1 hukum perdagangan internasional prinsip-prinsip dan konsepsi dasar

Upload: iim-mucharam

Post on 09-Apr-2018

269 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    1/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    2/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    3/214

    iii

    Daftar Isi

    BAB I PENGANTAR HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

    A. Pengantar dan Definisi

    1. Definisia. Definisi Schmitthoff

    b. Definisi Rafiqul Islam

    c. Definisi Michelle Sanson

    d. Definisi Hercules Booysen

    2. Pendekatan Hukum Perdagangan Internasional

    a. Hubungan Hukum Perdagangan Internasional dan Bidang Hukum

    Lainnya

    b. Hukum Perdagangan Internasional bersifat Interdisipliner

    B. Prinsip-prinsip Hukum Perdagangan Internasional

    1. Prinsip Dasar Kebebasan Berkontrak

    2. Prinsip Dasar Pacta Sunt Servanda

    3. Prinsip Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase

    4. Prinsip Kebebasan Komunikasi (Navigasi)

    C. Eksistensi dan Tujuan Hukum Perdagangan Internasional

    D. Perkembangan Hukum Perdagangan Internasional

    E. Unifikasi dan Harmonisasi Hukum Perdagangan Internasional

    1. Perlunya Unifikasi dan Harmonisasi Hukum Perdagangan

    Internasional

    2. Lembaga-lembaga Yang Bergerak dalam Unifikasi dan Harmonisasi

    Hukum

    a. World Trade Organization (WTO)

    b. The International Institute for the Unification of Private Law

    (UNIDROIT)

    c. The United Nations Commission on International Trade Law

    (UNCITRAL)

    d. Kamar Dagang Internasional (ICC)

    F. Penutup

    BAB II. SUBYEK HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

    A. Pengantar

    B. Negara

    1. Peran Negara

    2. Imunitas Negara

    C. Organisasi Perdagangan Internasional

    D. Individu1. Perusahaan Multinasional

    2. Bank

    E. Penutup

    BAB III. SUMBER HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    4/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    5/214

    v

    A. Pengantar

    B. Para Pihak dalam Sengketa

    C. Prinsip-prinsip Penyelesaian Sengketa

    1. Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus)

    2. Prinsip Kebebasan Memilih Cara-cara Penyelesaian Sengketa

    3. Prinsip Kebebasan Memilih Hukum

    4. Prinsip Itikad Baik (Good Faith)

    5. Prinsip Exhaustion of Local Remedies

    D. Forum Penyelesaian Sengketa

    1. Negosiasi

    2. Mediasi

    3. Konsiliasi

    4. Arbitrase

    5. Pengadilan (Nasional dan Internasional)

    E. Hukum Yang Berlaku

    1. Pengantar

    2. Kebebasan Para Pihak

    F. Pelaksaan Putusan Sengketa Dagang1. Pengantar

    1. Pelaksanaan Putusan APS

    2. Pelaksanaan Putusan Arbitrase (Asing)

    3. Pelaksanaan Putusan Pengadilan

    G. Penutup

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    6/214

    BAB I

    PENGANTAR HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

    A. Pengantar dan Definisi

    Hukum perdagangan internasional adalah bidang hukum yang

    berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini pun cukup luas.

    Hubungan-hubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat

    mencakup banyak jenisnya. Dari bentuknya yang sederhana, yaitu

    dari barter, jual beli barang atau komoditi (produk-produk

    pertanian, perkebunan, dan sejenisnya), hingga hubungan atau

    transaksi dagang yang kompleks.

    Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional

    ini sedikit banyak disebabkan oleh adanya jasa teknologi

    (khususnya teknologi informasi). Sehingga, transaksi-transaksi

    dagang semakin berlangsung dengan cepat. Batas-batas negara bukan

    lagi halangan dalam bertransaksi. Bahkan dengan pesatnya

    teknologi, dewasa ini para pelaku dagang tidak perlu mengetahui

    atau mengenal siapa rekanan dagangnya yang berada jauh di belahan

    bumi lain. Hal ini tampak dengan lahirnya transaksi-transaksi

    yang disebut dengan e-commerce.

    Ada berbagai motif atau alasan mengapa negara atau subyek

    hukum (pelaku dalam perdagangan) melakukan transaksi dagang

    internasional. Yang menjadi fakta adalah bahwa perdagangan

    internasional sudah menjadi tulang punggung bagi negara untuk

    menjadi makmur, sejahtera dan kuat. Hal ini sudah banyak terbukti

    dalam sejarah perkembangan dunia.

    Besar dan jayanya negara-negara di dunia tidak terlepas

    dari keberhasilan dan aktivitas negara-negara tersebut di dalam

    perdagangan internasional. Sebagai satu contoh, kejayaan Cina

    masa lalu tidak terlepas dari kebijakan dagang yang terkenal

    dengan nama Silk Route atau jalan suteranya. Silk Route tidak

    lain adalah rute-rute perjalanan yang ditempuh oleh saudagar-

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    7/214

    saudagar Cina untuk berdagang dengan bangsa-bangsa lain di

    dunia.1

    Setelah kejayaan Cina, menyusul negara-negara lain seperti

    Spanyol dengan Spanish Conquistadors-nya, Inggris dengan The

    British Empire-nya (beserta perusahaan multinasionalnya yang

    pertama di dunia, yakni the East-India Company, Belanda dengan

    VOC-nya, dll. Kejayaan negara-negara ini tidak terlepas dari

    kebijakan pemerintahnya untuk melakukan transaksi dagang

    internasional.

    Kesadaran untuk melakukan transaksi dagang internasional

    ini juga telah cukup lama disadari oleh para pelaku pedagang di

    tanah air sejak. Adalah Amanna Gappa, seorang kepala suku Bugis

    yang sadar akan pentingnya dagang (dan pelayaran) bagi

    kesejahteraan sukunya. Keunggulan suku bugis dalam berlayar

    dengan hanya menggunakan perahu-perahu bugis yang kecil telah

    mengarungi lautan luas hingga ke Malaya (sekarang menjadi wilayah

    Singapura dan Malaysia).2

    Yang menjadi esensi untuk bertransaksi dagang ini adalah

    dasar filosofinya. Telah dikemukakan bahwa berdagang ini adalah

    1 Jonathan Reuvid, (ed.), The Strategic Guide to International Trade,

    London: Kogan Page, 1997, para. xv.2 PH.O.L. Tobing, Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna Gappa, Ujung

    Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan, 1977, hlm. 154. Di

    Singapura, misalnya, ada suatu daerah yang khusus untuk menghormati

    suku Bugis ini karena keunggulan mereka sebagai pelaut dan pedagang.

    Pemerintah Singapura memberi nama pada suatu daerah di tengah Singapura

    dengan nama Bugis (di wilayah Bugis Junction). Di Bugis Junction ini

    kita dapat melihat replika perahu kecil suku Bugis yang berlayar ke

    Malaka (sekarang Singapura). Bahkan pernah ada data yang mengungkapkan

    bahwa perahu Bugis telah juga mengunjungi wilayah utara benua

    Australia. Prestasi ini telah membuat kagum banyak bangsa di dunia.Bahkan banyak ahli hukum dari berbagai dunia, khususnya Inggris dan

    Belanda, yang mempelajari hukum-hukum bangsa Bugis ini yang disalin

    oleh Amanna Gappa. Mereka mempelajari hukum-hukum pelayaran dan hukum

    dagang bangsa Bugis untuk kemungkinan diterapkan pada keadaan dewasa

    ini. Menurut hemat penulis, sesungguhnya, apa yang diperbuat oleh ahli-

    ahli hukum Belanda dan ahli hukum Inggris tersebut merupakan pukulan

    telak pada ahli hukum di tanah air. Kenapa justru ahli hukum asing yang

    mempelajari dan menggali hukum dagang (internasional) Bugis, bukannya

    bangsa kita sendiri.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    8/214

    suatu kebebasan fundamental (fundamental freedom).3

    Dengan

    kebebasan ini siapa saja harus memiliki kebebasan untuk

    berdagang. Kebebasan ini tidak boleh dibatasi oleh adanya

    perbedaan agama, suku, kepercayaan, politik, sistem hukum, dll.

    Piagam Hak-hak dan Kewajiban Negara (Charter of Economic

    Rights and Duties of States) juga mengakui bahwa setiap negara

    memiliki hak untuk melakukan perdagangan internasional. (Every

    State has the right to engage in international trade) (Pasal 4).

    3 Lihat buku penulis, Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional: Suatu

    Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, cet. 3, 2002, Bab I.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    9/214

    1. Definisi

    Cepatnya perkembangan bidang hukum ini ternyata masih belum

    ada kesepakatan tentang definisi untuk bidang hukum ini. Hingga

    dewasa ini terdapat berbagai definisi yang satu sama lain

    berbeda.

    a. Definisi Schmitthoff

    Definisi pertama adalah definisi yang dikeluarkan oleh

    Sekretaris Jenderal PBB dalam laporannya tahun 1966.4 Definisi

    ini sebenarnya adalah definisi buatan seorang guru besar ternama

    dalam hukum dagang internasional dari City of London College,

    yaitu Professor Clive M. Schmitthoff. Sehingga dapat dikatakan

    bahwa definisi yang tercakup dalam Laporan Sekretaris Jenderal

    tersebut tidak lain adalah laporan Schmitthoff.

    Schmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional

    sebagai: ... the body of rules governing commercial relationship

    of a private law nature involving different nations.5

    Dari definisi tersebut dapat tampak unsur-unsur berikut:

    1) Hukum perdagangan internasional adalah sekumpulan aturanyang mengatur hubungan-hubungan komersial yang sifatnya

    hukum perdata,

    2) Aturan-aturan hukum tersebut mengatur transaksi-transaksiyang berbeda negara.

    Definisi di atas menunjukkan dengan jelas bahwa aturan-

    aturan tersebut bersifat komersial. Artinya, Schmitthoff dengan

    tegas membedakan antara hukum perdata (private law nature) dan

    hukum publik.

