di kelas iii sd negeri iii gesikan kecamatan pakel ... · pdf filecholiq, abdul,: peningkatan...
TRANSCRIPT
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
191
Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Belajar KooperatifDi Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
Oleh : Choliq, Abdul, S.Pd.2012.Guru SDN III Gesikan Kec. Pakel Kab. Tulungagung
ABSTRAK Selama ini pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut terjadi di SDNIII Gesikan pada kelas III belum optimal. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa masihkesulitan dalam memahami konsep tema Lingkungan. Karena dalam pembelajaran guru masihmonoton dan kurang variasi. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang aktif, dan cepat jenuhsaat pembelajaran berlangsung. Hal itu didukung data dari pencapaian hasil observasi danevaluasi memahami konsep tema Lingkungan pada siswa kelas III Tahun 2012/2013 masih dibawah KKM yang dirterapkan sekolah yaitu 75. Data hasil belajar menunjukkan dalampembelajarn bahasa Indonesia tema Lingkungan, dari 18 siswa hanya 13 siwa(41,94%) yangmendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan sisanya 18 siswa (58,06%) nilanya di bawahKKM. maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah melalui strategibelajar kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia? (2) Bagaimanasikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode Strategi Belajar kooperatif ?maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh implementasi strategi belajarkooperatif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas III pada pembelajaranBahasa Indonesia dengan Tema Lingkungan. (2) Mengetahui dan mendiskripsikan sikap danaktivitas siswa dalam menerima dan melaksanakan strategi belajar kooperatif yang diberikanoleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.Strategi belajar kelompok adalah suatuproses transfer ilmu yang melibatkan lebih dari satu orang, dimana antara orang yang satudengan yang lain saling melengkapi. Belajar kelompok merupakan salah satu metode dalambelajar selain belajar secara individu dan juga belajar secara formal di sekolah.Lokasi danobjek penelitian harus ditentukan terlebih dahulu, ini bertujuan untuk menghindari kesalahandalam mengambil keputusan dalam setiap penilaian yang akan diadakan adapun dalampenelitian ini berada pada lokasi SDN III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagungdan objek penelitian dipilih siswa Kelas III pada SDN III Gesikan tersebut dengan jumlahsiswa sebayak 31 siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia Tema Lingkungan.Kesimpulan yangdapat diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan ini adalah: (1) Strategi Belajarkooperatif dalam proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.Pemakaian Strategi Belajar kooperatif membuat proses pembelajaran lebih bermakna bagisiswa, yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dari siklus I yaitu 72,22dan pada siklus II : nilai rata-rata 91,11 dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikalsebesar 100,00% pada akhir siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategibelajar kooperatif ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasaIndonesia. (2) Sikap siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan strategibelajar kooperatif ini sangat positif. Hal ini dapat dilihat dari data hasil angket yang diberikankepada siswa setelah berakhirnya suatu siklus penelitian. .
Kata Kunci: Bahasa Indonesia, Prestasi Belajar, Strategi Belajar KelompokPENDAHULUAN
Dalam melaksanakan tugas mengajar,
guru harus memberikan bimbingan yang
diperlukan siswa dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal.
Hal ini sangat penting, sebab dalam
proses belajar mengajar guru akan
menghadapi siswa yang tergolong
memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah. Bagi siswa yang pandai
akan cepat menguasai bahan
pembelajaran, sedangkan siswa yang
memilki kemampuan renda, mereka
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
192
biasanya lambat dalam menguasai
bahan pelajaran, karena mereka
mengalami kesulitan dalam belajar.
Pembelajaran bahasa Indonesia
meliputi 4 aspek (1) mendengarkan;
memahami wacana lisan berbentuk
perintah, penjelasan, petunjuk, pesan,
pengumuman, berita, deskripsi berbagai
Lingkungan dan benda di sekitar, serta
karya sastra berbentuk dongeng, puisi,
cerita, drama, pantun, dan cerita rakyat.
(2) berbicara ;menggunakan wacan lisan
untuk mengungkapakan pikiran,
perasaan, dan informasi, dalam kegiatan
perkenalan, tegur sapa, percakapan
sederhana, wawancara, percakapan
telepon, diskusi, pidato, deskripsi
berbagai Lingkungan dan benda di
sekitar, memberi petunjuk, deklamasi,
cerita, pelaporan hasil pengamatan,
pemahaman isi buku dan berbagai karya
sastra untuk anak berbentu dongeng,
pantun, drama, dan puisi. (3) membaca;
menggunakan berbagai jenis membaca
untuk memahami wacana berupa
petunjuk, teks panjang, dan berbagai
karya satra untuk anak berbentuk puisi,
dongeng, pantun, percakapan, cerita,
dan drama. (40 menulis; melakukan
berbagai jenis kegiatan menulis untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam bentuk karangan
sederhana, petunjuk, surat
pengumuman, dialog, formulir, teks
pidato, laporan ringkasan, paraphrase,
serta berbagai karya sastra untuk anak
berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
Melalui pembelajaran, penguasaan
bahasa Indonesia diharapkan dapat
mengembangkan berbagai kecerdasan,
karakter, dan kepribadian.
Dalam pengajaran di sekolah,
khususnya pengajaran bahasa
Indonesia, guru senantiasa berusaha
agar siswa tidak mengalami kesulitan
dalam memahami konsep bahasa
Indonesia yaitu tema Lingkungan.
Namun dalam kenyataannya masih
banyak siswa yang tidak dapat
memahami konsep bahasa Indonesia
tentang tema Lingkungan sebagaimana
yang diharapkan oleh guru. Hal ini
dapat diketahui dari rendahnya daya
serap siswa dalam memahami konsep.
Selama ini pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia tersebut
terjadi di SDN III Gesikan pada kelas
III belum optimal. Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia siswa masih kesulitan
dalam memahami konsep tema
Lingkungan. Karena dalam
pembelajaran guru masih monoton dan
kurang variasi. Hal tersebut
menyebabkan siswa kurang aktif, dan
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
193
cepat jenuh saat pembelajaran
berlangsung. Hal itu didukung data dari
pencapaian hasil observasi dan evaluasi
memahami konsep tema Lingkungan
pada siswa kelas III Tahun 2012/2013
masih di bawah KKM yang dirterapkan
sekolah yaitu 75. Data hasil belajar
menunjukkan dalam pembelajarn
bahasa Indonesia tema Lingkungan, dari
31 siswa hanya 13 siwa(41,94%) yang
mendapatkan nilai di atas KKM,
sedangkan sisanya 18 siswa (58,06%)
nilanya di bawah KKM.
Dengan melihat data hasil belajar
dan pelaksanaan mata pelajaran tersebut
perlu sekali dilaksanakan proses
pembelajaran yang mampu
meningkatkan kualitas, agar siswa
tersebut terampil dalam memahami
konsep tema Lingkungan, sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan diskusi peneliti
dengan mitra guru , untuk memecahkan
masalah pembelajaran tersebut, tim
kolaborasi menetapkan alternative
tindakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dapat mendorong
aktivitas dan keterampilan siswa dalam
pembelajaran serta meningkatkan
kreativitas guru dalam mengajar. Maka
peneliti (guru kelas III) menggunakan
salah satu pendekatan pembelajaran
yaitu strategi belajar kooperatif.
Strategi belajar kooperatif adalah
suatu proses transfer ilmu yang
melibatkan lebih dari satu orang,
dimana antara orang yang satu dengan
yang lain saling melengkapi. Belajar
kooperatif merupakan salah satu metode
dalam belajar selain belajar secara
individu dan juga belajar secara formal
di sekolah.
Dari ulasan latar belakang di atas,
peneliti akan mengkaji masalah tersebut
melalui penelitian tindakan kelas
dengan judul “Peningkatan Prestasi
Belajar Bahasa Indonesia Melalui
Model Belajar Kooperatif Di Kelas III
SD Negeri III Gesikan Kecamatan
Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013”.
