dasar hukum zakat.docx

31
A. Dasar Hukum Zakat Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima, dan disebut beriringan dengan sholat pada 82 ayat. Allah telah menetapkan hukum wajibnya, baik dengan kitabnya maupun dengan sunnah Rasul!ya serta ijma". Zakat dan shalat dalam al #ur"an dan hadits dijadikan sebagai perlambang keseluruhan dari ajaran Islam. $elaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan %uhannya, sedangkan &akat adalah lambang harmonisnya hubungan antara sesama manusia.'( Dasardasar hukum &akat adalah sebagai berikut ) Al #ur"an $entingnya &akat se*ara mendasar digambarkan dalam ayat sebagai berikut Artinya ) + esungguhnya orangorang -ang beriman dan beramal soleh, dan mengerjakan sembahyang serta memberikan &akat, mereka beroleh pahala di sisi %uhan mereka, dan tidak ada kebimbangan dari berlakunya sesuatu -ang tidak baik/ terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berduka*ita. # .Al0a1arah ) 2 /'' Artinya ) +-aitu orangorang yang bila 3ami beri kekuasaan dimuka bumi, mereka mendirikan salat dan membayarkan &akat, menyuruh '( 4uhammad, Zakat $ro5esi, 6akarta, alemba Diniyah, 2((2, hlm. '2 '' kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar. Dan kepada Allah juga terserah segala sesuatu.7 # . AlHajj ) '/'2 Depag RI, Al #ur"an dan %erjemahnya, 0andung, 9:. 6Art, 2((;, hlm. 8

Upload: -

Post on 05-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A. Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima, dan disebut beriringan dengan sholat pada 82 ayat. Allah telah menetapkan hukum wajibnya, baik dengan kitabnya maupun dengan sunnah Rasul-Nya serta ijma.Zakat dan shalat dalam al Quran dan hadits dijadikan sebagai perlambang keseluruhan dari ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan Tuhannya, sedangkan zakat adalah lambang harmonisnya hubungan antara sesama manusia.10 Dasar-dasar hukum zakat adalah sebagai berikut :Al Quran

Pentingnya zakat secara mendasar digambarkan dalam ayat sebagai berikut Artinya : Sesungguhnya orang-orang Yang beriman dan beramal soleh, dan mengerjakan sembahyang serta memberikan zakat, mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya sesuatu Yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. (QS.Al-Baqarah : 277)11

Artinya : Yaitu orang-orang yang bila Kami beri kekuasaan dimuka bumi, mereka mendirikan salat dan membayarkan zakat, menyuruh10 Muhammad, Zakat Profesi, Jakarta, Salemba Diniyah, 2002, hlm. 1211 kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar. Dan kepada Allah juga terserah segala sesuatu. (QS. Al-Hajj : 41)12Depag RI, Al Quran dan Terjemahnya, Bandung, CV. J-Art, 2005, hlm. 48

Dari dua ayat tersebut jelaslah bahwa kepada mereka yang memenuhi kewajiban ini dijanjikan pahala yang berlimpah di dunia dan di akhirat kelak. Sebaliknya bagi mereka yang menolak membayar zakat akan diancam dengan hukuman keras sebagai akibat kelalaiannya.2. HadistDiriwayatkan oleh Bukhori, Muslim dari Ibnu Abbas ra. Bahwa tatkala nabi SAW mengutus Muadz bin Jabal ra, untuk menjadi qadli di

Yaman, beliau bersabda : Artinya : Dari Ibnu Abbas r.a, sesungguhnya nabi SAW mengutus Muadz r.a, ke Yaman, beliau bersabda, ajaklah mereka untuk mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mengakui bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka menerima itu, beritahukanlah bahwa Allah Azza Wa Jalla telah mewajibkan bagi mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika ini telah mereka taati, sampaikanlah bahwa Allah telah mewajibkan zakat pada harta benda mereka yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin diantara mereka.

12 Depag RI, Op.Cit, hlm. 338

13 Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz I, Beirut : Dar Al-Kutub Al Ilmiyah, 1992, hlm. 427

Diriwayatkan oleh Muslim dari Umar ra :Artinya : Diceritakan dari Abdullah bin Muadz, diceritakan dari Abi, diceritakan dari Asim yaitu anak laki-laki muhammad bin zabid bin abdillah bin umar dari bapaknya, bahwasanya abdillah berkata rasulullah SAW telah bersabda Islam didirikan atas dasar lima sendi : mengaku bahwa tidak ada Tuhan yang sebenarnya disembah melainkan Allah, dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji, dan berpuasa di bulan Romadlon. (HR. Muslim)

Demikianlah hadits-hadits yang menerangkan tentang kewajiban mengeluarkan zakat. Dan masih banyak hadits-hadits yang lain.3. Ijma

Al-Ijma berarti kesepakatan para mujtahid dalam menggali hukum-hukum agama sesudah Rasulullah meninggal dunia dalam suatu masalah yang ada ketetapannya dalam kitab dan sunnah. 15Di sinilah peran penting dari para ulama dan mujtahid. Dalam hal

hukum wajib zakat ini tidak ada perdebatan di antara mereka bahkan para sahabat Nabi saw sepakat untuk memerangi dan membunuh orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat.