    Dalam definisinya itu, Schmitthoff menegaskan bahwa ruang

    lingkup bidang hukum ini tidak termasuk hubungan-hubungan

    komersial internasional dengan ciri hukum publik. Termasuk dalam

    4 United Nations, Progressive Development of the Law of International

    Trade: Report of the Secretary General of the United Nations 1966, New

    York: United Nations, 1966, hlm. 1. (Selanjutnya disebut Secreatry

    General Report).5 Secretary General Report, op.cit., para. 10.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    10/214

    bidang hukum publik ini yakni aturan-aturan yang mengatur tingkah

    laku atau perilaku negara-negara dalam mengatur perilaku

    perdagangan yang mempengaruhi wilayahnya.6

    Dengan kata lain, Schmitthoff menegaskan wilayah hukum

    perdagangan internasional tidak termasuk atau terlepas dari

    aturan-aturan hukum internasional publik yang mengatur hubungan-

    hubungan komersial. Misalnya, aturan-aturan hukum internasional

    yang mengatur hubungan dagang dalam kerangka GATT atau aturan-

    aturan yang mengatur blok-blok perdagangan regional, aturan-

    aturan yang mengatur komoditi, dsb.7Dalam salah satu tulisannya

    Schmitthoff dengan jelas menegaskan sebagai berikut:

    First, the modern law of international trade is not a

    branch of international law; it does not form part of thejus gentium, but it is applied in every national

    jurisdiction by tolerance of the national sovereign whose

    public policy may override or qualify a particular rule of

    that law.8

    Dari latar belakang definisi tersebut pun berdampak pada

    ruang lingkup cakupan hukum dagang internasional. Schmitthoff

    menguraikan bidang-bidang berikut sebagai bidang cakupan bidang

    hukum ini:

    1) Jual beli dagang internasional: (i) pembentukan kontrak; (ii)

    perwakilan-perwakilan dagang (agency); (iii) Pengaturan

    penjualan eksklusif;

    6 Secretary General Report, op.cit., para. 11.7 Secretary General Report, op.cit., para. 11.8 Schmitthoff, The Unification of the Law of International Trade,

    (1968) JBL 109 (pendapat Schmitthoff ini juga adalah pendapat sarjana

    terkemuka hukum perdagangan internasional Profesor Aleksander

    Goldtajn). Menurut hemat penulis salah satu kelemahan dari definisi

    ini adalah sulitnya diterima bahwa berlakunya hukum perdagangan

    internasional ke dalam jurisdiksi nasional negara-negara di duniaadalah berdasarkan apa yang beliau sebut tolerance of the national

    sovereign. Dalam hukum, sulit diterima adanya toleransi ini. Yang ada

    adalah penundukan diri baik secara diam-diam maupun tegas seperti dalam

    ratifikasi atau aksesi suatu perjanjian internasional (dalam hal ini

    hukum perdagangan internasional) oleh suatu negara. Seperti kita

    ketahui, masalah ratifikasi atau aksesi terhadap suatu perjanjian

    internasional (tidak terkecuali perjanjian di bidang hukum perdagangan

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    11/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    12/214

    Dengan adanya keterkaitan erat antara perdagangan

    internasional dan keuangan, Rafiqul Islam mendefinisikan "hukum

    perdagangan dan keuangan ("international trade and finance law")

    sebagai suatu kumpulan aturan, prinsip, norma dan praktek yang

    menciptakan suatu pengaturan (regulatory regime) untuk transaksi-

    transaksi perdagangan transnasional dan sistem pembayarannya,

    yang memiliki dampak terhadap perilaku komersial lembaga-lembaga

    perdagangan.12

    Kegiatan-kegiatan komersial tersebut dapat dibagi

    ke dalam kegiatan "komersial" yang berada dalam ruang lingkup

    hukum perdata internasional atau Conflict of Laws; perdagangan

    antar pemerintah atau antar negara, yang diatur oleh hukum

    internasional publik.13

    Dari batasan tersebut tampak bahwa ruang lingkup hukum

    perdagangan internasional sangat luas.14

    Karena ruang lingkup

    kajian bidang hukum ini sifatnya adalah lintas batas atau

    transnasional, konsekuensinya adalah terkaitnya lebih dari satu

    sistem hukum yang berbeda.

    c. Definisi Michelle Sanson

    Sarjana lainnya yang mencoba memberi batasan bidang hukum

    ini adalah sarjana Australia Sanson. Sanson memberi batasanbidang ini sesuai dengan pengeritan kata-kata dari bidang hukum

    ini, yaitu hukum, dagang dan internasional (dengan kata dasar

    nasion atau negara).

    Hukum perdagangan internasional menurut definisi Sanson

    can be defined as the regulation of the conduct of parties

    12 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 1.13 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 1. Selengkapanya Rafiqul Islam menulis

    sebagai berikut: "international trade and finance law is a body of

    rules, principles, norms and their associated payments systems, with a

    controlling impact on the commercial behaviour of the trading

    entities").14 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 1.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    13/214

    involved in the exchange of goods, services and technology

    between nations.15

    Definisi di atas sederhana. Ia tidak menyebut secara jelas

    bidang hukum ini jatuh ke bidang hukum yang mana: hukum privat,

    publik, atau hukum internasional. Sanson hanya menyebut bidang

    hukum ini adalah the regulation of the conduct of parties. Para

    pihaknya pun dibuat samar, hanya disebutparties. Sedangkan obyek

    kajiannya, Sanson agak jelas: yaitu jual beli barang, jasa dan

    teknologi.

    Meskipun memberi definisi yang mengambang tersebut, Sanson

    membagi hukum perdagangan internasional ini ke dalam dua bagian

    utama, yaitu hukum perdagangan internasional publik (public

    interntional trade law) dan hukum perdagangan internasional

    privat (private international trade law).16

    Yang pertama, public international trade lawadalah hukum

    yang mengatur perilaku dagang antar negara. Sedangkan yang kedua,

    private international trade lawadalah hukum yang mengatur

    perilaku dagang secara orang perorangan ( private traders) di

    negara-negara yang berbeda.17

    Meskipun ada pembedaan ini, namun para sarjana mengakui

    bahwa batas-batas kedua istilah ini pun sangat sulit untuk dibuat

    garis batasnya. Sanson menyatakan bahwa the modern development

    is that the distinction between publik and privat international

    trade law has less meaning.18

    15 M. Sanson, Essential International Trade Law, Sydney: Cavendish,

    2002, hlm. 3.16 M. Sanson, op.cit., hlm. 4. Lihat pula pendekatan Rafiqul Islam,

    supra, dan Schmitthoff, supra..17 M. Sanson, op.cit., hlm. 4.18 M. Sanson, op.cit., hlm. 4. Sanson dengan benar memberi contoh

    tentang hukum WTO. Perjanjian WTO adalah bidang hukum perdagangan

    internasional publik. Tetapi aturan hukumnya terjewantahkan ke dalam

    bidang-bidang privat, misalnya saja dalam hal tarif, dumping,

    perpajakan. (Ibid).

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    14/214

    Mirip dengan Sanson, Rafiqul Islam melihat hubungan atau

    keterkaitan ini juga sulit untuk tidak bersentuhan dan saling

    mempengaruhi. Beliau menulis:

    The effect of public international law on private

    transactons is indirect but can be very profound in certainaspects. Some such aspects of private transactions will be

    considered merely because public international law has

    shaped, or is in the process of reshaping, their legal

    order.19

    d. Definisi Hercules Booysen

    Booysen sarjana Afrika Selatan tidak memberi definisi

    secara tegas. Beliau menyadari bahwa ilmu hukum sangatlah

    kompleks. Karena itu, upaya untuk membuat definisi bidang hukum,

    termasuk hukum perdagangan internasional, sangatlah sulit dan

    jarang tepat.20

    Karena itu dalam upayanya memberi definisi tersebut, beliau

    hanya mengungkapkan unsur-unsur dari definisi hukum perdagangan

    internasional. Menurut beliau ada tiga unsur, yakni:

    (1) Hukum perdagangan internasional dapat dipandang sebagai suatu

    cabang khusus dari hukum internasional (international trade

    law may also be regarded as a specialised branch of

    international law).

    (2) Hukum perdagangan internasional adalah aturan-aturan hukum

    internasional yang berlaku terhadap perdagangan barang, jasa

    dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HAKI).

    (International trade law can be described as those rules of

    international law which are applicable to trade in goods,

    services and the protection of intellectual property).

    Bentuk-bentuk hukum perdagangan internasional seperti ini

    19 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 1.20 Interlegal's Definitions (http://home.yebro.co.za/~interlegal/

    definitions.htm). Bandingkan dengan pendapat Reuvid, bahwa istilah

    Perdagangan internasional mencakup bidang dan teknik dagang yang

    sangat luas (internasional trade covers a bewildering mumber of

    activities and procedures (Jonathan Reuvid, (ed.), hlm. xv).)

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    15/214

    misalnya saja adalah aturan-aturan WTO, perjanjian

    multilateral mengenai perdagnagan mengenai barang seperti

    GATT, perjanjian mengenai perdagangan di bidang jasa

    (GATS/WTO, dan perjanjia mengenai aspek-aspek yang terkait

    dengan HAKI (TRIPS).21

    Dalam lingkup definisi ini diakui bahwa negara bukanlah

    semata-mata pelaku utama dalam bidang perdagangan

    internasional. Negara lebih berperan sebagai regulator

    (pengatur). Karena itu hukum perdagangan internasional juga

    mencakup aturan-aturan internasional mengenai transaksi-

    transaksi nyata yang bersifat internasional dari para

    pedagang (international law merchants). Karenanya,

    international law merchants ini adalah bagian dari hukum

    perdagangan internasional.22

    (3) Hukum perdagangan internasional terdiri dari aturan-aturan

    hukum nasional yang memiliki atau pengaruh langsung terhadap

    perdagangan internasional secara umum. Karena sifat aturan-

    aturan hukum nasional tersebut, maka atura-aturan tersebut

    merupakan bagian dari hukum perdagangan internasional. contoh

    dari aturan hukum nasional seperti itu adalah perundang-

    undangan yang ekstrateritorial (the extraterritorial

    legislation).23

    Dari 4 (empat) definisi di atas tampak semuanya ada

    benarnya. Tetapi penulis lebih pro kepada definisi Rafiqul Islam.

    Dari batasan Rafiqul Islam di atas, tampak adanya keterkaitan

    erat antara hukum perdagangan internasional dengan hukum

    internasional publik. Memang sekilas tampak bahwa dampak dan

    pengaruh hukum internasional publik ini tidak langsung. Namun

    demikian pengaruh ini dapat berdampak cukup luas terhadap

    21 Interlegal's Definitions (http://home.yebro.co.za/~interlegal/

    definitions.htm).22 Interlegal's Definitions (http://home.yebro.co.za/~interlegal/

    definitions.htm).23 Interlegal's Definitions (http://home.yebro.co.za/~interlegal/

    definitions.htm).

