finish
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia bila dilihat dari perkembanganya sejak awal tidak lepas dari
pendidikan, baik pendidikan yang bersifat formal maupun non normal.
Manusia lahir ke dunia sangatlah lemah, namun Allah telah memberikan
potensi fitrah kepada anak manusia sebagai sarana dalam hidupnya untuk
menjadi manusia yang dewasa. Hanya saja kedewasaan manusia tidaklah
berjalan mulus tanpa halangan dan rintangan, sehingga perlu adanya
bimbingan dan arahan secara terus menerus untuk membantu proses
pendewasaan agar potensi anak tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan sasaran.Untuk itulah perlu adanya pendidikan yang berperan sebagai
sarana pendewasaan, karena pendewasaan inilah yang merupakan tujuan
pendidikan.
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan untuk
mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau anak didik. Dalam hal ini
Langeveld berpendapat : “ Mendidik anak memberi pertolongan secara sadar
dan sengaja kepada anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhanya menurut
awal kedewasaandalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab sosial
atas segala tindakanya menurut pilihannya sendiri “1. Dengan demikian
pendidikan merupakan usaha sadar, disengaja dan secara aktif membantu
perkembangan anak didik untuk menjadi manusia dalam arti utuh. Untuk
1 Suwarno, Pengantar umum pendidikan (Jakarta;Aksara baru : 1988), Hal 3
1
mencapai “manusia utuh” maka diperlukan pembelajaran yang kondusif, hal
ini tidak lepas dengan peran guru dan siswa. Upaya yang dilakukan oleh guru
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran seperti:
1. Peningkatan kualitas guru agama itu sendiri,karena dengan kualitas guru agama yang baik, maka setiap proses belajar akan mudah terkendali dan dapat meningkatkan mutu pendidikan agama
2. Peningkatan sarana dan prasarana sebagai penunjang pelaksanaan pendidikan agama
3. Meningkatkan hubungan dengan masyarakat, seperti : a. Mendorong dan meningkatkan hubungan yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa. b. Mengusahakan bantuan moral dan material dari orang tua dan masyarakat guna memperlancar proses belajar mengajar.
4. Usaha peningkatan atau perbaikan kurikulum, a. Menerapkan metode pengajaran yang memungkinkan siswa lebih aktif. b. Melatih siswa untuk berdiskusi.2
Adapun usaha lain yang harus dilakukan adalah mengadakan evaluasi
yang kemudian dilanjutkan dengan renovasi terhadap lembaga pendidikan
yang dikelolanya, supaya pendidikan tidak berjalan kebelakang melainkan
berjalan kedepan, sebagai mana dikatakan oleh Abdul Manan: “Pendidikan
harus hidup, terbuka dan tumbuh tidak hanya mengawetkan nilai lama, tetapi
harus mempelajari nilai baru. Ia memiliki kemampuan untuk selalu
memperbarui diri sendiri karena terbuka inovasi. Ia berjalan kedepan tidak
kebelakang”.3
Dengan demikian.seorang guru khususnya guru agama merupakan
pondasi yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik, sehingga mereka
diharuskan selalu meningkatkan kualitas kemampuan dalam berkomunikasi
2 Ibid hal 303 Ibid hal 83
2
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
sesama orang tua, atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar, karena dia
harus mampu mengajar sekaligus mendidik para muridnya untuk menjadi
manusia yang dewasa jasmani dan rohani lahir dan batin. Disisi lain, bila di
perhatikan kurikulum yang di gunakan di MI Sunan Giri 02 sejak tahun 2003
memadukan antara kurikulum dari Kementrian agama dan kurikulum dari
pendidikan nasional. Selain juga memberikan materi tambahan pelajaran
tentang baca tulis al’quran, praktek wudlu dan shalat setiap hari, mengemban
kepribadian, mengontrol perkembangan peserta didik, pekerja sama dengan
wali peserta didik melalui laporan buku harian. Hal ini nampaknya berdampak
positif terhadap perkembangan kelembagaannya. Dengan memperhatikan latar
belakang masalah di atas,maka kami tertarik untuk mengkaji dan meneliti
tugas akhir atau skripsi dengan judul : Upaya Guru Agama Dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Giri 02
Arjowilangun Kalipare Malang.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini berkisar pada hal-hal yang
berkaitan dengan upaya guru agama di sekolah tingkat dasar, sedangkan
permasalahannya adalah :
1. Apa saja yang dilakukan oleh guru agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare ?
3
2. Faktor-faktor apa saja yang menunjang dan menghambat usaha guru
agama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di MI Sunan Giri 02
Arjowilangun Kalipare ?
3. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh guru agama dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Giri 02
di Arjowilangun kalipare?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan secara jelas usaha yang dilakukan oleh guru
agama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah
Sunan Giri 02 di Arjowilangun kalipare Malang.
2. Untuk mendeskripkan faktor yang menunjang dan menghambat usaha
guru agama Islam dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah Sunan Giri 02 di Arjowilangun kalipare malang.
3. Untuk mendeskripkan usaha yang akan dilakukan guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Giri 02
di Arjowilangun Kalipare Malang.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian tentang usaha guru agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di MI Sunan Giri 02 diharapkan akan berguna :
4
1. Bagi para guru di MI Sunan Giri 02 dan para guru di sekolah lain sebagai
penambahan khazanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan
tentang upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Bagi para guru agama sebagai pedoman acuan dalam rangka
meningkatkan mutu belajar siswa, terutama berkaitan dengan upaya
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
3. Bagi lembaga – lembaga pemerintah yang terkait sebagai bahan masukan
dengan harapan dapat digunakan untuk menyusun suatu konsepsi tentang
pelaksanaan system pendidikan yang lebih baik pada masa-masa yang
akan datang.
4. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan
menerapkan apa yang telah diperoleh dibangku kuliah kedalam kehidupan
bermasyarakat.
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan Tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai suatu maksud pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar,
daya upaya) untuk mencapai sesuatu.4
2. Guru agama adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran agama.5
3. Meningkatkan adalah menaikan (derajat, taraf, dan sebagainya)
mempertinggi, memperhebat (produksi, dsb).6
4 Depdikbud RI, Kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga (Jakarta: balai pustaka: 2007), hal 6035 Ibid hal 776 Ibid hal 950
5
4. Kualitas adalah :1. Tingkat baik buruknya sesuatu; kadar. 2. Derajat atau
taraf (kepandaian, kecakapan, dsb) ; mutu.7
5. Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan, menjadikan orang atau
mahkluk hidup belajar.8
F. SISTIMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang
pembahasan skripsi ini yang berjudul : Upaya Guru Dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Di Mi Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
secara singkat dapat di lihat pada sistematika pembahasan yang terdiri dari
lima bab,dan tiap-tiap bab di bagi lagi menjadi sub bab yang satu dengan yang
lain saling berhubungan.
Bab I : menyedian pendahuluan yang mencangkup latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,definisi
operasional dan sistematika pembahasan. Dalam bab ini berisikan pokok-
pokok masalah yang akan dibahas dan diteliti, segala permasalahan dan
perumusannya serta scop terjabarnya di dalamnya.
Bab II: berisikan kajian-kajian eroristis terdiri dari tiga sub bab.
Pertama yaitu pembahasan tentang tugas dan tanggung jawab guru Agama
dalam melaksanakan pembelajaran. Kedua mengetahui seberapa factor
penunjang dan penghambat pembelajaran. Ketiga yaitu gambaran secara rinci
7 Ibid hal 11988 Ibid hal 17
6
upaya yang di lakukan guru Agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Bab III : berisikan tentang metode penelitian, dan metode yang di
gunakan pada penulisan ini adalah metode informen, metode pengumpulan
data, metode interview, metode dokumentasi dan metode analisa data.
Bab IV : merupakan hasil penelitian yang terdiri dari latar belakang
objek penelitian, penyajian dan analisa data.
Bab V : penutup dari keseluruhan skripsi yang terdiri dari kesimpulan
dan saran-saran
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru Agama Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Tugas guru agama sangat berat, karena disamping ia
menyampaikan materi agama, seorang guru agama harus menjalankan apa
yang disampaikannya. Sedangkan menyampaikan materi agama agar anak
didik bias mengerti dan paham bukan merupakan perbuatan yang mudah,
apalagi dimasa sekarang anak remaja sudah banyak yang mengalami
kemerosotan beragama, sehingga timbul dehadensi moral.
Banyak anak-anak remaja sekarang yang berani terhadap kedua
orang tuanya, tidak hormat kepada bapak ibu guru di sekolah, perbuatanya
tidak enak didengar, yang semuanya itu disebabkan karena mereka tidak mau
menjalankan agamanya dengan baik dan benar. Oleh sebab itu seorang guru
agama harus menghadapi dengan sabar dan tawakal. Tidak boleh putus dalam
menghadapi tantangan tersebut. Karena semua itu merupakan tanggungjawab
guru agama yaitu mendidik anak supaya menjadi anak yang taat kepada Allah
dan Rosul-Nya.
1. Sosok guru agama dalam melaksanakan pembelajaran
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing. Zakiyah Darajat
menyatakan “Bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala aspek dan segi kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian dan dalam
8
menghargai setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat9.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari
unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan
perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan secara sadar. Sebagai teladan, guru agama harus
memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profik dan idola, seluruh
kehidupanya adalah figure yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru
sebagai sosok yang ideal.
Guru adalah Spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak
didik, ia telah memberikan santapan jiwa dengan ilmu pendidikan akhlak,
dan membenarkannya terhadap apa yang dilakukan oleh anak didik. Oleh
karena itu, menghormati guru berarti menghormati anak didik kita,
menghargai guru berarti penghargaan terhadapat anak-anak kita. Dengan
guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu
menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Profil guru yang ideal sosok yang mengabdikan diri berdasarkan
panggilan jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka,
yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah.
Tapi, jangan hanya menuntut pengabdian guru, kesejahteraannya juga
patut ditingkatkan. Guru yang ideal selalu ingin bersama anak didik di
dalam dan di luar sekolah. Bila melihat anak didiknya menunjukkan sikap
seperti sedih, murung, suka berkelahi, malas belajar, jarang turun ke
9 Saiful Bahri Jamarah, Guru dan anak didik: dalam interaksi edukatif (Jakarta: 2000), hal. 40
9
sekolah, sakit, dan sebagainya, guru merasa prihatin dan tidak jarang pada
waktu tertentu guru harus menghabiskan waktunya untuk memikirkan
bagaimana berkembangan pribadi anak didiknya.
Jadi, kemuliaan hati seorang guru tercermin dalam kehidupan
sehari-hari, bukan hanya sekadar simbol atau semboyan yang terpampang
di kantor dewan guru. Iri, koruptor, munafik, suka mengunjing, suap
menyuap, malas dan sebagainya, bukanlah cerminan kemuliaan hati
seorang guru. Semua itu adalah perbuatan tercela yang harus disingkirkan
dari jiwa guru.
