perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id skripsi media dan ... · critical discourse analysis was a...

161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI MEDIA DAN WACANA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN (Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Wacana Pendidikan Pondok Pesantren Yang Direpresentasikan Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi) Diajukan Sebagai Tugas Akhir dan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : Sulis Dian Martanti D 1208619 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 15-Mar-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI

MEDIA DAN WACANA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

(Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Wacana Pendidikan Pondok Pesantren

Yang Direpresentasikan Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi)

Diajukan Sebagai Tugas Akhir dan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh : Sulis Dian Martanti D 1208619

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

MEDIA DAN WACANA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

(Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Wacana Pendidikan Pondok Pesantren

Yang Direpresentasikan Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi)

Disusun Oleh :

SULIS DIAN MARTANTI

NIM : D 1208619

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II untuk diuji dan

dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof.Drs. H. Pawito, Ph.D. Mahfud Anshori, S.Sos. M.Si

NIP. 19540805198503 1 002 NIP. 19790908 200312 1 001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Negeri Sebelas Maret

Surakarta.

Pada hari : ...............................

Tanggal : Maret 2011

Dewan Penguji:

1. Dra. Prahastiwi Utari. M.Si,Ph.D ( )

NIP. 19600813198702 2 001

2. Drs. Hamid Arifin. M.Si ( )

NIP. 19600517198803 1 002

3. Prof.Drs. H. Pawito, Ph.D. ( ) NIP. 19540805198503 1 002

4. Mahfud Anshori, S.Sos. M.Si ( ) NIP. 19790908 200312 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Negeri Sebelas Maret

Surakarta

Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 19530128 198103 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Dan berperanglah kamu di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya

Allah Maha Mendengar lagi Mengetahui

-QS: Al-Baqarah ayat 244-

Success is how high you bounce when you hit bottom.

- George Smith Patton –

Seandainya aku tahu yang kita lakukan itu salah, maka itu tidak akan

disebut penelitian, bukan?

- Albert Einstein -

Sesiapa yang harinya lebih baik dari hari kemarinnya maka dia seorang

yang beruntung, dan sesiapa yang harinya seperti hari kemarinnya maka

dia seorang yang merugi. Dan barang siapa yang harinya lebih buruk dari

hari kemarinnya maka dia seorang yang tercela.

- Pondok Modern Gontor-

Cara untuk Bisa, ya Lakukanlah !

- Sulis Dian Martanti -

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Untuk Mu ya Rabb... Ucap syukur atas rahmat dan karunia Mu..

Untuk Bapak dan ibu Tercinta

Terima kasih atas untaian doa, kasih sayang dan dukungan yang tak

pernah berhenti mengalir selama ini.

My Sister Family (Bowo&Susi, Dhila, Gilang)

My Brothers (Alek dan Andi)

Terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini ..

Kalianlah senyum dan warna di keluarga kita ...

untuk Zai

Terima kasih atas cinta, dukungan dan kesetiannya..

Zai’s Family (Tanwir&Rifatun, Mudika, Faruq)

Terima kasih atas kehangatan keluarga, cinta dan kasih sayang serta

do’a kalian semua.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,

dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi dengan judul Wacana Pendidikan Pondok Pesantren Gontor

(Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Teks Novel Negeri 5 Menara

karya Ahmad Fuadi dalam Wacana Pendidikan Pondok Pesantren Gontor) ini

merupakan sebuah karya sederhana yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.

Namun demikian penulis berharap penulisan ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi yang membacanya.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Drs. H. Pawito,

Ph.D. sebagai dosen pembimbing pertama dan Mahfud Anshori, S.Sos. M.Si, sebagai

pembimbing kedua atas waktu, perhatian dan diskusi-diskusi yang dicurahkan untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Drs. H. Supriyadi, SN. SU, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Prahastiwi Utari. M.Si,Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

3. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si, Sekretaris Non Reguler Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Nora Nailul Amal, S.Sos. M.MLED, Hons. Selaku pembimbing akademik penulis.

5. Dra. Prahastiwi Utari. M.Si,Ph.D dan Drs. Hamid Arifin. M.Si selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

6. Seluruh Dosen, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.

7. Ahmad Fuadi, sebagai penulis dari novel Negeri 5 Menara.

8. Keluarga tercinta, Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku yang senantiasa

memberikan dukungan kepada penulis selama ini.Teman-teman seperjuangan

Suci, Wira, Santri, Ika, Fira, Arum, Widha, Mira, Irindra dan Sahabat-sahabat

Upik, Army, Albert, Dauf, Destri, Bella, Serly, Bowo, Lea. Dan yang tidak dapat

tersebut satu persatu, Terima kasih atas dukungan, semangat dan persahabatan

yang indah

9. Dan seluruh pihak yang membantu terselesaikannya penulisan ini.

Surakarta, Maret 2011

Penulis,

Sulis Dian Martanti

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................i

PERSETUJUAN ................................................................................................ii

PENGESAHAN ..................................................................................................iii

MOTTO .............................................................................................................iv

PERSEMBAHAN ..............................................................................................v

KATA PENGANTAR ........................................................................................vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................xi

ABSTRAK ..........................................................................................................xii

ABSTRCT ...........................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

B. Perumusan Masalah .................................................................................11

C. Tujuan Penelitian .....................................................................................11

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................12

E. Telaah Pustaka .........................................................................................12

F. Kerangka Kerja Penelitian .......................................................................45

G. Konsep..................................................................................................... 46

H. Metodologi Penelitian ..............................................................................47

1. Pendekatan Penelitian .......................................................................47

2. Paradigma Penelitian ........................................................................51

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

3. Sumber Data......................................................................................55

4. Analisis Data .....................................................................................55

BAB II PONDOK PESANTREN GONTOR DAN SEJARAH

PERKEMBANGANNYA................................................................................. 59

A. Pondok Modern Darussalam Gontor .......................................................59

B. Latar Belakang Terbentuknya ..................................................................60

C. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Gontor ...................................66

1. Pondok Tegalsari .................................................................................66

2. Pondok Gontor Lama ...........................................................................69

3. Berdirinya Pondok Gontor ...................................................................71

4. Pembukaan Tarbiyatul Athfal, 1926 ....................................................72

5. Pembukaan Sullamu-l-Muta'allimin, 1932 ..........................................73

6. Pembukaan Kulliyyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyyah,1936...................75

D. Kepemimpinan Generasi Pertama...........................................................79

1. Terciptanya "Hymne Oh Pondokku" dan Peringatan 15 Tahun......... 78

2. Masa Penjajahan Jepang...................................................................... 79

3. Perang Merebut Kemerdekaan dan Pemberontakan PKI 1948.......... 80

4. Pembentukan IKPM dan Pembentukan YPPWPM............................ 81

5. Peringatan Seperempat Abad, Peringatan Empat Windu

dan Pewakafan Pondok.................................................................... 81

6. Pembukaan Perguruan Tinggi Pesantren............................................ 82

7. Peringatan Lima Windu dan Peristiwa Sembilan Belas Maret.......... 83

8. Kesyukuran Setengah Abad dan Peresmian Masjid Jami’................. 84

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

E. Kepemimpinan Generasi Kedua............................................................. 84

1. Pembentukan PLMPM....................................................................... 85

2. Peringatan Delapan Windu dan Peringatan 70 Tahun....................... 86

3. Pendirian Pondok-Pondok Cabang.................................................... 86

F. Estefet Kepemimpinan Pada Generasi Kedua........................................ 87

1. Pendirian Gontor 6 Darul Qiyam Magelang....................................... 87

2. Kampus Gontor Putri 2....................................................................... 87

3. Gontor buka cabang di Kendari.......................................................... 88

4. Kampus Gontor Putri III di Karangbanyu.......................................... 88

BAB III PESAN PENDIDIKAN DALAM NOVEL: TEKS DAN KONTEKS

SITUASI............................................................................................................. 90

A. Analisis Model Halliday......................................................................... 93

1. Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Gontor ................ 93

2. Metode pendidikan dalam praktek pengajaran........................... 98

3. Disiplin....................................................................................... 106

4. Keteladanan sebagai bentuk dari motivasi................................. 112

BAB IV IDEOLOGI DALAM KATA DAN KALIMAT:

MODEL ROGER FOWLER DKK................................................................ 118

A. Kosakata.................................................................................................. 119

B. Hasil Analisis Model Roger Fowler dkk................................................ 122

1. Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Gontor .........................123

2. Metode pendidikan dalam praktek pengajaran................................... 128

3. Disiplin................................................................................................132

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

4. Keteladanan sebagai bentuk dari motivasi......................................... 134

BAB V PENUTUP............................................................................................ 139

A. Kesimpulan ...............................................................................................139

B. Saran .........................................................................................................144

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................146

LAMPIRAN........................................................................................................151

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Sulis Dian Martanti, Wacana Pendidikan Pondok Pesantren Gontor (Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Teks Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dalam Wacana Pendidikan Pondok Pesantren Gontor ) ABSTRAK-Atas dasar pemikiran teoritikal, metodologi, serta metode yang mendiami ranah paradigma teori-teori kritis, penelitian yang berjudul “Wacana Pendidikan Pondok Pesantren Gontor (Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Teks Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dalam Wacana Pendidikan Pondok Pesantren Gontor ) merupakan sebuah tipe analisis wacana. Penelitian ini mencoba memahami bagaimana praktek ideologi dilibatkan, di propagandakan dan menjadi wacana budaya baru di dalam suatu struktur sosial yang dijalankan dan direproduksi melalui teks novel. Dengan asumsi epistemologis bahwa pemahaman kepada suatu realitas selalu di jembatani oleh nilai-nilai tertentu (value mediated finding), maka tipe analisis wacana yang dipakai, yaitu Critical Discourse Analysis. Analisis ini berdiri di atas pendekatan subjektif, yang memiliki bahwa realitas dan atau pengetahuan sosial tidak memiliki sifat yang obyektif, melainkan interpretatif. Penggunaan tiap bahasa dianggap mengandung pesan tersembunyi (laten), serta cenderung membawa konsekuensi ideologis komunikatornya. Analisis wacana kritis bersifat holistik dan subyektif. Analisis wacana kritis, berupaya melihat nilai-nilai yang mendasari pernyataan seorang komunikator. Nilai-nilai itu yang menjadi moral concern analisis wacana kritis, sekaligus menjadi dasar aksiologis lewat prinsip-prinsip emansipatoris, kritik, transformasi, atau pun penguat sosial. Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang wacana Pendidikan Pondok Pesantren Gontor dalam Teks Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Fokus pernyataannya adalah bagaimana Ahmad Fuadi mengkonstruksikan wacana tersebut dalam bangunan kata dan kalimat. Serta bagaimana bahasa dan simbol yang digunakan dalam merepresentasikan maksud dari novel. Tiap kata dan kalimat yang dipergunakan dimaknai menunjukkan sebuah praktek ideologi.

Hal ini mengacu pada analisis yang ditawarkan Roger Fowler dkk. Dalam novel ini terdapat wacana-wacana yang muncul seperti Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, Metode pendidikan dalam praktek pengajaran, Disiplin, dan Keteladanan sebagai bentuk dari motivasi. Setelah dianalisis dengan CDA model Fowler dkk.diperoleh hasil bahwa kata-kata dan kalimat yang di pakai oleh Ahmad Fuadi, dalam bercerita cenderung atau bahkan lebih berpihak pada pendidikan yang diajarkan di Pondok Pesantren Gontor. Fuadi menceritakan bagaimana kurikulum yang jauh berbeda dengan sekolah umum, dengan metode-metode pengajaran yang lebih intensif, disiplin tinggi dan dengan memberikan motivasi dan atau keteladanan seta dukungan penuh terhadap pendidikan dalam kata-kata dan kalimat provokatif, persuasif, propagandis, dan subyektif. Disebabkan Fuadi mempunyai latar belakang pernah belajar dan nyantri di Pesantren Gontor. Dengan hasil yang di perolehnya sekarang dan pencapaian ilmu yang terus mengalir yang sangat bermanfaat dalam berbagai kehidupannya. Disinilah, bentuk praktek ideologi pengarang telah bermain.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Sulis Dian Martanti, Wacana Pendidikan Pondok Pesantren Gontor” (A Critical Discourse Analysis of the Text Novel Negeri 5 Menara of Ahmad Fuadi at Educational Discourse in Gontor Boarding Schools) ABSTRACT- Based on theoretical of thinking, methodologies, and all methods that has inhabited at realm of critical theory paradigm, a study titled "WACANA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN GONTOR” (a Critical Discourse Analysis at Novel Negeri 5 Menara’s text that has wrotten by Ahmad Fuadi at the Educational Discourse on Gontor Boarding Schools) as an analysis discourse. This research attempts to understood how the practical involved ideology, propagated to be a new cultural discourse within at social structure and be reproduced through the novel text.

With the epistemological assumption to understanding a reality that always bridged by certain values (value mediated finding), Critical Discourse Analysis type had used as the discourse analysis. This analysis has been stand upon a subjective approach, which has reality and social science without an objective nature, but interpretative. The language usage deemed contain a hidden message (latent), and tended the ideological consequences to the comunicators.

Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values that being to be foundation statement of a communicator. These values are the morality concern of critical discourse analysis, as well as the basic axiological through emancipatory principles, critique, transformation, or even social reinforcement. This study raised issues about the Islamic Educational discourse at Novel Gontor Negeri 5 Menaras Text of Ahmad Fuadi. The focus of the statement is how Ahmad Fuadi construct discourse at words building and sentences. And how language and symbols used to representing the intention of novel. Each word and sentence that use to interpreted show an ideological practice.

This refers to the offered analysis by Roger Fowler et al. In this novel there are discourses that emerged as the educational curriculum at the Gontor boarding house, educational methods to teach, discipline, and Modeling as a motivation form. After the analyzed by Fowler et al CDA model, it showed that the words and phrases that used by Ahmad Fuadi in his story was tell or even more likely to the educational side that is taught at Gontor Boarding School. Fuadi was telling how the curriculum has much different from public schools, with teaching methods that more intensive, high discipline and to provide motivation with an exemplary with the support to the educational in words and sentences provocate, persuade, propaganded, and subjective. It’s caused that Fuadi has backgrounds education and “nyantri” at Gontor. With his obtained results with the achievement of science that continues and flew was usefully in a variety of his life. Here, the ideological form practices of the author has been played.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pendidikan di Indonesia pada kenyataannya masih

tertinggal dengan negara-negara maju dalam dunia internasional. Ini dapat

dibuktikan dengan sampai saat ini pendidikan di Indonesia masih belum diakui

keunggulannya di wilayah Asia Tenggara sekalipun.1 Menurut survey Political

and Economic Risk Consultan (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada

pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia. Data yang dilaporkan The World

Economic Forum Swedia (2000), Indonesia mempunyai daya saing yang rendah,

yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei dunia. Masih

menurut survey dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai

pengikut bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di Indonesia.2

Pendapat para pakar, mulai dari Jules Simon, Pestalozzy, Herbart

Spencer, Sully, John Dawey, Mj, Langeveld, William Chandler Bugle, Ki Hajar

Dewantoro, dan sebagainya. Dalam mendefinisikan pendidikan sangatlah beragam

mengingat berbedanya latar belakang mereka dan orientasi tujuan yang dimaksud.

Namun demikian, mereka sepakat bahwa obyek dari penelitian itu adalah

1 Satiadarma,Monty P. Pendidikan Kreativitas ataukah Pendidikan Moral? Dalam jurnal PROVITAE, Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia Vol.1, No.1 tahun 2004, hal 3 2 Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 136.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The primary Years program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dalam kategori The Diploma Program(DP). Dapat dilihat di www.khilafah1924.org

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

manusia, dilaksanakan secara sengaja dan penuh tanggung jawab, serta memiliki

tujuan jelas.3 Dalam dunia pendidikan terjadi juga pergulatan simbol-simbol sebab

menurut Kuntowijoyo, sebuah simbol tidak dapat dipisahkan dari struktur sosial,

gaya hidup, sosialisasi, agama, mobilitas sosial, organisasi kenegaraan, dan

seluruh perilaku sosial.4 Salah satu wilayah dunia simbolik yang tidak lepas dari

dunia pendidikan sekaligus sebagai media transformasi adalah bahasa. Bahasa

dalam dunia pendidikan yaitu sebagai pengantar komunikasi. Sepanjang yang

berkaitan dengan keefisienan komunikasi, bahasa apapun dapat dipakai dan

seperti halnya dengan penyelenggaraan pemerintahan. Tidak menjadi masalah

apakah bahasa itu berasal dari luar wilayah negara ataupun bahasa setempat.5

Di Indonesia sistem pendidikan Islam sudah berkembang sejak berabad-

abad pertama Islam datang ke Indonesia. Sejalan dengan tumbuhnya berbagai

macam kesadaran lain di kalangan umat Islam di seluruh dunia, di Indonesia

tumbuh pula kesadaran yang mendalam untuk mencari suatu sistem pendidikan

Islam baru yang dapat membantu umat untuk mencapai tujuannya sebagai hamba

Allah dan terhindar dari himbauan atau perangkap Sekularisme, kemusyikkan dan

keterbelakangan. Hal itu merupakan usaha lanjutan yang terus menerus

disempurnakan sejak beberapa abad yang lalu. Bisa dilihat perubahan dari sistem

3 Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha secara sengaja untuk mempersiapkan anak didik dengan menumbuhkan kekuatan kepribadiannya baik jasmani maupun rohani agar kelak menjadi manusia dewasa yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakatnya, serta dapat hidup bahagia. Dapat dilihat dalam buku Sasono,Adi. Solusi Islam atas Problematika Umat (Ekonomi, pendidikan, dan Dakwah) Jakarta: Gema Insani, cet I, 1998: 122-123) 4 Kasiyanto, Analisis Wacana dan Teoritis Penafsiran Teks, dalam Burhan Bungin (ed.), Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: Rajagrafindo, 2005:150) 5Purwo, Bambang Kaswanti ,Kajian serba Linguistik: Untuk Anton Moeliono pereksa bahasa,cet.I, Jakarta; Gunung Mulia, 2000 hal.53-56

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pendidikan pesantren ke sistem pendidikan madrasah dan dari sistem pendidikan

sekolah Islam termasuk sistem pendidikan agama islam di sekolah-sekolah umum.

Sementara sistem pendidikan pesantren tetap berjalan yang seringkali

berdampingan baik dengan sistem pendidikan madrasah atau sistem pendidikan

sekolah Islam dalam satu kampus.6 Pengaruh masyarakat santri terhadap

masyarakat Indonesia masih kuat, baik dalam peran pesantren sebagai pusat

tarekat7 maupun pendidikan anak-anak.

Sebagaimana diuraikan Thomas Arnold dalam bukunya The Preaching of

Islam, sistem pendidikan di Indonesia sudah berkembang sejak abad-abad pertama

Islam datang ke Indonesia sekitar 614M. Seperti halnya di negara-negara lain,

sistem pendidikan Islam dalam perkembangannya sangat di pengaruhi oleh aliran

atau paham keislaman maupun oleh keadaan dan perkembangan sistem

pendidikan Barat. Pengaruh sistem pendidikan Barat terhadap sistem pendidikan

Islam terbukti mengakibatkan tidak hanya pendidikan Islam tidak lagi berorientasi

sepenuhnya pada tujuan Islam (yaitu membentuk manusia takwa yang

melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah) tetapi juga

tidak mencapai tujuan pendidikan Barat yang bersifat sekuler.8

Jarang yang mau mengakui dengan jujur, sistem pendidikan kita adalah

sistem yang sekuler-materialistik. Biasanya yang dijadikan argument adalah UU

Sisdiknas no.29 tahun 2003 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi, “ Pendidikan nasional

bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang

6 Feisal, Jusuf Amir.Reorientasi Pendidikan Islam, cet. I, Jakarta: Gema Insani, 1995 hal.112-114 7 Lihat di Howe II, Julia Day (2001) Sufism and the Indonesia Islamic Revival, di Journal of Asian Studies. Vol.60.no.3(Aug.),hl.701-729.khususnya hl.33,50. 8 Ibid hal.115

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi

warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan

masyarakat dan tanah air”. Namun diakui atau tidak, sistem pendidikan kita

adalah sistem pendidikan yang sekuler-materialistik. Hal tersebut dapat dibuktikan

antara lain pada UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang

dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi: Jenis

pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi,

keagamaan, dan khusus.9

Sistem pendidikan pesantren ketika dinilai melalui parameter modernisasi

selalu di pandang negatif karena terlalu mempertahankan tradisi dan kurang

tanggap terhadap perkembangan dan perubahan zaman. Tetapi, belakangan ini

aspek tertentu yang secara jujur diakui sebagai kelebihan pesantren. Pesantren

adalah sistem pendidikan yang tumbuh dan lahir dari kultur Indonesia yang

bersifat indigeous. Lembaga inilah yang dilirik kembali sebagai model dasar

pengembangan konsep pendidikan (baru) Indonesia. Pesantren dengan demikian

mulai diperhatikan dari multi perspektif sehingga tidak selalu dinilai negatif. Ada

9 Dari pasal tersebut tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umu. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia salih yang berkepribadian Islam sekaligus mampu mejawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi. Perlu diingat juga sekularis itu tidak otomatis selalu anti agama. Tidak selalu anti “iman” dan anti “taqwa”. Sekularisme itu hanya menolak peran agama untuk mengatur kehidupan public, termasuk aspek pendidikan. Jadi, selama agama hanya menjadi masalah privat dan tidak dijelaskan asas untuk menata kehidupan publik seperti sebuah sistem pendidikan, maka sistem pendidikan itu tetap sistem pendidikan sekuler, walaupun para individu pelaksana sistem itu beriman dan bertaqwa (sebagai pelaku individu. Dapat dibaca di www.khilafah1924.org

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

segi-segi kelemahan sistem pendidikan pesantren sehingga harus dikritik, tetapi

ada juga kelebihan-kelebihan tertentu yang perlu ditiru bahkan dikembangkan.10

Pondok atau asrama, meskipun dalam batas tertentu ada perbedaannya

secara mendasar dapat memberikan alternatif dalam proses pembelajaran bila

diberdayakan secara optimal, sehingga menjadi kecenderungan sekolah-sekolah

uggulan. Kehidupan pondok atau asrama memberikan berbagai manfaat antara

lain interaksi antara murid dengan guru bisa berjalan secara intensif, memudahkan

sesama murid yang memiliki kepentingan sama dalam mencari ilmu,

menimbulkan stimulasi belajar. Dan memberi kesempatan bagi pembiasaan

sesuatu.11

Pada manfaat pemberian kesempatan bagi pembiasaan sesuatu ini, pondok

atau asrama terbukti menjadi sasaran yang efektif bagi penerapan pembiasaan

sesuatu kegiatan seperti pembentukkan lingkungan bahasa (bi’ah lughawiyah).

Hal itu pula yang diajarkan di pesantren Gontor, Jawa timur. Kebesaran Gontor

sebagai sebuah lembaga pendidikan bukan hanya karena besarnya bangunan,

bukan pula besarnya area yang dimiliki atau karena kebesaran para pemimpinnya.

Akan tetapi, kebesaran Pondok Pesantren Modern Gontor dikarenakan kebesaran

para alumninya yang menyebar ke berbagai sudut wilayah di Indonesia, bahkan

mancanegara. 12

Kemasyurannya bahkan sampai keluar Indonesia. Namun, tidak banyak

orang yang mengetahui rahasia dibalik kebesaran pondok pesantren Modern yang

10 Qomar, Mujamil. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002, hal. 81-82 11Qomar, Mujami Ibid hal. 83 12 Sudirman Abbas, Ahmad. Mukjizat Doa & Air Mata Ibu, Jakarta: Qultum Media,2009, hal. 192

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

telah berusia hampir satu abad ini. Hal ini lah yang akan diceritakan oleh Ahmad

Fuadi Penulis Novel Negeri 5 Menara, Alumnus Pondok Modern Gontor dan

George Washington University. Penulis pernah tampil di KickAndy, Metro TV

bulan Mei 2010 dan Tatap Muka TVOne bulan Agustus lalu.13

Novel Negeri 5 Menara menceritakan kisah lima orang sahabat yang

mondok di sebuah pesantren, dan kemudian bertemu lagi ketika mereka sudah

beranjak dewasa. Uniknya, setelah bertemu, ternyata apa yang mereka bayangkan

ketika menunggu Azhan Maghrib di bawah menara masjid benar-benar terjadi.

Ahmad Fuadi yang berperan sebagai Alif di novel itu berkisah, ia tak menyangka

dan tak percaya bisa menjadi seperti sekarang ini.

Pemuda asal Desa Bayur, Maninjau, Sumatera Barat itu adalah pemuda

desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama seperti yang diinginkan

kedua orangtuanya. Keinginan kedua orangtua Fuadi tentu saja tidak salah.

Sebagai “amak” atau Ibu kala itu, menginginkan agar anak-anaknya menjadi

orang yang dihormati di kampung seperti menjadi guru agama. seperti yang

dikatakan Ahmad Fuadi mengenang keinginan Amak di kampung waktu itu.

“Mempunyai anak yang sholeh dan berbakti adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa mendoakan kedua orangtuanya mana kala sudah tiada,”

Namun ternyata Fuadi alias Alif mempunyai keinginan lain. Ia tidak ingin

seumur hidupnya tinggal di kampung. Ia mempunyai cita-cita dan keinginan

untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah

tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Semangatnya

13 http://negeri5menara.com

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dicoba ditularkan kepada para pembaca dengan bukti dituliskannya kata-kata

mutiara yang dapat membuka wawasan di halaman awal novelnya, Seperti yang

dikutipkannya kata mutiara dari ulama Imam Syafii’ berikut,

Orang Berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Merantaulah, kau akan mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan Berlelahlelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang Aku melihat Air mengalir menjadi rusak karena diam tertahan Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang Biji emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa Jika didalam lautan14

Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk diwujudkan. Kedua

orangtuanya bergeming agar Fuadi tetap tinggal dan sekolah di kampung untuk

menjadi guru agama. Namun berkat saran dari ”Mak Etek” atau paman yang

sedang kuliah di Kairo, akhirnya Fuadi kecil bisa merantau ke Pondok Madani,

Gontor, Jawa Timur. Dan disinilah cerita kemudian bergulir. Ringkasnya Fuadi

kemudian berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani,

Dulmajid alias Monib, Baso alias Ikhlas Budiman dan Said alias Abdul Qodir.

Kelima bocah yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gontor ini setiap

sore mempunyai kebiasaan unik. Menjelang Azan Maghrib berkumpul di bawah

menara masjid sambil melihat ke awan. Dengan membayangkan awan itulah

14 Fuadi , Ahmad. Negeri 5 Menara, Jakarta: Gramedia, 2009

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

mereka melambungkan impiannya. Misalnya Fuadi mengaku jika awan itu

bentuknya seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak

lulus nanti. Begitu pula lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab

Saudi, Mesir dan Benua Eropa. Melalui lika liku kehidupan di pesantren yang

tidak dibayangkan selama ini, ke lima santri itu digambarkan bertemu di London,

Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka kemudian bernostalgia dan saling

membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid

Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.

Belajar di pesantren bagi Fuadi ternyata memberikan warna tersendiri bagi

dirinya. Ia yang tadinya beranggapan bahwa pesantren adalah konservatif, kuno,

”kampungan” ternyata adalah salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar

menjujung disiplin yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung

jawab dan berkomitmen. Di pesantren mental para santri itu ”dibakar” oleh para

ustadz agar tidak gampang menyerah. Setiap hari sebelum masuk kelas selalu

didengungkan kata-kata mantera ”Manjadda Wajadda” jika bersungguh-sungguh

akan berhasil.15 Pondok Pesantren Modern Gontor yang pada umumnya

bergantung kepada kebesaran pimpinan atau kyai, Gontor memiliki sistem khusus

dan dasar pengajaran yang disiplin, tegas, dan berdasarkan syariat islam sehingga

mampu mengkader dai yang bermanfaat bagi umat. 16

Buku-buku (baca: novel) sebagai bagian dari media massa berperan dalam

sebuah pembentukan persepsi. Bagaimana pengarang melalui buku mencoba

melakukan konstruksi peristiwa dan kejadian yang telah lampau dimana

15 Sumber Resensi Novel Negeri 5 Menara hasil publikasi di KickAndy.com 16 Sudirman Abbas, Ibid hal 194

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pengarang berada. Pengarang melakukan penciptaan karya sastra, meski dalam

bentuk fiksi atau non fiksi dirinya juga memiliki dimensi pembentukan persepsi

yang berdampak pada pembentukan opini. Buku seperti halnya novel diciptakan

tidak hanya sekedar sebagai sebuah fiksi atau khayali yang tidak mempunyai

kaitan apa-apa dengan dunia realitas atau hanya menjadi sebuah pelarian dari

pengkhayal yang sudah muak dengan keadaan sekitar. Seolah-olah novel tidak

memberikan kontribusi apa pun dalam kehidupan ini; hanya memunculkan dunia

yang di dalamnya tak pernah bisa dianggap logis dan rasional.

Novel tidak bisa dikatakan menjadi representasi yang sempurna dari

realitas. Akan tetapi, novel hidup dalam realitas dan ikut dalam keseluruhan

realitas ini. Meski apa yang diangkat dalam realitasnya adalah sebuah realitas

khayali atau rekaan, itu pun semua bersandar pada realitas yang tak jauh darinya.

Bagaimanapun, pengarang novel tidak langsung bisa melepaskan dunia nyatanya

karena dari sanalah sebuah dunia rekaan atau sebuah karya sastra tampil.

Imajinasi menjadikan dunia nyata terkonstruksi sedemikan rupa, ditambahi atau

pun dikurangi, sehingga lahir dalam sebuah bentuk yang menarik. Validitas fiksi

atas wacana realitas sosial sering diperdebatkan, karena dirinya mengandung fakta

imajiner atau semu. Fakta setelah diramu secara kreatif menjadi tidak faktual pada

wilayah resepsi. Akan tetapi, kehadiran karya sastra dengan begini justru menarik

untuk mempengaruhi segi emosi pembaca.

Ahmad Fuadi sebagai seorang praktisi konservasi, novelis dan wartawan

adalah salah satu pihak yang berkomitmen dalam mengangkat suatu wacana

pendidikan, mencoba mensosialisikan sistem pendidikan podok pesantren kepada

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

publik. Novel pertamanya adalah Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama

dari trilogi novelnya, Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk

berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam

jajaran best seller tahun 2009. Pada tahun 2010 Novel ini menerima penghargaan

Buku dan Penulis Fiksi Terfavorit 2010 dari Anugerah Pembaca Indonesia,

tepatnya yaitu pada bulan desember 2010. Karyanya diterbitkan oleh PT.

Gramedia Pustaka Utama, dengan tebal 423 halaman. Ada ideologi yang diusung

oleh Ahmad Fuadi yang hendak ia propagandakan ke masyarakat terkait dengan

wacana pendidikan podok pesantren yaitu dalam hal ini yang bersinggungan

dengan pesantren Gontor.17 Pendidikan pondok pesantren dalam hal ini pesantren

Gontor fokus pada penanaman nilai-nilai beragama dan keseimbangan dengan

dunia pendidikan baik standarnya pendidikan didalam maupun diluar negri.

Bagaimana pendidikan akan menjadi bekal nantinya dalam pengabdian pada

agama dan masyarakat.

Setelah membaca keseluruhan teks novel tersebut peneliti menemukan

beberapa kategorisasi wacana seperti praktek sistem pendidikan pesantren,

disiplin waktu, metode pengajaran, peran ilmu umum dan ilmu agama dalam

kehidupan sehari-hari dan teladan pantang menyerah dalam bentuk motivasi.

` Dengan bersandar pada uraian di atas, meneliti teks novel Negeri 5

Menara tentunya penting untuk diangkat. Selain peneliti ingin mengetahui pesan

17 Dalam berbagai variannya, wacana mengandung kekuatan untuk memengaruhi kognisi, sikap, pandangan hidup, dan pola perilaku masyarakat, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media indoktrinasi. Van Dijk pernah mengatakan bahwa kemampuan untuk mengontrol wacana dominan berkorelasi positif dengan kemampuan untuk mempengaruhi pemikiran dan tindakan kelompok lain. Wacana yang ada dikatakan Van Dijk sering disalahgunakan untuk menggiring pengetahuan, pikiran, dan pola tindakan suatu masyarakat berdasarkan kepentingan kelompok dominan, dipetik dari Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKiS, 2001:128-129)

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

apa yang ada dibalik teks novel tersebut, peneliti juga ingin menyelidiki

bagaimana wacana-wacana tersebut dikonstruksi dalam kata-kata dan kalimat.

B. Rumusan Masalah

Peneliti tertarik pada wacana Pendidikan di pondok Pesantren Gontor yang

di ceritakan dalam Novel. Oleh karena itu, penelitian ini mempunyai rumusan

masalah:

1. Bagaimana Pendidikan di pondok Pesantren Gontor diwacanakan oleh

Ahmad Fuadi dalam novel Negeri 5 Menara?

2. Bagaimana bahasa yang digunakan oleh Ahmad Fuadi dalam wacana

Pendidikan pondok Pesantren Gontor dalam novelnya yang berjudul

Negeri 5 Menara dan apa fungsi dari bahasa tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Mengetahui bagaimana wacana realitas Pendidikan di pondok Pesantren

Gontor, yang dilakukan Ahmad Fuadi dalam novelnya Negeri 5 Menara.

Strategi representasi ini tentunya bergantung pada diri Ahmad Fuadi.

2. Mengetahui bagaimana representasi bahasa yang digunakan oleh Ahmad

Fuadi dalam mengembangkan wacana Pendidikan di pondok Pesantren

Gontor dalam novelnya yang berjudul Negeri 5 Menara dan apa fungsi

dari bahasa tersebut

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi bidang akademik,

yaitu sebagai salah satu sumbangsih bagi perkembangan ilmu komunikasi

terutama penggunaan metode analisis wacana kritis terhadap karya novel

yang notabene adalah suatu bentuk penyampaian pesan.

2. Dalam bidang praktis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

sumbangan penulisan berkenaan dengan penyampaian pesan-pesan

komunikasi dalam bentuk karya novel bahwa karya novel ternyata

mengandung wacana-wacana tertentu yang ingin disampaikan oleh

penulis/pengarang.

E. Telaah Pustaka

1. Komunikasi Sebagai Proses Pertukaran Makna

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri.

Kehidupan manusia sudah dikodratkan untuk saling bergantung antar manusia

dalam suatu tatanan kehidupan yang disebut kehidupan sosial. Dalam menjalani

kehidupan sosialnya, manusia senantiasa harus berinteraksi satu sama lain. Untuk

itu komunikasi sangat penting untuk menunjang kehidupan sosial masyarakat.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan berasal dari kata communis yang berarti sama.

Komunikasi akan berlangsung dengan lancar apabila terdapat kesamaan

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pengertian antara bentuk komunikasi yang digunakan dan makna yang

dimaksud.18

Dalam studi komunikasi terdapat dua mazhab utama yang sering dijadikan

landasan berpikir para ilmuwan komunikasi dalam meneliti berbagai fenomena

komunikasi. John Fiske, membagi studi Komunikasi dalam dua Mahzab Utama19.

Mahzab pertama melihat komunikasi sebagai suatu transmisi pesan. Fiske tertarik

dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan

menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan

saluran dan media komunikasi.

Fiske melihat komunikasi sebagai suatu proses yang dengannya seorang

pribadi mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek

tersebut berbeda dari atau lebih kecil daripada yang diharapkan, mahzab ini

cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi, dengan melihat tahap-tahap

dalam proses tersebut guna mengetahui dimana kegagalan tersebut terjadi.

