sabun mandi ditimbang sebanyak 0,1 gr. Diletakkan pada object

glass, kemudian diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 100 kali

(Mutmainah dan Franyoto, 2015). Mengamati apakah sabun cair tidak

meninggalkan partikel-partikel dalam setiap formula (Maramis, 2014).

7) Uji Iritasi Kulit

Uji iritasi dilakukan terhadap 30 responden yang dipilih secara acak dengan

cara mengoleskan sediaan (K, FI, FII, dan FIII) pada kulit normal manusia,

dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut mengiritasi kulit atau

tidak (Rahmi, Nurhikma, dan Ifaya, 2017). Dioleskan pada punggung tangan

dengan lebar 2,5 x 2,5 cm (Mitsui, 1996). Amati reaksi iritasi yang mungkin

terjadi misalnya kemerahan, gatal, atau rasa perih yang mungkin terjadi.

E. Alat Pengumpulan Data

1. Alat

Alat yang digunakan adalah botol maserasi, destilator, rotary evaporator,

kertas saring Whatman no.1, gelas ukur, corong, erlenmeyer, beaker glass,

timbangan gram halus, anak timbangan gram halus, mortir, stamper, timbangan

analitik, batang pengaduk, spatula, sudip, perkamen, pot plastik, pH meter, objek

gelas, mikroskop, deck glass, stopwatch, lembar kuisioner, penggaris, alat tulis

dan viscometer Brookfield.

2. Bahan

Daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.), etanol 96%, oleum olivarum,

KOH, natrium lauril sulfat, propilenglikol, asam stearat, Na CMC, BHT,

pengaroma rose, dan aquadest.

Page 67: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

54

F. Variabel Penelitian

1. Variabel

Dependen

: Kestabilan fisik sabun mandi cair yang mengandung

ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

2. Variabel

Independen

: Variasi natrium lauril sulfat dalam formula sediaan sabun

mandi cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) yang ditinjau dari perubahan warna,

bau, pH, viskositas, tinggi busa, bobot jenis,

homogenitas, dan daya iritasi kulit.

G. Definisi Operasional

1. Evaluasi Sediaan

a. Definisi : Evaluasi sediaan sabun mandi cair ekstrak daun daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) meliputi uji

kestabilan fisik, uji homogenitas dan uji iritasi kulit

b. Alat Ukur : Rekapitulasi hasil uji kestabilan fisik, uji homogenitas,

dan uji iritasi kulit

c. Cara Ukur : Mengamati dan mengukur kestabilan fisik, homogenitas

dan iritasi kulit sesuai dengan standar persyaratan sabun

cair yang baik.

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat jika semua hasil uji memenuhi

persyaratan sabun cair. Tidak memenuhi jika semua hasil

uji tidak memenuhi persyaratan sabun cair yang baik.

Page 68: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

55

2. Kestabilan Fisik

a. Definisi : Kestabilan fisik sabun mandi cair ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) meliputi pH, viskositas,

bobot jenis, tinggi busa, dan organoleptik (warna dan

bau) .

b. Alat Ukur : Rekapitulasi hasil pengujian pH, viskositas, bobot jenis,

tinggi busa, dan organoleptik (warna dan bau)

c. Cara Ukur : Mengukur pH, viskositas, bobot jenis, tinggi busa dan

mengamati secara organoleptik (warna dan bau) pada

sediaan.

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat jika semua hasil uji memenuhi

persyaratan sabun cair. Tidak memenuhi jika semua hasil

uji tidak memenuhi persyaratan sabun cair yang baik

(SNI 06-4085-1996).

3. pH

a. Definisi : Suatu bilangan yang menyatakan derajat keasaman atau

kebasaan sediaan berupa larutan, dalam hal ini adalah

sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) yang diukur pada hari ke 0, 7, 14, 21

dan 28.

b. Alat Ukur : pH meter

c. Cara Ukur : Membandingkan pH sediaan sabun cair ekstrak daun

Page 69: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

56

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan syarat pH

sabun cair.

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat apabila nilai pH sediaan berada pada

rentang pH sabun cair 8-11 (SNI 06-4085-1996).

4. Viskositas

a. Definisi : Menyatakan kekentalan sediaan sabun mandi cair yang

mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) yang diukur pada hari ke 0, 7, 14, 21,

dan 28.

b. Alat Ukur : Viskometer Brookfield

c. Cara Ukur : Membandingkan viskositas sediaan yang didapat dengan

standar viskositas sabun cair yang stabil.

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat apabila viskositas sediaan 400-4000

cPs (Nauli, Darmanto dan Susanto, 2015).

5. Tinggi Busa

a. Definisi : Kadar busa sabun mandi cair ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) diukur pada hari ke 0, 7,

14, 21, dan 28

b. Alat Ukur : Gelas ukur, penggaris

c. Cara Ukur : Membandingkan ketahanan busa sediaan yang didapat

dengan standar ketahanan busa sabun cair yang stabil.

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat jika tinggi busa sediaan berada pada

rentang 13-220 mm (SNI, 1996).

Page 70: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

57

6. Warna

a. Definisi : Mengamati perubahan warna sediaan sabun mandi cair

ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

setelah 28 hari penyimpanan.

b. Alat Ukur : Kuesioner

c. Cara Ukur : Menghitung jawaban responden yang menyatakan

sediaan berubah warna atau tidak.

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat (stabil) jika sediaan tidak mengalami

perubahan warna. Tidak memenuhi syarat (tidak stabil)

jika sediaan mengalami perubahan warna (Anggraini,

Rahmides, dan Malik, 2012).

7. Bau

a. Definisi : Mengamati perubahan bau sediaan sabun mandi cair

ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

setelah 28 hari penyimpanan.

b. Alat Ukur : Kuesioner

c. Cara Ukur : Menghitung jawaban responden yang menyatakan

sediaan berubah bau atau tidak.

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat (stabil) jika sediaan tidak mengalami

perubahan bau. Tidak memenuhi syarat (tidak stabil) jika

sediaan mengalami perubahan bau. (Anggraini,

Rahmides, dan Malik, 2012).

Page 71: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

58

8. Bobot Jenis

a. Definisi : Mengukur bobot jenis sabun mandi cair yang

mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) setelah 28 hari penyimpanan.

b. Alat Ukur : Piknometer

c. Cara Ukur : Membandingkan bobot jenis sabun mandi cair yang

didapat dengan bobot jenis sabun cair.

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat jika bobot jenis sediaan berada pada

rentang 1,01-1,10 g/cm3 ( SNI 06-4085-1996).

9. Homogenitas

a. Definisi : Menyatakan distribusi partikel yang merata dari sabun

mandi cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) setelah 28 hari

penyimpanan.

b. Alat Ukur : Objek glass dan Mikroskop

c. Cara Ukur : Melihat sebaran partikel dari sediaan sabun wajah cair

yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.).

d. Hasil Ukur : Memenuhi syarat (homogen) jika partikel tersebar secara

merata atau tidak terdapat butiran kasar diatas objek

glass. Tidak memenuhi syarat (tidak homogen) apabila

ukuran partikel tidak tersebar secara merata atau terdapat

butiran kasar diatas objek glass (Maramis, 2014).

Page 72: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

59

10. Uji Iritasi Kulit

a. Definisi : Gejala iritasi yang ditimbulkan setelah kulit diolesi sabun

mandi cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) misalnya berupa kemerahan, gatal, atau

rasa perih yang mungkin terjadi yang disimpan selama

28 hari.

b. Alat Ukur : Kuesioner

c. Cara Ukur : Menghitung jumlah jawaban responden yang

menyatakan iritasi atau tidak iritasi.

d. Hasil Ukur : Mengiritasi atau tidak mengiritasi (Rahmi dkk, 2017).