Guru dengan kemuliaannya, dalam menjalankan tugas, tidak
mengenal lelah. Hujan dan panas bukan rintangan bagi guru yang penuh
dedikasi dan loyalitas untuk turun ke sekolah agar dapat bersatu jiwa
dalam perpisahan raga dengan anak didik. Raga guru dan anak didik boleh
terpisah, tetapi jiwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru dan anak didik
adalah “Dwi Tunggal”. Oleh karena itu, dalam benak guru hanya ada satu
kiat bagaimana mendidik anak didik agar menjadi manusia dewasa susila
yang cakap dan berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang akan
datang.
Posisi guru dan anak didik boleh berbeda, tetapi keduanya tetap
seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Sering dalam arti
kesamaan langkah dalam mencapai tujuan bersama. Anak didik berusaha
mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas mengantar dan mmbimbing
anak didik ke pintu gerbang cita-citanya. Itulah barangkali sikap guru yang
10
tepat sebagai sosok pribadi yang mulia. Pendek kata, kewajiban guru
adalah menciptakan “khairunnas” yakni manusia yang baik.
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat dimata
masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru di hormati, sehingga
masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah
yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang
berkepribadian mulia.
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka dipundak
guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Tapi lebih berat lagi
mengemban tanggungjawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya
sebatas dinding sekolah, tetpi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus
guru berikan tidak hanya secara kelompok (klasikal), tetapi juga secara
individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu
memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak
hanya dilingkungan sekolah tetapi diluar skeolah sekalipun.
2. Ciri-ciri guru agama dalam melaksanakan pembelajaran
Berbicara tentang cirri-ciri guru agama dalam melaksanakan
pembelajaran, tidak bias dilepaskan dari kajian terhadap berbagai asumsi
yang melandasi keberhasilan guru itu sendiri. Para ulama telah
memformulasikan ciri-ciri dan tugas guru agama yang diharapkan agar
berhasil dalam menjalankan tugas-tugas pembelajaranya. Menurut
Abdurrahman Al Nahlawy bahwa ciri-ciri guru agama sebagai berikut :
a. Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola piker guru bersifat Robbani (Qs. Ali Imran : 79).
11
b. Ikhlas, yakni bermaksud mendapatkan keridhoan Allah, mencapai dan menegakkan kebenaran.
c. Sabar dalam mengajar berbagai ilmu kepada peserta didik.d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya, dalam arti
menerapkan anjuranya pertama-tama pada dirinya sendiri.e. Senantiasa membekali dirinya dengan ilmu dan bersedia mengkaji dan
mengembangkanya.f. Mampu menggunakan berbagai metode belajar secara bervariasi,
menguasainya dengan baik, mampu menentukan dan memilih metode belajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan situasi pembelajaran.
g. Mampu mengelola peserta didik, tegas dalam bertindak, dan meletakkan masalah secara professional.
h. Mempelajari kehidupan psikis peserta didik seluas dengan masa perkembanganya.
i. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola berfikir peserta didik, memahami problem kehidupan modern dan bagaimana cara islam menjalani dan mengahadapinya.
j. Bersikap adil diantara peserta didik10.Dari pendapat ulama tersebut, dapat dipahami bahwa ada beberapa
kemampuan dan perilaku yang perlu dimiliki oleh guru agama agar dalam
menjalankan tugas kepribadiannya dapat berhasil secara optimal.
Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid.
Guru harus menjadi suri teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru.
Di antara tujuan pendidikan ialah membentuk akhlak baik pula. Guru yang
tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik.
Yang dimaksud dengan akhlak baik dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah
akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti di contohkan oleh
pendidik utama, Muhammad SAW.
Di antara akhlak guru tersebut Zakiyah Daradjat berpendapat diantaranya
adalah :
10 Muhaimin, Nur Ali, Suti’ah, Paradigma pendidikan islam : upaya mengefektifkan pendidikan agama islam di sekolah (bandung: 2004), hal 96
12
a. Mencintai jabatannya sebagai guru.
Tidak semua orang yang menjadi guru karena “panggilan jiwa”. Di antara mereka ada yang menjadi guru karena “terpaksa” misalnya karena keadaan ekonomi, dorongan teman atau orang tua, dan sebagainya. Dalam keadaan bagaimanapun seorang guru harus berusaha mencintai pekerjaannya. Dan pada umumnya kecintaan terhadap pekerjaan guru akan bertambah besar apabila dihayati benar-benar keindahan dan kemuliaan tugas itu. Yang paling baik adalah apabila seseorang menjadi guru karena didorong oleh panggilan jiwa.
b. Bersikap adil terhadap semua muridnya.
Anak-anak tajam pandangannya terhadap perlakuan yang tidak adil. Guru-guru, lebih-lebih yang masih muda, kerapkali bersikap pilih kasih, guru laki-laki lebih memperhatikan anak perempuan yang cantik atau anak yang pandai daripada yang lain. Hal itu jelas tidak baik. Oleh karena itu guru harus memperlakukan sekalian anak dengan cara yang sama.
c. Berlaku sabar dan tenang.
Di sekolah guru kerapkali merasakan kekecewaan karena murid-murid kurang mengerti apa yang diajarkan. Murid-murid yang tidak mengerti kadang-kadang menjadi pendiam atau sebaliknya membuat keributan-keributan. Hal itu sudah terang mengecewakan guru atau malah mungkin menyebabkannya putus asa. Dalam keadaan demikian guru harus tetap tabah, sabar sambil berusaha mengkaji masalahnya dengan tenang, sebab mungkin juga kesalahan terletak pada dirinya yang kurang simpatik atau cara mengajarnya yang kurang terampil atau bahan pelajaran yang belum terkuasai olehnya.
d. Guru harus berwibawa.
Anak-anak ribut berbuat sekehendaknya, lalu guru merasa jengkel, berteriak sambil memukul-mukul meja. Keterlibatan hanya dapat di kembalikannya dengan kekerasan, tetapi ketertiban karena kekerasan senantiasa bersifat semu. Guru yang semacam ini tidak berwibawa. Sebaliknya, ada juga guru yang sesaat ketika ia memasuki dan menghadap dengan tenang kepada murid-murid yang lagi ribut, segera kelas menjadi tenang, padahal ia tidak kekerasan. Ia mampu menguasai anak-anak seluruhnya. Inilah guru yang berwibawa.
13
e. Guru harus gembira.
Guru yang gembira memiliki sifat humor, suka tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa kepada anak-anak. Sebab apabila pelajaran diselingi oleh humor, gelak dan tertawa, niscaya jam pelajaran terasa pendek saja. Guru yang gembira biasanya tidak lekat kecewa. Ia mengerti, bahwa anak-anak tidak bodoh, tetapi belum tahu. Dengan gembira ia mencoba menerangkan pelajaran sampai anak itu memahaminya.
f. Guru harus bersikap manusiawi.
Guru adalah manusia yang tak lepas dari kekurangan dan cacat. Ia bukan manusia sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat kekurangan-kekurangannya sendiri dan segera memperbaikinya. Dengan demikian pandangannya tidak picik terhadap kelakuan manusia umumnya dan anak-anak khususnya. Ia dapat melihat perbuatan yang salah menurut ukuran yang sebenarnya. Ia meberikan hukuman yang adil dan suka memaafkan apabila anak insaf akan kesalahannya.
g. Bekerja sama dengan guru-guru lain.
Pertalian dan kerja sama yang erat antara guru-guru lebih berharga daripada gedung yang molek dan alat-alat yang cukup. Sebab apabila guru-guru saling bertentangan, anak-anak akan bingung dan tidak tahu apa yang di perbolehkan dan apa yang dilarang. Oleh karena itu kerja sama antara guru-guru itu sangat penting.
Suasana di kalangan guru sebagian besar bergantung pada sikap dan kebijaksanaan guru kepala. Oleh karena itu kepala sekolah hendaknya jangan bersikap seperti majikan terhadap bawahannya.Malahan ia harus mengabdi kepada guru-guru lain, artinya ia harus mengurus dan siap sedia memperjuangkan kepentingan guru-guru lainnya.
h. Bekerja sama dengan masyarakat
Guru harus mempunyai pandangan luas. Ia harus bergaul dengan segala golongan manusia dan secara aktif berperan serta dalam masyarakat supaya sekolah tidak terpencil. Sekolah hanya dapat berdiri di tengah-tengah masyarakat, apabila guru rajin bergaul, suka mengunjungi orang tua murid-murid, memasuki perkumpulan-perkumpulan dan turut serta dalam kejadian-kejadian yang penting dalam lingkungannya, maka
14
masyarakat akan rela memberi sumbangan-sumbangan kepada sekolah berupa gedung, alat-alat, hadiah-hadiah jika diperlukan oleh sekolah11.
3. Tugas guru dalam melakukan pembelajaran
Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistic berada pada
tingkatan tertinggi dalam system pendidikan nasional, karena guru dalam
melaksanakan tugas profesionalnya memiliki otonomi yang kuat. Adapun
tugas guru sangat banyak seperti mengajar dan membimbing para
muridnya, memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya,
mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan
lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Disamping itu guru haruslah
senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang
menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman, ataupun yang
terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum diluar
sekolah.
Roestiyah N. R. menginventarisir tugas guru secara garis besar sebagai berikut :a. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan
pengalaman empiril, kepada para muridnya.b. Membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar negra.c. Mengantarkan anak didik menjadi warga negra yang baik.d. Menyerahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan
berbicara, bertindak dan bersikap.e. Memfungsikan diri sebagai penguhubung antara sekolah dan
masyarakat lingkungan.f. Harus mampu mengontrol dan menegakkan disiplin baik untuk
dirinya, maupun murid dan orang lain.g. Mengfusikan diri sebagai administrator dan sekaligus manajer yang
disenangi.h. Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi.
11 Zakiyah Darajat, Dkk, Ilmu pendidikan islam, (Jakarta: 1992),hal 42-44
15
i. Membuat perencanaan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilanya.
j. Membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi anaknya.
k. Merangsang anak didik untuk memiliki semangat yang tinggi dalam pembelajaran.12
Dengan memiliki poin-poin tersebut, diketahui bahwa tugas guru
tidak ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga
dapat menunaikan tugas dengan baik dan ikhlas.
Berdasarkan pengamatan menunjukkan hampir tidak ada guru yang
benar yang tidak menginginkan kesuksesan anak didiknya, atau menjadi
sampah masyarakat. Pendidikan yang benar dapat mendorong guru selalu
memberikan perhatian kepada persoalan yang dialami oleh anak didik. Di
berbagai kesempatan pada guru yang tinggi dedikasinya tidak
mempedulikan hambatan yang dihadapinya. Mereka abaikan kesulitan
cuaca panas atau dingin, hujan lebat atau gerimis, gelap, bahkan sakit yang
mungkin sempat dia rasakan, dan lain-lain, yang penting tetp dapat
memberikan pelayanan memadai pada tiap orang yang dibawah tanggung
jawabnya. Walaupun, kadang-kadang sang guru menghadapi anak didik
yang berlaku tidak pada tempatnya, seperti kurang sopan, kasar, tidak
memberikan penghargaan, dan lain-lain. Sifat dan sikap seperti ini tetap
dicerminkan oleh guru, karena mereka menjadi guru adalah pilihan utama
keluar dari lubuk hati yang dalam. Tentu berbeda bila seseorang menjadi
guru adalah karena merasa tidak mungkin diterima bekerja di tempat lain,
12 Ibid hal 12
16
atau karena situasi terpaksa, guru yang seperti ini tentu dedikasinya
rendah.