Selanjutnya kita akan menyebut mahzab ini sebagai “Mahzab Proses”.20

Sedangkan mahzab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan

pertukaran makna, berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi

dengan orang-orang dalam kebudayaan kita. Fiske menggunakan istilah-istilah

seperti pertandaan (signification), dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai

bukti yang penting dari kegagalan komunikasi––hal itu mungkin akibat dari

perbedaan budaya antara pengirim dan penerima. Bagi mahzab ini, studi

18 Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Penganta, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1999 Hlm 69-71. 19 John Fiske, Cultural and Communication Studies, Yogyakarta, Jalasutra, hlm 8 20 Ibid.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan.21 Mahzab ini

mendefinisikan interaksi sosial sebagai yang membentuk individu sebagai anggota

dari suatu budaya atau masyarakat tertentu.

Lantas, pesan bukanlah sesuatu yang dikirim dari A ke B, melainkan suatu

elemen dalam sebuah hubungan terstruktur yang elemen-elemen lainnya termasuk

realitas eksternal dan produser/pembaca. Memproduksi dan membaca teks

dipandang sebagai proses yang peralel, jika tidak identik, karena mereka

menduduki tempat yang sama dalam hubungan tersetruktur ini. Kita bisa

menggambarkan model struktur ini sebagai sebuah segitiga dengan anak panah

yang menunjukan interaksi yang konstan; struktur tersebut tidaklah statis,

melainkan suatu praktik yang dinamis22. Termasuk juga bagaimana Fuadi

mencoba membangun (komunikator) penyampaian tujuan dari pesan pendidikan

lewat media teks, dalam hal ini novel.

BAGAN 1

Pesan dan Makna

Pesan

Teks

Makna

Produser referent

Pembaca

21 Ibid. hal 9 22 Ibid. hal 11

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Menurut pada mazhab komunikasi produksi dan pertukaran makna di

atas23, penerima atau pembaca teks dipandang memainkan peran yang lebih aktif

dibandingkan dalam kebanyakan model mazhab komunikasi proses yang lebih

menonjolkan pada pihak pengirim pesan teks.

2. Komunikasi dan Novel

Ketika novel lahir kita tidak akan pernah tahu, dirinya mempunyai maksud

apa. Kita tidak pernah tahu apakah pengarang ingin berkomunikasi dengan kita

atau barangkali hanya ingin mengemukakan pemikiran atau gagasan saja, agar

diketahui oleh orang lain. Novel kemudian dibaca dan dimaknai oleh pembaca. Di

sini, baru sebuah karya novel dimengerti dan dipahami akan keberadaan dan

kehadirannya. Peran pembaca yang masuk dalam karya novel cukup besar. Sikap

dan interpretasi pembacalah yang menyebabkan karya novel itu dianggap

melakukan tindak komunikasi, melakukan dialog tentang persoalan atau

pemikiran tertentu.24 Mengadopsi dari pendapat Roman Jakobson, secara

sederhana proses komunikasi yang dilakukan antara pengarang dan pembaca,

dapat digambarkan sebagai berikut:

23 Ibid. H.61. 24Dalam proses komunikasi, kata Onong Uchjana Effendi, seorang komunikator itu menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, di mana pesan itu sendiri terdiri atas pikiran (isi pesan) dan lambang (bahasa). Walter Lippman menyebut isi pesan sebagai “picture ini our head”. Proses “mengemas” atau “membungkus” pikiran dalam bahasa yang dilakukan oleh komunikator disebut encoding, komunikan yang menerima pikiran itu kemudian melakukan decoding. Jika keduanya saling mengerti dengan apa yang disampaikan, itu berarti proses komunikasi telah terjadi, jika seorang komunikan tidak bisa memahaminya berarti komunikasi telah gagal. Prof. Drs. Onong Uchjana Effendi, M.A, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993: 31-32.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

BAGAN 2

Model komunikasi oleh Roman Jacobson25

Buku atau sebuah karya novel diasumsikan sebagai sebuah kerangka

penyampaian pesan dari seorang komunikator (pengirim atau adresser), dalam

media novel di sini yaitu pengarang buku tersebut, kepada komunikan

(penerima/adressee) yaitu diri pembaca secara individu melalui media, yaitu

karya sastra, baik cerpen, novel, maupun puisi, guna mengirim pesan (message).

Agar dapat beroperasi, pesan memerlukan konteks (context) yang diacu. Kode

(code) yang dapat ditangkap sepenuhnya, atau setidaknya sebagian, dikenal oleh

pengirim dan penerima (atau pada yang memberi kode pesan dan yang diberikan

kode pesan). Akhirnya sebuah kontak (contact) menghubungi si pengirim dan si

penerima secara fisik atau psikis yang memungkinkan keduanya melakukan

komunikasi.

Novel lahir dari sebuah proses penciptaan atau tindak kreatif. Tindakan

mencipta ini, terkait dengan keberadaan seorang pengarang sebagai “ibu

kandung”-nya. Pengarang menjadi sentral atas karya novel yang lahir, dari situ

mewujud bagaimana teks-teks novel mentransformasikan atas apa yang menjadi

25 Kurniawan, Op.Cit., hal. 19.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

arah dan tujuan pengarang. Tidaklah mungkin sesuatu karya lahir tanpa tujuan

atau tanpa ambisi tertentu. Seperti pendapat Vollsinov Pengarang dianggap

sebagai pembawa perspektif tertentu atas permasalahan dalam karyanya, sehingga

karya novel hadir tidaklah sebagai sebuah pepesan kosong, buku karyanya adalah

simbol (sign) atas dirinya dan realitas sosial tertentu.

Jika kita kaitkan dalam teori komunikasi, dalam penelitian ini, karya novel

sebagai sebuah buku juga dapat dikategorikan atau diperlakukan layaknya media

massa.26 Jika Denis McQuail dalam Mass Communication Theory: an

Introduction mengatakan bahwa media massa memiliki peran perantara

(mediating) antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi.27

Penelitian terhadap isi buku karya Ahmad Fuadi ini pun atas dasar keyakinan

bahwa isi media merupakan dokumen sosial yang bisa menjadi bukti keadaan

masyarakat dan kebudayaan di mana media tersebut dibuat, para produsen dan

tujuan mereka, termasuk audiens yang dituju dan minat mereka.

Seperti yang dikatakan oleh Charles W. Wright bahwa isi pesan media

massa menarik untuk diteliti karena walau sehari-hari diterpa arus komunikasi,

kita jarang termotivasi untuk menganalisis aspek-aspek berharga dari isi pesan

secara sosiologis.28 Isi media itu sebenarnya kumpulan data yang paling berisi dan

mudah diakses yang bisa memberikan banyak petunjuk tentang masyarakat. Dan

aksesisbilitasnya melewati batas waktu dan adakalanya menyeberangi batas

26 Dalam Denis McQuails, Mass Communication Theory: an Introduction, 2nd edition, terj. Agus Dharma, S.H., M.Ed dan Drs. Aminuddin Ram, M.Ed, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Kedua, (Jakarta: Erlangga: 1987: 9, 22-23) 27 Ibid., hal. 52 28 Indah S. Pratidina, Fakta dalam Fantasi dalam komunitas ruang baca Tempo, tanggal 01-08-2005, diakses melalui search engine: www.google.com.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

negara. Isi media juga muncul dalam bentuk-bentuk yang kelihatan lebih konstan

sejalan dengan waktu dibandingkan gejala budaya lainnya. Karena alasan ini isi

media dihargai ahli sejarah, sosiolog, dan antropolog.29

Oleh karenanya, teori tersebut dapat diaplikasikan pada semua tipe isi

(content), termasuk dalam karya novel. Karya novel yang bersifat imajiner, di

dalamnya terlibat tindak pengekspresian dan komunikasi yang dilakukan dengan

baik melalui usaha meniru kejadian nyata, mengajukan kasus khusus, atau dengan

menyediakan kekontrasan dari yang dianggap normal. Dengan kata lain, karya

novel hendak berkomentar tentang kenyataan melalui representasi. Dalam hal

hubungan fantasi dan representasi ini, kiranya dapat dipetik ungkapan dari

Humphrey Carpenter, sebagai berikut:

"...Sisi lain dari menulis... adalah representasi, dan dideskripsikan secara umum sebagai “fantasi”. Walaupun tidak secara terbuka bersifat realistis dan dianggap tidak punya hubungan apa-apa dengan dunia “nyata”, dalam usaha menulis karya-karya fantasi ini ditemukan beberapa observasi mendalam tentang karakter manusia dan masyarakat masa kini dan (sering kali) tentang agama." 30

3. Novel dalam Konstruksi Realitas

Mengenai proses konstruksi realitas, prinsipnya setiap upaya

“menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda adalah

usaha mengkonstruksikan realitas. Dunia ini, tidaklah semata-mata sebagai

kenyataan diterima begitu saja. Kehidupan sehari-hari menampilkan diri sebagai

kenyataan yang telah ditafsirkan oleh manusia dan mempunyai makna subjektif

bagi mereka sebagai satu dunia yang koheren. Dunia ini berasal dari pikiran-

29 Denis McQuails, Op.cit. hal. 177. 30 Indah S. Pratidina, Op.cit.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

pikiran dan tindakan-tindakan manusia dan dipelihara sebagai “yang nyata” oleh

pikiran dan tindakan itu.31

Bisa dikatakan bahwa konsep tentang dunia ini terwakili dalam konsep

Karl R. Popper;32 dunia ini menjadi tiga, Dunia 1 yaitu kenyataan fisis dunia,

Dunia 2 yaitu segala kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia, dan Dunia

3 yaitu segala hipotesis, hukum, dan teori ciptaan manusia dan hasil kerja sama

antara Dunia 1 dan Dunia 2, serta seluruh bidang kebudayaan, seni, metafisik,

agama dan lainnya. Dunia 3 itu hanya ada selama dihayati, seperti sebuah karya

novel yang sedang dibuat oleh pengarang, adanya transformasi ide/gagasan dari

perpaduan antara Dunia 1 dan Dunia 2, yang pada akhirnya semua itu

‘mengendap’ dalam bentuk karya buku dan menjadi bagian dari Dunia 1.

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia

merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa sudah menjadi

alat konseptualisasi dan alat narasi, sehingga penggunaan bahasa (simbol) tertentu,

juga akan menentukan format narasi dan makna tertentu. Keberadaan bahasa tidak

lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa

menentukan gambaran/citra (image) mengenai suatu realitas. Manakala kita

bercerita atau melakukan komunikasi dengan orang lain sesungguhnya esensi

31 Proses konstruksi realitas dimulai ketika seorang konstruktor melakukan objektifikasi terhadap suatu kenyataan yakni melakukan persepsi terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui proses persepsi itu diinternalisasikan ke dalam diri seorang konstruktor. Dalam tahap inilah dilakukan konseptualisasi terhadap suatu objek yang dipersepsi. Langkah terakhir adalah melakukan eksternalisasi atas hasil dari proses permenungan secara internal tadi melalui pernyataan-pernyataan. Alat yang digunakan adalah kata-kata atau konsep atau bahasa. Karenanya bahasa adalah sarana penting atau utama dalam proses konstruksi realitas.Peter L Berger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial atas Kenyataan, Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, (Jakarta: LP3ES, 1990:28-29). 32 Dr. C. Verhaak S.J. dan Drs. R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-llmu, seri filsafat Driyarkara 1, (Jakarta: Gramedia, 1989: 162)

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

yang ingin kita sampaikan adalah sebuah makna maka dari itu penggunaan bahasa

dengan demikian berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang

dikandungnya.

Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur

konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini, bahasa

bukan lagi mencerminkan realitas, tapi sekaligus menciptakan realitas, seperti

bagan di bawah ini:

BAGAN 3

Hubungan Bahasa, Realitas, dan Budaya

(christian dan christian, 1996) 33

Konstruksi realitas dalam novel juga bersandar pada kehidupan sehari-

hari.34 Masalahnya, pengarang dan karyanya adalah bagian dari masyarakatnya

dan tidak lepas dari hubungan ekonomi, sosial, dan politik di masyarakat. Dasar

dari gerak dan hubungan masyarakat adalah hubungan produksi, hubungan kerja

dan kepemilikan alat-alat produksi. Fungsi novel sebagai bagian dari hubungan itu

33 Dalam Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap berita-berita politik, (Jakarta: Granit, (2004: 13) 34 Dalam ranah sastra ada dua pendapat yang menyatakan, sebenarnya sastra itu mimises (hanyalah sebuah tiruan dari alam semesta ini), sedangkan yang satu berpendapat, sastra, seperti halnya novel adalah creatio (karya seni hakekatnya adalah sesuatu yang baru, asli, ciptaan dalam arti yang sungguh-sungguh. Pandangan pertama dicetuskan oleh Plato dan dianut oleh para kaum strukturalis, yang menganggap sastra adalah dunia dalam kata (heterokosmos). Pandangan kedua, dianut oleh kaum Marxis, kadang juga para peneliti menganggap karya sastra sebagai dokumen sosial. Lihat dalam Prof. Dr.A.Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984: 219-371)

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

mau tak mau – meski tidak selalu adalah sebagai penyebar nilai dan kesadaran

yang akan mewarnai pertarungan ideologi dan sosial politik antara kelas-kelas

sosial yang ada dalam hubungan produksi itu. Pengarang secara sadar atau tidak

bernafsu ingin menyajikan realitas dalam novel atau cerpennya. Realitas sosial

kemudian dikonstruksikan sedemikian rupa, dengan intervensi subjektivitas

imajinasi pengarang menjadi sebuah bentuk baru yaitu fiksi.

Maka dari itu novel dianggap sebagai sebuah dokumen sosial budaya,

sebab lahir ditengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta

refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Kehadiran novel

merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek

individual, dimaknai oleh Tri Adi Nugroho, yaitu mencoba menghasilkan

pandangan dunianya (vision du monde) kepada subjek kolektifnya lewat

penghadapan yang intens, keras terhadap realitas. Signifikasi yang dielaborasikan

subjek individual terhadap realitas sosial di sekitarnya menunjukkan sebuah karya

berakar pada kultur dan masyarakat tertentu.35 Ia hadir sebagai dokumen sosial

budaya, yang pada tingkat kesadaran yang tinggi apa yang diajukan sastrawan

adalah hasil dari dialog antara dirinya dengan lingkungan realitas sedangkan pada

kesadaran rendah karya novel itu adalah pantulan dari lingkungan realitas.

4. Strategi Novel Melakukan Konstruksi Realitas

Elemen dasar seluruh isi karya sastra novel adalah bahasa sebagai alat vital

dalam proses komunikasi antara pengarang dengan pembacanya. Dengan bahasa

pengarang hendak menyampaikan maksud dan tujuannya, melalui apakah itu

35 Tri Adi Nugroho, “Ketika Ilmu Sosial Bersanding dengan Sastra”, dalam Jurnal Solid LPM Solidaritas, (Banyumas: 2004: 94-95)

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

representasi sosial (hasil dari konstruksi pengarang atas realitas sosial), ada yang

menyebutnya novel sejarah, jika itu bersandar pada realitas historis, atau novel

sosial, yang mengambil peristiwa sosial saat itu sebagai konsep dasar bercerita

atau mungkin lebih bersifat imajiner, tanpa sangkut pautnya dengan realitas sosial.

Novel sosial bisa juga berisi pesan-pesan sosial seperti; kemanusiaan, pendidikan,

kesenjangan sosial.dsb.

Pengarang sebuah novel memunyai strategi atau pola-pola tersediri untuk

menyampaikan pesan ceritanya. Di sini, tentunya adanya pemilihan-pemilihan

bahasa atau gaya bahasa, yang bersifat simbolik. Jika, misalnya novel sejarah atau

novel sosial hendak berbicara, pengarang pun harus mempertimbangkan simbol-

simbol, misalnya yang berkaitan dengan peristiwa sejarah atau sosial di

masyarakat itu. Pemakaian simbol-simbol ini sebagai bentuk komunikasi, di mana

pengarang sebagai komunikator membentuk citra-citra atau makna-makna melalui

sistem simbolik. Pemilihan kata, penyusunan kalimat, gaya yang dipakai, atau

penokohan oleh pengarang dipilih secara cermat, guna maksud dan tujuannya.

Misalnya saat karakater tokoh dalam menghardik, membentak, menangis,

sombong, membantai, mengejek atau bentuk lainnya, benar-benar didasarkan pada

pertimbangan tertentu.

Simbol-simbol yang dipakai tersebut, sangat mempengaruhi makna yang

muncul. Simbol-simbol ini dapat dijelaskan melalui teori semiotika.36 Pandangan

semiotika, teks (misal, novel) dipandang penuh sebagai tanda entah dari

36 Semiotik berasal dari kata Yunani: Semeion (tanda). Semiotika adala ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda (signs) berdasarkan kode-kode tertentu. Tanda tersebut dianggap sebagai representasi dari objek Bahasa dimaknai sebagai sistem tanda. Fenomena sosial dan kebudayaan diartikan juga sebagai tanda-tanda, lihat dalam Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Epsitemologi, Model, Teori, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Wedyatama, 2003: 64)

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pemakaian kata, istilah, frase, atau gaya bahasanya pun. Teks sastra dimaknai

sebagai sarana komunikasi novel antara pengarang dan pembacanya melalui kode-

kode tertentu.

Dalam semiotik, tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifier) dan

petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu

yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh

petanda itu yaitu artinya misalnya kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan

bunyi yang menandai arti: “orang yang melahirkan kita”. Dalam tanda masih

dijabarkan lagi dalam tiga macam yaitu ikon, indeks, dan simbol.

Hubungan antara tanda, rujukan dan pikiran sehingga menimbulkan makna

lazim diilustrasikan dalam Hubungan Segitiga Makna (Triangle Meaning).

Menurut Pierce (bagan 3) salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek

adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada

dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga

elemen itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang

sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. 37. Hubungan ketiganya dapat

digambarkan sebagai berikut:

BAGAN 4

Elemen Makna Peirce 38

37 John Friske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra, 2004: 63 38 Ibid., hal. 115.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Fungsi tanda adalah mencapai suatu tujuan; untuk kepentingan

komunikator, tanda berfungsi (a) untuk menyadarkan (sense) pendengar akan

sesuatu yang dinyatakannya untuk kemudian supaya memikirkannya, (b) untuk

menyatakan perasaan (feeling) atau sikap dirinya terhadap suatu objek, (c) untuk

memberitahukan (convey) sikap sang pembicara terhadap khalayaknya, dan (d)

untuk menunjuk tujuan dan hasil yang diinginkan oleh si pembicara atau penulis

baik disadari atau tidak disadari.39

Bagi komunikan, tanda berfungsi (a) menunjukkan (indicating) pusat

perhatian, (b) memberi ciri (characterizing), (c) membuat dirinya sadar akan

permasalahannya (realizing), (d) memberi nilai (value) positif atau negatif, (e)

memengaruhi (influencing) khalayak untuk menjaga atau mengubah status quo,

(f) untuk mengendalikan suatu kegiatan atau fungsi, (g) untuk mencapai suatu

tujuan (purposing) yang ingin dicapainya dengan memakai kata-kata tersebut.40

5. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pembentukan Wacana Novel

Seperti halnya sebuah media massa, novel pun hadir dalam pertarungan

idealis pengarangnya. Dirinya hendak berbicara atau mengungkapkan persoalan

tertentu dalam perspektif subjektif seorang pengarang. Bagaimana wacana yang

dikemukakan merupakan pergulatan panjang seorang pengarang, untuk sampai

pada keputusan bahwa teks tersebut sudah menjadi final decision. Terdapat

sebuah motif amat penting dalam menulis novel. Jean Paul Sartre pernah

39 Ibnu Hamad, Ibid. hal. 19 40 Ibid., hal 19-20

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

mengatakan sebagai berikut: “Mengapa saya mengarang? Untuk siapa saya

mengarang? Apa yang saya inginkan dengan karangan itu?41 Pernyataan tersebut

cukup membuat kita sadar bahwa apa yang dimunculkan pengarang, sangat

dipengaruhi berbagai faktor.

Faktor internal dan eksternal yang ada disekitar pengarang sangat

menentukan bagaimana bentuk sebuah wacana akan dipaparkan nantinya. Faktor

internal, seperti ideologi yang dipegang pengarangnya, bahan-bahan bacaan,

pengalaman dan pengetahuan hidup, latar belakang pendidikan, agama, gologan,

ras, dan sebagainya.42 Faktor yang berasal dari dalam tubuh pengarangnya tak lain

juga transformasi dari wacana yang berkembang di masyarakat umumnya, ini

yang kemudian disebut sebagai faktor eksternal. Kondisi sosial politik

pemerintahan, sejarah perkembangan negara, ideologi masyarakatnya atau negara

yang berkuasa, ikut memberi kontribusi dalam membentuk perspektif seorang

pengarang dalam menulis sebuah wacana dalam novel. Pengarang tidak akan

pernah bisa lepas dari kehidupan masyarakatnya, karena dirinya pun berasal dari

sana. Bagaimanapun apa yang dikatakan dalam sebuah novel adalah sebuah

representasi realitas dan peristiwa yang terjadi dalam batin seorang pengarang

yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan

Tuhan, alam semesta, masyarakat, manusia lainnya, dan dirinya sendiri.

41 H. Bahrum Rangkuti, Imajinasi, Observasi, dan Intuisi pada Cerpen Langit Makin Mendung, lihat pada Dahlan, Muhidin M dan Mujib Hermani (ed.). Pledoi Sastra: Kontroversi Cerpen Langit Makin Mendung Ki Pandjikusmin. Yogyakarta: Melibas, 2004., hal.327 42 Sastra merupakan suatu eksperimen moral yang tuangkan oleh pengarang melalui bahasa, dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan social. Dirinya juga sebuah refleksi transformasi pengalaman hidup dan kehidupan manusia, baik secara nyata ada maupun hanya rekaan semata, yang dipenggal-penggal dan kemudian dirangkai kembali dengan imajinasi, persepsi, dan keahlian pengarang serta disajikan sebuah media. Diambil dari Puji Santosa, Kekuasaan, Ideologi, dan Politik dalam Dunia Kesusastraan, dalam Dr. Soediro Satoto dan Drs. Zainuddin Fananie (ed.), Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan, (Surakarta: Muhammadiyah University Press: 2000:251)

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

6. Pendidikan sebagai Komunikasi

Manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya hewan. Manusia

adalah makhluk sosial dan budaya. Di samping kepandaian-kepandaian yang

bersifat jasmaniah (skill, motor ability), seperti merangkak, duduk, berjalan tegak,

lari, naik sepeda, makan dengan sendok, dan sebagainya, anak (manusia) juga

membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat rohaniah. Maka jelaslah

kemudian, apabila belajar menjadi sangat penting bagi kehidupan seorang

manusia.43 Anak (manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar

sehingga menjadi manusia dewasa, kapanpun dan dimanapun berada. Manusia

dilahirkan dengan tugas, panggilan dan tanggung jawab untuk menjadi

pembelajar, pemimpin, dan guru bangsa, sebagai wujud dari tri-tugas

kemanusiaan universal.44

Sebagai landasan penguraian mengenai kebutuhan belajar, berikut ini akan

dikemukakan secara ringkas beberapa definisi belajar:45

6. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975)

mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah

laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.

7. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan

bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi

43 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal 84. 44 Andrias Harefa, Mutiara Pembelajar, Yogyakarta: Gloria Cyber Ministries, 2001, hal 19. 45 M. Ngalim Purwanto, Op.Cit, hal 84.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya

berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah

ia mengalami situasi tadi.

8. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengatakan

bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam

tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.

9. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan

bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Di samping berbagai pengertian dan faktor dalam belajar di atas, Paulo

Freire menegaskan bahwa belajar (studying) itu sendiri merupakan pekerjaan yang

cukup berat dan menuntut sikap kritis-sistematik (systematic critical attitude) dan

kemampuan intelektual yang hanya dapat diperoleh dengan praktik langsung,

sehingga sikap kritis manusia sama sekali tidak dapat dihasilkan oleh pendidikan

yang bergaya bank (banking education).46 Dalam pendidikan gaya bank ini, yang

dibutuhkan pembaca bukanlah pemahaman akan isi, tetapi sekedar hafalan

(memorization). Lain halnya dengan visi pendidikan kritis, di mana seorang

pembaca merasa tertantang oleh teks yang disodorkan sehingga tujuan membaca

adalah untuk memahami (appropriate) makna yang lebih dalam.47

46 Paulo Freire , Politik Penddikan, Yogyakarta: REaD & Pustaka Pelajar, 2000,hal 28. 47 Ibid,. hal 29.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Bagi Paulo Freire kegiatan mengajar sendiri dipahami bukan sebagai

proses memindahkan pengetahuan dengan hapalan, melainkan melalui proses

mengajar suatu bidang itulah seorang guru diharapkan mampu mengajarkan

siswa-siswinya untuk sungguh-sungguh belajar dan bukan untuk menghapal.48

Sebab pada dasarnya, proses mengajar adalah tindakan kreatif dan kritis dan

bukan hanya mekanis belaka. Sedangkan belajar adalah belajar untuk belajar dan

bukan belajar untuk menghapal, di mana dituntut keaktifan siswa untuk mengolah

sendiri secara kritis bahan yang dipelajari serta memahami alasan (why) dari objek

dan isi yang dipelajari.49 Dengan demikian setelah proses pembelajaran itu selesai,

siswa sendiri akan tetap terus belajar dan mengembangkan diri hingga akhirnya

mengubah diri. Dalam praktik pembelajaran problem posing, pembelajaran

sekaligus menjadi proses konsientisasi, penyadaran akan hidup, situasi siswa, dan

dengan demikian menemukan cara memajukan atau mengubah hidup mereka.

Proses belajar bisa dengan cara dan lembaga yang bermacam-macam. Di

tambah lagi begitu banyaknya lembaga pendidikan yang dibuat untuk mendidik

lulusan yang berkompeten. Keberhasilan komunikasi tergantung dari bagaimana

proses penyampaian tujuan dari pesan pendidikan tersebut dapat diterima sebagai

proses keberhasilan dari pertukaran makna dalam proses terjadinya komunikasi.

7. Ideologi dan Wacana

Teks dapat dilihat dari berbagai sisi sebab teks dibuat dari pikiran

seseorang; diproduksi dan ada di dunia sebagai sesuatu yang dapat diuji secara

bebas. Teks ditafsirkan dengan jalan yang berbeda oleh masing-masing dari

48 Paul Suparno, Relevansi dan Reorientasi Pendidikan di Indonesia, artikel Edisi Paulo Freire di Majalah Basis, Januari-Februari 2001, hal 25. 49 Ibid,.hal.26

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pembaca dan mengambil suatu kehidupan pada setiap pikiran pembacanya.

Sesungguhnya, teks mempunyai makna lebih dari satu komunikator memaknai

lain dan komunikan mungkin mengambil teks untuk sesuatu yang berbeda.

Pemaknaan terhadap teks terjadi karena ada suatu kerja pikiran yang

panjang, sehingga makna tidaklah muncul dari dalam teks tersebut artinya dia

datang dari luar teks. Pembaca menemukan teks, tapi dia tidak langsung

menemukan makna dalam teks tersebut, yang ia temukan adalah pesan. Makna itu

kemudian diproduksi lewat proses aktif, dinamis baik dari sisi pembuat maupun

pembaca. Pembaca dan teks secara bersama-sama mempunyai andil dalam

memproduksi permaknaan; melakukan politik pemaknaan. Hubungan ini,

kemudian, menempatkan seseorang sebagai satu bagian dari hubungannya dengan

sistem tata nilai yang lebih besar. Maka di sinilah, ideologi itu bekerja.

Ideologi selalu mewarnai produksi wacana. Seperti kata Aart van Zoest,

bahwa teks tak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan

memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi.50 Wacana di sini tidaklah dipahami

sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks, tetapi menurut Foucault

adalah sesuatu yang memproduksi yang lain, diantaranya sebuah gagasan konsep

atau efek. Wacana dapat dideteksi karena secara sistematis suatu ide, opini,

konsep dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga

mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.51

50 Sobur. Alex, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001: 60) 51 Salah satu yang menarik dari konsep Foucault adalah tesisnya mengenai hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan. Foucault mendefinisikan kuasa agak berbeda dengan beberapa ahli lain. Kuasa di sini tidak dimaknai dalam term “kepemilikan”, dimana seseorang mempunyai sumber kekuasaan tertentu. kuasa, menurut Foucault tidak dimiliki tetapi dipraktikkan dalam suatu

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Ideologi dapat diartikan sebagai sistem ide-ide yang diungkapkan dalam

komunikasi atau terkadang hanya dipahami sebagai sebuah pemikiran saja.

Menyitir pendapat dari Aminuddin bahwa ideologi merupakan wawasan, harapan,

maupun sistem kepercayaan yang secara ideal mewarnai sikap dan perilaku

individu, kelompok kemasyarakatan, maupun dalam menjalani aktivitas

kehidupannya.52

Teoritisi ideologi yang paling terkenal adalah Perancis Leuis Althusser,

baginya ideologi hadir dalam struktur sosial itu sendiri dan muncul dari praktek-

praktek aktual yang dilaksanakan oleh institusi-institusi di dalam masyarakat.

53Ideologi sebenarnya membentuk kesadaran individu dan menciptakan kesadaran

subyektif orang tersebut tentang pengalaman. Dengan begitu suprastruktur

(organisasi sosial) menciptakan ideologi, yang pada gilirannya mempengaruhi

pemikiran-pemikiran individu tentang realita. Teori-teori Marxis cenderung

melihat masyarakat sebagai dasar perjuangan antar kepentingan melalui dominasi

sebuah ideologi terhadap ideologi lainya. Hegemoni merupakan sebuah proses

dominasi, dimana sekumpulan pemikiran merongrong atau menekan yang lain.

Sedangkan, Raymond William memaknai ideologi dengan membaginya

dalam tiga ranah. Pertama, sebagai sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh

ruang lingkup dimana banyak posisi yang strategis berkaitan satu sama lain. Jika kekuasaan banyak dimaknai berhubungan dengan Negara, maka Foucault seperti dikutip Bartens, strategi kuasa berlangsung dimana-mana. Dimana-mana terdapat aturan, system regulasi. Dengan kata lain dimana saja manusia berhubungan satu sama lain, disitulah kuasa sedang bekerja. Lihat Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKis, 2006 hal 65 52 Aminuddin, Pembelajaran Sastra sebagai Proses Pemberwacanaan dan Pembangunan Perubahan Ideologi dalam Dr. Soediro Satoto dan Drs. Zainuddin Fananie (ed.), Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan, (Surakarta: Muhammadiyah University Press: 2000: 47-48) 53 di lihat, Litlejohn, 2001 dalam tesis Marhaeni. Dian, Wacana Kapitalis dalam Iklan anak-anak di media Televisi. Universitas Sebelas Maret, 2006

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

kelompok tertentu. Meski di sini terlihat sebagai sikap seseorang, tapi ideologi

tidak dipahami sebagai diri individu tapi diterima oleh masyarakat, di mana ia

hidup, posisi sosialnya, pembagian kerjanya dan lain-lain. Kedua, sistem

kepercayaan yang dibuat – ide palsu/kesadaran palsu - yang dilawankan dengan

pengetahuan ilmiah. Ideologi diartikan sebagai seperangkat kategori yang dibuat

dan kesadaran palsu di mana kelompok yang berkuasa atau dominan

menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain. Di sini, ideologi disebarkan

lewat berbagai instrumen seperti pendidikan, politik juga media massa. Tanpa

sadar kita menerimanya sebagai kebenaran yang wajar, tanpa mempertanyakan

kembali. Ketiga, proses umum produksi makna dan ide. Ideologi didefinisikan

untuk menggambarkan produksi makna.54

Ini seperti yang ditegaskan oleh Aminuddin, mengutip Terry Eagleton

dalam bukunya Ideology, An Introduction (1991) bahwa ideologi dapat dipahami

sebagai cara dan sikap anggota kelompok masyarakat dalam menyikapi diri dan

kelompoknya sendiri maupun dalam menyikapi orang/kelompok lain.55 Maka dari

itu, ditinjau dari segi kognitif, ideologi merupakan bentuk kesadaran mental yang

tersusun berdasarkan perolehan pemahaman dan pengalaman. Di sini, dapat

dimaknai bahwa ideologi yang dimiliki seseorang kurang lebih sama dengan

ideologi orang tua ataupun lingkungan keluarganya. 56

Hal ini memberikan gambaran bahwa aspek internal pembentuk ideologi

mengacu pada lingkungan, kegiatan keseharian, informasi dan pesan yang didapat

dalam komunikasi sehari-hari, maupun pada kegiatan sosial yang dilakukannya. 54 Dalam Eriyanto (b), Op.cit., hal 87-93. 55 Aminuddin, Ibid., hal. 49. 56 Ibid., hal. 48-49.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Selanjutnya, ideologi tersebut akan menentukan sikap, keputusan, bentuk relasi,

dan perilaku dalam kehidupan.

Sedangkan secara negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu,

yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan

pemahaman orang mengenai realitas sosial.57 Dengan kata lain, karena begitu

banyak pengertian, ideologi dalam pengertian paling umum dan lunak adalah

pikiran yang terorganisir, yakni nilai, orientasi, dan kecenderungan yang saling

melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang diungkapkan

melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antarpribadi.58

Novel sebagai sebuah teks juga mengandung sebuah ideologi dari

pengarangnya. Kata-kata, klausa, kalimat atau paragraf yang tersusun di dalamnya

dipandang oleh kaum Marxis tidaklah sebagai sesuatu yang netral, tapi penuh

motif. Teks-teks yang ada di dalamnya bisa menjadi wacana populer bahkan

kontroversial. Sebab teks-teks tersebut muncul dari pikiran dan pemahaman

seorang pengarang yang tak lepas dari berbagai terpaan ideologi sosial di

lingkungan sosialnya.

Makna kata dalam teks novel dibangun dalam kaitan dan oposisinya

dengan makna kata yang digunakan secara umum dalam masyarakat. Kata-kata

dalam teks sastra dipungut dari kata umum, dicipta dan dirangkai dalam susunan

yang baru sebagai sarana mengatakan satu hal dan cara lain. Ungkapan kata dalam

novel dibedakan dengan bahasa biasa. Jika dalam bahasa biasa ungkapan langsung

bisa ditangkap maknanya (mempercepat makna), sementara dalam novel, makna

57 Alex Sobur, Drs., Op.Cit., hal 61. 58 Ibid., hal. 64.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

justru ditunda. Hal ini lantaran dalam novel berlaku kecenderungan untuk

melakukan defamiliarisasi dengan kehidupan riil sehari-hari.59 Artinya untuk

memahami karya novel perlu ada proses pembalikkan dunia rekaan ke dalam

sesuatu yang dikenal. Hal-hal yang menyimpang, yang aneh, yang mengejutkan,

yang terdapat dalam cipta sastra dinaturalisasikan, dikembalikan kepada sesuatu

yang dikenal, dipahami supaya komunikatif. Pendek kata, proses pemahaman

tersebut dari defamiliarisasi ke familiarisasi.60

Novel dapat dikatakan sebagai sebuah bangunan pengetahuan, dalam arti

dirinya menjadi sebuah bagian kepercayaan kognisi sosial dalam masyarakat

(mitos). Sebagaimana yang diutarakan Van Dijk, bahwa ciri dan sifat dari

pengetahuan adalah ciri kognitif, ciri sosial, ciri relatif, dan ciri subjektif.61

Dengan kata lain, memiliki dimensi kognitif, sosial dan diskursif. Dalam bahasa

psikologi sosial, teks novel bisa dipandang mempengaruhi atau menggerakkan

alam kognitif seseorang dalam tingkat sosialnya, sehingga perubahan sosial pun

dapat pula terjadi. Dia pun berkedudukan tidaklah mutlak tapi melalui diskursus

pengarangnya. Wacana yang ada pada novel pun tidaklah sesuatu yang jatuh dari

langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri, tapi dibentuk dalam suatu

praktik diskursus; suatu praktik wacana.