Page 73: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

60

H. Kerangka Operasional

Daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L. )

Pencucian

Perajangan

Pengeringan

Maserasi dengan etanol 96%

Ekstrak Kental

Destilasi Vakum

Maserat

Pembuatan Sabun

Mandi Cair

Basis Sabun

Evaluasi

Iritasi Bobot

Jenis Warna BauTinggi

busa Homogenitas Viskositas pH

Tidak Memenuhi

Syarat

Memenuhi Syarat Tidak

Iritasi

Iritasi

Surfaktan

Pengental

Antioksidan

Pengaroma

Pelarut

Zat Tambahan

Humektan

Page 74: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

61

I. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran secara

langsung terhadap pH, viskositas, tinggi busa, homogenitas dan bobot jenis yang

dihasilkan oleh sediaan sabun mandi cair ekstrak daun nangka (Artoacrpus

heterphyllus L.) pada hari ke- 0, 7, 14, 21, dan 28 selama penyimpanan.

Dilakukan dilaboratorium Farmasetika, Farmakognosi, dan Fisika Farmasi

Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Farmasi. Sedangkan untuk pengamatan

terhadap perubahan warna, bau dan uji iritasi kulit sediaan sabun cair ekstrak daun

nangka (Artoacrpus heterphyllus L.) dilakukan dengan cara membagikan

kuisioner kepada 30 responden yang dipilih secara acak.

Data yang didapat diolah secara deskriptif analitik menggunakan tabel dan

grafik untuk hasil pengamatan terhadap pH, viskositas, tinggi busa dan bobot jenis

yang dirata-ratakan. Sedangkan untuk bau, warna, dan daya iritasi terhadap kulit

direkapitulasi dan disajikan dalam bentuk tabel.

Page 75: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Penelitian ini menggunakan daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) yang

telah dibersihkan kemudian daun dirajang, lalu dikering anginkan selama 3 hari.

Setelah didapatkan simplisia daun nangka sebanyak 1400 gram dari berat awal

daun 3500 gram, lalu simplisia dihaluskan (diblender) hingga didapat serbuk

kasar. Kemudian di maserasi dengan etanol 96% selama 3 hari kemudian

didestilasi vakum dan diperoleh ekstrak kental sebanyak 141,79 gram sehingga

didapatkan rendemen sebesar 10,12%. Ekstrak kental tersebut diformulasikan ke

dalam sediaan sabun mandi cair dengan presentase 2,12% pada setiap formulanya.

2. Hasil Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Pembuatan formula sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus

L.) dengan memvariasikan natrium lauril sulfat sebagai surfaktan kemudian

dilakukan uji kestabilan fisik setiap minggunya selama 28 hari penyimpanan yang

meliputi pH, viskositas, tinggi busa, bobot jenis, homogenitas, warna, bau dan

iritasi kulit. Hasil pengamatan kestabilan sifat fisik sabun cair ekstrak daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dapat dilihat dalam tabel dan gambar

berikut :

Page 76: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

63

a. Hasil Uji Kestabilan Fisik Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.).

1) pH

Tabel 5. Hasil Pengamatan pH Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan

Sabun Mandi

Cair

pH Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Keterangan

Hari Ke-

0 7 14 21 28

Formula Kontrol 9,21 9,19 9,18 9,14 9,12 MS

Formula I 8,47 8,44 8,41 8,39 8,35 MS

Formula II 8,56 8,54 8,52 8,49 8,47 MS

Formula III 8,67 8,65 8,63 8,60 8,59 MS

Tabel 6. Persentase Penurunan pH Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Formula Persentase Penurunan pH dari Hari ke Hari

0-7 7-14 14-21 21-28

Formula Kontrol 0,21% 0,10% 0,43% 0,21%

Formula I 0,35% 0,35% 0,23% 0,47%

Formula II 0,23% 0,23% 0,35% 0,23%

Formula III 0,23% 0,23% 0,34% 0,11%

Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat

TMS : Tidak Memenuhi Syarat

pH yang memenuhi syarat 8-11 (SNI, 06-4085-1996).

Gambar 6. Grafik Perubahan Rata-rata Hasil Pengukuran pH Sabun Cair Ekstrak

Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari

Penyimpanan

7.5

8

8.5

9

9.5

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28

pH Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

Formula Kontrol

Formula I

Formula II

Formula III

Page 77: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

64

2) Viskositas

Tabel 7. Hasil Pengamatan Viskositas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan

Sabun Mandi

Cair

Viskositas Sabun Cair Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Keterangan

Hari Ke-

0 7 14 21 28

Formula Kontrol 3545,4 3398,4 3279,2 3127,4 2991,6 MS

Formula I 2481,7 2329,7 2206,5 2115,4 1961,5 MS

Formula II 2708,5 2551,4 2415,1 2362,8 2262,0 MS

Formula III 3169,3 2952,1 2870,0 2732,1 2656,0 MS

Tabel 8. Persentase Penurunan Viskositas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

Formula

Persentase Penurunan Viskositas dari Hari ke

Hari

0-7 7-14 14-21 21-28

Formula Kontrol 4,14% 3,50% 4,62% 4,34%

Formula I 6,12% 5,28% 4,12% 7,27%

Formula II 5,80% 5,34% 2,16% 4,26%

Formula III 6,85% 2,78% 4,80% 2,78%

Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat

TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Viskositas yang memenuhi syarat 400-4000 cP (Nauli dkk, 2015).

Gambar 7. Grafik Perubahan Rata-rata Hasil Pengukuran Viskositas Sabun Cair

Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari

Penyimpanan.

0

1000

2000

3000

4000

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28

Viskositas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

Formula Kontrol

Formula I

Formula II

Formula III

Page 78: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

65

3) Tinggi Busa

Tabel 9. Hasil Pengamatan Tinggi Busa Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan.

Sabun Mandi

Cair

Tinggi Busa Sabun Cair Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Keterangan

Hari Ke-

0 7 14 21 28

Formula Kontrol 6,1 6,0 5.8 5,8 5,7 MS

Formula I 3,5 3,4 3,3 3,2 3,0 MS

Formula II 4,7 4,5 4,5 4,4 4,3 MS

Formula III 6,7 6,5 6,4 6,2 6,2 MS

Tabel 10. Persentase Penurunan Tinggi Busa Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

Formula Persentase Penurunan Tinggi Busa dari Hari ke Hari

0-7 7-14 14-21 21-28

Formula Kontrol 1,63% 3,3% 0% 1,72%

Formula I 2,85% 2,94% 3,03% 6,25%

Formula II 4,25% 0% 2,22% 2,27%

Formula III 2,98% 1,53% 3,12% 0%

Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat

TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Tinggi busa yang memenuhi syarat berada pada rentang 1,2-22 cm ( SNI 06-4085-

1996).

Gambar 8. Grafik Perubahan Rata-rata Hasil Pengukuran Tinggi Busa Sabun Cair

Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari

Penyimpanan

0

2

4

6

8

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28

Tinggi Busa Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

Formula Kontrol

Formula I

Formula II

Formula III

Page 79: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

66

4) Bobot Jenis

Tabel 11. Hasil Pengamatan Bobot Jenis Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan.

Sabun Mandi

Cair

Bobot Jenis Sabun Cair Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Keterangan

Hari Ke-

0 7 14 21 28

Formula Kontrol 1,0322 1,0315 1,0310 1,0300 1,0278 MS

Formula I 1,0323 1,0316 1,0298 1,0290 1,0256 MS

Formula II 1,0330 1,0323 1,0314 1,0311 1,0289 MS

Formula III 1,0358 1,0353 1,0349 1,0330 1,0324 MS

Tabel 12. Persentase Penurunan Bobot Jenis Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

Formula Persentase Penurunan Bobot Jenis dari Hari ke Hari

0-7 7-14 14-21 21-28

Formula Kontrol 0,06% 0,04% 0,09% 0,21%

Formula I 0,06% 0,15% 0,07% 0,33%

Formula II 0,06% 0,08% 0,02% 0,21%

Formula III 0,04% 0,03% 0,18% 0,05%

Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat

TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Bobot jenis yang memenuhi syarat 1,01-1,10 g/cm3 ( SNI 06-4085-1996).