Sekiranya setiap guru memiliki sikap posotif dan utuh seperti itu,
niscaya keadaan pendidikan di suatu daerah memiliki prospek yang cerah.
Guru seperti itulah yang harus dilahirkan oleh lembaga pendidikan guru
yang ada. Jadi tugas dan tanggung jawab guru bukan sekedar mentransfer
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Melainkan ebih dari itu, yakni guru
berkewajiban membentuk watak dan jiwa anak didik yang sebenarnya
sangat memerlukan masukan posotif dalam bentuk ajaran agama, ideologi,
dan lain-lain. Memberikan bimbingan sehingga anak didik memiliki jiwa
dan watak yang baik, mampu membedakan mana yang baik mana yang
buruk, mana yang halal mana yang haram, adalah termasuk tugas guru.
Dalam melaksanakan tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata,
akan tetapi juga dalam bentuk perilaku, tindakan, contoh-contoh. Sikap
dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak
dibarengi dengan amal nyata. Ada beberapa poin yang menjadi tanggung
jawab seorang guru, antara lain : mematuhi norma dan nilai kemanusian,
menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan
sepenuh hati, menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari
setiap akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan mengajar
memberikan penhargaan kepada orang lain termasuk kepada anak didik,
bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati, dan sebagai orang
17
beragama melakukan kesemua yang tersebut diatas berdasarka taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Tanggung jawab guru dalam melakukan pembelajaran
Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat,
yang menurut Wens Tanlain dan kawan-kawan (1989:31) ialah :
1. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusian;
2. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas bukan
menjadi beban baginya);
3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta
akibat-akibat yang timbul (kata hati);
4. Menghargai orang lain, termasuk anak didik;
5. Bijaksana dan hati-hati (tidak nekad, tidak sembrono, tidak singkat
akal); dan
6. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa13.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan
pada diri setiap anak didik tidak ada seorang gurupun yang mengharapkan
anak didiknya menjadi sampang masyarakat. Untuk itulah guru dengan
penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak
didik agar dimassa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan
13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik:dalam interaksi edukatif (Jakarta: 2000).hal. 35-36
18
bangsa. Setiap hari guru meluangkan waktu demi kepentingan anak didik.
Bila suatu ketika ada anak tidak hadir sekolah, guru menanyakan kepada
anak-anak yang hadir, apa sebabnya tidak hadir. Anak didik yang sakit,
belum menguasai bahan pelajaran, berpakaian sembarangan, berbuat yang
tidak baik, terlambat membayar uang sekolah, tak punya pakaian seragam,
bertindak asusila, dan sebagainya, semuanaya menjadiperhatian guru14.
Karena besarnya tanggung jwab guru terhadap anak didiknya.
Hujan dan panas bukanlah menjadi penghalang bagi guruuntuk selalu
hadir ditengah-tengah anak didiknya. Guru tidak pernah memusuhi anak
didiknya meskipun suatu ketika ada anak didiknya yang berbuat kurang
sopan pada orang lain. Bahkan dengan sabar dan bijaksana guru
memberikan nasihat bagaimana cara bertingkah laku yang sopan pada
orang lain.
Karena profesinya sebagai guru adalah berdasarkan panggilan jiwa,
maka bila guru nelihat anak didiknya senang berkelahi, meminum
minuman keras, menghisap ganja datang kerumah-rumah bordil, dan
sebagainya, guru merasa sakit hati. Siang atau malam selalu memikirkan
bagaimana caranya agaranak didiknya itu dapat dicegah dari berbuatan
yang kurang baik, asusila, dan amoral.
Guru seperti itulah yang diharapkan untuk mengabdikan diri di
lembaga pendidikan. Bukan guru yang hanya menuangkan ilmu
pengetahuan ke dalam otak anak didik. Sementara jiwa dan wataknya tidak
terbina. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu
14 Ibid hal. 35-36
19
perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak
didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk
hidup yang memiliki otak da potensi yang perlu dipengaruhi dengan
sejumlah norma hidup sesuai ideologi, falsafah dan bahkan agama.
Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma
itu kepada anak didik agar tahu mana perbuatan susila dan asusila, mana
perbuatan yang bermora dan amoral. Semua norma itu tidak mesti harus
guru berikan ketika di kelas, di luar kelas pun sebaiknya guru contohkan
melalui sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak
semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan
perbuatan.
Anak didik lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam
pergaulan di sekolah dan di masyarakat daripada apa yang guru katakan,
tetapi baik perkataan maupun apa yang guru tampilkan, keduanya menjadi
penilaian anak didik. Jadi, apa yang guru katakan harus guru praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, guru memerintahkan kepada anak
didik agar hadir tepat pada waktunya. Bagaimana anak didik mematuhinya
sementara guru sendiri tidak disiplin dengan apa yang pernah dikatakan.
Perbuatan guru yang demikian mendapat protes dari anak didik. Guru
tidak bertanggung jawab atas perkataannya. Anak didik akhirnya tidak
percaya lagi kepada guru dan anak didik cenderung menentang
perintahnya. Inilah sikap dan perbuatan yang ditunjukkan oleh anak didik.
20
Jadi guru harus bertanggung jawab atas segala sikap tingkah laku
dan perbuatanya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.
Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak
didik agar menjadi anak yang bersusila, yang cakap, beragama bagi
agama, nusa, dan bangsa dimasa yang akan datang.
2. Faktor Penunjang Dan Penghambat Pembelajaran
Noehdi Nasution, dkk. Sebagaimana disitir Djamrah (2002 : 141)
memandang bahwa belajar bukanlah suatu aktifitas yang berdiri sendiri,
banyak faktor lain yang berkesinambungan yang ikut terlibat langsung
didalamnya. Beberapa factor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah:
1. Faktor Intern (faktor guru)
Factor ini mempunyai pengaruh terhadap kualitas pembelajaran, yang
meliputi : kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru, baik bidang
kogniktif (intelektual) seperti penguasaan bahan, keteladanan, sikap
mencintai profesinya, dan bidang perilaku seperti ketrampilan mengajar,
menilai hasil belajar, dan lain-lain.
Guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Mendidik mengajar, dan melatih anak didik
adalah tugas guru sebagai profesi. Guru sebagai teladan berarti
merumuskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak
21
didik,sebagai pengejar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi kepada anak didik
Banyak kegiatan yang guru lakukan dalam interaksi pembelajaran,
diantaranya memahami prinsip-prinsip pembelajaran, menyiapkan bahan
dan sumber belajar, memilih metode, alat, dan alat bantu pembelajaran,
memilih pendekatan, dan mengadakan evaluasi setelah akhir kegiatan
pembelajaran. Semua kegiatan yang dilakukan guru harus didekati dengan
pendekatan system. Sebab pembelajaran adalah suatu system yang
melibatkan sejumlah komponen pembelajaran. Tidak ada satupun dari
komponen itu dapat guru abaikan dalam perencanaan pembelajaran,
karena semuanya saling terkait dan saling menunjang dalam rangka
pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Faktor ekstern, terbagi menjadi dua :
a. Faktor siswa
Hal yang mempengaruhi kualitas pembelajaran pendidikan agama ang
dating dari siswa diantaranya kemampuan siswa, motivasi belajar,
minat, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar dan beribadah.
Siswa mempunyai kemampuan intelektual yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Adakalahnya siswa yang cepat belajar hamper-
hampir selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dibandingkan
teman-temannya dalam waktu yang ditetapkan. Dan sebaliknya ada
siswa yang sangat sulit untuk belajar, mereka membutuhkan waktu
yang sangat lama untuk memahami pelajaran yang disampaikan
22
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar
yang efektif, tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya siswa yang
memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak diharapkan. Oleh
karenanya hal ini akan mempengaruhi proses pembelajaran yang ada di
sekolah dan tentunya akan berpengaruh pada kebiasaan beribadah
dalam mengamalkan ilmu yang diperolehnya.
Siswa yang bermasalah akan mempengaruhi proses pembelajaran,
sering kali tidak mempunyai motivasi atau dorongan yang kuat untuk
belajar dengan sungguh-sungguh. Kegiatan belajar dilakukan hanya
sebagai formalitas saja sehingga minat atau perhatian siswa terhadap
pelajaran sangat rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh factor anak itu
sendiri, keluarga atau orang tua, dan lain-lain
b. Faktor lingkungan
Factor ini turut mempengaruhi kualitas pembelajaran pendidikan
agama. Adapun kondisi lingkungan tersebut antara lain :
1) Suasana belajar
Suasana belajar yang lebih demokratis lebih kondusif bagi
pencapaian hasil belajar yang optimal dibandingkan dengan
suasana belajar yang kaku dan disiplin yang ketat dengan otoritas
ada pada guru. Dalam suasana belajar demokratis, siswa memiliki
kebebasan untuk belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan
teman sekelas dan lain-lain. Sebaiknya perasaan cemas dan
khawatir sering tidak menumbuhkan kreatifitas dalam belajar.
23
2) Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia
Seringkali guru merupakan satu-satunya sumber belajar dikelas.
Situasi ini kurang menunjang kualitas pengajaran, sehingga hasil
belajar yang dicapai siswa tidak optimal. Kelas harus diusahakan
sebagai laboratorium belajar bagi siswa. Artinya kelas harus
menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku pelajaran, alat
peraga dan lain-lain.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni upaya
belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.
3. Upaya Yang Dilakukan Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
1. Membuat perangkat pembelajaran
Sesuai dengan Kurikulum Pendidikan Dasar 9 tahun dan SMU,
bahwa dalam penyusunan program pembelajaran, perlu diperhatikan
komponen-komponen penting sebagai berikut :
a. Penguasaan materi
Penguasaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan,
khususnya dalam proses pembelajaran yang melibatkan guru mata
pelajaran.
b. Analisis Materi Pelajaran (AMP)
24
Analisis Materi Pelajaran adalah hasil dari kegiatan yang berlangsung
sejak seseorang guru mulai meneliti isi GBPP, kemudian mengkaji
materi dan menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya.
AMP adalah salah satu bagian dari rencana kegiatan pembelajaran
yang berhubungan erat dengan materi pelajaran dan strategi
penyajiannya.