59 Agus Wibowo, “Esai: Makna di Balik Teks (Sastra)”, Seputar Indonesia, 30 September 2007. 60 Dilihat dari laporan skripsi Andi Sapto Nugroho.Konstruksi Wacana Tragedi 1965: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Teks Novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma,2008.Zainuddin Fananie, Perspektif dalam Sastra Indonesia Kontemporer, dalam Dr. Soediro Satoto dan Drs. Zainuddin Fananie (ed.), Op.cit. hal. 19 61 M.E. Purnomo, Anilisis Wacana Kritis dan Penerapannya, dalam LINGUA, Jurnal Bahasa dan Sastra, Volume 5 No. 1 Desember 2005, hal. 72.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

8. Bahasa, Representasi dan Interpretasi

Merupakan tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dalam mendiskusikan

makna. Representasi menurut Baker merupakan cara bagaimana kita

mengkonstruksikan realitas sosial, dimana dalam hal ini dibutuhkan untuk

mengeksplorasi makna-makna tesktual yang melekat pada suara, prasasti, obyek,

image, buku, majalah, program televisi dsb. Yang diproduksi, diberlakukan,

digunakan dan dipahami dalam konteks sosial yang spesifik.62

Secara semantik, representasi bisa diartikan to depict, to be a picture of,

atau to act or speak for (in the place of, in the name of) somebody. ( untuk

menggambarkan, untuk menjadi gambar, atau untuk bertindak atau berbicara

untuk (di tempat, dalam nama) seseorang) Berdasarkan kedua makna tersebut, to

represent bisa didefinisikan sebagai to stand for. Ia menjadi sebuah tanda (a sign)

untuk sesuatu atau seseorang, sebuah tanda yang tidak sama dengan realitas yang

direpresentasikan tapi dihubungkan dengan, dan mendasarkan diri pada realitas

tersebut. Jadi representasi mendasarkan diri pada realitas yang menjadi

referensinya. 63

Representasi adalah hubungan antara konsep-konsep dan bahasa yang

memungkinkan pembaca menunjuk pada dunia yang sesungguhnya dari suatu

obyek, realitas, atau pada dunia imajiner tentang obyek fiktif, manusia atau

peristiwa. Eriyanto menyebutkan bahwa ada dua hal berkait dengan representasi

yakni, pertama: apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan

sebagaimana mestinya, apa adanya ataukah diburukkan. Penggambaran yang

62 Barker. Chris, Cultural Studies : Theory and Practice,London: Sage Publications, 2000, hal.8 63 Noviani, Ratna, Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta, Pustaka Pelahar, 2002, hal 61

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

tampil biasanya adalah penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan

seseorang atau kelompok tertentu. Hanya citra buruk saja yang ditampilkan

sementara citra atau sisi yang baik luput dari penampilan. Kedua: bagaimana

representasi tersebut ditampilkan, dengan kata, kalimat, aksentuasi dan bantuan

foto macam apa seseorang atau kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan

dalam program. 64

Peter L. Berger & Thomas Luckman, di dalam The Social Construction of

Reality, berbicara mengenai sebuah konsep sosialogi tentang realitas. Apa yang

diterima sebagai realitas, sebagai pengetahuan, semuanya dikonstruksi secara

sosial, artinya dibentuk oleh masyarakat dimana realitas itu mengambil tempat.

Salah satu sarana representasi adalah bahasa yang merupakan sarana komunikasi

yang utama untuk menyampaikan ide-ide. Pemikiran-pemikiran dan reotrika-

reotrikan. Cohen menjelaskan bahwa bahasa adalah sarana representasi siapa diri

kita dan apa yang kita ketahui yang mencakup kepercayaan, sikap, nilai dan

ideologi. Dengan kata lain, pandangan tentang representasi tersebut menjelaskan

ide-ide yang dibuat oleh seseorang, biasanya disebut ‘subyek’, tentang obyek

didunia bahasa sebagai representasi dapat dibentuk dengan style, semiotic, dan

metaphora.65Masalah mendasar dalam penggunaan bahasa adalah masalah makna

simbol/tanda. Bahasa dan makna yang dirujuk sangat syarat dengan “intepretasi”,

bersifat arbitrary. Makna bahasa dapat tersurat secara lugas, namun dapat juga

hanya tersirat yang maknanya harus dikaji menurut kontak ruang dan waktu.

64Dalam Eriyanto Ibid hal 113 65 di lihat, dalam tesis Marhaeni. Dian, Wacana Kapitalis dalam Iklan anak-anak di media Televisi. Universitas Sebelas Maret, 2006 (Cohen, Jodi R. Communication critiscim. London: Sage publication.1998)

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Norman Fairclough menjelaskan fungsi representasi berkaitan dengan

cara-cara yang dilakukan untuk menampilkan realitas sosial ke dalam bentuk

teks. 66Yang melihat bagaimana penempatan dan fungsi bahasa dalam hubungan

sosial khususnya dalam kekuatan dominan dan ideologi. Menurut Fairclough

analisis wacana kritis adalah, bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial

yang ada bertarung dan mengajukan ideologinya masing-masing, melihat

pemakaian bahasa tutur dan tulisan sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam

analisis wacana dipandang menyebabkan hubungan yang saling berkaitan antara

peristiwa yang bersifat melepaskan diri dari sebuah realitas, dan struktur sosial.

Dalam memahami wacana (naskah/teks) kita tak dapat melepaskan dari

konteksnya. Untuk menemukan ”realitas” di balik teks kita memerlukan

penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya

yang mempengaruhi pembuatan teks. Dikarenakan dalam sebuah teks tidak lepas

akan kepentingan yang bersifat subjektif. Untuk menemukan ”realitas” di balik

teks kita memerlukan penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, dan

aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks.

Dikemukakan oleh Fowler, Representasi baik dalam pers atau bentuk

media dan discourse lainnya adalah sebuah praktek yang membangun

(constructive practice), peristiwa atau ide dikomunikasikan secara netral dalam

struktur alamiah sebagaimana dengan struktur aslinya. Hal ini disebabkan

peristiwa atau ide tersebut harus ditransmisikan melalui medium dengan struktur

66Norman Fairclough diakseshttp://www.ling.lancs.ac.uk//staff/norman/critical discours analysis.doc

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

nilai-nilai sosial yang membuat perspektif secara potensial dalam peristiwa atau

ide.67

Fowler dkk menjelaskan bahwa ideologi dan kekuasaan tercermin dan

terekspresikan dari teks, sementara dalam model Fairclough antara teks di satu sisi

dengan masyarakat atau kekuasaan disisi lain, tidak bekerja secara langsung tetapi

melalui mediasi. Fowler berpandangan ideologi tercermin dari pemakaian kata,

kalimat dan pemakaian bahasa yang dipakai. Pemakaian kata, kalimat atau bahasa

tertentu menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain yang secara

langsung menggambarkan pertarungan sosial diantara pihak-pihak yang terlibat

didalam masyarakat. Atau dalam bahasa yang sering dipakai Fowler, bahasa

adalah ideologi itu sendiri.68 Seperti dalam penelitian ini, Model ini

menghubungan antara analisis linguistik dengan analisis sosial yang melihat

bagaimana realitas tergambar, dimengerti, dan dimaknai lewat bahasa yang

tercermin pada pemakaian kata dan kalimat.

9. Pendidikan Pondok Pesantren

Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan

sistematis yang bertujuan membentuk manusia yang berkarakter, yang pertama

berkepribadian Islam dimana merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim.

Yang intinya seorang muslim harus memiliki dua aspek yang fundamental, yaitu

67 dalam tesis Tripambudi. Sigit, Representasi Akuntabilitas Presiden Megawati di dalam Media Cetak, tesis Universitas Negeri Surakarta, 2004. lihat Flowler. Roger, Language in the press. London: Routledge,1998, hal 25 68 Lihat John B. Thompsom, Studies in the Theories of Ideology, berkeley; University of California Press, hal.125 dalam Eriyanto, Analisis Teks Media. Yogyakarta; Lkis.hal.347

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

pola pikir (aqiliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.

Kedua, menguasai tsaqafah Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk

menuntut ilmu berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali ilmu di

bagi dalam dua kategori, yaitu ilmu yang termasuk fardu ’ain (kewajiban individual)

yang terdiri dari konsep diri, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi Saw,

Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, Ulumul hadis, ushul fikih,dll. Yang kedua ilmu yang

dalam kategori fadhu kifayah (kewajiban kolektif) biasanya ilmu-ilmu yang mencakup

sains dan teknologi serta ilmu terapan-ketrampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran,

pertanian, teknik, dll. 69

Untuk memberi definisi sebuah pondok pesantren, harus kita melihat

makna perkataannya. Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan

istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian

asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang

dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri70.

Maka pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para santri. Menurut

Wahid71, “pondok pesantren mirip dengan akademi militer atau biara (monestory,

convent) dalam arti bahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi

totalitas.”

Sekarang di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak

diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di

69 Lihat di Al-jawi, M.Shiddiq, Pendidikan di Indonesia:Masalah dan Solusinya, di Journal The house of Khilafah. Bulan september, 2006 hal.7-9. 70 Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1985 .hl.18 71Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta :LkiS.2001, hl.171

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Sumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa72. Pondok pesantren di Jawa itu

membentuk banyak macam-macam jenis. Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren

di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola

kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian, ada unsur-

unsur pokok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren. Unsur-unsur

pokok pesantren, yaitu kya, masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau

kitab kuning). Adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan

pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.

a.Kyai:

Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan

pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial.

Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak

bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta

ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia

adalah tokoh sentral dalam pesantren 73.

Istilah kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa74.

Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda,

yaitu: 1.sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat;

contohnya, “kyai garuda kencana” dipakai untuk sebutkan kereta emas yang ada

di Kraton Yogyakarta; 2. gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya;

3.gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang

72 Azra, Prof.Dr.Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Penerbit . Jakarta :Kalimah. 2001hl. 70 73 Hasbullah, Ibid hl.144 74 Ziemek, Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta: 1986.hal.130

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik

kepada para santrinya 75.

b.Masjid:

Sangkut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat dalam

tradisi Islam di seluruh dunia. Dahulu, kaum muslimin selalu memanfaatkan

masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat lembaga pendidikan

Islam. Sebagai pusat kehidupan rohani, sosial dan politik, dan pendidikan Islam,

masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi

masyarakat. Dalam rangka pesantren, masjid dianggap sebagai “tempat yang

paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima

waktu, khutbah, dan sembahyang Jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam

klasik.”76. Biasanya yang pertama-tama didirikan oleh seorang kyai yang ingin

mengembangkan sebuah pesantren adalah masjid. Masjid itu terletak dekat atau di

belakang rumah kyai.

c. Santri:

Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah

pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren

adalah bahwa harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Kalau

murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa

disebut kyai dan mulai membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk pondoknya.

Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri

mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam pondok

75 Dhofier,Ibid.hl. 55 76 Dhofier,Ibid.hl. 49

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran

di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren

jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah putera

atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari

daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah

pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia harus

penuh dengan cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi

sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren77.

d. Pondok:

Definisi singkat istilah ‘pondok’ adalah tempat sederhana yang merupakan tempat

tinggal kyai bersama para santrinya78. Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada

jumlah santrinya. Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang

dari seratus sampai pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri

lebih dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri

wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.

Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama

santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah, lapangan

olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan. Kadang-

kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan kadang-kadang oleh

penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.

Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat

asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk

77 Dhofier,Ibid.hl. 52 78 Hasbullah, Ibid hl.142

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri

dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus memasak sendiri,

mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok.

Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan

sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam lain seperti sistem

pendidikan di daerah Minangkabau yang disebut surau atau sistem yang

digunakan di Afghanistan79 .

e. Kitab-Kitab Islam Klasik:

Kitab-kitab Islam klasik dikarang para ulama terdahulu dan termasuk

pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agama Islam dan Bahasa

Arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab Islam klasik sering disebut kitab

kuning oleh karena warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna kuning.

Menurut Dhofier80 “pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik

merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan

pesantren.” Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran

pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting dalam pendidikan

pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih diberi kepentingan

tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana,

kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan tingkatan

suatu pesantren bisa diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan.81 .

Ada delapan macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalam kitab-kitab

Islam klasik, termasuk: 1.nahwu dan saraf (morfologi); 2.fiqh; 3.usul fiqh; 79 Dhofier,Ibid.hal. 45 80 Dhofier,Ibid.hl. 50 81 Hasbullah, Ibid hl.144

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

4.hadis; 5.tafsir; 6.tauhid; 7.tasawwuf dan etika; dan 8. cabang-cabang lain seperti

tarikh dan balaghah. Semua jenis kitab ini dapat digolongkan kedalam kelompok

menurut tingkat ajarannya, misalnya: tingkat dasar, menengah dan lanjut. Kitab

yang diajarkan di pesantren di Jawa pada umumnya sama82.

Setiap Pesantren memiliki aturan yang berbeda-beda, kebanyakan

pesantren berkembang di jawa. Mereka memiliki cara sendiri-sendiri dalam

mendidik para santri nya dengan pandangan dan tujuan yang jadi pedoman

didalam Pesantren. Yang pada intinya setiap pesantren dan lembaga pendidikan

mempunyai tujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa serta berilmu

dan berakal.

Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem

sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau

wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap

murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau

pembantu kyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-

murid yang telah menguasai pembacaan Qurán dan kenyataan merupakan bagian

yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan

disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini

sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren 83.

Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem

bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan

seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam 82 Dhofier,Ibid.hl. 51 83 Dhofier,Ibid.hal. 28

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah

yang artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru.

Sistem sorogan juga digunakan di pondok pesantren tetapi biasanya hanya untuk

santri baru yang memerlukan bantuan individual.

Pesantren sekarang ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu

pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren

tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap mempertahankan

pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok

pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha mengintegrasikan

secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah).

Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah berusaha untuk

menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Akhir-akhir ini

pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka

renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan

yang bisa dilihat di pesantren modern termasuk: mulai akrab dengan metodologi

ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi

program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat

berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat84.

84 Hasbullah, Ibid hl.155

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

F. Kerangka Kerja Penelitian

Dalam penelitian ini mempunyai kerangka kerja penelitian (research

framework), sebagai berikut:

BAGAN 5 Kerangka Kerja Penelitian

(research framework)

Teks-teks Novel Negeri 5

Menara oleh Ahmad Fuadi

CDA Critical Lingiustics model Halliday dan Roger Fowler yang menitikberatkan pada struktur dan fungsi bahasa

yaitu kata dan kalimat, sebagai upaya untuk mengetahui

praktek ideologi

Hasil: Bagaimana Wacana wacana

pendidikan di pondok Pesantren Gontor,

menunjukkan praktek ideologi Ahmad Fuadi

Faktor Internal: ideologi, ltr. blkg.

pendidikan, pengalaman pribadi, buku-buku referensi,

dll

Faktor Eksternal: Ideologi kolektif yang berkembang, sistem sosial, historis, dll.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

G. Konsep

1. Pendidikan

Pendidikan adalah Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan,

kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

lebih baik dan tahu banyak hal melalui lembaga dengan bimbingan tenaga ahli

dan orang yang berkompeten di dalam bidangnya.

2. Pondok pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan sebagai tempat

pendidikan Islam baik formal ataupun non-formal, sebagaimana tempat untuk

beribadah dan mencari ilmu kepada guru atau kyai yang dijadikan sebagai figur

dan moral force bagi seluruh penghuni pondok dan juga kepada masyarakat di

sekelilingnya.

3. Novel

Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan

mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik meliputi; tema,

setting, sudut pandang, alur, penokohan, gaya bahasa. Unsur ini meliputi latar

belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsur

intrinsik. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Sebuah novel

menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan

dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin

untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan

melalui cerita yang ada dalam novel tersebut.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

4. Critical Discourse Analysis

Analisis wacana yang dimaksudkan dalam penelitian ini, adalah sebagai

upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek (penulis) yang

mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan

diri pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis

sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana

dapat di ketahui. Wacana dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam

pembentukan subyek dan berbagai tindakan representasi. Pemahaman dasar CDA

adalah wacana tidak dipahami semata-mata sebagai obyek studi bahasa. Bahasa

tentu digunakan untuk menganalisis teks. Bahasa tidak dipandang dalam

pengertian linguistik. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada teks juga

pada konteks bahasa sebagai alat yang dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu

termasuk praktik ideologi.

H. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Pada pendekatan ini

peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, dan melakukan

studi pada situasi yang alami. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun

lisan dari data situasi dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik tersendiri, sebagai ciri pembeda

dengan jenis penelitian lainnya. Ini beberapa karakteristik dari penelitian kualitatif

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dari perpaduan temuan Bogdan dan Biklen 85dan Lincoln dan Guba pertama,

Human instrument. Artinya peneliti menjadi instrumen utamanya. Ini meliputi

dalam pengumpulan data dan juga analisis datanya. Walaupun kadang diakui

bersifat subjektif, tetapi manusia dapat menghasilkan data yang reliabilitasnya

hampir sama dengan data yang dihasilkan oleh instrumen yang dibuat secara lebih

objektif. Kedua, bersifat deskriptif. Data dianalisis dan hasil analisis berbentuk

deskripsi fenomena, bukan berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan

variabel. Tulisan hasil penelitian dalam penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan

dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi laporan.

Dalam hal ini, narasi tertulis menjadi sangat penting, baik dalam perekaman data

maupun saat penulisan hasil penelitian.

Ketiga, teori yang digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya.

Penelitian tidak bertujuan menguji teori atau membuktikan suatu kebenaran teori.

Teori itu bahkan dikembangkan berdasarkan data yang dikumpulkan. Keempat,

tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini. Sampling berbeda tafsirnya.

Sampling adalah pikiran peneliti. Kelima, lebih mementingkan proses daripada

hasil. Keenam, analisa data bersifat terbuka, open ended, induktif. Dikatakan

terbuka karena terbuka untuk perubahan, perbaikan, atau penyempurnaan

berdasarkan data baru yang masuk86.

Mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Madison, dikutip Kasiyanto,

bahwa metode penelitian ini termasuk metode normatif, di mana individu dan

subjektivitas dianjurkan atau dihalalkan, tidak seperti metode abstrak formal. 85 Bogdan dan Biklen (dalam Lexy J. Moleong, 1989). hal. 27-30 86Marhaeni. Dian dalam Lincoln, Yvonna S & Egon G. Guba.. Naturalistic Inquiry. California:

Sage. hal. 39-44 . 1985

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Dikarenakan metode ini bersifat (1) keputusan-keputusan atau pertimbangan-

pertimbangannya bersifat rasional, (2) norma yang dipakai sebagai dasar metode

juga norma etika. (3) tidak bisa diterapkan dalam situasi konkret tapi hanya

sebagai petunjuk dalam memberi pilihan, (4) hasilnya (interpretasi) tidak dapat

diuji secara empiris tapi dievaluasi sebab metode ini memunyai logika sendiri

(logika argumentasi bukan logika validitas).87 Oleh karena itu, hasil dari

interpretasi teks ditegaskan Triyuwono, memiliki kepentingan sejajar yaitu tidak

ada superioritas antara satu dengan lainnya. Artinya bukan benar dan tidaknya

tafsiran yang diberikan, tapi argumentasi yang dijadikan landasan dalam

memberikan penafsiran serta kedekatannya dengan fenomena yang terjadi dan

berkaitan dengan teks tersebut yang menjadi titik perhatian interpretasi.88

Dalam penelitian Critical Discourse Analysis (CDA) terdapat beberapa

pendekatan, penelitian ini menggunakan pendekatan yang dipakai Roger Fowler

dkk. yaitu Analisis Bahasa Kritis (Critical Lingusitics). Pendekatan ini banyak

dipengaruhi oleh teori sistematik tentang bahasa yang diperkenalkan Halliday.

Critical Linguistics memusatkan analisis wacana pada bahasa dan

menghubungkannya dengan ideologi. Intinya di sini adalah Critical Linguistics

melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi

tertentu. Aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur

tata bahasa yang dipakai. Bahasa, baik pilihan kata maupun struktur gramatika

87 Kasiyanto, Op.cit.,hal.148-149 88 Kasiyanto, Op.cit., hal. 149

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang diungkapkan

membawa makna ideologi tertentu.89

Menurut Halliday, setiap bahasa yang muncul sebagai sebuah teks (teks

adalah sebutan yang sering digunakan Halliday sebagai pengganti istilah tanda

dalam kajian semiotik) harus diinterpretasi dalam konteks ruang dan waktu.

Fungsi konteks situasi dan konteks budaya menurut Halliday selain dapat

mengungkap representasi pengalaman, hubungan peran (role relationships), juga

dapat berperan sebagai alat simbol (symbolic channels) dalam pengungkapan

makna teks. Aspek konteks situasi diamati dengan melihat pilihan bahasa dan

struktur tata bahasa yang dipakai. Bahasa, baik pilihan kata maupun struktur

gramatika dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang

diungkapkan membawa makna ideologi tertentu.90 Sebagai realitas semiotik,

bahasa merupakan simbol yang merealisasikan realitas dan realitas sosial di atas

di dalam konteks situasi dan konteks kultural tertentu pula. 91

Penelitian ini menganalisis wacana-wacana mengenai pendidikan yang

dikemas ke dalam novel Negeri 5 Menara yang ditulis Ahmad Fuadi, yang

mengandung signifikasi dengan wacana pendidikan di pesantren Gontor, serta

bagaimana wacana-wacana itu disuguhkan. Data pada penelitian ini terutama

adalah data kualitatif, yaitu data yang kurang bersifat kuantum (bilangan)

melainkan lebih bersifat kategori substantif yang kemudian diintepretasikan

dengan rujukan, acuan atau referensi secara ilmiah. Hal tersebut dilakukan sebab

89 Eriyanto (b), Op. cit., hal. 14-15 90 Eriyanto (b), Op. cit., hal. 14-15 91 Santosa, Riyadi, Semiotika Sosial;Pandangan Terhadap Bahasa, Surabaya: Pustaka Eureka, 2003,hal. 6

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

tujuan penelitian kualitatif adalah berupaya memahami situasi tertentu, dan bukan

untuk mencari sebab akibat sesuatu. 92

2. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma Critical Discourse Analysis

(CDA), pendekatan ini bertolak dari teori-teori kritis yang di populerkan oleh

Madzhab Frankfurt di Institute for Social Science Frankfurt mulai sekitar tahun

1930. Critical Discourse Analysis (CDA) atau Paradigma kritis mencoba mencari

makna dibalik empirik dan menolak value free. Dengan kata lain, menaruh

perhatiannya terhadap pembongkaran aspek-aspek yang tersembunyi (latent)

dibalik sebuah kenyataan yang tampak (virtual reality) guna dilakukannya kritik

dan perubahan (critique and transformation) terhadap struktur sosial, dalam hal

ini berkenaan dengan apa yang telah dilakukan Ahmad Fuadi dalam

merepresentasikan wacana pendidikan pondok pesantren Gontor dalam novelnya.

Sebelumnya, terlebih dulu memahami apa itu wacana. Wacana, kata Anton

M. Moeliono, merupakan rentetan kalimat yang berkaitan, yang menguhubungkan

proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan makna. Wacana juga

berarti satuan bahasa terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan

satuan gramatikal tertinggi dan terbesar (mencakup fonem, morfem, kata, frasa,

klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh).93 Menurut Kamus Webster’s

New Twentieth Century Dictionary, istilah discourse berasal dari bahasa latin

discursus yang berarti “lari kian kemari” (yang diturunkan dari dis (dari, dalam

92 Dr. Lexy J. Moleong, MA, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya 1989: 4-8) 93 Lihat dalam Mulyanto, M.Hum, Kajian Wacana Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005: 5-10) dan Eriyanto (b), Op.cit, hal. 2.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

arah yang berbeda) dan currere (lari), selanjutnya wacana dapat dimengerti

sebagai berikut:

a) komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-

gagasan; konversasi atau percakapan.

b) Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok

telaah.

c) Risalat tulis; disertasi formal: kuliah: ceramah; khotbah.94

Sedangkan Roger Fowler mendefinisikan wacana sebagai komunikasi

lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori

yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah

organisasi atau representasi dari pengalaman.95Wacana, kata Barthes, merupakan

ungkapan sebuah subjektivitas diri kita. Melalui sebuah wacana seseorang

menciptakan makna yang pada gilirannya untuk berkomunikasi.96

Selain itu, analisis wacana juga dapat dibedakan dengan melihat perspektif

kritis, yaitu ada empat pembedaan97, (a) wacana representasi (discourse of

representation), (b) wacana pemahaman/interpretatif (discourse of

understanding), (c) wacana keragu-raguan (discourse of suspicion), dan (d)

wacana posmodernisme (discourse of postmodernisme). Penelitian ini termasuk

dalam perspektif kritis, tepatnya pada wacana posmodernisme.

CDA sebagai suatu jenis riset wacana analitis terutama mempelajari

penyalahgunaan kekuasaan sosial, dominasi, dan ketidaksamaan dipermainkan,

94 Drs. Alex Sobur, M.Si, Op.cit., hal. 10. 95 Eriyanto (b), Op.cit., hal. 2. 96 St. Sunardi, Op.cit., hal 209. 97 Ibid., hal. 173.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

direproduksi, dan ditentang oleh teks dan dibincangkan dalam konteks sosial dan

politis.98

Dalam pandangan kaum kritis, CDA mempunyai karakteristik sebagai

berikut:99

1. Tindakan; wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Maka dari itu

wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Di sini seorang pengarang

menulis novel tidaklah diartikan untuk dirinya sendiri, tapi mencoba untuk

berinteraksi dengan pembaca atau orang lain. Oleh karena itu, wacana

dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan yang dieskpresikan secara

sadar, terkontrol.

2. Konteks; CDA mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar,

situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang diproduksi, dimengerti,

dan dianalisis pada suatu konteks tertentu.

3. Historis; menempatkan wacana dalam konteks tertentu berarti wacana

diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dimengerti tanpa menyertakan

konteks yang menyertainya. Salah satu aspek yang penting untuk bisa

dimengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks

historis tertentu.

4. Kekuasaan; CDA mempertimbangkan elemen kekuasaan dalam

analisisnya. Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan,

atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang ilmiah, wajar dan

netral, tapi merupakan bentuk pertarungan wacana. 98 Van Dijk, Teun A, Critical Discourse Analysis, hal. 352 diakses melalui internet http://www.hum.uva.nl/teun 99 Dalam Eriyanto (b), Op.cit, hal. 8-14.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

5. Ideologi; merupakan konsep sentral dalam CDA, karena seperti yang telah

dikatakan sebelumnya bahwa ideologi selalu mewarnai produksi wacana.

teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktek ideologi atau

pencerminan dari ideologi tertentu.

CDA menawarkan suatu yang berbeda dalam "gaya" atau "perspektif"

dalam berteori dan analisa. Analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam

teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis dalam CDA sedikit berbeda

dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik. Di sini bahasa dianalisis bukan

dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tapi juga menghubungkan

dengan konteks. Konteks diartikan bahwa bahasa dipakai untuk tujuan dan

praktek tertentu, termasuk praktek kekuasannya. Hal-hal yang sering ditelaah

dalam CDA adalah negara, dominasi, hegemoni, ideologi, kelas, gender, ras,

diskriminasi, minat, reproduksi, institusi, struktur sosial, ketentraman sosial.

Fokus penelitian ini, dititikberatkan pada wacana Pendidikan di pondok

Pesantren Gontor oleh Ahmad Fuadi dalam buku novel Negeri 5 Menara di mana

hanya teks-teks yang berkaitan erat dengan wacana tersebut saja yang diambil

sebagai representasi karena terdapat wacana lain yang dianggap tidak sesuai

dengan tujuan penelitian ini. Teks-teks novel tersebut diperlakukan sebagai

sebuah wacana, di sini mengacu sebagaimana pendapat Harimurti Kridalaksana

yang dikutip oleh Mulyanto bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap,

yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi dan

terbesar (mencakup fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

karangan utuh (buku), yang membawa amanat lengkap.100 Amatlah menarik jika

novel dengan tebal 423 halaman, terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama, bulan

Juli 2009 tersebut, hendak diteliti dengan metode wacana. Novel yang peneliti

teliti adalah novel Negeri 5 Menara cetakan ke delapan.

3. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Juga terbagi ke dalam sumber data tertulis, foto, dan

statistik.101

Sumber data di sini terbagi menjadi dua yaitu :

1. Data primernya yaitu buku Novel Neger 5 Menara karya Ahmad Fuadi.

2. Data Sekundernya yaitu literatur-literatur lain yang masih berkaitan

dengan novel tersebut untuk mendukung penelitian ini.

Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan Metode Simak dan Baca

Penggunaan metode ini seringkali digunakan pada penelitian sastra, di mana untuk

memperoleh data peneliti terlebih dulu membaca keseluruhan teks atau literatur

yang menjadi subjek penelitian lalu mencatat data yang ditemukan. Metode ini

untuk mendapatkan kutipan-kutipan atau hal-hal penting yang ada dalam Novel

Neger 5 Menara; terkait dengan wacana pendidikan pesantren Gontor.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif dikembangkan

dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of) terhadap data, 100 Lihat dalam Mulyanto, M.Hum, Kajian Wacana Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005: 5-10) 101 Dr. Lexy J. Moleong, MA, Op.cit,hal. 122-127.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

menafsirkan (interpreting), atau mentranformasikan (transforming) data ke dalam

bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan

proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan-

kesimpulan final102

Tahap analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan CDA

model Roger Fowler dkk yaitu critical linguistics, yang memandang bahasa

sebagai praktik sosial, melalui mana suatu kelompok memantapkan dan

menyebarkan ideologinya. Critical linguistics ini merupakan perkembangan dari

teori linguistik, tapi berkenaan dengan paradigma kritis, kemudian melihat

bagaimana tata bahasa/grammar tertentu dan pilihan kosakata tertentu membawa

implikasi ideologi tertentu.

Model analisis yang dikembangkan Roger Fowler dkk, mendasarkan pada

penjelasan Halliday mengenai struktur bahasa dan fungsi bahasa (tata bahasa), di

mana Fowler dkk. hendak meletakkan tata bahasa dan praktek pemakaiannya

tersebut untuk mengetahui pratik ideologi.

Tahap analisis di sini terbagi dalam dua tahap:

a) Secara keseluruhan teks novel bentuknya adalah naratif, baiknya model

analisis wacana Halliday103 dipergunakan di sini untuk memudahkan

dalam penyajian sebelum ke tahap kedua yaitu menggunakan analisis

wacana kritis model Roger Fowler. Model Halliday hanya untuk melihat

keseluruhan wacana yang muncul, di sini tatarannya bukan kritis, tapi

102 Pawito, Ibid.hal.101 103 Analisis Model Halliday ini, pernah juga dipakai oleh Agus Sudibyo dalam meneliti wacana terkait pemberitaan isu PKI/Komunisme, TAP MPRS/XXV/1966 dan pernyataan Gus Dur tentang permintaan maafnya kepada keluarga korban G30S. Lihat dalam Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKiS, 2001:123-153).

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

lebih memahami pada makna teks dan konteks situasi. Halliday

menyebutkan ada tiga unsur yang menjadi pusat perhatian penafsiran

teks secara kontekstual,104 yaitu (a) Medan wacana (field of discourse):

menunjuk pada hal yang terjadi: apa yang dijadikan wacana oleh pelaku

(Ahmad Fuadi) mengenai sesuatu yang sedang terjadi di lapangan

peristiwa, (b) pelibat wacana (tenor of discourse) menunjuk pada orang-

orang yang dicantumkan dalam teks (novel); sifat orang-orang itu,

kedudukan, dan peran mereka: jenis-jenis hubungan peranan apa yang

terdapat di antara pelibat, termasuk hubugan sementara, baik jenis

peranan tuturan yang mereka lakukan dalam percakapan maupun

rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang secara kelompok

mempunyai arti penting melibatkan mereka; siapa saja yang dikutip dan

bagaimana sumber digambarkan sifatnya. (c) Sarana wacana (mode of

discourse) menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang

diharapkan oleh pelibat yang diperankan bahasa dalam situasi itu;

organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya

dalam konteks, termasuk salurannya (apakah yang dituturkan atau

dituliskan atau semacam gabungan keduanya?) dan juga mode

retoriknya, yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan dengan pokok

pengertian seperti membujuk, menjelaskan, mendidik, dan semacamnya.

Atau kata lainnya, bagaimana komunikator (Ahmad Fuadi)

104 M.A.K. Halliday dan Ruqaiya Hasan, Language, Context, and Text: Aspects of Language in a social-semiotics perspective, Australia: Deakin University, 1985, terjemahan Drs. Asruddin Barori Tou, MA., Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotik sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1994:16)

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan

pelibat (orang-orang yang dikutip; apakah menggunakan bahasa yang

diperhalus atau hiperbolik, eufimistik atau vulgar.

b) Setelah melihat wacana secara keseluruhan, baru kemudian dianalisis

dengan model Roger Fowler yaitu, pertama, pada level kata. Pilihan

kosakata yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa, bagaimana

aktor-aktor yang terlibat dibahasakan. Kata-kata di sini bukan hanya

penanda atau identitas, tetapi dihubungkan dengan ideologi tertentu,

makna apa yang ingin dikomunikasikan kepada khalayak. Pihak atau

kelompok mana yang diuntungkan dengan pemakaian kata-kata tersebut

dan pihak atau kelompok mana yang dirugikan dan posisinya

termarjinalkan.

Kedua, pada level susunan kata atau kalimat. Bagaimana kata-kata

disusun ke dalam bentuk kalimat tertentu dimengerti dan dipahami bukan semata

persoalan teknis kebahasaan, tetapi praktek bahasa. Yang dititikberatkan di sini

adalah bagaimana pola pengaturan, penggabungan, penyusunan tersebut

menimbulkan efek tertentu: membuat posisi satu pihak lebih menguntungkan atau

mempunyai citra positif dibandingkan dengan pihak lain atau peristiwa tertentu

dipahami dalam kategori tertentu yang lebih menguntungkan dengan kategori

pemahaman lain.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

PONDOK PESANTREN GONTOR DAN SEJARAH

PERKEMBANGANNYA

A. Pondok Modern Darussalam Gontor

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah sebuah pondok

pesantren di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Pondok ini mengkombinasikan

pesantren dan metode pengajaran klasik berkurikulum seperti sekolah. Pondok

Pesantren, selama berabad-abad, telah menjadi sebuah institusi pendidikan yang

memiliki peran cukup signifikan di Indonesia. Sebagai wadah penggemblengen

generasi muslim, Pondok Pesantren tanpa henti menanamkan akhlaq dan adab,

dan menjadi media transformasi ilmu pengetahuan.28

Pondok Modern Darussalam Gontor adalah salah satu Pondok Pesantren

yang turut mewarnai dunia pendidikan Indonesia. Terletak di sebuah desa di Jawa

Timur yang bernama Gontor, Pondok Modern Darussalam Gontor mengerahkan

segenap konsentrasi dan potensinya untuk dunia pendidikan Islam. Hal ini

semakin dipertegas dengan tidak terlibatnya Pondok Modern Darussalam Gontor

dalam politik praktis. Karena Pondok ini tidak berafiliasi kepada partai politik

ataupun organisasi kemasyarakatan apapun, ia dapat secara independen

menentukan langkahnya, sehingga memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam

pendidikan dan pengajaran.