Gambar 9. Grafik Perubahan Rata-rata Hasil Bobot Jenis Sabun Cair Ekstrak

Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari

Penyimpanan

1.02

1.025

1.03

1.035

1.04

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28

Bobot Jenis Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

Formula Kontrol

Formula I

Formula II

Formula III

Page 80: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

67

5) Warna

Tabel 13. Hasil Pengamatan Warna Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) hari ke- 0, 7, 14, 21 dan 28.

Sabun Mandi

Cair

Warna Jenis Sabun Cair Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

B % TB %

Formula Kontrol 0 0% 30 100%

Formula I 2 6,6% 28 93,3%

Formula II 3 10% 27 90%

Formula III 3 10% 27 90%

Keterangan:

B : Berubah

TB : Tidak berubah

6) Bau

Tabel 14. Hasil Pengamatan Bau Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan

Sabun Mandi

Cair

Warna Jenis Sabun Cair Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

B % TB %

Formula Kontrol 0 0% 30 100%

Formula I 1 3,3% 29 96,6%

Formula II 1 3,3% 29 96,6%

Formula III 1 3,3% 29 96,6%

Keterangan:

B : Berubah

TB : Tidak berubah

7) Homogenitas

Tabel 15. Hasil Pengamatan Homogenitas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan

Sabun Mandi

Cair

Homogenitas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

Hari Ke-

0 7 14 21 28

Formula Kontrol H H H H H

Formula I H H H H H

Formula II H H H H H

Formula III H H H H H

Keterangan:

H : Homogen

TH : Tidak Homogen

Page 81: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

68

8) Iritasi Kulit

Tabel 16. Hasil Pengamatan Iritasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) Selama 28 Hari Penyimpanan

Sabun Mandi Cair

Uji Iritasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

I % TI %

Formula Kontrol 0 100% 30 100%

Formula I 0 100% 30 100%

Formula II 0 100% 30 100%

Formula III 0 100% 30 100%

Keterangan:

I : Iritasi

TI : Tidak Iritasi

9) Rekapitulasi Hasil

Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) Selama 28 hari penyimpanan.

Kestabilan Fisik Jumlah

Formula pH Visk-

ositas

Tinggi

Busa

Bobot

Jenis

Homog-

enitas Warna Bau

Iritasi

Kulit

M

S TMS

Kontrol MS MS MS MS MS MS MS MS 8 0

I MS MS MS MS MS MS MS MS 8 0

II MS MS MS MS MS MS MS MS 8 0

III MS MS MS MS MS MS MS MS 8 0

Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat

TMS : Tidak Memenuhi Syarat

B. Pembahasan

Dari hasil pengamatan terhadap uji kestabilan sabun cair ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) yang meliputi pH, viskositas, tinggi busa, bobot

jenis, homogenitas, bau, warna, dan pengujian serta pengamatan terhadap iritasi

kulit selama 28 hari penyimpanan.

1. Ekstraksi Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

Peneliti memformulasikan ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

menjadi sediaan sabun cair sebagai pencerah kulit. Pembuatan ekstrak daun

Page 82: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

69

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) digunakan simplisia daun nangka yang

telah dikeringkan sebanyak 1400 gram. Daun nangka didapatkan dari perkarangan

rumah bapak “X” yang bertempat di Komplek PPI Jl. Palem Raya 1, Perumnas

Talang Kelapa, Kota Palembang.

Rendemen ekstrak kental daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) yang

didapatkan adalah 10,12%. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Rayendra (2017), hasil rendemen ekstrak daun nangka dengan metode maserasi

didapatkan rendemen sebesar 12,48%. Menurut Sayuti (2017), perbedaan hasil

rendemen dapat dipengaruhi oleh lama waktu ekstrasi, metode ekstraksi,

kemampuan pelarut dalam mengikat senyawa polar dan non polar diduga menjadi

penyebab perbedaan hasil rendemen, ukuran sampel, perbandingan jumlah sampel

dengan jumlah pelarut dan keadaan penyimpanan.

2. Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

a. Uji Kestabilan Fisik

1) pH

Pengujian pH bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman suatu sediaan. pH

merupakan parameter penting pada sediaan. Sabun yang memiliki pH yang tinggi

atau rendah dapat mengiritasi kulit (Wasitaadmadja, 1997). Menurut (Widyasanti,

Rahayu dan Zain, 2017), nilai pH yang terlalu tinggi atau rendah juga dapat

menyebabkan kulit kering. Berdasarkan hasil pengamatan kestabilan pH sediaan

sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) selama

penyimpanan 28 hari. pH sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterpohyllus L.) berkisar antara 9,21-8,35.

Page 83: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

70

pH formula kontrol berkisar 9,21-9,12 dengan persentase penurunan sebesar

0,97%. Formula I berkisar 8,47-8,35 dengan persentase penurunan sebesar 1,41%.

Formula II berkisar 8,56-8,47 dengan persentase penurunan sebesar 1,05%

Sedangkan formula III berkisar 8,67-8,59 dengan persentase penurunan sebesar

0,92%. Dari persentase penurunan ini dapat dilihat bahwa formula kontrol dan

formula III cenderung memiliki persentase penurunan lebih kecil, sedangkan

formula I dan II, memiliki persentase yang cukup besar dibandingkan formula

kontrol dan formula III.

Pada penelitian ini peneliti memvariasikan natrium lauril sulfat sebagai

surfaktan dengan konsentrasi formula kontrol (2%), formula I (1,5%), formula II

(2%) dan formula III (2,5%). Ketidakseragaman pH antar formula ini terjadi

karena perbedaan konsentrasi natrium lauril sulfat pada tiap formula. Surfaktan

diketahui dapat meningkatkan pH sediaan karena surfaktan yang digunakan yaitu

natrium lauril sulfat memiliki pH basa berkisar 7,0–9,5 dan hasil pengukuran pH

sabun cair menunjukkan pH basa, hal ini dikarenakan bahan dasar penyusun

sabun cair adalah KOH yang bersifat basa kuat (Widyasanti, Rahayu, dan Zain,

2017). Namun, pada formula kontrol, I, II dan III pH sediaan cenderung menurun

hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya penambahan ekstrak kental daun

nangka dimana pH ekstrak tersebut bersifat asam. Menurut Febrianti (2013),

ekstrak yang bersifat asam dapat mendonorkan ion H+ sehingga mempengaruhi

pH sediaan sabun cair.

Selain itu perubahan pH sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) kemungkinan disebabkan oleh penyimpanan seperti kondisi

Page 84: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

71

lingkungan termasuk cahaya, suhu dan kelembaban udara yang berubah (Syaiful,

2016). Selain itu penurunan pH selama penyimpanan dapat terjadi karena

pengaruh CO2, karena CO2 bereaksi dengan fasa air sehingga menjadi asam

(Septiani, Wathoni, dan Mita, 2012). Meskipun cenderung mengalami penurunan

formula sabun cair tersebut masih memenuhi syarat pH sediaan sabun cair

menurut SNI 06-4085-1996 yaitu 8-11 sehingga masih dapat dikatakan relatif

stabil.

2) Viskositas

Pengujian viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan sabun sehingga

dapat mengetahui kemudahan mengalir. Pengujian viskositas dilakukan selama 28

hari penyimpanan, dari hasil pengujian viskositas ketiga formula sabun cair

cenderung mengalami penurunan. Kisaran viskositas yang diperoleh yaitu berkisar

antara 3545,4-1961,5 cP. Viskositas formula kontrol yaitu berkisar antara 3545,4-

2991,6 cP dengan persentase penurunan 15,6%. Viskositas formula I yaitu

berkisar antara 2481,7-1961,5 cP dengan persentase penurunan 20,96% .

