delha affairs 1960

29
1 DELHA AFFAIRS DELHA AFFAIRS DELHA AFFAIRS DELHA AFFAIRS 1960 1960 1960 1960 Perlawanan Masyarakat Nusak Delha Terhadap Negara di Rote 1 Wilson M.A. Therik 2 Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan Metode sejarah lisan (oral history method) 3 banyak diakui sebagai suatu cara untuk merekam dan mendokumentasikan perkembangan sejarah dan gejala sosial tertentu. Ia akan hilang tanpa disimpan dengan cara itu. Sejarah lisan juga dilihat sebagai usaha untuk menangkap warna dan perasaan dari pengalaman manusia yang dapat memperdalam pemahaman kita mengenai masa lampau. Dengan menangkap kenangan dari mereka yang pernah mengalami hal-hal itu, sejarah lisan menjalin hubungan antara masa kini dan masa lampau. Tema “gerakan perlawanan rakyat” dalam kajian penelitian ilmiah di Indonesia dengan pendekatan oral history pernah dilakukan oleh Almarhum Sartono Kartodirdjo (Guru Besar Ilmu Sejarah UGM) dengan penelitian disertasi Doktornya di Universitas Amsterdam, Belanda (1966) yang dibukukan dengan judul: Pemberontakan Petani Banten 1888 (dari judul aslinya The Peasants Revolt of Banten in 1888). Setelah itu, tidak ada lagi penelitian besar tentang “gerakan perlawanan rakyat” di Indonesia dengan pendekatan oral history. 4 Dalam catatan penulis, penelitian besar tentang Pulau Rote, terakhir dilakukan oleh James J. Fox (Guru Besar Ilmu Antropologi dari ANU Australia) dan salah satu karyanya yang fenomenal adalah PANEN LONTAR (terjemahan dari judul aslinya HARVEST OF THE PALM) yang juga penulis jadikan referensi dalam paper ini. Setelah James J. Fox, menurut hemat penulis tidak ada lagi penelitian besar 5 tentang Pulau Rote. 1 Paper ini disampaikan pada Diskusi Kamisan yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Studi Pembangunan- Universitas Kristen Satya Wacana (PPs SP UKSW) pada tanggal 5 Februari 2015 bertempat di Ruang G 505 – Gedung Pascasarjana UKSW Salatiga. 2 Memperoleh Sarjana Ekonomi (S.E) dari Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (2004); Magister Sains (M.Si) dalam bidang Studi Pembangunan dari PPs SP UKSW (2007); dan Doktor dalam bidang Studi Pembangunan dari PPs SP UKSW (2014). 3 Konning, Juliette. 2007. Qualitative Research Methodology. VU University Amsterdam. (Bahan Presentasi Kuliah Umum Metodologi Penelitian di PPs SP UKSW Salatiga, 22 Juni 2007). 4 Kebanyakan laporan penelitian ”gerakan perlawanan” di Indonesia menggunakan pendekatan studi dokumentasi/studi kepustakaan. Lih. Kartodirdjo (1984); Landsberger (1984); Strelan, et al (1989); Lubis (2003); Ardhana (2005); dan Silaen (2006). 5 Sesungguhnya banyak laporan penelitian tentang Pulau Rote pada aras Laporan Lapangan/Skripsi S1 maupun Tesis S2 tetapi sepi dari publikasi ilmiah. Lebih banyak tersimpan rapi di ruang baca atau perpustakaan.

Upload: wilson-therik

Post on 13-Apr-2017

438 views

Category:

Science


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Delha Affairs 1960

1

DELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRSDELHA AFFAIRS 1960196019601960

Perlawanan Masyarakat Nusak Delha Terhadap Negara di Rote1

Wilson M.A. Therik2

PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan

Metode sejarah lisan (oral history method)3 banyak diakui sebagai suatu cara untuk merekam

dan mendokumentasikan perkembangan sejarah dan gejala sosial tertentu. Ia akan hilang

tanpa disimpan dengan cara itu. Sejarah lisan juga dilihat sebagai usaha untuk menangkap

warna dan perasaan dari pengalaman manusia yang dapat memperdalam pemahaman kita

mengenai masa lampau. Dengan menangkap kenangan dari mereka yang pernah mengalami

hal-hal itu, sejarah lisan menjalin hubungan antara masa kini dan masa lampau.

Tema “gerakan perlawanan rakyat” dalam kajian penelitian ilmiah di Indonesia dengan

pendekatan oral history pernah dilakukan oleh Almarhum Sartono Kartodirdjo (Guru Besar

Ilmu Sejarah UGM) dengan penelitian disertasi Doktornya di Universitas Amsterdam,

Belanda (1966) yang dibukukan dengan judul: Pemberontakan Petani Banten 1888 (dari

judul aslinya The Peasants Revolt of Banten in 1888). Setelah itu, tidak ada lagi penelitian

besar tentang “gerakan perlawanan rakyat” di Indonesia dengan pendekatan oral history.4

Dalam catatan penulis, penelitian besar tentang Pulau Rote, terakhir dilakukan oleh James J.

Fox (Guru Besar Ilmu Antropologi dari ANU Australia) dan salah satu karyanya yang

fenomenal adalah PANEN LONTAR (terjemahan dari judul aslinya HARVEST OF THE

PALM) yang juga penulis jadikan referensi dalam paper ini. Setelah James J. Fox, menurut

hemat penulis tidak ada lagi penelitian besar5 tentang Pulau Rote.

1 Paper ini disampaikan pada Diskusi Kamisan yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Studi Pembangunan-

Universitas Kristen Satya Wacana (PPs SP UKSW) pada tanggal 5 Februari 2015 bertempat di Ruang G 505 – Gedung

Pascasarjana UKSW Salatiga. 2 Memperoleh Sarjana Ekonomi (S.E) dari Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (2004);

Magister Sains (M.Si) dalam bidang Studi Pembangunan dari PPs SP UKSW (2007); dan Doktor dalam bidang Studi

Pembangunan dari PPs SP UKSW (2014). 3 Konning, Juliette. 2007. Qualitative Research Methodology. VU University Amsterdam. (Bahan Presentasi Kuliah

Umum Metodologi Penelitian di PPs SP UKSW Salatiga, 22 Juni 2007). 4 Kebanyakan laporan penelitian ”gerakan perlawanan” di Indonesia menggunakan pendekatan studi

dokumentasi/studi kepustakaan. Lih. Kartodirdjo (1984); Landsberger (1984); Strelan, et al (1989); Lubis (2003);

Ardhana (2005); dan Silaen (2006). 5 Sesungguhnya banyak laporan penelitian tentang Pulau Rote pada aras Laporan Lapangan/Skripsi S1 maupun Tesis

S2 tetapi sepi dari publikasi ilmiah. Lebih banyak tersimpan rapi di ruang baca atau perpustakaan.

Page 2: Delha Affairs 1960

2

Kenyataan ini-lah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian terkait “Gerakan

Perlawanan Masyarakat Terhadap Negara” di Rote, pulau terdepan bagian selatan Indonesia6

yang berbatasan langsung dengan Benua Australia (Lihat Peta).

Gambar 1. Pulau Rote dalam Peta Indonesia (lihat tanda panah)7

Rote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas PandangRote Ndao: Sekilas Pandang

Sejak pertengahan abad 17 sampai saat pembubarannya pada akhir abad 18 Perserikatan

Dagang Hindia Belanda atau Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) mempunyai

kedudukan yang sangat berpengaruh terhadap pulau-pulau Rote dan Sawu (Sabu). Walaupun

hubungan khusus dan tingkat keterlibatan Belanda dengan kedua pulau tersebut sangat

berbeda, masa satu setengah abad itu telah menandai suatu masa sejarah yang penting. Bagi

penduduk Rote khususnya, masa itu merupakan masa pembentukan kebudayaan yang sangat

berarti.

Pulau Rote memiliki banyak nama. Fox (1996:25-26) mengatakan, dalam dokumen Portugis

pada abad ke-16 dan ke-17 tercantum berbagai nama seperti “Rotes”, “Enda”. Di dalam peta

6 Hal ini bisa dibenarkan jika dilihat dari konteks pulau yang berpenghuni, sesungguhnya pulau terdepan bagian di

selatan Indonesia adalah Pulau Ndana, pulau kosong (tidak berpenghuni) dan kini di jaga oleh anggota Tentara

Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL). 7 Sumber Peta: https://superriska.files.wordpress.com/2012/08/indo-map2.jpg diunduh pada tanggal 30 Januari 2015

Page 3: Delha Affairs 1960

3

Belanda, mula-mula pulau ini disebut “Rotthe”, yang oleh ahli peta kemudian dikutip secara

salah menjadi “Rotto”. Namun, dalam salah satu peta pada awal abad tujuh belas, pulau ini

disebut dengan nama pribumi “Noessa Dahena” (Nusa Dahena) yang berasal dari dialek Rote

di bagian timur yang secara harafiah berarti “Pulau Manusia”. Kecuali dalam peta tersebut,

nama itu tidak dipakai lagi. Pada pertengahan abad ke-17, Persatuan Dagang Hindia Belanda

dalam dokumen-dokumennya menggunakan nama “Rotti” dengan tiga ejaan yang berbeda

yaitu “Rotti”, “Rotty” dan “Rotij”. Sebutan resmi ini terus dipergunakan sampai pada abad ke-

20 dan diubah menjadi “Roti”.

Selanjutnya, Fox menguraikan, nama “Roti” adalah perubahan bahasa Melayu dari “Rote”,

suatu perubahan yang menimbulkan suatu permainan kata yang tidak berarti dan sudah

usang dari kata “roti” yang kebetulan dalam bahasa Indonesia berarti ‘makanan yang dibuat

dari tepung terigu’. “Rote” lebih sering digunakan dalam bahasa sehari-hari akan tetapi hal

ini menimbulkan persoalan pula karena \r\ dan \l\ digunakan berganti-ganti di dalam

sembilan bahasa daerah yang terdapat di Pulau Rote. Oleh karena itu, ada juga yang

menyebut pulau ini “Lote”. Dalam dokumen resmi pemerintah yang berasal dari pulau ini

menggunakan nama “Rote”, sedangkan sebagian besar dokumen-dokumen pemerintah pusat

memakai nama “Roti”. Nama ini-lah yang digunakan dalam peta Indonesia maupun peta-peta

dunia saat ini.

Secara yuridis formal Rote Ndao ditetapkan sebagai Kabupaten berdasarkan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di Provinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT). Sebelumnya, daerah ini merupakan wilayah dari Kabupaten Kupang.

Rote Ndao merupakan salah satu dari 370 Kabupaten8 yang berada dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan kabupaten paling terdepan9 di bagian selatan

Indonesia.

Kabupaten Rote Ndao memiliki luas wilayah 1.280,05 Km2 (2,70% dari total luas Provinsi

NTT) dengan jumlah penduduk 127.911 jiwa yang terdiri dari laki-laki 65.191 dan

perempuan 53.171 dengan laju tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 2,40% per tahun.

Kepadatan penduduk rata-rata 100 jiwa per Km2. (BPS Rote Ndao, 2014). Di bidang

pendidikan tercatat jumlah penduduk berumur 10 Tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah

sebanyak 41,90%; tamat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas 54,11% dan

tamat pendidikan tinggi sebanyak 3,99%. Sedangkan jumlah fakir miskin di Kabupaten Rote

Ndao sampai dengan Tahun 2013 mencapai (BPS Rote Ndao, 2013).

Secara administratif Kabupaten Rote Ndao dibagi menjadi 10 Kecamatan yakni Lobalain,

Rote Tengah, Rote Timur, Rote Barat Laut, Rote Barat Daya, Rote Barat, Rote Selatan, Ndao

Nuse, dan Landu Leko. 82 Desa dan 7 Kelurahan (BPS Rote Ndao, 2014). Sebelah Utara Rote

Ndao berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah Selatan dengan Samudera Hindia, sebelah Timur

8 Lihat: http://www.kemendagri.go.id/pages/data-wilayah dilihat pada tanggal 30 Januari 2015. 9 Beberapa dokumen resmi pemerintah Indonesia dan laporan jurnalistik media cetak Indonesia menggunakan istilah

“Pulau Terluar”.

Page 4: Delha Affairs 1960

4

dengan Laut Banda, dan sebelah Barat dengan Laut Sawu. Kabupaten Rote Ndao merupakan

wilayah kepulauan yang terdiri atas 107 pulau (8 pulau dihuni dan 99 pulau lainnya adalah

pulau-pulau kecil yang tidak dihuni). Kabupaten Rote Ndao beriklim kering yang

dipengaruhi oleh angin Muson dengan musim hujan pendek, yang jatuhnya sekitar bulan

Desember sampai April. Hampir sebagian besar Kabupaten Rote Ndao terdiri dari padang

rumput, pohon lontar, pohon pinus dan gewang (BPS Rote Ndao, 2014).