Hipotesis Tindakan
Penelitian ini menggunakan
hipotesis tindakan atau kesimpulan
sementara sebagai berikut : “Jika dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia tema
Lingkungan guru dapat menggunakan
strategi belajar kooperatif, maka hasil
belajar siswa kelas III semester I SDN
III Gesikan Kecamatan Pakel tahun
pelajaran 2012/2013 dapat
meningkat”.Tinjauan Tentang Belajar
1. Pengertian Belajar
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
194
Sebagai landasan penguraian
mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa definisi :
Witherington dalam buku Educational
Psycology mengemukakan, bahwa:
"Belajar adalah suatu perubahan
di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dan reaksi
yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian atau sesuatu
pengertian". (dalam Ngalim Purwanto,
1990:84) Menurut Wasty Soemanto
(1990:99).
"Belajar adalah proses sedemikian
hingga tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui praktik, latihan atau
pengalaman".
Dari definisi di atas dapat
dikemukakan adanya beberapa elemen
penting yang mencirikan tentang
belajar, yaitu :
a. Belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman, dalam arti perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau perkembangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar, seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri seorang bayi.
b. Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik
maupun psikis, seperti : perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah atau berfikir, ketrampilan
kecakapan, kebiasaan, atau sikap.
Belajar merupakan proses dasar
perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar manusia melakukan perubahan
kualitas individu, sehingga tingkah
lakunya berkembang. Semua aktifitas
dan prestasi hidup manusia tidak lain
adalah hasil belajar. Kita hidup dan
bekerja menurut apa yang telah
dipelajari. Belajar itu bukan sekedar
pengalaman. Belajar adalah suatu
proses dan bukan suatu hasil. Oleh
karena itu berlangsung secara aktif dan
interaktif dengan menggunakan
berbagai bentuk perubahan untuk
mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu
guru harus dapat memberikan
rangsangan dalam rangka membimbing
siswa untuk melakukan kegiatan
belajar. Proses belajar berbeda dengan
proses kematangan. Kematangan adalah
proses, sedemikian hingga tingkah laku
dimodifikasi sebagai akibat dan
pertumbuhan dalam perkembangan
struktur serta fungsi-fungsi jasmani.
Dengan demikian tidak setiap
perubahan tingkah laku pada diri
individu merupakan hasil belajar.
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
195
Menurut pengertian secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya, dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
2. Faktor-fakktor yang
mempengaruhi belajar
Dalam belajar banyak sekali
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi belajar, menurut Wasty
Soemarno (1989) dapat digolongkan
menjadi tiga faktor:
a. Faktor-faktor stimulasi belajar.
Yang dimaksud Stimulasi belajar di sini
yaitu segala hal di luar individu yang
merangsang individu untuk
mengadakan reaksi atau perubahan
belajar. Stimulasi dalam hal ini
mencakup materi penugasan, serta
suasana lingkungan eksternal yang
harus diterima atau dipelajari oleh
siswa. Berikut ini dikemukakan
beberapa hal yang berhubungan dengan
faktor-faktor stimulasi belajar,
1) Panjangnya bahan pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran
berhubungan dengan banyak bahan
pelajaran. Semakin panjang bahan
pelajaran, semakin panjang pula waktu
yang diperlukan oleh siswa untuk
mempelajarinya. Bahan yang terlalu
panjang atau terlalu banyak dapat
menyebabkan kesulitan siswa dalam
belajar. Kesulitan siswa itu tidak
semata-mata karena panjangnya waktu
untuk belajar, melainkan lebih
berhubungan dengan faktor kelemahan
atau faktor kejenuhan siswa dalam
menghadapi atau mengerjakan bahan
yang banyak.
2) Kesulitan bahan pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mempunyai
tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat
kesulitan bahan pelajaran
mempengaruhi kecepatan belajar.
Makin sulit bahan pelajaran makin
lambat orang mempelajarinya. Bahan
yang sulit memerlukan aktifitas belajar
yang lebih intensif, sedangkan bahan
yang sederhana mempengaruhi
intensitas belajar seseorang.
3) Beratnya bahan pelajaran
Belajar memerlukan modal
pengalaman yang diperoleh dari
belajar sebelumnya. Modal
pengalaman itu dapat berupa
penguasaan bahasa, pengetahuan dan
prinsip-prinsip. Modal pengalaman itu
menentukan keberartian bahan yang
dipelajari pada waktu sekarang. Bahan
yang berarti adalah bahan yang dapat
dikenali. Bahan yang berarti
memungkinkan siswa untuk belajar,
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
196
karena siswa dapat mengenalnya.
Bahan yang tanpa arti sukar dikenali
akibat tidak ada perhatian siswa
terhadap bahan itu.
4) Berat ringannya tugas
Mengenali berat ringannya tugas, hal ini
erat kaitannya dengan tingkat
kemampuan siswa. Tugas yang sama
kesukarannya berbeda bagi masing-
masing siswa. Hal ini disebabkan
karena kapasitas intelektual serta
pengalaman mereka tidak sama. Boleh
jadi pula, berat ringannya tugas
berhubung dengan usia siswa. Ini berarti
bahwa kematangan individu ikut
menjadi indikator atas berat atau
ringannya tugas bagi siswa yang
bersangkutan. Dapat dibuktikan bahwa
tugas-tugas yang terlalu ringan atau
mudah akan mengurangi tantangan
belajar, sedangkan tugas-tugas yang
terlalu berat atau sukar membuat jera
bagi siswa untuk belajar.
5) Suasana lingkungan Eksternal
Suasana lingkungan eksternal
menyangkut banyak hal antara lain
cuaca, waktu, kondisi, tempat,
penerangan dan sebagainya. Faktor-
faktor ini mempengaruhi sikap dan
interaksi siswa dalam aktifitas
belajarnya, sebab siswa yang belajar
adalah interaksi dengan
lingkungannya.
b. Faktor-faktor metode belajar
Faktor metode belajar menyangkut
hal-hal sebagai berikut :
1) Kegiatan berlatih dan praktik
Berlatih dapat diberikan secara maraton
(non stop) atau secara distribusi (dengan
selingan waktu istirahat). Latihan yang
diberikan secara marathon dapat
melelahkan dan membosankan,
sedangkan latihan yang didistribusi
menjamin terpeliharanya stamina dan
kegairahan belajar. Jam pelajaran yang
terlalu panjang kurang efektif. Semakin
pendek distribusi waktu untuk latihan
semakin efektif latihan itu. Latihan
memerlukan waktu istirahat yang
sedang, lamanya tergantung tugas atau
keterampilan yang dipelajari atau
lamanya waktu pelaksanaan seluruh
kegiatan.
2) Resistansi selama belajar
Kombinasi lamanya dengan Resistansi
(transfer belajar) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan kemampuan
membaca itu maupun untuk
menghafalkan tanpa melihat bacaannya.
Jika setelah menguasai suatu bagian
dapat melanjutkan ke bagian
selanjutnya. Resistansi sangat cocok
diterapkan pada belajar membaca atau
menghafal,
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
197
3) Pengenalan tentang hasil belajar.
Dalam proses belajar, sering
mengabaikan tentang perkembangan
hasil belajar selama dalam belajarnya.
Hasil penelitian para ahli psikologi
menunjukkan bahwa pengenalan
seorang terhadap hasil atau kemajuan
belajarnya adalah penting, karena
dengan mengetahui yang telah dicapai
seseorang akan lebih berusaha
meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
4) Bimbingan dalam belajar
Bimbingan yang terlalu banyak yang
diberikan oleh seorang guru atau orang
lain cenderung membuat siswa
menjadi tergantung. Bimbingan dapat
diberikan dalam batas yang diperlukan
siswa. Hal yang paling penting yaitu
perlunya pemberian modal kecakapan
pada individu. Sehingga yang
bersangkutan dapat melaksanakan
tugas yang diberikan dengan sedikit
saja bantuan dari pihak lain.
c. Faktor-faktor individual
Kecuali faktor stimulasi dan
metode belajar, faktor individual sangat
besar pengaruhnya terhadap belajar
siswa. Adapun faktor itu menyangkut
hal - hal sebagai berikut:
1) Kematangan
Kematangan dicapai individu dan
proses pertumbuhan psikologisnya.
