laporan praktikum siklus hidup drosophila melanogaster
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Siklus Hidup Drosophila MelanogasterTRANSCRIPT
I. Praktikum ke : 1 (satu)
II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016
III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster
IV. Tujuan Praktikum : · Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster
· Mengamati struktur morfologi drosophila melanogaster
· Mengamati perbedaan drosophila jantan dan betina
V. Landasan Teori :
Drosophila melanogaster merupakan salah satu hewan yang sering digunakan sebagai
model percobaan genetika sejak tahun 1910an. Drosophila melanogaster berasal dari filum
Arthropoda, kelas Insekta, dan Ordo Diptera. Spesies ini di Indonesia dikenal sebagai lalat
buah yaitu jenis lalat yang dapat ditemui di sekitar buah-buahan yang mulai membusuk. Jenis
Drosophila melanogaster yang terdapat di Indonesia kira-kira ada 600 jenis dan di Pulau Jawa
terdapat 120 jenis yang berasal dari class Dhrosopilidae. Drosophila melanogaster yang sering
ditemukan di Indonesia dan Asia adalah Drosophila melanogaster ananasae, kikawai,
malerkotliana, repleta, hypocausta, dan imigran.
Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila (Borror, 1992):
Gambar 1. Drosophila melanogaster
Kingdom Animalia
Filum Arthropoda
Class Insecta
Ordo Diptera
Family Drosophilidae
Genus Drosophila
Tabel 1. Klasifikasi Drosophila
Ciri umum dari Drosophila melanogaster, antara lain :
1. Memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah.
2. Memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh
bagian belakang.
3. Berukuran kecil antara 3-5 mm (jantan dan betina memiliki ukuran yang berbeda).
4. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan
tubuhnya.
5. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
Untuk dapat membedakan Drosophila jantan dengan betina berikut karakteristik
pembeda antara Drosophila jantan dan betina:
Karakteristik Betina Jantan
Ukuran tubuh Lebih besar Lebih kecil
Ukuran sayap Lebih panjang Lebih pendek
Abdomen Ujung abdomen
meruncing dan
warnanya sama
Ujung abdomen
menumpul dengan
warna lebih hitam
Sex-comb Tidak ada Ada pada kaki pertama
Gambar
Gambar 2. Drosophila jantan dan betina
Tabel 2. Perbedaan Drosophila jantan dan betina
Lalat buah (Drosophila melanogaster) baru akan kawin setelah berumur 8 jam. Dengan
demikian, hewan betina sudah dapat bertelur keesokan harinya. Seekor Drosophila
melanogaster betina sanggup menghasilkan sekitar 50-75 butir telur sehari atau sekitar 400-
500 telur dalam 10 hari. Telur tersebut berwarna putih susu, berbentuk bulat panjang berukuran
sekitar 0,5 mm2 .
Gambar 3. Proses perkawinan Drosophila
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva
instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase perkembangan dari telur
Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Metamorfosis pada Drosophila
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda
menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini,
larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari
telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva,
pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa.
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di
permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat
dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50- 75 telur perhari dan
mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi
oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput
tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion
mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali
dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat
sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior.
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai
ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan
yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva
sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan
jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga)
makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke
atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat
diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting)
yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva
instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago.
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat
banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang
dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan
disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan
oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula
menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa
ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar
pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan
tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa.
VI. Alat dan Bahan : Alat
· Botol kaca bening
· Busa
· Kertas saring
· Pipet
· Plastik
· Blender
· Cawan petri kecil
· Kapas
· Mikroskop stereo
Bahan
· Lalat buah (Drosophila
melanogaster)
· Tape dan pisang ambon
· Klorofom
VII. Langkah Kerja :A. Membuat Medium
1. Haluskan pisang ambon dan tape dengan perbandingan 6:1 menggunakan blender,
sampai pisang dan tape tersebut benar – benar halus dan homogen
2. Setelah halus dan homogen, masukkan campuran pisang ambon dan tape sebagai
medium ke dalam botol kaca bening yang telah disiapkan kira kira 2 – 3 cm dari
dasar botol
3. Masukkan kertas saring yang telah dilipat sedemikian rupa ke dalam botol yang
telah berisi medium
4. Semprot salah satu sisi busa dengan alkohol, lalu sumbatkan busa tersebut pada
mulut botol, agar medium tidak terkontaminasi pastikan busa tersebut tertutup rapat
pada mulut botol
5. Lalu simpan botol yang telah berisi medium tesebut di tempat yang kurang
pencahayaannya
B. Menangkap Lalat (Drosophila melanogaster)
1. Siapkan buah yang hampir membusuk
2. Letakkan buah tersebut di tempat yang terdedah, untuk memancing lalat buah
datang
3. Diamkan buah tersebut sampai beberapa jam hingga lalat-lalat buah berdatangan
hinggap di buah tersebut
4. Setelah lalat datang, tangkap lalat-lalat tersebut secara cepat menggunakan plastik
transparan yang cukup besar
5. Lalat-lalat tersebut akan masuk ke dalam plastik tersebut
6. Lalu ambil lalat-lalat tersebut satu per satu menggunakan pipet
7. Setelah lalat berhasil masuk ke dalam lubang pipet, masukkan lalat tersebut secara
hati- hati ke botol kaca bening yang telah berisi medium dan disumbat busa
8. Selanjutnya lakukan hal yang sama seperti langkah 7 dan 8 sampai berhasil
memindahkan 10 ekor lalat ke dalam botol
9. Setelah lalat-lalat dimasukkan ke dalam botol, letakkan kembali botol tersebut ke
tempat yang minim cahaya tunggu hingga beberapa hari dan amati siklus hidupnya
sampai dihasilkan keturunan pertama
10. Apabila sudah terlihat adanya telur-telur lalat pada permukaan botol, maka induk
lalat harus segera dilepaskan dari botol.