Pola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di RotePola Pembagian Wilayah di Rote

Pola pembagian wilayah di Pulau Rote mesti dipandang sebagai hasil dari suatu proses

rasionalisasi bagi kepentingan politik dan karena itu merupakan wilayah pemerintahan

politis negara. Pembagian wilayah sebagai proses rasionalisasi tidak secara otomatis dapat

menghapus bentuk wilayah yang telah dilakukan sebelumnya pada jaman pendudukan

pemerintahan Belanda (Abad 17-19).

Pembagian wilayah di mana didasarkan pada karakteristik wilayah suku dan perbedaan

dialek suku, serta sudah tentu dengan mempertimbangkan latar belakang suku-suku di Rote.

Oleh pemerintahan politik Belanda setelah melalui proses yang rumit dan berbelit-belit, Rote

Ndao dibagi dalam 19 wilayah semi otonom10 yaitu Nusak (Kerajaan)11 yang dipimpin oleh

seorang Manek (Raja).12

Setidak-tidaknya ada 2 alasan pokok mengapa pembagian wilayah ini penting, yakni:

Pertama, karena berkaitan dengan permasalahan politik lokal yaitu persaingan dan konflik di

antara suku-suku. Kedua, kepentingan politik Belanda dalam menguasai wilayah selatan

Timor sebagai yang akan menjadi benteng dalam kaitannya dengan perseteruan antara

Belanda dan Portugis di Nusa Tenggara Timur pada sisi yang lain (FanggidaE, 2002:40-41).

Dasar pembagian 19 Nusak (lihat Gambar 2) sebagai suatu pengelompokkan yang sifatnya

politis secara garis besar merupakan pembagian wilayah berdasarkan dialek/bahasa Rote.

10 Mitos yang berkembang bahwa dahulunya di Pulau Rote ada 20 Nusak, namun Nusak Dhana dihancurkan oleh

seorang pemuda bernama Nalle Sanggu yang memiliki dendam pada masyarakat di Nusak Delha, apa motifnya tidak

diketahui. (lih. Paul Haning, Penakluk Kerajaan nDana, Penerbit CV. Kairos). Dalam Laporan ini penulis

menggunakan 19 wilayah Nusak mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh James Fox di Pulau Rote

(lih. Fox, 1996). 11 Nusak, sebenarnya bukan terminologi yang asing dalam konteks masyarakat suku-suku di Pulau Rote. Nusak dalam

hal ini bukan institusi yang keberadaannya diintroduksikan dari luar wilayah suku, apalagi oleh pemerintahan

Belanda, tetapi sebaliknya merupakan bagian dari realitas masyarakat Rote tradisional (Therik, 2007:31). 12 Jabatan Manek yang kemudian dihubungkan dengan Nusak lebih merupakan terminologi politik formal yang

mengambil alih bentukan yang telah ada dalam kalangan masyarakat sebelumnya yang dikaitkan dengan suku (Leo)

dan pemimpin suku (Maneleo). Dengan demikian Nusak dalam hal ini menjadi wilayah yang diperluas/gabungan

antara wilayah milik suku-suku terdekat. Manek adalah bentuk yang diperluas dari Maneleo. “Institusi” Manek pada

kenyataannya hampir tidak mempunyai otoritas apa-apa terhadap realitas suku-suku karena mereka mempunyai

Maneleo sendiri. Manek dalam hal ini menjadi perpanjangan tangan dari pemerintahan Politik Belanda dalam

hubungan dengan persoalan-persoalan yang timbul sebagai konsekuensi dari perjumpaan antar suku (Therik,

2007:31).

Page 5: Delha Affairs 1960

5

Pada tataran Nusak, wilayah ini dibagi dalam kesatuan wilayah yang lebih kecil yaitu

nggolok dengan batas wilayah yang ditetapkan sebelumnya dan juga merupakan wilayah

pemerintahan semi otonom yang kewibawaannya diperoleh berdasarkan amanat dari badan

perurusan pusat. Nggolok dalam hal ini dipimpin secara kolektif oleh dewan masyarakat

yang beranggotakan 9 (sembilan) orang yang disebut sebagai manesio dan lasing-lasing

sebagai penasehat (FanggidaE, 2002:44).

Uraian di atas memberikan gambaran yang jelas tentang adanya pembelahan yang sangat

besar di kalangan suku-suku di Rote sampai pada tingkatan yang paling bawah, sehingga

dapat dipastikan akan sangat berpengaruh pada perilaku sosial ekonomi, sosial budaya

maupun sosial politik masyarakat Rote hingga saat ini.

Gambar 2. Pembagian Wilayah Nusak di Rote (Fox, 1997)

Gerakan Perlawanan Rakyat: Gerakan Perlawanan Rakyat: Gerakan Perlawanan Rakyat: Gerakan Perlawanan Rakyat: Meninjau HasilMeninjau HasilMeninjau HasilMeninjau Hasil Penelitian TerdahuluPenelitian TerdahuluPenelitian TerdahuluPenelitian Terdahulu

Secara singkat pada bagian ini penulis mengutip hasil penelitian “gerakan perlawanan petani”

yang dilakukan oleh James C. Scott di Malaysia, Sartono Kartodirdjo di Banten, dan diakhiri

dengan hasil penelitian “Involusi Pertanian” yang dilakukan oleh Clifford Geertz di Jawa.

Yang mana menurut hemat penulis kajian penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Scott,

Kartodirdjo dan Geertz secara tidak langsung telah membawa penulis pada penelitian

“gerakan perlawanan rakyat” di Rote terutama di Desa Bo’a (Nusak Delha) yang

Page 6: Delha Affairs 1960

6

masyarakatnya bukan masyarakat petani! Dan menariknya perlawanan yang terjadi tidak saja

di Tahun 1960 (sebagaimana uraian pada paper ini) tetapi juga pernah terjadi di Tahun 1932

di era Belanda dengan motif yang sama yakni menolak membayar pajak.13

James C. Scott dalam penelitiannya di Kedah-Malaysia yang kemudian daerah itu dinamai

Sedaka pada Tahun 1978-1980. Scott (2000) mengemukakan bahwa pola kehidupan

masyarakat petani (desa) sebenarnya dihampir setiap daerah mempunyai pola yang sama.

Seperti suka menggunjing, memfitnah dan memberi label atau citra yang buruk terhadap

seseorang yang menurut mereka sebagai musuh bersama. Biasanya mereka tidak berani

melakukan perlawanan secara langsung dan radikal, tetapi lebih bersifat perlawanan

simbolik. Scott memfokuskan perhatiannya pada pertarungan ideologi di kampung itu.

Pertarungan antara kelas kaya dan miskin di Sedaka bukanlah sekedar pertarungan mengenai

soal pekerjaan, hak milik, padi dan uang. Ia juga merupakan pertarungan mengenai

pemaknaan simbol-simbol tentang bagaimana masa lampau dan masa sekarang dipahami dan

diberi nama, pertarungan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab dan menilai

kesalahan-kesalahan, yang kesemuanya adalah upaya untuk memberi makna partisan kepada

sejarah setempat. Detail-detail pertarungan ini melibatkan unsur fitnah, pergunjingan dan

gossip yang bertujuan merusak nama baik orang lain, julukan-julukan kasar, gerakan tubuh

atau sikap berdiam diri tetapi maksudnya merendahkan orang lain.

Sebuah pertarungan jangka panjang yang prosaik, antara petani dan pihak yang mencoba

menyerobot pekerjaan, makanan, sewa dan bunga dari mereka. Kebanyakan bentuk

pertarungan ini hampir saja menimbulkan tantangan kolektif langsung. Senjata-senjata yang

mereka miliki seperti, memperlambat pekerjaan, bersifat pura-pura, pelarian diri, pura-pura

memenuhi permohonan, pencurian, pura-pura tidak tahu, menjatuhkan nama baik orang,

pembakaran, penyabotan dan sebagainya. Mereka hampir tidak membutuhkan koordinasi

atas perencanaan, menggunakan pemahaman implisit serta jaringan informal, sering

mengambil bentuk mengurus diri sendiri, dan mereka secara khas menghindari konfrontasi

simbolis secara langsung dengan kekuasaan. Menurut, Scott justru cara-cara seperti itulah

yang paling efektif dalam jangka panjang (Scott, 2000).

Bentuk-bentuk perlawanan kaum tani di Sedaka ini, lebih sebagai sekumpulan tindakan atau

perilaku individual. Hubungan antara pemikiran dan aksi, untuk mengatakannya dengan

halus, adalah suatu isu yang kompleks. Hal yang ingin ditegaskan oleh Scott adalah bahwa,

Pertama, baik intensi maupun aksi bukanlah penggerak yang tidak digerakkan. Aksi yang

dilahirkan dari intensi berputar kembali, untuk mempengaruhi kesadaran, dan dari sinilah

timbul intensi dan aksi berikutnya. Jadi aksi perlawanan dan pemikiran tentang perlawanan

adalah selalu berkomunikasi, selalu dalam dialog. Kedua, itikad atau kesadaran intensi tidak

dikaitkan dalam bentuk yang seluruhnya sama dengan dunia materi sebagaimana perilaku.

Adalah mungkin dan biasa bagi pelaku manusia untuk membayangkan suatu garis aksi, yang

pada suatu saat, tidak praktis dan tidak mungkin.

13 Lih. Therik (2014) Relasi Negara dan Masyarakat di Rote, Salatiga: Satya Wacana University Press

Page 7: Delha Affairs 1960

7

Sedangkan Kartodirdjo (1982) mengemukakan bahwa pemberontakan terhadap

pemerintahan kolonial terjadi di seluruh Hindia Belanda. Beberapa penyebabnya: kebijakan

kolonial dalam hal cacah jiwa, pajak, dan kerja paksa membuat penduduk menanggung beban

yang sebelumnya tidak mereka alami serta terjadinya perubahan sosial di tengah-tengah

mereka. Sistem administrasi Belanda menembus masuk hingga ke pedesaan dan tidak selalu

diterima oleh penduduk pribumi karena sistem modern yang didasarkan pada peraturan

tertulis yang pasti terkadang tidak dapat disesuaikan dengan sistem mereka sendiri. Aksi

kolektif melawan perubahan radikal yang terjadi di masyarakat mengakibatkan timbulnya

gerakan protes. Sistem kolonial sendiri tidak menawarkan institusi yang dapat mencegah

ketidakpuasan kalangan oposisi.

Penelitian “Involusi Pertanian” Clifford Geertz

Clifford Gertz di kenal dengan bapak fungsionalis yang dituangkannya ke dalam buku

pertamanya The Religion of Java. Dalam perjalanannya salah satu pemikirannya yang

mengandung relevansi dan merefleksikan kondisi masyarakat dan kebudayaan kita di masa

sekarang yaitu tentang involusi pertanian. Involusi pertanian ini bisa dilihat dalam bukunya

Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia (1969). Proses

pemiskinan di pedesaan Jawa dijelaskan Geertz bahwa kemiskinan di Jawa adalah produk

interaksi antara penduduk pribumi (petani di Jawa) dan struktur kolonial pada tingkat

nasional dalam konteks politik-ekonomi. Adapun keterkaitan proses pemiskinan dan tesis

involusi pertanian di Jawa, dijelaskan Geertz sebagai suatu pola kebudayaan yang memiliki

suatu bentuk yang definitif, yang terus berkembang menjadi semakin rumit ke dalam.

Pertanian dan petani Jawa secara khusus, dan kehidupan sosial orang Jawa secara umum,

harus bertahan untuk menghadapi realita meningkatnya jumlah penduduk dan tekanan

kolonial melalui proses kompleksifikasi internal.

Dalam konsepsi-konsepsi yang diutarakan oleh Geertz ini mengarah pada konsepsi

substantivis, istilah substantivis sendiri mendasarkan pengertiannya pada ekonomi sebagai

upaya manusia guna memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan

sosialnya. Geertz menggunakan paradigma substantivisme. Aliran ini meyakini bahwa

tindakan-tindakan ekonomi tidak sepenuhnya ditentukan oleh individu yang mendasarkan

pada pertimbangan ekonomis yang rasional. Kondisi ekologis, organisasi sosial, demografis,

serta budaya menyebabkan petani Jawa harus melakukan berbagai adaptasi agar mereka tetap

mampu memenuhi kebutuhan subsistennya. Mekanisme adaptasi petani Jawa yang

digambarkan oleh Geertz adalah dengan melakukan intensifikasi dengan melibatkan

sebanyak mungkin tenaga dalam setiap kegiatan produksi tanaman dalam kerangka

membagi-bagikan rejeki yang ada hingga makin lama makin sedikit yang diterima. Geertz

menyebut mekanisme ini dengan Shared Proverty, kemiskinan yang dibagi rata, atau secara

gampangnya berbagi kemiskinan dengan sesama.