Kematangan terjadi akibat perubahan
kuantitatif di dalam struktur jasmani
dibarengi dengan perubahan kuantitatif
terhadap struktur tersebut. Kematangan
memberi kondisi pada fungsi psikologis
termasuk sistem saraf dan otak menjadi
berkembang.
2) Bakat
"Bakat adalah kemampuan untuk belajar
karena kemampuan itu baru terealisir
menjadi kecakapan yang nyata setelah
belajar dan berlatih (Slameto, 1988:59).
Bakat itu juga mempengaruhi hasil
belajar siswa jika bahan pelajaran sesuai
dengan bakat siswa, hasil, pelajaran
akan lebih baik karena ia akan senang
terhadap bahan pelajaran tersebut,
selanjutnya mereka akan lebih giat lagi,
oleh karena itu penting sekali untuk
mengetahui bakat dari siswa, dan
menempatkan siswa di sekolah yang
sesuai dengan bakatnya.
3) Kesiapan
Kesiapan itu timbul dari siswa itu
sendiri dan juga berhubungan dengan
kesiapan fisik dan mental dari siswa
yang bersangkutan. Dengan sudah
siapnya untuk menerima pelajaran, hasil
pelajaran akan lebih baik, Lain halnya
apabila belum siap menerima pelajaran.
Prestasi yang dihasilkan akan lebih
rendah. Dengan demikian faktor
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
198
kesiapan juga berpengaruh pada prestasi
siswa.
4) Faktor usia kronologis
Pertambahan dalam usia selalu
dibarengi dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan. Semakin tua usia
anak semakin meningkat pula
kematangan berbagai fungsi
fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih
kuat, lebih sabar, lebih sanggup
melaksanakan tugas-tugas yang lebih
berat, lebih mampu mengarahkan energi
dan perhatiannya dalam waktu yang
lebih lama, lebih memiliki koordinasi
gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang
lebih baik dan tingkat kemampuan
belajar siswa.
5) Faktor perbedaan jenis kelamin
Hingga saat ini belum ada petunjuk
yang menguatkan tentang adanya
perbedaan skill, sikap, minat,
temperamen, bakat dan pola-pola
tingkah laku sebagai akibat dan
perbedaan jenis kelamin. Misalnya
dalam prestasi akademik dapat kita lihat
banyak anak perempuan yang
menunjukkan prestasi yang lebih baik
tidak kalah dengan prestasi anak laki-
laki. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang berarti antara anak
laki-laki dan perempuan dalam hal
intelegensi.
6) Pengalaman sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh individu
ikut mempengaruhi belajar yang
bersangkutan, terutama dalam hal
transfer belajarnya,
7) Kondisi kesehatan jasmani
Siswa yang belajar membutuhkan
kondisi yang sehat. Siswa yang
badannya sakit akibat penyakit-
penyakit tertentu serta kelemahan
tidak akan dapat belajar dengan
efektif, Cacat-cacat pisik juga
mengganggu belajar
8) Kondisi kesehatan rohani
Gangguan terhadap cacat-cacat mental
pada seseorang sangat mengganggu
belajar orang yang bersangkutan
9) Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan
kebutuhan, motif dan tujuan, sangat
mempengaruhi kegiatan dan hasil
belajar. Motivasi adalah sangat penting
bagi proses belajar karena motivasi
menggerakan organisme, mengarahkan
tindakan serta memilih tujuan belajar
yang dirasakan paling penting bagi
kehidupan siswa.
Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar mencerminkan
sejauh mana siswa telah dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan disetiap
bidang studi. Gambaran Hasil belajar
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
199
siswa bisa dinyatakan dengan angka (0
s.d 10) (Suharsimi Arikunto, 1988),
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
usaha, kemampuan, dan sikap seseorang
dalam menyelesaikan suatu hal di
bidang pendidikan. Kehadiran hasil
belajar dalam kehidupan manusia pada
tingkat dan jenis tertentu yang berada di
bangku sekolah (Zainal Arifin, 1989).
Faktor yang mempengaruhi hasil
belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa itu sendiri. Menurut
Slameto (1988) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern terdiri atas faktor-faktor
jasmaniah, psikologi, minat, motivasi
dan cara belajar. Faktor ekstern yaitu
faktor-faktor keluarga, sekolah dan
masyarakat. Salah satu faktor ekstern
yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah faktor sekolah, yang mencakup
metoda mengajar, kurikulum, relasi
guru siswa, sarana, dsb.
Mengajar adalah salah satu cara
yang digunakan di dalam mengajar.
Metode mengajar harus tepat, efisien
dan efektif sehingga siswa dapat
menerima, memahami, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran.
Dalam mengajar (Winkel, 1989),
beberapa kepribadian guru yang
berperan adalah:
1. Penghayatan nilai-nilai kehidupan
Seorang guru harus berpegang pada
nilai-nilai tertentu misalnya, tanggung
jawab dalam bertindak, kebanggaan atas
hasil jerih payahnya sendiri, kerelaan
membantu sesama yang memerlukan
bantuannya.
2. Motivasi kerja
Merupakan dorongan yang datang dari
dalam dirinya untuk mendapatkan
kepuasan yang diinginkan, serta
mengembangkan kemampuan dan
keahlian guna menunjang profesinya
yang dapat meningkatkan prestasi dan
profesinya. Dalam hal ini guru yang
bercita-cita menyumbangkan
keahliannya demi perkembangan anak
didiknya, profesi sebagai guru
merupakan kepuasan pribadi, rela
mengorbankan waktu dan tenaga demi
kepentingan anak didiknya.
3. Sifat dan sikap
Guru harus memiliki sifat dan sikap
luwes dalam pergaulan, suka humor,
rela membantu, kreatif dan berharap
bahwa siswa mampu berpartisipasi
dalam proses belajar mengajar secara
aktif.
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
200
Dengan kepribadian guru yang
positif, siswa akan merasa senang, puas,
dan gembira. Simpati guru merupakan
faktor yang sangat utama dalam
melaksanakan tugasnya sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan sesuai
dengan apa yang direncanakan. Di
samping itu, siswa dapat mengikuti
pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan sebaik-baiknya, dan akan
meningkatkan hasil belajarnya.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Yang dimaksud dengan prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh
setelah siswa menjalankan usaha
belajar. Misalnya dapat menyelesaikan
dengan baik suatu unit bahasan atau
pelajaran, ini tidak sama antara siswa
satu dengan yang lainnya, ada yang
lebih cepat selesai dan ada yang lambat
menyelesaikannya. Seperti dalam buku
Dardji Darmodihardjo sebagai berikut:
“Bahan pelajaran dan waktu belajar itu
sebenarnya dijabarkan untuk program
belajar murid-murid dengan
kemampuan belajar rata-rata. Apabila
bahan pelajaran ini sama untuk
disajikan kepada anak didik yang lebih
cepat kemampuan belajarnya, maka
anak tersebut akan menguasai dalam
waktu yang lebih pendek. Sebaliknya
apabila bahan pelajaran yang sama itu
disajikan ini kepada anak yang lebih
lamban, dalam artian kurang mampu
untuk menguasai dalam belajar, maka
waktu yang dibutuhkannya lama (Dardji
Darmodihardjo. Prof. 1982: 25).
Dengan demikian anak yang
memiliki kemampuan lebih cepat juga
dalam usaha belajar akan cepat pula dan
mudah untuk memperoleh hasil belajar
akan cepat pula dalam hasil prestasi
belajar dengan baik, sebaliknya anak
yang memiliki kemampuan lebih
lamban akan menemui kesukaran
didalam memperoleh hasil yang baik.
