Download - MAKALAH Sains Kel 3
MAKALAH
PENGEMBANGAN SAINS KEPERAWATAN DAN
HUBUNGAN INTERAKTIF ANTARA PENDIDIKAN,
PELAYANAN/PRAKTIK, DAN RISET KEPERAWATAN
DALAM PENGEMBANGAN SAINS KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH:
DisDISUSUN OLEH:
BAMBANG UTOYO 1106042662DESAK MADE WIDYANTHARI 1106042706DEWY HARYANTI PARMAN 1106042725DIKHA AYU KURNIA 1106122404RENI SUSANTI 1106043141SITI KHOIROH MUFLIHATIN 1106043242YULIUS TIRANDA 1106043362
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH 1 SAINS KEPERWATAN
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sains keperawatan merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai
dengan perkembangan respon manusia terhadap lingkungannya.
Perkembangan sains keperawatan didasari oleh falsafah dan paradigma
keperawatan sebagai kerangka ilmu untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan secara holistik. Sains keperawatan memiliki falsafah berupa
keyakinan dan kerangka berpikir secara sistematis dan ilmiah yang mendasari
suatu gambaran yang berdasarkan pada realitas dan logika sehingga menjadi
panduan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara
profesional. Ilmu keperawatan juga memiliki paradigma keperawatan sebagai
kerangka ilmu untuk berfokus pada pelaksanaan praktek pelayanan
keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan, sehat, dan keperawatan.
Pelayanan keperawatan profesional merupakan area yang dapat
memunculkan berbagai perkembangan ilmu dan teori keperawatan. Hal ini
didukung dengan perkembangan sains keperawatan yang diintegrasikan
dalam pendidikan, pelayanan/ praktik, dan riset keperawatan. Ketiga hal
tersebut memiliki peran masing-masing untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan yang lebih baik dan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Hasil dari pemberian pelayanan keperawatan profesional dengan pendekatan
sains keperawatan dapat menjadi solusi dari fenomena keperawatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas perawatan sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan. Oleh sebab itu, pengembangan sains keperawatan memiliki
hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik, dan riset
keperawatan sebagai ilmu terapan yang memiliki otonomi profesional.
Melalui makalah ini, kelompok tertarik untuk membahas tentang
pengembangan sains keperawatan dan hubungan antara pendidikan,
pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangannya.
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis pengembangan sains keperawatan
dan hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan
riset keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui hubungan interaktif antara
pengembangan sains keperawatan dengan pendidikan
Mahasiswa mampu mengetahui hubungan interaktif antara
pengembangan sains keperawatan dengan pelayanan
Mahasiswa mampu mengetahui hubungan interaktif antara
pengembangan sains keperawatan dengan riset keperawatan
Mahasiswa mampu mengetahui pengembangan sains keperawatan
dan hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan
riset keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui, menganalisis, dan menerapkan pengembangan sains
keperawatan di pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan sebagai bagian
dari pelayanan keperawatan profesional.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Sains Keperawatan
Sains keperawatan memiliki karakteristik tersendiri yang
membedakan dengan ilmu di bidang lain. Selain itu, sains keperawatan
memiliki falsafah dan paradigma keperawatan yang mendasari berbagai
aspek untuk meningkatkan pelayanan keperawatan profesional di bidang
pendidikan, pelayanan/praktik, dan riset keperawatan (Ali, 2001). Sehingga,
sains merupakan tubuh pengetahuan yang sistematis yang bertujuan untuk
mengungkapkan kebenaran tentang dunia melalui proses perbaikan diri
yang berkesinambungan yang melibatkan perkembangan teori dan uji
empiris.
Ilmu merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat atau asal
usul yang memiliki ciri adanya suatu metodologi yang harus dicapai secara
logis dan koheren, memiliki hubungan dengan tanggung jawab ilmuwan,
bersifat universal, memiliki objektifitas tanpa disisipi oleh prasangka
prasangka subjektif, dapat dikomunikasikan, kritis, terbuka dan berguna
sebagai wujud hubungannya antara teori dan praktek (Hidayat, 2008).