Page 8: Delha Affairs 1960

8

James J. Fox yang cukup lama melakukan penelitian antropologi di Pulau Rote dan Sawu,

nampaknya cukup jeli “memanfaatkan” ruang yang tidak dilihat oleh Geertz yakni mengkaji

perubahan ekologi di Pulau Rote dan Sawu yang merupakan pulau terluar di Kawasan Timur

Indonesia bagian Selatan (berbatasan langsung dengan Benua Australia). Fox rupanya tidak

menyinggung perlawanan rakyat di Desa Bo’a (Nusak Delha) yang kemudian dikenal dengan

Delha Affairs yang terjadi Tahun 1960, Fox lebih memusatkan penelitiannya di wilayah

Nusak Termanu dan Nusak Ba’a.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Scott, Kartodirdjo, Geertz dan Fox menjadi

“Tools” atau “Pintu Masuk” bagi penulis untuk menukik lebih dalam tentang Delha Affairs

yang terjadi pada Tahun 1960.14

Gerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di RoteGerakan Perlawanan Rakyat di Rote

Kemunculan gerakan perlawanan harus dilihat hubungannya dengan perkembangan yang

terjadi di Jawa. Di sana terdapat gerakan protes setelah kedatangan Belanda, yang semakin

menguat setelah pendudukan Belanda di daerah tersebut. Pada tahun 1908, di Jawa berdiri

organisasi modern pertama yang bernama Budi Utomo. Sementara itu, perlawanan di Nusa

Tenggara (termasuk di Rote) masih bersifat tradisional. Bentuk perlawanan modern baru

berkembang pada masa selanjutnya (Ardhana, 2005).

Ketika Bangsa Belanda datang di Rote, Rote sudah terbagi atas beberapa Nusak. Tidak mudah

bagi bangsa Belanda untuk menguasai daerah ini, mereka harus berperang melawan Nusak-

Nusak yang sudah ada di Rote. Seperti pada perang Nusak Ndao tahun 1575 dan perang

Nusak Bilba tahun 1576, kemudian perang Nusak Ba’a, Dengka, Lole dan Termanu pada

Tahun 1660 dan perang Nusak Landu, Ringgou, Oeapo dan Bilba pada Tahun 1753.

Kekalahan Nusak Dengka yang memimpin pertempuran pada Tahun 1660 didenda dengan

membayar 133 orang budak kepada pemerintah Belanda. Kemudian, pada Tahun 1661,

seorang Opperhofd Cuiljenburg memimpin suatu ekspedisi penyerangan ke Rote dengan

kekuatan lebih dari 900 pasukan beserta sekutu-sekutunya dari Pulau Timor, Nusak Loleh

dihancurkan dan sekitar 50 orang terbunuh dalam sehari. Setelah ekspedisi penyerangan

yang dipimpin oleh Opperhofd Cuiljenburg berakhir dengan kemenangan di pihak

Opperhofd Cuiljenburg, Pemerintah Belanda kemudian mengadakan perjanjian dengan

Nusak-Nusak yang ada. Komisaris Johann Paravicini dikirim sebagai utusan perdagangan ke

Timor dan Rote untuk membuat perjanjian dan hubungan perdagangan baru dengan

penguasa lokal di Pulau Timor, Rote, Solor dan Sumba. Tujuannya adalah mem-pertahankan

supermasi Belanda di wilayah itu. Perjanjian ini kemudian dikenal dengan Perjanjian

14 Uraian Delha Affairs 1960 sesungguhnya telah penulis uraikan secara detail pada Bab IV dalam Buku Relasi Negara

dan Masyarakat yang diterbitkan oleh Satya Wacana University Press (2014).

Page 9: Delha Affairs 1960

9

Paravicini.15 Dalam perjanjian tersebut disepakati hal-hal sebagai berikut: penguasa lokal

mengakui kedaulatan pemerintah Belanda dan bahwa semua Raja (termasuk di pesisir

selatan) bersekutu dengan VOC dan bersama-sama melawan musuh. Inti dari perjanjian ini

adalah dipeliharanya keamanan dan ketertiban (Ardhana, 2005). Nusak-Nusak yang ikut

menandatangani Perjanjian Paravicini adalah: Termanu, Dengka, Landu, Oenale, Ba’a,

Lelain, Oepao, Thie, Bilba, Ringgou, Korbafo, Diu, Ndao, Bokai dan Loleh (Soh, 2008)

Meskipun sudah ada Perjanjian Paravicini, ternyata Nusak-Nusak yang ada tetap saja

melakukan perlawanan terhadap Belanda, seperti Nusak Bilba, Ringgou, Oepau dan Diu tetap

bermusuhan dengan Belanda16, Nusak-Nusak ini kemudian ditaklukan dan dihukum dengan

cara para tahanan perang dijadikan sebagai budak dan bekerja pada Belanda sesuai dengan isi

Perjanjian Paravicini. Para tawanan perang yang dijadikan budak ini sebagian di kirim ke

Timor dan sebagian lagi dikirim ke Jawa. (Soh, 2008).

Selain peristiwa Perjanjian Paravicini, kejadian penting lainnya adalah peristiwa tertembak

matinya Foe MburaFoe MburaFoe MburaFoe Mbura,17 Raja dari Nusak Thie. Dalam suatu pertemuan di Nusak Thie pada

tanggal 11 Oktober 1746, Residen Meulenbeck merasa kedatangannya tidak disambut dengan

baik oleh para petinggi18 Nusak Thie, Muelenbeck kemudian mencaci-maki para petinggi

Nusak Thie, hal ini tidak diterima oleh Foe Mbura, Foe Mbura pun melepaskan tembakannya

ke arah Muelenbeck tetapi sayang tembakan itu meleset dan dengan gesit salah seorang

pengawal Muelenbeck melepaskan tembakan ke arah Foe Mbura dan saat itu juga Foe Mbura

langsung tewas di tempat. Tidak terima karena Rajanya ditembak mati, warga Nusak Thie

dan sekitarnya melakukan aksi pembalasan pada tanggal 12 Oktober 1746, Residen

Muelenbeck dan seluruh pengikutnya mati dibantai oleh massa, mayat-mayat Muelenbeck

dan pengikutnya dibakar habis di tepian pantai. Yang lolos waktu itu hanya Tuan Const,

seorang pemegang buku (Boekhouder). Const kemudian melarikan diri ke Kupang pada

tanggal 24 Oktober 1746 dan melaporkan semua kejadian pembunuhan yang terjadi di Nusak

Thie kepada Residen Van der Burgh di Kupang.19

Perlawanan rakyat di Rote sesungguhnya sudah muncul pada Tahun 1653. I.H. Doko dalam

catatan pribadinya yang dibukukan (1974:29-30)20 menulis bahwa hubungan Belanda dengan

Raja-raja di Rote yang pada waktu itu hanya ada 5 orang raja (Manek). Dan diperkuatkan

15 Perjanjian Paravicini ditandatangani pada tanggal 9 Juni 1756 dan membahas mengenai kesejahteraan rakyat,

pemerintahan sah Belanda, kerja sama melawan para perompak, penghapusan perdagangan budak, perlindungan

tanah pertanian, perlindungan perdagangan, perlindungan pelayaran, bantuan terhadap kapal karam, penyimpanan

kaparan (barang terdampar), pelarangan hubungan dengan penguasa asing dan Eropa lainnya di pelabuhan atau

kediaman tanpa izin penguasa wilayah. (Ardhana, 2005). 16 Sayangnya Soh tidak mengungkap mengapa Nusak Bilba, Ringgou, Oepau dan Diu tetap bermusuhan dengan

Belanda meski sudah ada perjanjian Paravicini. 17 Setelah dibaptis menjadi pemeluk agama Kristen, namanya berubah menjadi Benjamin Messakh (Netti, 1997) 18 Koopmans (1921) tidak menyebutkan dengan rinci siapa-siapa saja petinggi Nusak Thie yang dimaksudkan. 19 Tindakan pembalasan tidak dilakukan karena pada saat itu Residen Van der Burgh sibuk menghadapi bangsa

Portugis (golongan Portugis Hitam atau Topas) yang ingin menguasai Kupang (Koopmans, 1921). 20 Sayang sekali, I.H. Doko tidak menyebutkan dari mana sumbernya.

Page 10: Delha Affairs 1960

10

pula dengan perjanjian-perjanjian pada tahun 1691, 1700 dan 1756. Sedangkan jumlah raja-

raja yang berkuasa-pun bertambah banyak, yaitu mula-mulanya 5 orang, pada tahun 1690

sudah menjadi 12 orang, pada tahun 1756 sebanyak 14 orang dan pada tahun 1800 sudah

menjadi 18 orang raja. Belanda sangat pintar memainkan politik adu domba dan juga

memanfaatkan sifat-sifat raja Rote yang satu ingin sangat bersaingan dengan yang lain.

Akhirnya seluruh kerajaan di Pulau Rote terpaksa harus mengakui kekuasaan Belanda

dengan perjanjian bahwa:

a. Setiap tahun harus membayar upeti (pajak hasil bumi/panen)

b. Raja di Rote harus men-supply tenaga untuk memperkuat pasukan Belanda

c. Raja-raja tidak boleh berdagang dengan lain bangsa (Portugis, Cina, dan bangsa Indonesia

lainnya)

d. Dalam menyelesaikan persengketaan antara mereka dengan mereka harus

mempergunakan Belanda sebagai pengantara.

Selanjutnya, Doko mengemukakan bahwa pada tahun-tahun 1920-an beberapa Raja di Pulau

Rote, antara lain Raja Thie (D. Messakh) dibuang ke Ruteng (Kabupaten Manggarai); Raja

Diu (D. Manafe) dibuang ke Larantuka (Kabupaten Flores Timur); Raja Loleh (P.Z. Zacharias)

dibuang ke Kota Manado-Sulawesi Utara dengan tuduhan “Raja yang menindas rakyatnya”.

Tetapi sesungguhnya mereka itu adalah Raja-raja yang selalu melawan dan tidak begitu saja

mau tunduk kepada perintah dan kemauan Belanda, mereka adalah Raja yang setia pada

rakyatnya. Ini-lah titik awal perlawanan rakyat Rote terhadap kekuasaan pemerintahan

Belanda.21

“Otak Rote”“Otak Rote”“Otak Rote”“Otak Rote”

Di antara semua penduduk di Indonesia Timur, orang Rote telah terkenal sebagai penduduk

yang paling dapat menghindarkan campur tangan dari luar. F.J. Omerling, bekas Direktur

Institut Geografi Jakarta, yang mengadakan penelitian di Pulau Timor pada awal tahun lima

puluhan, dengan cermat mencatat sifat orang Rote tersebut (1956 dalam Fox, 1996:5):

Keengganan masyarakat Rote untuk mematuhi perintah-perintah resmi terutama

tampak pada waktu perhitungan pajak tahunan. Banyak orang Rote yang tidak

ditempat, pada musim kemarau, ketika petugas pajak berkeliling untuk

memperkirakan panen agar dapat menentukan pendapatan tahunan dari penduduk.

Di dalam daftar pajak, nama-nama kampung di Rote seringkali diikuti dengan catatan

larilarilarilari. Orang-orang Rote yang dapat ditemui dan kepadanya diajukan pertanyaan-

pertanyaan biasanya dengan cara yang sangat cerdik menyatakan dirinya melarat dan

tak beruang.

21 Perkembangan Civil Society dan Dinamikanya di Rote antara Tahun 1575-2014 dapat dilihat pada bagian Lampiran

dari Paper ini

Page 11: Delha Affairs 1960

11

Bagi orang Rote, bicara adalah suatu daya tarik dalam kehidupan. Dan perdebatan

merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Fokus kebudayaan ini bukan merupakan

suatu hal yang baru terjadi akhir-akhir ini. Dari abad 17 telah tercatat dalam daftar komentar

Belanda, bahwa suka bicara dan suka bertengkar adalah ciri-ciri dari orang Rote, dan bahkan

mengesankan bagi orang yang kebetulan mengunjungi pulau itu (Fox, 1986:27).

Pada tahun 1891, misalnya seorang naturalis Hermanten Kate, dalam perjalanannya ke

pulau-pulau sebelah timur Indonesia, mengadakan kunjungan singkat ke Pulau Rote dan

mengatakan: “Hampir di setiap tempat yang kami kunjungi di Pulau Rote, terjadi

pertengkaran. Orang pribumi, yaitu orang Rote, bicara melantur mengenai soal yang tidak

berarti seperti seorang nenek Belanda tua. Hal itu disebabkan karena sifat orang Rote yang

suka bicara, setiap pertengkaran tentunya memberikan bahan untuk bicara. Kate (1894:221

dalam Fox, 1996:116-117).