Apabila bahan pelajaran yang sama
disajikan pada anak didik yang
memiliki kemampuan belajarnya
berbeda satu dengan yang lainnya.
2. Macam-macam Prestasi Belajar
Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai dalam prestasi belajar dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
Prestasi belajar yang berupa adanya
perubahan kemampuan terhadap
penguasaan ilmu pengetahuan
tentang apa yang diajarkan.
Prestasi belajar yang berupa adanya
perubahan sikap dan tingkah laku
setelah menerima pelajaran.
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
201
Prestasi belajar yang serupa adanya
perubahan ketrampilan atau
kecekatan didalam melaksanakan
atau mengajarkannya, tugas yang
termasuk juga dalam ketrampilan
menggunakan alat.
3. Tujuan Pemberian Penilaian
Prestasi Hasil Belajar
a. Untuk mengetahaui kemajuan dan
kemampuan yang telah dicapai oleh
anak didik dalam mengikuti
pelajaran.
b. Untuk mengukur kekurangan-
kekurangan atau kelemahannya
yang terdapat, baik pihak pendidik
sendiri maupun bagi anak didik
yang selama dalam melaksanakan
kegiatannya dalam belajar
mengajar.
c. Untuk menentukan langkah-
langkah yang bisa diambil dalam
menentukan program belajar
mengajar berikutnya.
d. Penilaian juga berfungsi dan
bertujuan untuk :
1) Membantu anak didik agar mereka
lambat laun dapat menilai dirinya
sendiri guna meningkatkan
kemampuan dalam menggunakan
bahasa Indonesia.
2) Bagi guru memperoleh umpan balik
sebagai dasarnya untuk
memperbaiki proses belajar
mengajar.
3) Peserta didik merasa terhargai atas
jerih payahnya dalam mengerjakan
tugas.
C. Strategi Belajar kooperatif
Strategi Belajar kooperatif adalah
suatu penyajian bahan pelajaran
dengan cara siswa membahas, bertukar
pendapat mengenai topik/masalah
tertentu, untuk memperoleh suatu
kesepakatan atau kesimpulan.
Teknik ini sebagai salah satu
strategi belajar mengajar. Ialah suatu
cara mengajar, dimana siswa di dalam
kelas dipandang sebagai suatu
kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
2-6 siswa, mereka bekerja bersama
dalam memecahkan masalah, atau
melaksanakan tugas tertentu, dan
berusaha mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan pula oleh guru.
Robert L. Cilstrap dan William R.
Martin memberikan pengertian kerja
kelompok sebagai kegiatan sekelompok
siswa yang biasanya berjumlah kecil,
yang diorganisir untuk kepentingan
belajar. Keberhasilan kerja kelompok
ini menuntut kegiatan yang kooperatif
dari beberapa individu tersebut.
Adapun pengelompokan itu
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
202
biasanya didasarkan pada:
1. Adanya alat belajar mengajar
yang tidak mencukupi jumlahnya.
Agar penggunaannya dapat lebih
efisien dan efektif, maka siswa perlu
dijadikan kelompok-kelompok kecil.
Karena bila seluruh siswa sekaligus
menggunakan alat-alat itu tidak
mungkin. Dengan pembagian kelompok
mereka dapat memanfaatkan alat-alat
yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa
saling menunggu gilirannya.
2. Kemampuan Belajar Siswa
Di dalam satu kelas kemampuan
belajar siswa tidak sama. Siswa yang
pandai di dalam bahasa Indonesia,
belum tentu sama pandainya dalam
pelajaran sejarah. Dengan adanya
perbedaan kemampuan belajar itu, maka
perlu dibentuk kelompok menurut
kemampuan belajar masing-masing,
agar setiap siswa dapat sesuai dengan
kemampuannya.
3. Minat Khusus
Setiap individu memiliki minat khusus
yang perlu dikembangkan, hal mana
yang satu pasti berbeda dengan yang
lain. Tetapi tidak menutup
kemungkinan ada anak yang minat
khususnya sama, sehingga
memungkinkan dibentuknya kelompok,
agar mereka dapat dibina dan
mengembangkan bersama minat khusus
tersebut.
4. Memperbesar Partisipasi Siswa
Di sekolah pada tiap kelas biasanya
jumlah siswa terlalu besar, dan kita tahu
bahwa jumlah jam pelajaran adalah
sangat terbatas, sehingga dalam jam
pelajaran yang sedang berlangsung
sukar sekali untuk guru akan
mengikutsertakan setiap murid dalam
kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa yang
ditunjuk guru akan aktif, yang tidak
disuruh akan tetap pasif saja. Karena
itulah bila berkelompok, dan diberikan
tugas yang sama pada masing-masing
kelompok, maka banyak kemungkinan
setiap siswa ikut serta melaksanakan
dan memecahkannya.
5. Pembagian Tugas atau Pekerjaan
Di dalam kelas bila guru
menghadapi suatu masalah yang
meliputi berbagai persoalan, maka perlu
tugas membahas masing-masing
persoalan pada kelompok, sesuai
dengan jumlah persoalan yang akan
dibahas. Dengan demikian masing-
masing kelompok harus membahas
tugas yang diberikan itu.
6. Kerja Sama yang Efektif
Dalam kelompok siswa harus bisa
bekerja sama, mampu menyesuaikan
diri, menyeimbangkan
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
203
pikiran/pendapat atau tenaga untuk
kepentingan bersama, sehingga
mencapai suatu tujuan untuk bersama
pula.
Keuntungan penggunaan teknik
kerja kelompok itu, adalah :
a. Dapat memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk
menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas sesuatu
masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan
pada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan
mengenai sesuatu kasus atau
masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat
kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
d. Dapat memungkinkan guru untuk
lebih memperhatikan siswa sebagai
individu serta kebutuhannya
belajar.
e. Para siswa lebih aktif tergabung
dalam pelajaran mereka, dan
mereka lebih aktif berpartisipasi
dalam diskusi.
f. Dapat memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk
mengembangkan rasa menghargai
pendapat orang lain, hal mana
mereka telah saling membantu
kelompok dalam usahanya
mencapai tujuan bersama.
Tetapi di samping itu keunggulan
teknik kerja kelompok memiliki pula
kelemahannya, yaitu:
a. Kerja kelompok sering-sering
hanya melibatkan kepada siswa
yang mampu sebab mereka cakap
memimpin dan mengarahkan
mereka yang kurang.
b. Strategi ini kadang-kadang
menuntut pengaturan tempat duduk
yang berbeda-beda dan cara
mengajar yang berbeda pula.
c. Keberhasilan strategi kerja
kelompok ini tergantung kepada
kemampuan siswa memimpin
kelompok atau untuk bekerja
sendiri.
Bentuk-bentuk kerja kelompok
yang bisa dilaksanakan ialah :
1. Kerja Kelompok Berjangka Pendek
Bentuk ini dapat disebut pula "rapat
kilat" karena hanya mengambil waktu
lebih kurang 15 menit, yang
mempunyai tujuan untuk memecahkan
persoalan khusus yang terdapat pada
sesuatu masalah. Umpamanya: ketika
instruktur menjelaskan sesuatu
pelajaran terdapat suatu masalah yang
perlu didiskusikan. Guru dapat
menunjuk beberapa siswa, atau
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
204
membagi kelas mejadi beberapa
kelompok untuk membahas masalah
itu dalam waktu singkat.
2. Kerja Kelompok Berjangka
Panjang
Pembicaraan disini memakan waktu
yang panjang, misalnya memakan
waktu 2 hari, satu minggu atau mungkin
tiga bulan, tergantung pada luas dan
banyaknya tugas yang harus
diselesaikan siswa. Apabila siswa telah
menyelesaikan tugasnya didalam suatu
kelompok, ia boleh memilih membantu
kelompok lain sesuai dengan minat
mereka.