Hidayat (2008) juga menjelaskan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang bersifat profesional dalam memenuhi kebutuhan
dasar manusia(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) yang dapat
ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat
sakit.
2.2 Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan merupakan sebuah proses “long life
education” sangat penting bagi perawat dalam rangka sebagai sarana untuk
mencapai profesionalisme dan peningkatan kinerja perawat. Perkembangan
perawatan sebagai pelayanan profesional didukung juga oleh IPTEK yang
didapatkan dari pendidikan dan pelatihan. Dari berbagai aspek
3
pembangunan nasional, pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan
bagian yang paling mendasar dalam pengembangan sumber daya manusia.
Pengembangan pendidikan keperawatan profesional dengan landasan
yang kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan
serta kerangka konsep pendidikan. Pengembangan pendidikan terutama
berpedoman pada kebijakan pendidikan tinggi, khususnya UU No. 2 tahun
1989 dan PP No. 30 tahun 1990 serta Undang Undang kesehatan No. 23
tahun 1992. Pengembangan pendidikan keperawatan profesional
diselenggarakan dalam berbagai jenjang dan jenis sesuai kebutuhan
masyarakat.
Sebagai pendidikan profesional, pendidikan keperawatan harus
dilandasi dengan kerangka konsep yang kokoh yang memiliki karakteristik
pendidikan akademik-profesional yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan, penyelesaian masalah secara ilmiah, pembinaan
sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif, mandiri serta pendidikan di
lingkungan masyarakat.
2.3 Pelayanan Keperawatan
Praktik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat
profesional melalui kolaborasi dengan pasien dengan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya. Praktik keperawatan ini menggunakan pengetahuan
teoritik yang kuat dari berbagai ilmu dasar (biomedik, fisika, biologi, sosial,
perilaku) dan ilmu keperawatan sebagai landasan dalam melakukan
pengkajian, diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan, melaksanakan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi tindakan serta mengadakan
penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Keperawatan sebagai suatu profesi diharapakan mampu
mengembangkan ilmu yang dimiliki agar dapat diaplikasikan dalam
pemberian pelayanan asuhan keperawatan profesional. Perawat harus
mampu menganalisis informasi dan mengambil keputusan dalam
memecahkan masalah klien.
4
2.4 Riset Keperawatan
Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan adalah metode
sistematis dari hasil eksplorasi, deskripsi, penjelasan dari fenomena yang
ada yang berhubungan dengan berbagai faktor yang menyebabkan
perubahan dari suatu fenomena tersebut dan bagaimana fenomena tersebut
mempengaruhi fenomena yang lain. Aktivitas pelayanan keperawatan
adalah substansi sehingga menghasilkan hasil yang valid dan reliabel untuk
klien baik secara individu, keluarga, group, maupun komunitas yang didapat
dari berbagai riset keperawatan yang memiliki kerangka pengetahuan (body
of knowledge).
Carper (1978, 1992) dalam Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset
keperawatan harus memiliki empat pola fundamental. Empat pola
fundamental tersebut antara lain bersifat empirik: menggunakan riset
sebagai hal yang menjelaskan, mendeskrisikan, dan memprediksikan, etikal:
memperluas pengetahuan untuk menilai, mengklarifikasi, dan advokasi,
personal: berfokus pada diri dan orang lain, serta estetik: menginterpretasi,
mensintesis dari suatu pengetahuan.
Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan memiliki
berbagai manfaat untuk pengembangan sains keperawatan. Manfaat tersebut
antara lain memperkuat dasar – dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi
landasan dala kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan manajemen
keperawatan. Selain itu, dapat meningkatan kualitas pelayanan keperawatan
melalui pemanfaatan hasil penelitian ilmiah, meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembiyaan pelayanan keperawatan, serta memahami fenomena
secara profesional sehingga dapat menyusun perencanaan, memprediksi
hasil, pengambilan keputusan, dan meningkatkan perilaku sehat klien
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Interaktif Antara Pendidikan Dalam Pengembangan Sains
Keperawatan
Florence Nightingale merupakan salah satu tokoh keperawatan yang
berjasa dalam perkembangan sains keperawatan dalam bidang pelayanan dan
pendidikan. Florence juga membuat standar pada pendidikan keperawatan
dan standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien serta membedakan
praktek keperawatan dengan kedokteran dan perawatan pada orang sakit
dengan orang sehat. Dan masih banyak tokoh lainnya yang mengemukakan
Teori Model Keperawatan demi perbaikan mutu pelayanan dan pendidikan
keperawatan demi tercapainya profesoinalime.
