fenomena pautan kelamin persilangan drosophila melanogaster strain nw ny beserta resiproknya

41
FENOMENA PAUTAN KELAMIN PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN N><w, N><y BESERTA RESIPROKNYA LAPORAN PROYEK Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika I yang dibina oleh Prof. Dr. A.D Corebima, M. Pd Oleh: Kelompok 8 Off. AA/BB Elan Frido Rinda (207341409182) Tiurma Parantika (207341409144)

Upload: firda-ama-zulfia

Post on 12-Jul-2016

54 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Pautan kelamin Nw dan Ny

TRANSCRIPT

Page 1: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

FENOMENA PAUTAN KELAMIN PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN N><w, N><y BESERTA RESIPROKNYA

LAPORAN PROYEKDisusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika I yang dibina oleh Prof. Dr.

A.D Corebima, M. Pd

Oleh: Kelompok 8 Off. AA/BB

Elan Frido Rinda (207341409182)Tiurma Parantika (207341409144)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI Mei, 2009

Page 2: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta

segala seluk beluknya secara ilmiah. Orang yang dianggap sebagai ”Bapak

Genetika” adalah Johan Gregor Mendel. (Rana, (Online),

http://rainzeducenter.blogspot.com)

Thomas Hunt Morgan adalah ahli genetika dari Amerika Serikat yang

menemukan bahwa faktor-faktor keturunan (gen) tersimpan dalam lokus yang

khas dalam kromosom. Percobaan untuk hal ini dilakukan pada lalat buah

(Drosophila melanogaster) dengan alasan sebagai berikut cepat berkembang biak,

mudah diperoleh dan dipelihara, cepat menjadi dewasa (umur 10 - 14 hari sudah

dewasa), lalat betina bertelur banyak, hanya memiliki 4 pasang kromosom,

dengan alasan ini sehingga Drosophila melanogaster dijadikan objek penelitian.

(IdeBagus,(online), http://www.idebagus.com)

Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah, dimasukkan dalam

filum Artropoda kelas Insekta bangsa Diptera, anak bangsa Cyclophorpha

(pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw

hooks), seri Acaliptrata (imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa),

suku Drosophilidae, Jenis Drosophila melanogaster di Indonesia terdapat sekitar

600 jenis, pulau Jawa sekitar 120 jenis dari suku drosophilidae (Wheeler, 1981

dalam Imania,(online) http://gotomilla.blogspot.com/2008/12/15-adalah-betina-

super.html).

Pada penelitian sederhana ini menggunakan Drosophila melanogaster dengan

strain N, w, dan y. Strain ini disilangkan dengan ♀N ><♂w dengan resiproknya

dan dengan resiproknya. Pada persilangan ini akan diamati mengenai fenotip dari

keturunan F1 sampai dengan didapatkan F2 yang dihasilkan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini mengambil judul

“Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila melanogaster Strain N><w,

N><y Beserta Resiproknya ”.

Page 3: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat kami rumuskan perumusan

masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana fenotip F1 dan F2 dari persilangan Drosophilla

melanogaster pada strain ♀N ><♂w bersama resiproknya ?

2. Bagaimana fenotip F1 dan F2 dari persilangan Drosophila

melanogaster pada strain ♀N><♂y bersama resiproknya?

C. Tujuan Kegiatan

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui fenotip F1 dan F2 dari persilangan Drosophilla melanogaster

pada strain ♀N ><♂w bersama resiproknya.

2. Mengetahui fenotip F1 dan F2 dari persilangan Drosophila melanogaster ♀N

>< ♂y bersama resiproknya.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini akan diperoleh maanfaat atau berguna untuk:

1. Pembuktian adanya fenomena pautan kelamin.

2. Menambah informasi kepada semua mahasiswa tentang pautan kelamin yang

terjadi pada Drosophilla melanogaster pada strain (♀N ><♂w, ♂N><♂y).

E. Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi medium dan nutrisi didalam botol dianggap sama.

2. Selama penelitian ini faktor lingkungan seperti tempat pengembangbiakan,

cahaya atau sinar, suhu maupun kelembaban dianggap sama.

