fisika teknik ii · konsep-konsep dan hukum-hukum dasar dari eleketromagnet. setelah mengikuti...
TRANSCRIPT
FISIKA TEKNIK IIBuku Ajar
2008
IWAN SUHARDI, S.T., M.T.
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK, UNM
i
Pengantar
Penulisan buku Fisika Teknik 2 ini lebih menekankan pada segi pengertian pokok
tentang gejala-gejala alam Fisika. Maka wajarlah kiranya kalau tinjauan buku ini lebih
bersifat analitik daripada teknis.
Matakuliah Fisika Teknik 2 yang bermuatan tentang elektrostatika,
elektromagnetik, dan pengembangannya merupakan fondasi teoritis untuk mendalami
lebih lanjut matakuliah-matakuliah yang lebih spesifik di Jurusan Teknik Elektro antara
lain elektronika daya, kontrol, mesin-mesin listrik, elektronika, komunikasi dan
intrumentasi adan lain-lain. Oleh karena itu penguasaan matakuliah Fisika Teknik 2
merupakan salah satu syarat wajib bagi mahasiswa teknik elektro. Demikianlah
diharapkan buku ini dapat membantu mahasiswa untuk memahami konsep-konsep
pokok dalam Fisika Teknik 2.
Adapun tujuan instruksional umum dari matakuliah ini adalah :
Setelah meyelesaikan matakuliah ini, mahasiswa akan dapat menerapkan
konsep-konsep dan hukum-hukum dasar dari eleketromagnet.
Setelah mengikuti perkuliahan maka mahasiswa akan dapat mengetahui sejarah
perkembangan ilmu listrik dan magnet, mengetahui tentang konsep hukum Coulomb,
medan listrik, dan potensial listrik, mengetahui sifat-sifat konduktor dan kondensator,
mengetahui definisi dan fungsi dielektrikum, mengetahui tentang magnetostatika,
mengetahui tentang medan magnet pada arus listrik, dan mengetahui gaya
elektromagnet dan penerapannya.
Akhir kata, semoga tulisan ini berguna bagi peningkatan pendidikan dan
pengajaran matakuliah Fisika khususnya di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
UNM. Tiada gading yang tak retak. Tegur sapa dan masukan konstruktif dari para
pembaca dan pengguna tulisan ini tentu akan sangat bermanfaat bagi perbaikan dan
pembenahan untuk pengembangan di kesempatan berikutnya.
Makassar, Mei 2008
Iwan Suhardi, S.T., M.T.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 0 : Pendahuluan
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Mengenai Listrik dan
Magnet
2. Soal-soal Latihan
1
2
9
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika
1. Konsep-konsep Dasar
2. Tenaga Sistem Titik-titik Muatan Listrik
3. Teorema Gauss dan Persamaan Maxwell I
4. Soal-soal Latihan
10
11
29
32
35
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator
1. Definisi Konduktor
2. Koefisien Potensial dan Kapasitan Konduktor
3. Kondensator (Kapasitor)
4. Penghitungan Kapasitan Kapasitor
5. Soal-soal Latihan
36
37
45
47
51
56
Bab 3 : Dielektrikum
1. Tetapan Dielektrikum
2. Rapat Momen Dipool
3. Soal-soal Latihan
58
59
61
63
iii
Bab 4 : Magnetostatika
1. Kesetaraan antara magnetostatika dan Elektrostatika
2. Magnet Bumi
3. Hukum Coulomb untuk Magnetostatika
4. Jenis-jenis Medium Magnetik
5. Soal-soal Latihan
64
65
66
68
71
72
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik
1. Rumus Biot-Savart
2. Untain Ampere
3. Kuat Medan Magnet pada Beberapa Macam Bentuk
4. Soal-soal Latihan
73
74
77
79
85
Bab 6 : Gaya Elektromagnet
1. Gaya Lorentz
2. Rumus Ampere untuk Gaya antara Arus-arus Listrik
3. Satuan Kuat Srus Listrik Ampere Absolut
4. Soal-soal Latihan
Bab 7 : Medium Magnetik
1. Teori Atomik
2. Paramagnetisme
3. Diamagnetisme
4. Feromagnetisme
5. Soal-soal Latihan
86
87
93
96
97
98
99
100
101
106
110
iv
Bab 8 : Induksi Magnetik
1. Percobaan Faraday
2. Hukum Lenz
3. Induktansi Kumparan
4. Tenaga Sistem atau Himpunan Kumparan-kumparan
5. Soal-soal Latihan
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-balik
1. Pengertian Tegangan dan Arus Bolak-balik
2. Respon Elemen
3. Rangkaian RLC Bersimpul Tunggal
4. Daya di dalam Rangkaian Arus Bolak-balik
5. Resonans di dalam Rangkaian Arus Bolak-balik
6. Penyaring dan Pelurus Arus Bolak-balik
7. Transformator
8. Impedansi dan Admitansi
9. Daya dan Peningkatan Faktor Daya
10. Soal-soal Latihan
111
112
115
119
123
125
127
129
132
144
150
157
160
171
177
193
206
Daftar Pustaka 209
Bab 0 : Pendahuluan « 1 »
Fisika 2
BAB 0
Tujuan :
Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat :
1) Menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu listrik dan magnet
PENDAHULUAN
Bab 0 : Pendahuluan « 2 »
Fisika 2
Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang hal-hal mengenai listrik dan
magnet. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan secara kronologi bagaimana sejarah
penemuan dan perkembangan pengetahuan mengenai listrik dan magnet.
Perkembangannya yang memerlukan waktu yang panjang ini diharapkan bagi
mahasiswa untuk lebih menghargai para ilmuwan-ilmuwan yang telah berjasa
mendirikan landasan pengetahuan yang kokoh pada bidang ini, walaupun dengan
peralatan yang masih terbatas dan diharapkan lebih menghargai ilmu Fisika itu
sendiri. Dengan sikap itu diharapkan matakuliah Fisika ini semakin dapat diresapi
dengan lebih mendalam lagi.
Di masa depan diharapkan mahasiswa juga mampu untuk menorehkan
tambahan pengetahuan ilmiah untuk lebih memperkaya pengetahuan di bidang
keilmuan tentang listrik dan magnet.
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Mengenai Listrik dan Magnet
Ilmu yang berkaitan dengan kelistrikan boleh dikatakan termasuk cabang ilmu
fisika kuno. Sejarah kelistrikan diawali sekitar tahun 600 sebelum Masehi dengan
diamatinya bahan ambar atau resin yang bahasa Yunaninya elektron. Hal yang
apabila digosok dengan kulit binatang berbulu akan dapat menarik benda-benda halus
dan ringan. Sifat demikian ternyata ditularkan pada benda lain yang disingungkan
atau ditempelkan padanya, yang oleh karenanya benda itu lalu dikatakan bermuatan
ke-ambar-an atau resinious. Hal yang sama terjadi pula pada kaca yang digosokkan
dengan kain sutera, yang penularannya menjadikan benda lain yang ditempelkan
padanya bermuatan ke-kaca-an atau vitrious.
Pada tahun 1600 William Gilberts menemukan dan mempelajari bahan-bahan
yang bersifat seperti ambar. William Gilberts adalah juga orang yang pertama kali
mengenal adanya magnet. Pada tahun 1731, Stephen Gray mempelajari sifat-sifat
Bab 0 : Pendahuluan « 3 »
Fisika 2
penghantaran listrik bahan-bahan, ia membedakan antara bahan isolator dan bahan
konduktor.
Francois du Fay, pada tahun 1733, menemukan kenyataan bahwa di alam
hanya ada 2 jenis muatan listrik saja, yakni muatan resinious dan muatan vitrious.
Dua benda yang bermuatan sama akan tolak-menolak dan sebaliknya dua benda akan
tarik-menarik jika muatannya berbeda. Beberapa bahan, bersifat kelistrikan vitreous
seperti halnya dengan gelas yang digosok dengan kain sutera. Sedangkan beberapa
bahan lainnya bersifat kelistrikan resinous seperti halnya resin, sejenis ebonit, yang
digosok dengan bulu binatang.
Benyamin Franklin (1706 – 1790) dalam penelitiannya tentang banyaknya
muatan, menemukan kaidah kekekalan muatan. Ia menemukan kenyataan bahwa dua
jenis muatan resinious dan vitrious itu jika digabungkan akan saling meniadakan
seperti halnya dengan bilangan positif dan negatif. Sejak itu muatan resinious disebut
muatan listrik negatif dan muatan vitrious disebut muatan listrik positif. Ia
mengatakan bahwa kaidah penjumlahannya mengikuti kaidah penjumlahan aljabar.
Bab 0 : Pendahuluan « 4 »
Fisika 2
Gambar 0.1 : Dua batang gelas bermuatan positif saling tolak menolak
Cavendish (1731 – 1810) dan Coulomb (1736 – 1806) pada tahun 1785
menemukan rumus gaya antara dua benda yang bermuatan listrik; gaya itu yang lalu
disebut gaya elektrostatika, besarnya berbanding lurus dengan banyaknya masing-
masing muatan serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda
tersebut. Lebih lanjut ia menemukan bahwa besar gaya ini tergantung pada jenis
medium di mana kedua benda bermuatan itu berada. Hukum ini dikenal sebagai
hukum Coulomb dan merupakan hukum yang pertama dan fundamental dalam ilmu
kelistrikan.
Bab 0 : Pendahuluan « 5 »
Fisika 2
Luigi Galvani pada tahun 1791 menemukan apa yang disebut kelisttrikan
katak. Penemuan Galvani ini menjadi dasar bagi pengertian tegangan elektrolitik.
Alesandro Volta (1745 – 1827) yang melanjutkan penelitian Galvani adalah perintis
penciptaan sumber daya batere.
Ohm (1789 – 1845) merupakan orang pertama meneliti ketergantungan kuat
arus dengan beda tegangan. Ia juga mendefinisikan mengenai apa yang dimaksud
dengan tahanan listrik.
Pada tahun 1820, Andre Marie Ampere menemukan efek magnetik dari arus
listrik. Pada tahun 1823 ia mengemukakan gagasan tentang kesetaraan antara sel
magnetik dengan untai listrik. Ampere juga melakukan penelitian secara sistematik
terhadap gaya antara arus-arus listrik . Tidak lama kemudian, Oersted menemukan
gaya-gaya pada magnet oleh arus listrik pada tahun 1819. Selanjutnya Biot dan Savart
membuktikan kebenaran teori Ampere untuk kawat panjang yang dialiri arus listrik,
pada tahun 1820.
Melanjutkan percobaan Michelson dan Carlisle tentang elektrolisa, Michael
Faraday (1791 – 1867) pada tahun 1833 mengemukaan gagasan terkuantisasinya
muatan listrik menjadi unit-unit muatan, yang kemudian oleh Stoney pada tahun
1874, dihipotesiskan adanya zarah pembawa unit muatan listrik, yang dinamakan
elektron. Sebagaimana resin, elektron itu dikatakan menghasilkan muatan listrik
negatif maka elektron pun dikatakan bermuatan listrik negatif.
Sebelumnya memang sudah ada pengertian kuantisasi, yaitu kuantisasi massa
yang dikemukakan oleh Avogadro. Konsep kuantisasi muatan oleh Faraday inilah
yang kemudian mengilhami teori kuantum foton oleh Max Planck dan teori atom
Bohr serta teori-teori kuantum selanjutnya seperti halnya mekanika kuantum, teori
kuantum medan, dan lain-lain. Kecuali itu penelitian yang dilakukan Faraday ialah
tentang induksi elektromagnetik yang dikembangkan oleh Joseph Henry, seorang
bangsa Amerika yang pertama kali menciptakan motor listrik.
Bab 0 : Pendahuluan « 6 »
Fisika 2
James Clerk Maxwell (1831 – 1879) merumuskan hukum-hukum
elektromagnetisme di dalam bentuk seperti yang kita kenal sekarang ini. Hukum-
hukum ini dikenal dengan persaman-persamaan Maxwell. Hukum-hukum ini
memainkan peranan yang sama di dalam elektromagnetisme seperti peranan yang
dimainkan oleh hukum-hukum Newton mengenai gerakan dan gravitasi dalam
mekanika.
Tabel 0.1 : Persamaan-persamaan dasar kelektromagnetan
(Persamaan-persamaan Maxwell)1
Nomor Nama Persamaan Menjelaskan
IHukum Gauss untuk
listrik qdSE.0
Muatan dan
medan listrik
IIHukum Gauss untuk
magnet 0.dSB Medan magnet
IIIHukum Induksi
Faraday dt
ddlE B .
Efek listrik
dari medan
magnet yang
berubah-ubah
IV
Hukum Ampere
(seperti yang diperluas
oleh Maxwell)
i
dt
ddlB E
00.
Efek magnetik
dari medan
listrik yang
berubah-ubah
atau dari arus
Walaupun sintesa Maxwell mengenai elektromagnetisme sangat banyak
didasarkan pada pekerjaan orang-orang yang mendahuluinya, tetapi kontribusinya
1 Dituliskan berdasarkan anggapan bahwa tidak ada bahan dielektrik atau bahan magnetik
Bab 0 : Pendahuluan « 7 »
Fisika 2
sendiri adalah suatu yang pokok dan penting. Maxwell menarik kesimpulan bahwa
cahaya bersifat elektromagnetik dan bahwa lajunya dapat dicari dengan membuat
pengukuran-pengukuran listrik dan magnetik murni. Jadi, ilmu pengetahuan optik
sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan listrik dan magnet. Ruang lingkup
persamaan-persamaan Maxwell sangat mengagumkan, termasuk perumusan prinsip-
prinsip dasar semua alat optik dan alat elektromagnetik berskala besar seperti motor,
radio, televisi, radar gelombang mikro, mikroskop dan teleskop.
Perkembangan elektromagnetisme klasik tidak berakhir dengan Maxwell.
Sarjana fisika Inggris bernama Oliver Heaviside (1857-1925) dan khususnya sarjana
fisika Belanda bernama H.A. Lorenzt (1853-1928) membuat kontribusi yang sangat
besar untuk menerangkan teori Maxwell. H.A. Lorentz menghasilkan suatu
penemuan yang dikenal dengan gaya Lorentz yang merupakan salah satu hal yang
pokok dalam elektromagnetisme.
Heinrich Hertz (1857-1894) mengambil suatu langkah maju besar ke depan
ketika lebih dari dua puluh tahun sesudah Maxwell membuat teorinya. Dia
menghasilkan di dalam laboratorium “gelombang-gelombang Maxwell”
elektromagnetik yang macamnya seperti gelombang-gelombang radio pendek.
Marconi dan orang-orang lain dapat mengekploitasinya pada pemakaian praktis
gelombang-gelombang elektromagnetik Maxwell dan Herzt.
Hukum mengenai rangkaian listrik, pertama kali dikemukakan oleh Kirchhoff
(1824 – 1887). Hukum-hukum Kirchhoff ini kemudian menjadi dasar bagi teorema-
teorema rangkaian.
Efek pemanasan oleh arus listrik, diteliti secara kuantitatif oleh James Prescot
Joule pada tahun 1841. H.A. Rowland (1848 – 1901) merupakan orang-orang yang
menunjukkan bahwa muatan yang bergerak, berkelakuan seperti arus listrik.
Bab 0 : Pendahuluan « 8 »
Fisika 2
Gambar 0.2 : Alat pemancar dan penerima gelombang mikro
yang menggunakan energi elektromagnetik
Bab 0 : Pendahuluan « 9 »
Fisika 2
2. Soal-soal Latihan
1. Susunlah secara kronologi perkembangan pengetahuan khususnya di bidang listrik
dan magnet ! Bagaimana tanggapan Anda ?
2. Tambahkan sejarah penemuan di bidang ini dari referensi Anda !
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 10 »
Fisika 2
BAB 1
BAB 1
PENGANTAR ELEKTRO STATIKA
Tujuan :
Tujuan :
Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat :
1) Menjelaskan pengertian tentang konsep dasar muatan dan materi
2) Menjelaskan pengertian tentang konsep dasar hukum Coulomb
3) Menjelaskan pengertian tentang konsep dasar medan listrik
4) Menjelaskan pengertian tentang konsep dasar potensial listrik
5) Menjelaskan pengertian tentang tenaga sistem titik-titik muatan listrik
6) Menjelaskan tentang teorema Gauss dan persamaan Maxwell I
PENgantarElektrostatika
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 11 »
Fisika 2
1. Konsep-konsep Dasar
a. Muatan dan Materi
Materi secara fundamental sebagai sesuatu yang dibentuk dari tiga macam
partikel yaitu :
1) Proton
2) Neutron
3) Elektron.
Tabel 1.1 memperlihatkan massa dan muatan partikel-partikel tersebut. Perhatikan
bahwa masa neutron dan massa proton adalah kira-kira sama, tetapi elektron adalah
kurang masip dengan faktor sebesar kira-kira 1840
Tabel 1.1 : Beberapa sifat tiga partikel fundamental
Partikel Simbol Muatan Massa
Proton p + e = 1,6021892 x 10-19 C 1,6726485 x 10-27 kg
Neutron n 0 1,6749543 x 10-27 kg
Elektron e- - e 9,109534 x 10-31 kg
Atom-atom dibuat dari sebuah inti (nukleus) bermuatan positif yang rapat,
yang dikelilingi oleh awan elektron, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1. Jari-jari
inti tersebut berubah dari kira-kira 1 x 10-15 untuk hidrogen sampai kira-kira 7 x 10-15
m untuk atom atom yang paling berat. Diameter awan elektron yang lebih luar yakni
diameter atom tersebut, terletak di dalam jangkauan 1 – 3 x 10-10 m, kira kira 105 kali
lebih besar dari pada diameter inti.
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 12 »
Fisika 2
Di dalam zamannya Benjamin Franklin, muatan lsitrik dipikirkan sebagai
sebuah fluida kontinyu, yang merupakan suatu pemikiran yang berguna untuk banyak
tujuan. Akan tetapi, teori atom materi, telah membuktikan bahwa fluida itu sendiri,
seperti udara dan air, tidaklah kontinyu, tetapi dibuat dari atom-atom.
Eksperimen memperlihatkan bahwa “fluida listrik” tersebut tidaklah ontinyu
tetapi terbuat dari kelipatan bulat sebuah muatan lsitrik minimum. Muatan
fundamental ini, yang diberi simbol e, mempunyai nilai sebesar 1,6021892 x 10-19 C.
Setiap muatan q yang ada secara fisis, tidak peduli apapun asalnya, selalu dapat
dituliskan sebagai ne di mana n adalah bilangan bulat positif atau negatif, tergantung
pada jenis muatannya.
Bila sebuah sifat fisis seperti muatan terdapat di dalam bentuk “paket” diskrit
dan bukan di dalam jumlah kontinyu, maka sifat tersebut dikatakan terkuantisasi
(quantized). Kuantisasi adalah merupakan dasar untuk fisika kuantum mutakhir.
Terdapatnya atom atom dan partikel-partikel seperti elektron dan proton
menunjukkan bahwa massa adalah terkuantisasi juga.
Kuantum muatan e adalah begitu kecil sehingga bentuk butiran listrik tidak
terlihat di dalam eksperimen skala besar. Seperti dengan halnya kita tidak menyadari
bahwa udara yang kita hirup ini terbuat dari atom-atom. Misalnya, di dalam sebuah
bola lampu biasa yang tegangannya 110 volt, dayanya 100 watt, maka 6 x 1018
muatan elementer memasuki dan meninggalkan bola lampu tersebut setiap detik.
b. Hukum Coulomb
Meskipun J.C. Maxwell (1831 – 1879) berhasil memadukan semua hukum
dan rumus kelistrikan dalam bentuk persamaan yang lalu dikenal sebagai persamaan
Maxwell seeemikian hingga semua gejala kelistrikan selalu dapat diterangkan
berdasarkan keempat persamaan itu. Pada hakikatnya keempat persamaan itu dapat
dipadukan menjadi hukum Coulomb :
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 13 »
Fisika 2
221
r
qqkF
yaitu bahwa gaya antara dua muatan listrik q1 dan q2 akan sebanding dengan banyak
muatan masing-masing serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r) antara
kedua muatan listrik tersebut, serta bergantung pada medium dimana kedua muatan
berada, yang dalam perumusannya dinyatakan oleh suatu tetapan k.
Hukum Coulomb merupakan hukum yang paling fundamental dalam ilmu
kelistrikan, yang mendasari semua hukum dan rumus kelistrikan. Sama halnya
dengan hukum inersia Newton dalam mekanika yang mendasari semua hukum, dan
rumus mekanika.
Dalam sistem satuan mks, tetapan medium k yaitu :
4
1k
dengan ε disebut konstanta permitivitas medium. Nilai ini besarnya :
ε = 8,854187818 x 10 -12 C2/N.m2
≈ 8,9 x 10 -12 C2/N.m2
Untuk pemakaian langsung hukum Coulomb atau di dalam setiap soal di dalam mana
ada kuantitas4
1k , maka k akan berharga :
k = 9,0 x 109 N.m2/C2
F berharga positif berati gaya itu tolak-menolak dan sebaliknya F berharga negatif
bila tarik-menarik.
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 14 »
Fisika 2
Gambar 1.1 : Sebuah atom, yang menggambarkan awan elektron,
Di sebelah atasnya adalah sebuah gambaran inti yang diperbesar
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 15 »
Fisika 2
Pentingnya gaya Coulomb jauh melebihi gambaran (deskripsi) gaya-gaya
yang bekerja di antara bola-bola yang bermuatan. Hukum ini, bila dimasukkan ke
dalam struktur fisika kuantum, akan dapat menjelaskan dengan tepat :
a) Gaya-gaya listrik yang mengikat elektron-elektron sebuah atom
kepada intinya
b) Gaya-gaya yang mengikat atom-atom bersama-sama untuk
membentuk molekul
c) Gaya-gaya yang mengikat atom-atom atau molekul-molekul bersama-
sama untuk membentuk benda padat atau benda cair.
Jadi kebanyakan gaya yang kita alami sehari-hari yang tidak merupakan gaya
gravitasi adalah gaya listrik. Sebuah gaya yang diteruskan atau ditransmisikan oleh
sebuah kabel baja pada dasarnya adalah sebuah gaya listrik, karena jika dilewatkan
sebuah bidang khayal melalui kabel tersebut di dalam arah tegak lurus kabel, maka
hanya gaya-gaya antar atom listrik yang tarik-menarik yang akan bekerja di antara
atom-atom yang berada pada sisi-sisi yang berlawanan dari bidang yang akan
mencegah kabel tersebut supaya jangan terputus. Bahkan manusia sendiri pada
dasrnya adalah sebuah kumpulan inti-inti dan elektron-elektron yang terikat bersama-
sama di dalam sebuah konfigurasi stabil oleh gaya-gaya Coulomb.
Contoh Soal :
Jarak r di antara elektron dan proton di dalam atom hidrogen kira-kira 5,3 x
10-11 m. Berapakan besarnya gaya listrik diantara kedua patikel tersebut ?
Solusi :
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 16 »
Fisika 2
Dari hukum Coulomb :
221
r
qqkF dengan k bernilai
4
1k
Maka dapat ditulis :
11
199
103,5
106,1100,9
x
xxF
= 8,1 x 10-8 Newton
c. Medan Listrik
Adanya muatan listrik di dalam ruang akan menyebabkan setiap muatan listrik
yang berada di dalam ruang itu mengalami gaya elektrostatika Coulomb. Oleh sebab
itu dikatakan bahwa muatan listrik akan menimbulkan medan listrik di sekitarnya.
Medan listrik dikatakan kuat apabila gaya pada muatan listrik di dalam ruang
bermedan listrik itu besar. Tetapi gaya-gaya Coulomb itu besar terhadap muatan
listrik yang banyak, sehingga didefinisikanlah kuat medan listrik sebagai gaya pada
satu satuan muatan listrik.
Untuk mendefinisikan medan lisrik secara operasional, kita menempatkan
sebuah muatan uji yang kecil q0 (untuk memudahkan maka kita menganggap q0
positif) pada titik di dalam ruang yang akan diselidiki, dan diukur gaya listrik F pada
benda ini.
Medan listrik E pada titik tersebut didefinisikan sebagai :
E = F / q0
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 17 »
Fisika 2
Satuan untuk E adalah N/C. Jadi dari hukum Coulomb di atas, kuat medan listrik
oleh titik muatan listrik q adalah :
2r
qkE
Gambar 1.2 : Kuat medan listrik
Sebagaimana gaya F adalah besaran vektor maka begitu juga kuat medan
listrik E adalah vektor juga, dan q0 adalah sebuah skalar. Arah E adalah arah F, yaitu
yang menyatakan di dalam arah mana sebuah muatan yang diam yang ditempatkan
pada titik tersebut akan cenderung bergerak. Sehingga kuat medan listrik oleh
beberapa muatan listrik q1, q2, q3, ... sama dengan jumlah vektor-vektor kuat medan
listrik oleh masing-masing titik muatan listrik, yaitu :
Ē = Ē1 + Ē2 + Ē3 + Ē4 + ....
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 18 »
Fisika 2
Contoh Soal :
Berapakah besarnya sebuah medan listrik E supaya sebuah elektron yang
ditempatkan di dalam medan tersebut akan mengalami sebuah gaya lsitrik
yang sama dengan beratnya?
Solusi :
Dengan menggantikan q0 dengan e dan F dapat dicari dengan m g, di mana m
adalah massa elektron, maka dapat diperoleh :
e
mg
q
FE
0
11
31
106,1
)8,9)(101,9(
x
xE N/C
d. Garis Gaya Medan Listrik
Garis gaya medan listrik bukanlah besaran gaya nyata melainkan suatu
abstraksi atau gambaran yang menyatakan arah medan listrik di berbagai tempat di
dalam ruang bermedan listrik, yakni yang polanya menyatakan distribusi arah medan
listrik. Garis-garis gaya tersebut merupakan sebuah cara untuk memudahkan
bagaimana memandang pola-pola medan listrik. Gambaran garis-garis gaya tersebut
seperti yang dijelaskan gambar berikut ini :
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 19 »
Fisika 2
Gambar 1.3 : Pola garis gaya medan listrik oleh titik muatan (1)
dan sistem muatan (2)
Arah medan listrik setempat, yaitu pada arah garis gaya di tempat itu, sudah tentu
menyinggung garis gaya di tempat tersebut.