Kerja kelompok berjangka panjang
dapat dilaksanakan dengan tujuan:
a. Membahas masalah yang benar-
benar ada di dalam masyarakat,
umpamanya: masalah Menjumlah
dan Mengurangkan Pecahan,
lingkungan sehat, pembuangan
sampah dan lain sebagainya.
Masalah itu dibahas agar siswa
mengetahui, memahami dan dapat
memberikan sumbangan pemikiran
untuk memecahkan masalah-masalah
yang ada di dalam masyarakat
tersebut.
b. Memotivasi siswa ke arah kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat. Misalnya: penerangan
tentang makanan sehat, penggunaan
metode mengajar yang lebih efisien,
menggalakkan KB dan sebagainya.
Jadi dengan kerja kelompok disini
siswa dapat menerapkan teori yang
dipelajari di sekolah ke dalam
praktek hidup sehari-hari, di samping
dapat menyumbangkan
pemikirannya/ide-idenya serta bagi
masyarakat sekitarnya.
c. Dengan melaksanakan kerja
kelompok memberi pengalaman
kepada siswa untuk mengenal
kepemimpinan /leadership, seperti
membuat rencana sebelum
melakukan sesuatu pekerjaan,
membagi pekerjaan, memecahkan
masalah/menyelesaikan tugas dengan
bekerja bersama.
d. Dengan bekerja sama itu siswa dapat
mengumpulkan bahan-bahan
informasi atau data lebih banyak
tentang berbagai jenis aspek suatu
masalah di dalam waktu relatif
singkat.
3. Kerja Kelompok Campuran
Disini siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok yang disesuaikan
dengan kemampuan belajar siswa.
Dalam kerja kelompok ini siswa diberi
kesempatan untuk bekerja sesuai
dengan kemampuan masing-masing
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
205
sehingga kelompok yang pintar dapat
selesai terlebih dahulu tidak usah
menunggu kelompok yang lain.
Kelompok siswa yang agak lamban,
diizinkan menyelesaikan tugasnya
dalam waktu yang sesuai dengan
kemampuannya. Agar kerja kelompok
campuran itu mencapai sasaran, guru
perlu memperhatikan hal-hal ialah harus
menyediakan tugas atau kegiatan belajar
yang sesuai dengan kemampuan belajar
setiap kelompok, kemudian setiap tugas
harus disusun sedemikian rupa sehingga
setiap kelompok dapat mengerjakan
sendiri tanpa bantuan orang lain atau
guru. Akhirnya guru harus memberi
petunjuk yang jelas, sehingga siswa
tahu apa yang harus dikerjakan, dan apa
yang diharapkan dari mereka masing-
masing. Supaya kerja kelompok dapat
lebih berhasil, maka harus melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menjelaskan tugas kepada siswa
b. Menjelaskan apa tujuan kerja
kelompok itu
c. Membagi kelas menjadi beberapa
kelompok
d. Setiap kelompok menunjuk seorang
pencatat yang akan membuat laporan
tentang kemajuan dan hasil kerja
kelompok tersebut.
e. Guru berkeliling selama kerja
kelompok itu berlangsung, bila perlu
memberi saran/pertanyaan
f. Guru membantu menyimpulkan
kemajuan dan menerima hasil kerja
kelompok.
Tujuan dan manfaat
a. Tujuan penggunaan Strategi Belajar
kooperatif ialah Agar siswa aktif
dalam kegiatan belajar mengajar
dengan cara membahas dan
memecahkan masalah tertentu.
b. Manfaat Strategi Belajar kooperatif
ialah Penggunaan Strategi Belajar
kooperatif baik untuk :
1. Menimbulkan dan membina sikap
serta perbuatan siswa yang
demokratis.
2.Menumbuhkan dan mengembangkan
sikap dan cara berfikir kritis, analitis
dan logis.
3.Memupuk rasa kerjasama, sikap
toleran dan rasa sosial.
4. Membina kemampuan untuk
mengemukakan pendapat dengan
bahasa yang baik dan benar.
Hambatan dan solusi
a. Dalam belajar kooperatif sering sekali
terjadi pemusatan pemikiran 9 yang
berfikir dan bekerja hanya satu orang
saja). Hal ini yang akan menghambat
jalannya belajar kooperatif yang
efektif. Maka dari itu setiap kelompok
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
206
harus membuat aturan yang disepakati
oleh seluruh anggota yang isi dan
tujuannya agar setiap anggota bias
menyampaikan pendapatnya dan tidak
berpusat ke salah satu orang di dalam
kelompok tersebut.
b. Belajar kooperatif bertujuan untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah tanpa
berfikir( hanya meniru). Ini
sebenarnya hamper sama dengan
hambatan yang pertama tadi namun
yang dipermasalahkan disini adalah
niat dari anggota. Jadi, mereka harus
mengubah niat yang demikian itu
dengan niat untuk belajar bersama
dengan teman namun juga harus
belajar mandiri. Selain itu juga harus
ada ketegasan dari teman-temannya
untuk tidak memperbolehkan teman
yang hanya asala meniru jawaban saja.
c. Belajar kooperatif hanya untuk
sekedar bermain-main dengan teman.
Hal ini seharusnya tidak terjadi apabila
orang tersebut sadar akan kewajiban-
kewajibannya dalam hal belajar.
Apabila kita mengetahui tujuan kita
mengkuti belajar kooperatif dengan
benar maka keinginan untuk hanya
sekedar bermain-main dengan teman itu
akan hilang dengan sendirinya.
Walaupun sekarang ini apabila belajar
dengan terlalu serius maka akan
menimbulkan kejenuhan, jadi kita juga
ada waktu untuk bercanda dan serius
namun masih dalam batas yang wajar
dan tidak berlebihan dalam bercanda.
d.Tidak mau mengikuti kegiatan belajar
kooperatif karena ada salah satu
anggota kelompok yang dia tidak sukai.
Kejadian ini mungkin sering terjadi
karena mungkin antara kedua orang
tersebut sedang terjadi masalah pribadi
yang melibatkan keduanya. Maka dari
itu dengan belajar kooperatif ini
seharusnya dapat dijadikan momentum
untuk saling membuka diri sehingga
dapat mengakrabkannya kembali dapat
dibantu oleh teman yang lain yang
sekiranya mengetahui kondisi kawan
yang sedang mengalami masalah,
sehingga dengan belajar kooperatif akan
memudahkan datangnya jalan damai.
Bidang Studi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan
salah satu pelajaran wajib, baik dalam
tingkat Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah
Atas, maupun perguruan tinggi. Bahasa
Indonesia mempunyai beberapa fungsi
sebagai bahasa nasional dan bahasa
Negara. Diantaranya sebagai sarana
pembinaan kesatuan dan persatuan
bangsa, meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan berbahasa Indonesia dalam
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
207
rangka pelestarian dan pengembangan
budaya dan lain sebagainya.
Ruang lingkup yang melingkupi
mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia meliputi penguasaan
kebahasaan, kemampuan memahami,
mengapresiasikan sastra dan
kemampuan menggunakan Bahasa
Indonesia. Namun hakikat dari
pelajaran bahasa Indonesia adalah
belajar berkomunikasi. Oleh karena itu
pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia, baik secara lisan
maupun tertulis.
Bahasa sebagai alat komunikasi
digunakan untuk bermacam-macam
fungsi sesuai apa yang ingin
disampaikan oleh penutur, misalnya
untuk menyatakan informasi faktual
termasuk mengidentifikasikan,
melaporkan, menanyakan dan
mengoreksi. Menyatakan sikap
intelektual yaitu menyatakan setuju atau
tidak setuju, menyanggah dan
sebagainya, menyatakan sika emosional
(senang, tidak senang, harapan,
kepuasan, dan sebagainya, menyatakan
sikap moral, menyatakan perintah,
untuk bersosialisasi, menyampaikan
selamat, meminta perhatian dan
sebagainya.