3. Umur dari Drosophila melanogaster dianggap sama.

Page 4: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

F. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan pada persilangan Drosophila melanogaster ♀N

><♂w dan ♀N >< ♂y beserta resiproknya.

2. Pengamatan dalam penelitian dibatasi pada keturunan F1 dan F2 dari hasil

persilangan Drosophila melanogaster dengan strain ♀N ><♂w dan ♀N ><

♂y beserta resiproknya, dengan mengamati ciri yang meliputi warna mata,

warna tubuh dan bentuk sayap.

3. Pengambilan data dimulai dari hari menetasnya pupa (dihitung sebagai hari 0

sampai hari keenam).

G. Definisi Operasional

1. Pautan kelamin adalah suatu sifat yang diturunkan yang tergabung dalam

genosom (Anonim,2009)

2. Fenotip menurut Ayala dalam Corebima (1997) adalah karakter yang dapat

diamati pada suatu individu (yang merupakan hasil interaksi antara genotip

dan lingkungan tempat hidup dan berkembang.

3. Genotip menurut Ayala dalam Corebima (1997) adalah keseluruhan jumlah

informasi genetik yang terkandung pada suatu makhluk hidup ataupun

konstitusi genetik dari suatu makhluk hidup dalam hubungannya dengan satu

atau beberapa lokus gen yang sedang menjadi perhatian.

4. Persilangan resiprok adalah persilangan yang merupakan kebalikan dari

persilangan yang semula dilakukan ( Yatim, 1986).

5. Homozigot adalah karakter dikontrol oleh dua gen identik (Corebima,1997).

6. Heterozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen yang tidak identik

(Corebima, 1997).

Page 5: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sistematika

Menurut Anonim (online, http://id.wikipedia.org/w/index.php?title

=Drosophilidae&action=edit&redlink=1) sistematika Drosophila melanogaster

adalah sebagai berikut:

Kingdom :Animalia

Filum :Arthropoda

Kelas :Insecta

Bangsa :Diptera

Famili :Drosophilidae

Subfamili :Drosophilinae

Genus : Drosophila

Species : Drosophila melanogaster

Sumber: Anonim. Tanpa tahun. Drosophila melanogaster. (Online, http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Drosophilidae&action=edit&redlink=1, diakses 13 Mei 2009)

B. Kromosom Kelamin

Seluruh informasi pada bagian ini diambil dari Gardner dkk., (1991) dalam

Corebima (2004). Pada tahun 1891 ahli Biologi Jerman H. Henking menemukan

bahwa suatu struktur inti tertentu dapat ditemukan (dilacak) selama

spermatogenesis serangga tertentu. Separuhnya sperma menerima struktur

tersebut, sedangkan separuhnya yang lain tidak menerimanya. Henking tidak

menyebut-nyebut manfaat struktur tersebut, tetapi mengidentifikasinya sebagai “X

body”, dan menyatakan bahwa sperma dipilah atas dasar ada atau tidak adanya

struktur itu. Pada tahun 1902 C. E. McClung membenarkan observasi Henking

atas dasar observasi sitologis terhadap berbagai spesies belalang; ditemukan pula

bahwa sel-sel soma individu betina belalang memiliki jumlah kromosom yang

berbeda dibanding sel-sel soma individu jantan. McClung mengaitkan X body

Page 6: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

dengan determinasi kelamin, tetapi secara salah menyatakan spesifik untuk

individu jantan.

Pada awal abad ke 20 E. B. Wilson dkk. Dalam Corebima (2004),

menyatakan bahwa X body yang dilaporkan Henking adalah suatu kromosom

yang menentukan kelamin. Sejak itu X body dikenal sebagai kromosom kelamin

atau kromosom X.

E. B. Wilson menemukan susunan kromosom yang lain pada Lygaeus

turcicus (milkweed bug). Pada serangga ini jumlah kromosom yang sama

ditemukan pada sel-sel dari kedua macam kelamin. Akan tetapi, kromosom

“homolog” dari kromosom X ternyata lebih kecil ukurannya, dan disebut

kromosom Y. Lebih lanjut dinyatakan bahwa zigot XX akan menjadi individu

betina, sedangkan zigot XY akan menjadi individu jantan. Kemudian fenomena

inilah dinyatakan dalam hubungannya dengan mekanisme determinasi kelamin

tipe XX-XY.

