ditulis oleh dr. hamidie ronald, m - web upi official

24
Pertolongan Pertama Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M.Pd Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cidera yang memerlukan bantuan medis dasar. Medis dasar yang dimaksud di sini adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki orang awam. Pemberian medis dasar ini dilakukan oleh penolong yang pertamna kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis. Pemberian pertolongan pertama memiliki 3 tujuan utama. Pertama, pemberian pertolongan ini bertujuan untuk menyelamatkan jiwa korban. Hal ini penting untuk korban yang tegolong dalam kasus darurat/ significant. Kedua, pemberian pertolongan bertujuan untuk mencegah cacat permanen. Yang terakhir, pemberian pertolongan ini bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada korban. Rasa aman dan nyaman ini menunjang proses penyembuhan. Seseorang yang memiliki kompetensi dalam memberikan pertolongan pertama wajib memberikan pertolongan jika menemukan korban yang membutuhkan bantuan, baik itu korban trauma (benturan), korban medis (keracunan atau sebab yang lain), ataupun kombinasi keduanya. Apabila ada orang yang tidak mau memberikan bantuan pada korban sementara orang tersebut mampu dan pemberian bantuan tidak membahayakan diri sendiri dan korban, maka orang tersebut dapat dituntut dengan pasal 531 KUH Pidana. Ancaman dalam pasal ini adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp 4.500,-. Dalam memberikan pertolongan pertama ada beberapa tips dan etika yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Pertolongan Pertama

Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M.Pd

Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita

sakit atau cidera yang memerlukan bantuan medis dasar. Medis dasar yang

dimaksud di sini adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang

dapat dimiliki orang awam. Pemberian medis dasar ini dilakukan oleh penolong

yang pertamna kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan

terlatih dalam penanganan medis.

Pemberian pertolongan pertama memiliki 3 tujuan utama. Pertama, pemberian

pertolongan ini bertujuan untuk menyelamatkan jiwa korban. Hal ini penting

untuk korban yang tegolong dalam kasus darurat/significant. Kedua, pemberian

pertolongan bertujuan untuk mencegah cacat permanen. Yang terakhir,

pemberian pertolongan ini bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman

pada korban. Rasa aman dan nyaman ini menunjang proses penyembuhan.

Seseorang yang memiliki kompetensi dalam memberikan pertolongan pertama

wajib memberikan pertolongan jika menemukan korban yang membutuhkan

bantuan, baik itu korban trauma (benturan), korban medis (keracunan atau

sebab yang lain), ataupun kombinasi keduanya. Apabila ada orang yang tidak

mau memberikan bantuan pada korban sementara orang tersebut mampu dan

pemberian bantuan tidak membahayakan diri sendiri dan korban, maka orang

tersebut dapat dituntut dengan pasal 531 KUH Pidana. Ancaman dalam pasal ini

adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda sebanyak-

banyaknya Rp 4.500,-.

Dalam memberikan pertolongan pertama ada beberapa tips dan etika yang perlu

diperhatikan, diantaranya adalah:

Page 2: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

- menganalisa kondisi lingkungan

Langkah paling awal sebelum memberikan pertolongan pada korban adalah

menganalisa apakah lingkungan cukup aman untuk memberikan pertolongan

atau tidak. Jangan memberikan pertolongan jika lingkungan tidak aman. Yang

dimaksud lingkungan disini tidak hanya lingkungan fisik, tapi juga lingkungan

sosial. Misalnya, jika ada seorang korban di kerumunan orang. Jangan

langsung memberikan pertolongan sebelum tahu statusnya. Bisa jadi korban

tersebut adalah pencopet yang baru saja dihajar masa. Jika langsung

memberi pertolongan, bisa jadi penolong dikira teman si copet dan ikut

dihajar masa juga.

- memperkenalkan diri

Sebelum memberi pertolongan, perkenalkan diri terlebih dahulu. Hal ini

bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman yang bisa timbul.

- minta ijin

Seorang penolong harus meminta ijin sebelum memberi pertolongan.