28 Lihat di Komunika Majalah Ilmiah Komuikasi dalam disertasi Dwi Purwoko. Hubungan Akses Media Konteks Membaca dengan Kemandirian Santridi Pondok Pesantren. vol 10, no. 1, 2007. LIPI hal. 48-50

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

"Pondok Modern di atas dan untuk semua golongan." Demikian prinsip

yang dipegang Pondok Modern Darussalam Gontor sejak pertama kali didirikan.

Dengan terbebasnya institusi ini dari muatan politis, pondok ini dapat lebih

memfokuskan diri dalam menunaikan amanat pendidikan dan pengajaran yang

berada di pundaknya. Iklim pendidikan yang lebih tenang dan kondusif pun

tercipta, dengan didasari jiwa keikhlasan dan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan

apapun.

Salah satu nikmat yang dianugerahkan oleh Allah Swt. Bahwa instusi ini,

dalam usianya yang ke-84, dapat terus meningkatkan peran dan eksistensinya

dalam mendidik generasi muda muslim yang berkualitas. Para alumninya kini

bergerak dalam berbagai bidang; agama, sosial, kemasyarakatan, dan

pemerintahan. Beberapa di antaranya meneruskan studi di berbagai perguruan

tinggi di Indonesia, maupun di perguruan tinggi di negara-negara Timur Tengah

dan Barat. Peran serta prestasi para alumni inilah yang mengharumkan nama

Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai lembaga pendidikan Islam yang

disegani di Asia Tenggara. Dan dengan dukungan mereka pula, pondok ini

menjadi kokoh dan teguh dalam menghadapi pelbagai tantangan dan cobaan. 29

B. Latar Belakang Terbentuknya

Gagasan untuk membangun Gontor Baru dan gambaran tentang bentuk

pendidikan dan lulusannya diilhami oleh peristiwa dalam Konggres Ummat Islam

Indonesia di Surabaya pada pertengahan tahun 1926. Kongres itu dihadiri oleh

29 Dapat dilihat di “Selayang Pandang” tepatnya Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor yang diakses di http://gontor.ac.id

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

tokoh-tokoh ummat Islam Indonesia, misalnya H.O.S.Cokroaminoto, Kyai Mas

Mansur, H. Agus Salim, AM. Sangaji, Usman Amin, dan lain-lain.

Dalam kongres tersebut diputuskan bahwa ummat Islam Indonesia akan

mengutus wakilnya ke Muktamar Islam se-Dunia yang akan diselenggarakan di

Makkah. Tetapi timbul masalah tentang siapa yang akan menjadi utusan. Padahal

utusan yang akan dikirim ke Muktamar tersebut harus mahir sekurang-kurangnnya

dalam bahasa Arab dan Inggris. Dari peserta kongres tersebut tak seorang pun

yang menguasai dua bahasa tersebut dengan baik. Akhirnya dipilih dua orang

utusan, yaitu H.O.S. Cokroaminoto yang mahir berbahasa Inggris dan K.H. Mas

Mansur yang menguasai bahasa Arab. Peristiwa ini mengilhami Pak Sahal yang

hadir sebagai peserta konggres tersebut akan perlunya mencetak tokoh-tokoh yang

memiliki kriteria di atas .

Kesan-kesan Kyai Ahmad Sahal dari kongres itu menjadi topik

pembicaraan dan merupakan masukan pemikiran yang sangat berharga bagi

bentuk dan ciri lembaga yang akan dibina di kemudian hari .Selain itu, situasi

masyarakat dan lembaga pendidikan di tanah air saat itu juga mengilhami

timbulnya ide-ide mereka. Banyak sekolah yang dibina oleh zending-zending

Kristen yang berasal dari Barat mengalami kemajuan yang sangat pesat; guru-

guru yang pandai dan cakap dalam penguasaan materi dan metodologi pengajaran

serta penguasaan ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatan. Sementara itu, lembaga

pendidikan Islam belum mampu menyamai kemajuan mereka. Diantara sebab

ketidakmampuan itu adalah kurangnya pendidikan Islam yang dapat mencetak

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

guru-guru Muslim yang cakap, berilmu luas dan ikhlas dalam bekerja serta

memiliki tanggung jawab untuk memajukan masyarakat30

Dari sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada saat itu sangat

timpang, satu lembaga pendidikan memberikan pelajaran umum saja dan

mengabaikan pelajaran-pelajaran agama, lembaga-lembaga pendidikan lain hanya

mengajarkan ilmu agama dan mengesampingkan pelajaran umum. Padahal

keduanya adalah ilmu Islam dan sangat diperlukan oleh ummat Islam. Maka

pondok pesantren yang akan dikembangkan itu harus memperhatikan hal ini .

Situasi sosial dan politik bangsa Indonesia berpengaruh pula pada

pendidikan; banyak lembaga pendidikan yang didirikan oleh partai-partai dan

golongan-golongan politik. Dalam lembaga pendidikan itu ditanamkan pelajaran

tentang partai atau golongan. Sehingga timbul fanatisme golongan. Sedangkan

para pemimpinnya terpecah karena masuknya benih-benih perpecahan yang

disebarkan oleh penjajah. Maka lembaga pendidikan itu harus dibebaskan dari

kepentingan golongan atau partai politik tertentu, dan “berdiri di atas dan untuk

semua golongan.

Tidak dapat disangkal bahwa ummat Islam Indonesia, juga ummat Islam

di seluruh dunia, terbagi ke dalam berbagai suku, bangsa, negara, dan bahasa;

mereka juga terbagi ke dalam aliran-aliran paham agama; mereka juga terbagi-

bagi ke dalam kelompok-kelompok organisasi dan gerakan baik dalam bidang

politik, sosial, dakwah, ekonomi, maupun yang lain. Kenyataan ini menunjukkan

adanya faktor pengkategori yang beragam. Tetapi, harus tetap disadari bahwa

30 dapat di lihat di http://gontor.ac.id/gontor/gagasan-dan-cita-cita

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

kategori-kategori tersebut tidak bersifat mutlak. Karena itu, semua dasar

klasifikasi tersebut tidak boleh dijadikan dasar pengkotak-kotakan ummat yang

menjurus kepada timbulnya pertentangan dan perpecahan di antara mereka. Maka

lembaga pendidikan harus berusaha menanamkan kesadaran mengenai hal ini,

serta mengajarkan bahwa faktor pengkategori yang sebenarnya adalah Islam itu

sendiri; ummat Islam seluruhnya adalah bersaudara dalam satu ukhuwwah

diniyyah.

Bangsa ini terus berkembang dan semua itu menjadi perhatian,

pengamatan, dan pemikiran para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.

Secara bertahap sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor

berjalan dengan berbagai percobaan pengembangan dari waktu ke waktu. Ketiga

pendiri yang memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda itu saling mengisi

dan melengkapi, sehingga Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor

menjadi seperti sekarang ini.

Namun semua yang ada saat ini belum mencerminkan seluruh gagasan dan

cita-cita para pendiri Gontor. Karena itu adalah tugas generasi penerus untuk

memelihara, mengembangkan dan memajukan lembaga pendidikan ini demi

tercapainya cita-cita para pendirinya.

Perjalanan panjang Pondok Modern Darussalam Gontor bermula pada

abad ke-18. Pondok Tegalsari sebagai cikal bakal Pondok Modern Darussalam

Gontor didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Bashari. Ribuan santri berduyun-duyun

menuntut ilmu di pondok ini. Saat pondok tersebut dipimpin oleh Kyai Khalifah,

terdapat seorang santri yang sangat menonjol dalam berbagai bidang. Namanya

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Sulaiman Jamaluddin, putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja,

Sultan Kasepuhan Cirebon. Ia sangat dekat dengan Kyainya dan Kyai pun sayang

padanya. Maka setelah santri Sultan Jamaluddin dirasa telah memperoleh ilmu

yang cukup, ia dinikahkan dengan putri Kyai dan diberi kepercayaan untuk

mendirikan pesantren sendiri di desa Gontor.

Gontor adalah sebuah tempat yang terletak lebih kurang 3 km sebelah

timur Tegalsari dan 11 km ke arah tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu,

Gontor masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang.

Bahkan hutan ini dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat,

penyamun bahkan pemabuk.

Dengan bekal awal 40 santri, Pondok Gontor yang didirikan oleh Kyai

Sulaiman Jamaluddin ini terus berkembang dengan pesat, khususnya ketika

dipimpin oleh putera beliau yang bernama Kyai Anom Besari. Ketika Kyai Anom

Besari wafat, Pondok diteruskan oleh generasi ketiga dari pendiri Gontor Lama

dengan pimpinan Kyai Santoso Anom Besari.

Setelah perjalanan panjang tersebut, tibalah masa bagi generasi keempat.

Tiga dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari menuntut ilmu ke berbagai

lembaga pendidikan dan pesantren, dan kemudian kembali ke Gontor untuk

meningkatkan mutu pendidikan di Pondok Gontor. Mereka adalah;

a) KH. Ahmad Sahal (1901-1977)

b) KH.Zainuddin Fanani (1908-1967)

c) KH. Imam Zarkasyi (1910-1985)

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Mereka memperbaharui sistem pendidikan di Gontor dan mendirikan

Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 20 September 1926 bertepatan

dengan 12 Rabiul Awwal 1345, dalam peringatan Maulid Nabi. Pada saat itu,

jenjang pendidikan dasar dimulai dengan nama Tarbiyatul Athfal. Kemudian,

pada 19 Desember 1936 yang bertepatan dengan 5 Syawwal 1355, didirikanlah

Kulliyatu-l-Muallimin al-Islamiyah, yang program pendidikannya

diselenggarakan selama enam tahun, setingkat dengan jenjang pendidikan

menengah.

Dalam perjalanannya, sebuah perguruan tinggi bernama Perguruan Tinggi

Darussalam (PTD) didirikan pada 17 November 1963 yang bertepatan dengan 1

Rajab 1383. Nama PTD ini kemudian berganti menjadi Institut Pendidikan

Darussalam (IPD), yang selanjutnya berganti menjadi Institut Studi Islam

Darussalam (ISID). Saat ini ISID memiliki tiga Fakultas: Fakultas Tarbiyah

dengan jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Bahasa Arab,

FakultasUshuluddin dengan jurusan Perbandingan Agama, dan Akidah dan

Filsafat, dan Fakultas Syariah dengan jurusan Perbandingan Madzhab dan

Hukum, dan jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Islam. Sejak tahun 1996

ISID telah memiliki kampus sendiri di Demangan, Siman, Ponorogo. Pondok

Modern Darussalam Gontor Ponorogo saat ini dipimpin oleh: KH. Dr. Abdullah

Syukri Zarkasyi, KH. Hasan Abdullah Sahal, dan KH. Syamsul Hadi Abdan.31

31 diakses di http://gontor.ac.id/gontor/latar-belakang

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

C. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Gontor32

Pondok pesantren dengan nama lengkap Pondok Modern Darussalam

Gontor ini memiliki sejarah yang lama membentang, dari sejak zaman Gontor

Lama hingga sekarang. Dimulai dari mundurnya Pondok Gontor Lama, Pondok

Modern Darussalam Gontor perlahan berkembang. Yaitu dimulai dari; Pondok

Tegalsari, lalu Pondok Gontor Lama, Berdirinya Pondok Gontor, Pembukaan

Tarbiyatul Athfal 1926, Pembukaan Sullamu-l-Muta'allimin 1932, Pembukaan

Kulliyyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyyah 1936. Kepemimpinan Generasi Pertama

dan Kepemimpinan Generasi Kedua.

1. Pondok Tegalsari

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama

Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa

terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah

sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah

Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan

Pondok Tegalsari.

Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan

berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan

santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir

seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa

menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar,

misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain.

32 Dapat dilihat di “Sejarah” tepatnya diakses di http://gontor.ac.id

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan

berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini.

Alumni Pondok ini banyak yang menjadi orang besar dan berjasa kepada bangsa

Indonesia. Di antara mereka ada yang menjadi kyai, ulama, tokoh masyarakat,

pejabat pemerintah, negarawan, pengusaha, dll. Sekadar menyebut sebagai contoh

adalah Paku Buana II atau Sunan Kumbul, penguasa Kerajaan Kartasura; Raden

Ngabehi Ronggowarsito (wafat 1803), seorang Pujangga Jawa yang masyhur; dan

tokoh Pergerakan Nasional H.O.S. Cokroaminoto (wafat 17 Desember 1934).

Dalam Babad Perdikan Tegalsari diceritakan tentang latar belakang Paku

Buana II nyantri di Pondok Tegalsari. Pada suatu hari, tepatnya tanggal 30 Juni

1742, di Kerajaan Kartasura terjadi pemberontakan Cina yang dipimpin oleh

Raden Mas Garendi Susuhuhan Kuning, seorang Sunan keturunan Tionghoa.

Serbuan yang dilakukan oleh para pemberontak itu terjadi begitu cepat dan hebat

sehingga Kartasura tidak siap menghadapinya. Karena itu Paku Buana II bersama

pengikutnya segera pergi dengan diam-diam meninggalkan Keraton menuju ke

timur Gunung Lawu. Dalam pelariannya itu dia sampai di desa Tegalsari. Di

tengah kekhawatiran dan ketakutan dari kejaran pasukan Sunan Kuning itulah

kemudian Paku Buana II berserah diri kepada Kanjeng Kyai Hasan Besari.

Penguasa Kartasura ini selanjutnya menjadi santri dari Kyai wara` itu; dia ditempa

dan dibimbing untuk selalu bertafakkur dan bermunajat kepada Allah, Penguasa

dari segala penguasa di semesta alam.

Berkat keuletan dan kesungguhannya dalam beribadah dan berdoa serta

berkat keikhlasan bimbingan dan doa Kyai Besari, Allah SWT mengabulkan doa

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Paku Buana II. Api pemberontakan akhirnya reda. Paku Buana II kembali

menduduki tahtanya. Sebagai balas budi, Sunan Paku Buana II mengambil Kyai

Hasan Besari menjadi menantunya. Sejak itu nama Kyai yang alim ini dikenal

dengan sebutan Yang Mulia Kanjeng Kyai Hasan Bashari (Besari). Sejak itu pula

desa Tegalsari menjadi desa merdeka atau perdikan, yaitu desa istimewa yang

bebas dari segala kewajiban membayar pajak kepada kerajaan.

Setelah Kyai Ageng Hasan Bashari wafat, beliau digantikan oleh putra

ketujuh beliau yang bernama Kyai Hasan Yahya. Seterusnya Kyai Hasan Yahya

digantikan oleh Kyai Bagus Hasan Bashari II yang kemudian digantikan oleh

Kyai Hasan Anom. Demikianlah Pesantren Tegalsari hidup dan berkembang dari

generasi ke generasi, dari pengasuh satu ke pengasuh lain. Tetapi, pada

pertengahan abad ke-19 atau pada generasi keempat keluarga Kyai Bashari,

Pesantren Tegalsari mulai surut.

Alkisah, pada masa kepemimpinan Kyai Khalifah, terdapat seorang santri

yang sangat menonjol dalam berbagai bidang. Namanya Sulaiman Jamaluddin,

putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja, Sultan Kasepuhan

Cirebon. Ia sangat dekat dengan Kyainya dan Kyai pun sayang kepadanya. Maka

setelah santri Sulaiman Jamaluddin dirasa telah memperoleh ilmu yang cukup, ia

diambil menantu oleh Kyai dan jadilah ia Kyai muda yang sering dipercaya

menggantikan Kyai untuk memimpin pesantren saat beliau berhalangan. Bahkan

sang Kyai akhirnya memberikan kepercayaan kepada santri dan menantunya ini

untuk mendirikan pesantren sendiri di desa Gontor.

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

2. Pondok Gontor Lama

Gontor adalah sebuah desa yang terletak lebih kurang 3 KM sebelah timur

Tegalsari dan 11 KM ke arah tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu Gontor

masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang. Bahkan

hutan ini dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat,

penyamun, pemabuk, dan sebagainya.

Di tempat inilah Kyai muda Sulaiman Jamaluddin diberi amanat oleh

mertuanya untuk merintis pondok pesantren seperti Tegalsari. Dengan 40 santri

yang dibekalkan oleh Kyai Khalifah kepadanya, maka berangkatlah rombongan

tersebut menuju desa Gontor untuk mendirikan Pondok Gontor.

Pondok Gontor yang didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus

berkembang dengan pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putera beliau yang

bernama Kyai Archam Anom Besari. Santri-santrinya berdatangan dari berbagai

daerah di Jawa, konon banyak juga santri yang datang dari daerah Pasundan Jawa

Barat. Setelah Kyai Archam wafat, pondok dilanjutkan oleh putera beliau

bernama Santoso Anom Besari. Kyai Santoso adalah generasi ketiga dari pendiri

Gontor Lama. Pada kepemimpinan generasi ketiga ini Gontor Lama mulai surut;

kegiatan pendidikan dan pengajaran di pesantren mulai memudar. Di antara sebab

kemundurannya adalah karena kurangnya perhatian terhadap kaderisasi.

Jumlah santri hanya tinggal sedikit dan mereka belajar di sebuah masjid

kecil yang tidak lagi ramai seperti waktu-waktu sebelumnya. Walaupun Pondok

Gontor sudah tidak lagi maju sebagaimana pada zaman ayah dan neneknya, Kyai

Santoso tetap bertekad menegakkan agama di desa Gontor. Ia tetap menjadi figur

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

dan tokoh rujukan dalam berbagai persoalan keagamaan dan kemasyarakatan di

desa Gontor dan sekitarnya. Dalam usia yang belum begitu lanjut, Kyai Santoso

dipanggil Allah SWT. Dengan wafatnya Kyai Santoso ini, masa kejayaan Pondok

Gontor Lama benar-benar sirna. Saudara-saudara Kyai Santoso tidak ada lagi

yang sanggup menggantikannya untuk mempertahankan keberadaan Pondok.

Yang tinggal hanyalah janda Kyai Santoso beserta tujuh putera dan puterinya

dengan peninggalan sebuah rumah sederhana dan Masjid tua warisan nenek

moyangnya.

Tetapi rupanya Nyai Santoso tidak hendak melihat Pondok Gontor pupus

dan lenyap ditelan sejarah. Ia bekerja keras mendidik putera-puterinya agar dapat

meneruskan perjuangan nenek moyangnya, yaitu menghidupkan kembali Gontor

yang telah mati. Ibu Nyai Santoso itupun kemudian memasukkan tiga puteranya

ke beberapa pesantren dan lembaga pendidikan lain untuk memperdalam agama.

Mereka adalah Ahmad Sahal (anak kelima), Zainuddin Fannani (anak keenam),

dan Imam Zarkasyi (anak bungsu). Sayangnya, Ibu yang berhati mulia ini tidak

pernah menyaksikan kebangkitan kembali Gontor di tangan ketiga puteranya itu.

Beliau wafat saat ketiga puteranya masih dalam masa belajar.

Sepeninggal Kyai Santoso Anom Besari dan seiring dengan runtuhnya

kejayaan Pondok Gontor Lama, masyarakat desa Gontor dan sekitarnya yang

sebelumnya taat beragama tampak mulai kehilangan pegangan. Mereka berubah

menjadi masyarakat yang meninggalkan agama dan bahkan anti agama.

Kehidupan mo-limo: maling (mencuri), madon (main perempuan), madat

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

(menghisap seret), mabuk, dan main (berjudi) telah menjadi kebiasaan sehari-hari.

Ini ditambah lagi dengan mewabahnya tradisi gemblakan di kalangan para warok.

3. Berdirinya Pondok Gontor

Ketiga putera Ibu Nyai Santoso yang dikirimkan ke beberapa lembaga

pendidikan terus memperdalam ilmu. Ibu Nyai Santoso tidak pernah berhenti

berdoa kepada Allah SWT agar ketiga puteranya itu kelak dapat menghidupkan

kembali Pondok Gontor Lama yang telah runtuh itu. Berkat pendidikan,

pengarahan, dan do’a yang tulus dan ikhlas dari sang Ibu serta kesungguhan

ketiga puteranya itu, akhirnya Allah SWT membuka hati ketiga putera itu untuk

menghidupkan kembali pondok pesantren yang telah mati itu.

Pada tanggal 20 September 1926 bertepatan dengan 12 Rabi’ul Awwal

1345, di dalam peringatan Maulid Nabi, di hadapan masyarakat yang hadir pada

kesempatan itu, dideklarasikan pembukaan kembali Pondok Gontor.

Dengan tekad untuk menjadi sebuah lembaga pendidikan berkualitas,

Pondok Modern Darussalam Gontor bercermin pada lembaga-lembaga pendidikan

internasional terkemuka. Empat lembaga pendidikan yang menjadi sintesa Pondok

Modern Gontor adalah:

1. Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, yang memiliki wakaf yang sangat luas

sehingga mampu mengutus para ulama ke seluruh penjuru dunia, dan

memberikan beasiswa bagi ribuan pelajar dari berbagai belahan dunia untuk

belajar di Universitas tersebut.

2. Aligarh, yang terletak di India, yang memiliki perhatian sangat besar

terhadap perbaikan sistem pendidikan dan pengajaran.

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

3. Syanggit, di Mauritania, yang dihiasi kedermawanan dan keihlasan para

pengasuhnya.

4. Santiniketan, di India, dengan segenap kesederhanaan, ketenangan dan

kedamaiannya.

4. Pembukaan Tarbiyatul Athfal, 1926

Langkah pertama untuk menghidupkan kembali Pondok Gontor adalah

dengan membuka Tarbiyatul Athfal (T.A.); suatu program pendidikan anak-anak

untuk masyarakat Gontor. Materi, prasarana, dan sarana pendidikannya sangat

sederhana. Semuanya dilakukan dengan modal seadanya. Tetapi dengan

kesungguhan, keuletan, kesabaran, dan keikhlasan pengasuh Gontor Baru, usaha

ini telah dapat membangkitkan kembali semangat belajar masyarakat desa Gontor.

Program inipun pada berikutnya tidak hanya diikuti oleh anak-anak, orang dewasa

juga ikut belajar di tempat ini. Peserta didiknya juga tidak terbatas pada

masyarakat desa Gontor, tetapi juga masyarakat desa sekitar.

Para santri T.A. itu dididik langsung oleh Pak Sahal (panggilan populer

untuk K.H. Ahmad Sahal). Dengan beralaskan tikar dan daun kelapa, pendidikan

dilangsungkan pada siang dan malam. Pada siang hari mereka belajar di bawah

pepohonan di alam terbuka, sedangkan pada malam hari mereka belajar diterangi

oleh lampu batok (tempurung kelapa).

Berkat kegigihan dan keuletan beliau, pada tiga tahun pertama para santri

yang belajar di Pondok Gontor telah mencapai jumlah 300. Mereka belajar tanpa

dipungut biaya apapun. Bahkan tidak jarang pengasuh Pondok yang memenuhi

keperluan sehari-hari mereka. Pada prinsipnya, tujuan utama pembelajaran di

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tarbiyatul Athfal adalah penyadaran siswa terhadap pemahaman dan pelaksanaan

ajaran agama.

Pada usia tujuh tahun, siswa T.A. telah mencapai 500 orang putra dan

putri. Fasilitas belajar-mengajar belum mencukupi sehingga mereka belajar di

rumah-rumah penduduk dan sebagian masih di alam terbuka di bawah pepohonan.

Tekad membuat bangunan untuk ruang kelas semakin menguat, tetapi dana tidak

ada, karena selama sepuluh tahun pertama siswa tidak dipungut bayaran apapun.

Untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan dibentuklah "Anshar Gontor",

yaitu orang-orang yang bertugas mencari dana di seluruh wilayah Jawa. Selain itu

para santri di dalam Pondok juga dilibatkan dalam pembuatan batu merah.

Tarbiyatul Athfal terus berkembang seiring dengan meningkatnya minat

masyarakat untuk belajar. Karena itu, setelah berjalan beberapa tahun,

didirikanlah cabang-cabang Tarbiyatul Athfal di desa-desa sekitar Gontor.

Madrasah-madrasah Tarbiyatul Athfal di desa-desa sekitar Gontor itu ditangani

oleh para kader yang telah disiapkan secara khusus melalui kursus pengkaderan.

Di samping membantu pendirian madrasah-madrasah TA tersebut, mutu TA di

Gontor juga ditingkatkan agar para lulusannya memiliki kemampuan yang

memadai untuk ikut berkiprah membina beberapa TA cabang yang ada. Untuk itu

dibukalah jenjang pendidikan di atas TA yang diberi nama Sullamul

Muta’allimin.

5. Pembukaan Sullamu-l-Muta'allimin, 1932

Dengan semakin banyaknya siswa yang menyelesaikan pendidikan di TA

dan adanya minat yang tinggi dari masyarakat untuk memperoleh pendidikan

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

lebih lanjut, pada tahun 1932 Pengasuh Pondok Gontor membuka program

lanjutan dari Tarbiyatul Athfal yang diberi nama "Sullamul Muta’allimin".

Pada tingkatan ini para santri diajari secara lebih dalam dan luas pelajaran

fikih, hadis, tafsir, terjemah al-Qur’an, cara berpidato, cara membahas suatu

persoalan, juga diberi sedikit bekal untuk menjadi guru berupa ilmu jiwa dan ilmu

pendidikan. Di samping itu mereka juga diajari ketrampilan, kesenian, olahraga,

gerakan kepanduan, dan lain-lain. Kegiatan ekstra kurikuler mendapat perhatian

luar biasa dari pengasuh Pondok, sehingga setelah tiga tahun berdirinya Sullamul

Muta’allimin telah berdiri pula berbagai gerakan dan barisan pemuda, antara lain:

a. Tarbiyatul Ikhwan (Organisasi Pemuda)

b. Tarbiyatul Mar’ah (Organisasi Pemudi)

c. Muballighin (Organisasi Juru Dakwah)

d. Bintang Islam (Gerakan Kepanduan)

e. Ri-Ba-Ta, yaitu Riyadlatul Badaniyah Tarbiyatul Athfal (Organisasi Olahraga)

f. Miftahussa’adah dengan "Mardi Kasampurnaan".

g. Klub Seni Suara, dan

h. Klub Teater.

Usaha Pengasuh Pondok untuk membangkitkan gairah masyarakat Gontor

dan sekitarnya sudah tampak membuahkan hasil. Madrasah-madrasah yang

menjadi cabang TA sudah banyak berdiri di desa-desa sekitar Gontor. Para murid

dan alumni TA dan Sullamul Muta’allimin Gontor menjadi tulang punggung dari

berlangsungnya proses belajar mengajar di madrasah-madrasah itu. Mengingat

banyak madrasah Tarbiyatul Athfal yang telah dibuka, maka dibentuklah sebuah

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

wadah yang menggabungkan seluruh TA itu, yaitu Taman Perguruan Islam (TPI)

yang dipimpin langsung oleh Pak Sahal. Menjelang usia 10 tahun pembukaan

kembali Gontor, TPI telah mempunyai murid lebih dari 1000.

6. Pembukaan Kulliyyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyyah, 1936

Pondok Gontor yang telah dibuka kembali terus berkembang. Kehadiran

TA telah membawa angin segar yang menggugah minat belajar masyarakat.

Program pendidikan di TA pun berkembang. Jika pada awalnya TA hanya

bermula dengan mengumpulkan anak-anak desa dan mengajari mereka mandi dan

membersihkan diri serta cara berpakaian untuk menutupi aurat mereka, maka

dalam satu dasawarsa kemudian lembaga ini telah berhasil mencetak para kader

Islam dan muballigh di tingkat desa yang tersebar di sekitar Gontor. Melalui

mereka nama Gontor menjadi lebih dikenal masyarakat.

Perkembangan tersebut cukup menggembirakan hati pengasuh pesantren

yang baru dibuka kembali ini. Banyak sekali yang perlu disyukuri. Terlebih lagi

setelah K.H. Imam Zarkasyi kembali dari belajarnya di berbagai pesantren dan

lembaga pendidikan di Jawa dan Sumatra pada tahun 1935. Beliau mulai ikut

membenahi pendidikan di Pondok Gontor Baru ini. Kesyukuran tersebut ditandai

dengan Peringatan atau "Kesyukuran 10 Tahun Pondok Gontor". Acara

kesyukuran dan peringatan menjadi semakin sempurna dengan diikrarkannya

pembukaan program pendidikan baru tingkat menengah pertama dan menengah

atas yang dinamakan Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) atau Sekolah

Guru Islam pada tanggal 19 Desember 1936. Program pendidikan baru ini

ditangani oleh K.H. Imam Zarkasyi, yang sebelumnya pernah memimpin sekolah

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

serupa tetapi untuk perempuan, yaitu Mu’allimat Muhammadiyah di Padang

Sidempuan, Sumatra Utara.

Dalam peringatan 10 tahun ini pula tercetus nama baru untuk Pondok

Gontor yang dihidupkan kembali ini, yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor.

Nama ini merupakan sebutan masyarakat yang kemudian melekat pada Pondok

Gontor yang nama aslinya Darussalam, artinya Kampung Damai.

Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) adalah Sekolah Pendidikan

Guru Islam yang modelnya hampir sama dengan Sekolah Noormal Islam di

Padang Panjang; di mana Pak Zar menempuh jenjang pendidikan menengahnya.

Model ini kemudian dipadukan dengan model pendidikan pondok pesantren.

Pelajaran agama, seperti yang diajarkan di beberapa pesantren pada umumnya,

diajarkan di kelas-kelas. Namun pada saat yang sama para santri tinggal di dalam

asrama dengan mempertahankan suasana dan jiwa kehidupan pesantren. Proses

pendidikan berlangsung selama 24 jam. Pelajaran agama dan umum diberikan

secara seimbang dalam jangka 6 tahun. Pendidikan ketrampilan, kesenian,

olahraga, organisasi, dan lain-lain merupakan bagian dari kegiatan kehidupan

santri di Pondok.

Pada tahun pertama pembukaan program ini, sambutan masyarakat belum

memuaskan. Bahkan tidak sedikit kritik dan ejekan yang dialamatkan kepada

program baru yang diterapkan oleh Gontor. Sistem pendidikan semacam yang

diterapkan oleh Gontor tersebut memang masih sangat asing. Sistem belajar

secara klasikal, penggunaan kitab-kitab tertentu yang tidak umum dipakai di

pesantren, pemberian pelajaran umum, guru dan santri memakai celana panjang

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

dan dasi. Demikian juga pemakaian Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan bahkan

juga Bahasa Belanda, ketika itu masih dianggap tabu. Sebab Bahasa Arab adalah

bahasa Islam sedangkan Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda adalah bahasa orang

kafir.

Masih asingnya sistem pendidikan baru ini menyebabkan merosotnya

jumlah santri Gontor saat itu. Santri Gontor yang sebelumnya berjumlah ratusan

kini hanya tinggal 16 orang. Keadaan ini tidak mematahkan semangat Pak Sahal

dan Pak Zar. Dalam keadaan demikian Pak Zar bertekad dan berucap: "Biarpun

tinggal satu saja dari yang 16 orang ini, program akan tetap akan kami jalankan

sampai selesai, namun yang satu itulah nantinya yang akan mewujudkan 10…100

hingga 1000 orang." Bahkan suatu saat Pak Zar pernah berujar: "Seandainya saya

tidak berhasil mengajar dengan cara ini, saya akan mengajar dengan pena." Pak

Sahal juga tanpa ragu-ragu berdoa: "Ya Allah, kalau sekiranya saya akan melihat

bangkai Pondok saya ini, panggillah saya lebih dahulu kehadirat-Mu untuk

mempertanggung jawabkan urusan ini."

Allah rupanya mendengar doa dan tekad kakak-beradik itu. Pada tahun

kedua, mulai datang para santri dari Kalimantan, Sumatra, dan dari berbagai

pelosok tanah Jawa. Gontor mulai ramai oleh kehadiran para santri yang semakin

banyak. Akhirnya, setelah tiga tahun berjalan, Pondok Gontor dibanjiri oleh para

santri dari berbagai kota dan pulau dengan tingkat pengetahuan yang berbeda-

beda. Ada yang sudah baik pengetahuan agamanya tetapi lemah dalam

pengetahuan umum dan ada pula yang sebaliknya. Untuk mengatasi persoalan ini

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

dibukalah kelas khusus untuk menampung mereka, yaitu Voorklas atau Kelas

Pendahuluan.

Setelah perjalanan tiga tahun, pelajaran sudah harus ditingkatkan, maka

dibukalah tingkatan yang lebih tinggi bernama Bovenbow. Jumlah santri yang

semakin banyak dan pembukaan kelas baru ini menimbulkan persoalan baru, yaitu

terbatasnya jumlah guru. Dalam kondisi demikian ini tidak jarang Pak Zar

mengajar 2 kelas dalam satu jam pelajaran. Namun pada tahun kelima datanglah

seorang guru muda bernama R. Muin yang cakap berbahasa Belanda. R. Muin ini

kemudian diserahi mengajar Bahasa Belanda untuk murid-murid kelas I tingkat

atas, atau kelas IV.

Setelah berjalan 5 tahun, pengembangan tingkatan pendidikan di KMI

menjadi sebagai berikut :

a. Program Onderbow, lama belajar 3 tahun.

b. Program Bovenbow, lama belajar 2 tahun.

D. Kepemimpinan Generasi Pertama33

1. Terciptanya "Hymne Oh Pondokku" dan Peringatan 15 Tahun

Tahun ke-5 berdirinya KMI merupakan tahun bersejarah bagi Pondok

Modern Darussalam Gontor dengan terciptanya "Hymne Oh Pondokku." Lagu

hymne ini diciptakan R. Mu’in dan liriknya diciptakan Husnul Haq, keduanya

guru KMI.

Pada tanggal 1-10 Januari 1942, Pondok Modern Darussalam Gontor

mengadakan Peringatan 15 Tahun Berdirinya Pondok yang disebut Fijftien Jarige

33 http://gontor.ac.id/sejarah

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Jubelium. Tujuan peringatan ini adalah mensyukuri segala kemajuan yang telah

dicapai. Semula Peringatan ini akan diadakan tahun 1941, tetapi karena situasi

tidak aman dengan pecahnya Perang Dunia II, Peringatan tersebut diundur hingga

tahun 1942.

2. Masa Penjajahan Jepang

Dengan berkecamuknya perang Belanda-Jepang untuk memperebutkan

Indonesia, terputuslah jalur komunikasi luar Jawa dengan Jawa. Akibatnya santri

Gontor yang berasal dari luar Jawa tidak mendapatkan kiriman dari orang tua

mereka. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, Pengasuh dan Direktur

menjual kekayaan pribadi mereka. Usaha inipun masih belum bisa mencukupi

kebutuhan makan sehari-hari santri, maka didirikanlah Dapur Umum dan dibentuk

pengurusnya yang disebut UPPIPOM (Usaha Penolong Pelajar Islam Pondok

Modern) yang bertugas mencari dana bagi kepentingan para santri.