Atas dasar temuan pada berbagai hewan, tampaknya mekanisme XY lebih

umum dikenal dibanding mekanisme XO. Dewasa ini tipe XX-XY ini diduga

menjadi ciri pada kebanyakan hewan tinggi (termasuk manusia), dan ditemukan

juga pada beberapa tumbuhan (misalnya Melandrium album). Tipe ini ditemukan

juga pada Drosophila melanogaster.

Pada Drosphila jantan dan betina dapat dengan mudah dibedakan dengan

melihat bentuk segmen-segmen abdomen bagian posteriornya. Abdomen betina

memiliki ujung meruncing dan pola garis yang berbeda dari abdomen jantan.

Kelamin lalat sebagian ditentukan oleh jumlah kromosom X yang dimiliki

individu. Normalnya lalat betina memiliki dua kromosom X (homogamet),

sedangkan lalat jantan hanya memiliki satu kromosom X ditambah satu salinan

kromosom Y (heterogamet).

Adapun kromosom kelamin pada Drosophila melanogaster kondisi XY

adalah sebagi berikut (Corebima, 2003):

Page 7: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

a. Jenis betina Drosophila melanogaster mempunyai 4 pasang kromosom,

masing-masing anggota dari pasangan itu serupa pada pasangan berbentuk

batang dan keduanya dikenal dengan kelamin atau kromosom X.

b. Jenis jantan mempunyai dua kromosom kelamin, satu berbentuk batang dan

satu bentuk kait “J”. Kromosom yang berbentuk batang disebut dengan

kromosom “X” dan yang berbentuk kait disebut “Y”.

C. Pautan Kelamin

Temuan pertama tentang kebakaan yang terpaut kelamin adalah pada

Drosophila, sebagaimana yang dilaporkan T.H. Morgan pada tahun 1910, dan gen

terkait dengan kebakaan yang terpaut kelamin itu terletak pada kromosom kelmin

X, tepatnya pada lokus w (Gardner dkk,1991 dalam Corebima 2003). Sebagian

besar gen yang terpaut kelamin pada hewan-hewan jantan heterogamet terletak

pada kromosom X (Gardner dkk,1991 dalam Corebima 2003). Dikatakan lebih

lanjut, namun demikian beberapa hewan dapat memiliki sejumlah kecil gen pada

kromosom Y yang menghasilkan efek-efek fenotip. Informasi yang baru

dikemukaan ini hanya berlaku untuk kelompok makhlluk hidup yang mempunyai

kromosom kelamin XX-XY. Pewarisan sifat-sifat (fenotip) yang terpautt

kromosom kelamin X mengikuti suatu pola khas, yaitu crisscross pattern of

inheritance (Stansfield,1983: Gardner dkk, 1991 dalam Corebima 2003).

Crisscross pattern of inheritance adalah pewarisan menyilang. Dalam ini suatu

sifat fenotip yang ada pada induk betina diwariskan dan terekspresikan pada

turunan jantan (Rothwell,1991 dalam Corebiam 2003), dan yang ada pada induk

jantan diwariskan (tidak diekspresikan) melalui turunan betina keturunan jantan

F2 dan diekspresikan (Gardner dkk, 1991 dalam Corebima 2003). Sifat-sifat yang

terpaut kromosom kelamin X yang memiliki pola pewarisan demikian lebih

mudah dipahami pada sifat-sifat yang dikontrol oleh gen-gen resesif.

Bilamana strain berwarna mata merah betina disilangkan dengan strain

bermata putih jantan, maka F1 yang muncul bermata merah seluruhnya, sesuai

dengan harapan. Jika faktor mata merah dominan terhadap faktor mata putih.

Selanjutnya, jika F1 disilangkan satu sama lain, maka bagian F2 bermata merah,

dan sebagian bermata putih. Suatu rasio yang sesuai harapan, andaikan faktor

Page 8: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

mata merah dominan terhadap faktor mata putih. Namun demikian setelah

diperiksa lebih teliti, ternyata bahwa seluruh F2 betina berwarna mata merah,

sedangkan separuh jantan bermata merah dan separuhnya berwarna putih, suatu

gambaran yang tidak sesuai harapan berdasarkan prinsip kebakaan Mendel.