Suka bicara dan suka bertengkar ini-lah melahirkan julukan bagi orang Rote, yaitu: Orang

Rote Sama Dengan Ular22. Artinya, jika Anda bertemu orang Rote dan ular, jangan ular yang

dibunuh terlebih dahulu, tetapi bunuh dulu orang Rote, baru kemudian membunuh ular.

kenapa? Ular tidak bisa menjadi orang Rote, tetapi orang Rote bisa menjadi ular!

Delha AffairsDelha AffairsDelha AffairsDelha Affairs 1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan1960: Temuan Lapangan

Sesuai dengan laporan Manek Delha Abner NdoenAbner NdoenAbner NdoenAbner Ndoen dan laporan petugas pajak Z.M. MbolikZ.M. MbolikZ.M. MbolikZ.M. Mbolik23

secara garis besar dapat penulis ringkas ke dalam lima tahapan, yaitu:

- Tahap I: Sebelum perang Dunia ke-II (Tahun 1935) pernah muncul persoalan pajak di

Nusak Delha, masyarakat Nusak Delha hanya mau membayar pajak sebesar Rp2.50. Pada

waktu itu Pemerintah Hindia Belanda menghukum para pemimpinnya sehingga rakyat

Delha mulai membayar pajak secara normal.

- Tahap II: Sesudah kemerdekaan, tahun 1950 persoalan ini muncul kembali dengan aktor

intelektual seorang pensiunan KNIL tahun 1950 atas nama Matheos PetrusMatheos PetrusMatheos PetrusMatheos Petrus24. Ia berhasil

menarik simpati rakyat Delha dengan menyebarkan berita bahwa ia tengah

memperjuangkan pembayaran pajak hanya sejumlah Rp 3.75,- lebih rendah dari yang

ditetapkan oleh Pemerintah Swapraja. Perjuangan ini dilakukan dengan cara mengirim

permohonan kepada Presiden RI Soekarno melalui rekes-nya tahun 1952/1953. Dan

nampaknya upaya untuk menarik simpati masyarakat berhasil karena rakyat sejak tahun

1950 (1949 akhir) sudah tidak mau lagi membayar pajak kepada Pemerintah Indonesia

22 Ular dimaknai sebagai orang yang perilakunya sangat lihai, licik dan pandai berkelit/bersilat lidah. 23 Lih. Naskah Dinas Dewan Pemerintahan Daerah Sementara (DPDS) Swapraja Rote Ndao Tahun 1960 24 Imanuel Ndoen (75 Tahun) menuturkan kepada penulis dalam wawancara tanggal 20 Maret 2008, provokatornya

bernama Matheus FeoMatheus FeoMatheus FeoMatheus Feo, seorang bekas Tentara KNIL dan Anggota PKI di Desa Bo’a. Sementara itu, Naskah Dinas

DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1990 melaporkan nama Matheos PetrusMatheos PetrusMatheos PetrusMatheos Petrus dengan status yang sama pensiunan

Tentara KNIL dan Anggota PKI di Desa Bo’a. Dalam Laporan ini penulis menggunakan nama Matheos Petrus.

Page 12: Delha Affairs 1960

12

(Pemerintah Swapraja Rote Ndao). Aktor lain yang terlibat dalam upaya ini adalah

AfonsusAfonsusAfonsusAfonsus NdoNdoNdoNdokokokoko dan Gabriel BaluGabriel BaluGabriel BaluGabriel Balu.

- Tahap III: Keinginan rakyat Delha untuk membayar pajak hanya sebesar Rp3.75,-

kemudian ditunggangi oleh Pengurus Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di Ba’a (Rote),

sehingga terjadi demontrasi di Ba’a pada tahun 1954, demonstrasi ini terjadi ketika

kunjungan Gubernur Nusa Tenggara, Bapak SariminSariminSariminSarimin ke Ba’a.

- Tahap IV: Karena telah tertunggak hampir 10 Tahun, Pemerintah Swapraja Rote Ndao

kemudian mulai melakukan operasi Pembayaran Pajak pada tanggal 19 sampai 21

Oktober 1959. ternyata Rakyat Delha sebagian besar mulai membayar pajak. Matheos

Petrus kemudian dibawa ke Ba’a untuk diperiksa polisi karena ia mengaku menghasut

orang untuk membayar pajak sebesar Rp. 3.75. Polisi kemudian mulai memanggil para

saksi dalam pemeriksaan Matheos Petrus, namun mereka tidak datang ke kantor Polisi

melainkan ke kantor Jaksa untuk diperiksa di sana. Sesudah itu mereka pulang kembali ke

Delha dan tidak lagi menghadap polisi.

- Tahap V: Karena kehilangan posisi tawar, Matheos Petrus akhirnya berusaha mencari

bantuan pihak ketiga. Ia kemudian berupaya bekerjasama dengan Partai Komunis

Indonesia (PKI), pada sebuah kesempatan ia ”menubruk” masuk kantor Sekretariat PKI di

Ba’a (Sekretarisnya waktu itu adalah J. PutirulanJ. PutirulanJ. PutirulanJ. Putirulan). Sehingga PKI mendapat jalan untuk

membuka cabangnya di Nusak Delha, sebagai tandanya mereka mendirikan papan nama

partai pada tanggal 1 Januari 1960. Pendirian ini juga ditandai dengan pesta yang dihadiri

oleh rakyat Delha. Ternyata bahwa pendirian cabang itu tanpa seijin Pemerintah

Swapraja dan Polisi setempat walaupun pada saat itu ada larangan melakukan aktifitas

partai oleh penguasa perang sementara.

Penagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu PerlawananPenagihan Pajak: Pemicu Perlawanan

Mulai tahun 1949 sampai dengan tahun 1960 sebagian besar wajib pajak di Delha tidak mau

membayar pajak sesuai ketentuan pemerintah25. Dan hanya mau membayar pajak sebesar

Rp3.75 per orang per tahun. Angka ini memang lebih rendah dari pajak resmi yang

ditetapkan oleh pemerintah. Angka Rp3.75 ini merupakan hasil rekayasa oleh Matheos

Petrus berdasarkan suratnya yang disebarluaskan kepada warga yang dibantu oleh Alfonsus

Ndoko26 dan Gabriel Balu.27

25 Hal ini dikarenakan pada waktu dulu ada istilah kamente (tidak boleh membayar upeti). Wawancara dengan

Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 26 Karena perbuatannya ini, Matheos Petrus dan Alfonsus Doko pernah di hukum di Pengadilan Negeri Baa pada

Tahun 1953. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 27 Gabriel Balu berkeinginan menjadi Manek di Nusak Delha. Ia mencari popularitas dengan menyatakan

menyanggupi memperjuangkan pembayaran pajak sebesar Rp3.75 per orang per tahun. Sebagian besar masyarakat

Nusak Delha menyambut keinginannya sekaligus mendukung dirinya menjadi Manek Delha. Gabriel Balu akhirnya

Page 13: Delha Affairs 1960

13

Tidak berakhir di sini, Matheos Petrus muncul kembali di Nusak Delha dengan membawa

semacam surat gugatan (rekes) yang dikirim kepada Presiden Soekarno, intinya agar rakyat

Nusak Delha cukup membayar pajak Rp.3.75 per orang per tahun. Provokasi Matheos Petrus

rupanya berhasil menarik banyak simpati dari masyarakat Nusak Delha, 305 wajib pajak di

Nusak Delha ikut menandatangani surat gugatan dimaksud dan juga menyerahkan uang

Rp.2-Rp.5 kepada Matheos Petrus untuk kepentingan pengiriman surat ke Jakarta.28

Selain itu ada isu yang berkembang bahwa Matheos Petrus juga mengumpulkan dan

menahan kolekte kebaktian jemaat di Delha, sementara Matheos Petrus bukan pelayan resmi

di sana. Ia bahkan juga memutuskan perkara dan menerima uang terang kampong29 padahal

ia bukan seorang hakim. Karena perbuatannya itu banyak rakyat Nusak Delha tidak mau

membayar pajak kepadanya dengan alasan masih menunggu jawaban pasti dari Presiden

Soekarno atas klaim besarnya pajak yang harus dibayar. Keadaan ini sangat menghambat

jalannya roda pemerintahan karena kelancaran keuangan swapraja terganggu.

Pemerintah selalu berusaha menyadarkan rakyat agar mau membayar pajak.30 Pada tanggal

22 Oktober 1959, Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang (Sdr. M.E. NgefakM.E. NgefakM.E. NgefakM.E. Ngefak) dengan

didampingi oleh anggota DPDS Swapraja Rote Ndao memberikan nasehat lisan kepada rakyat

Delha di Rumah Manek Delha agar tetap membayar pajak. Kronologis pertemuan tanggal 22

Oktober 195931 penulis kutip kembali secara ringkas sebagai berikut:

Pada awal inti pembicaraan adalah terganggunya keuangan Swapraja Rote Ndao

karena sebagian besar rakyat Delha tidak mau membayar pajak. Kemudian pertemuan

dilanjutkan dengan Tanya Jawab. Lalu muncul Matheos Petrus, pensiunan KNIL yang

berdiam di Teteana dan berbicara sebagai berikut:

Saya Matheos Petrus menerangkan bahwa pemerintah mengatakan saya

pengacau/penghasut sehingga orang-orang Delha tidak mampu membayar pajak.

Tetapi sebenarnya orang-orang Delha sebanyak 305 orang datang untuk meminta saya

menjadi pemimpin mereka untuk membuat surat keberatan kepada Presiden RI

Soekarno. Saya mengaku bahwa saya telah membuat surat itu kepada Presiden RI

minta suapaya besar pajak setahun hanya Rp.3.75 (tiga 75/100 rupiah) untuk seorang

wajib pajak setahun. Tetapi hingga kini belum ada balasan kabar apa-apa dari

Presiden, olehnya semua ini hanya bayar pajak sebesar Rp.3.75, lebih tidak.

Lalu Sdr. M.E. Ngefak (utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang Wilayah Rote/Sabu

di Baa) menjelaskan lagi kepada hadirin bahwa pemerintah tidak mengatakan bahwa

dijatuhi hukuman di pengadilan negeri di Baa pada Tahun 1955 dan kemudian di buang ke Penjara Nusakembangan,

Cilacap-Jawa Tengah. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 28 Ternyata uang ini digunakan untuk kepentingan pribadi Matheos Petrus. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75

Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 29 Pernikahan yang dilakukan karena calon istri telah hamil sebelum menikah secara resmi. 30 Sesuai dengan relas Pengamat Pajak Tingkat I Rote/Sabu L. Salow pada tanggal 16 Desember 1957, relas anggota

DPDS Swarapaja Rote Ndao W.St. Mbate Mooy pada tanggal 18 Desember 1957. 31 Sesuai dengan relas Pengamat Pajak Tingkat I Rote/Sabu L. Salow pada tanggal 16 Desember 1957, relas anggota

DPDS Swarapaja Rote Ndao W.St. Mbate Mooy pada tanggal 18 Desember 1957.

Page 14: Delha Affairs 1960

14

oknum Matheos Petrus-lah yang menjadi pengacau di sini. Tetapi Pemerintah

mengatakan bahwa ada beberapa orang yang sementara dalam penyeldidikan dan

tidak menyebutkan orangnya. Tetapi karena Saudara Matheos Petrus menyebutkan

bahwa dialah pemimpin 305 wajib pajak Nusak Delha yang onar membayar pajak

selama ini, maka pekerjaan Pemerintah untuk mencari pengacau itu menjadi lebih

ringan.

Dalam laporan perjalanan dinas anggota DPDS Swapraja Rote Ndao W.St. Mbate MooyW.St. Mbate MooyW.St. Mbate MooyW.St. Mbate Mooy

dengan Surat Perintah Jalan Nomor 85/1957 tanggal 10 Desember 1957 sampai dengan 16

Desember 1957 pada intinya menyatakan bahwa Manek Oenale dan juru tulisnya Petrus GiriPetrus GiriPetrus GiriPetrus Giri

bersekongkol untuk menyembunyikan sesuatu, kemungkinan mereka berusaha menghindari

dari kunjungan tersebut untuk memperbaiki keuangan Nusak Delha yang kacau balau.