Berkembangnya sains keperawatan maka akan mempengaruhi
perkembangan di bidang pendidikan ataupun sebaliknya. Pendidikan dan
pengembangan sains keperawatan saling mempengaruhi. Pengembangan ilmu
keperawatan dalam pendidikan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu
keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan
komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang
dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan
selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang
diakui sebagai bagian ilmu keperawatan. Sehingga teori-teori keperawatan
dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu
perawatan. Menurut Gaffar (1999) pendidikan khusus berbasis keahlian pada
jenjang pendidikan tinggi, penataan jenjang studi/pendidikan keperawatan,
penyusunan kurikulum pendidikan, metode pembelajaran yang digunakan dan
penyusunan kompetensi perawat di pendidikan tinggi adalah merupakan
pengembangan sains keperawatan dalam pendidikan hingga diharapan
mampu menjadi mitra kerja dalam memberikan standar pelayanan kesehatan
yang profesional.
Dalam sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam
perkembangan teori keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum
6
mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi
sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang
terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori
keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.
Kemudian juga, berkembangnya standar kompetensi dalam pendidikan,
metode/sistem pembelajaran berdasarkan “student center learning” sehingga
mahasiswa diajarkan mampu untuk berfikir kritis, menganalisa dan
mengambil keputusan, berorientasi pada perkembangan pelayanan
keperawatan secara global serta menyiapkan para lulusan akedemika yang
mampu bekerja secara profesional baik ditingkat regional, nasional dan dunia
(Siswanto, 2009).
Keperawatan di Indonesia juga mengalami kemajuan yang signifikan.
Melalui lokakarya nasional keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud
RI, Depkes RI dan DPP PPNI (1983) yang menerima keperawatan sebagai
pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan profesi (professional education) serta ditetapkannya
definisi, tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di
Indonesia. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga
keperawatan professional yang dapat mengadakan pembaharuan , menjadi
change agent, model keperawatan (nursing model) dan perbaikan mutu
pelayanan/ asuhan keperawatan secara komprehensif dan holistik, serta
penataan perkembangan pendidikan tinggi keperawatan.
Keperawatan sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab pengembangannya harus mampu mandiri. Untuk itu
memerlukan suatu wadah yang mempunyai fungsi utama untuk menetapkan,
mengatur serta mengendalikan berbagai hal yang berkaitan dengan profesi
seperti pengaturan hak dan batas kewenangan, standar praktek, standar
pendidikan, legislasi, kode etik profesi dan peraturan lain yang berkaitan
dengan profesi keperawatan. Hal ini mengakibatkan profesi keperawatan
selalu dituntut untuk mengembangkan diri dan berpartisipasi aktif dalam
pengembangan profesionalime keperawatan dan peningkatan sistem
pelayanan.
7
Melalui pendidikan tinggi keperawatan diharapkan terjadi percepatan
proses transisi keperawatan yang awalnya sebagai okupasional menjadi
profesional. Berdasarkan RUU Keperawatan level keperawatan dibagi
menjadi 4 yaitu perawat vokasional, profesional, spesialis dan konsulen.
