drama anak-anak reketek-reketek karya rudolf puspa (kajian penyutradaraan)

27
DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN) Nama : Jamil Nofita Puspasari Nama Pembimbing : Autar Abdillah, S.Sn, M.Si ABSTRAK Melihat anak-anak dengan perlahan mengalami perubahan karakter, kepribadian, dan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu, bodoh menjadi pandai dan yang malas menjadi rajin seakan menegur kita sebagai calon pendidik untuk lebih memperhatikan mereka. Mendidik anak melalui teater berarti mempersiapkan mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Drama Anak-Anak merupakan drama yang memainkan dunia anak-anak yang bisa diperankan oleh anak-anak ataupun orang dewasa. Proses lakuan anak sebagai tokoh dalam berperan, meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan atau memanfaatkan pengalaman dan imajinasi tentang karakter dan situasi dalam suatu peran. Salah satu drama anak yang memiliki cerita menarik dan amanat yang sangat dalam ialah Reketek- Reketek Karya Rudolf Puspa yang menggambarkan kehidupan para hewan di sekitar sungai yang kotor akibat ulah manusia yang tidak menjaga kebersihan. Alasan memilih naskah ini karena ingin memunculkan semangat bermain anak-anak yang antusias untuk menjaga kebersihan. Sebab dimulai sejak dinilah kita memberikan suatu pendidikan. Pada proses penyutradaraan drama ank-anak ini, sutradara menggunakan kerangka proses penyutradaraan Nano Riantiarno yang meliputi memilih naskah, mengkaji naskah, memilih tim produksi, menyamakan presepsi, casting aktor, melatih aktor dan pementasan. Untuk teknik penyutradaraannya, sutradara menggunakan teknik penyutradaraan Rudolf Puspa yang meliputi menjadi peran, latihan yang menyenangkan, disiplin aktor dan

Upload: alim-sumarno

Post on 29-Oct-2015

257 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : JAMIL NOFITA PUSPASARI, AUTAR ABDILLAH, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

Page 1: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

Nama : Jamil Nofita Puspasari

Nama Pembimbing : Autar Abdillah, S.Sn, M.Si

ABSTRAK

Melihat anak-anak dengan perlahan mengalami perubahan karakter, kepribadian, dan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu, bodoh menjadi pandai dan yang malas menjadi rajin seakan menegur kita sebagai calon pendidik untuk lebih memperhatikan mereka. Mendidik anak melalui teater berarti mempersiapkan mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Drama Anak-Anak merupakan drama yang memainkan dunia anak-anak yang bisa diperankan oleh anak-anak ataupun orang dewasa. Proses lakuan anak sebagai tokoh dalam berperan, meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan atau memanfaatkan pengalaman dan imajinasi tentang karakter dan situasi dalam suatu peran. Salah satu drama anak yang memiliki cerita menarik dan amanat yang sangat dalam ialah Reketek-Reketek Karya Rudolf Puspa yang menggambarkan kehidupan para hewan di sekitar sungai yang kotor akibat ulah manusia yang tidak menjaga kebersihan. Alasan memilih naskah ini karena ingin memunculkan semangat bermain anak-anak yang antusias untuk menjaga kebersihan. Sebab dimulai sejak dinilah kita memberikan suatu pendidikan.

Pada proses penyutradaraan drama ank-anak ini, sutradara menggunakan kerangka proses penyutradaraan Nano Riantiarno yang meliputi memilih naskah, mengkaji naskah, memilih tim produksi, menyamakan presepsi, casting aktor, melatih aktor dan pementasan. Untuk teknik penyutradaraannya, sutradara menggunakan teknik penyutradaraan Rudolf Puspa yang meliputi menjadi peran, latihan yang menyenangkan, disiplin aktor dan penyatuan aktor dan penonton. Sedangkan untuk mengeksplorasi aktornya, sutradara menggunakan metode pelatihan Jose Rizal Manua yang meliputi pendekatan alam, latihan sederhana, aksi-reaksi-kontemplasi dan aktor yang original.