Permintaan ijin ini bisa diutarakan pada korban (jika korban sadar), keluarga

korban, atau orang yang ada di sekitar korban. Apabila korban atau

keluarganya menolak diberi pertolongan, penolong tidak boleh memaksa

untuk memberi pertolongan.

- minta bantuan orang lain

Mintalah bantuan orang lain dalam memberikan pertolongan pada korban.

Selain untuk memudahkan pemberian pertolongan, orang yang membantu

tersebut dapat dijadikan saksi apabila ada gugatan dari korban atau

keluarganya di kemudian hari.

Page 3: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

- merahasiakan kondisi korban

Rahasiakanlah semua informasi yang berhubungan dengan korban, terutama

informasi yang bersifat pribadi. Apabila informasi pribadi korban tersebar,

korban bisa menuntut dengan dasar pasal 322 KUH Pidana. Ancaman dalam

pasal ini adalah hukuman kurungan selama-lamanya 9 bulan atau denda

sebanyak-banyaknya Rp 9.000,-.

Page 4: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Pertolongan Pertama pada Korban Trauma

Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M.Pd

Yang dimaksud dengan korban trauma adalah korban yang mengalami

gangguan fisik, yaitu berupa benturan dengan benda keras. Penyebab terjadinya

benturan bisa bermacam-macam, seperti jatuh, kejatuhan benda, atau

kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan tingkat cideranya, korban trauma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu

trauma ringan (non significant) dan berat (significant). Korban dikatakan trauma

ringan bila mengalami cidera yang kemungkinan kematian dan cacatnya kecil,

seperti terkilir, luka bakar ringan, terpeleset, dan lain-lain. Korban dikatakan

trauma berat jika kemungkinan kematian atau cacat permanennya besar. Cidera

yang dikelompokkan dalam trauma berat antara lain:

- terlempar dari kendaraan bermotor yang melaju kencang

- kecelakaan mobil hingga terbalik

- jatuh dari ketinggian lebih dari 2 m

- kecelakaan dengan patah tulang besar (seperti tulang paha)

- kecelakaan banyak penumpang, seorang penumpang meninggal, maka

orang di sebelah orang tersebut dikategorikan trauma berat

- korban yang tidak sadar dan tidak diketahui mekanisme kejadiannya

dianggap trauma berat

Page 5: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Penanganan korban trauma sedikit berbeda dengan dengan penanganan korban

medis. Pemberian pertolongan pada korban trauma memerlukan pemeriksaan

seluruh bagian tubuh. pemberian pertolongan juga harus ekstra hati-hati apabila

ada indikasi korban mengalami cidera tulang spinal, yaitu cidera tulang belakang

mulai dari tulang leher hingga tulang ekor. Cidera pada tulang spinal merupakan

cidera yang paling sensitif. Jika penanganannya salah, korban bisa meninggal

dunia.

Pada dasarnya penanganan korban trauma mengikut langkah-langkah berikut

ini:

- penilaian keadaan

Penilaian keadaan merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan jika

menemui korban yang memerlukan bantuan. Hal yang harus dinilai pertama

kali adalah masalah lingkungan, apakah lingkungan aman untuk memberikan

pertolongan atau tidak. Jika tidak, korban bisa dipindahkan ke tempat yang

aman, tentu saja dengan syarat pemindahan tersebut memungkinkan dan

tidak membahayakan korban. Jika korban terindikasi mengalami cidera

spinal, sebaiknya pemindahan dilakukan oleh orang yang sudah

berpengalaman dan dengan peralatan yang sesuai karena cidera spinal

membutuhkan penanganan yang sangat hati-hati.

Setelah lingkungan dirasa aman, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan

informasi mengenai kejadian yang dialami korban. Informasi ini dapat

diperoleh dari korban atau saksi mata. Langkah terakhir pada penilaian

keadaan ini adalah meminta bantuan, terutama bantuan untuk merujuk

korban ke instalasi kesehatan terdekat.