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    16/214

    beberapa aspek dari hukum perdagangan internasional. Hal ini

    disebabkan karena hukum internasional publik dalam beberapa hal

    telah membentuk dan sedang dalam proses pembentukan ketentuan-

    ketentuan yang mengatur aspek-aspek perdata dari transaksi

    perdagangan internasional.24

    24 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 1.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    17/214

    2. Pendekatan Hukum Perdagangan Internasional

    a. Hubungan antara Hukum Perdagangan Internasional dan Bidang

    Hukum lainnya

    Satu catatan lain yang juga penting adalah hubungan antara

    hukum perdagangan internasional dan hukum lainnya yang terkait

    dengan perdagangan internasional. Di bagian awal tulisan ini

    tampak luasnya bidang cakupan hukum perdagangan internasional

    ini. Luasnya bidang cakupan membuat cakupan yang dikajinya sulit

    untuk tidak tumpang tindih dengan bidang-bidang lainnya. Misalnya

    dengan hukum ekonomi internasional, hukum transaksi bisnis

    internasional, hukum komersial internasional, dll.25

    Catatan di atas menunjukkan kedudukan penulis yang mengakui

    adanya keterkaitan antara hukum perdagangan internasional dengan

    hukum internasional. Di sisi lain, penulis berpendirian bahwa

    hukum ekonomi internasional adalah juga bagian atau cabang dari

    hukum internasional.26

    Masalahnya adalah di mana letak atau garis batas di antara

    hukum perdagangan dengan bidang-bidang hukum lain disebut di

    atas, khususnya hukum ekonomi internasional. Ada bidang-bidang

    yang sama-sama tunduk pada dua bidang hukum ini. Misalnya saja,

    pembahasan mengenai subyek-subyek dan sumber-sumber dari kedua

    bidang hukum sedikit banyak hampir sama.27

    Sementara ini pendekatan yang ditempuh untuk membedakan

    kedua bidang hukum ini adalah melihat subyek hukum yang tunduk

    kepada kedua bidang hukum tersebut. Hukum ekonomi internasonal

    lebih banyak mengatur subyek hukum yang bersifat publik (policy),

    seperti misalnya hubungan-hubungan di bidang ekonomi yang

    dilakukan oleh negara atau organisasi internasional. Sedangkan

    25Cf., M. Sanson, op.cit., hlm. 2.26 Lihat buku penulis, Hukum Ekonomi Internasional: Suatu Pengantar,

    Jakarta: Rajagrafindo, cet. 3, 2003, Bab I.27 Lihat lebih lanjut mengenai hukum ekonomi internasional ini, buku

    penulis, Hukum Ekonomi Internasional: Suatu Pengantar, Jakarta:

    Rajagrafindo, cet. 3, 2003, Bab I dst.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    18/214

    hukum perdagangan internasional lebih menekankan kepada hubungan-

    hubungan hukum yang dilakukan oleh badan-badan hukum privat.

    Dalam kenyataannya pendirian tersebut tidak begitu valid.

    Hukum ekonomi internasional dalam kenyataannya juga mengatur

    kegiatan-kegiatan atau transaksi-transaksi badan hukum privat

    atau yang terkait dengan kepentingan privat, misalnya mengenai

    perlindungan dan nasionalisasi atau ekspropriasi perusahaan

    asing. Selain itu, meskipun hukum ekonomi internasional mengatur

    subyek-subyek hukum publik atau negara, namun aturan-aturan

    tersebut bagaimana pun juga akan berdampak pada individu atau

    subyek-subyek hukum lainnya di dalam wilayah suatu negara.

    b. Hukum Perdagangan Internasional Bersifat Interdisipliner

    Karakteristik lain dari hukum perdagangan internasional ini

    adalah pendekatannya yang interdisipliner. Untuk dapat memahami

    bidang hukum ini secara komprehensif, dibutuhkan sedikit banyak

    bantuan disiplin-disiplin (ilmu) lain. Dalam bidang hukum ini

    terkait dengan bidang pengangkutan (darat, udara dan khususnya

    laut). Hal ini membutuhkan bantuan dan pemahaman disiplin ilmu

    pelayaran.

    Keterkaitan dengan pembayaran dalam perdagangan

    internasional akan terkait dengan praktik perbankan dan lembaga

    keuangan lainnya. Hal ini membutuhkan bantuan dan pemahaman

    disiplin ilmu perbankan dan keuangan.

    Keterkaitan dengan perdagangan itu sendiri akan terkait

    dengan praktik dan teknik-teknik perdagangan. Hal ini membutuhkan

    bantuan dan pemahaman ilmu praktik perdagangan.

    Disiplin-disiplin ilmu lainnya yang terkait lainnya

    misalnya adalah teknologi, ekonomi. Yang juga penting adalah ilmu

    politik, yaitu bagaimana kebijakan politik suatu negara yang

    berpengaruh terhadap kebijakan dagang suatu negara.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    19/214

    B. Prinsip-prinsip Dasar Hukum Perdagangan Internasional

    Prinsip-prinsip dasar (fundamental principles) yang dikenal

    dalam hukum perdagangan internasional diperkenalkan oleh sarjana

    hukum perdagangan internasional Profesor Aleksancer Goldtajn.

    Beliau memperkenalkan 3 (tiga) prinsip dasar tersebut, yaitu (1)

    prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak (the principle of

    the freedom of contract); (2) prinsip pacta sunt servanda; dan

    (3) prinsip penggunaan arbitrase.28

    1. Prinsip Dasar Kebebasan Berkontrak

    Prinsip pertama, kebebasan berkontrak, sebenarnya adalah

    prinsip universal dalam hukum perdagangan internasional. Setiap

    sistem hukum pada bidang hukum dagang mengakui kebebasan para

    pihak ini untuk membuat kontrak-kontrak dagang (internasional).

    Schmitthoff menanggapi secara positif kebebasan pertama

    ini. Beliau menyatakan:

    The autonomy of the parties will in the law of contract

    is the foundation on which an autonomous law of

    international trade can be built. The national sovereign

    has,..., no objection that in that area an autonomous law

    of international trade is developed by the parties,

    provided always that that law respects in every national

    jurisdiction the limitations imposed by public policy.29

    Kebebasan tersebut mencakup bidang hukum yang cukup luas.

    Ia meliputi kebebasan untuk melakukan jenis-jenis kontrak yang

    para pihak sepakati. Ia termasuk pula kebebasan untuk memilih

    forum penyelesaian sengketa dagangnya. Ia mencakup pula kebebasan

    untuk memilih hukum yang akan berlaku terhadap kontrak, dll.

    Kebebasan ini sudah barang tentu tidak boleh bertentangan

    dengan UU, kepentingan umum, kesusilaan, kesopanan, dan lain-lain

    persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing sistem hukum.

    2. Prinsip Dasar Pacta Sunt Servanda

    28 Aleksander Goldtajn, The New Law of Merchant, (1961) JBL 12.29 Clive M. Schmitthoff, Commercial Law in a Changing Economic Climate,

    London: Sweet and Maxwell, 1981, hlm. 22. (Selanjutnya disebut

    Commercial Law).

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    20/214

    Prinsip kedua, pacta sunt servanda adalah prinsip yang

    mensyaratkan bahwa kesepakatan atau kontrak yang telah

    ditandatangani harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (dengan

    itikad baik). Prinsip ini pun sifatnya universal. Setiap sistem

    hukum di dunia menghormati prinsip ini.

    3. Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase

    Prinsip ketiga, prinsip penggunaan arbitrase tampaknya

    terdengar agak ganjil. Namun demikian pengakuan Goldtajn

    menyebut prinsip ini bukan tanpa alasan yang kuat. Arbitrase

    dalam perdagangan internasional adalah forum penyelesaian

    sengketa yang semakin umum digunakan. Klausul arbitrase sudah

    semakin banyak dicantumkan dalam kontrak-kontrak dagang.30

    Oleh

    karena itulah prinsip ketiga ini memang relevan.

    Goldtajn menguraikan kelebihan dan alasan mengapa

    penggunaan arbitrase ini beliau jadikan prinsip dasar dalam hukum

    perdagangan internasional:

    Moreover, to the extent that the settlement of differences

    is referred to arbitration, a uniform legal order is being

    created. Arbitration tribunals often apply criteria other

    than those applied in courts. Arbitrators appear more ready

    to interpret rules freely, taking into account customs,

    usage and business practice. Further, the fact that the

    enforcement of foreign arbitral awards is generally more

    easy than the enforcement of foreign court decisions is

    conducive to a preference for arbitration.31

    4. Prinsip Dasar Kebebasan Komunikasi (Navigasi)

    Di samping tiga prinsip dasar tersebut, prinsip dasar

    lainnya yang menurut penulis relevan adalah prinsip dasar yang

    dikenal dalam hukum ekonomi internasonal, yaitu prinsip kebebasan

    untuk berkomunikasi (dalam pengertian luas, termasuk di dalamnya

    kebebasan bernavigasi). Komunikasi atau navigasi adalah kebebasan

    para pihak untuk berkomunikasi untuk keperluan dagang dengan

    siapa pun juga dengan melalui berbagai sarana navigasi atau

    30 Lihat secara khusus, Rene David, Arbitration in International Trade,

    The Hague: Kluwer, 1985 (membahas panjang lebar tentang peran arbitrase

    dalam perdagangan internasional).31 Aleksander Goldtajn, The New Law of Merchant, (1961) JBL 12.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    21/214

    komunikasi, baik darat, laut, udara, atau melalui sarana

    elektronik. Kebebasan ini sangat esensial bagi terlaksananya

    perdagangan internasional. Aturan-aturan hukum (internasional)

    memfasilitasi kebebasan ini.32

    Dalam berkomunikasi untuk maksud berdagang ini kebebasan

    para pihak tidak boleh dibatasi oleh sistem ekonomi, sistem

    politik, atau sistem hukum. Bandingkan dengan pendapat profesor

    Goldtajn di bawah ini ketika beliau membahas hubungan antara

    sistem ekonomi dan politik dalam kaitannya dengan hukum

    perdagangan internasional:

    The law governing trade transactions is neither capitalist

    nor socialist; it is a means to an end, and therefore, the

    fact that the beneficiaries of such transactions are

    different in this or that country is no obstacle to thedevelopment of international trade. The law of

    international trade is based on the general principles

    accepted in the entire world.33

    (Huruf miring oleh

    penulis).

    Pernyataan terakhir Goldtajn di atas, yaitu bahwa hukum

    perdagangan internasional didasarkan pada prinsip-prinsip umum

    yang diterima di seluruh dunia menyatakan seolah-seolah hukum

    perdagangan internasional dapat diterima oleh sistem hukum di

    dunia. Pendapat ini benar. Sarjana terkemuka lainnya, Profesor

    Tammer, memperkuat pernyataan tersebut:

    The law of external trade of the countries of planned

    economy does not differ in its fundamental principles from

    the law of external trade of other countries, such as,

    e.g., Austria or Switzerland. Consequently, international

    trade law specialists of all countries have found without

    difficulty that they speak a common language.34

    32 Lihat lebih lanjut, Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional: Suatu

    Pengantar, Jakarta: Rajawali pers, cet. 3, 2003, hlm. 29.33 Schmitthoff, op.cit., (Commercial Law), hlm. 19.34 Schmitthoff, The Unification of the Law of Internatioal Trade,

    (1968) JBL 109 (mengutip Tammer, The Sources of the Law International

    Trade, 1964, hlm. 42).