Menjadi sutradara anak-anak harus memiliki kepiawaian tersendiri dalam menyelami seluruh karakteristik aktornya. Kesabaran dan kasih sayang merupakan unsur utama untuk membuat anak-anak lebih menghargai dan menghormati kita sebagai pemimpinnya. Apalagi menghadapi anak-anak yang belum pernah mengenal teater, diperlukan waktu, tenaga dan proses panjang bagi mereka untuk belajar memahami dan menjalankan suatu peran dalam naskah. Semua itu tergantung bagaimana tangan sutradara mengolah dan mengemas aktornya menjadi idola para penonton.

Kata Kunci :, Drama Anak-Anak, Reketek-Reketek, Teknik penyutradaraan

Page 2: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

I. PENDAHULUAN

Dalam kelompok seni, teater merupakan kelompok seni yang kolektif.

Seni kolektif menuntut suatu kerjasama yang baik, suatu karya terpadu, dan

suatu kerjasama ansamble yang dipimpin oleh seorang sutradara. Hal itu juga

berarti belajar berorganisasi, belajar mengatur kegiatan dan belajar mengatur

diri untuk pribadi dan untuk orang lain. Oleh karena itu teater bisa disebut

proses memanusiakan manusia yang sangat dibutuhkan dalam building-

character yang berpengaruh dalam dunia pendidikan.

Jika dipandang dari sisi pendidikan, seni teater sesungguhnya memiliki

peran yang luar biasa dalam menanamkan nilai-nilai kepribadian anak didik.

Jadi tidak hanya seni peran atau unsur seni lain tetapi mengelola kesemua

unsur menjadi satu kesatuan itu membutuhkan kerjasama yang hebat di antara

para pendukungnya. Dengan demikian bukan karya seni yang tersaji atau

tergelar dengan baik dan estetis sesuai kaidah seni dan kesenimanan tetapi

proses kerja bersama dalam menciptakan karya itulah yang penting dan perlu

ditekankan dalam edukasi. Seni teater di sekolah sudah selayaknya dipandang

sebagai seni teater pendidikan dan bukan semata pelatihan kemampuan

berteater. Pendidikan teater di luar sekolah juga sangat diperlukan, misalnya

dalam lingkungan, media umum, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dapat

merangsang anak menikmati dan mensyukuri hidup, sehingga dalam kehidupan

kemasyarakatan dapat menciptakan kebersamaan yang harmonis.

Di Indonesia, anak-anak mengalami persoalan yang kompleks. Secara

kebudayaan mereka masih berada di tengah situasi yang perlu diperhatikan

(Nashir, 2001 : 2). Kurangnya pengetahuan tentang seni membuat mereka

Page 3: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

cenderung menjadi anak yang nakal dan pasif. Mereka masih mengutamakan

hal yang dianggap penting untuk dirinya sendiri dan tidak peduli pada

lingkungannya.

Sebagai guru seni teater hendaknya memiliki kualifikasi sebagai

pengajar, mempunyai pengetahuan seni teater yang luas dan mengerti

kegunaan seni teater yang diajarkan kepada siswa. Materi utama yang

diajarkan sebenarnya banyak menyangkut masalah kehidupan manusia, yaitu

siswa itu sendiri. Sehingga anak-anak yang merasa dirinya kurang diperhatikan

dapat memunculkan ide kreatifitas, bakat dan minatnya sebagai generasi yang

ikut andil dalam membangun bangsa yang baik. Melalui teater, anak-anak

dapat belajar menjadi lebih kritis, ekspresif, dan apresiatif (menghargai,

menghayati dan mencintai). Contoh naskah drama yang akan direalisasikan

dalam sebuah pertunjukan drama anak-anak adalah Reketek-Reketek karya

Rudolf Puspa.