Hubungan di antara garis-garis gaya (imajiner) dan vektor medan listrik
adalah :
1) Garis singgung kepada sebuah garis gaya pada setiap titik memberikan
arah E pada titik tersebut
2) Garis-garis gaya yang digambarkan sehingga banyaknya garis
persatuan luas penampang (yang tegak lurus pada garis-garis tersebut)
adalah sebanding dengan besarnya (magnitude) E. Di tempat di mana
garis-garis tersebut dekat satu sama lain maka E adalah besar dan di
1 2
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 20 »
Fisika 2
tempat di mana garis-garis tersebut jauh satu sama lain maka E adalah
kecil.
Pada hakikatnya memang setiap titik pasti dilalui satu garis gaya, sehingga
garis-garis gaya akan memenuhi seluruh ruangan. Tetapi seandainya semua garis-
garis gaya digambarkan, maka pola sistem garis gaya itu akan tidak tampak. Oleh
sebab itu banyaknya garis gaya yang digambar harus dibatasi, misalnya sebanyak
muatan yang memancarkannya. Artinya banyaknya garis-garis yang digambarkan,
yang memancar dari titik muatan listrik q adalah juga sebanyak q saja. Hal itu
dimaksudkan agar pola sistem garis-garis gaya itu tampak dan memiliki makna, yang
kecuali menyatakan distribusi arah medan listrik juga memperlihatkan distribusi kuat
medan listrik di mana di bagian yang garis gaya medannya rapat, medan listriknya
juga kuat.
Untuk medan listrik oleh muatan listrik q, menurut hukum Coulomb, kuat
medan listriknya berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Tetapi dengan melukis
sebanyak q garis gaya yang memancar radial merata dari titik muatan q. Suatu
permukaan bola berjari-jari r yang berpusat di q akan ditembus tegak lurus oleh fluks
garis gaya yang sebanyak q, yaitu = q, sehingga rapat garis gaya yang
didefinisikan sebagai banyaknya garis gaya yang menembus satu satuan luas
permukaan tegak lurus pada permukaan bola iru diberikan oleh :
2.4 r
=2.4 r
= ε E = D
dengan D yang disebut induksi elektrik. Jadi induksi elektrik setempat diberikan oleh
rapat fluks garis gaya medan listrik di tempat itu yaitu :
D =
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 21 »
Fisika 2
yang berarti kuat medan listrik setempat sebanding dengan rapat fluks garis gaya
medan listrik di tempat itu.
Dengan definisi serta pengertian garis-garis gaya medan listrik seperti yang
diutarakan di atas, maka garis-gaya tersebut memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1) Tidak berpotongan satu sama lain, sebab arah medan listrik setempat
adalah pasti.
2) Kontinyu, sebab medan listrik ada di setiap titik di dalam ruang.
3) Seolah-olah ditolak oleh muatan positif dan sebaliknya ditarik oleh
muatan negatif, seperti terlihat pada Gambar 1.2.
4) Dipotong tegak lurus oleh bidang-bidang equipotensial sebab usaha
yang dilakukan satu satuan muatan listrik dari satu titik ke titik lain di
bidang equipotensuial adalah nol karena tidak ada perubahan tenaga
potensial, yang harus berarti arah garis gaya medannya selalu tegak
lurus bidang equipotensial tersebut.
Gambar 1.4 memperlihatkan garis-garis gaya untuk selembar muatan posistif
yang uniform. Kita menganggap bahwa lembaran ini tak berhingga besarnya, yang
untuk sebuah lembaran yang dimensinya berhingga, adalah ekivalen dengan hanya
meninjau titik-titik yang jaraknya dari lembar tersebut adalah kecil dibandingkan
terhadap jarak terdekat lembar tersebut. Sebuah muatan uji positif, yang dilepaskan di
depan lembar seperti itu, akan bergerak menjauhi lembar sepanjang sebuah garis
tegak lurus. Jadi vektor medan listrik pada setiap titik di dekat lembar tersebut
haruslah tegak lurus kepada lembar. Garis-garis gaya mempunyai antara yang
uniform, yang berarti bahwa E mempunyai besar yang sama untuk semua titik di
dekat lembar tersebut.
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 22 »
Fisika 2
Gambar 1.4 : Garis-garis gaya untuk satu bagian dari
sebuah lembar muatan positif yang besarnya tak berhingga
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 23 »
Fisika 2
Gambar 1.5 : Garis-garsi gaya untuk sebuah bola bermuatan negatif
Gambar 1.5 memperlihatkan garis-garis gaya untuk sebuah bola bermuatan
negatif. Dari simetri, maka garis-garis tersebut harus terletak sepanjang jari-jari.
Garis-garis tersebut menuju ke arah dalam karena sebuah muatan positif akan
dipercepat di dalam arah ini. Medan listrik E tidaklah konstan tetapi berkurang
dengan semakin besarnya jarak dari muatan. Hal ini jelas di dalam garis-garis gaya,
yang jauh terpisah satu sama lain pada jarak yang lebih besar. Dari simetri, E adalah
sama untuk semua titik yang terletak pada sebuah jarak yang diberikan pada titik
pusat muatan tersebut. Misalkan bahwa ada N garis yang berakhir pada bola tersebut.
Pada sebuah bola konsentris yang jari-jarinya r, maka banyaknya garis persatuan luas
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 24 »
Fisika 2
penampang pada setiap titik pada bola adalah 24 rN
. Karena E adalah sebanding
dengan ini maka dapat kita tuliskan :
21
rE
Gambar 1.6 memperlihatkan sebuah representasi garis-garis gaya di sekitar
penghantar bermuatan, meng menggunakan benih rumputan. Potret pola garis-garis
gaya listrik di sekitar (a) sebuah plat bermuatan, dan (b) dua tongkat yang muatannya
sama dan berlawan.
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 25 »
Fisika 2
Gambar 1.6 : Potret pola-pola garis-garis gaya listrik
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 26 »
Fisika 2
e. Potensial Listrik
Seperti halnya dengan tenaga potensial dalam mekanika, turunnya tenaga
potensial listrik dari titik A ke titik B sama dengan usaha yang dilakukan oleh satu
satuan muatan listrik selama bergerak dari A ke B. Dirumuskan sebagai berikut :
drVVB
A
BA .
Untuk medan listrik yang oleh satu titik muatan q turunnya potensial listrik itu
menjadi :
2.4 r
qVV
B
A
BA
ABA r
qVV
.4 -
Br
q
.4
Dengan mengambil VB = 0 untuk rB = ∞ , yaitu dengan menyatakan potensial
listrik di tempat yang jauh tak terhingga dari q adalah nol. Sejalan dengan tak adanya
potensi untuk melakukan usaha sebab kuat medan listrik E di r = ∞ adalah nol, kita
dapat merumuskan potensial listrik oleh titik muatan listrik q di tempat sejauh r dari
titik muatan itu sebagai berikut :
r
qV
.4
yang sama dengan usaha yang dilakukan oleh suatu satu satuan muatan listrik yang
bergerak dari tempat sejauh r dari q ke tempat tak terhingga jauhnya dari q, atau dapat
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 27 »
Fisika 2
juga dikatakan sama dengan usaha yang diperlukan untuk mengambil satu satuan
muatan listrik dari tempat jauh tak terhingga ke tempat sejauh r dari titik muatan q.
Untuk mencari selisih potensial listrik diantara dua titik A dan B didalam
sebuah medan listrik, juga dapat dihitung dengan cara lain. Sebuah muatan q0
digerakkan dari A ke B, selanjutnya diukur kerja WAB yang harus dilakukan oleh alat
yang mengerakkan muatan tersebut. Selisih potensial didefinisikan sebagai :
0q
WVV AB
AB
Kerja WAB mungkin bernilai :
1) Positif, jika potensial listrik di B lebih tinggi dari potensial di A
2) Negatif, jika potensial di B lebih rendah dari potensial di A
3) Nol, jika potensal di B sama dengan potensial di A
Selanjutnya didefinisikan satuan potensial volt. Jikalau usaha yang dilakukan
oleh 1 coulomb muatan listrik adalah 1 joule maka turunnya potensial adalah 1 volt.
1 volt = 1 joule / coulomb
Muatan listrik 1 coulomb adalah adalah yang pada pemindahannya dalam
pengendapan elektrolit mengendapkan 1,118 miligram Ag dari larutan AgNO3. jadi
jelaslah bahwa untuk Q coulomb muatan yang melintasi beda potensial V volt,
diperlukan usaha sebesar QV joule. Untuk satuannya berarti pula coulomb volt =
joule.
Biasanya titik A dipilih pada suatu jarak jauh dari semua muatan (tak
berhingga), dan potensial listrik VA diambil sebagai nol. Hal ini memungkinkan
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 28 »
Fisika 2
untuk mendefinisikan potensial listrik pada sebuah titik. Dengan menaruh VA = 0 di
dalam persamaan, maka dihasilkan :
0q
WV
Persamaan di atas dapat diartikan bahwa W adalah kerja yang harus dilakukan oleh
pengaruh luar untuk menggerakkan muatan uji q0 dari tak berhingga ke titik yang
ditinjau.
Satuan permitivitas medium dalam hukum Coulomb dapat dicari sebagai
berkut. Satuan untuk muatan listrik q adalah coulomb, satuan untuk jarak r adalah
meter, maka satuan untuk gaya elektrostatika Coulomb adalah newton. Jadi satuan
untuk permitivitas medium adalah coulomb2/(newton meter2).
Sama dengan yang berlaku dalam mekanika di mana gaya F = - gradien
potensial, maka dalam elektrostatika juga berlaku hubungan kuat medan listrik E = -
gradien potensial listrik V. Dirumuskan sebagai berikut :
E = - V
di mana adalah operator diferensial vektor nabla Laplace, yang didefinisikan
sebagai berikut :
=zyx
ji
dengan i, j, k adalah vektor-vektor satuan panjang sumbu-sumbu koordinat X,
Y, Z di dalam sistem koorninat cartesian.
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 29 »
Fisika 2
Contoh soal :
Berapakah seharusnya besar sebuah muatan titik posistif yang terisolasi
supaya potensial listrik pada jarak 10 cm dari muatan ersdebut adalah +100V?
Solusi :
r
qV
.4
maka q yang akan akan dihasilkan :
q = V 4 π ε r = 100. 4. π (8.9 . 10-12)(0,1)
= 1,1 x 10-9 C
2. Tenaga Sistem Titik-titik Muatan Listrik
Yang dimaksud dengan tenaga sistem atau himpunan titik-titik muatan listrik
yaitu tenaga yang diperlukan untuk menghimpun ataupun tenaga yang dikandung
sistem titik-titik muatan tersebut, adalah sama dengan usaha yang dilakukan oleh
titik-titik muatan itu seandainya dibiarkan berserakan menuju ke tempat jauh tak
terhingga. Gambar 1.3 memperlihatkan himpunan titik-titik muatan q1 yang berada di
tempat yang potensial listriknya V1, q2 di tempat yang potensialnya V2 dan
seterusnya.
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 30 »
Fisika 2
Gambar 1.7 : Penjabaran rumus tenaga sistem titik titk muatan listrik
Misalnya penghimpunan titik-titik muatan itu kita mulai dengan mengambil
titik muatan q1 dari tempat jauh tak terhingga. Untuk ini tidak perlu usaha, sebab
tidak ada medan listrik yang harus diatasinya. Tetapi untuk mengambil q2 dari tempat
jauh tak terhingga ke tempatnya sudah diperlukan gaya untuk mengatasi medan listrik
yang ditimbulkan oleh q1, dan usaha itu sebesar U2 = q2V21, dimana V21 adalah
potensial listrik di tempat q2 karena adnya muatan listrik q1. Demikianlah seterusnya,
secara umum kita dapat menulis :
ji
iji VqiU
dan
i
ii UU
U1 = 0
U2 = q2V21
U3 = q3V31 + q3V32
U4 = q4V41 + q4V42 + q4V43
U = U1 + U2 + U3 + U4
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 31 »
Fisika 2
dengan U adalah sistem yang dimaksud.
Adapun potensial listrik di tempat qi diberikan oleh jumlah masing-masing
muatan listrik lainnya.
ij
iji VV
Di lain pihak q1Vij = qj Vji sebagaimana
ij
jiiji r
qqVq
.4 = jij
ji
ij Vq
r
.4
di mana rij adalah jarak qj dari qi yang sudah tentu sama dengan jarak dari qi ke qj
yaitu rji. Demikianlah akhirnya kita jabarkan rumus :
i
iii VqU2
1
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 32 »
Fisika 2
3. Teorema Gauss dan Persamaan Maxwell I
Dengan ketentuan banyaknya fluks garis gaya sama dengan banyaknya
muatan pada titik sumbernya, yaitu = q, maka total banyaknya fluks garis gaya
yang memancar keluar elemen volum ΔV sama dengan total muatan listrik yang
berada di dalam elemen volum ΔV tersebut, sebab muatan listrik negatif akan
menyerap masuk fluks garis gaya sebanyak muatan listrik negatif tersebut seperti
dijelaskan pada Gambar 1.4 :
Gambar 1.8 : Teorema Gauss dan Persamaan Maxwell I
Dari definisi rapat fluks garis gaya sebagai banyaknya fluks garis gaya yang
menembus satu satuan luas secara tegak lurus. Sebanyak fluks garis gaya yang
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 33 »
Fisika 2
menembus tegak lurus luasan ΔAn akan menembus luasan ΔA yang membuat sudut
kemiringan θ dengan ΔAn, yang berarti
ΔAn = ΔA cos θ
Oleh karena itu dengan mendefinisikan vektor luasan sebagai vektor yang
arahnya tegak lurus luasan itu dan yang panjangnya sebanding dengan luas luasan
tersebut, serta mendefinisikan vektor rapat fluks sebagai vektor yang rahnya pada
arah garis gaya dan panjangnya sebanding dengan nilai rapat fluks tersebut, berlaku
persamaan :
Δ = ΔAn = ΔA cos θ
Dengan demikian total fluks garis gaya yang dipancarkan k lura elemen volum Δ V
adalah :
= dAd .
Karena :
q = serta = D
maka kita dapatkan :
qdAD.
yang dikenal sebagai rumus teorema Gauss
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 34 »
Fisika 2
Makin banyak muatan listrik yang dicakup elemen volum ΔV, makin banyak
fluks garis gaya yang dipancarkan keluar. Jadi makin rapat muatan di sekitar titik di
dalam elemen volum itu, makin kuat intensitas memanxcarnya garis gaya medan
listriknya, yaitu divergensi medan listriknya.
Dengan mendefinisikan divergensi D, atau disingkat div. D, maka :
div. D = ρ,
di mana ρ ialah rapat muatan listrik yaitu :
VqV
/lim0
maka div. D diberikan oleh :
V
dADDdiv
V
.lim.
0= .D
yang buktinya didapati dalam diferensial vektor. Rumus .D = ρ di atas tak lain
ialah rumus persamaan Maxwell I.
Kalau terorema Gauss menyangkut integral yang mencakup elemen volum,
maka persamaan Maxwell berkaitan dengan nilai diferensial setempat, yaitu di suatu
titik atau di sekitar suatu titik tertentu.
Selanjutnya dengan mengingat E = - dan D = εE, terjabarlah apa yang
dikenal sebagai persamaan Poison :
2V = - ρ / ε
Bab 1 : Pengantar Elektrostatika « 35 »
Fisika 2
4. Soal-soal latihan
1. Titik A, B, C, ketiganya ada di sepanjang garis lurus dengan jarak AB = 40 cm,
BC = 60 cm, dan di ketiga titik tersebut terdapat muatan-muatan listrik
berturut-turut +3 coulomb, +2 coulomb, dan -4 coulomb. Diketahui 4 π ε =
(10 -9 / 9) coulomb2/Nm2.
a. Tentukan kuat medan listrik di tengah-tengah antara A dan C !
b. Tentukanlah titik di mana kuat medan listriknya nol. Di tempat itu
kuat medannya maksimum ataukah minimum?
c. Tentukanlah titik di mana potensial listriknya nol !
d. Gambarkan grafik varisi E maupun V di sepanjang garis ABC !
Cocokkan jawaban untuk (b) dan (c) dengan yang dar grafik !
2. Di titik-titik sudut segitiga sama-sisi ABC yang panjang sisi-sisinya 1 m,
terdapat titik-titik muatan listrik berturut-turut +1 coulomb, +1 coulomb dan -1
coulomb. Diketahui 4 π ε = (10 -9 / 9) coulomb2/Nm2. Tentukan kuat medan
dan potensial listrik di pusat segi tiga itu !
3. Muatan listrik 100 coulomb terdistribusi merata sekeliling lingkaran yang jari-
jarinya 10 cm. Diketahui 4 π ε = (10 -9 / 9) coulomb2/Nm2.
a. Gambarkan sistem garis gaya dan potongan bidang equipotensial di
sekitar lingkaran itu!
b. Tentukan kuat medan dan potensial listrik di pusat lingkaran itu !
4. Hitunglah tenaga himpunan muatan listrik di soal (1), (2), (3) !
5. Di titik A, B, C sepanjang garis lurus pada jarak 5 cm, terdapat muatan-muatan
listrik +2, -1, dan x coulomb. Hitunglah x agar tenaga himpunan muatan listrik
itu U = 0 !
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 36 »
Fisika 2
BAB 2
Tujuan :
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan dapat :
1) Menjelaskan definisi dan sifat-sifat konduktor.
2) Menjelaskan pengertian kapasitor dan macam-macam kondensator
Kapasitan
KONDUKTOR DAN
KONDENSATOR
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 37 »
Fisika 2
1. Definisi Konduktor
Yang dimaksud dengan kapasitan ialah ukuran kapasitas, yaitu kemampuan
menampung muatan listrik. Suatu konduktor kalau dimuati muatan listrik akan
menjadi bermedan listrik di permukaannya, namun muatan listrik yang ada padanya
tidak ditolak keluar dan lepas dari konduktor karena gaya medan elektrosatika itu
diimbangi oleh gaya tarik muatan listrik yang tandanya berlawanan yang berasal dari
atom-atom konduktor itu sendiri. Akan tetapi bilamana pemuatan listriknya terlampau
banyak, medan listrik yang ditimbulkan akan menjadi terlampau kuat sehingga gaya
tarik dari atom-atom konduktor tidak lagi mampu mengatasi gaya tolak keluar
konduktor. Akibatnya sebagian muatan listrik yang dimuatkan padanya menjadi
terlepas kembali karena konduktor itu tidak mampu menampung muatan lebih lanjut.
Demikianlah ada hubungan kesebandingan antara kuat medan listrik di
permukaan konduktor dengan banyaknya muatan listrik yang dimuatkan ke
konduktor tersebut, begitu pula antara potensial listrik konduktor tersebut dengan
banyaknya muatan listrik yang dimuatkan. Untuk merumuskan secara kongkrit,
terlebih dahulu kita pelajari sifat konduktor yang berkaitan dengan kuat medan listrik
di permukaan yang disebabkan oleh muatan listrik yang ada padanya.
Secara ekstrem, yang dimaksud dengan konduktor ialah bahan yang
menghantarkan listrik secara sempurna, yang berarti bahwa muatan listrik yang
dimuatkan padanya akan bebas bergerak tanpa hambatan sedikitpun. Dengan definisi
yang demikian maka konduktor memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Muatan istrik yang dimuatkan akan ada di permukaan. Hal ini dengan mudah
dapat dijelaskan berdasarkan gaya tolak-menolak di antara muatan-muatan listrik
yang dimuatkan sehingga akan sejauh mungkin saling menjauhi, tetapi masih
belum dapat lepas keluar dari permukaan konduktor.
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 38 »
Fisika 2
2. Arah medan listrik di permukaan adalah tegak lurus permukaan itu. Seandainya
arah medan listrik di permukaan itu miring terhadap permukaan, maka muatan
listrik di permukaan akan mengalami gaya medan karena adanya komponen
medan listrik sepanjang arah yang menyinggung permukaan. Jadi dalam keadaan
setimbang komponen medan listrik yang pada arah mendatar adalah nol, yang
berarti medan listrik dipermukaan konduktor pasti pada arah tegak lurus
permukaan.
3. Di dalam konduktor tidak ada medan listrik. Dengan menerapkan teorema Gauss
dengan integrasi yang mencakup permukaan tepat di bawah permukaan
konduktor, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1 (c), nilai integral itu
adalah nol karena tidak berisai muatan listrik sama sekali mengingat seluruh
muatan listrik yang dimuatkan ada dipermukaan konduktor. Seandainya di dalam
konduktor itu ada distribusi arah medan listrik, tentunya arahnya entah semuanya
keluar entah semuanya masuk permukaan, sehingga nilai integralnya tidak akan
nol. Jadi nilai intergral nol harus berarti bahwa kuat medan listrik nol di
sembarang permukan di bawah permukaan konduktor, yakni di sembarang
tempat di dalam konduktor.
4. Konduktor adalah benda equipotensial. Karena tidak ada medan listrik dalam
konduktor, maka tidak diperlukan usaha untuk memindahkan muatan listrik dari
titik A ke titik B di dalam konduktor, yang berarti potensial listrik di A sama
dengan yang di B. Juga tidak diperlukan usaha untuk memindahkan muatan listrik
dari sembarang titik di permukaan konduktor ke titik lain yang juga ada di
permukaan konduktor sebab arah medan listrik di permukaan konduktor tegak
lurus permukaan. Jadi potensial listrik di semua titik di permukaan konduktor
adalah sama dan juga sama dengan yang ada di dalam konduktor. Dengan kata
lain konduktor merupakan benda equi-potensial, maksudnya potensial listriknya
sama di mana-mana di dalam maupun di permukaan konduktor.
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 39 »
Fisika 2
5. Muatan listrik yang dimuatkan ke konduktor berongga akan ada ada
dipermukaan luar saja. Dengan melihat Gambar 2.1 (e) kita amati bahwa dengan
menerapkan teorema Gauss dengan integrasi yang meliputi luasan di atas rongga
konduktor di dalam konduktor, nilai integral itu pasti nol sebab kuat medan listrik
di mana-mana di dalam konduktor adalah nol. Berarti luasan integrasi itu tidak
mencakup muatan listrik, yang berati pula tidak ada muatan listrik di permukaan
rongga. Muatan listrik yang dimuatkan sekuruhnya akan ada di permukaan luar.
6. Kuat medan listrik di permukaan konduktor sebanding dengan rapat muatan di
tempat itu. Pada Gambar 2.1 (f), dapat kita amati bahwa dengan menerapkan
teorema Gauss dengan integrasi yang meliputi keenam dinding kotak segi empat,
yang memberi distribusi pada integrasi hanyalah permukan atas saja, karena
hanya permukaan itu yang ditembus garis gaya. Seandainya luas permukaan itu
adalah A, maka nilai integral Gauss itu adalah E.A yang harus sama dengan total
muatan listrik yang dicakup dibagi permitivitas medium, yaitu σq.A, dengan σq
adalah rapat muatan listrik dipermukaan di bawah yang luasnya sudah tentu A
juga. Dengan demikian maka berlaku persamaan :
E.A = σq. A / ε atau E = σq / ε
yang menurut definisi rapat fluks garis gaya di mana kita dapatkan E = σq / ε
berarti σq = σ, yaitu rapat muatan listrik di permukaan konduktor sama dengan
rapat fluks garis gaya di tempat itu.
7. Di bagian permukaan lebih runcing, medan listriknya lebih kuat. Dengan melihat
Gambar 2.1 (g), sebagai permukaan dua bola yang masing-masing jari-jarinya R1
dan R2, yang dihubungkan oleh konduktor kecil sehingga merupakan kesatuan
konduktor sebagai benda equipotensial, seperti halnya konduktor aslinya, maka
untuk masing-masing bola dengan rapat mutan masing-masing σq1 dan σq2 serta
mengingat kedua bola berpotensial sama, maka berlaku persamaan :
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 40 »
Fisika 2
1
1
4 R
q
=
2
2
4 R
q
1
12
1
4
4
R
R q
=
2
22
12
4
4
R
R q
yang lalu menjadi hubungan :
σq1 : σq2 = (1/R1) : (1/R2)
Mengingat hubungan kesebandingan antara kuat medan listrik di permukaan
dengan rapat muatan di bagian permukaan tersebut, dengan E1 dan E2 sebagai
kuat medan di kedua permukaan bola itu, maka terdapat hubungan :
E1 : E2 = (1/R1) : (1/R2)
yang jelas menunjukkan bahwa untuk permukaan yang lebih runcing, yaitu
dengan jari-jari kelengkungan R yang lebih kecil, medan listriknya (E) lebih kuat.
8. Kuat medan listrik dan potensial listrik di permukaan dan di luar bola konduktor
bermuatan listrik sama dengan seandainya seluruh muatan listriknya dipusatkan
di pusat bola konduktor tersebut. Dengan memerapkan teorema Gauss dengan
luasan integrasi tepat di atas permukaan bola konduktor, langsung kita dapatkan
rumus kuat medan listrik oleh titik muatan listrik di pusat bola konduktor itu.
Adapun potensial listriknya yang diperoleh dengan integral drE. dari r = R
sampai r = ∞ sudah tentu akan menghasilkan potensial listrik seperti yang
dihasilkan oleh titik muatan listrik di pusat bola konduktor.
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 41 »
Fisika 2
(a)
(b)
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 42 »
Fisika 2
(c)
(d)
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 43 »
Fisika 2
(e)
(f)
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 44 »
Fisika 2
(g)
(h)
Gambar 2.1 : Sifat-sifat konduktor
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 45 »
Fisika 2
2. Koefisien Potensial dan Kapasitan Konduktor
Sebagai mana telah disebutkan di atas bahwa konduktor adalah benda
equipotensial, maka masing-masing dari himpunan konduktor memiliki potensial
listrik tertentu, yang tidak hanya ditentukan oleh muatan listrik di konduktor itu
sendiri, melainkan juga oleh m,uatan listrik di konduktor-konduktor yang lainnya.
Gambar 2.3 : Distribusi potensial dan muatan listrik himpunan konduktor
Sebagaimana potensial listrik oleh titik muatan listrik sebanding dengan
banyaknya muatan listrik yang menimbulkannya, maka tentu ada hubungan linear
antara potensial listrik di masing-masing konduktor dengan banyaknya muatan listrik
di masing-masing konduktor.
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 46 »
Fisika 2
V1 = a11q1 + a12q2 + a13q3 + a14q4 + .....
V2 = a21q1 + a22q2 + a23q3 + a24q4 + .....