Analisis materi pelajaran berfungsi sebagai acuan untuk menyusun
program pembelajaran yaitu program tahunan, program catur
wulan, program satuan pelajaran atau persiapan mengajar, dan
rencana pembelajaran.
c. Program tahunan dan program catur wulan
Program tahunan dan program catur wulan merupakan bagian
dari program pembelajaran. Program tahunan memuat alokasi waktu
untuk setiap pokok pembahasan dalam satu tahun pelajaran.
Program tahunan berfungsi sebagai acuan untuk membuat
program catur wulan. Program catur wulan berfungsi sebagai berikut :
Acuan menyusun program satuan pelajaran atau persiapan
mengajar.
Acuan kalender kegiatan pembelajaran.
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas penggunaan waktu belajar
efektif yang tersedia.
d. Persiapan mengajar
25
Persiapan mengajar merupakan salah satu bagian dari program
pengajaran yang memuat satuan bahasa untuk disajikan dalam
beberapa kali pertemuan.
Persiapan mengajar dapat digunakan sebagai acuan untuk
menyusun rencana pelajaran, sehingga dapat bergungsi sebagai acuan
bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih
terarah dan berjalan efisien dan efektif.
Persiapan mengajar yang baik harus memenuhi kriteria :
Materi dan tujuan mengacu pada GBPP
Proses belajar mengajar menunjang pembelajaran aktif dan
mengacu pada analisis materi pelajaran (AMP).
Terdapat keselarasan antara tujuan, materi dan alat penilaian
Dapat dilaksanakan.
Mudah dimengerti atau dipahami.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
Persiapan mengajar dapat terdiri dari beberapa kali pertemuan dan
minimal menggunakan waktu 4 jam pelajaran.
Penilaian proses belajar dilakukan selama proses belajar mengajar
dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.
Ulangan harian diadakan pada setiap akhir bahan atau kajian pokok
bahasan.
Pada setiap pertemuan terdapat kegiatan :
26
- Pendahuluan yang meliputi motivasi dan apersepsi yaitu
menanyakan materi pelajaran yang lalu atau melakukan koreksi
dengan lingkungan atau mata pelajaran yang lain.
- Kegiatan inti yaitu pengembangan konsep dan penerapan
(latihan soal-soal).
- Penutup berupa kesimpulan, penguasaan atau penekanan atau
penguatan materi.
e. Rencana pembelajaran
Rencana pembelajaran merupakan persiapan guru mengajar
untuk tiap pertemuan.
Rencana pembelajaran berfungsi sebagai acuan untuk
melaksanakan proses belajar mengajar dikelas agar lebih efektif dan
efisien.
Komponen utama rencana pembelajaran :
Tujuan pembelajaran.
Materi pelajaran.
Kegiatan pembelajaran.
Alat penilaian proses
f. Analisis hasil ulangan harian
Ulangan harian adalah tes yang dilakukan pada akhir satuan
bahasan atau pokok bahasan atau satuan pelajaran.
Ulangan harian berfungsi untuk mendapatkan umpan balik
tentang tingkat daya serap siswa terhadap materi pelajaran untuk satu
27
satuan bahasan baik secara perseorangan maupun klasikal atau
kelompok, yang bertujuan untuk :
Menentukan telah tercapai atau tidaknya ketuntasan belajar baik
perseorangan maupun klasikal
Menentukan program perbaikan dan pengayaan.
Menentukan nilai kemajuan belajar siswa.
2. Meningkatkan kompetensi professional
Kompetensi professional guru adalah sejumlah kompetensi yang
berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian dibidang
pendidikan atau keguruhan. Kompetensi professional merupakan
kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah
laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang
lingkungan proses belajar mengajar dan mempunyai ketrampilan-
ketrampilan teknik mengajar.
Beberapa komponen kompetensi profesional guru adalah sebagai
berikut:
1. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep2. Pengelolaan program belajar mengajar3. Pengelolaan kelas4. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar5. Penguasaan landasan-landasan pendidikan 6. Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar7. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program
pendidikan disekolah8. menguasai metode berpikir9. meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi professional
28
10. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik11. Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan12. mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran13. mampu memahami karakteristik peserta didik14. Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah15. Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan16. Berani mengambil keputusan 17. Memahami kurikulum dan perkembangannya18. Mampu bekerja berencana dan terprogram19. Mampu menggunakan waktu secara tepat15
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pendidikan disekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan,
berarti meningkatkan mutu guru.
“Undang-undang no. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. sebagai seorang profesional guru harus memiliki kopetensi keguruan yang cukup”.16
Kompetensi keguruan itu tampak kepada kemampuannya
menerapkan sejumlah konsep, dan kerja sebagai guru, mampu
mendemonstrasikan sejumlah setrategi maupun pendekatan pengajaran
yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.
Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi menurut
Slamet PH terdiri dari:
a. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar.b. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang
tertera dalam peraturan materi serta bahan agar yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
15 Djam’an Satori Profesi keguruan (Jakarta: 2007),hal 2.3616 Ibid hal 39
29
c. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar.
d. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.e. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari17
Peranan guru sangat menentukan keberhasilan proses
pembelajaran, guru yang digugu dan ditiru adalah suatu profesi yang
mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan, keahlian
berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi.
“Sejalan dengan hal itu UU No. 14 tahun 2005 Bab II pasal 2 aya (1) menyatakan guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidian anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.18
. Profesional, dan profesional berarti melakukan sesuatu sebagai
pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang
atau sebagai hoby belaka. Profesi berarti menyatakan secara publik dan
dalam bahasa latin disebut “profession” yang digunakan untuk
menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh seseorang yang
bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Guru yang terjamin
kualitasnya diyakini mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik. Penjaminan mutu guru perlu dilakukan dari waktuke waktu demi
terselenggaranya layanan pembelajaran yang berkualitas.
Guru yang bermutu niscaya mampu melaksanakan pendidikan,
pengajaran dan pelatihan yang efektif dan efisien. Guru yang professional
diyakini mampu memotivasi siswa untuk mengoptimalkan potensinya
17 Ibid hal 3918 Ibid hal 40
30
dalam kerangka pencapaian standart pendidikan yang di tetapkan.
Kompetensi professional menurut Usman (2004) meliputi :
1. Penguasaan terhadapat landasan pendidikan, dalam kompetensi ini termasuk : a. memahami tujuan pendidikan b. mengetahui fungsi sekolah di masyarakat c. mengenal prinsip psikologi pendidikan
2. Menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan baik materi pendidikan yang diajarkan. Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum maupun bahan pengayaan.
3. Kemampuan menyusun program pengajaran, mencangkup kemampuan menetapkan kompetensi belajar, mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran.
4. Kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran. Kompetensi yang di maksud adalah kopmpetensi profeional pendidikan.19
Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan (performance)
yang di bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam
melaksanakan tugas-tgas kependidikan. Mengenai perangkat kompetensi
professional biasanya di bedakan profil kompetensi yaitu mengacu kepada
berbagai aspek kompetensi yang dimiliki seseorang tenaga profesional
pendidikan dan spectrum kompetensi yaitu mengacu kepada variasi
kualitatif dan kuantitatif. Perangkat yang dimiliki oleh korps tenaga
kependidikan yang dibutuhkan mengoperasikan dan mengembangkan
system pendidikan.
3. Mengikuti work shop
19 Ibid hal 41
31
Work shop pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah petugas pendidikan yang
sedang memecahkan suatu masalah melalui percakapan dan berkerja sama
secara kelompok maupun bersifat perseorangan. Ciri-ciri work shop antara
lain :
a. Masalah yang dibahas bersifat “life centred” dan muncul dari peserta sendiri (guru latih).
b. Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula, terjadi perubahan yang berarti pada diri mereka setelah mengikuti kegiatan ini.
c. Metode yang digunakan dalam bekerja adalah “metode pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan”.
d. Diadakan berdasarkan kebutuhan bersama.e. Menggunakan nara sumber- resource perseonthe resource material
yang memberi bantuan besar sekali dalam mencapai hasil.f. Senantiasa memelihara kehidupan seimbang disamping
memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, perubahan tingkah laku.20
Jika dilihat dari kegiatannya, mengikuti work shop adalah salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang harus diikuti
oleh guru agama.
4. Melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi
Tantangan pendidikan islam terkait dengan tantangan dunia
pendidikan di Indonesia pada umumnya, teruatama dalam meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia, yaitu :
a. Era kompetitif yang disebabakan oleh meningkatnya standar dunia
kerja.
20 Ibid hal 41
32
b. Jika kualitas pendidikan menurun maka kualitas sumber daya manusia
juga menurun dan lemah pula dalam hal keimanan dan ketaqwaan serta
penguasaan iptek.
c. Kemajuan tekhnologi informasi menyebabkan banjirnya informasi
yang tidak terakses dengan baik oleh para pendidik dan pada giliranya
berpengaruh pada hasil pendidikan.
d. Dunia pndidikan tertinggal dalam hal metodologi.
e. Kesenjangan antara dunia pendidikan dengan kenyataan empiris
perkembangan masyarakat.
Berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan pada
umumnya juga harus dihadapi oleh pendidikan agama sebagai bagian dari
proses pendidikan bangsa. Kalau dunia pendidikan di Indonesia
memerlukan berbagai inovasi agar tetap berfungsi optimal ditengah arus
perubahan, maka pendidikan agama juga memerlukan berbagai upaya
inovasi agar eksistensinya tetap bermakna bagi kehidupan bangsa.
Untuk menjawab berbagai masalah dan tantangan tersebut, maka
setiap calon guru termasuk guru agama, perlu dipersiapkan dengan
berbagai kemampuan di LPTK, dan untuk calon guru agama dipersiapkan
di Fakultas atau Jurusan Tarbiyah, sebagaimana tertuang dalam PP no. 38
tahun 1992 bahwa calon tenaga pendidikan agama pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dididik sebagai calon guru mata pelajaran
di lembaga pendidikan tenaga keguruan (pasal 14 ayat 1). Sedangkan yang
33
dimaksud dengan lembaga pendidikan tenaga keguruan dalam ayat
tersebut adalah perguruan tinggi.
Kesimpulan dari pemaparan di atas adalah bahwa guru harus mau
melanjutkan studi di jenjang yang lebih tinggi dalam rangka menyiapkan
sumberdaya manusia agar guru agama mempunyai kemampuan untuk
menjawab berbagai tantangan yang ada.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, artinya prosedur
‘penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata tertulis atau lisan
dari orang dan perilaku yang adapat diamati’.21 Data atau informasi itu
dapat berbentuk gejala yang sedang berlangsung, reproduksi ingatan,
pendapat yang bersifat teoritis atau praktis dan lain-lain.
Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah ‘suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktifitas social, sikap, kepercayaan,persepsi, pemikiran orang
secara individual maupun kelompok’.22
Dengan demikian, penelitian kualitatif bersifat induktif, karena
bertolak dari data yang bersifat individual atau khusus, untuk merumuskan
kesimpulan umum. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari hipotesis
sebagai generalisasi, untuk diuji kebenaranya melalui pengumpulan data
yang bersifat khusus, yang merupakan proses bersifat deduktif.