- penilaian dini

Page 6: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Penilaian dini adalah pemeriksaan awal terhadap korban. Pemeriksaan ini

merupakan pemeriksaan yang bersifat mendasar, berhubungan dengan

kelangsungan hidup korban, sehingga harus segera dilaksanakan. Penilaian

dini meliputi:

- pemeriksaan kesadaran korban

Tingkat kesadaran korban dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu

awas/kesadaran penuh, respon terhadap suara, respon terhadap nyeri,

dan tidak sadar sama sekali. Dalam pemeriksaan ini buatlah tes terhadap

penglihatan, misal dengan menggerakkan jari di depan korban. Jika

korban memberi tanggapan, berarti korban dalam keadaan sadar. Jika

tidak, pemeriksaan dilanjutkan dengan tes suara, misal dengan dipanggil.

Jika ada tanggapan, maka korban respon terhadap suara. Jika tidak,

korban bisa distimulasi dengan rasa sakit dengan cara mencubit lengan

atas bagian dalam, dekat ketiak, atau dengan menekan dada. Jika ada

tanggapan, dilihat dari perubahan raut muka atau tanda-tanda sakit yang

lain, maka korban respon terhadap nyeri. Jika tidak ada tanggapan, maka

korban benar-benar tidak sadar.

- pemeriksaan saluran nafas (airway)

Pemeriksaan saluran nafas bertujuan untuk membebaskan dan membuka

jalan nafas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membuka mulut dan

mengamati apakah ada benda yang berpotensi menyumbat saluran

pernafasan. Jika ada, benda tersebut harus dikeluarkan. Jika tidak,

langkah selanjutnya adalah menekan dahi dan mengangkat dagu korban

sehingga kepala korban berada pada posisi tengadah. Posisi ini akan

mempertahankan terbukanya saluran pernafasan.

Pembukaan saluran pernafasan dengan menekan dahi dan mengangkat

Page 7: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

dagu tidak bisa dilakukan pada korban yang mengalami patah tulang

leher. Untuk korban seperti ini, pembukaan saluran pernafasan dilakukan

dengan metode jaw thrus, yaitu dengan mendorong rahang korban ke

depan (posisi rahang seperti cakil).

- pemeriksaan nafas (breathing)

Pemeriksaan nafas bertujuan untuk mengetahui apakah korban bernafas

dengan normal atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara

mendekatkan telinga dan pipi penolong ke hidung korban dan mata

penolong tertuju pada dada atau perut korban. Lihat pergerakan dada

atau perut saat korban bernafas, dengar suara nafas korban, rasakan

hembusan udara yang keluar dari hidung, dan hitung jumlah hembusan

nafas korban selama 5 detik. Apabila pada pemeriksaan nafas ini

diketahui korban tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan cara

meniup mulut korban dan menutup hidungnya setiap 5 detik.

- pemeriksaan sistem sirkulasi darah (circulation)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa jantung korban

berfungsi dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuh

nadi karotis di leher selama 3 – 5 detik. Jika tidak ada denyut nadi,

lakukan resusitasi jantung paru.

- pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui cidera yang dialami korban.

pemeriksaan ini berprinsip pada 2 hal, yaitu menyeluruh pada semua bagian

tubuh dan dilakukan secara sistematis dan berurutan. Pemeriksaan dilakukan

dengan penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran

(auskultasi). Keberadaan cidera pada korban dapat diketahui melalui adanya

perubahan bentuk (berhubungan dengan cidera otot dan tulang), luka, nyeri,

Page 8: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

atau bengkak.

Pemeriksaan fisik melalui urutan sebagai berikut:

- pemeriksaan kepala

- pemeriksaan mata

Periksa kondisi dan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya. Jika pupil

mata kanan dan kiri tidak sama besar atau ukurannya lebar sekali, ada

indikasi korban mengalami gangguan syaraf/syok.

- pemeriksaan hidung

Periksa apakah ada darah, cairan bening, atau keduanya di hidung

korban. jika ada, kemungkinan korban mengalami benturan kepala/gegar

otak.