14 Imam Abi Khusaini Muslim bin Khajjaj, Shahih Muslim, Juz I, Beirut, Dar el Kitab alIlmiyah, hlm. 26-2715 Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 22

Oleh al Zuhaili ditegaskan pula bahwa barang siapa yang mengingkari kefardluannya, berarti dia kafir, atau jika sebelumnya dia merupakan seorang muslim yang dibesarkan di daerah muslim menurut kalangan ulama dia murtad. Seseorang hendaknya menganjurkan untuk bertaubat. Anjuran itu dilakukan sebanyak tiga kali. Jika dia tidak mau bertaubat mereka harus dibunuh. Sebaliknya, bila dia mengingkari kefardluan zakat karena tidak tahu, baik karena baru memeluk Islam maupun karena dia hidup didaerah jauh dari tempat ulama, hendaknya dia diberitahu tentang hukumnya. Dia tidak dihukumi sebagai orang kafirsebab dia memiliki uzur.16

C Syarat dan Rukun zakat

1. Rukun Zakat

Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada amil zakat. Dari penjelasan tersebut maka rukun zakat dapat diperinci sebagai berikut : Adanya muzakki

Adanya mustahik

Adanya harta yang mencapai nishab

Adanya amil

2. Syarat wajib zakat

16 Muhammad, Op. Cit, hlm. 15

Diantara syarat wajib zakat yakni kefarduannya bagi seorang muzakki adalah :1. Merdeka

Menurut jumhur, zakat diwajibkan atas tuan karena dialah yang memiliki harta hambanya. Seorang hamba sahaya tidak diwajibkan zakat karena harta yang dimilikinya tidak sempurna (naqish) atau tidak dimiliki secara penuh. Begitu juga mukatib (hamba sahaya yang dijanjikan akan dibebaskan dari tuannya dengan cara menebus dirinya) atau yang semisal dengannya tidak wajib mengeluarkan zakat, karena kendatipun dia memiliki harta, hartanya tidak dimiliki secara penuh.2. Islam

Menurut ijma zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw yang disampaikan kepada Muaz bin Jabal ketika diutus ke Yaman menjadi Qadi, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :jika engkau berhadapan dengan ahlul kitab maka tindakan pertama adalah menyeru mereka agar bersyahadat. Jika mereka menyambut seruan itu, maka bahwa Allah mewajibkan solat lima kali sehari semalam, mewajibkan zakat yang diambil dari harta orang-orang kaya dan diserahkan kepada fakir miskin. Jadi jelaslah bahwa yang wajib dikenai zakat adalah orang kaya muslim.3. Baligh dan berakal

Menurut madzhab Hanafi zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti salat dan puasa. Sedangkan enurut jumhur keduanya bukan merupakan syarat karena zakat dikeluarkan sebagai pahala untuk orang yang mengeluarkannya dan bukti solidaritas terhadap orang kafir. Anak kecil dan orang gila termasuk juga orang yang berhak mendapatkan pahala da membuktikan rasa solidaritas mereka. Atas dasar ini mereka wajib memberikan nafkah kepada kerabat-kerabat mereka. Pendapat ini menurut penulis lebih baik sebab didalamnya terkandung upaya untuk merealisasikan kemaslahatan orang-orang fakir, memenuhi kebutuhan mereka, menjaga harta dari rongrongan orang-orang yang mengincarnya, menyucikan jiwa dan melatih sifat suka menolong dan dermawan.D Obyek-obyek zakat

Mengenai jenis-jenis harta yang menjadi sumber obyek zakat telah dikemukakan secara terperinci dalam al-quran dan hadist. Menurut Ibnu Qayyim pada dasarnya ada empat jenis yaitu, tanaman dan buah-buahan, hewan ternak, emas dan perak serta harta perdagangan. Menurut pendapat Ibnu Qayyim, keempat jenis inilah yang paling banyak beredar dikalangan umat manusia, dan kebutuhan kepadanya merupakan hal yang niscaya(dhoruri).17

17 Didin Hafiduddin, Op. Cit, hlm.. 28

Sementara itu Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqh Sunnah18 menjelaskan bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu emas, perak, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, perdagangan, hewan ternak, barang tambang dan barang temuan. Kemudian Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid, menjelaskan bahwa jenis-jenis harta benda yang wajib dizakatidiantaranya :

a. Dari barang tambang (emas dan perak) yang tidak menjadi perhiasan

b. Dari binatang ada tiga macam, yaitu unta, lembu, dan kambing yang semuanya diternaKkan dan dipekerjakanc. Dari biji-bijian ada dua macam yaitu gandum dan syair (kacang- kacangan)d. Dari buah-buahan ada dua macam : kurma dan anggur kering (kismis)19

Sedangkan nishab dan kadar atau tarif zakat adalah sebagai berikut :

NOJENIS HARTANISABHAULJUMLAH ZAKAT

1.Emas94 gr emas1 tahun2,5 % dari nilai harta

2.Perak624gr Perak1 tahun2,5 % dari nilai harta

3.Perdagangan94 gr emas1 tahun2,5 % dari nilai harta

18 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid I, Beirut, Dar Al-Fikr, tt, hlm.. 28619 Ibnu Rusd, Muhammad bin Ahmad al-Qurtubi, Biadayatul Mujtahid, Juz. 1, Beirut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah , 1408 H/1988 M, hlm. 251