Mengingat jenis penelitian ini kualitatif, maka apabila di kaitkan
dengan objek penelitian akan menghasilkan deskripsi dan analisis tentang
kegiatan atau proses pembelajaran yang berada di MI Sunan Giri 02
Kalipare Malang pada tahun pelajaran 2010 – 2011.
21 Lexy J. Moelong, Metodepenelitian kualitatif (Bandung, rosdakarya: 2000), hal 3122 Nana Syaodih Sukmadiana, MMetode penelitian pendidikan (Bandung, Rosdakarya, 2007),hal 60
35
B. Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar.23
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan informan adalah
1. Orang yang memberikan informasi. 2. Orang yang menjadi sumber data
dalam penelitian ; nara sumber.24
Informan dalam penelitian ini meliputi beberapa unsur yaitu :
- Kepala sekolah MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malamg
yang bertanggung jawab terhadap semua pelaksanaan pendidikan dan
mengetahui segala yang berhubungan dengan lembaga tersebut.
- Guru bidang studi agama islam
- Wakasek kesiswaan yang mengetahui dan menangani secara langsung
kegiatan siswa MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
Adapun data yang penulis peroleh dari informan diatas antara lain:
1. Latar belakang berdirinya MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare
Malang
2. Faktor Penunjangdan penghambat pembelajaran
3. Usaha guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di MI Sunan
Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
C. Teknik Pengumpulan Data
23 Opcit hal 9024 Opcit hal 432
36
Setelah obyek penelitian ditentukan, maka selanjutnya peneliti
mengadakan pengumpulan data dari obyek tersebut. Adapun pengumpulan
data ini diperlukan beberapa cara, antara lain :
1. Metode Observasi atau Pengamatan
Menurut Arikunto, bahwa “Metode observasi atau pengamatan
adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti dan sistematis”.25 Metode ini dipergunakan
untuk memperoleh data dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap obyek yang diteliti.
Metode observasi adalah “teknik pengumpulan data dimana
penyelidikan mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat)
terhadap gejala-gejala yang dihadapai (diselidiki) baik pengamatan itu
dilaksanakan dalam situasi buatan yang harus diadakan”.26
Sedang yang diobservasi adalah keadaan guru dan siswa MI
Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang dalam melaksanakan
pembelajaran. Adapun data yang penulis peroleh dari metode ini antara
lain :
1) Letak geografis MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang.
2) Kegiatan pelaksanaan pembelajaran di MI Sunan Giri 02
Arjowilangun Kalipare Malang.
2. Metode Interview
25 Suharsimi Arikunto, Metode penelitian suatu pendekatan praktek (Rineka cipta: 1997),hal 11326 Sutrisno Hadi, Metode research I, (Yogyakarta, Andi Offset: 1997), hal 95
37
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari
reponden dengan cara Tanya jawab secara langsung.27 Dalam
menetapkan metode ini penulis menggunakan pedoman interview yang
telah disusun terlebih dahulu agar data-data dapat diperoleh dengan
baik dan untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan dalam
interview.
Interview adalah “suatu proses Tanya jawab lisan dalam mana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yaitu satu dapat
melihat yang lain dan mendengarkan dengan telinganya sendiri,
tampaknya merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang
beberapa jenis data social”.28
Sedangkan dari interview ini adalah kepala MI Sunan Giri 02
Arjowilangun Kalipare Malang, guru agama serta pihak-pihak yang
terkait dengan lembaga tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode interview
bebas terpimpin, dimana dalam pelaksanaannya penulis berbicara
tanpa meninggalkan pedoman yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Penulis menggunakan metode ini ditujukan untuk memperoleh
data tentang keadaan dan kondisi sekolah secara umum serta beberapa
kebijaksanaan lain dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
di MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang, diantaranya
1. Faktor penunjang pelaksanaan pembelajaran
27 Opcit hal 3328 Opcit hal 192
38
2. faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran
3. Usaha yang dilakukan guru agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode untuk
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan penelitian dengan
catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada hubunganya dengan
pokok masalah yang sedang dibicarakan.29
Metode tersebut digunakan untuk mengambil data-data yang
bersifat tertulis dan mengambil hal-hal yang erat hubungannya dengan
data yang diperlukan dalam mengumpulkan obyek pengkajian dalam
skripsi ini.
Adapun yang penulis peroleh dati metode ini adalah :
1) Data tentang keadaan gedung dan sarana prasarana MI Sunan Giri
02
2) Data guru dan staf.
3) Data siswa MI Sunan Giri 02
D. Metode Analisa data
Mengingat jenis penelitiannya adalah kualitatif, maka analisa data
yang digunakan menggunakan deskriptif kualitatif. Pengertian deskriptif
adalah suatu “metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas
29 Opcit hal 113
39
peristiwa pada masa sekarang”.30 Sedangkan penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data skripsi berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang diamati.31
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan maksud dari diskriptif
kualitatif adalah suatu metode dalam penelitian pada suatu kelompok atau
obyek yang dapat menghasilkan data skripsi berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang atau perilaku yang diamati.
Adapun cara yang di tempuh. Dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data .
Reduksi data merupakan cara analisis data dengan menulis data yang
di peroleh dilapangan dalam bentuk uraian atau laporan yang terkunci.32 .
Data yang berhubungan dengan kualitas pembelejaran baik data yang
tertulis maupun data dalam bentuk uraian di rankum, kemudian disusun
secara sistematis sehingga lebih mudah di pahami.
b. Display Data.
Display data bertujuan untuk mempermudah dalam melihat gambaran
keseluruan untuk mengambil kesimpulasn yang tepat mengenai data, maka
karena itu agar dapat melihat gambaran keseluruhanya dari penelitian itu
di usahakan membuat ringkasan.33 dalam pembuatan ringkasan peneliti
mendiskripsikan dan menjelaskan mengenai pelaksanaan pembelajaran di
MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang.
30 Opcit hal 10331 Opcit hal 3632 S. Nasution, metode penelitian naturalistic Kualitatif.(bandung,1996) hal.12933 Ibid.hal 129
40
c . Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi .
Sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna data yang di
kumpulkanya. Untuk itulah mencari pola, tema, hubungan persamaan,hal
hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya jadi dari data yang
diperoleh sejak awal peneliti mencoba mengambil kesimpulan.
Kesimpulan itu mula - mula masih sangat tentatif, akan tetapi dengan
bertambahnya data, maka kesimpulan lebih jelas.
Jadi kesimpulan senantiasa di varifikasi oleh peneliti selama penelitian
berlansung.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
41
A. LATAR BELAKANG OBYEK PENELITIAN
1. Profil MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
Lembaga Pendidikan MI Sunan Giri 02 dibagun di atas tanah waqof
seluas 700 m2, yang berdampingan dengan masjid jamik dukuh
Pangganglele. Pada mulanya lembaga MI Sunan Giri 02, dibangun dengan
swadaya masyarakat, kemudian pada tahun 1995 gedung MI Sunan Giri
02 direhab total berlantai 2 dengan bantuan YDSI Kabupaten Malang.34
Sejak tahun 2002 Lembaga Pendidikan MI Sunan Giri 02 mengalami
perkembangan pendidikan yang cukup pesat, dengan adanya beberapa tambahan
tenaga guru pengajar muda dari latar belakang pendidikan pesantren modern (Al-
Mawaddah Gontor dan Al-Amien Prenduan Sumenep Madura ) yang mempunyai
semangat serta inovatif yang cukup tinggi. Sebelum tahun 2002 MI Sunan Giri
02 Arjowilangun Kalipare Malang kegiatan pembelajarannya dimulai dari pukul
07.15 sampai dengan 12.00 wib, kemudian tahun 2002 sampai sekarang berubah
menjadi foolday. Hal ini terjadi atas persetujuan para pengurus syistem
pendidikan di lembaga MI Sunan Giri 02 berubah menjadi foolday school, yang
mana aktivitas belajar mengajar dimulai pada pukul 06.45 sampai dengan 14.00
WIB. Sepertinya hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat
Pangganglele, apalagi program Plus ( TPQ ) dimasukkan ke dalam kurikulum
satuan pendidikan di lembaga pendidikan MI Sunan Giri 02 Arjowilangun.
Awal mula berdirinya lembaga pendidikan dasar MI Sunan Giri 02
pada tahun 1964, dengan nama MINU. Lembaga pendidikan ini berada di
34 Wawancara dengan Penurus MI Sunan Giri 02, Ahmad Ngatino, 30 Oktober 2010
42
dukuh Pangganglele Desa Arjowilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten
Malang. Lembaga ini didirikan oleh para tokoh muslim dukuh
pangganglele tersebut, karena mayoritas masyarakat pangganglele
beragama Islam dan keinginan masyarakat untuk mencetak kader-kader
muslim dari tingkat pendidikan dasar MI.
Nama MINU tidak bertahan lama hanya bertahan sekitar 7 tahun,
karena selalu mendapat teror dari salah satu organisasi politik yang pernah
berjaya pada waktu itu. Akhirnya pada tahun 1971 nama MINU berganti
dengan nama SDI ( Sekolah Dasar Islam) Seperti halnya MINU nama
SDI juga tidak berumur panjang. Pada tahun 1979 SDI berubah lagi
dengan nama MI Sunan Giri 02. Nampaknya nama MI Sunan Giri 02
dirasa lebih memuaskan di hati masyarakat pangganglele, karena lebih
identik dengan bahasa keagamaan dibandingkan dengan nama SDI yang
universal.
Adanya Ide untuk Mengubah Sistem Pembelajaran, mula-mula MI
Sunan Giri 02 sistem pembelajarannya biasa-biasa saja seperti halnya
sekolah-sekolah lain yang menggunakan kurikulum dari DEPAG
(sekarang Kementerian agama). Pada waktu itu (tahun 2003) Kepala MI
yang sekarang masuh menempuh pendidikan di Pesantren Tarbiyatul
Mu’alimin al amin” Sumenep Madura untuk menyelesaikan studinya
mendapatkan gelar Strata Satu (S-1). Beliau mempunyai gambaran dan
angan-angan bilamana MI yang ada di Kampungnya (dipimpin oleh
Ayahnya) diajak berubah system pendidikannya seperti di “Al Amin’
43
yakni memadukan kurikulum dari DEPAG dan DIKNAS serta manambah
muatan agama yang dijadikan kurikulum terpadu.
Tahun 2004 Beliau lulus dan kembali ke Kampung dengan niat
mengamalkan ilmunya, masih dengan semangat yang sama yaitu merubah
system pembelajaran. Tanpa disangka ternyata impian itu telah dirintis
satu tahun sebelumnya oleh Bpk. Drs. Ali Masngut, SH seorang tokoh
masyarakat sekaligus Guru Agama di SD Negeri yang letaknya tidak jauh
dari MI Sunan Giri 02 bersama dua orang temannya yang lebih dulu
pulang dari pesantren yang sama yaitu “Al Amin” Madura.