Penghadangan dan Pertempuran: Rakyat Versus Penghadangan dan Pertempuran: Rakyat Versus Penghadangan dan Pertempuran: Rakyat Versus Penghadangan dan Pertempuran: Rakyat Versus (Alat) (Alat) (Alat) (Alat) NegaraNegaraNegaraNegara

Pada tanggal 25 Januari 1960, Manek Delha bersurat kepada utusan Kepala Daerah Tingkat II

Kupang M.E. Ngefak di Baa untuk menangani tindakan PKI di Nusak Delha. Rupanya

Matheos Petrus berupaya meminta bantuan pada PKI untuk memuluskan perjuangannya

mempengaruhi masyarakat Desa Bo’a. Pada tanggal 1 Januari 1960, PKI resmi memasang

papan nama partainya di Desa Nemberala32 berkat bantuan Matheos Petrus yang juga saat itu

resmi menjadi anggota PKI.

Pada tanggal 4 Mei 1960 Kepala Daerah Tingkat II Kupang W.C. OematanW.C. OematanW.C. OematanW.C. Oematan dan Komandan

Sektor CCCC.... OverateOverateOverateOverate juga memberi nasehat kepada rakyat Delha (pada waktu itu hadir sekitar

200 orang, nasehat-nasehat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Delha oleh anggota DPDS

Swapraja Rote Ndao, W.St. Mbate Mooy). Nasehat ini dilakukan di rumah Manek Delha di

Desa Nemberala. Pada tanggal 6 Mei 1960, Kepala Pemerintahan Setempat Rote/Sabu N.G. N.G. N.G. N.G.

nDoennDoennDoennDoen melalui suratnya dengan nomor: 6/5/58/Rhsts meminta bantuan kepada Komandan

Vak. I, Kapten KanaKapten KanaKapten KanaKapten Kana untuk menangani masalah Delha. Kemudian disusul lagi dengan Surat

DPDS Swapraja Rote Ndao nomor: 107/Rhs/1958 yang ditandatangani oleh Kepala DPDS

Swapraja Rote Ndao Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu.Ch.P. Manubulu.

Untuk memulihkan keuangan swapraja Rote Ndao, maka Kepala Daerah Tingkat II Kupang

W.C. Oematan memerintahkan Kepala DPDS Swapraja Rote Ndao Ch.P. Manubulu untuk

segera membentuk tim penagih pajak yang terdiri dari unsur Nusak Delha, unsur DPDS

Swapraja Rote Ndao dan unsur Polisi Negara. Tim ini terdiri dari 13 orang yang bertugas

menagih pajak sejak Tahun 1949-1959 kepada 305 wajib pajak yang berdiam di Desa Bo’a

Nusak Delha. Tim ini mulai tertugas pada tanggal 10 Mei 1960 jam 14.00 Wita mereka

32 Pendirian ini juga ditandai dengan pesta yang dihadiri oleh sebagian rakyat Nusak Delha. Ternyata bahwa

pendirian cabang itu PKI tanpa seijin Pemerintah Swapraja dan Polisi setempat walaupun pada saat itu ada larangan

melakukan aktifitas partai oleh penguasa perang sementara.

Page 15: Delha Affairs 1960

15

berotlak menuju Nusak Delha dari Baa menggunakan kuda. Ke-13 anggota tim penagih pajak

yang dibentuk dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Anggota Tim Penagih Pajak

NoNoNoNo Nama Anggota TimNama Anggota TimNama Anggota TimNama Anggota Tim UnsurUnsurUnsurUnsur

1 Abner Ndoen Manek Delha

2 Obed Kili Temukung Sedeoeo

3 Thoma Fua Temukung Mbui

4 Diogomis Loa Temukung Ombak

5 Agus Mengge Temukung Teai

6 Hanok Balu Temukung Leoanak

7 D. Ndoen Juru Tulis Pajak Nusak Delha

8 B.M. Bailaen Juru Tulis Swapraja Rote

9 J. Bessie Pesuruh Swapraja Rote

10 J. Foeh Pegawai Pajak Swapraja Rote

11 H. Bessie Anggota Polisi Negara/Komandan Patroli

12 I Made Kukuh Anggota Polisi Negara

13 Petrus Ngongobili Anggota Polisi Negara Sumber: Laporan Tertulis Manek Delha Abner Ndoen dan Laporan Tertulis Petugas Pajak Z.M. Mbolik Tahun

1960 dalam Naskah Dinas DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1960.

Pada tanggal 12 Mei 1960, tim melakukan penagihan di kampung LoEdi, SedeoEn, Hehenat,

dan OefoE/LenaoEn. Tanggal 13 Mei 1960 tim melakukan penagihan di kampung BonioEn,

Tuaneo dan Mbore. Semuanya aktifitas penagihan selama 2 hari berturut-turut berjalan

dengan baik.

Pada tanggal 14 Mei 1960 jam 07.30 Tim penagih pajak berangkat dari Desa Nemberala

menuju kampung TunggaoEn dengan jarak tempuh + 3 Km2 menggunakan kuda untuk

menagih pajak di TunggaoEn. Pada pukul 08.30 tim tiba di TunggaoEn dan rumah pertama

yang mereka tagih kebetulan hanya ada seorang perempuan di dalam rumah yang bernama

SuSuSuSui Sueki Sueki Sueki Suek. Sui Suek tidak mau membayar pajak dengan alasan pajak sebesar Rp.3.75 per orang

per tahun sudah dibayarkan33 dan karena itu kami tidak mau membayar lagi. Salah seorang

anggota tim penagih pajak Petrus NgongobiliPetrus NgongobiliPetrus NgongobiliPetrus Ngongobili yang juga anggota polisi negara berusaha

menjelaskan dan meminta Sui Suek segera mengambil uang dan membayar pajak sesuai

jumlah tagihan. Tetapi sebaliknya, Sui Suek malah berusaha merampas pistol yang ada di

pinggang Petrus Ngongobili namun upayanya gagal. Hanya tali senjata yang bisa diraih oleh

Sui Suek. Sui Suek akhirnya berteriak minta tolong, beberapa pemuda TunggaoEN yang

berbadan kekar keluar dan menbantu Sui Suek. Melihat kondisi yang semakin tidak

terkendali, Petrus Ngongobili mengeluarkan tembakan peringatan ke udara sambil berteriak

“sabar saudara-saudara” karena ketakutan akhirnya mereka lari tunggang langgang.

33 Dibayarkan pada Matheos Petrus.

Page 16: Delha Affairs 1960

Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi

hingga hidungnya berdarah.

Informasi lisan lainnya dikemukakan oleh

peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa

Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat

Negara) saat bertemu di jalan. Mendengar, bahwa ada wanita dari B

Negara, maka masyarakat Bo’a, tanpa

tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa.

Entah kejadian itu dipicu oleh suatu “kebohongan” ata

persoalan politik/ideologi.

Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan

sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di

rumah D. NdoenD. NdoenD. NdoenD. Ndoen, juru tulis pajak

perjalanan ke Desa Bo’a

Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi

tim penagih pajak adalah rumah milik wajib pajak

tidak ada di rumah, hanya istrinya

suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang,

akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang

kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil

suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “

“Kilat Sambar”. Namun makian ini tidak dipedulikan oleh tim.

34 Wawancara tanggal 24 Juli 2008

Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi

Informasi lisan lainnya dikemukakan oleh Arnolus Bernaduz Arnolus Bernaduz Arnolus Bernaduz Arnolus Bernaduz NdoenNdoenNdoenNdoen (38 Tahun)

peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa

Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat

Negara) saat bertemu di jalan. Mendengar, bahwa ada wanita dari Bo’a “dipukul” oleh Aparat

Negara, maka masyarakat Bo’a, tanpa cross check lebih jauh tentang peristiwa “pemukulan”

tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa.

Entah kejadian itu dipicu oleh suatu “kebohongan” atau tidak tersebut lalu bergeser ke

Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan

sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di

, juru tulis pajak Nusak Delha. Setelah makan siang, tim melanjutkan

Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi

tim penagih pajak adalah rumah milik wajib pajak Matheos RassiMatheos RassiMatheos RassiMatheos Rassi, namun yang

tidak ada di rumah, hanya istrinya Asnat NggadasAsnat NggadasAsnat NggadasAsnat Nggadas. Sehingga ia diminta untuk memanggil

suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang,

akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang

kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil

suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “

“Kilat Sambar”. Namun makian ini tidak dipedulikan oleh tim.

Keterangan Foto:

Rumah Pertama di Bo’a

milik Asnat Nggadas

yang dibakar oleh Polisi

pada tanggal 16 Mei

1960 di Desa Bo’a. Puing

rumah ini adalah “tanda

peringatan” akan

peristiwa kelam yang

dikenal dengan

Affairs.

Foto: Wilson Therik, 2007

16

Sementara itu Sui Suek tidak mampu berbuat banyak karena wajahnya ditampar oleh polisi

(38 Tahun)34, bahwa

peristiwa tersebut dipicu oleh “KEBOHONGAN” yang koarkan oleh seorang Ibu dari Desa

Bo’a. Si Ibu mengatakan, bahwa Dia di “PUKUL” oleh beberapa Penagih Pajak (Aparat

o’a “dipukul” oleh Aparat

lebih jauh tentang peristiwa “pemukulan”

tersebut, langsung melakukan penghadangan dan penganiayaan, hingga terjadi korban jiwa.

u tidak tersebut lalu bergeser ke

Karena sudah tidak ada lagi perlawanan, maka penagihan di kampung TunggaoEn dilakukan

sampai selesai. Kemudian tim memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang bersama di

Delha. Setelah makan siang, tim melanjutkan

Tim penagih pajak tiba di Desa Bo’a pada pukul 15.00 Wita, rumah pertama yang didatangi

, namun yang bersangkutan

. Sehingga ia diminta untuk memanggil

suaminya, tim menunggu hingga lebih dari 5 menit, Matheos Rassi juga belum datang,

akhirnya tim memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah wajib pajak yang lain di

kampung Bo’a sambil memberikan tambahan waktu bagi Asnat Nggadas untuk memanggil

suaminya. Asnat Nggadas malah mengeluarkan sungutan/makian berbunyi “Ndera Tek” atau

Keterangan Foto:

Pertama di Bo’a

Asnat Nggadas

yang dibakar oleh Polisi

pada tanggal 16 Mei

1960 di Desa Bo’a. Puing

rumah ini adalah “tanda

peringatan” akan

peristiwa kelam yang

dikenal dengan Delha

Foto: Wilson Therik,

Page 17: Delha Affairs 1960

17

Rupanya warga Desa Bo’a sudah mengetahui akan kedatangan “tamu tak diundang”. Saat tiba

di sebuah tanah lapang di pinggir pantai, tim dikejutkan oleh serangan warga Desa Bo’a yang

menggunakan senjata kayu pemukul. Melihat kondisi ini, H. BessieH. BessieH. BessieH. Bessie, anggota polisi negara

yang juga komandan patroli meminta warga agar menyimpang kayu pemukul mereka tetapi

himbauan ini tidak dihiraukan hingga H. Bessie dan 2 anggota polisi lainnya I Made KukuhMade KukuhMade KukuhMade Kukuh

dan Petrus Ngongobili mengeluarkan tembakan peringatan ke udara hingga 4 kali. Warga

yang berjumlah + 100 orang malah semakin beringas dan tidak takut lagi dengan tembakan

polisi, perkelahian polisi dan warga tak dapat dihindari, 2 orang polisi yakni H. Bessie dan I

Made Kukuh jatuh ke tanah dan tidak bergerak lagi, mereka tewas di tempat. Dari warga

sipil, ada 2 orang yang juga tewas di tempat, mereka tewas terkena tembakan polisi, yakni

Benyamin NggadasBenyamin NggadasBenyamin NggadasBenyamin Nggadas dan Lukas BoroLukas BoroLukas BoroLukas Boro, beberapa warga lainnya juga terkena luka tembak tetapi

tidak sampai meninggal.

Melihat 2 temannya sudah terkapar dan tidak bergerak lagi, Petrus Ngongobili lalu melarikan

diri ke hutan dengan hanya menggunakan “kelewang” Rote untuk menjaga diri, senjata milik

Petrus Ngongobili sudah dirampas warga dan kepalanya dalam keadaan luka serta

mengeluarkan banyak darah akibat hantaman kayu pemukul. Petrus Ngongobili dikejar oleh

3 orang warga namun rupanya mereka gagal, Petrus Ngongobili berhasil menyelamatkan diri

dengan cara pura-pura mati. Sementara tim penagih pajak yang lain melarikan diri dengan

kuda ke Desa Nemberala, saat itu mereka sempat mengenali Linus AduLinus AduLinus AduLinus Adu35353535 dan NgeniNgeniNgeniNgeni

sementara mengejar mereka dari belakang, tetapi Linus dan Ngeni tak mampu melawan

tenaga kuda.

Tim penagih pajak yang melarikan diri tiba di Desa Nemberala keesokan harinya (tanggal 15

Mei 1960) pada jam 16.00 Wita. 1 jam kemudian tiba-tiba muncul Petrus Ngongobili dalam

keadaan luka parah di kepala. Ia membawa berita bahwa 2 temannya telah meninggal dunia.