Gambaran yang menyimpang masih dijumpai pada pengkajian lebih lanjut.

Seluruh F2 jantan ternyata sudah merupakan galur murni, baik yang bermata

merah ataupun yang putih, disimpulkan F2 jantan bermata merah hanya memiliki

faktor merah, sedangkan F2 betina yang bermata merah itu ternyata terdiri dari dua

macam, separuh sudah merupakan galur murni sedangkan separuhnya lagi akan

menghasilkan turunan jantan, yang separuhnya bermata merah dan yang

separuhnya lagi bermata putih.

Apabila strain bermata putih betina disilangkan dengan strain bermata merah

jantan, maka gambaran hasil yang diperoleh akan berlainan. Dalam hal ini

ternyata bahwa tidak seluruh F1 bermata merah sesuai harapan atas dasar prinsip

Mendel, jika faktor merah dominan terhadap faktor putih, terlihat bahwa separuh

F1 bermata merah, sedangkan separuhnya bermata putih, akan terlihat pula bahwa

seluruh F1 betina bermata merah, sedangkan seluruh F1 jantan bermata putih.

Andaikata F1 disilangkan sesamanya maka separuh F2 bermata putih sedangkan

separuh lagi bermata merah, ternyata pula bahwa F2 jantan bermata merah sama

jumlahnya dengan F2 betina bermata merah, dan F2 jantan bermata putih sama

jumlahnya dengan F2 betina bermata putih.

T.H. Morgan menyatakan data hasil persilangan itu dapat dijelaskan jika : (1)

Faktor warna mata terdapat pada kromosom kelamin X , dan (2) Kromosom

kelamin jantan (Y) tidak mengandung faktor warna mata tersebut . Sebagaimana

diketahui, individu betina Drosophila melanogaster mempunyai dua kromosom

kelamin X yang identik, sedangkan individu jantan mempunyai kromosom

kelamin XY. Dalam hubungan ini individu betina Drosophila melanogaster

mewarisi satu kromosom kelamin X dari induk jantan, dan satu kromosom

kelamin X lainnya dari induk betina. Sedangkan individu jantan mewarisi satu

kromosom kelamin X dari induk betina, dan satu kromosom kelamin Y dari induk

jantan. Dari dua kromosom kelamin X pada indvidu betina itu satu kromosom

diwariskan kepada keturunan betina, dan yang lainnya diwariskan kepada turunan

Page 9: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

jantan. Sedangkan dari kromosom kelamin XY pada individu jantan, kromosom X

diwariskan kepada keturunan betina, dan kromosom Y diwariskan pada turunan

jantan. Dengan demikian terlihat jelas bahwa suatu sifat yang dikendalikan oleh

faktor yang terletak pada kromosom kelamin X akan mengalami suatu pewarisan

menyilang ( crisscross inheritance), dalam hal ini individu jantan akan

mewariskan sifat semacam itu kepada cucu turunan jantan melalui turunan

betinanya (anak), dan tidak pernah melewati turunan jantan ( anak).

Gambar: Model persilangan strain Drosophila bermata putih jantan dan strain

bermata merah betina. Faktor w + mengontrol warna mata merah,

sedangkan w

mengontrol

warna mata

putih (Ayala,

dkk. 1984,

dalam

Corebima

2003)

Page 10: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

Gambar: Model persilangan strain Drosophila bermata merah jantan dan strain

bermata putih betina (Ayala, dkk. 1984, dalam Corebima 2003).

Berkenaan dengan hal itu T.H. Morgan menyimpulkan bahwa faktor warna

mata pada Drosophila terpaut kelamin, dalam hal ini terpaut pada kromosom

kelamin X. Dalam sejarahnya temuan T. H. Morgan inipun mempertegas teori

pewarisan kromosom. Dewasa ini adanya sifat-sifat yang terpaut kelamin tidak

hanya dijumpai pada Drosophila. Ayala, dkk (1984) dalam Corebima, 2003,

menyatakan bahwa “Pola pewarisan yang terpaut kelamin pada Drosophila juga

ditemukan pada semua hewan dan tumbuhan yang individu jantannya berkelamin

heterogametik.