Ada beberapa alasan dalam pemilihan naskah Reketek-Reketek karya

Rudolf Puspa, selain ceritanya yang unik dan menarik karena mengangkat

cerita antara manusia dengan binatang, naskah tersebut mampu memberikan

pesan moral yang sangat sederhana namun sering dilupakan oleh semua orang

yaitu saling menyayangi, tolong-menolong dan menjaga kebersihan

lingkungan. Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam naskah ini memudahkan

penonton untuk memahami cerita sehingga pesan dapat tersampaikan dengan

baik terutama bagi anak-anak yang merupakan fokus utama pengapresiasi.

Unsur musik dan tari yang disukai anak-anak juga mengiringi proses naskah

drama ini menjadi menyenangkan.

Page 4: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

II. Sumber Kajian

Untuk memudahkan proses penyutradaraan, sebaiknya melakukan studi

pustaka pada beberapa buku, seperti buku dongeng, psikologi anak, dan buku

tentang drama. Menonton beberapa dokumentasi drama anak-anak lewat foto

dan video. Bahkan bisa melakukan wawancara langsung pada tokoh teater anak

seperti Jose Rizal Manua yang mendirikan Teater Tanah Air di Jakarta atau

Rudolf Puspa sebagai pengarang naskah, sehingga sutradara dapat memahami

bagaimana menyutradarai anak dengan baik.

III. Penyutradaraan

Dalam sebuah proses, diperlukan beberapa teknik dalam menyutradarai.

Teknik tersebut tentunya berkaitan dalam segala aktifitas dan kerja yang berada

dalam naskah. Ada beberapa proses teknik menyutradarai menurut tokoh yang

bisa digunakan, yaitu :

1. Nano Riantiarno

a. Memilih naskah lakon

b. Mengkaji naskah

c. Memilih tim produksi

d. Menyamakan presepsi pementasan

e. Casting aktor

f. Melatih aktor

g. Pementasan ( Buku Menyentuh Teater 2003 :127)

2. Rudolf Puspa

a. Menyutradarai anak-anak berarti mengajak anak-anak bermain atau

menjadi. Menjadi berarti mereka berperan menjadi tokoh yang mereka

Page 5: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

inginkan dalam suatu permainan yang mereka senangi. Jadi, anak-

anak dibebaskan untuk memilih perannya dengan segala pembawaan

yang

b. Rudolf menerapkan disiplin tinggi kepada anak-anak didiknya.

c. Menciptakan latihan yang menyenangkan.

d. Menyatu dengan penonton (wawancara dengan penulis 28 Desember

2012, 16:32 di gedung Cak Durasim Surabaya )

3. Jose Rizal Manua

a. Jose menggunakan pendekatan alam.

b. Jose juga memiliki ‘konsep segitiga’ dalam melatih teater, yakni aksi-

reaksi-kontemplasi.

c. Jose Rizal Manua membebaskan anak-anak asuhannya berakting

seoriginal mungkin. Tanpa dikte, hanya stimulasi.

d. Memberikan latihan sesederhana mungkin (wawancara dengan

penulis, 14 Januari 2012, 20:23 di TIM Jakarta).

IV. Penyutradaran sebuah Proses

1. Mengidentifikasi Drama Anak-Anak

Menurut Autar Abdillah dalam buku Dramaturgi 1, drama anak-anak

adalah drama yang dimainkan anak-anak yang memiliki ciri-ciri :

a) Drama disesuaikan dengan kecenderungan anak. Dunia bermain anak

dapat disetarakan dengan perilaku anak.

b) Pilihan anak-anak dan bukan pilihan orang tua atau dewasa, merupakan

bentuk yang didahulukan.

Page 6: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

c) Kebebasan dalam berinteraksi di dorong pada pilhan yang bersifat

tuntunan, dan pembedaan yang baik dan buruk dengan segala dampak

yang ditimbulkannya (67-68 :2008).

Mengenalkan Drama anak-anak pada aktor dimulai dengan melakukan

tanya jawab seputar drama. Dalam hal ini, sutradara memosisikan dirinya

sebagai guru yang siap mengajar, mengarahkan dan menjawab semua

pertanyaan yang diajukan oleh aktornya. Anak Sekolah Dasar memiliki rasa

keingintahuan yang tinggi terhadap hal yang dirasa baru bagi mereka, sehingga

membuat mereka tertarik untuk mendalami apa yang disebut teater.