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    22/214

    C. Eksistensi dan Tujuan Hukum Perdagangan Internasional

    Hubungan-hubungan perdagangan internasional antar negara

    sudah ada sejak lama. Hubungan-hubungan ini sudah ada sejak

    adanya negara-negara dalam arti negara kebangsaan, yaitu bentuk-

    bentuk awal negara dalam arti modern. Perjuangan negara-negara

    ini untuk memperoleh kemandirian dan pengawasan (kontrol)

    terhadap ekonomi internasional telah memaksa negara-negara ini

    untuk mengadakan hubungan-hubungan perdagangan yang mapan dengan

    negara-negara lainnya. Mereka menyadari bahwa perdagangan adalah

    satu-satunya cara untuk pembangunan ekonomi mereka.35

    Seperti telah dikemukakan di awal tulisan ini, sejak dulu

    dan bahkan dewasa ini semakin banyak negara sadar bahwa kebijakan

    menutup diri sudah jauh-jauh ditinggalkan. Pendirian ini semakin

    mendorong negara untuk memperluas aktivitas perdagangannya.36

    Cara pandang ini sedikit banyak dilatarbelakangi dan

    dipengaruhi oleh beberapa aliran atau teori ekonomi. Pada awal

    perkembangannya, terutama abad ke 15 dan 16, teori atau aliran

    yang mula lahir adalah teori merkantilisme. Para merkantilis

    berpendirian perdagangan internasional sebagai instrumen

    kebijakan nasional. Mereka menekankan pentingnya ekspor sebesar-

    besarnya dan menekan impor serendah-rendahnya. Keuntungan dari

    selisih ekspor - impor merupakan keuntungan bagi negara (yang

    waktu itu diwujudkan dalam bentuk emas).

    Reaksi dari aliran itu adalah teori keunggulan komparatif

    yang diperkenalkan oleh David Ricardo (1772-1823). Ricardo

    menekankan spesialisasi dari hasil suatu produk. Smith menganggap

    perdagangan internasional sebagai salah satu bagian dari

    keunggulan komparatif (principle of comparative advantage). Teori

    beliau menyatakan bahwa untuk menjadi pemain utama dalam

    35 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 1.36 Lihat antara lain: Ademuni-Odeke, The Law of International Trade,

    London: Blackstone, 1999, hlm. 3-4.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    23/214

    perdagangan, faktor yang penting bukanlah ukuran, tetapi

    bagaimana memaksimalkan potensi.37

    Contoh klasik adalah Jepang. Dari segi geografis, kekayaan

    alam dan luas wilayah, Jepang relatif kurang beruntung. Tetapi

    dengan kekuatan manajemen dalam perdagangan internasionalnya,

    negeri ini berhasil menjadikannya sebuah negara yang paling

    penting di dunia dewasa ini.

    Semakin luasnya aktivitas perdagangan ini yang dewasa ini

    dikenal dengan "liberalisasi perdagangan", sistem keuangan atau

    pasar internasional yang stabil untuk memberikan modal untuk

    melaksanakan perdagangan internasional tersebut. Karena itu,

    keterkaitan antara perdagangan internasional dan sistem keuangan

    atau moneter internasional menjadi semakin penting.38

    Tidak terlalu mengherankan apabila masyarakat internasional

    kemudian menyelenggarakan konperensi Bretton Woods guna

    mendirikan Bank Dunia - IMF untuk maksud ini. Berdirinya ke-2

    lembaga keuangan ini semata-mata untuk menjaga agar sistem

    moneter internasional dapat terpelihara (stabil) dan juga memberi

    pinjaman jangka pendek guna menanggulangi kesulitan neraca

    pembayaran yang disebabkan oleh adanya defisit perdagangan

    ekspor-impor negara-negara.39 Krisis keuangan internasional pada

    tahun 1970-an juga telah mempertegas pentingnya hubungan erat

    ini.

    Dalam upaya negara-negara ini meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi mereka, dewasa ini mereka cenderung membentuk blok-blok

    perdagangan baik bilateral, regional maupun multilateral. Dalam

    kecenderungan ini pun peran perjanjian internasional menjadi

    semakin penting.40

    37 Lihat misalnya, Ademuni-Odeke, Ibid., hlm. 3-4, M. Sanson, op.cit.,

    hlm. 3; Jonathan Reuvid, op.cit., para. xv.38 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 2.39 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 2.40 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 2.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    24/214

    Semakin pentingnya peran perjanjian-perjanjian di bidang

    ekonomi atau perdagangan ini pun telah melahirkan aturan-aturan

    yang mengatur perdagangan internasional di bidang barang, jasa

    dan penamaman modal di antara negara-negara.41

    Tujuan hukum perdagangan internasional sebenarnya tidak

    berbeda dengan tujuan GATT (General Agreement on Tariffs and

    Trade, 1947) yang termuat dalam Preambule-nya. Tujuan tersebut

    adalah:

    (a) untuk mencapai perdagangan internasional yang stabil dan

    menghindari kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek

    perdagangan nasional yang merugikan negara lainnya.

    (b) untuk meningkatkan volume perdaganan dunia dengan menciptakan

    perdagangan yang menarik dan menguntungkan bagi pembangunan

    ekonomi semua negara;

    (c) meningkatkan standar hidup umat manusia; dan

    (d) meningkatkan lapangan tenaga kerja.Tujuan lainnya yang juga relevan adalah:

    (e) untuk mengembangkan sistem perdagangan multilateral, bukan

    sepihak suatu negara tertentu, yang akan mengimplementasikan

    kebijakan perdagangan terbuka dan adil yang bermanfaat bagisemua negara;42 dan

    (f) meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dunia dan

    meningkatkan produk dan transaksi jual beli barang.43

    Ada pula yang menyatakan bahwa aturan-aturan perdagangan

    internasional juga pada analisis akhirnya akan menciptakan

    perdamaian dan keamanan internasional. Hal ini antara lain

    dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri AS, Hull. Tesis ini tampaknya

    41 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 2.42 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 2. Lihat pula tujuan menurut Aleksander

    Goldtajn yang menyatakan: only deliberate regulation on the

    international level will make it possible to do justice, on the basis

    of equality, to the interests and general welfare of all members of the

    international community. (Aleksander Goldtajn, The New Law of

    Merchant, (1961) JBL 12.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    25/214

    benar. Manakala dua atau lebih negara berhubungan dan

    bertransaksi dagang dan mereka memperoleh keuntungan dari

    perdagangan tersebut, otomatis keadaan dunia menjadi sedikit

    banyak lebih baik. Artinya, situasi dan kondisi dunia akan

    semakin kondusif.

    Sebenarnya tesis Hull tersebut sudah lama dikumandangkan

    oleh Immanuel Kant, yang selama ini dikenal juga sebagi bapak

    hukum internasional. Dalam tulisannya berjudul On Eternal

    Peace, Kant menyatakan bahwa spirit of trade could not co-exist

    with war.44

    Yang juga cukup menarik adalah tesis Hull di atas juga

    telah cukup lama disadari di tanah air. Salah seorang kepala suku

    Bugis ternama, yaitu Amanna Gappa, juga menyadari bahwa tujuan

    (unifikasi) hukum dagang adalah untuk mencegah persaingan di

    antara suku bangsanya dan juga memajukan kerjasama di antara

    mereka guna kesejahteraan di antara mereka.45

    Terjemahan saduran

    hasil penelitian terhadap suku terkenal Bugis ini yang terkenal

    dengan hukum pelayaran dan dagangnya tergambarkan sebagai

    berikut:

    One of thse chiefs was Amanna Gappa (=father of Gappa) who

    headed his countrymen at Makassar. Most probably he was avery intelligent and energetic man and he may have been the

    first to realize the great importance of navigation and

    trade for his people as the only fields of endeavour in

    which they could earn a living. We may assume that this was

    the bacground of his taking initiative in inviting his

    colleagues from other parts of Indonesia in order to

    collect the different rules which were in force in their

    respective regions and to compile a uniform navigation and

    trade law. By doing so he tried to prevent heavy

    competition among his countrymen and to stimulate co-

    operation for their own welfare.46 (Huruf miring oleh

    kami).

    43 Cf., Preamble GATT dan Preamble Perjanjian WTO (Marrakesh Agreement

    Establishing The World Trade Organization).44 Lihat, Lew and Stanbrook, Interational Trade: Law and Practice, Bath:

    Euromoney, 1983, hlm. Xxi.45 Lihat lebih lanjut, PH. O.L. Tobing, op.cit., hlm. 154.46 Lihat lebih lanjut, PH. O.L. Tobing, op.cit., hlm. 154.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    26/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    27/214

    D. Perkembangan Hukum Perdagangan Internasional

    Dari uraian di atas tampak bahwa hukum perdagangan

    internasional telah ada sejak lahirnya negara dalam arti modern.

    Sejak saat itu, hukum perdagangan internasional telah mengalami

    perkembangan yang cukup pesat sesuai dengan perkembangan

    hubungan-hubungan perdagangan.

    Dilihat dari perkembangan sumber hukumnya (dalam arti

    materil), maka perkembangan hukum perdagangan internasional dapat

    dikelompokkan ke dalam 3 tahap, yakni:

    (1) Hukum perdagangan internasional dalam masa awal pertumbuhan.

    Hukum perdagangan internasional lahir pada awalnya dari

    praktek para pedagang. Hukum yang diciptakan oleh para pedagang

    ini lazim disebut pula sebagai lex mercatoria (law of merchant).48

    Pada awal perkembangannya ini Lex Mercatoria tumbuh dari

    adanya 4 faktor berikut:

    (a) lahirnya aturan-aturan yang timbul dari kebiasaan dalam

    berbagai pekan raya (the law of the fairs);

    (b) lahirnya kebiasaan-kebiasaan dalam hukum laut;

    (c) lahirnya kebiasaan-kebiasaan yang timbul dari praktek

    penyelesaian sengketa-sengketa di bidang perdagangan; dan

    (d) berperannya notaris ( public notary) dalam memberi pelayanan

    jasa-jasa hukum(dagang).49

    (2) Hukum perdagangan internasional yang dicantumkan dalam hukum

    nasional

    Dalam tahap perkembangan ini, negara-negara mulai sadar

    perlunya pengaturan hukum perdagangan internasional. Mereka lalu

    mencantumkan aturan-aturan perdagangan internasional dalam kitab

    48 United Nations, Progressive Development of the Law of Internatoinal

    Trade: Report of the Secretary-General of the United Nations, 1966,

    para. 20; Chia-Jui Cheng (ed.), Clive M. Schmitthoff's Select Essay on

    International Trade Law, Doredrecht/Boston/London: Martinus Nijhoff &

    Graham & Trotman, 1988, hlm. 21.49 Schmitthoff, The Unification of the Law of International Trade,

    (1968) JBL 106.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    28/214

    undang-undang hukum (perdagangan internasional) mereka. Aturan-

    aturan tersebut sedikit banyak adalah aturan-aturan yang mereka

    adopsi dari lex mercatoria. Misalnya saja Perancis membuat Kitab

    Undang-undang Hukum Dagang-nya (code de commerce) tahun 1807,

    Jerman menerbitkan Allgemeine Handelsgezetbuch tahun 1861, dll.50

    (3) Lahirnya aturan-aturan hukum perdagangan internasional dan

    Munculnya Lembaga-lembaga Internasional yang mengurusi

    Perdagangan Internasional.