Penekanan pengembangan dan pembinaan pendidikan tinggi keperawatan
lebih diarahkan pada upaya meningkatkan mutu pendidikan pada masa
mendatang sehingga lulusan benar-benar menunjukkan sikap profesional,
menguasai ilmu keperawatan secara optimal dan juga menguasai
keterampilan keperawatan secara professional. Pada Mei 2006, diadakan
pertemuan antara AIPNI dan PPNI untuk menyepakati Standar Kompetensi
Ners dan Penetapan Kurikulum Inti. Kurikulum inti 60% (87 sks) untuk
program akdemik 25 sks untuk program profesi. Program alih jenjang untuk
akedemik 60-70 sks dan profesi 25 sks.
3.2 Hubungan Interaktif AntaraPelayanan/ Praktik Keperawatan Dalam
Pengembangan Sains Keperawatan
Perkembangan sains keperawatan saat ini sudah berkembang cukup
pesat terutama dalam bidang pelayanan. Pengembangan ini didukung dengan
adanya riset yang dilakukan, sehingga hasilnya dapat digunakan dalam
bidang pelayanan. Praktik keperawatan berorientasi pada pelayanan yang
bersifat membantu (assistive in nature) dan pelayanan keperawatan
mencakup seluruh rentang pelayanan Penerapan manajemen asuhan
keperawatan profesional dapat menjadi salah satu contoh dalam
pengembangan sains keperawatan di bidang pelayanan/praktik.
Tingkat praktik perawat secara langsung berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman dan keahlian perawat. Menurut Bener yang dikutip
Christensen dan Kenney dalam Potter & Perry (2009) terdapat lima tingkatan
keahlian perawat, yaitu: pemula, pemula lanjut, kompeten, terampil dan ahli.
Perawat pemula bekerja berdasarkan pedoman/peraturan dalam melakukan
tindakan. Sedangkan perawat pemula lanjut menggunakan prosedur yang
telah dipelajari untuk menentukan suatu tindakan. Kemudian, perawat
kompeten memiliki pengalaman lebih banyak, sehingga mereka memiliki
8
kepercayaan diri untuk mengenali masalah dan melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
Perawat terampil memiliki kemampuan untuk mengenali lebih lanjut
kondisi kliennya karena telah memiliki pengalaman yang lama dalam
merawat pasien. Mereka lebih peka terhadap perubahan status klien,
mengintepretasi situsi baru lebih cepat serta memahami perubahan halus
pada pola klien dengan lebih baik. Sedangkan, perawat ahli dengan cepat
memahami aspek-aspek penting dari situasi klien dan dapat mengidentifikasi
perubahan-perubahan penting. Mereka memiliki kemampuan intuisi yang
tinggi untuk mengenali faktor-faktor tersembunyi yang berinteraksi,
mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dan melakukan tindakan yang
sesuai. Pemahaman mereka tidak didasarkan atas pengetahuan formal,
meskipun hal ini tetap ada dalam latar belakang pendidikan mereka, namun
demikian mereka tidak mengabaikan fakta-fakta penting dan tidak hanya
bergantung pada intuisi mereka untuk mengambil keputusan.
Seiring dengan bertambahnya pengalaman dan berkembangnya ilmu
pengetahuan, perawat mampu mengintegrasikan dan mensintesis pengalaman
mereka dengan menggunakan model keperawatan untuk diaplikasikan dalam
pelayanan keperawatan. Seorang perawat diharapkan mengetahui isue-isue
keperawatan yang berkembang, tidak hanya berfokus pada individu tapi juga
pada keluarga, kelompok atau komunitas.
Tuntutan akan pelayanan keperawatan yang bermutu memberikan
dampak pada sistem pelayanan keperawatan. Oleh karena itu terjadi
pergeseran dalam pelayanan keperawatan. Dahulu, pelayanan keperawatan
hanya didasarkan oleh keterampilan saja, namun setelah berkembangnya
sains keperawatan, pelayanan yang diberikan telah didasari oleh ilmu
pengetahuan dan teknolgi keperawatan.