Page 11: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual

Suatu penelitian dari T.H Morgan yang menyilangkan Drosophila melanogaster strain berwarna merah betina dengan strain memiliki warna mata putih jantan diperoleh F1 mata merah seluruhnya.

Faktor mata merah dominan terhadap mata

Faktor warna mata merah terdapat pada kromosom kelamin X, sedangkan kromosom kelamin Y tidak mengandung warna mata merah.

Pewarisan kromosom X ini dapat dihubungkan dengan pewarisan sifat pada pautan seks

Kromosom kelamin X mengalami pewarisan menyilang (crisscross inheritance)

Terjadi fenomena pautan kelamin

Persilangan Drosophila melanogaster strain N><w,N><y beserta resiproknya

Pembahasan

Kesimpulan

Page 12: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

B. Hipotesis

1. Terjadi fenomena pautan kelamin pada persilangan Drosophila melanogaster

♀N ><♂w bersama resiproknya.

2. Terjadi fenomena pautan kelamin pada persilangan Drosophila melanogaster

♀N ><♂y bersama resiproknya.

Page 13: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan

menyilangkan Drosophila melanogaster dengan strain ♀N ><♂w dan ♀N ><

♂y beserta resiproknya dengan diberi perlakuan sebanyak tujuh kali untuk

memperoleh data dari F1 dan F2. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis

dengan menggunakan metode rekonstruksi dan pengambilan data dilakukan

dengan pengamatan secara langsung mengenai fenotip yang muncul.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan selam ± 4 bulan mulai

dari bulan Februari 2009 sampai bulan Mei 2009. Tempat penelitian yang kami

lakukan di Laboraturium Genetika (ruang BIO 310) jurusan Biologi FMIPA UM.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitain kami adalah lalat buah Drosophilla melanogaster

yang diperoleh dari stok yang dibiakkan di laboratorium Genetika Universitas

Negeri Malang. Sampel yang digunakan dalam penelitian kami adalah

Drosophilla melanogaster strain N,w dan y.

D. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian kami sebagai berikut :

1. Mikroskop Stereo 8. Lemari Es 15. Kertas

label

2. Botol Selai 9. Kuas 16. Serbet

3. Pengaduk 10. Blender 17. Pisau

Page 14: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

4. Kuas 11. Panci

5. Kain Kasa 12. Kompor Gas

6. Selang Plastik 13. Tutup Botol dari Spon

7. Timbangan 14. Plastik

Adapun Bahan yang digunakan dalam penelitian kami sebagai berikut:

1. Drosophilla melanogaster strain N,w dan y

2. Pisang Raja Mala

3. Tape

4. Gula Merah

5. Kertas pupasi

6. Yeast

7. Eter

E. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Medium

Menimbang bahan seperti pisang, tape singkong, dan gula merah dengan

perbandingan 7:2:1 untuk satu resep. Memotong-motong pisang kemudian

menambahkan air secukupnya lalu menghaluskannya dengan tape singkong

dengan cara memblender sampai halus. Mengiris gula merah dengan potongan

kecil-kecil. Memasukan pisang tape singkong yang telah dihaluskan ke dalam

panci, dan menambahkan potongan gula merah setelah mendidih. Setelah 45

menit, mengangkat medium dari kompor, kemudian mengisi botol selai yang

sudah di cuci dan di keringkan dengan medium dan segera menutupnya

dengan gabus penutup kemudian mendinginkannya dengan cara memasukkan

botol pada bak atau baskom yang berisi air secukupnya. Kemudian setelah

dingin memasukkan kertas pupasi dan memberi sedikit yeast. Medium telah

siap digunakan dalam pengamatan.

2. Tahap Persiapan Menyilangkan

Membuat ampulan Drosophilla melanogaster strain N, w dan y.

Menyilangkan Drosophila melanogaster (♀N ><♂w, ♀N >< ♂y, bersama

resiproknya) dengan 7 kali ulangan. Melepaskan jantan setelah 2 hari

Page 15: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

disilangkan. Mengampul pupa yang telah menghitam dengan menggunakan

kuas dan dimasukkan pada botol ampul (setiap satu selang ampul berisi satu

pupa). Mengamati F1 dan menghitung jumlahnya dari setiap persilangan dan

memasukkan dalam tabel F1. Menyilangkan hasil F1 dan memberi tanda/label

pada setiap botol persilangan. Melepas jantan setelah 2 hari persilangan.