- pemeriksaan telinga

- pemeriksaan mulut

- pemeriksaan leher

Periksa apakah ada pelebaran vena atau memar di leher. Jika ada,

kemungkinan korban mengalami cidera spinal bagian tulang leher.

- pemeriksaan dada

- pemeriksaan perut

- pemeriksaan panggul

- pemeriksaan tungkai dan kaki

Pemeriksaan ini melibatkan gerakan, sensasi, dan sirkulasi. Pemeriksaan

Page 9: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

gerakan dilakukan dengan meminta korban menggerakkan kaki (khusus

untuk korban sadar). Jika tidak bisa, kemungkinan ada cidera di otot

tungkai dan kaki. Pemeriksaan sensasi dilakukan dengan menekan jari

kaki tertentu dan menanyakan jari apa yang sedang ditekan (khusus untuk

korban sadar). Jika korban salah menjawab atau tidak merasakan apa-

apa, kemungkinan ada kerusakan di syaraf. Pemeriksaan sirkulasi

dilakukan dengan cara menyentuh nadi di mata kaki dan di punggung kaki

(dilakukan pada korban sadar maupun tidak sadar). Jika tidak ada denyut

nadi, kemungkinan korban mengalami pendarahan.

- pemeriksaan lengan dan tangan

Pemeriksaan di lengan dan tangan sama dengan pemeriksaan di tungkai

dan kaki, yaitu pemeriksaan yang melibatkan gerakan, sensasi, dan

sirkulasi. Nadi yang diperiksa pada pemeriksaan ini adalah nadi di

pergelangan tangan.

- pemeriksaan punggung

Pemeriksaan punggung biasanya dilakukan teakhir, yaitu saat korban

dipindahkan ke atas tandu atau papan spinal.

- pemeriksaan tanda vital

Pemeriksaan tanda vital ini meliputi:

- pemeriksaan pernafasan

Normalnya, manusia dewasa bernafas sebanyak 12 – 20 kali per menit.

Jika lebih dari 30 kali per menit, kemungkinan korban mengalami syok.

Page 10: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

- pemeriksaan nadi

Pemeriksaan nadi bisa dilakukan di nadi pergelangan tangan, untuk

korban sadar, atau di nadi leher, bagi korban tidak sadar. Normalnya,

denyut nadi manusia adalah 60 – 90 kali per menit. Jika lebih dari 150 kali

per menit, kemungkinan korban mengalami syok.

- pemeriksaan tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan jika tersedia peralatannya.

Normalnya tekanan darah manusia 100 – 140 mmHg untuk sistol dan 60 –

90 mmHg untuk diastol. Jika tekanan darah korban 50/35 mmHg

(sistol/diastol), kemungkinan korban akan meninggal dunia.

- pemeriksaan suhu tubuh

Normalnya suhu tubuh manusia 36 – 37 oC. Jika tidak ada termometer,

pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan membandingkan suhu tubuh

korban dengan penolong. Caranya adalah dengan merasakan/menyentuh

dahi korban dan penolong secara bersamaan.

- pemeriksaan warna kulit

- penatalaksanaan

Yang dimaksud dengan penatalaksanaan adalah pertolongan yang diberikan

pada korban. Pertolongan diberikan berdasarkan prioritas luka yang dialami

korban. Prioritas tersebut meliputi (urutan menunjukkan urutan penanganan):

1. henti jantung dan nafas, ditolong dengan resusitasi jantung paru

2. pendarahan, ditolong dengan pengendalian pendarahan

3. luka bakar, ditolong dengan perawatan khusus luka bakar

4. patah tulang, dislokasi sendi dan tulang, ditolong dengan immobilisasi

Page 11: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

dan fiksasi

5. tidak sadar, ditolong dengan pemberian rangsangan hingga sadar

- pemeriksaan berkala

Pemeriksaan berkala dilakukan setelah penatalaksanaan hingga korban

dirujuk ke instalasi kesehatan. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan respon,

jalan nafas, pernafasan, nadi, keadaan kulit, suhu, penatalaksanaan, dan

menjaga komunikasi (untuk korban sadar). Jika tanda vital normal,

pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit. Tapi jika tanda vital tidak normal,

pemeriksaan dilakukan setiap 5 menit.