    Dalam perkembangan ketiga ini, aturan-aturan hukum

    perdagangan internasional lahir sebagian besar karena dipengaruhi

    oleh semakin banyaknya berbagai perjanjian internasional yang

    ditandatangani baik secara bilateral, regional, maupun

    multilateral.51

    Secara khusus tahap ketiga ini muncul secara signifikan

    setelah berakhirnya Perang Dunia II. Salah satu perjanjian

    multilateral yang ditandangani pada masa ini adalah disepakati

    lahirnya GATT tahun 1947. Tahap ketiga ini disebut juga dengan

    tahap internationalism. Schmitthoff menyatakan sebagai berikut:

    We are beginning to rediscover the international character

    of commercial law and the circle now contemplates itself:

    the general trend of commercial law everywhere is to move

    away from the restrictions of national law to a universal,

    international conception of the law of international

    trade.52

    Sejak berdiri hingga dewasa ini aturan-aturan perdagangan

    GATT telah berkembang dan mengalami pembangunan yang cukup

    penting. Bahkan dalam putaran perundingan tahun 1986-1994,

    negara-negara anggota GATT telah sepakat untuk membentuk suatu

    badan atau lembaga internasional baru, yaitu WTO.

    Perubahan dari GATT ke WTO berdampak luas terhadap bidang

    hukum perdagangan internasional. Alasannya, bidang pengaturan

    50 United Nations, op.cit., para. 20; Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit.,

    hlm. 48.51 United Nations, op.cit., para. 20.52 Schmitthoff, The Unification of the Law of International Trade,

    (1968) JBL 108.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    29/214

    yang tercakup di dalam WTO sekarang ini adalah kompleks. Ia tidak

    semata-mata lagi mengatur tarif dan barang, tetapi juga mengatur

    jasa, hak kekayaan intelektual, penanaman modal, lingkungan,

    dll.53

    Ciri kedua dalam perkembangan tahap ketiga ini yakni

    munculnya organisasi internasional. Salah satu badan yang

    menonjol adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebetulnya

    peran PBB di bidang perdagangan internasional tidaklah langsung.

    Peran PBB di bidang ekonomi dan perdagangan ini termuat dalam

    pasal 1:3 Piagam PBB, yakni aturan tentang tujuan PBB yakni

    mencapai kerjasama internasional di dalam antara lain

    menyelesaikan masalah-masalah ekonomi internasional.

    Tujuan-tujuan PBB di atas diupayakan pemenuhannya melalui

    berbagai langkah berikut:

    i. Negara-negara anggota PBB mendirikan the United Nations

    Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 1964.

    Tujuan utamanya adalah untuk memberikan kesempatan yang lebih

    besar kepada negara sedang berkembang untuk ikut serta dalam

    merumuskan kebijakan-kebijakan perdagangan, dengan memperhatikan

    kepentingan-kepentingan khusus negara-negara sedang berkembang

    ini.54

    ii. negara-negara anggota PBB mengesahkan the Charter of Economic

    Rights and Duties of States pada tahun 1974 (serta disahkannya

    the Declaration and Programme of Action on the Establishment of

    the New International Economic Order). Pembentukan Piagam ini

    diawali dengan langkah Majelis Umum PBB mengesahkan the

    International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights

    pada tahun 1966.

    53 Uraian tentang perkembangan dari GATT ke WTO, lihat antara lain: Ray

    August, Internatoinal Business Law: Text, Cases and Readings, New

    Jersey: Prentice Hall, 3rd.ed., 2000, hlm. 355-360.54 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 6.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    30/214

    Dokumen-dokumen penting ini pada pokoknya mengakui dan

    memberi perlakuan khusus kepada negara-negara sedang berkembang

    di bidang perdagangan, keuangan dan penanaman modal.55

    Ciri ketiga yang juga menonjol adalah disepakatinya

    pendirian badan-badan ekonomi regional di suatu kawasan region

    tertentu. Blok perdagangan regional yang mula-mula membawa

    pengaaruh cukup luas adalah the European Single Market (1992) dan

    segera diikuti oleh blok perdagangan Amerika Utara (The North

    American Free Trade Agreeement atau NAFTA) (1994).

    Di kawasan Asia Tenggara, negara-negara ASEAN mengikuti

    langkah serupa dengan membentuk Asean Free Trade Area (AFTA).

    AFTA berlaku efektif sejak 1 Januari 2003.56

    Kecenderungan pembentukan kelompok-kelompok regional ini di

    satu sisi positif. Namun di sisi lain organisasi-organisasi

    regional tersebut menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat

    internasional karena terdapatnya blok-blok perdagangan tersebut

    melahirkan peraturan-peraturan regional eksklusif yang ternyata

    menyimpangi ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam

    GATT/WTO.

    55 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 6.56 Uraian lebih lanjut mengenai AFTA ini lihat: Huala Adolf, Hukum

    Ekonomi Internasional ..., op.cit., hlm. 110-124.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    31/214

    E. Unifikasi dan Harmonisasi Hukum Perdagangan Internasional

    1. Perlunya Unifikasi dan Harmonisasi Hukum

    Di atas dikemukakan bahwa negara-negara mencantumkan

    atuaran-aturan hukum perdagangan internasional dalam hukum

    nasionalnya. Aturan-aturan hukum nasional di bidang perdagangan

    internasional ini karenanya menjadi sumber hukum yang cukup

    penting dalam hukum perdagangan internasional.

    Tetapi adanya berbagai aturan hukum nasional ini sedikit

    banyak kemungkinan dapat berbeda antara satu sama lainnya.

    Perbedaan ini kemudian dikhawatirkan akan juga mempengaruhi

    kelancaran transaksi perdagangan itu sendiri.

    Masalah ini sebelumnya sudah cukup lama disadari oleh

    bangsa-bangsa di dunia, termasuk organisasi dunia PBB. Dalam

    resolusi Majelis Umum PBB No 2102 (XX), PBB menyatakan bahwa:

    "Conflicts and divergencies arising from the laws of different

    states in matters relating to international trade constitute an

    obstacle to the development of world trade."57

    Untuk menghadapi masalah ini, sebenarnya ada 3 teknik yang

    dapat dilakukan. Pertama, negara-negara sepakat untuk tidak

    menerapkan hukum nasionalnya. Sebaliknya mereka menerapkan hukum

    perdagangan internasional untuk mengatur hubungan-hubungan hukum

    perdagangan mereka.

    Kedua, apabila aturan hukum perdagangan internasional tidak

    ada dan atau tidak disepakati oleh salah satu pihak, maka hukum

    nasional suatu negara tertentu dapat digunakan. Cara penentuan

    hukum nasional yang akan berlaku dapat digunakan melalui

    penerapan prinsip choice of laws. Choice of Laws adalah klausul

    pilihan hukum yang disepakati oleh para pihak yang dituangkan

    dalam kontrak (internasional) yang mereka buat.58

    57 United Nations, op.cit., para. 14.58 Klausul choice of law tidak wajib sifatnya untuk harus ada dalam

    kontrak-kontrak internasional. Tetapi keberadaan klausul ini akan

    sedikit banyak membantu para pihak dalam penyelesaian sengketanya

    (apabila sengketa memang timbul) di kemudian hari (Lihat Sudargo

    Gautama, Kontrak Dagang Internasional, Bandung: Alumni, 1977, hlm. 26.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    32/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    33/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    34/214

    mencapai unifikasi hukum. Cara ini dipandang tepat untuk

    memperkenalkan suatu ketentuan hukum yang bersifat memaksa ke

    dalam sistem hukum nasional.64

    Pemberlakuan perjanjian TRIPS/WTO

    di atas merupakan salah satu contoh.

    Gambaran lainnya adalah CISG 1980 atau Konvensi mengenai

    Kontrak Jual Beli Barang Internasional. Konvensi ini dapat

    dipandang sebagai upaya mengunifikasi hukum kontrak jual beli

    barang internasional. Para perancang konvensi ini telah berupaya

    mengkawinkan prinsip-prinsip kontrak yang dikenal dalam sistem

    hukum Civil Law dan sistem hukum Common Law.

    Salah satu pembatasan cara ini adalah adanya kehendak dari

    sesuatu negara untuk mengikatkan diri atau meratifikasi

    perjanjian atau konvensi internasional tersebut. Dalam

    kenyataannya, untuk mencapai kehendak tersebut banyak bergantung

    pada faktor ekonomi, politis, juridis, dll.

    b. Hukum seragam (Uniform Laws)

    Hukum seragam tidak lain adalah model-model hukum yang

    dapat kita lihat misalnya dalam model hukum arbitrase UNCITRAL

    1985 (Model Law on International Commercial Arbitration). Model

    hukum ini memberikan keleluasaan kepada negara-negara yang hendak

    menerapkannya ke dalam hukum nasionalnya.

    Keleluasaan tersebut mencakup keleluasaan kepada negara

    yang bersangkutan apakah akan menerapkan secara penuh aturan-

    aturan substantif Model Law. Kemungkinan lain, negara tersebut

    memutuskan untuk menerapkannya dengan melakukan beberapa revisi

    atau menerapkan beberapa pengecualian terhadap aturan-aturan di

    dalamnya.

    Sifat hukum seragam tidak mengikat. Ia hanya bersifatpersuasif. Karena itu derajat pengadopsian atau penerapannya

    sangat bergantung kepada masing-masing negara. Model hukum ini

    memberi sumbangan bagi perbaikan kualitas (lembaga-lembaga) hukum di

    suatu negara (ibid).64 Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm. 110.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    35/214

    karena itu berbeda dengan perjanjian atau konvensi internasional.

    Pada saat suatu negara turut serta, aksesi atau meratifikasi

    suatu perjanjian atau konvensi internasional, maka pada

    prinsipnya seluruh aturan perjanjian mengikat negara tersebut.

    c. Aturan Seragam (Uniform Rules)

    Aturan-aturan seragam lebih rendah tingkatannya daripada

    hukum seragam (Uniform Laws). Bentuk aturan seragam tampak antara

    lain dalam modal-model kontrak standar atau kontrak baku. Contoh

    bentuk aturan seperti ini adalah the Uniform Customs and Practice

    for Documentary Credits (1974) yang dikeluarkan oleh ICC. Aturan

    hukum ini telah diterapkan dan dipraktekkan oleh para subyek

    hukum perdagangan internasional di dunia.65

    Bentuk lainnya adalah klausul standar (baku) yang

    dicantumkan oleh para pihak dalam kontrak-kontrak yang mereka

    buat.66

    Tidak jarang pula lembaga-lembaga atau asosiasi-asosiasi

    memperkenalkan klausul-klausul yang perlu dicantumkan dalam suatu

    kontrak apabila para pihak hendak memanfaatkan fasilitas lembaga

    atau asosiasi yang bersangkutan.

    Hal ini antara lain banyak ditemui dalam klausul-klausul

    arbitrase baik nasional maupun asing. Klausul-kluasul standar

    arbitrase tersebut dimaksudkan agar para pihak tidak perlu lagi

    merancang klausul choice of forum-nya, dalam hal ini arbitrase.67

    Bagaimana unifikasi dan harmonisasi dapat bekerja, agak

    sulit untuk dipaparkan di sini. Namun demikian, Katerina Pistor,

    guru besar di Columbia Law School, mengemukakan istilah yang

    dinamakannya standardization of law(standardisasi hukum).