Bersama dengan kedua temannya dan dibantu oleh Bpk. Drs. Ali
Masngut, SH system pembelajaran yang baru terus dikembangkan. Selang
beberap bulan kemudian datang lagi dua orang yaitu adik dan saudara
sepupunya yang kemudian diminta untuk mengajar. Dan pada tahun 2005
beliau diangkat sebagai Kepala MI Sunan Giri 02 untuk menggantikan
Ayahnya hingga sekarang.
2. Visi Misi dan tujuan
Dalam rangka mensukseskan program pemerintah untuk memajukan
pendidikan bangsa dan demi menghasilkan generasi yang mempunyai
sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya dengan IPTEK yang
didasari dengan IMTAQ yang kuat, maka MI Sunan Giri 02 Arjowilangun
mempunyai Visi, Misi, dan tujuan sebagai berikut :
a. Visi
44
“Mencetak lulusan MI/SD Plus Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare
unggul dalam bidang IMTAQ dan IPTEK yang berguna bagi Bangsa,
Agama dan Masyarakat”
Sedangkan tujuan dari visi tersebut adalah :1. Lingkungan Madrasah yang kondusif terhadap pendidikan dan
pembelajaran.2. Kegiatan di madrasah menunjukkan kultur keislaman3. Inovasi kurikulum yang mampu mengoptimalkan multi
kecerdasan siswa4. Prestasi akademik dan non akademik yang semakin meningkat5. Peningkatan mutu lulusan6. Sarana prasarana pengembangan Sumber Daya Pendidikan yang
memadai7. Kegiatan-kegiatan ilmiah dilakukan secara terus menerus8. Kebiasaan siswa yang menunjukkan pribadi mandiri dan cinta
tanah air9. Kerjasama dengan masyarakat terjalin dengan saling
menguntungkan.35
a. Misi
“Mengadakan (KBM) secara disiplin, melaksabakan praktek ibadah
setiap hari dengan tepat waktu”
Misi tersebut bila dihubungkan dengan tujuan sekolah adalah :“Menyiapkan generasi kedepan yang sesuai dengan perkembangan zaman yang saat ini menuntut kita untuk terampil, cekatan, luwes dan terbentuknya generasi dengan jiwa mandiri. Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, ketrampilan dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Terbentuknya moral dan mental yang kokoh, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab.”36
c. Tujuan
Untuk merealisasikan visi dan misi madrasah, maka tujuan yang akan dicapai antara lain :1. Membentuk siswa yang berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimiliki
35 Dokumen Sekolah MI Sunan Giri 02, 4 Novermber 2010.36 Ibid
45
2. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlakul karimah dan bertaqwa kepada Allah
3. Terlaksananya kehidupan madrasah yang islami4. Mewujudkan madrasah yang mandiri5. Tersedianya sarana prasarana pendidikan yang memadai6. Tercapainya program-program madrasah7. Mampu menciptakan lingkungan yang bersih, indah nyaman dan
aman yang kondusif terhadap pendidikan dan pembelajaran8. Mampu menjadi madrasah berprestasi yang selalu menjadi pilihan
pertama masyarakat9. Mampu mengembangkan kurikulum yang diberlakukan secara
kreatif10.Mampu mengembangkan kemampuan dan kinerja tenaga
kependidikan 11.Mampu menciptakan inovasi pembelajaran sehingga KBM berjalan
efektif dan efisien12.Mampu melaksanakan penilaian secara berkelanjutan13.Mampu meningkatkan perolehan nilai di atas standar kelulusan14.Terciptannya budaya baca yang semakin meningkat15.Mengoptimalkan fungsi layanan bimbingan dan konseling16.Mengembangkan minat dan bakat melalui ekstra kurikuler17.Memiliki system manejemen dan job deskripsi organisasi yang
jelas18.Mengoptimalkan partisipasi masyarakat guna mutu madrasah baik
fisik maupun non fisik melalui kerjasama yang saling menguntungkan.37
3. Struktur organisasi MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
Struktur organisasi adalah penyusunan atau penempatan orang-orang
dalam suatu kelompok yang berkaitan erat dengan hak dan kewajiban serta
tanggung jawab pada suatu lembaga atau instansi tersebut. Karena
organisasi dipandang sebagai bentuk hubungan kerja sama yang harmonis
dan didasarkan atas tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan. Adanya
struktur organisasi yang jelas akan dapat memudahkan untuk
melaksanakan tanggung jawab yang dipikulnya, karena pada akhirnya
37 Dokumen Sekolah
46
SISWA MI SUNAN GIRI 02 ARJOWILANGUN KALIPARE MALANG
akan menghasilkan bidang-bidang serta job description dari masing-
masing bidang.
TABEL I
STRUKTUR ORGANISASI
47
Waka KurikulumSuwanto, A.Ma
Waka KesiswaanKhoirul Anwar, S.Pdi
Tata UsahaUmi Hani’ Khabibah, S.Pdi
Wali Kelas
Kepala MI Sunan Giri 02Mujib Syaiful Hamdani, S.Pdi
GURU
38
Tabel di atas dapat dianalisis bahwa, organisasi sekolah merupakan
salah satu factor yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan. Hal
ini dimaksudkan untuk melancarkan semua pelaksanaan program kerja
dari lembaga pendidikan tadi, masing-masing bagian dari struktur
keorganisasian yang ada saling bekerja sama di dalam melaksanakan
tugasnya.
4. Data murid MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
Adapun data murid MI Sunan Giri 02 Arjowilangun seperti pada table
berikut.
TABEL II
DATA SISWA MI SUNAN GIRI 02 ARJOWILANGUN KALIPARE
MALANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
No KelasJumlah
Laki-laki Perempuan Jumlah01 I 15 17 3202 II 15 5 2003 III 12 20 3204 IV 12 17 2905 V 15 7 2206 VI 11 7 18
Jumlah 80 73 15339
Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui keadaan murid MI Sunan
Giri 02 selalu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Apabila
38 Ibid39 Ibid
48
dilihat dari jumlah muridnya muali dari tahun pelajaran 2005/ 2007 (kelas
VI) hingga tahun pelajaran 2010/ 2011, dapat di uraikan sebagai berikut
Tahun Pelajaran 2005/ 2006 kelas VI berjumlah 18 murid
Tahun Pelajaran 2006/ 2007 kelas V berjumlah 22 murid
Tahun Pelajaran 2007/ 2008 kelas IV berjumlah 29 murid
Tahun Pelajaran 2008/ 2009 kelas III berjumlah 32 murid
Tahun Pelajaran 2009/ 2010 kelas II berjumlah 20 murid
Tahun Pelajaran 2010/ 2011 kelas I berjumlah 32 murid
Meskipun peningkatan jumlah murid MI Sunan Giri 02 tidak
banyak, tetapi dari tahun ke tahun selalu bertambah, kecuali pada tahun
pelajaran 2009/ 2010 mengalami penurunan hingga hampir 40%. Hal ini
disebabkan jumlah anak usia sekolah pada tahun tersebut memang
berkurang, tetapi apabila di bandingkan dengan sekolah lain seluruh Desa
Arjowilangun jumlah tersebut sudah banyak, karena rata-rata jumlah
murid di sekolah lain masih dibawah jumlah murid MI Sunan Giri 02.
Anak didik merupakan unsur penting dalam proses belajar
mengajar, murid-murid MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
sangat beragam, mereka tidak hanya berasal dari masyarakat Arjowilangun
saja, akan tetapi juga berasal dari luar desa Arjowilangun yaitu dari
Kalipare dan Arjosari dan Tumpak miri, walaupun rumah mereka cukup
jauh dari sekolah MI Sunan Giri 02 Arjowilangun ini namun semangat
mereka untuk belajar di lembaga ini cukup tinggi
49
5. Sarana Prasarana MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
Sedangkan sarana dapat dilihat pada table berikut:
TABEL III
Keadaan gedung dan sarana prasarana
MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare Malang
NO Ruang Jumlah Luas Kualitas1. Ruang Kepala Sekolah 1 4x4 m Baik2. Ruang TU 1 2x3 m Baik3. Ruang Guru 2 4x6 m Baik4. Ruang Komputer 1 4x6 m Baik5. Ruang Belajar 6 5x6 m Baik6. Kamar Mandi/WC guru 1 2x2 m Baik7. Kamar Mandi/WC siswa 4 2x2 m Baik8. Gudang 1 2x2 m Baik9. Kantin Sekolah 1 3x3 m Baik10 Masjid 1 20x20 m2 Baik40
Dilihat dari tabel diatas, dapat diketahui keadaan sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh MI Sunan Giri 02 sudah cukup, tinggal
40 Ibid
50
melengkapi kekurangannya khususnya perpustakaan (ruang baca) yang
belum ada. Ruang Kepala Sekolah terdiri dari 1 meja dan kursi, 1 unit
komputer, 1 lemari buku (rak), ruang tamu dan data-data yang dipasang di
dinding. Ruang TU terdiri dari 1 unit meja kursi, 1 buah lemari buku
(besar), 1 buah rak buku, 1 buah lemari piala (etalase). Ruang guru terdiri
dari 8 pasang meja dan kursi guru, 1 buah lemari (loker), 3 buah lemari,
data pembagian jam pelajaran, 1 unit televisi. Ruang komputer terdiri dari
10 unit komputer dan 1 buah papan tulis. Ruang belajar yang berjumlah 6
masing-masing terdiri dari meja dan kursi sejumlah murid pada masing-
masing kelas 2 buah papan tulis,1 buah meja dan kursi guru, 1 buah
pengeras suara, 1 buah lemari buku, gambar-gambar sebagai media
belajar, 2 buah rak sandal, 1 buah lemari (loker), 1 buah rak perpustakaan
kelas, 1 buah tempat sampah. Jumlah kamar mandi dan guru sudah layak
mencukupi. Gudang berisikan peralatan Drum Band dan benda-benda
yang sudahtidak pergunakan lagi, tetapi masih perlu. Kantin sekolah
cukup baik, dan masjid dalam keadaan baik, bahkan masjid yang berada di
MI Sunan Giri baru dibangun dan merupakan bangunan masjid paling
bagus se desa Arjowilangun.
B. PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
Penyajian dan analisa data ini didasarkan dari hasil observasi, interview, dan
dokumentasi yang meneliti peroleh di lapangan. Adapun uraiandari penyajian
dan analisa data sebagaimana tertuang dalam rumusan masalah sebagai
berikut:
51
1. Yang harus dilakukan oleh guru Agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran
a. Perencanaan secara tertulis
Untuk menyajikan data pada hal ini, penulis mengambil contoh pada
salah satu guru agama di MI Sunan Giri 02 yang mengajar mata
pelajaran Al Qur’an dan hadis yang bernama Ust. Khoirul
Anwar,S.Pd.I. Beliau memberikan perencanaan dalam
pembelajarannya yang terdiri atas silabus, RPP dan kisi-kisi soal pada
semester I tahun pelajaran 2010/ 2011 sebagaimana terlampir.