Pembelajaran fungsi penggunaan
bahasa itu sebaiknya disajikan dalam
konteks, tidak dalam bentuk kalimat-
kalimat lepas. Dalam pelaksanaanya,
bermacam-macam fungsi tersebut dapat
dipadukan melalui berbagai kegiatan
pembelajaran seperti bermain peran,
percakapan mengenai topic tertentu,
menulis karangan dan sebagainya.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian Tindakan Kelas.
Dalam penelitian ini bertindak sebagai
peneliti adalah guru kelas III SDN III
Gesikan Kecamatan Pakel.
Model rancangan penelitian ini
mengacu pada model yang dikemukanan
oleh Kemmis dan Tagart (1998) dengan
dua siklus. Masing-masing siklus terdiri
dari empat tahap yaitu:
1. Tahap penyusunan rencana tindakan
2. Tahap pelaksanaan Tindakan
3. Tahap observasi
4. Tahap refleksi
Penyusunan Rencana Tindakan
Pada tahap penyusunan rencana
tindakan ini, guru mula - mula
mengidentifikasikan konsep-konsep
bagaimana menciptakan kondisi dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Tema
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
208
Lingkungan.
Cara yang ditempuh untuk tahap
ini adalah memeriksa kembali nilai rata-
rata ulangan harian, jurnal guru, metode
pembelajaran yang biasa digunakan.
Sebagai implementasi tindakan dipilih
Tema Lingkungan.
Setelah konsep-konsep
teridentifikasi, maka akan disusun
rencana pembelajaran. Sebagai tata
pembelajaran akan digunakan LKS
yang dimodifikasi oleh guru. Masing-
masing kelompok siswa diberi tugas
menulis karangan kemudian
mendiskusikan dan menjelaskan.
Sebagai refleksi dari hasil belajarnya.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dimulai
dengan cara mendiskusikan dan
menjelaskan manfaat untuk dirinya dan
orang lain tentang menulis karangan.
Sebagai alat belajar digunakan buku-
buku Pembelajaran dan LKS yang ada
di perpustakaan. Pembelajaran
dilakukan di kelas seperti biasa. Tahap
ini adalah merupakan tahap introduksi.
Tahap berikutnya siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok dan saling
berdiskusi untuk menemukan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan.
Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan bersamaan
dengan tahap pelaksanaan tindakan
(action), selama proses pembelajaran
berlangsung dilakukan observasi untuk
memperoleh bahan bagi penyusunan
refleksi.
Fokus observasi dilakukan
terhadap pelaksanaan eksplorasi, situasi
diskusi. Umpan balik dan siswa berupa
kuisioner yang berisi pertanyaan tentang
respon mereka terhadap kegiatan yang
berlangsung.
Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi diawali dengan
memeriksa catatan hasil observasi
pemeriksaan dilakukan oleh guru.
Kesan guru terhadap aktivitas siswa
maupun respon siswa dicatat untuk
dianalisa.
Hasil pemeriksaan dikaji dan
dievaluasi, kemudian dirumuskan
sebagai refleksi dan pembelajaran siklus
I. Lokasi dan objek penelitian harus
ditentukan terlebih dahulu, ini bertujuan
untuk menghindari kesalahan dalam
mengambil keputusan dalam setiap
penilaian yang akan diadakan adapun
dalam penelitian ini berada pada lokasi
SDN III Gesikan Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung dan objek
penelitian dipilih siswa Kelas III pada
SDN III Gesikan tersebut dengan
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
209
jumlah siswa sebayak 31 siswa pada
pelajaran Bahasa Indonesia Tema
Lingkungan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi selama
pembelajaran berlangsung setiap siklus.
Data hasil observasi dicatat dalam
catatan bebas atau dalam format khusus
yang disetujui bersama, Kesan guru
mengenai pengalaman pembelajaran
siswanya dengan menggunakan Strategi
Belajar kooperatif dicatat dalam catatan
tersendiri.
Dari dimensi siswa ada dua data
yang dikumpulkan, yaitu data tentang
respon siswa terhadap Strategi Belajar
kooperatif yang diterapkan, serta hasil
nilai test siswa sebagai indikator
keberhasilan metode pembelajaran yang
diterapkan.
Teknik Analisis Data
Analisa data untuk mengetahui
keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pengajaran perlu diadakan.
Pada penelitian ini teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta
sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi belajar yang dicapai siswa juga
untuk memperoleh respon siswa
terhadap kegiatan pengajaran serta
aktivitas siswa selama proses
pengajaran.
Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses
belajar mengajar setiap putarannya
dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada
setiap akhir putaran. Analisis ini
dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu :
1. Untuk menilai ulangan atau tes
formatif
Peneliti melakukan penjumlahan
nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa
yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat
dirumuskan:
N
XX
Dengan : X = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan
belajar yaitu secara perorangan dan
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
210
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994),
yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 75% atau nilai
75, dan kelas disebut tuntas belajar bila
di kelas tersebut terdapat 85% yang
telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 75%. Untuk
menghitung persentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai
berikut:
%100...
xSiswa
belajartuntasyangSiswap
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengolahan
Strategi Pembelajaran Belajar
kooperatif Untuk menghitung
lembar observasi pengolahan
Strategi Pembelajaran Belajar
kooperatif digunakan rumus
sebagai berikut:
221 PPX
Dimana: P1 = pengamat 1 dan P2 =
pengamat 2
b.Lembar observasi aktivitas guru dan
siswa
Untuk menghitung lembar observasi
aktivitas guru dan siswa digunakan
rumus sebagai berikut:
% =denganx
X
X%.100
2.
tan.. 21 PPpengamatjumlah
pengamahasilJumlahX
dimana: % = Persentase
pengamatan
X = Rata-rata
X= Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Siklus I
Refleksi Awal
Peneliti (guru kelas III) dan
kolaborator penelitian
mengidentifikasi permasalahan di
kelas III tentang rendahnya nilai
hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
1. Planning (perencanaan)
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan ini adalah :
Membentuk kelompok - kelompok
dalam pembelajaran
Menentukan topik bacaan yang akan
dibahas oleh masing - masing kelompok
Meminjamkan buku yang memuat tema
Lingkungan
Merumuskan butir-butir pengarahan,
petunjuk dan tindakan-tindakan lain
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
211
untuk kelancaran jalannya diskusi
dalam kelompok (kapan memberikan
pujian, teguran, meluruskan
pembicaraan yang menyimpang, dan
sebagainya).
Mempersipakan fomat observasi
aktivitas guru dan siswa
Menyusun lembar penilaian
Action (pelaksanaan)
Dalam tahap ini peneliti akan
mendikripsikan secara runtut proses
pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan tema Lingkungan yang terjadi
di Kelas III SDN III Gesikan.
Diskripsi dari proses pembelajaran
Bahasa Indonesia peneliti tampilkan
sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah dirancang berikut ini:
Adapun langkah-langkah
pembelajaran pada siklus I sebagai
berikut:
a. Kegiatan pendahuluan
Siswa bersama guru berdoa bersama
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru melakukan kegiatan tanya jawa
“Anak-anak siapa yang pernah
mendengar cerita tentang Si Kancil?