Viskositas formula II yaitu berkisar antara 2708,5-2262,0 cP dengan persentase

penurunan 16,48%. Viskositas formula III yaitu berkisar antara 3169,3-2656,0 cP

dengan persentase penurunan 16,19%. Maka dapat diketahui bahwa formula

formula III relative lebih stabil dibandingkan formula I dan II, meskipun setiap

formula mengalami penurunan selama 28 hari penyimpanan, namun masih

memenuhi syarat viskositas yaitu 400-4000 cPs (Nauli dkk, 2015).

Ketidakseragaman viskositas antar formula disebabkan oleh variasi natrium lauril

sulfat dimana formula kontrol (2%), formula I (1,5%), formula II (2%), formula

Page 85: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

72

III (2,5%), apabila konsentrasinya semakin besar maka viskositasnya juga

semakin meningkat (Saputri, Radjab dan Yati, 2013). Penambahan ekstrak pada

formula juga mempengaruhi viskositas. Menurut Kartika (2010), pH juga

berpengaruh terhadap viskositas, dimana dengan penambahan asam maka ion-ion

H+

dapat berinteraksi dengan COO- menjadi COOH, sehingga gaya tolak menolak

berkurang lalu viskositas menurun, dan semakin sedikit jumlah air yang

digunakan, maka semakin besar nilai viskositas yang dihasilkan. (Nauli dkk,

2015).

Selain itu kemungkinan penurunan viskositas sediaan disebabkan oleh

menguapnya sejumlah cairan dari sediaan karena pengaruh suhu penyimpanan

(Yulianti, Nugraha, dan Nurdianti, 2015) dan menurut Noor dan Nurdyastusi

(2009) peningkatan suhu dapat menyebabkan terjadinya pemutusan rantai polimer

sehingga kedudukan antar molekul menjadi renggang, akibatnya viskositas

menurun. Penyimpanan juga mempengaruhi viskositas, semakin lama waktu

penyimpanan maka semakin lama juga sediaan terpengaruh oleh lingkungan,

misalnya udara. Kemasan yang kurang kedap dapat menyebabkan sediaan

menyerap uap air dari luar, sehingga menambah volume air dalam sediaan

(Septiani, Wathoni, dan Mita, 2012).

Selama 28 hari penyimpanan, viskositas keempat formula cenderung

mengalami penurunan setiap minggunya. Selain itu dapat diketahui pula bahwa

formula sabun cair yang lebih stabil yaitu formula III karena memiliki persentase

penurunan yang lebih kecil dibandingkan formula lainnya.

Page 86: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

73

3) Tinggi Busa

Pengamatan kestabilan tinggi busa sediaan sabun cair ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) dilakukan untuk mengukur banyaknya busa yang

dihasilkan dari masing-masing formula selama penyimpan 28 hari. Pada formulasi

ini, zat yang berfungsi menghasilkan serta mempertahankan stabilitas tinggi busa

yaitu natrium lauril sulfat, dimana surfaktan atau natrium lauril sulfat salah satu

bahan terpenting dalam sediaan sabun. Konsentrasi natrium lauril sulfat pada

formula kontrol (2%), formula I (1,5%), formula II (2%), dan formula III (2,5%).

Pembentukan busa disebabkan adanya perbedaan tegangan osmotik dalam cairan,

molekul terlarut seperti surfaktan mengubah tegangan permukaan cairan

kemudian akan membentuk gelembung dan adanya gaya tolak menolak yang

menyebabkan busa menjadi stabil dan bertahan lebih lama (Febriyanti, 2013).

Tinggi busa sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterpohyllus L.) berkisar antara 6,7-3,0 cm. tinggi busa formula kontrol berkisar

6,1-5,7 cm dengan persentase penurunan sebesar 6,55%. Formula I berkisar 3,5-

3,0 cm dengan persentase penurunan sebesar 14,2%. Formula II berkisar 4,7-4,3

cm dengan persentase penurunan sebesar 8,51%. Formula III berkisar 6,7-6,2 cm

dengan persentase penurunan sebesar 7,46%. Pada hasil pengujian tinggi busa

dapat dilihat bahwa tinggi busa sabun cair sangat bervariasi tergantung dengan

konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi yang

digunakan maka busa yang dihasilkan semakin banyak dan semakin stabil, dan

kestabilan busa tidak mengalami penurunan yang berarti. Penurunan dapat terjadi

karena selama proses pengujian tinggi busa, pengocokkan yang dilakukan kurang

Page 87: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

74

stabil karena dilakukan menggunakan pengocokan manual (Wulandari, Sutaryono,

dan Hidayati, 2016) dan kecenderungan penurunan viskositas berpengaruh

terhadap penurunan tinggi busa, begitu sebaliknya (Kartika, 2010). Namun

meskipun mengalami penurunan tinggi busa yang dihasilkan masih memenuhi

persyaratan sabun cair menurut SNI 06-4085-1996. Dari ketiga formula sabun cair

yang mengandung ekstrak daun nangka diketahui bahwa formula III merupakan

formula yang relative lebih stabil ditinjau dari tinggi busanya karena memiliki

persensate yang lebih kecil dibanding formula I dan II.

4) Bobot Jenis

Dari hasil pengamatan bobot jenis sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L) selama 28 hari penyimpanan memiliki kecenderungan terjadinya

penurunan. Kisaran bobot jenis yang didapat yaitu antara 1,0358-1,0256 g/cm3.

Pada formula kontrol (1,0322-1,0278 g/cm3) dengan persentase penurunan

sebesar 0,42%. Formula I (1,0323-1,0256 g/cm3) dengan persentase penurunan

sebesar 0,64%. Formula II (1,0330-1,0289 g/cm3) persentase perununan 0,39%,

0,21%. Sedangkan formula III (1,0358-1,0324 g/cm3) persentase penurunan bobot

jenis sebesar 0,32%.

. Maka diketahui bahwa formula III relative lebih stabil dibanding formula

kontrol, formula I dan II. Namun masih memenuhi persyaratan bobot jenis sabun

cair yang telah ditetapkan yaitu 1,01-1,10 g/cm3 ( SNI 06-4085-1996).

Jika diamati dari hasil pengujian bobot jenis dapat diketahui bahwa bobot

jenis dari hari ke hari semakin menurun seiring dengan menurunnya viskositas.

Viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis, sehingga semakin tinggi bobot

Page 88: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

75

jenis maka viskositas akan semakin meningkat dan begitu sebaliknya (Martin, et

al, 1993). Selain itu, menurut Kasenda, Yamlean, dan Lolo (2016), nilai bobot

jenis dipengaruhi suatu bahan penyusunnya dan sifat fisiknya.

5) Warna

Pengujian terhadap perubahan warna sediaan dilakukan dengan kuisioner yang

diberikan kepada 30 responden, bertujuan untuk melihat adakah perubahan warna

yang terjadi setelah 28 hari penyimpanan. Formula kontrol memiliki warna putih,

sedangkan pada formula I, II dan III sediaan berwarna coklat kehijauan yang

disebabkan oleh penambahan ekstrak kental daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.). Konsentrasi ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

pada formula I, II dan III yaitu sebesar 2,12%. Pada hasil pengamatan dapat

dilihat bahwa data kuesioner dari 30 orang responden menunjukkan berturut-turut

formula I,II, dan III sebanyak 93,4%, 90%, dan 90% menyatakan tidak terjadi

perubahan warna dan sebanyak 6,6%, 10% dan 10% menyatakan terjadi

perubahan warna sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) selama penyimpanan 28 hari. Perubahan warna dan bau dapat

disebabkan oleh pengaruh suhu pada ruang penyimpanan (Laksana dkk, 2017).