C. Membius lalat
Membius lalat dilakukan setelah didapatkan lalat-lalat keturunan pertama, berikut cara
membiusnya.
1. Buka sumbat busa pada botol, lalu sungkup mulut botol dengan plastik transparan
berukuran cukup besar
2. Tunggu hingga semua lalat dalam botol bergerak ke atas meninggalkan botol
3. Setelah semuanya bergerak keatas dan masuk ke dalam plastik, masukkan klorofom
menggunakan kapas
4. Tunggu hingga semua lalat berjatuhan
5. Setelah lalat berjatuhan karena terbius, pindahkan lalat-lalat tersebut ke cawan petri
berukuran kecil
6. Lalu hitung jumlah lalat keturunan pertama yang dihasilkan
7. Amati lalat-lalat tersebut menggunakan mikroskop stereo
8. Bedakan morfologi lalat jantan dan lalat betina.
VIII. Hasil Pengamatan :Tabel 3. Pengamatan siklus hidup lalat buah hingga keturuanan pertama (F1)
Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan
Selasa1 Maret 2016
Pembuatan medium
Rabu2 Maret 2016
Menangkap lalat
Lalat yang ditangkap sebanyak 10 ekor
Kamis3 Maret 2016
Telur Terlihat bintik berwarna putih di permukaan botol dan di kertas saring, diduga bahwa bintik berwarna putih ini merupakan telur lalat. Telur yang dihitung lebih kurang 64 telur
Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan
Senin7 Maret 2016
Larva instar 2 Pada fase ini larva berbentuk menyerupai ulat
Selasa8 Maret 2016
Larva instar 3 Ukuran larva membesar dibandingkan dengan larva instar 2
Rabu9 Maret 2016
Pupa Pupa yang dihasilkan semakin sedikit
Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan
Kamis10 Maret 2016
F1 drosophila F1 yang dihasilkan sebanyak 12 ekor.Setelah diamati menggunakan mikroskop, terdapat 2 ekor lalat jantan dan sisanya lalat betina.Lalat-lalat ini diamati morfologinya pada 11 Maret 2016
Jumat11 Maret 2016
F1 drosophila Bentuk morfologi lalat buah setelah di amati menggunakan mikroskop stereo.
Tabel 4. Pengamatan siklus hidup drosophila dari fase F1 sampai F2
Lalat betina
Lalat jantan
Hari / tanggal Fase Gambar KeteranganSabtu12 Maret 2016
F1 drosophila Lalat tidak hidup kembali setelah dibius. Keesekon harinya (12 Maret) menetas lagi 6 ekor lalat. Mungkin lalat ini berasal dari sisa- sisa telur yang kemarin.
Minggu13 Maret 2016
F1 drosophila Lalat bertambah menjadi 12 ekor, dan nampak bintik-bintik putih pada dinding botol
Selasa15 Maret 2016
Telur Telur semakin bertambah banyak, dapat dilihat pada dinding botol. Lalu induk yang berasal dari hasil F1 ini dilepaskan.
Kamis17 Maret 2016
Pupa Pupa menempel pada kertas saring dan dinding botol, jumlahnya cukup banyak.
Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan
Minggu20 Maret 2016
F2 drosophila
F2 yang dihasilkan sebanyak lebih kurang 36 ekor dan jumlahnya semakin bertambah dari hari ke hari
Kamis24 Maret 2016
Drosophila mati
Lalat kemudian mati sedikit demi sedikit akibat medium sudah terlalu lama dan tidak bagus lagi, morfologi lalat F2 tidak sempat diamati dengan mikroskop
Pengamatan Morfologi Lalat Buah (Drosophila Melanogaster)
Gambar 5. Morfologi lalat buah (Drosophila Melanogaster)
Mata
Kaki depan
Kaki belakangAbdomen
Sayap
Toraks
Gambar 6. Lalat buah jantan dan betina
Gambar 7 . Mata lalat buah
Gambar 8. Sex comb pada Drosophila jantan
IX. Pembahasan :Pada tanggal 1 Maret 2016 praktikum mengamati siklus hidup drosophila dimulai.
Praktikum ini diawali dengan pembuatan medium. Medium yang kami gunakan yaitu medium
yang terbuat dari campuran pisang ambon dan tape dengan jumlah perbandingan 6:1 yang
Jantan Betina
Mata berwarna merah
Sex comb (sisir kelamin)
Lubang analLubang anal
dihaluskan mengunakan blender. Setelah medium selesai dibuat dan dimasukkan ke dalam
botol kaca bening, botol yang telah berisi medium disimpan pada ruangan dengan suhu dan
cahaya yang cukup. Keesokan harinya (2 Maret 2016), praktikan menangkap lalat
menggunakan pipet dan plastik, lalat yang ditangkap dan berhasil dimasukkan sebanyak 10
ekor lalat tanpa diketahui kelaminnya.