Cerita binatang apa saja yang pernah
kalian dengar?
b. Kegiatan inti
Siswa menyimak cerita tentang Si
Kancil
Siswa menerima LKS
Siswa mendiskusikan tentang watak dan
unsur-unsur dalam cerita
Siswa mempresentasikan hasil
diskusinya, siswa lain memberikan
tanggapan
Siswa membuat kesimpulan
c. Kegiatan penutup
Guru melakukn refleksi
Guru memberikan penguatan
Pemberian tugas rumah
2. Observation (pengamatan)
Evaluasi terhadap tindakan kelas
dilakukan dengan menggunakan
observasi dan tes. Melalui observasi
diharapkan perilaku siswa di kelas yang
berkaitan dengan pembelajaran materi
pelajaran dapat diamati. Pengamatan
yang dilakukan hanya terbatas pada
respon siswa terhadap proses belajar
mengajar, relevansi respon siswa
terhadap sajian materi dan stimulus
yang diberikan guru kepada siswa. Dari
hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa aktivitas
guru memperlihatkan perkembangan
yang baik dengan prosentase aktivitas
sebesar 62,50%. Demikian pula dengan
aktivitas siswa yang turut mengalami
perkembangan yang pula dengan
prosentase sebesar 57,50%
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
212
Guru mengukur produk pembelajaran
dapat dilihat dari prestasi yang
diperoleh siswa dalam kelompok. Di
samping pengukuran nilai siswa, juga
akan diperhitungkan daya serap dan
ketuntasannya. Pada pelaksanaan
tindakan sesuai dengan skenario yang
telah dibuat berkaitan dengan
penggunaan Pembelajaran Kooperatif
dalam pembelajaran bahasa indonesia
maka tindakan kelas dapat berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan, nampaknya siklus II perlu
dilakukan untuk memperbaiki
pembelajaran. Perbaikan pembelajaran
dilakukan untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran dalam siklus I. Prestasi
siswa pada siklus I dapat ditunjukkan
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan siklus 2
No Nama SiswaNilaisiklus
1
NilaSiklus
2i
Ketuntasansiklus1
KetuntasanSiklus 2
Tuntas TuntasTidakTuntas
TidakTuntas
1 Khoir Nur Ayuni 90 100 T T - -2 M. Imam Mukti 80 100 T T - -3 Jodi Chrishermawan 80 90 T T - -4 Rinto Tri Cahyono 80 90 T T - -5 Ahmad Dani S 50 90 - - TT TT6 Ahmad Rendi S 60 80 - - TT TT7 Aldy Ardiansyah 80 80 T T - -8 Devi Nuzulul H 80 80 T T - -9 Dimas Andi P 80 90 T T - -10 Elsa Vera Tama 80 100 T T T -11 Fera Afiana 80 100 T T T -12 Ferdy Winata 50 90 - - T -13 Fitria Tri Utomo 60 80 - - T -14 Helmi Sgustin 90 100 T T T -15 Maya Nur Elisa 80 100 T T T -16 M. Anju Septiardy 80 90 T T T -17 M. Wahyu Aji 80 90 T T T -18 Nadia Sela Ivana 50 90 - - T -19 Nia Zapera 60 80 - - T -20 Nurul Hidayati 80 80 T T T -21 Pipit Puspitasari 80 80 T T T -22 Rino Bagaswara 80 90 T T T -23 Roni Saputra 80 100 T T T -24 Silma Tamafatus S 80 100 T T T -25 Vivi Lailatus S 50 90 - - T -
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
213
No Nama SiswaNilaisiklus
1
NilaSiklus
2i
Ketuntasansiklus1
KetuntasanSiklus 2
Tuntas TuntasTidakTuntas
TidakTuntas
26 Wanda Ahra M 60 80 - - T -27 Wisnu Fajar B 80 100 T T T -28 Youngky Pranata 80 100 T T T -29 Yulis Triani 50 90 - - T -30 Mega Riang Patricia 60 80 - - T -31 Wahyu Agung Pamuji 80 100 T T T -
Jumlah 2250 2810 2810 10 21 TRata-Rata 72,22 91,11 91,11 32,26 67,74 T
Reflection (refleksi)
Dari hasil observasi ditemukan
kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
a) Guru kurang dalam memotivasi
siswa, sehingga dalam forum diskusi
masih banyak siswa yang kurang aktif.
b) Teknik bertanya yang
disampaikan oleh guru masih kurang
baik, sehingga kemampuan siswa untuk
menjawab pertanyaan yang sifatnya
memprediksi, mengobservasi maupun
menjelaskan suatu fenomena masih
sangat rendah.
c) Guru belum mampu menjadi
fasilitator secara maksimal sehingga
banyak kelompok belajar yang tidak
tertampung aspirasinya ketika sedang
bertanya saat diskusi kelompok sedang
berlangsung.
Dalam hasil temuan di atas akan
dipergunakan sebagai acuan untuk
melakukan perbaikan pada siklus
berikutnya.
Siklus II Planning (perencanaan)
Secara garis besar perencanaannya
sama dengan siklus I dengan materi
yang sama pada siklus I. Berdasar pada
temuan siklus I maka ada beberapa
tambahan dalam perencanaan sebagai
berikut :
a. Meningkatkan perbaikan teknik
bertanya.
b. Meningkatkan pemberian motivasi
kepada siswa.
c. Meningkatkan peran sebagai
fasilitator secara merata.
Action (pelaksanaan)
Pada siklus II pelaksanaan tindakannya
secara garis besar sama dengan siklus I
dengan adanya perbaikan mengurangi
dominasi guru, memperbaiki teknik
bertanya dan memotivasi siswa agar
lebih aktif dalam kegiatan diskusi.
Langkah-langkah pelaksanaan
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
214
pembelajaran pada siklus II sebagai
berikut:
a. Kegiatan pendahuluan
Siswa bersama guru berdoa
bersama
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru melakukan kegiatan tanya
jawa
“Anak-anak siapa yang pernah
mendengar cerita tentang Si Kancil?
Cerita binatang apa saja yang pernah
kalian dengar?
b. Kegiatan inti
Siswa menyimak cerita tentang
Si Kancil
Siswa menerima LKS
Siswa mendiskusikan tentang
watak dan unsur-unsur dalam cerita
Siswa mempresentasikan hasil
diskusinya, siswa lain memberikan
tanggapan
Siswa membuat kesimpulan
c. Kegiatan penutup
Guru melakukn refleksi
Guru memberikan penguatan
Pemberian tugas rumah
Observation (pengamatan)
Pengamataan yang dilakukan terbatas
pada respon siswa terhadap sajian
materi. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakanformat yang sama pada
siklus I menunjukkan bahwa aktivitas
guru memperlihatkan perkembangan
yang baik dengan prosentase aktivitas
sebesar 80,00%. Demikian pula dengan
aktivitas siswa yang turut mengalami
perkembangan yang pula dengan
prosentase sebesar 75,00%
Guru mengukur produk pembelajaran
dari prestasi yang dicapai oleh siswa.
Hal ini dapat dilihat dalam lampiran. Di
samping pengukuran nilai siswa, dalam
pengukuran juga akan diperhitungkan
daya serap dan ketuntasannya.
Dengan melaksanakan apa yang telah
direncanakan hasilnya menunjukkan
keaktifan siswa di kelas menjadi lebih
baik, sudah ada interaksi yang relevan,
baik itu interaksi siswa dangan siswa,
maupun siswa dengan guru. Begitu pula
prestasi siswa dalam proses
pembelajaran sangat baik, sudah tampak
pemanfaatan waktu melaksanakan tugas
secara efisien dan efektif.
Sesuai dengan perencanaan evaluasi
hasil tindakan yang telah dirancang
nampaknya keberhasilan pembelajaran
kooperatif dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia mengalami peningkatan, baik
yang dilihat dari respon yang
ditunjukkan siswa maupun prestasi
akhir yang dicapai.
Adapun diantaranya faktor yang dinilai
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
215
dapat mempengaruhi hasil tersebut yaitu
meningkatnya kemampuan guru dalam
membangkitkan motivasi belajar
melalui pembelajaran kooperatif pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Reflection (refleksi)
Dari hasil obsrevasi ditemukan
perbaikan-perbaikan sebagai berikut :
a. Guru sudah bisa menjadi
motivator dan fasilitator sehinga
mampu menjadikan suasana kelas
menjadi hidup.
b. Teknik bertanya yang
disampaikan oleh guru sudah dapat
diterima siswa dengan baik, sehingga
kemampuan siswa untuk menjawab
pertanyaan yang sifatnya
memprediksi, mengobservasi maupun
menjelaskan suatu bacaan sudah
sangat baik.
c. Dalam forum diskusi semua
siswa sudah terlibat dengan aktif.
d. Siswa sudah mulai terbiasa
dengan tema bacaan yang baru,
bahkan dalam hal menulis karangan
dari kalimat acak pada siklus II
bertambah baik dan lebih terarah.