4.BinatangTernakUnta< 5 Ekor5-9 ekor10-1415-1920-2425-3536-4546-6061-7576-9091-120121-Tidak ada1 kambing/domba2 kambing/domba3 kambing/domba4 kambing/domba1 anak unta1 anak unta1 anak unta1 anak unta2 anak unta2 anak unta3 anak unta2 th/1 th2 th/1 th2 th/1 th2 th/1 th2 th/1 th1 tahun2 tahun3 tahun4 tahun2 tahun3 tahun2 tahun

Sapi< 30 ekor30-3940-5960-6970-Tidak ada1 anak sapi/kerbau1 anak sapi/kerbau2 anak sapi/kerbau2 anak sapi/kerbau-1-2 tahun2-3 tahun1-2 tahun2-3 tahun

Kambing< 40 ekor40-120

121-200

201-399

400-Tidak ada1 kambing/domba betina2 kambing/domba betina3 kambing/dombabetina4 kambing/domba betina-2 tahun/1 tahun

2 tahun/1 tahun

2 tahun/1 tahun

2 tahun/1 tahun

5.Hasil tambang: khusus emas dan perak, islam dan merdeka milik penuh dan sampai senisabSama denganemas danperakJumlah seluruh nilai emas dan perak hasil tambang2,5 %

6.Rikaz: Khususemas dan perakNisab tidak disyaratkanJumlah nilai pemenuhan20 %

Islam, merdeka dan milik penuh7.Harta perniagaanIslam, merdeka, milik penuh sampai senisab, dan sampai satu tahunSama dengan emasNilai barang dan piutang yang dapat ditagih2,5%20

Adapun harta kekayaan yang wajib dizakati adalah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :1. Milik Penuh (sempurna)

Yang dimaksud dengan harta yang dimiliki secara penuh adalah harta itu dibawah kontrol dan kekuasaan orang yang wajib zakat atau berada ditangannya, tidak tersangkut didalamnya hak orang lain, secara penuh ia dapat bertindak hukum dan menikmati harta itu.21 Jumhur ulama fiqh berpendapat suatu barang tidak wajib dizakati apabila :- Barang dagangan yang belum sampai di tangan pedagangnya, begitu pula barang yang dirampok/ dicuri orang, termasuk barang yang dijadikan sebagai jaminan hutang.- Harta yang tidak mempunyai nilai tertentu, artinya milik umum,

seperti tanah wakaf karena merupakan harta milik masyarakat.

20 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003, hlm.. 83-8621 Abdul Aziz Dahlan (el.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT. Bahtiyar Baru VanHoeve, 1996, cet. I, hlm.. 1988.

- Harta yang diperoleh dengan jalan haram.22

2. Berkembang

Harta yang berkembang artinya harta tersebut dapat bertambah atau berkembang apabila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang dapat memberikan keuntungan (return). Ulama terdahulu mengkategorikan zakat hanya pada lima kategori yaitu : a) uang, emas, perak b) barang tambang dan barang rikaz c) barang dagangan. d) hasil tanaman dan buah-buahan e) binatang ternak yang digembalakan.Dengan perkembangan zaman pada dunia yang semakin modern ini, didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, jenis dan bentuk kekayaan semakin berkembang dan beragam, maka ulama kontemporer seperti Dr. Yusuf Qardawi, KH. Didin Hafiduddin menambah kategori zakat baru sesuai dengan perkembangan sarana untuk menumbuh kembangkan potensi kekayaan tersebut. Seperti munculnya zakat yang dihasilkan oleh perusahaan, profesi, saham, obligasi, investasi dan lain-lain.Oleh sebab itu dapatlah disimpulkan bahwa sarana apa pun yang sesuai dengan syari'ah apabila di dalamnya terkandung unsur menumbuh kembangkan harta, maka harta tersebut wajib dizakati.233. Cukup senishab

Islam tidak mewajibkan zakat atas seberapa saja besar kekayaan yang berkembang sekalipun kecil sekali, tetapi memberi ketentuan sendiri22 Mursyidi, Op.Cit, hlm.. 89-90

23 Didin Hafiduddin, Op. Cit, hlm.. 22

yaitu, jumlah tertentu yang dalam ilmu fiqh disebut nishab. Dan ini sudah menjadi ketetapan jumhur ulama bahwa nishablah yang merupakan ketentuan yang mewajibkan zakat pada seluruh kekayaan, baik kekayaan itu berupa yang tumbuh dari tanah maupun bukan. Dengan adanya ukuran nishab ini menjadi jelaslah batas ketentuan obyek yang harus dizakatkan dan juga orang yang terkena wajib zakat dan ini pulalah yang menjadi dasar dalam perpajakan modern untuk tidak cenderung memasukkan orang-orang yang berpenghasilan kecil ke dalam kelompok orang yangterkena kewajiban pajak.24

4. Lebih dari kebutuhan pokok

Diantara para ulama-ulama fiqh ada yang menambah ketentuan nishab kekayaan yang berkembang itu dengan lebihnya kekayaan itu dari kebutuhan sehari-hari pemiliknya. Lebih dari kebutuhan sehari-hari di sini maksudnya adalah lebih dari kebutuhan rutin, karena sesungguhnya kebutuhan manusia itu tak terbatas.Ulama-ulama madzhab Hanafi memberikan tafsiran ilmiah dan jelas tentang apa yang dimaksud dengan kebutuhan rutin, yaitu sesuatu yang betul-betul perlu untuk kelestarian hidup, seperti belanja sehari-hari, rumah kediaman, pakaian termasuk juga hutang. Akan tetapi perlu diingat pula bahwa kebutuhan rutin manusia itu berubah-ubah dan berkembang sesuai dengan perubahan zaman situasi serta kondisi setempat, maka