    Maksud standardisasi di sini mengacu kepada suatu tahap

    dari kekhususan dari suatu hukum (the level of specificity oflaw). Standar hanya mencakup prinsip-prinsip hukum (legal

    65 Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm. 111.66 Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm. 111.67 Lihat Huala Adolf, Arbitrase Komersial Internasional, Jakarta:

    Rajagrafindo, cet. 3, 2003.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    36/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    37/214

    a. World Trade Organization (WTO)

    1. Pengantar

    World Trade Organization atau WTO dihasilkan dari Putaran

    Uruguay GATT (1986-1993). Organisasi ini memiliki kedudukan yang

    unik karena ia berdiri sendiri dan terlepas dari badan kekhususan

    PBB.

    Pembentukan WTO ini merupakan realisasi dari cita-cita lama

    negara-negara pada waktu merundingkan GATT pertama kali (1948).

    Yakni hendak mendirikan suatu organisasi perdagangan internasional

    (yang dulu namanya adalah International Trade Organization atau

    ITO).

    Struktur WTO akan dikepalai oleh suatu badan tertinggi yang

    disebut Konperensi Tingkat Menteri (Ministerial Conference). Badan

    ini akan bersidang sedikitnya sekali dalam dua tahun. Badan ini

    terdiri dari para perwakilan dari semua anggota WTO. Semua

    keputusan mengenai kebijakan yang berkaitan dengan perdagangan

    multilateral dilakukan melalui badan ini.

    Untuk pelaksanaan pekerjaannya sehari-hari, badan tertinggi

    ini dibantu oleh badan-badan kelengkapan utama, yaitu Dewan Umum

    (General Council) yang terdiri dari semua anggota WTO. Badan ini

    bertugas memberikan laporan mengenai kegiatan-kegiatannya kepada

    the Ministerial Conference.

    General Council memiliki dua fungsi lainnya. Pertama, sebagai

    suatu Badan Penyelesaian sengketa (Dispute Settlement Body).

    Fungsi kedua, sebagai badan peninjau kebijakan perdagangan negara-

    negara anggota GATT (Trade Policy Review Body).

    Selain itu, badan ini juga bertugas mengamati masalah-masalah

    perdagangan yang akan dicakup oleh WTO. Ia akan menetapkan tiga

    badan subsider yakni The Council for Trade in Goods, Council for

    Trade in Services, dan Council for TRIPs.

    The Council for Trade in Goods mengawasi pelaksanaan dan

    berfungsinya semua perjanjian mengenai perdagangan barang (Annex

    1A Perjanjian WTO) meskipun sebetulnya untuk perjanjian-pejanjian

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    38/214

    tertentu umumnya mereka memiliki badan pengawasnya sendiri. Dua

    dewan lainnya memiliki tanggung jawabnya masing-masing berkaitan

    dengan perjanjian WTO dan badan-badan tersebut dapat mendirikan

    badan-badan subsider lainnya manakala dipandang perlu.

    Tiga badan lainnya didirikan oleh the Ministerial Conference

    dan mereka melaporkan pekerjaannya kepada the General Council.

    Ketiga badan tersebut adalah the Committee on Trade and

    Development, yakni badan yang bertanggung jawab untuk masalah-

    masalah yang terdapat di negara-negara sedang berkembang. Kedua,

    the Committee on Balance of Payments bertanggung jawab untuk

    menyelenggarakan konsultasi di antara negara-negara anggota WTO

    dan negara-negara yang melaksanakan tindakan-tindakan restriktif

    perdagangan (Pasal XII dan XVII GATT), yakni tindakan- tindakan

    untuk menghadapi kesulitan-kesulitan neraca pembayarannya.

    Ketiga, the Committee on Budget, Finance and Administration

    bergerak dalam mengatur masalah-masalah keuangan dan anggaran

    WTO.70

    Di samping badan-badan tersebut, WTO membentuk pula badan-

    badan khusus yang mengawasi pelaksanaan perjanjian-perjanjian

    plurilateral (yang sifatnya sukarela), yakni badan untuk

    perdagangan pesawat udara sipil, badan untuk pengadaan barang

    pemerintah (government procurement), badan untuk produk susu dan

    daging (dairy products and bovine meat). Badan-badan khusus ini

    melaporkan tugas-tugasnya kepada the General Council.

    Sekretariat WTO berkedudukan di Jenewa, Swiss. Sampai tulisan

    ini dibuat, Sekretariat WTO memiliki sekitar 450 staf dan diketuai

    oleh seorang Direktur Jenderal (Diretor General) dan 4 orang

    pembantu Direktur Jenderal.

    Dalam membuat putusan, WTO melanjutkan praktek yang telah

    lama dilakukan dalam GATT, yaitu melalui konsensus. Namun dalam

    hal konsensus ini gagal, maka putusan akan diambil melalui

    pemungutan suara atau voting.

    70 WTO, Trading into the Future,.Geneva, 1995, hlm. 13.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    39/214

    Di samping itu, ada 4 hal atau situasi dalam perjanjian WTO

    yang memungkinkan dilakukannya voting. Pertama, mayoritas 2/3 dari

    anggota WTO diperlukan untuk mengesahkan suatu penafsiran

    perjanjian perdagangan multilateral.

    Kedua, mayoritas 2/3 dari anggota WTO diperlukan bagi the

    Ministerial Conference untuk memutuskan penanggalan suatu

    kewajiban yang dikenakan terhadap suatu negara oleh suatu

    perjanjian multilateral.

    Ketiga, keputusan untuk merubah ketentuan perjanjian

    multilateral dapat disahkan melalui kesepakatan seluruh anggotanya

    atau melalui mayoritas 2/3 dari anggota WTO. Perubahan-perubahan

    demikian hanyalah berlaku bagi negara-negara yang menerimanya

    saja.

    Keempat, suatu mayoritas 2/3 dari negara anggota WTO

    diperlukan untuk menerima masuknya suatu negara menjadi anggota

    WTO.71

    2. Kebijakan Unifikasi dan Harmonisasi WTO

    WTO adalah salah satu contoh yang telah di sebut di atas,

    di mana unifikasi aturan-aturan atau hukum perdagangan

    internasional diterapkan terhadap negara-negara anggotanya. PasalXVI Perjanjian Pembentukan WTO menyatakan: "Each member shall

    ensure the conformity of its laws, regulations and administrative

    procedures with its obligations as provided in the annexed

    Agreements." (Pasal XVI ayat 4 Agreement Establishing the World

    Trade Organization).

    Ketentuan pasal tersebut menjadi indikator penting

    bagaimana WTO mewajibkan negara-negara anggotanya untuk

    menyesuaikan aturan-aturan atau hukum perdagangannya denganaturan-aturan yang termuat dalam Annex perjanjian WTO. Bahkan

    ketentuan pasal XVI tersebut juga mewajibkan negara anggotanya

    untuk menyesuaikan administrative procedures-nya (birokrasi)

    sesuai dengan administrative procedure-nya WTO.

    71 WTO, Trading into the Future, Geneva, 1995, hlm. 14.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    40/214

    3. Perjanjian-perjanjian di Bawah Piagam WTO

    Perjanjian-perjanjian yang termuat dalam lampiran (Annex)

    WTO adalah perjanjian dalam TRIPS (telah diuraikan secara singkat

    di atas). Perjanjian-perjanjian lainnya adalah:

    GATT 1994; Agreement on Agriculture; Sanitary and Phytosanitary

    Measures; Textiles and Clothing; Technical Barriers to Trade;

    Trade-Related Investment Measures (TRIMs); Anti-dumping (Article

    VI of GATT 1994); Customs valuation (Article VII of GATT 1994);

    Preshipment Inspection; Rules of Origin; Import Licensing;

    Subsidies and Countervailing Measures; Safeguards; General

    Agreement on Trade in Services (GATS); Trade-Related Aspects of

    Intellectual Property Rights (TRIPS); Dispute Settlement

    Understanding.

    Sebenarnya di samping unifikasi hukum, WTO juga berupaya

    mendorong harmonisasi hukum, termasuk harmonisasi standar-standar

    teknis-nya. Upaya harmonisasi ini telah lama diupayakan GATT

    (pendahulu WTO). Pada tahun 1979, GATT berhasil mengeluarkan The

    GATT Code on Technical Standards (Standard Code).

    Aturan Standard Code ini mendorong negara-negara anggotanya

    untuk mengharmonisasikan standar-standar produk domestiknya.

    Upaya ini ditempuh agar kebijakan negara-negara mengenai standar

    produk tidak malah menjadi penghalang bagi perdagangan dunia.72

    Perjanjian lainnya yang dapat digolongkan ke dalam

    harmonisasi hukum adalah perjanjian-perjanjian yang berada di

    bawah 'Plurilateral Agreement'(Annex 4 Perjanjian WTO).

    Perjanjian-perjanjian ini adalah: Agreement on Trade in Civil

    Aircraft (Annex 4 (a)); Agreement on Government Procurement

    (Annex 4 (b)); International Dairy Agreement (Annex 4 (c));

    International Bovine Meat Agreement (Annex 4 (d)).

    72 Michael Trebilcock and Robert Howse, The Regulation of International

    Trade, London: Routledge, 1995, hlm. 29.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    41/214

    b. The International Institute for the Unification of Private Law

    (UNIDROIT).

    1. Pengantar

    The International Institute for the Unification of Private

    Law (UNIDROIT) adalah sebuah organisasi antar pemerintah yang

    sifatnya independen. UNCITRAL dibentuk pada tahun 1926 sebagai

    suatu badan pelengkap Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Sewaktu LBB

    bubar, UNIDROIT dibentuk kembali pada tahun 1940 berdasarkan

    suatu perjanjian multilateral yakni Statuta UNIDROIT (the

    UNIDROIT Statute). UNIDROIT berkedudukan di kota Roma.

    Tujuan utama pembentukannya adalah melakukan kajian untuk

    memodernisasi, mengharmonisasi dan mengkoordinasikan hukum

    privat, khususnya hukum komersial (dagang) di antara negara atau

    di antara sekelompok negara.

    Keanggotaan UNIDROIT terbatas hanya untuk negara-negara

    yang menundukkan dirinya kepada Statuta UNIDROIT. Negara-negara

    ini berasal dari 5 benua dan mewakili berbagai sistem hukum,

    ekonomi, politik dan budaya yang berbeda.

    Dewasa ini UNIDROIT memiliki 59 negara anggota, yakni:

    Argentina, Australia, Austria, Belanda, Belgium, Bolivia, Brazil,

    Bulgaria, Canada, Chile, China, Colombia, Croatia, Cuba, Cyprus,

    Republik Czech, Denmark, Mesir, Estonia, Federasi Rusia

    Finlandia, Perancis, Jerman, Holy See (Tahta Suci), Hungaria,

    India, Iran, Iraq, Ireland, Israel, Italy, Japan, Luxembourg,

    Malta, Mexico, Nikaragua, Nigeria, Norwegia, Pakistan, Paraguay,

    Poland, Portugal, Republik Korea, Romania, San Marino, Slovakia,

    Slovenia, Africa Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Tunisia, Turki,

    Inggris, Amerika Serikat, Uruguay, Venezuela, Yugoslavia (Federal

    Republic of), Yunani.