Tahun 1943/1944 dengan propaganda perang suci "Perang Asia Timur

Raya", Jepang mewajibkan pemuda ikut perang, maka sekolah-sekolah harus

ditutup, termasuk KMI Pondok Modern Darussalam Gontor. Namun lembaga

pendidikan yang bernama pondok pesantren dibiarkan tetap hidup. Karena itu

pembelajaran di KMI dilaksanakan di dalam kamar para santri secara sembunyi-

sembunyi. Dengan cara demikian Pondok Modern Darussalam Gontor tidak

dikategorikan sebagai sekolah, sehingga tidak wajib ditutup.

3. Perang Merebut Kemerdekaan dan Pemberontakan PKI 1948

Pada saat perang merebut kemerdekaan negeri ini, santri Gontor banyak

yang terlibat. Mereka masuk dalam pasukan Hizbullah dan Sabilillah. Setelah

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

perang agak reda, 1946, Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno,

berkunjung ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Saat itu jumlah santri Gontor

tinggal belasan saja.

Setelah kacau akibat peperangan, program KMI mulai ditata kembali. Pada

1947 organisasi pelajar Roudlatul Muta’llimin dilebur dan diganti dengan PII

(Pelajar Islam Indonesia) yang saat itu baru berusia 3 bulan. PII dipilih karena ia

tidak berafiliasi kepada satu parpol atau golongan tertentu, sesuai dengan prinsip

Gontor Berdiri di atas dan untuk semua golongan.

Tahun 1948 Pondok Modern Darussalam Gontor diguncang oleh

pemberontakan PKI pimpinan Muso yang dikenal dengan sebutan “Madiun

Affair”. Pada saat itu Pondok terpaksa dikosongkan. Sejumlah 200 santri secara

bergelombang meninggalkan Pondok untuk menyusun taktik perlawanan dan

gelombang terakhir diikuti oleh pengasuh dan direktur mereka. PKI telah

menguasai daerah Karesidenan Madiun (Madiun, Ponorogo, Magetan, Pacitan dan

Ngawi) dan membunuhi banyak tokoh agama, dimana pada saat itu TNI sudah

dilumpuhkan oleh PKI, Pesantren Gontor diliburkan dan santri serta ustadnya

hijrah guna menghindar dari kejaran pasukan Muso. KH Ahmad Sahal(alm)

selamat dalam persembunyian di sebuah Gua di pegunungan daerah Mlarak. Gua

tersebut kini disebut dengan Gua Ahmad Sahal. Kegiatan Pendidikan Pesantren

dilanjutkan kembali setelah kondisi normal.34

34 di akses di http://id.wikipedia.org

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Pada 19 Desember 1948 Belanda kembali menyerang Indonesia. Pondok

lagi-lagi terpaksa ditinggalkan para santrinya untuk ikut bergerilya mengangkat

senjata bergabung dengan Corp Pelajar.

4. Pembentukan IKPM dan Pembentukan YPPWPM

Jumlah alumni KMI Pondok Modern Darussalam Gontor mulai banyak,

mereka tersebar di masyarakat dan bergerak dalam berbagai bidang kegiatan. Para

alumni itu kemudian dihimpun dalam suatu wadah persaudaraan yang disebut

Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM). Organisasi alumni Gontor ini lahir

tanggal 17 Desember 1949 di tengah berlangsungnya Kongres Muslimin

Indonesia di Yogyakarta. Pengikraran secara resmi IKPM dilakukan pada

Peringatan Seperempat Abad Pondok Modern, 29 Oktober 1951.

Untuk memelihara dan mengembangkan kekayaan yang diwakafkan ini

dan untuk menangani berbagai persoalan berkaitan dengan pendanaan Pondok

Modern, didirikanlah Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok

Modern (YPPWPM), tanggal 18 Maret 1959.

5. Peringatan Seperempat Abad, Peringatan Empat Windu dan Pewakafan

Pondok

Peringatan Seperembat Abad Pondok (27 Oktober – 4 November 1951)

dilaksanakan secara meriah dengan rentetan acara bermacam-macam. Pada

pembukaan acara tersebut Pak Sahal menyampaikan sambutan di antaranya berisi

ikrar bahwa Pondok Modern Darussalam Gontor adalah Milik Ummat Islam

Seluruh Dunia, karena itu maju mundurnya Pondok diserahkan kepada ummat

Islam.

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Momen bersejarah bagi terwujudnya niat mewakafkan Pondok kepada

Ummat Islam terjadi pada Peringatan Empat Windu Pondok Modern Darussalam

Gontor, 11-17 Oktober 1958. Pada saat itu, 12 Oktober 1958, Trimurti (K.H.

Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fannani, dan K.H. Imam Zarkarsyi) sebagai

pendiri Pondok mewakafkan Pondok Modern Darussalam Gontor kepada IKPM

yang diwakili oleh 15 orang. Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor ketika

itu terdiri dari tanah kering seluas 1,740 ha (Kampus Pondok), tanah basah seluas

16,851 ha, dan gedung sebanyak 12 buah; Masjid, Madrasah, Indonesia I,

Indonesia II, Indonesia III, Tunis, Gedung Baru, Abadi, Asia Baru, PSA, BPPM,

dan Darul Kutub.

6. Pembukaan Perguruan Tinggi Pesantren

Setelah seperempat abad KMI berdiri dibukalah Perguruan Tinggi di

Gontor dengan nama Perguruan Tinggi Darussalam (PTD), tanggal 17 Nopember

1963. Nama PTD ini kemudian berganti menjadi Institut Pendidikan Darussalam

(IPD) yang selanjutnya berganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID).

Saat ISID memiliki tiga Fakultas: Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan

Agama Islam dan Pengajaran Bahasa Arab, Fakultas Ushuluddin dengan jurusan

Perbandingan Agama dan Akidah dan Pemikiran Islam (Filsafat), dan Fakultas

Syariah dengan jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum dan jurusan Ekonomi

Islam. Sejak tahun 1996 ISID telah memiliki kampus tersendiri di Demangan,

Siman, Ponorogo.

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

7. Peringatan Lima Windu dan Peristiwa Sembilan Belas Maret

Pada Tahun 1967 diadakan Peringatan Lima Windu Pondok Modern

Darussalam Gontor. Di antara acara penting dalam peringatan ini adalah wisuda

perdana sarjana PerguruanTinggi Darussalam. Pada tahun ini juga terjadi tragedi

yang disebut Persemar (Peristiwa Sembilan belas Maret). Sekelompok guru dan

santri yang terprovokasi berusaha mengubah haluan Pondok dengan ide yang

mereka sebut sendiri sebagai ide gila. Mereka berniat membunuh dan

menyingkirkan pendiri dan sekaligus Pimpinan Pondok, kemudian memilih

pimpinan yang mereka kehendaki dari para tokoh pembuat makar itu. Rupanya

Allah tidak meridhoi usaha mereka dan mereka pun gagal.

Persemar tampaknya menjadi pupuk bagi perjalanan sejarah Pondok

kemudian. Setelah peristiwa itu Pondok berkembang dengan pesat dan minat

masyarakat untuk belajar di Gontor semakin tinggi.

8. Kesyukuran Setengah Abad dan Peresmian Masjid Jami’

Pesatnya perkembangan Pondok ini kemudian disyukuri dengan Perayaan

Kesyukuran Setangah Abad, berlangsung tanggal 2-4 Maret 1978. Acara ini

dihadiri oleh Presiden R.I. Soeharto yang sekaligus meresmikan Masji Jami’

Pondok.

Trimurti Wafat, Tahun 1967 K.H. Zainuddin Fanani, salah seorang dari

Trimurti Pendiri Pondok wafat. Kemudian disusul oleh K.H. Ahmad Sahal yang

wafat tahun 1977. Delapan tahun berikutnya, 1985, K.H. Imam Zarkasyi pun

pergi menghadap Ilahi menyusul kedua kakaknya. Sepeninggal Trimurti tongkat

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

estafet kepemimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor diserahkan kepada

generasi kedua.35

E. Kepemimpinan Generasi Kedua

Dalam sidang pertamanya, sepeninggal Trimurti, Badan Wakaf Pondok

Modern Darussalam Gontor menetapkan tiga Pimpinan Pondok untuk memimpin

Gontor paska Trimurti. Ketiga Pimpinan itu adalah K.H. Shoiman Luqmanul

Hakim, K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., dan K.H. Hasan Abdullah Sahal.

Untuk menangani KMI, Badan Wakaf menetapkan K.H. Imam Badri sebagai

Direktur KMI. Awal kepemimpinan Generasi Kedua diliputi oleh kekhawatiran

dan keraguan akan nasib Pondok Modern Darussalam Gontor sepeninggal

Generasi Pertama.

Tetapi berkat tekad yang bulat, niat yang mantap, dan perjuangan yang tak

kenal menyerah; dengan semboyan "Labuh bondo, bahu, pikir, lek perlu sak

nyawane" serta tawakkal kepada Allah SWT; Generasi Kedua berhasil melalui

segala ujian dan rintangan untuk mempertahankan, mengembangkan, dan

memajukan Pondok Modern Darussalam Gontor. Banyak kemajuan yang telah

dicapai oleh Pimpinan Pondok dari Generasi Kedua ini; baik fisik maupun non

fisik.

35 di akses di http://id.wikipedia.org; Trimurti menerapkan format baru dan mendirikan Pondok Gontor dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah metode pengajaran pesantren yang menggunakan sistem watonan (massal) dan sorogan (individu) diganti dengan sistem klasik seperti sekolah umum. Pada awalnya Pondok Gontor hanya memiliki Tarbiyatul Atfhfal (setingkat taman kanak-kanak) lalu meningkat dengan didirikannya Kulliyatul Mu'alimin Al-Islamiah (KMI) yang setara dengan lulusan sekolah menengah. Pada tahun 1963 Pondok Gontor mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

1. Pembentukan PLMPM

Salah satu orientasi pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor

adalah kemasyarakatan. Para santri dicetak untuk menjadi pejuang Islam yang

mandiri di masyarakat. Kenyataannya, perkembangan iptek dan meluasnya

informasi di segala sektor kehidupan menimbulkan perubahan sosial yang cepat di

masyarakat, sehingga menimbulkan jarak antara kesiapan individu santri dengan

tuntutan lingkungannya. Perkembangan dan perubahan zaman ini telah

diantisipasi oleh Pondok melalui berbagai cara dan program. Di antaranya adalah

dengan mendirikan Pusat Latihan Menejemen dan Pengembangan Masyarakat

(PLMPM), tahun 1988, yang dirancang khusus bagi alumni KMI dan ISID yang

memang betul-betul akan terjun langsung ke masyarakat. Di lembaga ini para

alumni itu diberi bekal tambahan untuk menyempurnakan dan mempercepat karya

mereka di masyarakat. 2. Pembukaan Pesantren Putri.

Di antara wujud kemajuan yang dicapai Generasi Kedua adalah

keberhasilannya merealisasikan amanat Trimurti dan melaksanakan Keputusan

Badan Wakaf untuk mendirikan Pesantren Putri. Pesantren yang didirikan di

Sambirejo, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur ini dibuka secara resmi tanggal 31

Mei 1990 oleh Menteri Agama R.I. Munawwir Syadzali dengan didampingi oleh

Duta Besar Mesir untuk Indonesia.

2. Peringatan Delapan Windu dan Peringatan 70 Tahun

Perkembangan dan kemajuan ini kemudian disyukuri dengan mengadakan

Peringatan Delapan Windu yang berlangsung tanggal 3 Juni-20 Juli 1991. Acara

ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan dan dihadiri oleh tokoh-tokoh

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

masyarakat, tokoh-tokoh agama, para cendekiawan dan akademisi, para kyai

pimpinan pondok pesantren, para pejabat tinggi pemerintah baik sipil maupun

militer, dan para duta besar perwakilan negara-negara sahabat. Hampir seluruh

pimpinan Ormas Islam ikut hadir dalam acara ini, dan pada acara puncak

Peringatan ini dihadiri oleh Wakil Presiden RI Sudharmono, S.H. beserta

rombongan.

Enam tahun kemudian, 1997, Pondok menyelenggarakan Peringatan 70

Tahun. Acara ini berlangsung sukses meskipun tidak semeriah Peringatan

Delapan Windu. Puncak acara ini dihadiri oleh Wakil Presiden RI Try Sutrisno

beserta beberapa pejabat tinggi negara lainnya.

3. Pendirian Pondok-Pondok Cabang

Mengingat tingginya animo masyarakat untuk memasukkan anaknya di

Gontor dan keterbatasan fasilitas yang tersedia di Kampus Pondok Modern

Darussalam Gontor serta untuk memberikan bekal yang lebih baik kepada para

calon santri yang ingin masuk di Pondok Modern Darussalam Gontor, dibukalah

cabang-cabang Gontor di beberapa tempat: Pondok Modern Gontor 2, di

Madusari, Siman, Ponorogo, tahun 1996; Pondok Modern Gontor 3 "Darul

Ma'rifat" di Sumbercangkring, Gurah, Kediri, tahun 1993; Pondok Modern

Gontor 4, yaitu Pesantren Putri Gontor di Sambirejo, Mantingan, Ngawi, tahun

1990; Pondok Modern Gontor 5 "Darul Muttaqin" di Kaligung, Rogojampi,

Banyuwangi, tahun 1990; Pondok Modern Gontor 6 "Darul Qiyam" di

Gadingsari, Mangunsari, Sawangan, Magelang, tahun 1999; dan Pondok Modern

Gontor 7 “Riyadlatul Mujahidin”, di Podahua, Landono, Sulawesi Tenggara,

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

tahun 2002; Pondok Modern Gontor 8 dan Pondok Modern Darussalam Gontor 9

di Lampung; serta Pondok Modern Gontor 10 "Darul Amin"di Aceh Di samping

itu juga dibu Pondok Modern Gontor Putri 2 pada tahun 1997 dan Pondok

Modern Gontor Putri 3 pada tahun 2002, menyusul berikutnya Pondok Modern

Gontor Putri 4 di Kendari dan Pondok Modern Gontor Putri 5 di Kandangan,

Kediri.

F. Estefet Kepemimpinan Pada Generasi Kedua

Pada awal tahun 1999, suasana duka menyelimuti Pondok Modern

Darussalam Gontor; K.H. Shoiman Luqmanul Hakim, salah seorang Pimpinan

Pondok, pulang ke rahmatullah. Untuk menggantikan posisi beliau sebagai

Pimpinan Pondok, Badan Wakaf menunjuk K.H. Imam Badri(1999-2006).

1. Pendirian Gontor 6 Darul Qiyam Magelang

Pondok Modern Darussalam Gontor mendapat wakaf tanah 2,3 hektar

beserta 1 masjid dan 1 Unit rumah dari Hj. Qayyumi, istri dari bapak KH. Kafrawi

Ridwan, MA, di dusun Gadingsari desa Mangunsari kecamatan Sawangan

kabupaten Magelang. Berdasarkan keputusan Badan Wakaf yang ke-46,

didirikanlah Gontor VI di atas lokasi tanah wakaf tersebut. Pada tanggal 22

Februari 2000, dibuka secara resmi Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyah "Darul

Qiyam" Magelang oleh DIRJEN BIMBAGA ISLAM DEPAG RI, Dr. H. Marwan

Saridjo.

2. Kampus Gontor Putri 2

Pada tanggal 5 Muharram 1422/ 1 April 2001 mulai dibangun kampus

Gontor Putri II. Sejak tahun1997 Gontor Putri 2 masih menjadi satu dengan

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Kampus Gontor Putri I. Kampus Gontor Putri II berlokasi di sebelah barat kampus

Gontor putri I, di atas tanah seluas 10 hektar. Secara simbolis penggunaan kampus

Gontor Putri 2 diresmikan oleh presiden RI Megawati Soekarno Putri pada

tanggal 14 Februari 2002, ketika berkunjung ke Pondok Modern Darussalam

Gontor di Ponorogo.

3. Gontor Buka Cabang di Kendari

Pada tanggal 24 Rabiul Tsani 1423 / 5 Juli 2002 di Kendari diadakan

kesepakatan bersama antara pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara sebagai

pihak I yang diwakili oleh Gubernur Sulawesi Tenggara, Drs. H. La Ode

Kamaimoedin dengan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur

sebagai pihak ke II yang diwakili oleh KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA,

tentang; pendirian dan pengelolaan Pondok Modern Darussalam Gontor VII

"Riyadatul Mujahidin" Pudahoa, Landono, Kendari, di atas tanah seluas 1000

hektar milik pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara. Untuk selanjutnya

pengelolaan dan tanggungjawab serta peningkatan mutu Pondok Modern

Darussalam Gontor VII Riyadatul Mujahidin sepenuhnya menjadi tanggungjawab

Pondok Modern Darussalam Gontor

4. Kampus Gontor Putri III di Karangbanyu

Setiap tahun jumlah calon pelajar yang hendak belajar di Pondok Gontor

Putri kian bertambah, sehingga 2 kampus yang telah disediakan itu dianggap tidak

lagi dapat menampung mereka. Maka pada awal bulan Oktober 2002, telah

dimulai pembangunan kampus Gontor Putri III di Desa Karangbanyu Kec.

Widodaren, di atas tanah seluas 10 hektar. Pada tahun ajaran 1423/2003 ini,

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Pondok Gontor Putri III telah melahirkan alumni perdananya. Tidak seperti

pesantren pada umumnya, para pengajarnya pun berdasi dan bercelana panjang

pantalon.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

PESAN PENDIDIKAN DALAM NOVEL: TEKS DAN KONTEKS SITUASI

Sebelum dikemukakan secara lebih detail hasil analisis wacana kritis

(CDA) terhadap teks novel Negeri 5 Menara ini, ada baiknya perlu disampaikan

kembali bagaimana peta atau arah berpikir dalam kajian ini. Fokus penelitian dari

skripsi ini adalah “Pengkonstruksian wacana Pendidikan di Pondok Pesantren

Gontor oleh Ahmad Fuadi dalam novelnya Negeri 5 Menara.” Dalam penelitian

ini, cara berpikir yang dikembangkan adalah secara kritikal (metode CDA,

Critical Discourse Analysis) artinya melihat permasalahan secara holistik dan

kontekstual. Selanjutnya dalam mengkaji teks-teks tersebut, tidak seperti

pandangan kaum strukturalisme yang menekankan pada struktur dan fungsi

bahasa (tata bahasa), tapi selain struktur bahasanya juga pada konteks situasinya.

Maka dari itu model analisis semiotik sosial Halliday di sini peneliti terapkan.

Dalam kajian ini, peneliti mempunyai asumsi bahwa suatu

pengkonstruksian atas realitas tertentu baik itu melalui media fiksi atau non-fiksi,

selalu menggunakan faktor kesejarahan dan faktor sosial, budaya, politik

masyarakat, juga kekuatan ideologi, pengalaman, pengamatan, pendidikan,

pergaulan, penafsiran atas sejarah, serta referensi-referensi yang dipergunakan

oleh pengarangnya, sehingga teks-teks yang terbentuk di dalamnya sangat

mencirikan pandangan atau ideologi dari pengarangnya, apakah ada wacana

keberpihakan atau malah memberikan sikap netral, berada di tengah-tengah suatu

persoalan.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Pada tahap pertama, dipakai analisis wacana atau semiotika sosialnya

Halliday untuk menganalisisnya. Dengan menggunakan model Halliday untuk

mengkaji teks-teks yang ada dalam novel Negeri 5 Menara, penelitian ini bisa

lebih komprehensif. Selain itu, dengan model Halliday bisa melihat konteks

situasi yang terjadi. Konteks situasi di sini mengandung pengertian bahwa di

dalam teks terkandung teks yang mengikutinya, ada kejadian atau peristiwa nir-

kata (non-verbal) yang menunjukkan atau menjelaskan kejadian teks tersebut.

Sebelumnya, perlu dikemukakan terlebih dahulu ikhtisar dari novel Negeri

5 Menara agar nantinya dalam memahami penelitian ini lebih mudah. Novel

Ahmad Fuadi ini adalah terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, cetakan pertama

juli 2009 dengan tebal buku tebal 423 halaman. Ikhtisar dari cerita novel tersebut

sebagai berikut:

Menceritakan kisah lima orang sahabat yang mondok di pesantren, dan kemudian bertemu lagi ketika mereka sudah beranjak dewasa. Setelah bertemu, ternyata apa yang mereka bayangkan ketika menunggu Azhan Maghrib di bawah menara masjid benar-benar terjadi. Ahmad Fuadi yang berperan sebagai Alif di novel itu berkisah, ia tak menyangka dan tak percaya bisa menjadi seperti sekarang ini Kelima bocah yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gontor ini setiap sore mempunyai kebiasaan unik. Menjelang Azan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Fuadi mengaku jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin ia kunjungi setelah lulus nanti. Begitu pula dengan yang lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa. Melalui lika liku kehidupan di pesantren yang tidak dibayangkan selama ini, ke lima santri itu digambarkan bertemu di London, Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka kemudian bernostalgia dan saling membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur. Pemuda asal Desa Bayur, Maninjau, Sumatera Barat itu menjadi pemuda desa yang diharapkan menjadi seorang guru agama seperti yang diinginkan kedua orangtuanya. Keinginan kedua orangtua Fuadi sebagai “amak” atau Ibu, menginginkan agar anak-anaknya menjadi orang yang dihormati di kampung seperti menjadi guru agama. Dan berjuang di jalan Agama, menjadi penuntun surga bagi ke dua orang tuanya. Tetapi ternyata Fuadi alias Alif mempunyai keinginan lain. Ia tidak ingin seumur hidupnya tinggal di kampung. Ia mempunyai cita-cita dan keinginan untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Keinginan terbesarnya saat itu adalah menjadi

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

insinyur seperti tokoh idola nya Habibie. Yang dia bangun dan bersaing dengan sahabat di desanya. Keinginan Alif tidak mudah untuk diwujudkan. Kedua orangtuanya bergeming agar Fuadi tetap tinggal dan sekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Namun berkat saran dari ”Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Fuadi kecil bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Dan, disinilah cerita kemudian bergulir. Ringkasnya Fuadi kemudian berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani, Dulmajid alias Monib, Baso alias Ikhlas Budiman dan Said alias Abdul Qodir. Dan setelah disinilah keinginannya berubah. Pendidikan di Pondok Pesantren membentuk mental dan mendidik para santri nya untuk mandiri, pantang menyerah dan mandiri. Dengan metode dan kurikulum yang di buat, pesantren ini mampu mendidik santri nya dengan disiplin tinggi. Setelah dia mempelajari banyak ilmu di pesantren keinginannya pun berubah ingin menjadi wartawan Tempo, atau VOA. Belajar di pesantren bagi Fuadi ternyata memberikan warna tersendiri bagi dirinya. Ia yang tadinya beranggapan bahwa pesantren adalah konservatif, kuno, ”kampungan” ternyata adalah salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjunjung disiplin yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung jawab dan komitmen. Di pesantren mental para santri itu ”dibakar” oleh para ustadz agar tidak gampang menyerah dengan sikap kemandirian. Rasa kebersamaan yang tinggi mewujudkan kekeluargaan dan menghilangan kesenjangan walaupun etika dan sopan santun tetap di tegakkan. Setiap hari, sebelum masuk kelas, selalu didengungkan kata-kata mantera ”Manjadda Wajadda” jika bersungguh-sungguh akan berhasil. Serta dengan metode dan kurikulum yang sangat berbeda dengan pendidikan umum yang lain, memaksaimalkan ilmu pendidikan dan kebebasan mengembangkan keahlian masing-masing santri nya.

Setelah membaca secara keseluruhan dari novel tersebut, wacana pesan

pendidikan di Pesantren yang termaktub dalam teks novel, kemudian dimasukkan

dalam beberapa kategorisasi wacana-wacana, yaitu sebagai berikut:

a) Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren

b) Metode pendidikan dalam praktek pengajaran

c) Disiplin

d) Keteladanan sebagai bentuk dari motivasi

Dalam mengkategorisasikan wacana-wacana tersebut, peneliti mempunyai

alasan bahwa beberapa teks sangat jelas menunjukkan praktik kurikulum yang

berbeda dengan sekolah umum, di mana makna kurikulum ini lebih pada

pengajaran bahasa dan praktek bahasa Arab dan Inggris, tambahan kelas sore

untuk mendalami mata pelajaran pokok, kegiatan Pramuka, dan libur di hari

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

jumat. Serta kegitan ekstra lainnya, hampir semua seni ada tempatnya disini,

mulai musik sampai fotografi. Kemudian, wacana metode pendidikan merujuk

cara yang dilakukan untuk mempraktekkan kurikulum yang sudah ada. Cara yang

dilakukan terlihat berbeda dari sekolah umum yang sudah ada namun dirasakan

tepat. Dalam wacana seperti Disiplin, dan Keteladanan sebagai bentuk dari

motivasi lebih diekspos dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam pondok

pesantren. Diibaratkan seperti Oksigen, nafas dari pondok pesantren.

A. Analisis Model Halliday

Secara kerangka konseptual yang sederhana terdiri dari tiga pokok bahasan

yang ditawarkan Halliday untuk membedah interaksi antara teks dan situasi

(konteks) yaitu medan wacana (field of discourse), pelibat wacana (tenor of

discourse), dan mode wacana (mode of discourse).

Berikut ini adalah analisis terhadap teks novel Negeri 5 Menara tentang

wacana Pesan pendidikan dalam Pondok Pesantren Gontor dengan mengacu pada

wacana-wacana yang telah dikemukakan sebelumnya.

1. Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Gontor

a. Medan wacana (field of discourse)

Medan wacana yang dimaksud disini adalah situasi tempat terjadinya

praktik kurikulum yang di gambarkan oleh Ahmad Fuadi berlangsung. Kurikulum

disini dimaknai tidak hanya sebatas pada situasi namun juga pada fungsi asrama

dan kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan selain di kelas, misalnya di

lingkungan masjid dan lapangan.

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Kurikulum yang dimaksud adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada

kutipan di bawah ini, menunjukkan adanya penggambaran suasana lingkungan

dimana proses terjadinya kurikulum yang telah di tetapkan di pesantren.

“Walau asrama penting, tapi kamar disini lebih berfungsi untuk tempat tidur dan istirahat, kebanyakan kegiatan belajar diadakan dikelas,lapangan, masjid, dan tempat lainnya, seperti yang akan kita lihat nanti,…” (hal.31) (Kutipan I) Kemudian diperjelas dihalaman berikutnya yang lebih menjelaskan fungsi

dari bangunan dan apa saja yang bisa dilakukan dari para santri di dalam

bangunan tersebut. Selain digunakan untuk shalat berjamaah dan mendalami Al-

Quran, juga sebagai tempat ratusan guru mendiskusikan proses belajar mengajar.

Begitu juga dengan Aula serba guna nya digunakan untuk pagelaran teater, musik,

diskusi ilmiah, upacara selamat datang bagi siswa baru dan penyambutan tamu

penting.

“Gedung utama dipondok ini dua. Pertama adalah Masjid Jami’ dua tingkat berkapasitas empat ribu orang. Disini semua murid shalat berjamaah dan mendalami Al-Quran. Disini pula setiap kamis, empat ratusan guru bertemu mendiskusikan proses belajar mengajar.,” jelas Burhan sambil menunjukan ke masjid. Kubah dan menara raksasanya berkilau disapu sinar matahari pagi. Masjid ini dikelilingi pohon-pohon rimbun dan kelapa yang rindang. Beberapa kawanan burung berceciutan sambil hinggap dan terbang disekitar masjid. “Yang kedua adalah aula serba guna. Disini semua kegiatan penting berlangsung. Pagelaran teater, musik, diskusi ilmiah, upacara selamat datang buat siswa baru, dan penyambutan tamu penting,” kata Burhan sambil memimpin kami melewati aula. Gedung ini seukuran hampir setengah lapangan sepak bola dan diujungnya ada panggung serta tirai pertunjukan. Tampak mukanya minimalis dengan gaya art-deco, bergaris-garis lurus sederhana tapi megah. Diatas gerbangnya yang menghadap keluar, tergantung jam antik dan tulisan dari besi berlapis krom: Pondok Madani (hal. 31-32) (Kutipan II) Di ceritakan bagaimana suasana keadaan dari gedung utama beserta Aula

dari pesantren ini. Meski tampak sederhana namun, berperan penting dalam

menjalankan proses kurikulum dari pondok pesantren. Fasilitas dengan

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

penggambaran lingkungan yang diceritakan dalam novel disini lebih dimaknai

bagaimana perannya dalam mendukung keberhasilan kurikulum yang sudah

ditentukan.

b. Pelibat Wacana (tenor of discourse)

Dalam wacana ini, pelibat yang dominan adalah interaksi antara para Kiai,

peran para kakak kelas dan seluruh anggota pesanten sangat berpengaruh dalam

proses menjalankan ketentuan kurikulum dari pesantren.

1. Kiai

Pada kutipan di bawah ini, terlihat jelas bagaimana peran Kiai dalam

menjalankan kurikulum, pengaruh dari Kiai yaitu sekaligus sebagai pimpinan

pondok yang memegang peran penting dalam menentukan kurikulum dalam

pendidikan. Dimana pesan-pesan yang dibawakan berupa pidato yang di

sampaikan kepada seluruh santri.

“ Pondok Madani sistem pendidikan 24 jam. Tujuan pendidikannya untuk menghasilkan manusia mandiri yang tangguh. Kiai kami bilang, agar menjadi rahmat bagi dunia dengan bekal ilmu umum dan ilmu negara.... “ (hal.31) “ Kalau PM adalah seorang ibu, maka PM sekarang sedang hamil tua. Mari kita rawat kehamilan bersama sampai melahirkan,” buka Kiai Rais dengan air muka berbinar. Anak-anakku, kalianlah jabang bayi yang sedang dikandung PM. Kalau lulus, kalian lahir dari rahim PM untuk berjuang dan membawa kebaikan untuk masyarakat. Dan proses persalinan yang menentukan adalah imtihan nihai-ujian pamungkas. Ini lah ujian yang paling berat yang anak-anak temui di PM, dan bahkan mungkin sepanjang hidup kalian.” (hal. 378) (Kutipan III)

Diceritakan sistem pendidikan yang berlaku adalah selama 24 jam dengan

tujuan membentuk para santri yang mandiri dan tangguh. Dalam aturan ujian yang

harus ditempuh para santri juga mengalami masa ujian yang berat. Diistilahkan

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

sebagai persalinan jabang bayi yaitu imtihan nihai ujian pamungkas ujian yang

paling berat bahkan mungkin selama hidup.

2. Kakak kelas

Sudah menjadi peran bersama bagi warga Pondok Pesantren untuk

mengikuti kurikulum yang sudah di tentukan, termasuk kakak kelas, terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Ayyuhal ikhwan”. Saudara-saudara semua. Selamat datang dalam pertandingan penting ini. Saya akan perkenalkan para pemain dari kedua tim, yaitu....” Dia menyampaikan semua komentar dalam bahasa Arab, karena minggu ini minggu wajib berbahasa Arab. (hal 167)

Peran kakak kelas disini dimaknai sebagai contoh dan pengingat bahwa

pelaksanaan kurikulum berbahasa Arab sudah diatur seperti penggalan kalimat

“Dia menyampaikan semua komentar dalam bahasa Arab, karena minggu ini

minggu wajib berbahasa Arab”

3. Seluruh anggota pesantren

Tetapi dalam pelaksanaan kurikulum sendiri, semua warga Pondok ikut

andil bagian sebagai pelibat yang utama dalam menjalankan kurikulum, seperti

dalam kutipan berikut.

Rasanya tidak ada yang melebihi cara PM mengistimewakan waktu ujiannya. Ujian maraton sepanjang 15 hari di sambut bagai pesta akbar, riuh dan semarak. You can feel the exam in the air. Itulah the moment of truth sorang pencari ilmu untuk membuktikan bahwa jerih payah belajar selam ini mendatangkan hasil setimpal, yaitu meresapnya ilmu tadi sampai ke sum-sum nya.(hal. 189) Dikamar aku bertemu mereka, di kelas aku bertemu mereka lagi, di lapangan bola juga, bahkan di depan kaca, aku pun ketemu makluk yang sama: laki-laki. Sekolah kami adalah kerajaan kaum lelaki. Tidak ada perempuan di areal belasan hektar ini kecuali mbok-mbok di dapur umum dan kantin, keluarga para guru senior yang kebetulan tinggal di dalam kampus, dan para tamu yang datang dan pergi. (hal.230) (Kutipan IV) Keterlibatan seluruh anggota pesantren disini dimaknai bahwa peranan

dari masing-masing merupakan penjelasan dari kurikulum dalam hubungannya

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

dengan interaksi yang berlangsung dari masing-masing penghuni pesantren, baik

mulai dari kyai, pengajar dan teman-teman asrama yang lainnya.

c. Sarana Wacana (mode of discourse)

Dalam menceritakan kurikulum, Fuadi mencoba membahasakan

bagaimana latar suasana yang terjadi diantara pelibat wacana dengan gaya

bercerita sesuai dengan gaya bahasa pondok pesantren yang khas, seperti kutipan

berikut:

Tur berlanjut ke bagian selatan pondok, melewati barisan pohon asam jawa yang berbuah lebat bergelantungan. “sebagai tempat yang mementingkan ilmu, kami punya perpustakaan yang lengkap. Koleksi ribuan buku berbahasa Inggris dan Arab kami pusatkan di perpustakaan yang kami sebut maktabah atau library,” kata Burhan sambil menunjukkan ke bangunan antik berbentuk rumah Jawa. “Tolong dijaga suara ya”. (hal. 32) (Kutipan V)

Dalam praktek kurikulumnya, Fuadi mencoba mengenalkan pesantren

identik dengan istilah-istilah pondok pesantren. Dijelaskan dalam kutipan diatas

bahwa mereka menyebut perpustakaan dengan maktabah atau library. Sesuai

dengan konteks yang ada di pesantren Gontor, bahwa kurikulum yang mereka

gunakan yaitu dengan bahasa Arab dan Inggris. Dua bahasa tersebut menjadi

kurikulum wajib di pesantren Gontor yang menjadikannya di kenal masyarakat

dengan Pondok Modern Gontor. Istilah modern menjelaskan bahwa pesantern

tidak hanya mengajari ilmu agama tetapi juga berorientasi pada kurikulum

sekolah umum.