Kondisi Petrus Ngongobili36 sangat lemah karena dikejar oleh kira-kira 10 orang warga Desa

Bo’a ditambah lagi harus berlari sejuah + 10 Km2 (jarak Desa Bo’a dan Desa Nemberala).

Pada tanggal 16 Mei 1960 Manek Delha Abner Ndoen mengirim laporan tertulis yang

ditujukan kepada Kepala DPDS Swapraja Rote Ndao, Kepala Polisi Negara Wilayah Rote

Ndao, Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang di Baa dengan tembusan kepada Kepala

Daerah Tingkat II Kupang di Kupang tentang kronologis peristiwa Bo’a tanggal 14 Mei 1960.

sementara itu di Desa Bo’a seluruh warga mulai mengungsi ke desa tetangga dan praktis tidak

ada satu orang pun yang mendiam Desa Bo’a, mereka sangat ketakutan jika ada serangan

balasan yang dilakukan oleh Polisi, karena mereka telah mengetahui bahwa 2 orang anggota

polisi tewas di tempat dan mayatnya masih berada di anah lapang di pinggir pantai.

Ketakutan ini tidak hanya dialami oleh warga Desa Bo’a tetapi juga oleh warga desa tetangga

35 Linus Adu adalah warga sipil yang menyerang anggota polisi I Made Kukuh hingga tewas. Wawancara dengan

Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008. 36 Petrus Ngongobilli dikabarkan masih hidup dan kini menetap dikampung halamannya di Pulau Sumba dengan

keadaan sakit jiwa (tidak waras) mungkin karena pengaruh hantaman kayu pemukul di bagian kepala saat peristwa

Bo’a Mei 1960. Wawancara dengan Imanuel Ndoen (75 Tahun) tanggal 20 Maret 2008.

Page 18: Delha Affairs 1960

18

lainnya (termasuk di Desa Nemberala), mereka melakukan patroli siang dan malam tanpa

henti sampai menunggu bantuan tentara dan polisi tiba di tempat mereka.

Tanggal 17 Mei 1960, seluruh rumah warga di Desa Bo’a telah terbakar, hanya tersisa 19

rumah, 59 rumah lainnya rata dengan tanah, pada tanggal 18 Mei 1960 disusul lagi 3 rumah

yang dibakar, total rumah yang terbakar sebanyak 62 rumah. Tidak diketahui dengan pasti

siapa pelaku pembakaran rumah warga di Desa Bo’a28. Sementara itu pada tanggal 17 Mei

1960 bantuan tentara (TNIAD) dan Polisi (Birgade Mobil) tiba di Baa dari Kupang. Pasukan

TNI-AD dipimpin oleh Kapten El TariEl TariEl TariEl Tari37373737, sementara pasukan Brimob dipimpin oleh Kapten

GasperzGasperzGasperzGasperz38, rombongan ini membawa bantuan sosial berupa bahan makanan, pakaian, obat-

obatan untuk warga Desa Bo’a yang mengungsi. Pada tanggal 18 Mei 1960, dibawah

pimpinan Lts. J. FanggidaeJ. FanggidaeJ. FanggidaeJ. Fanggidae, pasukan TNI-AD dan Brimob berangkat menuju Nusak Delha

untuk melakukan pengamanan di Nusak Delha serta memberikan bantuan sosial kepada

warga Desa Bo’a yang mengungsi di desa-desa tetangga di Nusak Oenale, Nusak Thie dan

Nusak Dengka.

Pada tanggal 19 Mei 1960, dilakukan langkah-langkah penanganan lanjutan secara objektif,

diantaranya segala tindakan pidana diserahkan kepada polisi, jaksa dan hakim; distribusi

makanan, pakaian dan obat-obatan dibawah pengawasan Jawatan Sosial; membangun rumah

penampungan sementara bagi warga Desa Bo’a yang tidak memiliki rumah karena di bakar

dan membentuk Panitia Khusus untuk menilai kerugian rumah-rumah yang terbakar di Desa

Bo’a. Total nilai kerugian rumah yang terbakar mencapai Rp64.500 sebagaimana tertulis

dalam Berita Acara Panitia Khusus tanggal 10 Juni 1960. Panitia Khusus dimaksud dapat

dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Panitia Khusus Perkiraan Kerugian Rumah Warga Desa Bo’a

NONONONO NAMANAMANAMANAMA UNSURUNSURUNSURUNSUR JABATANJABATANJABATANJABATAN

1 Abner Ndoen Manek Delha Ketua

2 Z.M. Mbolik Swaparaja Rote Ndao Anggota

3 H. Doko Kejaksaan Pengadilan Negeri Anggota

4 M.D. Pany Utusan Kepala Daerah Tingkat II Kupang Anggota

5 A.J. Toelle Jawatan Sosial Anggota

6 J.K. Serang Kepolisian Anggota

7 J. Foeh Instansi Pajak Anggota

Sumber: Berita Acara Panitia Khusus tanggal 10 Juni 1960

Hasil kerja Panitia Khusus dibangun berdasarkan asumsi rumah besar berharga @Rp.1500,-

rumah sedang berharga @Rp.750,- dan rumah kecil berharga @Rp500,- Karena rumah besar

37 Kapten El Tari dalam kariernya terakhir menjabat sebagai Gubernur NTT yang kedua dengan pangkat Brigadir

Jenderal.TNI menggantikan Gubernur NTT yang pertama W.J. Lalamentik. 38 Kapten Gasperz adalah Komandan Brimob Daerah NTT yang pertama dan salah satu pendiri Markas Brimob Daerah

NTT.

Page 19: Delha Affairs 1960

19

yang terbakar berjumlah 28 buah, rumah sedang 22 buah dan rumah kecil 12 buah, maka

jumlah kerugian mencapai Rp64.500,- Ukuran yang digunakan dalam mengklasifikasi besar

kecilnya harga sebuah rumah adalah: 1) rumah-rumah tersebut dibuat pada waktu bahan-

bahan bangunan masih dalam keadaan murah; 2) rumah-rumah ini didirikan secara gotong

royong sehingga tidak berbiaya besar; 3) bahan-bahan bangunan yang digunakan berkualitas

rendah; dan 4) rumah-rumah tersebut hanya sebagian kecil yang memenuhi syarat sebagai

rumah layak huni, bahkan bisa dikatakan hanya sekedar untuk menaungi penghuni.39

Dalam relas pegawai DPDS Swapraja Rote Ndao M.M. NdoenM.M. NdoenM.M. NdoenM.M. Ndoen tertanggal 12 Juli 1960 tertulis

bahwa bantuyan sukarela dari Nusak-Nusak di Pulau Rote terkumpul sebanyak 31 karung

beras atau 1.111 Kg beras. Bantuan ini dikumpulkan di Baa, kemudian diangkut ke Delha

dengan menggunakan kapal motor Sukaria dengan juragan bernama La TjinaLa TjinaLa TjinaLa Tjina.

Penanganan lain yang dilakukan diantaranya adalah: memberikan penerangan umum berupa

pemutaran film kepada masyarakat Desa Bo’a yang mengungsi dan masyarakat di Nusak

Delha pada umumnya; diupayakan pembukaan kebun kolektif atas dasar gotong-royong

untuk masing-masing laki- laki kuat seluas 5 are, sebagai upaya cadangan pangan dengan

penanaman ubi kayu dan lain-lain; diusahakan diadakan pekabaran injil untuk memperbaiki

rohani penduduk; diupayakan pembukaan Sekolah Rakyat di Nemberala untuk mendidik

anak-anak yang butah huruf serta diupayakan perkungjungan kaum wanita (wanita masehi/

bhayangkara/dorkas) ke Nusak Delha untuk membantu kaum perempuan dan anak-anak.40

Isu Partai Komunis Isu Partai Komunis Isu Partai Komunis Isu Partai Komunis IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia

Setelah peristiwa Bo’a 1960 berlalu, banyak orang beranggapan bahwa peristiwa tersebut

didalangi oleh PKI. PKI dituduh mepengaruhi warga agar tidak membayar pajak pada

pemerintah. Dari berbagai hasil wawancara dan penelusuran literatur sebagaimana yang

telah penulis kemukakan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sementara (hipotesis) bahwa

peristiwa di Desa Bo’a pada bulan Mei 1960 tidak ada kaitannya sama sekali dengan aktifitas

PKI di Pulau Rote khususnya di Nusak Delha.

Menurut penuturan Bernadus Ndoen41, peristiwa di Desa Bo’a tidak ada kaitannya dengan

PKI, buktinya adalah almarhum ayah saya, beliau bersama 12 orang temannya terpaksa

mengaku sebagai anggota PKI supaya rakyat di Nusak Delha bebas dari tuduhan sebagai

anggota PKI. Almarhum ayah saya Hanok NdoenHanok NdoenHanok NdoenHanok Ndoen bersama 12 orang temannya sempat

ditahan di dalam penjara di Kupang tanpa suatu proses pengadilan, begitu pula mereka

dibebaskan begitu saja tanpa suatu proses pengadilan. Akhirnya almarhum ayah saya dan

teman-temannya memilih menetap di Kupang hingga akhir hayatnya.

39 Lih. Berita Acara Panitia Khusus Perkiraan Rumah tanggal 10 Juni 1960. 40 Lih. Naskah Dinas DPDS Swapraja Rote Ndao Tahun 1960 41 Wawancara tanggal 19 Juli 2008

Page 20: Delha Affairs 1960

20

Informasi lisan lainnya yang dituturkan oleh Manek Ndoen42 (putera kandung dari Manek

Delha, Abner Ndoen) bahwa:

Matheos Petrus bersama + 100 orang warga Nusak Delha telah ditahan di Markas

Komando Rayon Militer (Koramil) di Baa dengan tuduhan terlibat dalam organisasi

PKI. Abner Ndoen kemudian ke Baa dan bertemu dengan Komandan Koramil saai itu,

kalau tidak salah namanya Mayor KaryonoKaryonoKaryonoKaryono43434343. Sebelum bertemu, Abner Ndoen telah

diingatkan oleh Hakim Joos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.HJoos J.J. Ngefak, S.H dan Jaksa Lalamentik agar berhati-hati

jika berada di dalam area militer. Hakim dan Jaksa tidak memiliki kekuasaan lagi

kalau militer sudah berbicara, kalau mereka tembak mati yah langsung tembak saja.

Abner Ndoen tidak gentar dan langsung menemui Danramil, saat itu Danramil

didampingi oleh Sersan KurbiKurbiKurbiKurbi44444444. Hasilnya adalah Danramil mengijinkan membawa

pulang warga Nusak Delha yang ditahan dengan catatan hanya yang diketahui telibat

sebagai anggota PKI saja yang tetap ditahan. Ada sekitar 12 orang warga Nusak Delha

yang ditahan karena mereka merupakan anggota PKI, salah satu diantaranya adalah

Matheos Petrus.

Keesokan harinya, ke-12 orang warga Nusak Delha yang ditahan termasuk Matheos

Petrus, di tembak mati di depan markas Koramil di Baa. Penembakan mati anggota

PKI ini membuat warga Nusak Delha sangat berhati-hati memilih partai politik.

Peristiwa perlawanan masyarakat Desa Bo’a Nusak Delha di Rote adalah suatu gerakan

perlawanan rakyat terhadap kebijakan/kekuasaan negara. Berbeda dengan gerakan sosial

yang terjadi di Pulau Jawa yang lebih banyak dilakukan terhadap pemerintahan Hindia

Belanda. Misalnya, gerakan petani melawan pemerasan di Jawa, gerakan ratu adil, gerakan

samin dan gerakan sekte keagamaan di Jawa maupun di tanah Batak.

Communal Property Communal Property Communal Property Communal Property kekekeke Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960Private Property: Delha Affairs 1932 dan 1960

Pertanyaan selanjutnya yang penting untuk dijawab adalah mengapa Delha Affairs pada

Tahun 1932 terulang kembali di Tahun 1960 dengan motif yang sama yakni menolak

membayar pajak? Jawabannya adalah beralihnya communal property (kepemilikan bersama)

menjadi private property (hak milik pribadi)45 memberi ruang yang cukup luas kepada negara

dalam mengambil peran dalam menentukan hak milik atas lahan yang tidak dikelola/tidak

ditempati oleh masyarakat dengan sendirinya menjadi hak milik negara. Sementara lahan

yang ditempati/dikelola oleh masyarakat dikenakan pajak, hal ini memicu terjadinya

42 Wawancara tanggal 19 Maret 2008 (saat peristiwa Bo’a, Manek Ndoen berada di Kupang, uraian ini menurut

penuturan Ayahnya ketika masih hidup). Sayangnya, Manek Ndoen tidak ingat lagi kapan kejadian ini berlangsung. 43 Manek Ndoen juga menyebutkan nama lain yang mirip antara Kurdiono, Kardiono atau Kartono. 44 Sersa Kurbi, terkenal di Pulau Rote sebagai anggota tentara yang paling jahat. 45 Pada jaman pemerintahan Nusak semua padang pengembalaan untuk hewan dan mata air di Rote adalah

Hak/Kepemilikan Bersama (Communal Property) dan tidak diberlakukan pajak/retribusi. Communal Property ini lah

yang kemudian beralih (dialihkan oleh Negara) menjadi Private Property (Hak Milik Negara, Hak Milik Individu,

Hak Milik Keluarga, Ada Pajak dan Retribusi)

Page 21: Delha Affairs 1960

21

perlawanan masyarakat di Desa Bo'a Nusak Delha pada Tahun 1960 dan sebelumnya pada

masa negara kolonial di Tahun 1932.

Catatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode PenelitianCatatan Penutup: Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan oral history method (metode sejarah lisan)46.

Pendekatan ini menjadi penting dalam penelitian ini, karena bertujuan untuk: 1)

Menyelamatkan sumber sejarah dikarenakan terbatasnya sumber lisan yang masih hidup; 2)

Mengungkap berbagai masalah kesejarahan yang belum terungkap melalui sumber tertulis;

dan 3) Mengungkapkan berbagai peristiwa mengenai kehidupan masyarakat Nusak Delha

saat peristiwa perlawanan Tahun 1960.

Untuk mengakses data yang valid (sahih) dan reliable (andal), maka penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Makna pendekatan kualitatif di sini terkait dengan

teknik dan instrumen pengumpulan data, serta teknik analisis dan interpretasi data yang

tidak menggunakan statistik (Strauss dan Corbin, 2003). Dalam kaitan ini, terdapat sejumlah

alasan yang sahih untuk melakukan penelitian kualitatif; salah satu diantaranya adalah sifat

dari masalah yang diteliti

Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah camera digital untuk merekam

gambar, tape recorder untuk merekam suara informan kunci pada saat wawancara dilakukan

dan log book berfungsi sebagai buku catatan harian peneliti berdasarkan observasi selama

penelitian di lapangan berlangsung.

Hal lain yang perlu dikemukakan adalah Sopi47 sebagai pendekatan budaya terutama untuk

keperluan wawancara mendalam. Bagi orang Rote, Sopi adalah “air kata-kata”, tanpa Sopi

maka tidak akan ada data! Sopi menjadi pengantar sebelum wawancara mendalam dimulai,

bahkan penulis tidak perlu repot menyusun pertanyaan, para informan kunci dengan

sendirinya akan “berkisah”.

Selain oral history method sebagai metode utama, metode pengumpulan data lainnya yang

juga digunakan dalam penelitian ini adalah metode in-depth interview (wawancara

mendalam)48, metode studi kepustakaan, studi dokumentasi dan studi kearsipan49, surfing di

46 Konning, Juliette. 2007. Qualitative Research Methodology. VU University Amsterdam. (Bahan Presentasi Kuliah

Umum Metodologi Penelitian di Program Pascasarjana UKSW Salatiga, 22 Juni 2007). 47 Minuman beralkohol yang disarikan dari Pohon Lontar (Palm) di Rote. 48 Wawancara mendalam dengan para Informan Kunci yakni Imanuel Ndoen, Manek Ndoen, Benyamin Kai, Sadrak

Feoh, J. Soleman Hangge, Benyamin Messakh, B.A., dan Filiphus Tasi. Penentuan informan kunci menggunakan

metode efek bola salju (snawball) sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2010). 49 Studi kepustakaan, dokumentasi dan kearsipan dilakukan pada sejumlah Perpustakaan dan Lembaga Pemerintah

dalam ruang dan waktu yang berbeda pada era (2007-2014), yakni: Di Salatiga: Perpustakaan UKSW, Perpustakaan

Yayasan Percik, Perpustakaan Yayasan Bina Darma. Di Yogyakarta: Perpustakaan UGM, Perpustakaan St. Ignasius. Di

Jakarta: Perpustakaan LIPI, Perpustakaan Nasional RI, Badan Arsip Nasional RI. Di Makassar: Perpustakaan Yayasan

BaKTI, Di Kupang: Perpustakaan Daerah NTT, Perpustakaan Resource Center-Bappeda NTT, Kantor Badan Arsip

Page 22: Delha Affairs 1960

22

internet dan observasi50 di Rote. Untuk analisis data digunakan metode analisis induktif dan

triangulasi data.51

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Ardhana, I Ketut

2005 Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915Penataan Nusa Tenggara Pasa Masa Kolonial 1915----1950195019501950. Jakarta: RajaGradindo Persada.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao

2013 Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013Statistik Pendidikan Rote Ndao 2013. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote Ndao

2014 Penduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil RegistrasiPenduduk Kabupaten Rote Ndao 2013 Hasil Registrasi. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote

Ndao

2014 Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014Rote Ndao Dalam Angka 2014. Rote Ndao: BPS Kabupaten Rote Ndao

Doko, I.H.

1974 Nusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaNusa Tenggara Timur Dalam Kancah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Bandung:

Masa Baru

FanggidaE, Heinrich Ridwan

2002 Oemau Leo Lilo. Tesis M.SiTesis M.SiTesis M.SiTesis M.Si. Salatiga: Program Studi Magister Sosiologi Agama-Program

Pascasarjana UKSW (tidak dipublikasikan)

Fox, James J.

1986 Bahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau RotiBahasa, Sastra dan Sejarah. Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau Roti....

Jakarta: Djambatan.

1996 Panen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan SawuPanen Lontar. Perubahan Ekologi Dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan Sawu....

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

1997 The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place.The Poetic Power of Place. Comparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of LocalityComparative Perspectives on Austronesian Ideas of Locality.

Canberra: Department of Anthropolgy, Research School of Pacific Studies, The

Australian National University. http://press.anu.edu.au/titles/comparative-austronesian-

series/the-poetic-power-of-place/

Geertz, Clifford

1969 Agricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in IndonesiaAgricultural Involution: The Processes of Ecological Change in Indonesia. California:

University of California Press

Kartodirdjo, Sartono

Daerah NTT, Museum Daerah NTT. Selain pada Perpustakaan Pribadi milik Marthen L. Ndoen, S.E.,M.A.,Ph.D di

Salatiga; dan Perpustakaan Pribadi milik Alm.Pdt. G. Tom Therik, M.Th.,Ph.D di Kupang. 50 Pengamatan lapangan yang dilakukan oleh penulis dapat digolongkan sebagai pengamatan/ observasi tertutup atau

observasi tidak langsung (Moleong, 2010) di mana keberadaan penulis tidak diketahui oleh subjek/informan kecuali

untuk kepentingan wawancara mendalam.. 51 Lihat: Strauss dan Corbin, 2003; Aditrjondro, 2006; Taylor dan Bogdan, 2004; Moleong, 2010.

Page 23: Delha Affairs 1960

23

1982 PemberontakanPemberontakanPemberontakanPemberontakan Petani Banten 1888Petani Banten 1888Petani Banten 1888Petani Banten 1888. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Moleong, Lexy J.

2010 Metodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian KualitatifMetodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Netti, A.G.H & Hans Itta

1997 Kupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke MasaKupang Dari Masa Ke Masa. Kupang: Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang

Scott, James C.

2000 Senjata OrangSenjata OrangSenjata OrangSenjata Orang----orang Yang Kalahorang Yang Kalahorang Yang Kalahorang Yang Kalah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Soh, Andre Z & Maria N.D.K. Indrayana

2008 Rote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote Tentang Rote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote Tentang Rote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote Tentang Rote Ndao Mutiara Dari Selatan. Falsafah dan Pandangan Hidup Suku Rote Tentang

LLLLontarontarontarontar. Jakarta: Yayasan Kelopak

Strauss, A & Juliet Corbin

2003 DasarDasarDasarDasar----dasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatifdasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Therik, Wilson M.A

2007 Orang Laut di Tanjung Pasir Minum Madu Bercampur Racun. Tesis M.SiTesis M.SiTesis M.SiTesis M.Si.... Salatiga:

Program Studi Magister Studi Pembangunan-Program Pascasarjana UKSW (Tidak

Dipublikasikan)

2014 Relasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di RoteRelasi Negara dan Masyarakat di Rote. Salatiga: Satya Wacana University Press

World Vision International dan PSKTI UKSW

2008 Pemenuhan Gizi di Rote Ndao: Antara Harapan dan Kenyataan. LLLLaaaappppoooorrrraaaannnn PPPPeeeennnneeeelllliiiittttiiiiaaaannnn.

Rote Ndao: Kerjasama antara World Vision International (WVI) Indonesia dengan

Pusat Studi Kawasan Timur Indonesia (PSKTI) UKSW Salatiga. (Tidak Dipublikasikan).

Laporan Resmi PemerintahLaporan Resmi PemerintahLaporan Resmi PemerintahLaporan Resmi Pemerintah

1960 Naskah Dinas Dewan Pemerintah Daerah Sementara (DPDS) Swapraja Rote Ndao.

1960 Laporan Tertulis Raja Delha, Abner Ndoen

1960 Laporan Tertulis Petugas Pajak DPDS Swapraja Rote Ndao, Z.M. Mbolik

1960 Laporan Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao

Media CetakMedia CetakMedia CetakMedia Cetak

Kompas

2007 J.J. Fox dan J.J. Fox dan J.J. Fox dan J.J. Fox dan Pendidikan di NTTPendidikan di NTTPendidikan di NTTPendidikan di NTT, 4 Juli 2006

2008 Tu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa LontarTu’u Belis di Nusa Lontar, 18 November 2008

2011 Bangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RIBangun Tradisi Termanu di Selatan RI, 9 Desember 2011

Page 24: Delha Affairs 1960

24

2011 Turis Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote NdaoTuris Asing Kuasai Tanah di Rote Ndao, 15 Desember 2011

Media Indonesia

2011 Penjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang TersisaPenjaga Istana Yang Tersisa, 14 Desember 2011

2011 Memberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam DibunuhMemberitakan PNS Menang Tender, Wartawan Diancam Dibunuh, 16 Desember 2011

Pos Kupang

1998 Rote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri PembunuhanRote Barat Daya Menyimpan Misteri Pembunuhan, 20 Agustus 1998

2002 Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi, Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi, Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi, Rasa Aman di Rote Ndao Sekadar Mimpi, 20 Agustus 2002

2002 ThieThieThieThie----Dengka Dengka Dengka Dengka Masih MencekamMasih MencekamMasih MencekamMasih Mencekam. 27 November 2002

2008 DPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham AturanDPRD Rote Ndao Tidak Paham Aturan, 26 November 2008

2008 Pecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote NdaoPecat Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao. 27 November 2008

2011 Forkom Budaya Rote Dikukuhkan. Forkom Budaya Rote Dikukuhkan. Forkom Budaya Rote Dikukuhkan. Forkom Budaya Rote Dikukuhkan. 7 Juni 2011

Timor Express

2009 Kantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut DiKantor Camat Rote Barat Laut Dibakar Massa, bakar Massa, bakar Massa, bakar Massa, 20 Oktober 2009

2010 Oknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta MaafOknum Marinir Pukul Romo. Danlantamal Minta Maaf. 14 Mei 2010

UndangUndangUndangUndang----UndangUndangUndangUndang

2002 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Page 25: Delha Affairs 1960

25

Lampiran 1.

Tabel Perkembangan Civil Society dan Dinamikanya di Rote Antara Tahun 1522-2011

NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN

1 Februari 1522

Untuk pertama kalinya Pulau Rote ditulis

dengan nama Rote (Sisa awak kapal

Magelhan singgah di Pulau Rote). (Fox,

1996:25-27)

Portugis

2 1575 Portugis berperang melawan Nusak Ndao Portugis Perlawanan

3 1576 Portugis berperang melawan Nusak Bilba Portugis Perlawanan

4 1621 Misi dominikan pertama di Pulau Rote dan

Pulau Sabu

Belanda Gerakan Misionaris

5 1653 Nusak Landu, Oepao, Ringgou & Bilba

bersumpah setia kepada Ter Horst seorang

pejabat kompeni di Kupang

Belanda

6 1654 Ekspedisi Ter Horst ke Pulau Rote untuk

memperkuat sekutu Belanda (Nusak Landu,

Oepao, Ringgou & Bilba)

Belanda

7 1656 Belanda mulai mencatat tentang

keberadaan Nusak.