    2. Kebijakan Harmonisasi dan Unifikasi UNIDROIT

    Tujuan utama UNIDROIT sebenarnya adalah mempersiapkan

    harmonisasi aturan-aturan hukum privat. Upaya ini dipandang

    penting mengingat perkembangan teknologi baru, praktek-praktek

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    42/214

    pedagangan, dll memerlukan aturan hukum yang baru. Biasanya

    aturan-aturan baru tersebut juga dibuat oleh negara-negara.

    Masalahnya adalah peraturan tersebut bisa saja berbeda antara

    satu aturan hukum dengan aturan hukum lainnya. Karen itu aturan

    tersebut perlu diharmonisasi, atau bahkan diunifikasi guna

    memperlancar perdagangan internasional.

    Masalahnya adalah harmonisasi atau unifikasi hukum tersebut

    banyak bergantung kepada keinginan dan kerelaan negara-negara

    untuk mau menerimanya.

    Meskipun menyadari adanya kesulitan upaya tersebut,

    UNIDROIT memiliki kedudukannya yang menguntungkan sebagai

    organsiasi antar pemerintah. Dalam kaitan ini, UNDIROIT

    menerapkan pemberlakuan konvensi atau perjanjian internasional

    yang mensyaratkan penerimaan dari negara-negara anggotanya.

    Tujuannya adalah menerapkan aturan-aturan konvensi tersebut ke

    dalam sistem hukum negara-negara anggota yang menundukkan dirinya

    kepada konvensi tersebut.

    Penerimaan suatu aturan konvensi oleh negara akan jauh

    lebih memudahkan pemberlakuan aturan-aturan konvensi tersebut ke

    dalam wilayah negara anggotanya (termasuk kepada warga negara

    atau subyek-subyek hukum di wilayah negara tersebut).

    3. Konvensi atau Perjanjian Yang Dihasilkan UNIDROIT

    Selama berdiri UNIDROIT telah melakukan lebih dari 70

    kajian. Kajian-kajian ini ada yang telah menghasilkan berbagai

    perjanjian atau konvensi internasional berikut:

    (1) Convention relating to a Uniform Law on the Formation of

    Contracts for the International Sale of Goods (The Hague

    1964);

    (2) Convention relating to a Uniform Law on the International

    Sale of Goods (The Hague, 1964);

    (3) International Convention on the Travel Contract (Brussels,

    1970);

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    43/214

    (4) Convention providing a Uniform Law on the Form of an

    International Will (Washington, 1973);

    (5) Convention on Agency in the International Sale of Goods

    (Geneva, 1983);

    (6) UNIDROIT Convention on International Financial Leasing

    (Ottawa, 1988);

    (7) UNIDROIT Convention on International Factoring (Ottawa,

    1988);

    (8) UNIDROIT Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural

    Objects (Rome, 1995);

    (9) Convention on International Interests in Mobile Equipment

    (Cape Town, 2001);

    (10)Protocol to the Convention on International Interests in

    Mobile Equipment on Matters specific to Aircraft Equipment

    (Cape Town, 2001).

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    44/214

    c. The United Nations Commission on International Trade Law

    (UNCITRAL)73

    1. Pengantar

    1. The United Nations Commission on International Trade Law

    (UNCITRAL) adalah badan kelengkapan khusus dari Majelis Umum PBB.

    Badan ini dibentuk pada tahun 1966. Pembentukannya didasarkan

    pada Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2205 (XXI) tanggal 17

    Desember 1966.

    Tugas utamanya adalah mengurangi perbedaan-perbedaan hukum

    di antara negara-negara anggota yang dapat menjadi rintangan bagi

    perdagangan internasional. Untuk melaksanakan tugas tersebut

    UNCITRAL berupaya memajukan perkembangan harmonisasi dan

    unifikasi hukum perdagangan internasional secara progresif (the

    progressive harmonization and unification of the law of

    international trade).

    Sejak berdiri UNCITRAL telah mempersiapkan berbagai

    Konvensi, Model Hukum dan instrumen hukum lainnya yang mengatur

    transaksi perdagangan atau aspek-aspek hukum bisnis lainnya yang

    memiliki pengaruh terhadap perdagangan internasional.

    2. Kebijakan Harmonisasi dan Unifikasi UNCITRAL

    Dua kata harmonisasi dan unifikasi di atas memiliki

    pengertian tersendiri bagi UNICTRAL. UNCITRAL beranggapan mandat

    "Harmonization" dan "unification" hukum perdagangan

    internasional ini dimaksudkan agar perdagangan internasional

    dapat berlangsung secara lancar. Hal ini penting mengingat

    perdagangan internasional acapkali terhalang atau tidak lancar

    karena faktor-faktor seperti tidak adanya kepastian hukum (lack

    of a predictable governing law), hukum yang ada sudah tidaksesuai lagi dengan perkembangan jaman.

    73 http://www.uncitral.org/en-index.htm. Lihat pula: Gerold Hermann,

    United Nations Commission on International Trade Law, dalam: R.

    Bernhardt (ed.), Encyclopedia of Public International Law: Instalment

    5, 1983, hlm. 298-301; Schmitthoff, op.cit., Commercial Law, hlm. 24-

    25.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    45/214

    Karena itu upaya badan ini tidak lain adalah berupaya

    membuat produk atau instrumen hukum yang modern yang dapat

    memberi kebutuhan hukum untuk memperlancar perdagangan

    internasional dan perkembangan ekonomi dunia.74

    UNCITRAL merancang dan mengesahkan setiap instrumen hukum.

    Dalam upaya ini, tidak semua negara anggota UNCITRAL turut serta.

    Hanya negara-negara tertentu saja yang merupakan wakil dari

    region-regiona di dunia.75

    Pihak lain yang juga dapat turut serta dalam proses

    perancangan tersebut adalah LSM internasional atau organisasi-

    organisasi antar pemerintah yang berminat. Keputusan untuk

    mengesahkan instrumen hukum dilakukan secara konsensus.

    Instrumen hukum yang dirancang UNCITRAL bisa berupa

    legislative texts umumnya berupa Konvensi.76

    Legislative texts

    74Cf., mirip mandatnya dengan UNIDROIT., supra.75 Terdapat lima kelompok regional yang terwakili dalam UNCITRAL. Mereka

    adalah: (1) Negara-negara Afrika, yakni: Benin, Burkina Faso,

    Cameroon, Kenya, Morocco, Rwanda, Sierra Leone, Sudan and Uganda; (2)

    Negara-negara Asia:- China, Fiji, India, Iran (Islamic Rep. of), Japan,

    Singapore, and Thailand; (3) Negara-negara Eropa Timur: Hungary,

    Lithuania, Romania, Russian Federation, The former Yugoslav Republic of

    Macedonia; (4) Amerika Latin dan Karibia: Argentina, Brazil, Colombia,

    Honduras, Mexico, Paraguay and Uruguay; (5) Eropa Barat dan Lainnya:-

    Austria, Canada, France, Germany, Italy, Spain, Sweden, United States

    of America and United Kingdom.76 Konvensi tersebut adalah: Convention on the Limitation Period in the

    International Sale of Goods (New York, 1974); United Nations Convention

    on Contracts for the International Sale of Goods (Vienna, 1980); United

    Nations Convention on the Carriage of Goods by Sea, 1978 (Hamburg

    Rules); United Nations Convention on the Liability of Operators of

    Transport Terminals in International Trade (1991); United Nations

    Convention on International Bills of Exchange and International

    Promissory Notes (New York, 1988); United Nations Convention on

    Independent Guarantees and Stand-by Letters of Credit New York, 1995);

    Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards(New York 1958) (the "New York" Convention); United Nations Convention

    on Contracts for the International Sale of Goods (Vienna 1980) ("CISG");

    Convention on the Limitation Period in the International Sale of Goods

    (New York 1974); United Nations Convention on International Bills of

    Exchange and International Promissory Notes (New York, 1988); United

    Nations Convention on Independent Guarantees and Stand-by Letters of

    Credit (New York, 1995); United Nations Convention on the Assignment of

    Receivables in International Trade (2001); United Nations Convention on

    the Carriage of Goods by Sea (1978) (the "Hamburg Rules"); United

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    46/214

    misalnya saja: United Nations Convention on Contracts for the

    International Sale of Goods; Convention on the Limitation Period

    in the International Sale of Goods; United Nations Convention on

    Independent Guarantees and Stand-by Letters of Credit; United

    Nations Convention on International Bills of Exchange and

    International Promissory Notes; United Nations Convention on the

    Carriage of Goods by Sea, 1978 (Hamburg); United Nations

    Convention on the Liability of Operators of Transport Terminals

    in International Trade; and the United Nations Convention on the

    Assignment of Receivables in International Trade.

    Sedangkan instrumen hukum lainnya berupa legislative guides

    dan non-legislative guides. Legislative guides misalnya adalah

    instrumen-instrumen hukum berupa model law dan rules. Instrumen

    ini merupakan instrumen yang tidak mengikat negara anggota.

    Negara anggota bebas untuk mengikui atau tidak mengikuti

    legislative guides tersebut.

    Non-legislative texts adalah instrumen hukum lainnya yang

    sifatnya juga tidak mengikat. Contoh instrumen hukum seperti ini

    misalnya saja: UNCITRAL Arbitration Rules; UNCITRAL Conciliation

    Rules; UNCITRAL Notes on Organizing Arbitral Proceedings;

    UNCITRAL Legal Guide on Drawing Up International Contracts for

    the Construction of Industrial Works; and UNCITRAL Legal Guide on

    International Countertrade Transactions.

    Nations Convention on the Liability of Operators of Transport Terminals

    in International Trade (Vienna, 1991).

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    47/214

    d. Kamar Dagang Internasional (ICC)77

    1. Pengantar

    The International Chamber of Commerce (ICC) didirikan pada

    tahun 1919. Badan ini berkedudukan di Paris. Tujuannya pada waktu

    itu, dan sampai sekarang masih terus berlaku, adalah melayani

    dunia usaha dengan memajukan perdagangan, penanaman modal,

    membuka pasar untuk barang dan jasa, serta memajukan aliran modal

    (to serve world business by promoting trade and investment, open

    markets for goods and services, and the free flow of capital).

    Selama ini ICC dipandang sebagai corongnya dunia usaha

    (pengusaha) untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja,

    dan kemakmuran. Peran ini sangat penting dalam kaitannya dengan

    keadaan dunia saat ini. Negara-negara di dunia kerap membuat

    kebijakan atau keputusan-keputusan yang dapat mempengaruhi

    perdagangan. Karena itulah, peran atau adanya suatu badan dunia

    yang menyuarakan para pedagang yang terkena oleh kebijakan atau

    keputusan (suatu) negara menjadi sangat penting. Untuk itu, ICC

    memiliki akses langsung kepada pemerintah negara-negara di dunia

    melalui national committee ICC (KADIN Nasional) yang terdapat

    hampir di setiap negara di dunia.

    Peran penting lain ICC adalah sebagai badan dalam membuatkebijakan-kebijakan atau aturan-aturan yang dapat memfasilitasi

    perdagangan internasional. Peran lain yang juga cukup penting

    adalah:

    (1) sebagai forum penyelesaian sengketa khususnya melalui

    arbitrase;78

    77 http://www.iccwbo.org/home/menu_what_is_icc.asp; Schmitthoff,

    op.cit., Commercial Law, hlm. 24-25.