Selain itu di pertegas dengan penggunaan istilah-istilah dalam bahasa

inggris, diceritakan pembatasan akan media dari dalam negri ketat dan tidak bisa

diganggu gugat, tetapi untuk media luar negri justru sangan bebas dan didukung

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

penuh oleh kurikulum yang di ajarkan. Kembali lagi pada misi dari pendidikan di

Pesantren Gontor yang lebih berorientasi ke barat, seperti dalam teks berikut;

Walau media lokal di sensor ketat, PM membebaskan kami menerima majalah dari luar negri, karena ini bagian dari proyek mendalami bahasa Arab dan Inggris. Makanya berbondong-bondonglah kami melayangkan surat ke seluruh dunia, mulai Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris, Pakistan, Belgia, sampai Arab Saudi. Tidak perlu susah mengarang suratnya, para senior kami sudah punya template surat dengan kalimat penuh puja-puji yang manjur untuk membujuk siapa pun mengirimi kami majalah dan buku gratis.( Hal.173) Di PM, tidak seorang pun murid boleh menonton TV. Menurut guru kami, kualitas siaran TV tidak cocok dengan pendidikan PM dan bisa melenakan murid dari tugas utama menuntut ilmu. Sementara radio hanya bisa didengar kalau disiarkan Bagian Penerangan melalui jaringan pengeras suara yang ada di setiap asrama dan tempat umum.( Hal. 176) (Kutipan VI)

2. Metode pendidikan dalam praktek pengajaran

Metode lebih merujuk pada cara, cara yang dimaksud disini adalah cara

yang digunakan pesantren untuk melaksanakan kurikulum yang sudah ditentukan

dan menjadi kesepakan bersama dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis dengan

cara yang sistematis.

a. Medan Wacana (field of discourse)

Teks-teks tersebut memperlihatkan bagaimana cara Pondok pesantren atau

Pondok Madani terhadap hal-hal yang memajukan pendidikan. Digambarkan

dengan suasana ketika pengulangan dan teriakan di dalam proses pembelajaran

menjadi cara mengingat ucapan dalam pelajaran bahasa Arab, kemudian

disimpulkan bahwa cara tersebut adalah bagian dari metode. Seperti yang

dijelaskan dalam teks di bawah ini:

Begitulah selanjutnya. Bahasa Arab diajarkan dengan cara sederhana, menggunakan metode “ dengar, ikuti, teriakan dan ulangi lagi”. Tidak ada terjemahan bahasa Indonesia sama sekali. Belakangan aku tahu bahwa pengulangan dan teriakan tadi adalah metode ampuh untuk menginternalisasi bahasa baru ke dalam sel otak dan membangun refleks bahasa yang bertahan lama. Inilah sistem bahasa yang membuat PM terkenal dengan kemampuan muridnya berbicara aktif. Mereka menyebut “direct method” (hal. 111) (Kutipan VII)

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Pembangunan suasana terjadi dengan menggungkap metode menjadi cara

dalam membantu proses penyampaian ilmu pendidikan. Banyak cara bisa

dilakukan untuk menyampaikan ilmu pelajaran tetapi di sini Pondok Pesantren

Madani memilih cara dengar, ikuti, teriakan dan ulangi lagi. Dan metode tersebut

diakui dalam tulisan Fuadi merupakan metode ampuh untuk menginternalisasi

bahasa baru ke dalam sel otak dan membangun refleks bahasa yang bisa bertahan

lama untuk diingat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Metode

mempunyai arti cara sistematis dan berfikir secara baik untuk mencapai tujuan;

prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa156

Pembelajaran terjadi dimana-mana, tidak melihat tempat lagi, yang

penting ada waktu untuk belajar, tempat dimana pun tidak masalah, di munculkan

oleh Fuadi ditangga masjid, di kantin, di lapangan hijau, di kamar mandi, di kelas,

di pinggir sungai, sampai di kamar mandi, yang terdengar hanya dengungan suara

murid yang sedang menghapal dan berdiskusi, seperti dalam kutipan berikut;

Alhasil, conditioning ini menghasilkan exam frenzy . semua orang tiba-tiba menjadi super rajin dan mabuk belajar. Rasanya ada energi kuat yang membuat kami ingin mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk mendalami buku-buku. Diskusi dan belajar bersama terjadi dimana-mana. Ditangga masjid, di kantin, di lapangan hijau, di kamar mandi, di kelas, di pinggir sungai, di kamar mandi, yang terdengar hanya dengungan suara murid yang sedang menghapal dan berdiskusi. Sungguh indah dan elektrik. Semuanya brgerak mengikuti pesta ini dengan antusias. Bahkan yang kurang antusias pun menjadi minoritas yang kemudian pelan-pelan terimbas energi kolosal menyambut ujian ini. Said yang lebih suka kegiatan non kelas pun ikut berubah. Dia sekarang puasa olahraga dan seperti orang lain, selalu membawa buku keman-mana.( hal.191) (Kutipan VIII) Banyak tempat yang dimunculkan dalam novel menjadi medan dimana

situasi belajar bisa dimana aja, setiap saat dan kapan aja. Saat ujian diceritakan

pula bagaimana suasana yang diciptakan sehingga membangun suasana khidmat.

156 Marhiyanto, Bambang. Kamus Lengkap bahasa Indonesia,Surabaya: Media Centre

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Pembaca pun di bawa untuk ikut merasakan ketegangan yang dimunculkan Fuadi.

Di ceritakan saat ujian berlangsung kondisi ruangan ujian sangat khidmat dengan

meja panjang didalam ruangan, dan tiga orang Ustad penguji dengan busaha yang

resmi dan menunjukkan wibawa. Yang terdapat dalam kutipan berikut ini;

Tiba-tiba pintu ruangan ujuan lisan terbuka. Seorang murid keluar dengan muka kusut. Mungkin dia gagal menjawab soal ujian. Sejurus kemudian, sebuah kepala muncul dari balik pintu dan membacakan giliran siapa yang harus masuk. “ Alif Fikri...tafadhal”. jantungku berdebur. Aku merapikan baju dan masuk ke dalam kelas yang lengang ini dengan mengucap salam. Di dalam ruangan ada meja panjang. Tiga orang Ustad penguji duduk di belakang meja itu. Mereka berkopiah, berbaju putih, dan berdasi. Penuh wibawa. Salah satunya adalah yang memanggil aku masuk tadi. Satu meter didepan mereka, ada sebuah meja kecil dan kursi kayu. Mereka mempersilahkan aku menempati kursi yang berderit ketika diduduki itu.( hal. 200) Minggu pertama ujian tulis aku lewati dengan cukup baik. Paruh keduanya mulai terseok-seok karena stamina sudah terkuras dan bosan sudah datang. Benar-benar adanya istilah “ ujian di atas ujian”. Imtihan nihai bukan hanya sekedar membuktikan seberapa banyak ilmu yang telah diserap otak, tapi seberapa kuat seorang siswa melawan tekanan waktu, kebosanan, psikologis dan fisik. Siapa yang bisa mengatasi semua faktor itu, maka dia adalah pemenang.( hal. 387-388) (Kutipan IX) Metode yang digunakan saat Ujian juga dimunculkan dari pengacakan

tempat duduk peserta ujian seperti dalam kutipan berikut;

Akhirnya setelah seminggu, ujian lisan selesai juga. Selang beberapa hari, datang ujian tulisan. Ujian hari pertama lagi-lagi Muthalla’ah atau bacaan bahasa Arab. Aku duduk terasing dari teman sekelas karena selama ujian posisi duduk diacak dengan teman kelas lain. Dalam satu ruangan ini hanya ada aku dab Baso dari kelas satu. Dan soalpun di bagikan. Bentuknya berupa kertas buram setengah halaman yang membuat mataku keriting. Semuanya tulisan Arab dan semuanya huruf gundul. Dan semuanya soal esai, tidak ada pilihan ganda. ........ (hal. 202) Ruangan menjadi tempat penting bagi terlaksananya metode pengajaran,

saat ujian akan berlangsung, para santri pindah ruangan di Aula, agar mudah

mengontrol dan belajar bersama akan menumbuhkan semangat yang bagus,

seperti dalam kutipan dibawah ini:

Sejak malam itu, kami bolak-balik membawa berbagai barang mulai buku sampai kasur ke rumah baru kami yang luas: aula. Gedung ini telah memainkan peran penting dalam kehidupan kami. Mulai dari menjadi tempat acara pekan perkenalan PM tiga tahun lalu, panggung lomba pidato, saksi kekalahan Icuk Sugiarto, tempat kami menerima tamu-

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

tamu penting sampai menjadi saksi sejarah kehebatan aksi panggung kami di Class Six Show. Kali ini, aula mendapat julukan baru: kamp konsentrasi(hal. 379) Terciptanya situasi yang sangat mendukung di setiap sudut Pondok

Pesantren, menimbulkan akibat sulit menjadi pemalas. Sehingga dari yang tidak

suka belajar pun akan menjadi belajar dengan sendirinya. Justru yang tidak belajar

menjadi orang aneh

Pondok Madani diberkati oleh energi yang membuat kami sangat menikmati belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya membuat orang yang tidak belajar menjadi orang aneh. Belajar keras adalah gaya hidup yang fun, hebat dan selalu dikagumi. Karena itu, cukup sulit unutk menjadi pemalas di PM.( hal. 264) (Kutipan X) Setiap kalimat yang di cerikatan dalam kutipan-kutipan mencoba

membagun pemikiran pembaca bagaimana penggamabaran situasi tentang metode

yang digunakan dalam proses pengajaran di pondok pesantren.

b. Pelibat Wacana (tenor of discourse)

Pelibat dalam wacana metode pendidikan disini di bagi menjadi dua

golongan; dari dalam lingkungan pesantren dan dari luar pesantren. Dari dalam

pesantren di mulai dari Ustad, sebagai pendidik utama. Lalu peranan kakak kelas

sebagai pembimbing, Kiai sebagai motivator utama. Selain dari lingkungan

pondok pesantren contoh tauladan yang berperan dalam berlangsungnya proses

pendidikan adalah belajar dari orang besar dan orang tua.

1. Ustad

Pelibat dalam wacana ini berperan penting dalam setiap metode yang di

jalankan, perannya dalam membantu memahami serta menghapal materi,

ditujukkan pengajar dalam kutipan dialog dan diskripsi berikut;

Dia bercerita negeri-negeri yang jauh. Mendaras berbagai topik mulai Tashkent. Bani Safavid, Turki ustmaniah, Cordoba, Thariq bin Ziyad, Aljabar, Al Khuraizimi, sampai Palestina. Ustad Surur suka dengan alat peraga. Ketika berbicara tentang Mesir dan

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

piramida, dia membawa beberapa potong kerikil yang dipungutnya sendiri didekat piramida besar di Kairo. Kerikil kesat berwarna kuning ini diedarkan ke setiap tangan kami untuk merasakan kedekatan dengan kisah Mesir yang sedang kami diskusikan.( hal. 111)

...............................................................................................................................................

Di PM ada beberapa ustad yang ahli memotivasi dan mampu membuat semangat murid yang sedang loyo mencelat-celat. Para ahli motivasi ini punya ‘jam praktek”, biasanya sebelum makan malam atau setelah subuh. Durasi acara pembakaran semangat ini mulai dari 15 menit sampai 1 jam. Kami menyebut ustad ini sebagai “ ahli setrum.” (hal. 377)

................................................................................................................................................

Aku mendapat kelompok belajar dengan lima orang teman dari kelas lain. Kami diberi kavling tempat di sudut baat aula. Di kavling inilah kami akan menghabiskan waktu sebulan ke depan. Buku-buku sampai kasur lipat kami boyong ke kavling yang di tandai dengan meja-meja belajar yang disusun membentuk segi empat. Lantai kosong di tengah segi empat itu menjadi ruang tidur kami. Setiap kelompok didampingi oleh seorang ustad pembimbing yang selalu menyediakan waktu jika kami bertanya tentang pelajaran apa saja yang belum kami mengeri. Dan ustad ini juga memastikan kami hadir di kamp ini dan memberikan motivasi kalau diperlukan. Pembimbing kelompok ku ternyata Ustad Nawawi, sang tukang setrum.( hal. 379-380) (Kutipan XI)

2. Seluruh anggota pesantren

Keterlibatan seluruh anggota pesantren menjadi peran penting dalam

membangun cerita. Metode pendidikan yang melibatkan keikutsertaan kakak

senior dimunculkan Fuadi dalam diskripsi sebagai berikut;

Sementara 2 kali seminggu, setiap selesai subuh, dalam suasana temaram, terang-terang tanah, kami membuat dua barisan panjang di lapangan, dan diharuskan melakukan percakapan dengan teman di depan kami menggunakan suara sekeras-kerasnya sampai serak. Kembali para kakak penggerak bahasa in action. Mereka mondar-mandir, mendengarkan, mengoreksi, memberi kalimat yang baik.( hal.133) Kasur segera kami gelar dan lampu kamar dipudarkan. Sebagai bulis lail, kami dapat keringanan untuk tidur lebih awal jam tujuh malam. Ketika semua orang masih belajar dan tidak boleh masuk kamar, kami malah diwajibkan tidur untuk pesiapan begadang. Setelah tidur 3 jam, Kak Is membangunkan kami untuk memulai tugas mulia ini.( hal. 238) ............................................................................................................................................... Dengan gaya otoritatif dan suara tegas seperti perwira brimob, Tyson mengingatkan bahwa malam ini keamanan PM ada di bahu kita, karena itu tidak seorang pun boleh tidur sepicing pun. Bagi yang tidur akan dipastikan masuk mahkamah keamanan pusat.(hal. 239)(Kutipan XII)

3. Kiai

Peran Kiai sebagai tokoh utama pencetus metode yang ikut turun

langsung, walaupun perannya lebih pada pemberi arahan dan motivasi, namun

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Kiai turut ambil bagian dalam menjalankan metode pendidikan. Tanpa perintah

dari Kiai metode yang di gunakan tidak akan berjalan, dapat dilihat dalam kutipan

berikut;

Begitu ujian makin mendekat, Kiai Rais mengeluarkan instruksi khusus. Para guru- yang hampir semua tinggal di PM- setiap malam harus melakukan “penyerbuan”, berkeliling ke kamar asrama, kelas, aula, lapangan dan masjid untuk misi pertama, menjawab pertanyaan apa saja tentang mata pelajaran saja. Kedua, membangunkan yang tertidur di jam belajar.( hal. 192)

........................................................................................................................

Lalu dipimpin Kiai Rais dan para guru menjabat tangan dan memeluk kami satu persatu sambil megucap selamat jalan dan berjuang. Tiba giliranku, Kiai Rais memberikan pelukan erat, seakan-akan akulah anak kandung satu-satunya dan akan berlaga di medan perang. “ Anakku, selamat berjuang. Hidup sekali hiduplah yang berarti,” bisiknya ke kupingku. Aku hanya bisa mengucapkan, “ Mohon restu Pak Kiai, terima kasih atas semua keiklasan antum”. Aku menggigit bibirku yang mulai bergetar-getar, tersentuh oleh pelukan guru yang sangat aku hormati ini.( hal.397) (Kutipan XIII)

4. Belajar dari orang besar

Belajar dari orang besar pun menjadi pemicu dalam metode pembelajaran.

Orang besar yang dimaksud dalam novel nya Fuadi adalah belajar dari Sayidina

Ali, yang menunjukkan metode pembelajaran. Disebutkan dalam novel ”Ikatlah

ilmu dengan mencatatnya. Proses mencatat itulah yang mematri kosa-kata baru di

kepala kita” dan metode inilah yang di terapkan di dalam pesantren. Metode

tersebut diakui sebagai metode yang ampuh, dalam kutipan berikut;

“ Jangan dipaksanakan untuk menghapal. Kalau sudah tamat sekali, ulangi dari awal samapi akhir. Lalu ulangi lagi, kali ini sambil mencontreng setiap kosa kata yang sering dipakai. Lalu tulisakan juga di buku catatan. Niscaya, kosa kata yang dicontreng di kamus tadi dan yang sudah dituliskan ke buku tadi tidak lupa. Sayidina Ali pernah bilang, ikatlah ilmu dengan mencatatnya. Proses mencatat itulah yang mematri kosa-kata baru di kepala kita.( hal.265)

5. Orang tua

Keikutsertaan Orang tua, lingkungan dan orang-orang di sekitar pun

mengambil bagian penting dari cerita yang sedang dibangun. Peran orang tua,

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

lingkungan dan orang-orang sekitar menjadi pelibat penting dalam keberhasilan

metode yang diterapkan oleh Pondok madani.

“ Dengan ini kami sempurnakan amanah orang tua kalian untuk mendidik kalian dengan sebaik-baiknya. Berkaryalah di masyarakat dengan sebaik-baiknya. Ingat, di kening kalian sekarang ada stempel PM. Junjunglah stempel ini. Jadilah rahmat bagi alam semesta. Carilah jalan ilmu dan jalan amal ke setiap sudut dunia. Ingatlah nasehat Imam syafii: Orang yang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimi dan merantaulah ke negeri orang. Selamat jalan anak-anakku,” ucap Kiai Rais dalam nasehat terakhir. Sepasang matanya berpendar menatap kami. Juga berkaca-kaca. Suasana beitu hening dan syahdu.( hal. 396) (Kutipan XIV) Dalam kutipan di atas amanah Orang tua, menjadi tanggung jawab

pesantren untuk mendidik santri-santrinya, dan masyarakat menjadi tempat

mengamalkan ilmu dari pesantren. Dimana pun berada, dan kalimat ingatlah

nasehat Imam Syafii untuk merantau, merupakan salah satu cara mengamalkan

ilmu dari pesantren.

c. Sarana Wacana (moder of discourse)

Dimunculkan Fuadi dalam kalimat “aku cukup sering tampil berdiri di

depan kelas gara-gara hapalanku yang melantur” dimunculkan dari penokohan

tokoh aku (Alif) dengan kata “Aku” sebagai bentuk kata aktif dari pelaku utama

dengan penggalan kalimat khas kata-kata di pondok pesantren yang sering terjadi.

Metode yang di gunakan dapat dilihat dalam kutipan berikut;

Di pertemuan selanjutnya, secara acak kami dipilih untuk membacakan hapalan minggu lalu. Kalau ternyata belum hapal, apa boleh buat kami harus berdiri didepan kelas sambil memegang buku untuk menghapal. Sungguh memalukan, aku cukup sering tampil berdiri di depan kelas gara-gara hapalanku yang melantur.( hal.116) (Kutipan XV) Pelajar di pesantren dalam menimba ilmu pengetahuan di arahkan oleh

pesantren bahwa Tuhan menjadi alasan dalam mencari ilmu pengetahuan, nampak

dalam kalimat “ menuntut ilmu di PM bukan buat gagah-gagahan dan bukan biar

bisa bahasa asing. Tapi menuntut ilmu karena Tuhan semata”, bahkan di pertegas

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

dengan kalimat dikutiban berikutnya “Daftarkan diri kalau ingin dibagunkan

shalat Tahajud malam ini “. Seperti juga kutipan berikutnya di jelaskan “Niatnya

hanya demi memberi kebaikan kepada alam raya, seperti yang diamanatkan Tuhan

“.jelas sekali, bagaimana pendidikan agama menjadi dasar dari pendidikan ilmu

lainya;

Aku akan menerapkan praktik berprasangka baik bahwa do’aku akan dikabulkan. Tapi berdo’a saja rasanya kurang cukup. Aku mencanangkan untuk menambah ibadah dengan shalat sunat Tahajjud setiap jam 2 pagi. Di depan pengumuman asrama telah tertulis, “Daftarkan diri kalau ingin dibagunkan shalat Tahajud malam ini”. Aku langsung mendaftar ntuk dua minggu ke depan.( hal.195) ........................................................................................................................

Keiklasan bagai kabel listrik yang menghubungkan guru dan murid. Dengan kabel ini, aliran ilmu lancar mengucur. Sementara aliran pahala yang deras terus melingkupi para guru yang budiman dan murid yang khidmat. Niatnya hanya demi memberi kebaikan kepada alam raya, seperti yang diamanatkan Tuhan. Hubungan tanpa motivasi imbal jasa, karena yakin Tuhan Sang Maha Pembalas terhadap pengkhidmatan ini. Keiklasan adalah sebuah pakta suci. (hal. 295) (Kutipan XVI) Bahasa menjadi penumbuhan makna terutama tentang Pesantren, Fuadi

mempertegas kurikulum dengan penggunaan metode yang mendukungnya.

Karena misi utama dari pesantren atau yang menjadi kurikulum adalah bisa

berbahasa Arab dan Inggris selain pelajaran pokok, dijelaskan dari kalimat berikut

“Sesungguhnya bahasa asing adalah anak kunci jendela-jendela dunia “ lainnya,

dalam metode pendidikan;

“Dan yang tidak kalah penting, bagi anak baru, kalian hanya punya waktu empat bulan untuk boleh berbicara bahasa Indonesia. Setelah empat bulan, semua wajib berbahasa Inggris dan Arab, 2 jam. Percaya kalian bisa kalau berusaha. Sesungguhnya bahasa asing adalah anak kunci jendela-jendela dunia.”(hal.51)

Dengan gaya penceritaan dalam penggalan kalimat ”dengan mata

berbinar-binar” yang mencoba menggambarkan ketertarikkan oleh pesantren

sebagai bentuk dari metode pendidikan, penggunaan cara pembelajaran yang

cocok dan sangat disenangi santrinya dalam kutipan berikut di jelaskan jika ingin

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

menjadi wartawan pun, disediakan wadahnya, dan didukung dengan belajar lebih

banyak dari Mesir, Amerika, Australia, sampai Jepang;

Dengan mata berbinar-binar aku selalu larut dengan berbagai laporan seru wartawan Tempo langsung dari Mesir, Amerika, Australia, sampai Jepang. Semua dikemas dengan bahasa yang enak dibaca dan istilah-istilah yang canggih, yang terus terang aku hanya berpura-pura mengerti saja. Walau sekarang ada di PM, belajar nya adalah agama, aku tidak malu bermimpi suatu saat nanti bisa menjadi wartawan tempo yang melaporkan beria-berita penting dan terhormat dari berbagai belahan dunia. Diam-diam aku mulai mempertimbangkan mengganti cita-citaku dari Habibie menjadi wartawan Tempo. (hal 172) (Kutipan XVII) Selain didalam ruangan, kelas, dan lingkungan pondok, metode

pembelajaran menggunakan banggunan kata-kata lain yang diceritakan Fuadi

dalam menyampaikannya kepada pembaca, untuk membuka wawasan secara

langsung para santri diajak untuk belajar langsung dilokasi, kunjungan ke pabrik

di tujukan untuk membuka pandangan bahwa dunia wirausaha sangat luas dan

bisa menjadi tujuan di masa depan. Seperti dalam kutipa berikut;

Salah satu kegiatan yang paling menarik di minggu terakhir kami adalah rihlah iqtishadiyah. Dengan bus carteran, selama lima hari, segenap murid kelas enam berkeliling jawa Timur. Kami mengunjungi pabrik kerupuk di Treggalek, budi daya ikan laut di Pacitan, toko bahan bangunan di Tulung Agung, koperasi simpan pinjam Islami di Jombang, dealer mobil dan pabrik semen di Gresik, industri batik di Sidorejo, sampai pusat perawatan kapal bear di Surabaya. Selama kunjungan ini kami berdialog dengan wiraswastawan dan pemilik bisnis dan bertanya bagaimana mereka meulai usahanya. Tujuan perjalanan ini memang untuk membuka mata bahwa dunia wirausaha sangat luas dan bisa menjadi tujuan kami di masa depan. Perjalanan yang melelahkan, tapi membuat kami puas. Sepanjang jalan kembali ke PM aku dan Sahibul menara sibuk berandai-andai, akan punya usaha apa kami nanti. Petuah Kiai Rais selalu mengiang-ngiang, “jangan puas jadi pegawai, tapi jadilah orang yang punya pegawai.”( hal 394-395) (Kutipan XVIII)

3. Disiplin

a. Medan Wacana (field of discourse)

Disiplin waktu menjadi yang sangat kaku dan tidak bisa di tawar-tawar,

terlambat sedikit saja akan terkena hukuman. Dari hal sekecil itu kedisiplinan

menjadi hal yang sangat menonjol, pengambaran suasanya medannya dapat dilihat

dalam kutipan berikut;

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

”Ya akhi, bla bla bla, “ kata seorang senior mengetok-ngetok jam tangannya. Aku bengong tidak mengerti, yang aku tahu jamnya menunjukkan 16.50 siang. Melihat anak baru terbengong- bengong, dia baru ingat kalau dia masih berbicara bahasa Arab. “ ya Akhi, silahkan pilih sebelum kehabisan waktu. Sebentar lagi lonceng ke masjid!” teriak senior itu melihat aku masih berlama-lama memilih.( hal. 62) (Kutipan XIX)

Kedisiplinan ini terlihat sekali dari gambaran medan berikut, dimana

suasana menunjukkan gambaran saat-saat lonceng sudah berdentang, asrama

benar-benar menjadi sepi. Semua santri telah tertib di masjid.

Jangankan duduk manis bersarung di masjid. Kami masih menggotong lemari di tengah lapangan. Artinya kami telah melawan perintah lonceng, alias terlambat. Dari kejauhan, aku lihat asrama kami seperti rumah hantu, kosong, sepi, tak satu jiwa pun.( hal.64)

Kantor keamanan digambarkan dalam suasana seperti Mabes Polri, bagi

pembaca kemungkinan besar banyak yang sudah masuk di ruangan Mabes Polri,

bisa dibayangkan betapa kaku nya ruangan kantor keamanan di Pesantren ini,

dalam kutipan sebagai berikut;

Kantor keamanan pusat bila dianggap seperti Mabes Polri, sekaligus ruang pengadilan versi PM. Dari sini berhimpun segala macam telik sandi dan penegakan hukum. Selama 24 jam setap hari, merka inilah yang menjaga kedisiplinan dan menegakkan aturan di PM.( hal.73)

Disiplin ini juga ditegakkan dimana-mana, bukan hanya di kelas, masjid,

kantor keamanan saja, namun selama masih didalam areal pondok, seluruh

ruangan adalah tempat disiplin, bahkan dalam hal jatah makanan seperti di ruang

dapur berikut, tidak ada alasan apapun yang bisa membela.

b. Pelibat Wacana (tenor of discourse)

Pelibat utama dari disiplin ini adalah semua penghuni pondok,

kedisiplinan mutlak diciptakan. Tidak pandang bulu, siapapun yang melanggar

pasti terkena hukuman, seperti dalam kutipan berikut;

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Dua kali seminggu aku mengikuti lari pagi bersama yang mirip karnaval kepagian. Tepat setelah subuh, ribuan murid dengan seragam olah raga asrama masing-masing berbaris rapi, dikomandoi seorang petugas olah raga yang memakai peluit. Lari pagi hukumannya adalah kunjungan ke mahkamah.( hal. 164) .......................................................................................................................

Kembali ke aula, kami disambut tepuk tangan oleh teman-teman kelas enam. Sedangkan kami bertiga mengelus-elus kepala botak kami, memelas. Bagaimana pun kami salah, kami dianggap pahlawan yang membela kepentingan bersama show kami. Seharusnya aku bersyukur kehilangan rambut saja. Said selain kehilangan rambut, juga kehilangan jabatan. Kasus ini membuat dia menjadi orang bebas lebih cepat sebulan dari pada semestinya.( hal. 354) (Kutipan XX)

Setiap orang didalam penghuni pondok, wajib menjaga disiplin dirinya

sendiri-sendiri, pelanggarannya pun bermacam-macam. Mulai dari yang

sederhana sampai yang berat. Dalam hal berhubungan akrab dengan perempuan.

Hukumannya sama tidak pernah pandang bulu;

Tapi aturannya amat jelas: Mamnu’ terlarang. Selama. Di PM, kami tidak diijinkan untuk berpacaran dan berhubungan akrab dengan perempuan. Jangankan saling bertemu, bersurat-suratan saja dilarang. Hukumannya tidak main-main, paling rendah dibotak, dan bisa naik kategori menjadi dipulangkan.( hal. 231)

Pelibat penegak disiplin digambarkan dengan detail bagaimana kostum

dan perangkat yang khas dari dirinya, hinggga muncul keseganan bagi yang

melihatnya, apalagi yang sudah pernah merasakan pelanggaran. Mulai dari ciri

khas sepeda, jas hitam, berkopiah dan pin perak bundar berkilat bertuliskan

“Kismul Amni” – Bagian Keamanan. Wajah pun harus dibuat lebih serius dan

tidak boleh senyum-senyum sembarangan, seperti dalam kutipan berikut ini;

Duduk tegap di sadel sepedanya, kami melihat laki-laki muda, berjas hitam, berkopiah, sebuah sajadah merah tersampir di bahu kirinya. Di dadanya tersemat pin perak bundar berkilat bertuliskan “Kismul Amni” – Bagian Keamanan. Kalau ini film koboi, dia adalah sherif berwajah keras yang siap mengokang pistolnya. Dengan enteng dia meloncat dari sael. Sepedanya diberi kaki. Langkahnya cepat menuju kami. Sret...sret...sret, sarungnya tidak mempengaruhi keligatan gerakannya.( hal.65) ........................................................................................................................ Selain mirip Roger Moore, jasus juga mirip drakula. Bayangkan, kerja jasus adalah bergentayangan mencari buruan siang malam. Korban yang digigit drakula akan

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

menjelma menjadi drakula juga. Pelanggaran yang dilaporkan oleh jasus besoknya diadili dan dihukum menjadi jasus juga. Seperti yang digariskan qunun, potensi pelanggaran di pondok itu banyak. Mulai dari yang kecil-kecil seperti buang sampah sembarangan. Makan dan minum sambil berdiri, tidak memakai ikat pinggang, tidur di waktu jam jaga malam atau jaga siang, pakai celana pendek, tidak pakai kopiah ke masjid, tidak pakai kemeja ke kelas, memakai sarung ke kelas, atau memakai celana panjang ke masjid, mulai remeh temeh sampai yang kelas berat seperti mencuri dan berkelahi.( hal.76) ................................................................................................................................................ Ini juga posisi yang kurang nikmat. Keamanan yang tugasnya menjaga disiplin ironisnya selalu dianggap mengganggu ketenangan, rigid dan tidak kompromi. Wajah pun harus dibuat lebih serius dan tidak boleh senyum-senyum sembarangan. Bayangkan setahun bertugas tanpa senyum! Tapi aku yakin Said tidak keberatan menjadi musuh bersama. Dia siap bertugas hanya demi ridho Ilahi. Aku tahu di balik tampang Arnoldnya, dia punya jiwa Tyson yang ikhlas.( hal. 300) (Kutipan XXI) Para pekerja bagian dapur juga ikut ambil bagian sebagi pelibat dalam

menegakkan kedisiplinan di pondok pesentren ini, disini dimaknai bahwa seluruh

anggota pesantren ikut berperan dalam kedisiplinan, di munculkan Fuadi dalam

dialog;

” Maaf Kak, kupon saya hilang.” “ Akhi, sudah tahu aturannya kan? Tidak ada kupon tidak ada rendang.” “ Baru sekali ini hilang, Kak.” Dian menggeleng dengan muka datar seperti tembok. “Ayolah Kak, tolong dibantu...sudah seminggu saya terbayang bayang rendang...” aku mencoba melancarkan bujuk rayu. Dengan muka kesal, akhirnya tangannya bergerak ke panci rendang. Mungkin dia iba melihat mukaku yang memelas, aku bersorak dalam hati. “Kuahnya saja cukup ya!” Memang nasibku tidak baik hari ini.... (hal.121)

c. Sarana Wacana (mode of discourse)

Dalam pelaksanaan disiplin di dalam Pondok, peraturan menjadi pedoman

dalam menjalankan setiap peraturan dan demi menciptakan ketertiban sesuai

dengan tujuan dari pendidikan. Ahmad Fuadi membahasakan peraturan di pondok

ini disebut dengan qanun. Yang dibacakan sekali dan harus dihapal di luar kepala.

Tujuannya untuk mengurangi pelanggaran, karena dengan dihapal berarti seperti

teringat terus setiap saat.

“Selain itu, ingat juga bahwa aturan disini punya konsekuensi hukum yang berlaku tanpa pandang bulu. Kalau tidak bisa mengikuti aturan, mungkin kalian tidak cocok disini.

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Malam ini akan dibacakan qanun, setiap orang tidak punya alasan tidak tahu bahwa ini aturan.( hal.51) (Kutipan XXII)

Disiplin lain yang berfungsi untuk membantu mengingatkan peraturan

setiap saat disebutkan dalam novelnya dengan istilah; lonceng, bunyi lonceng juga

bebeda-beda menurut dari aturannya dalam kutipan berikut di sebutkan “lonceng

4 kali di jam 5 artinya tanda semua aktivitas harus berhenti dan semua murid

sudah harus ada di masjid dengan pakaian rapi dan bersarung” ;

Teng..teng..teng...teng....suara lonceng besar di depan gedung pertemuan bergema sampai jauh. Belum lagi gaungnya padam, semua penjuru sepi senyap, tidak ada orang satu pun. Kami berpandang-pandangan dengan kalut. Kalau mengikuti qanun yang dibacakan tadi malam, lonceng 4 kali di jam 5 artinya tanda semua aktivitas harus berhenti dan semua murid sudah harus ada di masjid dengan pakaian rapi dan bersarung.( hal. 64)

Petugas penegak disiplin diceritakan dalam bangunan kata yang provokatif

dan empati. Digambarkan dalam kutipan berikut “dibutuhkan bantuan pasukan

jasus bahasa untuk beredar di setiap sudut PM, “mengupingi” setiap percakapan

yang tidak sesuai aturan.” Menguping berarti diam-diam mendengar tanpa di

ketahui. Pasukan keamanan bahasa ini benar-benar terselubung diantara para

santri, bahkan mereka sulit untuk menyadarinya. Terkecuali mereka haru selalu

berusaha tertib berbahasa, selain bahasa terlambat shalat jiga menjadi sasaran

empuk bagi bagian keamanan;

Dan yang kedua adalah jasus bahasa. Gunanya memastikan tidak ada satu pun dari 3000 orang murid mengeluarkan kata-kata dari mulutnya selain bahasa Arab dan Inggris. Bahasa Indonesia dan daerah haram hukumnya. Karena itu dibutuhkan bantuan pasukan jasus bahasa untuk beredar di setiap sudut PM, “mengupingi” setiap percakapan yang tidak sesuai aturan.( hal.77) ........................................................................................................................

Bagi yang menolak ikut ke dalam suasana belajar yang spatan ini, mereka akan melawan arus deras. Bagi yang tidak berusaha dan seenaknya masih berbahasa Indonesia setelah beberapa bulan, maka artinya mereka telah melamar jadi jasus bahasa. Konsep jasus yang bergentayangan dimana-mana sangat efektif untuk menjaga kesadaran setiap orang untuk selalu berbahasa resmi.( hal.134)

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

........................................................................................................................

Dul menyerahkan memo panggilan kepadaku. Semua panggilan ke KP selalu menggoyang jantung. Lebih sering dari pada tidak, urusannya adalah masalah disiplin dan hukuman. Akhirnya lebih sering adalah vonis bersalah, hukuman botak, bahkan pemulangan tidak hormat. Dengan agak gugup aku mencoba mengingant-ngingat apa kesalahan fatal yang aku lakukan dalam beberapa hari ini. Terlambat shalat pernah, tapi hanya beberpa menit, berbahasa Indonesia sudah lama tidak, tidak ghosab, tidak juga keluar tanpa izin. Sejauh ingatanku, aku telah menjadi orang yang baik. Aku benar-benar tidak tahu apa kesalahanku.( hal.314) (Kutipan XXIII)

Dalam menegakkan disiplin sebagai banggunan kata untuk

menggambarkan ketegasan dari hukuman yang harus ditaati, disebutkan kata

gunting menjadi hukuman pelanggaran berat sebelum di keluarkan dari asrama.

Yaitu pemotongan rambut, yang tidak mempunyai gaya dengan pembotakkan;

Dan, tiba-tiba benda sedingin es segera menyentuh kudukku, membuat aku merinding di kuduk dan tangan. Dan crik..crik..crik.... dengan lapar sebuah gunting memangkas rambutku. Mulai dari kuduk, naik terus keubun-ubun dan setelah itu bergerak ke kiri dan kekanan tidak beraturan. Potongan rambutku yang lurus0lurus berguguran menjatuhi lantai, bercampur dengan potongan rambut keriting Satid yang berdiri di sebelahku. Dalam beberapa menit kami telah menjelma bagai urid shaolin yang punya kepala berbinar-binar.( hal.353-354)

Hal-hal kecil dan suka disepelekan saja juga harus disiplin, yang termasuk

dalam istilah-istilah pelanggaran disiplin yaitu Papan nama, menjaga dan

merapikan kamar masing-masing, dan disiplin pakaian, dimana kesemuanya di

munculkan Fuadi dalam kutipan berikut ini;

Mungkin di balik begitu pentingnya kedudukan papan nama ini untuk memastikan ribuan orang yang ada di PM saling tahu nama masing-masing. Sedangkan keuntungan buat jasus, supaya tidak perlu bertanya nama korbannya. Tinggal lirik sekejab dan catat di karcis jasus. Tidak heran, baju kami di dada kiri pasti berlubang-lubang kehitaman.( hal. 86) ........................................................................................................................