Selanjutnya sutradara mengajak aktor untuk menonton beberapa video

pementasan drama anak-anak agar mereka lebih memahami apa yang akan

dilakukan setelah mendapatkan sebuah peran.

2. Pra Pementasan

a. Memilih naskah

Dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan drama, naskah lakon

adalah instansi pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan sutradara

dan para aktor. Di tangan sutradara, naskah mengalami proses

transformasi yang cukup panjang dan unik. Sutradara harus menyukai

naskah yang digarapnya hingga memungkinkan pengembangan sebagai

sumber kreativitas. Sutradara membaca naskah berulang-ulang sampai

mendapatkan bayangan pementasan yang digarapnya.

b. Mengkaji naskah

Merupakan pengkajian tentang teknis atau misi yang terkandung

dalam naskah, menguraikan naskah menurut pentahapan peristiwa dan

Page 7: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

suasana, menguraikan mengenai penokohan peran yang ada dalam naskah,

dan fungsinya dalam alur cerita dan menguraikan isi naskah mejadi rincian

pengadeganan atau peristiwa.

c. Memilih Tim Produksi

Suatu pementasan yang baik tidak akan berjalan lancar jika tidak

ada orang yang ahli mengurusi setiap bidang yang berhubungan dengan

pementasan. Misalnya penata artistik, make up kostum, penata panggung,

lighting, kerumahtanggaan, dokumentasi, publikasi sampai pada sie

keamanan.

d. Menyamakan Presepsi

Dalam penggarapan drama anak-anak ini perlu menyamakan

prinsip kerja agar dapat terfokus dalam satu tujuan dan terlaksana tanpa

ada permasalahan. Proses ini dilakukan dengan diskusi dan komunikasi

sesering mungkin. Baik aktor dengan konsep naskah dari sutradara,

sutradara dengan tim artistik, sutradara dengan penata gerak, sutradara

dengan penata musik.

e. Memilih Aktor (Casting)

Setelah memantapkan pilihan pada naskah Reketek-Reketek,

kemudian melakukan casting dengan membagikan naskah kepada calon

aktor. Casting yang digunakan adalah Casting by Ability yaitu pemilihan

peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran

yang dibawakan. Casting to Type yaitu pemilihan peran berdasarkan atas

kecocokan fisik pemain. Selain itu yang harus diperhatikan dalam memilih

aktor anak-anak adalah adalah bagaimana anak itu berani tampil berakting

Page 8: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

dan mendialogkan naskah dengan segala kejujuran dan kepercayaan diri

mereka.

3. Proses Pelatihan

Mengingat perkembangan anak yang amat pesat pada usia Sekolah

Dasar, fikiran anak berkembang berangsur-angsur dan secara tenang. Anak

betul-betul ada dalam stadium belajar. Minat anak pada masa tersebut

tercurah pada segala sesuatu yang dinamis bergerak. Minatnya akan

banyak tertuju pada macam-macam aktifitas. Berikut ini merupakan

tahapan proses pelatihan :

a. Imajinasi

Imajinasi melatih anak untuk berkonsentrasi, observasi, dan

membangun karakter peran yang akan dimainkan. Menggunakan

pendekatan alam milik Jose, sutradara membawa aktornya ke tempat yang

sebenarnya disebut alam, misal di padang rumput yang luas. Sebelum

masuk pada naskah, sutradara merangsang anak untuk berimajinasi pada

hal-hal yang disenangi dan ditakutinya. Misalkan pada hal yang diimpikan,

cita-cita atau hobi sampai pada hal yang paling ditakuti seperti binatang

buas, disuntik dan sebagainya. Pada tahap tersebut, sutradara dapat

mengetahui potensi dasar yang dimiliki oleh masing aktor-aktor.