Pada 3 Maret 2016 sudah terlihat bintik putih pada sekitar dinding botol kaca, bintik
putih ini merupakan telur dari parental lalat buah. Ketika praktikan menghitungnya, telur yang
ada sekitar 64 buah. Pada 7 maret, telur tadi sudah berkembang menjadi larva instar 2. Larva
ini berbentuk menyerupai ulat. Selanjutnya larva terus berkembang menjadi larva instar 3 yang
ukurannya sedikit lebih besar dari larva instar 2. Selanjutnya pada 9 Maret 2016, larva sudah
berkembang menjadi pupa dengan jumlah yang cukup banyak. Pupa-pupa ini menempel pada
dinding botol dan pada permukaan kertas saring. Lalu, pada 10 Maret 2016, pupa telah berubah
menjadi imago yaitu berupa lalat buah keturunan pertama (F1). Pada praktikum yang sayan
lakukan ini, fase larva instrar 1 dan fase prepupa tidak teramati, mengingat begitu cepatnya
perkembangan siklus hidup Drosophila melanogaster ini.
Pada 11 Maret 2016, praktikan membius lalat F1 tersebut menggunakan klorofom untuk
menghitung jumlah keturunan pertama, mengamati bentuk morfologi dan membedakan lalat
jantan dan betina. Setelah dihitung F1 yang dihasilkan yaitu sebanyak 12 ekor, diamati
morfologinya lalu diketahui bahwa ada 2 ekor lalat jantan dan 10 ekor lalat betina yang
dihasilkan dari keturunan pertama ini. Setelah lalat-lalat ini selesai diamati, lalat tersebut lalu
dimasukkan kembali ke dalam botol dalam keadaan pingsan. Namun setelah beberapa jam
lalat-lalat tadi tidak hidup kembali. Akan tetapi keesekon harinya muncul 6 ekor lalat yang di
duga baru menetas akibat adanya sisa-sisa telur yang masih menempel pada dinding tabung.
Lalu jumlah lalat ini pun bertambah keesokan harinya menjadi 12 ekor.
Pada 15 Maret 2016 lalat-lalat dari F1 ini sudah bertelur akibat melakukan perkawinan
sesamanya secara bebas, hal ini dapat dilihat dengan adanya bintik putih yang cukup banyak di
sekitar dinding botol. Setelah 2 hari kemudian, mulai terlihat pupa pada bagian kertas saring
dan dinding botol. Pada hasil perkawinan F1 ini hanya sedikit sekali fase yang teramati, fase
larva instar 1, larva instar 2 dan larva instar 3 tidak teramati. Pada 20 Maret 2016, F2 lalat
sudah muncul dengan jumlah ynag cukup banyak yaitu lebih kurang 36 ekor dan jumlahnya
semakin bertambah dari hari ke hari. Praktikan mengamatinya hingga tanggal 24, pada hari itu
lalat-lalat mulai berjatuhan karena mati. Hal ini diakibatkan karena medium di dalam botol
sudah terlalu lama dipakai dan tidak layak lagi digunakan. Sehingga hasil F2 tidak diamati
menggunakan mikroskop karena semua lalat sudah mati.
X. Kesimpulan :Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva
instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Namun tidak semua fase teramati
pada praktikum ini mengingat cepatnya perkembangan siklus hidup drosophila.
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah F1 sebanyak 12 ekor terdiri dari 2 jantan dan 10
betina. Namun keesokan harinya F1 bertambah hal ini disebabkan karena ada sisa-sisa telur
yang belum berkembang. Ciri yang paling menonjol untul membedakan lalat jantan dan lalat
betina yaitu lalat jantan ukurannya lebih besar daripada lalat betina.
Jumlah F2 lebih banyak daripada F1 yaitu sebanyak 36 ekor, namun lalat-lalat tersebut
mati sebelum diamati menggunakan mikroskop. Pengamatan dilakukan lebih dari 3 minggu
yaitu selama 24 hari.
XI. Daftar Pustaka :Adriana, dkk.. 2010. Laporan Praktikum Siklus Hidup Lalat Buah. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Anonim. 2016. Drosophila melanogaster. https://id.wikipedia.org. Diakses pada 15 Maret
2016.
Hadada, Abdul Wahab. 2009. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila melanogaster.
http://id.dokumen.tips. Diakses pada 24 April 2015.