52
SILABUS
Nama Madrasah : MI SUNAN GIRI 02 ARJOWILANGUN KALIPAREKelas / Semester : V / 1Mata Pelajaran : Al-Qur’an dan HadistStandar Kompetensi : Memahami Arti Surah-surah Pendek
Kompetensi Dasar
Materi pokok/Pembe
lajaranIndikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu
Sumber/Bahan/Alat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Menerjemahkan
Surah al-
Kafirun,at-
Takasur dan al-
Ma’un
Memahami isi
kandungan
surah al-
Kafirun,at-
Takasur, dan al-
Arti Surah al-
Kafirun, at-
takasur, dan
al-Ma’un
Mampu
menerjemahkan Surah
al-kafirun, at-Takasur,
dan al-Ma’un dengan
baik dan benar
Mampu memahami
kandungan Surah al-
kafirun, at-Takasur,
dan al-Ma’un secara
baik dan benar
Siswa
mendengarkan
terjemahan Surah al-
Kafirun, at-takasur, dan
al-Ma’un dari guru.
Siswa
menerjemahkan Surah
al-Kafirun, at-Takasur,
dan al-Ma’un dengan
bimbingan guru.
Tugas
individual
dan tugas
kelompok
dengan
unjuk kerja,
tes lisan,
serta tes
tertulis
24 jam
pelajaran
12 X pertemuan
Buku al-
Qur’an Hadist
MI kls V
Terbitan
Putratama
bintang Timur
Surabaya.
Terjemaannya
terbitan
53
Ma’un
Menunjukkan
isi kandungan
Surah al-
Kafirun,at-
Takasur dan al-
Ma’un
Mampu menunjukkan
isi kandungan Surah
al-Kafirun, at-
Takasur, dan al-
Ma’un
Siswa
menunjukkan
kandungan Surah al-
Kafirun, at-Takasur,
dan al-Ma’un dengan
bimbingan guru.
Depag RI
2006
Buku tajwid
Buku-buku
lain yang
relevan
Standar Kompetensi : Memahami arti Hadis Tentang Menyayangi Anak Yatim
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Menerjemahkan
hadis tentang
menyayangi
anak yatim
Memahami isi
kandungan
hadis tentang
Arti hadis
tentang
menyayangi
anak yatim
Mampu
menerjemahkan hadis
tentang menyayangi
anak yatim dengan
baik dan benar
Mampu memahami
kandungan hadis
Siswa mendengarkan
terjemahan hadis tentang
menyayangi anak yatim
dari guru.
Siswa menerjemahkan
hadis tentang
menyayangi anak yatim
Tugas
individual
dan tugas
kelompok
dengan
unjuk kerja,
tes lisan,
8 jam
Pelajaran
4 X pertemuan
Buku Al-
Qur’an
Hadist MI
Kls V
Terbitan
Putratama
bintang timur
54
menyayangi
anak yatim
Menunjukkan
isi kandungan
hadis tentang
menyayangi
anak yatim
tentang menyayangi
anak yatim secara
benar dan fasih
dengan bimbingan guru.
Siswa memahami hadis
tentang menyayangi
anak yatim dengan
bimbingan guru
Siswa menunjukkan rasa
simpati kepada anak
yatim dalam kehidupan
sehari-hari
serta tes
tertulis
Surabaya
Terjemah
Riyadhus
Shalihin
Buku-buku
lain yang
relevan41
41 Dokument Sekolah
55
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran : Al-Qur’an dan Hadis
Madrasah Ibtidaiyah : MI Sunan Giri 02 Arjowilangun Kalipare
Kelas/ Semester : IV/ 1
Pertemuan ke- : 6-9
Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran
Standar Kompetensi : Memahami arti surah pendek
I. Kompetensi Dasar
1. Membaca surah al-Qadr
2. Menerjemahkan Surah al-Qadr
3. Memahami isi kandungan Surah al-Qadr
II. Indikator
1. Mampu membaca Surah al-Qadr dengan benar dan fasih
2. Mampu menerjemahkan Surah Surah al-Qadr dengan baik dan benar
3. Mampu memahami kandungan Surah al-Qadr secara baik dan benar
III. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membaca Surah al-Qadr dengan benar dan fasih
2. Siswa dapat menerjemahkan Surah al-Qadr dengan baik dan benar
3. Siswa dapat memahami kandungan Surah al-Qadr dengan baik dan benar
IV. Materi Ajar
Arti Surah al-Qadr
V. Metode Belajar
1. Informasi
56
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Praktik
VI. Sumber Belajar
1. Buku Cinta Al-Qur’an dan Hadis MI 5 terbitan PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandri, Solo
2. Al-Qur’an dan terjemahnya terbitan Depag RI 2006
3. Buku tajwid
4. Buku-buku lain yang relevan
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan
basmalah serta berdo’a bersama.
2. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dengan
kompetensi dasarnya.
3. Guru menjelaskan secara singkat langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan
B. Kegiatan Inti
1. Guru menuliskan, memasang paparan, mengenai Surah al-Qadr
sehingga mudah dilihat oleh siswa.
2. Guru menerjemahkan tulisan, paparan, mengenai Surah al-Qadr
dengan suara jelas dan perlahan-lahan ayat demi ayat. Siswa diminta
57
untuk menirukan bacaan guru ayat demi ayat. Hal ini hendaknya
dilakukan secara berulang-ulang.
3. Guru membimbing siswa untuk menerjemahkan Surah al-Qadr mulai
ayat pertama sampai dengan ayat terakhir secara berulang-ulang
hingga hafal.
4. Guru menunjuk beberapa siswa kedepan kelas untuk menerjemahkan
Surah al-Qadr yang ada tulisan, paparan.
5. Guru meminta siswa untuk mendengarkan terjemahnya Surah al-
Qadr dari teman-temannya.
6. Guru meminta siswa yang mendengarkan untuk menyimak
terjemahan teman-temannya. Apabila terjadi kesalahan, hendaknya
mereka membetulkannya. Para siswa memberikan apresiasi kepada
teman-temannya jika bacaannya benar.
7. Guru menjelaskan kandungan Surah al-Qadr.
8. Guru meminta siswa untuk mendengarkan penjelasan tersebut.
9. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang permasalahan yang
belum dipahami dengan baik.
10. Guru memberi tugas kepada siswa mengenai terjemahan dan
kandungan Surah al-Qadr.
C. Kegiatan Akhir (Penutup)
1. Guru mengevaluasi tentang proses dan hasil kegiatan belajar
mengajar tersebut
58
Mengetahui,Kepala Madrasah
Mujib Syaiful Hamdani, S.Pd.I
Guru Al-Qur’an dan Hadis
Khoirul Anwar H , S.Pd.I
2. Guru mengajak siswa membuat kesimpulan tentang kandungan
Surah al-Qadr.
3. Guru menutup pelajaran dengan bacaan hamdallah, berdo’a bersama-
sama, dan mengucapkan salam.
VIII. Penilaian
A. Tes Lisan
Siswa diminta menerjemahkan dan menjelaskan kandungan Surah al-
Qadr satu persatu.
B. Tes Tertulis
Guru memberikan beberapa soal tertulis, sebagaimana yang terdapat ada
buku Cinta Al-Qur’an dan Hadis MI 5 halaman 67-68.
C. Tes Perbuatan
Siswa diminta menerapkan kandungan Surah al-Qadr dalam kehidupan
sehari-hari, terutama pada bulan Ramadhan.
Kalipare,
……………………….
59
LATIHAN SOAL
A. Pilihlah jawaban yang benar !
1. Surah al-Qadr turun sesudah Surah …………..
a. al-Humazah
b. asy-Syams
c. az-Zalzlah
d. ‘Abasa
2. Nama al-Qadr diambil dari kata القدر
yang berarti ………
a. Kedisiplinan
b. Kesejahteraan
c. Kemuliaan
d. Kemakmuran
3. Salah satu keutamaan Lailatul Qadr adalah …. ….
a. Dibukanya pintu surga
b. Diturunkannya Al-Qur’an
c. Diciptakannya Nabi Adam a.s.
d. Dibangkitkannya manusia dari kubur
4. Arti kata انزلنه adalah ………..
a. Kami telah menurunkannya
b. Kami telah menyediakannya
c. Kami telah menciptakannya
d. Kami telah mengampuninya
60
5. Yang dimaksud الروح adalah ……….
a. Nabi Muhammad saw
b. Allah SWT
c. Malaikat Jibril
d. Orang yang sudah mati
6. Lafal-lafal berikut ini yang berarti seribu bulan adalah ………..
a. كلامر.
b. سلم.
c. خيرمن.
d. الفشهر.
7. Menurut riwayat yang mutawatir, Lailatul Qadr terjadi pada …….
Bulan Ramadhan.
a. Selama
b. Sepuluh hari kedua
c. Sepuluh hari terakhir
d. Sepuluh hari pertama
8. ليلةالقدرخيرمن............
a. كلامر .
b. سلم .
c. مطلعالفجر .
d. الفشهر .
9. Salah satu tanda terjadinya Lailatul Qadr adalah …….
61
a. Langit bersinar cerah
b. Langit berawan, tetapi tidak hujan
c. Hewan-hewan bebas berkeliaran
d. Rezeki manusia berlimpah pada hari itu
10. Malam Qadar adalah malam yang penuh سلم , artinya …….
a. Kehidupan
b. Kesibukan
c. Kesejahteraan
d. kekeluargaan
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan tepat !
1. Surah al-Qadr terdiri dari ……. Ayat.
2. Lailatul Qadr terjadi pada malam bulan ……..
3. Kitab yang diturunkan pada malam qadar adalah ……..
4. Beribadah pada malam qadar nilainya lebih baik daripada ……bulan.
5. Para malaikat turun pada malam qadar untuk ……
6. Allah SWT. Menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw.
Dengan perantara ……..
7. Arti kata مطلعالفجر Adalah ………..
8. Pada malam qadar diturunkan kesejahteraan hingga ………….
9. Dalam surah al-Qadr, lafal ليلةالقدر disebut sebanyak ……..
kali.
10. Orang yang beribadah dengan ikhlas pada malam qadar akan mendapatkan
………… dari Allah swt.
62
C. Jawablah dengan singkat !
1. Apa yang dimaksud malam qadar ?
2. Terjemahkan ayat berikut ini !
وماادركماليلةالقدر
3. Sebutkan tiga keistimewaan yang terjadi pada malam qadar !
4. Sebutkan tanda-tanda terjadinya Lailatul Qadr !
5. Terjemahkan ayat berikut ini !
سلمهيحتىمطلعالفجر
63
a. Perencanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang penulis amati adalah Ust. Khoirul
Anwar Harifudin, S.Pd.Iyang memberikan pelajaran Al-Qur’an Hadist
pada bab terakhir semester I tentang memahami arti Syrat Al-Qadar.