V3 = a31q1 + a32q2 + a33q3 + a34q4 + .....
V4 = a41q1 + a42q2 + a43q3 + a44q4 + .....
.............................................................
Tetapan pembanding lurus antara muatan q dan potensial V yaitu aij, dinamakan
koefisien potensial, dan hanya ditentukan oleh hubungan simetri timbal balik antara
konduktor ke i dengan yang ke j, sehingga aji = aij, sebab hubungan timbal balik itu
pasti simetri.
Sistem persamaan di atas merupakan sistem persamaan linear, yang dapat
dituliskan dalam bentuk persamaan matriks V = aq. Secara matematik dapat
diinversikan menjadi q = cV dalam bentuk :
q1 = a11V1 + a12V2 + a13V3 + a14V4 + .....
q2 = a21V1 + a22V2 + a23V3 + a24V4 + .....
q3 = a31V1 + a32V2 + a33V3 + a34V4 + .....
q4 = a41V1 + a42V2 + a43V3 + a44V4 + .....
.............................................................
Tetapan pembanding lurus antara potensial V dan muatan q, ayitu cij, dinamakan
koefisien induksi, karena seolah-olah muatan qi terdiri atas jumlahan muatan-muatan
induksi qij = cijVj, yaitu adanya potensial Vj di konduktor ke j seolah-olah
menimbulkan muatan induksi qij di konduktor ke i. Seperti halnya koefisien potensial,
di sini juga berlaku sifat simetri timbal-balik cji = cij. Sebagaimana inversi matriks
simetri A akan menghasilkan matriks C yang simetri pula.
Khususnya untuk satu konduktor, berlaku hubungan linear q = CV di mana C
= q/V memberikan ukuran kemampuan konduktor menampung muatan listrik karena
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 47 »
Fisika 2
dengan C yang besar, mesipun q besar, V kecil yaitu meskipun konduktor itu banyak
dimuati muatan listrik, potensialnya sedikit saja naiknya. Dengan demikian C kita
sebut sebagai kapasitan konduktor.
3. Kondensator atau Kapasitor
Kondensator adalah sistem penyimpan atau penghimpun atau penimbun
muatan listrik, yang terdiri atas suatu konduktor yang diselubungi konduktor lain
dengan sekat isolator atau tepatnya bahan dielektrikum di atantara kedua konduktor
tersebut. Apabila konduktor yang diselubungi konduktor lain itu dimuati listrik, maka
timbulah muatan induksi di permukaan konduktor penyelubung yang berhadapan
dengan konduktor bermuatan tersebut. Kalu sekarang permukaan luar konduktor
penyelubung dihubungkan dengan tanah, maka pasngan muatan induksi di
permukaan itu akan mengalir ke tanah. Dengan memandang potensial tanah sama
dengan nol, maka potensial konduktor penyelubung itu adalah juga nol. Dengan
demikian kita peroleh suatu sistem konduktor yang meskipun mengandung muatan
listrik, namun namun potensialnya adalah nol, karena muatan listrik itu terselubung.
Seperti halnya dengan bola konduktor yang kapasitannya diberikan oleh :
C = q / V = q / (R
q
4) = 4 π ε R
di mana R ialah jari-jari. Kapasitannya sebanding dengan jari-jarinya, kapasitan
konduktor akan besar kalau ukuran konduktor itu juga besar. Agar kapasitan
konduktor itu besar tanpa harus besar ukurannya, konduktor itu perlu ditambah bahan
yang permitivitas mediumnya ε besar, sebab dengan ε besar maka medan listrik di
permukaannya akan lemah, sebagaimana kuat medan listrik oleh titik muatan
berbading terbalik dengan permitivitas medium ε. Selanjutnya, untuk melindungi
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 48 »
Fisika 2
bahaya akibat kemungkinan lepasnya muatan listrik di permukaan konduktor,
konduktor itu perlu diberi selungkup dengan konduktor lain.
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 49 »
Fisika 2
Gambar 2.3 : Bagan kondensator bola
Sistem dua konduktor di mana yang satu menyumkup yang lain serta antara
keduanya disekat satu sama lain dengan lapisan bahan yang permitivitasnya besar,
sehingga mampu menampung lebih banyak muatan dengan aman, dinamakan
kondensator atau kapasitor. Sebagai contoh, kondensator bola pada Gambar 2.3, yang
terdiri atas dua bola yang konsentris dengan medium dielektrikum, yaitu medium
yang permitivitasnya besar, selaku penyekat antara kedua bola konduktor tersebut.
Seandainya bola konduktor yang di dalam itu diberi muatan listrik sebanyak
+q, maka di dinding dalam konduktor luar akan terinduksi muatan listrik sebanyak –
q, yaitu sebanyak yang ada di konduktor dalam, hanya saja tandanya berlawanan.
kalau kemudian dinding luar bola konduktor penyungkup itu dihubungkan ke tanah,
maka muatan +q yang tertinggal oleh adanya induksi muatan –q akan mengalir ke
tanah sehingga dinding luar konduktor luar tidak lagi bermuatan listrik dan muatan
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 50 »
Fisika 2
listrik kondensator akan tersimpan rapat diantara kedua bola konduktor tersebut,
sehingga kalau terjadi kebocoran, yaitu konduktor tidak mampu menampung muatan
lebih banyak, kelebihan muatan itu hanya akan bocor sampai dinding dalam
konduktor luar yang menyungkupnya, dan tidak sampai lepas ke luar.
Adapun selaku kapasitan kondensator, hendak kit definisikan sebagai yang
berkaitan dengan koefisien induksi sistem dua konduktor yang muatan listriknya
adalah q1 = +q dan q2 = -q. Untuk sistem dua konduktor tersebut dapat ditulis
persamaan :
+q = c11V1 + c12V2
-q = c21V1 + C22V2
0 = (c11 + c12)V1 + (c12 + c22)V2
yang berlaku untuk sembarang nilai V1 dan V2, maka persamaan menjadi :
c11 + c12 = 0 dan c12 + c22 = 0
karena
c12 = c12
maka dapat ditulis :
c11 = - c12 = - c12 = c22 = C
Sehingga kita dapat hubungan :
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 51 »
Fisika 2
q = CV atau V = C-1q, dengan V = V1 - V2
Seperti halnya dengan definisi kapasitan konduktor, kapasitan kondensator
kita definisikan sama dengan untuk konduktor, hanya saja selaku potensial (V)
diambil beda potensial V1 – V2 antara ke dua konduktor penyusunnya.
Tenaga yang tersimpan di dalam konduktor dan kondensator bermuatan listrik
adalah tenaga sistem titik-titik muatan yang dikandungnya. Mengingat konduktor
adalah badan equipotensial, maka tenaga yang tersimpan di dalam konduktor
bermuatan adalah :
qVVqqVVqU2
1
2
1
2
1
2
111
Sedangkan yang di dalam kondensator bermuatan selaku dua konduktor bermuatan
dinyatan dengan persamaan :
qVVVqVqVqU2
1)(
2
1)(
2
12121
Jadi baik untuk konduktor bermuatan maupun kondensator bermuatan. tenaga
yang dikandungnya adalah :
U = CqCVqV 22
2
1
2
1
2
1
4. Penghitungan kapasitan Kapasitor
Kapasitan kapasitor pada dasarnya dihitung dengan merumuskan beda
potensial antara kedua bagian kondensator oleh pemuatan listrik. C diperoleh dari
rumus q = CV atau C = q/V. Agar V mudah dirumuskan, dipilih bentuk-bentuk
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 52 »
Fisika 2
geometris yang sederhana bagi kedua konduktor keondendator itu. Dikenal tiga
macam kondensator yaitu kondensator keping, kondensator bola, dan kondensator
silinder, penamaan ini menurut bentuk konduktor-konduktornya.
a. Kondensator Keping
Kondensator keping terdiri atas dua keping konduktor. Dengan konstruksi
sesederhana itu, kuat medan listrik diantara kedua keping itu sama di mana-mana,
yaitu E, sehingga kalau jarak antara kedua keping itu adalah t, maka beda potensial
antara kedua keping itu sama dengan usaha oleh satu satuan muatan untuk melintas
dari satu keping ke keping lainnya. Persamaan tersebut diberikan oleh :
V = E . t
Di lain pihak kuat medan listrik di antara kedua keping itu juga sama dengan
yang dipermukaan keping konduktor yang diberikan oleh :
E = σq / ε = q / (εA)
di mana A adalah luas keping tersebut.
Dengan demikian kita dapatkan kapasitan kondensator keping adalah :
C = ε A / t
yang ternyata bernilai besar bilamana jarak antara kedua kepingnya, yaitu t, adalah
pendek, di samping permitivitas dielektrikum mediumnya ε bernilai besar, tanpa
harus berukuran keping A yang besar.
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 53 »
Fisika 2
(a) Kondensator keping
(b) Kondensator bola
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 54 »
Fisika 2
(c) Kondensator silinder
Gambar 2.4 : Macam-macam kondensator
b. Kondensator Bola
Kondensator bola terdiri atas dua keping bola yang konsentris. Kuat medan
listrik di antara kedua bola konduktor, pada jarak r dari pusat bola yang di sebelah
dalam, dapat langsung ditulis dengan :
E = q / (4 π ε r2)
sehingga beda potensial antara kedua konduktor itu adalah :
B
A
R
R
EdrV
B
A
R
R
drr
q24
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 55 »
Fisika 2
BA RR
q 11
4
BA
AB
RR
RRq
4
24 R
tq
=
A
qt
yang memberikan :
C = ε A / t
di mana A = 4 π R2 boleh dikatakan luas rata-rata kedua permukaan bola konduktor
dengan R = (RA RB)1/2 ialah rata-rata geometris antara RA dan RB.
c. Kondensator Silinder
Kondensator silinder terdiri atas dua silinder yang koaksial. Dengan
menerapkan teorema Gauss dengan integrasi yang mencakup luasan dinding silinder
di antara permukaan-permukaan kedua silinder, kuat medan listrik pada tempat sejauh
r dari sumbu silinder diberikan oleh :
q
rlEEdA 2.
maka,
rl
qE
2
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 56 »
Fisika 2
sehingga beda potensial antara kedua silinder konduktor kondensator itu diberikan
oleh :
2
1
R
R
EdrV
drrl
qV
R
R
2
12
12 lnln2
RRl
qV
Dengan pertolongan uraian MacLaurin dapat kita gunakan pendekatan sebagai
berikut :
111
1
1
212 1lnlnlnlnln
R
t
R
t
R
tR
R
RRR
yang menghasilkan rumus kapasitan kondensator C = ε A / t, dengan A = 2 π R1 l =
luas dinding silinder.
Demikianlah rumus kapasitan untuk ketiga macam kondenser itu ternyata
serupa, dan kapasitannya akan besar apabila jarak antara kedua konduktor bagian
kondensator itu pendek.
5. Soal-soal latihan
1. Kondensator keping paralel, A = 25 cm2 jarak dua papan d = 0,2 cm. Diisi
dielektrik dengan k = 5. Papan tersebut terhubung dengan baterai 300 Volt.
a. Kapasitas kondensator tersebut!
b. Berapa muatan pada keping-keping tersebut?
Bab 2 : Kapasitan Konduktor dan Kondensator « 57 »
Fisika 2
c. Berapa muatan tenaga pada kondensator yang bermuatan tersebut ?
2. Suatu kondensator keping dibuat dengan karet sebagai dielektriknya, yang
mempunyai koefisien dielektrik 3 dan kekuatan delektri 2. 10 5 Volt/cm.
Kondensator itu harus mempunyai kapasitansi 0,15 μF dan tahan tegangan 600
Volt maksimum. Berapakah harusnya minimum luasnya keping kondensator itu?
3. Suatu kondensator berbentuk bola, terdiri dari bola dalam berjari-jari ra disangga
dengan suatu isolator di dalam bola rongga dengan jari-jari dalam bola rb. Pada
bola dalam ada muatn +Q dan pada bola luar ada muatan –Q. Berapakah
perbedaan tegangan Vab antara bola-bola itu ? Buktikanlah bahwa kapasitannya
ialah C =ab
ab
rr
rr
4
Bab 3 : Dielektrikum « 58 »
Fisika 2
BAB 3
Tujuan :
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat :
1) Mengetahui pengertian dan fungsi dielektrikum
Dielektrikum
Bab 3 : Dielektrikum « 59 »
Fisika 2
1. Tetapan Dielektrikum
Diperlukan suatu bahan permitivitasnya besar sebagai penyekat di antara dua
elektrode kondensator agar medan listrik di permukaan elektrode kondensator
tersebut dapat diperlemah. Bahan yang permitivitasnya besar itu adalah yang
molekul-molekulnya mudah terpolarisasi karena medan listrik yang diakibatkan
polarisasi molekul menjadi dipool listrik arahnya melawan medan listrik yang
dikenakan seperti terlihat pada Gambar 3.1. Bahan yang molekul-molekulnya mudah
terpolarisasi menjadi dipool-dipool listrik demikian dinamakan dielektrikum.
Gambar 3.1 : Polarisasi medium oleh medan listrik
Bab 3 : Dielektrikum « 60 »
Fisika 2
Dari gambar di atas terlihat bahwa kuat medan listrik oleh dipool listrik dari
polarisasi molekul medium, yaitu E’, adalah pada arah yang berlawanan dengan arah
kuat medan listrik yang dikenakan, yaitu E0, sehingga kuat medan listrik di dalam
medium adalah :
E = E0 – E’
Tentunya makin kuat E0, makin kuat pula E’. Dengan menyataan E’ E, dapat
ditulis :
E’ = E
dengan sebagai tetapan pembanding lurus yang dinamakan suseptibilitas elektrik.
Kuat medan listrik di dalam medium akan dihubungkan dengan kuat medan listrik
yang dikenakan ke medium menurut :
E = E0 / (1 + )
Di dalam vakum, tidak ada medium dielektrikum. Tentunya medan listrik akan lebih
kuat, misalnya untuk medan listrik oleh titik muatan, permitivitasnya ialah ε0 < ε
sehingga E0 tak lain ialah kuat medan listrik yang pelemahannya oleh medium tidak
diperhitungkan yang tak lain ialah kuat medan listrik di dalam vakum, maka kita
dapat menulis :
E : E0 =0
1:
1
sehingga dari persamaan sebelumnya, kita dapatkan hubungan :
1 + = ε / ε0 = εr
Bab 3 : Dielektrikum « 61 »
Fisika 2
Permitivitas relatif terhadap vakum yaitu εr, itulah yang sebenarnya disebut tetapan
dielektrikum, bukannya seperti yang disebutkan secara salah.
2. Rapat Momen Dipool
Mengingat bahwa medan listrik di dalam kondensator di antara kedua
elektrodenya ditimbulkan oleh distribusi muatan listrik di permukaan konduktor
elektrodenya dengan rapat muatan σq sehingga menimbulkan induksi elektrik D = σq,
maka pelemahan medan listriknya dapat dipandang sebagai seolah-olah timbul
muatan induksi tepat di hadapan permukaan konduktor elektrode, seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 : Pelemahan medan listrik oleh dielektrikum
Bab 3 : Dielektrikum « 62 »
Fisika 2
Seperti halnya dengan induksi elektrik D, induksi muatan dengan rapat
muatan lq akan menimbulkan semacam induksi elektrik, yaitu apa yang dinamakan
polarisasi P sedemikian hingga P = lq sejalan dengan D = σq di atas. Jadi dengan
menggantikan keadaan sesungguhnya dengan distribusi muatan listrik efektif di
permukaan konduktor elektrode dengan rapat muatan efektif σq - lq = D – P di
dalam vakum, dapat ditulis persamaan :
D – P = ε0 E
sehingga :
P = D – ε0 E = ε E - ε0 E
P = (ε - ε0) E = ε0 E
Seandainya luas permukaan konduktor elektrode kondensator itu A, dan jarak
antara kedua elektrode adalah l, maka total momen dipool listrik dari muatan induksi
itu adalah :
M = ql . l = lq A . l = l
q V
di mana V = A.l yang tak lain ialah volum di antara kedua elektrode kondensator.
Dengan demikian ternyata :
P = lq = M / V, yaitu momen dipool per satuan volum.
Dengan diketahuinya permitivitas vakum ε0 serta dengan mengukur
suseptibilitas elektrik , dapat dihitung polarisasi P. Dengan diketahuinya
Bab 3 : Dielektrikum « 63 »
Fisika 2
banyaknya molekul medium dielektrikum di antara kedua konduktor elektrode
kondensator, dapatlah ditentukan momen dipool listrik per molekul dielektrikum.
Dielektrikum merupakan medium yang molekul-molekulnya menjadi
terpolarisasi apabila berada di dalam medan listrik, banyak dipakai sebagai sekat
dalam berbagai-bagai kondensator. Apabila medan listriknya terlalu kuat, molekul-
molekul medium dielektrikum tidak lagi mampu bertahan terhadap polarisasi,
selanjutnya terurai menjadi ion-ion ataupun elektron-elektronnya menjadi terlepas
dari ikatan molekul-molekulnya, sehingga lalu berkelakuan sebagai penghantar
listrik. Kondensator yang dielektrikumnya menjadi demikian, dikatakan bocor atau
rusak.
3. Soal-soal latihan :
1. Jelaskan apa itu permitivitas relatif? Mengapa tetapan dielektrikum sering
disebutkan secara salah?
2. Tentukan secara dimensi satuan dari permitivitas !
Bab 4 : Magnetostatika « 64 »
Fisika 2
BAB 4
Tujuan :
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat :
1) Mengetahui persamaan dan perbedaan hukum Coulomb pada listrik dan
magnet.
2) Mengetahui tentang pengertian magnet bumi.
3) Mengetahui tentang jenis-jenis medium magnetik
Magnetostatika
Bab 4 : Magnetostatika « 65 »
Fisika 2
1. Kesetaraan antara Magnetostatika dan Elektrostatika
Karena hukum Coulomb berlaku juga untuk gaya antara kutub magnet, maka
berlakunya hukum Coulomb ini yang menjadi hukum dasar, akan mengakibatkan
analogi yang meluas antara magnetostatika dan elektrostatika. Semua rumus
elektrostatika dapat langsung diambil analoginya dalam magnetostatika, seperti tabel
berikut :
Tabel 4.1 : Kesetaraan antara Elektrostatika dan Magnetostatika
Elektrostatika Magnetostatika
Definisi Rumus Definisi Rumus
Hukum Coulomb F=2
21
.4 r
Hukum Coulomb Fm =
221
.4 r
pp
Muatan listrik q Kutub magnet p
Permitivitas ε Permeabilitas μ
Suseptibilitas
elektrik
Suseptibilitas
magnetik m
Polarisasi P = ε0 E Magnetisasi M = μ0 mH
Kuat medan listrik EKuat medan
magnetH
Induksi elektrik D = ε E Induksi magnetik B = μH
Momen dipool
listrik
p = q l
τ = p x E
V = -p . E
F = (p grad.) E
Momen dipool
magnet
m = p l
τm = p x H
Vm = -p . H
Fm = (m grad.) H
Teorema Gauss q
dAE. Teorema Gauss 0.dAH
Bab 4 : Magnetostatika « 66 »
Fisika 2
Persamaan
Maxwell Idiv. D = q
Persamaan
Maxwell IIdiv. B = 0
2. Magnet Bumi
Gejala magnetostatika sebenarnya hampir sama atau analog dengan gejala
elektrostatika. Besi magnet mempunyai sifat dapat menarik serbuk bijih besi; tetapi
esudah serbuk itu menempel, tidak lalu ditolak. Jadi induksi muatan magnet memang
terjadi tetapi pemindahan muatan magnet tidak pernah terjadi.
Seperti halnya dalam elektrostatika, dalam magnetostatika juga dikenal 2 jenis
muatan saja. Kedua jenis muatan magnet tersebut juga memenuhi hukum Coulomb.
Muatan yang sejenis akan tolak-menolak dan muatan yang berlawanan jenis akan
tarik-menarik. Gaya antara muatan-muatan magnet akan sebanding dengan
banyaknya masing-masing muatan serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara kedua muatan. Gaya magnetostatika tersebut besarnya tergantung pada jenis
medium di mana kedua muatan magnet berada. Namun berbeda dengan muatan
listrik, muatan magnet selalu terdapat berpasangan yakni selalu dalam wujud dipool-
dipool magnet. Batang magnet kalau dipotong di tengahnya hasilnya juga masih
bersikap sebagai batang- batang magnet. Jadi muatan-muatan magnet memang tidak
dapat diceraikan.
Suatu batang magnet yang digantungkan bebas, akan senantiasa mengarah ke
utara – selatan. Hal ini dikarenakan bumi bersikap selaku magnet raksasa yang ujung-
ujungnya yaitu kutub-kutub magnetnya, berada dekat di kutub geografis bumi. Lihat
Gambar 4.1.
Bab 4 : Magnetostatika « 67 »
Fisika 2
Gambar 4.1 : Magnet bumi
Dengan menyebut kutub magnet bumi yang di dekat kutub utara sebagai
kutup utara magnet bumi, maka kutub magnet batang yang mengarah ke utara
tentulah kutub selatan. Demikianlah jenis-jenis muatan magnet lalu disebut kutub
magnet utara dan kutub magnet selatan. Dalam penerbangan, perkapalan, serta
penjelajahan hutan belantara orang lazim memakai batang magnet kecil yang dapat
bergerak bebas di dalam bidang horisontal, untuk mengetahui arah utara dan arah
selatan. Alat penunjuk arah demikian dikenal sebagai kompas.
Seperti halnya untuk permukaan bumi orang membuat garis-garis meridian
dengan kutub-kutub bumi selaku ujung-ujungnya. Demikian pula orang membuat
garis-garis meridian magnet bumi. Oleh karena letak kutub-kutub magnet bumi tidak
bertepatan dengan letak kutub geografis bumi, maka garis-garis meredian magnet
bumi tiodak sejajar dengan garis-garis meridian geografis bumi. Sudut antara garis
Bab 4 : Magnetostatika « 68 »
Fisika 2
meredian magnet bumi dengan garis meredian geografis bumi disebut dekinasi.
Besarnya deklinasi sudah tentu tergantung tempatnya di bumi
Batang magnet yang dapat menggantung bebas tidak akan menggantung
mendatar melainkan akan sedikit menukik ujungnya. Hal ini karena selalu hendak
menunjuk ke tempat kutub magnet bumi yang ternyata berada di bawah permukaan
bumi. Sudut penukikan ini terhadap arah horisontal disebut dip. Di tempat yang lebih
dekat ke kutub, dip ini akan lebih besar.
3. Hukum Coulomb untuk Magnetostatika
Telah dikemukaan bahwa arus kutub atau arus muatan magnet itu tidak
pernah ada dan kutub-kutub magnet selalu berada dalam dipool-dipool magnet. Kalau
sebuah batang magnet dipotong, hasilnya tetap sebagai batang-batang magnet.
Demikian pula seandainya pemotongan itu dilakukan secara terus menerus, maka
akan diperoleh batang-batang magnet halus (kecil-kecil). Jadi seolah-olah batang
magnet itu tersususn atas magnet-magnet kecil-kecil yang terletak berjajar-jajar
seperti terlihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 : Penguatan medan magnet oleh medium
Bab 4 : Magnetostatika « 69 »
Fisika 2
Mengngat hal inilah maka kita harus menarik kesimpulan bahwa kalau garis
gaya magnet dinyatakan dari kutub utara menuju ke kutub selatan, maka di dalam
batang magnet garis-garis gaya itu pasti dari selatan ke uatara.
Suatu medium magnetik yaitu medium yang menjadi terpolarisasi menjadi
dipool-dipool magnet, kiranya dapat dipandang terdiri atas dipool-dipool magnet.
Dipool-dipool magnet itu apabila berada di dalam medan magnet, akan terorientasi
seperti pada Gambar 4.2, yaitu kutub utara satu dipool akan berhadapan dengan kutub
selatan dipool di sampingnya. Mengingat garis gaya di dalam setiap dipool harus
pada arah dari kutub selatan ke kutub utara, seperti halnya garis gaya magnet di
dalam batang magnet kecil, maka jelaslah bahwa dipool-dipool magnet itu akan
menimbulkan medan magnet yang arahnya sama dengan arah medan magnet yang
dikenakan. Jadi berbeda dengan dielektrikum maka medium magnetik akan
memperkuat medan magnet yang dikenakan kepadanya. Hal ini akan menyulitkan
perumusan yang analog antara hukum Coulomb dalam magnetostatika dengan yang
dalam elektrostatika.
Sebagai contoh, misalnya agar analog dengan hukum Coulomb untuk
elektrostatika, kita hendak menuliskan hukum Coulomb untuk megnetostatika dalam
bentuk :
Fm =2
21
.4 r
pp
dengan p ialah kuat kutup, yaitu banyaknya muatan magnetik. μ adalah apa yang
disebut permeabilitas magnetik yang analog dengan permitivitas ε dalam
elektrostatika. Dari rumus di atas seolah-olah tampak bahwa makin besar μ, makin
kecil gaya magnetostatika Fm, sedang kenyataannya sebaliknya.
Maka penulisan hukum Coulomb dalam bentuk rumus di atas hanya
dibenarkan apabila kita memandang bahwa kuat kutb magnet itu tergantung pada
medium magnetik di mana batang magnet berada. Di dalam medium yang
Bab 4 : Magnetostatika « 70 »
Fisika 2
permeabilitasnya besar, maka kuat kutub itu besar. Untuk itu marilah kita
memandang bahwa di dalam medium yang permeabilitas magnetiknya μ, kuat kutub
itu μ / μ0 kali kuat kutub apabila berada di dalam vakum. Atau kalau dirumuskan
sebagai berikut :
00
pp
Dengan demikan maka rumusnya menjadi :
Fm =2
0
0201
0 .4 r
pp
yang sesuai dengan kenyataan bahwa gaya itu besar apabila μ besar. Kuat kutub
magnet p dapat berubah dengan medium. Hal ini dapat dimengerti, sebab
kenyataannya muatan magnet bebas memang tidak ada dan perubahan kuat kutub
magnet dapat dimungkinkan untuk terjadi yaitu dari adanya perubahan derajad
polarisasinya. Medium yang terpolarisasi oleh medan magnet yang berasal dari
magnet batang akan menimbulkan medan magnet yang lalu mempolarisasikan kutub
magnet batang lebih lanjut.