“Mulai besok, silahkan membeli kasur lipat kecil dan lemari kecil untuk menyimpan barang kalian. Kasur lipat harus ditumpuk jadi satu di sudut kamar setiap bangun pagi, dan baru boleh diambil ketika jam tidur datang. Bagian tengah kamar harus tetap kosong untuk kita gunakan tempat shalat berjamah setiap kamar” kata Kak Is (hal. 56) ........................................................................................................................

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Menurut aturan, kami punya 4 seragam, sarung dan kopiah untuk waktu shalat, baju pramuka untuk hari pramuka, baju olahraga untuk lari pagi hari dan acara bebas, serta kemeja dan celana panjang rapi untuk sekolah. Kami sudah membelinya semua.( hal. 61) (Kutipan XIV)

Terlihat dalam kutipan bahwa Fuadi mencoba menggambarkan dengan

hal-hal kecil yang disebut dengan istilah-istilah yang dianggap tidak ada

hubungannya dengan pelajaran kurikulum, tetapi berupa kebiasaan-kebiasaan

sehari-hari. Disini di jelaskan bahwa kedisiplinan menjadi hal yang mendasar dari

pendidikan di pondok pesanten

4. Keteladanan sebagai bentuk dari motivasi

a. Medan Wacana (field of discourse)

Di pesantern Gontor untuk menumbuhkan semangat sebagai dorongan

atau wujud dari motivasi, terlihat dari cara pemberian nama bangunan gedung

yang digunakan, nama Al-Barq yang dalam bahasa Indonesia berarti “petir”

memberikan sugesti tersendiri untuk menumbuhkan semangat baru yang meledak-

ledak dengan penuh semangat optimisme ;

“Gedung ini salah satu asrama murid dan dikenal baik oleh semua alumni, karena setiap anak tahun pertama akan tinggal diasrama yang bernama Al-Barq, yang berarti petir. Kami ingin anak baru bisa menggelegar sekuat petir dan bersinar seterang petir,” terang pemandu kami. Mata Raja yang berdiri disebelah ku berbinar-binar.( hal.32) Waktu, kejadian dan peristiwa ingin diungkapkan penulis bahwa faktor-

faktor tersebut memberikan peranan penting saat motivasi diberikan, dengan

tujuan dapat dimengerti dengan benar dan memberikan efek seperti yang di

harapkan. Kapan waktu memberi motivasi, di munculkan dalam kutipan berikut

ini;

Setiap awal musim ujian, dia kembali tampil di podium aula dengan gaya motivator yang membakar semangat kami. Kali ini tanpa sorban dia memakai kemeja putih, berdasi, bercelana hitam, sepatu mengkilat dan memakai kopiah hitam. Penampilannya pas sekali

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

sebagai seorang administrator pendidikan yang terpandang. Matanya mendelik-delik lincah, mengingatkan aku pada salah satu cita-cita profesiku dulu, menjadi Habibie. Setelah mendengar dia bicara, rasanya apa saja bisa kami terjang dan pelajari.( hal.165)

Tapi tidak ada pilihan lain, selain berjalan ke podium. Suasana hening sehingga aku bisa mendengarkan pletak-pletok sepatuku melantun-lantun di lantai. Kiai, Duta Besar, dan hadirin memanjangkan leher, mencoba menangkap wajahku. Ini semua menambah kegugupan. Pundakku rasanya seperti menumpu gajah. Tapi segera ku genggam lagi kepercayaan diriku. Jangan pernag takut kepada siapa pun dan dalam situasi apa pun. Takut mu hanya pada Tuhan. Hatiku bertakbir, Allahu Akbar suara Takbir di dalam dadaku membuatku berani. Aku telah berusaha keras dan aku berhak untuk berhasil. Langkah aku percepat ke podium (hal.318) Lain lagi dengan pesan menyebarkan ilmu dan mempraktekannya,

pesantren melalui Kyai Rais sebagai pimpinan podok pesantren berpesan, tidak

memandang waktu saat masa liburan pun menjadi waktu dalam melaksanakan

amanah. Yang dimaksud ilmu itu bisa dibagikan kapan dan dimana saja. ;

“Silakan gunakan liburan untuk berjalan, melihat alam dan masyarakat di sekitar kalian. Dimana pun dan kapanpun, kalian adalah murid PM. Sampaikanlah kebaikan dan nasehat walau satu ayat”, begitu pesan Kiai Rais di acara melepas libur minggu lalu. Kesempatan kami untuk mempraktekan apa yang telah kami pelajari di luar PM, menjalankan amanah Kiai Rais dan melaksanakan ajaran nabi Muhammad, Ballighul anni walau aaysh. Sampaikanlah sesuatu dari ku walaupun hanya sepotong ayat.( hal. 219) Penggambaran suasana diceritakan Fuadi dalam kutipan “Jiwa keiklasan di

pertontonkan setiap hari di podok pesantren, suasana mendukung terciptanya

pembelajaran yang baik. Dimana lingkungan pondok dari hal sekecil apapun itu

dinilai sebagai proses pembelajaran yang diharapkan para santri mampu

memaknainya sebagai pembelajaran dari keteladanan;

b. Pelibat Wacana (tenor of discourse)

Dalam praktek pengajarannya, hampir semua penguni pesantren dituntut

untuk memberikan contoh keteladanan yang membangun bagi setiap santri-

santrinya. Pelibat disini dapat diwacanakan menjadi beberapa pihak antara lain

para pengajar; Ustad dan Kiai, tidak luput pula peran diri sendiri adalah yang amat

besar. Dapat dilihat dalam kutipan berikut bagaimana peranan masing-masing;

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

1. Ustad

Peran dari pengajar dapat dilihat dalam kutipan berikut, dimana

penggambaran yang dilakukakan lebih ilustratif;

“Resep lainnya adalah tidak pernah mengijinkan diri kalian dipengaruhi oleh unsur diluar diri kalian. Oleh siapapun, apa pun, dan suasana bagaimana pun. Artinya, jangan mau bersedih, marah, kecewa dan takut karena ada faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian punya pilihan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar,” katanya lebih bersemangat lagi. (hal.107) ................................................................................................................................................ “Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun, kerena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya, adalah hati orang sukses,” tandasnya dengan mata berkilat-kilat(hal.108) (Kutipan XXVI) Keteladanan yang di munculkan Fuadi yang lain nampak dari Nasehat

jangan mudah terbawa dengan suasana dan lingkungan, lingkungan dalam hal

spikologis dapat memberi pengaruh yang besar, namun disini penulis bermaksud

mengatakan bahwa di Pesantren para santri di tuntun untuk percaya diri dan

berprinsip kuat dan jangan terbawa arus.;

2. Kiai

Peran dari Kiai yang sebagai orang yang dijunjung tinggi di dalam

pesantren juga memegang peranan sangat penting, diantarannya dalam kutipan

berikut;

“ Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.” Pidatonya dengan semangat berapi-api.( hal.106) ................................................................................................................................................ Suara Kiai Rais yang yang penuh semangat tergiang-ngiang di telingaku:”Pasang niat kuat, berusaha keras dan berdo’a khusyuk, lambat laun, apa yang kalian perjuangkan akan berhasil. Ini sunnatullah-hukum Tuhan. (hal.136) ...............................................................................................................................................

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

“ Felicitation, kalian telah memperlihatkan apa yang disebut i’malu fauqa ma’amilu.

Berbuat lebih dari apa yang diperbuat orang lain. Semoga kalian sukses,” kata beliau setelah melihat spanduk kami. Hati kami meloncat-loncat bangga. Ustad Salman menggenggam tangan Kiai Rais.( hal. 267)(Kutipan XXVII) Kiai mencoba menggambarkannya dengan kutipan“ Man shabara zhafira.

Siapa yang bersabar akan beruntung”. Sebuah keteladanan yang wajib dipahami

oleh para santri selain kutipan yang membangun lainnya.

3. Diri sendiri

Motivasi terbesar untuk sebuah kesuksesan selain dari peran pendidik

yang utama dan lingkungan yang mendukung faktor pendukung lain adalah dari

diri sendiri, yang didalam novel di gambarkan sebagai berikut;

”Maksudku, kalau kita berusaha sedikiiiiiiiiiiit saja lebih baik dari orang kebanyakan, maka kita jadi juara. Ingat, filosofinya: sedikit saja lebih dari orang lain. Itu artinya perbedaan sepersekian detik, satu ruas jari tadi. Kita bisa dan kita mampu jadi juara kalau mau!” kata Said menggebu-gebu. Dia sekarang bahkan sudah berdiri sambil mengayun-ayun tangannya. Kepalanya yang belum kembali berambut sampai berkerigat. (hal.384)

...............................................................................................................................................

Pikiranku tidak menentu. Sedih berpisah dengan kawan, guru dan sekolahku. Tapi aku senang dan bangga menjadi alumni pondok ini. Seuah rumah yang sesak dengan semangat pendidikan dan keiklasan yang dibagikan para Kiai dan guru kami. Dalam hati, aku berkali-kali mengucapkan berterima kasih kepada Amak yang telah mengirim dan memaksaku ke PM. Aku akan sampaikan terima kasih ini langsung kepada Amak nanti. Aku yakin Amak akan tersenyum bahagia.( hal. 399) (Kutipan XXVIII)

c. Sarana Wacana (mode of discourse)

Bahasa yang digunakan Fuadi dalam keteladananan sebagai bentuk

motivasi diwacanakan bisa bermacam-macam. Motivasi yang membangun sangat

dibutuhkan, di dalam pesantren jiwa dan raga benar-benar dibimbing dan di arah

kan dengan baik. Bahasa penyampaiannya bisa dengan kata mutiara dari pengajar

dan teman, buku pedoman, bisa juga memenuhi kepuasan jiwa. Untuk mencapai

ketenangan yang sebenarnya;

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Yang diantaranya berupa kata-kata mutiara, yang di gambarkan dalam

kutipan berikut;

Man jadda wajadda: sepotong kata asing ini bak mantera ajaib yang ampuh bekerja. Dalam hitungan beberapa helaan nafas saja, kami bagai tersengat ribuan tawon. Kami, tiga puluh anak tanggung, menjerit balik, tidak mau kalah kencang.( hal.40) Inilah energi yang terus memutar mesin sekolah kami, aura tebal yang menyelimuti segala penjuru, dan ruh yang menguasai kami semua. Apa pun kegiatan, baik senang maupun tidak. Selalu dilipur dan dihibur dengan potongan kalimat: “ iklas kan ya akhi....” dan begitu potongan itu disebut, rasanya hati menjadi plong dan badan menjadi segar, seperti habis menengak STMJ. Sebuah prinsip yang sakti dan manjur. ( hal. 295) (Kutipan XXIX) Selain itu juga diceritakan dengan kutipannya, dengan gaya penceritaan

khas pondok pesantren dalam kutipan peran buku-buku sebagai pedoman, dengan

istilah dalam kutipan bahasa inggris “going the extra miles “ atau penyebutan

tokoh Malcom X, The Nasional of Islam. Menumbuhkan makna santri diharapkan

dapat belajar dari orang besar. Dalam kutipan berikut ini;

Menurut buku yang saya baca. Ada dua hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Kalau orang belajar 1 jam, dia akan belajar 5 jam, kalau orang berlari 2 kilo, dia akan berlari 3 kilo. Kalau orang menyerah di detik ke 10, dia tidak akan menyerah sampai detik 20. selalu berusaha menigkatkan diri lebih dari orang biasa. Karena itu mari kita budayakan going the extra miles, lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad dan sebagainya dari orang lain. Maka kalian akan sukses,” katanya sambil menjentikkan jari.( hal.107) “Dengan membaca, sayabaca buku kiah hidup. Malcom X, tokoh The Nation of Islam

yang kemudian menjadi muslim sejati. Dia waktu itu masuk penjara. Dalam penjara dia banyak merenung dan ingin menulis. Tapi begitu akan menuliskan pemikirannya, isinya sangat dangkal. Dia frustasi karena dia tak punya kemampuan untuk menggambarkan apa yang ada di kepalanya. Akhirnya dia bertekad untuk membaca kamus, halaman demi halaman. Hasilnya, tulisannya kuat, dalam dan memuaskan.”( hal. 265) (Kutipan XXX) Di jelaskan juga sebagai bentuk wawasan pandangan bahwa Ilmu, menjadi

penuntun surga. Dengan penceritaan mendapat kehormatan sebagai mujahid

pejuang Allah, di ganjar dengan gelar syahid dan Uthlub ilmu minal mahdi ila

lahdi. Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat. Menumbuhkan makna

tentang orientasi dan makna apa yang ingin dan akan dicapai ;

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

“Anak-anak ku, ilmu bagai nur, sinar. Dan sinar tidak bisa datang, menyentuh dan menerangi kalbu kalian semua,” Kiai Rais memulai wejangannya dengan lemah lembut. Beliau menegaskan kautamanan menuntut ilmu, bahkan sampai disebutkan siapa yang menuntut ilmu dengan iklas, dia mendapat kehormatan sebagai mujahid, pejuang Allah. Bahkan kalau mati dalam proses mencari ilmu, dia akan diganjar dengan gelar syahid, dan berhak mendapat derajad premium di akhirat nanti. Tidak main-main, Rasulullah sendiri yang mengatakan agar kita menuntun ilmu dari orok samapi menjelang jatah umur kita expired. Uthlub ilmu minal mahdi ila lahdi. Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat.( hal.190) Dan wawasan yang lain bahwa menuntut ilmu sebagai pengabdian, dalam

kutipan berikut ini;

“ Maaf Tad, boleh diperjelas lagi, mewakafkan diri?” “ Iya, sederhananya, kalau kita mewakafkan tanah kesekolah, maka tanah itu berpindah ke tangan sekolah itu selamanya, untuk kepentingan sekolah dan umat. Dan saya, karena tidak punya tanah, yang saya wakafkan adalah diri saya sendiri saja.” “ Artinya?” “Semuanya, Semua waktu, pikiran, dan tenaga saya, saya serahkan hanya untk PM. Tidak ada kepentingan pribadi, tidak ad harapan untuk mendapat imbalan dunia, tidak di gaji, tidak rumah, tidak segala-galanya. Semuanya ikhlas hnaya ibadah dan pengabdian pad Allah...Bukankah di Al-Quran di sebutkan bahwa manusia diciptakan untuk mengabdi?”( hal.253) (Kutipan XXXI) Banyak hal keteladanan yang dibangun untuk mengembangkan motivasi,

karena pendidikan yang sesungguhnya adalah membangun jiwa dan pikiran secara

utuh. Hal tersebutlah yang coba digambarkan Ahmad Fuadi dalam novelnya.

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

IDEOLOGI DALAM KATA DAN KALIMAT:

MODEL ROGER FOWLER DKK.

Bab ini lebih membahas bagaimana bangunan kata dan kalimat yang

disusun oleh Ahmad Fuadi dalam novelnya Negeri 5 Menara merefleksikan

ideologinya. Analisis yang dipakai, mendasarkan pada model yang ditawarkan

oleh Roger Fowler dkk. Pendekatan yang mereka lakukan dikenal sebagai Critical

Linguistics, yang memandang bahasa sebagai praktek sosial melalui mana suatu

kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologi. Apa yang dilakukan Roger

Fowler dkk. adalah meletakkan tata bahasa dan praktek pemakaiannya tersebut

untuk mengetahui praktek ideologi.

Pada satu titik ideologi didefinisikan sebagai “tubuh ide yang sistematis,

diatur dari titik pandang tertentu”; di manapun ideologi dikatakan sebagai

“sekumpulan ide-ide yang di dalamnya termasuk penataan pengalaman, membuat

pemahaman tentang dunia.162 Konsepsi ideologi ini didefinisikan pada penekanan

para pengarang tentang proses klasifikasi (uraian di bawah ini). Konsepsi ini

memang terlalu longgar dan bias makna sebab kelompok mana yang dianggap

relevan, mewakili penafsiran bahasa tertentu. Dikarenakan setiap kelompok

berbeda-beda dalam pemakaian kata-kata dengan yang lainnya berdasar ideologi

masing-masing kelompok.

162 John B. Thompson, Studies in Theory of the Ideology, Berkeley: University of California Press, 1984, terj. Haqqul Yaqin, Analisis Ideologi Kritik Wacana Ideologi-ideologi Dunia, (Yogyakarta: IRCisod, 2003: 196)

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

A. Kosakata163

Roger Fowler dkk. memandang bahasa sebagai sistem klasifikasi. Bahasa

mendeskripsikan bagaimana realitas dunia dilihat, memberi kemungkinan

seseorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman realitas sosial. Klasifikasi

ini berbeda-beda antara orang atau kelompok satu dengan lainnya, sebab mengacu

pada pengalaman budaya, sosial, dan politik yang berbeda pula. Pengalaman dan

politik yang berbeda dapat dilihat dalam bahasa yang dipakai yang

menggambarkan bagaimana pertarungan sosial terjadi. Di sini, peristiwa yang

sama dibahasakan dengan bahasa yang berbeda. Kata-kata yang berbeda itu

semata-mata tidak saja masalah sintaksis tapi praktek ideologi tertentu. Pembaca

juga akan menerima dengan pandangan yang berbeda pula terhadap penggunaan

bahasa yang berbeda-beda.

Kosakata menurut Eriyanto yaitu; mampu (a) mengklasifikasi realitas

tertentu dalam kategorisasi dan akhirnya dibedakan dengan realitas yang lain.

Klasifikasi ini terjadi karena kompleksitas realitas, sehingga orang, menyusun

dalam tingkat yang lebih sederhana dari realitas itu. Klasifikasi menyediakan

untuk mengontrol informasi dan pengalaman. Selain itu, kosakata mampu (b)

memberi batasan pandangan. Seperti dikatakan Roger Fowler, bahasa pada

dasarnya bersifat membatasi – kita diajak berpikir untuk memahami seperti itu,

bukan yang lain.

Dikarenakan pembaca/khalayak tidak mengalami atau mengikuti suatu

peristiwa secara langsung maka ketika membaca kosakata tertentu akan

163 Eriyanto (b), Op.cit., hal.134-152

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

dihubungkan dengan realitas tertentu. Ambil contoh: kata “qanun” yang dalam

bahasa indonesia berarti “aturan” disandingkan dengan “disiplin, “tegas”, atau

“kepatuhan”, kata-kata tersebut akan menimbulkan pemaknaan tertentu ketika

berada ditangan pembaca/khalayak. “qanun” lebih disugestikan taat, tanpa

melihat alasan tertentu, tegas, serta lebih menonjolkan karakter dan metode

pendidikan di pondok pesantren dan keterlibatan santrinya. Berbeda bila

dibandingkan dengan “tata tertib”, yang tidak ada ketegasan dan keharusan,

pondok pesantren dengan santri, yang terjadi adalah gambaran tentang selembar

aturan yang di baca untuk diketahui tanpa kesadaran untuk paham dan

menghindari untuk melanggarnya.

Kosakata pun menjadi ranah dalam (c) pertarungan wacana. Setiap pihak

mempunyai versi tersendiri atas suatu masalah. Klaim atas kebenaran, dasar

pembenar dan penjelas mengenai suatu masalah, berusaha agar versi

kelompoknya dianggap paling benar dan lebih menentukan dalam mempengaruhi

opini publik.

Kosakata pun bisa menjadi (d) alat marjinalisasi. Kata, tulis Roger Fowler

dkk., adalah pilihan linguistik tertentu – kata, kalimat, proposisi – membawa nilai

ideologis tertentu. Kata dipandang bukan suatu yang netral, tapi ada implikasi

ideologis tertentu. Pemakaian kata, kalimat, proposisi, bentuk kalimat, gaya, tidak

semata-mata persoalan teknis tata bahasa atau linguistik, tapi ekspresi suatu

ideologi: upaya pembentukan opini publik, meneguhkan, dan membenarkan pihak

sendiri dan mengucilkan pihak lain. Teks memproduksi “posisi pembacaan” untuk

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

khalayak, menyediakan perspektif bagaimana suatu teks harus dilibatkan juga

hubungan transaksional dengan pembaca.

Titik perhatian dari Roger Fowler dkk. adalah pada representasi,

bagaimana kelompok, seseorang, kegiatan, atau peristiwa tertentu ditampilkan

dalam wacana publik. Proses representasi ini selalu melalui medium (bahasa).

Bukan bias atau distrosi dari pemakaian bahasa yang menjadi fokus utama, tapi

bagaimana pemakaian bahasa tertentu tidak objektif dan membawa nilai ideologis

tertentu. Karena itu model Fowler dkk., dipusatkan pada salah representasi

(misrepresentation) dan diskriminasi seseorang/kelompok dalam wacana publik.

Di sini, bagaimana pemakaian bahasa tertentu dapat secara sengaja atau tidak

memarjinalkan dan mendiskriminasikan seseorang/kelompok dari pembicaraan

publik.164

Selanjutnya, dengan pemahaman di atas di bawah ini akan dipaparkan

bagaimana kerangka analisis Roger Fowler dkk., digunakan dalam membedah

kata-kata dan kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara

karangan Ahmad Fuadi. Dengan kerangka analisis yang ditawarkan penelitian ini

mencoba melihat nilai-nilai ideologis yang terkandung dalam pembentukan kata-

kata dan kalimat-kalimat.

164 Eriyanto (b), Ibid., hal. 165-164

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Bagan 5 Kerangka Analisis

Model Roger Fowler dkk.

TINGKAT

YANG INGIN DILIHAT

Kata

· Pilihan kosakata yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa · Pilihan kosakata yang dipakai untuk menggambarkan aktor (agen)

yang terlibat dalam peristiwa

Kalimat

Bagaimana peristiwa digambarkan lewat rangkaian kata atau kalimat

B. Hasil Analisis Model Roger Fowler dkk.

Dalam kerja analisisnya, di sini lebih difokuskan pada penggunaan kata

dan kalimat secara detail. Di mana, kata dan kalimat yang dipakai mencerminkan

ideologi dari pengarangnya.

Wacana yang dominan dari novel Negeri 5 Menara ini adalah gambaran

Pendidikan di Pondok pesantren Gontor yang identik dengan kedisiplinan,

orientasi pendidikan dan metode pembelajaran. Dengan metode pengajaran yang

di terapkan di pesantren terbukti telah mencetak lulusan yang membawa nama

harum pondok pesantren. Dengan disiplin yang ketat namun tetap dapat

menciptakan suasana kebersamaan yang tinggi antara satu sama lain. Metode

pengajaran yang mendidik para santrinya untuk mampu mandiri, dapat menjadi

tauladan dan islami menjadi tujuan dari pondok pesantren dan menjadi nafas di

setiap sudut lingkungan Gontor.

Di awal-awal novel ini pembaca diajak untuk menikmati suasana di

Washington DC yang merupakan ibu kota Amerika Serikat, Ahmad Fuadi

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

mencoba menggambarkan keadaannya sekarang lalu melihat ke masa lalu awal

dari pertentangan memilih sekolah yang diinginkannya dengan keinginan mulia

kedua orang tuanya yang mengingginkan mendidik Alif (Ahmad Fuadi) menjadi

tokoh agama. Ahmad Fuadi memulai ceritanya dengan penggambaran bagaimana

bangunan di Pondok pesantren, gedung-gedung sekolah yang luas dan megah dan

mendukung sarana kegiatan pendidikan, segala kegiatan ekstra seperti; kompetisi

olah raga, pagelaran teater, musik, melukis, grafis, fotografi. Setiap santri di

berikan kesempatan mengembangkan kemampuannya. Disebut dalam sebuah

hadits dalam novel tersebut Innallaha jamiil wahuwa yuhibbul jamal;

sesungguhnya Tuhan itu indah dan mencintai keindahan.

Wacana Pendidikan di Pondok Pesantren Gontor dalam novel,

dikategorisasikan dalam beberapa wacana, yaitu

1. Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Gontor

Praktek kurikulum pendidikan di sini dimaknai sebagai praktek

pengaturan, rencana, isi ataupun bahan pengajaran. Gambaran yang diberikan

dalam novel ini lebih pada bahan pengajarannya, yaitu bagaimana pesantren

mengatur rencana pendidikan dan bahan pengajaran untuk para santrinya.

Kurikulum digambarkan pada posisi tegas, jelas, mengatur, dan berorientasi.

Dapat dilihat kata-kata yang digunakan dalam kutipan berikut:

Selain kelas dari pagi sampai siang 6 hari seminggu, kami juga megikuti tambahan kelas sore untuk mendalami mata pelajaran pokok, khususnya untuk bahasa Arab dan Inggris. Belum lagi sesi belajar malam yang diadakan di kelas oleh Ustad Salman. Sementara kamis sore tidak ada pelajaran, tetapi diisi dengan latihan Pramuka. Tapi dari semua hari, hari yang paling mulia bagi kami adalah hari Jumat. (hal.118)

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Menurutku, bila ingin mendapatkan pelatihan hebat untuk menjadi orator tangguh dan singa podium, maka PM adalah tempat yang tepat. Bagaimana tidak, tiga kali seminggu, selama 2 jam kami diwajibkan mengikuti muhadharah, atau latihan berpidato berisi sekitar 40 anak-anak dari kelas lain. Setiap orang dapat giliran untuk berbicara 5 menit di depan umum. Tidak hanya harus berpidato tanpa teks, bahkan tingkat kesulitannya ditingkatkan dengan kewajiaban harus berpidato dalam 3 bahasa. Indonesia, Iggris dan Arab.(hal.149)

“ Pondok Madani sistem pendidikan 24 jam. Tujuan pendidikannya untuk menghasilkan manusia mandiri yang tangguh. Kiai kami bilang, agar menjadi rahmat bagi dunia dengan bekal ilmu umum dan ilmu negara.... “ (hal.31”) Dalam kutipan di atas, keadaannya digambarkan dengan menggunakan

kosakata-kosakata seperti “tambahan kelas”, “pelajaran pokok”, “bahasa Arab

dan Inggris”, “belajar malam”, “latihan Pramuka”, “berpidato”, “dalam 3

bahasa”, dan “ilmu umum dan ilmu negara”. Sedangkan kosakata yang

digunakan untuk menggambarkan aktor (agen) yang terlibat adalah “orator

tangguh”, “singa podium”, “mandiri”. Dalam rangkaian kalimat; Menurutku, bila

ingin mendapatkan pelatihan hebat untuk menjadi orator tangguh dan singa

podium, maka PM adalah tempat yang tepat.

Kosakata-kosakata yang digunakan di atas, jika dilihat secara seksama

akan mengandung kesan yang lain, misalnya “tambahan kelas”, di sini santri

“orator tangguh”, dianggap harus bekerja keras dan sungguh-sungguh. Apalagi

dengan menyebut santrinya dengan “singa podium” yang lebih mengesankan akan

kebanggaan dari keberhasilan bagai seorang pengguasa yang mampu

menaklukkan podium disini artinya panggung, apalagi dengan penggalan kalimat

“dalam 3 bahasa”, yang dalam kalimat selanjutnya malah diperlihatkan dengan

jelas, kesan seperti keseriusan dan kegigihan itu; tiga kali seminggu, selama 2 jam

kami diwajibkan mengikuti muhadharah, atau latihan berpidato berisi sekitar 40

anak-anak dari kelas lain

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Kemudian “mandiri” itu digambarkan dengan penuh tanggung jawab

menjadikan para santrinya menjadi seorang yang mampu mandiri dengan

menggunakan kata-kata dalam kalimat; Pondok Madani sistem pendidikan 24

jam. Tujuan pendidikannya untuk menghasilkan manusia mandiri yang tangguh.

Melihat kutipan teks di atas, Fuadi memang hendak menggambarkan

bagaimana para pendidik dan kyai begitu berusaha keras mendidik para santrinya.

Segala kegiatan belajar dan mengajar digambarkan tegas, disiplin, dan serius. Itu

sangat terlihat dalam kata-kata yang dipakai. Akan tetapi, jika menuruti model

Fowler dkk., pada kalimat ini, “Karena aku masuk setelah tamat SLTP, PM

mewajibkan tambahan 1 tahun untuk kelas persiapan, sehingga untuk lulus, aku

perlu 4 tahun. Artinya : Randai kelas 3 SMA. Aku baru kelas 5 di PM. Randai

masuk kuliah, aku masih kelas 6”, Fuadi jelas menunjukkan bahwa sekolah di PM

lebih serius dan perlu kesungguhan di bandingkan dengan sekolah umum karena

memang banyak perbedaannya. Kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif,

subjek sebagai pelaku utama dengan kata “aku”. Pembaca diarahkan pada

penggambaran tokoh “aku” (Alif/Fuadi), Pelaku diperjelas dengan pembandingan

dari tokoh teman sebaya yang duduk di sekolah umum.

Dalam penelitian ini tidak secara mentah-mentah menganalisis mana itu

kalimat pasif dan mana yang aktif. Jika dalam analisis berita Roger Fowler dkk.,

mengatakan bahwa dengan bentuk kalimat Aktif pelaku utama (Alif/Fuadi) akan

lebih ditonjolkan dan menjelaskan lebih bagaimana pondok pesantren mempunyai

kurikulum yang berbeda dengan sekolah umum. Hal tersebut dijelaskan dengan

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

lebih spesifik dari angka-angka yang tersebut yaitu “1”, “4”.”3”. “5” dan “6”. Hal

yang nyata disebutkan dalam kurikulum sekolah.

Jika hal tersebut diterapkan dalam kajian novel bisa begitu pas, karena

pelaku ataupun pelibatnya di sini memang nyata. Sebagai informasi buat kita

bahwa pesantren Gontor mempunyai kurikulum dengan disiplin tinggi dan materi

yang sangat padat. Fuadi mencoba menggambarkan pengalaman yang

diperolehnya selama di pesantren Gontor, membagi dengan para pembacanya dan

membuka wawasan kita . Dengan begitu dalam penelitian ini arah perspektifnya

dirubah, artinya melihat bagaimana penggunaan kata dan kalimatnya apakah

memihak atau mencoba bersikap netral terhadap Pendidikan di Pesantren Gontor.

Meski yang ditonjolkan adalah tokoh “aku” (Alif/Fuadi), bukan berarti ini hanya

mengeskploitasi tokoh “aku”, justru dianalisis sebaliknya, bahwa jika melihat

Pendidikan di Pesantren tersebut dari sudut pandang pelibat, dapat dikatakan

pendidikan di pesantren Gontor sangat disiplin dan tegas.

Sesuai dengan pendapat di atas, jika diterapkan akan muncul dalam

kutipan di bawah ini, yang menunjukkan Fuadi lebih serius dalam mencerminkan

ideologinya. Penggambaran pada tokoh “aku” justru digunakan Fuadi untuk

membuat emosi pembaca untuk ikut merasakan bagaimana pendidikan di

pesantren Gontor. Artinya teks memproduksi “posisi pembacaan” untuk khalayak,

dalam arti menyediakan perspektif bagaimana suatu teks harus dibaca dan

dipahami, meski pemaknaan suatu teks melibatkan juga hubungan transaksional

dengan pembaca.165, kutipannya sebagai berikut:

165 Eriyanto, ibid., hal. 149

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

“ Kalau PM adalah seorang ibu, maka PM sekarang sedang hamil tua. Mari kita rawat kehamilan bersama sampai melahirkan,” buka Kiai Rais dengan air muka berbinar. Anak-anakku, kalianlah jabang bayi yang sedang dikandung PM. Kalau lulus, kalian lahir dari rahim PM untuk berjuang dan membawa kebaikan untuk masyarakat. Dan proses persalinan yang menentukan adalah imtihan nihai-ujian pamungkas. Ini lah ujian yang paling berat yang anak-anak temui di PM, dan bahkan mungkin sepanjang hidup kalian.” (hal. 378)

Di sini, jelas sekali para pembaca diarahkan untuk menikmati bagaimana

para santri di pondok pesantren Gontor, diangap sebagai satu keluarga dari satu

kandungan yang diibaratkan sebagai seorang ibu yang sedang hamil tua; “Kalau

PM adalah seorang ibu, maka PM sekarang sedang hamil tua”, dan pelibat diikut

sertakan untuk turut menjaga bersama-sama, “Mari kita rawat kehamilan bersama

sampai melahirkan,” buka Kiai Rais dengan air muka berbinar. Diselipkan kata

“anak-anakku” menunjukkan sesuatu keikutsertaan dalam satu keluarga besar,

seperti seorang ayah merangkul anak-anaknya, makin mempertegas kekeluargaan

dalam konteks tersebut, dimana penggunaan kata-kata aktif tersebut ditujukan

kepada orang kedua secara langsung, begitu Fuadi hendak mengatakan kepada

pembacanya.

Dalam teks-teks lainnya ada yang lebih tajam dan eksplisit, bagaimana

para santri diceritakan dengan berbagai kegiatan dalam praktek kurikulum

pendidikan. Kata-kata dan kalimat-kalimat yang dipilih Fuadi, untuk menjelaskan

keadaan seorang santri dalam mempraktekkan kurikulum yang sudah menjadi

ketentuan. Dalam rangkaian kalimat, praktek kurikulum itu digambarkan sebagai

berikut:

“Walau asrama penting, tapi kamar disini lebih berfungsi untuk tempat tidur dan istirahat, kebanyakan kegiatan belajar diadakan dikelas,lapangan, masjid, dan tempat lainnya, seperti yang akan kita lihat nanti,…” (hal.31)

Page 144: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

“Ayyuhal ikhwan”. Saudara-saudara semua. Selamat datang dalam pertandingan penting ini. Saya akan perkenalkan para pemain dari kedua tim, yaitu....” Dia menyampaikan semua komentar dalam bahasa Arab, karena minggu ini minggu wajib berbahasa Arab. (hal 167)

Dapat dilihat dalam kata-kata atau kalimat-kalimat yang diberi cetak

miring, menunjukkan bagaimana pelajaran dan materi pendidikan dapat diajarkan

kapan pun dan dimana saja, kata-kata yang digunakan sangat dekat dan familiar

dilingkungan pembaca. Cara bercerita Fuadi dengan sudut pandang pada diri

tokohnya, semakin memberikan situasi yang benar-benar nyata dan terjadi di

dalam pengalaman hidupnya. Suasanya dalam praktek kurikulum digambarkan

seakan semua sarana sekecil apapun bisa menjadi sarana pendukung kegiatan

belar-mengajar.

2. Metode pendidikan dalam praktek pengajaran

Muncul wacana yang menjelaskan cara yang di gunakan pesantren untuk

melaksanakan kurikulum yang sudah ditentukan dan menjadi kesepakan bersama

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis dengan cara yang sistematis. Hal

tersebutlah yang disebut dengan metode pendidikan dalam praktek pengajaran di

pesantren Gontor. Di sini dikatakan dengan kata-kata seperti “dibombardir”,

“selesai shalat subuh”, “melafalkan”, “tanpa pertolongan” dan lain-lain seperti

muncul dalam kutipan di bawah ini. Bagaimana tokoh “Aku” sebagai santri harus

mampu menghafal bahasa Arab dan bahasa Inggris tanpa perantara bahasa

Indonesia. Dimana di setiap subuh selalu dilatih dan diajar untuk mampu melafal

dan menguasai kedua bahasa tersebut. Kata “dibombardir” adalah kata yang

menunjukkan paksaan yang dilakukan terus menerus. Jelas sekali digambarkan

Page 145: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

bagaimana para santri pesantren termasuk tokoh “Aku” juga berusaha sekuat

tenaga melewati setiap materi dan hafalan yang diajarkan didalam pesantren yang

menjadi metode pengajarannya.