6) Bau

Pengujian perubahan bau bertujuan untuk melihat adakah perubahan bau yang

terjadi setelah 28 hari penyimpanan. Formula kontrol memiliki aroma rose karena

memang ditambahkan pengaroma rose dalam sediaan, namun masih ada sedikit

bau minyak zaitun yang tidak begitu tercium. Sedangkan pada formula I, II dan III

memiliki aroma campuran antara pengaroma rose dan ekstrak daun nangka

Page 89: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

76

(Artocarpus heterophyllus L.) yang menyebabkan pengaroma rose tidak terlalu

tercium namun disemua formula tidak terdapat bau tengik karena terdapat BHT

sebagai antioksidan. Pada tabel hasil, data kuesioner dari 30 orang responden

menunjukkan formula kontrol 100% menyatakan tidak terjadi perubahan bau dan

berturut-turut formula I,II, dan III sebanyak 96,6%, 96,6%, dan 96,6%

menyatakan tidak terjadi perubahan bau dan sebanyak 3,3%, 3,3%, dan 3,3%

menyatakan terjadi perubahan bau sediaan krim selama penyimpanan 28 hari.

Perubahan warna dan bau dapat disebabkan oleh pengaruh suhu pada ruang

penyimpanan (Laksana dkk, 2017).

7) Homogenitas

Pengujian dan pengamatan terhadap homogenitas sabun cair ekstrak daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) setelah 28 hari penyimpanan bertujuan

untuk mengamati adakah partikel yang belum terdistribusi dengan baik.

Pengujian dilakukan dengan cara mengoleskan tipis sabun cair ekstrak daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) baik formula kontrol, formula I, formula II

dan formula III pada kaca objek, lalu ditutup dengan deck glass. Kemudian dilihat

sebaran partikelnya dibawah mikroskop.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa partikel terdistribusi dengan cukup

baik pada semua formula. Seperti terlihat pada hasil pengamatan menunjukkan

bahwa partikel terdistribusi dengan baik di dalam basis sabun cair ditandai dengan

tidak adanya partikel-partikel yang tidak tersebar secara merata pada formula

kontrol, formula I, formula II dan formula III selama 28 hari penyimpanan dan

pada saat dioleskan di kulit juga tidak terdapat butiran kasar.

Page 90: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

77

8) Iritasi Kulit

Pengujian iritasi kulit sediaan sabun cair yang mengandung ekstrak daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) bertujuan untuk melihat adakah gejala

iritasi yang mungkin timbul setelah penggunaan atau pengaplikasian sabun cair.

Data hasil kuesioner menunjukkan bahwa 30 orang responden pada pengujian

iritasi kulit sediaan sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.),

100% tidak mengalami gejala iritasi seperti kemerahan, rasa terbakar, perih atau

gatal pada kulit setelah diolesi sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.). Hal tersebut dikarenakan bahan-bahan yang

terkandung dalam formula tidak menyebabkan iritasi pada kulit, kondisi sediaan

sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) yang masih baik

selama 28 hari penyimpanan dan pH sediaan sabun cair ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) memenuhi persyaratan pH sabun cair yaitu 8-11

(SNI 06-4085-1996).

3. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

Berdasarkan hasil pengamatan sabun cair yang mengandung ekstrak daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan variasi natrium lauril sulfat sebagai

surfaktan, formula kontrol, I,II dan III stabil secara fisik, memenuhi syarat

homogenitas dan tidak mengiritasi kulit.

Ditinjau dari pH sediaan, formula kontrol, I,II dan III sabun cair ekstrak daun

nangka (Artocarpus heterophyllus L.) memiliki pH berkisar antara 9,21-8,35.

Meskipun sama-sama mengalami penurunan, akan tetapi diantara formula I,II dan

Page 91: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

78

III dapat dilihat bahwa formula III miliki pH yang paling stabil, sebab mengalami

penurunan hanya sebesar 0,92%.

Ditinjau dari viskositas sediaan, formula kontrol, I,II dan III sabun cair ekstrak

daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) memiliki viskositas berkisar antara

3545,4-1961,5 cP. Diantara formula kontrol, I,II dan III, viskositas tertinggi

terjadi pada formula III yang menggunakan natrium lauril sulfat 2,5%. Dalam hal

ini dapat disimpulkan bahwa natrium lauril sulfat mempengaruhi viskositas

sediaan. Meskipun sama-sama mengalami penurunan, akan tetapi diantara

formula I,II dan III dapat dilihat bahwa formula III miliki viskositas yang paling

stabil, sebab mengalami penurunan hanya sebesar 16,19%.

Pengamatan tinggi busa sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.) tidak banyak mengalami penurunan. Tinggi busa sabun cair

ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) berkisar antara 6,7-3,0 cm.

Meskipun pada setiap formula mengalami penurunan, formula kontrol, I,II dan III

masih memenuhi syarat tinggi busa yaitu 1,2 – 22 cm. Berdasarkan persentase

penurunan dari formula I,II, dan III, dapat dilihat bahwa formula III memiliki busa

yang paling stabil, dengan persentase penurunan sebesar 7,46%. Hal ini sejalan

dengan konsentrasi natrium lauril sulfat yang tinggi.

Pengamatan bobot jenis sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus

heterophyllus L.), bobot jenis sabun cair berkisar antara 1,0358-1,0256 g/cm3.

Pada formula kontrol, I,II dan III mengalami penurunan dari hari ke hari, hal ini

beriringan dengan viskositas yang mengalami penurunan. Namun meskipun

semua formula mengalami penurunan, bobot jenis sabun cair ekstrak daun nangka

Page 92: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

79

(Artocarpus heterophyllus L.) tetap memenuhi syarat bobot jenis sabun cair 1,01-

1,10 g/cm3. Diantara formula I,II dan III, formula III memiliki bobot jenis yang

paling stabil karena memiliki persentase penurunan sebesar 0,32%.

Ditinjau dari perubahan warna dan bau, pada formula kontrol tidak mengalami

perubahan warna sedangkan formula I,II dan III mengalami perubahan warna

dengan persentase sebesar 6,6%, 10% dan 10%. Pada pengamatan perubahan bau

formula kontrol tidak mengalami perubahan bau, sedangkan pada formula I,II dan

III mengalami perubahan bau dengan persentase 3,3%. Namun dikarenakan

persentasenya kurang dari 50% maka dapat dinyatakan bahwa warna dan bau

sabun cair ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) tidak mengalami

perubahan yang berarti.

Pada pengamatan homogenitas sediaan selama penyimpanan 28 hari formula

kontrol, I, II, dan III memiliki homogenitas yang stabil. Pengamatan menunjukkan

bahwa partikel terdistribusi dengan baik di dalam basis sabun cair ditandai dengan

tidak adanya partikel-partikel yang tidak tersebar secara merata, baik formula

kontrol, I, II, dan III.

Ditinjau dari pengamatan iritasi pada kulit sebanyak 30 responden menyatakan

tidak terjadi iritasi pada kulit baik formula kontrol, I, II, dan III. Sehingga sabun

cair ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) aman digunakan pada

kulit sebab tidak menimbulkan reaksi alergi apapun setelah diaplikasikan pada

kulit responden.

Dari rekapitulasi hasil dapat disimpulkan bahwa formula kontrol, formula I,

formula II, formula III memenuhi persyaratan sabun cair baik pH, viskositas,

Page 93: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

80

tinggi busa, bobot jenis, homogenitas, warna, bau dan iritasi kulit. Dari hasil

evaluasi selama 28 hari penyimpanan dapat disimpulkan bahwa formula III

memiliki kestabilan yang paling baik, hal ini dikarenakan persentase dari

keseluruhan evaluasi sabun cair, formula III memiliki persentase perubahan yang

paling stabil.

Page 94: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap kestabilan fisik sabun

cair ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dengan variasi natrium

lauril sulfat sebagai surfaktan selama 28 hari penyimpanan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) dapat diformulasikan

menjadi sediaan sabun cair. Formula yang paling stabil yaitu formula III

dengan konsentrasi natrium lauril sulfat sebesar 2,5%.

2. pH semua formula sabun wajah cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

3. Viskositas semua formula sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

4. Tinggi busa semua formula sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

5. Bobot jenis semua formula sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

6. Homogenitas sediaan sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) pada formula kontrol, I, II, dan III memenuhi

syarat stabil secara fisik.