- Pelaporan

Pertolongan yang telah diberikan harus dilaporkan ke instalasi kesehatan

yang menerima korban. Format pelaporan bisa mengikuti format berikut ini:

Page 12: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official
Page 13: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Pemeriksaan Primer pada Korban Banyak

Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M.Pd

Pada kasus bencana alam, musibah, kecelakaan, atau kasus lain yang

menimbulkan banyak korban sedangkan jumlah penolong terbatas, pemeriksaan

(triase, triage) dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pemeriksaan primer dan skunder.

Pemeriksaan primer dilakukan oleh regu pioner, regu yang pertama kali masuk

ke lokasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilah korban menjadi 4 kelompok

berdasarkan tingkat kegawatan cideranya. Pemeriksaan skunder dilakukan regu

penolong yang bertujuan memberikan pertolongan pertama. Jenis pertolongan

yang diberikan biasanya mengacu pada pertolongan untuk korban trauma.

Seperti yang telah diberitahukan di awal, pemeriksaan primer bertujuan untuk

mengelompokkan korban kedalam 4 kelompok, yaitu kelompok merah, kuning,

hijau, dan hitam (urutan ini juga menunjukkan urutan lokasi pemberian

pertolongan pertama/pemeriksaan skunder). Yang digolongkan kedalam

kelompok merah adalah korban yang kondisinya gawat darurat. Korban ini harus

mendapatkan prioritas penanganan pertama dan secepat mungkin dikirim ke

instalasi kesehatan terdekat. Yang digolongkan kedalam kelompok kuning

adalah korban tidak terlalu gawat. Kelompok ini mendapat prioritas penanganan

sedang dan harus dirujuk ke instalasi kesehatan juga. Yang digolongkan

kedalam kelompok hijau adalah korban yang mengalami cidera ringan.

Page 14: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Kelompok ini mendapat prioritas penanganan setelah kelompok kuning.

Kelompok ini boleh pulang, tidak harus dirujuk ke instalasi kesehatan. Yang

digolongkan kedalam kelompok hitam adalah korban yang meninggal dunia.

Kelompok ini dirujuk ke instalasi kesehatan untuk diotopsi dengan prioritas

pengiriman yang paling akhir.

Pengelompokan korban dapat dilakukan melalui mekanisme berikut ini:

- tes kemampuan berjalan

Tes kemampuan berjalan dilakukan dengan cara memanggil dan meminta

korban untuk berjalan menuju penolong. Apabila korban dapat berjalan, maka

korban termasuk kelompok hijau. Apabila korban tidak dapat berjalan,

meskipun korban dalam keadaan sadar, maka korban perlu mendapat tes

selanjutnya.

- tes kemampuan bernafas

Tes ini dilakukan dengan menghitung jumlah nafas korban. Jika korban

bernafas lebih dari 30 kali per menit, maka korban termasuk kelompok

merah. Bila korban bernafas kurang dari 30 kali per menit, korban perlu

mendapat tes selanjutnya.

- tes kemampuan mengisi kapiler

Tes ini dilakukan dengan cara menekan ujung jari korban dan menghitung

waktu yang dibutuhkan bagian tersebut untuk berubah warna dari pucat

menjadi merah kembali. Apabila waktu yang dibutuhkan lebih dari 2 detik,

maka korban termasuk kelompok merah. Bila waktu yang dibutuhkan kurang

dari 2 detik, maka korban perlu mendapat tes selanjutnya.

Page 15: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

- tes kemampuan status mental

Tes ini dilakukan dengan cara memberikan perintah atau pertanyaan

sederhana pada korban, seperti perintah untuk berkedip, mengangguk,

menggerakkan tangan, atau menanyakan nama korban. Apabila korban

dapat berinteraksi dengan lancar dan benar, maka korban termasuk

kelompok kuning. Jika korban tidak bisa berinteraksi dengan lancar dan

benar, maka korban termasuk kedalam kelompok merah.