Bahwa muatan magnet p dapat berubah dengan medium yang berbeda, tidak
seperti halnya dengan muatan listrik q yang tidak tergantung pada medium, tidak
perlu merisaukan. Sebab sebebarnya muatan magnet itu secara material tidak ada
karena dipool magnet itu sebebarnya adalah arus melingkar saja, seperti yang
ditimbulkan oleh melingkar-lingkarnya elektron mengelilingi inti atom, sedemikian
hingga di dalam medium yang permeabilitasnya lebih besar, arus melingkar itu
kemudian menghasilkan momen dipool magnet yang lebih besar, yang seolah-olah
muatan magnet itu manjadi lebih terpolarisasi.
Bab 4 : Magnetostatika « 71 »
Fisika 2
4. Jenis-jenis Medium Magnetik
Kalau untuk medium dielektrikum ε selalu lebih besar daripada ε0 maka untuk
medium magnetik μ dapat lebih kecil dari μ0 tetapi dapat pula ribuan kali lebih besar
daripada μ0. Analog dengan suseptibilitas listrik dalam elektrostatika, maka dalam
magnetostatika juga mempunyai suseptibilitas magnetik m dan permeabilitas relatif
μr = μ / μ0.
Berdasarkan harga suseptibilitasnya, maka medium magnetik dapat
dibedakan sebagai :
a. Diamagnetik, yaitu yang harga mnya antara – 10-5 sampai -10-8, misalnya air,
Hg, Cu, H2, Argon, Au, Bi dan lain-lain.
b. Paramagnetik, yaitu yang mempunyai harga mnya antara + 10-7 sampai +10-3,
misalnya Pt, Al, Or, udara dan lain-lain.
c. Feromagnetik, yaitu yang mempunyai harga mnya sangat besar sampai ribuan.
Disebut feromagnetik karena yang mempunyai sifat demikian kebanyakan ialah
bahan-bahan dari biji besi.
Jelaslah bahwa antara bahan diamagnetik dan bahan paramagnetik terletak pada
negatif atau positifnya harga m. Harga m yang positif bersangkutan dengan harga
μ yang lebih besar daripada μ0.
Bab 4 : Magnetostatika « 72 »
Fisika 2
4. Soal-soal latihan
1. Jelaskan mengapa harga suseptibilitas sangat menentukan untuk membedakan
jenis-jenis medium magnet ?
2. Jelaskan mengapa suatu magnet batang yang digantung bebas tidak tepat
menghadap arah utara dan selatan secara persis ? Dan terangkan mengapa pada
posisi setimbang tidak dapat benar-benar pada posisi horisontal ?
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 73 »
Fisika 2
BAB 5
BAB 1
PENGANTAR ELEKTRO STATIKA
Tujuan:
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat :
1) Menjelaskan tentang hukum Biot-Savart dan aplikasinya
2) Menjelaskan rumus untai Ampere
3) Menjelaskan apa yang dimaksud dengan solenoida dan toroida
MedanMagnetArus Listrik
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 74 »
Fisika 2
1. Rumus Biot-Savart
Dari pengamatan ternyata menunjukkan bahwa di sekeliling arus listrik timbul
medan magnet yang garis gayanya melingkari arus listrik itu. Jadi garis gaya
magnetnya adalah lingkaran-lingkaran dengan arus listrik itu selalku porosnya.
Menurut Biot-Savart, kuat medan di suatu titik oleh arus listrik berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak titik tersebut dari arus listrik serta tak tergantung medium. Lebih
lanjut kuat medan itu sebanding dengan kuat arus listrik dan panjang kawat yang
dialiri arus listrik itu sebagaimana terlihat dari titik tersebut.
Secara singkat hal-hal di atas dapat dirumuskan sebagai :
24
sin
r
dlidH
atau
2
1
4 r
dlidH
di mana dll yaitu panjang dl sebagaimana terlihat dari titik yang diamati tersebut.
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 75 »
Fisika 2
Gambar 5.1 : Rumus Biot-Savart
Adapun arahnya medan magnet oleh arus tersebut mengikuti arah pemutaran
sekrup apabila arah majunya sekerup mengikuti arah arus listrik i. Agar penulisan
rumusnya langsung menyatakan arahnya pula, rumus Biot-Savart di atas ditulis dalam
persamaan vektor sebagai :
24 r
rdliHd
dengan r
selaku vektor satuan pada arah elemen arus i dl ke titik di mana kuat
medan H ditinjau.
Kuat medan magnetnya sudah tentu diperoleh dengan mengintegralkan
persamaan di atas, misalnya untuk arus listrik yang lurus dan amat panjang, kuat
medan magnet yang ditimbulkannya pada jarak R dari arus, diberikan oleh :
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 76 »
Fisika 2
24
sin
r
dliH
yang dengan transformasi variabel :
dl sin θ = r dθ dan r sin θ = R
akan diperoleh rumus :
20 4 r
driH
0
.sin4
dr
iH
R
iH
2
Persamaan di atas tersebut dikemukakan oleh Biot dan Savart pada tahun 1820.
Persamaan tersebut juga berarti :
2 π R H = i
Ruas kiri persamaan di atas boleh dibaca sebagai usaha oleh satu satuan muatan
magnet atau kutub magnet sekeliling lingkaran garis gaya.
Sedangkan untuk arus melingkar dengan jari-jari R, garis gaya magnet di
pusat lingkaran itu adalah tegak lurus bidang lingkaran dan kuat medan magnetnya
dapat dihitung dengan memasukkan θ =2
1 π dan integrasinya meliputi lingkaran arus
tersebut. Integrasi ini akan menghasilkan :
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 77 »
Fisika 2
R
i
R
RiH
2
1
4
22
2. Untai Ampere
Dari persamaan 2 π R H = i di atas, 2 π R tak lain ialah keliling lingkaran
yang mengelilingi arus listrik i tegak lurus dan 2 π R H yaitu usaha yang dilakukan
oleh satu satuan kutub magnet dalam mengelilingi lingkaran tersebut satu kali. Jadi
usaha itu sama dengan kuat arus yang di sekelilingnya. Seandainya mengelilinginya n
kali, usaha itu juga sebanyak n kali. Jika yang dikelilingi ada n buah arus, usaha
tersebut juga n kali. Gambar 5.2 menunjukkan garis-gaya magnet yang arahnya
melingkari arus listrik tersebut di atas. Mengingat bahwa usaha tersebut dari suatu
titik kembali ke titik itu lagi tidak sama dengan nol, maka ternyata medan magnet
bukanlah medan gaya yang konservatif, tidak seperti medan gaya elektrostatika dan
medan gaya gravitasi.
Gambar 5.2 : Medan magnet sekeliling arus listrik
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 78 »
Fisika 2
Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa untuk lintasan yang sembarang, tidak
perlu sepanjang lingkaran. Usaha sekeliling lintasan sembarang itu juga sama dengan
kuat arus yang di sekelilingnya. Gambar 5.3 membantu membuktikannya :
Gambar 5.3 : Bukti teorema untai Ampere
BAU0
10 AAU
21AAU BAU2
= 10 AAU 0 + 0
=10 AAU
karena
A1A2 H
A1B H
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 79 »
Fisika 2
Kita tinjau lintasan alternatif yang bukan sepanjang garis gaya, yaitu dari A
ke B dan seterusnya sampai kembali ke A lagi tetapi dengan mengelilingi arus i juga.
Dari Gambar 5.3, terlihat bahwa usaha dari A ke B sama dengan yang dari A ke A1 ke
A2 baru ke B, mengingat sifat konservatif medan magnet, yaitu usaha tak tergantung
pada lintasannya. Tetapi usaha dari A1 ke A2 maupun dari A2 ke B adalah nol sebab
arah lintasannya tegak lurus garis gaya medan magnet arus listrik itu. Jadi usaha dari
A ke B sama dengan dari A ke A1. Demikianlah kalau diteruskan dari B, melintasi
sembarang lintasan asalkan mengelilingi arus, akan sama dengan usaha dari A ke A1
dan seterusnya sepanjang lingkaran garis gaya.
Usaha sepanjang lintasan sembarang selalu dapat diuraikan menjadi usaha
sekeliling bagian lingkaran dan yang sepanjang arah sejajar arus. Tetapi usaha yang
sepanjang arah yang sejajar arah arus itu tentu sama dengan nol karena medan
magnetnya selalu pada arah tegak lurus arah arus. Jadi bagaimanapun juga bentuk
lintasannya, berlaku rumusan :
irdH
.
Rumusan di atas dikenal dengan rumus untai Ampere.
3. Kuat Medan Magnet pada Beberapa Macam Bentuk
a. Lingkaran arus listrik
Kita tinjau kuat medan magnet oleh lingkaran arus listrik di poros lingkaran
arus tersebut.
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 80 »
Fisika 2
Gambar 5.4 : Kuat medan magnet di sumbu lingkaran arus
Dengan menguraikan vektor kuat medan magnet manjadi komponen-
komponen radial (ke arah tegak lurus poros) dan aksial (ke arah poros), maka resultan
kuat medan magnet oleh masing-masing elemen arus i dl hanyalah yang dari
komponen aksial saja, sebab resultan dari yang radial adalah nol. Jadi resultan kuat
medan magnet dari elemen-elemen arus i dl dengan menerapkan rumus Biot-Savart,
diberikan oleh :
sindHH
sin4 2 s
dli
3
2
2
2
1
24
sin
s
Ri
Rs
i
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 81 »
Fisika 2
b. Solenoida
Kumparan solenoida adalah deretan seri lilitan melingkar kawat yang sewaktu
dialiri arus listrik akan menjadi sumber medan magnet seperti yang dihasilkan oleh
batang magnet yang berbentuk silinder memanjang seperti yang terlihat pada Gambar
5.5. Sedangkan kumparan toroida adalah seperti solenoida hanya saja dilengkungkan
melingkar sehingga ujung-ujungnya bertautan. Kumparan yang tak berujung pangkal
demikian boleh dikatakan bersikap sebagai solenoida yang tak terhingga panjangnya.
Gambar 5.5 : Kumparan solenoida dan kumparan toroida
Kuat medan magnet di sepanjang poros suatu kumparan silindris, atau
solenoida, yang dialiri arus listrik dapat dihitung dengan mengintegralkan kontribusi
bagian-bagiannya sepanjang arah memanjangnya kumparan itu. Jika bagian
kumparan sepanjang dx dan ada sebanyak n lilitan per satuan panjang kumparan.
Pengintegralan meliputi seluruh bagian kumparan, akan menghasilkan :
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 82 »
Fisika 2
dxns
RidH
3
2
2
1
dxns
RiH
3
2
2
1
dxs
niH2sin
2
1
dniH .sin2
1
dengan n ialah rapat lilitan yaitu banyaknya lilitan per satuan panjang. Mengingat
sins
Rserta dsdx sin
Gambar 5.6 : Penjabaran rumus kuat medan magnet solenoida dan toroida
R
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 83 »
Fisika 2
Demikianlah, maka penyelesaian persamaan di atas akan memberikan
100 coscos
2
1 niH
Untuk solenoida yang amat panjang dengan memasukkan α0 = 0 dan 10 = 0, maka
akan didapat :
H = ni
Adapun kuat medan magnet dipusat kumparan sudah tentu dapat diperoleh
dengan memasukkan :
α0 = 0 dan 10 =
2
1
maka akan menghasilkan persamaan :
H =2
1ni
c. Toroida
Tidak seperti halnya dengan solenoida, untuk toroida rumus Biot-Savart
kurang berdaya guna. Kuat medan magnet di poros kumparan melingkar, atau
toroida, yang dialiri arus listrik, dapat diperoleh langsung dengan menerapkan rumus
untai Ampere.
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 84 »
Fisika 2
Gambar 5.7 : Medan magnet di dalam toroida
drH = Ni
2 π R H = Ni
apabila N = banyaknya lilitan kumparan.
Dengan mengingat bahwa rapat lilitannya adalah
R
Nn
2
akhirnya kita peroleh kuat medan magnet di sepanjang toroida
H = ni
Bab 5 : Medan Magnet Arus Listrik « 85 »
Fisika 2
Kita perhatikan bahwa persamaan di atas sama dengan rumus kuat medan magnet di
dalam kumparan solenoida yang panjangnya tak berhingga, yaitu dengan
memasukkan α0 = 0 dan 10 = 0. Hal ini tepat sebagaimana kita duga sebelumnya.
4. Soal-soal latihan :
1. Sebuah kawat lurus panjang dialiri arus sebesar 5 A. Tentukan besarnya kuat
medan magnet pada sebuah titik yang berada sejauh 10 cm di sebelah kanan
kawat ! Bila kawat tersebut vertikal , kemana arah induksi magnetnya?
2. Sebuah kawat berupa lingkaran dengan jari-jari 3 cm. Kawat tersebut dialiri arus
sebesar 5 A. Hitung kuat medan magnet di titik P yang berjarak 4 cm dari pusat
lingkaran !
3. Suatu solenoida yang panjangnya 25 cm. Jumlah lilitan kawatnya 75 buah. Bila
solenoida tersebut dialiri arus 2 A, hitung induksi magnet di pusat da di ujung
solenoida
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 86 »
Fisika 2
BAB 6
BAB 1
PENGANTAR ELEKTRO STATIKA
Tujuan :
Tujuan :
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat :
1) Menjelaskan pengertian dan penerapan gaya Lorentz.
2) Menjelaskan pengaruh gaya Lorentz pada kawat berarus
3) Menjelaskan pengertian kuat arus listrik
4) Menyebut penerapan gaya Lorentz
GayaElektromagnet
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 87 »
Fisika 2
1. Gaya Lorentz
Gaya yang berkaitan dengan arus dan magnet disebut gaya elektromagnetik.
Yang dimaksud dengan gaya elektromagnetik ialah gaya oleh arus listrik terhadap
magnet ataupun gaya oleh magnet terhadap arus listrik ataupun gaya antara arus-arus
listrik. Telah dipelajari sebelumnya tentang timbulnya medan magnet oleh arus
listrik. Medan magnet yang timbul ini akan menyebabkan timbulnya gaya pada
batang magnet yang kebetulan berada di sekitar arus listrik tersebut. Dengan
perkataan lain ada gaya pada batang magnet oleh adanya arus listrik di dekatnya, atau
singkatnya ada gaya antara arus listrik dan batang magnet yang ada di dekatnya.
Arus listrik bertindak selaku suatu dipool magnet. Kalau didekatnya ada
magnet batang, maka pada magnet batang itu akan bekerja gaya sebagaimana gaya
antara dua magnet batang yang berdekatan satu sama lain. Secara kuantitatif gaya
elektromagnetik tersebut dirumuskan oleh Lorenz.
(a) Gaya pada dipool magnet oleh arus listrik
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 88 »
Fisika 2
(b) Gaya pada arus listrik di dalam medan magnet
(c) Gaya pada arus i2 di dalam medan magnet oleh i1
Gambar 6.1 : Berbagai penampilan gaya Lorentz
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 89 »
Fisika 2
Timbulnya gaya pada dipool magnet oleh arus listrik, Gambar 6.1 a, dapat
direrangkan berdasarkan timbulnya medan magnet oleh arus listrik yang dengan
sendirinya menimbulkan gaya pada dipool magnet yang berada di dalam medan
magnet tersebut.
Sebaliknya, timbulnya gaya pada arus listrik, oleh dipool magnet seperti yang
dijelaskan pada Gambar 6.1 b adalah konsekuensi dari hukum Newton III yang
menyatakan sifat gaya yang interaktif, yakni untuk setiap aksi selalu timbul reaksi,
yang dalam hal ini karena pada dipool magnet bekerja gaya oleh arus listrik, maka
sebaliknya pada arus listrik harus timbul gaya oleh dipool magnet. Gejala ini berarti
pula adanya gaya pada arus listrik yang berada di dalam medan magnet.
Adanya gaya antara arus listrik seperti yang dijelaskan oleh Gambar 6.1 c
dapat diterangkan berdasarkan timbulnya medan magnet oleh satu arus listrik yang
menimbulkan gaya pada arus listrik yang lainnya yang berada di dalam medan
magnet itu.
gaya Lorentz adalah gaya pada arus listrik di dalam medan magnet. Tetapi
arus listrik adalah arus muatan listrik, yang berati bahwa muatan listrik yang bergerak
akan bertindak sebagai arus listrik. Oleh sebab itu gaya Lorentz adalah juga gaya
pada muatan listrik yang tengah bergerak di dalam medan magnet sehingga rumus
gaya Lorentz muncul dalam 2 bentuk :
BdliFd
untuk arus listrik yang berada di dalam medan magnet, dan
BvqFd
untuk muatan listrik yang tengah bergerak di dalam medan magnet.
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 90 »
Fisika 2
Gaya pada arus listrik di dalam medan magnet dapat diperoleh dari gaya pada
dipool magnet yang berada di dalam medan magnet yang ditimbukkan oleh arus
listrik. Dari Gambar 6.2 kita jabarkan rumus gaya Lorentz sebagai berikut :
Gambar 6.2 : Penjabaran rumus gaya Lorentz
Kita tinjau gaya pada dipool magnet di dalam medan magnet yang
ditimbulkan oleh elemen arus listrik i dl yang arahnya tegak lurus serta sebidang
dengan sumbu dipool magnet pada jarak r, seperti pada Gambar 6.2. Misalnya kuat
medan magnet oleh arus i di kutub U adalah Hi, maka yang di kutub S adalah Hi +
δHi.
Adapun Hi diberikan oleh persamaan Biot-Savart :
24 r
dlidH i
rr
dlirdH
rdH ii
32
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 91 »
Fisika 2
Maka gaya pada dipool magnet yang kuat kutupnya P oleh elemen arus i dl
adalah :
32 r
dlimdHPHdPdF iim
di mana m = P δr tak lain ialah momen dipool magnet. Akan tetapi dilain pihak
medan magnet oleh dipool magnet di tempat i dl, yaitu pada jarak r diberikan oleh :
32 r
mH
dengan mengingat bahwa :
B = μ H
kita dapatkan hasil :
dFm = i dl B
dengan arah ke bawah. Dengan demikian sebaliknya, menurut hukum Newton III
dalam mekanika, gaya pada elemen arus i dl oleh dipool magnet juga sebesar itu,
hanya saja arahnya sebaliknya, yaitu ke atas. Dengan notasi vektor dapat diyulis
sebagai :
BldiFd
yang dikenal sebagai rumus gaya Lorentz untuk arus listrik di dalam medan magnet.
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 92 »
Fisika 2
Adapun rumus gaya Lorentz untuk muatan listrik yang bergerak di dalam
medan magnet dapat dijabarkan sebagai berikut (Gambar 6.3) :
Gambar 6.3 : Muatan listrik yang bergerak sebagai arus listrik
Kita tinjau arus listrik di dalam batang konduktor sebagai arus muatan listrik
di dalam batang konduktor sebagai arus muatan listrik dengan kerapatan ρ yang
semuanya bergerak sepanjang batang konduktor dengan kecepatan v. Setelah satu
satuan waktu, semua muatan listrik yang berada sampai sejauh v dari ujung kanan
sudah melintasi ujung itu. jadi kalau luas penampang batang adalah A, kuat arus yang
didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang melintas penampang per satuan
waktu, diberikan oleh :
i = A v ρ
Di lain pihak, banyaknya muatan listrik di sepanjang dl adalah :
q = A dl ρ
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 93 »
Fisika 2
sehingga berlaku persamaan :
i dl = q v
yang secara langsung mengubah hukum Lorentz menjadi :
BvqF
yang merupakan gaya pada muatan listrik q yang bergerak dengan kecepatan v yang
merupakan gaya pada elemen arus listrik i dl juga, yang berada di dalam medan
magnet yang induksi magnetnya B.
2. Rumus Ampere untuk Gaya antara Arus-arus Listrik
Kita tinjau gaya antara dua arus listrik yang berdekatan satu sama lain seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 6.4 :
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 94 »
Fisika 2
Gambar 6.4 : Gaya antara arus-arus
Misalnya kuat medan magnet di tempat i2 oleh adanya i1 ialah H21, maka :
321
211121 4 r
rdlidH
sehingga gaya pada i2 dl2 yang berada di dalam medan magnet yang ditimbulkan oleh
i1 dl1 menurut rumus gaya Lorentz diberikan oleh :
321
21112221
2
4 r
rdlidliFd
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 95 »
Fisika 2
Dengan mempertukarkan indeks, demgam sendirinya diperoleh d2 F12, yang ternyata
tidak sama dengan d2F21. Hal ini tidak berati bertentangan dengan hukum Newton III.
Sebab hukum Newton III berlaku untuk keseluruhan arus, bukannya antara elemen-
elemen arus, yaitu haruslah berlaku persamaan :
212
122 FdFd
Rumus Ampere yang merumuskan d2F21 ataupun d2 F12 di atas tidaklah
berdaya guna dalam penerapannya. Cara lain harus dipakai, misalnya untuk i1 dan i2
yang sejajar dan berjarak d satu sama lain. Gaya antara kedua arus itu diperoleh
dengan menerapkan rumus untai Ampere untuk merumuskan kuat medan magnet di i2
oleh adanya pengaruh i1. Sebagai berikut :
Dengan menerapkan teorema untai Ampere, pada Gambar 6.5 dapat dilihat :
Gambar 6.5 : Gaya antara dua arus listrik sejajar
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 96 »
Fisika 2
dF21 = i2 dl2 x B21 = i2 dl2 x μH21 = i2 dl2 x μd
i
22
yang menghasilkan rumus gaya antara 2 arus listrik sejajar :
d
ii
dl
dF
221
2
21
Dengan mempertukarkan indeks memperlihatkan berlakunya hukum Newton III :
2
21
1
12
dl
dF
dl
dF
Beberapa contoh penerapan gaya Lorentz dalam teknik yang penting antara
lain meter listrik kumparan putar, neraca arus Kelvin, efek Hall dan spektrometer
massa.
3. Satuan Kuat Arus Listrik Ampere Absolut
Semula kuat arus listrik 1 ampere didefinisikan sebagai kuat arus listrik yang
mengendapkan 1,118 mg Ag per detik dari larutan AgNO3 pada katode dalam
pengendapan elektrolitik. Definisi kuat arus listrik demikian disepakati secara
internasional pada tahun 1908, dan disebut ampere internasional, untuk membedakan
dengan apa yang nantinya dinamakan ampere absoliu yang definisinya didasarkan
atas pengukuran langsung, yaitu secara absolut, gaya antara arus-arus listrik sejajar.
Dari rumus gaya antara dua arus listrik sejajar di atas, dengan mengambil μ ≈
μ0 = 1,2566 x 10 -6 newton/ampere2 serta dengan jarak antara kedua arus listrik itu d =
1 meter akan didapat dF/dl yang mendekati dan tidak tepat 2 x 10 -7 newton/meter.
Maka dibuatlah definisi satuan ampere yang baru, yaitu yang sedemikian hingga
Bab 6 : Gaya Elektromagnet « 97 »
Fisika 2
dF/dl tepat sama dengan 2 x 10 -7 newton/meter, yang dapat diukur langsung secara
absolut. Ampere yang demikian disebut ampere absolut. Ternyata 1 ampere
internasional = 0,999835 ampere absolut.
Beberapa contoh penerapan gaya Lorentz dalam teknik yang penting antara
lain meter listrik kumparan putar, neraca arus Kelvin, efek Hall dan spektrometer
massa.
4. Soal-soal latihan :
1. Jelaskan perilaku sinar α, β, dan γ dalam medan magnet karena pengaruh gaya
Lorentz !
2. Suatu proton ditembakkan dengan kecepatan 5 . 106 m/detik pada arah sumbu Y
di dalam medan magnet homogen 10 gauss (1 gauss = 10 -4 webwr/m2) dan
diarahkan pada sumbu X.
a) Hitung besar dan arah gaya yang dialami oleh proton tersebut.
b) Jika untuk kasus yang sama proton tersebut diganti dengan elektron,
hitung besar dan arah gaya yang dialami oleh elektron tersebut !
3. Tiga buah kawat lurus panjang masing-masing berjarak 4cm dan 6 cm. Kawat
tersebut masing-masing dialiri arus sebesar 2 ampere, 3 ampere dan 4 ampere.
Hitung besarnya gaya Lorentz per satuan panjang di kawat yang terletak di
tengah!
Bab 7 : Medium Magnetik « 98 »
Fisika 2
BAB 7
BAB 1
PENGANTAR ELEKTRO STATIKA
Tujuan :
Tujuan :
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat :
1. Menjelaskan tentang teori atom
2. Menjelaskan pengertian tentang paramagnetisme
3. Menjelaskan pengertian tentang diamagnetisme
4. Menjelaskan pengertian tentang feromagnetisme
MediumMagnetik
Bab 7 : Medium Magnetik « 99 »
Fisika 2
1. Teori Atomik
Yang dimaksud medium magnetik yaitu medium yang dapat mempengaruhi
suatu medan magnet, sebagaimana dielektrikum mempengaruhi medan listrik. Tetapi
kalau dielektrikum selalu memperlemah medan listrik, maka medium magnetik ada
yang justru memperkuat medan magnet, yaitu yang dinamakan medium
paramagnetik. Medium yanh memperlemah medan magnet disebut medium
diamagnetik. Bahan bijih besi ternyata amat memperkuat medan magnet dan
dinamakan medium feromagnetik. Sifat ini merupakan sifat kemagnetan yang
istimewa dari bahan besi (ferum).
Pada dasarnya, penguatan magnet oleh bahan paramagnetik dan pelemahan
medan magnet oleh bahan diamagnetik hanyalah sedikit saja. Suseptibilitas magnetik
χm untuk bahan diamagnetik antara -10 -5 sampai -10 -8, misalnya Hg, Ag, Cu, H2, A,
Au, dan Bi. Suseptibilitas magnetik χm untuk bahan paramagnetik antara 10 -7 sampai
10 -3, seperti misalnya Pt, Al, O2, N2. Bahan feromagnetik mempunyai nilai
suseptibilitas magnetik χm sampai ribuan kali (10 3).
Menurut Ampere dipool magnet merupakan arus listrik melingkar belaka.
Adapaun arus melingkar di dalam atom adalah berasal dari gerakan orbital elektron,
yang mengakibatkan gerakan muatan lsitrik elektron melingkari inti atom. Di
samping itu gerak rotasi elektron di sekeliling sumbunya sendiri juga menghasilkan
gerak rotasi muatan listrik elektron yang memberikan arus melingkar. Sehingga
momen dipool atom tak lian merupakan jumlah atau resultan momen-momen dipool
dari gerakan orbital maupun rotasi (spin) semua elektron-elektronnya. Jika resultan
itu nol, maka atom akan bersifat diamagnetik, sedangkan jika tidak nol akan bersifat
paramagnetik.