Page 95: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

82

7. Semua formula sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) memenuhi persyaratan karena tidak mengalami

perubahan warna.

8. Semua formula sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) memenuhi persyaratan karena tidak mengalami

perubahan bau.

9. Semua formula sabun cair yang mengandung ekstrak daun nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) memenuhi persyaratan karena tidak mengalami

iritasi kulit.

B. Saran

Dari hasil penelitian mengenai formulasi sabun cair yang mengandung ekstrak

daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) peneliti menyarankan agar :

1. Dilakukan uji dipercepat untuk mengetahui waktu optimal sediaan sabun cair

yang mengandung ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.) yang

tetap stabil dan memenuhi syarat.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan zat aktif tanaman

lain yang diharapkan akan menghasilkan sediaan sabun cair yang lebih stabil.

Page 96: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

83

DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, N.M.R.D., Parwata, I.M.O.A, dan Negara, I.M.S, 2017. Potensi Ekstrak

Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) Sebagai Antioksidan Alami.

Jurnal Kimia. 10(2): 162-167.

Agustina, L., M. Yulianti, F. Shoviantari, dan I.F. Sabban, 2017. Formulasi Dan

Evaluasi Sabun Mandi Cair Dengan Ekstrak Tomat (Solanum

Lycopersicum L.) Sebagai Antioksidan. Jurnal Wiyata. 4(2): 99-105.

Anggraini, D., W.S. Rahmides, dan M. Malik, 2012. Formulasi Sabun Cair Dari

Ekstrak Batang Nanas (Ananas comosus L.) Untuk Mengatasi Jamur

Candida albicans. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 1(1): 30-33.

Anwar, A.I., F. Zainuddin, dan A. Miranti, 2016. Melasma. 21Press, Sulawesi

Selatan, Indonesia, hal. 27-38, 77-84.

Ashok, P., dan K. Upadhyaya, 2012. Tanin are Astrigent. Journal of

Pharmacognosy and Phytochemistry. 1(3): 45-50.

Brady, JE. 1999. Kimia Universitas: Asas dan Structure. Jilid 1 Edisi Kelima.

Binarupa aksara, Jakarta. Dalam: Mauliana, 2016. Formulasi Sabun Padat

Bentonit Dengan Variasi Konsentrasi Asam Stearat Dan Natrium Lauril

Sulfat. Skripsi, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi

Farmasi, Jakarta, Indonesia.

Chang, T., 2009. An Updated Review Of Tyrosinase Inhibitors. International

Journal Of Molecular Sciences. 10: 2440-2475.

Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, hal. 96.

Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, hal. 7, 9.

Dewan Standardisasi Nasional. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3532-

1994. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta, hal.1.

Dewan Standardisasi Nasional. 1996, Standar Sabun Mandi Cair, SNI 06-4085-

1996. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta, hal.1-2, 7-9.

Dimpudus, S.A., P.V.Y. Yamlean, A. Yudistira, 2017. Formulasi Sediaan Sabun

Cair Ekstrak Etanol Bunga Pacar Air (Impaties balsamina L.) Dan Uji

Efektivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro.

6(3):208-215.

Page 97: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

84

Elevitch, C.R., and H.I. Manner, 2006. Artocarpus heterophyllus (Jackfruit).

Species Profile For Pacific Island Agroforesty. 1(1): 1-16.

Febriyanti, D.R., 2013. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk

Purut (Citrus hystrix DC.) Dengan Kokamidopropil Betain Sebagai

Surfaktan. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Febriyenti, L.I. Sari, R. Nofita, 2014. Formulasi Sabun Transparan Minyak

Ylang-Ylang Dan Uji Efektivitas Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat.

Jurnal Sains Farmasi & klinis. 1(1): 61-71.

Feng, H.L., L. Tian, W.M. Chai, X. Chen, Y. Shi, Y. S. Gao, G.L. Yan, Q.Chen,

2014. Isolatin and purification of condensed tannins from flamboyant tree

and their antioxidant and antityrosinase activities. US National Libary of

Medicine, AS.

Gusviputri, A., N.Meliana, Aylianawati, dan N.Indraswati, 2013. Pembuatan

Sabun Dengan Lidah Buaya (Aloe vera) Sebagai Antiseptik Alami. 12(1):

11-21.

Handayani, A.P.,2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96%

Biji Alpukat (Perseae Americana Mill) Terhadap Formulasi Sabun Padat

Transparan. Skripsi, Fakultas Farmasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Dalam: Mauliana, 2016. Formulasi Sabun Padat Bentonit Dengan Variasi

Konsentrasi Asam Stearat Dan Natrium Lauril Sulfat. Skripsi, Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi, Jakarta,

Indonesia

Harahap, W.H., 2017. Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus Lam.) Sebagai Anti-Aging. Skripsi, Universitas

Sumatera Utara, Medan, hal.7.

Ichsani, N.N., 2016. Formulasi Sediaan Sabun Wajah Minyak Atsiri Kemangi

(Ocimum basilicum L.) Dengan Kombinasi Sodium Lauril Sulfat Dan

Gliserin Serta Uji Antibakteri Terhadap Staphylococcus epidermidis.

Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal 5.

Juwita, K. N., 2011. Uji penghambatan tirosinase dan stabilitas fisik sediaan krim

pemutih yang mengandung ekstrak kulit batang nangka (Artocarpus

heterophyllus). Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.

Kalangi, S.J.R., 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM). 5(3):12-20.

Page 98: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

85

Kartika, G.F., 2010. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Carbopol 940 Sebagai

Bahan Pengental Terhadap Viskositas dan Ketahanan Busa Sediaan

Shampoo. Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Kasenda, J.C., P.V.Y. Yamlean, dan W.A. Lolo., 2016. Formulasi dan Pengujian

Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Ekor Kucing

(Acalypha hispida Burm.F) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi. 5(3).

Laksana, K.P., Oktavillariantika., N.L.PA. Pratiwi., N.P.A.D. Wijayanti., dan P.S.

Yustiantara., 2017. Optimasi Konsentrasi HPMC Terhadap Mutu fisik

Sediaan Sabun Cair Menthol. Jurnal Farmasi Udaya. 6(1).

Latifah., 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid Dan Uji Aktivitas

Antioksidan Pada Ekstrak Rimpang Kencur Kaempferia galangal L.

Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil). Skripsi, Universitas

Malik Ibrahim, Malang, hal.15.

Lenny, S., 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida, dan Alkoloida. Karya

Tulis Ilmiah, Universitas Sumatera Utara, hal. 7.

Lisnawati., 2018. Efektivitas Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Terhadap Mortalitas Cacing Haemonchus contortus Yang Diuji Secara

Invitro. Skripsi, Universitas Hasanuddin Makassar, hal. 4.

Lubis, S.L., 2003. Sabun Obat. Jurusan Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

Maharani, A., 2015. Penyakit Kulit. Pustaka Baru Press, Yogyakarta, Indonesia,

hal 21-27.

Mambang, D.E., dan J. Rezi, 2018. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

Nangko (Artocarpus heterophyllus. L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus, Jurnal Agroteknosains. 2(1): 179-187.

Maramis, N.K., 2014. Formulasi Sediaan Sabun Cair Wajah Menggunakan Kulit

Buah Semangka (Citrullus vulgaris) Dengan Kombinasi Natrium Lauril

Sulfat Dan Polisorbat. Karya Tulis Ilmiah, Akademi Farmasi Bina

Husada.

Martin A., J. Swarbick, dan A Cammarata., 1998. Farmasi Fisik. Edisi III.

Terjemahkan oleh : Yoshita. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Dalam:

Saputri, W., Radjab, N.S., dan Yati, K., 2013. Perbandingan Optimasi

Natrium Lauril Sulfat Dengan Optimasi Natrium Lauril Eter Sulfat

Sebagai Surfaktan Terhadap Sifat Fisik Sabun Cair Ekstrak Air Kelopak

Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa. L).