Untuk membantu menumbuhkan refleks bahasa itu, kami dibombardir dengan kosakata baru. Setiap selesai shalat Subuh, seorang kakak penggerak bahasa masuk kesetiap kamar dan berdiri didepan, tepat di sebelah imam ke setiap kamar dan berdiri didepan, tepat di sebelah imam shalat kami tadi. Di tangannya ada papan tulis kecil. Tapi kami tidak tahu apa yang tertulis di sana, karena dihadapkan ke arah dia. Lalu dia akan meneriakkan sebuah kata baru beberapa kali dengan lantang dan jelas. Kami diminta mengulangi bersama-sama, dan satu persatu, juga dengan lantang. Setelah semua orang merasakan bagaimana melafalkan kata baru ini dengan baik, dia memberikan contoh kata ini di dalam kalimat sempurna. Tanpa pertolongan bahasa Indonesia, dia menerangkan apa arti kata ini. Lalu giliran kami untuk membuat kalimat lain dengan menggunakan kosakata ini......................................................... bayangkan, ini benar-benar proses belajar yang menggunakan semua indera. Meneriakkan kosa kata baru di subuh buta, memaksakan diri untuk memahami dan memasukkan ke kalimat, lalu melihat tulisannya dan terakhir mengikatkannya. Ini kami lakukan setiap hari, 7 kali seminggu. Sebab metode sederhana yang sangat kuat dan mampu melekatkan bahasa baru ke dalam alam bawah sadar untuk tidak lepas lagi selamanya.( hal.132)

Kemudian jika diteliti lagi ada kata “meneriakkan”, “memahami”, dan

“mengikatkannya” yang terkesan sangat memerlukan konsentrasi dan kerja keras,

dimana para santri disamakan dengan sebatang pohon yang mampu “mengikat”

setelah “meneriakkan” dan “memahami” para santri yang tidak boleh sedikitpun

lengah untuk melamun bahkan mengantuk. Fuadi dengan bergaya cerita seperti di

atas dan penggunaan kata serta kalimatnya, memang terkesan hanya ingin

bercerita layaknya tukang foto yang hanya membingkainya saja. Tapi justru di

sini keberpihakan Fuadi terlihat. Fuadi bermaksud mengatakan bahwa sebegitu

kerja keras dan seriusnya belajar di Pesantren Gontor dengan hanya menghafal

dan mampu berbahasa asing harus “dibombardir” setiap “selesai sholat subuh”

dan diajarkan dengan metode “meneriakkan,”memahami”, dan “mengikatnya”

Page 146: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

hingga tak akan bisa lepas selamanya, selama usianya si tokoh “Aku” dan para

santri di Pesantren Gontor ini.

Dengan model gaya cerita semacam itu, dapat juga ditafsirkan bahwa

Fuadi sendiri malah akan memperkuat citra-citra Pondok pesantren. Pondok

Pesantren itu dengan metode pengajaran yang tegas, serius, tetapi bertujuan agar

ilmu-ilmu yang diajarkan mampu mengikat sekamanya. ini terlihat dalam kutipan

di bawah ini, kalimat yang digunakan juga menggambarkan bagaimana pesantren

Gontor menggunakan metode mendidik untuk para santrinya;.

“ Maa haaza?” tanpa ba-bi-bu, di hari pertama Ustad Salman langsung berteriak nyaring di depam kelas. Intonasinya bertanya, tangan kirinya memegang buku, jari kanannya menunjuk ketangan kirinya memegang buku, jari kanannya menunjuk ketangan kiri. Sedangkan kami Cuma terbengong-bengong kaget. “hazaa kitaabun”. Telunjuk kanannya menunjuk buku yang dipegang tangan kiri. Kami celingukan dan diam. Ustad Salman terus mengulang monolog singkatnya beberapa kali dengan terus memamerkan senyum sepuluh sentinya. Lalu dengan gerakan tangannya, dia mengisyaratkan untuk bersama-sama mengulang apa yang disebutkanya tadi dengan keras “Quuluu jamaaatan........maa haaza? Haaza kitaabun.”( hal. 110.) ....................................................................................................................................................................................

. Metode pengajarannya: Ustad Badil membacakan sebait kata mutiara dalam bahasa Arab lalu dia menerangkan maknanya dalam bahasa Arab dan Indonesia. Setelah kami cukup paham, dia akan menuliskan bait ini di papan tulis untuk kami salin. Setelah disalin, dia akan menghapus beberapa bagian tulisan. Sambil terus menyuruh kami membacanya dengan keras. Semakin sering kami membaca, semakin banyak yang dihapusnya, sehingga, lama-lama papan tulis bersih, dan bait itu telah pindah keingatan kami masing-masing. Di pertemuan selanjutnya, secara acak kami dipilih untuk membacakan hapalan minggu lalu. Kalau ternyata belum hapal, apa boleh buat kami harus berdiri didepan kelas sambil memegan buku untuk menghapal. Sungguh memalukan, aku cukup sering tampil berdiri di depan kelas gara-gara hapalanku yang melantur.( hal.116)

................................................................................................................................................

Barangkali akan lebih terlihat lagi dalam kutipan kalimat yang ceritakan

oleh Fuadi, dalam bentuk percakapan di depan kelas tersebut. Dari kutipan

kalimat tersebut disebutkan bahwa pengajar dalam hal ini disebut Ustad langsung

akan meneriakkan kata dalam bahasa Arab langsung dengan intonasinya dan

menunjuk benda yang di bawa di tangannya dan meneriakkannya bersama-sama.

Page 147: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Hal tersebut menjadi metode untuk mempraktekkan bahasa asing agar para santri

mampu memahami dan mengerti dengan harapan mampu menghafal dengan cepat

pula.

Dalam kutipan berikutnya tersebut sangat jelas menonjolkan pada metode

menghafal, para santri di haruskan mengucapkan bait per bait kata mutiara yang

diharuskan bait kata mutiara tersebut telah pindah dalam ingatan. Dalam

pertemuan berikutnya secara acak akan dipilih santri untuk menghafal hafalan

minggu sebelumnya, dan bagi yang hafalannya “melantur” akan dapat hukuman

berdiri di depan kelas sambil menghafal. Begitu tegasnya aturan dalam metode

pengajaran ini sehingga membuat santrinya merasa wajib bisa dan terkesan harus

mampu menjalani metode yang di buat pesantren dan pendidiknya.

Kutipan lainnya yang menunjukkan kesan bahwa metode pendidikan di

pesantren Gontor itu sangat serius dan membutuhkan kerja keras diperlihatkan

dalam pandangan Fuadi sebagai berikut:

“Cak kau lihat ini bos, judulnya Advancd Learner’s Oxford Dictionary, kamus bahasa Inggris yang hebat. Cocok buat kita yang belajar bahasa Inggris. Kalau inggin seperti Habibie, macam buku inilah yang harus kau baca,” ujarnya serius sambil mangangkat kitap tebal ini pas dimukaku (hal.44) ............................................................................................................................................... “Eh, kalian tahu nggak, inilah buku yang melihat hukum Islam dengan sangat luas. Buku Bidayatul Mujtahid yang ditulis ilmuwan terkenal Ibnu Rusyd atau Averrous, endekiawan berasal dari Spanyol. Isinya adalah fiqh Islam dilihat dari berbagai mazhab, tanpa ada paksaan untuk ikut salah satu mazhab. Saya tahu PM membebaskan kita memilih. Sayang, baru 2 tahun lagi kita boleh mempelajarinya.” Wajah raja tampak kecewa sangat serius.” Nah kalau yang itu aku sudah punya, kemarin aku bawa kekelas. Kau ingat, kan?yang aku angkat dimuka kau itu, dengan logat Medan yang kental. Melihat Oxford Advenced learners Dictionary . padahal menurut daftar buku wajib, kamus ini baru akan kami pakai tahun depan.( hal. 60) ............................................................................................................................................... Tantangan ku, selain hapalan yang banyak, juga bagaimana mengerti dengan baik buku pelajaran yang kenyakan berbahasa Arab dan Inggris. Kami memang tidak diperolehkan membaca buku terjemahan, karena intinya adalah mempelajari sebuah konsep dalam bahasa aslinya. Karena itu, selama di aula, kami wajib didampingi dua benda.

Page 148: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Yang pertama kamus al-Munjid karangan Louis Ma’luf dan Bernard Tottel yang terbit di Mesir. Buku ini setebal bantal ensiklopedia dan kamus bahasa Arab yang menguraikan arti kosa kata bahasa Arab dalam kamus bahasa Arab juga. Untuk melengkapi keterangan, kamus ini dilengkapi banyak ilustrasi warna-warni. Karena sangat komprehensif, kamus inilah salah satu referensi utama para penerjemah dari bahasa Arab ke berbagai bahasa dunia. Beberapa kali aku melihat kamus ini benar-benar menjadi bantal teman-teman yang begadang belajar dan tidak kuat menahan kantuk. (hal. 385)

Jika kita perhatikan lagi, dalam kutipan di atas keberpihakkan Fuadi

terhadap pesantren sangat menonjol. Fuadi hendak berpendapat bahwa apa yang

menjadi metode pembelajaran di pesantren Gontor ini adalah bertujuan agar para

santrinya belajar banyak hal dari orang-orang besar dengan ilmu yang besar pula

dimana diharapkan nantinya akan mengikuti jejak menjadi orang besar,

setidaknya berpengetahuan yang cukup dan mampu menularkan ilmu yang

dimiliki kepada semua orang.

3. Disiplin

Wacana ini ditemukan dalam beberapa kutipan gambaran situasi dan

dialog di dalam novel nya Fuadi. Disiplin menjadi modal dasar dalam memulai

untuk belajar di pesantren ini. Dari hal sekecil ini lah proses pembelajaran dimulai

di pesantren ini. Aturan disiplin dalam pesantren ini sangat tegas, tidak melihat

pengecualian sekecil apapun, tidak ada tawar-menawar. Didalam pesantren

hukuman menjadi cara menegakkan disiplin, dalam prakteknya pun sangat tegas.

Tidak ada satupun alasan untuk tidak menerima hukuman walaupun beralasan

sakit. Hal tersebut digambarkan dalam kutipan berikut:

...........Bagi yang dipanggil ke Mahkamah, tidak ada pilihan lain kecuali hadir, tidak bisa sembunyi, lari, mangkir, atau beralasan sakit.....( hal. 72)

Page 149: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Disiplin ini juga di tegakkan dimana-mana, bukan hanya di kelas, masjid,

kantor keamanan saja, namun selama masih didalam areal pondok, seluruh

ruangan adalah tempat disiplin, bahkan dalam hal jatah makanan seperti di ruang

dapur berikut, tidak ada alasan apapun yang bisa membela;

“Ma fisy. Tidak ada. Ya nasib hari ini kurang baik,” gumanku berlalu tanpa kupon penting ini. Aku pasrah, tidak ada kupon, tidak ada rendang, sambil menenteng piring dan gelas masing-masing, kami berlari kecil ke dapur umum. Kalau kami terlambat sedikit saja. Antrian bisa mengular sampai ke halaman dapur.( hal. 121) ........................................................................................................................

Cepat.....cepat, kita tidak bisa terlambat!” paksa Atang sambil berjalan seperti berlari menuju dapur umum. Dengan baju putih-putih bersih kami-Sahibul Menara-berbaris tertib. Masing-masing membawa piring dan gelas plastik dan kupon makanan. Di ujung antrian, petugas dapur bersiaga bagai menanti tamu penting, dari balik pembatas seperti loket tiket.( hal. 289)

Fuadi memasukkan hal-hal sekecil dan kelihatan tidak penting didalam

novelnya dimana hal-hal tersebut adalah kebiasaan sehari-hari. Seakan segala

sesuatunya harus sesuai dengan ketepatan yang berlaku tanpa memberi tendensi

apapun hal itu. Dimaknai bahwa Fuadi bermaksud menunjukkna pola kebiasaan

dengan disiplin ketat di dalam lingkungan pesantren Gontor. Pola kebiasaan itu

lebih cenderung memaksa para santrinya mau tidak mau untuk menaatinya sebab

jika tidak, sedikit pelanggaran saja akan ada hukuman yang menanti. Ternyata,

apa yang mungkin Fuadi inggin tunjukkan dari sudut pandangnya mengenai

pesantren Gontor yang diceritakannya dengan tokoh “Aku” atau “Alif” adalah

disiplin yang tinggi tanpa pandang bulu, kepentingan, jabatan dan segala alasan

apapun. Yang dipertegas dala kutipan percakapan berikut ini;

“ Kami minta izin ke Ponorogo, tapi barangnya hanya ada di Surabaya. Untuk kelancaran acara, waktu sudah tidak mungkin kembali ke PM. Jadi kami terus ke Surabaya.....” “ Jawab pertanyaan saya ; siapa yang otosrisasi?” “ inisiatif kami, Tad.” “ Sejak kapan kalian melebihi KP?” “Maaf Tad, suasana mendesak sekali. Kami harus bertindak cepat.”

Page 150: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

“ Kalian bisa pulang ke sini minta izin dulu.” “Takut terlambat Tad, waktunya sempit sekali........” Dengan nada dan tatapan dinginnya, Ustad Torik memotong. “Itu bukan alasan. Menunggu sampai pagi pun masih bisa. Kalian sudah tahu aturan adalah aturan. Semua yang ikut ke Surabaya saya tunggu di kantor: SEKARANG JUGA.” (hal. 351)

Kata-kata dan kalimat yang dipakai cenderung bersifat otoritas dan

memojokkan seperti digunakannya kalimat “Jawab pertanyaan saya” sebagai

pertanyaan yang tidak boleh dilawan dengan alasan apapun. Kata “ SEKARANG

JUGA” yang ditulis dengan huruf besar merupakan simbol kemarahan dan

keharusan yang tanpa bisa bantahan apapun. Kutipan di atas, terlihat sekali bahwa

aturan adalah aturan tidak bisa dilanggar.

Apa yang Fuadi tunjukan ini, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya

bahwa Fuadi sengaja menyisipkan kutipan-kutipan ini sebagai sebuah

penumpukan fakta yang mendukung (card stacking). Ini sejenis penguat jalan

cerita, sehingga pesan atau hakikat dari novel tersebut menjadi semakin kuat. Kata

lain, berita tersebut memiliki kekuatan dalam mengukuhkan sebuah mitos. Mitos

yang dibangun dalam sebuah pesantren yang selalu dengan identik dan kesan

disiplin yang ketat.

4. Keteladanan sebagai bentuk dari motivasi

Wacana yang mengusung tema keteladanan, yang berupa motivasi untuk

pantang menyerah dalam kondisi apapun dalam novel Negeri 5 menara dimulai

dengan kutipan;

“ Man jadda wajada”, teriakku pada diri sendiri, sepotong syair Arab yang di ajarkan di hari pertama masuk kelas membakar tekadku. Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Dan sore ini, dalam 3 jam ini, aku bertekad akan bersungguh-sungguh. Bismillah (hal.82)

Page 151: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Wacana yang mengusung tema semangat pantang menyerah, semuanya

diceritakan dimulai dari saat tokoh “Alif” mulai diserahi tugas dan tanggung

jawab dalam kegiatan di dalam pesantren. Didalam asrama setiap santri

mempunyai banyak kegiatan dan kewajiban yang segera dan harus dikerjakan

terkadang dalam waktu yang hampir bersamaan. Seperti saat tokoh utama Alif

mendapat kesempatan untuk berpidato tetapi waktu nya sangat mendesak,

sementara masih banyak kegiatan yang lainnya. Kata “Empat puluh delapan jam”

menunjukkan waktu yang sudah sangat mendesak dan harus segera dikerjakan.

Yang di ceritakan dalam kutipan berikut ini;

Untuk menjadi speaker ada prosedurnya. Pertama aku harus menulis skrip pidato dengan lengkap di sebuah buku khusus. Empat puluh delapan jam sebelum pidato, naskah sudah harus di setor ke kakak pembimbing dari kelas 5 atau 6. hanya setelah naskahku diperiksa dan ditandatangani maka aku bisa naik mimbar. Inilah repotnya, jadwal dan kewajibanku padat sekali. Ada hapalan mahfuzhat, lalu tugas membuat kalimat lengkap, tugas pramuka, belum lagi baju bersihku telah habis dan harus segera dicuci. Kapan aku punya waktu untuk menulis naskah pidato yang harus melalui riset pustaka? Dalam bahasa inggris lagi.( hal. 150)

Jelas digambarkan bagaimana tokoh “Alif” sangat kepayahan mengerjakan

tugas pidatonya, tetapi dengan semangat kegigihan yang di desak dan di pelajari

dari teman-teman dan lingkungannya membuatnya merasa harus bisa dan pantang

menyerah. Disamping bayak halangan yang mengikutinya yang dgambarka

dengan “baju bersih yang sudah habis” , “lalu riset pustaka” serta “penulisan

dalam bahasa Inggris”. Yang berarti bahwa banyak sekali kewajiban yang harus

dilakukan dalam waktu yang sangat singkat.

Raja dan Baso mengucek-ngucek mata sambil menguap lebar. Mereka segera mengundurkan diri masuk kamar. Said sudah sulit di tolong dari cengkeraman kantuk, tapi dia tidak mau menyerah. Setiap buku yang dipegangnya jatuh ke lantai karena tertidur, dia kembali memungutnya dan melanjutkan membaca. Sementara Atang dan Dulmajid tampak masih cukup kuat melawan kantuk. Aku juga tidak mau kalah. Walau mata berat, aku ingin menjalankan tekad yang sudah aku tulis di buku. Aku akan bekerja keras habis-habisan dulu.( hal. 199) ...............................................................................................................................................

Page 152: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Tapi mereka maju terus. Ya, itu yang mereka lakukan dengan cara yang paling manual. Masing-masing membagi tugas. Raja menuliskan entry Inggris dan Baso untuk Arab. Selama setahun, siang malam mereka mengerjakan pemilihan kata yang benar-benar cocok untuk para pelajar. Aku ingat beberapa kali bangun tengah malam untuk shalat Tahajud. Setiap bangun, aku menyaksikan di tengah kesunyian dan gelapnya malam, Baso dan Raja duduk bersila ditemani sebuah lampu teplok yang apinya melenggak lenggok karena sudah hampir kehabisan minyak. Di depan masing-masing, sebuah buku tulis tebal telah penuh tulisan Arab dan Inggris. Mereka terus menulis dan menulis tidak kenal lelah. Pagi-pagi aku melihat jepol, telunjuk dan jari tengah mereka bengkak-bengkak dan membiru karena dipakai memegang pulpen tiada henti. Tapi hasilnya berbicara. Dua tahun setelah memproklamirkan proyek ambisius ini, akmus mereka dicetak di percetakan PM. Kini “Kamus Praktis Pelajar Arab-Ingris-Indonesia” karya Baso Salahudin dan Raja Lubis ini tersedia di toko buku kami (hal.307) Penulis dalam hal ini Fuadi, mencoba memberi tahu bahwa semangat

belajar bisa dimana saja, tempat bukanlah halangan untuk belajar.” Kami sanggup

membaca buku sambil berjalan, sambil bersepeda, sambil antri kamar mandi,

sambil antri makan, sambil makan bahkan sambil mengantuk” menunjukkan

semangat belajar yang tidak lagi memikirkan kenyamanan tempat, mereka

bekejar-kejaran dengan waktu. Kata “Selama 3 hari 3 malam”menunjukan waktu

yang terus menerus dan tidak kenal lelah untuk belajar ;

Belum pernah dalam hidupku melihat orang belajar bersama dalam jumlah yang banyak di satu tempat. Di PM, orang belajar di setipa sudut dan waktu. Kami sanggup membaca buku sambil berjalan, sambl bersepeda, sambil antri kamar mandi, sambil antri makan, sambil makan bahkan sambil mengantuk. Animo belajar inisemakin menggila begitu masa ujian datang. Kami mendesak diri melampau limit normal untuk menemukan limit baru yang jauh lebih tinggi.( hal. 200) ……………………………………………………………………………… Selama 3 hari 3 malam, ditemani Sahibul Menara dan Raja sebagai konsultan, aku berlatih dan berlatih, di sebelah Sungai Bambu. Aku berteriak tanpa lelah kepada air, bamboo, semak belukar, melatih lidahku supaya fleksibel untuk membawakan pidato ku yang berjudul, “ When East Greets West”. Ketika aku peragakan lagi pidato 5 menitku di sepan Ustad Torik, dia mengangguk-ngangguk setuju. Aku lega tapi juga tegang. Dua hari lagi adalah hari H aku tampil di depan mata ribuan murid, para guru, kiai dan tamu agung dari Inggris itu. Bagaimana kalau di hari H suaraku hilang, atau sakit gigi, atau grogi, atau lupa hapalan pidatoku, atau….tidurku jadi tidak nyenyak.( hal.317) Air wudhu digunakan sebagai sarana yang ampuh untuk membangkitkan

semangat setelah nya diikuti berserah ke pada Nya setelah berusaha semaksimal

mungkin. Kata “membasahi” berarti menggunakan sesuatu agar menjadi “basah”,

Page 153: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

di sebut dalam kutipan berikut,untuk menghilangkan kantuk di gunakan air

wudhu. Namun semangat untuk mengusir kantuk nampak juga dari “ ayo satu

halaman lagi, satu baris lagi, satu kata lagi...” jelas sekali dengan bahasa yang

simple tetapi bermakna membangun terutama untuk diri sendiri dalam tokoh

tersebut;

Aku berdiri mengulet untuk mengusir kantuk. Setelah membasahi muka dan mengambil wudhu, kantukku lumayan reda. Setiap aku merasa harus menyerah dan tidur, aku melecutkan diriku, “ ayo satu halaman lagi, satu baris lagi, satu kata lagi...” Akhirnya dengan perjuangan, aku bisa menamatkan bacaanku. Dengan lega aku angkat buku itu dan benamkan di wajahku sambil berdo’a, “Ya Allah telah aku sempurnakan semua usahaku dan do’aku kepada Mu. Sekarang semuanya aku serahkan kepadamu. Aku tawakal dan iklas. Mudahkanlah ujianku besok. Amin.” Dengan doa itu aku mersa tenang dan tentram. Aku kembali tidur dengan senyum puas. Tidak lama setelah itu aku kembali dibangunkan Kak Is, kali ini untuk shalat Subuh. (hal. 199)

Cara yang Fuadi gunakan dalam bertutur secara sengaja telah memasukkan

naluri alamiah dalam dirinya dalam berpandangan terhadap sistem pendidikan di

pesantren Gontor. Fuadi dengan gaya bercerita seperti itu, dirinya sangat

menghormati dan mengagumi para pengajar di pesantren, hingga kesan yang dia

dapat semasa menimba ilmu di pesantren Gontor membekas di hati nya dan

bermaksud membagi dengan para pembaca. Bahkan Fuadi mengatakannya seperti

ini,

Belajar disini tidak akan bersantai-santai. Jadi, niatkanlah berjalan sampai batas dan erlayar sampai pulau. Usahakan memberi percobaan sampai batas dan berlayar sampai pulau. Usahakan memberi percobaan yang lengkap. Ada yang tahu percobaan yang lengkap?’ tanya Kiai Rais seakan bertanya kepada kami satu-satu.

Kami semua diam dan menggeleng-gelengkan kepala. “ seorang wali murid pernah memberi nasehat kepada anak-anaknya yang sekolah di PM. Anakku, kalau tidak kerasan tinggal di PM selama sebulan, cobalah tiga bulan, dan cobalah satu tahun. Kalau tidak kerasan satu tahun, cobalah tiga atau empat tahun. Kalau sampai enam tahun tidak juga kerasan dan sudah tamat, bolehlah pulang untuk berjuang di masyarakat. Ini namanya percobaan yang lengkap.”( hal. 52)

Page 154: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Dengan wacana keteladanan sebagai bentuk dari motivasi tersebut juga

dapat dimaknai bahwa sebagai santri, pendidikan adalah perjuangan tanpa

mengenal putus asa dan menghargai proses. Keadaan seperti itu dirasakan oleh

Fuadi hingga merubah hidupnya dimana Fuadi di dalam pesantren dituntun untuk

menemukan minat dan bakat dari masing-masing santri. Maka dari itu keteladanan

sebagai bentuk dari motivasi menceritakan bagaimana pendidikan di pesantren

selain dengan tekanan yang tinggi namun juga diimbangi dengan motivasi yang

didengungkan di setiap lingkungan pesantren. Sistem pendidikan yang islami

namun tetap modern di coba diceriakan disini. Fuadi menjadikan hal tersebut

tidak mudah untuk dimengerti. Membuka pandangan bagaiman kehidupan

seorang santri di pesantren Gontor. Dimana masyarakat umum terlanjur menilai

pesantren identik dengan pendidikan yang kejawen dan tertutup. Di sini, Fuadi

bisa dianggap wakil bagi para santri yang menempuh pendidikan di pesantren

Gontor.

Page 155: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai

bagaimana Ahmad Fuadi mengkonstruksi wacana Pendidikan Pondok Pesantren

Gontor dalam bangunan sebuah teks novel Negeri 5 Menara. Kata-kata dan

kalimat-kalimat yang digunakan dalam mewacanakan Pendidikan Pondok

Pesantren Gontor, tidak sekedar sebuah narasi fiksi, tapi pergulatan dan

pertarungan historis dari pengarangnya. Ahmad Fuadi dengan segala pengalaman,

pengetahuan, referesensi-referensinya mempunyai sisi-sisi tertentu dalam

memandang Pendidikan di Pondok Pesantren Gontor tersebut dan dengan

pengalamannya yang pernah nyantri di Pesantren tersebut, berpengaruh dalam

bangunan kata dan kalimat yang digunakan Ahmad Fuadi dalam membangun

ideologi pengarang.

Penelitian ini berkesimpulan bahwa wacana yang dikembangkan oleh

Ahmad Fuadi mencakup:

1. Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, hal ini nampak

misalnya dalam narasi besarnya (lampiran Kutipan I-VI), semua

memperlihatkan bagaiman para santri menjalani kurikulum di Pondok

Pesantren yang berbeda dari sekolah umum yang di gambarkan dari

penokohan tokoh utama dari Alif (Ahmad Fuadi). Ini tampak saat Alif dan

Page 156: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

beberapa teman santri sebayanya mulai memasuki proses pendafataran,

seleksi siswa baru, pengenalan lingkungan pesantren dan pada awal masa

sekolah di mulai. Teks lainnya juga tampak bagaimana sistem pendidikan

yang berlaku selama 24 jam di pesantren, proses ujian akhir semester yang

berat yang diumpamakan seperti ujian terberat yang bahkan di temui

seumur hidup, serta pada narasi yang membandingkan antara tokoh utama

dengan teman sebaya nya, jika teman sebaya nya kelas 3 SMA. Maka

tokoh utama (Alif) baru kelas 5 di PM, saat teman sebaya nya masuk

kuliah, tokoh utama (Alif) masih kelas 6.

2. Metode pendidikan dalam praktek pengajaran . Wacana ini tampak pada

bagian saat tokoh Alif belajar bahasa Arab, yang diajarkan dengan cara

sederhana yaitu dengan menggunakan metode dengar, ikuti, teriakan dan

ulangi lagi, tidak ada terjemahan bahasa Indonesia sama sekali. Sistem

bahasa yang membuat Pesantren terkenal dengan kemampuan muridnya

berbicara aktif. Selain itu, tampak juga pada teks saat ujian berlangsung,

energi dan suasana positif yang diciptakan menggarahkan pada kegiatan

belajar ekstra dimana-mana, misalnya ditangga masjid, di kantin, di

lapangan, di kamar mandi, di kelas, di pinggir sungai, di kamar mandi,

dapat terdengar suara santri yang sedang menghapal dan berdiskusi.

3. Disiplin. Wacana ini dapat ditemukan pada cerita bagaimana kedisiplinan

di tegakkan tanpa pandang bulu dan melihat apapun alasan yang

mendasarinya, melanggar adalah hukuman bagi peraturan Pesantren.

Siapapun bisa menerima hukuman bahkan kehilangan jabatan. Kemudian,

Page 157: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

terkait dengan peraturan ini, diceritakan peraturan tersebut tidak di tempel,

tetapi sekali di bacakan para santri wajib hafal sehingga tidak ada alasan

apapun untuk melanggar ataupun tidak tahu.

4. Keteladanan sebagai bentuk dari motivasi. Wacana ini, hampir di setiap

sub tema di ceritakan. Semuanya terlihat dan di gambarkan oleh hampir

setiap tokoh di dalam novel ini mempunyai sisi keteladanan dan motivasi

yang membangun. Mulai dari Kyai Rais sebagai pimpinan Pondok

Pesantren, para pengajar, teman-teman asrama, orang tua bahkan tokoh

utama sendiri (Alif) di ceritakan memiliki motivasi yang membangun

dalam meniti kehidupan, menghadapi masalah dan hambatan dalam

keseharianya. Banyak motivasi yang dapat di petik sebagai renungan

dalam novel ini. Contoh saja satu yang menjadi novel ini cukup terkenal

yaitu “Man jadda wajadda; Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses”

Konstruksi wacana yang dikembangkan oleh Ahmad Fuadi juga ditandai

oleh beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Ahmad Fuadi menempatkan diri nya berada pada posisi pembelaan

terhadap pendidikan yang dilakukan di pesantren. Teks yang ada lebih

dominan bercerita tentang bagaimana pesantren mampu membangun,

mendidik, dan membentuk santrinya menjadi manusia seutuhnya yang

berguna bagi agama dan masyarakat. Semuanya, begitu jelas dalam

rangkaian narasi dan bahasa yang digunakannya. Ini dapat dilihat dalam

wacana kurikulum pendidikan, wacana metode pengajaran, dan wacana

keteladanan sebagai bentuk dari motivasi.

Page 158: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

2. Apa yang Ahmad Fuadi lakukan dalam mengkonstruksi teks novel tampak

sekali bentuk orientasi dan batasan pandangan pada persoalan wacana

pendidikan yang berlangsung di pesantren Gontor. Ahmad Fuadi dalam

novelnya bermain dengan tuturan bahasa yang berupa; kata dan kalimat

yang lebih menonjolkan bagaimana sistem pendidikan berlangsung, serta

pembaca di bawa seolah-olah ikut terlibat didalamnya dengan penggunaan

bahasa yang ringan namun tetap santun tetapi dapat mewakili maksud

pandangan dari Ahmad Fuadi. Dalam seluruh teks sangat jelas sekali

bagaimana manfaat pendidikan di pesantren ini dapat dinilai, dan

tampaknya Ahmad Fuadi lebih cenderung menyenangi penonjolan sistem

pendidikan nya, dimana tokoh yang diceritakan sebagai lima menara

mampu mencapai keberhasilannya. Ini terlihat dari beberapa pernyataan

dalam teks novel setelah dilakukan analisis, yang menunjukkan implied

author dari Ahmad Fuadi.

3. Dalam novel ini pun terdapat sisipan-sisipan cerita Alif (Fuadi) dan teman-

temannya masa usai dari pesantren Gontor seperti, kutipan saat berada di

Washington DC dan bertemu teman lama di negara yang diimpikan. Dan

sisipan cerita ini, dianggap sebagai sebuah bentuk pembenar atau penguat

dalam fungsi propaganda yaitu sebagai sebuah penumpukan fakta yang

mendukung (card stacking). Jika dalam fungsi mitos, dirinya dapat

dianggap sebagai myth concern (pengukuhan mitos). Fungsi sisipan-

sisipan cerita tersebut dianggap bahwa Ahmad Fuadi mencoba me-recall

memori kolektif pembaca, sehingga pembaca diarahkan dalam sebuah

Page 159: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

frame inti dari cerita lima menara tersebut dan ini membuat Ahmad Fuadi

sendiri tampak lebih “berpihak” pada Pesantren Gontor.

4. Ditegaskan bahwa teks yang diteliti adalah novel bersifat nonfiksi, jadi

berkenaan dengan realitas sesungguhnya hanya ada sedikit perubahan

nama-nama pelaku dan lokasi serta alur yang dibuat dapat menyesuaikan

konstruksi atas suatu realitas dari Ahmad Fuadi. Ahmad Fuadi

membangun pembaca dengan untuk berempati melalui kata dan kalimat

yang provokatif yang di ceritakan secara detail dalam keseharian di

Pesantren. Bagaimana dilema yang dialami, pengorbanan dan perjuangan

yang di rasakan dalam penokohannya. Hal tersebut bagi peneliti wajar

terjadi, dengan maksud membangun alur cerita yang hidup sehingga

pembaca dapat memahami maksud yang hendak di bangun Ahmad Fuadi.

5. CDA adalah metode yang dapat dipakai untuk membedah dan memahami

sebuah teks, tidak hanya dalam tataran struktur gramatikal tapi sampai

tingkat ideologi. Sebab susunan atau konstruksi sebuah teks berawal mula

dari pergulatan pikiran dan ideologi juga bermain di sini. Pendekatan

Roger Fowler dkk. dikenal sebagai Critical Linguistics, yang memandang

bahasa sebagai praktek sosial, melalui mana suatu kelompok

memantapkan dan menyebarkan ideologi. Apa yang dilakukan Roger

Fowler dkk. adalah meletakkan tata bahasa dan praktek pemakaiannya

tersebut untuk mengetahui praktek ideologi.

6. Temuan dari analisis Halliday bukan dalam tataran CDA. Dalam

penelitian ini dipakai untuk lebih melihat secara teks dan konteksnya.

Page 160: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Ternyata, ditemukan pemahaman lebih detil tentang siapa yang

dibicarakan, apa yang dibicarakan dan bagaimana hal itu dibahasakan.

A. SARAN

1. Model analisis dalam CDA banyak ragamnya dan ketika penelitian ini

menggunakan model Roger Fowler dkk. dan mendapatkan hasilnya,

ternyata tidak mencapai suatu kepuasan. Ketidakpuasan ini adalah tidak

mencantumkan perspektif dari penulisnya langsung tentang pembuatan

novelnya. Memang dalam model Fowler dkk. persoalan indept-interview

kurang mendapat perhatian. Meski begitu, itu semua mempunyai dasar

tersendiri dan karakter masing-masing peneliti pun beragam. Jadi, ketika

ada peneliti yang cenderung tidak puas dalam meneliti wacana pada

tataran teks, lebih disarankan menggunakan model CDA lainnya yang

mempunyai tahapan wawancara, misalnya Model Teun van Dijk atau

Norman Fairclough. Jika tetap dengan model Fowler dkk. terus

memaksakan dengan wawancara, hasil wawancara pun tidak begitu

dilibatkan dalam analisis mungkin hanya sebagai deskripsi saja.

2. Menggunakan CDA dalam membaca sebuah teks memberikan keuntungan

tersendiri, dibanding metode-metode lainnya. Dengan CDA, pembacaan

terhadap suatu teks lebih kritikal dan holistik. Metode CDA tidak sekedar

pada teks novel saja, tapi bisa juga pada berita atau laporan jurnalistik.

Oleh karena itu, kiranya diharapkan para mahasiswa, dosen, dan pihak

lainnya yang menaruh perhatian pada pembacaan atau pembedahan sebuah

Page 161: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI MEDIA DAN ... · Critical discourse analysis was a holistical and subjective. Critical discourse analysis, trying to saw the values

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

teks, bisa menggunakan metode ini. Disebabkan, dalam penelitiannya,

tidak sekedar untuk melihat pada tataran teks, tapi juga sifat historisnya,

ideologi pembuat teks, serta konteks yang ada.