Adanya kecenderungan perkembangan penyakit degeneratif saat ini
mendorong pergeseran peran perawat yang dahulunya memiliki peran kuratif
yang didominasi dokter menjadi peran preventif dan promotif. Adanya
perkembangan sains juga menjadikan keperawatan saat ini terfragmentasi
menjadi beberapa bidang pelayanan keperawatan, seperti bidang pelayanan
9
keperawatan medikal bedah, anak, jiwa, maternitas, komunitas dan
keperawatan gerontik. Pelayanan keperawatan harus dilandasi penguasaan
iptek serta kiat keperawatan dalam memecahkan masalah klien. Oleh karena
itu dibutuhkan tenaga keperawatan yang berkualitas.
3.3 Hubungan Interaktif Antara Riset Keperawatan Dalam Pengembangan
Sains Keperawatan
Riset keperawatan sebagai salah satu unsur penunjang dalam
pengembangan ilmu keperawatan yang dapat memberikan kontribusi yang
sangat besar dalam penyelesaian masalah keperawatan secara ilmiah. Riset
keperawatan itu sendiri merupakan suatu usaha yang sistematis, terkendali
dan empiris dalama pengembangan ilmu pengetahuan dan penyelesaian
masalah. Riset keperawatan juga merupakan proses ilmiah yang sangat
berguna dalam menvalidasi pengetahuan yang ada dan membangun
pengetahuan baru baik langsung/tidak langsung dapat mempengaruhi praktik
keperawatan. Selain itu riset keperawatan juga dapat digunakan sebagai
proses pencarian kebenaran secara sistematis yang di desain untuk
meningkatkan pemahaman kita tentang isu – isu yang terkait dengan
keperawatan.
Pengembangan riset itu sendiri sangat berkaitan dengan
pengembangan sains keperawatan dimana keterkaitan tersebut dapat menjadi
hubungan timbal balik yang saling menopang dalam keberhasilan riset
keperawatan. Pengembangan sains keperawatan dalam bidang penelitian/riset
ini mampu mengembangkan mengenai teori-teori model keperawatan yang
berguna bagi pengembangan profesi keperawatan.
Hasil dari riset keperawatan yang salah satunya digunakan dalam
praktik keperawatan berbasis temuan ilmiah (evidence based practice) sangat
membantu perkembangan praktik ilmu keperawatan. Dengan adanya hasil
dari riset keperawatan diharapkan mampu diaplikasikan dalam tindakan
keperawatan melalui dukungan dari pemerintah yang terus memberikan
kesempatan dalam pengembangan lembaga penelitian yang berfokus pada
proses keperawatan.
10
Hasil dari riset keperawatan yang salah satunya digunakan dalam
praktik keperawatan berbasis temuan ilmiah (evidence based practice)
sangat membantu perkembangan praktik ilmu keperawatan. Dengan adanya
hasil dari riset keperawatan diharapkan mampu diaplikasikan dalam
tindakan keperawatan melalui dukungan dari pemerintah yang terus
memberikan kesempatan dalam pengembangan lembaga penelitian yang
berfokus pada proses keperawatan.
Riset yang dikembangkan berdasarkan sains keperawatan memiliki
pengembangan domain yang berbeda dengan pengembangan ilmu lainnya.
Berdasarkan National Iinstitutes of Health Clinical Center Nursing and
Patient Care Services, riset keperawatan memiliki pengembangan domain
yang terdiri dari manajemen kasus, praktik klinik, koordinasi dan
kesinambungan perawatan, berkontribusi kepada sains keperawatan, dan
proteksi manusia sebagai subjek. Oleh sebab itu, riset keperawatan menjadi
hal yang substansi untuk pengembangan sains keperawatan. Hal ini
dikarenakan, riset keperawatan memiliki falsafah dan paradigma
keperawatan dari setiap fenomena yang akan memiliki pengaruh dibidang
pendidikan dan pelayanan keperawatan profesional.
3.4 Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/praktik dan Riset
Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan.
Interaksi antara pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan saling
berkaitan dan mempengaruhi pengembangan sains keperawatan. Dalam
pendidikan, sains keperawatan menjadi dasar untuk pengembangan
kurikulum sehingga dapat memberikan kerangka ilmiah dan pemikiran
analitis untuk menjawab fenomena-fenomena yang ditemukan di
pelayanan/praktik. Melalui pendidikan, metodemetode ilmiah dipelajari dan
teori keperawatan dikembangkan untuk menjadi tuntunan dalam melakukan
riset keperawatan.