Selanjutnya pada proses imajinasi dalam naskah, aktor memfokuskan

pikirannya pada tokoh yang diperankan. Salah satu contoh yaitu tokoh

Kodok memikirkan bagaimana cara melompat, variasi lompatan, gerakan

tangan dan kaki. Tokoh ikan memikirkan bagaimana berenang,

menggerakkan kepala dan ekor saat berenang, begitu juga dengan tokoh

Page 9: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

lainnya. Sutradara membebaskan aktornya untuk berimajinasi sesuai

dengan fantasi mereka. Hasilnya para aktor akan menuangkan semua yang

mereka bayangkan pada sutradara. Meski terkesan berlebihan dan

mengada-ada, tapi itulah dunia anak-anak yang penuh dengan khayalan.

Proses berimajinasi ini dilakukan di banyak tempat, seperti padang

rumput, kolam renang, lapangan sekolah, taman dan di pinggir sungai.

Hal tersebut bertujuan agar aktor lebih mendekatkan dirinya dengan

setting alam yang akan dihadirkan pada saat pementasan. Selain itu, agar

ekspresi perasaan mereka yang muncul pada saat latihan di alam bisa

terbawa sampai pementasan.

Mengimajinasikan postur tubuh Kodok, cara berenang Ikan, gerakan

bunga, dan terbang kupu-kupu

Gambar 1. Anak-Anak berimajinasi tokoh

b. Bermain

Dalam kegembiraan bermain, berpetualang, dan mengeksplorasi

lingkungan, anak-anak sesungguhnya tengah mengembangkan beragam

keterampilan hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka kelak.

Sama halnya dengan Jose yang mengaplikasikan aksi-reaksi-kontemplasi

dalam latihannya, teknik bermain sutradara dapat menstimulus anak untuk

berkonsentrasi, bekerja sama dengan orang lain, mendorong spontanitas,

dan mengekspresikan kreatifitas sehingga menghasilkan kesan yang

Page 10: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

menyenangkan. Dalam melakukan tahap bermain ini, sutradara

memosisikan dirinya sebagai teman yang ikut bermain dalam dunia

permainan aktornya. Dengan begitu memudahkan sutradara untuk lebih

memahami karakter aktor, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh

aktor sehingga dapat mengantisipasi permasalahan yang akan ditemui pada

proses selanjutnya Pada proses bermain sutradara juga melatih vokal dan

juga melatih tubuh aktor.

Gambar 2. Bermain

1. Permainan latihan menurut Piaget ( dalam buku Psikologi Anak,

Kartono 67 :2007), yaitu latihan memperlakukan benda-benda untuk

mengerti sifat-sifatnya, memperluas pengetahuannya. Berdasarkan

gambar di atas aktor memikirkan apa saja yang bisa dimanfaatkan

dari sebatang bambu dan daun.

2. Pantomime, melatih anak dengan pantomime membantu untuk

meningkatkan daya imajinasi, melatih kekuatan tubuh dan

menguatkan ekspresi.

3. Konsentrasi, dilakukan agar aktor memusatkan segala pikirannya

pada peran yang dimainkan.

Page 11: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

4. Olah Tubuh, berfungsi melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ

yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh

untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-

latihan lainnya. Olah tubuh yang diberikan kepada anak-anak

sebaiknya yang ringan dan sederhana karena disesuaikan dengan

porsi tubuh mereka yang masih kecil.

a. Jalan di tempat semakin lama semakin cepat

b. Berdiri satu kaki dengan jinjit

c. Berdiri satu kaki dengan jinjit dan merentangkan tangan

d. Sikap pesawat terbang

e. Duduk dengan tangan dilipat dan kedua kaki diangkat

perlahan sampai berbentuk huruf V

f. Berjalan dengan dua tangan

g. Lari berbelok-belok (zigzag)

h. Kaki melilin

i. Senam sederhana diiringi dengan musik

j. Melompat paling tinggi seakan meraih sesuatu

5. Olah Vokal, dilakukan agar aktor mampu mengucapkan dialog

dengan menggunakan intonasi, artikulasi, diksi, dan bentuk suara

dengan benar. Melakukan Olah vokal juga dapat melatih pernafasan.

a. Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saaat

menghembuskan nafas dengan artikulasi yang jelas.

b. Tarik nafas simpan dalam perut, kemudian mengucapkan huruf

A-Z dengan keras dan berbisik keras

Page 12: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

c. Melatih pengucapan haruf-huruf yang hampir mirip apabila

diucapkan, misal antara huruf R dan L, nga dengan nya

d. Menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian

hembuskan sambil mengeluarkan suara, misalnya vokal A

mendatar, suara mendesis dan menggumam, suara melengking,

mendesah. Ini dilakukan berulang-berulang

e. Menahan nafas sambil berjalan dan berlari

f. Bernafas di dalam air, ditahan beberapa saat lalu hembuskan

dengan teriakan.

g. Mendongeng, melatih aktor untuk leluasa berkomuniasi dengan

penontonnya. Mendongeng juga melatih ekspresi alamiah

aktor.

h. Berpuisi, melatih kejelasan dialog aktor, diksi, artikulasi, dan

intonasi. Dengan membaca puisi aktor dapat mengeluarkan

suaranya dengan tegas dan keras.

i. Reading naskah 1, pada tahap ini yang perlu dicapai adalah

memahami dialog-dialog dalam naskah.

j. Reading naskah 2, tahap ini yang perlu dicapai adalah gaya

dialog, kesesuaian diksi, kejelasan ucapan (artikulasi) dan

intonasi.

k. Reading naskah 3, tahap ini yang perlu dicapai adalah

pencapaian tempo, irama dan pencapaian dialog yang hidup.

Page 13: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

Gambar 9. Membaca Naskah

6. Eksplorasi

a. Eksplorasi Peran

Target yang perlu dicapai pada eksplorasi peran adalah pencapaian

bentuk dan gaya peran, pencapaian intensitas berperan, pencapaian

penghayatan karakter, dan gesture tubuh. Dalam eksplorasi peran,

kenakalan anak-anak mulai muncul, misalnya menertawai lawan mainnya

yang sedang fokus menghayati peran, atau terpengaruh pada keadaan sekitar

yang mengganggu pikiran aktor yang sedang fokus, bahkan terkadang saling

mengganggu ketika hendak berdialog. Oleh karena itu sutradara benar-benar

memperhatikan tindak laku aktor dan memusatkan pikiran aktor untuk

melakukan sebuah eksplorasi.

b. Eksplorasi Hand Property

Hand property yang digunakan oleh Pak Pancing yaitu alat

pancing. Untuk eksplorasi hand property ini, aktor melakukan kegiatan

yang sama seperti dalam naskah dikehidupan kesehariannya seperti

memancing ikan di sungai. Aktor harus paham bagaimana cara memegang,

melemparkan, menarik pancing dan jaring.

c. Eksplorasi Setting Panggung

Page 14: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

Setting panggung berfungsi memberi gambaran latar tempat,

waktu dan suasana pada suatu peristiwa teater. Untuk menguatkan laku

pemeran dan menghidupkan pemain, setting panggung harus diperlukan

secara maksimal dengan cara memahami dan mengerti setting panggung.

a. Eksplorasi Komposisi

Untuk menciptakan dinamika permainan, garis penyutradaraan

salah satunya dituangkan berupa komposisi, yakni movement dan blocking

di atas panggung. Hal ini dicapai dengan memahami dialog yang nantinya

akan menimbulkan pemeran untuk bergerak atau berpindah. Sutradara

harus memikirkan sebuah komposisi bentuk dan ruang yang tidak terlihat

monoton dalam sebuah pertunjukan.

c. Bernyanyi dan Bergerak

Menciptakan latihan yang menyenangkan ala Rudolf, bisa diiringi

dengan musik dalam setiap latihan, seperti olah tubuh dan vokal diikuti oleh

nyanyian. Pada tahap proses menyanyi dan menari, aktor harus menghafal

lagu, menghayati dan mengekspresikan isi lagu dan juga menghafal

koreografi tari. Tidak mudah membuat anak-anak menyanyi dan menari

secara bersamaan atau kompak. Biasanya anak-anak sering mengeluh capek

dengan tari yang telah digarap. Oleh karena itu, sutradara membebaskan

aktornya yang kesulitan mengikuti gerakan teman-temannya dengan

memvariasikan gerakan tersebut semampunya. Dengan perbedaan gerakan

itu akan terkesan lebih lucu.