24 Ashfa Fikriyah, Zakat Dalam Era Modern, empirisme Jurnal Pemikiran danKebudayaan Islam, Kediri : Sekolah tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Volume 11 No.2, 2003, hlm.. 147

selanjutnya penilaian para ahli dan ketetapan yang berwenang sangat diperlukan.25Tekanan di sini adalah kebutuhan-kebutuhan rutin orang yang terkena kewajiban zakat itu serta kebutuhan rutin orang-orang yang dibawah tanggungannya, seperti istri, anak yang berapapun jumlahnya, orang tua, dan anggota-anggota keluarga lain yang harus ditanggungnyakarena kebutuhan mereka juga berarti kebutuhannya.26

5. Bebas dari hutang

Harta yang lebih dari kebutuhan primer, sudah senishab dan berkembang dapat di zakati apabila sudah terbebas dari hutang. Syarat hutang yang menggugurkan zakat adalah hutang yang harus dibayar dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun), walaupun ada yang membolehkan semua jenis hutang, namun tetap jenis hutang yang berkaitan dengan hartayang diterima atau dimilikinya.27

6. Berlaku satu tahun

Maksudnya adalah bahwa harta yang berada ditangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas (12) bulan Qomariyah. Persyaratan setahun ini hanya untuk ternak, uang dan harta benda dagang, yaitu yang dapat dimasukkan ke dalam istilah zakat modal Tetapi hasil pertanian, buah-buahan, madu, logam mulia, harta karun dan lain sebagainya, tidak dipersyaratkan 1 tahun. Semuanya itu dapat dimaksudkan ke dalam istilah

25 Ibid, hlm.. 14826 Yusuf Qardhawi, Op.Cit, hlm.. 15327 Mursyidi, Op.Cit, hlm.. 93

zakat pendapatan. Sehingga harus dikeluarkan pada saat memetiknya atau memanennya jika mencapai nishab.28

E Mustahiq zakat

Dalam rangka beribadat kepada Allah SWT, manusia diwajibkan mendapatkan harta benda melalui cara yang dibenarkan oleh Allah SWT, seperti menguasai harta yang dimiliki oleh orang lain melalui jual-beli, hibah, warisan, wasiat, atau bekerja yang halal untuk mendapatkan upah dan sebagainya. Selanjutnya Allah SWT mewajibkan untuk memanfaatkan harta benda tersebut sesuai dengan petunjuk-Nya, sebagai pemilik mutlak harta benda tersebut.Harta benda tidak boleh hanya dinikmati oleh pemilik harta benda tersebut, namun juga harus dinikmati oleh orang lain, sesuai dengan cara yang telah diatur Allah SWT. Pada setiap pemilikan seseorang, selalu ada hak orang lain didalamnya, jadi selalu ada fungsi sosial (haq al jama'ah) karena pada dasarnya harta itu diperuntukkan bagi kepentingan seluruh umat manusia. Pemanfaatan harta tersebut disamping bisa dirasakan oleh pemiliknya, jugaharus bisa dirasakan oleh manusia lainnya.29

Di dalam penentuan pembagian diantara ashnaf (orang-orang yang berhak menerima zakat) diperlukan perhatian yang mendalam terhadap sektor- sektor mana yang lebih mendesak, sehingga perlu diberikan prioritas mendapatkan pembagian lebih besar dari lainnya, sehingga dapat betul-betul

28 Ashfa Fikriyah, Op. Cit, hlm. 14929 Suparman Usman, Hukum Islam (Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia), Kata Pengantar H. Bustanul Arifin, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001, hlm. 159

dapat diterapkan asas manfaat yang sebesar-besarnya dan prinsip efektifitas dan efisiensi kerja (berdaya hasil dan berdaya guna) di dalam pengelolaan zakat. Jumhur bersepakat bahwa ashnaf yang berhak atas zakat terdiri dari 8 golongan. Al-Quran surat At-Taubah : 60 telah menentukan para mustahiqyang berhak menerima zakat yakni sebagai berikut :

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketentuan yang diwajibkan Allah, danAllah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 30

Berdasarkan atas urutan redaksi pada ayat tersebut menunjukkan urutan prioritas yang berhak menerima zakat, yaitu:1. Fakir artinya orang yang sangat membutuhkan, biasanya didefinisikan sebagai orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.312. Miskin artinya orang yang dikasihani. Orang miskin mempunyaipenghasilan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena itu perlu dikasihani.32

279

30 Depag RI, Op.Cit, hlm. 188

31 Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, Cet.I, 2004, hlm.