Beliau melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
dibuat, meskipun sesekali sambil mengingatkan para muridnya untuk
mengingatkan pelajaran yang telah lampau yang masih terkait dengan
pelajaran
b. Evaluasi
Guru mengevaluasi tentang proses dan hasil kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan pada hari itu. Siswadiminta untuk menerjemahkan dan
menjelaskan kandungan surat al aad satu persatu
2. Faktor penunjang dan penghambat pembelajaran Agama
a. Faktor penunjang pelaksanaan pembelajaran Agama
Dari hasil interview dengan para guru agama di MI Sunan Giri 02
Arjowilangun dapat penulis simpulkan tentang factor-faktor yang
menunjang pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
1. Sarana tempat ibadah [ masjid ]
Masjid jami’ Al falah berada di tengah tengah sekolah sehingga
dapat digunakan saecara maksimal sebagain sarana praktek ibadah
untuk pembelajaran agama di MI Sunan Giri 02 Arjowilangun.
64
2. Dukungan dari seluruh guru mata pelajaran untuk saling
bekerjasama dalam menciptakan anak didik mesenantiasa
melaksanakan kegiata keagamaan.
b. faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran Agama
1. Faktor orang tua yang kurang memperhatikan pembelajaran anak di
sekolah, sehingga anak dibiarkan saja tanpa menghiraukan
kegiatan anak dalam melaksanakan kegiatan keagamaannya sehari
hari. .
2. Faktor lingkungan, yaitu lingkungan tempat ia tinggal atau bermain
yang kurang kondusif dan jauh dari nilai-nilai agama.
3. Faktor sarana dan prasarana yan g kurang memadai, terutama
perpustakaan yang belum memenuhi persyaratan, sehingga untuk
menumbuhkan inat baca pada anak mengalami kesulitan.
4. Faktor kemajuan teknologiyang kurang terkontropl, sebagai contoh;
dengan maraknya permainan game, tayangan televise, sehingga
anak sering lalai, Waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar
agama terkalahkan karena asyiknya bermain atau menonton
televisi.
3. Usaha-usaha yang dilakukan guru agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran
a. Mengintensifkan kegiatan pembelajaran dengan cara:
1. Belajar membaca al Qur’an
65
Kegiatan belajar membaca al Qur’an di MI Sunan Giri dimulai
sejak anak didikmulai masuk sekolah. Pembelajaran membaca al
Qur’an ini dilakukan secara intensif dengan menggunaka metode
Qiro’ati, dimulai dari jilid terendah yaitu jilid I sampai dengan jilid VI.
Kemidian dilanjutkandengan pelajaran ghorib dan tajwid.
Dari hasil obserfasi, penulis memperoleh data bahwa siswa MI
Sunan Giri 02 rata-rata kelas III atau IV sudah lancer membaca al
Qur’an bahkan kelas IV atau kelas VI sudah mahir dalam membaca al
Qur’an dengan bertajwid dan faham tentang bacaan-bacaan ghorib..
2. Kegiatan hafalan surat-surat pendek (juz ‘Amma)
Hafalan surat-surat pendek telah ada pada kurikulum dari
Kementerian Agama, tetapi di MI Sunan Giri 02 menambahkan materi
hafalan tersebut pada kegiatan hafalan surat –surat pendek dengan
target hafalannya sebagai berikut;
Surat Al Fatihah, Al Ikhlas, Annas, Al Falaq, Al Lahab, An nashr, Al Kafirun, Al Kautsar, Al Ma’un, Al Quroisy, Al Fiil, Al Ashr, Al Takatsur, Al Qori’ah, Al Adiyat, Al Zalzalah, Al Bayyinah, Al Qodar, Al Alaq, AtTin, Al Isyiroh, Ad Dhuha,, Al Lail, As Syams, Al Balad, Al Ghosyiyah,Al Fajr, Al A’la, At Thoriq,Al buruj, Al Insyqoq, AlMuthoffifin, Al Infitor, At Takwir, Abasa, An Naziat, An Naba, Ayat Kursi, Al Baqoroh 284-286, Luqman 12-19, Al jumu’ah, Al Kahfi 107-110, Al Isro’ 23-37, Al Hasyr 18-24.42
Target hafalan tersebut ditempuh selama belajar di MI Sunan
Giri 02 artinya dihafalkan mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI
(sesuai dengan target kelas masing-masing).
3. Kegiatan hafalan do’a harian
42 Ibid
66
Hafalan do’a harian sebagaimana hafalan surat-surat pendek
juga telah ada dalam kurikulum dari Kementerian Agama. Namun
demikian MI Sunan Giri 02 membuat target hafalannya ditambah,
diantaranya sebagai berikut:
Do’a Asmaul Husna, sebelum belajar, sebelum tidur, sebelum makan, sesudah makan, masuk kamar mandi,keluar kamar mandi, masuk masjid, keluar masjid, memakai baju, melepas baju, naik kendaraan, sesudah adzan, sesudah wudlu, masuk rumah, keluar rumah,akan baca al-qur’an, setelah baca al-qur’an,ketemu sesame muslim,bercermin,turun hujan, bersin, melihat keindahan,melihat kejelekan, masuk shof, tertimpa musibah, mengelami kesulitan,berbuka puasa, melihat kuburan,mohon perlindungan, bubar majelis, qunut,mimpi baik, mimpi buruk, mohon keselamatan,untuk ibu bapak.43
Untuk memudahkan hafalan do’a, anak didik selalu
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya do’a mau
makan diucapkan setiap kali mau makan, begitupun sesudahnya do’a
diucapkan sesudah makan, do’a masuk kamar mandi dan do’a keluar
dari kamar mandi, do’a masuk masjid dan do’a keluar dari masjid,
do’a berwudhu,dan sebagainya.
4. Kegiatan sholat dhuha dan sholat Dhuhur berjamaah
Kegiatan sholat dhuha dilaksanakan sebelum anak didik
memulai aktifitas pelajaran. Diusahakan anak datang kesekolah
sudah dalam keadaan suci (berwudlu) dari rumah. Sholat dhuha
dilaksanakan mulai dari kelas I sampai kelas VI bersama-sama setiap
pagi bersama-sama dengan bapak dan ibu gurunya. Sedangkan sholat
dhuhur dilaksanakan pada waktu istirahat kedua, yaitu antara pukul
43 Ibid
67
11.30 sampai dengan 12.30 wib dengan cara di kelompokkan antara
kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah yaitu kelas I sampai
dengan kelas III (kelompok I). Kelompok I melaksanakan sholat
dengan melafalkan doa dengan suara keras sampai selesai, dengan
tujuan untuk menghafal bacaan-bacaan sholat yang di dampingi oleh
beberapa guru untuk membimbing dan mengawasi jalannya kegiatan
tersebut. Kelompok II (kelas tinggi) melaksanakan sholat berjamaah
bersama bapak dan ibu guru dengan tidak mengeraskan suara. Pada
kelompok II ini anak didik di rasa telah mampu melaksanakan sholat
serta hafal seluruh bacaan-bacaan sholat.
5. Melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan silabus.
Proses pembelajaran selalu mengikuti kurikulum yang
berlaku, agar proses pembelajaran selalu berada di atas garis dan
tidak menyimpang dari tujuan yang telah di tetapkan oleh
pemerintah.
6. Mengadakan evaluasi
Evaluasi di lakukan untuk mengetahui sejauh mana materi
pembelajaran dapat di terima dan dilaksanakan dengan baik yang
berhubungan dengan teori maupun praktek dalam rangka
mengevaluasi hasil pembelajaran dengan cara:
1. Pembelajaran yang berhubungan dengan teori di lakukan melalui
test tulis, dan test lisan serta memperagakan pelajaran yang
terkait dengan materi pelajaran.
68
2. Pembelajaran yang berhubungan dengan materi pelajaran
tambahan (intensif) ‘seperti pada poin 1’ dengan cara menjalin
hubungan melalui murid untuk saling bekerja sama mengawasi
dan melaporkan kegiatan anak dalam penerapan kegiatan
keagamaan baik di sekolah maupun di luar sekolah (dirumah)
melalui buku laporan harian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
69
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengamati dan meneliti dari beberapa aspek yang
berkaitan dengan usaha guru agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah 02 Arwowilangun Kecamatan Kalipare
Kabupaten Malang maka penulis berkesimpulan bahwa:
1. Usaha yang di lakukan guru agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran adalah membuat perencanaan secara tertulis di antaranya
yaitu :
a. Membuat silabus
Contoh yang diambil adalah silabus yang dibuat oleh Ustad Khoirul
Anwar yaitu kelas V semester I pada mata pelajaran al Qur’an dan
Hadits, standart kompetensi memhami arti surah-surah pendek dan
memahami arti hadits tentang menyayangi anak yatim.
b. Membuat perencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
RPP yang dibuat mata pelajaran al Qur’an dan Hadits kelas V semester
I pada pertemuan ke 6 – 9 dengan standart kompetensi memahami arti
surah pendek.
c. Evaluasi
70
Evaluasi dilakukan dengan memberikan latihan soal obyektif dan
subyektif untuk mengetahui hasil capaian proses pembelajaran yang
dilakukan.
2. Faktor penunjang dan penghambat pembelajaran agama
a. Faktor penunjang pelaksanaan pembelajaran agama diantaranya masjid
sebagai sarana praktek shalat, dukungan seluruh guru mata pelajaran
untuk saling bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
b. Faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran diantaranya faktor
orang tua yang kurang memperhatikan kegiatan pembelajaran anak di
sekolah, faktor lingkungan yang kurang kondusif, sarana dan prasarana
yang kurang memadai, kemajuan teknologi yang kurang terkontrol,
seperti tanyangan televisi, dan lain-lain.
3. Usaha yang dilakukan guru agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran
a. Mengintensifkan kegiatan belajar membaca al Qur’an dengan metode
Qiro’ati mulai jilid terendah hingga fasih membaca al Qur’an.
b. Kegiatan hafalan surat-surat pendek (Juz ‘Amma).
c. Kegiatan hafalan do’a.
d. Kegiatan shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah setiap hari.
71
e. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan silabus dengan tujuan tidak
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
f. Mengadakan evaluasi baik secara tertulis maupun aplikasi.
B. Saran-saran
Agar usaha guru agama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
MI Sunan Giri 02 dapat tercapai hendaknya melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Kepala Sekolah dan guru agama hendaknya bisa membangun kerja sama
dengan wali murid dengan sebaik-baiknya agar dapat tercapai tujuan
pembelajaran.
2. Guru agama hendaknya selalu meningkatkan kompetensi professional agar
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Hendaknya bagi wali murid bisa bekerjasama dengan baik dengan pihak
sekolah untuk bersama-sama mengawasi anak dalam menanamkan dan
mengamalkan pendidikan agama.
4. Hendaknya siswa selalu mempunyai kesadaran untuk mengamalkan ajaran
agamanya sesuai dengan pembelajaran yang didapatkan baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
72