Korban yang dimasukkan kedalam kelompok hitam adalah korban yang pada

saat ditemukan dalam kondisi tidak sadar dan tidak bernafas. Meskipun ada

kemungkinan korban masih bisa dibantu dengan nafas buatan, namun karena

jumlah tenaga penolong terbatas, korban ini dimasukkan ke kelompok hitam

yang mendapat prioritas penanganan terakhir.

Kadangkala ada korban yang tidak bisa dimasukkan ke dalam kelompok

manapun. Contohnya korban yang berjalan tak tentu arah, nafasnya pendek dan

cepat (lebih dari 30 kali per menit), serta wajah terlihat pucat dan panik. Pada

kasus seperti ini sebenarnya korban mengalami syok saja. Untuk korban seperti

ini penanganan yang dilakukan adalah membawa korban ke tempat yang aman

dan menenangkannya.

Page 16: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Pengendalian Pendarahan

Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald , M.Pd

Yang dimaksud dengan pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari

pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini

bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah

yang tersumbat.

Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu

pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah

keluar dari dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung

dari jenis pembuluh darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri

(pembuluh nadi), maka darah memancar dan berwarna merah terang. Jika yang

rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan

berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh

rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang.

Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi

daerah di sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat

diidentifikasi dengan adanya memar pada korban.

Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan dalam. Pada

pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga

dalam tubuh, seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari

tanda-tanda pada korban, seperti:

- setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda-tanda

pendarahan

- tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola

Page 17: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

- lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah

Pengendalian pendarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan

tingkat pendarahannya. Untuk pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa

diberikan antara lain:

- tekan langsung pada cidera

Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa

saat, sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini

dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak

terlalu dalam).

- elevasi

Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah

dibalut) sehingga lebih tingggi dari jantung. Apabila darah masih merembes,

diatas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan

yang pertama.

- tekan pada titik nadi

Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju

bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal

artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery

(di pangkal leher, dekat tulang selangka), brachial artery (di lipatan siku),

radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha),

popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan

dorsalis pedis artery (di punggung kaki).

- Immobilisasi

Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang

luka. Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian yang luka

Page 18: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

tersebut menurun.

- tourniquet

Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan pendarahan di tangan atau

kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada

kemungkinan amputasi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat

kuat sehingga darah tidak bisa mengalir. Dahi korban yang mendapat

tourniquet harus diberi tanda silang sebagai penanda dan korban harus

segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Jika

korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa

membusuk.

Berbeda dengan pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada

korban yang mengalami pendarahan dalam adalah sebagai berikut:

- rest

Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin.

- ice

Bagian yang luka dikompres es hingga darahnya membeku. Darah yang

membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi

dan metabolisme tubuh.

- commpression

Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses

penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah.

- elevation

Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.

Page 19: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Syok

Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M.Pd

Syok adalah peristiwa gagalnya pengiriman darah ke organ vital. Peristiwa ini

dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

- kegagalan jantung dalam memompa darah

- korban kehilangan banyak darah

- dilatasi pembuluh darah yang luas

- dehidrasi

Korban yang syok dapat diketahui dengan mudah. Tanda-tandanya adalah

sebagai berikut:

- nadi cepat dan lemah

- nafas cepat, dangkal, dan tidak teratur

- kulit pucat, dingin, dan lembab

- wajah pucat dan sianosis (bibir membiru)

- pupil mata melebar

- status mental berubah (gelisah, mual, haus, pusing, ketakutan, dan lain-

lain)

Page 20: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Meskipun tidak tergolong darurat, tapi penderita syok perlu segera mendapat

perawatan. Perawatan yang bisa diberikan antara lain:

- bawa ke tempat yang aman

- tidurkan dengan tungkai lebih tinggi

- longgarkan pakaian penderita

- pertahankan suhu tubuh dengan memberi selimut, jaket, atau barang

yang lain

- tenangkan penderita

- pertahankan jalan nafas

- kendalikan pendarahan dan rawat cidera, bila ada

- beri oksigen, bila ada

- jangan diberi makanan dan minuman

- periksa tanda vital secara berkala

- rujuk ke rumah sakit terdekat

Page 21: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Metode Baru Resusitasi Jantung Paru Oleh : dr. Hamidie Ronald, M.Pd