32 Ibid

Untuk fakir maupun miskin yang berhak atas zakat adalah mereka yang berada dalam salah satu kondisi berikut :a. Mereka yang tidak mempunyai harta dan usaha sama sekali.

b. Mereka yang mempunyai harta atau usaha tetapi tidak mencukupi untuk diri sendiri dan tanggungannya, yaitu penghasilannya tidak memenuhi separuh atau kurang dari kebutuhannya.c. Mereka yang mempunyai harta atau usaha yang hanya dapat menutupi separuh atau lebih kebutuhan dirinya sendiri dan tanggungannya namun tidak untuk seluruh kebutuhannya.333. Amil adalah orang yang bekerja dalam pengumpulan zakat dan

pendistribusiannya. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menerangkan bahwa amil zakat adalah orang yang mengumpulkan zakat, mencari dan menetapkan siapa yang wajar menerima lalu membagikannya. Jadi lebih jelasnya amil zakat adalah melakukan pengelolaan terhadap zakat, baik mengumpulkan, menentukan siapa yang berhak, mencari mereka yang berhak, maupun membagi dan mengantarkannya kepadamereka.34

Yusuf Qardhawi di dalam kitabnya Fiqh Az-Zakat mengatakan bahwa amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan

33 Mursyidi, op. cit., hlm. 17334 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,Jakarta : Lentera Hati, 2002, hlm. 629. lebih lanjut beliau menguraikan kata alaiha dalam kalimat wal amilina alaiha memberi kesan bahwa pengelola itu melakukan kegiatan mereka dengan sungguh-sungguh dan mengakibatkan keletihan. Ini karena kata ala mengandung makna penguasaan dan pemantapan atas sesuatu. Penggunaan rangkaian kedua kata itu untuk menunjuk para pengelola memberi kesan bahwa mereka berhak memperoleh bagian dari zakat karena dua hal yaitu upaya mereka yang berat dan upaya mencakup kepentingan sedekah (Ibid hlm. 631).

urusan zakat, mulai dari para pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya, juga mulai dari para pencatat sampai kepada para penghitung yang mencatat keluar masuknya zakat dan membagi kepada para mustahiqnya.35Kelompok amil ini berhak mendapatkan bagian dari zakat

maksimal 1/8 atau 12,5 % dengan catatan bahwa petugas zakat ini memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut. Jika hanya di akhir bulan Ramadhan saja (saat pengumpulan zakat fitrah) maka seyogyanya para petugas ini tidak mendapatkan bagian zakat melainkan hanyalah sekedarnya untuk keperluan administrasi ataupun konsumsi yang mereka butuhkan, misalnya 5 %. Bagian untuk amil inipun termasuk untuk biaya transportasi maupun biaya-biaya lain yang dibutuhkan untukmelaksanakan tugasnya.36

4. Muallaf yaitu orang-orang yang baru masuk Islam, sehingga masih perlu dibujuk hatinya.37 Dalam hal ini ia muallaf juga mempunyai keyakinan yang lemah atas Islam.38 Tujuan pendistribusian zakat kepada kelompok ini agar mereka kuat ke-Islaman-nya, membela agama yang dianutnya danmenolong kaum muslimin dari serangan musuh. muallaf dalam konteks zakat mencakup :39

35 Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat,Muassasah Al-Risalah, Dar-Al-Qalam, Beirut, cet .VI, jilid II, hlm. 57636 Didin Hafidhuddin, Op. Cit., hlm. 13437 Ahmad Rofiq, Op. Cit., hlm. 27938 Mursyidi, Op. Cit., hlm. 17539 Ibid., hlm. 176

a. Orang yang diharapkan ke-Islaman-nya atau ke-Islaman keluarga dan kelompoknya.b. Orang yang dikhawatirkan kelakuan jahatnya.

c. Pemimpin dan tokoh masyarakat yang telah memeluk Islam yang mempunyai sahabat-sahabat orang kafir.d. Pemimpin dan tokoh kaum muslimin yang berpengaruh dikalangan kaumnya, namun imannya masih lemah.e. Muslim yang membutuhkan biaya yang diberi tugas untuk menyelesaikan secara paksa orang yang tidak mau mengeluarkan zakat.Pada saat sekarang bagian muallaf ini dapat diberikan kepada lembaga-lembaga dakwah yang menyebarkan Islam di daerah-daerah terpencil dan di suku-suku terasing yang belum mengenal Islam. Atau juga mungkin dapat diberikan kepada lembaga-lembaga yang biasa melakukan training keislaman bagi orang yang baru masuk Islam. Mungkin juga untuk keperluan mencetak berbagai brosur dan media informasi lainnya yang dikhususkan bagi mereka yang baru masuk Islam.5. Riqab artinya budak yang baru dimerdekakan. Maksudnya adalah karena Islam tidak menyukai adanya perbudakan maka melalui instrumen zakat inilah, budak-budak dibebaskan, sehingga menjadi merdeka dan memiliki kesetaraan dengan yang lain. Diskriminasi adalah bentuk ketidakadilan dan ini bertentangan dengan semangat egalitarianisme (equality) dalam

Islam.40 Dalam hal ini zakat tidak didistribusikan kepada budak belian, namun diberikan kepada tuannya sehingga budak belian tersebut menjadi bebas dan merdeka. Termasuk dalam kegiatan ini adalah membebaskan tawanan muslim.416. Gharim adalah orang yang mempunyai hutang dan tidak mempunyai

bagian lebih dari hutangnya, baik atas hutang untuk kemaslahatan dirinya maupun untuk kemaslahatan masyarakat. Orang yang berhutang untuk kemaslahatan diri sendiri dapat memperoleh alokasi zakat dengan kriteria sebagai berikut :a. Orang yang mempunyai hutang tidak berlebihan artinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak seperti untuk nafkah, membeli pakaian, perabot rumah tangga, mengobati orang sakit, mengganti barang orang lain yang rusak atau hilang karena kesalahan atau lupa dan sejenisnya.b. Hutang yang timbul dimaksudkan untuk melaksanakan atau menjalankan sesuatu yang dihalalkan oleh agama.c. Hendaknya zakat dibayarkan pada saat zakat dialokasikan. d. Tidak termasuk hutang kifarat dan hutang zakat.e. Hutang yang dibayar dari zakat adalah sisa hutang yaitu total hutang setelah dikurangi dengan harta yang dimiliki dan penghasilannya.7. Sabilillah maksudnya adalah jalan yang di ridhoi Allah SWT, baik akidah maupun perbuatan. Orang yang menjadi sukarelawan untuk melakukan