Bab 7 : Medium Magnetik « 100 »
Fisika 2
2. Paramagnetisme
Bahan paramagnetik bersifat memperkuat medan magnetik. Bahan yang
bersifat paramagnetik mempunyai momen dipool magnet atom yang tidak nol. Di
dalam medan magnet, dipool-dipool magnet atom bahan semikian akan terorientasi
menurutkan arah medan magnet, yaitu kutub utaranya akan mengarah pada arah
medan magnet sedangkan kutub selatannya pada arah sebaliknya (Gambar 7.1), mirip
dengan momen dipool listrik molekul-molekul dielektrikum di dalam medan listrik
(Gambar 7.2).
Gambar 7.1 : Dipool magnet di dalam medan magnet
Bab 7 : Medium Magnetik « 101 »
Fisika 2
Gambar 7.2 : Dipool listrik di dalam medan listrik
Berbeda dengan dipool listrik di dalam medan listrik yang lalu menampilkan
garis gaya medan listrik yang arahnya berlawanan dengan arah medan listrik yang
dikenakan, maka garis gaya dari dipool magnet di dalam medan magnet itu sebagian
besar berada pada arah yang sama dengan arah medan magnet yang dikenakan karena
sifat rotasional garis gaya medan magnet itu sehingga di dalam dipool magnet arah
garis gaya itu bukanlanya dari utara ke selatan melainkan sebaliknya dari selatan ke
utara. Dengan demikian bahan paramagnetik itu menambah kerapan garis-garis gaya
medan magnet yang dikenakan, yang berarti akan memperkuat medan magnet.
3. Diamagnetisme
Bahan yang momen dipool magnet atom-atomnya nol bersifat diamagnetik.
Karena momen dipool magnetnya nol, maka tidak berupa dipool magnet, sehingga
Bab 7 : Medium Magnetik « 102 »
Fisika 2
dengan sendirinya tidak mengalami orientasi pemutaran di dalam medan magnet.
Sepintas bahan tersebut tidak berinteraksi dengan medan magnet dan tidak
mempengaruhi medan magnet yang dikenakan kepadanya. Tetapi nyatanya bahan
tersebut memperlemah medan magnet.
Hal ini dapat diterangkan berdasarkan timbulnya gaya Lorentz terhadap
elektron yang mengorbit. Dapat diterangkan juga berdasarkan terjadinya presesi yang
berkaitan dengan perubahan momentum rotasi dari gerakan orbital elektron oleh
adanya momen gaya pada dipool magnet arus melingkar di dalam medan magnet. Hal
ini serupa dengan presesi gasing akibat terjadinya perubahan momentum rotasi oleh
momen gaya dari medan gaya gravitasi. Presesi dipool magnet arus melingkar yang
dikenal dengan presesi Larmour itu sudah tentu menghasilkan gerakan presesi atom.
Selanjutnya presesi arus melingkar itu akan menampilkan komponen gerak melingkar
yang seirama dengan gerak presesi, yang menimbulkan medan magnet yang arahnya
berlawanan dengan arah medan magnet yang dikenakan. Gambar 7.3 menjelaskan
terjadinya presesi Larmour dan pelemahan medan magnet.
Bab 7 : Medium Magnetik « 103 »
Fisika 2
Gambar 7.3 : Presesi Larmour dan pelemahan medan magnet
Presesi Larmour ini akan membawa lingkaran arus elektron berputar
sekeliling sumbu yang sejajar dengan arah medan magnet yang dikenakan. Akibat
dari perputaran ini seolah-olah kita mempunyai arus melingkar terinduksi sekeliling
sumbu sejajar medan. Arus melingkar terinduksi ini srah melingkarnya selalu
sedemikan rupa hingga menimbulkan medan magnet yang arahnya berlawanan
dengan arah medan magnet yang dikenakan. jadi arus melingkar terinduksi ini
berakibat melemahkan medan magnet tabng dikenakan.
Dapat kita tinjau pula keterkaitan sifat diamagnetisme karena gaya Lorentz.
Kita tinjau dipool magnet elektron yang momen magnetiknya m. Apabila padanya
dikenakan medan magnet yang kuatnya H yang arahnya tegak lurus bidang lintasan
perputaran elektron, maka padanya akan bekerja gaya Lorentz i dl × B yang arahnya
Bab 7 : Medium Magnetik « 104 »
Fisika 2
radial sehingga gerakan elektron akan dipercepat atau mungkin diperlambat
perputarannya (Gambar 7.4 dan 7.5).
Gambar 7.5 : Diamagnetisme karena gaya Lorentz
Jika H searah dengan m maka gaya arah Lorentz akan menjauhi pusat
lingkaran perputaran elektron sehingga perputaran elektron menjadi diperlambat.
Bab 7 : Medium Magnetik « 105 »
Fisika 2
Gambar 7.6 : Gaya Lorentz pada elektron atom
Keadaan ini seperti halnya seolah-olah timbul dipool magnet baru yang
arahnya momennya berlawanan dengan arah dipool magnet elektron. Dipool magnet
baru ini akan menimbulkan medan magnet yang arahnya berlawanan dengan arah
medan magnet yang dikenakan pada dipool magnet elektron tersebut.
Sebaliknya apabila arah medan magnet yang dikenakan pada dipool magnet
elektron itu berlawanan dengan arah momen dipool elektron atom, maka gaya
Lorentz pada elektron atom tersebut arahnya akan menuju ke pusat lingkaran
perputaran elektron atom sehingga mempercepat perputaran elektron atom. Maka
seolah-olah timbul dipool magnet baru yang menimbulkan medan magnet yang
arahnya sama dengan arah medan magnet yang dikenakan sehingga memperlemah
medan magnet yang dikenakan itu. Jadi dipool elektron atom itu memperlemah
memperlemah medan magnet yang dikenakan padanya baik untuk medan magnet
yang arahnya sama maupun yang arahnya berlawanan dengan arah dipool magnet
elektron.
Bab 7 : Medium Magnetik « 106 »
Fisika 2
Sebenarnya bahan paramagnetik juga memiliki gejala diamagnetisme, tetapi
efek diamagnetiknya dapat diabaikan terhadap efek paramagnetiknya, sebab presesi
Larmour tentu juga terjadi secara umum bagi sembarang gerakan orbital muatan
listrik di dalam medan magnet. Meskipun resultan momen magnetik atomnya nol,
yaitu sifat paramagnetiknya tidak ada, namun sifat diamagnetiknya selalu ada. Untuk
bahan yang resultan momen magnettiknya tidak nol, kecuali diamagnetisme terjadi
juga paramagnetisme. Kalau paramagnetisme lebih berperanan, maka bahan akan
bersifat paramagnetik.
4. Feromagnetisme
Berbeda dengan bahan paramagnetik, bahan fero magnetik mempunyai
suseptibilitas magnetik yang amat besar, yaitu dalam orde ribuan. Bahan tersebut juga
mempunyai sifat khusus, yaitu memperlihatkan gejala yang disebut histerisis yang
secara umum didefinisikan sebagai keterlambatan reaksi atau respon atas aksi yang
lazim terjadi pada kebanyakan komponen mesin.
Dalam kemagnetan, histerisis ini berkaitan dengan keterlambatan variasi
induksi magnetik B terhadap variasi medan magnet H yang dikenakan, yang berarti
permeabilitas magnetik bahan bukan merupakan tetapan melainkan bervariasai
selama proses pengubahan kuat medan magnet yang dikenakan (Gambar 7.7).
Bab 7 : Medium Magnetik « 107 »
Fisika 2
Gambar 7.7 : Kurva histerisis bahan feromagnetik
Dalam proses magnetisasi bahan, semula naiknya induksi magnetik B lebih
pesat dari pada bnertambahnya kuat medan magnet H, tetapi kemudian variasi B itu
lebih lambat sampai terjadi keadan jenuh di mana variasi H hampir tidak mengubah
B. Jika kemudian kuat medan magnet H semakin dikurangi, maka induksi magnet B
tidak segera mengikuti perubahan H. Sehingga sewaktu H = 0, B beluim menjadi nol,
melainkan masih tersisa sebesar apa yang dinamakan remanen magnetik Br. Untuk
membuat B = 0 diperlukan pembalikan medan magnet H sampai sejauh apa yang
disebut gaya koersif Hc.
Demikianlah selanjutnya pembalikan kembali arah H, meskipun juga
berakibat pembalikan arah B, tetapi perubahan B tidak secepat perubahan H. Variasi
B senantiasa terhadap variasai H. Seperti halnya dengan gejala histerisis dalam
komponen mesin dikaitkan dengan adanya gesekan ataupun desipasi tenaga mekanik
menjadi panas, sebagaimana memang timbul pemanasan dalam proses variasi B oleh
Bab 7 : Medium Magnetik « 108 »
Fisika 2
variasi H. Histerisis dalam kemagnitan juga dikaitkan dengan desipasi tenaga, yang
menurut termodinamika, usaha mekanik dalam proses perubahan B oleh pengubahan
H diberikan oleh integral HdB
. , sehingga desipasi tenaga perputaran sepanjang apa
yang disebut kurve histerisis diberikan oleh :
HdB
.
yang tak lain adalah luas daerah di dalam kurve histerisis.
Keterlambatan respons atas aksi yang dikaitkan dengan semacam gesekan
atau desipasi panas itu mencerminkan tidak lancarnya proses pemagnetan bahan
sehingga memotivasi Weiss untuk mengajukan teorinya dalam pemagnetan yang
dikenal sebagai teori domain yang dapat dijelaskan pada Gambar 7.8.
Bab 7 : Medium Magnetik « 109 »
Fisika 2
Gambar 7.8 : Teori domain Weiss
Menurut Weiss, atom-atom bahan feromagnetik berupa dipool-dipool magnet
yang arah vektor momennya mengelompok di dalam domain-domain. Tiap-tiap
domain, arah vektor momen dipoolnya tertentu. Pengenaan medan magnet tidak
mengorientasikan vektor-vektor momen dipool magnet atom bahan, melainkan
menggusur domain sedemikian hingga domain yang vektor momen dipool atom-
atomnya searah atau mendekati arah medan magnet yang dikenakan akan meluas dan
mendesak domain di sekitarnya. Sebaliknya, yang cenderung berlawanan akan
menyempit. Ini berarti bahwa pengenaan medan magnet akan berakibat terjadinya
pergeseran batas-batas domain. Proses pergeseran batas-batas domain itu tidak
leluasa melainkan mengalami gesekan.
Di samping itu, gesekan itu juga menimbulkan desipasi tenaga yang berupa
pemanasan pada bahan tersebut. Adanya desipasi panas menyebabkan prosesnya
tidak reversible. Artinya, kalau prosesnya dibalik, misalnya medan pemagnetkannya
dihilangkan, keadaan magnetik bahan tidak kembali seperti semula sebagaimana
ditunjukkan oleh terjadinya gejala histerisis. Menurut teori medan elektromagnetik,
besarnya desipasi tenaga tersebut persiklus sebesar HdB
. yang sama dengan luas
yang dibatasai oleh kurve histerisis.
Bab 7 : Medium Magnetik « 110 »
Fisika 2
Karena bahan feromagnetik sangat memperkuat medan magnet, maka bahan
tersebut dalam teknik dipakai sebagai inti elektromagnet yang berupa lilitan arus
listrik sekeliling batang besi sebagai medium feromagnetiknya. Oleh sifat
histerisisnya, bahan feromagnetik dipakai untuk membuat batang magnet karena
adanya remanen atau sisa kemagnetan Br, yaitu dengan meliliti batang besi
feromagnetik dengan lingkaran arus listrik dengan kuat arus sedikit demi sedikit
dinaikkan sampai maksimum, lalu sedikit demi sedikit diturunkan sampai nol
kembali.
Untuk bahan inti transformator, dikehendaki sesedikit mungkin tenaga
magnetik yang terdesipasai yang berarti dikehandaki bahan yang kurve histerisisnya
kurus. Sedangkan untuk bahan inti elektromagnet dikehendaki bahan yang yang
menghasilkan induksi magnetik B besar, yang berarti liku histerisisnya lebih tegak.
Untuk bahan pembuat magnet tetap, dikehendaki yang gaya koersifnya besar agar
tidak mudah hilang kemagnetannya.
5. Soal-soal latihan
1. Terangkan dengan singkat (pokoknya) tentang paramagnetisme,
diamagnetisme, dan feromagnetisme !
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 111 »
Fisika 2
BAB 8
BAB 1
PENGANTAR ELEKTRO STATIKA
Tujuan :
Tujuan :
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat :
1) Menjelaskan tentang percobaan Faraday
2) Menjelaskan tentang hukum Lenz
3) Menjelaskan pengertian tentang induktansi kumparan
4) Menjelaskan pengertian tentang tenaga siste, atau himpunan kumparan-
kumparan
InduksiMagnetik
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 112 »
Fisika 2
1. Percobaan Faraday
Induksi elektromagnetik ialah gejala timbulnya induksi e.m.f. di dalam untai
listrik apabila untai litrik itu berada di dalam medan magnet yang bervariasi terhadap
waktu. Induksi e.m.f demikian diketemukan dan diteliti oleh Faraday dan Lenz.
Pada tahun 1831, Faraday mengamati gejala-gejala sebagai berikut :
a. Perubahan arus di kumparan primer pada Gambar 8.1 menyebabkan timbulnya
arus induksi di kumparan sekunder yang berada di dekatnya. Arus induksi ini
ternyata sebanding dengan daya hantar kumparan. Jadi yang sebenarnya
terinduksi bukannya arus melainkan e.m.f.. Makin cepat perubahan arus di
kumparan primer makin besar e.m.f. induksi di kumparan sekunder. Lebih lanjut
e.m.f. induksi itu timbul hanya sewaktu ada perubahan kuat arus di kumparan
primer.
b. Induksi e.m.f. ini terjadi pula apabila kumparan primer diganti dengan batang
magnet yang digerak-gerakkan menjauhi dan mendekati kumparan sekunder. Jadi
induksi e.m.f. ini tentu berhubungan dengan perubahan kuat medan magnet yang
mengenai kumparan sekunder, sebagaimana kumparan primer yang dialiri arus
listrik itu juga bersikap sebagai magnet batang. Dengan mengubah arus di
kumparan primer berubah pula medan magnet yang ditimbulkannya. Perubahan
kuat medan magnet itu menyebabkan tepi-tepi kumparan sekunder memotong
garis-garis gaya magnet yang dipancarkan dari mulut kumparan sekunder.
c. Cakram konduktor yang diputar pada sumbunya akan memperlihatkan timbulnya
induksi e.m.f. antara pusat dan tepi cakram tersebut apabila tegak lurus pada
cakram dikenakan medan magnet. Hal ini menunjukkan bahwa timbulnya induksi
e.m.f. itu karena elemen-elemen radial cakram yaitu ruji-ruji yang sangat banyak
dan berimpitan satu sama lain yang lalu membentuk cakram, memotong garis-
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 113 »
Fisika 2
garis gaya magnet sehingga muatan-muatan listrik bebas yaitu elektron-elektron
bebas yang dikandungnya yang ikut begerak berputar itu mengalami gaya
Lorentz, sehingga lalu bergerak ke arah radial. Jadi dalam hail ini, timbulnya
e.m.f dipandang sebagai akibat memotongnya elemen-elemen konduktor akan
garis gaya magnet. Sejauh ini Faradaya hanya pada kesimpulan bahwa induksi
e.m.f. adalah memotongnya kumparan-kumparan ataupun konduktor akan garis
gaya magnet.
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 114 »
Fisika 2
Gambar 8.1 : Percobaan Faraday mengenai induksi elektromagnetik
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 115 »
Fisika 2
2. Hukum Lenz
Pada tahun 1834, berdasarkan hukum Newton ke-3 (tentang aksi-reaksi), Lenz
mengemukakan pendapat bahwa e.m.f. induksi itu adalah suatu reaksi atas perubahan
medan magnet yang dicakup atau yang mengenaik kumparan. Reaksi itu adalah
sedemikian rupa hingga arus listrik yang dapat mengalir karena induksi e.m.f. itu
akan menimbulkan medan magnet yang fluks garis gaya magnetnya mengkompensasi
perubahan fluks garis gaya magnetik yang dicakup kumparan.
Adapun perumusan secara kuantitatif tentang induksi e.m.f. tersebut, baru
dikemukakan pada tahun 1845 oleh Neumann. Ia mengatakan bahwa besarnya e.m.f.
terinduksi itu sebanding dengan cepatnya perubahan fluks garis gaya magnetik yang
dicakup, atau secara matematik :
dt
deind
Tanda – dalam rumus di atas menyatakan arah yang melawan perubahan fluks garis
gaya magnetik yang dikenakan padanya, yaitu sebagaimana hukum Newton ke-3
dipenuhi.
Secara analitik rumus di atas dapat dibuktikan sebagai berikut :
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 116 »
Fisika 2
Gambar 8.2 : Induksi e.m.f. karena memotong garis gaya
Pergeseran seutas kawat konduktor, yang panjangnya l dengan kecepatan v
pada arah tegak lurus arah memanjangnya, di dalam medan magnet yang induksi
magnetiknya B dengan arah tegak lurus v. Hal ini akan menyebabkan kawat tersebut
memotong garis gaya magnet. Fluks garis gaya magnet yang dipotongnya persatuan
waktu adalah :
vlBdt
d
yaitu dengan mengingat banhwa selama selang waktu satu satuan waktu, kawat akan
tergeser sejauh v dan menyapu luasan seluas l × v.
Adapaun induki e.m.f.nya adalah akibat mengumpulnya muatan listrik yang
dikandung kawat, ke satu ujung kawat, oleh adanya Gaya Lorenz. Dengan menggeser
kawat dengan kecepatan v, maka muatan bebas di dalam kawat itupun akan ikut
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 117 »
Fisika 2
tergeser dengan kecepatan v. Seandainya muatan bebas itu ialah q, maka gaya
Lorentz ditentukan dengan :
F = q v × B
ke arah ujung kawat.
Pengumpulan muatan listrik di ujung ini akan menimbulkan medan listrik
yang menghalangi pengumpulan muatan listrik lebih lanjut. Pada keadaan setimbang
kuat medan elektrostatiknya harus sebesar ;
E = v × B
sehingga beda potensial antra kedua ujung kawat tak lain adalah e.m.f.
induksi, diberikan oleh :
eind = E × l
= v × B × l
= B × v × l
=dt
d
dan terbuktilah rumus Neumann itu.
Sekarang kita tinjau lingkaran kawat atau kumparan yang mencakup fluks
garis gaya megnetik tertentu dari suatu batang magnet seperti tertera pada Gambar 8.3
berikut :
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 118 »
Fisika 2
Gambar 8.3 : Induksi e.m.f. karena pemotongan garis gaya
Apabila fluks ini kita perkecil, maka beberapa garis gaya magnet harus keluar
dari daerah yang dibatasi tepi lingkaran kawat tersebut. Ini berarti bahwa lingkaran
kawat dipotong oleh garis gaya medan magnet yang tengah bergerak keluar. Dengan
perkataan lain, sebaliknya lingkaran kawat memotong beberapa garis gaya medan
magnet tersebut. Hal ini seolah-olah sebagai kawat yang membawa muatan bebas
yang dikandungnya itu bergerak memotong garis-garis gaya magnet seperti yang
diuraikan di atas, sehingga timbullah induksi e.m.f.
Kalau diteliti lebih lanjut ternyata e.m.f. itu adalah sedemikian rupa sehingga
kalau mengalirkan arus listrik, arus listrik itu akan menimbulkan medan magnet yang
arahnya sama dengan arah medan magnet yang dicakup, yang berarti mamperkuat
kembali medan magnet yang melemah tadi. Jadi jelaslah bahwa perubahan fluks garis
gaya magnetik yang dicakup oleh kumparan, sama saja artinya dengan pemotongan
garis-garis gaya magnet oleh kumparan tersebut.
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 119 »
Fisika 2
3. Induktansi Kumparan
Kita tinjau kembali percobaan Faraday pada Gambar 8.1 di atas. Arus di
kumparan 1 pada Gambar 8.1 akan menyebabkan timbulnya fluks garis gaya
magnetik yang lalu sebagian dicakup pula oleh kumparan 2. Dengan demikian variasi
kuat arus di kumparan 1 yang mengakibatkan variasi fluks garis gaya magnetik yang
ditimbulkannya itu akan menyebabkan timbulnya induksi e.m.f. di lumparan 2, di
samping menimbulkan e.m.f. terinduksi di kumparan 1 itu sendiri.
Sebagaimana kuat medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik itu
sebanding dengan kuat arus listrik yang ditimbulkannya, maka begitu juga halnya
dengan fluks garis gaya magnetik yang ditimbulkannya dan yang lalu dicakupnya
serta yang dicakup oleh kumparan lain. Maka dapatlah kita merumuskan hubungan-
hubunga linear antara fluks dan kuat arus sebagai berikut :
Ф11 = L11 i1
Ф21 = L21 i1
Ф11 adalah fluks magnetik yang dicakup oleh kumparan 1 oleh adanya arus
listrik di kumparan 1 itu sendiri, sedangkan L11 adalah tetapan pembanding lurus
antara fluks magnetik yang dicakup kumparan 1 dengan kuat arus di kumparan 1 itu
sendiri. Ф21 adalah fluks magnetik yang dicakup oleh kumparan 2 oleh adanya arus
listrik di kumparan 1, sedangkan L21 adalah tetapan pembanding lurus antara fluks
magnetik yang dicakup kumparan 2 dengan kuat arus di kumparan 1 yang
menimbulkan fluks tersebut. Secara umum suatu sistem kumparan-kumparan kita
dapat menulis.
Ф1 = Ф11 + Ф12 + Ф13 + ...... + Ф1j + .................................................
= L11 i1 + L12 i2 + L13 i3 + ...... + L1j ij + ........................................
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 120 »
Fisika 2
Ф2 = Ф21 + Ф22 + Ф23 + ...... + Ф2j + .................................................
= L21 i1 + L22 i2 + L23 i3 + ...... + L2j ij + ........................................
..............................................................................................................
Фi = Фi1 + Фi2 + Фi3 + ...... + Фij + ....................................................
= Li1 i1 + Li2 i2 + Li3 i3 + ...... + Lij ij + ..........................................
..............................................................................................................
atau singkatnya secara umum :
Фij = Lij ij = Фij
di mana Фij ialah bagian fluks dari kumparan ke j yang dicakup kumpran ke i. Bagian
itu, misalnya :
Фij = kij Фjj
di mana besaran kij dinamakan faktor kopling yang mengaitkan kumparan ke i dengan
kumparan ke j dalam hubungan fluks magnetiknya.
Meskipun seperti halnya Lij, begitu juga kij, merupakan faktor geometris,
artinya ditentukan oleh hubungan geometris antara kumparan ke i dengan yang ke j.
Tidak berarti bersifat simetri kij = kji.
Marilah kita tinjau hubungan antara banyaknya lilitan dengan besarnya
induktansi diri. Apabila banyaknya lilitan suatu kumparan adalah N, maka
dibandingkan dengan seandainya hanya mengandung 1 liltan saja, maka fluks
magnetik yang ditimbulkannya akan N kali. Sehingga induksi e.m.f. menyilang setiap
lilitan juga akan N kali. Dengan demikian induksi e.m.f. menyilang seluruh kumparan
akan menjadi N x N kali, yaitu N2 kali. Jadi jika induktansi diri kumparan
seandainya hanya terdiri atas 1 lilitan saja adalah L, maka kalau banyaknya lilitannya
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 121 »
Fisika 2
N, maka indukstansi diri itu akan menjadi N2 L. Demikianlah maka induktansi diri
kumparan akan sebanding dengan kuadrat banyaknya lilitan.
Untuk sistem 2 kumparan, dengan menuliskan induktansi timbal-baliknya
dengan M, yaitu L12 = L21 = M, serta L11 = L1 dan L22 = L2, yang secara umum Lii = Li
yang disebut induktansi diri, maka berlaku persamaan :
Ф12 = k12 Ф22 = k12 L22 i2 = k12 L2 i2
Ф12 = L12 i2 = M i2
yang berarti :
M = k12 L2
dan seperti itu pula akan didapat :
M = k21 L1
Sehingga kita dapatkan pula :
M = (k12 k21)1/2 (L1L2)1/2 = k L
dengan k dan L ialah rata-rata geometris yang diberikan oleh :
k = (k12 k21)1/2 dan L = (L1L2)1/2
Sekarang kita tinjau induktansi diri dan induktansi timbal balik 2 kumparan
yang masing-masing terdiri atas N1 dan N2 lilitan dan misalnya induktansi diri per
lilitan ialah 11L dan 1
2L .
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 122 »
Fisika 2
Ф11 = N111L i1
dan e.m.f. induktansi diri per lilitannya diberikan oleh :
dt
diLN
dt
deind
1111
111
sehingga e.m.f. induksi diri menyilang keseluruhan lilitannya, yaitu menyilang
keseluruhan bagian kumparan, diberikan oleh :
eind= eN
ind11
=
dt
diLN 11
12
1 =
dt
diL 1
1
yang berarti :
L12
1N dan secara umum L 2N
dan dengan sendirinya untuk 2 kumparan, induksi timbal baliknya adakah :
M N1 N2
DEngan kata lain, harga induktansi timbal balik itu sebanding dengan banyaknya
lilitan di masing-masing kumparan, yaitu M sebanding dengan N1N2 apabila N1 dan
N2 adalah banyaknya lilitan kumparan pertama dan kumparan kedua.
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 123 »
Fisika 2
4. Tenaga Sistem atau Himpunan Kumparan-kumparan
Telah kita rumuskan bahwa tenaga lingkaran arus listrik di dalam medan
magnet dalam bentuk :
U = i Ф
di mana Ф ialah fluks magnetik yang dicakup lingkaran arus listrik itu. Hal tersebut
analog dengan rumus tenaga muatan listrik di dalam medan listrik di tempat yang
potensial listriknya V, yang diberikan oleh U = q V.