Page 99: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

86

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier

Science. B.V. Amsterdam, Netherlands, hal.446, 448-450.

Mutmainah, M., dan Y.D. Franyoto, 2015. Formulasi Dan Evaluasi Sabun Mandi

Cair Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber Officinale Var Rubrum) Serta

Uji Aktivitas Sebagai Antikeputihan, E-Publ.Fak.Farm. hal 28.

Nandityasari, I., 2009. Hubungan Antara Ketertarikan Iklan Pond’s Ditelevisi

Dengan Keputusan Membeli Produk Pond’s Pada Mahasiswa. Skripsi,

Universitas Muhammadiyah, Surakarta, hal. 5.

Nauli, A.P., Y.S. Darmanto, dan E. Susanto, 2015. Karakteristik Sabun Cair

Dengan Penambahan Kolagen Ikan Air Laut Yang Berbeda. 4(4): 1-6.

Noor, S.U., dan D. Nurdyastuti., 2009. Lauret-7-Sitrat Sebagai Detergensia dan

Peningkatan Busa Pada Sabun Cair Wajah Glysine soja (Sieb.)Zucc.

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 7(1) : 39-47.

Putra, R.M., A. Fahrurroji, dan B. Wijianto, 2016. Optimasi Formulasi Sabun

Mandi Cair Ekstrak Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiber officale Rosc.

Var rubrum). Jurnal Teknosains. 5(2):81-146.

Rahmawati, D.S., 2018. Formulasi Dan Uji Antibakteri Sediaan Sabun Mandi

Cair Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas Poir)

Terhadap Bakteri Escherichia coli. Skripsi, Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta.

Rahmi, I.W, E.Nurhikma, E. Badia, dan M.Ifaya, 2017. Formulasi Sabun

Pembersih Kewanitaan (Feminime Hygiene) Dari Ekstrak Kulit Buah

Durian (Durio zibethinus Murray). Jurnal Mandala Pharmacon

Indonesia. 3(2): 80-89.

Rayendra, R., 2017. Inhibisi Tirosinase Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Dalam Menurunkan Produksi Melanin Pada Kultur Mouse Melanoma B-

16 Cell. Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey dan M.E. Quinn, 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipients Sixth Edition. American Pharmaceutical Association. London,

Chicago, hal. 75-77, 470-472, 483-440, 576-577, 592-593, 651-652, 697-

698.

Salmia., 2016. Analisis Kadar Flavonoid Total Ekstrak Kulit Batang Kedondong

Bangkok (Spondias dulcis) Dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS.

Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, hal.2.

Page 100: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

87

Saputri, W., Radjab, N.S., dan Yati, K., 2013. Perbandingan Optimasi Natrium

Lauril Sulfat Dengan Optimasi Natrium Lauril Eter Sulfat Sebagai

Surfaktan Terhadap Sifat Fisik Sabun Cair Ekstrak Air Kelopak Bunga

Rosella (Hibiscus sabdariffa. L).

Sari, F.I., 2016. Uji Stabilitas Fisik Dan Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Pala

(Myristica fragrans Houtt.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Dalam Formulasi Sabun Cair. Skripsi, Universitas Muhamaadiyah,

Surakarta, hal.6.

Sari, W, K., 2018. Potensi Nonpartikel Daun Dan Pucuk Nangka (Artocarpus

heterophyllus) Sebagai Inhibitor Enzim Tirosinase. Institut Pertanian

Bogor.

Sayuti, M. 2017. Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi, Bagian dan Jenis

Pelarut Terhadap Rendemen dan Aktivitas Antioksidan Bambu Laut (Isis

hippuris). Technology Science and Engineering Journal. 1(3): 2549.

Septiani, S., N. Wathoni dan S.R. Mita., 2012. Formulasi sediaan masker gel

antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetun gnemon Linn.). 1(1).

Sitepoe, M., 2008. Corat-Coret Anak Desa Berprofesi Ganda. Kepustakaan

Populer Gramedia, Jakarta,Indonesia, hal 40.

Suarsa, I.M., 2018. Pembuatan Sabun Lunak Dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau

Dari Kinetika Kimia. Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Syaiful, S.D., 2016. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun

Kemangi (Ocimum sanctum L.) Sebagai Sediaan Hand Sanitizer. Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin,

Makassar.

Tjay, T.H., dan K. Rahardja, 2015. Obat-Obat Penting: “Khasiat, Penggunaan,

Dan Efek Sampingnya” (Edisi Ke-7). Alex Media Komputindo, Jakarta,

Indonesia, hal. 257, 537.

Tranggono, R.I dan F. Latifah, 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,Indonesia, hal 11-13.

Voigt, R, 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V, Terjemahan Oleh:

Volk, VEB., dkk. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia,

hal 558-574.

Wasitaatmadja, S. M., 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Pustaka Penerbit UI

Press, Jakarta, hal. 97-100.

Page 101: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

88

Widyastuti, Y. E., 1993. Nangka dan Cempedak : “Ragam Jenis Dan

Pembudidayaan”. Penebar Swadaya, hal. 1, 5-7.

Widyasanti, A., A.Y. Rahayu., dan S. Zain., 2017. Pembuatan Sabun Cair

Berbasis Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Penambahan Minyak Melati

(Jasminum Sambac) Sebagai Essential Oil. Jurnal Teknotan.11(2).

Wijana, S., S.A. Mustaniroh, dan I. Wahyuningrum, 2005. Pemanfaatan Minyak

Goreng Bekas Untuk Pembuatan Sabun (Kajain Lama Penyabunan Dan

Konsentrasi Dekstrin). 6(3):193-202.

Wulandari, A., Sutaryono, dan N. Hidayati, 2016. Pengaruh Variasi Konsentrasi

Surfaktan Cocoamydopropyl Betaine Terhadap Uji Sifat Fisik Sabun

Mandi Cair Ekstrak Buah Pepaya (Carica papaya L.

). STIKes Muhammadiyah Klaten. 7(1).

Wulansari, S., 2017. Formulasi Sabun Mandi Cair Antioksidan Ekstrak Etanol

Kulit Bawang Merah Maja Cipanas (Allium cepa L. Aggregatum). Skripsi,

Universitas Al-Ghifari, hal.20.

Yamlean, P.V.Y, dan Bodhi, W., 2017. Formulasi Dan Uji Antibakteri Sediaan

Sabun Cair Ekstrak Daun Kemangi (Ocymum basilicum L.) Terhadap

Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi. 6(1): 76-86.

Yulianti, R., D.A. Nugraha, dan L. Nurdianti., 2015. Formulasi Sediaan Sabun

Mandi Cair Ekstrak Daun Kumis Kucing (orthosiphon aristatus (BI)

Miq.). Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2) : 1-11.

Page 102: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

89

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Menurut penelitiaan Rayendra (2017), ekstrak etanol daun nangka muda

(Artocarpus heterophyllus L.) memiliki aktivitas inhobitor tirosinase yang

mampu mencerahkan kulit dengan nilai IC50 29,9 ppm pada fase monofenolase

dan nilai asam kojat sebagai pembanding sebesar 28,2 ppm. Konsentrasi asam

kojat dalam sediaan topikal ialah 2%.

Konsentrasi zat aktif =

x Sediaan Beredar

=

x 2% = 2,12%

Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Berat Simplisia Daun Nangka = 1400 gram

Berat Ekstrak Kental Daun Nangka = 141,79 gram

(%) Rendemen ekstrak daun nangka =

x 100%

=

x 100%

= 10,12%

Jadi, rendemen ekstrak kental daun nangka adalah sebesar 10,12%.

Page 103: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

90

Lampiran 3. Perhitungan Bahan Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Nangka

(Artocarpus heterophyllus L.)