    78ICC memiliki badan arbitrase serta aturan (rules) arbitrasenya. The

    ICC International Court of Arbitration terbentuk pada tahun 1923 atas

    jasa Presiden ICC pertama, yaitu Etienne Clmentel, mantan menteri

    perdagangan Perancis. Badan arbitrase ICC telah terkenal menjadi badan

    penyelesaian sengketa bisnis ternama. Pada tahun 2002 saja badan

    arbitrase ICC menerima 590 kasus atau kira-kira 50 kasus per bulan.

    (http://www.iccwbo.org/home/menu_what_is_icc.asp).

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    48/214

    (2) sebagai forum untuk menyebarluaskan informasi dan kebijakan

    serta aturan-aturan hukum dagang internasional di antara

    pengusaha-pengusaha di dunia; dan

    (3) memberikan pelatihan-pelatihan dan teknik-teknik dalam

    merancang kontrak serta keahlian-keahlian praktis lainnya

    dalam perdagangan internasional.

    2. Kebijakan Harmonisasi Hukum ICC

    ICC tidak berupaya menciptakan unifikasi hukum. Kebijakan

    yang ditempuhnya adalah memberikan aturan-aturan dan standar-

    standar (Rules and Standards) di bidang hukum perdagangan

    internasional. Kedua bentuk aturan ini sifatnya tidak mengikat.

    Hal ini sebenarnya tidak terlepas dari pendirian ICC bahwa

    dunia usaha sebaiknya tidak atau dipengaruhi sedikit mungkin oleh

    campur tangan penguasa (pemerintah). ICC karenanya tidak mau

    menjadi penguasa seperti itu. Ia berpendirian, biarlah dunia

    usaha saja yang mengatur atau membuat aturan bagi mereka sendiri.

    Dana turan-aturan yang sifatnya atau yang datang dari luar,

    termasuk aturan-aturan yang dibuat ICC, haruslah bersfiat

    sukarelah saja.

    Namun demikian aturan-aturan ICC (termasuk standar-standar

    ICC) ini memiliki pengaruh yang cukup tinggi. Bahkan beberapa

    aturan (Rules)-nya telah diikuti dengan sukarela dan seksama oleh

    para pelaku dagang, seperti misalnya perbankan. Bahkan standar-

    standar yang dikeluarkan oleh ICC telah banyak dimasukkan ke

    dalam kontrak-kontrak dagang yang dibuat oleh para pelaku bisnis.

    3. Aturan-aturan dan Standar yang Dikeluarkan ICC

    Dewasa ini ICC memiliki 16 Komisi para ahli yang berasal

    dari sektor swasta. Para ahli ini terdiri berbagai bidang

    keahlian di bidang bisnis internasional. Keahlian bidang mereka

    antara lain mencakup teknis-teknis perbankan (jasa keuangan),

    perpajakan, hukum persaingan, telekomunikasi, HAKI, teknologi

    informasi, pengangkutan (udara dan laut), penanaman modal dan

    kebijakan perdagangan.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    49/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    50/214

    (16)ICC International Code of Advertising Practice (April 1997);

    (17)ICC International Customs Guidelines (10 Juli 1997);

    (18)The Business Charter for Sustainable Development (1996);

    (19) Rules for Pre-arbitral referee, (1 Januari 1990);

    (20)The Uniform Customs and Practice for Documentary Credits(UCP) 1933 dan 1994.

    (21)The International Commercial Terms (Incoterms) (1936, 2000).

    Dua produk hukum ICC yang disebut terakhir, yaitu UCP dan

    Incoterms perlu mendapat sedikit catatan. UCP mengalami beberapa

    kali revisi. Revisi terakhir adalah UCP 500, yang mulai berlaku

    Januari 1994. UCP telah digunakan oleh bank di seluruh dunia.

    Suatu tambahan terhadap UCP 500, yaitu the eUCP, ditambahkan pada

    tahun 2002. eUCP mengatur penampilan semua atau sebagian doumen

    elektronik.

    Incoterms dibentuk untuk memberikan definisi baku secara

    universal mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam transaksi

    perdagangan internasional, seperti misalnya Ex quay, CIFdan FOB.

    Seperti halnya UCP, Incoterms telah mengalami beberapa revisi.

    Revisi terakhir dilakukan pada tahun 2000 (Incoterms 2000), yang

    mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2000.

    Schmitthoff memuji peran badan ini dalam upayanya

    merumuskan unifikasi hukum perdagangan internasional dengan

    menyatakan bahwa (ICC) contribution to the unification of

    international trade law has been singular successful.80

    Sebagai catatan akhir dari bagian ini, penting pula

    mengutip nasihat Schmitthoff. Beliau melihat keberadaan lembaga-

    lembaga internaisonal yang berupaya mengunifikasi aturan-aturan

    perdagangan internasional ini adalah positif. Namun beliau

    mengingatkan agar lembaga-lembaga ini harus saling kerjasama agar

    upaya unifikasi efektif.81

    80Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm. 213.

    81Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm. 214.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    51/214

    F. Penutup

    Dari uraian di atas tampak bahwa hukum perdagangan

    internasional adalah bidang hukum yang sangat luas ruang

    lingkupnya. Hal ini sudah barang tentu merupakan tantangan bagi

    para mahasiswa dan sarjana hukum untuk mendalami bidang ini.

    Dari perkembangannya, tersirat pula pertumbuhan bidang

    hukum ini yang sudah ada sejak manusia mulai merasakan

    kekurangannya dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Untuk itu

    manusia mulai berdagang. Metode transaksi awalnya sangatlah

    sederhana: barter atau tukar menukar. Dalam perkembangannya,

    orang sudah transaksi dengan menerapkan teknologi canggih:

    perdagangan dengan sarana telekomunikasi.

    Canggihnya transaksi perdagangan merupakan tantangan bagi

    hukum perdagangan internasional. Bidang hukum ini ditantang untuk

    mengakomodasi perkembangan cepat ini melalui aturan-aturan

    hukumnya. Adanya aturan-aturan ini sangat dibutuhkan bagi pelaku

    perdagangan untuk adanya kepastian hukum, sekaligus mendapatkan

    perlindungan hukumnya.

    Upaya hukum nasional sudah barang tentu sangat terbatas

    kewenangan hukumnya untuk mengatur transaksi-tansaksi lintas

    batas atau internasional. Peran hukum nasional hanya mencakup

    aturan-aturan yang mengikat bagi kegiatan dan transaksi dagang

    dalam wilayahnya.

    Karena itu, upaya-upaya pengaturan perdagangan

    internasional sedikit banyak bergantung pada peran organisasi

    internasional baik yang sifatnya antar negara, misalnya WTO,

    maupun yang sifatnya privat, misalnya Kamar Dagang Internasional

    (International Chamber of Commerce).

    Upaya organisasi internasional pun hingga dewasa ini lebih

    banyak pada upaya harmonisasi hukum daripada upaya unifikasi

    hukum. Upaya ini tampaknya wajar dilakukan mengingat perkembangan

    hukum perdagangan internasional yang cukup progresif. Upaya

    mengkristalisasi aturan hukum perdagangan internasional dalam

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    52/214

    suatu dokumen perjanjian internasional yang sifatnya stabil dan

    berlaku lama tampaknya sangat sulit.

    Tujuan akhir dari hukum perdagangan internasional

    sebenarnya adalah tujuan dari eksistensi hukum perdagangan

    internasional itu sendiri. Di bagian awal Bab ini (yaitu bagian

    B. Eksistensi dan Tujuan Hukum Perdagangan Internasional),

    terungkap beberapa tujuan bidang hukum perdagangan internasional

    ini yang terdengar sangat positif, yaitu antara lain,

    mensejahterakan negara-negara (dan warga negaranya).

    Satu hal yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa

    untuk mencapai tujuan positif tersebut mau tidak mau harus

    dibarengi dengan pemahaman terhadap hukum perdagangan itu

    sendiri. Artinya, masyarakat atau negara yang tidak mengetahui

    aturan-aturan hukum perdagangan internasional janganlah berharap

    dapat mengambil manfaat dari hukum perdagangan internasional.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    53/214

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    54/214

    1

    BAB II

    SUBYEK HUKUM DALAM HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

    A. Pengantar

    Dalam aktivitas perdagangan internasional terdapat beberapa

    subyek hukum yang berperan penting di dalam perkembangan hukum

    perdagangan internasional. Maksud subyek hukum di sini adalah:

    (1) para pelaku (stake holders) dalam perdagangan internasionalyang mampu mempertahankan hak dan kewajibannya di hadapan

    badan peradilan; dan

    (2) para pelaku (stake holders) dalam perdagangan internasionalyang mampu dan berwenang untuk merumuskan aturan-aturan

    hukum di bidang hukum perdagangan internasional.

    Dari batasan tersebut sebagai tolok ukur, maka subyek hukum

    yang dapat tergolong ke dalam lingkup hukum perdagangan

    internasional adalah negara, organisasi internasional, individu,

    dan bank. Uraian berikut akan menganalisa lebih lanjut tiga

    subyek hukum ini.

    B. Negara

    1. Peran Negara

    Negara merupakan subyek hukum terpenting di dalam hukum

    perdagangan internasional. Sudah dikenal umum bahwa negara adalah

    subyek hukum yang paling sempurna. Pertama, ia satu-satunya

    subyek hukum yang memiliki kedaulatan.

    Berdasarkan kedaulatan ini, negara memiliki wewenang untuk

    menentukan dan mengatur segala sesuatu yang masuk dan keluar dari

    wilayahnya.1 Booysen menggambarkan kedaulatan negara ini sebagai

    berikut:

    1 Hercules Boosen, International Trade Law on Goods and Services,

    Pretoria: Interlegal, 1999, hlm. 2.

  • 8/8/2019 1 Hukum Perdagangan Internasional Prinsip-prinsip Dan Konsepsi Dasar

    55/214

    2

    ... a state can absolutely determine whether anything from

    outside the state. The state would also have the power to

    determine the conditions on which the goods may be imported

    into the state or exported to another country. ... Every

    state would have the power to regulate arbitrarily the

    conditions of trade.2

    Dengan atribut kedaulatannya ini, negara antara lain

    berwenang membuat hukum (regulator) yang mengikat segala subyek

    hukum lainnya (yaitu individu, perusahaan), mengikat benda dan

    peristiwa hukum yang terjadi di dalam wilayahnya, termasuk

    perdagangan, di wilayahnya.3

    Kedua, negara juga berperan baik secara langsung maupun

    tidak langsung dalam pembentukan organisasi-organisasi

    (perdagangan) internasional di dunia, misalnya WTO, UNCTAD,

    UNCITRAL, dll.4

    Organisasi-organisasi internasional di bidang

    perdagangan internasional inilah yang kemudian berperan dalam

    membentuk aturan-aturan hukum perdagangan internasional.

    Ketiga, peran penting negara lainnya adalah negara juga

    bersama-sama deng