40 Ahmad Rofiq, Op. Cit., hlm. 280

41 Mursyidi, Op. Cit., hlm. 176

kegiatan ini dikategorikan sebagai orang yang berada di jalan Allah SWT. Jika berjuang pada masa awal Islam dimaknai sebagai peperangan secara fisik, maka sekarang lebih tepat jika dimaknai dalam berjuang melawan kebatilan dan ketidakadilan, termasuk didalamnya orang-orang yang mengajar agama dan kegiatan-kegiatan lain yang sejalan dengan tuntunanAllah. 42 atau bisa dimaknai bidang yang tepat pada masa kini adalah

bidang kebudayaan, pendidikan, dan mass media yang dibangun untuk memerangi kelaliman dan gempuran orang kafir, dalam rangka menegakkan syariat Islam.8. Ibnu Sabil maksudnya orang-orang yang karena kepentingan perjalanan jauh dia kehabisan bekal diperjalanan. Ini menggambarkan bahwa pada zaman Rasulullah Saw berjuang, harus menempuh perjalanan jauh yang memungkinkan seseorang kehabisan bekal. Supaya orang yang kehabisan bekal tersebut tidak terlantar, maka Islam menaruh perhatian agar orangyang semacam ini bisa meneruskan perjalanannya.43

Untuk zaman sekarang di samping para musafir yang mengadakan perjalanan yang dianjurkan agama, mungkin juga dapat dipergunakan untuk beasiswa atau bea santri (pondok pesantren) bagi mereka yang terputus pendidikannya karena ketiadaan dana. Mungkin juga dapat digunakan untuk membiayai pendidikan anak jalanan yang kini semakin banyak jumlahnya, atau mungkin juga dapat dipergunakan untuk

42 Ahmad Rofiq, Op. Cit., hlm. 28143 Ibid

merehabilitasi anak-anak yang terkena narkoba atau perbuatan-perbuatan buruk lainnya.44

F Pengelolaan Zakat

Agama Islam dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya membuktikan bahwa Islam benar-benar berasal dari sisi Allah dan merupakan risalah Rabbaniyah terakhir yang abadi. Hal ini terlihat dari perhatian Islam yang sangat besar dengan berusaha menyelesaikan masalah kemiskinan tanpa didahului oleh revolusi atau gerakan menuntut hak-hak kaum miskin. Perhatian Islam terhadap kaum miskin tidak bersifat sesaat tetapi prinsipil. Maka tidaklah mengherankan kalau zakat yang disyariatkan Allah sebagai penjamin hak fakir miskin dalam harta umat dan negara merupakan pilar pokok Islam ketiga, salah satu tiang dan syiar-Nya yang agung. Di samping itu, ahli fiqh mengatakan masalah zakat sebagai saudara kandung dari shalat didalam ibadah.45

Zakat sebagai ibadah praktis yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat golongan ekonomi lemah, demikian halnya keadilan sosial secara praktis obyek utamanya meningkatkan kesejahteraan dan status golongan dhu'afa dalam masyarakat.46 Keadilan sosial menuntut agar setiap individu dalam suatu komunitas dapat hidup secara terhormat tanpa ada tekanan dan halangan, mampu memanfaatkan potensi dan kekayaannya sesuai dengan apa

44 Didin Hafidhuddin, Op. Cit., hlm. 138-13945 Muhammad, Zakat Profesi, op. cit., hlm. 1646 Dalam falsafah Pancasila, keadilan sosial dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, sikap memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan, suka bekerja keras dan seterusnya.

yang berfaedah bagi diri dan masyarakatnya sehingga dapat berkembang secara produktif.Perlu diketahui di sini bahwa zakat mempunyai dua aspek terpenting yaitu pengeluaran atau pembayaran zakat dan penerimaan atau pembagian zakat. Yang merupakan unsur mutlak dari keislaman adalah aspek yang pertama yaitu pengeluaran atau pembayaran zakat. Hal ini berarti suatu dorongan kuat dari ajaran Islam, supaya umatnya yang baik (khaira ummah) berusaha keras untuk menjadi pembayar (yang mengeluarkan) zakat. Dengan kata lain harus mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang melebihi kebutuhan-kebutuhan pokok keluarganya, sehingga ia menjadi pembayar zakat, bukan penerima zakat. Inilah sesungguhnya yangmerupakan inti ajaran pokok dari Islam.47

Ajaran Islam menjadikan zakat sebagai ibadah yang mempunyai aspek sosial untuk dijadikan landasan membangun satu sistem yang mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat. Dengan mengintegrasikannya dalam ibadah berarti memberikan peranan penting pada keyakinan keimanan yang mengendalikan seorang mukmin dalam hidupnya. Demikianlah fungsisesungguhnya dari zakat.48 Dalam kelanjutannya peranan organisasi dan

kekuasaan yang mengatur dan mengayomi masyarakat, juga diikut sertakan yaitu dengan adanya amilin dan Imam atau khalifah yang aktif dalam menjalankan dan mengatur pelaksanaan tersebut.