Dibuat 50 gram sabun mandi cair performula,

Dilebihkan 20% = + (

+ 50) = 60 gram

1. Ekstrak Daun Nangka =

x 60 gram = 1,272 gram

2. Minyak Zaitun =

x 60 gram = 12 gram

3. KOH 10% =

x 60 gram = 2,4 gram

4. Na CMC =

x 60 gram = 1,2 gram

5. Sodium Lauril Sulfat

Formula Kontrol =

x 60 gram = 1,2 gram

Formula I =

x 60 gram = 0,9 gram

Formula II =

x 60 gram = 1,2 gram

Formula III =

x 60 gram = 1,5 gram

6. Asam Stearat =

x 60 gram = 1,2 gram

7. Propilenglikol =

x 60 gram = 3 gram

8. BHT =

x 60 gram = 0,012 gram

9. Pengaroma 1 ml

10. Aquadest ad 60 ml

Page 104: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

91

Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Page 105: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

92

Lampiran 6. Lembar Inform Contest

Page 106: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

93

Lampiran 7. Kuisioner Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Page 107: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

94

Lampiran 8. Hasil Pengukuran pH, Viskositas, Tinggi Busa dan Bobot Jenis

Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) Selama

Penyimpanan 28 hari.

Hasil Pengukuran pH Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Formula Sabun

pH Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

Ket Hari ke-

0 7 14 21 28

Formula

Kontrol

9,17 9,20 9,19 9,15 9,11 MS

9,24 9,19 9,18 9,16 9,14 MS

9,21 9,18 9,18 9,13 9,13 MS

Rata-rata 9,21 9,19 9,18 9,14 9,12 MS

Formula I

8,46 8,42 8,43 8,41 8,34 MS

8,48 8,48 8,43 8,38 8,35 MS

8,47 8,44 8,39 8,39 8,36 MS

Rata-rata 8,47 8,44 8,41 8,39 8,35 MS

Formula II

8,59 8,53 8,53 8,51 8,48 MS

8,53 8,56 8,52 8,48 8,46 MS

8,55 8,55 8,53 8,50 8,49 MS

Rata-rata 8,56 8,54 8,52 8,49 8,47 MS

Formula III

8,68 8,65 8,63 8,61 8,59 MS

8,66 8,63 8,65 8,60 8,60 MS

8,67 8,67 8,61 8,59 8,59 MS

Rata-rata 8,67 8,65 8,63 8,60 8,59 MS

pH yang memenuhi syarat 8-11 (SNI, 06-4085-1996).

Page 108: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

95

Hasil Pengukuran Viskositas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Formula Sabun

Viskositas Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

Ket Hari ke-

0 7 14 21 28

Formula

Kontrol

3585,7 3462,7 3297,4 3124,7 2947,3 MS

3562,3 3356,2 3269,6 3143,3 3005,8 MS

3489,3 3376,5 3270,7 3115,4 3022,4 MS

Rata-rata 3545,4 3398,4 3279,2 3127,8 2991,6 MS

Formula I

2497,7 2341,5 2210,6 2011,5 1979,3 MS

2491,3 2295,4 2209,7 2178,4 1941,7 MS

2456,2 2352,3 2200,3 2164,4 1964,5 MS

Rata-rata 2481,7 2329,7 2206,5 2115,4 1961,5 MS

Formula II

2713,7 2543,7 2410,6 2361,5 2260,0 MS

2691,4 2553,0 2415,7 2364,3 2274,9 MS

2721,5 2557,6 2419,0 2362,7 2251,1 MS

Rata-rata 2708,5 2551,4 2415,1 2362,8 2262,0 MS

Formula III

3183,4 2959,4 2874,2 2764,5 2671,3 MS

3152,4 2947,7 2892,1 2731,5 2645,7 MS

3127,2 2949,3 2843,8 2700,3 2651,0 MS

Rata-rata 3169,3 2952,1 2870,0 2732,1 2656,0 MS

Viskositas yang memenuhi syarat 400-4000 cP

Page 109: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

96

Hasil Pengukuran Tinggi Busa Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Formula Sabun

Tinggi Busa Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

Ket Hari ke-

0 7 14 21 28

Formula

Kontrol

6,0 5,9 5,8 6,0 5,9 MS

6,1 6,1 5,9 5.8 5,6 MS

6,2 6,1 5,9 5.9 5,8 MS

Rata-rata 6,1 6,0 5.8 5,8 5,7 MS

Formula I

3,5 3,3 3,5 3,3 3,0 MS

3,5 3,7 3,2 3,4 3,1 MS

3,7 3,2 3,3 3,1 3,1 MS

Rata-rata 3,5 3,4 3,3 3,2 3,0 MS

Formula II

4,7 4,3 4,5 4,3 4,3 MS

4,6 4,6 4,6 4,5 4,4 MS

4,8 4,3 4,4 4,4 4,3 MS

Rata-rata 4,7 4,5 4,5 4,4 4,3 MS

Formula III

6,7 6,7 6,4 6,2 6,4 MS

6,6 6,5 6,6 6,4 6,1 MS

6,9 6,5 6,4 6,2 6,2 MS

Rata-rata 6,7 6,5 6,4 6,2 6,2 MS

Tinggi busa yang memenuhi syarat 1,2-22 cm

Page 110: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

97

Hasil Pengukuran Bobot Jenis Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Formula Sabun

Bobot Jenis Sabun Cair Ekstrak Daun Nangka

Ket Hari ke-

0 7 14 21 28

Formula

Kontrol

1,0320 1,0306 1,0315 1,0308 1,0241 MS

1,0326 1,0325 1,0310 1,0298 1,0289 MS

1,0320 1,0310 1,0305 1,0294 1,0304 MS

Rata-rata 1,0322 1,0315 1,0310 1,0300 1,0278 MS

Formula I

1,0330 1,0317 1,0308 1,0289 1,0236 MS

1,0324 1,0309 1,0298 1,0287 1,0253 MS

1,0315 1,0322 1,0288 1,0296 1,0280 MS

Rata-rata 1,0323 1,0316 1,0298 1,0290 1,0256 MS

Formula II

1,0336 1,0329 1,0320 1,0310 1,0274 MS

1,0333 1,0331 1,0328 1,0310 1,0287 MS

1,0322 1,0309 1,0324 1,0315 1,0306 MS

Rata-rata 1,0330 1,0323 1,0314 1,0311 1,0289 MS

Formula III

1,0356 1,0337 1,0346 1,0332 1.0323 MS

1,0363 1,0368 1,0315 1,0323 1,0329 MS

1,0357 1,0354 1,0347 1,0336 1,0322 MS

Rata-rata 1,0358 1,0353 1,0349 1,0330 1,0324 MS

Bobot jenis yang memenuhi syarat 1,01-1,10 g/cm3 (SNI 06-4085-1996).

Page 111: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

98

Lampiran 9. Proses Pembuatan Ekstrak Kental Daun Nangka (Artocarpus

heterophyllus L.)

Gambar 10. Destilasi Pelarut Gambar 11. Daun Nangka

Gambar 12. Pengeringan Daun Nangka Gambar 13. Daun Nangka Kering

Gambar 14. Serbuk Kasar Daun Nangka Gambar 15. Proses Maserasi

Page 112: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

99

Gambar 16. Destilasi Vakum Gambar 17. Ekstrak Kental

(Rotary Evaporator)

Page 113: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

100

Lampiran 10. Proses Pembuatan dan Evaluasi

Gambar 18. Bahan-bahan yang Gambar 19. Proses Pembuatan

digunakan pada pembuatan

Gambar 20. Evaluasi Tinggi Busa Gambar 21. Evaluasi pH

Gambar 22. Evaluasi Viskositas Gambar 23. Evaluasi Bobot Jenis

Page 114: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

101

Gambar 25. Uji Warna, Bau, dan Iritasi Kulit

Gambar 24. Uji Homogenitas

Page 115: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK … · JURUSAN FARMASI 2019 . HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini untuk

102

Lampiran 11. Formula