Mengamati F2 dan menghitungnya dari hari ke 0 sampai hari ke 6 jumlahnya

dari tiap persilangan. Memasukkan data dalam tabel.

F. Mencatat data pengamatan

Dari data yang diperoleh perhitungan pengamatan fenotif F1 dan F2

dimasukkan data pada table pengamatan.

G. Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan fenotip

yaitu mengamati warna mata pada strain N, w, dan y serta F1 dan F2 mencatat

data hasil pengamatan pada table pengamatan. Hendaknya dalam pengamatan

fenotip menggunakan mikroskop karena dalam pengamatan ini warna mata dan

jenis kelamin yang diamati.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

tehnik Rekonstruksi kromosom kelamin pada masing-masing persilangan.

Page 16: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

BAB V

DATA DAN ANALISISA DATA

A. Ciri-ciri Drosophila melanogaster

Penelitian kami mengunakkan Drosophilla melanogaster dengan strain N, w

dan y. Strain N mempunyai sayap yang menutupi tubuh dan memiliki tubuh yang

berwarna coklat kekuningan dengan mata berwarna merah. Untuk strain w

memiliki ciri warna mata putih, tubuh coklat, sayap menutupi tubuh. Pada strain y

memiliki warna mata merah, tubuh berwarna kuning, bentuk sayap menutupi

tubuh dengan sempurna. Penelitian yang kami lakukan pada objek lalat buah yaitu

Drosophilla melanogaster mempunyai berbagai macam strain, dimana setiap

strain menujukkan ciri-ciri yang berbeda-beda. Untuk mengetahui jantan atau

betinanya dari Drosophilla melanogaster kita dapat melihat warna ujung

posterior abdomennya. Pada jantan memiliki warna hitam pada ujung posterior

abdomennya. Sedangkan pada betina pada ujung posterior abdomennya tidak

berwarna.

B. Data

Tabel Hasil Pengamatan F1

Persilangan Fenotipe Sex U

l

a

n

g

a

n

1234

♀N♂6767 278

Page 17: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

N

×

w

6237

♀7

0

8

4

7

5

9

1

W♂----

♀----

P

e

r

s

i

l

a

n

g

a

n

F

e

n

o

t

i

p

e

S

e

x

U

l

a

n

g

a

n

Page 18: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

123

♀w × N♂ N ♂ - - - -

♀9

2

1

1

2

9

6

W♂1

2

1

1

4

3

1

3

0

♀---

P

e

r

s

i

l

a

n

g

F

e

n

o

t

i

p

e

S

e

x

U

l

a

n

g

a

n

Page 19: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

a

n

123

y

×

N

N♂---

♀2

1

7

2

0

9

2

2

2

Y♂1

7

8

1

7

0

1

9

2

♀---

P

e

r

s

i

l

a

F

e

n

o

t

i

p

S

e

x

U

l

a

n

g

a

Page 20: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

n

g

a

n

en

12

N

×

y

N♂1

5

4

1

3

1

♀1

7

0

1

5

2

Y♂

C. Analisis Data

Persilangan ♀N × w♂

Rekonstruksi kromosom tubuh

P1 : N♀ × w♂

w + × w – w + >

Gamet : w +, w -, >

Page 21: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

F1

w +

w +

(N♀) w -

w + (N♂) >

P2 : N♀ × N♂

w + × w + w - >

Gamet : w + w +

w - >

F2

♂ ♀

w +

w +

w +

(N♀) w

w + (N♂) >

♂ ♀

w -

>

Page 22: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

+

w -

w +

(N♀) w -

w - (w♂) >

Rasio fenotip N:w = 3:1

Persilangan w♀ × N♂

Rekonstruksi kromosom tubuh

P1 : w♀ × N♂

w - × w + w - >

Gamet : w -, w +, >

F1

♂ ♀

w +

w -

w -

(N♀)