Interpretasi Data
Dari hasil data di atas prestasi
belajar siswa (hasil tes belajar) dengan
menggunakan Strategi Belajar
kooperatif menunjukkan hasil belajar
yang meningkat dari setiap siklusnya
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
pada siswa Kelas III SDN III Gesikan
Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung pada siklus I : nilai rata-
rata 72,22 dan pada siklus II : nilai
rata-rata 91,11. Hal ini menandakan
keberhasilan dalam meningkatkan
hasil belajar pada siswa Kelas III
Semester I SDN III Gesikan
Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung sehingga dapat
dikatakan penelitian ini sudah berhasil
dengan baik.
Pembahasan
Kompetensi yang diharapkan
dalam Tema Lingkungan ini adalah
Siswa dapat menjelaskan petunjuk
melakukan sesuatu kemudian
menanggapi penjelasan tersebut.
Siswa dapat menceriterakan
pengalaman yang tak terlupakan
Siswa dapat membaca bacaan dengan
ucapan yang tepat sehingga mudah
dipahami pendengarnya.
Siswa dapat menulis karangan dengan
kalimat yang tepat
Tema Lingkungan, adalah
materi yang diberikan untuk siswa
Kelas III pada Semester I, melihat dari
tujuan instruksional, ada beberapa hal
yang ingin dicapai melalui
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
216
pembelajaran ini, yaitu:
Siswa dapat menjelaskan petunjuk
melakukan sesuatu kemudian
menanggapi penjelasan tersebut.
Siswa dapat menceriterakan
pengalaman yang tak terlupakan.
Siswa dapat membaca bacaan dengan
ucapan yang tepat sehingga mudah
dipahami pendengarnya.
Siswa dapat menulis karangan dengan
kalimat yang tepat.
Ditinjau dari hasil belajar yang
ditunjukkan oleh nilai test pada siklus
I dan siklus II, maka dapat dikatakan
bahwa proses pembelajaran ini sudah
berhasil, kekurangan yang terdapat
pada Siklus I, sudah diperbaiki pada
siklus II. Sehingga pada saat observasi
dan refleksi pada siklus II, sudah
diperoleh gambaran yang
menunjukkan peningkatan hasil
belajar siswa.
Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa kualitas belajar
siswa dapat ditingkatkan dengan
diberikan perlakuan-perlakuan tertentu
yang sesuai dengan materi pokok
bahasan yang harus dipelajari oleh
siswa. Hal ini juga nampaknya
dipengaruhi oleh gairah belajar yang
dimiliki, karena model pembelajaran
yang monoton saja akan membuat siswa
bosan dan menganggap proses
pembelajaran bukanlah suatu hal yang
menarik.
Kegairahan belajar siswa juga
ditunjukkan dengan partisispasi mereka
yang meningkat selama diskusi dalam
Strategi Belajar kooperatif berlangsung,
ataupun juga kesiapan tim ahli pada saat
mempresentasikan hasil diskusi
kelompok mereka.
Siswa yang memiliki kekurangan
juga dapat belajar pada temannya, ini
adalah suatu hal yang menguntungkan,
karena dengan belajar melalui temannya
resistensi seperti rasa segan, malu untuk
bertanya jika tidak mengerti akan dapat
dikurangi jika dibandingkan mereka
harus bertanya pada guru.
Indikator yang jelas terbaca dari
penelitian tindakan kelas ini adalah
meningkatnya nilai rata-rata kelas,
tingkat pemahaman siswa, serta nilai
tertinggi dan terendah yang berhasil
dicapai oleh siswa.
Dari hasil pengamatan paparan
data dapat diketahui bahwa ada
peningkatan yang besar pada hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan Tema
Lingkungan dari rata-rata siklus I ke
siklus II. Hal ini didukung dengan nilai
rata-rata siklus I sebesar 72,22 dan pada
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
217
siklus II : nilai rata-rata 91,11 ini
menandakan bahwa dengan
menggunakan Strategi Belajar
kooperatif, maka hasil belajar siswa
Kelas III SDN III Gesikan Kecamatan
Pakel Kabupaten Tulungagung dapat
meningkat secara tajam dan
meyakinkan. Dapat dikatakan bahwa
penelitian tindakan ini dapat berhasil
dengan baik. Maka dapat di gambarkan
dengan grafik peningkatan hasil belajar
sebagai berikut :
Grafik 4.1 : Peningkatan Hasil
Belajar Siswa
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh
dari hasil penelitian dan pembahasan ini
adalah: Strategi Belajar kooperatif
dalam proses pembelajaran ini dapat
meningkatkan kualitas belajar siswa.
Pemakaian Strategi Belajar kooperatif
membuat proses pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa, yang ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata
kelas dari siklus I yaitu 72,22 dan pada
siklus II : nilai rata-rata 91,11 dengan
ketuntasan belajar siswa secara klasikal
sebesar 100,00% pada akhir siklus II.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan strategi belajar kooperatif
ini dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
1. Sikap siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia dengan
menerapkan strategi belajar
kooperatif ini sangat positif. Hal ini
dapat dilihat dari data hasil angket
yang diberikan kepada siswa setelah
berakhirnya suatu siklus penelitian. .
Saran
Saran-saran yang dapat
disampaikan dalam laporan penelitian
ini adalah:
1. Pemakaian Strategi Belajar
kooperatif sangat tepat diterapkan
untuk materi bahasan yang lain untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Penelitian lebih lanjut tentang
metode ini dapat dilakukan untuk
kelas - kelas lain dengan materi yang
berbeda.
3. Perlu adanya beberapa metode atau
metode bervariasi dalam
penyampaian materi pada setiap
Choliq, Abdul,: Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model BelajarKooperatif Di Kelas III SD Negeri III Gesikan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Semester I Tahun 2012/2013
218
PBM, sebab dengan metode yang
bervariasi siswa tidak akan jenuh dan
bahkan menyenangi materi yang
disampaikan.
4. Hendaknya terjadi interaksi antara
peserta didik dengan pendidik agar
PBM berjalan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Kurikulum SekolahMenengah umum LandasanProgram dan Pengembangan,Jakarta Depdikbud
Coni Semiawan. 1992. PendekatanKeterampilan Proses:Bagaimana Mengaktifkan Siswadalam Belajar. Gramedia.Jakarta,
DC Porter Bobbi & Henacki Mike.1992. Quantum Learning :Membiasakan Pelqjar Nyamandan Menyenangkan. Bandung-KAIFA
Hidayat , Kosadi dkk. 1986. StrategiBelajar Mengajar BahasaIndonesia. Bandung: Binacipta.
Joni, Raka. 1984. Strategi BelajarMengajar. Jakarta: ProyekPengembangan LembagaPendidikan TenagaKependidikan.
Poerwodarminto, WJS. 1976. KamusUmum Bahasa Indonesia.Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Saliwangi, Bassenang. 1989. PengantarStrategi Belajar MengajarBahasa Indonesia. Malang: IKIP
Malang.
Suharsimi, Arikunto. 1993. ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Surachmad, Winarno. 1986. MetodologiPengajaran Nasional. Bandung:IKIP Bandung.
Suwarsih Madya. 1994. Seri MetodologiPenelitian, Panduan PenelitianTindakan. Lembaga PenelitianIKIP, Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasarProses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru.
Tim, 1995. Psikologi Pendidikan,Yogyakrta: FIP IKIPYogyakarta.
T, Raka Djono, 1998. Konsep DasarPenelitian Tindakan Kelas,Departemen Pendidikan danKebudayaan Direktorat JenderalPendidikan Tinggi. Jakarta.