47 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial : Dari Sosial Lingkungan Hidup, Asuransi HinggaUkhuwah, Bandung : Mizan, Cet. Ke-3, 1995, hlm. 23148 Ibid, hlm. 233

Pelaksanaan zakat pada awal sejarahnya ditangani sendiri oleh Rasulullah SAW dengan mengirim para petugasnya untuk menarik zakat dari mereka yang ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan dirawat dan akhirnya dibagikan kepada para penerima zakat. Untuk melestarikan pelaksanaan tersebut, khalifah Abu Bakar R.A. terpaksa mengambil tindakan keras kepada para pembangkang-pembangkang yang menolak membayarkan zakatnya. Selanjutnya setelah masa khalifah berakhir hingga sekarang peran pengganti pemerintah sebagai pengelola zakat dapat diperankan oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat.Cara-cara pelaksanaan zakat sangatlah terinci dalam ajaran Islam seperti yang dapat kita lihat penjabarannya yang lengkap dalam kitab-kitab fiqh. Yang terpenting diantaranya adalah ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Jenis-jenis harta benda atau kekayaan yang dikenai zakat.b. Besarnya kekayaan yang dikenai zakat dari tiap-tiap jenis tersebut

(nishab).

c. Besarnya zakat yang dipungut dari tiap-tiap jenis tersebut. d. Waktu pemungutannya (Haul).e. Jenis-jenis penerima zakat (Ashnaf). f. Cara-cara pembagiannya.49Dalam hal ini untuk point (a) (d) telah dibahas pada pembahasan- pembahasan sebelumnya. Dan kini cara-cara pembagian zakat atau

49 Ibid, hlm. 234

pengelolaan zakat sesuai hukum Islam akan dijelaskan lebih lanjut oleh penulis.Setelah membahas sasaran ekonomi zakat berupa 8 golongan yang berhak menerima zakat. Maka penulis akan membahas cara pembagian atau distribusi zakat yang khususnya dilakukan oleh lembaga pengelola zakat. Sebuah pendistribusian zakat dilakukan untuk mencapai visi zakat yaitu menciptakan masyarakat muslim yang kokoh baik dalam bidang ekonomi maupun non ekonomi. Untuk mencapai visi tersebut diperlukan misi distribusi zakat yang memadai. Misi yang diharapkan bersifat produktif yakni mengalokasikan zakat kepada mustahiq, dengan harapan langsung menimbulkan muzakki-muzakki baru. Dan tentunya dalam sistem alokasi zakat tersebut harus mencapai kriteria sebagai berikut :1. Prosedur alokasi zakat yang mencerminkan pengendalian yang memadai sebagai indikator praktek yang adil.2. Sistem seleksi mustahiq dan penetapan kadar zakat yang dialokasikan kepada kelompok mustahiq.3. Sistem informasi muzakki dan mustahiq (SIMM)

4. Sistem dokumentasi dan pelaporan yang memadai.

Dari empat hal tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dan prinsip akuntabilitas dapat dipenuhi. Konsep ini jika diterapkan dengan baik akan dapat melihat potensi zakat dan dapat memprediksi perolehan zakat untuk suatu wilayah.50 Selanjutnya dalam

50 Mursyidi, Op. Cit., hlm. 178-180

pelaksanaan ibadah zakat sesuai dengan ketentuan agama, maka mutlak diperlukan pengelolaan (manajemen) zakat yang baik, benar dan profesional.Sesuai dengan sifat kewajiban zakat yang ilzami-ijbari yang harus dilaksanakan dengan pasti, maka penanganan zakat harus diimplementasikan dalam suatu tugas operasional oleh suatu lembaga fungsional, yaitu badan amil zakat sebagai administrator dan manajemen zakat. Tugas amil zakat ini meliputi tugas-tugas sebagai pemungut (kolektor), penyalur (distributor), koordinator, pengorganisasian, motivator, pengawasan dan evaluasi. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut sehingga mencapai hasil yang maksimal, efektif dan efisien serta tercapainya sasaran dan tujuan zakat maka pendayagunaannya haruslah produktif.Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU No. 38 Tahun

1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. Dalam UU tersebut mendorong upaya pembentukan lembaga pengelola zakat yang amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat. Sesuai keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 tahun 1999 pula telah dikemukakan bahwa lembaga zakat harus memiliki persyaratan teknis antara lain adalah :1. Berbadan hukum

2. Memiliki data muzakki dan mustahik

3. Memiliki program kerja yang jelas

4. Memiliki pembukuan yang baik

5. Memiliki surat pernyataan bersedia diaudit

Beberapa keuntungan dari pengelolaan zakat yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat dan yang memiliki kekuatan hukum formal antara lain : Pertama, untuk menjamin kepastian dan kedisiplinan pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahiq zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraanpemerintahan yang Islami.51

Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqh Zakat, menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki beberapa persyaratan yang antara lain sebagai berikut :1. Beragama Islam. Zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin yang termasuk rukun Islam, karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim.2. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.3. Memiliki sifat amanah dan jujur. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam

51 Didin Hafidhuddin, Op. Cit., hlm. 126

bentuk transparansi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara berkala dan juga ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan syariah Islamiyah.4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat. Dengan pengetahuan tentang zakat yang relative memadai, para amil zakat diharapkan terbebas dari kesalahan dan kekeliruan yang diakibatkan dari kebodohannya pada masalah zakat tersebut. Pengetahuan yang memadai tentang zakat inipun akan mengundang kepercayaan dari masyarakat.5. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Amanah dan jujur merupakan syarat yang sangat penting, akan tetapi harus ditunjang oleh kemampuan dalam melaksanakan tugas. Perpaduan antara amanah dan kemampuan inilah yang akan menghasilkan kinerja yang optimal.6. Amil zakat memiliki kesungguhan dalam melaksanakan tugasnya. Amil zakat yang baik adalah amil zakat yang full time dalam melaksanakan tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan.52 Seorang amil zakat harus benar-benar serius, sungguh-sungguh dan menjadikan pekerjaan amil zakat sebagai pilihan hidupnya.Adapun mekanisme pendayagunaan zakat produktif akan disusun sedemikian rupa oleh badan amil yang menyerupai sebuah badan usaha52 Sambilan yang dimaksud di sini adalah amil zakat tersebut tidak serius dan sungguh- sungguh dalam menjadikan pekerjaan amil zakat sebagai pilihan hidupnya. Biasanya mereka bekerja pada bulan Ramadhan saja.

ekonomi atau baitul mal yang membantu permodalan dalam berbagai bentuk kegiatan ekonomi masyarakat dan pengembangan usaha-usaha golongan ekonomi lemah, khususnya fakir miskin yang umumnya mereka menganggur atau tidak bisa berusaha secara optimal karena ketiadaan modal.Disisi lain model pemberian zakat konvensional dengan pola gratis konsumtif seperti yang diterapkan selama ini hanya dapat diberikan kepada fakir miskin yang betul-betul tidak mempunyai potensi produktif, seperti karena usia lanjut, cacat fisik, cacat mental dan sebagainya. Dengan demikian badan amil mempunyai wewenang untuk menuntaskan kemiskinan mereka dengan seluruh kebijaksanaan dan pengelolaan harta zakat yang ditangani oleh badan amil.Penyaluran harta zakat dalam bentuk material, bahan pangan dan hewan ternak dan sebagainya yang dikuasai oleh Badan Amil Zakat juga harus diproduktifkan secara optimal dan maksimal, guna mendorong orang-orang miskin yang masih mempunyai potensi produktif untuk meningkatkan produktivitasnya dan usahanya, untuk giat bekerja dan berusaha karena dengan produktif itulah yang dapat membebaskan mereka dari kemiskinan.Model pengelolaan zakat secara produktif ini telah dicontohkan pada masa Khalifah Umar Ibn Khathab yang menyerahkan zakat berupa tiga ekor unta sekaligus kepada salah seorang mustahiq yang sudah rutin meminta zakatnya tetapi belum berubah nasibnya. Pada saat penyerahan tiga ekor unta itu, khalifah mengharapkan agar yang bersangkutan tidak datang lagi sebagai penerima zakat tetapi diharapkan khalifah sebagai pembayar zakat. Harapan

Khalifah Umar Ibn Khathab tersebut ternyata menjadi kenyataan, karena pada tahun berikutnya orang ini datang kepada Khalifah Umar Ibn Khathab bukan meminta zakat, tetapi untuk menyerahkan zakatnya.53Konsep pengelolaan zakat produktif ekonomi inilah yang paling

memungkinkan lebih efektif terwujudnya tujuan zakat. Dengan demikian, zakat bukan tujuan, tetapi sebagai alat mencapai tujuan yaitu mewujudkan keadilan sosial dalam upaya mengentaskan kemiskinan.

G Hikmah Zakat

Zakat adalah suatu perbuatan ibadah, yaitu tata cara bagaimana manusia mengabdi kepada allah SWT. Namun perbuatan ibadah ini tidak sama dengan ibadah shalat dan puasa. Karena ibadah zakat ini merupkan suatu masalah kemasyarakatan yang ditujukan kepada harta. Artinya penunaian kewajiban zakat dipandang sebagai bentuk hubungan vertikal yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah dan hablum minannas (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia).Dalam pranata sosial selain mengandung aspek ibadah juga mengandung aspek kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pembayaran zakat akan menghasilkan dua kebaikan utama yaitu menjauhkan seorang pemberi zakat dari dosa dan menyelamatkan dari akhlak tercela yang ditimbulkan cinta dan rakus terhadap harta. Hikmah zakat tersebut tersimpul antara lain sebagai berikut :53 Irfan Mahmud Ra'ana, Economics System Under The Great (Sistem EkonomiPemerintahan Umar Ibn Khathab), terj. Mansuruddin Djoely, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1979, hlm.88

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan.b. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antar sesama manusia.c. Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuh suburkan harta dan pahala seta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, loba, dengki, iri serta dosa.d. Sebagai salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dalam masyarakat.e. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang terutama pada mereka yang mempunyai harta.f. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.g. Sebagai sarana pemerataan pendapatan (rizki) untuk mencapai keadilan sosial.h. Manifestasi kegotong royongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.54i. Mendorong umat manusia untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarganya juga berlomba-lomba menjadi muzakki.55

54 Muhammad, Op. Cit., hlm. 18-1955 Didin Hafidhuddin, Op. Cit., hlm. 15

j. Membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu sabil dan mustahiq lainnya.Dengan demikian Yusuf Qardhawi menegaskan kembali bahwa zakat adalah ibadah maaliyah al-ijtimaiyyah yaitu ibadah dibidang harta yang memiliki fungsi strategis, penting dan menentukan dalam membangun kesejahteraan masyarakat