Belanda

8 1656-1658 Dengka, Loleh, Baa & Bau Dale diduduki

paksa oleh Belanda

Belanda

9 3.10.1658 Dengka, Loleh, Baa & Bau Dale menyerang

Nusak tetangga untuk membayar denda

kepada kompeni

Belanda Konflik

10 1660 Dengka Loleh, Baa, & Bau Dale kembali

diserang oleh Belanda

Belanda Konflik

11 19.10.1661 Loleh diserang oleh Belanda, 500 orang

Lole mati

Belanda Perlawanan

12 1662 Perjanjian Paravicini, Nusak Dengka,

Termanu, Korbaffo, & Bilba diakui

keberadaannya oleh Belanda

Belanda

13 1676 Belanda menyerang Nusak Dengka dan

Loleh

Belanda Perlawanan

14 1679 Belanda pertama kali mengirimkan orang

Rote untuk belajar bahasa Melayu

Belanda Gerakan pendidikan

15 1690-1691 Pergolakan wilayah-wilayah tertentu

untuk meminta pemerintahan sendiri

Belanda Perlawanan

16 1753 Belanda berperang melawan Nusak Landu,

Ringgou, Oepao, & Bilba.

Belanda Perlawanan

17 1755 Sekolah pertama di Rote berdiri sendiri Belanda Gerakan Pendidikan

18 1756 Pengakuan eksistensi Nusak Diu & Bokai.

Juga pertama kali dibuat sekolah dengan

sistem Rote.

Belanda Gerakan Pendidikan

19 1760 Nusak Landu, Ringgou, Oesapo, Baa, Lelain

(Ossipokah), Thie, Loleh dan Oenale diakui

oleh Belanda

Belanda

20 1772 Lelenuk memisahkan diri dari Bokai & Belanda Pemekaran Nusak

Page 26: Delha Affairs 1960

26

NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN

Talae memisahkan diri dari Keka

21 1775 Sekolah pertama dalam bahasa Melayu

didirikan di Pulau Rote & pertama di NTT

Belanda Gerakan Pendidikan

22 Akhir Abad

18

Pengakuan terhadap Nusak Diu Belanda

23 1818-1819 Rakyat Hoi Ledo dibuang ke Babau

(Kupang) karena ingin memisahkan diri

dari Termanu

Belanda Konflik

24 1874 Manek Thie, FoE Mbura, dibunuh di

wilayah Nusak Termanu. Dikarenakan

persaingan Nusak Termanu untuk

memperoleh pengaruh terhadap Belanda.

Raja Termanu kemudian diberhentikan

dari jabatannya kemudian digantikan oleh

adiknya.

Belanda Konflik

25 1879 Pulau Rote dijadikan satu Onder Afdeling Belanda Otonomi Daerah

26 1908 Penetapan batas Thie dan Dengka di Danau

Tua

Belanda

27 1909 Penyatuan beberapa Nusak Belanda Otonomi Daerah

28 1911 Sengketa Thie & Dengka dengan persoalan

Danau Tua kembali mencuat. Beberapa

Manek di buang ke luar pulau Rote karena

menentang kebijakan Belanda pada 1909

Belanda Konflik

29 1925 Pencabutan batas Nusak antara Nusak Thie

dan Nusak Dengka oleh Manek Thie, ia

dibuang ke Alor.

Belanda Konflik

30 1928 Rote dibentuk menjadi sebuah zelfbestuur

(otonomi)

Belanda Otonomi Daerah

31 1932 Gejolak di Bo’a (Nusak Delha) menentang

penagihan pajak oleh Belanda

Belanda Perlawanan

32 1945 Sengketa antara Thie & Dengka dengan

persoalan batas Nusak

Orde Lama Konflik

33 1950 Pembentukan Dewan Pemerintah Daerah

Sementara Swapraja Rote Ndao

Orde Lama Otonomi Daerah

34 1956 Perang antara Busalangga (Dengka) &

Oebatu (Thie)

Orde Lama Konflik

35 1957 Perkara kompleks persawahan Fin Dale

atara Manek Bokai dengan Manek

Termanu

Orde Lama Konflik

36 1957 Pemecatan Manek Baa (I.D. Panie) Orde Lama

37 14.5.1960 Kerusuhan di Bo’a dengan motif

masyarakat Bo’a menolak membayar pajak

Orde Lama Perlawanan

38 1960 Sengketa Nusak Thie & Dengka dengan

persoalan batas Nusak

Orde Lama Konflik

39 1962 Pemerintahan Nusak dibubarkan oleh

Pemerintah Republik Indonesia, beberapa

Nusak digabung ke dalam sebuah

Orde Lama Otonomi Daerah

Page 27: Delha Affairs 1960

27

NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN

kecamatan, bahkan ada yang hanya

menjadi satu desa, seperti Desa Holoama

aslinya adalah wilayah Nusak Lelain.

40 1974 Kasus pembutungan dua buah anggota klan

Amalo karena memperebutkan tanah

persawahan dengan klan SinlaEloe

Orde Baru Konflik

41 1981 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu

pencurian hewan

Orde Baru Konflik

42 1985 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu

pemukulan/ penganiayaan

Orde Baru Kekerasan

43 1993 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu

pencurian hewan

Orde Baru Konflik

44 1996 Kerusuhan Thie & Dengka dengan pemicu

pencurian hewan

Orde Baru Konflik

45 1.2.1998 Anthoneta Lalai (50), warga Dusun

Danggaoen, Desa Dolasik ditemukan tewas

di rumahnya akibat dibunuh dengan benda

tajam.

Reformasi Kekerasan

46 2.2.1998 Daniel Pandie (65), warga RT 02 RW 1

Dusun Boheama, Desa Meowain. Daniel

ditembak dengan senapan tumbuk saat

sedang berdiri dalam rumahnya. Tiga

peluru bersarang dan menembus tubuhnya

dan ia tewas di tempat.

Reformasi Kekerasan

47 15.2.1998 Jusuf Fora, guru agama SD Oebafok, Desa

Oebafok ditemukan telah menjadi mayat di

Danau Koli, Dusun Koli, Desa Busalangga.

Reformasi Kekerasan

48 20.2.1998 Naomi Henukh (63), warga Dusun

Meowain, Desa Meowain. Ia dibunuh saat

sedang menuju ke Sumalain untuk

membeli pupuk (sekitar 60 meter dari

rumahnya). Korban tewas dengan tubuh

terkoyak akibat dicincang pelaku. Leher

korban putus, usus perut terburai keluar

dan tangan serta jari putus ditebas dengan

benda tajam.

Reformasi Kekerasan

49 14.3.1998 Henderina Bai Boru (60), warga Dusun

Oehandi Selatan, Desa Oehandi ditembak

orang tak dikenal di dalam rumahnya

sekitar pukul 19.10 Wita. Korban ditembak

saat sedang menghitung uang.

Reformasi Kekerasan

50 4.5.1998 Origenes Foeh (45) Warga Dusun II Desa

Oebafo tewas dibunuh saat sedang duduk

makan di rumahnya. Korban dibantai

sampai lehernya putus. Otak dan usus perut

terburai akibat ditebas parang.

Reformasi Kekerasan

51 Agustus 1998 Julius Manafe, warga RT 10, Dusun Reformasi Kekerasan

Page 28: Delha Affairs 1960

28

NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN

Nasedana, Desa Oebau. Ia dibunuh di

tempat penyadapan lontar di Tolandik

sekitar 3 km dari rumah korban. Kemudian

Welem Langgar (55) warga Dusun Denita

Selatan, Desa Dolasi tewas dibunuh.

Sakarias Tandu (70), warga Desa Meowain,

juga tewas dibunuh di padang di Nggeluk,

antara wilayah Rote Barat Daya dan Rote

Barat Laut karena perang tanding antara

warga Ti’i dan Dengka.

52 1999 Kerusuhan di Desa Kuli (Loleh) Vs Dusun

Sencama Desa Oelasin (Kecamatan Rote

Barat Daya)

Reformasi Konflik

53 1999 26 September 1999 Pecah kerusuhan antara

warga Desa Meoain (Thie) dan Desa

Modosinal (Dengka). Hingga tangal 29

September 1999 terjadi perang antar ribuan

warga Dengka Versus Thie

Reformasi Konflik

54 2000 Kerusuhan warga Desa Sanggoen, Desa

Mokdale, Desa Oelunggu dengan Desa

Tuanatuk melawan Desa Oebatu

Reformasi Konflik

55 2001 Kerusuhan antara Desa Oebatu dan Dusun

Sonusah, antara Desa Oebatu dan Dusun

Tekeme serta Desa Oebatu dengan Nusak

Dengka

Reformasi Konflik

56 19.7.2002 Kerusuhan di Desa Oeseli, Kecamatan Rote

Barat Daya yang melibatkan Kepala Desa,

Ketua BPD dan kelompok yang bertikai.

Ibrahim Mooy dan M. Mooy warga Desa

Oeseli meninggal dunia.

Reformasi Konflik

57 25.7. 2002 Perkelahian antara warga Desa Lidor dan

Ombook, dua desa di Kecamatan Rote

Barat Laut berjumlah 200-an orang dan 1

orang meninggal terkena tembakan peluru

aparat kepolisian yang datang

membubarkan perkelahian.

Reformasi Konflik

58 November

2002

Perang tanding antara warga Thie &

Dengka di Busalangga

Reformasi Konflik

59 2003 Perseteruan tingkat elit politik pada suksesi

Pilkada untuk pertama kalinya bagi

Kabupaten Rote Ndao secara terbentuk

Tahun 2002.

Reformasi Konflik elit politik

60 2003 Gerakan Revitalisasi Budaya Rote Ndao

mulai digalakan oleh John B. Ndolu dan

mendapat dukungan dari WVI ADP Rote

Ndao

Reformasi Gerakan revitalisasi

budaya

61 2007 Sebagian besar anak-anak di Pulau Rote Reformasi Bencana

Page 29: Delha Affairs 1960

29

NONONONO TAHUNTAHUNTAHUNTAHUN URAIANURAIANURAIANURAIAN ERAERAERAERA KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN

menderita Gizi Buruk dan Busung Lapar

62 Oktober 2008 Aksi demonstrasi pasca pelaksanaan

Pilkada Rote Ndao yang dipimpin oleh J.

Danny Zacharias, S.H.,M.A (Juru Bicara

Aliansi Masyarakat Rote Ndao).

Reformasi Perlawanan

63 18.10.2008 Pembakaran Kantor Camat Rote Barat Laut

oleh massa yang tidak puas dengan hasil

perhitungan suara Pilkada Rote Ndao di

Kecamatan Rote Barat Laut.

Reformasi Kekerasan

64 25.11.2008 Sejumlah anggota DPRD Rote Ndao

meminta Bupati dan Wakil Bupati Rote

Ndao (Christian Nehemia Dillak – Bernard

E. Pelle) di pecat karena dianggap gagal

memimpin Kabupaten Rote

Ndao.Kemudian Bupati dan Wakil Bupati

Rote Ndao mengatakan bahwa DPRD Rote

Ndao Tidak Paham Aturan.

Reformasi Konflik elit politik

65 11.5.2010 Pemukulan terhadap Romo Apolonarius

Ladjar, Pr oleh Pratu M.F. anggota TNI AL

dari Satuan Marinir di Nemberala.

Reformasi Kekerasan

66 7.6.2011 Forum Komunikasi (Forkom) Tokoh Adat

peduli budaya Rote Ndao dikukuhkan

Bupati Rote Ndao dengan Ketua Jhon B.

Ndolu (Maneleo dari Leo Kunak, Nusak

Baa)

Reformasi Gerakan peduli budaya

67 14.12.2011 Kekerasan terhadap Dance Henuk, Jurnalis

Rote Ndao News, rumahnya dibakar oleh

oknum tak dikenal dan sang putera yang

baru berusia satu bulan meninggal dunia

beberapa jam setelah kejadian.

Reformasi Kekerasan

68 15.12.2011 Intimidasi dan ancaman akan dibunuh

terhadap Endang Sidin Wartawati Erende

Pos oleh Oknum Anggota Satpol PP Rote

Ndao berinisial JT karena memberitakan

PNS menang tender proyek. (JT kemudian

membuat Hak Jawab bahwa yang

diberitakan oleh Endang Sidin adalah tidak

benar)

Reformasi Kekerasan

69 15.12.2011 Aksi Protes Masyarakat Nemberala atas

tanah di Nemberala yang dikuasai oleh

Turis Asing

Reformasi Perlawanan

Sumber: Data olahan dari beberapa hasil wawancara; hasil observasi; Laporan Kejadian Khusus Pembantu

Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao bulan September 1999; (Fox, 1996); Messakh (2006); Laporan Penelitian

WVI dan PSKTI UKSW (2008); Soh (2008), Pos Kupang (1998, 2002, 2008), Timor Express (2010), Kompas

(2006, 2011), Media Indonesia (2011).