Maka tenaga kumparan arus listrik yang terdiri atas N lilitan di dalam medan
magnet, diberikan oleh :
U = N i Ф
Bila ditinjau sistem atau himpunan beberapa kumparan arus listrik, fluks
magnetik yang dicakup setiap kumparan berasal dari masing-masing kumparan
termasuk kumparan itu sendiri. Namun demikian tidak berarti bahwa total tenaganya
diberikan oleh jumlah N i Ф dari masing-masing kumparan. Untuk menjabarkan
tenaga sistem, dapat kita rumuskan sebagai berikut :
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 124 »
Fisika 2
Gambar 8.4 : Penghimpunan tenaga kumparan arus listrik
Seandainya mula-mula tidak ada arus listrik di masing-masing kumparan, lalu
arus listrik i1, i2, i3, dan seterusnya dialirkan berurutan ke kumparan ke-1, 2, 3 dan
seterusnya, maka tenaga yang dikandung oleh sistem kumparan arus listrik :
U1 = U11 = 21111111111 2
1iLdiLidi
U2 = U21 + U22 = i2L21i1 + 222 di = i2L21i1 + 22222
1iL
U3 = .............. = i3L31i1 + i3L32i2 + 23332
1iL
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 125 »
Fisika 2
yang menghasilkan :
U = j
Uj = j jk
ijLjkik + j
2
2
1jjj iL
Mengingat bahwa :
ijLjkik = ikLkjij serta Lkj = Ljk
Akhirnya didapatkan rumus ringkas sebagai berikut :
U = j k2
1ijLjkik ataupun U =
j k2
1ijФjk
5. Soal-soal Latihan
1. Buktikan bahwa induktansi diri solenoida yang jari-jari penampangnya a dan
panjangnya l, dengan menganggap kuat medan listrik di dalamnya adalah
homogen dan sama dengan pusatnya, diberikan oleh : L = πµNna2
2. Dua kumparan yang induktansi dirinya masing-masing L1 dan L2, dan
induktansi timbal baliknya M, dihubungkan seri. Dengan mengingat bahwa
kuat arus listrik yang lewat kedua kumparan itu sama, buktikan bahwa sistem
2 kumparan itu bertindak selaku kumparan tunggal dengan induktansi diri
sebesar L = L1 + L2 + 2M
3. Seperti soal no.2 di atas, tetapi kedua kumparan dipasang paralel sehingga
beda potensial antara kedua ujungnya sama untuk kedua kumparan tersebut,
maka L = (L1L2 – M2) / (L1 + L2 - 2M)
Bab 8 : Induksi Elektromagnetik « 126 »
Fisika 2
4. Dengan banyaknya lilitan masing-masing kumparan adalah N1 dan N2,
rumuskan tenaga yang tersimpan dalam sistem dua kumparan pada soal no.2
dan no. 3.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 127 »
Fisika 2
BAB 9
TeganganDanArusBolak-Balik
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 128 »
Fisika 2
Tujuan :
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat :
1) Menjelaskan pengertian tentang tegangan dan arus bolak-balik
2) Menjelaskan bagaimana respon elemen rangkaian terhadap tegangan dan arus
bolak-balik
3) Menjelaskan pengertian tentang impedansi dan admitansi
4) Merumuskan persamaan daya listrik pada arus bolak-balik
5) Menjelaskan bagaimana cara meningkatkan faktor daya pada rangkaian bolak-
balik
6) Menjelaskan bagaimana cara meningkatkan faktor daya pada rangkaian bolak-
balik.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 129 »
Fisika 2
1. Pengertian Tegangan dan Arus Bolak-balik
Arus bolak-balik (alternating current /AC) didefinisikan sebagai arus listrik
yang secara berulang-ulang (terus-menerus) mengalami perubahan polaritas dari
negatif ke positif berdasarkan fungsi waktu.
Tegangan bolak-balik dinyatakan dengan fungsi waktu :
v = Vm sin ( t + )
atau
v = Vm cos ( t + )
Arus bolak-balik dinyatakan oleh fungsi waktu :
i(t) = Im sin ( t + )
atau
i(t) = Im cos ( t + )
Dari kedua persamaan ini diketahui bahwa :
Vm adalah nilai maksimum dari tegangan
Im adalah nilai maksimim dari arus
adalah sudut fase atau fase gelombang pada t = 0
t dinyatakan dalam radian sedangkan dinyatakan dalam derajad
Dalam sebuah rangkaian arus bolak-balik, dimungkinkan bahwa beda
potensial yang melintasi elemen yang ada dan arus yang melintasi elemen tersebut
berada di luar phase. Beda antara sebuah gelombang melintasi gelombang yang lain
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 130 »
Fisika 2
disebut beda fase dan sering diwujudkan dalam bentuk sudut. Rumus yang
digunakan untuk melakukan perhitungan beda fase adalah :
2.T
t
di mana :
= beda fase
t = perbedaan waktu
T = perioda gelombang.
Setiap periode yang lengkap yaitu terdiri dari satu bukit gelombang dan satu
lembah disebut dengan satu cycle dan jumlah cycle per unit waktu disebut frekuensi.
Frekuensi gelombang f dinyatakan dalam Hertz (Hz) dan periode T dalam secon , di
mana hubungan antara keduanya diberikan oleh :
F =
2
1
T
Di mana :
: dinyatakan dalam radian/s
Dengan berdasarkan hal tersebut di atas, maka besarnya disipasi daya rata-rata
yang melintasi sebuah rangkaian arus bolak-balik adalah :
P = Irms . V rms. cos
di mana :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 131 »
Fisika 2
P adalah disipasi daya rata-rata
Irms adalah nilai rms dari arus
Vrms adalah nilai rms dari tegangan
adalah beda fase antara arus dan tegangan.
Gambar 9.1 : Grafik tegangan bolak-balik
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 132 »
Fisika 2
Gambar 9.2 : Grafik arus bolak-balik
2. Respon Elemen
Berdasarkan aturan Layman dinyatkan bahwa walaupun beda potensial atau
tegangan dan arus memiliki periode yang sama, namun keduanya tidak akan
mencapai nilai maksimum dan minimum oada waktu yang bersamaan. Baik arus
maupun tegangan dapat berada pada kondisi mendahului (leading) atau ketinggalan
(lagging) terhadap satu sama lain. Hal tersebut tergantung pada elemen-elemen dan
konfigurasi rangkaiannya.
a. Resistor dalam Arus Bolak-Balik
Pengaruh resistor terhadap rangkaian arus bolak-balik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 133 »
Fisika 2
Gambar 9.3 : Resistor dalam rangkaian arus bolak-balik
Dapat diperolah bahwa :
v = VR = VM sin t
di mana
VR = beda tegangan sesaat pada ujung-ujung R
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 134 »
Fisika 2
Gambar 9.4 : Grafik persamaan arus dan tegangan resistor
pada rangkaian bolak-balik
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 135 »
Fisika 2
Phasor arus dan tegangan segaris, karena iR dan vR adalah sefse. Arus yang
mengalir dalam resistor menimbulkan panas. Kenaikan temperatur resistor tidak
terganrung pada arah arus tetapi tergantung pada besarnya arus. Panas yang
ditimbulkannya dapat dihitung dengan persamaan :
P = i2 . R
Panas yang dihasilkan arus bolak-balik saat Im tidak sama dengan panas yang
dihasilkan arus searah yang besarnya sama dengan Im.
Arus efektif (Ieff) dari arus bolak-balik menimbulkan panas yang sama dengan
arus searah dalam resistor yang sama pada suatu interval waktu yang sama.
RdtittRit
t
eff .)(.2
1
212
2
i = Im. sin t
Jika diketahui I adalah bolak-balik sinusoidal, maka Ieff untuk I perioda (0 -
T), maka :
21
0
22 sin1
T
meff dttIT
I
dtitt
it
t
eff .)(
1 2
1
2
12
2
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 136 »
Fisika 2
21
0
2
)2cos1(2
1
Tm
eff dttT
II
sehingga didapatkan :
2m
eff
II = Irms
Analog dengan arus di atas , maka tegangan efektif dari tegangan bolak-balik
sinusoidal yaitu :
2m
eff
VV = Vrms
Pada umumnya tegangan bolak-balik selalu dianggap sebagai tegangan
efektif. Jadi misalnya diketahui bahwa tegangan arus bolak-balik sama dengan 120
volt, maka itu berati bahwa besar Vrms adalah sama dengan 120 volt. Hal ini juga
berlaku untuk alat-alat ukur listrik seperti amperemeter dan voltmeter arus bolak-
balik yang didesain untuk nilai rms.
b. Induktor dalam Rangkaian Arus Bolak-balik
Pengaruh induktor terhadap rangkaian arus bolak-balik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 137 »
Fisika 2
Gambar 9.5 : Induktor dalam rangkaian AC
Persamaan tegangan induktor pada rangkaian arus bolk-balik yaitu :
V = VL = Vm sin t = Ldt
di
di mana :
VL = beda tegangan sesaat pada ujung-ujung L
Dari persamaan tegangan dapat diperoleh :
di = dttL
Vm sin
iL = dttL
Vm sin
iL = - tL
Vm
cos
iL = - )2
sin(
tL
Vm
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 138 »
Fisika 2
Sedangkan
iL = )2
sin(
tI m
maka :
Gambar 9.6 : Grafik induktor pada rangkaian arus listrik bolak-balik
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 139 »
Fisika 2
L
mmm X
V
L
VI
vL = Vm sin t = Im . XL. sin t
di mana :
XL = L = reaktansi induktansi (satuannya : Ohm)
Untuk sumber tegangan sinusoidal, arus selalu ketinggalan dari tegangan (pada
induktor) sebesar 90 derajad.
c. Kapasitor dalam Rangkaian Arus Bolak-balik
Pengaruh induktor terhadap rangkaian arus bolak-balik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini
Gambar 9.7 : Kapasitor dalam rangkaian bolak-balik
Dari gambar diperoleh :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 140 »
Fisika 2
v = vC = Vm sin t
di mana :
C
QvC
Q = C . vC = Vm . C sin t
dengan :
vC = beda tegangan sesaat pada ujung-ujung C
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 141 »
Fisika 2
Gambar 9.8 : Grafik persamaan arus dan tegangan bolak-balik kapasitor
Untuk memperoleh nilai arus yang melalui kaoasitor, dari persamaan
tegangan dapat diturunkan sebagai berikut :
tVCdt
dQi mC cos
)2
sin(
tVCi mC
iC = Im sin (2
t )
=
2sin
t
X
V
C
m
vC = Vm sin t
=Im XC sin t
di mana :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 142 »
Fisika 2
XC =C
1
dengan :
XC = reaktansi kapasitansi (satun : Ohm)
Dari persamaan dan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa jika frekuensi
bertambah tinggi maka nilai arus akan bertambah besar, sebaliknya nilai reaktansi
kapasitansi XC menjadi bertambah kecil. Jika frekuensi pada rangkaian kapasitor
sama dengan nol (kondisi sam dengan arus searah), maka nilai reaktansi kapasitansi
menjadi tak terhingga. Hal ini berarti bahwa tidak ada arus yang mengalir melaui
kapasitor. Hal yang sama akan terjadi pada keadaan arus searah yang berada pada
keadaan steady state (stabil)
Respon elemen pada arus bolak-balik dapat disimpulkan dengan
memperhatikan tabel berikut ini :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 143 »
Fisika 2
Tabel 9.1 : Respon elemen pada arus bolak-balik
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 144 »
Fisika 2
3. Rangkaian RLC Bersimpal Tunggal
Setelah menganalisis rangkaian-rangkian R, L, dan C yang terpisah, maka
sekarang kita tinjau Gambar 9.9 berikut ini yang di dalamnya terdapat ketiga-tiga
elemen tersebut.
Gambar 9.9 : Sebuah rangkaian R L C
Tegangan bolak-balik dinyatakan dengan fungsi waktu :
v = Vm sin t
dan arus (tunggal) dalam rangkaian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
i = Im sin ( t - )
yang di dalamnya masih harus ditentukan im dan . Dengan menggunakan teorema
simpal pada rangkaian di atas, maka dapat dirumuskan :
v = VR + VC + VL
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 145 »
Fisika 2
yang semuanya merupakan kuantitas-kuantitas yang berubah-ubah secara periodik
dengan waktu (secara sinusoidal), yang nilai maksimuimnya menurut urutan adalah :
Vm
VR,m = Im R
VC,m = Im XC
VL,m = Im XL
Walaupun persamaan v = VR + VC + VL adalah benar pada sembarang saat,
namun tidak dapat dengan mudah menggunakannya untuk mencari im dan
dikarenakan perbedaan-perbedaan fasa yang terdapat di antara suku-suku yang
terpisah tersebut. Untuk menganalisis lebih lanjut diperlihatkan Gambar 9.10 berikut
ini :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 146 »
Fisika 2
Gambar 9.10 : (a) Diagram fasor rangkaian R L C,
(b) Diagram hubungan v dan i
Gambar 9.10 (a) memperlihatkan nilai-nilai maksium dati I, VR, VC, dan VL.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
VR sefasa dengan arus
VC terbelakang terhadap arus selama seperempat siklud
VL mendahului arus selama seperempat siklus
Jumlah aljabar dari VR, VC, dan VL pada sumbu vertikal menyamai v.
Vm
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 147 »
Fisika 2
Dapat dinalisis bahwa vektor dari amplitudo-amplitudo fasor VR,m Vc.m, dan
VL,m menghasilkan sebuah fasor yang amplitudonya adalah Vm. Proyeksi Vm pada
sumbu vertikal harus sama dengan VR + VC + VL.
Pada Gambar 9.10 (b) dapat dilihat bahwa sebuah fasor VL,m - V.c,m. telah
terbentuk. Fasor ini adalah tegak lurus pada VR,m, sehingga dapat kita tulis :
Vm 2.,
2, )( mCmLmR VVV
= 22 )()( CmLmm XIXIRI
= Im22 )( CL XXR
Adapun kuantitas yang mengalikan Im disebut impedans (impedance) Z, maka
dapat ditulis:
Z
VI m
m
yang mengingatkan kita akan hubungan i = v/R untuk jaringan-jaringan penghambat
bersimpal tunggal dengan tegangan gerak elektrik yang tetap. Satuan SI dari
impedans sudah jelas adalah ohm.
Kita dapat menuliskan persamaan di atas dengan perincian sepenuhnya sebagai:
22 )/1( CLR
VI m
m
Kita memperlihatkan sudut φ di dalam Gambar 9.10 b. dan kita dapat menuliskan
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 148 »
Fisika 2
tan =Rm
CmmL
V
VV .
=
=
Kita telah menyatakan dengan menggunakan ω, R,L,C. Seperti yang telah
dikatakan sebelumnya, maka φ tidak tergantung pada єm maka im akan semakin besar
tetapi tidak akan mengubah ; skala operasi diubah tetapi sifat (nature) operasinya
tidak berubah.
Kita telah menggambarkan Gambar 9.10 b secara sembarangan dengan XL>XC;
yakni, kita telah menganggap rangkaian dari Gambar 9-9 lebih bersifat induktif
daripada bersifat kapasitif. Untuk anggaran ini vm mendahului im (walaupun tidak
sebanyak seperempat siklus seperti di dalam rangkaian induktif murni dari Gambar
9.4). Sudut fasa ø di dalam persamaan di atas adalah positif.
Jika sebaliknya, kita kempunyai XC > XL, maka rangkaian tersebut akan lebih
bersifat kapasitif dari pada bersifat induktif dan vm akan terbelakang terhadap im
(walaupun tidak sebanyak seperempat siklus, seperti di dalam rangkaian kapasitif
murni dari di mana vm terbelakang terhadap im selama seperempat siklus). Sesuai
dengan perubahan ini yakni dari mendahului menjadi belakang, maka sudut ø di
dalam persamaan di atas secara otomatis akan menjadi negatif.
Ri
XXi
m
cLm )(
R
XX cL
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 149 »
Fisika 2
CONTOH
Di dalam Gambar 9-9 misalnya R
= 4,0 Ω,C = 150 μF, L= 60 mH,
v= 60 Hz,dan Vm = 300V.
Pertanyaan :
Carilah (a) Xc,(b) XL,(c) Z,(d)im ,dan (e)
Solusi :
(a) Xc = 18 Ω. Perhatikan bahwa Xc hanya bergantung pada C dan ω dan bukan
pada sifat rangkaian yang mempunyai C sebagai elemen.
(b) XL = 23 Ω. Perhatikan bahwa XL hanya bergantung pada L dan ω dan bukan
pada sifat rangkaian yang mempunyai L sebagai elemen.
(c) Dari persamaan kita memperoleh :
Perhatikan bahwa rangkaian ini adalah leih bersifat induktif dari pada bersifat
kapasitif, yakni, XL > Xc.
(d) Dari persamaan kita memperoleh :
4,6
)1823()0,4(
)XcX(RZ
22
2L
2
AV
Z
Vi m
m 474,6
300
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 150 »
Fisika 2
sehingga diperoleh :
Atau Φ = 510 .Karena XL> Xc, maka Φ adalah positif dan Vm mendahului im, Seperti
yang disarankan oleh Gambar 9.10b, tetapi , seperti yang kita harapkan, sebesar
kurang daripada + 900.
4. DAYA DI DALAM RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
Daya adalah merupakan suatu soal praktis yang penting. Jika anda
menyalakan sebuah lampu didalam kamar, maka anda langsung menghadapi pokok
persoalan yang dibahas dalam bagian ini. Kita awali bagian ini dengan menyadari
bahwa disipasi daya dalam rangkaian RLC , hanya terjadi didalam elemen hambat R;
Tidak ada mekanisma untuk mendisipasikan daya didalam elemen kapasitif murni
atau elemen induktif murni.
Karena itu marilah kita tinjau rangkaian bersimpal tunggal yang bersifat
hambat murni dari dua segi pandangan. Pertama-tama marilah kita menggantikan
tegangan elektrik bolak-balik tesebut dengan sebuah tegangan gerak elektrik yang
tetap (steady) yang besarnya Vm. Daya tetap yang disipasikan di dalam R diberikan
oleh :
P= ( Tegangan gerak elektrik yang tetap)
Akan tetapi jika dipakai tegangan gerak elektrik bolak-balik maka peroleh :
25,10,4
1823R
XcXtan L
R
V m2
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 151 »
Fisika 2
( Tegangan gerak elektrik bolak balik)
Perhatian kita yang sebenarnya tidaklah begitu banyak untuk P(t), yang kadang-
kadang sama dengan nol, Tetapi untuk daya rata-rata P(t) (=Pav), atau
Gambar 9.11 : (a) Sebuah grafik sin t , (b) Grafik sin ( t )2 .
R
)tsinV()t(P
2m
22mv )t(sin
R
VP
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 152 »
Fisika 2
Gambar 9.11 memperlihatkan (a) garafik sin t dan (b) Garafik (sin t )2.
Perhatikan bahwa sin t = 0 (bagian yang positifnya akan persis menghilangkan
bagian negatifnya). Akan tetapi (sin t )2 = ½ (bagian yang di atas garis ”½” persis
menghilangkan bagian kurva yang d bawah garis tersebut); tidak mempunyai nilai
negatif. Jadi
Kita memutuskan untuk menamakan2
mV nilai akar purata kuadrat ( root-
mean-square) atau disingkat rms dari V (= Vrms). Notasi ini memang dapat
dibenarkan. Pertama-tam kita mengkuadratkan Vm, kemudian kita merata-
ratakannnya (atau mengambil nilai rata-rata nya) pada sejumlah siklus yang
banyaknya bulat (faktor perata, didalam kasus fungsi-fungsi sinosoida ini adalah ½,
dan akhirnya akar kuadrat (square root). Jadi kita dapat menuliskan persamaan
sebagai :
Persamaan ini memesankan bahwa jika kita menggunakan kuantitas-kuantitas
rms untuk v dan untuk i, maka menghilangnya (disipasi) daya rata-rata, yang
biasanya merupakan persoalan yang paling pokok untuk dipelajari akan sama untuk
rangkaian arus bolak-balik seperti untuk rangkaian arus searah dengan sebuah
tegangan gerak elektrik yang konstan. Peralatan (instrumen) arus bolak-balik, seperti
ammeter dan voltmeter, secara mekanis hampir selalu seret (sluggish) untuk
mengikuti siklus osilasi yang sesungguhnya. Peralatan tersebut dengan sengaja
R
VP m
av
2
R
V
R
Vp mm
av
1)
2(
2
1 22
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 153 »
Fisika 2
dikalibrasi untuk membaca Vrms dan irms. Jadi, jika anda menyambungkan sebuah
voltmeter arus bolak-balik ke dalam stop kontak (outlet) listrik rumah dan voltmeter
tersebut membaca ”120 V”, maka nilai maksimum perbedaan potensial pada stop
kontak tersebut adalah 2 (120V) atau 170 V. Satu-satunya alasan untuk
menggunakan nilai-nilai rms di dalam rangkaian arus bolak-balik adalah untuk
membolehkan kita menggunakan hubungan-hubungan daya arus searah.
Kita ringkaskan :
Karena faktor kesebandingan (=1/ 2 ) adalah sama di dalam setiap kasus, maka kita
dapat menuliskan persamaan sebagai berikut :
Dan, sesungguhnya, inilah bentuk yang hampir selalu kita gunakan.
Contoh
(a). Sebuah tegangan elektrik yang tetap (v0 = 120 V) dipakaikan kepada
sebuah rangkaian hambat bersimpal tunggal dengan R=150 Ohm. Berapakah
disipasi daya ?
(b) Tegangan gerak elektrik yang tetap v0 digantikan oleh sebuah tegangan
gerak elektrik bolak-balik (v = vm sin t ). Jka daya rata-rata tidak berubah
maka berapakah seharusnya vm ?
2/,2/,2/ mrmsmrmsmrms iidanVV
22 )/1( CLR
vi rms
rms
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 154 »
Fisika 2
Solusi :
(a)
(b) maka :
atau
vm = RPav2
V
W
170
)150)(96)(2(
Maka dapat kita peroleh:
Persis seperti yang kita harapkan.
Kita sekarang beralih dari pertimbangan daya untuk rangkaian hambat ke
pertimbangan daya untuk rangkaian yang lebih umum dari Gambar 9.10, yang di
dalamnya terdapat ketiga-tiga elemen, R,C, dan L. Untuk daya sesaat maka kita dapat
menuliskan :
P(t) = v(t) i(t)
= [vm sin t ] [im sin ( t - Φ)
Jika kita mengekspansikan faktor sin ( t - ) menurut sebuah identitas trigonometri:
WR
vp 96
150
)120(0
R
vWP m
av
1)
2()96( 2
V
Vvv mrms
120
2/)170(2/
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 155 »
Fisika 2
)sincoscos)(()( ttivtP mm
)sincossincossin 2 ttivtiv mmmm
Jika kita sekarang mencari ),)(( avPtP yang merupakan tujuan praktis kita yang
pokok, maka kita memperoleh
0cos2
1 nmav ivP
Hasil seperti ini terjadi karena, seperti yang telah kita lihat, 21sin 2 t
dan kita menyatakan bahwa .0cossin tt
karena 2/mrms vv dan2
mrms
ii maka kita dapat menuliskan persamaan
sebagai:
pav = v rms irms cos Ф
yang di dalamnya kita menamakan cos Φ faktor daya (power faktor). Gambar 9.3
memperlihtakan sebuah beban hambat murni, adalah dicirikan oleh = 0 (yang
berarti bahwa cos = 1) sehingga menjadi persamaan:
Pav = vrms irms ( beban hambat)
jika indeks-indeks ( subcripts) kita kesampingkan maka persamaan ini tak lain
daripada hubungan yang akan kita tuliskan untuk rangkaian-rangkaian arus searah.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 156 »
Fisika 2
Contoh
Marilah kita menggunakan
parameter-parameter yang sama
untuk gambar di samping, yakni,
R=4 μf, L= 60 mh, V= 60 z dan
Vm = 300 V.
Carilah :
(a)vrms
( b). irms
(c). Ф
(d) cosФ dan
(d). Pav
Solusi :
(a). VVv mrms 2102)300(2/
(b). AAii mrms 332)47(2/
(c). Ф = 510
(d). faktor daya . cos Ф, adalah cos 510 atau 0,63
(e). Pav = vrms irms
= (210 V)(33 A) ( 0.63)
= 4.4 kW
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 157 »
Fisika 2
5. RESONANS DI DALAM RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK
Di dalam bagian ini kita kembali ke rangkaian dari gambar 9.10 dan meninjau
efek, sejauh yang menyangkut irms, dari frekuensi sudut yang berubah-ubah dari
tegangan gerak elektrik, dengan menganggap bahwa v m, R, C, dan L adalah tetap.
Kita telah menekankan analogi diantara sistem mekanis, seperti susunan
masa pegas dan sistem elektromagnetik. Dengan mengingat hal ini maka kita berhak
menganggap rangkaian RCL dari Gambar 9.10 sebagai yang memiliki frekuensi
“alami” dari osilasi , dan memandang bahwa pada rangkaian tersebut beraksi
(bekerja) suatu pengaruh luar yang di dalam kasus ini adalah tegangan elektrik bolak-
balik yang dipakaikan tersebut, yang dierikan oleh tvv m sin yang didalamnya
adalah frekuensi sudut dari “ gaya pengerak” . kita mengharapakn sebuah respon
maksimum yang didefinisikan disini oleh irms . Bila frekuensi sudut alami 0 dari
osolasi untkk osilasi bebas dari rangakain tersebut. Marilah kita melihat apakah
analogi dan harapan ini ternyata benar.
Nilai maksimium dari irms terjadi bila XL dan Xc dan mempunyai nilai
R
vi rms
rms max.
yakni, irms hanya dibatasi oleh resistansi rangkaian, jika R 0, irms.max .
Dengan menaruh XL = Xc maka dihasilkan
cl
1
atau
LC
1
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 158 »
Fisika 2
Kuantitas pada ruas kanan tak lain daripada frekuensi sudut alami 0 untuk
rangkaian dari Gambar 9.9, tanpa v dan R. Yakni nilai irms maksimum terjadi bila
frekuensi dari gaya penggerak v(t) adalah tepat sama dengan frekuensi alami 0 ,
dari rangkaian tak teredam (undampet)( (R=0) dari Gambar 9.9.
Kondisi :
= 0
dinamakan resonansi (resonance). Kita telah menemuinya lebih dulu sehubungan
dengan cycloroton dan didalan situasi mekanis yang ekivalen.