w - (w♂) >

Page 23: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

w +

P2 : N♀ × w♂

w + × w - w - >

Gamet : w + w -

w - >

F2

♂ ♀

w -

w +

w +

(N♀)w -

w + (N♂) >

w -

w -

(w♀) w -

w - (w♂) >

Page 24: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

Rasio Fenotip N:w = 1:1

Persilangan N♀ × y♂

Rekonstruksi kromosom tubuh

P1 : N♀ × y♂

y + × y – y + >

Gamet : y+, y -, >

F1

♂ ♀

y -

y +

y +

(N♀) y -

y + (N♂) >

P2 : N♀ × N♂

y + × y + y - >

Gamet : y + y +

y - >

F2

♂ ♀

y +

y y y + (N♂) >

Page 25: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

++

(N♀)y +

y -

y +

(N♀)y -

y - (y♂) >

Rasio fenotip N:y = 3:1

Persilangan y♀ × N♂

Rekonstruksi kromosom tubuh

P1 : y♀ × N♂

y - × y + y - >

Gamet : y -, y +, >

F1

♂ ♀

y +

y -

y -

(

y - (y♂) >

Page 26: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

N♀) y +

P2 : N♀ × y♂

y + × y - y - >

Gamet : y + y -

y - >

F2

♂ ♀

y -

>

y +

y +

(N♀) y -

y + (N♂) >

y -

y -

(y♀)

y - (y♂) >

Page 27: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

y -

Rasio Fenotip N:y = 1:1

Page 28: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

BAB VI

PEMBAHASAN

Pautan kelamin adalah bergabunganya faktor keturunan atau gen pada

kromosom kelamin, biasanya kromosom X. (Gardner, dkk: 1991 dalam Corebima,

1997). Fenomena yang terjadi dalam penelitian ini adalah pautan kelamin karena

terjadinya pautan kromosom kelamin X.

Berdasarkan data yang kami peroleh pada persilangan Drosophila

melanogaster dengan strain N♀ × w♂ diperoleh F1 dengan hasil N♀ dan N♂.

Hasil keturunan F1 ini, memiliki warna tubuh cokelat dan mata merah. Hasil yang

diperoleh ini sesuai dengan analisis rekonstruksi yang telah dilakukan pada

persilangan N♀ × w♂. Pada persilangan sesama F1 (N♀ × N♂) kami belum

mendapatkan data, tetapi berdasarkan analisis rekonstruksi F2 dari hasil

persilangan sesama F1 didapatkan hasil sebagai berikut, yaitu N♀, N♂, dan w♂

dengan perbandingan 2:1:1.

Pada resiproknya yaitu persilangan w♀ × N♂ data yang dihasilkan pada F1

adalah N♀ dan w♂. Sedangkan pada persilangan sesama F1 (N♀ × w♂) kami

belum memperoleh data. Tetapi berdasarkan analisis rekonstruksi diperoleh F2

yaitu N♂, N♀, w♂, dan w♀. Analisis rekonstruksi ini sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh Gadner, dkk 1991 dalam Corebima (2004) yang menyatakan

atas dasar kenyataan bahwa individu jantan hanya memiliki sebuah kromosom X

dan sebuah kromosom Y yang tidak memiliki sebagian besar gen pada kromosom

X, dinyatakan bahwa alela mata putih tersebut pada individu jantan tergolong

hemizigot, oleh karena itu, alela diekspresikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa

alela mutan mata putih yang ada pada kromosom X dari individu jantan induk

bermata putih, mula-mula diwariskan kepada turunan betina (kromosom Y

diwariskan kepada turunan jantan). Semua turunan betina merupakan carrier alela

mutan tersebut. Demikian pula turunan jantan F2 bersifat hemizigot, dan 50% sari

seluruh turunan jantan F2 itu memperoleh kromosom X yang membawahi alela

mutan mata putih dari induk betina yang heterozigot.