Metode Baru Resusitasi Jantung ParuSetiap menit terdapat sekitar 4-6 orang

meninggal didunia karena serangan jantung. Dan sangat disayangkan jika

seseorang tiba-tiba meninggal, yang tadinya kelihatan segar bugar,dengan kata

lain jantungnya sangat sehat tiba-tiba tidak lagi berdenyut

Jantung sekonyong-konyong berhenti berdenyut (cardiac arrest) serta paru-paru

berhenti bernapas (apnoe), atau seseorang tiba-tiba pingsan atau tidak sadarkan

diri, seharusnya kita yang berada disekitarnya segera memberikan bantuan

sesuai standar prosedur medis yang berlaku, sehingga nyawa yang

bersangkutan dapat tertolong dalam artian sembuh sempurna seperti sediakala.

Biasanya jika seseorang tiba-tiba pingsan, suasana jadi panik, apalagi jika yang

pingsan itu orang penting, maka banyak orang akan beramai-ramai memberikan

pertolokngan dengan cara masing-masing, ada yang berteriak, menangis sambil

memeluk korban sehingga menghalangi jalan napas, ada yang memijat ibu jari

kaki sekuat tenaga sambil komat-kamit, ada yang berdoa menurut agama

masing-masing, ada yang memberi minum, dan yang lebih rumit lagi sebagian

besar berkerumun disekitar kornban sambil berdesakan hanya sekedar pengin

tahu apa kejadian sebenarnya, Pada hal jika lebih dalam 5 (lima) menit aliran

darah keotak terhenti maka akan terjadi kerusakan permanen diotak. Dan

keberhasilan Bantuan hidup dasar sangat menentukan keberhasilan batuan

hidup lanjut (Advance Cardiac Life Support/ACLS).

Seharusnya hanya ada satu komando. Timbul pertanyaan siapa yang menjadi

komandan ?,, dalam hal ini yang menjadi komandan adalah mereka yang pernah

mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar (Basic Life Support/BLS) dan

bantuan hidup lanjut (Advance Cardiac Life Support/ACLS).

Di luar negeri, biasanya mereka yang terlatih dan punya verifikasi terbaru akan

menawarkan diri sambil mengacungkan tangan ;saya resusitator siap jadi

komandan , maka yang lain mempersilakan yang bersangkutan menjadi

Page 22: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

komandan resusitasi dan semua instruksi dan perintah berada dibawah satu

komando yang bersangkutan.?. Bagaimana ditemapat kita.??, masih jauh dari

harapan, disamping jumlah anggota masyarakat masih sangat sedikit yang telah

mengikuiti pelatihan bantuan hidup dasar(BLS), disamping itu juga ada rasa

ewoh pekewoh, rasa sungkan, rasa takut salah dan sebagainya. Siapa yang

boleh mengikuti pelatihan BLS?, mereka adalah, dokter, perawat, polisi, tentara,

satpan, mereka yang berhubungan banyak dengan orang banyak seperti; sopir,

kondektur, pilot, pramugari, sekretaris, pemadam kebakaran, anggota DISHUB,

guru, dosen, peltih senam dan lain sebagainya.

Berikut adalah protokol terbaru

bantuan hidup dasar (Basic Life Support/BLS). Resusitasi jantung paru (RJP)

merupakan teknik dasar untuk penyelamatan jika terdapat korban yang

mengalami henti jantung mendadak (cardiac arrest) atau henti napas (apnoe).

Jika jantung atau napas berhenti mendadak maka akan terjadi gangguan sel

otak atau iskemia dan apa bila lebih dari 5 menit akan terjadi kematian sel otak

permanen (irreversible). Apa yang dilakukan jika menemukan seorang korban

diduga henti jantung atau henti napas mendadak.