Gambar 9.12 adalah grafik irms terhadap untuk nilai-nilai vm ,C dan L yang
tetap. Tetapi untuk tiga nilai R yang berlainan. Perhatikan betapa cepatnya ketajaman
puncak resonans akan melebar jika R semakin besar.
Gambar 9.12 menyarankan kepada kta pengalaman yang lazim didalam
menyetel sebuah radio. Apa yang kita lakukan di sini bila kita memutar kenop tombol
adalah mneyesuaikan frekuensi alami 0 dari sebuah rangkaian dalam radio dengan
frekuensi dari signal yang dipancarkan oleh antena stasiun, sampai persamaan =
0 dipenuhi. Di dalam sebuah daerah metropolitan, yang dimasuki oleh banyak
signal frekuensi-frekuensinya tidak jauh berbeda, maka ketajaman ( atau “ kualitas”
= “quality”) penyetelan menjadi sangat penting.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 159 »
Fisika 2
Gambar 9.12 : Memperlihatkan resonansi diladalm rangkaian RLC
Marilah kita sekarang meninjau fenomena dari segi diagram fasor dari
Gambar 9.10. Jika XL = Xc, seperti yang diharuskan oleh resonansi, maka fasor-fasor
VL,m ( = im XL) dan Vc,m (= imXc) persis saling menghilangkan dan sudut fasa =
0. Kenyataan bahwa fasa = 0 jika XL=Xc diperlihatkan akan benar secara eksplisit
jika > 0. Maka kita memperoleh XL > Xc dan rangkaian tersebut akan lebih
bersifat induktif. Sebaliknya, jika < 0, maka kita memperoleh Xc > XL dan
rangkaian tersebut akan lebih bersifat kapasitif.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 160 »
Fisika 2
CONTOH
Di dalam Gambar 9.12
(a). perlihatkan bahwa frekuensi sudut dari tegangan gerak lektrik yang
dikesan pada mana resonans terjadi sunguh-sungguh adalah 1.0x107
rad/detik:
(b) perlihatkan juga bahwa nilai irms maksimum pada resonans, untuk
R=10 ohm adalah 1.0 mA.
Solusi :
(a) Pada resonans XL = Xc atau
cL
1
Yang mana sebagai petunjuk untuk
)100)(100(
11
PFfLC
(b). pada resonans berlaku persamaan, atau
irms,maks = sR
vrms
= Amv 310.0,1
10
10
6. PENYARING DAN PELURUS ARUS BOLAK BALIK
Kita seringkali mempunyai sebuah sumber tegangan gerak listrik bolak balik
yan tersedia ( katakanlah, yang diberikan oleh persamaan v = vm sin t ) dan kita
ingin menurunkan dari sumber tersebut, dengan menggunakan alat elektronik, suatu
perbedaan potensial yang konstan. Misalnya, di dalam perangkat televisi (television
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 161 »
Fisika 2
set), sistem penghasil bunyi, dan lain sebagainya, Maka masukan (input ) listrik yang
tersedia biasanya adalah sebuah tegangan elektrik bolak balik, yang seringkali
dinyatakan dengan 120 V (= rmsv ) dan 60 Hz( 2/ ). Dari sini kita perlu
menurunkan satu atau lebih perbedaan potensial yang konstan ( 50 V, 300 V, 1500 V,
dan lain sebagainya) untuk mengoperasikan sistem rangkaian (circurity) alat tersebut.
Proses ini dinamakan pelurusan (rectification) (secara harfiah, ”membuat menjadi
lurus”) dan alat-alat yang memungkinkan hal tersebut dinamakan pelurus ( rectifier).
Pelurus adalah alat yang tak bersifat ohm (nonhohmic) yang mempunyai sifat
bahwa hambatan resistansinya bergantung pada kekuatan polaritas dari perbedaan
potensial yang dipakaikan. Di dalam bagian ini kita menganggap sebuah pelurus
yang ideal, yang mempunyai R = 0 untuk suatu kekutuban yang diberikan dan
R bila kekutuban tersebut dibalik.
Secara fisis, pelurus dapat merupakan alat zat padat semi penghantar ( semi
conducting solit state device) atau dioda tabung vakum ( vacuum tube diodes).
Simbol untuk sebuah pelurus adalah:
Gambar 9.13 : Simbol dioda (pelurus)
, dari kiri kekanan adalah arah “ hantaran mudah” ( easy conduction”).
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 162 »
Fisika 2
Gambar 9.14 : Prinsip kerja pelurus.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 163 »
Fisika 2
Gambar 9.14 meyarankan bagaimana pelurus bekerja. Untuk menghasilklan
garis basis (baseline) tinjaulah Gambar 9.14a. Sebuah simber tegangan lektrik bolak
balik mvv sin t dihubungkan dengan sebuah beban hambatan R tanpa ada
pelurus di dalam rangkaian tersebut. Panah-panah menunjukkan arah arus untuk
kekutuban yang diperlihatakan. Bila kekutuban dari v dibalik, maka panah panah
arus pun akan membalik.
Jika kita menghubungkan sebuah osiloskop sinar katoda diantara titik b dan
c, maka osiloskop tersebut akan mempertunjukkan suatu gelombang (waverform)
yang diperlihatkan di sebelah kanan. Perhatikan bahwa Vbc = 0 di dalam kasus ini,
dengan bagian tengahan yang positif dari gelombang sinus persis menghilangkan
bagian tengahan yang negatifnya. Tidak ada pelurusan yang terjadi, yang merupakan
hal yang tak mengherankan karena tidak ada pelurus (recifier) di dalam rangkaian
tersebut.
Jika kita menghubungkan sebuah voltmeter dc diantara titik b dan titik c di
dalam Gambar 9.14b maka voltmeter tersebut akan membaca nol karena kumpulan
koil (coil assembly) terlalu seret untuk mengikuti bentuk gelombang yang
diperlihatkan di dalam gambar 9.14a. Untuk sebuah voltmeter dc yang khas,
katakanlah pada 60 Hz, maka jarun penunjuk (pointer) akan berosilasi secara cepat
dengan amplitudo kecil di sekitar kedudukan nolnya. Mengapa?.
Di dalam Gambar 9.14b kita menyisipkan sebuah pelurus didalam jalan
(path) ab, dengan arah “ hantaran mudah” adalah a ke b bila kekutuban membalik,
maka rangkaian tersebut secara virtual ( sebenarnya) adalah terbuka karena pelurus
mempunyai resistans yang tak berhingga.
Jika kita menghungkan sebuah osiloskop sinar katoda diantar titik b
dan titik c, Maka osiloskop tersebut mempertunjukkan bentuk gelombang yang
diperlihatkan disebelah kanan. Jelaslah bahwa 0bcV , ternyata,
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 164 »
Fisika 2
mm
bc
vttdt
eV
)(0sin2
2
0
Susunan dari gambar 9.14b dinamakan sebuah pelurus setengah gelombang
(half-wafe recifier). Pelurus setengah gelombang tesebut menghasilkan perbedaan
potensial yang betul-betul konstan tetapi susunan tersebut adalah merupakan suatu
langkah menuju ke arah tersebut. Jika kita menghubungkan sebuah voltmeter dc
diantara titik b dan ttik c ,maka voltmeter tersebut akan memebrikan pembacaan
tertentu..
Di dalam Gambar 9.14c kita memperkenalkan empat pelurus. Untuk
kekutuban yang diperlihatkan maka arus menunujukkan alat yang diperlihatkan oleh
panah. Bila kekutuban dari tegangan gerak elektrik membalik, maka arah arus
menjadi berlawanan dengan arah putaran jarum jam dan jalannya melalui jaringan
pelurus adalah dbca. Perhatikan bahwa arah arus melalui R tetap tidak berubah: arah
tersebut selalu dari b ke c, Tak perduli bagaimana kekutuban sumber tegangan gerak
elektrik tersebut.
Jika kita menghubungkan sebuah osiloskop sinar katoda di antara titik b dan
titik c, Maka osiloskop tersebut mempertunjukkan bentuk gelombang yang
diperlihatkan di sebelah kanan. Yakinkanlah diri anda sendiri bahwa Vbc adalah
persis dua kali nilai yang diberiakan untuk pelurus setengah gelombang dari Gambar
9.14b Yakni,
m
bcV 2
Susunan dari Gambar 9.14c dinamakan pelurus gelombang penuh (full wave
rectifier), Jika kita menghubungkan voltmeter dc di antara titik b dan titik c, maka
voltmeter tersebut akan menyimpang di dalam hubungannya dengan Gambar 9.14b.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 165 »
Fisika 2
Osilasi-osilasi jarum penunjuk masih akan terjadi tetapi dengan amplitudo yang lebih
kecil.
Contoh
Di dalam Gambar 9.14 tegangan gerak elektrik adalah mvv sin t , yang
di dalamnya mv = 300V dan R= 15 Ohm.
Berapakah banyaknya daya rata-rata Pav yang disipasikan didalam hambatan
untuk ketiga-tiga kasus yang diperlihatkan?
Solusi :
(a). Untuk Gambar 9.14a kita memperoleh :
)(2
22
R
v
R
vp rmsm
av
kWohm
V0,3
)15)(2(
)300( 2
(b). Karena rangkaian dari gambar 9.14b adalah bersifat tak hantar
(rangkaian terbuka ) untuk setengah dari waktu, maka Pav adalah persis
setengah dari nilai yang diperlihatkan di dalam (a) di atas, atau 1,5 kW.
(c). Didalam gambar 9.14c Pav mempunyai nilai yang sama (- 3,0 kW)
seperti di dalam (a) di atas. Perhatikan bahwa Pav tidak bergantung pada
arah i atau v; kedua-dua kuantitas terdapat sebagai kuadrat.
Bentuk Gelombang dari Gambar 9.14c masih belum merupakan perbedaan
potensial yang berubah-ubah bukan terhadap waktu. Akan tetapi, kita dapat
memecahkannya ( memisahkannya) ke dalam sebuah komponen tetap dan sederet
perbedaan potensial bolak-balik yang berbentuk sinus dan dengan berbagai sudut
frekuensi , amplitudo V. dan fasa relatif . Kita seringkali menamakan komponen
komponen ac ini riak (ripple). Secara kualitatif, kita dapat melihat bahwa pembagian
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 166 »
Fisika 2
(division 0 bentuk gelombang dari gambar 9.14c ini adalah merupakan hal yang
wajar. Secara kuantitatif maka kita dapat menurunkan pembagian tersebut dengan
menggunakan analisis Fourier dari bentuk gelombang tersebut.
Apa yang perlu kita kerjakan sekarang adalah menghubungkan perbedaan
potensial di antara titik b dan titik c dari rangkaian 9.14c, yakni, bentuk gelombang
gambar tersebut, melalui sebuah rangkaian penyaring (filter circuit) yang
mempunyai sifat-sifat berikut ini:
1. Rangkaian penyaring melewatkan komponen dc dari masukan (input)
sampai keluar (output) dengan penurunan nilai yang dapat diabaikan ,
2. Rangkaian penyaring tersebut sangat memperbesasr amplitudo dari
komponen yang berubah-ubah terhadap waktu yakni amplitudo riak.
Gambar 9.15 memperlihatkan sebuah rangkaian penyaring sederhana.
Rangkaian penyaring tersebut mengandung sebuah indikator ideal L, yakni induktor
yang tidak mempunyai sifat hambat (resitif atau kapsitif) dan sebuah kapasitor ideal
C (yakni, kapasitor yang tidak mempunyai sifat resistif atau sifat induktif). Masukan
(input) Vin kepada penyaring boleh yang tetap atau yang berosilasi secara sinus.
Untuk meyelidiki sifat penyaring maka kita meninjau kasus kasus ini secara terpisah.
Untuk Vmasuk = sebuah konstanta maka kita melihat bahwa
Vkeluar = Vmasuk = konstanta yang sama
Baik L maupun C tidak mempunyai sesuatu efek (pengaruh). Ternyata, L
dapat diganti dengan sebuah kawat lurus ( dipendekan) dan C dipindahkan dari
(dipotong dari) rangkaian tersebut, tanpa ada efek yang terlihat pada Vkeluar.
Akan tetapi, untuk sebuah masukan ac, situasinya agak berlainan. Dari semula
kita menganggap bahwa kedua-dua L dan C adalah “besar” sehingga
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 167 »
Fisika 2
cXcLX L
1
. Jika dan C adalah cukup besar, 0CX dan kapasitor
bertindak sebagai rangkaian pendek yang sebenarnya untuk komponen-komponen
ac, walaupun kapasitor tersebut tidak mempunyai efek pada komponen-komponen dc.
Anggaplah :
Vkeluar = Vmasuk,m tsin
Untuk arus maka kita dapat menaruh
)sin( tii m
dengan R =0 dan mv digantikan oleh Vmasuk,m , dapat diperoleh :
)sin(,
tXcXL
mVi masuk
Karena kita telah menganggap bahwa XL >> Xc maka kita dapat menuliskan ini
sebagai :
)sin(, tXL
mVi masuk
Untuk mencari sudut fasa maka diperoleh :
R
XX cl tan
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 168 »
Fisika 2
Dengan XL >>Xc dan 0R maka kita memeperoleh tan atau = +900
Jadi ,
tX
mVi
L
masuk cos,
Perhatikan bahwa sebuah fungsi kosinus mempunyai perbedaan fasa persis sebesar
900 dengan sebuah fungsi sinus.
Potensial yang keluar ( output) Vkeluar diberikan oleh q/C sehingga kita harus
mencari q untuk kapasitor tersebut. Dapat kita peroleh :
tmin
tmin
t t
tXL
V
ttdXL
V
tiddtiq
sin))(1
(
)(cos))(1
(
)(1
)(
,
0
,
0 0
Karena Xc =c
1maka kita peroleh
tXL
VXc
c
qV min
keluar sin( ,
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 169 »
Fisika 2
Gambar 9.15. Sebuah rangkaian penyaring sederhana
Gambar 9.15 merupakan sebuah rangkaian penyaring sederhana yang dibuat
melewatkan perbedaan potensial dc dari masukan sampai keluar tanpa atenuasi yang
cukup besar tetapi akan sangat mengatenuasikan komponen yang berubah-ubah
terhadap waktu. Jika L,C dan semuanya mempunyai nilai yang besar maka
elemen penyaring akan lebih efektif di dalam mereduksi amplitudo masukan ac.
Pebandingan dengan persamaan Vkeluar = Vmasuk,m tsin akan memberikan
atenuasi (attenuation) ac.
Vkeluar = Vmasuk = Xc/XL
Karena kita telah memilih XL >> XC maka kita melihat bahwa atenuansi dari
komponen riak (ripple component) adalah besar. Penyaring–penyaring yang jauh
lebih efektif daripada penyaring-penyaring dari Gambar 9.15 mungkin dibuat,
sebagaimana disadari betul oleh para pekerja amatir yang membuat peralatan yang
menghasilkan bunyi.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 170 »
Fisika 2
Contoh
Di dalam Gambar 9.15, misalkanlah Vkeluar =
Vmasuk,m tsin , yang didalamnya Vmasuk,m =
300V, dan Hz602
, Misalkan L = 10H dan
C = 300µf .
Carilah Vkeluar,m !
Solusi :
Dapat diperoleh :
LCminmout X
XVV1
))(( ,,
LCVV minmout
11)( ,,
LC
V min
2
,
=)10.300)10()60.2(
)300(62 FHHz
V
= 0,70 V.
Di dalam kasus ini maka faktor atenuansi adalah :
Vkeluar = Vmasuk = 0,70 / 300V
Atau = 2,3.10-3. Inilah yang merupakan perbandingan Xc/XL, yang di
dalamnya kita telah menganggap XL >>XC.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 171 »
Fisika 2
7. TRANSFORMATOR
Di dalam rangkaian dc maka disipasi daya di dalam sebuah beban hambat
diberikan oleh persamaan P = iV. Hal ini berarti bahwa, untuk sebuah persyaratan
daya yang diberikan, maka kita mempunyai pilihan sebuah arus i yang relatif besar
dan sebuah perbedaan potensial V yang relatif kecil atau yang persis merupakan
kebalikannya, Asalkan hasil perkalian arus dengan perbedaan potensial tersebut tetap
konstan. Dengan cara yang sama untuk rangkaian rangkaian ac maka disipasi daya
rata-rata diberikan oleh persamaan Prata-rata =irmsVrms dan kita mempunyai pilihan yang
sama mengenai nilai-nilai relatif dari irms dan Vrms.
Di dalam sistem-sistem distribusi daya listrik jelaslah bahwa pada kedua-dua
ujung penghasil ( stasiun pembangkit daya listrik) dan ujung penerima ( rumah atau
pabrik) maka diinginkan, karena alasan-alasanm keselamatan dan karena perencanaan
yang efisien dari peralatan, untuk bekerja dengan menggunakan tegangan yang
relatif rendah. Misalnya tidak ada orang yang menginginkan sebuah pemanggang roti
listrik atau kereta api listrik anak-anak untuk beroperasi pada 10 kV.
Sebaliknya, di dalam transmisi tenaga listrik dari sistem pembangkit ke
langganan, maka kita menginginkan arus yang serendah mungkin (yang berarti
perbedaan potensial yang sebesar mungkin) sehingga akan memperkecil kehilangan
ohm (ohmic losses) di dalam kawat transmisi. Vrms = 350 kV bukanlah suatu
perbedaan potensial yang tidak lazim. Jadi ada sesuatu ketidaksepadanan
fundamental di antara persyaratan untuk transmisi yang efisien di satu pihak dan
penghasilan dan pemakaian yang efisien dan aman di lain pihak. Kita memerlukan
sebuah alat yang, menurut yang diharuskan oleh pertimbangan desain, dapat
menaikkan atau menurunkan perbedaan potensial didalam suatu rangkaian, dengan
memepertahankan hasil perkalian iV pada pokoknya konstan..
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 172 »
Fisika 2
Transformator arus bolak-balik dari Gambar 9.16 adalah sebuah alat seperti
itu. Alat tersebut tidak mempunyai alat imbangan arus searah yang
kesederhanaannya ekivalen dengan kesederhanaan alat tersebut, dan inilah sebabnya
mengapa sistem-sistem distribusi dc yang sangat dianjurkan oleh Edison, pada
pokoknya telah diganti sekarang seluruhnya dengan sistem-sistem ac, yang sangat
dianjurkan oleh Tesla dan orang-orang lain.
Selama beberapa dekade yang lampau penggunaan transmisi dc untuk jarak
jauh atau untuk situasi-situasi khusus seperti kabel transmisi bawah air atau bawah
tanah telah mengalami suatu kebangkitan baru. Di Unisoviet misalnya, terdapat
sebuah kawat sepanjang 300 mil dari Volgograd ke Donbass yang beroperasi pada
perbedaan potensial dc sebesar 800 kV. Daya yang dihasikan sebagai ac,
ditingkatkan ketegangan transmisi, diubah menjadi dc dan diubah kembali ke ac pada
titik penerima dan diturunkan ketegangan yang lebih rendah untuk transmisi.
Keuntungan dari transmisi dc tegangan di bawah keadaan ini adalah bahwa, untuk dc
sifat kapasitif dan sifat induktif dari kawat transmisi dapat diabaikan. Perhatikan
bahwa transformator, yang merupakan pokok pembahasan dari bagian ini, Masih
sangat diperlukan.
Di dalam gambar 9.16 dua koil diperlihatkan yang dililitkan yang dililitkan
mengelilingi sebuah teras besi lunak. Lilitan primer yang terdiri dari N1 lilitan,
dihubungkan dengan generator arus bolak-balik yang tegangan gerak elektriknya oleh
v1 = vm tsin . Lilitan sekunder (secondary winding) yang terdiri dari N2 lilitan,
adalah sebuah rangkaian terbuka selama kontak penghubung (switch) S terbuka,
yang kita anggap terbuka untuk sekarang ini. Jadi tidak ada arus sekunder. Lebih jauh
kita menganggap bahwa resistansi lilitan primer dan resistansi lilitan sekunder dan
juga kehilangan magnetik dalam teras besi dapat diabaikan. Sesungguhnya,
transformator berkapasitas tinggi yang dibuat dengan baik, dapat mempunyai
kehidupan tenaga sampai serendah satu persen sehingga anggapan kita mengenai
sebuah transformator ideal bukanlah merupakan anggapan yang tak wajar.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 173 »
Fisika 2
Gambar 9.16 : Sebuah transformator ideal
Gambar 9.16 merupakan sebuah transformator ideal, yang memperlihatkan
dua koil yang dililitkan pada teras besi lunak yang sama. Sebuah generator ac
dihubungkan dengan lilitan sekunder dapat merupakan sebuah rangkaian terbuka (jika
kontak penghubung s terbuka) atau dihubungkan dengan sebuah beban hambat R
(jika kontak penghubung S tertutup).
Untuk kondisi-kondisi yang di atas maka lilitan primer adalah sebuah
induktans murni. Jadi arus primer (yang sangat kecil), yang dinamakan arus
pemagnet (magnetizing current) imag(t), terbelakang terhadap perbedaan potensial
primer V1 (t) sebesar 900; faktor daya (= cos ) adalah nol, sehingga tidak ada
daya yang diantarkan dari generator ke transformator.
Akan tetapi, arus primer bolak-balik imag (t) yang kecil tersebut mengimbas
sebuah fluks magnetik bolak-balik )(tB didalam teras besi dan kita menganggap
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 174 »
Fisika 2
bahwa semua fluks ini menggandeng lilitan dari lilitan sekunder. Dari hukum
induksi Faraday maka tegangan elektrik perlilitan vT adalah sama untuk kedua-dua
lilitan primer dan sekunder. Jadi, dengan menggunakan basis rms, maka kita dapat
menuliskan.
2
,2
1
,1)(N
V
N
V
dt
dv rmsrms
rms
BT
Atau:
).(1
2,1,2 N
NVV rmsrms
Jika N2 > N1, maka kita berbicara mengenai sebuah transformator menaik
(step up transformator); jika N2 < N1, maka kita berbicara mengenai transformator
menurun (step down transformer).
Di dalam semua hal di atas maka kita menganggap lilitan sekunder
merupakan rangkaian terbuka sehingga tidak ada daya yang diteruskan
(ditransmisikan) melalui transformator tersebut. Akan tetapi, jika kita sekarang
menutup kontak penghubung S di dalam Gambar 9.16, maka kita mempunyai sebuah
situasi yang lebih praktis yang di dalamnya lilitan sekunder dihubungkan dengan
sebuah beban hambat R. Di dalam kasus umum maka sebuah beban hambat tesebut
harus juga mengandung elemen induktif dan elemen kapasitif tetapi kita membatasi
diri kita pada kasus khusus ini.
Beberapa hal ini akan terjadi bila bila kita menutup kontak penghubung S
yaitu :
(1). Sebuah arus i2(t), muncul didalam rangkaian sekunder, dengan disipasi
daya yang bersangkutan i2,rms2R (=V2,rms
2/R) di dalam beban hambat.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 175 »
Fisika 2
(2). Arus ini mengimbas arus fluks magnetik bolak-balik sendiri didalam
teras besi dan di dalam fluks ini mengimbas ( dari hukum Faraday dan
hukum Llenz) sebuah tegangan gerak elektrik penentang di dalam lilitan
primer. Kedua-dua lilitan tersebut sekarang muncul sebagai sebuah
induktans bersama yang terkopel sepenuhnya.
(3). Akan tetapi , respons V1(t) harus selalu menyamait
vseperti yang
disediakan oleh generator; kenyataannya ini tidak dapat dirubah dengan
menutup kontak penghubung S.
(4). Karena alasan ini maka sebuah arus resultan yang baru muncul i1(t) harus
muncul didalam lilitan primer , yang besarnya dan sudut fasanya persis
sama dengan yang diperlukan untuk menghilangkan tegangan gerak
elektrik penentang yang dihasilkan di dalam lilitan primer, yang besarnya
dan sudut fasanya persis sama dengan yang diperlukan untuk
menghilangkan tegangan gerak elektrik penentang yang dihasilkan dalam
lilitan primer oleh i2(t). khusunya sudut fasa diantara )(1 ti dan v(t) untuk
sebuah transformator ideal harus mendekati 00, sehingga faktor daya, cos
, harus mendekati satu satuan.
Semua yang di atas adalah konsisten dengan kekekalan tenaga. Bila kita
menutup kontak penghubung S , maka daya disipasikan didalam beban hambat . Hal
mengharuskan gaya generator meyediakan gaya yang sama kepada transformastor
ideal tersebut, atau dengan menganggap = 0o (cos = 1), maka :
RViv rmsrms /22
,1
Hubungan ini menyatakan kenyataan bahwa , untuk sebuah transformator
ideal dengan sebuah beban hambat, maka daya yang disediakan oleh generator pada
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 176 »
Fisika 2
sisi primer menyamai daya yang disipasikan di dalam beban hambat pada sisi
sekunder.
Contoh
Sebuah transformstor pada sebuah
tiang listrik (utility pole) beroperasi pada
V1,rms = 8,0 kV pada sisi primer dan
membekalkan tenaga listrik kepada
sejumlah rumah yang berdekatan pada
V2,rms =120 V.
(a). Berapakah perbandingan lilitan N1/N2 ?
(b). Jika pemakaian daya rata-rata di dalam rumah tersebut untuk suatu
interval waktu yang diberikan adalah 70 kW. Berapakah besarnya arus-
arus rms di dalam lilitan primer dan di dalam lilitan sekunder dari
transformator tersebut? Anggaplah sebuah transformator tersebut
sebagai transformator ideal, dengan sebuah beban hambat, dan sebuah
faktor daya sebesar satu satuan.
(c). Berapakah besarnya beban hambat ekivalen R di dalam rangkain
sekunder?
Solusi :
(a).1
2
N
N= V1,rms / V2,rms
= 8,0 Kv / 120 V
= 67.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 177 »
Fisika 2
(b). Dengan 1cos
))(cos( ,2,2
rms
rataratarms V
Pi
= (70 Kw)/120 V)(1)
= 580 A.
Dan juga
))(cos( ,1,1
rms
rataratarms V
Pi
= (70 Kw) (8,0Kv)(1)
= 8,8 A.
Perhatikan bahwa, Seperti yang diharuskan untuk sebuah transformator
ideal maka
i1,rms V1,rms = i2,rms V2,rms
= 70 Kw
(c). Di sini kita memperoleh
ratarata
rms
P
VR
22 ),(
= (120) 2 70 Kw
= 0,21 Ohm.