Pada pengamatan yang telah dilakukan mengenai persilangan strain

♀N><♂y dapat diketahui hasilnya yaitu adalah ♀N dan ♂N. Hasil F1 ini

Page 29: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

memiliki ciri morfologis yaitu memiliki tubuh berwarna coklat, dengan mata

berwarna merah. Ciri morfologi sini didapat dari hasil pengamatan fenotip. Hasil

yang telah diperoleh ini setelah dilakukan analisis rekonstruksi hasilnya sesuai,

yaitu menghasilkan ♀N><♂N dengan perbandingan 1: 1. Data F2 belum

diperoleh sehingga hanya dilakukan analisis rekonstruksi. Hasil dari persilangan

sesama F1 menghasilkan turunan ♀N, ♂N,♂y dengan perbandingan 2:1:1.

Persilangan yang dilakukan terhadap resiprok dari ♀N><♂y, yaitu

♀y><♂N didapatkan hasil dari pengamatan yaitu ♀N dan ♂y. Hal ini sesuai

dengan hasil rekonstruksi yang dilakukan yang juga turut menghasilkan ♀N dan

♂y. Pada persilangan F2 belum didapatkan data sehingga pembahasan

berdasarkan atas rekonstruksi yang mneyatakan bahwa ♀N,♂N, ♀y, ♂y. Dengan

perbandingan 1:1:1:1.

Pada persilangan sesama F1 belum sempat didapatkan, karena F1 terlalu

banyak yang gagal dan mati sehingga sulit untuk didapatkan F2nya.

Menurut Corebima (2003) dari dua kromosom kelamin X pada individu

betina, satu kromosom diwariskan pada keturunan betina dan yang lainnya

daiwariskan kepada turunan jantan, sedangkan dari kromosom kelamin XY pada

individu jantan, kromosom X diwariskan kepada turunan betina, dan kromosom Y

diwariskan kepada keturunan jantan. Dengan demikian terlihat jelas bahwa suatu

sifat yang dikendalikan oleh faktor yang terletak pada kromosom kelamin X akan

mengalami suatu pewarisan menyilang (crisscross inheritance). Dalam hal ini

individu jantan akan mewarisikan sifat semacam itu pada cucu turunan jantan

melalui turunan betinanya (anak), dan tidak pernah melewati turunan jantan

(anak).

Page 30: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Fenotip dari keturunan F1 dari persilangan Drosophila melaogaster strain ♀N

× w♂ adalah N♀ dan N♂, dan F2 dari persilangan (N♀× N♂) tersebut adalah

N♀, N♂, dan w♂. Resiprok dari persilangan ♀N × w♂, F1 menunjukkan

hasil persilangan N♂ dan w♀, dan F2 yaitu N♂, N♀, w♂, dan w♀. Hasil

persilangan fenotip dari F1 dan F2 menunjukkan adanya peristiwa pautan

kelamin.

2. Fenotip dari keturunan F1 dari persilangan Drosophila melaogaster strain ♀N

× y♂ adalah N♀ dan N♂, dan F2 dari persilangan (N♀× N♂) tersebut adalah

N♀, N♂, dan y♂. Resiprok dari persilangan ♀N × y♂, F1 menunjukkan hasil

persilangan N♂ dan y♀, dan F2 yaitu N♂, N♀, y♂, dan y♀. Hasil persilangan

fenotip dari F1 dan F2 menunjukkan adanya peristiwa pautan kelamin.

B. Saran

1. Dalam melakukan penelitian hendaknya lebih cermat dan teliti agar data yang

diperoleh lebih akurat.

2. Penelitian ini hendaknya dilakukan dengan sabar.

Page 31: Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila Melanogaster Strain Nw Ny Beserta Resiproknya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tanpa tahun. Drosophila melanogaster. (Online, http://id.wiki-pedia.org/w/index.php?title=Drosophilidae&action=edit&redlink=1, diakses 13 Mei 2009)

Corebima, A.D. 2003. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.Corebima, A.D. 2004. Genetika Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press.IdeBagus. 2008. Drosophila melanogaster. (Online), (http://www.ide-

bagus.com/, diakses 13 Mei 2009)Imania, Milla. 2008. Pengenalan Lalat Buah Drosophila melanogaster . (Online),

http://gotomilla.blogspot.com/ 2008/12/15-adalah-betina-super.html/, diakses 13 Mei 2009).

Rana. 2008. Genetika. (Online), (http://rainzeducenter.blogspot.com/, diakses 13 Mei 2009)

Yatim, W. 1996. Genetika. Bandung: Tarsito.