Langkah-langkah berikut perlu dilakukan.

- Penolong Jangan panik !!!

- Bawa korban ketempat yang tenang/aman/nyaman. (hati-hati jika ada

trauma/patah dileher, atau bagian tubuh lainnya.

- Periksa apakah pasien sadar, dengan memanggil pasien,.. pak bangun pak

bapak ada apa..?, sambil menepuk bahu, atau lengan korban, kalau dia tidak

sadar.. maka

- Minta bantuan orang disekitar untuk menelpon ambulance atau kendaraan

transportasi ke rumah sakit.

Page 23: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

Kemudian kita melakukan 3 prinsip dasar yang dikenal dengan istilah ABC yaitu

Airway (jalan napas), B.. Breathing (napasnya). C. circulation, aliran darah atau

denyut nadi/denyut jantung.

Langkah A. Airway (jalan napas).

Periksa jalan napas korban sebagai berikut : membuka mulut korban, masukkan

2 jari (biasanya jaritelunjuk dan jari tengah), lihat apah ada benda asing,

darah,(bersihkan), lidah yang jatuh kebelakang(drop), menutpi jalan napas.

Letakkan tangan penolong diatas kening korban dan tangan yang lain didagu

korban , tengadahkan/dongakkan kepala korban (Head tilt chin lift), Jika kita

mencurigai adanya patah atau fraktur tulang leher/servikal, maka pakai cara

lalu buka jalan napas.

Berikutnya Langkah B. Breathing.(Napas korban).

Periksa napas koban selama 5 detik, paling lama 10 detik dengan cara : Lihat,

rasakan dengarkan (look-feellisten). (Letakkan pipi penolong didepan mulut

korban, sambil melihat dan merasakan adanya napas korban yaitu naikturunnya

dada, jika tidak ada napas, atau bernapas tapi tidak adekuat berikan napas

buatan dari mulut pemolong kemulut korban (mouth to mouth ventilation),

dengan menutup/memencet hidung korban, sampai terlihat dada korban

naik/ekspansi, selama 1 detik( jangan berikan napas terlalu cepat dan volume

terlalu banyak. pemberian napas tersebut sebanyak 2 kali dengan jarak antara

pemberian napas selama 5 detik.

Berikutnya langkah C. Circulation.

Periksa denyut nadi karotis, (sebelah kanan atau kiri jakun), dengan 2-3 jari

selama 5 detik jangan lebih dari10 detik.Jika ada denyut nadi, maka korban

Page 24: Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M - Web UPI Official

hanya henti napas, maka lanjutkan resusitasi paru, berikan napas mulut ke mulut

sampai 1 menit (12 kali), sampai napas spontan (satu siklus).

Jika denyut nadi tidak ada, maka lakukan kompresi jantung ( resusitasi jantung

paru) dengan meletakkan telapak tangan ditulang dada (sternum) jari-jari tangan

kanan saling mengait/mengunci, 2-3 jari diatas tulang muda(prosesus sipoideus),

atau sejajar puting payudara, kedua bahu penolong sejajar, tegaklurus, sehingga

waktu melakukan kompresi disertai bantuan berat badan penolong dan lakukan

kompresi jantung dengan kedalaman 4-5cm sebanyak 30 kali kompresi (dulu

15, sekarang 30 kompresi), apakah penolong 1 atau 2 orang tetap 30 kali setiap

siklus. Hali ini dilakukan sebanyak 4 siklus (kurang lebih 100 kali kompresi setiap

menit. Setelah 4 siklus, cek kembali kesadaran korban, jalan napas korban,

apakah sudah ada napas dan nilai denyut arteri karotis. Setelah 2 menit

sebaiknya penolong atau bagian kompresi digantikan oleh penolong lain untuk

menjaga kwalitas kompresi dan juga kelelahan penolong.

Lakukan hal tersebut diatas sambil datangnya ambulance atau alat AED

(automated external defibrillator) untuk selanjutnya dilakukan Resusitasi jantung

paru lanjutan (ACLS/advance cardiac life support).