8. Impedansi dan Admitansi
Pada umumnya arus yang mengalir pada suatu rangkaian dengan loop tunggal
terdiri atas arus natural in(t) dan arus paksa ip(t). Adapun bentuk yang paling umum
dari sumber tegangan adalah bentuk eksponensial. Jadi kalau sumber tegangan
berbentuk eksponensial, maka akan berakibat pada arus paksa yang juga akan
berbentuk eksponensial. Perbandingan antara sumber tegangan berbentuk
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 178 »
Fisika 2
eksponensial dengan arus paksa ip(t) yang juga berbentuk eksponensial disebut
dengan impedansi.
Bila sumber tegangan Vest menghasilkan arus mantap Iest, dimana s = j
maka fungsi impedansi Z(s) adalah :
I
V
Ie
VesZ
st
st
)(
Fungsi admitansi Y(s) adalah :
V
I
Ve
IesY
st
st
)(
Dengan demikian maka :
)(
1)(
)(
1)(
sYsZdan
sZsY
Dengan menggunakan fungsi impedansi Z(s) atau fungsi admitansi Y(s)
dapatlah dengan mudah diperoleh I bila diketahui nilai V ataupun sebaliknya. Dari
persamaan diatas dapatlah dituliskan :
VsYI
IsZV
).(
).(
Fungsi yang paling besar fungsi impedansi Z(s) dan fungsi admitansi Y(s) itu ialah
dalam analisis arus bolak-balik mantap.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 179 »
Fisika 2
8.1. Fungsi impedansi dan fungsi admitansi elemen pasif
Dengan menggunakan definisi di atas dapatlah diperoleh fungsi
impedansi Z(s) dan fungsi admitansi Y(s) elemen pasif R, L, dan C. Bila arus mantap
yang mengalir pada elemen itu adalah ip(t) = I.est, maka tegangan pada :
Elemen R :
VR
ip (t)
R Z (s) = R
Adalah vR = R. I. est.
ReI
eIRsZ
st
st
.
..)(
Elemen L :
VL
ip (t)
L s L
Adalahst
L eILsdt
diLv .
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 180 »
Fisika 2
sLeI
eILssZ
st
st
.
)(
Elemen C :
VC
ip (t)
CsC
1
Adalahst
t
C eIsC
dtiC
v11
0
sCeI
eIsCsZ
st
st 1/1)(
Fungsi admitansi elemen-elemen itu diperoleh dengan membalik fungsi
impedansi masing-masing elemen , sehingga diperoleh :
Elemen R : GR
sY 1
)( (konduktansi)
Elemen L :sL
sY1
)(
Elemen C : sCsY )(
8.2. Fungsi impedansi rangkaian seri
Bila dua atau lebih elemen dihubung seri, maka impedansi hubungan seri itu
adalah jumlah impedansi elemen-elemen yang diserikan.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 181 »
Fisika 2
ip(t)
R
sL
v ( t )
I est
Z ( s )
Vest
Gambar 9.17 : R dan L seri
Misalnya R dan L diserikan dipasang pada sumber tegangan v(t) = V.est , dan
biarkanlah arus mantap ip(t) = I.est mengalir, maka didapat :
)()(
)()(..
)(
tisLR
tisLtiR
vvtv LR
stst eIsLReV )(
sLReI
eVsZ
st
st
)(
Fungsi impedansi rangkaian seri R, L dan C adalah :
sCsLRsZ
1)(
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 182 »
Fisika 2
Hal ini dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Biarkanlah tegangan v(t) = V est terpasang pada rangkaian maka arus mantap yang
mengalir adalah ip(t) = I est, sehingga tegangan pada R, L, dan C berturut-turut
masing-masingnya adalah R.I est, sL.I est, dan (1/sC) I.est.
Menurut hukum Kirchoff :
R I.est + sL Iest + (1/sC) I est = V.est
Dengan demikian diperoleh :
sCsLR
Ie
VesZ
st
st 1)(
Admitansi rangkaian seri R dan L adalah :
1
11
)(
1)(
2
RCsLCs
sCsCsLRsZ
sY
Terhadap tegangan V.est dan arus I.est, Z(s) atau Y(s) dapat menggantikan
elemen-elemen seri yang memberi impedansi Z(s) atau admitansi Y(s) tersebut, yaitu
terhadap tegangan dan arus tersebut Z(s) atau Y(s) setara atau ekivalen dengan
rangkaian-rangkaian elemen yang digantikannya. Rangkaian dengan hanya
memperlihatkan Z(s) atau Y(s) ini disebut rangkaian ekivalen (dari rangkaian elemen-
elemen seri yang digantikannya).
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 183 »
Fisika 2
Penggantian rangkaian elemen-elemen dengan rangkaian ekivalennya atau
menyederhanakan rangkaian dan dengan demikian akan menyederhanakan pula
analisisnya. Hal ini akan terasa sekali manfaatnya kalau rangkaian terdiri atas
beberapa elemen dasar yang dihubung seri dan dihubung paralelkan.
Untuk rangkaian seri, maka impedansi (Z) berlaku sebagaimana halnya
dengan rangkaian seri resistansi (R) dimana impedansi seri dijumlahkan untuk
memperoleh total impedansi pada rangkaian seri. Adapun semua perhitungan yang
dilakukan adalah dalam bentuk bilangan kompleks bukan scalar.
Rumus dari hubung impedansi seri :
ntotal ZZZZ .......21
Rumus tersebut di atas berlaku untuk seluruh jenis elemen baik itu resistor
(R) , induktor (L), dan kapasitor (C).
Untuk rangkaian arus bolak-balik, hal tersebut diperlihatkan pada rangkaian di
bawah :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 184 »
Fisika 2
v (t)
V
i (t)
VR
VL
R
L
VR(t)
VL(t)
Gambar 9.18 : Rangkaian seri untuk arus bolak balik
Dari Gambar 9.18 diperlihatkan rangkaian seri R dan L yang impedansinya
adalah :
LjRjZ )(
di mana diketahui bahwa :
LjX L
Hal ini dilakukan dengan menggantikan s = j
Perlu diperhatikan bahwa perhitungan untuk Z(j) dilakukan pada
perhitungan bilangan kompleks bukan scalar. Oleh karena itu untuk menggambarkan
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 185 »
Fisika 2
analisanya dapat dengan menggunakan diagram impedansi pada gambar 6.11.
dibawah.
Z
Z
R
Lj
Gambar 9.19 : Diagram impedansi
Dari gambar di atas maka dapat dituliskan kembali bahwa nilai impedansi :
ZLjRjZ )(
besar impedansi diberikan oleh :
)( 222 LRZ
sudut fase impedansi diberikan oleh :
R
L arctan
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 186 »
Fisika 2
8.3. Fungsi admitansi rangkaian paralel
Bila dua atau lebih elemen dihubung paralel, maka admitansi
hubungan paralel itu adalah jumlah admitansi elemen-elemen yang diparalelkan.
Misalnya G dan C diparalelkan dipasang pada sumber arus i(t) = I.est, dan biarkanlah
tegangan mantap vp(t) = V.est = v(t) timbul pada rangkaian paralel tersebut, maka
didapat :
Gambar 9.20 : G dan C paralel
sCGVe
IesY
maka
eVsCGeI
tvsCG
tvsCtvG
iiti
st
st
stst
CG
)(
:
)(
)()(
)()(
)(
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 187 »
Fisika 2
Fungsi admitansi dari rangkaian paralel G, C, dan L adalah :
sLsCGsY
1)(
Hal tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Biarkanlah sumber arus i(t) = I.est terpasang pada rangkaian, maka tegangan mantap
yang timbul adalah vp(t) = V.est, sehingga arus yang mengalir pada G, C, dan L
berturut-turut masing-masingnya adalah :
stL
stC
stG
eVsL
ti
eVsCti
eVGti
.)1
()(
..)(
..)(
Menurut hukum Kirchoff maka :
stststst eIeVsL
eVCseVG ...1
.....
dengan demikian maka :
sLsCG
eV
eIsY
st
st
1.
.)(
Dari)(
1)(
sYsZ ,
maka didapat impedansi rangkaian paralel G dan C adalah :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 188 »
Fisika 2
sCGsYsZ
1
)(
1)(
Impedansi rangkaian paralel G, C, dan L adalah :
1
11
)(
1)(
2
GLsCLs
sLsLsCG
sYsZ
Perhatikan bahwa untuk mendapatkan rangkaian ekivalen suatu rangkaian
seri, maka jumlahkan impedansi setiap elemen yang dihubungkan seri. Demikian
pula, untuk mendapatkan rangkaian ekivalen suatu rangkaian paralel, maka
jumlahkanlah admitansi setiap elemen yang diparalelkan. Jadi untuk rangkaian seri,
kita jumlahkan impedansi setiap elemen yang diserikan, dan untuk rangkaian paralel
kita jumlahkan admitansi setiap elemen yang diparalelkan. Untuk memudahkan
mendapatkan impedansi rangkaian paralel, ada baiknya diingat rumus impedansi
ekivalen dua impedansi yang diparalelkan seperti diutarakan di bawah ini.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 189 »
Fisika 2
Z1 Z2
I
V
I1 I2
Y1 Y2
Z
I
Y
V
Gambar 9.21 : Rangkaian ekivalen untuk impedansi paralel.
Diketahui dari gambar rangkaian impedansi paralel :
VYY
VYVY
III
)( 21
21
21
Untuk rangkaian ekivalen, diperoleh ;
21
.
YYY
VYI
Karena Y = 1 / Z , maka dari Y = Y1 + Y2, dapat dituliskan :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 190 »
Fisika 2
21
21
21
.
111
ZZ
ZZ
ZZZ
atau dapat dituliskan kembali menjadi :
21
21
ZZ
ZZZ
Selanjutnya dapat diturunkan rumus untuk mencari arus cabang I1 dan I2
sebagai bagian dari arus total I.
IZZ
Z
IZZ
ZZ
IZ
ZI
IZV
.
.)(
.
.
.
21
2
21
21
11
11
dari rumus untuk I1, maka nilai untuk I2 berlaku pula hal yang sama tetapi dengan
nilai Z2 diganti dengan nilai Z1, yaitu :
IZZ
ZI .
21
12
Rumus-rumus diatas hanya berlaku untuk rangkaian yang terdiri dari dua buah
impedansi yang diparalelkan, maka untuk jumlah impedansi yang lebih dari 2 maka :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 191 »
Fisika 2
n
paralel
ZZZ
Z1
......11
1
21
sedangkan untuk admitansi diperoleh :
nparalel YYYYZ
Y
.....
1
21
Seperti halnya rangkaian impedansi seri, maka rumus impedansi paralel juga
berlaku untuk semua elemen pasif rangkaian. Demikian juga dengan mudah
admitansi rangkaian paralel dari G dan C diperoleh sebagaimana digambarkan pada
Gambar 9.22 di bawah.
i(t)
I
G
GIIG(t)IC(t)
CCI
Gambar 9.22 : Rangkaian paralel arus bolak-balik
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 192 »
Fisika 2
Dari gambar diperoleh admitansi sebesar :
CjGjY )(
Hal ini diperoleh dengan menggantikan nilai s = j.
Sama halnya dengan fungsi impedansi, perhitungan admitansi Y(j) juga
dilakukan dalam analisa bilangan kompleks. Untuk itu diperlukan diagram admitansi
untuk memperoleh besar impedansi dan sudut fasenya. Hal ini dapat diperlihatkan
pada Gambar 9.23.
Y
Y
G
Cj
Gambar 9.23 : Diagram Admitansi
Dari gambar diperoleh fungsi admitansi :
Y
CjGjY )(
dengan :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 193 »
Fisika 2
)( 222 CGY
dan besar sudut impedansi, yaitu :
G
C arctan
9. Daya dan peningkatan faktor daya
Daya adalah energi per satuan waktu. Kalau satuan energi adalah joule dan
satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik. Telah
ditunjukkan bahwa daya sesaat p(t) = v(t).i(t). Pada umumnya daya itu dinyatakan
sebagai daya rata-rata per satuan waktu, atau daya rata-rata per gelombang. Bila T
adalah perioda gelombang arus dan gelombang tegangan, maka daya rata-rata per
gelombang adalah :
T T
dttitvT
dttpT
P
0 0
)().(1
)(1
Perhatikanlah arus bolak-balik yang mengalir pada impedansi Z ohm.
Biarkanlah i(t) = Im cos t ampere, yaitu I = I0 A. Dengan demikian akan
diperoleh :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 194 »
Fisika 2
IZV
tVtv
atau
voltIZIZV
m
m
2
)(cos)(
:
0.
Daya rata-rata per gelombang pada beban Z adalah :
T T
mm dttItVT
dttitvT
P
0 0
cos).(cos1
)().(1
dttIV
TP
Tmm
0
cos)2(cos2
.1
Karena suku pertama di belakang tanda integral yang terakhir adalah
gelombang sinusoidal (bolak-balik) yang berfrekuensi sudut 2, rata-ratanya per
gelombang atau per dua gelombang nol, dan karena sudut , sudut Z konstan, maka :
coscos2
1cos
20
IVIV
dtT
IVP mm
Tmm
Jadi daya pada beban Z adalah :
cosIVP
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 195 »
Fisika 2
Sudut adalah sudut impedansi atau beban Z , dan juga merupakan sudut
beda fase antara tegangan dengan arus pada beban Z . Cos disebut faktor daya.
Perhatikanlah bahwa V dan I adalah besar tegangan dan besar arus. Keduanya adalah
dalam bentuk scalar, yaitu bilangan real, sehingga daya P adalah bilangan real. P
disebut sebagai daya aktif dan satuannya adalah watt, disingkat menjadi W. Satuan
kelipatan watt yang lazim digunakan adalah kW (kilowatt) dan MW (megawatt),
dimana :
1 kW = 1000 Watt
1 MW = 106 Watt
Gambar 9.24 : Daya aktif pada Z
Selain daya aktif pada beban Z, yaitu P = V.I cos didefinisikan pula daya
reaktif pada Z, yaitu daya reaktif :
sin. IVQ
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 196 »
Fisika 2
Perhatikan bahwa sudut adalah sudut impedansi Z yang besarnya berkisar
antara -90 dan +90 ,yaitu -90 +90. Karena itu daya aktif P = V.I.cos selalu
positif, sedang daya reaktif Q dapat bernilai positif dan dapat pula negatif, atau :
P 0
-V.I Q V.I
Dari persamaan tersebut disimpulkan bahwa V dan I adalah besar tegangan dan besar
arus pada Z jadi selalu positif.
Untuk beban Z yang bersifat induktif sudut positif, sehingga daya
reaktifnya Q adalah positif pula. Untuk beban Z yang bersifat kapasitif, sudut
adalah negatif, jadi daya reaktifnya Q adalah negatif pula. Daya reaktif yang positif
dianggap sebagai daya reaktif yang dikonsumsi oleh Z , sedang daya reaktif yang
negatif dianggap sebagai daya reaktif yang dibangkitkan oleh Z . Jadi induktor L
(dengan sudut = 90) dianggap sebagai konsumer daya reaktif, sedang kapasitor C
(dengan sudut = -90) dianggap sebagai pemasok atau pembangkit daya reaktif.
Sebenarnya daya reaktif itu merupakan komponen daya yang bolak-balik antara
beban Z dan bagian lain rangkaian seperti yang diberikan oleh suku pertama dari
uraian daya sesaat p(t).
cos.)2(cos.
cos)2(cos2
.
cos).(cos)().()(
IVtIV
tIV
tItVtitvtp
mm
mm
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 197 »
Fisika 2
9.1. Daya Kompleks
Daya kompleks S didefinisikan sebagai besaran daya yang bagian
realnya adalah daya aktif P dan bagian imajinernya adalah daya reaktif Q, yang dapat
dinyatakan dalam hubungan matematik sebagai berikut :
QjPS
selanjutnya dapat diturunkan menjadi :
IV
eIV
jIV
IVjIV
QjPS
j
.
.
sin.cos.
sin..cos.
Jadi S adalah suatu bilangan kompleks yang besarnya adalah V.I, produk
antara besar tegangan dengan besar arus pada Z , dan dengan sudut yang sama
dengan sudut Z . Hal ini diperlihatkan pada Gambar 9.25 dan Gambar 9.26.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 198 »
Fisika 2
Gambar 9.25 : Diagram daya kompleks
untuk beban induktif dan beban kapasitif.
Gambar 9.26 : Daya kompleks pada beban yang bersifat kapasitif
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 199 »
Fisika 2
Gambar 9.25 memperlihatkan diagram fasor arus dan tegangan yang bersifat
kapasitif, yaitu Z-. Fasor arus I bersudut , sehingga fasor tegangan bersudut ( -
). Terlihat bahwa supaya S bersudut -, yaitu sama dengan sudut Z , dan besarnya
sama dengan V.I, maka haruslah S merupakan produk dari fasor tegangan dengan
konjugat fasor arus, yaitu :
*. IVS
dari rumus :
22
2
*
*
..
).(
..
.
IXjIR
IjXR
IIZ
IV
jQPS
jadi :
22 .. IXQdanIRP
Demikian juga :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 200 »
Fisika 2
)(
..
).(.
.
2
**
*
*
BjGV
YVV
VYV
IV
QjPS
Diperoleh :
BVQdanGVP .22
Diketahui bahwa S adalah daya kompleks pada impedansi Z = R + jX atau
pada admitansi Y = G + jB. Demikian pula I adalah besar arus yang melalui
impedansi Z yaitu yang melalui R dan X. Juga V adalah besar tegangan pada
admitansi Y , yaitu pada konduktansi G dan suseptansi B.
Hal ini diperlihatkan pada gambar 9.26.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 201 »
Fisika 2
VRV
LV
R
L
I
jXRZ
V
G jBPG QB
GI BI
I
Rangkaian Seri Rangkaian Paralel
Gambar 9.27 : Daya pada elemen-elemen rangkaian
Sesuai dengan rangkaian pada Gambar 9.27 untuk :
a. Rangkaian Seri
XR
XR
QQPP
jQP
IjXIR
jQPS
IjXR
IZV
22.
).(
.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 202 »
Fisika 2
Daya aktif pada R adalah :
R
VIRP R
R
22.
Daya reaktif pada X adalah :
X
VIXQ X
X
22.
b. Rangkaian Paralel
BG
BG
QQPP
jQP
VjBVG
jQPS
VjBG
VYI
22.
).(
.
Daya aktif pada G :
G
IVGP G
G
22.
Daya reaktif pada B :
B
IBVQ B
B
22
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 203 »
Fisika 2
Daya aktif pada rangkaian hanya terdapat pada elemen tahanan R atau elemen
konduktansi G, sedang daya reaktif rangkaian hanya terdapat pada elemen reaktansi
X atau pada elemen suseptansi B, yaitu pada elemen L atau pada elemen C. Bila pada
suatu rangkaian terdapat lebih dari satu tahanan, maka daya aktif rangkaian adalah
jumlah seluruh daya aktif masing-masing tahanan. Demikian juga bila pada sebuah
rangkaian terdapat lebih daripada satu induktor L atau kapasitor C, maka daya reaktif
rangkaian itu adalah jumlah daya reaktif setiap L dan setiap C yang ada pada
rangkaian itu. Perlu selalu diingat bahwa daya reaktif induktor L itu positif sedangkan
daya reaktif kapasitor C itu negatif.
Gambar 9.28 : Rangkaian dengan beberapa elemen R, L, dan C
Bila 1I adalah arus pada R1 dan L1, 2I arus pada R2 dan L2, sedangkan 1CV
adalah tegangan pada C1 dan 2CV tegangan pada C2, maka daya pada setiap elemen :
Daya aktif pada :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 204 »
Fisika 2
R1 adalah PR1 = I12. R1
R2 adalah PR2 = I22. R2
R3 adalah PR3 = I2. R3
Daya reaktif pada :
L1 adalah QL1 = I12. XL1
L2 adalah QL2 = I22. XL2
L3 adalah QL3 = I2. XL3
C1 adalah QC1 = -VC12. BC1
C2 adalah QC2 = -VC22. BC2
Jadi daya total pada rangkaian di atas adalah :
S = V.I* = P + j Q
= ( PR1 + PR2 + PR3 ) + j ( QL1 + QL2 + QL3 + QC1 + QC2 )
Satuan daya kompleks itu adalah volt ampere (VA) dan satuan kelipatan yang
lazim dipakai adalah kVA dan MVA. Besar daya kompleks itu, yaitu V.I disebut daya
semu (apparent power). Satuan daya semu itu adalah volt ampere (VA), sama seperti
satuan daya kompleks.
Telah dikemukakan di atas bahwa daya reaktif Q pada beban Z
adalah daya yang mengalir bolak-balik antara beban Z dengan sumber daya reaktif
tersebut, yaitu bagian lain dari rangkaian. Daya reaktif Q = V.I.sin itu merupakan
arus I yang mengalir pada rangkaian, sehingga bila pada lintasannya terdapat
impedansi :
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 205 »
Fisika 2
bbb XjRZ
akan menyebabkan jatuh tegangan IZb dan rugi daya aktif I2.Rb.
Pada umumnya dikehendaki jatuh tegangan dan rugi daya ini sekecil
mungkin, yaitu dikehendaki supaya daya reaktif yang mengalir pada jaringan dari
sumbernya ke beban melalui ZD itu sekecil mungkin. Ini dilakukan dengan jalan
mendekatkan sumber daya reaktif itu ke beban, melalui impedansi jaringan yang
sekecil mungkin. Telah dikemukakan bahwa daya reaktif kapasitor itu negatif
sedangkan daya reaktif sebuah induktor positif. Jadi kalau beban itu mengandung
induktor, misalnya motor, atau transformator, maka daya reaktifnya positif.
Hal ini menyebabkan kalau disampingnya dipasang kapasitor, maka
kombinasi keduanya akan membutuhkan daya reaktif yang lebih kecil. Demikian juga
kalau beban bersifat kapasitif, maka penambahan induktor disampingnya akan
mengurangi daya reaktif yang dialirkan dari luar gabungan keduanya itu. Hal seperti
itu dinyatakan sebagai perbaikan faktor daya sistem.
Pada umumnya beban itu bersifat induktif, sehingga perbaikan faktor
daya sistem dilakukan dengan jalan menambahkan kapasitor di dekat beban. Biasanya
kapasitor itu dipasang paralel dengan beban Z supaya tegangan beban tidak
terganggu. Besar kapasitor harus diperhitungkan supaya diperoleh sistem yang paling
ekonomis. Perhatikanlah sistem yang diwakili oleh rangkaian pada Gambar 9.29.
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 206 »
Fisika 2
Gambar 9.29 : Diagram perbaikan faktor daya beban motor.
10. Soal-soal Latihan :
1. Sebuah generator arus bolak balik komersial dicirikan oleh V= 60 Hz.
Ditanyakan, berapakah sudut frekuensi sudut dan di dalam satuan apa
frekuensi sudut tersebut dinyatakan?.
2. Sebuah kapasitor yang kapasitasnya 0,50 µf Dihubungkan seperti yang
diperlihatkan di dalam gambar
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 207 »
Fisika 2
kesebuah generator ac dengan Vm = 300 V. Berapakah amplitudo im dari arus
bolak –balik yang dihasilkan jika frekuensi dudut adalah
(a). 100 rad/detik
(b). 1000 rad/detik.?
3. Sebuak induktor yang induktansnya 45 mH mempunyai reaktansi XL
sebesar 1000 Ohm. Berapakah seharusnya
(a). Frekuensi sudut yang dipakai ?
(b). Frekuensi V yang dipakaikan supaya hal ini benar?
(c). Jika, seperti di dalam gambar, Sebuah tegangan gerak elektrik
bolak-balik dengan vm = 300 V dipakaikan. Berapakah amplitudo
Dari arus bolak balik yang dihasilkan ?
4. Sebuah kapasitor yang kapasitannya 1,5 µf mempunyai sebuah reaktans
sebesar 1 Ohm. Berapakah seharusnya
(a). . Frekuensi V yang dipakaikan
(b). Frekuensi sudut yang dipakaikan supaya hal ini benar?
(c). Jika sebuah tegangan gerak elektrik bolak-balik dengan vm = 300
V dipakaikan. Berapakah amplitudo dari arus bolak balik yang
dihasilkan ?.
5. (a). Pada frekuensi V berapakah sebuah induktor yang induktansnya 6,0
mH dan sebuah kapasitor yang kapasitansinya 10 µf akan
mempunyai reaktansi yang sama?.
(b). Akan berapah besarkah reaktans ini ?
Bab 9 : Tegangan dan Arus Bolak-Balik « 208 »
Fisika 2
(c).Bagaimanakah frekuensi ini dibandingkan dengan frekuensi resonan
alami dari osilasi bebas jika komponen-komponen tersebut
dihubungkan sebagai sebuah osilator LC ( tanpa resistans )?
6. Sebuah rangkaian hambatan kapasitor-induktor R, L, C, yang dihubungkan
seperti di dalam gambar 9.10, mempertunjukkan resonans pada frekuensi
yang sama seperti sebuah gabungan kedua yang terpisah R, L,C. Jika kedua
gabungan tersebut dihubungkan secara seri di dalam sebuah rangkaian
tunggal, maka pada frekuensi berapakah rangkaian gabungan tersebut akan
beresonansi ?
7. Perlihatkan bahwa amplitudo osilasi muatan ( bukan arus) di dalam sebuah
rangkaian RCL seperti pada rangkaian dari Gambar 9.10. Untuk nilai
berapakah qm akan manjadi maksimum
Daftar Pustaka « 209 »
Fisika 2
DAFTAR PUSTAKA
Alonso Macelo, Finn J. Edward, 1994, Dasar-dasar Fisika Universitas, Jilid 2, ed. 2,
Jakarta : Penerbit Erlangga
Bueche J.F., 1989, Fisika, ed. 8, terjemahan Drs. B. Darmawan, M.Sc., Jakarta :
Penerbit Erlangga
Halliday D., Resnick R., 1999, Fisika, Jilid 2, terjemahan Silaban P. dan Sucipto E.,
Jakarta : Penerbit Erlangga
Renreng H.A., 1983, Asas-asas Fisika dasar II, Bandung : C.V. Armico
Sears F.W., Zemansky M.W., 1955, University Physics, Addison-Wesley
Soedoyo P., 1992, Azas-azas Fisika, Jilid 1,2,3, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Soedoyo P., 1999, Fisika Dasar, Yogyakarta : Penerbit ANDI