Page 15: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

d. Pementasan

Pementasan merupakan aktifitas yang kompleks dan beragam

dalam sebuah produksi teater. Segala sesuatu yang menjadi pemikiran para

tim produksi baik sutradara, aktor dan pekerja artistik terhadap naskah

divisualisasikan dan disaksikan oleh penonton. Penyatuan aktor dan

penonton dibutuhkan dalam pementasan ini, karena apresiasi penonton

juga berperan dalam penyampaian adegan dalam naskah. Melatih anak

untuk mudah berkomunikasi dengan penonton dilakukan dengan cara

sering mengajak aktor latihan diberbagai tempat yang ramai dikunjungi

masyarakat, dengan begitu sutradara dapat mengamati bagaimana aktornya

bersosialisasi.

e. Pemantapan

Dalam tahapan ini sutradara perlu melakukan proses pemotongan

adegan yang diulang-ulang (cut to cut) agar lebih detil mengoreksi

kembali sesuatu yang dimunculkan aktor. Selanjutnya melakukan proses

running yang utuh dengan penguatan. Dalam proses cut to cut, aktor pasti

merasa bosan. Namun sutradara sudah siap mengatasi kebosanan tersebut

dengan break ice atau penyegaran untuk mencairkan kebosanan yaitu

dengan permainan kembali. Jika mereka sudah siap dengan peran barunya,

usahakan untuk tidak ada hal yang mengganggu psiokologi aktor, mereka

harus dalam keadaan yang nyaman baik fisik dan pikirannya.

V. Simpulan

Menjadi sutradara anak-anak harus memiliki kepiawaian tersendiri

dalam menyelami seluruh karakteristik aktornya. Kesabaran dan kasih sayang

Page 16: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

merupakan unsur utama untuk membuat anak-anak lebih menghargai dan

menghormati kita sebagai pemimpinnya. Pada proses penyutradaraan drama

ank-anak ini, sutradara menggunakan kerangka proses penyutradaraan Nano

Riantiarno yang meliputi memilih naskah, mengkaji naskah, memilih tim

produksi, menyamakan presepsi, casting aktor, melatih aktor dan pementasan.

Secara spesifik teknik penyutradaraan, sutradara menggunakan teknik

penyutradaraan Rudolf Puspa yang meliputi menjadi peran, latihan yang

menyenangkan, disiplin aktor dan penyatuan aktor dan penonton. Sedangkan

untuk mengeksplorasi aktornya, sutradara menggunakan metode pelatihan Jose

Rizal Manua yang meliputi pendekatan alam, latihan sederhana, aksi-reaksi-

kontemplasi dan aktor yang original. Apalagi menghadapi anak-anak yang

belum pernah mengenal teater, diperlukan waktu, tenaga dan proses panjang

bagi mereka untuk belajar memahami dan menjalankan suatu peran dalam

naskah. Semua itu tergantung bagaimana tangan sutradara mengolah dan

mengemas aktornya menjadi idola para penonton.

Page 17: DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Autar. 2008. Dramaturgi 1. Surabaya : Unesa University Press

Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju

Nashir, MJA. 2001. Membela Anak dengan Teater. Yogyakarta : Kepel Press

Riantiarno, N. 2003. Menyentuh Teater. Jakarta : MU : 3 Books

Yuniar, Tanti. TT. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Agung Media

Mulia

Wawancara

Jose Rizal Manua. Teknik Menyutradarai Anak. 14 Januari 2012, 20:23 WIB di

TIM Jakarta

Rudolf Puspa. Seputar Reketek-Reketek dan Teknik Menyutradarai Anak. 28

Desember 2012, 16:32 WIB di Gedung Cak Durasim Surabaya