Pelayanan keperawatan juga memiliki hubungan interaksi dengan
pendidikan dan riset. Pelayanana, dapat dijadikan sumber fenomena
keparawatan yang terjadi, sehingga dapat menghasilkan model praktik
11
keperawatan yang sesuai dengan teori yang dikembangkan di pendidikan dan
telah dibuktikan melalui riset keperawatan. Sedangkan riset keperawatan
menjadi hal substansi dalam pengembangan sains keperawatan, karena
melalui riset keperawatan dapt dibuktikan suatu teori yang dikembangkan di
pendidikan sehingga dapat bermanfaat dan dipraktekkan di pelayanan
kesehatan. Seperti pada Journal Advance Nursing pada perawatan luka
dengan balutan madu, telah membuktikan bahwa balutan madu memiliki
keuntungan klinis pada perawatan luka yaitu dapat mempersingkat
penyembuhan luka sebesar 46% dibandingkan dengan merawat luka
menggunakan balutan konvensional (Robson, 2009). Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan, pelayanan dan riset keperawatan saling
memiliki hubungan interaksi yang tidak dapat dipisahkan.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Pendidikan tinggi keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan
memiliki peran dalam mengembangkan kurikulum pendidikan yang
disesuaikan dengan sains keperawatan sehingga dapat meningkatkan
profesionalisme dalam keperawatan
2. Pelayanan keperawatan menjadi sumber untuk pengembangan sains
keperawatan karena pelayanan keperawatan menjadi model untuk
memberikan pelayanan asuhan keperawatan profesional
3. Riset keperawatan merupakan hal substansi untuk pengembangan sains
keperawatan karena riset keperawatan memiliki bukti empirik,
menggunakan metode sistematis dan ilmiah untuk menjelaskan berbagai
fenomena berdasarkan falsafah dan paradigma keperawatan yang dapat
mempengaruhi pendidikan dan pelayanan keperawatan profesional.
4. Pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan memiliki hubungan
interaksi yang saling mempengaruhi dalam pengembangan sains
keperawatan
4.2 Saran
1. Untuk meningkatkan pendidikan tinggi keperawatan profesional,
diperlukan pembinaan dari organisasi profesi, kementerian kesehatan dan
kementerian pendidikan dan budaya serta lintas sektoral lainnya dalam
pelaksanaan pendidikan tinggi keperawatan.
2. Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, diperlukan perawat
profesional untuk melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan
teori keperawatan
3. Untuk meningkatkan riset keperawatan, diperlukan berbagai usaha baik
dari pendidikan tinggi keperawatan maupun pelayanan. Dikembangkanya
penelitian yang akan menjadi evidence based nursing di pendidikan dan
pelayanan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Z. (2001). Dasar-dasar Keperawatan Professional. Jakarta: Widya Medika.
Delaune, Sue C. (2002). Fundamental of Nursing. Second edition. http://delaune.DelmarNursing.com. Diunduh pada tanggal 25 September 2011
Gaffar, LOJ. (1999), Pengantar Keperawatan Profesional, Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keputusan Mendiknas No. 0686 Tahun 1991 tentang Pedoman Pendirian Pendidikan Tinggi
Nursalam, Ferry Effendy. (2007). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Patricia A Potter, Anne Griffin Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Patricia A Potter, Anne Griffin Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Peraturan pemerintah No. 60 tentang pendidikan tinggi
Robson. (2009). Standardized antibacterial honey (Medihoney™) with standard therapy in wound care: randomized clinical trial. Journal Advanced Nursing Volume 65, Issue 3, hal 565–575, Maret 2009. Diunduh pada tanggal 25 September 2011
Siswanto M. (2009). Reformasi Keperawatan di Indonesia. nurklah.worpress.com/2009/05/09/reformasi-keperawatan-di-indonesia. Diunduh pada tanggal 20 September 2011
UU No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan nasional
14